1. MAKALAH
Ruang Lingkup Kurikulum dan Sejarah Kurikulum
Dosen Pengampu: Rudi Purwanto M.Pd
Disusun Oleh:
Doni Mahendra Saputra
NIM: 202011501008
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
PALAPA NUSANTARA
Tp. 2021/2022
2. i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah mengaruniakan taufik
serta hidayahnya sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan tepat waktu.
Yang kedua, tak lupa pula kami haturkan sholawat serta salam kepada junjungan alam
Nabi besar Muhammad SAW. Bersama para sahabat, keluarga, dan para pengikutnya, karna
berkat ketulusan dan kesabaran beliau, dan para sahabatnya, akhlak dan budi pekerti beliau
dalam menyebarkan agama Islam ini kita semua dapat menyandang gelar muslim, umat
Muhammad SAW.
Yang ketiga, ucapan terimakasi saya tunjukkan kepada bapak Rudi PurwantoM.Pd
yang telah memberikan tugas makalah ini.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dalam segala
hal sesuatu pasti memiliki kekurangan, pada hususnya makalah yang saya buat. Sehingga
kritik dan saran sangat saya harapkan demi penyempurna makalah ini untuk waktu yang akan
datang.
Penyusun
3. ii
DAFTAR ISI
MAKALAH.....................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 1
a. Bagaimana pengertian Kurikulum?..................................................................................... 1
b. Bagaimana konsep Kurikulum?........................................................................................... 1
c. Apa fungsi Kurikulum?.......................................................................................................1
d. Apa saja komponen Kurikulum?.......................................................................................... 1
e. Bagaimana pengembangan Kurikulum?.............................................................................. 1
f. Bagaimana landasan pengembangan Kurikulum? ................................................................ 1
g. Bagaimana sejarah Kurikulum?........................................................................................... 1
BAB II............................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN............................................................................................................................... 2
A. Pengertian Kurikulum.......................................................................................................... 2
B. Konsep Kurikulum............................................................................................................... 2
C. Fungsi Kurikulum................................................................................................................. 4
D. Komponen Kurikulum.......................................................................................................... 5
BAB III......................................................................................................................................... 13
PENUTUP.................................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................ 14
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan
penentuan arah, isi dan proses pendidikan, yang pada akhirnya menentukan macam dan
kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut rencana dan
pelaksanaan pendidikan baik dalam lingkup kelas, sekolah, daerah, wilayah maupun nasional.
Semua orang berkepentingan dengan kurikulum, sebab kita sebagai orang tua, sebagai warga
masyarakat, sebagai pemimpin formal atau informal selalu mengharapkan tumbuh dan
berkembangnya anak, pemuda, dan generasi muda yang lebih baik, lebih cerdas, lebih
berkemampuan. Kurikulum mempunyai andil yang cukup besar dalam melahirkan harapan
tersebut.
Dengan adanya kurikulum resmi yang bersifat nasional, semua “progam belajar”
sudah dibuat dalam bentuk “siap pakai”. Tugas guru di sekolahpada umumnya hanya tinggal
mengembangakan kurikulum pada tingkat pengajaran . agar implementasi kurikulum dapat
berjalan secara efektif.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengertian Kurikulum?
b. Bagaimana konsep Kurikulum?
c. Apa fungsi Kurikulum?
d. Apa saja komponen Kurikulum?
e. Bagaimana pengembangan Kurikulum?
f. Bagaimana landasan pengembangan Kurikulum?
g. Bagaimana sejarah Kurikulum?
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Istilah Kurikulum yang berasal dari bahasa latin “curriculum” semula berarti “a
running course, or race course, especially a chariot race course” dan terdapat pula dalam
bahasa Prancis “courier” artinya “to run, berlari”. Kemudian istilah itu digunakan untuk
sejumlah “courses” atau mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar
atau ijazah.[1]
Secara tradisional Kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah. Pengertian Kurikulum yang dianggap tradisional masih banyak dianut di Indonesia.
Menurut Harold Alberty dan John Kerr Kurikulum yaitu segala pengalaman anak di sekolah
di bawah bimbingan sekolah.
Kurikulum bukanlah buku, Kurikulum bukanlah sekadar dokumen yang dicetak.
Untuk mengetahui kurikulum sekolah tidak cukup mempelajari buku kurikulumnya,
melainkan juga apa yang terjadi di sekolah, di dalam kelas, di luar kelas, kegiatan-kegiatan di
lapangan atau aula dan sebagainya.
Jadi, kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar
dan pengalaman belajar yang di programkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistemik
atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran
bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu.
B. Konsep Kurikulum
Kurikulum sebagai suatu rencana yang menjadi panduan dalam menjalankan roda
proses pendidikan di sekolah akan mempunyai bentuk-beda. Menurut McNeil (1981),
mengkategorikan konsep-konsep kurikulum ini ke dalam empat macam, yaitu 1) konsep
humanistis, 2) konsep kurikulum teknologis, 3) konsep kurikulum rekontruksi social, dan 4)
konsep kurikulum akademis.
1) Kurikulum Humanistis
Konsep kurikulum humanistis di samping dipengaruhi oleh konsep tentang fungsi
pendidikan untuk pengembangan pribadi, juga berakar pada konsep-konsep psikologi
humanism, seperti konsep yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, bahwa setiap individu
mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan itu beranjak
dari kebutuhan yang paling mendasar menuju kebutuhan yang paling tinggi. Kebutuhan yang
6. 3
paling mendasar adalah kebutuhan jasmaniah, seperti makan, minum, dan tidur. Kebutuhan
pada jenjang di atasnya adalah kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan kasih saying atau
rasa diterima di dalam kelompoknya, kebutuhan akan rasa di hargai, dan kebutuhan tertinggi
adalah kebutuhan akan perwujudan diri atau self actualization.
Konsep kurikulum humanistis melahirkan bentuk kurikulum yang berpusat pada anak
didik, setiap siswa berkesempatan untuk belajar sesuai dengan minat dan kebutuhannya
masing-masing. Substansi kurikulum semacam ini hamper tidak tampak secara jelas,
melainkan berupa rencana yang disusun bersama antara anak dan guru.
2) Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Konsep kurikulum ini menekankan pentingnya kirikulum sebagai alat untuk
melakukan rekonstruksi atau penyusunan kembali corak kehidupan dan kebudayaan
masyarakat. Meliputi segi-segi social, politik, ekonomi, mental, dan spiritual. Melalui proses
pendidikan di sekolah yang merupakan implementasi kurikulum siswa diajak untuk
mengenali berbagai permasalahan yang muncul dimasyarakat, sesuai dengan timgkat
kemampuan berpikirnya, kemudian berupaya mencari alternative pemecahannya. Dampak
dari penerapan konsep ini adalah: 1) untuk kepentingan penyusunan kurikulum perlu
dilakukan analisis kebutuhan, 2) berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikenali
dilakukan penentuan prioritas, 3) proses pendidikan di sekolah menekankan pada kegiatan
menyacahan masalh, 4) masyarakat dijadikan sebagai sumber belajar.[2]
Konsep kurikulum rekonstruksionis melahirkan bentuk kurikulum yang berpusat pada
kegiatan atau activity curriculum. Kurikulum sekolah tidak menyediakan mata pelajaran
secara khusus tetapi menyediakan kemungkinan bagi siswa untuk merencanakan proyek-
proyek kegiatan tertentu. Oleh sebab itu, kurikulum semacam ini disebut dengan kurikulum
proyek. Tujuan semua kegiatan yan dilakukan adalah member pengalaman belajar sebesar-
besarnya secara langsung dalam kehidupan di masyarakat. Praktek kurikulu semacam ini
sering pula disebut dengan istilah kurikulum pengalaman atau experience curriculum. Mrtode
belajar utama yang digunakan dalam implementasi kurikulum ini adalah metode pemecahan
masalah.
3) Kurikulum Teknologis
Istilah teknologi yang dimaksudkan di sini adalah suatu pendekatansistem dalam
memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan. Konsep ini memandang bahwa
kurikulum merupakan suatu system yang dikembangkan dengan pendekatan system.
Pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan sisten ini dimulai dari perumusan
7. 4
tujuan yang akan dicapai. Berdasarkan tujan, dirumuskan alat untuk mengukur keberhasilan
pencapaiannya. Selanjutnya, dirumuskan bahan-bahan pelajaran, dan kegiatan-kegiatan apa
yang perlu dilakukan, seperti mrtode dan alat yang dipandang dapat mengantarkan siswa
mencapai tujuan itu. Konsep ini lebih menekankan pada perancangan sistem belajar-mengajar
berdasarkan pendekatan system. Kurikulum yang dirancang dengan mengacu pada konsep ini
merupakan paket-paket belajar yang dapat dipelajari siswa secara individual.
4) Kurikulum Akademis
Proses pengembangan kurikulum ini dilakukan dengan merencanakan kegiatan
mempelajari bahan-bahan pelajaran yang bersifat akademis, sepeti halnya mempelajari mata
pelajaran-mata pelajaran dalam kurikulum tradisional. Konsep kurikulum akademis
melahirkan bentuk-bentuk kurikulum yang berorientasi pada mata pelajaran. Bahan-bahan
pelajaran yang menjadi isi kurikulum diseleksi dari disiplin-disiplin ilmu terkait yang
dipandang dapat mengembangkan kemampuan melakukan proses kognitif. Bentuk lain dari
kurikulum yang lahir berdasarkan konsep kurikulum akademis adalah kurikulum inti
atau core curriculum. Kurikulum ini berisi mata pelajaran dan bahan pelajaran yang bersifat
fundamental, dan dianggap paling penting untuk dikuasai oleh setiap siswa. Jadi, kurikulum
ini merupakan kurikulum imum atau mengenai materi pendidikan umum. Bahan-bahan
kurikulum ini dapat diambil dari bidang studi, dapat pula diambil dari masalah-masalah
kehidupan sehari-hari sesuai dengan kepentingan pengembangan pribadi anak didik yang
diharapkan.
C. Fungsi Kurikulum
Alexander Inglis, dalam bukunya Principle of Secondary Education (1918),
mengatakan bahwa kurikulum berfungsi sebagai fumgsi penyesuaian, fungsi pengitregasian,
fungsi diferensiasi, fungsi persiapan, fungsi pemilihan, dan fungsi diagnostik.
1. Fungsi penyesuaian (The Adjustive of Adaptive Function)
Individu hidup dalam lingkungan. Setiap individu harus mampu menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya secara menyeluruh. Karena lingkungan sendiri senantiasa berubah
dab bersifat dinamis, maka masing-masing individu pun harus memiliki kemampuan
menyesuaikan diri secara dinamis pula. Dibalik itu, lingkungan pun harus sesuaikan dengan
kondisi perorangan. Di sinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan, sehingga
individu bersifat well-adjusted atau menyesuaikan diri.
2. Fungsi Diferensiasi (The differentiating function)
8. 5
Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan di antara setiap orang
dalam masyarakat. Pada dasarnya, diferensiasi akan mendorong orang berfikir kritis dan
kreatif, sehingga akan mendorong kemajuan social dalam masyarakat. Akan tetapi, adanya
diferensiasi tidak berarti mengabaikan solidaritas social dan integrasi, karena diferensiasi juga
dapat menghindarkan terjadinya stagnasi social (kerusakan social).
3. Fungsi Persiapan (The Propaedeutic Function)
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih
lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih jauh, misal melanjutkan studi ke sekolah yang lebih
tinggi atau persiapan belajar di dalam masyarakat. Persiapan kemampuan belajar lebih lanjut
lanjut ini sangat diperlukan, mengingat sekolah tidak mungkuin memberikan semua yang
diperlukan siswa atau apapun yang menarik perhatian mereka.
4. Fungsi Pemilihan (The Selective Function)
Perbedaan (diferensiasi) dan pemilihan (seleksi) adalah dua hal yang saling berkaitan.
Pengakuan atas prebedaan berarti memberikan kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa
yang diinginkan dan menarik minatnya. Kedua hal tersebut merupakan kebutuhan bagi
masyarakat yang menganut system demokratis. Untuk mengembangkan berbagai kemampuan
tersebut, maka kurikulum perlu disusun secara luas dan bersifat fleksibel.
5. Fungsi Diagnostik (The Diagnostic Function)
Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan mengarahkan siswa untuk
mampu memahami dan menerima dirinya, sehingga dapat mengembangkan seluruh potensi
yang dimilikinya. Hal ini dapat dilakukan jika siswa menyadari semua kelemahan dan
kekuatan yang dimilikinya melalui proses eksplorasi. Selanjutnya siswa sendiri yang
memperbaiki kelemahan tersebut dan mengembangkan sendiri kekuatan yang ada. Fungsi ini
merupakan fungsi diasnostik kurikulum dan akan membimbing siswa untuk dapat
berkembang secara optimal.[3]
D. Komponen Kurikulum
Komponen-komponen kurikulum yang utama adalah tujuan, isi atau materi, proses
atau sistem penyampaian dan media, serta evaluasi. Keempat komponen tersebut berkaitan
erat satu sama lain.
Suatu kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini meliputi
dua hal, pertama, kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan
perkembangan masyarakat. Kedua, ksesuaian antar komponen-komponen kurikulum, yaitu isi
9. 6
sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi dan tujuan, demikian juga evaluasi sesuai
dengan proses, isi dan tujuan kurikulum.
1. Tujuan
Pertama, perkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat. Kedua, didasari
oleh pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian nilai-nilai filosofis, terutama falsafah
Negara.
Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah 1975/1976 dikenal kategori tujuan
sebagai berikut: Tujuan pendidikan nasional yaitu, tujuan jangka panjang, tujuan ideal
pendidikan bangsa Indonesia. Tujuan institusional yaitu, sasaran pendidikan suatu lembaga
pendidikan. Tujuan kurikuler yaitu, tujuan yang dicapai oleh suatu program studi. Tujuan
instruksional yang merupakan target yang harus dicapai suatu mata pelajaran.
2. Bahan Ajar
Siswa belajar dalam bentuk interaksi dengan lingkungannya dan lingkungan orang-orang.
Tugas utama seorang guru adalah menciptakan lingkungan tersebut, untuk mendorong siswa
melakukan interaksi yang produktif dan memberikan penglaman belajar yang dibutuhkan.
Kegiatan dan lingkungan demikian dirancang dalam suatu rencana mengajar , yang mencakup
komponen-komponen tujuan khusus, strategi mengajar, media dan sumber belajar serta
evaluasi hasil mengajar.
3. Strategi Mengajar
Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik perlu memahami suatu strategi. Strategi
menunjuk pada sesuatu pendekatan, metode, dan peralatan mengajar yang diperlukan. Strategi
pangajaran lebih lanjut bisa dipahami sebagai cara seorang pendidik dalam pengajar.Dengan
menggunakan strategi yang tepat dan akurat proses belajar mengajar dapat memuaskan
pendidik dan peserta didik khususnya pada proses transfer ilmu yang dapat ditangkap para
peserta didik. Akan tetapi penggunaan strategi yang tepat dan akurat sangat ditentukan oleh
tingkat kompetensi pendidik.
4. Media Mengajar
Media mengajar merupakan segala macam bentuk perangsang dan alat yang disediakan
guru untuk mendorong siswa belajar. Perumusan di atas menggambarkan pengertian media
yang cukup luas, mencakup berbagai bentuk perangsang belajar. Berbagai bentuk alat penyaji
10. 7
perangsang belajar berupa, alat-alat elektronika seperti mesin pengajaran, film, audio
cassette, video cassette, televisi dan komputer.
5. Evaluasi Pengajaran
Komponen utama selanjutnya setelah rumusan tujuan, bahan ajar, strategi mengajar, dan
media mengajar adalah evaluasi dan penyempurnaan. Evaluasi di tujukan untuk menilai
pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar
secara keseluruhan.
6. Penyempurnaan Pengajaran
Hasil-hasil evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun evaluasi pelaksanaan mengajar
secara keseluruhan, merupakan umpan balik bagi penyempurnaan-penyempurnaan lebih
lanjut. Sesuai komponen-komponen yang dievaluasi, pada dasarnya semua komponen
mengajar mempunyai kemungkinan untuk disempurnakan. Suatu komponen mendapatkan
prioritas lebih dulu atau mendapatkan penyempurnaan lebih banyak, dilihat dari peranannya
dan tingkat kelemahannya.[4]
E. Pengembangan Kurikulum
Pada dasarnya pengembangan kurikulum adalah mengarahkan kurikulum sekarang ke
tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif
yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri, dengan harapan agar peserta didik dapat
menghadapi masa depannya dengan baik.
Pihak universitas dapat mengembangkan komponen pokok yang berupa: jenis-jenis
mata kuliah dan pengelompokannya, alokasi waktu untuk setiap progam, susunan mata
kuliah, termasuk di dalamnya mata kuliah wajib lulus dan wajib tempuh, jumlah mata kuliah
per semester dan jumlah SKS per semester.
Terdapat empat unsur yang perlu diperhatikan dalam pengembangan yaitu:
1. Merencanakan, merancang, dan memprogramkan bahan ajar dan pengalaman belajar
2. Karakteristik peserta didik
3. Tujuan yang akan dicapai
4. Kriteria-kriteria untuk mencapai tujuan
Karakteristik peserta didik sekarang sangat dipengaruhi oleh perkembangan IPTEKS,
pengaruh globalisasi dan sebagainya. Berbagai criteria yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan kurikulum adalah pengembangan tidak bertentangan dengan pancasila dan
UUD 1945, nilai-nilai hidup, tujuan pendidikan nasional GBHN, peraturan pemerintah
11. 8
no.26,27,28,29, dan 30 tahun 1990, undang-undang pendidikan tahun 2003, dan juga
hendaknya memperhatikan perkembangan IPTEKS dan karakteristik peserta didiknya.
Kurikulum dikembangkan oleh orang-orang yang terkait dengan masalah kurikulum yaitu
pihak produsen, pihak konsumen, pihak ahli yang relevan, pihak guru. Yang sering terjadi
adalah pengembangan kurikulum pada komponen pokok misalnya:
1. Struktur program
Hampir setiap perubahan kurikulum, struktur program selalu ikut berubah baik hilangnya
maupun lahirnya mata pelajaran baru, alokasi waktu untuk setiap program maupun untuk
setiap mata pelajaran.
2. Pada silabus
Untuk menyesuaikan perkembangan zaman, maka sumber bahan, sistem penyesuaian, dan
media yang dipakai selalu menyesuaikan.[5]
F. Landasan-landasan Pengembangan Kurikulum
Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat penting. Landasan
pengembangan kurikulum dapat diartikan sebagai suatu gagasan, suatu asumsi, atau prinsip
yang menjadi sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Pada prinsipnya
ada empat landasan pokok yang harus dijadikan dasar dalam setiap pengembangan kurikulum
yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosiologis, dan landasan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek). Keempat jenis landasan pengembangan kurikulum
tersebut akan diuraikan dibawah ini.
1. Landasan Filosofis Pengembangan Kurikulum
Landasan filosofis yaitu asumsi-asumsi tentang hakikat realitas, hakikat manusia,
hakikat pengetahuan, dan hakikat nilai yang menjadi titik tolak dalam mengembangkan
kurikulum. Asumsi-asumsi filosofis tersebut berimpliksi pada perumusan tujuan pendidikan,
pengembangan isi atau materi pendidikan, penentuan strategi, serta pada peranan peserta didik
dan peranan pendidik.
2. Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum
Landasan psikologis adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari psikologi yang
dijadikan titik tolak dalam mengembangkan kurikulum. Asumsi-asumsi tersebut meliputi
kajian tentang apa dan bagaimana perkembangan peserta didik, serta bagaimana peserta didik
12. 9
belajar. Atas dasar hal tersebut terdapat dua cabang psikologi yang sangat penting
diperhatikan dalam pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi
belajar.
Psikologi perkembangan mempelajari proses dan karakteristik perkembangan peserta
didik sebagai subjek pendidikan. Pemahaman tentang peserta didik sangat penting dalam
pengembangan kurikulum. Melalui kajian tentang perkembangan peserta didik, diharapkan
upaya pendidikan yang dilakukan sesuai dengan karakteristik peserta didik, baik penyesuaian
dari segi kemampuan yang harus dicapai, materi atau bahan yang harus disampaikan, proses
penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian dari segi evaluasi pembelajaran.
Sedangkan psikologi belajar mempelajari tingkah laku peserta didik dalam situasi
belajar. Ada tiga jenis teori belajar yang mempunyai pengaruh besar dalam pengembangan
kurikulum, yaitu teori psikologi kognitif, behavioristik, dan humanistik.
a. Teori Psikologi Kognitif
Istilah cognitive berasal dari bahasa Latin “cognoscre” yang berarti mengetahui (to know).
Aspek ini dalam teori belajar cognitive field berkenaan dengan bagaimana individu
memahami dirinya dan lingkungannya. Teori belajar kognitif memandang manusia sebagai
pelajar yang aktif yang memprakarsai pengalaman, mencari dan mengolah informasi untuk
memecahkan masalah, mengorganisasi apa-apa yang telah mereka ketahui untuk mencapai
suatu pemahaman baru.
b. Teori Psikologi Behavioristik
Teori belajar behavioristik disebut juga Stimulus-respons Theory (S-R). Kelompok ini
mencakup tiga teori, yitu S-R Bond, Conditioning, dan Reinforcement. Teori S-R Bond
(stimulus respons) bersumber dari psikologi koneksionisme atau teori asosiasi. Belajar terdiri
atas rentetan hubungan stimulus-respons. Belajar adalah upaya membentuk hubungan
stimulus respons sebanyak-banyaknya. Menurut hukum kesiapan (law of readiness),
hubungan antara stimulus respons akan terbentuk atau mudah terbentuk apabila ada kesiapan
pada sistem saraf individu. Selanjutnya, hukum latihan (law of exercise) atau pengulangan,
hubungan antara stimulus dan respons akan terbentuk apabila sering dilatih atau diulang-
ulang. Menurut hukum akibat (law of efect), hubungan stimulus-respons akan terjadi apabila
ada akibat yang menyenangkan.
Teori ketiga adalah reinforcement. Reinforcement merupakan perkembangan lanjutan dari
teori S-R Bond dan conditoning. Kalau pada teori conditioning, kondisi diberikan pada
stimulus, maka pada teori reinforcement kondisi diberikan pada respons. Karena anak belajar
13. 10
sungguh-sungguh (stimulus) selain ia menguasai apa yang diberikan (respons) maka guru
memberi angka tinggi, pujian mungkin juga hadiah. Angka tnggi, pujian dan hadiah
merupakan reinforcement, supaya pada kegiatan belajarnya akan lebih giat dan sungguh-
sungguh.
c. Teori Psikologi Humanistik
Teori ini berpandangan bahwa perilaku manusia itu ditentukan oleh dirinya sendiri, oleh
faktor internal, dan bukan oleh faktor eksternal. Manusia yang mencapai puncak
perkembangannya adalah yang mampu mengaktualisasikan dirinya, mampu mengembangkan
potensi dirinya dan merasa dirinya itu utuh, bermakna, dan berfungsi.
Berbeda dengan teori belajar behavioristik, toeri humanistik menolak proses mekanis dalam
belajar, karena belajar adalah suatu proses mengembangkan pribadi secara utuh. Keberhasilan
siswa dalam belajar tidak ditentukan oleh guru atau faktor-faktor eksternal lainnya, akan
tetapi oleh siswa itu sendiri. Belajar melibatkan faktor intelektual dan emosional.
3. Landasan Sosiologis Pengembangan Kurikulum
Landasan sosiologis merupakan asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang
dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Mengapa pengembangan kurikulum
harus mengacu pada landasan sosiologis? Anak-anak berasal dari masyarakat, mendapatkan
pendidikan baik informal, formal, maupun non formal dalam lingkungan masyarakat, dan
diarahkan agar mampu terjun dalam kehidupan bermasyarakat. Karena itu kehidupan
masyarakat dan budaya dengan segala karakteristiknya harus menjadi landasan dan titik tolak
dalam melaksanakan pendidikan. Penerapan teori, prinsip, hukum, dan konsep-konsep yang
terdapat dalam semua ilmu pengetahuan yang ada dalam kurikulum, harus disesuaikan dengan
kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
Untuk terciptanya proses pendidikan yang sesuai dengan perkembangan masyarakat
diperlukan kurikulum yang landasan pengembangannya memperhatikan faktor perkembangan
masyarakat. Pendidikan di sekolah pada dasarnya bertujuan mendidik anggota masyarakat
agar dapat hidup berintegrasi, berinteraksi dan beradaptasi dengan anggota masyarakat
lainnya serta meningkatkan kualitas hidupnya sebagai makhluk berbudaya. Hal ini membawa
implikasi bahwa kurikulum sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan harus
bermuatan kebudayaan yang bersifat umum seperti: nilai-nilai, sikap-sikap, pengetahuan, dam
kecakapan.
4. Landasan Teknologis Pengembangan Kurikulum
14. 11
Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara sistematis
yang dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi adalah aplikasi dari ilmu
pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan. Seiring dengan
perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak dihasilkan temuan-temuan baru dalam
berbagai bidang kehidupan manusia seperti kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik, dan
kehidupan lainnya. Baik secara langsung maupun tidak langsung perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut berpengaruh pula terhadap pendidikan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung berimplikasi terhadap
pengembangan kurikulum yang di dalamnya mencakup pengembangan isi atau materi
pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi.
Secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat membekali peserta didik agar
memilki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan.[6]
H. Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999,
2004 dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan
sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.
Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara
dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum
nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945,
perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam
merealisasikannya.
Awal kurikulum terbentuk pada tahun 1947, yang diberi nama rencana pembelajaran
1947. Kurikulum ini pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah digunakan oleh Belanda
karena pada saat itu masih dalam psoses perjuangan merebut kemerdekaan. Yang menjadi ciri
utama kurikulum ini adalah lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia yang
berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain.
Setelah rencana pembelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum Indonesia mengalami
penyempurnaan. Dengan berganti nama menjadi Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Yang
15. 12
menjadi ciri dalam kurikulum ini adalah setiap pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran
yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
Usai tahun 1952, menjelang tahun 1964 pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum pendidikan di Indonesia. Kali ini diberi nama dengan rencana pendidikan 1964.
yang menjadi ciri dari kurikulum ini pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana
yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional, kerigelan dan jasmani.
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum 1964. Yaitu perubahan
struktur pendiddikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan
dasar, dan kecakapan khusus. Pemabelajaran diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan serta pengembangan fisik yang sehat dan kuat
kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menekankan pada tujuan, agar
pendidikan lebih efisien dan efektif
Kurikulum 1984 mengusung proses skill approach. Meski mengutamakan pendekatan
proses, tapi faktor tujuan itu penting. Kurikulum ini juga sering disebut dengan kurikulum
1975 yang disempurnakan.
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum 1984,
antara pendekatan proses.
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan
sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kemudian KBK tahun 2004 dan KBK tahun 2006 (versi KTSP), bahwa sekolah diberi
kewenangan penuh dalam menyusun rencana pendidikannya dengan mengacu pada standar-
standar yang ditetapkan, mulai dari tujuan, visi-misi, struktur dan muatan kurikulum, beban
belajar, kalender pendidikan hingga pengembangan silabusnya
Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan tematik-
integratif. Bertujuan untuk mendorong peserta didik mampu dalam melakukan observasi,
bertanya, bernalar, dan mempresentasikan, apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui
setelah menerima materi pembelajaran.
16. 13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan
pengalaman belajar yang di programkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistemik atas
dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi
tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu.
Konsep kurikulum yaitu, Kurikulum Humanistis, Kurikulum Rekonstruksi sosial,
Kurikulum sebagai Teknologi, Kurikulum Akademis.
Fungsi Kurikulum yaitu, Fungsi penyesuaian, Fungsi Intregrasi, Fungsi Diferensiasi,
Fungsi Persiapan, Fungsi Pemilihan, Fungsi Diasnogtik.
Komponen Kurikulum yaitu, Tujuan, Bahan Ajar, Strategi Mengajar,Media Mengajar,
Evaluasi Pengajaran, Penyempurnaan Pengajaran.
Pengembangan Kurikulum yaitu, Struktur Progam, dan Silabus.
Landasan-landasan Pengembangan Kurikulum yaitu, Landasan Filosofis Pengembangan
Kurikulum, Landasan Psikologis Pengembangan Kurikulum, Landasan Sosiologis
Pengembangan Kurikulum, Landasan Teknologis Pengembangan Kurikulum.
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1999,
2004 dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan
sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.
B. SARAN
Semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat membantu proses perkuliahan.
17. 14
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Pengembangan Kurikulum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hlm.9
Muhammad Ali, Pengembangan Kurikulum Di Sekolah, Sinar Baru Algensindo,
Bandung, 2008, hlm. 9
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Remaja Rosdakarya, Bandung,
2009, hlm.13
Dakir, Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum, Rineka Cipta, Jakarta, 2010, hlm.91
Henry Guntur Tarigan, Dasar-dasar Kurikulum Bahasa, Angkasa, Bandung, 2009, hlm. 71
Tim Pengembang MKDP, Kurikulum Dan Pembelajaran, Rajagrafindo Persada, hlm. 17