1. Carding adalah suatu aktivitas untuk mendapatkan nomer-nomer kartu kredit orang lain yang digunakan
untuk berbelanja diinternet secara tidak syah atau illegal. Carding, sebuah ungkapan mengenai aktivitas
berbelanja secara maya (lewat komputer), dengan menggunakan, berbagai macam alat pembayaran
yang tidak sah. pada umumnya carding identik dengan transaksi kartu kredit, dan pada dasarnya kartu
kredit yang digunakan bukan milik si carder tersebut akan tetapi milik orang lain.
Kemajuan teknologi tidak hanya memberikan dampak positif, tetapi juga negatif. Dampak ini terlihat
dari adanya cybercrime yang terjadi di berbagai belahan dunia tak terkecuali Indonesia. Cybercrime ini
merupakan salah satu jenis kejahatan halus/administrasi dan termasuk (white collar crime) atau tindak
pidana yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi yakni komputer. Ada beberapa jenis
kejahatan cybercrime yang cukup menonjol beberapa tahun ini seperti pengedaran program komputer
tanpa ijin, pencemaran nama baik lewat internet, carding dan penipuan beli barang dengan kartu kredit
palsu serta serangan virus atau worm.
Peringkat Indonesia dalam kejahatan di dunia maya sudah menggantikan posisi Ukraina di urutan satu
dunia. Masalah cyber crime mayoritas terjadi di kota-kota bersar, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta,
dan Surabaya. Sementara pelaku cyber crime di Bandung adalah nomor dua terbesar di Indonesia
setelah Yogyakarta. Kasus kejahatan dunia maya yang terjadi di Indonesia dalam periode Januari hingga
Agustus 2004 menurut data Bareskrim Polri mencakup 20 kasus menimbulkan kerugian materi bagi
korbannya senilai lebih dari US$4,3 juta atau kira-kira setara dengan Rp 41,3 miliar.
Carding, sebuah ungkapan mengenai aktivitas berbelanja secara maya (lewat komputer), dengan
menggunakan berbagai macam alat pembayaran yang tidak sah. Dalam kasus carding tercatat
mendominasi kejahatan sejak 1999 hingga akhir Agustus 2004 dimana selama periode Januari–Agustus
tahun ini, kerugian akibat carding dilaporkan telah mencapai US$4.543.176,5.
Modus operandi ini merupakan cara bagaimana proses carding dilakukan oleh para carder adalah
sebagai berikut :
1. Mencari kartu kredit yang masih valid, hal ini dilakukan dengan mencuri atau kerjasama dengan
orang-orang yang bekerja pada hotel atau toko-toko gede (biasanya kartu kredit orang asing yang
disikat). atau masuk ke program MIRC (chatting) pada server dal net, kemudian ke channel #CC,
#Carding, #indocarder, #Yogyacarding,dll. nah didalamnya kita dapat melakukan trade (istilah "tukar")
antar kartu kredit (bila kita memiliki kartu kredit juga, tapi jika tidak punya kartu kredit, maka dapat
melakukan aktivitas "ripper" dengan menipu salah seorang yang memiliki kartu kredit yang masih valid).
2. Setelah berhasil mendapatkan kartu kredit, maka carder dapat mencari situs-situs yang menjual
produk-produk tertentu (biasanya di cari pada search engine). tentunya dengan mencoba terlebih
dahulu (verify) kartu kredit tersebut di site-site porno (hal ini disebabkan karena kartu kredit tersebut
tidak hanya dipakai oleh carder tersebut). jika di terima, maka kartu kredit tersebut dapat di belanjakan
ke toko-toko tersebut.
3. Cara memasukan informasi kartu kredit pada merchant pembayaran toko adalah dengan memasukan
nama panggilan (nick name), atau nama palsu dari si carder, dan alamat aslinya. atau dengan mengisi
alamat asli dan nama asli si empunya kartu kredit pada form billing dan alamat si carder pada shipping
address.
Berikut ini adalah beberapa motif utama mengapa pelaku carding melakukan kejahatannya:
1. Adanya imbal balik menarik yang mungkin didapatkan oleh pelaku, misalnya: dapat berbelanja
dengan kartu kredit orang lain. Hal ini sesuai dengan tahap attention dalam social learning theory
2. Tidak adanya sanksi hukum yang pasti bagi pelaku carding.
Sesuai dengan tahap motivation pada social learning theory, ketiadaan punishment akan menjadi
motivasi bagi orang lain untuk melakukan tindak kejahatan serupa, terlebih lagi bila banyak manfaat
yang mungkin didapat.
2. 3. Adanya keinginan beberapa pihak tertentu untuk membuktikan kepiawaiannya dalam bidang
teknologi informasi dengan cara melakukan kejahatan dunia maya. Karena, tidak seperti pelaku
kejahatan biasa, menjadi pelaku kejahatan dunia maya merupakan kebanggaan tersendiri bagi
sekelompok orang.
Namun untuk mengurangi dan mencegahnya, para pemegang kartu kredit dapat melakukan tindakan
hati-hati seperti ini :
Tips Menghindari Penyalahgunaan Kartu Kredit :
1. Simpan Kartu Anda di tempat yang aman.
2. Jangan pernah menulis pin anda pada kertas, hp atau apapun.
3. Hafalkan nomor pin.
4. Periksa setiap jumlah transaksi sebelum Anda tandatangan sales draft
5. Pastikan kartu kredit Anda terima setelah bertransaksi
6. Simpan sales draft dan cocokan pada lembar tagihan bulanan
7.Bila Anda menjumpai transaksi yang mencurigakan, segera laporkan ke Customer Service credit
card Anda baik melalui FAX atau email. Pastikan jika Anda melakukan transaksi melalui sebuah website
terdapat tanda gembok atau kunci di pojok kiri status bar.
Read more:
http://fingthree.webnode.com/news/carding/
http://bsitugaseptik.blogspot.com/2012/10/carding.html
3. Phising adalah kegiatan memancing pemakai komputer di internet (user) agar mau memberikan
informasi data diri pemakai (username) dan kata sandinya (password) pada suatu website yang sudah
di-deface. Phising biasanya diarahkan kepada pengguna online banking. Isian data pemakai dan
password yang vital yang telah dikirim akhirnya akan menjadi milik penjahat tersebut dan digunakan
untuk belanja dengan kartu kredit atau uang rekening milik korbannya.
1. Perbuatan yang dilakukan oleh pelaku penipuan untuk memperoleh informasi personal
(phishing) melalui pengiriman e-mail atau phisher telah memenuhi unsur objektif dan unsur
subjektif dari Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) mengenai tindak pidana
penipuan. Dengan demikian, perbuatan phisher dapat dikenakan jenis hukuman yang terdapat
dalam Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Penerapan Pasal 378 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) terhadap kasus tindak pidana penipuan untuk
memperoleh informasi personal (phishing) melalui pengiriman e-mail dikarenakan dalam
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik tidak diatur
secara khusus mengenai phishing. Berdasarkan Pasal 28 ayat 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun
2004 Tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman bahwa apabila belum ada aturan secara
khusus mengenai penipuan untuk memperoleh informasi personal (phishing) melalui
pengiriman e-mail, hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti, dan
memahami nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Dalam menghadapi kasus-kasus phishing
yang terjadi hakim dapat menggunakan penafsiran hukum secara ekstensif terhadap peraturan
perundang-undangan yang masih relevan dengan kasus phishing, dalam hal ini Pasal 378 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta Pasal 8 Convention on Cyber Crime tentang
penipuan dengan menggunakan komputer sebagai bahan pembanding.
2. Berdasarkan kasus-kasus phishing yang telah dilakukan oleh para phisher dan merugikan korban
secara materil dan immateril maka tindakan hukum yang dapat dilakukan terhadap pelaku
penipuan atau phisher yaitu dengan cara baik secara preventif (pencegahan) maupun represif
(penindakan), dengan 3 pendekatan yaitu pendekatan teknologi, pendekatan sosial budaya dan
pendekatan hukum. Adanya ketentuan mengenai alat bukti dalam Pasal 44 Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik maka pembuktian bukan lagi
menjadi suatu kendala dalam menjerat pelaku penipuan atau phisher.
SARAN
1. Perlunya peningkatan kualitas penegak hukum (polisi, jaksa dan hakim) dalam menangani
cybercrime khususnya tindak pidana penipuan untuk memperoleh informasi personal (phishing)
melalui pengiriman e-mail, mengingat modus operandi dalam cybercrime ini sangat berbeda
dengan kejahatan konvensional. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan upaya-upaya
pelatihan (training) bagi para penegak hukum mengenai kejahatan yang berkaitan dengan
cybercrime, karena hal ini tentu saja membutuhkan kecermatan para penegak hukum dalam
upaya penjeratan terhadap pelaku kejahatan cybercrime.
2. Berdasarkan teori pembinaan hukum dari Mochtar Kusumaatmadja yaitu mempertahankan,
memperbaiki atau memperbaharui peraturan perundang-undangan, dalam hal ini Pasal 378
Kitab Undang-Undang Hukum pidana (KUHP) harus diperbaiki, karena pasal-pasal dalam Kitab
Undang-Undang Hukum pidana (KUHP) mengatur kejahatan-kejahatan yang masih bersifat
konvensional, dianggap sudah tidak relevan lagi dengan bentuk kejahatan yang baru dalam
dunia maya. Dengan demikian, antara dunia nyata dan dunia maya hanya ada 1 (satu) ketentuan
pidana yang mengatur kegiatan di kedua dunia tersebut.
4. http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=22958
http://www.untukku.com/artikel-untukku/hacking-cracking-carding-phising-spamming-defacing-dsb-
untukku.html
Sistem keamanan Paypal memang cukup mumpuni menangkal berbagai tindakan yang berbau hacker di
dunia maya. Banyak para penjual maupun pembeli di internet mengandalkan Paypal sebagai alat
pembayaran mereka karena mereka percaya akan keamanan dari sistem paypal. Sejak didirikan
beberapa belas tahun yang lalu, hampir tidak dijumpai adanya masalah yang berarti dalam hal sistem
keamanan bertransaksi dengan akun paypal, kalaupun terjadi masalah dalam hal tersebut, pihak paypal
telah menyediakan cara penyelesaiannya hingga masalah tersebut tuntas. Misalnya dalam hal adanya
pengiriman Balance Paypal yang terjadi di luar otorisasi (kewenangan Kita) maka pihak Paypal akan
mengembalikan balance paypal kita sesuai yang dikreditkan dalam akun paypal kita.
Namun apakah dengan ketangguhan sistem keamanan paypal tersebut menghindarkan kita dari
ancaman kejahatan dunia maya? jawabannya tidak. Telah banyak kejadian yang dialami oleh para
pengguna Paypal yang merasakan akibat dari adanya kejahatan yang dilakukan oleh para Hacker di akun
paypal mereka. Kejadian tersebut juga dialami oleh saya sendiri yang mengalami pencurian balance
paypal. walaupun balance paypal yang hilang di akun saya terbilang cukup kecil, namun kejadian ini
patut menjadi pengalaman yang patut kita waspadai bersama.
pihak paypal sebenarnya terus meningkatkan sistem keamanan mereka agar terhindar dari kejahatan
dunia maya, namun tetap aja ada celah yang bisa dimanfaatkan oleh para penjahat dunia maya dari
kelalaian yang kita lakukan sendiri. Yang sangat perlu kita perhatikan adalah akun email paypal kita. saya
sarankan untuk menggunakan akun email berbayar dari pada email gratis agar akun paypal anda jauh
lebih aman. Namun jika kita keberatan untuk menggunakan email berbayar, harap anda hati-hati
dengan penggunaan akun email paypal kita. Sebaiknya gunakan akun email khusus sebagai email paypal
kita, jangan menggunakan email yang sama antara email yang digunakan sebagai email paypal dengan
email untuk mendaftar di website tertentu. misalnya website bisnis online. Juga perlu diwaspadai,
jangan menggunakan pasword yang sama antara pasword paypal anda dengan pasword email paypal
anda. Gunakan juga pasword yang lain untuk mendaftar di berbagai website lainnya.
Sumber: http://id.shvoong.com/internet-and-technologies/websites/2256108-hati-hati-dengan-
keamanan-paypal/#ixzz2C17r1dh7