Dokumen tersebut membahas strategi penerapan syariat Islam yang meliputi 3 hal: (1) meningkatkan ijtihad untuk memodernkan hukum Islam, (2) menerapkan Islam secara menyeluruh dalam kehidupan, dan (3) mengubah pandangan tradisionalisme agar Islam tetap relevan.
2. Pendahuluan
• Kewajiban Asasi Manusia adalah ibadah kepada
Allah SWT. Dalam Al Quran Surat Adz-Dzariyat
ayat 56, Allah SWT menegaskan bahwasanya
tidaklah manusia diciptakan melainkan hanya
untuk ibadah kepada Allah SWT.
• Syariat Islam yang sudah bisa ditegakkan, dengan
atau tanpa perundang-undangan negara, maka
wajib untuk segera kita laksanakan. Sedangkan
mana-mana bagian Syariat Islam yang belum bisa
dilaksanakan kecuali dengan melibatkan aturan
negara, maka kita harus terus memperjuangkan
formalisasinya dalam bentuk perundang-
undangan.
3. Hukum syariat pun diklasifikasikan
menjadi empat, yaitu
• Pertama, Ahkamul Fardi yaitu Hukum Syariat Perorangan, seperti
pengucapan dua kalimat syahadat, shalat, zakat, puasa, haji, dsb.
Kedua, Ahkamul Usroh yaitu Hukum Syariat Rumah Tangga, seperti
pernikahan, perceraian, hak dan kewajiban suami isteri, hak dan
kewajiban orangtua dan anak, masalah nafkah, wasiat dan waris,
dsb.
Ketiga, Ahkamul Mujtama' yaitu Hukum Syariat Sosial Ekonomi
Kemasyarakatan, seperti pendidikan, ekonomi, asuransi, perbankan,
tradisi, budaya, adat istiadat, dan masalah mu'amalat lainnya.
Keempat, Ahkamud Daulah yaitu Hukum Syariat Tata Negara,
seperti syarat Kepala Negara, tata cara penetapan Kepala Negara,
Hak dan Kewajiban Kepala Negara dan Rakyat, pertahanan dan
keamanan, dsb. Termasuk katagori ini semua Hukum Syariat yang
tidak bisa dilaksanakan kecuali dengan kekuatan negara, seperti
Qishash, Hudud, Hubungan Internasional dan Hukum Perang.
4. Strategi Penerapan Syari’ah
(Tathbiq Syari’ah)
1. Menggairahkan Ijtihad
• Untuk mengawal hukum Islam tetap dinamis, responsif
dan punya adaptabilitas yang tinggi terhadap tuntutan
perubahan, adalah dengan cara menghidupkan dan
menggairahkan kembali semangat berijtihad di kalangan
umat Islam.
• Pada posisi ini ijtihad merupakan inner dynamic bagi
lahirnya perubahan untuk mengawal cita-cita universalitas
Islam sebagai sistem ajaran yang shalihun li kulli zaman
wal makan.
• Umat Islam menyadari sepenuhnya bahwa sumber-
sumber hukum normatif–tekstual sangatlah terbatas
jumlahnya, sementara kasus-kasus baru di bidang hukum
tidak terbatas jumlahnya.
5. 2. Totalitas dalam Islam
• Al-Islam adalah ad-Dien (sistem kehidupan) yang
diturunkan Allah kepada ummat manusia melalui Rasul-Nya
agar manusia selamat dan bahagia di dunia dan akhirat.
• Sebagai sistem nilai dalam kehidupan, Islam harus
dilaksanakan secara kaffah (menyeluruh) sebagaimana
firman Allah dalam al-Qur'an:
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam
Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut
langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu
adalah musuh yang nyata bagimu." (Qs.al-Baqarah:208)
• Tidak dibenarkan melaksanakan Islam secara parsial.
Sebagian dilaksanakan sebagian ditinggalkan. Ritualnya
berdasarkan Islam tapi mu'amalahnya menggunakan sistem
non-Islam.
6. 3. Merubah Tradisionalisme
• Islam tradisionalis merupakan model pemikiran yang
berusaha berpegang pada tradisi-tradisi yang telah
mapan. Bagi mereka, segala persoalan umat telah
diselesaikan secara tuntas oleh para ulama terdahulu.
Tugas kita sekarang hanyalah menyatakan kembali atau
merujukkan dengannya.
• Tradisionalisme adalah ajaran yang mementingkan
tradisi yang diterima dari generasi-generasi
sebelumnya sebagai pegangan hidup. Tradisi dapat
berasal dari praktek hidup yang sudah berjalan
lama, ini disebut tradisi kultural. Dapat pula berasal
dari keyakinan keagamaan yang berpangkal pada
wahyu, ini disebut tradisi keagamaan.