2. Cybercrime adalah bentuk kejahatan yang terjadi di
internet/ dunia maya. Yang aktivitas nya mengacu kepada
kejahatan dengan komputer atau jaringan komputer. Tetapi
istilah cybercrime juga dipakai dalam kegiatan kejahatan
dalam dunia nyata di mana komputer atau jaringan
komputer dipakai untuk memungkinkan atau mempermudah
kejahatan itu bisa terjadi.Yang termasuk dalam kejahatan
dalam dunia maya yaitu pemalsuan cek, penipuan lelang
secara online, confidence fraud, penipuan kartu kredit,
pornografi anak, penipuan identitas, dll.
3. Cybercrime sebagai tindakan murni criminal
Kejahatan yang murni merupakan tindak kriminal merupakan
kejahatan yang dilakukan karena motif kriminalitas.
Kejahatan jenis ini biasanya menggunakan internet hanya
sebagai sarana kejahatan. Contoh kejahatan semacam ini
adalah Carding, yaitu pencurian nomor kartu kredit milik
orang lain untuk digunakan dalam transaksi perdagangan di
internet. Pengirim e-mail anonim yang berisi promosi
(spamming) juga dapat dimasukkan dalam contoh
kejahatan yang menggunakan internet sebagai sarana
4. Cybercrime sebagai kejahatan ”abu-abu”
Pada jenis kejahatan di internet yang masuk dalam wilayah
”abu-abu”, cukup sulit menentukan apakah itu merupakan
tindak kriminal atau bukan mengingat motif kegiatannya
terkadang bukan untuk kejahatan. Salah satu contohnya
adalah probing atau portscanning. Ini adalah sebutan untuk
semacam tindakan pengintaian terhadap sistem milik orang
lain dengan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya
dari sistem yang diintai, termasuk sistem operasi yang
digunakan, port-port yang ada, baik yang terbuka maupun
tertutup, dan sebagainya. namun data yang diperoleh
berpotensi untuk dilakukannya kejahatan.
5. Carding merupakan kejahatan yang
dilakukan untuk mencuri nomor kartu
kredit milik orang lain dan digunakan
dalam transaksi perdagangan di
internet.
6. salah satu contoh kasus Carding yang terjadi di Bandung
sekitar Tahun 2003. Para pelaku yang kebanyakan remaja
tanggung dan mahasiswa ini, digerebek aparat kepolisian
setelah beberapa kali berhasil melakukan transaksi di internet
menggunakan kartu kredit orang lain. Para pelaku, rata-rata
beroperasi dari warnet-warnet yang tersebar di kota
Bandung. Mereka biasa bertransaksi dengan menggunakan
nomor kartu kredit yang mereka peroleh dari beberapa situs.
Namun, para petugas kepolisian ini menolak menyebutkan
situs yang dipergunakan dengan alasan masih dalam
penyelidikan lebih lanjut.
Modus kejahatan ini adalah pencurian, karena pelaku
memakai kartu kredit orang lain untuk mencari barang yang
mereka inginkan di situs lelang barang. Karena kejahatan
yang mereka lakukan, mereka akan dibidik dengan
pelanggaran Pasal 378 KUHP tentang penipuan, Pasal 363
tentang Pencurian dan Pasal 263 tentang Pemalsuan
Identitas.
7. Di Indonesia carding dikategorikan sebagai kejahatan
pencurian dimana pengertian pencurian menurut hukum
beserta unsur-unsurnya dirumuskan dalam pasal 362 KUHP
yaitu : “Barang siapa mengambil suatu benda yang
seluruhnya atau sebagian milik orang lain dengan maksud
untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena
pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 tahun
atau denda paling banyak Rp. 900”. Untuk menangani kasus
carding diterapkan pasal 362 KUHP dimana pelaku mencuri
nomor kartu kredit milik orang lain walaupun tidak secara
fisik karena hanya nomor kartunya saja yang diambil dengan
menggunakan software card generator di internet untuk
melakukan transaksi di e-commerce.
8. Kemudian dengan lahirnya UU ITE, khusus kasus carding
dapat dijerat dengan menggunakan pasal 31 ayat 1 dan 2
yang membahas tentang hacking. Karena salah satu
langkah untuk mendapatkan nomor kartu kredit carder
sering melakukan hacking ke situs resmi lembaga penyedia
kartu kredit untuk menembus sistem pengamannya dan
mencuri nomor-nomor kartu tersebut.
Bunyi pasal 31 yang menerangkan tentang perbuatan yang
dianggap melawan hukum menurut UU ITE berupa ilegal
access :
Pasal 31 ayat 1 : “Setiap orang dengan sengaja dan
tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atau
penyadapan atas informasi elektronika atau dokumen
elektronik secara tertentu milik orang lain”.
Pasal 31 ayat 2 : “Setiap orang dengan sengaja dan
tanpa hak atau melawan hukum melakukan intersepsi atau
transmisi elektronik atau dokumen elektronik yang tida
tersidat publik dari, ke dan didalam suatu komputer dan atau
sistem menyebabkan perubahan, penghilangan atau
penghentian informasi elektronik atau dokumen elektronik
yang ditransmisikan”.
9. Jadi sejauh ini kasus carding di Indonesia baru bisa diatasi
dengan regulasi lama yaitu pasal 362 dalam KUHP dan pasal
31 ayat 1 dan 2 dalam UU ITE.
Penanggulangan kasus carding memerlukan regulasi yang
khusus mengatur tentang kejahatan carding agar kasus-
kasus seperti ini bisa berkurang dan bahkan tidak ada lagi.
Tetapi selain regulasi khusus juga harus didukung dengan
pengamanan sistem baik software maupun hardware,
guidelines untuk pembuat kebijakan yang berhubungan
dengan computer-related crime dan dukungan dari
lembaga khusus.
10. Memproteksi gambar atau foto pribadi dengan sistem yang
tidak dapat memungkinkan orang lain mengakses secara
leluasa.
Meningkatkan pengamanan sistem yang terintegrasi untuk
mencegah adanya perusakan bagian dalam sistem.
Melakukan sosialisasi secara intensif dan meningkatkan
kesadaran kepada warga masyarakat dalam penanggulangan
cybercrime.
Meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur penegak
hukum mengenai upaya pencegahan, investigasi dan
penuntutan perkara-perkara yang berhubungan
dengan cybercrime.
Perlunya dukungan lembaga khusus seperti IDCERT (Indonesia
Computer Emergency Response Team)untuk memberikan
informasi tentang cybercrime.
11. Dunia maya tidak berbeda jauh dengan dunia nyata.
Semoga para pengguna teknologi dapat mengubah
mindsetnya bahwa hacker itu tidak selalu jahat. Para hacker
menggunakan keahliannya dalam hal komputer untuk
melihat, menemukan dan memperbaiki kelemahan sistem
keamanan dalam sebuah sistem komputer ataupun dalam
sebuah software. Tapi menjadi Cracker adalah adalah
sebuah kejahatan. Dan juga peraturan akan sekedar
menjadi peraturan apabila tidak adanya partisipasi dari
pengguna Internet itu sendiri untuk mendukung segala
kegiatan yang mencegah terjadi nya kejahatan di Internet
atau malah sebaliknya memicu kejahatan di Internet
semakin menjadi lebih banyak.