MENGENAI LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN DI INDONESIA
1. LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN
A. Pengertian Historis
Kata sejarah dari bahasa Inggris “HISTORY” yang sebenarnya kata HISTORY itu
sendiri berasal dari bahasa Yunani ISTORIA yang berarti orang pandai.
Sejarah/historis adalah suatu keadaan atau kejadian pada masa lampau dimana
adanya peristiwa yang menjadi sebuah acuan untuk mengembangkan suatu
kegiatan atau kebijakan pada saat ini. Mempelajari sejarah sangatlah penting
karena dengan mempelajari sejarah manusia memperoleh banyak informasi dan
manfaat sehingga menjadi lebih arif dan bijaksana dalam menentukan sebuah
kebijakan.Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian
atau kegiatan yang didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah penuh dengan
informasi-informasi yang mengandung kejadian, model, konsep, teori, praktik,
moral, cita-cita, bentuk dan sebagainya (Pidarta, 2007: 109). Yang dimaksud
dengan landasan historis pendidikan adalah sejarah pendidikan di masa lalu yang
menjadi acuan terhadap pengembangan pendidikan di masa kini.
B. Landasan Historis Pendidikan Nasional Indonesia
Landasan historis pendidikan Nasional Indonesia tidak terlepas dari sejarah
bangsa indonesia itu sendiri. Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses
sejarah yang cukup panjang sejak zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit
sampai datangnya bangsa lain yang menjajah serta menguasai bangsa Indonesia.
Beratus-ratus tahun bangsa Indonesia dalam perjalanan hidupnya berjuang untuk
menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka, mandiri serta
memiliki suatu prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup serta filsafat
hidup bangsa. Pada akhirnya bangsa Indonesia menemukan jati dirinya, yang di
dalamnya tersimpul ciri khas, sifat dan karakter bangsa yang berbeda dengan
bangsa lain. Para pendiri negara kita merumuskan negara kita dalam suatu
Nama : Windarti
NIM : 06022681519011
2. rumusan yang sederhana namun mendalam, yang meliputi 5 prinsip (lima sila)
yang kemudian diberi nama Pancasila. Jadi, secara historis nilai-nilai yang
terkandung dalam setiap sila Pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi
dasar negara Indonesia secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa
Indonesia sendiri. Sehingga asal nilai-nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah
dari bangsa Indonesia sendiri. Konsekuensinya, Pancasila berkedudukan sebagai
dasar filsafat negara serta ideology bangsa dan negara, bukan sebagai suatu
ideology yang menguasai bangsa, namun justru nilai-nilai dari sila-sila Pancasila
itu melekat dan berasal dari bangsa Indonesia itu sendiri. Sejarah pendidikan
dunia yang memberikan pengaruh pada pendidikan zaman sekarang meliputi
zaman-zaman:
1. Realisme
2. Rasionalisme
3. Naturalisme
4. Developmentalisme
5. Nasionalisme
6. Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme, serta
7. Sosialisme
C. Implikasinya Dalam Praktek Pembelajaran Bidang Studi
Pada dasarnya landassan pendidikan di Indonesia itu tidak lepas dari
sejarah bangsa Indonesia pada masa lampau yang pernah di jajah oleh kaum
penjajah pada masa itu. Berdasarkan penjelasan tersebut kita bisa mengetahui
bagaimana perkembangn pendidikan di Indonesia pada masa merintis
kemerdekaan mulai dari pendirian INS (Indonesisch Nederlandse School), Taman
Siswa oleh Ki Hajar Dewantara sampai pada sampai pada pendirian organisasi
Islam (1912) yang akhirnya berkembang menjadi pendidikan agama Islam.
Sebenarnya pendidikan yang kita laksanakan sekarang ini masih
mengadop pendidikan pada penjajahan kolonial, misalnya pembagian mata
pelajaran, kurikulum, pembagian kelas-kelas dalam sekolah serta aspek-aspek
dalam pembelajaran lainnya. Hal itu menunjukkan implikasi pendidikan yang
diterapkan oleh penjajah pada masa lampau yang terus kita kembangkan secara
3. terus menerus dan berkesinambungan. Seyogyanya kita patut bersyukur kepada
pendahulu kita yang telah banyak memberikan kontribusi pendidikan di
Indonesia.
D. Implikasi sejarah terhadap konsep pendidikan nasional Indonesia
Masa lampau memperjelas pemahaman kita tentang masa kini. Sistem
pendidikan yang kita miliki sekarang adalah hasil perkembangan pendidikan yang
tumbuh dalam sejarah pengalaman bangsa kita pada masa yang telah lalu
(Nasution, 2008: v). Pembahasan tentang landasan sejarah di atas memberi
implikasi konsep-konsep pendidikan sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan
Pendidikan diharapkan bertujuan dan mampu mengembangkan berbagai
macam potensi peserta didik serta mengembangkan kepribadian mereka secara
lebih harmonis. Tujuan pendidikan juga diarahkan untuk mengembangkan aspek
keagamaan, kemanusiaan, kemanusiaan, serta kemandirian peserta didik. Di
samping itu, tujuan pendidikan harus diarahkan kepada hal-hal yang praktis dan
memiliki nilai guna yang tinggi yang dapat diaplikasikan dalam dunia kerja nyata.
b. Proses Pendidikan
Proses pendidikan terutama proses belajar-mengajar dan materi pelajaran
harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik, melaksanakan
metode global untuk pelajaran bahasa, mengembangkan kemandirian dan
kerjasama siswa dalam pembelajaran, mengembangkan pembelajaran lintas
disiplin ilmu, demokratisasi dalam pendidikan, serta mengembangkan ilmu dan
teknologi.
c. Kebudayaan Nasional
Pendidikan harus juga memajukan kebudayaan nasional. Emil Salim dalam
Pidarta (2008: 149) mengatakan bahwa kebudayaan nasional merupakan puncak-
puncak budaya daerah dan menjadi identitas bangsa Indonesia agar tidak ditelan
oleh budaya global.
4. d. Inovasi-inovasi Pendidikan
Inovasi-inovasi harus bersumber dari hasil-hasil penelitian pendidikan di
Indonesia, bukan sekedar konsep-konsep dari dunia Barat sehingga diharapkan
pada akhirnya membentuk konsep-konsep pendidikan yang bercirikan Indonesia.
E. Landasan Historis Mengenai Masalah Kurikulum
Perkembangan Kurikulum di indonesia selalu berubah-ubah dalam pendidikan
masa kini kurikulum yang di pakai yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) merupakan angin segar bagi dunia pendidikan dasar dan menengah.
KTSP dimaknai sebagai kurikulum operasional yang disusun oleh dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Ini berarti satuan pendidikan
tertantang untuk menterjemahkan standar isi yang ditentukan oleh Depdiknas.
Bahkan diharapkan sekolah mampu mengembangkan lebih jauh standar isi
tersebut. Meskipun sekolah diberi kelonggaran untuk menyusun kurikulum,
namun tetap harus memperhatikan rambu-rambu panduan KTSP yang disusun
oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Hal ini diharapkan agar selalu
ada sinkronisasi antara standar isi dan masing-masing KTSP. Dalam prakteknya,
peluang ini juga akan menghadapi kendala yang tidak ringan, Pertama, belum
semua guru atau bahkan kepala sekolah mempunyai kemampuan untuk menyusun
kurikulum. Kedua, semua komite sekolah atau bahkan orang Depdiknas belum
memahami tatacara penyusunan sebuah kurikulum yang
baik. Ketiga, kebingungan pelaksana dalam menerjemahkan KTSP. Sudah sering
dikemukakan oleh berbagai kalangan, ketidaklogisan KTSP terjadi karena seolah
diberikan kebebasan untuk mengolaborasikan kurikulum inti yang dibuat
Depdiknas, tetapi evaluasi nasional oleh pemerintah dengan melalui Ujian
Nasional (UN) justru yang paling menentukan kelulusan siswa.
5. DAFTAR PUSTAKA
Pidarta, Made. 2007. Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Feriana, Okto. (19 Oktober 2013). Landasan Historis Pendidikan.
http://oktoferiana.blogspot.co.id/2013/10/landasan-historis-
pendidikan_19.html