SlideShare a Scribd company logo
1 of 51
Case Report
GENERAL ANESTESI PADA PASIEN LAKI-LAKI USIA 30 TAHUN DENGAN
APPENDCITIS AKUT
KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
Dipresentasikan Oleh :
Dede Chrisna Febri H, S.Ked J510145102
Heru Fery Santoso, S.Ked J510145100
Pembimbing:
dr. E. Cendra Permana, Sp.An
PENDAHULUAN
Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai
tindakan meliputi pemberian anestesi, penjagaan keselamatan penderita
yang mengalami pembedahan, pemberian bantuan hidup dasar,
pengobatan intensif pasien gawat, terapi inhalasi
Lokal/Regional
tindakan menghilangkan nyeri lokal
tanpa disertai kehilangan kesadaran
Umum/General
keadaan ketidaksadaran yang reversible yang
disebebkan oleh zat anestesi, disertai
hilangnya sensasi sakit pada seluruh tubuh.
• Nama pasien : Tn. E.S
• Umur : 30 tahun
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Tulakan 3/7, Polokarto, Sukoharjo
• Status : Kawin
• Agama : Islam
• Suku : Jawa
• Tanggal masuk RS : 2 September 2016
• No. RM : 338xxx
• Diagnosis Pre OP : Appendicitis Akut
• Macam Operasi : Laparoscopy Appendectomy
• Macam Anestesi : General Anestesi
• Tanggal Operasi : 3 September 2016
Identitas Pasien
Keluhan utama
• Nyeri perut kanan bawah
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien datang ke IGD RSUD Sukoharjo dengan nyeri perut kanan
bawah.
• Nyeri dirasakan sejak 1SMRS, nyeri tidak kunjung hilang, untuk
posisi bungkuk semakin sakit, pasien juga mengatakan susah
untuk buang air besar.
• Pasien mengaku baru pertama kali ini merasakan sakit perut
hebat.
• Pasien juga mengaku dulu pasien sering susah buang air besar,
dan pasien jarang sekali makan sayur-sayuran.
• Dokter IGD menyarankan untuk mondok dan advis dokter
spesialis bedah agar pasien segera dilakukan operasi.
Anamnesis
Riwayat penyakit serupa  disangkal.
Riwayat hipertensi  disangkal.
Riwayat DM  disangkal.
Riwayat asma  disangkal.
Riwayat alergi  disangkal.
Riwayat jantung  disangkal.
Riwayat batuk lama  disangkal.
Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat penyakit serupa  disangkal.
Riwayat hipertensi  disangkal.
Riwayat DM  disangkal.
Riwayat asma  disangkal.
Riwayat alergi  disangkal.
Riwayat jantung  disangkal.
Riwayat batuk lama  disangkal.
Riwayat penyakit keluarga:
KESAN UMUM
tanggal 03 Agustus 2016
• KU : CM, Sedang
• TD : 110/70
• Nadi : 80x/menit
• Pernapasan : 20x/menit
• Suhu : 36,7ºC
BB/TB : 57kg/170cm
Gizi : Baik
7
PEMERIKSAAN FISIK
• Palpebra : Oedem -/-
• Konjungtiva : Anemis -/-
• Sclera : Ikterik -/-
• Pupil : Bulat, isokor
• Reflek cahaya : +/+
• KGB : Tidak ada pembesaran
• Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran
PEMERIKSAAN FISIK
Paru Jantung
PARU
Auskultasi Wheezing(-/-), Rhonkii(-/-)
PARU
Perkusi Sonor
PARU
Palpasi
Fremitus Normal, tidak
ketinggalan gerak
PARU
inspeksi
simetris, ketinggalan gerak
(-), retraksi intercosta (-) Inspeksi
• Ictus cordis tak
tampak
Palpasi
• Ictus cordis teraba
kuat angkat
Perkusi
• Batas jantung
normal
Auskultasi
• Bunyi jantung I-II
reguler
• Bising jantung (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen Ekstremitas
inspeksi
• Distensi (-), sikatrik
(-)
auskultasi • Peristaltik (+)
Perkusi • Thympani
Palpasi
• Nyeri tekan (+)
regio iliaka dextra
• Hepatomegali (-)
• Massa (-)
Sianosis
(-)
Oedem
(-)
Akral
hangat
(+)
Hasil Laboratorium 2 September 2016
Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
Hemoglobin 11.7 13.2 – 17.3 g/%
Hematokrit 37.9 40-52 Vol%
Leukosit 11.9 3.8-10.6 /mm3
Trombosit 348 150-450 mm3
Eritrosit 5.00 4.40-5.90 Juta/ul
MCV 75.8 80-100 Fl
MCH 23.4 26-35 Pg
MCHC 30.9 32-37 %
Neutrofil 81.1 53-75 %
Limfosit 11.9 25-40 %
Monosit 6.30 2-8 %
Eosinofil 0.20 2.00-4.00 %
Basofil 0.50 0.0-1.0 %
GDS 68 70-120 Mg/dl
Kreatinin 1.08 0.60-1.10 Mg/dl
Ureum 27.3 0-31 Mg/dl
SGOT 20.68 0-30 U/dl
SGPT 12.3 0-50 U/dl
PROGNOSIS
Ad sanam : Dubia ad bonam
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Fungsionam : Dubia ad bonam
TERAPI
Pasien ini dilakukan Laparoscopy Appendectomy dengan General Anestesi
DIAGNOSIS
Appendicitis Akut
Kesimpulan
• Seorang laki-laki usia 30 tahun dengan diagnosis
APPENDICITIS AKUT akan dilakukan tindakan operasi
laparoscopy dan appendectomy.
• Riwayat keluhan serupa disangkal.
• Riwayat DM, alergi, jantung dan asma disangkal.
• Pemeriksaan lab didapatkan peningkatan leukosit dan
neutrofil.
• Kegawatan Bedah : (+)
• ASA : II
Tindakan anestesi
1. Preoperatif
• Informed consent / persetujuan tindakan operasi
dan anestesi
• KU dan vital sign baik (TD 110/70 mmHg, N
80x/menit, RR 20x/menit, S 36,7°C)
• Dilakukan pemeriksaan fisik dan status mental
pasien untuk menentukan ASA dan rencana
obat-obatan dan teknik anestesi yang akan
dilakukan, pada pasien ini direncanakan general
anestesi dengan intubasi
Tindakan anestesi
• Pasien dipuasakan 8 jam pada malam sebelum
operasi
• Managemen terapi cairan :
• Cairan dengan menggunakan : Ringer Laktat
• Maintenance pengganti cairan puasa (BB : 57 kg) :
– 10kg pertama x 4cc/kg : 10x4 =40 cc
– 10kg kedua x 2cc/kg : 10x2 =20 cc
– Sisa berat badan x 1cc/kg : 37x1 =37 cc
– Jadi Maintenance (M) : 97 cc
• Pengganti puasa (PP) :
– Lama puasa (jam) x M (cc) : 8 x 97 =776 cc
• Stresss operatif (SO)  operasi sedang
• Jenis operasi x berat badan : 6 x 57 = 342 cc
Tindakan anestesi
2. Perioperatif
• Pukul 10.00 pasien masuk ke ruang operasi,
diposisikan diatas meja operasi, diukur
kembali tekanan darah, nadi, respirasi rate,
dan saturasi O2. TD 118/68 mmHg, HR
89x/menit, RR 18 x/menit, SpO2 100%.
Tindakan anestesi
• Persiapan obat yang digunakan :
– Midazolam dosis premedikasi 0,1 mg/kg x 57 kg = 5,7 mg  6
mg
– Propofol dosis induksi 2-3 mg/kg x 57 kg =114-171 mg  120-
180 mg
– Fentanyl 2mcg/kg x 57 kg = 114 mcg
– Atracurium besylate 25 mg
– Ondancetron 8 mg
– Ketorolac 30 mg
• Premedikasi
– Pukul 10.10 pasien dipremedikasi dengan menggunakan injeksi
intravena Midazolam 6 mg dan Fentanyl 100 mcg.
Induksi
– Jam 10.15 dilakukan induksi dengan propofol 100mg IV
– Berikan O2 2 Liter/menit
– Tingkat kedalaman anestesi dinilai dari hilangnya reflek bulu mata
– Berikan obat pelumpuh otot Atracurium besylate IV
– Dipasang face mask yang telah terpasang dengan mesin anestesi dengan fresh
flow gas O2 dan N2O 50:50
– Dilakukan bagging ± 3 menit untuk menentukan pengembangan paru dan
pelemas otot
– Laringoskopi dimasukkan sampai terlihat glottis dan rima glottis
• Asisten melakukan Sellick Manuver dengan
menekan cartilage cricoidea
• ETT ukuran 7 dimasukkan. Menghubungkannya
ke pompa, menggembungkan cuff dengan spuit
dan mendengarkan suara paru lalu fiksasi ETT dan
goedel
• Sevofluran, O2 dan N2O dialirkan sebagai anestesi
rumatan. Setelah tingkat anestesi dalam operasi
dimulai
• Jam 10.20 operasi dimulai
Induksi
• Maintenance
– Selama tindakan anestesi, tekanan darah nadi, RR,
dan saturasi oksigen dikontrol setiap 5 menit.
Pasien di maintenance dengan N2O 2 liter/ menit,
O2 2 liter/menit dan sevoflurane 2 vol %
Monitoring Selama Operasi
• Stress operasi sedang = 6ml/kgBB/jam = 6ml x 57 kg =
342 ml/jam
• Maka stress operasi sedang selama 20 menit = 2/6 x
342 = 102 ml.
• Sevofluran dikurangi dan dihentikan beberapa menit
sebelum operasi selesai.
• Operasi berlangsung selama 20 menit.
• Pukul 10.40 operasi selesai, N2O dihentikan, pasien
diberikan O2 untuk mencegah terjadinya hipoksia
difusi.
• ET dilepas pasien hanya diberikan O2 pernasal.
Resusitasi cairan perioperatif :
Post operatif
• Setelah operasi pasien dipindahkan ke recovery room
• Monitoring keadaan umum pasien dengan alderette
score
– Kesadaran: dapat dibangunkan tapi cepat tidur = 1
– Warna kulit: merah muda = 2
– Aktivitas: dapat menggerakkan semua ekstremitas = 2
– Respirasi: sanggup nafas dalam dan batuk = 2
– Kardiovaskuler : TD deviasi 20% dari normal = 2
– Total alderette score = 9
Kriteria pindah dari recovery room ke
bangsal jika alderette score ≥8 dan
tanpa ada nilai 0 atau alderette score
>9, maka pasien dapat dipindahkan ke
bangsal.
Tatalaksana anestesi
Recovery Room
• Pasien masuk Ruang RR
pukul 11.40 dalam Posisi
Supine (terlentang), sadar
penuh, dimonitoring tanda
vital, infuse RL, diberikan O2
3 liter/menit.
• Jam 12.00 pasien dipindah
ke bangsal.
Instruksi Pasca Operasi
• Posisi supine dengan oksigen 3 L/
mnt
• Kontrol vital sign, TD < 100 mmHg
infus dipercepat, beri efedrin
• Bila muntah diberi ondancetron
dan bila kesakitan diberi analgetik.
• Lain-lain
- Antibiotik sesuai Bedah
- Analgetik sesuai Bedah
- Puasa sampai dengan flatus
- Post operasi, cek Hb. Bila <10 mg/dl
tranfusi sampai Hb ≥ 10
- Kontrol balance cairan
- Monitor vital sign
TINJAUAN PUSTAKA
• Anestesi umum (general anestesi) atau bius total adalah meniadakan
nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversibel
• Pada tindakan operasi besar yang memerlukan ketenangan pasien dan
waktu pengerjaan lebih panjang, misalnya bedah jantung, pengangkatan
batu empedu, bedah rekonstruksi tulang, dll
• Komponen anestesi yang ideal terdiri dari: Hipnotik, Analgetik, Relaksasi
otot.
• Cara kerja anestesi umum selain menghilangkan rasa nyeri,
menghilangkan kesadaran, dan membuat amnesia, juga merelaksasi
seluruh otot.
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
• Memberi induksi yang halus dan cepat.
• Timbul situasi pasien tak sadar atau tak berespons
• Timbulkan keadaan amnesia
• Timbulkan relaksasi otot skeletal, tapi bukan otot pernapasan.
• Hambatan persepsi rangsang sensorik sehingga timbul analgesia yang
cukup untuk tindakan operasi.
• Memberikan keadaan pemulihan yang halus cepat dan tidak
menimbulkan ESO yang berlangsung lama.
Kontraindikasi mutlak dekompresi kordis derajat III – IV, AV blok derajat II – total
(tidak ada gelombang P).
Kontraindikasi Relatif  hipertensi berat/tak terkontrol (diastolik >110), DM tak
terkontrol, infeksi akut, sepsis, GNA.
MEDIKASI
pertimbangan utamanya  Pemilihan anestetika ideal.
Pemilihan ini didasarkan pada beberapa pertimbangan :
keadaan penderita, sifat anestetika, jenis operasi yang
dilakukan, obat dan peralatan
Sifat anestetika ideal : mudah didapat, murah, tidak
ada efek samping terhadap saluran pernapasan atau
jantung, stabil, cepat dieliminasi, menghasilkan
relaksasi otot baik, kesadaran cepat kembali, tanpa
efek yang tidak diinginkan.
MEDIKASI
Parenteral
• Secara IV atau IM biasanya digunakan untuk tindakan operasi yang singkat
atau untuk induksi anestesi.
• Pentothal, Ketalar (Ketamine)
Perectal
• Diserap lewat mukosa rectum, Untuk tindakan diagnostic (katerisasi
jantung, roentgen foto, oesophagoscopi, penyinaran dsb)
• Pentothal 10% dosis 40 mg/kgBB, Tribromentothal (avertin) 80 mg/kgBB
Perinhalasi
• Dihirup bersama udara pernafasan ke paru-paru, masuk ke darah dan
sampai di jaringan otak mengakibatkan narkose.
• Halotan, Sevoflurane, Isoflurane, Enflurane
• Beberapa faktor yang mempengaruhi general
anesthesia atau anestesi umum antara lain:
– Faktor Respirasi
– Faktor Sirkulasi
– Faktor Jaringan
– Faktor Zat Anestesi
Stadium Anestesi
Guedel membagi kedalaman anestesi menjadi 4 stadium
dengan melihat pernafasan, gerakan bola mata, tanda pada
pupil, tonus otot dan refleks pada penderita yang mendapat
anestesi ether
Stadium I
• Stadium analgesi atau stadium disorientasi.
Dimulai sejak diberikan anestesi sampai
hilangnya kesadaran. Pada stadium ini
operasi kecil bisa dilakukan
Stadium II
• Stadium delirium atau eksitasi.
• Dimulai dari hilangnya kesadaran sampai nafas teratur
• Pasien bisa meronta – ronta, pernafasan ireguler, pupil
melebar, refleks cahaya positif, gerakan bola mata tidak
teratur, lakrimasi (+)
• Tonus otot meninggi, refleks fisiologis masih ada, dapat
terjadi batuk atau muntah, kadang – kadang kencing
atau defekasi
• Stadium ini diakhiri dengan hilangnya refleks menelan
dan kelopak mata dan selanjutnya nafas menjadi
teratur. Stadium ini membahayakan penderita, karena
itu harus segera diakhiri.
Stadium III
• Stadium operasi.
Dimulai dari nafas teratur sampai paralise
otot nafas. Dibagi menjadi 4 plana
Plana I
Dari nafas teratur sampai berhentinya gerakan bola mata
Plana II
Dari berhentinya gerkan bola mata sampai permulaan paralisa otot
interkostal
Plana III
Dari permulaan paralise otot interkostal sampai paralise seluruh otot
interkostal
Plana IV
Dari paralise semua otot interkostal sampai paralise diafragma
Stadium IV
• Stadium over dosis atau stadium paralysis.
Dimulai dari paralisa diafragma sampai apneu
dan kematian
INTUBASI ENDOTRAKEAL TUBE
Intubasi endotrakeal adalah tindakan
memasukkan pipa endrotrakeal kedalam
trakea sehingga jalan nafas bebas hambatan
dan nafas mudah dibantu dan dikendalikan
INTUBASI ENDOTRAKEAL TUBE
Tujuan
• Bersihkan saluran trakeobronkial, pertahankan jalan napas agar
tetap adekuat
• Cegah aspirasi, mempermudah pemberian ventilasi dan
oksigenisasi
Indikasi
• Tindakan resusitasi, anestesi
• Pemeliharaan jalan napas, pemberian ventilasi mekanis jangka
panjang
Penyulit
• Leher pendek, fraktur servical, rahang bawah kecil, trismus
• Osteoarthritis temporo mandibula joint, massa di pharing dan
laring
Jenis Intubasi
Nasal
Pasien merasa lebih enak dan nyaman
Lebih mudah dilakukan pada pasien sadar
Tidak akan tergigit
Pipa ET yang digunakan lebih kecil
Penghisapan sekret lebih sulit
Dapat terjadi kerusakan jaringan dan
perdarahan
Dapat lebih sering terjadi infeksi
Oral
Lebih mudah dilakukan
Bisa dilakukan dengan cepat dalam
keadaan emergensi
Resiko terjadinya trauma jalan nafas lebih
kecil
Tergigit
Lebih sulit dilakukan oral hygiene
Tidak nyaman
UNTUNG
UNTUNG
RUGI
RUGI
STATICS
S : Scope, Stetoskop,
Laringoskop
T : Tubes, Pipa
Endotrakeal
A : Airway, Pipa
oro/nasofaring,
Ambubag
T : Tape, Plester
I : Introducer,
Stilet, Mandrin
C : Connector,
Sambung pipa & alat
anestesi
S : Suction,
Penghisap
lendir/ludah
Komplikasi tindakan laringoskopi dan intubasi
• Malposisi: intubasi esofagus, intubasi endobrokial malposisi laryngeal cuff.
• Trauma jalan napas: laserasi bibir, lidah atau mukosa, cedera tenggorok, dan
diseksi retrofaringeal.
• Gangguan refleks : hipertensi, takikardi, TIK meningkat, TIO meningkat, spasme
laring.
• Malfungsi tuba : perforasi cuff.
Komplikasi pemasukan pipa endotrakeal
• Malposisi: ekstubasi yang terjadi sendiri, intubasi ke endobronkial, malposisi
laryngeal cuff.
• Trauma jalan nafas : inflamasi dan ulserasi mukosa, serta ekskoriasi kulit hidung
• Malfungsi tube: obstruksi.
Komplikasi setelah ekstubasi
• Trauma jalan nafas: edema dan stenosis (glotis, subglotis atau trakhea), suara
serak/parau ( granuloma atau paralisis pita suara ), malfungsi dan aspirasi laring.
• Gangguan refleks : spasme laring.
• Anamnesis
• Riwayat tentang pasien pernah mendapat anestesia sebelumnya, misalnya
alergi, mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau sesak nafas pasca bedah
• Pemeriksaan Fisik
• Penyulit Intubasi, lidah besar, leher pendek dan kaku
• Pemeriksaan Laboratorium
• Untuk mengetahui dugaan penyakit yang sedang dicurigai. Contoh
pemeriksaan darah kecil (Hb, lekosit, masa perdarahan dan masa
pembekuan) dan urinalisis.
TAHAPAN TINDAKAN ANESTESI
Klasifikasi Status Fisik
The American Society Of Anesthesiologist (ASA)
Pre-medikasi
Premedikasi anestesi adalah pemberian obat sebelum anestesi. Adapun tujuan
dari premedikasi antara lain
• memberikan rasa nyaman bagi pasien, misal : diazepam.
• menghilangkan rasa khawatir, misal : diazepam
• membuat amnesia, misal : diazepam, midazolam
• memberikan analgesia, misal pethidin
• mencegah muntah, misal : droperidol, metoklopropamid
• memperlancar induksi, misal : pethidin
• mengurangi jumlah obat-obat anesthesia, misal pethidin
• menekan reflek-reflek yang tidak diinginkan, misal : sulfas atropin.
• mengurangi sekresi kelenjar saluran nafas, misal : sulfas atropin dan
hiosin.
Pre- medikasi
Sebelum pasien diberi obat anestesia, langkah selanjutnya adalah dilakukan
premedikasi yaitu pemberian obat sebelum induksi anestesia diberi dengan tujuan
untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesi :
Analgesik Narkotik Analgetik non
Narkotik
Hipnotik Sedatif Antiemetik
a. Petidin ( amp 2cc
= 100 mg), dosis
1-2 mg/kgBB
b. Morfin ( amp 2cc
= 10 mg), dosis 0,1
mg/kgBB
c. Fentanyl ( fl 10cc =
500 mg), dosis 1-
3µgr/kgBB
a. Ponstan
b. Tramol
c. Toradon
a. Ketamin ( fl
10cc = 100 mg),
dosis 1-2
mg/kgBB
b. Pentotal (amp
1cc = 1000 mg),
dosis 4-6 mg/kgBB
a.Diazepam/valium/
stesolid ( amp 2cc =
10mg), dosis 0,1
mg/kgBB
b.Midazolam/dormic
um (amp 5cc/3cc =
15 mg),dosis
0,1mg/kgBB
c.Propofol/recofol/di
privan (amp 20cc =
200 mg), dosis 2,5
mg/kgBB
d.Dehydrobenzperid
on/DBP (amp 2cc = 5
mg), dosis 0,1
mg/kgBB
a. Sulfas atropine
(anti kolinergik)
(amp 1cc = 0,25
mg),dosis 0,001
mg/kgBB
b.DBP
c. Narfoz, rantin,
primperan.
Induksi Intravena
Paling banyak dikerjakan dan digemari. Kecepatan antara 30-60 detik. Selama induksi anestesi,
pernapasan pasien, nadi dan tekanan darah harsu diawasi dan selalu diberikan oksigen.
•Obat-obat induksi intravena:
•Tiopental (pentotal, tiopenton) amp 500 mg atau 1000 mg
•Propofol (diprivan, recofol)
•Ketamin (ketalar)
•Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil)
•Induksi intramuscular
•ketamin (ketalar) dosis 5-7 mg/kgBB dan setelah 3-5 menit pasien tidur.
Induksi inhalasi
N2O
Halotan (fluotan)
Enfluran (etran, aliran)
Isofluran (foran, aeran)
Desfluran (suprane)
Sevofluran (ultane)
Induksi per rectal
Cara ini hanya untuk anak atau bayi menggunakan thiopental atau
midazolam.
Induksi mencuri
Dilakukan pada anak atau bayi yang sedang tidur. Induksi inhalasi biasa hanya
sungkup muka tidak kita tempelkan pada muka pasien, tetapi kita berikan jarak
beberapa sentimeter, sampai pasien tertidur baru sungkup muka kita tempelkan.
Pelumpuh otot nondepolarisasi
Tracurium 20 mg (Antracurium)
Score pemulihan pasca anestesi
• Nilai Warna
Merah muda, 2
Pucat, 1
Sianosis, 0
• Pernapasan
Dapat bernapas dalam dan batuk, 2
Dangkal namun pertukaran udara adekuat, 1
Apnoea atau obstruksi, 0
• Sirkulasi
Tekanan darah menyimpang <20% dari normal,
2
Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari
normal, 1
Tekanan darah menyimpang >50% dari normal,
0
• Kesadaran
Sadar, siaga dan orientasi, 2
Bangun namun cepat kembali tertidur, 1
Tidak berespons, 0
• Aktivitas
• Seluruh ekstremitas dapat digerakkan, 2
• Dua ekstremitas dapat digerakkan,1
• Tidak bergerak, 0
nilai 8-10 bisa dipindahkan ke ruang
perawatan, 5-8 observasi secara ketat,
kurang dari 5 pindahkan ke ICU.
Aldrete Score Aldrete Score
Steward Score (anak-anak)
• Pergerakan
Gerak bertujuan 2
Gerak tak bertujuan 1
Tidak bergerak 0
• Pernafasan
Batuk, menangis 2
Pertahankan jalan nafas 1
Perlu bantuan 0
• Kesadaran
• Menangis 2
• Bereaksi terhadap
rangsangan 1
• Tidak bereaksi 0
Komplikasi
Efek samping paling sering dari
anestesi umum adalah mual dan
muntah setelah operasi.
Beberapa orang mungkin mengalami
sakit tenggorokan dan kerusakan
pada gigi, gusi, lidah ataupun plica
vokalis akibat masuknya
endotracheal tube kedalamnya.
Komplikasi paling serius dan paling
jarang adalah malignant hyperthermia,
serangan jantung, stroke, atau kematian.
Daftar Pustaka
• Latief, S.A., Suryadi, K.A., Dachlan, R. 2009. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi
Intensif. Jakarta: FK UI
• Pramono, A., 2008. Study Guide Anestesiologi dan Reanimasi. Yogyakarta : FK UMY.
• Wirdjoatmodjo, K., 2000. Anestesiologi dan Reanimasi Modul Dasar untuk Pendidikan S1 Kedokteran. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional
• Pratiwi, A. 2010. Pengelolaan Anestesi Umum pada Kistektomi. Bagian SMF ilmu Anestesi. FK UNS
• Barash, P. G., Cullen, B. F., Stoelting, R. K., Cahalan, M. K., Stock, M. C. 2009. Handbook of Clinical Anesthesia. 6th
edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins.
• Budiono, Uripno. Anestesi umum dalam Anestesiologi. Fakultas Kedokteran UNDIP. 2010
• Desai AM, General Anesthesia. Available at http://emedicine.medscape.com/article/1271543-overview#showall.
Accessed on August 25 2016.
• General Anesthesia. Available at http://www.mayoclinic.com/health/anesthesia/MY00100 Accessed on August 25
2016.
• Hines, R. L., Marschall, K. E. 2008. Stoelting’s Anethesia and Co-existing Disease 5th edition. New York: Elsevier.
• Howley JE, Routh PA. Anesthesia delivery system: Basic of anesthesia 5th ed. Philadelphia. Churcill livingstone. 2007
• Miller, R. D., Erikkson, L. I., Fleisher, L. A., Wiener, J. P., Young W. L. 2009. Miller’s Anesthesia. 7th Edition. New York:
Elsevier.
• Taylor D. Choice of anestestic technique: Basic of anesthesia 5th ed. Philadelphia. Churcill livingstone. 2007
• Krisdiyanto H., 2012. Kemudahan Pemasangan Sungkup Laring dengan Induksi Thiopentone + Midazolam dan Propofol
+ Midazolam. Karya Akhir. Semarang: Universitas Diponegoro
• Satoto H., 2008. Pengaruh Anestesi Sevofluran and Enfluran Terhadap Klirens Kreatinin. Karya Akhir. Semarang:
Universitas Diponegoro.
• Gamawati, Dian Natalia dan Sri Herawati. 2013. Trauma Laring Akibat Intubasi Endotrakeal. Diakses dari:
http://ojs.lib.unair.ac.id
• Hariyono, Siswo. 2010. Pengaruh Tindakan Intubasi Trakea terhadap Perubahan Laju Jantung dan Tekanan Darah.
Diakses dari: http://digilib.uns.ac.id
THANK
YOU

More Related Content

What's hot

Tindakan pemasangan ett
Tindakan pemasangan ettTindakan pemasangan ett
Tindakan pemasangan ettIrwan Sutoyo
 
Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2cokordawahyu
 
Dr.adam trauma urologi dan pelvis as
Dr.adam trauma urologi dan pelvis asDr.adam trauma urologi dan pelvis as
Dr.adam trauma urologi dan pelvis asMuhammad Nugroho
 
MEKANISME KOMPENSASI JANTUNG
MEKANISME KOMPENSASI JANTUNGMEKANISME KOMPENSASI JANTUNG
MEKANISME KOMPENSASI JANTUNGfikri asyura
 
Patofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensiPatofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensiSofiaNofianti
 
Muscle relaxants in anesthesia
Muscle relaxants in anesthesiaMuscle relaxants in anesthesia
Muscle relaxants in anesthesiaNur Hajriya
 
Ekstubasi dalam & ekstubasi sadar
Ekstubasi dalam & ekstubasi sadarEkstubasi dalam & ekstubasi sadar
Ekstubasi dalam & ekstubasi sadarNur Hajriya
 
Airway breathingmanagement
Airway breathingmanagementAirway breathingmanagement
Airway breathingmanagementitachi0805
 
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratTrauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratAris Rahmanda
 
trauma pelvis penatalaksanaan
trauma pelvis penatalaksanaantrauma pelvis penatalaksanaan
trauma pelvis penatalaksanaanAzis Aimaduddin
 
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu HatiAspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hatiandikabudiarto
 
Sistem pembuluh-daraf-perifer
Sistem pembuluh-daraf-periferSistem pembuluh-daraf-perifer
Sistem pembuluh-daraf-periferCha-cha Tunani
 
Ventilasi, perfusi & difusi ok
Ventilasi, perfusi & difusi okVentilasi, perfusi & difusi ok
Ventilasi, perfusi & difusi okfikri asyura
 
Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPVKharima SD
 
Referat pneumothorax
Referat pneumothoraxReferat pneumothorax
Referat pneumothoraxListiana Dewi
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungADam Raeyoo
 

What's hot (20)

Tindakan pemasangan ett
Tindakan pemasangan ettTindakan pemasangan ett
Tindakan pemasangan ett
 
Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2
 
Dr.adam trauma urologi dan pelvis as
Dr.adam trauma urologi dan pelvis asDr.adam trauma urologi dan pelvis as
Dr.adam trauma urologi dan pelvis as
 
MEKANISME KOMPENSASI JANTUNG
MEKANISME KOMPENSASI JANTUNGMEKANISME KOMPENSASI JANTUNG
MEKANISME KOMPENSASI JANTUNG
 
Audiometri
AudiometriAudiometri
Audiometri
 
Patofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensiPatofisiologi hipertensi
Patofisiologi hipertensi
 
Muscle relaxants in anesthesia
Muscle relaxants in anesthesiaMuscle relaxants in anesthesia
Muscle relaxants in anesthesia
 
Guideline stroke-2011
Guideline stroke-2011Guideline stroke-2011
Guideline stroke-2011
 
Ekstubasi dalam & ekstubasi sadar
Ekstubasi dalam & ekstubasi sadarEkstubasi dalam & ekstubasi sadar
Ekstubasi dalam & ekstubasi sadar
 
Airway breathingmanagement
Airway breathingmanagementAirway breathingmanagement
Airway breathingmanagement
 
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala BeratTrauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
Trauma Kapitis / Cedera Kepala Berat
 
Prolaps hemoroid
Prolaps hemoroidProlaps hemoroid
Prolaps hemoroid
 
trauma pelvis penatalaksanaan
trauma pelvis penatalaksanaantrauma pelvis penatalaksanaan
trauma pelvis penatalaksanaan
 
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu HatiAspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
 
Sistem pembuluh-daraf-perifer
Sistem pembuluh-daraf-periferSistem pembuluh-daraf-perifer
Sistem pembuluh-daraf-perifer
 
Ventilasi, perfusi & difusi ok
Ventilasi, perfusi & difusi okVentilasi, perfusi & difusi ok
Ventilasi, perfusi & difusi ok
 
Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPV
 
Referat pneumothorax
Referat pneumothoraxReferat pneumothorax
Referat pneumothorax
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi Jantung
 
Tumor Mediastinum
Tumor MediastinumTumor Mediastinum
Tumor Mediastinum
 

Similar to ANESTESI UMUM LAPAPENDEKTOMI

Presentasi Kasus - Anestesi Spinal
Presentasi Kasus - Anestesi SpinalPresentasi Kasus - Anestesi Spinal
Presentasi Kasus - Anestesi SpinalAris Rahmanda
 
167250942 case-anestesi
167250942 case-anestesi167250942 case-anestesi
167250942 case-anestesihomeworkping8
 
MR Stase OK IBS IGD 21-11-2022.pptx
MR Stase OK IBS IGD 21-11-2022.pptxMR Stase OK IBS IGD 21-11-2022.pptx
MR Stase OK IBS IGD 21-11-2022.pptxGeriko1
 
askep keperawatan anestesiologi ppt.pptx
askep keperawatan anestesiologi ppt.pptxaskep keperawatan anestesiologi ppt.pptx
askep keperawatan anestesiologi ppt.pptxssuserfc224a
 
LAPORAN KASUS INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI minggu ke 2 (1).docx
LAPORAN KASUS INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI minggu ke 2 (1).docxLAPORAN KASUS INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI minggu ke 2 (1).docx
LAPORAN KASUS INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI minggu ke 2 (1).docxsalmanalfarisi637456
 
Presentasi Kasus Anestesi Umum .pptx
Presentasi Kasus Anestesi Umum .pptxPresentasi Kasus Anestesi Umum .pptx
Presentasi Kasus Anestesi Umum .pptxSofia Yanti Sari
 
EMG 11 FEBRUARI 2022 (3).pptx
EMG  11 FEBRUARI 2022 (3).pptxEMG  11 FEBRUARI 2022 (3).pptx
EMG 11 FEBRUARI 2022 (3).pptxMICHAELLIEM14
 
Debridement + sepsis HOBBI case study.pptx
Debridement  + sepsis HOBBI case study.pptxDebridement  + sepsis HOBBI case study.pptx
Debridement + sepsis HOBBI case study.pptxrickyhutagalung4
 
perioperatif anes aul.pptx
perioperatif anes aul.pptxperioperatif anes aul.pptx
perioperatif anes aul.pptxAuliaDwiJuanita
 
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptxCASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptxMuhammadMutashimBill
 
Jaga OK emergency malam, rabu 12 Maret 2024
Jaga OK emergency malam, rabu 12 Maret 2024Jaga OK emergency malam, rabu 12 Maret 2024
Jaga OK emergency malam, rabu 12 Maret 2024JamesBond59524
 

Similar to ANESTESI UMUM LAPAPENDEKTOMI (20)

Presentasi Kasus - Anestesi Spinal
Presentasi Kasus - Anestesi SpinalPresentasi Kasus - Anestesi Spinal
Presentasi Kasus - Anestesi Spinal
 
Case ga
Case gaCase ga
Case ga
 
167250942 case-anestesi
167250942 case-anestesi167250942 case-anestesi
167250942 case-anestesi
 
presus rama anestesi
presus rama anestesipresus rama anestesi
presus rama anestesi
 
MR Stase OK IBS IGD 21-11-2022.pptx
MR Stase OK IBS IGD 21-11-2022.pptxMR Stase OK IBS IGD 21-11-2022.pptx
MR Stase OK IBS IGD 21-11-2022.pptx
 
Laparotomi
LaparotomiLaparotomi
Laparotomi
 
askep keperawatan anestesiologi ppt.pptx
askep keperawatan anestesiologi ppt.pptxaskep keperawatan anestesiologi ppt.pptx
askep keperawatan anestesiologi ppt.pptx
 
LAPORAN KASUS INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI minggu ke 2 (1).docx
LAPORAN KASUS INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI minggu ke 2 (1).docxLAPORAN KASUS INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI minggu ke 2 (1).docx
LAPORAN KASUS INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI minggu ke 2 (1).docx
 
Resume ibs
Resume ibsResume ibs
Resume ibs
 
MIC MR.pptx
MIC MR.pptxMIC MR.pptx
MIC MR.pptx
 
Ny YW, UAP.pptx
Ny YW, UAP.pptxNy YW, UAP.pptx
Ny YW, UAP.pptx
 
Presentasi Kasus Anestesi Umum .pptx
Presentasi Kasus Anestesi Umum .pptxPresentasi Kasus Anestesi Umum .pptx
Presentasi Kasus Anestesi Umum .pptx
 
Ni Nengah Sariasih.pptx
Ni Nengah Sariasih.pptxNi Nengah Sariasih.pptx
Ni Nengah Sariasih.pptx
 
EMG 11 FEBRUARI 2022 (3).pptx
EMG  11 FEBRUARI 2022 (3).pptxEMG  11 FEBRUARI 2022 (3).pptx
EMG 11 FEBRUARI 2022 (3).pptx
 
Debridement + sepsis HOBBI case study.pptx
Debridement  + sepsis HOBBI case study.pptxDebridement  + sepsis HOBBI case study.pptx
Debridement + sepsis HOBBI case study.pptx
 
perioperatif anes aul.pptx
perioperatif anes aul.pptxperioperatif anes aul.pptx
perioperatif anes aul.pptx
 
Manajemen Anestesi
Manajemen AnestesiManajemen Anestesi
Manajemen Anestesi
 
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptxCASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
CASE REPORT - CARCINOMA RECTAL tumor.pptx
 
Jaga OK emergency malam, rabu 12 Maret 2024
Jaga OK emergency malam, rabu 12 Maret 2024Jaga OK emergency malam, rabu 12 Maret 2024
Jaga OK emergency malam, rabu 12 Maret 2024
 
219629232 case-tiva
219629232 case-tiva219629232 case-tiva
219629232 case-tiva
 

Recently uploaded

Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfSeruniArdhia
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxDesiNatalia68
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 

Recently uploaded (20)

Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptxATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
ATRIBUT BIDAN PROFESIONAL DALAM KEBIDANAN.pptx
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 

ANESTESI UMUM LAPAPENDEKTOMI

  • 1. Case Report GENERAL ANESTESI PADA PASIEN LAKI-LAKI USIA 30 TAHUN DENGAN APPENDCITIS AKUT KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016 Dipresentasikan Oleh : Dede Chrisna Febri H, S.Ked J510145102 Heru Fery Santoso, S.Ked J510145100 Pembimbing: dr. E. Cendra Permana, Sp.An
  • 2. PENDAHULUAN Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai tindakan meliputi pemberian anestesi, penjagaan keselamatan penderita yang mengalami pembedahan, pemberian bantuan hidup dasar, pengobatan intensif pasien gawat, terapi inhalasi Lokal/Regional tindakan menghilangkan nyeri lokal tanpa disertai kehilangan kesadaran Umum/General keadaan ketidaksadaran yang reversible yang disebebkan oleh zat anestesi, disertai hilangnya sensasi sakit pada seluruh tubuh.
  • 3. • Nama pasien : Tn. E.S • Umur : 30 tahun • Jenis kelamin : Laki-laki • Alamat : Tulakan 3/7, Polokarto, Sukoharjo • Status : Kawin • Agama : Islam • Suku : Jawa • Tanggal masuk RS : 2 September 2016 • No. RM : 338xxx • Diagnosis Pre OP : Appendicitis Akut • Macam Operasi : Laparoscopy Appendectomy • Macam Anestesi : General Anestesi • Tanggal Operasi : 3 September 2016 Identitas Pasien
  • 4. Keluhan utama • Nyeri perut kanan bawah Riwayat Penyakit Sekarang • Pasien datang ke IGD RSUD Sukoharjo dengan nyeri perut kanan bawah. • Nyeri dirasakan sejak 1SMRS, nyeri tidak kunjung hilang, untuk posisi bungkuk semakin sakit, pasien juga mengatakan susah untuk buang air besar. • Pasien mengaku baru pertama kali ini merasakan sakit perut hebat. • Pasien juga mengaku dulu pasien sering susah buang air besar, dan pasien jarang sekali makan sayur-sayuran. • Dokter IGD menyarankan untuk mondok dan advis dokter spesialis bedah agar pasien segera dilakukan operasi. Anamnesis
  • 5. Riwayat penyakit serupa  disangkal. Riwayat hipertensi  disangkal. Riwayat DM  disangkal. Riwayat asma  disangkal. Riwayat alergi  disangkal. Riwayat jantung  disangkal. Riwayat batuk lama  disangkal. Riwayat penyakit dahulu:
  • 6. Riwayat penyakit serupa  disangkal. Riwayat hipertensi  disangkal. Riwayat DM  disangkal. Riwayat asma  disangkal. Riwayat alergi  disangkal. Riwayat jantung  disangkal. Riwayat batuk lama  disangkal. Riwayat penyakit keluarga:
  • 7. KESAN UMUM tanggal 03 Agustus 2016 • KU : CM, Sedang • TD : 110/70 • Nadi : 80x/menit • Pernapasan : 20x/menit • Suhu : 36,7ºC BB/TB : 57kg/170cm Gizi : Baik 7
  • 8. PEMERIKSAAN FISIK • Palpebra : Oedem -/- • Konjungtiva : Anemis -/- • Sclera : Ikterik -/- • Pupil : Bulat, isokor • Reflek cahaya : +/+ • KGB : Tidak ada pembesaran • Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran
  • 9. PEMERIKSAAN FISIK Paru Jantung PARU Auskultasi Wheezing(-/-), Rhonkii(-/-) PARU Perkusi Sonor PARU Palpasi Fremitus Normal, tidak ketinggalan gerak PARU inspeksi simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi intercosta (-) Inspeksi • Ictus cordis tak tampak Palpasi • Ictus cordis teraba kuat angkat Perkusi • Batas jantung normal Auskultasi • Bunyi jantung I-II reguler • Bising jantung (-)
  • 10. PEMERIKSAAN FISIK Abdomen Ekstremitas inspeksi • Distensi (-), sikatrik (-) auskultasi • Peristaltik (+) Perkusi • Thympani Palpasi • Nyeri tekan (+) regio iliaka dextra • Hepatomegali (-) • Massa (-) Sianosis (-) Oedem (-) Akral hangat (+)
  • 11. Hasil Laboratorium 2 September 2016 Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan Hemoglobin 11.7 13.2 – 17.3 g/% Hematokrit 37.9 40-52 Vol% Leukosit 11.9 3.8-10.6 /mm3 Trombosit 348 150-450 mm3 Eritrosit 5.00 4.40-5.90 Juta/ul MCV 75.8 80-100 Fl MCH 23.4 26-35 Pg MCHC 30.9 32-37 % Neutrofil 81.1 53-75 % Limfosit 11.9 25-40 % Monosit 6.30 2-8 % Eosinofil 0.20 2.00-4.00 % Basofil 0.50 0.0-1.0 % GDS 68 70-120 Mg/dl Kreatinin 1.08 0.60-1.10 Mg/dl Ureum 27.3 0-31 Mg/dl SGOT 20.68 0-30 U/dl SGPT 12.3 0-50 U/dl
  • 12. PROGNOSIS Ad sanam : Dubia ad bonam Ad Vitam : Dubia ad bonam Ad Fungsionam : Dubia ad bonam TERAPI Pasien ini dilakukan Laparoscopy Appendectomy dengan General Anestesi DIAGNOSIS Appendicitis Akut
  • 13. Kesimpulan • Seorang laki-laki usia 30 tahun dengan diagnosis APPENDICITIS AKUT akan dilakukan tindakan operasi laparoscopy dan appendectomy. • Riwayat keluhan serupa disangkal. • Riwayat DM, alergi, jantung dan asma disangkal. • Pemeriksaan lab didapatkan peningkatan leukosit dan neutrofil. • Kegawatan Bedah : (+) • ASA : II
  • 14. Tindakan anestesi 1. Preoperatif • Informed consent / persetujuan tindakan operasi dan anestesi • KU dan vital sign baik (TD 110/70 mmHg, N 80x/menit, RR 20x/menit, S 36,7°C) • Dilakukan pemeriksaan fisik dan status mental pasien untuk menentukan ASA dan rencana obat-obatan dan teknik anestesi yang akan dilakukan, pada pasien ini direncanakan general anestesi dengan intubasi
  • 15. Tindakan anestesi • Pasien dipuasakan 8 jam pada malam sebelum operasi • Managemen terapi cairan : • Cairan dengan menggunakan : Ringer Laktat • Maintenance pengganti cairan puasa (BB : 57 kg) : – 10kg pertama x 4cc/kg : 10x4 =40 cc – 10kg kedua x 2cc/kg : 10x2 =20 cc – Sisa berat badan x 1cc/kg : 37x1 =37 cc – Jadi Maintenance (M) : 97 cc • Pengganti puasa (PP) : – Lama puasa (jam) x M (cc) : 8 x 97 =776 cc • Stresss operatif (SO)  operasi sedang • Jenis operasi x berat badan : 6 x 57 = 342 cc
  • 16. Tindakan anestesi 2. Perioperatif • Pukul 10.00 pasien masuk ke ruang operasi, diposisikan diatas meja operasi, diukur kembali tekanan darah, nadi, respirasi rate, dan saturasi O2. TD 118/68 mmHg, HR 89x/menit, RR 18 x/menit, SpO2 100%.
  • 17. Tindakan anestesi • Persiapan obat yang digunakan : – Midazolam dosis premedikasi 0,1 mg/kg x 57 kg = 5,7 mg  6 mg – Propofol dosis induksi 2-3 mg/kg x 57 kg =114-171 mg  120- 180 mg – Fentanyl 2mcg/kg x 57 kg = 114 mcg – Atracurium besylate 25 mg – Ondancetron 8 mg – Ketorolac 30 mg • Premedikasi – Pukul 10.10 pasien dipremedikasi dengan menggunakan injeksi intravena Midazolam 6 mg dan Fentanyl 100 mcg.
  • 18. Induksi – Jam 10.15 dilakukan induksi dengan propofol 100mg IV – Berikan O2 2 Liter/menit – Tingkat kedalaman anestesi dinilai dari hilangnya reflek bulu mata – Berikan obat pelumpuh otot Atracurium besylate IV – Dipasang face mask yang telah terpasang dengan mesin anestesi dengan fresh flow gas O2 dan N2O 50:50 – Dilakukan bagging ± 3 menit untuk menentukan pengembangan paru dan pelemas otot – Laringoskopi dimasukkan sampai terlihat glottis dan rima glottis
  • 19. • Asisten melakukan Sellick Manuver dengan menekan cartilage cricoidea • ETT ukuran 7 dimasukkan. Menghubungkannya ke pompa, menggembungkan cuff dengan spuit dan mendengarkan suara paru lalu fiksasi ETT dan goedel • Sevofluran, O2 dan N2O dialirkan sebagai anestesi rumatan. Setelah tingkat anestesi dalam operasi dimulai • Jam 10.20 operasi dimulai Induksi
  • 20. • Maintenance – Selama tindakan anestesi, tekanan darah nadi, RR, dan saturasi oksigen dikontrol setiap 5 menit. Pasien di maintenance dengan N2O 2 liter/ menit, O2 2 liter/menit dan sevoflurane 2 vol %
  • 22. • Stress operasi sedang = 6ml/kgBB/jam = 6ml x 57 kg = 342 ml/jam • Maka stress operasi sedang selama 20 menit = 2/6 x 342 = 102 ml. • Sevofluran dikurangi dan dihentikan beberapa menit sebelum operasi selesai. • Operasi berlangsung selama 20 menit. • Pukul 10.40 operasi selesai, N2O dihentikan, pasien diberikan O2 untuk mencegah terjadinya hipoksia difusi. • ET dilepas pasien hanya diberikan O2 pernasal. Resusitasi cairan perioperatif :
  • 23. Post operatif • Setelah operasi pasien dipindahkan ke recovery room • Monitoring keadaan umum pasien dengan alderette score – Kesadaran: dapat dibangunkan tapi cepat tidur = 1 – Warna kulit: merah muda = 2 – Aktivitas: dapat menggerakkan semua ekstremitas = 2 – Respirasi: sanggup nafas dalam dan batuk = 2 – Kardiovaskuler : TD deviasi 20% dari normal = 2 – Total alderette score = 9
  • 24. Kriteria pindah dari recovery room ke bangsal jika alderette score ≥8 dan tanpa ada nilai 0 atau alderette score >9, maka pasien dapat dipindahkan ke bangsal.
  • 25. Tatalaksana anestesi Recovery Room • Pasien masuk Ruang RR pukul 11.40 dalam Posisi Supine (terlentang), sadar penuh, dimonitoring tanda vital, infuse RL, diberikan O2 3 liter/menit. • Jam 12.00 pasien dipindah ke bangsal. Instruksi Pasca Operasi • Posisi supine dengan oksigen 3 L/ mnt • Kontrol vital sign, TD < 100 mmHg infus dipercepat, beri efedrin • Bila muntah diberi ondancetron dan bila kesakitan diberi analgetik. • Lain-lain - Antibiotik sesuai Bedah - Analgetik sesuai Bedah - Puasa sampai dengan flatus - Post operasi, cek Hb. Bila <10 mg/dl tranfusi sampai Hb ≥ 10 - Kontrol balance cairan - Monitor vital sign
  • 26. TINJAUAN PUSTAKA • Anestesi umum (general anestesi) atau bius total adalah meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversibel • Pada tindakan operasi besar yang memerlukan ketenangan pasien dan waktu pengerjaan lebih panjang, misalnya bedah jantung, pengangkatan batu empedu, bedah rekonstruksi tulang, dll • Komponen anestesi yang ideal terdiri dari: Hipnotik, Analgetik, Relaksasi otot. • Cara kerja anestesi umum selain menghilangkan rasa nyeri, menghilangkan kesadaran, dan membuat amnesia, juga merelaksasi seluruh otot.
  • 27. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI • Memberi induksi yang halus dan cepat. • Timbul situasi pasien tak sadar atau tak berespons • Timbulkan keadaan amnesia • Timbulkan relaksasi otot skeletal, tapi bukan otot pernapasan. • Hambatan persepsi rangsang sensorik sehingga timbul analgesia yang cukup untuk tindakan operasi. • Memberikan keadaan pemulihan yang halus cepat dan tidak menimbulkan ESO yang berlangsung lama. Kontraindikasi mutlak dekompresi kordis derajat III – IV, AV blok derajat II – total (tidak ada gelombang P). Kontraindikasi Relatif  hipertensi berat/tak terkontrol (diastolik >110), DM tak terkontrol, infeksi akut, sepsis, GNA.
  • 28. MEDIKASI pertimbangan utamanya  Pemilihan anestetika ideal. Pemilihan ini didasarkan pada beberapa pertimbangan : keadaan penderita, sifat anestetika, jenis operasi yang dilakukan, obat dan peralatan Sifat anestetika ideal : mudah didapat, murah, tidak ada efek samping terhadap saluran pernapasan atau jantung, stabil, cepat dieliminasi, menghasilkan relaksasi otot baik, kesadaran cepat kembali, tanpa efek yang tidak diinginkan.
  • 29. MEDIKASI Parenteral • Secara IV atau IM biasanya digunakan untuk tindakan operasi yang singkat atau untuk induksi anestesi. • Pentothal, Ketalar (Ketamine) Perectal • Diserap lewat mukosa rectum, Untuk tindakan diagnostic (katerisasi jantung, roentgen foto, oesophagoscopi, penyinaran dsb) • Pentothal 10% dosis 40 mg/kgBB, Tribromentothal (avertin) 80 mg/kgBB Perinhalasi • Dihirup bersama udara pernafasan ke paru-paru, masuk ke darah dan sampai di jaringan otak mengakibatkan narkose. • Halotan, Sevoflurane, Isoflurane, Enflurane
  • 30. • Beberapa faktor yang mempengaruhi general anesthesia atau anestesi umum antara lain: – Faktor Respirasi – Faktor Sirkulasi – Faktor Jaringan – Faktor Zat Anestesi
  • 31. Stadium Anestesi Guedel membagi kedalaman anestesi menjadi 4 stadium dengan melihat pernafasan, gerakan bola mata, tanda pada pupil, tonus otot dan refleks pada penderita yang mendapat anestesi ether
  • 32. Stadium I • Stadium analgesi atau stadium disorientasi. Dimulai sejak diberikan anestesi sampai hilangnya kesadaran. Pada stadium ini operasi kecil bisa dilakukan
  • 33. Stadium II • Stadium delirium atau eksitasi. • Dimulai dari hilangnya kesadaran sampai nafas teratur • Pasien bisa meronta – ronta, pernafasan ireguler, pupil melebar, refleks cahaya positif, gerakan bola mata tidak teratur, lakrimasi (+) • Tonus otot meninggi, refleks fisiologis masih ada, dapat terjadi batuk atau muntah, kadang – kadang kencing atau defekasi • Stadium ini diakhiri dengan hilangnya refleks menelan dan kelopak mata dan selanjutnya nafas menjadi teratur. Stadium ini membahayakan penderita, karena itu harus segera diakhiri.
  • 34. Stadium III • Stadium operasi. Dimulai dari nafas teratur sampai paralise otot nafas. Dibagi menjadi 4 plana Plana I Dari nafas teratur sampai berhentinya gerakan bola mata Plana II Dari berhentinya gerkan bola mata sampai permulaan paralisa otot interkostal Plana III Dari permulaan paralise otot interkostal sampai paralise seluruh otot interkostal Plana IV Dari paralise semua otot interkostal sampai paralise diafragma
  • 35. Stadium IV • Stadium over dosis atau stadium paralysis. Dimulai dari paralisa diafragma sampai apneu dan kematian
  • 36. INTUBASI ENDOTRAKEAL TUBE Intubasi endotrakeal adalah tindakan memasukkan pipa endrotrakeal kedalam trakea sehingga jalan nafas bebas hambatan dan nafas mudah dibantu dan dikendalikan
  • 37. INTUBASI ENDOTRAKEAL TUBE Tujuan • Bersihkan saluran trakeobronkial, pertahankan jalan napas agar tetap adekuat • Cegah aspirasi, mempermudah pemberian ventilasi dan oksigenisasi Indikasi • Tindakan resusitasi, anestesi • Pemeliharaan jalan napas, pemberian ventilasi mekanis jangka panjang Penyulit • Leher pendek, fraktur servical, rahang bawah kecil, trismus • Osteoarthritis temporo mandibula joint, massa di pharing dan laring
  • 38. Jenis Intubasi Nasal Pasien merasa lebih enak dan nyaman Lebih mudah dilakukan pada pasien sadar Tidak akan tergigit Pipa ET yang digunakan lebih kecil Penghisapan sekret lebih sulit Dapat terjadi kerusakan jaringan dan perdarahan Dapat lebih sering terjadi infeksi Oral Lebih mudah dilakukan Bisa dilakukan dengan cepat dalam keadaan emergensi Resiko terjadinya trauma jalan nafas lebih kecil Tergigit Lebih sulit dilakukan oral hygiene Tidak nyaman UNTUNG UNTUNG RUGI RUGI
  • 39. STATICS S : Scope, Stetoskop, Laringoskop T : Tubes, Pipa Endotrakeal A : Airway, Pipa oro/nasofaring, Ambubag T : Tape, Plester I : Introducer, Stilet, Mandrin C : Connector, Sambung pipa & alat anestesi S : Suction, Penghisap lendir/ludah
  • 40. Komplikasi tindakan laringoskopi dan intubasi • Malposisi: intubasi esofagus, intubasi endobrokial malposisi laryngeal cuff. • Trauma jalan napas: laserasi bibir, lidah atau mukosa, cedera tenggorok, dan diseksi retrofaringeal. • Gangguan refleks : hipertensi, takikardi, TIK meningkat, TIO meningkat, spasme laring. • Malfungsi tuba : perforasi cuff. Komplikasi pemasukan pipa endotrakeal • Malposisi: ekstubasi yang terjadi sendiri, intubasi ke endobronkial, malposisi laryngeal cuff. • Trauma jalan nafas : inflamasi dan ulserasi mukosa, serta ekskoriasi kulit hidung • Malfungsi tube: obstruksi. Komplikasi setelah ekstubasi • Trauma jalan nafas: edema dan stenosis (glotis, subglotis atau trakhea), suara serak/parau ( granuloma atau paralisis pita suara ), malfungsi dan aspirasi laring. • Gangguan refleks : spasme laring.
  • 41. • Anamnesis • Riwayat tentang pasien pernah mendapat anestesia sebelumnya, misalnya alergi, mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau sesak nafas pasca bedah • Pemeriksaan Fisik • Penyulit Intubasi, lidah besar, leher pendek dan kaku • Pemeriksaan Laboratorium • Untuk mengetahui dugaan penyakit yang sedang dicurigai. Contoh pemeriksaan darah kecil (Hb, lekosit, masa perdarahan dan masa pembekuan) dan urinalisis. TAHAPAN TINDAKAN ANESTESI
  • 42. Klasifikasi Status Fisik The American Society Of Anesthesiologist (ASA)
  • 43. Pre-medikasi Premedikasi anestesi adalah pemberian obat sebelum anestesi. Adapun tujuan dari premedikasi antara lain • memberikan rasa nyaman bagi pasien, misal : diazepam. • menghilangkan rasa khawatir, misal : diazepam • membuat amnesia, misal : diazepam, midazolam • memberikan analgesia, misal pethidin • mencegah muntah, misal : droperidol, metoklopropamid • memperlancar induksi, misal : pethidin • mengurangi jumlah obat-obat anesthesia, misal pethidin • menekan reflek-reflek yang tidak diinginkan, misal : sulfas atropin. • mengurangi sekresi kelenjar saluran nafas, misal : sulfas atropin dan hiosin.
  • 44. Pre- medikasi Sebelum pasien diberi obat anestesia, langkah selanjutnya adalah dilakukan premedikasi yaitu pemberian obat sebelum induksi anestesia diberi dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesi : Analgesik Narkotik Analgetik non Narkotik Hipnotik Sedatif Antiemetik a. Petidin ( amp 2cc = 100 mg), dosis 1-2 mg/kgBB b. Morfin ( amp 2cc = 10 mg), dosis 0,1 mg/kgBB c. Fentanyl ( fl 10cc = 500 mg), dosis 1- 3µgr/kgBB a. Ponstan b. Tramol c. Toradon a. Ketamin ( fl 10cc = 100 mg), dosis 1-2 mg/kgBB b. Pentotal (amp 1cc = 1000 mg), dosis 4-6 mg/kgBB a.Diazepam/valium/ stesolid ( amp 2cc = 10mg), dosis 0,1 mg/kgBB b.Midazolam/dormic um (amp 5cc/3cc = 15 mg),dosis 0,1mg/kgBB c.Propofol/recofol/di privan (amp 20cc = 200 mg), dosis 2,5 mg/kgBB d.Dehydrobenzperid on/DBP (amp 2cc = 5 mg), dosis 0,1 mg/kgBB a. Sulfas atropine (anti kolinergik) (amp 1cc = 0,25 mg),dosis 0,001 mg/kgBB b.DBP c. Narfoz, rantin, primperan.
  • 45. Induksi Intravena Paling banyak dikerjakan dan digemari. Kecepatan antara 30-60 detik. Selama induksi anestesi, pernapasan pasien, nadi dan tekanan darah harsu diawasi dan selalu diberikan oksigen. •Obat-obat induksi intravena: •Tiopental (pentotal, tiopenton) amp 500 mg atau 1000 mg •Propofol (diprivan, recofol) •Ketamin (ketalar) •Opioid (morfin, petidin, fentanil, sufentanil) •Induksi intramuscular •ketamin (ketalar) dosis 5-7 mg/kgBB dan setelah 3-5 menit pasien tidur.
  • 46. Induksi inhalasi N2O Halotan (fluotan) Enfluran (etran, aliran) Isofluran (foran, aeran) Desfluran (suprane) Sevofluran (ultane) Induksi per rectal Cara ini hanya untuk anak atau bayi menggunakan thiopental atau midazolam. Induksi mencuri Dilakukan pada anak atau bayi yang sedang tidur. Induksi inhalasi biasa hanya sungkup muka tidak kita tempelkan pada muka pasien, tetapi kita berikan jarak beberapa sentimeter, sampai pasien tertidur baru sungkup muka kita tempelkan. Pelumpuh otot nondepolarisasi Tracurium 20 mg (Antracurium)
  • 47. Score pemulihan pasca anestesi • Nilai Warna Merah muda, 2 Pucat, 1 Sianosis, 0 • Pernapasan Dapat bernapas dalam dan batuk, 2 Dangkal namun pertukaran udara adekuat, 1 Apnoea atau obstruksi, 0 • Sirkulasi Tekanan darah menyimpang <20% dari normal, 2 Tekanan darah menyimpang 20-50 % dari normal, 1 Tekanan darah menyimpang >50% dari normal, 0 • Kesadaran Sadar, siaga dan orientasi, 2 Bangun namun cepat kembali tertidur, 1 Tidak berespons, 0 • Aktivitas • Seluruh ekstremitas dapat digerakkan, 2 • Dua ekstremitas dapat digerakkan,1 • Tidak bergerak, 0 nilai 8-10 bisa dipindahkan ke ruang perawatan, 5-8 observasi secara ketat, kurang dari 5 pindahkan ke ICU. Aldrete Score Aldrete Score
  • 48. Steward Score (anak-anak) • Pergerakan Gerak bertujuan 2 Gerak tak bertujuan 1 Tidak bergerak 0 • Pernafasan Batuk, menangis 2 Pertahankan jalan nafas 1 Perlu bantuan 0 • Kesadaran • Menangis 2 • Bereaksi terhadap rangsangan 1 • Tidak bereaksi 0
  • 49. Komplikasi Efek samping paling sering dari anestesi umum adalah mual dan muntah setelah operasi. Beberapa orang mungkin mengalami sakit tenggorokan dan kerusakan pada gigi, gusi, lidah ataupun plica vokalis akibat masuknya endotracheal tube kedalamnya. Komplikasi paling serius dan paling jarang adalah malignant hyperthermia, serangan jantung, stroke, atau kematian.
  • 50. Daftar Pustaka • Latief, S.A., Suryadi, K.A., Dachlan, R. 2009. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi Kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. Jakarta: FK UI • Pramono, A., 2008. Study Guide Anestesiologi dan Reanimasi. Yogyakarta : FK UMY. • Wirdjoatmodjo, K., 2000. Anestesiologi dan Reanimasi Modul Dasar untuk Pendidikan S1 Kedokteran. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional • Pratiwi, A. 2010. Pengelolaan Anestesi Umum pada Kistektomi. Bagian SMF ilmu Anestesi. FK UNS • Barash, P. G., Cullen, B. F., Stoelting, R. K., Cahalan, M. K., Stock, M. C. 2009. Handbook of Clinical Anesthesia. 6th edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins. • Budiono, Uripno. Anestesi umum dalam Anestesiologi. Fakultas Kedokteran UNDIP. 2010 • Desai AM, General Anesthesia. Available at http://emedicine.medscape.com/article/1271543-overview#showall. Accessed on August 25 2016. • General Anesthesia. Available at http://www.mayoclinic.com/health/anesthesia/MY00100 Accessed on August 25 2016. • Hines, R. L., Marschall, K. E. 2008. Stoelting’s Anethesia and Co-existing Disease 5th edition. New York: Elsevier. • Howley JE, Routh PA. Anesthesia delivery system: Basic of anesthesia 5th ed. Philadelphia. Churcill livingstone. 2007 • Miller, R. D., Erikkson, L. I., Fleisher, L. A., Wiener, J. P., Young W. L. 2009. Miller’s Anesthesia. 7th Edition. New York: Elsevier. • Taylor D. Choice of anestestic technique: Basic of anesthesia 5th ed. Philadelphia. Churcill livingstone. 2007 • Krisdiyanto H., 2012. Kemudahan Pemasangan Sungkup Laring dengan Induksi Thiopentone + Midazolam dan Propofol + Midazolam. Karya Akhir. Semarang: Universitas Diponegoro • Satoto H., 2008. Pengaruh Anestesi Sevofluran and Enfluran Terhadap Klirens Kreatinin. Karya Akhir. Semarang: Universitas Diponegoro. • Gamawati, Dian Natalia dan Sri Herawati. 2013. Trauma Laring Akibat Intubasi Endotrakeal. Diakses dari: http://ojs.lib.unair.ac.id • Hariyono, Siswo. 2010. Pengaruh Tindakan Intubasi Trakea terhadap Perubahan Laju Jantung dan Tekanan Darah. Diakses dari: http://digilib.uns.ac.id