SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
Download to read offline
MODEL PEMBELAJARAN PAUD
BERBASIS ALAM
Kurikulum dengan Model Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Alam
KB PAUD JATENG KOTA SEMARANG
Oleh :
http://paudjateng.xahzgs.com
YAYASAN PENGELOLA PENDIDIKAN BERMAIN
KB PAUD JATENG
SEMARANG
2015
ABSTRAKSI
KURIKULUM INOVATIF PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Salah satu yang sangat mendasar dengan diberlakukannya Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang Nomor
23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan adalah terjadinya perubahan
kewenangan dalam pengembangan kurikulum yaitu; dari sentralistik menjadi
desentalistik yang berimplikasi pada sekolah, komite sekolah, madrasah dan komite
madrasah diwajibkan untuk mengembangkan perangkat kurikulum satuan tingkat
pendidikan (KTSP).
Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2003 Pasal 4 mengungkapkan bahwa
setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi
secara wajar sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dan diskriminasi. Ini berdampak perlunya, model kurikulum Inovatif
PAUD yang disusun berdasarkan kajian retrospektif dan reflektif, untuk membantu
guru dan pengelola dalam pengembangan kurikulum.
Pusat Kurikulum, sebagai salah satu unit yang berada pada Badan Penelitian
dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 salah
satu tugasnya adalah mengembangkan model-model yang diperlukan dalam rangka
memenuhi kebutuhan, keinginan dari stakeholder.
Kurikulum Inovatif PAUD disusun sebagai guideline bagi setiap praktisi dan
stakeholder lainnya dalam melaksanakan pendidikan pada anak usia dini, terutama
untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang diajarkan dan bagaimana
mengajarkan melalui penguasaan perencanaan yang di dasarkan pada filosofi
tentang bagaimana anak berkembang dan belajar.
Prosedur pengembangannya disusun sebagai panduan praksis kegiatan belajar
seraya bermain pada anak usia dini sesuai dengan karakteristik dan tahapan lingkup
pengembangan model yang menjangkau ranah usia anak 0 tahun sampai usia 6
tahun.
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum Inovatif PAUD yaitu; fleksibel,
kontinyu, adaptif, integratif, progresif, dan kontekstual. Kurikulum inovatif pendidikan
anak usia dini dapat digunakan sebagai salah satu model yang dapat dijadikan salah
satu acuan bagi guru dan pengelola PAUD yang pada akhirnya dapat menjembatani
pengalaman siswa belajar terutama pada sekolah dasar di kelas rendah 1 – 3.
Temuan umum pada kegiatan uji coba yang dilaksanakan di 2 provinsi: Jawa
Barat dan D.I. Yogyakarta. Temuan dari hasil uji coba model masih menemukan
beberapa kendala yaitu; belum lengkapnya informasi dari guru/tutor dan pengelola
tentang stantar kompetensi maupun menu generik untuk PAUD. Sebahagian besar
responden yang dijadikan sampel dalam uji coba model mengalami kesulitan dalam
membaca, dan memahami isi konsep-konsep model kurikulum inovatif karena
sebahagian besar guru/tutor tidak berlatar belakang PGTK.
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
A. Rasional.........................................................................................................................1
B. Tujuan............................................................................................................................1
C. Lingkup dan Batasan...................................................................................................2
BAB II KERANGKA FILOSOFIS PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM...................4
BAB III PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM.......................... 8
BAB IV PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM...... 10
A. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Alam..............................................................10
1. Pendekatan Pedosentris Versus Materiosentris..............................................11
2. Pendekatan Child Centered Versus Teacher Centered..................................12
3. Pendekatan Discovery (Penemuan) Versus Ekspositori (Penyajian)...........12
4. Pendekatan Proses Versus Pendekatan Hasil................................................. 13
5. Pendekatan Kongkrit Versus Pendekatan Abstrak......................................... 13
6. Pendekatan Tematik........................................................................................... 13
B. Metode Pembelajaran PAUD Berbasis Alam.......................................................... 17
BAB V PENGUNAAN MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM19
A. LINGKUNGAN ALAM........................................................................................... 19
B. LINGKUNGAN FISIK........................................................................................... 19
C. LINGKUNGAN SOSIAL........................................................................................20
BAB VI PENGORGANISASI KEGIATAN PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM....21
A. PEMILIHAN DAN PENGEMBANGAN TEMA...................................................... 21
B. Pemilihan Indikator Perkembangan................................................................. 22
C. Pengorganisasian Anak......................................................................................23
D. Langkah-Langkah Pembelajaran......................................................................24
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasional
Kurikulum merupakan seperangkat konsep yang mengatur tentang isi, tujuan dan
proses pendidikan yang akan dilaksanakan. Konsep yang diatur dalam kurikulum
bersifat tidak kaku dan stagnan melainkan suatu gagasan yang dinamis dan progresif,
terutama dalam memenuhi kebutuhan perkembangan anak pada berbagai aspek,
kondisi perubahan sosio-antropologis dan ilmu pengetahuan serta teknologi,
khususnya dalam bidang ilmu pendidikan dan/atau pembelajaran.
Atas dasar itu, perlu diupayakan pemahaman dan sosialisasi perlunya
pengembangan model kurikulum inovatif yang dapat memenuhi kebutuhan pendidik
anak usia dini yang menyelenggarakan pendidikan pada berbagai lingkungan
pendidikan keluarga, masyarakat, dan sekolah.
Pengembangan model kurikulum inovatif PAUD diarahkan untuk membantu
pendidik anak usia dini dalam merancang model kurikulum, khususnya pada proses
pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang memenuhi kebutuhan dan karakteristik
perkembangan anak.
Melalui upaya ini diharapkan akan memberikan pencerahan pada pendidik anak
usia dini untuk mengembangkan variasi proses pembelajaran yang dapat memberikan
kesempatan anak memperoleh sejumlah pengalaman belajar secara langsung (real
learning), bermakna (meaningfull) dan konstruktif.
B. Tujuan
Tujuan pengembangan model kurikulum inovatif PAUD dengan model
pembelajaran berbasis alam disusun sebagai panduan praksis pembelajaran pada
anak usia dini sesuai dengan karakteristik dan tahapan perkembangannya.
2
Secara spesifik, panduan ini diarahkan untuk :
1. Memberikan guideline bagi pendidik dan stakeholder lainnya dalam melaksanakan
pendidikan pada anak usia dini khususnya dalam melaksanakan proses
pembeljaran berbasis alam.
2. Memberikan panduan kepada guru dalam memahami konsep falsafah pendidikan
yang menjadi dasar kerangka berpikir dan bertindak secara praksis dan
profesional.
3. Membantu pendidik dalam merancang dan mengembangkan proses
pembelajaran pada anak usia dini yang memungkinkan tejadinya moving melalui
sumber belajar yang berbasis alam.
4. Membantu guru menyesuaikan pratik pembelajaran pada anak usia dini sesuai
dengan falsafah pendidikan yang mendasarinya.
C. Lingkup dan Batasan
Pengembangan model kurikulum PAUD inovatif ini hanya dibatasi sebagai contoh
model dari komponen penyelenggaraan kegiatan pendidikan (standar proses
pembelajaran). Komponen ini dianggap merupakan komponen penting dan ruh dari
suatu proses pendidikan dimana pendidik dapat memperlihatkan pemahaman konsep
filosofis, prinsip dan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan kerangka model
yang dijadikan acuan.
Inovasi dimaknai sebagai pembaharuan atau perubahan dengan ditandai adanya
hal yang baru. Inovasi adalah pemikiran cemerlang yang diharapkan untuk
memecahkan persoalan yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan.
Melalui kegiatan inovatif akan ditemukan berbagai kegiatan dan hasil yang dapat
dipergunakan untuk memecahkan berbagai persoalan yang muncul seperti
menemukan alat sederhana untuk menyaring air kotor, membuat alat permainan
sendiri dari bahan alam (contoh: daun dan pelepah pisang).
3
Ciri Inovasi dalam proses pembelajaran untuk anak usia dini diantaranya :
1. Memiliki kekhasan/khusus dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk
hasil yang diharapkan
2. Memiliki ciri atau unsur kebaharuan
3. Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana
4. Memiliki tujuan termasuk arah dan strategi untuk mencapai suatu tujuan.
4
BAB II
KERANGKA FILOSOFIS
PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM
Lingkungan alam merupakan salah satu komponen terpenting dalam
pengembangan tujuan, isi dan proses pendidikan pada anak usia dini. Esensi tujuan
pendidikan pada anak usia dini diantaranya adalah membantu anak memahami dan
menyesuaikan diri secara kreatif dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud
memiliki konotasi pemahaman yang luas mencakup segala sumber yang ada dalam
lingkungan anak (termasuk dirinya sendiri), lingkungan keluarga dan rumah, tetangga
(tetangga pedagang, tetangga dokter, tetangga peternak, dan petani), lingkungan
yang berwujud makanan, minuman serta pakaian, gedung atau bangunan, kebun,
persawahan dan lain-lain.
Folosofis pembelajaran yang berbasis lingkungan alam sebenarnya telah
digagas pertama kali oleh Jan Lightghart pada tahun 1859. Tokoh ini menyajikan
suatu bentuk model pendidikan yang dikenal dengan “pengajaran barang
sesungguhnya”.
Konsep ini menjadi salah satu akar munculnya konsep pendidikan yang berbasis
pada alam atau back to nature school. Ide dasarnya adalah pendidikan pada anak
dilakukan dengan mengajak anak dalam suasana sesungguhnya melalui belajar pada
lingkungan alam sekitar yang nyata.
Bentuk pengajaran ini dilakukan sebagai upaya menentang bentuk pengajaran
yang cenderung intelektualisme dan verbalistik. Menurut Jan Lightghart, Sumber
utama bentuk pengajaran ini adalah lingkungan di sekitar anak. Melalui bentuk
pengajaran ini akan tumbuh keaktifan anak dalam mengamati, menyelediki serta
mempelajari lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesungguhnya juga akan menarik
perhatian spontan anak sehingga anak memiliki pemahaman dan kekayaan
pengetahuan yang bersumber dari lingkungannya sendiri. Bahan-bahan pengajaran
yang ada pada lingkungan sekitar anak akan mudah diingat, dilihat dan dipraktikan
sehingga kegiatan pengajaran menjadi berfungsi secara praktis.
5
Inti pengajaran barang sesungguhnya adalah mengajak anak pada kondisi
lingkungan sesungguhnya. Semua bahan yang ada di lingkungan sekitar anak dapat
dipakai sebagai pusat minat atau pusat perhatian anak.
Bahan pengajaran dari lingkungan oleh Jan Lighthart dikelompokan dalam tiga
kategori, yaitu lingkungan alam (sebagai bahan mentah), lingkungan produsen atau
lingkungan pengrajin (pengolah dan penghasil bahan mentah menjadi bahan jadi)
serta lingkungan masyarakat pengguna bahan jadi (konsumen).
Bahan ini dapat terdiri dari tanaman, tanah, batu-batuan, kebun, sungai dan
ladang, pengarajin kayu, rotan dan pasar atau toko sebagai pusat jual beli
bahan-bahan jadi tersebut. Berdasarkan pusat minat anak (tema) ini maka langkah
pengajaran dilaksanakan.
Landasan filosofis kedua dapat ditelaah dari filsafat pendidikan naturalisme
romantik yang dikemukakan Rousseau. Filosof ini berusaha mengembangkan konsep
pendidikan Emile yang dilakukan secara naturalistik atau alami. Ia mengemukakan
filosofisnya bahwa : (1) pendidikan harus mengembangkan kemampuan-kemampuan
alami atau bakat/pembawaan anak dan (2) pendidikan yang berlangsung dalam alam.
Sesuai dengan pandangan di atas, maka pendekatan untuk mendidik anak
bukanlah dengan mengajar anak secara formal atau melalui pengajaran langsung,
akan tetapi dengan memberi kesempatan kepada mereka belajar melalui proses
eksplorasi dan diskoveri.
Landasan filosofis ketiga adalah konsep filosofis yang disampaikan oleh Decroly
(1897). Filosof pendidikan ini mengemukakan beberapa ide filosofis bahwa :
1. Sekolah harus dihubungkan dengan kehidupan alam sekitar.
2. Pendidikan dan pengajaran agar didasarkan pada perkembangan anak.
3. Sekolah harus menjadi laboratorium bekerja bagi anak-anak.
4. Bahan-bahan pendidikan/pengajaran yang fungsional praktis.
Dari ketiga landasan filosofis pendidikan tersebut diharapkan akan menjadi
rumusan pijakan untuk mengembangkan pembelajaran yang berbasis alam untuk
memberikan pembelajaran yang bermakna bagi anak-anak. Deskripsi analisis filosofis
tersebut dapat dirangkum sebagai berikut:
6
Filosofis dasar yang terkait dengan pendidikan (pembelajaran) yang berbasis
alam adalah pandangan bahwa kegiatan pendidikan (sekolah atau kurikulum) harus
dapat membantu anak mengembangkan berbagai potensi perkembangan yang
dipergunakan untuk beradaptasi secara kreatif dengan lingkungan alam. Atas dasar
pandangan filosofis tersebut, kegiatan pendidikan seharusnya menggunakan
lingkungan alam dengan berbagai variasi untuk memenuhi kebutuhan perkembangan
anak usia dini.
Sebagai lembaga sosial, sekolah harus menyajikan kehidupan nyata dan penting
bagi anak sebagaimana yang terdapat di dalam rumah, di lingkungan sekitar, atau di
lingkungan masyarakat luas. (Dewey dalam Krogh, 1994). Pandangan ini
mempertegas bahwa sekolah (kurikulum : pembelajaran yang dilaksanakan) harus
mampu membantu anak usia dini mengelaborasi dan mengeksplorasi lingkungan alam
sebagai sumber belajar. Kegiatan pendidikan seperti ini sekaligus sebagai upaya
memenuhi kebutuhan anak usia dini dalam masa-masa bermain, bereksplorasi dan
bereksperimen.
Filosofis pendidikan berikutnya adalah bahwa kegiatan pembelajaran yang
berbasis pada lingkungan alam akan membantu menumbuhkan otoaktivitas atau Auto
Activity (aktivitas yang tumbuh dari dalam diri) anak sehingga dimungkinkan terjadi
proses active learning (belajar secara aktif).
Filosofis ini akan membantu pendidik merancang dan mengembangkan
berbagai aktivitas yang memungkinkan anak terlibat secara aktif penuh (penuh
keaktivitas) dalam interaksi pendidikan. Anak akan terlibat secara aktif dalam belajar
melalui proses mengamati, mencari, menemukan, mendiskusikan, menyimpulkan,
mengkomunikasikan dan membuat laporan sendiri tentang suatu fokus pembelajaran.
Proses belajar seperti ini akan membantu anak memperoleh sejumlah keterampilan
proses yang sangat dibutuhkan dalam mengembangkan life skill.
Filosofis ketiga dalam pembelajaran berbasis alam adalah pandangan bahwa
lingkungan alam akan memberikan sejumlah pengalaman belajar langsung (real
learning) dan/atau pembelajaran secara nyata (real instructions). Dalam istilah Jan
Ligtghart ini dikenal dengan istilah pengajaran barang yang sesungguhnya. Konsep
7
pendidikan seperti ini akan membantu anak mengembangkan proses berpikir
komprehensif dalam situasi yang nyata tentang berbagai aspek kehidupan dalam
lingkungan alam.
Filosofis keempat, konsep pembelajaran berbasis alam akan memberikan
suasana atau kesempatan pada anak untuk mengembangkan kepekaan, kepedulian
atau sensitivitas terhadap berbagai kondisi lingkungan alam. Kegiatan ini sekaligus
tidak hanya membangun kecerdasan naturalis anak saja tetapi juga kecerdasan intra
dan interpersonal, kecerdasan spiritual dan berbagai kecerdasan lainnya. Kepekaan
yang berkembangan pada anak terhadap lingkungan alam secara konseptual disebut
sebagai perhatian spontan Perhatian spontan anak akan muncul ketika anak-anak
berinteraksi dengan berbagai objek dan kondisi lingkungan alam, baik secara
individual maupun kelompok.
Filosofis kelima, konsep pembelajaran berbasis alam akan membantu anak
memperoleh proses dan hasil belajar yang bermakna (meaningfull learning) serta
pembelajaran yang fungsional praktis (practical and functional intruction). Melalui
pembelajaran berbasis alam, anak dapat menemukan, memahami dan menerapkan
secara langsung proses belajar pada berbagai aspek dalam kehidupan secara nyata.
Dengan demikian, anak dapat memaknai bahwa belajar tentang berbagai hal akan
memiliki makna dalam kehidupan kini maupun di masa yang akan datang.
8
BAB III
PRINSIP-PRINSIP
PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM
Proses pembelajaran berbasis alam perlu memperhatikan sejumlah prinsip yang
mendasarinya. Prinsip-prinsip yang dimaksud diantaranya adalah :
1. Berpusat pada perkembangan anak dan optimalisasi perkembangan
Keberhasilan pendidikan dapat diukur pada sejauh mana pendidikan berhasil
mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengoptimalkan potensi setiap anak
sesuai dengan karakteristik perkembangannya. Oleh karena itu, keberhasilan
proses pembelajaran berbasis alam terletak pada peningkatan optimalisasi
seluruh potensi perkembangan anak dengan menjadi lingkungan alam sebagai
sumber belajar yang utama.
2. Membangun kemandirian anak
Proses pembelajaran yang berbasis alam diharapkan dapat membangun dan
mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri (kemandirian), kedisiplinan
dan sosialisasi agar terbentuk karakter kemandirian yang kuat. Dalam
pembelajaran yang berbasis alam, anak akan terbiasa dihadapkan pada sejumlah
persoalan kehidupan secara faktual. Anak dapat berusaha memecahkan persoalan
tersebut, baik secara individual maupun bekerja sama dengan teman-temannya.
3. Belajar dari lingkungan alam sekitar
Proses pembelajaran berbasis alam akan memaksimalkan pemanfaatan kekayaan
alam yang ada, sebagai sumber ilmu pengetahuan, sehingga memiliki ketajaman
berpikir dan wawasan keilmuan yang aplikatif.
4. Belajar dan bermain dari lingkungan sekitar
Melalui bermain, memungkinkan anak untuk terlibat dalam lingkungannya,
melalui konflik internal maupun eksternal sehingga anak belajar melalui berbagai
pengalaman dengan objek, orang, kegiatan yang ada di sekitarnya. Pembelajaran
yang dialami anak akan menjadi lebih menarik, menyenangkan (fun learning),
bermakna dan tidak membosankan.
9
5. Memanfaatkan sumber belajar yang mudah dan murah
Dengan memanfaatkan lingkungan sekitar, anak dapat mempelajari banyak hal
dari lingkungan terdekatnya (lingkungan alam, lingkungan fisik, lingkungan sosial,
kultur budaya, dll) sehingga sumber belajar tidak harus sengaja dirancang dengan
mengeluarkan biaya yang mahal.
6. Pembelajaran menggunakan pendekatan tematik
Pembelajaran tema adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang didasarkan
atas ide-ide pokok/sentral tentang anak dan lingkungannya. Melalui pembelajaran
tema dapat memberikan pengalaman langsung tentang objek yang riil bagi anak
untuk menilai dan memanipulasinya, menumbuhkan cara berpikir yang
komprehensif.
7. Membangun kebiasaan berpikir ilmiah sejak usia dini
Berpikir ilmiah yang dimaksud pada prinsip ini adalah memperkenalkan dan
membiasakan anak untuk menemukan berbagai permasalahan yang ada di
lingkungannya dan berpikir untuk menemukan cara memecah-kannya. Kegiatan
berpikir seperti ini dapat dilakukan melalui eksplorasi berbagai hal yang
terjadi/ada dari lingkungannya, dari hal yang mudah/sederhana ke arah yang
lebih kompleks/sukar.
8. Pembelajaran inspiratif, menarik, kreatif dan inovatif
Anak adalah subjek dalam pembelajaran. Kegiatan-kegiatan pembelajaran perlu
disiapkan untuk membangun rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk
berpikir kritis dan menemukan hal-hal yang baru.
9. Memberikan ruang bagi anak untuk belajar secara aktif (active learning).
Dengan belajar dari sumber lingkungan sekitar dan lingkungan lain yang
mendukung akan mendorong anak untuk menunjukkan aktivitas belajarnya. Anak
akan berusaha mengamati, mencari dan menemukan berbagai pengetahuan dan
konsep yang penting berkaitan dengan berbagai bidang perkembangan.
10
BAB IV
PENDEKATAN DAN METODE
PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM
A. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Alam
Pendekatan pembelajaran merupakan suatu cara pandang dalam melihat dan
memahami situasi belajar mengajar. Penggunaan suatu pendekatan dapat diibaratkan
sebagai penggunaan suatu kaca mata dalam melihat atau memandang suatu keadaan.
Jika yang digunakan kacamata hijau maka pemandangan yang dilihat akan serba
hijau. Jika kacamata yang dipergunakan biru maka pemandangan yang terlihat akan
serba biru.
Cara pandang dalam suatu pendekatan pembelajaran akan membantu guru
menyusun dan mengembangkan kerangka berpikir atau mind set tentang berbagai
unsur dalam pembelajaran. Jika guru mengembangkan pendekatan abstrak maka
seluruh proses pembelajaran dalam strategi pembelajaran juga akan digiring ke arah
proses pembelajaran yang abstrak.
Demikian juga jika guru menganut pendekatan ekspositori maka cara
melaksanakan kegiatan pembelajaran akan diarahkan ke arah proses yang lebih
banyak atau didominasi oleh kegiatan menjelaskan atau menyampaikan materi. Guru
yang mengembangkan pendekatan berpusat pada guru (teacher centre) maka
kegiatan pembelajaran akan sepenuhnya berada ditangan guru sedangkan murid
menjadi pasif dan tidak kreatif.
Dengan demikian, apa yang diyakini guru dalam memilih pendekatan akan
memberikan dampak yang kuat pada pengembangan strategi pembelajaran.
Salah satu konsep pokok utama yang perlu menjadi perhatian guru dalam memilih
dan mengembangkan strategi pembelajaran adalah pemahaman dan penggunaan
konsep pendekatan pembelajaran (learning approach). Seperti halnya batasan
strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran juga merupakan bagian dari
pemperoleh kerangka berpikir atau mind set guru dalam melaksanakan kegiatan
11
pembelajaran agar berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) yang tinggi.
Pendekatan pembelajaran pada dasarnya adalah cara pandang atau cara berpikir guru
tentang berbagai komponen dalam sistem pembelajaran.
Cara pandang ini dapat dianggap berada dalam dua ujung titik kontinum yang
saling berlawanan. Sebagai contoh, cara pandang guru dalam melaksanakan
pembelajaran ada yang berada paling ujung yang child centered atau berpusat pada
anak dan guru yang berada di ujung teacher centered atau berpusat pada guru.
Dengan demikian ke arahmana cara pandang guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran dapat diukur derajat child centered-nya atau derajat teacher
centered-nya dengan memperhatikan berbagai aspek dan indikator yang berada pada
keduanya.
Beberapa pendekatan yang dapat dijadikan rujukan dalam pembelajaran yang
berbasis alam dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut :
1. Pendekatan Pedosentris Versus Materiosentris
Pendekatan pedosentris (Paedos berarti kesanggupan atau kemampuan anak,
sentries artinya berpusat) sering dikenal dengan learner centered yakni cara
memandang kegiatan pembelajaran yang bertumpu atau bertitik tolak dari
kesanggupan atau kemampuan anak sebagai individu yang belajar. Melalui
pendekatan ini, guru akan berusaha untuk memikirkan dan menelaah seberapa
kesanggupan atau kemampuan anak menguasai suatu proses dan bahan atau
materi pembelajaran. Bahan atau materi pembelajaran dapat diperoleh anak dari
sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar. Dengan demikian, tingkat
kesanggupan anak untuk menyelesaikan suatu tahapan perkembangan dapat
diamati dan digambarkan secara individual. Hal ini berbeda dengan cara pandang
dari materiosentris (Matero berarti materi atau bahan pembelajaran) yang
menganggap bahwa segala pusat kegiatan pembelajaran harus dimulai dengan
materi atau bahan pembelajaran. Cara pandang ini akan mengarahkan guru untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggiring seluruh aktivitas anak
untuk menguasai materi atau bahan pembelajaran. Bagi guru, hal terpenting
12
adalah bagaimana materi atau bahan pembelajaran selesai dilaksanakan dan
anak-anak dapat menguasainya. Guru tidak perlu memikirkan anak yang lambat,
sedang atau cepat dalam menangkap materi atau bahan pembelajaran.
2. Pendekatan Child Centered Versus Teacher Centered
Pendekatan child centered atau student centered merupakan suatu cara pandang
yang menganggap bahwa pusat kegiatan pembelajaran bertitik tolak pada
aktivitas anak (murid). Cara pandang ini meyakini bahwa murid atau anak
memiliki kemampuan sendiri melalui berbagai aktivitas dalam mencari,
menemukan, menyimpulkan serta mengkomunikasikan sendiri berbagai
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai. Tugas guru yang utama menurut
pandangan ini adalah menyusun dan menciptakan berbagai situasi dan fasilitas
yang memungkinkan anak belajar. Pendekatan ini dapat dipergunakan dalam
pembelajaran berbasis alam yang memungkinkan pendidik mengajak anak
menggunakan berbagai sumber belajar lingkungan sekitar secara aktif. Cara
pandang ini berada satu titik vertikal dengan pendekatan pedosentris. Pada sisi
yang berlawanan, cara pandang teacher centered menekankan pusat kegiatan
pembelajaran berada pada aktivitas guru dalam menguasai serta menyampaikan
materi pembelajaran. Seluruh proses pembelajaran akan diwarnai dan didominasi
oleh keaktivitan guru dalam menguasai kelas dan materi pembelajaran. Cara
pandang ini berada dalam satu titik vertikal dengan pendekatan materiosentris.
3. Pendekatan Discovery (Penemuan) Versus Ekspositori (Penyajian)
Pendekatan Discovery dikenal juga dengan istilah pendekatan penemuan.
Pendekatan ini mempunyai cara pandang yang memusatkan kegiatan
pembelajaran pada upaya atau aktivitas anak didik untuk menemukan sendiri
berbagai aspek pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai melalui berbagai
pengalaman yang dirancang dan diciptakan guru. Melalui cara pandang ini, guru
akan berusaha memikirkan bagaimana menciptakan situasi belajar mengajar
dengan ragam komponennya agar anak didik mau dan bisa mencari serta
menemukan sendiri berbagai aspek pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai.
13
Pendekatan ini berada dalam satu titik vertikal dengan pedosentris (berpusat pada
kesanggupan atau kemampuan anak) dan child centered (berpusat pada anak).
Adapun pendekatan ekspositori lebih memandang aktivitas pembelajaran sebagai
kegiatan guru melakukan ekspose atau penyampaian pengetahuan, keterampilan
dan nilai-nilai.
4. Pendekatan Proses Versus Pendekatan Hasil
Pendekatan proses dalam pembelajaran berbasis alam mengisyaratkan bahwa
kegiatan pembelajaran lebih mengedepankan pentingnya proses belajar sebagai
proses pemerolehan berbagai ragam pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan
oleh anak sendiri. Adapun pendekatan hasil lebih menekankan pentingnya hasil
belajar tanpa begitu mempedulikan proses yang dilalui oleh anak dalam belajar.
5. Pendekatan Kongkrit Versus Pendekatan Abstrak
Pendekatan kongkrit merupakan cara pandang dalam proses pembelajaran yang
lebih mengupayakan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan proses yang
kongkrit. Melalui pendekatan ini, proses pembelajaran akan diupayakan
sedemikian rupa sehingga menjadi suatu yang kongkrit bagi anak, terutama
menjadi hidup dalam kehidupan sehari-hari. Adapun pendekatan abstrak
merupakan cara pandangan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
lebih banyak menggunakan proses abstrak. Proses seperti ini memberikan
pemahaman yang verbalisme pada anak tentang berbagai ragam pengetahuan,
nilai-nilai dan keterampilan tertentu.
6. Pendekatan Tematik
Pendekatan tematik merupakan suatu cara pandang dalam menyelenggarakan
pembelajaran yang menggunakan berbagai konteks dalam kehidupan anak
sehari-hari. Konteks itu sendiri terdiri dari benda, peristiwa, keadaan atau
pengalaman yang berada dalam kehidupan sehari-hari dan mungkin dialami oleh
anak pada suatu waktu. Pemilihan konteks ini memungkinkan guru dapat
mengembangkan suatu strategi pembelajaran bermakna, utuh dan terpadu yang
mengkaitkan antara pembelajaran satu dengan pembelajaran lainnya.
14
Pendekatan pembelajaran tematik lebih mengutamakan pembahasan berbagai
konteks yang dimaksud, terutama aspek pengalaman belajar siswa. Dengan
demikian pembelajaran tematik menjadi bersahabat, menyenangkan, tetapi tetap
bermakna bagi siswa. Dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan
keterampilan, anak didik tidak harus dilatih dalam bentuk drill, tetapi anak belajar
melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
sudah dipahami. Bentuk pembelajaran ini dikenal dengan pembelajaran terpadu
dan pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak didik.
Pembelajaran tematik harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berpusat pada anak
b. Memberikan pengalaman langsung pada anak
c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran
e. Bersifat fleksibel
f. Hasil pembelajaran dapat berkembangan sesuai dengan minat dan kebutuhan
anak.
Adapun kriteria dalam mengembangkan pembelajaran tematik adalah :
a. Pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan anak.
b. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak
c. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.
d. Mengembangkan keterampilan berpikir anak sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi
e. Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, toleransi, komunikasi,
dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
15
Pendekatan pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan bentuk pembelajaran yang tanpa menggunakan konteks (tema). Beberapa
keungulan yang dimaksud adalah:
a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
b. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.
c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
d. Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata
pelajaran lain dan pengalaman pribadi anak.
e. Anak lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi
yang nyata, misalnya bertanya, bercerita, menulis deskripsi, menulis surat, dan
sebagainya untuk mengembangkan ketrampilan berbahasa sekaligus untuk
mempelajari mata pelajaran lain.
f. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara
terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali
pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial,
pemantapan atau pengayaan.
g. Menyediakan kesempatan pada anak untuk terlibat langsung dengan objek yang
sesungguhnya.
h. Menciptakan kegiatan yang melibatkan seluruh indera anak.
i. Membangun kegiatan dari minat anak.
j. Membantu anak membangun pengetahuan baru.
k. Memberikan kegiatan dan rutinitas yang ditujukan untuk mengembangkan
seluruh aspek perkembangan.
l. Mengakomodasi kebutuhan siswa akan kebutuhannya untuk kegiatan dan gerak
fisik, interaksi sosial, kemadirian, konsep diri yang positif.
m. Memberikan kesempatan menggunakan permainan untuk menterjemahkan
pengalaman kepada pemahaman.
n. Menghargai perbedaan individu, latar belakang, pengalaman di rumah yang dapat
dibawa anak ke kelas.
16
Dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran tematik guru dapat
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Pembelajaran tematis dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
menjadi lebih bermakna dan utuh.
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematis perlu memper-timbangkan antara lain
alokasi waktu setiap tema, memper-hitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang
ada di lingkungan.
3. Pilihlah tema dan jaringannya yang terdekat dengan anak. Contoh pengembangan
jaringan tema dapat dijabarkan sebagai berikut :
Berdasarkan jaringan tema tersebut, guru dapat menentukan jumlah minggu yang
diperlukan untuk melaksanakan suatu tema. Kedalaman dan keluasan tema dan
jaringannya dibicarakan akan menentukan jumlah minggu yang dibutuhkan.
4. Buatlah kegiatan umum pada masing-masing jaringan tema tersebut, misalnya
pada jaringan anggota tubuh ditemukan kegiatan menggambar/mewarnai
anggota tubuh, memasangkan anggota tubuh, menjiplak tubuh, menceritakan
pengalaman sakit dari anggota tubuh, menyampaikan cara merawat tubuh.
AKU
(Diri Sendiri)
IDENTITAS DIRI
(Nama, alamat, ayah/ibu)
ANGGOTA TUBUH
(Kepala, Badan,
Tangan, Kaki)
CIRI-CIRI TUBUH
(Gemuk-kurus,
Keriting-lurus,
Tinggi-pendek)
KESUKAAN
(Makanan-minuman,
Warna Pakaian, Olah
raga, Tempat Rekreasi)
17
5. Pelajari struktur kompetensi (standar kompetensi, dan kompetensi dasar, hasil
belajar dan indikator) pada masing-masing bidang pengembangan PAUD.
6. Identifikasi dan kelompokan standar kompetensi yang dapat dicapai pada
masing-masing tema.
7. Buatlah “Matriks hubungan antara standar kompetensi dengan tema”.
Matriks ini berguna untuk memetakan keseluruhan hubungan antara tema dan
standar kompetensi pada bulan atau satu semester program. Proses ini sekaligus akan
memberikan gambaran progress pembelajaran terintegrasi sebagai berikut :
B. Metode Pembelajaran PAUD Berbasis Alam
Metode merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran.
Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis alam adalah:
1. Circle Time adalah salah satu metode belajar yang dapat digunakan dengan
berinteraksi secara langsung. Metode ini bertujuan untuk memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk mengembangkan seluruh aspek
perkembangannya yaitu kognitif, emosi, sosial, terutama sekali kemampuan
berbahasa serta menumbuhkan minat belajar dan partisipasi anak.
2. Metode proyek merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang menghadapkan
anak pada persoalan sehari-hari yang ada dan harus dipecahkan baik secara
individu maupun berkelompok. Metode ini merupakan salah satu bentuk
pendekatan yang berpusat pada anak karena anak memiliki kesempatan untuk
belajar mencari jalan keluar dari permasalahan yang mereka hadapi.
3. Metode penemuan terbimbing lebih menekankan pada pengalaman belajar agar
anak dapat menghasilkan pemecahan khusus, agar anak mampu
menghubungkan dan membangun konsep melalui interaksi dengan orang lain dan
objek. Contoh anak menemukan bahwa ukuran bentuk, dan warna berbeda
melalui menemukan yang dibimbing oleh guru.
4. Metode diskusi yaitu menunjukan interaksi timbal balik antara guru dan anak,
guru berbicara kepada anak berbicara pada guru, dan anak berbicara dengan
18
anak yang lainnya.
5. Metode demonstrasi melibatkan satu orang anak untuk menunjukan kepada anak
yang lain bagaimana bekerjanya sesuatu dan bagaimana tugas-tugas itu
dilaksanakan. Guru menggunakan metoda demonstrasi untuk menggambarkan
sesuatu yang akan dilakukan oleh anak.
6. Belajar kooperatif (Cooperatif learning) dapat diartikan anak-anak bekerjasama
dalam kelompok kecil setiap anak dapat berpartisipasi dalam tugas-tgas bersama
yang telah ditentukan dengan jelas tidak terus menerus dan diarahkan oleh guru
melalui belajar kooperatif melibatkan anak untuk berbagi tanggungjawab.
7. Metode eksploratori, metoda ini memungkinkan anak mengembangkan
penyelidikan langsung yang berjalan dengan langkah-langkah sendiri, membuat
keputusan apa yang telah dilakukan, bagaimana melakukannya dan kapan
melakukannya melalui prakarsa sendiri anak meneliti orang, tempat, objek,
peristiwa, sehingga anak dapat membangun pengetahuannya sendiri.
8. Metode problem solving (pemecahan masalah). Pemecahan masalah merupakan
suatu metoda yang memberi kesempatan kepada anak untuk memecahkan
masalah sederhana melalui kegiatan merencanakan, meramalkan, membuat
keputusan, mengamati hasil tindakannya.
9. Museum Anak (Child Museum). Museum anak yang dimaksud di sini adalah
kegiatan yang dilakukan anak melalui kegiatan pengumpulan benda-benda yang
ada di lingkungan sekitarnya dan memamerkannya. Metoda ini memberikan
kesempatan kepada anak dimana anak-anak dapat mengalami langsung sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna. Melalui metoda ini, anak dapat belajar
menggali kembali pengetahuan, melalui benda-benda yang yang ada di
lingkungan sekitarnya. Mereka dapat mencari, mengumpulkan dan memilah-milah
atau mengelompokkan benda-benda yang ada di sekitarnya kemudian
memamerkannya sehingga anak dapat langsung melihat, memegang, bahkan
mengeksplorasi benda-benda yang menjadi pusat perhatiannya.
19
BAB V
PENGUNAAN MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN PAUD
BERBASIS ALAM
Pembelajaran berbasis alam dapat memanfaatkan media dan sumber belajar
secara bervariasi serta mendukung kegiatan pembelajaran yang optimal dan kondusif.
Media dan sumber belajar akan membantu mendekatkan jarak pemahaman antara
anak dan pendidik tentang suatu konsep dan proses yang dipelajari. Pendidik dapat
menemukan dan mengembangkan media serta sumber belajar yang berbasis alam
sekitar sehingga mendorong dan memudahkan anak untuk menemukan sendiri
tentang konsep dan proses yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Media dan sumber belajar yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi tiga
bagian utama, yaitu :
A. LINGKUNGAN ALAM
Lingkungan alam adalah objek-objek dan benda-benda yang ada di alam yang
sudah tersedia yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Jenis-jenis
sumber belajar meliputi :
1. Tanaman
2. Binatang
3. Hutan
4. Kebun
5. Kolam
6. dll
B. LINGKUNGAN FISIK
Lingkungan fisik adalah objek yang terdapat di sekitar anak berupa bangunan
atau benda yang dibuat/dibangun oleh masyarakat sekitar. Jenis-jenis sumber
belajar meliputi :
1. Masjid
2. Kantor pos
20
3. Kantor Polisi
4. Perpustakaan
5. Rumah sakit
6. Supermarket
7. dll
C. LINGKUNGAN SOSIAL
Lingkungan sosial adalah objek, kegiatan, peristiwa yang terjadi di
masyarakat/lingkungan sekitar yang dapat dijadikan sumber belajar. Jenis-jenis
sumber belajar meliputi :
1. Tokoh Masyarakat
2. Pasar
3. Banjir
4. Kebakaran
5. Kultur/ budaya
Media pembelajaran yang dapat digunakan dalam memfasilitasi pembelajaran
berbasis alam meliputi:
1. Media Visual: yang hanya dapat dilihat melalui indera penglihatan, seperti
media gambar.
2. Media Audio: yang mengandung pesan auditif (hanya dapat didengar) yang
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan pemahaman untuk
mempelajari bahan ajar.
3. Media Audio Visual: merupakan kombinasi audio dan visual yang biasa disebut
media pandang dengar
4. Media Objek: merupakan media tiga dimensi yang menyampaikan informasi
tidak dalam bentuk penyajian melainkan melalui ciri fisik nya sendiri seperti:
ukuran, bentuk, berat, susunan, warna, fungsi dsb. Media ini dapat dibagi dalam 2
kelompok: media objek alami dan media objek buatan
5. Media Sederhana: media yang mudah dibuat dan mudah diperoleh
bahan-bahannya.
21
BAB VI
PENGORGANISASI KEGIATAN PEMBELAJARAN
PAUD BERBASIS ALAM
Pengorganisasian pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan
pendidik untuk menciptakan suatu situasi atau iklim pembelajaran yang kondusif dan
menyenangkan pada anak sesuai dengan model pembelajaran berbasis alam.
Pengorganisasian ini dimaksudkan untuk memudahkan pendidik dan anak berinteraksi
dalam berbagai situasi pembelajaran (baik indoor maupun outdoor activity).
Dalam pengorganisasian pembelajaran pendidik perlu memperhatikan beberapa
komponen penting sebagai berikut :
A. Pemilihan dan Pengembangan Tema
Pengembangan tema dilakukan dengan menggunakan sejumlah kriteria dan
prinsip sebagaimana dikemukakan pada konsep pengembangan tema dan
jaringannya. Salah satu yang menjadi perhatian pendidik dalam menggunakan
pengembangan tema adalah prinsip kedekatan, kebermaknaan dan kepraktisan dilihat
dari sisi anak didik. Adapun contoh pengembangan tema adalah :
TEMA MATERI JARINGAN YANG DIKEMBANGKAN
1. Kesukaan Mainan Kesukaan
Makanan Kesukaan
Jenis, Bentuk dan warna pasir Manfaat dan
bahaya bermain pasir Cara bermain pasir
Bentuk, ukuran dan warna mata
Kegunaan
Penyakit
Obat perawatan dan penyembuhan Cara
menghindari orang sakit mata Benda/alat
terkait mata
2. Panca Indera Mata
Telinga
Hidung
Kulit
Lidah
3. Binatang Ikan
Ayam
Nama dan Jenis
Karakteristik fisik (Bentuk, warna, ukuran,
bagian tubuh)
Siklus hidup
Kebiasaan (Makanan) Cara
beternak/merawat Pedagang &
penjual Cara mengolah
22
4. Tanaman Pisang
Kembang Sepatu
Nama dan jenis
Bentuk, warna dan Ukuran
Rasa
Bagian-bagian
Proses tumbuh kembang
5. Kendaraan Sepeda Bagian-bagian
Manfaat
Cara mengendarai
Cara merawat
Adab berkendaraan
6. Pekerjaan Dokter Spesialisasi dokter
Tugas dan tanggungjawab Peralatan
yang digunakan Tempat bekerjanya
Pakaian yang digunakan
7. Alam semesta Bulan
Bintang
Matahari
Bumi
Planet
Karakteristik
Waktu keberadaannya
Manfaat
Peristiwa alam (gerhana,
meteor,pelangi)
Dll
8. Alat komunikasi TV
Telepon
Manfaat dan kerugiannya
Cara menggunakan
Tempat membeli dan menjual
Perawatan
Tempat mereparasi dll
9. Iklim dan Cuaca Hujan
Gempa
Banjir
Proses terjadinya
Akibat yang ditimbulkan Cara
menanggulanginya Daerah yang rawan
bencana dll
B. Pemilihan Indikator Perkembangan
Pemilihan indikator perkembangan dianalisis dan dijabarkan dari kompetensi
dasar pada ranah perkembangan (sesuai dengan pilihan pengelompokan standar isi
perkembangan).
1. Perkembangan moral dan nilai-nilai agama
2. Perkembangan fisik Motorik
3. Perkembangan bahasa
23
4. Perkembangan kognitif (Sains dan Matematika)
5. Perkembangan sosial-emosional dan kemandirian
6. Perkembangan Seni
C. Pengorganisasian Anak
Pengorganisasian anak dalam kegiatan pembelajaran berbasis alam dapat disusun
sebagai berikut :
1. Kegiatan klasikal
a. Kegiatan yang dilakukan oleh seluruh anak dalam satu kelas dalam satu
satuan waktu dengan kegiatan yang sama
b. Umumnya kegiatan kelompok digunakan untuk pengorganisasian anak pada
saat kegiatan awal dan akhir.
2. Kegiatan kelompok
Dalam satu satuan waktu tertentu terdapat beberapa kelompok anak melakukan
kegiatan yang berbeda-beda. Pemilihan kegiatan menjadi penting agar anak
dapat menyelesaikan kegiatn dalam waktu yang hampir bersamaan. Umumnya
kegiatan kelompok digunakan untuk pengorganiisasian anak pada saat kegiatan
inti
3. Kegiatan individual
Setiap anak dimungkinkan memilih kegiatan sesuai dengan minat dan
kemampuan massing-masing.
4. Kegiatan di dalam ruangan
Kegiatan yang dirancang untuk dilaksanakan di dalam ruangan. Ruangan yang
dimaksud tidak dibatasi oleh dinding kelas.
5. Kegiatan di luar ruangan
Kegiatan yang dirancang untuk dilaksanakan di luar ruangan berupa lingkungan
alam, lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
24
Pengorganisasian anak dapat dilakukan berdasarkan pemilihan pelaksanaan
kegiatan :
1. Rutin
Kegiatan pembiasaan yang dilakukan secara rutin dan berulang-ulang oleh setiap
anak. Umumnya kegiatan berupa: doa harian, kegiatan menolong dan melayani
diri sendiri, circle time.
2. Khusus
Kegiatan yang dilakukan secara khusus oleh seluruh anak dalam satu kelas secara
klasikal maupun kelompok dalam satu satuan waktu pada kegiatan yang sama
Umumnya kegiatan kelompok digunakan untuk pengorganisasian anak pada saat
kegiatan inti
3. Terintegrasi
Kegiatan yang dilakukan Terintegrasi
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pembelajaran berbasis alam secara umum menggunakan 5 langkah pokok yang
secara kreatif dapat dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
penyelenggara pendidikan anak usia dini. Kelima langkah pembelajaran yang
dimaksud adalah :
1. Menentukan Sesuatu Yang Menjadi Pusat Minat Anak.
Pusat minat anak ditentukan berdasarkan bahan-bahan pengajaran yang terdapat
pada lingkungan di sekitar anak. Penentuan pusat ini sebaiknya ditentukan
berdasarkan lingkungan yang paling dekat dengan diri anak itu sendiri kemudian
berangsung- angsur ke lingkungan yang terjauh. Misalnya ditentukan pusat minat
tanaman (singkong, umbi dan kentang).
2. Melakukan Perjalanan Sekolah.
Setelah ditentukan pusat minat dan anak diberikan penjelasan tentang pusat
minat tersebut maka anak bersama guru melakukan perjalanan sekolah pada
kondisi yang menjadi pusat minat tersebut. Selama penjalanan sekolah, anak
diajak untuk melakukan berbagai pengamatan pada kondisi sesungguhnya
25
ditempat itu. Pada kondisi inilah keaktifan dan perhatian spontan anak akan
muncul, mungkin secara tiba- tiba ada seekor kupu-kupu hingga pada setangkai
bunga kemudian secara spontan anak bertanya “mengapa kupu-kupu itu hinggap
pada bunga itu ?” Spontanitas anak ini sudah tentu akan mengundang dialog dan
interaksi positip antara anak dengan guru atau antara anak itu sendiri. Dari sinilah
pengembangan bahasa dan pengembangan intelektual dapat secara bersama-
sama dilakukan.
3. Pembahasan Hasil Pengamatan.
Berbagai bahan lingkungan yang telah diamati anak kemudian dibicarakan lagi
dalam kelas. Pembahasan dilakukan dengan menggunakan gambar tentang
berbagai aspek penting yang mewakili lingkungan yang telah diamati anak (Jan
Lighthart menggunakan 24 gambar lingkungan). Dalam suasana interaksi ini
dibahas masing- masing hal yang dilihat dan ditemukan anak dari hasil
pengamatannya dengan menggunakan bantuan gambar-gambar.
4. Menceritakan Lingkungan Yang Diamati
Untuk menanamkan perilaku positip anak pada lingkungan guru hendaknya
menceritakan berbagai kondisi lingkungan yang diamati serta dihubungkan
dengan peritistiwa atau kondisi lain yang relevan, terutama dengan tindakan dan
sikap orang terhadap lingkungan tersebut.
5. Kegiatan Ekspresi
Agar anak lebih menghayati kondisi lingkungan yang telah diamati, guru
menugaskan anak untuk mengekpresikan hal-hal yang ada pada lingkungan
dengan jalan mewarnai, menggambar, membuat sesuatu, menirukan gerak-gerik
orang yang diamati melalui berbagai bentuk permainan dan nyanyian.
26
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Soejiono. (1999). Aliran Baru dalam Pendidikan. Bandung: CV Ilmu.
Charles Wolfgang, and Mary E. wolfgang. (1992). School for Young Children :
Developmentally Appropriate Practices. Florida Universsity: Allyn and Bacon.
Christine I. Bennet. (1990). Comprehensive Multicultural Education. Boston: Allyn and
Bacon.
Carrol Cattron, and Jan Allen. (1993). Early Childhood Curriculum, Second Edition.
New Jersey: Merril an Imprint of Pretice Hal.
Celia Anita Decker, and John R. Decker. Planning and Administering Early Childhood
Education Programs, fifth edition. New York:Merril an George Imprint of Macmillan
Publishing Company.
Hapidin. (2000). Model-Model Pendidikan Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Ghiyats
Alfiani Press.
Hapidin. (2005). Strategi Pembelajaran : Acuan Konseptual dan Praksis.
Jakarta:Pusdaini.
PERMENDIKBUD 137. (2014). Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Permedikbud.
Sri Anitah Wiryawa, Noorhadi. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Universitas
Terbuka.

More Related Content

What's hot

Pengembangan kurikulum paud
Pengembangan kurikulum paudPengembangan kurikulum paud
Pengembangan kurikulum paudkarinaarisutha
 
Standar Dan Bahan Ajar Paud Formal
Standar Dan Bahan Ajar Paud  FormalStandar Dan Bahan Ajar Paud  Formal
Standar Dan Bahan Ajar Paud FormalNASuprawoto Sunardjo
 
Kurikulum Standard Prasekolah Kebangsaan
Kurikulum Standard Prasekolah KebangsaanKurikulum Standard Prasekolah Kebangsaan
Kurikulum Standard Prasekolah KebangsaanRaja Muein
 
RESUME KURIKULUM TK DI INDONESIA
RESUME KURIKULUM TK DI INDONESIARESUME KURIKULUM TK DI INDONESIA
RESUME KURIKULUM TK DI INDONESIAFirdika Arini
 
Buku Materi Pelatihan Kurikulum 2013 Kelas 1 SD
Buku Materi Pelatihan Kurikulum 2013 Kelas 1 SDBuku Materi Pelatihan Kurikulum 2013 Kelas 1 SD
Buku Materi Pelatihan Kurikulum 2013 Kelas 1 SDDimas Yudistira
 
Jawaban mid landasan dan problematika pendidikan henry
Jawaban mid landasan dan problematika pendidikan henryJawaban mid landasan dan problematika pendidikan henry
Jawaban mid landasan dan problematika pendidikan henryHenry Kurniawan
 
Bahan bacaan 1.1 rasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulum
Bahan bacaan 1.1 rasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulumBahan bacaan 1.1 rasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulum
Bahan bacaan 1.1 rasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulumÄkäñx Këyñå
 
Soal ujian Landasan
Soal ujian LandasanSoal ujian Landasan
Soal ujian Landasanwindarti aja
 
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...Goes Jiant
 
Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis SekolahManajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis SekolahJoko Prasetiyo
 
Tajuk 5 peranan-guru-sekolah-rendah
Tajuk 5 peranan-guru-sekolah-rendahTajuk 5 peranan-guru-sekolah-rendah
Tajuk 5 peranan-guru-sekolah-rendahNor Azizah Ahmad
 
kepelbagaian pelajar
kepelbagaian pelajarkepelbagaian pelajar
kepelbagaian pelajarNor Fatihah
 

What's hot (20)

Pengembangan kurikulum paud
Pengembangan kurikulum paudPengembangan kurikulum paud
Pengembangan kurikulum paud
 
Standar Dan Bahan Ajar Paud Formal
Standar Dan Bahan Ajar Paud  FormalStandar Dan Bahan Ajar Paud  Formal
Standar Dan Bahan Ajar Paud Formal
 
Pengembangan Kurikulum Paud
Pengembangan Kurikulum PaudPengembangan Kurikulum Paud
Pengembangan Kurikulum Paud
 
Kurikulum 2013
Kurikulum 2013Kurikulum 2013
Kurikulum 2013
 
Kurikulum Standard Prasekolah Kebangsaan
Kurikulum Standard Prasekolah KebangsaanKurikulum Standard Prasekolah Kebangsaan
Kurikulum Standard Prasekolah Kebangsaan
 
Pdgk4104 m1
Pdgk4104 m1Pdgk4104 m1
Pdgk4104 m1
 
RESUME KURIKULUM TK DI INDONESIA
RESUME KURIKULUM TK DI INDONESIARESUME KURIKULUM TK DI INDONESIA
RESUME KURIKULUM TK DI INDONESIA
 
Buku Materi Pelatihan Kurikulum 2013 Kelas 1 SD
Buku Materi Pelatihan Kurikulum 2013 Kelas 1 SDBuku Materi Pelatihan Kurikulum 2013 Kelas 1 SD
Buku Materi Pelatihan Kurikulum 2013 Kelas 1 SD
 
Jawaban mid landasan dan problematika pendidikan henry
Jawaban mid landasan dan problematika pendidikan henryJawaban mid landasan dan problematika pendidikan henry
Jawaban mid landasan dan problematika pendidikan henry
 
Bahan bacaan 1.1 rasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulum
Bahan bacaan 1.1 rasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulumBahan bacaan 1.1 rasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulum
Bahan bacaan 1.1 rasional pengembangan dan pelaksanaan kurikulum
 
Bab 1234 (1)
Bab 1234 (1)Bab 1234 (1)
Bab 1234 (1)
 
Soal ujian Landasan
Soal ujian LandasanSoal ujian Landasan
Soal ujian Landasan
 
Kode
KodeKode
Kode
 
Tantangan guru profesional
Tantangan guru profesionalTantangan guru profesional
Tantangan guru profesional
 
Mengkaji Kurikulum
Mengkaji KurikulumMengkaji Kurikulum
Mengkaji Kurikulum
 
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...
Teknik Guru Pendidikan Agama Hindu dalam Menciptakan Pembelajaran Berbasis PA...
 
Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis SekolahManajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis Sekolah
 
Tajuk 5 peranan-guru-sekolah-rendah
Tajuk 5 peranan-guru-sekolah-rendahTajuk 5 peranan-guru-sekolah-rendah
Tajuk 5 peranan-guru-sekolah-rendah
 
Tajuk 5 done
Tajuk 5 doneTajuk 5 done
Tajuk 5 done
 
kepelbagaian pelajar
kepelbagaian pelajarkepelbagaian pelajar
kepelbagaian pelajar
 

Similar to MODEL PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM

Materi Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
Materi Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdfMateri Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
Materi Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdfHasanBasri321358
 
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran(1)
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran(1)Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran(1)
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran(1)Amrizal Ahmad
 
Lampiran iv-PERMEN 81-A IMPLEMENTASI KURIKULUN 2013 (PEDOMAN UMUM PEMBELAJARAN)
Lampiran iv-PERMEN 81-A IMPLEMENTASI KURIKULUN 2013 (PEDOMAN UMUM PEMBELAJARAN)Lampiran iv-PERMEN 81-A IMPLEMENTASI KURIKULUN 2013 (PEDOMAN UMUM PEMBELAJARAN)
Lampiran iv-PERMEN 81-A IMPLEMENTASI KURIKULUN 2013 (PEDOMAN UMUM PEMBELAJARAN)Ar Chonth
 
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaranLampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaranR Andri Wijonarko
 
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaranLampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaranAmrizal Ahmad
 
06. lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
06. lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran06. lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
06. lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaranOtto Ono Gallery
 
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaranLampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaranAri Tanjung
 
Lampiran iv pedoman umum pembelajaran garuda
Lampiran iv pedoman umum pembelajaran garudaLampiran iv pedoman umum pembelajaran garuda
Lampiran iv pedoman umum pembelajaran garudaAepsaenawa
 
Draf lamp iv pedoman umum pembelajaran (2)
Draf lamp iv pedoman umum pembelajaran (2)Draf lamp iv pedoman umum pembelajaran (2)
Draf lamp iv pedoman umum pembelajaran (2)Suaidin -Dompu
 
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran garuda
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran garudaLampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran garuda
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran garudaNayantaka Husna Hartono
 
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaranLampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaranAbdul Hafifudin
 
Permen tahun2013 nomor81a_lampiran4
Permen tahun2013 nomor81a_lampiran4Permen tahun2013 nomor81a_lampiran4
Permen tahun2013 nomor81a_lampiran4Irma Muthiara Sari
 
Pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi
Pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologiPengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi
Pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologiYuningsih Yuningsih
 
Tugas uas kurikulum
Tugas uas kurikulumTugas uas kurikulum
Tugas uas kurikulumhuzaipah
 
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA-SD_SMP_SMA_SMK.pptx
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA-SD_SMP_SMA_SMK.pptxIMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA-SD_SMP_SMA_SMK.pptx
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA-SD_SMP_SMA_SMK.pptxNitaGustina1
 
Kania tugas kurikulum
Kania tugas kurikulumKania tugas kurikulum
Kania tugas kurikulumKania Yuliana
 
Materi Awal P5 SDN 2 Kias KEC. BATANG ALAI SELATAN.pptx
Materi Awal P5 SDN 2 Kias KEC. BATANG ALAI SELATAN.pptxMateri Awal P5 SDN 2 Kias KEC. BATANG ALAI SELATAN.pptx
Materi Awal P5 SDN 2 Kias KEC. BATANG ALAI SELATAN.pptxvitifatimah47
 
AKSI TOPIK 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
AKSI TOPIK 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfAKSI TOPIK 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
AKSI TOPIK 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfQorry Debby Ismayati
 

Similar to MODEL PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM (20)

Materi Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
Materi Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdfMateri Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
Materi Hari ke-1 Implementasi Kurikulum Merdeka.pdf
 
PARADIGMA BARU KURIKULUM
PARADIGMA BARU KURIKULUMPARADIGMA BARU KURIKULUM
PARADIGMA BARU KURIKULUM
 
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran(1)
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran(1)Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran(1)
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran(1)
 
Lampiran iv-PERMEN 81-A IMPLEMENTASI KURIKULUN 2013 (PEDOMAN UMUM PEMBELAJARAN)
Lampiran iv-PERMEN 81-A IMPLEMENTASI KURIKULUN 2013 (PEDOMAN UMUM PEMBELAJARAN)Lampiran iv-PERMEN 81-A IMPLEMENTASI KURIKULUN 2013 (PEDOMAN UMUM PEMBELAJARAN)
Lampiran iv-PERMEN 81-A IMPLEMENTASI KURIKULUN 2013 (PEDOMAN UMUM PEMBELAJARAN)
 
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaranLampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
 
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaranLampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
 
06. lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
06. lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran06. lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
06. lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
 
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaranLampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
 
Lampiran iv pedoman umum pembelajaran garuda
Lampiran iv pedoman umum pembelajaran garudaLampiran iv pedoman umum pembelajaran garuda
Lampiran iv pedoman umum pembelajaran garuda
 
Draf lamp iv pedoman umum pembelajaran (2)
Draf lamp iv pedoman umum pembelajaran (2)Draf lamp iv pedoman umum pembelajaran (2)
Draf lamp iv pedoman umum pembelajaran (2)
 
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran garuda
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran garudaLampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran garuda
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran garuda
 
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaranLampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
Lampiran iv-pedoman-umum-pembelajaran
 
Permen dikbud 81 a
Permen dikbud 81 aPermen dikbud 81 a
Permen dikbud 81 a
 
Permen tahun2013 nomor81a_lampiran4
Permen tahun2013 nomor81a_lampiran4Permen tahun2013 nomor81a_lampiran4
Permen tahun2013 nomor81a_lampiran4
 
Pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi
Pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologiPengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi
Pengembangan kurikulum dan pembelajaran biologi
 
Tugas uas kurikulum
Tugas uas kurikulumTugas uas kurikulum
Tugas uas kurikulum
 
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA-SD_SMP_SMA_SMK.pptx
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA-SD_SMP_SMA_SMK.pptxIMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA-SD_SMP_SMA_SMK.pptx
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA-SD_SMP_SMA_SMK.pptx
 
Kania tugas kurikulum
Kania tugas kurikulumKania tugas kurikulum
Kania tugas kurikulum
 
Materi Awal P5 SDN 2 Kias KEC. BATANG ALAI SELATAN.pptx
Materi Awal P5 SDN 2 Kias KEC. BATANG ALAI SELATAN.pptxMateri Awal P5 SDN 2 Kias KEC. BATANG ALAI SELATAN.pptx
Materi Awal P5 SDN 2 Kias KEC. BATANG ALAI SELATAN.pptx
 
AKSI TOPIK 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
AKSI TOPIK 2 KURIKULUM MERDEKA.pdfAKSI TOPIK 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
AKSI TOPIK 2 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

Recently uploaded

aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 

Recently uploaded (20)

aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 

MODEL PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM

  • 1. MODEL PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM Kurikulum dengan Model Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Alam KB PAUD JATENG KOTA SEMARANG Oleh : http://paudjateng.xahzgs.com YAYASAN PENGELOLA PENDIDIKAN BERMAIN KB PAUD JATENG SEMARANG 2015
  • 2. ABSTRAKSI KURIKULUM INOVATIF PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Salah satu yang sangat mendasar dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan adalah terjadinya perubahan kewenangan dalam pengembangan kurikulum yaitu; dari sentralistik menjadi desentalistik yang berimplikasi pada sekolah, komite sekolah, madrasah dan komite madrasah diwajibkan untuk mengembangkan perangkat kurikulum satuan tingkat pendidikan (KTSP). Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2003 Pasal 4 mengungkapkan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dan diskriminasi. Ini berdampak perlunya, model kurikulum Inovatif PAUD yang disusun berdasarkan kajian retrospektif dan reflektif, untuk membantu guru dan pengelola dalam pengembangan kurikulum. Pusat Kurikulum, sebagai salah satu unit yang berada pada Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 salah satu tugasnya adalah mengembangkan model-model yang diperlukan dalam rangka memenuhi kebutuhan, keinginan dari stakeholder. Kurikulum Inovatif PAUD disusun sebagai guideline bagi setiap praktisi dan stakeholder lainnya dalam melaksanakan pendidikan pada anak usia dini, terutama untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang diajarkan dan bagaimana mengajarkan melalui penguasaan perencanaan yang di dasarkan pada filosofi tentang bagaimana anak berkembang dan belajar. Prosedur pengembangannya disusun sebagai panduan praksis kegiatan belajar seraya bermain pada anak usia dini sesuai dengan karakteristik dan tahapan lingkup pengembangan model yang menjangkau ranah usia anak 0 tahun sampai usia 6 tahun. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum Inovatif PAUD yaitu; fleksibel, kontinyu, adaptif, integratif, progresif, dan kontekstual. Kurikulum inovatif pendidikan anak usia dini dapat digunakan sebagai salah satu model yang dapat dijadikan salah satu acuan bagi guru dan pengelola PAUD yang pada akhirnya dapat menjembatani pengalaman siswa belajar terutama pada sekolah dasar di kelas rendah 1 – 3. Temuan umum pada kegiatan uji coba yang dilaksanakan di 2 provinsi: Jawa Barat dan D.I. Yogyakarta. Temuan dari hasil uji coba model masih menemukan beberapa kendala yaitu; belum lengkapnya informasi dari guru/tutor dan pengelola tentang stantar kompetensi maupun menu generik untuk PAUD. Sebahagian besar responden yang dijadikan sampel dalam uji coba model mengalami kesulitan dalam membaca, dan memahami isi konsep-konsep model kurikulum inovatif karena sebahagian besar guru/tutor tidak berlatar belakang PGTK. ii
  • 3. DAFTAR ISI ABSTRAKSI................................................................................................................................ii DAFTAR ISI.............................................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1 A. Rasional.........................................................................................................................1 B. Tujuan............................................................................................................................1 C. Lingkup dan Batasan...................................................................................................2 BAB II KERANGKA FILOSOFIS PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM...................4 BAB III PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM.......................... 8 BAB IV PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM...... 10 A. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Alam..............................................................10 1. Pendekatan Pedosentris Versus Materiosentris..............................................11 2. Pendekatan Child Centered Versus Teacher Centered..................................12 3. Pendekatan Discovery (Penemuan) Versus Ekspositori (Penyajian)...........12 4. Pendekatan Proses Versus Pendekatan Hasil................................................. 13 5. Pendekatan Kongkrit Versus Pendekatan Abstrak......................................... 13 6. Pendekatan Tematik........................................................................................... 13 B. Metode Pembelajaran PAUD Berbasis Alam.......................................................... 17 BAB V PENGUNAAN MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM19 A. LINGKUNGAN ALAM........................................................................................... 19 B. LINGKUNGAN FISIK........................................................................................... 19 C. LINGKUNGAN SOSIAL........................................................................................20 BAB VI PENGORGANISASI KEGIATAN PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM....21 A. PEMILIHAN DAN PENGEMBANGAN TEMA...................................................... 21 B. Pemilihan Indikator Perkembangan................................................................. 22 C. Pengorganisasian Anak......................................................................................23 D. Langkah-Langkah Pembelajaran......................................................................24 iii
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Rasional Kurikulum merupakan seperangkat konsep yang mengatur tentang isi, tujuan dan proses pendidikan yang akan dilaksanakan. Konsep yang diatur dalam kurikulum bersifat tidak kaku dan stagnan melainkan suatu gagasan yang dinamis dan progresif, terutama dalam memenuhi kebutuhan perkembangan anak pada berbagai aspek, kondisi perubahan sosio-antropologis dan ilmu pengetahuan serta teknologi, khususnya dalam bidang ilmu pendidikan dan/atau pembelajaran. Atas dasar itu, perlu diupayakan pemahaman dan sosialisasi perlunya pengembangan model kurikulum inovatif yang dapat memenuhi kebutuhan pendidik anak usia dini yang menyelenggarakan pendidikan pada berbagai lingkungan pendidikan keluarga, masyarakat, dan sekolah. Pengembangan model kurikulum inovatif PAUD diarahkan untuk membantu pendidik anak usia dini dalam merancang model kurikulum, khususnya pada proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang memenuhi kebutuhan dan karakteristik perkembangan anak. Melalui upaya ini diharapkan akan memberikan pencerahan pada pendidik anak usia dini untuk mengembangkan variasi proses pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan anak memperoleh sejumlah pengalaman belajar secara langsung (real learning), bermakna (meaningfull) dan konstruktif. B. Tujuan Tujuan pengembangan model kurikulum inovatif PAUD dengan model pembelajaran berbasis alam disusun sebagai panduan praksis pembelajaran pada anak usia dini sesuai dengan karakteristik dan tahapan perkembangannya.
  • 5. 2 Secara spesifik, panduan ini diarahkan untuk : 1. Memberikan guideline bagi pendidik dan stakeholder lainnya dalam melaksanakan pendidikan pada anak usia dini khususnya dalam melaksanakan proses pembeljaran berbasis alam. 2. Memberikan panduan kepada guru dalam memahami konsep falsafah pendidikan yang menjadi dasar kerangka berpikir dan bertindak secara praksis dan profesional. 3. Membantu pendidik dalam merancang dan mengembangkan proses pembelajaran pada anak usia dini yang memungkinkan tejadinya moving melalui sumber belajar yang berbasis alam. 4. Membantu guru menyesuaikan pratik pembelajaran pada anak usia dini sesuai dengan falsafah pendidikan yang mendasarinya. C. Lingkup dan Batasan Pengembangan model kurikulum PAUD inovatif ini hanya dibatasi sebagai contoh model dari komponen penyelenggaraan kegiatan pendidikan (standar proses pembelajaran). Komponen ini dianggap merupakan komponen penting dan ruh dari suatu proses pendidikan dimana pendidik dapat memperlihatkan pemahaman konsep filosofis, prinsip dan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan kerangka model yang dijadikan acuan. Inovasi dimaknai sebagai pembaharuan atau perubahan dengan ditandai adanya hal yang baru. Inovasi adalah pemikiran cemerlang yang diharapkan untuk memecahkan persoalan yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan. Melalui kegiatan inovatif akan ditemukan berbagai kegiatan dan hasil yang dapat dipergunakan untuk memecahkan berbagai persoalan yang muncul seperti menemukan alat sederhana untuk menyaring air kotor, membuat alat permainan sendiri dari bahan alam (contoh: daun dan pelepah pisang).
  • 6. 3 Ciri Inovasi dalam proses pembelajaran untuk anak usia dini diantaranya : 1. Memiliki kekhasan/khusus dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk hasil yang diharapkan 2. Memiliki ciri atau unsur kebaharuan 3. Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana 4. Memiliki tujuan termasuk arah dan strategi untuk mencapai suatu tujuan.
  • 7. 4 BAB II KERANGKA FILOSOFIS PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM Lingkungan alam merupakan salah satu komponen terpenting dalam pengembangan tujuan, isi dan proses pendidikan pada anak usia dini. Esensi tujuan pendidikan pada anak usia dini diantaranya adalah membantu anak memahami dan menyesuaikan diri secara kreatif dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud memiliki konotasi pemahaman yang luas mencakup segala sumber yang ada dalam lingkungan anak (termasuk dirinya sendiri), lingkungan keluarga dan rumah, tetangga (tetangga pedagang, tetangga dokter, tetangga peternak, dan petani), lingkungan yang berwujud makanan, minuman serta pakaian, gedung atau bangunan, kebun, persawahan dan lain-lain. Folosofis pembelajaran yang berbasis lingkungan alam sebenarnya telah digagas pertama kali oleh Jan Lightghart pada tahun 1859. Tokoh ini menyajikan suatu bentuk model pendidikan yang dikenal dengan “pengajaran barang sesungguhnya”. Konsep ini menjadi salah satu akar munculnya konsep pendidikan yang berbasis pada alam atau back to nature school. Ide dasarnya adalah pendidikan pada anak dilakukan dengan mengajak anak dalam suasana sesungguhnya melalui belajar pada lingkungan alam sekitar yang nyata. Bentuk pengajaran ini dilakukan sebagai upaya menentang bentuk pengajaran yang cenderung intelektualisme dan verbalistik. Menurut Jan Lightghart, Sumber utama bentuk pengajaran ini adalah lingkungan di sekitar anak. Melalui bentuk pengajaran ini akan tumbuh keaktifan anak dalam mengamati, menyelediki serta mempelajari lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesungguhnya juga akan menarik perhatian spontan anak sehingga anak memiliki pemahaman dan kekayaan pengetahuan yang bersumber dari lingkungannya sendiri. Bahan-bahan pengajaran yang ada pada lingkungan sekitar anak akan mudah diingat, dilihat dan dipraktikan sehingga kegiatan pengajaran menjadi berfungsi secara praktis.
  • 8. 5 Inti pengajaran barang sesungguhnya adalah mengajak anak pada kondisi lingkungan sesungguhnya. Semua bahan yang ada di lingkungan sekitar anak dapat dipakai sebagai pusat minat atau pusat perhatian anak. Bahan pengajaran dari lingkungan oleh Jan Lighthart dikelompokan dalam tiga kategori, yaitu lingkungan alam (sebagai bahan mentah), lingkungan produsen atau lingkungan pengrajin (pengolah dan penghasil bahan mentah menjadi bahan jadi) serta lingkungan masyarakat pengguna bahan jadi (konsumen). Bahan ini dapat terdiri dari tanaman, tanah, batu-batuan, kebun, sungai dan ladang, pengarajin kayu, rotan dan pasar atau toko sebagai pusat jual beli bahan-bahan jadi tersebut. Berdasarkan pusat minat anak (tema) ini maka langkah pengajaran dilaksanakan. Landasan filosofis kedua dapat ditelaah dari filsafat pendidikan naturalisme romantik yang dikemukakan Rousseau. Filosof ini berusaha mengembangkan konsep pendidikan Emile yang dilakukan secara naturalistik atau alami. Ia mengemukakan filosofisnya bahwa : (1) pendidikan harus mengembangkan kemampuan-kemampuan alami atau bakat/pembawaan anak dan (2) pendidikan yang berlangsung dalam alam. Sesuai dengan pandangan di atas, maka pendekatan untuk mendidik anak bukanlah dengan mengajar anak secara formal atau melalui pengajaran langsung, akan tetapi dengan memberi kesempatan kepada mereka belajar melalui proses eksplorasi dan diskoveri. Landasan filosofis ketiga adalah konsep filosofis yang disampaikan oleh Decroly (1897). Filosof pendidikan ini mengemukakan beberapa ide filosofis bahwa : 1. Sekolah harus dihubungkan dengan kehidupan alam sekitar. 2. Pendidikan dan pengajaran agar didasarkan pada perkembangan anak. 3. Sekolah harus menjadi laboratorium bekerja bagi anak-anak. 4. Bahan-bahan pendidikan/pengajaran yang fungsional praktis. Dari ketiga landasan filosofis pendidikan tersebut diharapkan akan menjadi rumusan pijakan untuk mengembangkan pembelajaran yang berbasis alam untuk memberikan pembelajaran yang bermakna bagi anak-anak. Deskripsi analisis filosofis tersebut dapat dirangkum sebagai berikut:
  • 9. 6 Filosofis dasar yang terkait dengan pendidikan (pembelajaran) yang berbasis alam adalah pandangan bahwa kegiatan pendidikan (sekolah atau kurikulum) harus dapat membantu anak mengembangkan berbagai potensi perkembangan yang dipergunakan untuk beradaptasi secara kreatif dengan lingkungan alam. Atas dasar pandangan filosofis tersebut, kegiatan pendidikan seharusnya menggunakan lingkungan alam dengan berbagai variasi untuk memenuhi kebutuhan perkembangan anak usia dini. Sebagai lembaga sosial, sekolah harus menyajikan kehidupan nyata dan penting bagi anak sebagaimana yang terdapat di dalam rumah, di lingkungan sekitar, atau di lingkungan masyarakat luas. (Dewey dalam Krogh, 1994). Pandangan ini mempertegas bahwa sekolah (kurikulum : pembelajaran yang dilaksanakan) harus mampu membantu anak usia dini mengelaborasi dan mengeksplorasi lingkungan alam sebagai sumber belajar. Kegiatan pendidikan seperti ini sekaligus sebagai upaya memenuhi kebutuhan anak usia dini dalam masa-masa bermain, bereksplorasi dan bereksperimen. Filosofis pendidikan berikutnya adalah bahwa kegiatan pembelajaran yang berbasis pada lingkungan alam akan membantu menumbuhkan otoaktivitas atau Auto Activity (aktivitas yang tumbuh dari dalam diri) anak sehingga dimungkinkan terjadi proses active learning (belajar secara aktif). Filosofis ini akan membantu pendidik merancang dan mengembangkan berbagai aktivitas yang memungkinkan anak terlibat secara aktif penuh (penuh keaktivitas) dalam interaksi pendidikan. Anak akan terlibat secara aktif dalam belajar melalui proses mengamati, mencari, menemukan, mendiskusikan, menyimpulkan, mengkomunikasikan dan membuat laporan sendiri tentang suatu fokus pembelajaran. Proses belajar seperti ini akan membantu anak memperoleh sejumlah keterampilan proses yang sangat dibutuhkan dalam mengembangkan life skill. Filosofis ketiga dalam pembelajaran berbasis alam adalah pandangan bahwa lingkungan alam akan memberikan sejumlah pengalaman belajar langsung (real learning) dan/atau pembelajaran secara nyata (real instructions). Dalam istilah Jan Ligtghart ini dikenal dengan istilah pengajaran barang yang sesungguhnya. Konsep
  • 10. 7 pendidikan seperti ini akan membantu anak mengembangkan proses berpikir komprehensif dalam situasi yang nyata tentang berbagai aspek kehidupan dalam lingkungan alam. Filosofis keempat, konsep pembelajaran berbasis alam akan memberikan suasana atau kesempatan pada anak untuk mengembangkan kepekaan, kepedulian atau sensitivitas terhadap berbagai kondisi lingkungan alam. Kegiatan ini sekaligus tidak hanya membangun kecerdasan naturalis anak saja tetapi juga kecerdasan intra dan interpersonal, kecerdasan spiritual dan berbagai kecerdasan lainnya. Kepekaan yang berkembangan pada anak terhadap lingkungan alam secara konseptual disebut sebagai perhatian spontan Perhatian spontan anak akan muncul ketika anak-anak berinteraksi dengan berbagai objek dan kondisi lingkungan alam, baik secara individual maupun kelompok. Filosofis kelima, konsep pembelajaran berbasis alam akan membantu anak memperoleh proses dan hasil belajar yang bermakna (meaningfull learning) serta pembelajaran yang fungsional praktis (practical and functional intruction). Melalui pembelajaran berbasis alam, anak dapat menemukan, memahami dan menerapkan secara langsung proses belajar pada berbagai aspek dalam kehidupan secara nyata. Dengan demikian, anak dapat memaknai bahwa belajar tentang berbagai hal akan memiliki makna dalam kehidupan kini maupun di masa yang akan datang.
  • 11. 8 BAB III PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM Proses pembelajaran berbasis alam perlu memperhatikan sejumlah prinsip yang mendasarinya. Prinsip-prinsip yang dimaksud diantaranya adalah : 1. Berpusat pada perkembangan anak dan optimalisasi perkembangan Keberhasilan pendidikan dapat diukur pada sejauh mana pendidikan berhasil mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengoptimalkan potensi setiap anak sesuai dengan karakteristik perkembangannya. Oleh karena itu, keberhasilan proses pembelajaran berbasis alam terletak pada peningkatan optimalisasi seluruh potensi perkembangan anak dengan menjadi lingkungan alam sebagai sumber belajar yang utama. 2. Membangun kemandirian anak Proses pembelajaran yang berbasis alam diharapkan dapat membangun dan mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri (kemandirian), kedisiplinan dan sosialisasi agar terbentuk karakter kemandirian yang kuat. Dalam pembelajaran yang berbasis alam, anak akan terbiasa dihadapkan pada sejumlah persoalan kehidupan secara faktual. Anak dapat berusaha memecahkan persoalan tersebut, baik secara individual maupun bekerja sama dengan teman-temannya. 3. Belajar dari lingkungan alam sekitar Proses pembelajaran berbasis alam akan memaksimalkan pemanfaatan kekayaan alam yang ada, sebagai sumber ilmu pengetahuan, sehingga memiliki ketajaman berpikir dan wawasan keilmuan yang aplikatif. 4. Belajar dan bermain dari lingkungan sekitar Melalui bermain, memungkinkan anak untuk terlibat dalam lingkungannya, melalui konflik internal maupun eksternal sehingga anak belajar melalui berbagai pengalaman dengan objek, orang, kegiatan yang ada di sekitarnya. Pembelajaran yang dialami anak akan menjadi lebih menarik, menyenangkan (fun learning), bermakna dan tidak membosankan.
  • 12. 9 5. Memanfaatkan sumber belajar yang mudah dan murah Dengan memanfaatkan lingkungan sekitar, anak dapat mempelajari banyak hal dari lingkungan terdekatnya (lingkungan alam, lingkungan fisik, lingkungan sosial, kultur budaya, dll) sehingga sumber belajar tidak harus sengaja dirancang dengan mengeluarkan biaya yang mahal. 6. Pembelajaran menggunakan pendekatan tematik Pembelajaran tema adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang didasarkan atas ide-ide pokok/sentral tentang anak dan lingkungannya. Melalui pembelajaran tema dapat memberikan pengalaman langsung tentang objek yang riil bagi anak untuk menilai dan memanipulasinya, menumbuhkan cara berpikir yang komprehensif. 7. Membangun kebiasaan berpikir ilmiah sejak usia dini Berpikir ilmiah yang dimaksud pada prinsip ini adalah memperkenalkan dan membiasakan anak untuk menemukan berbagai permasalahan yang ada di lingkungannya dan berpikir untuk menemukan cara memecah-kannya. Kegiatan berpikir seperti ini dapat dilakukan melalui eksplorasi berbagai hal yang terjadi/ada dari lingkungannya, dari hal yang mudah/sederhana ke arah yang lebih kompleks/sukar. 8. Pembelajaran inspiratif, menarik, kreatif dan inovatif Anak adalah subjek dalam pembelajaran. Kegiatan-kegiatan pembelajaran perlu disiapkan untuk membangun rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal yang baru. 9. Memberikan ruang bagi anak untuk belajar secara aktif (active learning). Dengan belajar dari sumber lingkungan sekitar dan lingkungan lain yang mendukung akan mendorong anak untuk menunjukkan aktivitas belajarnya. Anak akan berusaha mengamati, mencari dan menemukan berbagai pengetahuan dan konsep yang penting berkaitan dengan berbagai bidang perkembangan.
  • 13. 10 BAB IV PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM A. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Alam Pendekatan pembelajaran merupakan suatu cara pandang dalam melihat dan memahami situasi belajar mengajar. Penggunaan suatu pendekatan dapat diibaratkan sebagai penggunaan suatu kaca mata dalam melihat atau memandang suatu keadaan. Jika yang digunakan kacamata hijau maka pemandangan yang dilihat akan serba hijau. Jika kacamata yang dipergunakan biru maka pemandangan yang terlihat akan serba biru. Cara pandang dalam suatu pendekatan pembelajaran akan membantu guru menyusun dan mengembangkan kerangka berpikir atau mind set tentang berbagai unsur dalam pembelajaran. Jika guru mengembangkan pendekatan abstrak maka seluruh proses pembelajaran dalam strategi pembelajaran juga akan digiring ke arah proses pembelajaran yang abstrak. Demikian juga jika guru menganut pendekatan ekspositori maka cara melaksanakan kegiatan pembelajaran akan diarahkan ke arah proses yang lebih banyak atau didominasi oleh kegiatan menjelaskan atau menyampaikan materi. Guru yang mengembangkan pendekatan berpusat pada guru (teacher centre) maka kegiatan pembelajaran akan sepenuhnya berada ditangan guru sedangkan murid menjadi pasif dan tidak kreatif. Dengan demikian, apa yang diyakini guru dalam memilih pendekatan akan memberikan dampak yang kuat pada pengembangan strategi pembelajaran. Salah satu konsep pokok utama yang perlu menjadi perhatian guru dalam memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran adalah pemahaman dan penggunaan konsep pendekatan pembelajaran (learning approach). Seperti halnya batasan strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran juga merupakan bagian dari pemperoleh kerangka berpikir atau mind set guru dalam melaksanakan kegiatan
  • 14. 11 pembelajaran agar berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) yang tinggi. Pendekatan pembelajaran pada dasarnya adalah cara pandang atau cara berpikir guru tentang berbagai komponen dalam sistem pembelajaran. Cara pandang ini dapat dianggap berada dalam dua ujung titik kontinum yang saling berlawanan. Sebagai contoh, cara pandang guru dalam melaksanakan pembelajaran ada yang berada paling ujung yang child centered atau berpusat pada anak dan guru yang berada di ujung teacher centered atau berpusat pada guru. Dengan demikian ke arahmana cara pandang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dapat diukur derajat child centered-nya atau derajat teacher centered-nya dengan memperhatikan berbagai aspek dan indikator yang berada pada keduanya. Beberapa pendekatan yang dapat dijadikan rujukan dalam pembelajaran yang berbasis alam dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut : 1. Pendekatan Pedosentris Versus Materiosentris Pendekatan pedosentris (Paedos berarti kesanggupan atau kemampuan anak, sentries artinya berpusat) sering dikenal dengan learner centered yakni cara memandang kegiatan pembelajaran yang bertumpu atau bertitik tolak dari kesanggupan atau kemampuan anak sebagai individu yang belajar. Melalui pendekatan ini, guru akan berusaha untuk memikirkan dan menelaah seberapa kesanggupan atau kemampuan anak menguasai suatu proses dan bahan atau materi pembelajaran. Bahan atau materi pembelajaran dapat diperoleh anak dari sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar. Dengan demikian, tingkat kesanggupan anak untuk menyelesaikan suatu tahapan perkembangan dapat diamati dan digambarkan secara individual. Hal ini berbeda dengan cara pandang dari materiosentris (Matero berarti materi atau bahan pembelajaran) yang menganggap bahwa segala pusat kegiatan pembelajaran harus dimulai dengan materi atau bahan pembelajaran. Cara pandang ini akan mengarahkan guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggiring seluruh aktivitas anak untuk menguasai materi atau bahan pembelajaran. Bagi guru, hal terpenting
  • 15. 12 adalah bagaimana materi atau bahan pembelajaran selesai dilaksanakan dan anak-anak dapat menguasainya. Guru tidak perlu memikirkan anak yang lambat, sedang atau cepat dalam menangkap materi atau bahan pembelajaran. 2. Pendekatan Child Centered Versus Teacher Centered Pendekatan child centered atau student centered merupakan suatu cara pandang yang menganggap bahwa pusat kegiatan pembelajaran bertitik tolak pada aktivitas anak (murid). Cara pandang ini meyakini bahwa murid atau anak memiliki kemampuan sendiri melalui berbagai aktivitas dalam mencari, menemukan, menyimpulkan serta mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai. Tugas guru yang utama menurut pandangan ini adalah menyusun dan menciptakan berbagai situasi dan fasilitas yang memungkinkan anak belajar. Pendekatan ini dapat dipergunakan dalam pembelajaran berbasis alam yang memungkinkan pendidik mengajak anak menggunakan berbagai sumber belajar lingkungan sekitar secara aktif. Cara pandang ini berada satu titik vertikal dengan pendekatan pedosentris. Pada sisi yang berlawanan, cara pandang teacher centered menekankan pusat kegiatan pembelajaran berada pada aktivitas guru dalam menguasai serta menyampaikan materi pembelajaran. Seluruh proses pembelajaran akan diwarnai dan didominasi oleh keaktivitan guru dalam menguasai kelas dan materi pembelajaran. Cara pandang ini berada dalam satu titik vertikal dengan pendekatan materiosentris. 3. Pendekatan Discovery (Penemuan) Versus Ekspositori (Penyajian) Pendekatan Discovery dikenal juga dengan istilah pendekatan penemuan. Pendekatan ini mempunyai cara pandang yang memusatkan kegiatan pembelajaran pada upaya atau aktivitas anak didik untuk menemukan sendiri berbagai aspek pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai melalui berbagai pengalaman yang dirancang dan diciptakan guru. Melalui cara pandang ini, guru akan berusaha memikirkan bagaimana menciptakan situasi belajar mengajar dengan ragam komponennya agar anak didik mau dan bisa mencari serta menemukan sendiri berbagai aspek pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai.
  • 16. 13 Pendekatan ini berada dalam satu titik vertikal dengan pedosentris (berpusat pada kesanggupan atau kemampuan anak) dan child centered (berpusat pada anak). Adapun pendekatan ekspositori lebih memandang aktivitas pembelajaran sebagai kegiatan guru melakukan ekspose atau penyampaian pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai. 4. Pendekatan Proses Versus Pendekatan Hasil Pendekatan proses dalam pembelajaran berbasis alam mengisyaratkan bahwa kegiatan pembelajaran lebih mengedepankan pentingnya proses belajar sebagai proses pemerolehan berbagai ragam pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan oleh anak sendiri. Adapun pendekatan hasil lebih menekankan pentingnya hasil belajar tanpa begitu mempedulikan proses yang dilalui oleh anak dalam belajar. 5. Pendekatan Kongkrit Versus Pendekatan Abstrak Pendekatan kongkrit merupakan cara pandang dalam proses pembelajaran yang lebih mengupayakan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan proses yang kongkrit. Melalui pendekatan ini, proses pembelajaran akan diupayakan sedemikian rupa sehingga menjadi suatu yang kongkrit bagi anak, terutama menjadi hidup dalam kehidupan sehari-hari. Adapun pendekatan abstrak merupakan cara pandangan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang lebih banyak menggunakan proses abstrak. Proses seperti ini memberikan pemahaman yang verbalisme pada anak tentang berbagai ragam pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan tertentu. 6. Pendekatan Tematik Pendekatan tematik merupakan suatu cara pandang dalam menyelenggarakan pembelajaran yang menggunakan berbagai konteks dalam kehidupan anak sehari-hari. Konteks itu sendiri terdiri dari benda, peristiwa, keadaan atau pengalaman yang berada dalam kehidupan sehari-hari dan mungkin dialami oleh anak pada suatu waktu. Pemilihan konteks ini memungkinkan guru dapat mengembangkan suatu strategi pembelajaran bermakna, utuh dan terpadu yang mengkaitkan antara pembelajaran satu dengan pembelajaran lainnya.
  • 17. 14 Pendekatan pembelajaran tematik lebih mengutamakan pembahasan berbagai konteks yang dimaksud, terutama aspek pengalaman belajar siswa. Dengan demikian pembelajaran tematik menjadi bersahabat, menyenangkan, tetapi tetap bermakna bagi siswa. Dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan keterampilan, anak didik tidak harus dilatih dalam bentuk drill, tetapi anak belajar melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami. Bentuk pembelajaran ini dikenal dengan pembelajaran terpadu dan pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak didik. Pembelajaran tematik harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Berpusat pada anak b. Memberikan pengalaman langsung pada anak c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran e. Bersifat fleksibel f. Hasil pembelajaran dapat berkembangan sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. Adapun kriteria dalam mengembangkan pembelajaran tematik adalah : a. Pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak. b. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak c. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna. d. Mengembangkan keterampilan berpikir anak sesuai dengan permasalahan yang dihadapi e. Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
  • 18. 15 Pendekatan pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan bentuk pembelajaran yang tanpa menggunakan konteks (tema). Beberapa keungulan yang dimaksud adalah: a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu. b. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama. c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan. d. Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi anak. e. Anak lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang nyata, misalnya bertanya, bercerita, menulis deskripsi, menulis surat, dan sebagainya untuk mengembangkan ketrampilan berbahasa sekaligus untuk mempelajari mata pelajaran lain. f. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan atau pengayaan. g. Menyediakan kesempatan pada anak untuk terlibat langsung dengan objek yang sesungguhnya. h. Menciptakan kegiatan yang melibatkan seluruh indera anak. i. Membangun kegiatan dari minat anak. j. Membantu anak membangun pengetahuan baru. k. Memberikan kegiatan dan rutinitas yang ditujukan untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan. l. Mengakomodasi kebutuhan siswa akan kebutuhannya untuk kegiatan dan gerak fisik, interaksi sosial, kemadirian, konsep diri yang positif. m. Memberikan kesempatan menggunakan permainan untuk menterjemahkan pengalaman kepada pemahaman. n. Menghargai perbedaan individu, latar belakang, pengalaman di rumah yang dapat dibawa anak ke kelas.
  • 19. 16 Dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran tematik guru dapat memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Pembelajaran tematis dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bermakna dan utuh. 2. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematis perlu memper-timbangkan antara lain alokasi waktu setiap tema, memper-hitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang ada di lingkungan. 3. Pilihlah tema dan jaringannya yang terdekat dengan anak. Contoh pengembangan jaringan tema dapat dijabarkan sebagai berikut : Berdasarkan jaringan tema tersebut, guru dapat menentukan jumlah minggu yang diperlukan untuk melaksanakan suatu tema. Kedalaman dan keluasan tema dan jaringannya dibicarakan akan menentukan jumlah minggu yang dibutuhkan. 4. Buatlah kegiatan umum pada masing-masing jaringan tema tersebut, misalnya pada jaringan anggota tubuh ditemukan kegiatan menggambar/mewarnai anggota tubuh, memasangkan anggota tubuh, menjiplak tubuh, menceritakan pengalaman sakit dari anggota tubuh, menyampaikan cara merawat tubuh. AKU (Diri Sendiri) IDENTITAS DIRI (Nama, alamat, ayah/ibu) ANGGOTA TUBUH (Kepala, Badan, Tangan, Kaki) CIRI-CIRI TUBUH (Gemuk-kurus, Keriting-lurus, Tinggi-pendek) KESUKAAN (Makanan-minuman, Warna Pakaian, Olah raga, Tempat Rekreasi)
  • 20. 17 5. Pelajari struktur kompetensi (standar kompetensi, dan kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator) pada masing-masing bidang pengembangan PAUD. 6. Identifikasi dan kelompokan standar kompetensi yang dapat dicapai pada masing-masing tema. 7. Buatlah “Matriks hubungan antara standar kompetensi dengan tema”. Matriks ini berguna untuk memetakan keseluruhan hubungan antara tema dan standar kompetensi pada bulan atau satu semester program. Proses ini sekaligus akan memberikan gambaran progress pembelajaran terintegrasi sebagai berikut : B. Metode Pembelajaran PAUD Berbasis Alam Metode merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran. Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis alam adalah: 1. Circle Time adalah salah satu metode belajar yang dapat digunakan dengan berinteraksi secara langsung. Metode ini bertujuan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangannya yaitu kognitif, emosi, sosial, terutama sekali kemampuan berbahasa serta menumbuhkan minat belajar dan partisipasi anak. 2. Metode proyek merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang menghadapkan anak pada persoalan sehari-hari yang ada dan harus dipecahkan baik secara individu maupun berkelompok. Metode ini merupakan salah satu bentuk pendekatan yang berpusat pada anak karena anak memiliki kesempatan untuk belajar mencari jalan keluar dari permasalahan yang mereka hadapi. 3. Metode penemuan terbimbing lebih menekankan pada pengalaman belajar agar anak dapat menghasilkan pemecahan khusus, agar anak mampu menghubungkan dan membangun konsep melalui interaksi dengan orang lain dan objek. Contoh anak menemukan bahwa ukuran bentuk, dan warna berbeda melalui menemukan yang dibimbing oleh guru. 4. Metode diskusi yaitu menunjukan interaksi timbal balik antara guru dan anak, guru berbicara kepada anak berbicara pada guru, dan anak berbicara dengan
  • 21. 18 anak yang lainnya. 5. Metode demonstrasi melibatkan satu orang anak untuk menunjukan kepada anak yang lain bagaimana bekerjanya sesuatu dan bagaimana tugas-tugas itu dilaksanakan. Guru menggunakan metoda demonstrasi untuk menggambarkan sesuatu yang akan dilakukan oleh anak. 6. Belajar kooperatif (Cooperatif learning) dapat diartikan anak-anak bekerjasama dalam kelompok kecil setiap anak dapat berpartisipasi dalam tugas-tgas bersama yang telah ditentukan dengan jelas tidak terus menerus dan diarahkan oleh guru melalui belajar kooperatif melibatkan anak untuk berbagi tanggungjawab. 7. Metode eksploratori, metoda ini memungkinkan anak mengembangkan penyelidikan langsung yang berjalan dengan langkah-langkah sendiri, membuat keputusan apa yang telah dilakukan, bagaimana melakukannya dan kapan melakukannya melalui prakarsa sendiri anak meneliti orang, tempat, objek, peristiwa, sehingga anak dapat membangun pengetahuannya sendiri. 8. Metode problem solving (pemecahan masalah). Pemecahan masalah merupakan suatu metoda yang memberi kesempatan kepada anak untuk memecahkan masalah sederhana melalui kegiatan merencanakan, meramalkan, membuat keputusan, mengamati hasil tindakannya. 9. Museum Anak (Child Museum). Museum anak yang dimaksud di sini adalah kegiatan yang dilakukan anak melalui kegiatan pengumpulan benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya dan memamerkannya. Metoda ini memberikan kesempatan kepada anak dimana anak-anak dapat mengalami langsung sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Melalui metoda ini, anak dapat belajar menggali kembali pengetahuan, melalui benda-benda yang yang ada di lingkungan sekitarnya. Mereka dapat mencari, mengumpulkan dan memilah-milah atau mengelompokkan benda-benda yang ada di sekitarnya kemudian memamerkannya sehingga anak dapat langsung melihat, memegang, bahkan mengeksplorasi benda-benda yang menjadi pusat perhatiannya.
  • 22. 19 BAB V PENGUNAAN MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM Pembelajaran berbasis alam dapat memanfaatkan media dan sumber belajar secara bervariasi serta mendukung kegiatan pembelajaran yang optimal dan kondusif. Media dan sumber belajar akan membantu mendekatkan jarak pemahaman antara anak dan pendidik tentang suatu konsep dan proses yang dipelajari. Pendidik dapat menemukan dan mengembangkan media serta sumber belajar yang berbasis alam sekitar sehingga mendorong dan memudahkan anak untuk menemukan sendiri tentang konsep dan proses yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Media dan sumber belajar yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian utama, yaitu : A. LINGKUNGAN ALAM Lingkungan alam adalah objek-objek dan benda-benda yang ada di alam yang sudah tersedia yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Jenis-jenis sumber belajar meliputi : 1. Tanaman 2. Binatang 3. Hutan 4. Kebun 5. Kolam 6. dll B. LINGKUNGAN FISIK Lingkungan fisik adalah objek yang terdapat di sekitar anak berupa bangunan atau benda yang dibuat/dibangun oleh masyarakat sekitar. Jenis-jenis sumber belajar meliputi : 1. Masjid 2. Kantor pos
  • 23. 20 3. Kantor Polisi 4. Perpustakaan 5. Rumah sakit 6. Supermarket 7. dll C. LINGKUNGAN SOSIAL Lingkungan sosial adalah objek, kegiatan, peristiwa yang terjadi di masyarakat/lingkungan sekitar yang dapat dijadikan sumber belajar. Jenis-jenis sumber belajar meliputi : 1. Tokoh Masyarakat 2. Pasar 3. Banjir 4. Kebakaran 5. Kultur/ budaya Media pembelajaran yang dapat digunakan dalam memfasilitasi pembelajaran berbasis alam meliputi: 1. Media Visual: yang hanya dapat dilihat melalui indera penglihatan, seperti media gambar. 2. Media Audio: yang mengandung pesan auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan pemahaman untuk mempelajari bahan ajar. 3. Media Audio Visual: merupakan kombinasi audio dan visual yang biasa disebut media pandang dengar 4. Media Objek: merupakan media tiga dimensi yang menyampaikan informasi tidak dalam bentuk penyajian melainkan melalui ciri fisik nya sendiri seperti: ukuran, bentuk, berat, susunan, warna, fungsi dsb. Media ini dapat dibagi dalam 2 kelompok: media objek alami dan media objek buatan 5. Media Sederhana: media yang mudah dibuat dan mudah diperoleh bahan-bahannya.
  • 24. 21 BAB VI PENGORGANISASI KEGIATAN PEMBELAJARAN PAUD BERBASIS ALAM Pengorganisasian pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan pendidik untuk menciptakan suatu situasi atau iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan pada anak sesuai dengan model pembelajaran berbasis alam. Pengorganisasian ini dimaksudkan untuk memudahkan pendidik dan anak berinteraksi dalam berbagai situasi pembelajaran (baik indoor maupun outdoor activity). Dalam pengorganisasian pembelajaran pendidik perlu memperhatikan beberapa komponen penting sebagai berikut : A. Pemilihan dan Pengembangan Tema Pengembangan tema dilakukan dengan menggunakan sejumlah kriteria dan prinsip sebagaimana dikemukakan pada konsep pengembangan tema dan jaringannya. Salah satu yang menjadi perhatian pendidik dalam menggunakan pengembangan tema adalah prinsip kedekatan, kebermaknaan dan kepraktisan dilihat dari sisi anak didik. Adapun contoh pengembangan tema adalah : TEMA MATERI JARINGAN YANG DIKEMBANGKAN 1. Kesukaan Mainan Kesukaan Makanan Kesukaan Jenis, Bentuk dan warna pasir Manfaat dan bahaya bermain pasir Cara bermain pasir Bentuk, ukuran dan warna mata Kegunaan Penyakit Obat perawatan dan penyembuhan Cara menghindari orang sakit mata Benda/alat terkait mata 2. Panca Indera Mata Telinga Hidung Kulit Lidah 3. Binatang Ikan Ayam Nama dan Jenis Karakteristik fisik (Bentuk, warna, ukuran, bagian tubuh) Siklus hidup Kebiasaan (Makanan) Cara beternak/merawat Pedagang & penjual Cara mengolah
  • 25. 22 4. Tanaman Pisang Kembang Sepatu Nama dan jenis Bentuk, warna dan Ukuran Rasa Bagian-bagian Proses tumbuh kembang 5. Kendaraan Sepeda Bagian-bagian Manfaat Cara mengendarai Cara merawat Adab berkendaraan 6. Pekerjaan Dokter Spesialisasi dokter Tugas dan tanggungjawab Peralatan yang digunakan Tempat bekerjanya Pakaian yang digunakan 7. Alam semesta Bulan Bintang Matahari Bumi Planet Karakteristik Waktu keberadaannya Manfaat Peristiwa alam (gerhana, meteor,pelangi) Dll 8. Alat komunikasi TV Telepon Manfaat dan kerugiannya Cara menggunakan Tempat membeli dan menjual Perawatan Tempat mereparasi dll 9. Iklim dan Cuaca Hujan Gempa Banjir Proses terjadinya Akibat yang ditimbulkan Cara menanggulanginya Daerah yang rawan bencana dll B. Pemilihan Indikator Perkembangan Pemilihan indikator perkembangan dianalisis dan dijabarkan dari kompetensi dasar pada ranah perkembangan (sesuai dengan pilihan pengelompokan standar isi perkembangan). 1. Perkembangan moral dan nilai-nilai agama 2. Perkembangan fisik Motorik 3. Perkembangan bahasa
  • 26. 23 4. Perkembangan kognitif (Sains dan Matematika) 5. Perkembangan sosial-emosional dan kemandirian 6. Perkembangan Seni C. Pengorganisasian Anak Pengorganisasian anak dalam kegiatan pembelajaran berbasis alam dapat disusun sebagai berikut : 1. Kegiatan klasikal a. Kegiatan yang dilakukan oleh seluruh anak dalam satu kelas dalam satu satuan waktu dengan kegiatan yang sama b. Umumnya kegiatan kelompok digunakan untuk pengorganisasian anak pada saat kegiatan awal dan akhir. 2. Kegiatan kelompok Dalam satu satuan waktu tertentu terdapat beberapa kelompok anak melakukan kegiatan yang berbeda-beda. Pemilihan kegiatan menjadi penting agar anak dapat menyelesaikan kegiatn dalam waktu yang hampir bersamaan. Umumnya kegiatan kelompok digunakan untuk pengorganiisasian anak pada saat kegiatan inti 3. Kegiatan individual Setiap anak dimungkinkan memilih kegiatan sesuai dengan minat dan kemampuan massing-masing. 4. Kegiatan di dalam ruangan Kegiatan yang dirancang untuk dilaksanakan di dalam ruangan. Ruangan yang dimaksud tidak dibatasi oleh dinding kelas. 5. Kegiatan di luar ruangan Kegiatan yang dirancang untuk dilaksanakan di luar ruangan berupa lingkungan alam, lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
  • 27. 24 Pengorganisasian anak dapat dilakukan berdasarkan pemilihan pelaksanaan kegiatan : 1. Rutin Kegiatan pembiasaan yang dilakukan secara rutin dan berulang-ulang oleh setiap anak. Umumnya kegiatan berupa: doa harian, kegiatan menolong dan melayani diri sendiri, circle time. 2. Khusus Kegiatan yang dilakukan secara khusus oleh seluruh anak dalam satu kelas secara klasikal maupun kelompok dalam satu satuan waktu pada kegiatan yang sama Umumnya kegiatan kelompok digunakan untuk pengorganisasian anak pada saat kegiatan inti 3. Terintegrasi Kegiatan yang dilakukan Terintegrasi D. Langkah-Langkah Pembelajaran Pembelajaran berbasis alam secara umum menggunakan 5 langkah pokok yang secara kreatif dapat dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing penyelenggara pendidikan anak usia dini. Kelima langkah pembelajaran yang dimaksud adalah : 1. Menentukan Sesuatu Yang Menjadi Pusat Minat Anak. Pusat minat anak ditentukan berdasarkan bahan-bahan pengajaran yang terdapat pada lingkungan di sekitar anak. Penentuan pusat ini sebaiknya ditentukan berdasarkan lingkungan yang paling dekat dengan diri anak itu sendiri kemudian berangsung- angsur ke lingkungan yang terjauh. Misalnya ditentukan pusat minat tanaman (singkong, umbi dan kentang). 2. Melakukan Perjalanan Sekolah. Setelah ditentukan pusat minat dan anak diberikan penjelasan tentang pusat minat tersebut maka anak bersama guru melakukan perjalanan sekolah pada kondisi yang menjadi pusat minat tersebut. Selama penjalanan sekolah, anak diajak untuk melakukan berbagai pengamatan pada kondisi sesungguhnya
  • 28. 25 ditempat itu. Pada kondisi inilah keaktifan dan perhatian spontan anak akan muncul, mungkin secara tiba- tiba ada seekor kupu-kupu hingga pada setangkai bunga kemudian secara spontan anak bertanya “mengapa kupu-kupu itu hinggap pada bunga itu ?” Spontanitas anak ini sudah tentu akan mengundang dialog dan interaksi positip antara anak dengan guru atau antara anak itu sendiri. Dari sinilah pengembangan bahasa dan pengembangan intelektual dapat secara bersama- sama dilakukan. 3. Pembahasan Hasil Pengamatan. Berbagai bahan lingkungan yang telah diamati anak kemudian dibicarakan lagi dalam kelas. Pembahasan dilakukan dengan menggunakan gambar tentang berbagai aspek penting yang mewakili lingkungan yang telah diamati anak (Jan Lighthart menggunakan 24 gambar lingkungan). Dalam suasana interaksi ini dibahas masing- masing hal yang dilihat dan ditemukan anak dari hasil pengamatannya dengan menggunakan bantuan gambar-gambar. 4. Menceritakan Lingkungan Yang Diamati Untuk menanamkan perilaku positip anak pada lingkungan guru hendaknya menceritakan berbagai kondisi lingkungan yang diamati serta dihubungkan dengan peritistiwa atau kondisi lain yang relevan, terutama dengan tindakan dan sikap orang terhadap lingkungan tersebut. 5. Kegiatan Ekspresi Agar anak lebih menghayati kondisi lingkungan yang telah diamati, guru menugaskan anak untuk mengekpresikan hal-hal yang ada pada lingkungan dengan jalan mewarnai, menggambar, membuat sesuatu, menirukan gerak-gerik orang yang diamati melalui berbagai bentuk permainan dan nyanyian.
  • 29. 26 DAFTAR PUSTAKA Agus, Soejiono. (1999). Aliran Baru dalam Pendidikan. Bandung: CV Ilmu. Charles Wolfgang, and Mary E. wolfgang. (1992). School for Young Children : Developmentally Appropriate Practices. Florida Universsity: Allyn and Bacon. Christine I. Bennet. (1990). Comprehensive Multicultural Education. Boston: Allyn and Bacon. Carrol Cattron, and Jan Allen. (1993). Early Childhood Curriculum, Second Edition. New Jersey: Merril an Imprint of Pretice Hal. Celia Anita Decker, and John R. Decker. Planning and Administering Early Childhood Education Programs, fifth edition. New York:Merril an George Imprint of Macmillan Publishing Company. Hapidin. (2000). Model-Model Pendidikan Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Ghiyats Alfiani Press. Hapidin. (2005). Strategi Pembelajaran : Acuan Konseptual dan Praksis. Jakarta:Pusdaini. PERMENDIKBUD 137. (2014). Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Permedikbud. Sri Anitah Wiryawa, Noorhadi. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:Universitas Terbuka.