Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
SIDIK BIBIR SEBAGAI ALAT IDENTIFIKASI
1. SIDIK BIBIR
Ainurinsan A 0606066544
Ajeng Tri A 0606066550
Kartika Ramadhani 0606066916
Marie Louisa 0606066941
Purwita N 0606067074
Stephani Dwiyanti I. 0606067194
2. DEFINISI (1)
• Pola sidik bibir sama uniknya seperti
sidik jari, dimana terdapat perbedaan
antara individu satu dengan lainnya. Hal
inilah yang digunakan untuk membantu
memudahkan identifikasi seseorang.
• Sidik bibir adalah garis dan alur normal
dalam bentuk groove-groove dan
kerutan yang muncul pada zona transisi
antara mukosa labial bagian dalam
dengan kulit luar. Pada labiorum
rubrorum yang dinamakan sulci
labiorum.
3. • Bagian merah pada bibir disebut vermillion border.
Garis dan alur pada area ini dikatakan sebagai
karakteristik setiap individu dan tetap berbentuk
sama sepanjang hidup
• CHEILOSCOPY: teknik investigasi forensik
yang berkaitan dengan identifikasi manusia
berdasarkan jejak bibirnya
4. TIPE SIDIK BIBIR
• Ketika mengklasifikasikan sidik bibir, para ahli membagi
kerutan dan groove pada bibir menjadi 2 kategori:
Kerutan
dan groove
sederhana
membentuk garis lurus (straight line)
membentuk garis melengkung
(curved line)
membentuk garis yang bersudut
(angled line)
membentuk garis seperti kurva sinus
(sine-shaped curve)
Kerutan
dan groove
compound
membentuk bifurkasi (bifurcated)
membentuk trifurkasi (trifurcated)
membentuk bentuk yang tidak biasa
(anomalous)
5. 6 TIPE SIDIK BIBIR
Jenis Groove Suzuki
and Tsuchihashi
long vertical groove Tipe I Tipe I
short vertical groove Tipe I! Tipe II
branched groove Tipe II Tipe III
Intersected grooves or diamond groove Tipe III Tipe IV
Reticulated groove or rectangular groove Tipe IV Tipe V
Groove yang tidak masuk ke dalam 5
kategori di atas dan tidak dapat dibedakan
secara morfologis.
Tipe V Tipe VI
6. 6 TIPE SIDIK BIBIR
long vertical grooves
garis atau groove jelas yang
berjalan secara vertikal pada
bibir
short vertical grooves
sama dengan long vertical
groove, tetapi tidak
menutupi seluruh bibir
7. branched groove
grooves yang
bercabang
Intersected groove or
diamond groove
groove yang saling
memotong secara
menyilang
8. Reticulated groove or
rectangular groove
groove yang berbentuk
seperti jaring
Groove yang tidak
masuk ke dalam 5
kategori di atas dan
tidak dapat dibedakan
secara morfologis.
10. PENELITIAN
• Fischer. R (1902) merupakan seorang anthropologist
pertama yang mendeskripsikan mengenai alur atau
kerutan pada bagian merah bibir manusia
• Edmond Locard (1932) merupakan seorang criminologist
perancis pertama yang merekomendasikan penggunaan
lip prints dalam identifikasi personal dan kasus
kriminalisasi
• Synder L.M (1950) melaporkan dalam bukunya Homicide
Investigation bahwa terdapat perbedaaan karakteristik
sidik bibir pada tiap individu. Perbedaan ini terletak pada
lip grooves. Dia memberi contoh kasus kecelakaan oleh
Leland V yang terungkap karena adanya lip prints
11. • Suzuki K , Tsuchihashi. Y(1970) membuktikan bahwa terdapat
suatu pola groove pada bibir yang terdapat pada labiorum
rubrorum yang dinamakan sulci labiorum. Sehingga sidik bibir
yang didapatkan pada groove-groove ini dinamakan ”Figura
linearum rubrorum”.
Enam tipe sidik bibir:
• Type I : A clear-cut groove running vertically across the lip.
• Type I’ : Partial –length groove of Type I
• Type II : A branched groove.
• Type III : An intersected groove.
• Type IV : A reticular pattern.
• Type V : Other patterns
12. Menurut Suzuki K ,
Tsuchihashi. Y:
tidak terdapat
persamaan pola sidik
bibir, bahkan pada
pasangan kembar pun.
Selain itu, pola sidik bibir
tidak dipengaruhi oleh
hereditas
13. Suzuki dan Tsuchihashi (1970 & 1974)
Mengambil data lips prints dari 1,364 warga
Jepang. Hasilnya, lip prints diklasifikasikan
menjadi lima tipe:
1. Type I (Full Vertical Grooves),
2. Type I! (Short Vertical Grooves),
3. Type II (Branched Grooves),
4. Type III (Diamond Grooves),
5. Type IV (Rectangular Grooves)
14. Ebihara. K (1971)
Meneliti kiss mark dari 30 orang dewasa terdiri dari 27 pria
dan 3 wanita. Hasilnya adalah setiap orang memiliki kiss
pattern yang berbeda-beda.
Mac Donell (1972)
Mempelajari pola lip prints pada kembar identik. Dia
melaporkan bahwa kembar identik sulit dibedakan dari
banyak hal namun pola lips prints-nya ternyata berbeda.
Kembar identik juga dapat dibedakan dengan metode lain
seperti fingerprints, handwritting, voice prints dan nail
clippings.
15. Federal Bureau Investigation (1987)
Berhasil mengidentifikasi perampok bank pria
yang berusaha menyamar menjadi wanita
dengan meninggalkan jejak lipstik pada kaca
setiap kali selesai merampok. Kasus ini
merupakan kasus unusual robbery bank dan
pertama kalinya FBI menggunakan lips prints
sebagai identifikasi suspect.
16. Dr. VAHANWALA dan Dr. PAREKH .BK (2000)
Melakukan penelitian lip patterns pada 50 pria dan 50
wanita pada usia 19-21 tahun untuk mengetahui
pentingnya lip prints di dalam identifikasi forensik.
Hasilnya:
Tipe I dominan pada kuadran 3 dan 4 pada wanita.
Pada pria Type II terlihat pada kuadran 2 dan tidak
terdapat pada bibir atas.
Pada pria kebanyakan setiap kuadran polanya berbeda
beda namun pada wanita kebanyakan tiap kuadran
polanya sama. Terdapat 52% yang setidaknya memiliki
kesamaan di dua kuadran.
17. • Pada pria:
1. 25.29% memiliki tipe I,
2. 31.61% memiliki tipe II,
3. 14.94% memiliki tipe
III,
4. 0.57% memiliki tipe IV
5. 27.59% memiliki tipe V
• Pada wanita:
1. 22.89% memiliki tipe I,
2. 43.79% memiliki tipe II,
3. 12.94%memiliki tipe III,
4. 0.99% memiliki tipe IV
5. 19.40% memiliki tipe V
Pada Pria dan wanita terdapat 24% memiliki tipe I, 38.13%
with tipe II, 13.87% with tipe III, 0.8% with tipe IV dan 23.2%
with tipe V lip prints
18. Utsuno H, et al.
Membuktikan bahwa data lip
prints ante mortem bisa
digunakan untuk mencocokkan
dengan data postmortem
19. Penelitian lainnya
• Tidak ada perubahan bentuk lip prints dalam
periode waktu dalam observasi selama setahun
• Pola sidik bibir dipengaruhi herediter, tetapi tidak
mungkin terdapat 2 individu yang memiliki pola
sidik bibir yang sama persis
• Tidak ada kesamaan sidik bibir antara pria dan
wanita, antara sesama pria dalam satu grup,
sesama wanita dalam satu grup, dan antara grup
yang satu dengan yang lainnya
21. METODE PENGAMBILAN
SIDIK BIBIR
1. dari tersangka
2. dari benda-benda pada tempat kejadian
perkara
22. Pengambilan Sidik Bibir dari
Tersangka
1. Individu yang akan dimintai sidik bibirnya diharuskan untuk
membersihkan bibir mereka dan memastikan bahwa bibir telah
kering.
2. Selapis lipstik diaplikasikan. Hindari mengaplikasikan lipstik
terlalu tebal untuk menghindari terwarnainya groove dengan
warna lipstik.
3. Individu diminta untuk memposisikan bibirnya secara normal
dalam keadaan istirahat.
Bagian yang lengket dari cellophane tape strip direkatkan ke
atas bibir. Bagian yang terkena pertama kali adalah bagian
tengah, yang kemudian dilanjutkan secara perlahan ke bagian
ujung bibir.
4. Cellophane strip ditempelkan pada kertas putih untuk
pencatatan permanen dan diamati dengan kaca pembesar
23.
24. Pengambilan sidik bibir dari benda
pada tempat kejadian perkara
• Sidik bibir dapat diperoleh dari
gelas, kertas, puntung rokok,
pakaian, saputangan, kulit,
dan benda-benda lainnya.
• Hal ini terjadi karena vermillion
border dari bibir mempunyai
kelenjar saliva minor. Selain
itu, terdapat pula kelenjar
minyak terutama pada bagian
ujung bibir yang berasosiasi
dengan folikel rambut dan
kelenjar keringat.
25. 1. Bubuk berwarna hitam (aluminium oxide,
cobalt oxide, black magnetic detection powder)
diusapkan ke permukaan dengan
menggunakan kuas sehingga tampak sidik
bibir
2. Setelah sidik bibir terlihat, digunakan
semacam selotip untuk mengangkat sidik
tersebut
3. Selotip ditempelkan pada kertas/karton yang
berwarna putih sehingga sidik bibir tampak
jelas
26.
27. Kegunaan Sidik Bibir yang
Diambil
1. polanya dapat dianalisa dan dibandingkan
dengan sidik bibir tersangka
2. sel yang tertinggal diambil dan dilakukan PCR
untuk mendapatkan DNA tersangka
3. zat-zat yang terkandung di dalam lipstik dapat
dianalisa
28. Perbandingan pola sidik bibir
Bagian bibir
yang menonjol
(ridge)
Kerutan atau
groove pada bibir
• Garis horizontal membagi bibir atas dengan
bibir bawah, dan garis median membagi sisi
kanan dan kiri bibir.
• Para ahli lalu mencatat kombinasi pola alur
untuk setiap kuadran dari sidik bibir tersebut.
30. Mendapatkan DNA dari sidik bibir
• Lysochromes (Sudan Black) cukup efektif untuk
mendapatkan sidik bibir yang baru maupun yang
sudah lama
• Setelah sidik tersebut didapat, sisa-sisa sel yang
tertinggal pada sidik tersebut dapat digunakan
untuk mendapatkan DNA melalui teknik
polymerase chain reaction.
• Apabila DNA tidak dapat diperoleh dari sidik
bibir, pemeriksaan laboratorium paling tidak
dapat menganalisa zat-zat yang terkandung
pada lipstik seperti lemak atau minyak.
32. – sebagai alat bantu pemecahan kasus kriminal
Untuk sidik bibir, para ahli dapat mendapakatnnya dari objek
yang ditemukan di lokasi kejadian dan membandingkannya
dengan pola sidik bibir tersangka. Sidik bibir juga dapat
digunakan jika sidik jari, dental record, dan DNA tidak
tersedia atau tidak dapat disediakan pada kurun waktu yang
dibutuhkan
– Membantu perbandingan dental
record dalam kasus pembunuhan
mutilasi sehingga menyulitkan
identifikasi atau tidak adanya gigi
korban atau dental record korban
belum tersedia.
33. – Identifikasi individu
Hal ini didukung dengan fakta-fakta
sebagai berikut:
• Setiap individu mempunyai sidik
bibir yang unik dan berbeda dari
individu lainnya.
• Herediter mempunyi peran
terhadap perkembangan pola sidik
bibir
• Fitur-fitur unik tersebut mudah
untuk dibedakan (walaupun
orangtua dan anak mempunyai
pola yang mirip, namun tetap tidak
identik, bahkan pada kasus kembar
identik)
35. • sidik bibir dapat ditemukan di lokasi kejadian
criminal dari pakaian, gelas, rokok jendela,
pintu, dan sebagainya. Penggunaan sidik bibir
sebagai identifikasi personal merupakan metode
yang diterima atau diakui dunia.
• Berbagai faktor dapat merubah sidik bibir yang
ada. sidik bibir sudah harus didapatkan 24 jam
setelah kematian jika ingin mendapatkan hasil
yang akurat untuk mencegah kesalahan akibat
perubahan postmortem pada bibir yang
terjadi.
36. • Pola sidik bibir tergantung pada apakah mulut tersebut
terbuka atau tertutup. Pada kondisi mulut tertutup, bibir
akan menghasilkan groove dengan penampakan yang
nyata dan baik. Pada mulut yang terbuka, groove bibir
cenderung tidak terbentuk nyata dan sulit untuk intepretasi.
• Kondisi patologis pada bibir seperti mucocele atau
perubahan-perubahan yang terjadi pasca bedah pada
bibir dapat merubah pola sidik bibir individu. Selain itu,
hilangnya support dari gigi anterior juga dapat merubah
sidik bibir.
• Berbagai debri dan cairan, aplikasi lipstick yang tebal,
atau peregangan berlebihan dari cellophane tape yang
digunakan dapat merubah pola sidik bibir.
37. • Walaupun sidik bibir itu unik pada setiap
individual, saat garis yang dihasilkan tidak
jelas, identifikasi individual berdasarkan
metode ini dapat menjadi sangat sulit
kecuali bukti sidik bibir itu berasal dari
individu yang mempunyai ciri-ciri khusus
seperti parut, clefts, dan sebagainya.
39. CONTOH KASUS 2
• Synder LM (1950) melakukan investigasi pada
kasus kecelakaan mobil
• Synder mempelajari sidik bibir yang ditemukan
di pintu depan kiri mobil dan dibandingkan
dengan sidik bibir wanita yang terluka.
• Terbukti bahwa mobil tersebut adalah
kendaraan yang melukai korban dan wanita
yang terluka akhirnya dapat diidentifikasi.
• Synder menjadi orang pertama yang
mengusulkan sidik bibir untuk identifikasi
41. • Kejadian ini berlangsung di Jepang, saat Dr.
Anil berkunjung kesana. Seorang pencuri
mencuri barang-barang berharga di safety
box suatu rumah.
• Dr. Anil menuturkan si pencuri mungkin
sangat tegang saat pencurian sehingga
mulutnya terasa kering. Saat si pencuri akan
pergi, ia melihat segelas air di meja makan
dan tergoda untuk meminum air tersebut.
42. • Pencuri tersebut merupakan
pencuri berpengalaman, ia
tidak menyentuh gelas dengan
tangannya secara langsung,
karena tahu mengenai sidik jari
yang dapat tertinggal. Ia
mengenakan sarung tangan
agar tidak menyentuh gelas
tersebut secara langsung.
• Tetapi, ia meninggalkan sidik
bibir di tepi gelas sehingga
Dr.Anil berhasil mendapatkan
sidik bibir si pencuri dari gelas.
43. • Saat investigasi, polisi mendapatkan lima
tersangka. Dengan cara konvensional, polisi
tidak dapat menentukan si pelaku karena
pencuri tidak meninggalkan jejak atau barang
bukti.
• Namun, dengan sidik bibir yang diperoleh
Dr.Anil dari gelas tersebut, ia
membandingkannya dengan sidik bibir
kelima tersangka.
• Proses tersebut membutuhkan waktu 24 jam
hingga ia berhasil menemukan orang yang
cocok dengan barang bukti tersebut, yaitu
tersangka yang bernama Tsunachi. Setelah
polisi menginterogasi Tsunachi (bukan nama
sebenarnya), ia akhirnya mengakui
perbuatannya.
44. • Namun, harus tetap diketahui bahwa pada
tahap ini sidik bibir tidaklah sama baiknya
dengan identifikasi menggunakan sidik
jari.
• Menurut Dr.Anil, pengaruh musim dan
umur terhadap groove bibir menjadi
masalah ketepatan penggunaan sidik bibir
sehingga penggunaannya tidak begitu
populer.
46. Kisah ini bermulai ketika polisi
Mansfield menerima laporan
perampokan di sebuah toko. Pada
TKP, investigator melakukan
swab kemudian menyerahkannya
pada labfor untuk diproses. Pada
hasil swab, tidak tampak tanda
bercak darah sama sekali. Jadi,
apakah yang di-swab oleh polisi?
47. • Ternyata, pada saat perampok akan
meninggalkan toko karena terburu-buru
ia menabrak pintu kaca dan
meninggalkan sidik bibir.
• Sidik ini kemudian di-swab oleh
polisi. Labfor mengekstraksi DNA
dari sidik tersebut menggunakan
metode Chelex, mengkuantifikasi,
dan mengamplifikasinya
menggunakan PCR. Hasil profil
STR ternyata cocok dengan
database Minnesota sehingga
ditetapkanlah seorang tersangka.
Ketika dihadapkan pada bukti-bukti,
tersangka pun akhirnya mengaku
49. • Pada tahun 1993, selama pemeriksaan
TKP dari kasus pembunuhan Patrick
Ferguson di Kane County, Illinois, sebuah
gulungan duct tape (selotip) digunakan
sebagai bukti. Lavelle Davis dituduh
membunuh Patrick Ferguson karena
ditemukan sidik bibirnya pada selotip
tersebut.
• Leanne Gray mengambil standar sidik bibir
terdakwa dengan menggunakan bagian
lengket dari selotip dan lipstick pada kertas
• Standar sidik bibir tadi dibandingkan
dengan foto sidik bibir dari TKP
50. • Setelah dibandingkan ternyata ditemukan 13 titik
kesamaan antara sidik bibir pada standar dengan
sidik bibir di foto.
• Gray bersaksi bahwa perbandingan sidik bibir
bukanlah bentuk identifikasi baru tetapi memang
jarang digunakan. Meskipun kasus tersebut adalah
kasus pertama selama 10 tahun terakhir di Illinois
yang menggunakan sidik bibir sebagai bukti utama,
metode perbandingan sidik bibir adalah cara yang
telah diketahui dan diterima untuk identifikasi.
51. • Berdasarkan kesaksian ahli tersebut, Illinois
Appellate Court, pada tanggal 12 mei 1999
menerima fakta bahwa identifikasi sidik bibir secara
umum dapat diterima dalam komunitas forensik
science sebagai cara identifikasi karena terdapat
pada literatur, metode identifikasi sidik bibir,
meskipun jarang digunakan.
• Pada akhir sidang, telah diterima bahwa sidik bibir
pada selotip tersebut COCOK dengan sidik bibir
terdakwa dan dapat dijadikan sebagai bukti.
52. • Pada 9 November 2005 pengadilan kasus ini
kembali digelar
• Professor Andre Moenssens (ahli sidik jari).
Moenssens menyatakan bahwa tidak ada penelitian
yang menyatakan keakuratan dan reliabilitas
identifikasi sidik bibir
• komunitas science forensik belum menerima
metode yang tepat untuk melakukan identifikasi
melalui sidik bibir
54. • Temuan dari sidik bibir dapat membantu
memecahkan kasus kriminal.
• Meskipun tidak berguna pada identifikasi pada
beberapa kondisi, misalnya bila hanya terdapat
struktur skeletal, bibir yang utuh menyediakan
sidik yang dapat menjadi bukti legal yang
berharga.
• Beberapa agen pelaksana hukum tetap tidak
menyadari pentingnya kegunaan sidik bibir saat
mencoba mengidentifikasi suspek, dan sebagai
hasilnya, bukti yang penting hilang.
• Dengan meningkatnya kasus kriminal yang tidak
terpecahkan, komunitas peradilan pidana harus
mempertimbangkan lebih serius metode-metode
baru yang dapat menyediakan bukti yang
meyakinkan. Para personel peradilan pidana
sebaiknya mulai mempertimbangkan analisis
sidik bibir sebagai alat lain yang dapat
digunakan untuk memecahkan kasus kriminal.
55. PERTANYAAN ???
1. Di Indonesia, bagaimana aplikasi sidik bibir
dalam hal perbandingannya?
2. Sampai berapa titik kesamaan, sidik bibir
boleh dikatakan berasal dari individu yang
sama?
3. Bila terkena penyakit seperti Herpes Labialis,
apakah sidik bibir dapat berubah?
4. Apabila di TKP ditemukan sidik bibir pada
gelas tetapi hanya bagian bawah bibir saja,
bagaimana cara mencocokkannya?
56. 5. Monic:
- Bila pada saat pengambilan sidik bibir kondisi bibir
sedang kering, bagaimana cara mengidentifikasinya?
- Bila pada kasus, sidik bibir diswab dan dilakukan PCR,
jaringan apa digunakan untuk pemeriksaan PCR
tersebut? Apakah dari saliva atau minyak?
6. Jessica: apakah perubahan cuaca dapat mempengaruhi
pola sidik bibir?
7. Irene: apakah ada perbedaan sidik bibir seiring dengan
perubahan umur?
Apakah ada lipstik khusus untuk pengambilan sidik
bibir?
58. • Berapa titik untuk memastikan bahwa
identifikasinya positif?
• Penelitian tidak ada satu regio yg
kombinasinya sama.
Pemakaiannya terbatas. Digunakan untuk kasus2
dimana ditemukan sidik bibir.
Identifikasi ras samplenya harus representatif.
59. REFERENSI
• Saraswathi TR, Mishra G, Ranganathan K. Study of sidik bibir. J Forensic Dent Sci
2009;1:28-31
• http://www.thefreelibrary.com/Lip+prints-a013690176
• Sharma P, Saxena S, Rathod V. Cheiloscopy: The study of lip prints in sex
identification. J Forensic Dent Sci 2009;1:24-7
• www.geradts.com/anil/ij/vol_010_no_001/.../petersen_thesis.do
• www.ethosinc.org/presentations/.../Liplab%20HASTI%2009.pdf
• www.tnmmu.ac.in/dis/24024103.pdf
• http://linusbw.tripod.com/kuadran.html
• http://www.fasebj.org/cgi/content/full/18/6/615
• http://www.forensic-evidence.com/site/ID/Lipprint_reversed.html
• Kavitha B, Einstein A, Sivapathasundharam B, Saraswathi TR. Limitations in
forensic odontology. J Forensic Dent Sci [serial online] 2009 [cited 2009 Nov
7];1:8-10. Available from: http://www.jfds.org/text.asp?2009/1/1/8/50881
A dissertation submitted to The Tamil Nadu Dr. M. G. R. Medical University,
Chennai (pdf)
• http://www.tnmmu.ac.in/dis/24024103.pdf