Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Laporan kasus herpes zoster pada pria berusia 24 tahun dengan keluhan bintik berair dan nyeri pada dada dan punggung. Pasien didiagnosa dengan herpes zoster thoracalis dextra berdasarkan pemeriksaan fisik dan dermatologis. Pasien mendapat tatalaksana antivirus oral, analgesik, dan obat topikal serta konseling tentang penyakit dan prognosisnya.
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
LAPORAN KASUS_PKM PAGESANGAN_dr Tsanya Fuady.pptx
1. Laporan Kasus
Herpes Zoster
Oleh : dr. Tsanya Fuady
Pembimbing : dr Dewi Ayu Murniati
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PUSKESMAS PAGESANGAN
DINAS KESEHATAN KOTA MATARAM
4. Herpes zoster (HZ) atau shingles :
Penyakit infeksi yang disebabkan reaktivasi
virus Varicella zoster yang laten endogen di
ganglion sensoris radiks dorsalis setelah
infeksi sekunder.
HERPES ZOSTER
5. ● Penyebab reaktivasi di perkirakan karena
gangguan imunitas selular.
● Kejadian HZ umumnya pada orang dewasa dan
meningkat secara dramatis seiring dengan
bertambahnya usia.
HERPES ZOSTER
7. Identitas Pasien
• Nama : FA
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Umur : 24 tahun
• Agama : Islam
• Suku : Sasak
• Pendidikan terakhir : SMA
• Pekerjaan : -
• Status pernikahan : Belum menikah
• Alamat : Gubuk mamben, Sekarbela, Mataram
• Tanggal kunjungan : 24 Agustus 2022
8. Anamnesis
KU : Bintik berair pada dada sebelah kanan sampai ke punggung
RPS
• Keluhan dirasakan sejak ± 5 hari yang lalu
• Awalnya tampak sedikit, cairan jernih dan disertai kemerahan pada kulit semakin
banyak, cairan keruh dan menyebar disekelilingnya.
• Nyeri, panas sedikit gatal di daerah daerah lesi
• Sebelum muncul lesi : demam
9. Anamnesis
RPD :
keluhan serupa (-), riwayat
penyakit cacar air dialami
pasien pada saat anak-anak.
Riwayat penyakit lain (-).
Riwayat Pengobatan :
Pasien belum pernah berobat.
RPK :
keluhan serupa (-), penyakit kulit
(-). Riwayat penyakit lain (-).
Riwayat Pribadi:
Alergi obat (-) makanan (-)
Pasien tidak merokok, meminum
alkohol, dan narkoba.
10. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tanggal 24 Agustus 2022
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Kompos mentis
Tanda Vital
• TD : 110/70 mmHg
• Heart Rate : 70 x/menit
• Pernapasan : 18 x/menit
• Suhu : 36.6 oC
• SpO2 : Tde
Antropometri
• TB : 160 cm
• BB : 75 kg
• IMT: 29,29 kg/m2
12. Pemeriksaan Fisik
Status dermatologis
1. Regio : Thoracalis dextra
2. Lesi :
3. Vesikel bergerombol multiple
disertai krusta dengan dasar
eritem pada dada kanan
sampai punggung setinggi
thoracal 4-6.
15. Tatalaksana
Medikamentosa
• Asiklovir 5x800 mg (7 Hari)
• Paracetamol 3x500 mg (kalau perlu)
• Krim asiklovir 5%
Monitoring
• Keluhan
• Perkembangan lesi dan tanda infeksi
• Pengobatan
KIE
• Penyakit pasien (penyebab, kondisi
saat ini dan pengobatan)
• Hal yang harus dihindari
• Komplikasi dan prognosis penyakit
18. Pembahasan
• Pasien kasus ini adalah laki-laki berusia 24 tahun, keluhan bintik berair disertai nyeri
dan panas pada dada kanan sampai ke punggung.
• Pasien dengan bintik berair disertai nyeri panas unilateral sesuai dermatome,
diagnosis herpes zoster atau shingles harus dipertimbangkan.
• HZ merupakan penyakit reaktivasi virus Varicella zoster (VZV) yang laten endogen di
ganglion sensoris radiks dorsalis setelah infeksi primer.1
• Karakteristik khas HZ adanya ruam vesikuler unilateral yang berkelompok dengan
nyeri yang radikuler sekitar dermatome.
19. Pembahasan
• Penyakit HZ jarang terjadi pada anak-anak dan kejadian HZ meningkat seiring
bertambahnya usia.
• Penyebab reaktivasi VVZ belum diketahui pasti, diperkirakan terjadi pada kondisi
gangguan sistem imun.
• Sistem imun menurun & tidak mampu lagi menahan reaktivasi VVZ gejala klinis.
• Pada kasus ini pasien meyangkal adanya penyakit lain. Namun, sebelum keluhan
muncul pasien mengaku kurang istirahat dimana dalam sehari pasien hanya tidur
sekitar ….. jam karena
20. Pembahasan
• VVZ dari lesi kulit dan mukosa ganglion sensoris radiks dorsalis membentuk infeksi
laten dan dapat mengalami reaktivasi.
• Reaktivasi virus bereplika peradangan ganglion sensoris menyebar ke sumsum
tulang belakang dan batang otak saraf sensoris kulit erupsi vesikuler khas
• Daerah lesi varisela terbanyak, diperkirakan merupakan area
dengan virus terbanyak yang mengalami keadaan laten sehingga area tersebut
berisiko menjadi lesi herpes zoster.
21. Pembahasan
• Pasien mengeluh bintik berair pada dada sebelah kanan sampai ke punggung. Keluhan
ini dirasakan sudah sejak ± 5 hari yang lalu.
• Awalnya hanya tampak sedikit, cairan jernih dan disertai kemerahan pada kulit.
Kemudian bintik berair tersebut semakin lama semakin banyak, cairan keruh dan
menyebar disekelilingnya.
• Nyeri dan panas di daerah dada dan punggung.
• Sebelum muncul lesi pasien mengalami demam.
• Gatal pada daerah lesi.
• Tanda dan gejala yang dialami pasien sesuai dengan tanda dan gejala dari herpes
zoster
22. Pembahasan
Menurut kepustakaan tanda dan gejala herpes zoster, yaitu :
• Bintik berair diawali lesi makulopapular eritematosa vesikel berkelompok, dasar kulit
eritematosa dan edema.
• Vesikel cairan jernih keruh, pustul dan krusta.
• Gejala prodromal : nyeri dan parestesi di dermatom yang terkait biasanya mendahului
erupsi kulit dan bervariasi mulai dari rasa gatal, parestesi, panas, pedih, nyeri tekan,
hiperestesi, hingga rasa ditusuk-tusuk.
• Gejala konstitusi : malaise, sefalgia, dan flu like symptoms yang akan menghilang
setelah erupsi kulit muncul.
23. Pembahasan
Pemeriksaan dermatologis
• Thoracalis dextra : lesi berupa vesikel bergerombol multiple disertai
krusta dengan dasar eritem pada dada kanan sampai punggung setinggi
thoracal 4-6.
• Menurut kepustakaan lokasi herpes zoster unilateral dan bersifat
dermatomal sesuai tempat persarafan.
• Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelianan motoric, tetapi pada
susunan saraf pusat kelainan ini sering karena struktur ganglion kranialis
memungkinkan hal tersebut.
24. Pembahasan
• Penegakan diagnosis umumnya dilakukan secara klinis, dapat diperkuat dengan PCR
dan Tzank test .
•
• Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan PCR dan Tzank test, dikarenakan
keterbatasan sarana.
• Menurut kepustakaan PCR merupakan tes yang paling sensitif dan spesifik dengan
sensitifitas berkisar 97-100%.
• Pemeriksaan PCR membutuhkan setidaknya satu hari untuk mendapatkan hasilnya.
Tes ini dapat menemukan asam nukleat dari virus varicella zoster.
25. Pembahasan
Tatalaksana pasien :
• Asiklovir 800 mg setiap 4 jam peroral selama 7 hari
• Parasetamol tablet 500 mg setiap 8 jam peroral (kalau perlu)
• Krim asiklovir 5% setiap 12 jam topikal
• KIE
26. Pembahasan
• Tujuan terapi herpes zoster : mempercepat proses penyembuhan, membatasi tingkat
keparahan dan durasi lesi kulit, mengurangi nyeri akut maupun kronis, serta
meminimalkan komplikasi yang mungkin muncul.
• Penyakit herpes zoster merupakan self-limiting dan umumnya penyembuhannya
sempurna.12
27. Pembahasan
Tatalaksana HZ
• Antiviral :
• Asiklovir 5x800mg, selama 7-10 hari
• Valasiklovir 3x1 gram, selama 7-10 hari
• Famsiklovir 3x500 mg, selama 7-10 hari
28. Pembahasan
Tatalaksana HZ
• Antiviral :
• Terapi antivirus bertujuan mengurangi durasi viral-shedding, pembentukan lesi baru,
keparahan nyeri dan mempercepat penyembuhan.
• Efektivitas antivirus belum dibuktikan jika diberikan lebih dari 72 jam setelah lesi
muncul.
• Apabila masih terjadi pembentukan vesikel baru walaupun lebih dari 72 jam pertama,
terapi asiklovir sebaiknya tetap diberikan.
• Terapi diberikan selama 7-10 hari atau dapat diteruskan hingga semua lesi sembuh,
semua vesikel sudah menjadi krusta, dan tidak ada pembentukan lesi baru.
29. Pembahasan
Tatalaksana tambahan HZ
• Analgesik
• Nyeri akut ringan : Parasetamol 500-1000 mg tiap 4-6 jam (maksimal 4
gram/hari)
• Nyeri akut sedang-berat : Golongan opioid (oxycodone) dan
antikonvulsan (gabapentin dosis tunggal 900 mg)
30. Pembahasan
Tatalaksana tambahan HZ
• Topikal
• Lesi vesikel : bedak, losio calamine
• Lesi erosi : antibiotik topikal sebagai terapi terhadap infeksi
sekunder.
31. Pembahasan
KIE
• Perjalanan penyakit herpes zoster
• Menghindari gesekan kulit yang mengakibatkan pecahnya vesikel
• Mencegah kontak dengan orang lain
• Istrirahat cukup dan mengkonsumsi nutrisi cukup
• Tetap mandi
• Komplikasi HZ secara umum (tidak bergantung pada area reaktivasi VVZ) yaitu post
herpetic neuralgia (PHN) dan superinfeksi bakteri.
32. Pembahasan
• Prognosis kasus bonam, pasien berusia < 50 tahun dan tidak memiliki riwayat
imunokompromais.
• Menurut kepustakaan pasien usia lanjut dan imunokompromais
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk resolusi.
• Prognosis herpes zoster pada usia <50 tahun adalah bonam.
• Prognosis herpes zoster pada usia >50 tahun dan imunokompromais:
• Ad vitam bonam
• Ad functionam dubia ad bonam
• Ad sanactionam dubia ad bonam
34. Kesimpulan
Telah dilaporkan seorang pasien laki-laki usia 24 tahun dengan
keluhan bintik berair disertai nyeri dan panas pada dada sebelah
kanan sampai ke punggung. Dari pemeriksaan fisik normal, dan
pemeriksaan dermatologi didapatkan pada vesikel bergerombol
multiple disertai krusta dengan dasar eritem dada kanan sampai
punggung setinggi thoracal 4-6. Pasien didiagnosa herpes zoster
thoracalis dextra. Pasien saat ini sudah diberikan tatalaksana
antivirus oral, analgetic antipiretik dan obat topical.
35. Daftar Pustaka
• Perhimpunan Dokter Spesialsi Kulit dan Kelamin Indonesia. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. 2017. PERDOSKI.
• Marra F, Parhar K, Huang B, Vadlamudi N. Risk Factors for Herpes Zoster Infection: A Meta-Analysis. Open Forum Infect Dis. 2020
• Menaldi S, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2017.
• Erdina, Hanny, Hans L, Nurjannah, Sjaiful, Syamsuridjal. Buku Panduan Herpes Zoster di Indonesia 2014. Badan Penerbit FK-UI. 2014.
• World Health Organization. Varicella and herpes zoster vaccines : WHO Position paper June 2014
• Jannah MM, Yulisna. Herpes Zoster Dermatome Nervus C6-C7 pada Penderita TB-MDR. FK-Universitas Lampung. 2020
• Dumasari R. Varicella dan Herpes Zoster. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Sumatera Utara. 2008.
• Handoko. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. edisi I2. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005
• Irawan, I. Herpes Zooster Thorakalis Dextra. Universitas Udayana. 2016
• Herpes zoster. Epidemiology, Clinical Features. Article. Volume 5: Number 5
• Suputra G, Darmada I, Rusyati L. Herpes Zoster. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
• Schmader KE, Oxman MN. Varicella and Herpes Zoster. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York: McGraw Hill; 2012. p.2392-2400
• Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinik bagi Dokter di Fasilitas Kesehatan Pelayanan Primer. Jakarta : PB IDI; 2017
• Wehrhahn, M.C., Herpes Zoster: Epidemiology, Clinical Features, Treatment and Prevention. Available at: www.australianprescriber.com.
Aust Prescr 2012; 35: 143-7
• Sterling, J.C. Virus Infections. In: Burns, T., Breathnach, S., Cox, N., Griffiths, C. Editors. Rook’s textbook of dermatology, 8th edition. United Kingdom: Willey-
Blackwell Ltd; 2010. p. 3314-36