Vektor merupakan makhluk hidup selain manusia yang membawa dan menyebarkan penyakit. Dokumen ini membahas tentang jenis-jenis vektor penyakit seperti nyamuk, kutu, dan tikus serta cara penularan penyakit melalui vektor secara mekanik dan biologis. Dokumen ini juga menjelaskan metode pengendalian vektor seperti pengendalian fisik, kimia, biologi, serta prospek penggunaan te
2. Vektor
Vektor adalah setiap makhluk hidup selain manusia
yang membawa penyakit (carrier) yang menyebarkan
dan menjalani proses penularan penyakit
Peraturan Pemerintah No.374 tahun 2010 menyatakan
bahwa vektor merupakan arthropoda yang dapat
menularkan, memindahkan atau menjadi sumber
penularan penyakit pada manusia. Sehingga sering
dikenal sebagai arthropod-bone disease atau vector –
borne disease
3. Penyakit yang ditularkan melalui vektor masih
menjadi penyakit endemis yang dapat menimbulkan
wabah atau kejadian luar biasa sehingga perlu
dilakukan upaya pengendalian atas penyebaran vektor
tersebut
4.
5. Jenis-jenis Vektor
Vektor (Arthropoda) dibagi menjadi 4 kelas :
1. Kelas Crustacea (berkaki 10): misalnya udang
2. Kelas Myriapoda : misalnya binatang berkaki seribu
3. Kelas Arachinodea (berkaki 8) : misalnya Tungau
4. Kelas hexapoda (berkaki 6) : misalnya nyamuk
6. Dari kelas hexapoda dibagi menjadi 12 ordo, antara lain ordo
yang perlu diperhatikan dalam pengendalian adalah :
1. Ordo Dipthera yaitu nyamuk dan lalat
Nyamuk anopheles sebagai vektor malaria
Nyamuk aedes sebagai vektor penyakit demam berdarah
Lalat tse-tse sebagai vektor penyakit tidur
2. Ordo Siphonaptera yaitu pinjal
Pinjal tikus sebagai vektor penyakit pes
3. Ordo Anophera yaitu kutu kepala
Kutu kepala sebagai vektor penyakit demam bolak-balik
dan typhus exantyematicus.
7. Selain vektor diatas, terdapat ordo dari kelas
hexapoda yang bertindak sebagai binatang
pengganggu antara lain:
Ordo hemiptera, contoh kutu busuk
Ordo isoptera, contoh rayap
Ordo orthoptera, contoh belalang
Ordo coleoptera, contoh kecoak
8. Sedangkan dari phylum chordata yaitu tikus yang
dapat dikatakan sebagai binatang pengganggu,
dapat dibagi menjadi 2 golongan :
Tikus besar, (Rat) Contoh :
Rattus norvigicus (tikus riol )
Rattus-rattus diardiil (tikus atap)
Rattus-rattus frugivorus (tikus buah-buahan)
Tikus kecil (mice),Contoh:Mussculus (tikus
rumah)
9. Park & Park, membagi klasifikasi arthropods borne diseases yang sering menyebabkan
terjadinya penyakit pada manusia sebagai berikut
11. Transmisi Arthropoda Bome Diseases
1. Inokulasi (Inoculation)
Masuknya agen penyakit atau bibit yang berasal dari arthropoda kedalam tubuh manusia melalui gigitan pada kulit
atau deposit pada membran mukosa disebut sebagai inokulasi.
2. Infestasi (Infestation)
Masuknya arthropoda pada permukaan tubuh manusia kemudian berkembang biak disebut sebagai infestasi,
sebagai contoh scabies.
3. Extrinsic Incubation Period dan Intrinsic Incubation Period
Waktu yang diperlukan untuk perkembangan agen penyakit dalam tubuh vektor Disebut sebagai masa inkubasi
ektrinsik, sebagai contoh parasit malaria dalam tubuh nyamuk anopheles berkisar antara 10 – 14 hari tergantung
dengan temperatur lingkungan dan masa inkubasi intrinsik dalam tubuh manusia berkisar antara 12 – 30 hari
tergantung dengan jenis plasmodium malaria.
4. Definitive Host dan Intermediate Host
Disebut sebagai host definitif atau intermediate tergantung dari apakah dalam tubuh vektor atau manusia terjadi
perkembangan siklus seksual atau siklus aseksual pada tubuh vektor atau manusia, apabila terjadi siklus sexual
maka disebut sebagai host definitif, sebagai contoh parasit malaria mengalami siklus seksual dalam tubuh
nyamuk, maka nyamuk anopheles adalah host definitive dan manusia adalah host intermediate.
5. Propagative, Cyclo – Propagative dan Cyclo – Developmental
Pada transmisi biologik dikenal ada 3 tipe perubahan agen penyakit dalam tubuh vektor yaitupropagative, cyclo –
propagative dan cyclo – developmental, bila agen penyakit atau parasit tidak mengalami perubahan siklus dan
hanya multifikasi dalam tubuh vektor disebut propagative sepertiplague bacilli pada kutu tikus, dengue (DBD)
bila agen penyakit mengalami perubahan siklus dan multifikasi dalam tubuh vektor disebut cyclo –
propagative seperti parasit malaria dalam tubuh nyamuk anopheles dan terakhir bila agen penyakit mengalami
perubahan siklus tetapi tidak mengalami proses multifikasi dalam tubuh vektor seperti parasit filarial dalam
tubuh nyamuk culex
12. Penularan Penyakit Melalui Vektor
1. Secara mekanik, maka agen dapat berasal dari tinja,
urine maupun sputum penderita hanya melekat
pada bagian tubuh vektor dan kemudian dapat
dipindahkan pada makanan atau minuman pada
waktu hinggap/menyerap makanan tersebut
2. Secara biologis, agen harus masuk ke dalam tubuh
vektor melalui gigitan ataupun melalui
keturunannya.. Contoh : Culex quinquefasciatus
merupakan vektorpenyakitkaki gajah (filaria).
13.
14. 4 faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya suatu
penyakit
Cuaca : Agen penyakit tertentu terbatas pada daerah
geografis tertentu, sebab mereka butuh reservoir dan
vektor untuk hidup.
Reservoir : hewan-hewan dimana kuman patogen
dapat hidup bersama
Geografis : iklim (suhu, kelembaban dan curah hujan)
dan fauna lokal pada daerah tertentu
Perilaku manusia : kebiasaan manusia.membuang
sampah secara sembarangan, kebersihan individu dan
lingkungan
15. Perubahan lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan manusia dengan
menyediakan:
Daerah peternakan dan habitat bagi vektor dan intermediet hewan.
Adaptasi vektor ke habitat baru.
Peningkatan interaksi antara patogen dan tuan rumah.
Penyebab kebangkitan malaria, demam kuning dan virus nyamuk lainnya.
Petani subsisten menebang hutan hujan tropis untuk memiliki lebih banyak
tanah. Kegiatan inimenciptakan peluang berkembang biak lebih untuk
nyamuk pembawa malaria.
Penghapusan kanopi hutan telah menciptakan kolam untuk perluasan habitat
perkembangbiakan nyamuk.
Spesies nyamuk baru, seperti An. Gambiae, telah menjadi terkait dengan
penularan malaria daerah hutan gundul.
Aktivitas manusia di daerah yang sebelumnya tidak dapat diakses memberikan
lebih banyak interaksi antara vektor dan host
Manusia, yang tidak memiliki kekebalan protektif dan tidak menyadari
tindakan pencegahan terhadap vektor, di daerah terpencil.
16. Ada beberapa cara pengendalian vector
penyakit yaitu
Pengendalian Vektor Terpadu (PVT)
1. Pengendalian vektor harus berdasarkan data tentang
bioekologi vektor setempat, dinamika penularan penyakit,
ekosistem dan prilaku masyarakat yang bersifat spesifik local(
evidence based)
2. Pengendalian vektor dilakukan dengan partisipasi aktif
berbagai sector dan program terkait, LSM, Organisasi profesi,
dunia usaha /swasta serta masyarakat.
3. Pengendalian vektor dilakukan dengan meningkatkan
penggunaan metoda non kimia dan menggunakan pestisida
secara rasional serta bijaksana
4. Pertimbangan vektor harus mempertimbangkan kaidah
ekologi dan prinsip ekonomi yang berwawasan lingkungan
dan berkelanjutan.
17. BEBERAPA METODE PENGENDALIAN VEKTOR
.
Metode pengendalian fisik dan mekanik adalah upaya-upaya untuk
mencegah, mengurangi, menghilangkan habitat
perkembangbiakan dan populasi vektor secara fisik dan mekanik.
modifikasi dan manipulasi
lingkungan tempat perindukan
(3M, pembersihan lumut,
penenman bakau, pengeringan,
pengalihan/ drainase, dll)
-
Pemasangan kelambu
- Memakai baju lengan panjang
- Penggunaan hewan sebagai
umpan nyamuk (cattle barrier)
- Pemasangan kawat
18. Metode pengendalian dengan menggunakan agen biotic
a. Predator pemakan jentik (ikan, mina padi,dll)
b. Bakteri, virus, fungi
c. Manipulasi gen ( penggunaan jantan mandul,dll)
Metode pengendalian secara kimia
a. Surface spray (IRS)
b. Kelambu berinsektisida
19. Dewasa ini perkembangan teknologi pengendalian
vektor penyakit semakin berkembang. Contohnya
adalah Prospek teknik nuklir bagi pemberantasan
vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Teknik nuklir sangat bermanfaat dalam
pengendalian vektor penyakit Demam Berdarah
Dengue dengan Teknik Serangga Mandul (TSM)
menggunakan cara irradiasi nyamuk menggunakan
radiasi gamma pada stadium pupa dengan dosis
antara 65-70 G
20. Tidak ada yang bisa kita lakukan
untuk mewujudkan suhu bumi
seperti sedia kala. Meskipun begitu
Protokol Kyoto telah menjadi
semacam pengingat bagi seluruh
umat manusia untuk tidak bertindak
sebodoh sebelumnya untuk makin
merusakkan bumi.
21. Pembasmian dalam pengendalian vektor tidak
mungkin dapat dilakukan sampai tuntas, yang
mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha
mengurangi dan menurunkan populasi ke suatu
tingkat yang tidak membahayakan kehidupan
manusia,
22. Chandra, Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Departeman Kesehatan RepubIik Indonesia. 2011. Pedoman Pengendalian
Tikus.http://www.depkes.go.id/downloads/Pengendalian%20tikus.pdf. Diakses tanggal
5 Maret 2011.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Kajian Masalah Kesehatan Demam
Berdarah
Dengue.http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/DEMAMBERDARAH1.pdf.
Diakses tanggal 9 Maret 2011.
Hemingway, Beaty, Rowland, Scott, and Sharp. 2006. The Innovative Vector Control
Consortium: Improved Control of Mosquito-Borne Diseases. Science Direct, Trends in
Parasitology Vol. 22 No.7 July
2006.http://depts.washington.edu/molmed/courses/conj504/2007/session2/hemingway
_trendsparasitol0706.pdf. Diakses tanggal 5 Maret 2006.
Natadisastra dan Agoes. 2005. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dari Organ Tubuh yang
Diserang. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Nurhayati, Siti. 2005. Prospek Pemanfaatan Radiasi dalam Pengendalian Vektor Penyakit
Demam Berdarah Dengue. Artikel Iptek Ilmiah Populer, Agustus dan Desember 2005, 17-
23.http://www.batan.go.id/ptkmr/Biomedika/Publikasi%202005/SN_BAlara_Vol_7_1%2
02_Des05.pdf. Diakses tanggal 5 Maret 2011.
Nurmaini. 2006. Identifikasi, Vektor dan Binatang Pengganggu Serta Pengendalian
Anopheles Aconitus Secara Sederhana. http://www.solex-
un.net/repository/id/hlth/CR6-Res3-ind.pdf. Diakses tanggal 4 Maret 2011.
World Health Organization (WHO). 1993. Kader Kesehatan Masyarakat. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.