SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
Parasitologi adalah suatu ilmu cabang Biologi yang mempelajari tentang semua
organisme parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini terbatas
mempelajari organisme parasit yang tergolong hewan parasit, meliputi: protozoa,
helminthes, arthropoda dan insekta parasit, baik yang zoonosis ataupun anthroponosis.
Cakupan parasitologi meliputi taksonomi, morfologi, siklus hidup masing-masing
parasit, serta patologi dan epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya. Organisme
parasit adalah organisme yang hidupnya bersifat parasitis; yaitu hidup yang selalu
merugikan organisme yang ditempatinya (hospes). Predator adalah organisme yang
hidupnya juga bersifat merugikan organisme lain (yang dimangsa). Bedanya, kalau
predator ukuran tubuhnya jauh lebih besar dari yang dimangsa, bersifat membunuh
dan memakan sebagian besar tubuh mangsanya. Sedangkan parasit, selain ukurannya
jauh lebih kecil dari hospesnya juga tidak menghendaki hospesnya mati, sebab
kehidupan hospes sangat essensial dibutuhkan bagi parasit yang bersangkutan.

Tujuan Pengajaran Parasitologi
Menyadari akibat yang dapat ditimbulkan oleh gangguan parasit terhadap
kesejahteraan manusia, maka perlu dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian
penyakitnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat diperlukan suatu
pengetahuan tentang kehidupan organisme parasit yang bersangkutan selengkapnya.
Tujuan pengajaran parasitologi, dalam hal ini di antaranya adalah mengajarkan
tentang siklus hidup parasit serta aspek epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya.
Dengan mempelajari siklus hidup parasit, kita akan dapat mengetahui bilamana dan
bagaimana kita dapat terinfeksi oleh parasit, serta bagaimana kemungkinan akibat
yang dapat ditimbulkannya. Selanjutnya ditunjang oleh pengetahuan epidemiologi
penyakit, kita akan dapat menentukan cara pencegahan dan pengendaliannya.

Istilah dalam Parasitologi dan Pembagian Hewan Parasit

1. Organisme (manusia atau hewan) yang ditempati oleh organisme lain (parasit) di
mana organisme tersebut merugikan hospes (inang) yang ditumpanginya karena
mengambil makanan disebut hospes.

2. Hospes yang dirugikan itu dapat digolongkan menjadi 4 macam yaitu hospes
definitif, hospes perantara, hospes predileksi dan hospes reservoir. Hospes definitif
yaitu hospes yang membantu hidup parasit dalam stadium dewasa/stadium seksual.

3. Berdasar lama waktu hidupnya parasit dibagi menjadi dua yaitu parasit temporer
dan stasioner. Parasit temporer disebut juga parasit nonperiodis (nonberkala) yang
mengunjungi hospesnya pada waktu-waktu berselang atau parasit tersebut tidak
menetap pada tubuh hospesnya.

4. Pediculus humanus disebut sebagai ektoparasit karena hidup di kepala atau hidup
pada permukaan luar hospesnya.

Hubungan antara Parasit dengan Inang
Derajat preferensi inang adalah produk adaptasi biologis dari parasit yang
menyebabkan parasit tersebut secara alami mempunyai pilihan terhadap inang dan
juga jaringan tubuh inang. Semakin tinggi derajat preferensi suatu parasit terhadap
inang akan menyebabkan adanya spesifitas inang.
Kekebalan terhadap parasit, Modus dan Sumber Penulurannya
Di dalam tubuh terdapat suatu mekanisme yaitu mekanisme tanggap kebal yang akan
mengenali dan segera memusnahkan setiap sel yang berbeda/asing dari sel normal
tubuhnya sendiri. Seperti pada kekebalan terhadap bakteri, cendawan, dan virus,
kekebalan dalam parasitologi terdiri dari kekebalan bawaan yang mungkin disebabkan
spesifitas inang, karakteristik fisik inang, sifat biokimia yang khas dan kebiasaan inang
serta kekebalan didapat. Kekebalan didapat dibedakan menjadi:

- Kekebalan secara pasif, contohnya ialah kekebalan anak yang didapat dari kolostrum
ibunya.

- Kekebalan didapat secara aktif.

Reaksi kekebalan didapat secara aktif timbul setelah adanya rangsangan oleh antigen.
Tergantung dari sifat antigen sehingga terjadi pembelahan limfosit-limfosit menjadi
sel-T atau sel B. Sel T mempunyai reseptor khusus terhadap antigen tertentu,
sedangkan sel B akan mengeluarkan antibodi yang dikenal sebagai imunoglobulin yang
akan berikatan secara khas pula dengan antigen. Modus penularan ialah cara atau
metode penularan penyakit yang biasanya terjadi. Pada umumnya, cara penularan
penyakit parasit adalah secara kontak langsung, melalui mulut (food-borne parasitosis),
melalui kulit, melalui plasenta, melalui alat kelamin dan melalui air susu. Sumber
penularan bagi penyakit parasit, seperti halnya bagi penyakit menular lain terjadi dari
inang yang satu ke inang yang lain. Penularan dapat juga dari sumber penyakit kepada
inang baru. Adapun yang dapat berlaku sebagai sumber penularan penyakit parasit
ialah organisme baik hewan maupun tumbuhan dan benda mati seperti tanah, air,
makanan dan minuman.

Ekologi Parasit
Ekologi parasit adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara parasit dengan
lingkungan habitatnya, terutama mengenai distribusi parasit dengan sumber
makanannya dan interaksi jenis-jenis parasit dalam satu habitat. Parasit yang terdapat
di dalam tubuh inang, mungkin terdapat di dalam sistem pencernaan, sistem sirkulasi,
sistem respirasi atau alat-alat dalam tubuh seperti hati, ginjal, otak dan limpa.
Biometeorologi adalah ilmu tentang atmosfer dan segala fenomena-fenomenanya/ilmu
tentang cuaca yang berhubungan dengan data kehidupan. Faktor meteorologi yang
berpengaruh pada kelangsungan hidup parasit adalah:

a. Data biometeorologi

b. Penguapan air

c. Kandungan air dalam tanah.

Pengaruh Faktor Cuaca terhadap Siklus Hidup Parasit
Pengaruh jumlah hujan dan temperatur terhadap kelangsungan hidup suatu jenis
parasit berbeda, sebagai contoh Nematoda parasit membutuhkan lebih sedikit curah
hujan dibandingkan dengan Trematoda. Trematoda membutuhkan jumlah air yang
lebih banyak dibandingkan dengan Nematoda sebab untuk menetaskan miracidium
diperlukan genangan air. Demikian juga pada telur cacing nematoda umumnya lebih
tahan terhadap temperatur yang lebih tinggi daripada Trematoda dan Cestoda, tetapi
sebagai larva infektif sebaliknya, yaitu larva Nematoda lebih tahan dingin daripada
larva Trematoda dan Cestoda. Diduga bagian sinar matahari yang berpengaruh besar
pada siklus hidup parasit adalah sinar ultraviolet. Dalam bereaksi terhadap tantangan
dari faktor-faktor cuaca tersebut parasit bereaksi secara gabungan dan bukan bereaksi
terhadap faktor itu satu demi satu.

Ruang Lingkup Parasitisme
Dalam mempelajari parasitologi diperlukan pengertian dan pendekatan ekologi serta
memahami ekologi parasit yang merupakan dasar pembahasan berbagai masalah
antara lain masuknya parasit ke dalam hospes, kepadatan parasit, inang dan
sebagainya. Demikian juga untuk memahami penyebarannya perlu dipelajari mikro
distribusi parasit. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan parasit antara
lain air, temperatur, sinar matahari, waktu, flora dan fauna. Semua makhluk hidup itu
bereaksi terhadap banyak faktor-faktor tersebut secara bersama-sama, tidak terhadap
faktor satu demi satu. Selanjutnya dalam mencegah dan mengobati penyakit secara
umum dengan tindakan praktis, khususnya dalam pencegahan serta
pemberantasannya.

Penggolongan Zoonosis dan Aspek yang Mempengaruhinya
Zoonosis adalah penyakit atau penularan-penularan yang secara alamiah terjadi antara
hewan dan manusia. Penggolongan zoonosis dapat didasarkan pada:

(1) tingkat derajat revervoirnya dalam sistem zoologi,

(2) siklus penularan dan prospek pengendaliannya,

(3) taksonomi parasit penyebabnya.

Hal-hal yang berpengaruh terhadap kasus zoonosis parasiter pada manusia adalah:

1. aspek sosial budaya atau ekonomi; di antaranya adalah jenis pekerjaan. Sebagai
pemburu juga pekerja hutan, mereka lebih terbuka kemungkinannya untuk
memperoleh zoonosis parasiter dari hewan buruan dan hewan liar di hutan sebagai
reservoirnya. Berbeda dengan pekerja pengalengan susu, daging atau ikan yang secara
langsung lebih terbuka terhadap penularan zoonosis parasiter dari jenis
toksoplasmosis, hidatidosis dan larva migran.

2. Aspek ekologi; bertambahnya populasi atau dengan adanya transmigrasi, yang akan
mengubah keadaan lingkungan. Perubahan ekologi, seperti adanya 2 ekosistem yang
semula terpisah, kemudian bersatu dan dapat menjadi fokus baru bagi berbagai
penyakit zoonosis; di antaranya schistosomiasis, trypanosomiasis, paragonimiasis dan
sebagainya

3. Aspek iklim dan cuaca; sebagai contoh: negara Indonesia dengan iklim tropis, panas,
tetapi curah hujan cukup sehingga kelembabannya cukup pula. Hal tersebut
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan berbagai jenis parasit selagi berada
di luar tubuh hospesnya. Contoh: sporulasi ookista Toxoplasma gondii, pembentukan
telur infektif berbagai cacing parasit usus, demikian pula bagi kelangsungan hidup
berbagai vektor dan hospes perantara yang sangat dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
Faktor-faktor yang mendukung siklus hidup zoonosis parasiter di daerah endemis, di
antaranya: faktor bangsa, ethnis, agama, populasi geografis.

Protozoa Parasit Usus
Struktur tubuh protozoa tersusun dari unit-unit (komponen) fungsional yang disebut
sebagai organel-organel bukan organ-organ sebab Protozoa adalah hewan bersel satu
atau terdiri dari satu sel saja. Seluruh fungsi kehidupannya dilakukan oleh satu sel
tersebut. Sedangkan “organ” terdiri dari banyak sel dan “organel-organel” adalah
bagian sel yang mengalami diferensiasi yang disesuaikan dengan fungsinya.
Pengelompokan Protozoa parasit dalam parasitologi dilakukan berdasarkan patologi
anatomi hospesnya dengan urutan yang disesuaikan dengan taksonominya. Alasan
pengelompokan tersebut, dimaksudkan untuk mempermudah dalam mempelajarinya.

Protozoa Parasit Rongga Tubuh
Protozoa atrial adalah protozoa yang berhabitat pada rongga tubuh seperti mulut,
hidung, vagina, urethera. Dalam kelompok protozoa atrial yaitu Entomoeba gingivalis
(Kelas Sarcodina) dan Trichomonas tenax dan T. vaginalis (Kelas Flagellata), hanya T.
vaginalis yang patogen. E. gingivalis hanya diketahui bentuk trophozoit saja yang
sangat mirip dengan E. histolytica. Spesies ini tinggal di dalam gingiva manusia bersifat
apatogen sama halnya dengan T. tenax. T. vaginalis habitat pada vagina dan glandula
prostata. Pada wanita menyebabkan vaginistis yaitu dapat mengeluarkan banyak
sekret keputihan yang menyebabkan keputihan. Infeksi pada laki-laki dirasakan
setelah adanya infeksi sekunder oleh bakteri dan mungkin menyebabkan uretritis dan
prostata.

Protozoa Parasit pada Darah Manusia serta Vertebrata lainnya
Protozoa yang hidup parasit di dalam darah dan jaringan manusia mencakup berbagai
jenis yaitu Trypanosoma spp, Leishmania spp, Plasmodium spp, dan Toxoplasma
gondii. Parasit Trypanosoma cukup luas penyebarannya, sebagian tidak patogen, di
dalam darah hewan mamalia, reptilia, amfibia, burung, ikan ada ada 3 spesies patogen
pada manusia yaitu Trypanosoma gambiense, T. rhodesiense dan T. cruzi. Bentuk-
bentuk perkembangan familia Trypanosomidae ini adalah Trypomastigot, Epimastigot,
Promastigot, dan Amastigot. Bentuk-bentuk perkembangan ini ada yang lengkap dan
ada pula yang tidak lengkap. Daur hidup Trypanosoma pada mamalia terjadi berganti-
ganti di dalam inang vertebrata dan invertebrata. Penularan Trypanosoma dan dapat
secara langsung dan dapat secara tidak langsung yaitu mengalami pertumbuhan siklik
(mekanik) di dalam serangga pengisap darah sebelum menjadi infektif. Vektor bagi
Trypanosoma gambiense dan T. rhodesiense adalah lalat tse-tse, sedangkan
Trypanosoma cruzi adalah serangga reduvidae. Klasifikasi Trypanosoma didasarkan
atas morfologi, cara penularan dan sifat patogen. Parasit Plasmodium penyebab
malaria yang tersebar sangat luas dan banyak menimbulkan kematian pada manusia
ada 4 spesies yaitu P. vivax, P. malariae, P. falciparum dan P. ovale, sedangkan spesies
lainnya dapat menginfeksi burung, monyet, rodentia dan sebagainya. Pembasmiannya
sangat tergantung pada penggunaan insektisida, pengobatan dan faktor-faktor sosio
ekonomi yang cukup komplex. Untuk kelangsungan hidup parasit tersebut mempunyai
fase schizogoni, fase gametogami, dan fase sporogoni. Patologinya menyebabkan
pecahnya eritrosit, reaksi humoral kelemahan limpa, hati, ginjal dan gangguan
peredaran darah. Gejala klinis ialah serangan demam yang intermitten dan
pembesaran limpa. Pencegahan mencakup pengurangan sumber infeksi, pengendalian
nyamuk malaria. Pengobatan meliputi penghancuran parasit praeritrositik, obat
represif, obat penyembuh dan obat radikal untuk bentuk eksoeritrositik, gametositik
dan gametastatik.

Protozoa Parasit Pada Jaringan
Protozoa parasit jaringan merupakan protozoa parasit yang hidup berparasit di dalam
jaringan hospesnya. Protozoa parasit ini merupakan penyebab penyakit bagi manusia
dan hewan khususnya dan berperan penting dalam dunia kesehatan pada umumnya.
Protozoa yang bersifat parasit pada jaringan hospes ini meliputi 2 kelas yaitu kelas
Flagellata dan Sporozoa. Pada kelas Flagellata berupa genus Leishmania sedangkan
pada kelas Sporozoa berupa genus Toxoplasma. Dari genus Leishmania ini hanya
terdapat 3 spesies penting terutama bagi kesehatan manusia yaitu dapat menyebabkan
penyakit leishmaniasis. Adapun ketiga spesies tersebut adalah Leishmania donovani
penyebab leishmaniasis visceral; Leishmania tropica penyebab leishmaniasis kulit dan
Leishmania brazilliennis penyebab leishmaniasis muko kutis. Meskipun ketiga genus
Leishmania ini merupakan protozoa parasit pada jaringan, tetapi di dalam daur
(siklus) hidupnya masih tetap membutuhkan hospes perantara untuk kelangsungan
hidupnya. Adapun sebagai hospes perantaranya adalah lalat Phlebotomus dan darah
manusia. Di antara genus Toxoplasma hanya satu spesies saja yang mampu
menginfeksi berbagai macam hospes yaitu spesies Toxoplasma gondii. T. gondii ini
merupakan penyebab penyakit toxoplasmosis pada manusia. Di dalam daur hidupnya
mempunyai tiga bentuk perkembangan yaitu bentuk zoite, kista dan ookista. Sebagai
berikut infektifnya adalah sporozoit, kestozoit dan endozoit. Sedangkan cara infeksinya
adalah bukan dengan melalui vektor, tetapi dengan berbagai cara yaitu per-os,
transplantasi, transfusi ataupun dengan kista, trophozoit atau ookista selama
melakukan penelitian di laboratorium. Peristiwa ini dapat mengakibatkan
toxoplasmosis kongenital dan toxoplasmosis dapatan (perolehan). Penularan dari
manusia ke manusia terjadi dengan melalui plasenta penyebab toxoplasmosis
kongenital.

Trematoda Usus
Trematoda merupakan cacing pipih yang berbentuk seperti daun, dilengkapi dengan
alat-alat ekskresi, alat pencernaan, alat reproduksi jantan dan betina yang menjadi
satu (hermafrodit) kecuali pada Trematoda darah (Schistosoma). Mempunyai batil isap
kepala di bagian anterior tubuh dan batil isap perut di bagian posterior tubuh. Dalam
siklus hidupnya Trematoda pada umumnya memerlukan keong sebagai hospes
perantara I dan hewan lain (Ikan, Crustacea , keong) ataupun tumbuh-tumbuhan air
sebagai hospes perantara kedua. Manusia atau hewan Vertebrata dapat menjadi hospes
definitifnya. Habitat Trematoda dalam tubuh hospes definitif bermacam-macam, ada
yang di usus, hati, paru-paru, dan darah. Macam-macam spesies Trematoda usus
adalah: F. buski, H. heterophyes, M. yokagawai, Echinostoma, Hypoderaeum dan
Gastrodiscus. Manusia menjadi hospes definitifnya dan hewan-hewan lain seperti
mamalia (anjing, kucing) dan burung dapat menjadi hospes reservoar. Siklus hidup
selalu memerlukan keong sebagai hospes perantara I dan hospes perantara II (keong :
Echinostoma, tumbuhan air F.buski; ikan H.heterophyes dan M.yokogawai). Patologi
penyakit yang disebabkan oleh Trematoda usus disebabkan oleh perlekatan cacing
pada mukosa usus dengan batil isapnya. Semakin besar ukuran cacing maka semakin
parah kerusakan yang ditimbulkan. Gejala klinis tergantung jumlah parasit dalam
usus, pada infeksi ringan gejala tidak nyata, sedangkan pada infeksi berat gejala yang
timbul adalah sakit perut, diare, dan akibat terjadinya malabsorpsi bisa timbul edema.
Diagnosis dilakukan dengan menemukan telur dalam tinja penderita. Bila bentuk telur
hampir sama maka perlu menemukan cacing dewasanya dalam tinja penderita. Obat-
obatan untuk trematoda usus hampir sama, yaitu tetrakloretilen, heksilresorsinol, dan
praziquantel.

Cestoda Usus
Cestoda merupakan cacing berbentuk seperti pita memanjang. tubuh terdiri dari
kepala (skolek), dan proglottid (segmen tubuh) yang terdiri dari: proglottid immature,
mature, dan gravid. Proglottid gravid dapat digunakan untuk identifikasi spesies
berdasarkan bentuknya dan bentuk uterus di dalamnya. Terdapat 2 golongan besar
Cestoda, yaitu: 1. Pseudophyllidean yang mempunyai skolek berbentuk seperti sendok
dengan dilengkapi 2 buah alat isap yang berbentuk celah memanjang yang disebut
bothria, contoh spesies: Diphyllobothrium latum. 2. Cyclophyllidean yang mempunyai
skolek dengan alat isap berbentuk seperti mangkuk yang disebut asetabulum,
jumlahnya 4 buah. Diphyllobothrium latum merupakan pseudophyilidean. Cestoda
yang hidup di usus manusia sebagai hospes definitifnya. Hospes reservoarnya adalah
hewan/mamalia pemakan ikan. Memerlukan 2 buah hospes perantara dalam daur
hidupnya yaitu: (1) Cyclops atau Diaptomus di mana larva cacing disebut proserkoid,
dan (2) Ikan air tawar dengan larva cacing di dalamnya disebut pleroserkoid.
Fam.Taeniidae yang termasuk Cyclophyllidean Cestoda mempunyai 3 spesies penting
bagi kesehatan manusia maupun hewan, yaitu T.saginata, T.solium, dan E.granulossus.
Bentuk telur antara ketiga cacing tersebut sukar dibedakan satu sama lain. Ketiganya
mempunyai skolek yang dilengkapi dengan batil isap berbentuk mangkuk yang disebut
asetabulum. Pada skolek T.solium dan E.granulossus dilengkapi dengan rostellum dan
kait-kait . Sedangkan skolek T.saginata tidak ada rostrumnya. T.saginata dan T.solium
merupakan cacing pita yang panjang sampai bermeter-meter ukurannya, sedangkan
E.granulossus merupakan cacing pita yang terpendek, hanya mempunyai 3 buah
proglottid saja. Manusia dapat terinfeksi T.saginata bila makan daging sapi yang
mengandung kista yang disebut sistiserkus bovis, dan menderita taeniasis saginata
(terdapat cacing dewasa dalam ususnya). Infeksi T.solium pada manusia dapat terjadi
melalui 2 cara yaitu:

1. Bila menelan telurnya akan terjadi larva dalam jaringan tubuh manusia, disebut
menderita sistiserkosis.

2. Bila makan daging babi yang mengandung larva sistiserkus selulose, manusia akan
menderita taeniasis solium.

Diagnosis taeniasis saginata/solium dengan menemukan telur/proglottid gravid pada
tinja penderita. Sedangkan sistiserkosis dapat diketahui dengan pemeriksaan serologis,
CT-scan atau dengan pembedahan (tergantung letak kista dalam jaringan tubuh
manusia). Infeksi E.granulossus pada manusia dapat terjadi bila menelan telurnya,
manusia akan menderita hidatidosis (terjadinya kista hidatida dalam jaringan tubuh
manusia). Tempat yang sering terjadi kista adalah hati (66%). Diagnosis dengan
pemeriksaan serologis, sinar rontgen, dan pembedahan bila letaknya memungkinkan.
Cacing pita yang kecil H.nana hospes definitifnya manusia, dan penularan dapat terjadi
secara langsung bila manusia menelan telur cacing tersebut. H.nana var.fraterna dan
H.diminuta yang hospes definitifnya tikus memerlukan hospes perantara, yaitu pinjal
tikus, dan kumbang tepung. Hospes perantara bila menelan telur cacing tersebut akan
menetas menjadi larva sistiserkoid. Bila manusia menelan hospes perantara yang
mengandung sistiserkoid akan menderita hymenolepsis.
Cacing pita D.caninum merupakan cacing pita anjing /carnivora lainnya. Habitat
dalam hospes adalah dalam usus halus. Manusia terinfeksi secara kebetulan/aksidental
terutama terjadi pada anak-anak yang menelan pinjal anjing/kucing yang mengandung
larva sistiserkoid. Akibat infeksi ini pada anak-anak tidak begitu nyata bila infeksinya
ringan namun bila infeksi berat dapat terjadi gangguan pencernaan, diare, dan reaksi
alergi. Pencegahan dengan meningkatkan kebersihan perorangan serta lingkungan
dengan mengobati anjing dari pinjal yang menempel pada tubuhnya. Pengobatan
dipylidiasis seperti pada infeksi cacing pita lainnya, yaitu dengan: niklosamid,
praziquantel, atau kuinakrin

Nematoda Usus
Cacing tambang terdiri dari beberapa spesies, yang menginfeksi manusia adalah
N.americanus dan A.duodenale, yang menginfeksi hewan (anjing/kucing) baik liar
maupun domestik adalah A.ceylanicum meskipun cacing ini dilaporkan dapat menjadi
dewasa dalam usus halus manusia dan tidak pernah menyebabkan creeping eruption,
A.caninum dan A.braziliense yang tidak dapat menjadi dewasa dalam usus halus
manusia dan menyebabkan creeping eruption pada manusia. Perbedaan morfologi
antar spesies dapat dilihat dari bentuk rongga mulut, ada tidaknya gigi, dan bentuk
bursa kopulatriks cacing jantan. Akibat utama yang ditimbulkan bila menginfeksi
manusia atau hewan adalah anemia mikrositik hipokromik, karena cacing tambang
menyebabkan perdarahan di usus akibat luka yang ditimbulkan juga cacing tambang
mengisap darah hospes. Penyakit cacing tambang tersebar luas di daerah tropis,
pencegahan tergantung pada sanitasi lingkungan, kebiasaan berdefikasi, dan memakai
alas kaki. Strongyloides stercoralis merupakan cacing Nematoda usus yang hidup
parasit pada manusia, namun dalam siklus hidupnya terdapat fase hidup bebas di
tanah. Bentuk telurnya sulit dibedakan dengan telur cacing tambang. Manusia dapat
terinfeksi melalui 3 cara: yaitu langsung, tak langsung, dan autoinfeksi. Cara
pencegahan dan penyebaran cacing ini sama seperti cacing tambang. Obat yang efektif
untuk strongyloidiasis adalah thiabendazol. Akibat utama yang ditimbulkan adalah
peradangan pada usus, disentri terus-menerus dan rasa sakit pada perut bagian kanan
atas. Diagnosis dengan menemukan larva dalam tinja atau dalam sputum penderita.
Pada cacing Nematoda usus ada beberapa spesies yang menginfeksi manusia maupun
hewan. Nematoda usus terbesar adalah A.lumbricoides yang bersama-sama dengan
T.trichiura, serta cacing tambang sering menginfeksi manusia karena telur cacing
tersebut semuanya mengalami pemasakan di tanah dan cara penularannya lewat tanah
yang terkontaminasi sehingga cacing tersebut termasuk dalam golongan soil-
transmitted helminths. A.lumbricoides, T.trichiura dan E.vermicularis mempunyai
stadium infektif yaitu telur yang mengandung larva. Siklus hidup A.lumbricoides lebih
rumit karena melewati siklus paru-paru, sedangkan T.trichiura dan E.vermicularis
tidak. Gejala klinis penyakit cacing ini bila infeksi ringan tidak jelas, biasanya hanya
tidak enak pada perut kadang-kadang mual. Infeksi askariasis yang berat dapat
menyebabkan kurang gizi dan sering terjadi sumbatan pada usus. Trikhuriasis berat
biasanya dapat terjadi anemia, sedangkan pada enterobiasis gejala yang khas adalah
gatal-gatal di sekitar anus pada waktu malam hari saat cacing betina keluar dari usus
untuk meletakkan telunya di daerah perianal. Diagnosis askariasis dan trikhuriasis
dengan menemukan telur dalam tinja penderita, sedangkan untuk enterobiasis dapat
ditegakkan dengan anal swab karena telur E. vermicularis tidak dikeluarkan bersama
tinja penderita. Infeksi cacing usus ini tersebar luas di seluruh dunia baik daerah tropis
maupun sub tropis. Anak-anak lebih sering terinfeksi dari pada orang dewasa karena
kebiasaan main tanah dan kurang/belum dapat menjaga kebersihan sendiri. Semua
infeksi cacing usus dapat dicegah dengan meningkatkan kebersihan lingkungan,
pembuangan tinja atau sanitasi yang baik, mengerti cara-cara hidup sehat, tidak
menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman dan mencuci bersih sayuran/buah yang
akan di makan mentah. Obat cacing, seperti piperasin, mebendazole, tiabendazol, dan
lain-lain dapat diberikan dengan hasil yang cukup memuaskan.

Trematoda dan Cstoda yang Hidup Parasit pada Darah/Jaringan Tubuh Manusia dan
Hewan
Spesies trematoda hati yang dapat menginfeksi manusia adalah C. sinensis dan O.
viverini, sedangkan O. felineus, F. hepatica dan F. gigantica lebih banyak menginfeksi
hewan. Stadium infektil cacing hati adalah metaserkaria. Telur dari C. sinensis dan
Opistorchis pada waktu dikeluarkan sudah mengandung mirasidium, ukurannya lebih
kecil dibandingkan dengan telur Fasciola yang besar dan tidak berembrio pada waktu
dikeluarkan bersama tinja. Habitat cacing-cacing tersebut terutama adalah di saluran
empedu, kecuali F. gigantica yang habitatnya di hati. Hospes perantara I cacing-cacing
tersebut adalah keong, namun hospes perantara II C. sinensis dan Opistorchis adalah
ikan air tawar dan hospes perantara II Fasciola adalah tumbuh-tumbuhan air.
Patologis dan gejala klinis terutama karena peradangan yang disebabkan oleh hasil
metabolisme cacing yang bersifat toksin. Gejala utama dalah demam, sakit daerah
perut, pembesaran hati yang lunak, diare dan anemia. Diagnosis dengan menemukan
telur dalam tinja penderita. Pencegahan dengan memasak ikan dan tumbuhan air yang
akan dimakan. Pengobatan dengan bithionol. Paragonimus westermani merupakan
trematoda yang menginfeksi paru-paru manusia dan hewan (mamalia). Stadium
infektifnya adalah metasekaria yang mengkista dalam tubuh ketam atau udang (HP
perantar II). Keong merupakan hospes perantara I nya. Patologi dan gejala klinis
disebabkan oleh cacing dewasa dalam alveoli paru-paru dan mengeluarkan telur yang
menyebabkan gejala batuk dengan bercak seperti serbuk besi dan sputum yang
mengandung telur. Diagnosis dengan menemukan telur dalam sputum atau tinja
penderita. Pencegahan dengan memasak dengan baik ketam atau udang yang akan
dimakan. Trematoda darah pada manusia adalah Schistosoma japonicum, S.
haematobium dan S. mansoni. Infeksi terjadi dengan cara serkaria menembus kulit
hospes. hanya mempunyai 1 hospes perantara yaitu keong Oncomelania (S.
japonicum); Biomphalaria (S. mansoni) dan Bulinus (S. mansoni). Berbagai hewan
dapat terinfeksi oleh cacing ini dan menjadi hospes reservoarnya. Habitat S. japonicum
dan S. mansoni adalah pada vena meseterika dan cabang-cabangnya, telur yang
dikeluarkan oleh cacing dewasa dapat ditemukan dalam tinja penderita (untuk
diagnosis). Sedangkan habitat S. haematobium adalah pada vena kandung kencing,
sehingga untuk diagnosis dengan menemukan telur dalam urin penderita. Pencegahan
dengan perbaikan irigasi, pemberantasan keong dan pengobatan dengan kalium
ammoniumnitrat, nitridazole dan astiban.

Nematoda Darah/Jaringan Tubuh Manusia dan Hewan
Nematoda darah atau dikenal sebagai Nematoda filaria, menyebabkan penyakit kaki
gajah atau elefantiasis/filariasis. Di Indonesia terdapat 3 spesies cacing ini yang dikenal
juga sebagai cacing filaria limfatik, sebab habitat cacing dewasa adalah di dalam sistem
limfe (saluran dan kelenjar limfe) manusia yang menjadi hospes definitifnya, maupun
dalam sistem limfe hewan yang menjadi hospes reservoar (kera dan kucing hutan).
Spesies cacing filaria yang ada di Indonesia adalah: Wuchereria bancrofti, Brugia
malayi dan Brugia timori. Cacing filaria ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang
menjadi vektomya. Filariasis bancrofti mempunyai 2 tipe, yaitu: 1.Tipe urban, atau
terdapat di daerah perkotaan, vektornya nyamuk Culex quenquefasciatus/C. fatigans.
2.Tipe rural, vektornya nyamuk Anopheles atau nyamuk Aedes tergantung pada
daerahnya. Periodisitasnya adalah periodik nokturna, di mana mikrofilaria banyak
ditemukan dalam darah tepi penderita pada waktu malam hari. Filariasis malayi lebih
banyak terjadi di daerah rural, vektornya adalah nyamuk Mansonia yang tempat
perindukannya di rawa-rawa dekat hutan dan beberapa jenis dari nyamuk Anopheles
dapat pula menjadi vektor penyakit ini. Perbedaan nyamuk yang menjadi vektornya
tergantung pada daerah geografis. Periodisitas filariasis malayi adalah subperiodik
nokturna, artinya mikrofilaria dapat ditemukan dalam darah tepi penderita pada
waktu siang dan malam hari, meskipun jumlahnya lebih banyak pada malam hari. Bila
mikrofilaria dalam darah tepi penderita masuk ke dalam tubuh nyamuk vektor pada
waktu nyamuk rnengisap darah, maka akan berubah menjadi larva stadium I-III (L1-
L2-L3). L3 bila nyamuk mengisap darah manusia akan terbawa masuk ke dalam tubuh
dan menuju saluran limfe serta menjadi dewasa dalam kelenjar limfe. Gejala utama
filariasis adalah: limfangitis, limfadenitis, limfedema, yang bisa terjadi berulang-ulang
sampai akhimya bila sudah kronis (bertahun-tahun) akan terjadi elefantiasis. Pada
infeksi W. bancrofti biasa menyerang ekstremitas bagian atas, alat genital, yang bisa
menimbulkan hidrokel dan juga buah dada, namun juga bisa menyerang kaki.
Filariasis malayi lebih banyak menyerang bagian kaki. Diagnosis dengan menemukan
mikrofilaria dalam darah tepi penderita, tergantung periodisitasnya maka biasanya
pemeriksaan dilakukan pada malam hari untuk menemukan mikrofilarianya. Lalu
sediaan darah dicat dengan Giemsa, sehingga dapat dilihat perbedaan bentuk mf-nya
untuk menentukan spesiesnya. Pengobatan filariasis sampai saat ini yang efektif adalah
pemberian DEC (dietil karbamasin). Pencegahan terutama menjaga diri agar tidak
digigit nyamuk, dengan memakai kelambu waktu tidur atau menggunakan repelen.
Membasmi tempat perindukan nyamuk vektor, namun untuk yang habitatnya di rawa-
rawa akan sulit dilakukan. Nematoda jaringan adalah beberapa spesies cacing
Nematoda yang hospes yang definitifnya hewan, di mana cacing dewasa hidup dalam
usus halus hewan tersebut. Bentuk larvanya yang menginfeksi jaringan tubuh manusia
dan menimbulkan masalah penyakit. Tiga jenis cacing tersebut adalah: Trichinella
spiralis yang hospes definitifnya adalah babi dan hewan lain (tikus, beruang, anjing liar
dll), juga manusia. Habitat cacing dewasa dalam usus halus hospes. Manusia terinfeksi
karena makan daging babi yang mengandung sista yang berisi larva di dalamnya.
Daging tersebut bila dimakan tanpa dimasak dengan baik, maka larva akan menetas
dalam usus dan menjadi dewasa. Cacing betina yang bersifat vivipar, menghasilkan
larva yang akan menembus mukosa usus terbawa aliran darah sampai ke jaringan otot
dan menyebabkan trikhinosis.
FILARIA

    a. W. Brancofti
    b. Brugia malayi
    c. Brugia timori

Habitat: Saluran dan kelenjar limfe, di dalam jaringan ikat, di bawah kulit atau di dalam rongga
badan.

Periodesasi
    • Siang hari disebut periodik diurna . W. bancrofti
    • Malam hari disebut periodik nokturna. B. malayi, B. timori
    • Siang dan malam hari tidak teratur disebut nonperiodik
    • Pengambilan darah untuk diagnosis berdasarkan sifat periodisitas tsb.

Morfologi

    a. Mikrofilaria: panjang langsing

                     Sheat                Inti                 Caudal nuclei        Cephalic Space
W.brancofti          Mempunyai            Inti teratur         -                    P=L
                     sheat, menyerap
                     zat warna Giemsa


B. malayi            Mempunyai sheat      Inti tidak teratur   ada 2 caudal         P=2L
                     berwarna pucat,                           nuclei terletak
                     kurang menyerap                           berjauhan
                     Giemsa
B. timori            Mempunyai sheat      Inti tidak teratur   Ada 2 nuclei         P=3L
                     berwarna pucat,                           terletak
                     kurang menyerap                           berdekatan
                     Giemsa

    b. Cacing dewasa
    • seperti benang, berwarna putih susu, terdapat di saluran dan kelenjar limfe
    • Cacing jantan:
       panjang 40 mm x 0,1 mm, ekor melingkar mempunyai 2 spikula,
    • Cacing betina :
       panjang 80-100 mm x 0,24-0,3 mm, ekor lurus, ujung tumpul

Siklus hidup

Tubuh nyamuk (1-2 minggu): mikrofilaria (larva I) lambung nyamuk menembus dinding otot
thorax nyamuk larva II larva III

Manusia: Nyamuk larva III tubuh cacing dewasa

Elephantiasis: Cacing dewasa di dalam saluran limfe menimbulkan reaksi retikulo endotel sehingga
dinding saluran limfe menebal, terjadi pembengkakan dan penumpukan fibrin, menyebabkan
saluran limfe menyempit dan cacing dewasa mati dan mengalami kalsifikasi.
Gejala Kilinik

    a.   Masa inkubasi biologi
    b.   Masa paten tanpa gejala
    c.   Stadium akut
    d.   Stadium menahun

             Vektor           Elephantiasis       Periodisitas   P. Geografis
W.           nyamuk           Extrimitas, organ   Nokturna       Amerika selatan dan
brancofty    Aedes            genital, payudara   dan diurnal    tengah, Jepang, Asia
                                                                 Tenggara, India,
                                                                 Srilangka, China Di
                                                                 Indonesia: Irian,
                                                                 Maluku, Sulawesi,
                                                                 Nusa Tenggara


B. Malayi    Anopheles        extrimitas bagian   nokturna       rural type, Sulawesi
             barbirostris,    bawah:Tungkai                      dan Kalimantan
             Culex            bawah, bawah
             fatigans,        lutut, lengan
             Mansonia         bawah, bawah
                              siku


B. timori    Anopheles        extrimitas bagian   nokturna       NTT: Pulau Timor,
             barbirostris,    bawah:Tungkai                      Rote, Flores dan
             Culex            bawah, bawah                       sekitarnya
             fatigans,        lutut, lengan
             Mansonia         bawah, bawah
                              siku




Diagnosis

Epidemiologi

Pencegahan dan penanggulangan



CESTODA

Ciri umum

         Badan cacing: a. Scolex
                       b. Leher
                       c.Srobila: Immature, mature, gravid

            Bentuk           Panjang       Bentuk          Sucker           Rostelum    Kait
umum           strobila       scolex
T.          scolex         4 -12 m        segi empat     4 sucker          Tidak ada   Tidak ada
saginata
            Leher

            Strobila

Bentuk Telur: bulat, terdapat struktur radier, berisi embrio heksakan (onkosfer)

Silklus Hidup

    a. Sapi: Telur dalam tinja rumput termakan sapi telur menetas di sapi embrio
       heksakan pembuluh getah bening/darah otot larva sistiserkus bovis.
    b. Manusia: daging sapi mengandung larva scolex keluar (evanginasi) melekat pd mukosa
       usus halus dewasa.

Gejala klinis

Diagnosis

CYSTICERCOSIS sebab: larva t. solium yaitu yang disebut cysticercus cellulosae

Cara infeksi

Bagian yang terinfeksi

Diagnosis

Pencegahan

Hymenolepis nana         dwarf tapeworm menyebabkan hymenolepiasis

Morfologi

Siklus Hidup

Telur dan proglotid dari tinja manusia menetas keluar embrio heksakan sistriserkoid usus
hakus melekat dewasa.

        Apabila telur termakan oleh serangga (kumbang) – kumbang termakan oleh manusia – telur
        menetas – sistiserkoid - dewasa

More Related Content

What's hot

Cawan petri, jarum ose, spkulum
Cawan petri, jarum ose, spkulum Cawan petri, jarum ose, spkulum
Cawan petri, jarum ose, spkulum
Okta Yosiana Dewi
 
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.pptPENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
irhamakbar7
 
Peran serangga dalam kehidupan manusia
Peran serangga dalam kehidupan manusiaPeran serangga dalam kehidupan manusia
Peran serangga dalam kehidupan manusia
Afifi Rahmadetiassani
 
Penyebaran populasi ekologi umum
Penyebaran populasi ekologi umumPenyebaran populasi ekologi umum
Penyebaran populasi ekologi umum
Jun Mahardika
 

What's hot (20)

Laporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiLaporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologi
 
Acara 3
Acara 3Acara 3
Acara 3
 
Cawan petri, jarum ose, spkulum
Cawan petri, jarum ose, spkulum Cawan petri, jarum ose, spkulum
Cawan petri, jarum ose, spkulum
 
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
 
Laporan praktikum pembuatan medium pda
Laporan praktikum pembuatan medium pdaLaporan praktikum pembuatan medium pda
Laporan praktikum pembuatan medium pda
 
Mikroorganisme dalam makanan, tanah, air dan udara
Mikroorganisme dalam makanan, tanah, air dan udaraMikroorganisme dalam makanan, tanah, air dan udara
Mikroorganisme dalam makanan, tanah, air dan udara
 
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.pptPENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
PENGENDALIAN HAMA TERPADU.ppt
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGILAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
 
Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
 
Peran serangga dalam kehidupan manusia
Peran serangga dalam kehidupan manusiaPeran serangga dalam kehidupan manusia
Peran serangga dalam kehidupan manusia
 
Penyebaran populasi ekologi umum
Penyebaran populasi ekologi umumPenyebaran populasi ekologi umum
Penyebaran populasi ekologi umum
 
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
PPT PARASITOLOGI - PINJAL DAN KUTU
 
Pembuatan medium nutrient cair
Pembuatan medium nutrient cairPembuatan medium nutrient cair
Pembuatan medium nutrient cair
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
 
Uji biokimiawi
Uji biokimiawiUji biokimiawi
Uji biokimiawi
 
Toxoplasma Gondii
Toxoplasma GondiiToxoplasma Gondii
Toxoplasma Gondii
 
Mikrobiologi udara , air dan indusri
Mikrobiologi udara , air dan indusriMikrobiologi udara , air dan indusri
Mikrobiologi udara , air dan indusri
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi -  Teknik SterilisasiLaporan Mikrobiologi -  Teknik Sterilisasi
Laporan Mikrobiologi - Teknik Sterilisasi
 
Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasi
 
Perkembangbiakan & Pertumbuhan Mikroba
Perkembangbiakan & Pertumbuhan MikrobaPerkembangbiakan & Pertumbuhan Mikroba
Perkembangbiakan & Pertumbuhan Mikroba
 

Viewers also liked (12)

Infeksi Parasit
Infeksi ParasitInfeksi Parasit
Infeksi Parasit
 
Ppt parasit kelompok iv
Ppt parasit kelompok ivPpt parasit kelompok iv
Ppt parasit kelompok iv
 
Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
 
Sel, Jaringan dan Organ dari Hewan dan Tumbuhan
Sel, Jaringan dan Organ dari Hewan dan TumbuhanSel, Jaringan dan Organ dari Hewan dan Tumbuhan
Sel, Jaringan dan Organ dari Hewan dan Tumbuhan
 
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitReaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
 
Ppt parasit iv
Ppt parasit ivPpt parasit iv
Ppt parasit iv
 
Organ Tumbuhan
Organ TumbuhanOrgan Tumbuhan
Organ Tumbuhan
 
1. parasitologi
1. parasitologi1. parasitologi
1. parasitologi
 
Macam Penyakit Pada Ternak Unggas
Macam Penyakit Pada Ternak UnggasMacam Penyakit Pada Ternak Unggas
Macam Penyakit Pada Ternak Unggas
 
Struktur tumbuhan
Struktur tumbuhanStruktur tumbuhan
Struktur tumbuhan
 
Buku Biologi SMA Kelas XI [BSE] 2009 – Eva Latifah Hanum
Buku Biologi SMA Kelas XI [BSE] 2009 – Eva Latifah HanumBuku Biologi SMA Kelas XI [BSE] 2009 – Eva Latifah Hanum
Buku Biologi SMA Kelas XI [BSE] 2009 – Eva Latifah Hanum
 
Analisis Skripsi
Analisis SkripsiAnalisis Skripsi
Analisis Skripsi
 

Similar to Parasit 1

PPT-UEU-Mikrobiologi-dan-Parasitologi-Pertemuan-13.pdf
PPT-UEU-Mikrobiologi-dan-Parasitologi-Pertemuan-13.pdfPPT-UEU-Mikrobiologi-dan-Parasitologi-Pertemuan-13.pdf
PPT-UEU-Mikrobiologi-dan-Parasitologi-Pertemuan-13.pdf
StevenSamuelBangun
 

Similar to Parasit 1 (20)

Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
 
pengantar parasit.ppt
pengantar parasit.pptpengantar parasit.ppt
pengantar parasit.ppt
 
Parasite.pptx
Parasite.pptxParasite.pptx
Parasite.pptx
 
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMANSERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
SERANGGA SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT TANAMAN
 
Pengantar parasitologi-new
Pengantar parasitologi-newPengantar parasitologi-new
Pengantar parasitologi-new
 
PPT-UEU-Mikrobiologi-dan-Parasitologi-Pertemuan-13.pdf
PPT-UEU-Mikrobiologi-dan-Parasitologi-Pertemuan-13.pdfPPT-UEU-Mikrobiologi-dan-Parasitologi-Pertemuan-13.pdf
PPT-UEU-Mikrobiologi-dan-Parasitologi-Pertemuan-13.pdf
 
Agent Penyebaran Penyakit Menular ka Dwi.ppt
Agent Penyebaran Penyakit Menular ka Dwi.pptAgent Penyebaran Penyakit Menular ka Dwi.ppt
Agent Penyebaran Penyakit Menular ka Dwi.ppt
 
Dasar-dasar parasitologi
Dasar-dasar parasitologi Dasar-dasar parasitologi
Dasar-dasar parasitologi
 
Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi
 
Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi
 
Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
 
97324197 parasit
97324197 parasit97324197 parasit
97324197 parasit
 
Parasitologi_Parasitologi _Parasitologi_
Parasitologi_Parasitologi _Parasitologi_Parasitologi_Parasitologi _Parasitologi_
Parasitologi_Parasitologi _Parasitologi_
 
presentation1-senin-besok1.pptx
presentation1-senin-besok1.pptxpresentation1-senin-besok1.pptx
presentation1-senin-besok1.pptx
 
Pengenalan parasitologi
Pengenalan parasitologiPengenalan parasitologi
Pengenalan parasitologi
 
laoran praktikum dasperlintan
laoran praktikum dasperlintanlaoran praktikum dasperlintan
laoran praktikum dasperlintan
 
Vektor penyakit.pptx
Vektor penyakit.pptxVektor penyakit.pptx
Vektor penyakit.pptx
 
Patient safety klpk 2.pptx
Patient safety klpk 2.pptxPatient safety klpk 2.pptx
Patient safety klpk 2.pptx
 
Makalah penyakit menular
Makalah penyakit menularMakalah penyakit menular
Makalah penyakit menular
 
Flora normal serta hubungan hospes dan lingkungan
Flora normal serta hubungan hospes dan lingkunganFlora normal serta hubungan hospes dan lingkungan
Flora normal serta hubungan hospes dan lingkungan
 

More from SLIM_FKM

Hasil toefl test fkm surabaya
Hasil toefl test  fkm surabayaHasil toefl test  fkm surabaya
Hasil toefl test fkm surabaya
SLIM_FKM
 
Pkmk ular tangga eds
Pkmk ular tangga edsPkmk ular tangga eds
Pkmk ular tangga eds
SLIM_FKM
 
2) pkmk dental phantom (denthom)
2) pkmk dental phantom (denthom)2) pkmk dental phantom (denthom)
2) pkmk dental phantom (denthom)
SLIM_FKM
 
2) isi pkmk delipop
2) isi pkmk delipop2) isi pkmk delipop
2) isi pkmk delipop
SLIM_FKM
 
List pendampingan pkm 2
List pendampingan pkm 2List pendampingan pkm 2
List pendampingan pkm 2
SLIM_FKM
 
Panduan follow up sehat
Panduan follow up sehatPanduan follow up sehat
Panduan follow up sehat
SLIM_FKM
 
List pendampingan pkm
List pendampingan pkmList pendampingan pkm
List pendampingan pkm
SLIM_FKM
 
Jadwal remidi fkm surabaya
Jadwal remidi fkm surabayaJadwal remidi fkm surabaya
Jadwal remidi fkm surabaya
SLIM_FKM
 
Daftar monev universitas pkm dikti 2011
Daftar monev universitas pkm dikti 2011Daftar monev universitas pkm dikti 2011
Daftar monev universitas pkm dikti 2011
SLIM_FKM
 
Flash patologi inflamasi
Flash patologi inflamasiFlash patologi inflamasi
Flash patologi inflamasi
SLIM_FKM
 
Flash patologi inflamasi
Flash patologi inflamasiFlash patologi inflamasi
Flash patologi inflamasi
SLIM_FKM
 
Mikrobiologi 1
Mikrobiologi 1Mikrobiologi 1
Mikrobiologi 1
SLIM_FKM
 

More from SLIM_FKM (15)

Remidi
RemidiRemidi
Remidi
 
Hasil toefl test fkm surabaya
Hasil toefl test  fkm surabayaHasil toefl test  fkm surabaya
Hasil toefl test fkm surabaya
 
Pkmk ular tangga eds
Pkmk ular tangga edsPkmk ular tangga eds
Pkmk ular tangga eds
 
2) pkmk dental phantom (denthom)
2) pkmk dental phantom (denthom)2) pkmk dental phantom (denthom)
2) pkmk dental phantom (denthom)
 
2) isi pkmk delipop
2) isi pkmk delipop2) isi pkmk delipop
2) isi pkmk delipop
 
List pendampingan pkm 2
List pendampingan pkm 2List pendampingan pkm 2
List pendampingan pkm 2
 
Panduan follow up sehat
Panduan follow up sehatPanduan follow up sehat
Panduan follow up sehat
 
List pendampingan pkm
List pendampingan pkmList pendampingan pkm
List pendampingan pkm
 
Jadwal remidi fkm surabaya
Jadwal remidi fkm surabayaJadwal remidi fkm surabaya
Jadwal remidi fkm surabaya
 
Daftar monev universitas pkm dikti 2011
Daftar monev universitas pkm dikti 2011Daftar monev universitas pkm dikti 2011
Daftar monev universitas pkm dikti 2011
 
Anatomi 1
Anatomi 1Anatomi 1
Anatomi 1
 
Biokimia
BiokimiaBiokimia
Biokimia
 
Flash patologi inflamasi
Flash patologi inflamasiFlash patologi inflamasi
Flash patologi inflamasi
 
Flash patologi inflamasi
Flash patologi inflamasiFlash patologi inflamasi
Flash patologi inflamasi
 
Mikrobiologi 1
Mikrobiologi 1Mikrobiologi 1
Mikrobiologi 1
 

Parasit 1

  • 1. Parasitologi adalah suatu ilmu cabang Biologi yang mempelajari tentang semua organisme parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini terbatas mempelajari organisme parasit yang tergolong hewan parasit, meliputi: protozoa, helminthes, arthropoda dan insekta parasit, baik yang zoonosis ataupun anthroponosis. Cakupan parasitologi meliputi taksonomi, morfologi, siklus hidup masing-masing parasit, serta patologi dan epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya. Organisme parasit adalah organisme yang hidupnya bersifat parasitis; yaitu hidup yang selalu merugikan organisme yang ditempatinya (hospes). Predator adalah organisme yang hidupnya juga bersifat merugikan organisme lain (yang dimangsa). Bedanya, kalau predator ukuran tubuhnya jauh lebih besar dari yang dimangsa, bersifat membunuh dan memakan sebagian besar tubuh mangsanya. Sedangkan parasit, selain ukurannya jauh lebih kecil dari hospesnya juga tidak menghendaki hospesnya mati, sebab kehidupan hospes sangat essensial dibutuhkan bagi parasit yang bersangkutan. Tujuan Pengajaran Parasitologi Menyadari akibat yang dapat ditimbulkan oleh gangguan parasit terhadap kesejahteraan manusia, maka perlu dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian penyakitnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat diperlukan suatu pengetahuan tentang kehidupan organisme parasit yang bersangkutan selengkapnya. Tujuan pengajaran parasitologi, dalam hal ini di antaranya adalah mengajarkan tentang siklus hidup parasit serta aspek epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya. Dengan mempelajari siklus hidup parasit, kita akan dapat mengetahui bilamana dan bagaimana kita dapat terinfeksi oleh parasit, serta bagaimana kemungkinan akibat yang dapat ditimbulkannya. Selanjutnya ditunjang oleh pengetahuan epidemiologi penyakit, kita akan dapat menentukan cara pencegahan dan pengendaliannya. Istilah dalam Parasitologi dan Pembagian Hewan Parasit 1. Organisme (manusia atau hewan) yang ditempati oleh organisme lain (parasit) di mana organisme tersebut merugikan hospes (inang) yang ditumpanginya karena mengambil makanan disebut hospes. 2. Hospes yang dirugikan itu dapat digolongkan menjadi 4 macam yaitu hospes definitif, hospes perantara, hospes predileksi dan hospes reservoir. Hospes definitif yaitu hospes yang membantu hidup parasit dalam stadium dewasa/stadium seksual. 3. Berdasar lama waktu hidupnya parasit dibagi menjadi dua yaitu parasit temporer dan stasioner. Parasit temporer disebut juga parasit nonperiodis (nonberkala) yang mengunjungi hospesnya pada waktu-waktu berselang atau parasit tersebut tidak menetap pada tubuh hospesnya. 4. Pediculus humanus disebut sebagai ektoparasit karena hidup di kepala atau hidup pada permukaan luar hospesnya. Hubungan antara Parasit dengan Inang Derajat preferensi inang adalah produk adaptasi biologis dari parasit yang menyebabkan parasit tersebut secara alami mempunyai pilihan terhadap inang dan juga jaringan tubuh inang. Semakin tinggi derajat preferensi suatu parasit terhadap inang akan menyebabkan adanya spesifitas inang.
  • 2. Kekebalan terhadap parasit, Modus dan Sumber Penulurannya Di dalam tubuh terdapat suatu mekanisme yaitu mekanisme tanggap kebal yang akan mengenali dan segera memusnahkan setiap sel yang berbeda/asing dari sel normal tubuhnya sendiri. Seperti pada kekebalan terhadap bakteri, cendawan, dan virus, kekebalan dalam parasitologi terdiri dari kekebalan bawaan yang mungkin disebabkan spesifitas inang, karakteristik fisik inang, sifat biokimia yang khas dan kebiasaan inang serta kekebalan didapat. Kekebalan didapat dibedakan menjadi: - Kekebalan secara pasif, contohnya ialah kekebalan anak yang didapat dari kolostrum ibunya. - Kekebalan didapat secara aktif. Reaksi kekebalan didapat secara aktif timbul setelah adanya rangsangan oleh antigen. Tergantung dari sifat antigen sehingga terjadi pembelahan limfosit-limfosit menjadi sel-T atau sel B. Sel T mempunyai reseptor khusus terhadap antigen tertentu, sedangkan sel B akan mengeluarkan antibodi yang dikenal sebagai imunoglobulin yang akan berikatan secara khas pula dengan antigen. Modus penularan ialah cara atau metode penularan penyakit yang biasanya terjadi. Pada umumnya, cara penularan penyakit parasit adalah secara kontak langsung, melalui mulut (food-borne parasitosis), melalui kulit, melalui plasenta, melalui alat kelamin dan melalui air susu. Sumber penularan bagi penyakit parasit, seperti halnya bagi penyakit menular lain terjadi dari inang yang satu ke inang yang lain. Penularan dapat juga dari sumber penyakit kepada inang baru. Adapun yang dapat berlaku sebagai sumber penularan penyakit parasit ialah organisme baik hewan maupun tumbuhan dan benda mati seperti tanah, air, makanan dan minuman. Ekologi Parasit Ekologi parasit adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara parasit dengan lingkungan habitatnya, terutama mengenai distribusi parasit dengan sumber makanannya dan interaksi jenis-jenis parasit dalam satu habitat. Parasit yang terdapat di dalam tubuh inang, mungkin terdapat di dalam sistem pencernaan, sistem sirkulasi, sistem respirasi atau alat-alat dalam tubuh seperti hati, ginjal, otak dan limpa. Biometeorologi adalah ilmu tentang atmosfer dan segala fenomena-fenomenanya/ilmu tentang cuaca yang berhubungan dengan data kehidupan. Faktor meteorologi yang berpengaruh pada kelangsungan hidup parasit adalah: a. Data biometeorologi b. Penguapan air c. Kandungan air dalam tanah. Pengaruh Faktor Cuaca terhadap Siklus Hidup Parasit Pengaruh jumlah hujan dan temperatur terhadap kelangsungan hidup suatu jenis parasit berbeda, sebagai contoh Nematoda parasit membutuhkan lebih sedikit curah hujan dibandingkan dengan Trematoda. Trematoda membutuhkan jumlah air yang lebih banyak dibandingkan dengan Nematoda sebab untuk menetaskan miracidium diperlukan genangan air. Demikian juga pada telur cacing nematoda umumnya lebih tahan terhadap temperatur yang lebih tinggi daripada Trematoda dan Cestoda, tetapi
  • 3. sebagai larva infektif sebaliknya, yaitu larva Nematoda lebih tahan dingin daripada larva Trematoda dan Cestoda. Diduga bagian sinar matahari yang berpengaruh besar pada siklus hidup parasit adalah sinar ultraviolet. Dalam bereaksi terhadap tantangan dari faktor-faktor cuaca tersebut parasit bereaksi secara gabungan dan bukan bereaksi terhadap faktor itu satu demi satu. Ruang Lingkup Parasitisme Dalam mempelajari parasitologi diperlukan pengertian dan pendekatan ekologi serta memahami ekologi parasit yang merupakan dasar pembahasan berbagai masalah antara lain masuknya parasit ke dalam hospes, kepadatan parasit, inang dan sebagainya. Demikian juga untuk memahami penyebarannya perlu dipelajari mikro distribusi parasit. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan parasit antara lain air, temperatur, sinar matahari, waktu, flora dan fauna. Semua makhluk hidup itu bereaksi terhadap banyak faktor-faktor tersebut secara bersama-sama, tidak terhadap faktor satu demi satu. Selanjutnya dalam mencegah dan mengobati penyakit secara umum dengan tindakan praktis, khususnya dalam pencegahan serta pemberantasannya. Penggolongan Zoonosis dan Aspek yang Mempengaruhinya Zoonosis adalah penyakit atau penularan-penularan yang secara alamiah terjadi antara hewan dan manusia. Penggolongan zoonosis dapat didasarkan pada: (1) tingkat derajat revervoirnya dalam sistem zoologi, (2) siklus penularan dan prospek pengendaliannya, (3) taksonomi parasit penyebabnya. Hal-hal yang berpengaruh terhadap kasus zoonosis parasiter pada manusia adalah: 1. aspek sosial budaya atau ekonomi; di antaranya adalah jenis pekerjaan. Sebagai pemburu juga pekerja hutan, mereka lebih terbuka kemungkinannya untuk memperoleh zoonosis parasiter dari hewan buruan dan hewan liar di hutan sebagai reservoirnya. Berbeda dengan pekerja pengalengan susu, daging atau ikan yang secara langsung lebih terbuka terhadap penularan zoonosis parasiter dari jenis toksoplasmosis, hidatidosis dan larva migran. 2. Aspek ekologi; bertambahnya populasi atau dengan adanya transmigrasi, yang akan mengubah keadaan lingkungan. Perubahan ekologi, seperti adanya 2 ekosistem yang semula terpisah, kemudian bersatu dan dapat menjadi fokus baru bagi berbagai penyakit zoonosis; di antaranya schistosomiasis, trypanosomiasis, paragonimiasis dan sebagainya 3. Aspek iklim dan cuaca; sebagai contoh: negara Indonesia dengan iklim tropis, panas, tetapi curah hujan cukup sehingga kelembabannya cukup pula. Hal tersebut memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan berbagai jenis parasit selagi berada di luar tubuh hospesnya. Contoh: sporulasi ookista Toxoplasma gondii, pembentukan telur infektif berbagai cacing parasit usus, demikian pula bagi kelangsungan hidup berbagai vektor dan hospes perantara yang sangat dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
  • 4. Faktor-faktor yang mendukung siklus hidup zoonosis parasiter di daerah endemis, di antaranya: faktor bangsa, ethnis, agama, populasi geografis. Protozoa Parasit Usus Struktur tubuh protozoa tersusun dari unit-unit (komponen) fungsional yang disebut sebagai organel-organel bukan organ-organ sebab Protozoa adalah hewan bersel satu atau terdiri dari satu sel saja. Seluruh fungsi kehidupannya dilakukan oleh satu sel tersebut. Sedangkan “organ” terdiri dari banyak sel dan “organel-organel” adalah bagian sel yang mengalami diferensiasi yang disesuaikan dengan fungsinya. Pengelompokan Protozoa parasit dalam parasitologi dilakukan berdasarkan patologi anatomi hospesnya dengan urutan yang disesuaikan dengan taksonominya. Alasan pengelompokan tersebut, dimaksudkan untuk mempermudah dalam mempelajarinya. Protozoa Parasit Rongga Tubuh Protozoa atrial adalah protozoa yang berhabitat pada rongga tubuh seperti mulut, hidung, vagina, urethera. Dalam kelompok protozoa atrial yaitu Entomoeba gingivalis (Kelas Sarcodina) dan Trichomonas tenax dan T. vaginalis (Kelas Flagellata), hanya T. vaginalis yang patogen. E. gingivalis hanya diketahui bentuk trophozoit saja yang sangat mirip dengan E. histolytica. Spesies ini tinggal di dalam gingiva manusia bersifat apatogen sama halnya dengan T. tenax. T. vaginalis habitat pada vagina dan glandula prostata. Pada wanita menyebabkan vaginistis yaitu dapat mengeluarkan banyak sekret keputihan yang menyebabkan keputihan. Infeksi pada laki-laki dirasakan setelah adanya infeksi sekunder oleh bakteri dan mungkin menyebabkan uretritis dan prostata. Protozoa Parasit pada Darah Manusia serta Vertebrata lainnya Protozoa yang hidup parasit di dalam darah dan jaringan manusia mencakup berbagai jenis yaitu Trypanosoma spp, Leishmania spp, Plasmodium spp, dan Toxoplasma gondii. Parasit Trypanosoma cukup luas penyebarannya, sebagian tidak patogen, di dalam darah hewan mamalia, reptilia, amfibia, burung, ikan ada ada 3 spesies patogen pada manusia yaitu Trypanosoma gambiense, T. rhodesiense dan T. cruzi. Bentuk- bentuk perkembangan familia Trypanosomidae ini adalah Trypomastigot, Epimastigot, Promastigot, dan Amastigot. Bentuk-bentuk perkembangan ini ada yang lengkap dan ada pula yang tidak lengkap. Daur hidup Trypanosoma pada mamalia terjadi berganti- ganti di dalam inang vertebrata dan invertebrata. Penularan Trypanosoma dan dapat secara langsung dan dapat secara tidak langsung yaitu mengalami pertumbuhan siklik (mekanik) di dalam serangga pengisap darah sebelum menjadi infektif. Vektor bagi Trypanosoma gambiense dan T. rhodesiense adalah lalat tse-tse, sedangkan Trypanosoma cruzi adalah serangga reduvidae. Klasifikasi Trypanosoma didasarkan atas morfologi, cara penularan dan sifat patogen. Parasit Plasmodium penyebab malaria yang tersebar sangat luas dan banyak menimbulkan kematian pada manusia ada 4 spesies yaitu P. vivax, P. malariae, P. falciparum dan P. ovale, sedangkan spesies lainnya dapat menginfeksi burung, monyet, rodentia dan sebagainya. Pembasmiannya sangat tergantung pada penggunaan insektisida, pengobatan dan faktor-faktor sosio ekonomi yang cukup komplex. Untuk kelangsungan hidup parasit tersebut mempunyai fase schizogoni, fase gametogami, dan fase sporogoni. Patologinya menyebabkan pecahnya eritrosit, reaksi humoral kelemahan limpa, hati, ginjal dan gangguan peredaran darah. Gejala klinis ialah serangan demam yang intermitten dan pembesaran limpa. Pencegahan mencakup pengurangan sumber infeksi, pengendalian nyamuk malaria. Pengobatan meliputi penghancuran parasit praeritrositik, obat
  • 5. represif, obat penyembuh dan obat radikal untuk bentuk eksoeritrositik, gametositik dan gametastatik. Protozoa Parasit Pada Jaringan Protozoa parasit jaringan merupakan protozoa parasit yang hidup berparasit di dalam jaringan hospesnya. Protozoa parasit ini merupakan penyebab penyakit bagi manusia dan hewan khususnya dan berperan penting dalam dunia kesehatan pada umumnya. Protozoa yang bersifat parasit pada jaringan hospes ini meliputi 2 kelas yaitu kelas Flagellata dan Sporozoa. Pada kelas Flagellata berupa genus Leishmania sedangkan pada kelas Sporozoa berupa genus Toxoplasma. Dari genus Leishmania ini hanya terdapat 3 spesies penting terutama bagi kesehatan manusia yaitu dapat menyebabkan penyakit leishmaniasis. Adapun ketiga spesies tersebut adalah Leishmania donovani penyebab leishmaniasis visceral; Leishmania tropica penyebab leishmaniasis kulit dan Leishmania brazilliennis penyebab leishmaniasis muko kutis. Meskipun ketiga genus Leishmania ini merupakan protozoa parasit pada jaringan, tetapi di dalam daur (siklus) hidupnya masih tetap membutuhkan hospes perantara untuk kelangsungan hidupnya. Adapun sebagai hospes perantaranya adalah lalat Phlebotomus dan darah manusia. Di antara genus Toxoplasma hanya satu spesies saja yang mampu menginfeksi berbagai macam hospes yaitu spesies Toxoplasma gondii. T. gondii ini merupakan penyebab penyakit toxoplasmosis pada manusia. Di dalam daur hidupnya mempunyai tiga bentuk perkembangan yaitu bentuk zoite, kista dan ookista. Sebagai berikut infektifnya adalah sporozoit, kestozoit dan endozoit. Sedangkan cara infeksinya adalah bukan dengan melalui vektor, tetapi dengan berbagai cara yaitu per-os, transplantasi, transfusi ataupun dengan kista, trophozoit atau ookista selama melakukan penelitian di laboratorium. Peristiwa ini dapat mengakibatkan toxoplasmosis kongenital dan toxoplasmosis dapatan (perolehan). Penularan dari manusia ke manusia terjadi dengan melalui plasenta penyebab toxoplasmosis kongenital. Trematoda Usus Trematoda merupakan cacing pipih yang berbentuk seperti daun, dilengkapi dengan alat-alat ekskresi, alat pencernaan, alat reproduksi jantan dan betina yang menjadi satu (hermafrodit) kecuali pada Trematoda darah (Schistosoma). Mempunyai batil isap kepala di bagian anterior tubuh dan batil isap perut di bagian posterior tubuh. Dalam siklus hidupnya Trematoda pada umumnya memerlukan keong sebagai hospes perantara I dan hewan lain (Ikan, Crustacea , keong) ataupun tumbuh-tumbuhan air sebagai hospes perantara kedua. Manusia atau hewan Vertebrata dapat menjadi hospes definitifnya. Habitat Trematoda dalam tubuh hospes definitif bermacam-macam, ada yang di usus, hati, paru-paru, dan darah. Macam-macam spesies Trematoda usus adalah: F. buski, H. heterophyes, M. yokagawai, Echinostoma, Hypoderaeum dan Gastrodiscus. Manusia menjadi hospes definitifnya dan hewan-hewan lain seperti mamalia (anjing, kucing) dan burung dapat menjadi hospes reservoar. Siklus hidup selalu memerlukan keong sebagai hospes perantara I dan hospes perantara II (keong : Echinostoma, tumbuhan air F.buski; ikan H.heterophyes dan M.yokogawai). Patologi penyakit yang disebabkan oleh Trematoda usus disebabkan oleh perlekatan cacing pada mukosa usus dengan batil isapnya. Semakin besar ukuran cacing maka semakin parah kerusakan yang ditimbulkan. Gejala klinis tergantung jumlah parasit dalam usus, pada infeksi ringan gejala tidak nyata, sedangkan pada infeksi berat gejala yang timbul adalah sakit perut, diare, dan akibat terjadinya malabsorpsi bisa timbul edema. Diagnosis dilakukan dengan menemukan telur dalam tinja penderita. Bila bentuk telur
  • 6. hampir sama maka perlu menemukan cacing dewasanya dalam tinja penderita. Obat- obatan untuk trematoda usus hampir sama, yaitu tetrakloretilen, heksilresorsinol, dan praziquantel. Cestoda Usus Cestoda merupakan cacing berbentuk seperti pita memanjang. tubuh terdiri dari kepala (skolek), dan proglottid (segmen tubuh) yang terdiri dari: proglottid immature, mature, dan gravid. Proglottid gravid dapat digunakan untuk identifikasi spesies berdasarkan bentuknya dan bentuk uterus di dalamnya. Terdapat 2 golongan besar Cestoda, yaitu: 1. Pseudophyllidean yang mempunyai skolek berbentuk seperti sendok dengan dilengkapi 2 buah alat isap yang berbentuk celah memanjang yang disebut bothria, contoh spesies: Diphyllobothrium latum. 2. Cyclophyllidean yang mempunyai skolek dengan alat isap berbentuk seperti mangkuk yang disebut asetabulum, jumlahnya 4 buah. Diphyllobothrium latum merupakan pseudophyilidean. Cestoda yang hidup di usus manusia sebagai hospes definitifnya. Hospes reservoarnya adalah hewan/mamalia pemakan ikan. Memerlukan 2 buah hospes perantara dalam daur hidupnya yaitu: (1) Cyclops atau Diaptomus di mana larva cacing disebut proserkoid, dan (2) Ikan air tawar dengan larva cacing di dalamnya disebut pleroserkoid. Fam.Taeniidae yang termasuk Cyclophyllidean Cestoda mempunyai 3 spesies penting bagi kesehatan manusia maupun hewan, yaitu T.saginata, T.solium, dan E.granulossus. Bentuk telur antara ketiga cacing tersebut sukar dibedakan satu sama lain. Ketiganya mempunyai skolek yang dilengkapi dengan batil isap berbentuk mangkuk yang disebut asetabulum. Pada skolek T.solium dan E.granulossus dilengkapi dengan rostellum dan kait-kait . Sedangkan skolek T.saginata tidak ada rostrumnya. T.saginata dan T.solium merupakan cacing pita yang panjang sampai bermeter-meter ukurannya, sedangkan E.granulossus merupakan cacing pita yang terpendek, hanya mempunyai 3 buah proglottid saja. Manusia dapat terinfeksi T.saginata bila makan daging sapi yang mengandung kista yang disebut sistiserkus bovis, dan menderita taeniasis saginata (terdapat cacing dewasa dalam ususnya). Infeksi T.solium pada manusia dapat terjadi melalui 2 cara yaitu: 1. Bila menelan telurnya akan terjadi larva dalam jaringan tubuh manusia, disebut menderita sistiserkosis. 2. Bila makan daging babi yang mengandung larva sistiserkus selulose, manusia akan menderita taeniasis solium. Diagnosis taeniasis saginata/solium dengan menemukan telur/proglottid gravid pada tinja penderita. Sedangkan sistiserkosis dapat diketahui dengan pemeriksaan serologis, CT-scan atau dengan pembedahan (tergantung letak kista dalam jaringan tubuh manusia). Infeksi E.granulossus pada manusia dapat terjadi bila menelan telurnya, manusia akan menderita hidatidosis (terjadinya kista hidatida dalam jaringan tubuh manusia). Tempat yang sering terjadi kista adalah hati (66%). Diagnosis dengan pemeriksaan serologis, sinar rontgen, dan pembedahan bila letaknya memungkinkan. Cacing pita yang kecil H.nana hospes definitifnya manusia, dan penularan dapat terjadi secara langsung bila manusia menelan telur cacing tersebut. H.nana var.fraterna dan H.diminuta yang hospes definitifnya tikus memerlukan hospes perantara, yaitu pinjal tikus, dan kumbang tepung. Hospes perantara bila menelan telur cacing tersebut akan menetas menjadi larva sistiserkoid. Bila manusia menelan hospes perantara yang mengandung sistiserkoid akan menderita hymenolepsis.
  • 7. Cacing pita D.caninum merupakan cacing pita anjing /carnivora lainnya. Habitat dalam hospes adalah dalam usus halus. Manusia terinfeksi secara kebetulan/aksidental terutama terjadi pada anak-anak yang menelan pinjal anjing/kucing yang mengandung larva sistiserkoid. Akibat infeksi ini pada anak-anak tidak begitu nyata bila infeksinya ringan namun bila infeksi berat dapat terjadi gangguan pencernaan, diare, dan reaksi alergi. Pencegahan dengan meningkatkan kebersihan perorangan serta lingkungan dengan mengobati anjing dari pinjal yang menempel pada tubuhnya. Pengobatan dipylidiasis seperti pada infeksi cacing pita lainnya, yaitu dengan: niklosamid, praziquantel, atau kuinakrin Nematoda Usus Cacing tambang terdiri dari beberapa spesies, yang menginfeksi manusia adalah N.americanus dan A.duodenale, yang menginfeksi hewan (anjing/kucing) baik liar maupun domestik adalah A.ceylanicum meskipun cacing ini dilaporkan dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan tidak pernah menyebabkan creeping eruption, A.caninum dan A.braziliense yang tidak dapat menjadi dewasa dalam usus halus manusia dan menyebabkan creeping eruption pada manusia. Perbedaan morfologi antar spesies dapat dilihat dari bentuk rongga mulut, ada tidaknya gigi, dan bentuk bursa kopulatriks cacing jantan. Akibat utama yang ditimbulkan bila menginfeksi manusia atau hewan adalah anemia mikrositik hipokromik, karena cacing tambang menyebabkan perdarahan di usus akibat luka yang ditimbulkan juga cacing tambang mengisap darah hospes. Penyakit cacing tambang tersebar luas di daerah tropis, pencegahan tergantung pada sanitasi lingkungan, kebiasaan berdefikasi, dan memakai alas kaki. Strongyloides stercoralis merupakan cacing Nematoda usus yang hidup parasit pada manusia, namun dalam siklus hidupnya terdapat fase hidup bebas di tanah. Bentuk telurnya sulit dibedakan dengan telur cacing tambang. Manusia dapat terinfeksi melalui 3 cara: yaitu langsung, tak langsung, dan autoinfeksi. Cara pencegahan dan penyebaran cacing ini sama seperti cacing tambang. Obat yang efektif untuk strongyloidiasis adalah thiabendazol. Akibat utama yang ditimbulkan adalah peradangan pada usus, disentri terus-menerus dan rasa sakit pada perut bagian kanan atas. Diagnosis dengan menemukan larva dalam tinja atau dalam sputum penderita. Pada cacing Nematoda usus ada beberapa spesies yang menginfeksi manusia maupun hewan. Nematoda usus terbesar adalah A.lumbricoides yang bersama-sama dengan T.trichiura, serta cacing tambang sering menginfeksi manusia karena telur cacing tersebut semuanya mengalami pemasakan di tanah dan cara penularannya lewat tanah yang terkontaminasi sehingga cacing tersebut termasuk dalam golongan soil- transmitted helminths. A.lumbricoides, T.trichiura dan E.vermicularis mempunyai stadium infektif yaitu telur yang mengandung larva. Siklus hidup A.lumbricoides lebih rumit karena melewati siklus paru-paru, sedangkan T.trichiura dan E.vermicularis tidak. Gejala klinis penyakit cacing ini bila infeksi ringan tidak jelas, biasanya hanya tidak enak pada perut kadang-kadang mual. Infeksi askariasis yang berat dapat menyebabkan kurang gizi dan sering terjadi sumbatan pada usus. Trikhuriasis berat biasanya dapat terjadi anemia, sedangkan pada enterobiasis gejala yang khas adalah gatal-gatal di sekitar anus pada waktu malam hari saat cacing betina keluar dari usus untuk meletakkan telunya di daerah perianal. Diagnosis askariasis dan trikhuriasis dengan menemukan telur dalam tinja penderita, sedangkan untuk enterobiasis dapat ditegakkan dengan anal swab karena telur E. vermicularis tidak dikeluarkan bersama tinja penderita. Infeksi cacing usus ini tersebar luas di seluruh dunia baik daerah tropis maupun sub tropis. Anak-anak lebih sering terinfeksi dari pada orang dewasa karena kebiasaan main tanah dan kurang/belum dapat menjaga kebersihan sendiri. Semua
  • 8. infeksi cacing usus dapat dicegah dengan meningkatkan kebersihan lingkungan, pembuangan tinja atau sanitasi yang baik, mengerti cara-cara hidup sehat, tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman dan mencuci bersih sayuran/buah yang akan di makan mentah. Obat cacing, seperti piperasin, mebendazole, tiabendazol, dan lain-lain dapat diberikan dengan hasil yang cukup memuaskan. Trematoda dan Cstoda yang Hidup Parasit pada Darah/Jaringan Tubuh Manusia dan Hewan Spesies trematoda hati yang dapat menginfeksi manusia adalah C. sinensis dan O. viverini, sedangkan O. felineus, F. hepatica dan F. gigantica lebih banyak menginfeksi hewan. Stadium infektil cacing hati adalah metaserkaria. Telur dari C. sinensis dan Opistorchis pada waktu dikeluarkan sudah mengandung mirasidium, ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan telur Fasciola yang besar dan tidak berembrio pada waktu dikeluarkan bersama tinja. Habitat cacing-cacing tersebut terutama adalah di saluran empedu, kecuali F. gigantica yang habitatnya di hati. Hospes perantara I cacing-cacing tersebut adalah keong, namun hospes perantara II C. sinensis dan Opistorchis adalah ikan air tawar dan hospes perantara II Fasciola adalah tumbuh-tumbuhan air. Patologis dan gejala klinis terutama karena peradangan yang disebabkan oleh hasil metabolisme cacing yang bersifat toksin. Gejala utama dalah demam, sakit daerah perut, pembesaran hati yang lunak, diare dan anemia. Diagnosis dengan menemukan telur dalam tinja penderita. Pencegahan dengan memasak ikan dan tumbuhan air yang akan dimakan. Pengobatan dengan bithionol. Paragonimus westermani merupakan trematoda yang menginfeksi paru-paru manusia dan hewan (mamalia). Stadium infektifnya adalah metasekaria yang mengkista dalam tubuh ketam atau udang (HP perantar II). Keong merupakan hospes perantara I nya. Patologi dan gejala klinis disebabkan oleh cacing dewasa dalam alveoli paru-paru dan mengeluarkan telur yang menyebabkan gejala batuk dengan bercak seperti serbuk besi dan sputum yang mengandung telur. Diagnosis dengan menemukan telur dalam sputum atau tinja penderita. Pencegahan dengan memasak dengan baik ketam atau udang yang akan dimakan. Trematoda darah pada manusia adalah Schistosoma japonicum, S. haematobium dan S. mansoni. Infeksi terjadi dengan cara serkaria menembus kulit hospes. hanya mempunyai 1 hospes perantara yaitu keong Oncomelania (S. japonicum); Biomphalaria (S. mansoni) dan Bulinus (S. mansoni). Berbagai hewan dapat terinfeksi oleh cacing ini dan menjadi hospes reservoarnya. Habitat S. japonicum dan S. mansoni adalah pada vena meseterika dan cabang-cabangnya, telur yang dikeluarkan oleh cacing dewasa dapat ditemukan dalam tinja penderita (untuk diagnosis). Sedangkan habitat S. haematobium adalah pada vena kandung kencing, sehingga untuk diagnosis dengan menemukan telur dalam urin penderita. Pencegahan dengan perbaikan irigasi, pemberantasan keong dan pengobatan dengan kalium ammoniumnitrat, nitridazole dan astiban. Nematoda Darah/Jaringan Tubuh Manusia dan Hewan Nematoda darah atau dikenal sebagai Nematoda filaria, menyebabkan penyakit kaki gajah atau elefantiasis/filariasis. Di Indonesia terdapat 3 spesies cacing ini yang dikenal juga sebagai cacing filaria limfatik, sebab habitat cacing dewasa adalah di dalam sistem limfe (saluran dan kelenjar limfe) manusia yang menjadi hospes definitifnya, maupun dalam sistem limfe hewan yang menjadi hospes reservoar (kera dan kucing hutan). Spesies cacing filaria yang ada di Indonesia adalah: Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Cacing filaria ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang menjadi vektomya. Filariasis bancrofti mempunyai 2 tipe, yaitu: 1.Tipe urban, atau
  • 9. terdapat di daerah perkotaan, vektornya nyamuk Culex quenquefasciatus/C. fatigans. 2.Tipe rural, vektornya nyamuk Anopheles atau nyamuk Aedes tergantung pada daerahnya. Periodisitasnya adalah periodik nokturna, di mana mikrofilaria banyak ditemukan dalam darah tepi penderita pada waktu malam hari. Filariasis malayi lebih banyak terjadi di daerah rural, vektornya adalah nyamuk Mansonia yang tempat perindukannya di rawa-rawa dekat hutan dan beberapa jenis dari nyamuk Anopheles dapat pula menjadi vektor penyakit ini. Perbedaan nyamuk yang menjadi vektornya tergantung pada daerah geografis. Periodisitas filariasis malayi adalah subperiodik nokturna, artinya mikrofilaria dapat ditemukan dalam darah tepi penderita pada waktu siang dan malam hari, meskipun jumlahnya lebih banyak pada malam hari. Bila mikrofilaria dalam darah tepi penderita masuk ke dalam tubuh nyamuk vektor pada waktu nyamuk rnengisap darah, maka akan berubah menjadi larva stadium I-III (L1- L2-L3). L3 bila nyamuk mengisap darah manusia akan terbawa masuk ke dalam tubuh dan menuju saluran limfe serta menjadi dewasa dalam kelenjar limfe. Gejala utama filariasis adalah: limfangitis, limfadenitis, limfedema, yang bisa terjadi berulang-ulang sampai akhimya bila sudah kronis (bertahun-tahun) akan terjadi elefantiasis. Pada infeksi W. bancrofti biasa menyerang ekstremitas bagian atas, alat genital, yang bisa menimbulkan hidrokel dan juga buah dada, namun juga bisa menyerang kaki. Filariasis malayi lebih banyak menyerang bagian kaki. Diagnosis dengan menemukan mikrofilaria dalam darah tepi penderita, tergantung periodisitasnya maka biasanya pemeriksaan dilakukan pada malam hari untuk menemukan mikrofilarianya. Lalu sediaan darah dicat dengan Giemsa, sehingga dapat dilihat perbedaan bentuk mf-nya untuk menentukan spesiesnya. Pengobatan filariasis sampai saat ini yang efektif adalah pemberian DEC (dietil karbamasin). Pencegahan terutama menjaga diri agar tidak digigit nyamuk, dengan memakai kelambu waktu tidur atau menggunakan repelen. Membasmi tempat perindukan nyamuk vektor, namun untuk yang habitatnya di rawa- rawa akan sulit dilakukan. Nematoda jaringan adalah beberapa spesies cacing Nematoda yang hospes yang definitifnya hewan, di mana cacing dewasa hidup dalam usus halus hewan tersebut. Bentuk larvanya yang menginfeksi jaringan tubuh manusia dan menimbulkan masalah penyakit. Tiga jenis cacing tersebut adalah: Trichinella spiralis yang hospes definitifnya adalah babi dan hewan lain (tikus, beruang, anjing liar dll), juga manusia. Habitat cacing dewasa dalam usus halus hospes. Manusia terinfeksi karena makan daging babi yang mengandung sista yang berisi larva di dalamnya. Daging tersebut bila dimakan tanpa dimasak dengan baik, maka larva akan menetas dalam usus dan menjadi dewasa. Cacing betina yang bersifat vivipar, menghasilkan larva yang akan menembus mukosa usus terbawa aliran darah sampai ke jaringan otot dan menyebabkan trikhinosis.
  • 10. FILARIA a. W. Brancofti b. Brugia malayi c. Brugia timori Habitat: Saluran dan kelenjar limfe, di dalam jaringan ikat, di bawah kulit atau di dalam rongga badan. Periodesasi • Siang hari disebut periodik diurna . W. bancrofti • Malam hari disebut periodik nokturna. B. malayi, B. timori • Siang dan malam hari tidak teratur disebut nonperiodik • Pengambilan darah untuk diagnosis berdasarkan sifat periodisitas tsb. Morfologi a. Mikrofilaria: panjang langsing Sheat Inti Caudal nuclei Cephalic Space W.brancofti Mempunyai Inti teratur - P=L sheat, menyerap zat warna Giemsa B. malayi Mempunyai sheat Inti tidak teratur ada 2 caudal P=2L berwarna pucat, nuclei terletak kurang menyerap berjauhan Giemsa B. timori Mempunyai sheat Inti tidak teratur Ada 2 nuclei P=3L berwarna pucat, terletak kurang menyerap berdekatan Giemsa b. Cacing dewasa • seperti benang, berwarna putih susu, terdapat di saluran dan kelenjar limfe • Cacing jantan: panjang 40 mm x 0,1 mm, ekor melingkar mempunyai 2 spikula, • Cacing betina : panjang 80-100 mm x 0,24-0,3 mm, ekor lurus, ujung tumpul Siklus hidup Tubuh nyamuk (1-2 minggu): mikrofilaria (larva I) lambung nyamuk menembus dinding otot thorax nyamuk larva II larva III Manusia: Nyamuk larva III tubuh cacing dewasa Elephantiasis: Cacing dewasa di dalam saluran limfe menimbulkan reaksi retikulo endotel sehingga dinding saluran limfe menebal, terjadi pembengkakan dan penumpukan fibrin, menyebabkan saluran limfe menyempit dan cacing dewasa mati dan mengalami kalsifikasi.
  • 11. Gejala Kilinik a. Masa inkubasi biologi b. Masa paten tanpa gejala c. Stadium akut d. Stadium menahun Vektor Elephantiasis Periodisitas P. Geografis W. nyamuk Extrimitas, organ Nokturna Amerika selatan dan brancofty Aedes genital, payudara dan diurnal tengah, Jepang, Asia Tenggara, India, Srilangka, China Di Indonesia: Irian, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara B. Malayi Anopheles extrimitas bagian nokturna rural type, Sulawesi barbirostris, bawah:Tungkai dan Kalimantan Culex bawah, bawah fatigans, lutut, lengan Mansonia bawah, bawah siku B. timori Anopheles extrimitas bagian nokturna NTT: Pulau Timor, barbirostris, bawah:Tungkai Rote, Flores dan Culex bawah, bawah sekitarnya fatigans, lutut, lengan Mansonia bawah, bawah siku Diagnosis Epidemiologi Pencegahan dan penanggulangan CESTODA Ciri umum Badan cacing: a. Scolex b. Leher c.Srobila: Immature, mature, gravid Bentuk Panjang Bentuk Sucker Rostelum Kait
  • 12. umum strobila scolex T. scolex 4 -12 m segi empat 4 sucker Tidak ada Tidak ada saginata Leher Strobila Bentuk Telur: bulat, terdapat struktur radier, berisi embrio heksakan (onkosfer) Silklus Hidup a. Sapi: Telur dalam tinja rumput termakan sapi telur menetas di sapi embrio heksakan pembuluh getah bening/darah otot larva sistiserkus bovis. b. Manusia: daging sapi mengandung larva scolex keluar (evanginasi) melekat pd mukosa usus halus dewasa. Gejala klinis Diagnosis CYSTICERCOSIS sebab: larva t. solium yaitu yang disebut cysticercus cellulosae Cara infeksi Bagian yang terinfeksi Diagnosis Pencegahan Hymenolepis nana dwarf tapeworm menyebabkan hymenolepiasis Morfologi Siklus Hidup Telur dan proglotid dari tinja manusia menetas keluar embrio heksakan sistriserkoid usus hakus melekat dewasa. Apabila telur termakan oleh serangga (kumbang) – kumbang termakan oleh manusia – telur menetas – sistiserkoid - dewasa