Dokumen tersebut membahas tentang pengenalan berbagai jenis jamur dan cendawan serta cara-cara pengendalian penyakit yang disebabkan oleh jamur tersebut. Disebutkan jenis-jenis jamur seperti Pythium spp., Fusarium lycopersicum, Gliocladium spp., Trichoderma harzianum, Trichoderma koningii, dan Sclerotium rolfsii beserta karakteristik masing-masing. Metode pengendalian penyakit yang disebutkan antara l
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Pengenalan Cendawan
1. PENGENALAN CENDAWAN
Ilmu penyakit tumbuhan membatasi diri pada kereusakan-kerusakan tumbuhan yang
disebabkan oleh penyebab abiotik (anorganik), penyebab-penyebab nabati (jamur, bakteri), virus,
dan nematode. Jamur adalah organisme yang sel-selnya berinti sejati (eukariotik), biasanya
berbentuk benang, bercabang-cabang, tidak berklorofil, dinding selnya mengandung kitin,
selulosa, atau keduanya. Jamur adalah organism heterotrof, absortif, dan membentuk beberapa
macam spora. Jamur tertentu membentuk alat untuk beristirahat yang disebut sklerotium.
Biasanya Sclerotium rolfsii ini paling antagonis. Ini adalah suatu massa hifa yang rapat atau
padat, yang sel-selnya memendek dan membesar. Sklerotium terdiri dari jaringan
pseudoparenkim yang sel-selnya saling menekan dan berisi banyak makanan cadangan. Sel-sel
yang membentuk lapisan luar (lapisan pelindung) mempunyai dinding yang tebal. Lapisan luar
ini dapat mempunyai warna muda, tetapi kebanyakan berwarna coklat atau hitam. Kalau
sklerotium ini kecil, misalnya pada Sclerotium rolfsii, maka akan mudah dihanyutkan oleh air di
waktu hujan dan dapat berfungsi sebagai alat penyebar (Semangun, 1996).
Parasit obligat dapat tumbuh hanya apabila berhubungan dengan sel-sel hidup dan tidak
mampu makan pada sel-sel yang mati. Pythium spp. termasuk family Pythiaceae. Sporangium
pada hifa somatik atau pada sporangiofor, yang pertumbuhannya tidak terbatas (sympadial).
Parasit fakultatif. Genus pythium dapat menyebabkan patah rebah (damping off) kecambah,
pembusukan biji, busuk akar, dan hawar (blight) berkapas (cottony blight) pada rumput lapangan
(turf grasses) (Agrios, 1996).
Penentuan suatu agensia pengendalian hayati yang berpotensi dalam mengendalikan
patogen tanaman tidak terjadi dengan sendirinya. Agensia pengendali hayati yang ada dan sudah
2. terbukti mampu mengendalikan patogen tanaman diperoleh dari suatu proses panjang. Proses
diperolehnya agensia pengendali hayati memang tidak sepanjang bila dibandingkan dengan
proses yang harus dialami untuk mendapatkan agensia pengendali kimia, dan juga tidak semahal
bila dibandingkan dengan pada agensia kimia sintesis. Akan tetapi, proses tersebut yang dikenal
dengan penjaringan agensia pengendali hayati, harus dilalui (Soesanto, 2008).
Miselium Trichoderma harzianum mempunyai hifa bersepta, bercabang, dan mempunyai
dinding licin, tidak berwarna, diameter 1,5 mikro meter sampai 12 mikro meter. Percabangan
hifa membentuk sudut siku-siku pada cabang utama konidiofor berdiameter 4 mikro meter
sampai 5 mikro meter dan menghasilkan banyak cabang-cabang sisi yang dapat tumbuh satu-satu
tetapi sebagian besar berbentuk dalam kelompok yang agak longgar dan kemudian berkembang
menjadi daerah-daerah seperti cincin. T. harzianum adalah jamur akar hijau bersifat antagonis
pada beberapa jenis jamur dan serangga lainnya. Distribusi jenis jamur ini sangat luas dan
terdapat pada semua jenis tanah dan habitat alam lainnya, khususnya pada tempat-tempat yang
mengandung bahan organik. Trichoderma harzianum adalah jamur non mikoriza yang dapat
menghasilkan enzim kitinase sehingga dapat berfungsi sebagai pengendali penyakit tanaman.
Kitinase jamur bersifat aktif pada pH masam, memiliki temperatur optimal yang tinggi, tingkat
kestabilan yang tinggi, dan mempunyai aktivitas endokitinase dan eksokitinase (Tindaon, 2008).
Epidomologi adalah pengetahuan tentang penyakit dalam tingkat populasi. Sebab dalam
tingkat populasilah suatu pathogen dapat menimbulkan wabah penyakit. Faktor-faktor
lingkungan fisik (tanah, manusia ikut mempengaruhi arah interaksi tersebut, pengairan, cuaca,
kelembaban nisbih, dan sinar matahari (Oka, 1995).
Gliocladium spp. Mudah ditemukan di dalam tanah. Namun demikian, jumlahnya sangat
sedikit sehingga tidak menimbulkan efek pengendalian yang diharapkan. Penambahan
3. Glicladium spp. ke dalam tanah diperlukan untuk menambah populasinya agar dapat
mengendalikan cendawan patogen agar semakin banyak populasi Gliocladium spp. daya
bunuhnya akan semakin besar. Hal ini karena jumlah cendawan patogen akan semakin banyak,
ruang yang ditempati Gliocladium spp. semakin luas sehingga cendawan patogen tidak
berkesempatanuntuk mendekati tanaman. Selain itu, antibiotik yang dihasilkan untuk dapat
membunuh patogen akan semakin tinggi (Balai Penelitian Tanaman Hias, 2011).
Penyisipan patogen tanaman dengan metode biasa dipraktekan dengan penyakit pada
akar. Rotasi hidup biasanya pembasmian patogen dengan awal mulanya mereka tinggal
bertahun-tahun pada tanaman patogen dengan inangnya adalah sulit untuk membasmi cara itu
yang disebutkan di atas. Terkadang banjir dapat mengurangi atau menyisihkan patogen, misalnya
patogen Xanthomonas malvaceanum (Wheeler, 1975).
Sterilisasi adalah segala kegiatan dalam bioteknologi perlakuan harus dilakukan di tempat
yang steril, yaitu di Laminar Air Flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi
juga dilakukan terhadap peralatan yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata
pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukannya juga harus steril. Autoklaf adalah
metoda sterilisasi dengan menggunakan tekanan uap air. Biasanya atau umumnya pada suhu 121
0
C dan tekanan 17,5 psi (http://www.fp.unud.ac.id, 2011).