Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Ptriasis rosea
1. Ptriasis Rosea
Dody Tirtayansyah (21360132)
Muhtarom annaji (21360316)
Nur Alam Virdaus S (21360318)
Preseptor: dr. Arif Effendi, Sp.KK
KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT & KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG 2022
2. No. RM
Nama
: 164182
: An.D
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 13-01-2014
Umur
Status perkawinan
: 8 tahun
: -
Agama : Islam
Pekerjaan
Ruangan
: -
: Poli klinik
Tgl pemeriksaan
: 19 februari 2022
Identitas Pasien
3. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Gatal di seluruh badan sejak 2 hari yang lalu .
Keluhan Tambahan
Gatal di perberat saat cuaca panas.
Riwayat Penyakit
Di rumah ada yang terkena gatal, 1 bulan yang lalu berobat di
puskesmas tidak ada perubahan (cetirizine,obat topical).
5. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik, tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda tanda vital
Tekanan Darah : -
Nadi : 83x/ menit
Suhu : 36,4
Pernafasan : 20x/menit
Status Generalisata
Tangan :DBN
Mata :DBN
Hidung :Sekret (-) Darah (-)
Telinga :DBN
Mulut :DBN
Leher:Pembesaran KGB (-)
Kepala :Simetris
Thorax & Abdomen:DBN
Ekstremitas bawah : Lesi
11. Definisi
Definisi Pitiriasis rosea adalah suatu kelainan kulit akut yang diawali dengan timbulnya
makula/plak soliter berwarna merah muda dengan skuama halus (“herald patch”),
kemudian dalam beberapa hari sampai beberapa minggu timbul lesi serupa dengan
ukuran lebih kecil di badan dan ekstremitas proksimal yang tersusun sesuai lipatan kulit
(christmas tree pattern).
12. Epidemiologi
Pitiriasis rosea didapati pada umur, terutama antara 15-40 tahun, jarang pada usia
kurang dari 2 tahun dan lebih dari 65 tahun. Rasio perempuan dan laki-laki adalah 1: 5
1
5
13. Etiologi
Penyebab terjadinya pitiriasis rosea masih belum diketahui, walaupun sudah
dikemukakan beberapa dugaan penyebab timbulnya penyakit ini. Sudah lama
dipikirkanbahwa virus sebagai penyebab timbulnya penyakit ini, karena adanya gejala
prodromal yangbiasa muncul pada infeksi virus bersamaan dengan munculnya bercak
kemerahan di kulit. Human herpes virus 7 telah dikemukakan sebagai penyebabnya,
namun beberapa penelitiantelah gagal menunjukkan bukti-bukti yang
meyakinkan.6Penelitian yang dilakukan akhir-akhir ini terfokus pada peranan HHV-6
dan HHV-7 pada pitiriasis rosea. Dalam suatupenelitian, partikel HHV telah terdeteksi
pada 70% pasien penderita pitiriasis rosea. Partikel-partikel virus ini ditemukan dalam
jumlah banyak diantara serat-serat kolagen dan pembuluh-pembuluh darah pada lapisan
dermis atas dan bawah. Partikel virus ini juga berada selang-seling diantara keratinosit
dekat dengan perbatasan dermal-epidermal.
14. Gejala Klinisnya
Kurang lebih pada 20-50% kasus, bercak merah pada pitiriasis rosea didahului dengan
munculnya gejala mirip infeksi virus seperti gangguan traktus respiratorius bagian atas
atau gangguan gastrointestinal.
gejala prodormal berupa sakit kepala, rasa tidak nyaman di saluran pencernaan, demam,
malaise, dan artralgia
Lesi utama yang paling umum ialah munculnya lesi soliter berupa makula eritem atau
papul eritem pada batang tubuh atau leher, Lesi yang pertama muncul ini disebut
dengan Herald patch/Mother plaque/Medalion
Gatal ringan-sedang dapat dirasakan penderita, biasanya saat timbul gejala
15. Pemeriksaan Penunjang
1. Untuk penegakan diagnosis tidak perlu pemeriksaan penunjang khusus.
2. Apabila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai diagnosis
banding.
3. Pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan pada kasus yang tidak dapat ditegakkan
berdasarkan gambaran klinis.
16. Diagnosa Banding
Dermatitis Numularis
Gambaran lesinya berbentuk seperti koin dengan skuama yang dapat menyerupai
pitiriasis rosea. Namun tidak terdapat koleret dan predileksi tempatnya pada tungkai,
daerah yang biasanya jarang terdapat lesi pada pitiriasis rosea.
Tinea Corporis
Herald patch atau bercak yang besar pada pitiriasis rosea dapat menyerupai
tinea corporis. Tinea corporis juga memiliki lesi papuloeritemaskuamosa yang
bentuknya anular, dengan skuama, dan central healing.6 Namun pada tepinya bisa
terdapat papul, pustul, skuama, atau vesikel. Bagian tepi lesi yang lebih aktif pada
infeksi jamur ini menunjukkan adanya hifa pada pemeriksaan sitologi atau pada
kultur, yang membedakannya dengan pitiriasis rosea. Tinea corporis jarang menyebar
luas pada tubuh.
17. Diagnosis
Diagnosa pitiriasis rosea ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Anamnesa harus bisa memberikan informasi yang berkenaan dengan munculnya erupsi
kulit pertama kali dan pengobatan apa saja yang sudah dilakukan oleh pasien. Informasi
mengenai gejala prodormal atau infeksi traktus respiratorius bagian atas harus bisa
didiapatkan. Pada pemeriksaan fisik harus didapatkan adanya erupsi kulit berupa
papiloeritroskuamosa. Pada pemeriksaan klinis minimal terdapat dua lesi dari tiga
kriteria di bawah ini:
•Makula berbentuk oval atau sirkuler.
•Skuama menutupi hampir semua lesi.
•Terdapatnya koleret pada tepi lesi dengan bagian tengah yang lebih tenang.
18. Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
-
Medikamentosa
1. Topikal
Bila gatal sangat mengganggu:
Larutan anti pruritus seperti calamine lotion.
Kortikosteroid topikal.
2. Sistemik
Apabila gatal sangat mengganggu dapat diberikan antihistamin seperti setirizin 1x10 mg per hari
Kortikosteroid sistemik.
Eritromisin oral 4x250 mg/hari selama 14 hari.
Asiklovir1,4 3x400 mg/hari per oral selama 7 hari6 diindikasikan sebagai terapi pada awal perjalanan
penyakit yang disertai flu-like symptoms atau keterlibatan kulit yang luas.
Dapat pula dilakukan fototerapi: narrowband ultraviolet B (NB-UVB) dengan dosis tetap sebesar 250 mJ/cm²
3 kali seminggu selama 4 minggu.
19. Prognosa
Pitiriasis rosea merupakan penyakit akut yang bersifat self limiting illnes yang akan
menghilang dalam waktu kurang lebih 6 minggu. Namun pada beberapa kasus dapat
juga bertahan hingga 3-5 bulan. Dapat sembuh tanpa meninggalkan bekas. Relaps dan
rekuren jarang ditemukan