Tiga kalimat:
1. Sejarah perkembangan pendidikan dunia mulai dari Yunani Kuno, Romawi, hingga masa Scolastik berimbas pada perubahan sistem, tujuan, dan proses pendidikan di Indonesia.
2. Pendidikan Yunani menekankan pembentukan jasmani dan rohani secara seimbang di Athena, sedangkan di Sparta lebih menekankan pendidikan militeristik.
3. Pendidikan Romawi awal lebih menekankan pembent
1. LANDASA HISTORIS PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DUNIA DALAM KONSEP
PENDIDIKAN DI INDONESIA
Abstraksi : Belajar sejarah sama artinya berdialog dengan masyarakat dan bangsa manapun dan di
saat kapan pun. Dari pengalaman sejarah itu orang dapat menimba pengalaman-pengalaman dalam
menghadapi dan memecahkan problem-problem kehidupan dalam segala aspeknya seperti politik,
ekonomi, sosial dan budaya. Pada dasarnya problem-problem kehidupan manusia hampir sama, yang
berbeda adalah detail dan intensitasnya. Cara mengatasi dan memberikan tanggapan terhadap
masalah, baik secara intelektual maupun secara emosional, juga tidak terlalu berbeda. Dengan belajar
sejarah, sikap dan kepribadian seseorang akan menjadi lebih matang.
Terciptanya konsep pendidikan tak lepas dari sejarah masa lampau yang kemudian berkembang
sehingga melahirkan hasil perubahan peradaban dan kebudayaan yang membawa dampak dan
berimbas keranah pendidikan yang dapat merubah tujuan pendidikan, sistem pendidikan dan proses
pendidikan. Dalam tulisan ini akan membahas sejarah perkembangan pendidikan dunia, termasuk
proses dialektika para tokoh dan teori pada waktu itu, dan bagaimana implikasinya bagi konsep
pendidikan di Indonesia. Akhir dari tulisan ini dapat disimpulkan bahwa sejarah perkembangan
pendidikan dunia mampu merubah wajah pendidikan di Indonesia, mulai dari tujuan, sistem dan proses
pendidikan, namun perubahan tersebut tidak membuat masyarakat tercabut dari akar budaya lokal
keindonesiaan mereka.
Kata kunci: landasan historis, perkembangan pendidikan dunia, pendidikan Indonesia
A Pendahuluan
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk
memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan (Purwanto, 2002).
Rumusan tentang pendidikan, lebih jauh termuat dalam UU. No. 20 Tahun 2003, bahwa pendidikan
Indonesia bertujuan agar masyarakat Indonesia mempunyai pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Artinya, arah dari proses pendidikan nasional mencakup berbagai aspek kehidupan diri
manusia dan masyarakat untuk survive dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dari beberapa definisi tersebut menunjukkan melihat pendidikan dari sudut pandang yang
berbeda. Yang pertama, melihat dari sudut pandang psikologis, dan yang kedua dari sudut pandang
sosiologis. Banyak sudut pandang untuk dapat merumuskan pengertian pendidikan sehingga
banyak juga definisi tentang pendidikan. Namun demikian, yang jelas bahwa pendidikan adalah
proses untuk membina diri seseorang dan masyarakat agar dapat survive dalam menjalani
hidupnya.
Pendidikan tidak hanya berbicara tentang saat ini, numun juga harus berpijak pada masa lalu,
untuk menjadikan kehidupan manusia yang lebih maju, dan terus berkembang. Terkait dengan hal
2. itu antara pendidikan saat ini tidak bisa lepas dari sejarah dialektika para tokoh pendidikan dunia
dengan seperangkat teori mereka pada masa lalu.
Sejak jaman Sokrates, Herodotos (484 – 425 s.M), dan Thucydides (456 – 396) orang
memandang sejarah sebagai teladan kehidupan. Teori ini disebut sebagai the examplar theory of
history. Sejarah dapat memberikan nilai atau norma yang dapat dijadikan pedoman bagi kehidupan
sehari-hari. Bagi orang Cina sejarah merupakan cermin kehidupan. Tradisi penulisan sejarah bagi
bangsa Cina sudah sangat tua. Raja atau dinasti yang sedang berkuasa berkewajiban untuk
menuliskan sejarah raja atau dinasti yang digantikannya. Frasa semacam itu dalam bangsa Romawi
kuno diungkapkannya dalam adagium : historia vitae magistra, yang berarti sejarah adalah guru
kehidupan. Agar dapat hidup dengan lebih baik orang harus berguru kepada sejarah.
Dengan belajar sejarah akan memungkinkan seseorang untuk dapat memandang sesuatu
secara keseluruhan (to see things whole). Sejarah menawarkan begitu banyak dan bervariasi (the
multiplicity or variety) kondisi dan pengalaman manusia. Tidak ada disiplin ilmu yang mampu
menyajikan rekaman pengalaman manusia yang begitu menyeluruh, selain sejarah. Agama, filsafat,
dan ilmu-ilmu sosial lainnya memberikan sumbangan yang sama, namun hanya sebatas dan
menurut cara ilmu itu sendiri. Dimensi keseluruhan dalam sejarah diharapkan akan mampu
membangun keutuhan kepribadian manusia.
Sejarah memiliki peranan penting dalam pembentukan identitas dan kepribadian bangsa.
Suatu masyarakat atau bangsa tak mun gkin akan mengenal siapa diri mereka dan bagaimana
mereka menjadi seperti sekarang ini tanpa mengenal sejarah. Sejarah dengan identitas bangsa
memiliki hubungan timbal-balik. Akar sejarah yang dalam dan panjang akan memperkokoh
eksistensi dan identitas serta kepribadi suatu bangsa. Bangsa itu, karenanya, akan bangga dan
mencintai sejarah dan kebudayaannya.
Terciptanya konsep pendidikan tak lepas dari sejarah masa lampau yang kemudian
berkembang sehingga melahirkan hasil perubahan peradaban dan kebudayaan yang membawa
dampak dan berimbas keranah pendidikan. Dalam dunia pendidikan khususnya sejarah memiliki
manfaat bagi sitem pendidikan yaitu : Terciptanya perubahan sistem pendidikan, munculnya
perubahan kebijakan dalam dunia pendidikan, perubahan proses dalam sistem pembelajaran.
B Rumusan Masalah
1 Bagaimana sejarah perkembangan pendidikan dunia mulai masa klasik sampai abad 20?
2 Bagaimana implikasi sejarah perkembangna pendidikan dunia terhadap konsep pendidikan di
Indonesia?
3. C Perkembangan Pendidikan pada Masa Yunani
Pendidikan adalah usaha manusia untuk kepentingan manusia. Jadi pada saat manusia itu ada dan
masih ada, pendidikan itu telah dan masih ada pula. Pada kenyataannya dapat kita telaah bahwa
praktek pendidikan dari zaman ke zaman mempunyai garis persamaan. Garis persamaan atau
benang merah pendidikan itu ialah:
a Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan yang tidak dapat dipisahkan.
b Pendidikan merupakan kegiatan yang bersifar universal.
c Praktek pelaksanaan pendidikan memiliki segi-segi yang umum sekaligus memiliki keunikan
(ke-khasan) berkaitan dengan pandangan hidup masing-masing bangsa.
Yunani kuno terbagi menjadi dua, Sparta dan Athena. Penduduk Sparta disebut bangsa Doria,
sedangkan penduduk Athena disebut bangsa Lonia. Kedua negara tersebut merupakan Polis atau
negara kota. Sparta dengan ahli negaranya Lycurgus, sedang Athena dengan ahli negaranya Solon.
Pada kedua negara tersebut terdapat perbedaan-perbedaan dalam dasar, tujuan, pelaksanaan
pendidikan dan pengajaran. Orang-orang Sparta mementingkan pembentukan jiwa patriotik yang
kuat dan gagah berani (Djumhur, 1976:24).
1 Sparta
Sparta adalah negara Aristokrasi-militeristis. Dasarnya Undang-undang Lycurgus (± 900 SM).
Ciri pendidikan: pendidikan diselenggarakan oleh negara dan hanya untuk warga negara
merdeka. Pendidikan di Sparta didasarkan atas dua asas:
a Anak adalah milik negara;
b Tujuan pendidikan adalah membentuk serdadu-serdadu pembela negara serta warga
negara. Tujuan pendidikan Sparta adalah membentuk warga negara yang siap membela
negara (membentuk tentara yang gagah berani).
Ciri-ciri pendidikannya adalah :
a Pendidikan diperuntukkan hanya bagi warga negara yang merdeka (bukan budak);
b Lebih mengutamakan pendidikan jasmani.
c Anak-anak yang telah mencapai umur 7 tahun diasramakan.
Pelaksanaan pendidikan: anak-anak dibiasakan menahan lapar, tidur di atas bantal rumput, dan
pada musim dingin hanya memakai mantel biasa saja. Sifat-sifat yang harus dimiliki tentara,
seperti keberanian, ketangkasan, kekuatan, cinta tanah air, dan tunduk pada disiplin selalu
mendapat perhatian.
Sebaliknya, pelajaran seperti kesenian dianggap tidak terlalu penting dan diabaikan. Musik dan
nyanyian hanya dijadikan alat untuk mempengaruhi jiwa dalam melaksanakan dinas ketentaraan
(Ahmadi, 1987:162).
4. 2 Athena
Athena adalah n egara demokrasi. Dasar yang dipakai adalah: Undang-undang Solon (± 594
SM). Berbeda dengan Sparta, tujuan pendidikan Athena adalah: membentuk warganegara
dengan jalan pembentukan jasmani dan rohani yang harmonis (selaras). Ciriciri pendidikan di
Athena adalah:
a Pendidikan diselenggarakan oleh keluarga dan sekolah;
b Sekolah diperuntukkan bagi seluruh warga negara (bebas).
Materi atau bahan pelajaran terbagi atas dua bagian: gymnastis dan muzis. Gymnastis untuk
pembentukan jasmani, sedangkan muzis untuk pembentukan rohani. Pendidikan jasmani
diberikan di Palestra, tempat bergulat, lempar cakram, melompat, lempar lembing (pentathlon
atau pancalomba). Pembentukan muzis meliputi: membaca, menulis, berhitung, nyanyian, dan
musik.
Dalam perkembangannya dalam pembentukan muzis akan dipelajari artes liberales atau “seni
bebas”, yang terdiri dari:
a trivium (tiga ajaran), yaitu: grammatica; rhetorica (pidato); dan dialektika yaitu ilmu
mengenai cara berpikir secara logis dan bertukar pikiran secara ilmiah;
b quadrivium (empat ajaran), yang terdiri dari: arithmetica (berhitung); astronomia (ilmu
bintang); geometria (ilmu bumi alam dan falak); musica. (Djumhur: 1976).
D Perkembangan Pendidikan pada Masa Romawi
Pendidikan Romawi tampak lebih sederhana dan lebih disesuaikan dengan kebutuhan negara jika
dibandingkan dengan pendidikan Yunani. Roma yang pada awalnya adalah negara petani,
mengalami dua masa yang masing-masing berbeda baik tujuan maupun alat-alat pendidikannya,
yaitu jaman Romawi lama dan jaman Romawi baru (Hellenisme).
1 Jaman Romawi Lama
Pendidikan pada jaman ini bertujuan membentuk warganegara yang setia dan berani, siap
berkorban membela kepentingan tanah airnya. Diutamakan pembentukan warganegara yang
cakap sebagai tentara. Pendidikan diselenggarakan oleh keluarga, dan merupakan pendidikan
bangsawan bukan pendidikan rakyat. Materi pelajarannya meliputi membaca, menulis, dan
berhitung.
Pendidikan jasmani dan kesusilaan menjadi prioritas. Hasil pendidikan dinilai baik, karena:
a Kebiasaan aturan dalam rumah tangga yang keras, ayah mempunyai kekuasaan
mutlak dan anak-anak patuh pada perintahnya;
b Kedudukan ibu hampir sama dengan kedudukan ayah, ia menjadi pemelihara rumah
tangga;
5. c Agama mempunyai pengaruh besar, orang Romawi percaya dikelilingi oleh
dewadewanya;
d Anak-anak mempelajari Undang-Undang negaranya, menganggapnya sakti
2 Jaman Romawi Baru (Helenisme)
Hellenisme adalah aliran kebudayaan yang diciptakan oleh ahli-ahli filsafat Yunani (Hellas).
Sejak saat itu bangsa Romawi mulai menyadari arti penting ilmu pengetahuan. Dengan demikian
maka tujuan pendidikan mengalami perubahan: untuk pembentukan manusia yang harmonis.
Pendidikan ratio dan kemanusiaan (humanitas) menjadi prioritas. Sedankan organisasi sekolah
yang dibentuk meliputi:
a sekolah rendah: pelajarannya membaca, menulis, dan berhitung. Musik dan menyanyi
tidak mendapat perhatian;
b Sekolah menengah: pelajarannya ilmu pasti, ilmu filsafat, dan kesusasteraan klasik;
c sekolah tinggi: diberikan keahlian pidato, hukum, dan undang-undang.
E Perkembangan Pendidikan pada Masa Scolastik
Scholastik merupakan usaha ilmiah untuk membuat supaya pelajaran-pelajaran gereja dapat
dipahami dengan memberikan bukti-bukti yang logis. Kehidupan duniawi dianggap hanya sebagai
landasan bagi hidup di alam baka. Apabila di Yunani dan Romawi ada orang tunduk pada negara,
maka kini tunduk pada gereja.
Sekolah-sekolah yang didirikan pada masa ini antara lain:
1 Sekolah Biara.
Pertama didirikan oleh Benedictus dari Nurcia tahun 520. Tujuannya adalah: mendidik anak
untuk calon penghuni biara dan untuk kehidupan dalam masyarakat.
Pada perkembangannya muncul 2 macam sekolah: sekolah untuk mendidik calon rahib, dan
sekolah luar untuk kepentingan kehidupan masyarakat, namun demikian gurunya sama.
Mata pelajarannya meliputi: bahasa latin (bahasa pengantar); agama; membaca; menulis; dan
menyanyi. Bagi kelas-kelas tinggi: agama; sejarah; dan the seven liberal arts. Kepala sekolah
gereja disebut scholarum, yang kemudian berubah menjadi scholasticus.
Metode mengajar yang dipakai adalah mekanis, yaitu murid menyebut apa yang disebutkan
oleh guru. Sesudah itu semuanya harus dihafal di luar kepala. Hukuman bagi setiap kesalahan
dengan pukulan;
2 Sekolah Kathedral
Didirikan pada setiap kathedral (gereja pusat), ditempatkan di bawah pemilikan uskup.
Pengajarannya hampir sama dengan sekolah biara, kepala sekolahnya disebut magister;
3 Sekolah Istana.
6. Didirikan di istana sebagai pusat pengetahuan oleh Karel Agung (768814) yang banyak
menaruh minat terhadap pendidikan dan kemajuan rakyat. Sekolah itu dinamakan Schola
Palatina, yang menjadi teladan bagi seluruh kerajaan.
Di sini dididik anak-anak raja dan kaum bangsawan dan juga pemuda-pemuda yang hendak
menjadi pegawai. Pemimpinnya yang terkenal adalah: Aicinus. Banyak pelajar yang datang
dari negeri-negeri lain. Oleh sebab itu sekolah istana Karel Agung memperoleh nama
internasional;
4 Sekolah Cathecismus dan Sekolah Parochi (sekolah nyanyi).
Catechismus adalah pelajaran agama berupa tanya jawab; dan parochi adalah daerah di
bawah seorang parochus atau pastur. Dua sekolah ini dapat dianggap sebagai bentuk
permulaan sekolah rakyat (sekolah umum). Pengajaran diselenggarakan oleh para pendeta
parochi.
F Perkembangan Pendidikan pada Masa Renaissance
Ciri dari masa ini adalah manusia ingin bebas dari ikatan abad pertengahan dan berusaha
mencari pedoman baru dalam kebebasan individu. Cita-cita menjadi pendeta mulai ditinggalkan,
mengarah pada masa kejayaan Republik Romawi. Cita-cita tersebut mendorong dipelajarinya
berbagai pengetahuan. Berbagai aliran muncul pada masa ini, seperti: humanisme, reformasi, dan
kontra reformasi.
1 Humanisme
Lahir di Italia, pelopornya Petrarca dan Bocaccio. Dalam aliran humanisme, Tuhan sebagai
pusat norma tertinggi ditinggalkan, cita-cita manusia dicari pada diri manusia sendiri. Ukuran
kebenaran, kesusilaan, keindahan, dicari dan didapatkan pada manusia. Dampak bagi
pendidikan dan pengajaran: alat pendidikan yang terpenting adalah mempelajari peradaban
klasik.
Tujuan utama pengajaran mempelajari peradaban klasik, bahasa Yunani dan bahasa Latin.
Pendidikan jasmani juga mendapat tempat terhormat. Akibatnya, pendidikan intelek mempunyai
tempat yang terhormat dan menjadi maju, sedangkan pendidikan agama menjadi terbelakang.
Dasar pendidikan etika tidak lagi agama, tetapi etika alam.
Tujuan pendidikan diarahkan pada pembentukan manusia berani, bebas, dan gembira.
Berani diartikan sebagai percaya kepada diri sendiri, bukan taat kepada kekuasaan hanya
Tuhan. Berani pula untuk memperoleh kemashuran yang telah dicita-citakan oleh ahli filsafat
pada jaman Yunani dan Romawi.
2 Reformasi
7. Awalnya muncul di Jerman, dipelopori oleh Luther dan Calvijn. Reformasi merupakan reaksi
terhadap tindakan gereja yang pada masa itu membebani rakyat dengan bermacam pajak.
Penganut aliran ini ingin kembali pada ajaran nasrani, dan hanya mengakui injil sebagai satu-
satunya sumber kepercayaan. Mereka menyangkal kekuasaan Paus dan konsili-konsili
(permusyawaratan gereja), karena pertentangan itulah mereka disebut kaum protestan.
Beberapa tokoh reformasi:
a Luther
Merupakan seorang reformator dari Jerman. Pemikirannya dalam pendidikan:
1 semua anak harus mengunjungi sekolah;
2 Anak-anak belajar hanya beberapa jam sehari, selebihnya waktu digunakan untuk
mempelajari pekerjaan tangan;
3 Anak perempuan belajar satu jam dalam sehari, selebihnya mereka mengerjakan
pekerjaan rumah tangga;
4 Anak-anak miskin yang betul-betul pintar saja yang disuruh belajar;
5 posisi guru dihargai tinggi;
6 Pelajaran agama dianggap sebagai pelajaran paling penting. (Soegiono:1993)
b Calvijn
Dalam buku-bukunya ia banyak mengungkapkan tentang pentingnya pendidikan, serta
pengaruhnya di dalam rumah tangga dan pendidikan agama. Dalam hal bahasa, Calvijn
lebih mementingkan pelajaran bahasa latin.
c Zwingli
Dalam paham paedagogisnya, pelajaran bahasa klasik adalah penting. Ilmu pengetahuan
dan ilmu pasti harus diajarkan, tetapi tidak boleh mengambil waktu terlalu banyak.
Pendapatnya yang baru adalah bahwa setiap murid harus mempelajari satu pekerjaan
tangan. Ia mendirikan sekolah di Zurich, yang kemudian menjadi universitas.
(Soegiono:1993)
3 Kontra Reformasi
Renaissance dialami pula oleh gereja katolik, yang disebut sebagai kontra reformasi. Hal ini
disebabkan oleh konsili di Trente (1543-1563) yang memutuskan akan memperbaiki keadaan
dan menjalankan disiplin yang keras terhadap peraturan-peraturan gereja serta membela diri
terhadap serangan-serangan kaum protestan.
Dalam konsili itu dibicarakan juga usaha-usaha untuk memperluas pendidikan dan pengajaran.
Para uskup harus mendirikan sekolah-sekolah seminari untuk memberi kesempatan anak-anak
dari keluarga kurang mampu bisa masuk dengan gratis, untuk mendidik calon pendeta,
8. mengajarkan agama kepada anak-anak dan orang dewasa dalam bahasa ibu. Organisasinya
disusun seperti susunan ketentaraan dengan paus sebagai jenderalnya.
G Perkembangan Pendidikan pada Masa Realisme
Realis-me menghendaki pikiran yang praktis (Pidarta, 2007). Menurut aliran ini, pengetahuan yang
benar diperoleh tidak hanya melalui penginderaan semata tetapi juga melalui persepsi
penginderaan (Mudyahardjo, 2008).
Aliran realisme muncul dalam bidang pendidikan kurang lebih tahun 1600. Aliran ini bertujuan untuk:
1 Meninggalkan cara-cara pembentukan secara klasik, seperti yang dianjurkan oleh humanisme;
2 Mengarahkan perhatian kepada dunia nyata, kepada alam dan benda-benda yang sebenarnya
Menurut Palmer (2003), aliran ini muncul disebabkan oleh:
1 Munculnya ilmu-ilmu kealaman;
2 Ambruknya sistim pengajaran yang bersifat humanistis. Karena realisme inilah, dunia
pengetahuan yang sampai saat itu masih terpengaruh oleh ajaran Aristoteles mulai goyah.
Munculnya ilmu-ilmu kealaman disebabkan karena manusia berambisi membongkar segala rahasia-
rahasia alam. Maka muncullah penemuan-penemuan hebat, seperti penemuan Copernicus yang
menyatakan bahwa dunia ini berputar mengelilingi matahari (bertentangan dengan pendapat
sebelumnya, yaitu Ptolomaeus bahwa bumilah yang menjadi pusat semesta alam).
Adapun tokoh yang berperan pada masa ini adalah:
a Francis Bacon (1561-1626)
Idenya dalam pendidikan adalah:
(a Usaha-usaha untuk mencari metode baru;
(b Penggunaan metode induksi;
(c Penghargaan besar terhadap matapelajaran-mata pelajaran realita: ilmu bumi, ilmu ayat,
ilmu alam;
(d Penggunaan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar, nukan bahasa latin lagi.
b Johan Amos Comenius (1592-1671)
Hasil karyanya yang terkenal adalah DIDACTICA MAGNA, yang menjelaskan tentang:
(a tujuan pendidikan: pendidikan hendaknya diarahkan pada kehidupan di alam baka, yang
dicapai dengan pembentukan ilmiah dan pendidikan budi pekerti serta kesalehan;
(b metode: pendidikan harus disesuaikan dengan alam;
(c Hukum didaktik: kepastian; urutan yang tepat; kelancaran belajar; dan kecepatan belajar;
(d Pendidikan kesusilaan didasarkan pada ajaran-ajaran agama, bertujuan mencapai empat
kebajikan dari Plato (budi, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan).
9. H Perkembangan Pendidikan pada Masa Pencerahan (Aufklarung)
Pada masa ini manusia ingin bebas dari ikatan gereja dan tradisi, hasilnya gereja dan negara
terpisah. Dalam pendidikan, dituntut agar negara yang harus menyelenggarakan pengajaran,
terutama bagi rakyat umum, lepas sama sekali dari pengaruh gereja (tuntutan ini baru berhasil pada
akhir abad ke-19).
Seluruh gerakan rohaniah dalam pelbagai lapangan itulah yang disebut sebagai Pencerahan,
yang telah menguasai alam pikiran orang di Eropa Barat pada abad ke-18 dan ke-19. dua aliran
maknawiyah yang berkembang dan saling mempengaruhi saat itu adalah:
1 Empirisme
Aliran ini beranggapan bahwa sumber dari segala pengetahuan dan kebenaran adalah
empiri atau pengalaman. Segala sesuatu harus dicari dari bahan-bahan yang telah kita peroleh
dari pengalaman kita sendiri. Paham ini berasal dari Inggris, dipelopori oleh Francis Bacon
(1561-1626).
Dalam paham ini, ilmu pengetahuan didapatkan dengan penyelidikan sendiri, harus dicari
gejala-gejalanya, kemudian menyusunnya dengan teliti dan dengan menempuh jalan induksi
sampai pada hukum-hukum yang umum. Oleh karena itu empiri dan induksi merupakan satu-
satunya jalan untuk memperoleh pengetahuan. Aliran ini kemudian lebih diperluas dan
diuraikan oleh kaum empiris bangsa Inggris lainnya, seperti John Locke, Berkeley, dan Hume.
2 Rasionalisme
Aliran ini lahir di Prancis dan tokoh utama dalam aliran ini adalah Descartes (1596-1650), ia
berpendapat bahwa sesuatu itu dianggap benar jika sesuai dengan akal fikiran. Fikiran
manusia akan sanggup memecahkan segala persoalan. Untuk menuju ke arah kemajuan dan
kesempurnaan, ditempuh jalan fikiran yang sehat. Raionalisme merupakan kelanjutan dari
perlawanan terhadap ajaran-ajaran yang bersifat dogmatis dan tradisi, yang mulai tampak pada
abad ke-15 dan ke-16.
Menurut rasionalisme, pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pengamatan alat indra
(induksi) masih diragukan kebenarannya. Yang jelas dan dapat dipercaya adalah kenyataan
bahwa manusia itu berpikir. Ia berpikir dengan akalnya, maka akal budi itulah yang berkuasa
dalam hidupnya.
3 Zaman Naturalisme
Sebagai reaksi terhadap aliran Rasionalisme, pada abad ke-18 muncullah aliran Naturalisme
dengan tokohnya, J. J. Rousseau. Aliran ini menentanghidupan yang tidak wajar sebagai akibat
10. dari Rasio-nalisme, seperti korupsi, gaya hidup yang dibuat-buat dan sebagainya. Naturalisme
menginginkan keseim-bangan antara kekuatan rasio dengan hati dan alamlah yang menjadi guru,
sehingga pendidikan dilaksanakan secara alamiah. Naturalisme menyatakan bahwa manu-sia
didorong oleh kebutuhan-kebutuhannya, dapat me-nemukan jalan kebenaran di dalam dirinya
sendiri (Mudyahardjo, 2008).
I Perkembangan Pendidikan pada Abad Ke-19
Pada abad ini, pendidikan mengalami kemajuan yang sangat pesat. Beberapa penyebab
terjadinya kemajuan tersebut adalah:
1 Revolusi Prancis
Pengaruhnya dalam bidang pendidikan, rakyat umum menuntut pula hak-haknya di
lapangan pendidikan dan pengajaran. Bahwa pengajaran jangan hanya dinikmati oleh kaum
bangsawan dan hartawan saja. Orang m ulai menganggap bahwa sekolah sebagai suatu
lembaga penting yang dapat memelihara dan memajukan negara dan masyarakat. Oleh
karena itu pengajaran harus diperluas dan harus diselenggarakan oleh negara (bukan gereja).
Revolusi di bidang pendidikan mencapai puncaknya ketika Konvensi Nasional berhasil
memberikan pendidikan gratis kepada semua warga negara (1791).
2 Revolusi Industri
Perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu alam menyebabkan perubahan
besar di sektor industri (Purwanto:2002). Perkembangan teknik menghasilkan penemuan-
penemuan baru dan memungkinkan munculnya berbagai industri, yang sebelumnya dikerjakan
dengan tangan, mulai dikerjakan dengan mesin. Pabrik-pabrik tumbuh di mana-mana.
Pengaruh revolusi industri di bidang pendidikan dan pengajaran cukup besar. Sejak itu
pengajaran harus diberikan pada jumlah murid yang besar (pengajaran massa). Sistem
pengajaran sekepala diganti dengan sistem pengajaran klasikal.
Di bawah ini beberapa tokoh pendidikan yang besar pengaruhnya pada abad ke-19,
yaitu:
a Johan Heinrich Pestalozzi (1746-1827)
Dilahirkan di Zurich (Swiss). Pestalozzi menghendaki pendidikan yang disesuaikan dengan
perkembangan jiwa anak. Bakat yang dibawa anak sejak lahir harus dikembangkan,
sehingga anak dapat mencapai kepribadian yang sejati.
Tugas pendidik adalah menolong anak dalam pembentukan diri sendiri. Pestalozzi
menghendaki perbaikan masyarakat melalui pendidikan individu dengan pertolongan
keluarga, terutama oleh ibu.
11. Dalam didaktiknya, semua pengajaran harus berpangkal pada pengamatan benda-benda
yang sebenarnya. Pestalozzi membedakan tiga unsur yang harus dikembangkan oleh
pengajaran, yaitu: Bunyi (kata); Bentuk; dan Bilangan.
b Johann Friedrich Herbart (1776-1841)
Dilahirkan di Oldenburg (Jerman). Herbart adalah seorang pelopor yang terbesar dari
intelektualisme, yaitu sebuah paham bahwa kemajuan di bidang rohaniah hanya dapat
dicapai melalui akal dan pengetahuan saja.
Pada tahun 1806 ia menulis Allgemeine Paedagogik (paedagogik umum), yang merupakan
ilmu mendidik yang berdasarkan ilmu filsafat dan ilmu jiwa. Herbart adalah seorang ahli fikir
pertama yang melihat paedagogik sebagai ilmu pengetahuan praktis yang berdasarkan
pada:
(a Ilmu filsafat, yang menentukan tujuan pendidikan;
(b Ilmu jiwa, yang menentukan jalan dan alat-alat untuk sampai pada tujuan itu. (dalam
Soegiono:1993)
Tujuan pendidikan menurut Herbart adalah kebajikan, dan untuk mendapatkannya
diperlukan pengetahuan. Maka pendidikan dan pengetahuan berfungsi memberikan
pengetahuan itu.
c Friedrich Frobel (1782-1852)
Dilahirkan di Thuringen (Jerman) pada 1782. Dia pertama kali mendirikan sebuah sekolah
bagi anak-anak kecil pada tahun 1837 di Blankenburg, yang dinamakannya “kindergarten”
(Taman Kanak -kanak). Di sekolah tersebut diutamakan bermain, menyanyi dan pekerjaan
tangan.
Dalam bukunya Menschenerziehung Frobel (dalam Soegiono:1993) mencoba memberikan
dasar filsafat pada sis ti m pendidikannya. Pokok ajarannya adalah sebagai berikut:
“segala sesuatu merupakan satu kesatuan yang dikuasai oleh satu hukum yang sama dan
sumber yang sama, yaitu Tuhan. Tuhan ada pada segenap isi alam semesta. Tuhan
menciptakan manusia menurut contohnya.
Oleh karena itu, manusia harus bekerja dan berkarya menurut contoh Tuhan. Dorongan
untuk mencipta ini ada pada setiap manusia, juga pada anak. Dorongan mencipta pada
anak harus dikembangkan dengan seksama, karena anak harus dibentuk menjadi manusia
yang berbudi baik dan dapat menciptakan serta memajukan kebudayaan.
Frobel menghendaki agar pengajaran disesuaikan dengan kebutuhan dan alam anak-anak.
Anak-anak harus dibawa ke arah ketertiban, penguasaan diri, dan keaktifan. Hal itu dapat
dicapai dengan jalan pekerjaan, karena pada setiap anak selalu ada dorongan untuk
13. Kemajuan yang dicapai oleh masyarakat pada abad ke 19 memberikan dampak yang cukup
signifikan kepada pendidikan di abad setelahnya. Dunia serasa semakin sempit dan mengecil hingga
akhirnya menjadi litle village kondisi ini tentunya memicu percepatan arus informasi, awal abad ini
pula ditandai deng an munculnya dua perang dunia, menimbulkan sebuah pemaknaan tersendiri bagi
nasionalisme pendidikan, eropa membuat blok nasionalisme lebih besar dalam suatu batasan
regional tertentu, sementara asia afrikan nasionalisme semakin menyempit menjadi nasionalisme
negara sebaggai akibat keinginan untuk merdeka dari hegemoni barat.
Penggolongan pendidikan pada abad ke 20 digolongkankan menjadi tiga golongan
(Suparlan:1976)
1 Aliran Kepribadian
Aliran kepribadian memberikan reaksi kepada pendidikan yang dirasakan terlalu intelektualistik,
intelektualisme hanya mengutamakan pembentukan kecerdasan tanpa mengindahkan
pendidikan watak. Aliran ini ingin membetnuk manusia yang dapat menguasai diri dan
mengenmabngkan kabajikan-kebajikan. Tokoh dari aliran ini antara lain Foerster, Pestalozzi,
Gaudig Scheibner, tagore, dan Kihajar Dewantara.
2 Aliran Pembaharuan pengajaran.
Adalah mereka yang tidak puas terhadap pelaksanaan pengajran yang sedang berlaku di saat
itu. Mereka mulai mengadakan percobaan-percobaan baru di dalam dunia pengajaran, dan
melaksanakan pendapat-pendapat baru di bidang Psikologi, tokohnya antara lain adalah
Montesori, Helen Parkhurst, Decroly dan Tagore.
Tiga aliran ini sebanarnya tidak berdiri pada kutub yang ekstrem, Ketiga penggolongan ini muncul
sebagai suatu kritik sistem dari era sebelumnya yang mengabaikan aspek-aspek fundamental dari
peseta didik dan sistem pembelajaran yang ada.
1 Tokoh-tokoh Pendidikan abad ke-20
1 George Kerschensteiner. (1854-1932)
Ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan ialah pembentukan watak dan pembentukan warga
negara yang baik. Definisi baik disini sangat erat kaitannya dengan sejauh mana warga negara
tersebut cakap dan sanggup menjalankan pekerjaan untuk berbakti kepada masyarakat. Dia
memberikan ciri kepada warga negara yang baik yaitu:
a Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan.
b Tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan negara.
14. c Dalam menunaikan tugas tersebut haruslah disesuaikan kesempurnannya, agar
dengan jalan itu tiap warga negara ikut membantu mempertinggi dan menyempurnakan
kesusilaan dan keselamatan warga. (Palmer:2003)
George Kerschensteiner berpendapat bahwa kewajiban utama sekolah adalah mempersiapkan
anak-anak untuk dapat bekerja, sehingga tujuan sekolah adalah:
a Menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang didapat dari buku atau orang lain,
dan yang didapat dari pengalaman sendiri, yang tersebut terakhir inilah yang paling penting
b Agar anak mendapat memiliki kemampuan dan kemahiran baru.
c Agar anak memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan mengabdi kepada negara.
Teori ini menjadi sebuah landasan dari Sekolah menegah kejuruan atau SMK dia membagi
menjadi tiga golongan sekolah keterampilan yaitu: sekolah perindustrian, sekolah perdagangan,
dan sekolah rumah tangga. (Suparlan:1976)
2 John Dewey (1859-1952).
Menurut dewewy sekolah harus menjadi tempat persiapan anak untuk terjun ke dalam
masyarakat. Seluruh pendidikan dewey didasarkan atas aliran pragmatisme. Artinya sesuatu
pengetahuan berdasar atas berguna atau tidak berguna dalam kehidupan manusia
(Palmer:2003).
Apa yang tidak berguna tidak perlu diajarkan sekolah. Sebaliknya apa yang menguntungkan
bagi hidupnyalah yang harus diajarkan. Alirannya sangat dipengaruhi oleh alirah Behaiorisme
dan pragmatisme. John dewey memandang jiwa sebagai sesuatu yang fungsional dalam hidup
sosial.
Dia juga berpendapat bahwa anak didik harus selalau dilatih untuk mengembangkan
kegiatannya sendiri, yang ada hubungannya dengan masyarakat. Dan semua itu harus ada di
dalam sekolah. Dewey juga terkenal dengan sebutan metode proyek. Di dalam rpoyek itu anak
bebas menentukan ppilihan terhadap pekerjaan merancang serta memimpinnya.
3 Maria Montessori (1870-1952)
Montessori berpendapat bahwa pendidikan harus berdasar kepada prinsip (Palmer:2003) :
a Semua pendidikan adalah mendidik diri sendiri.
b Kodrat alam
c Kemerdekaan (kebebasan)
Dia berpendapat bahwa prinsip pertama di dalam pendidikan adalah mendidik diri sendiri, ia
berpendirian bahwa pendidik hanya berfungsi sebagai pembantu, atau penolong anak di dalam
perkembangan. Ketika anak mengerjakan sesuatu secara sendirian maka anak akan semakin
maju.
15. Prinsip kedua tentang kodrat alam Montesori berpendapat bahwa menurut alam kodratnya anak
itu selalau berkembang. Perkembangan itu selalau datangnya dari alam. Pandangannya ini
berdampak kepada pemberian reward and punishment, Alamlah yang akan memberikan
balasan atas segala yang dilakukan oleh peserta didik.
Dalam prinsip kemerdekaan, kemerdekaan adalah milik semua makhluk, bahwa setiap makhluk
ingin memiliki kemerdekaan (kebebasan), dalam hal anak dapat dibedakan kemerdekaan lahir
atau kemerdekaan batin.
Montessori juga mendirikan casa de bambini, yang merupakan lembaga pendidikan untuk anak-
anak dengan nuansa kekeluargaan yang kental. Peralatan-peralatan yang serba kecil yang
dapat mempermudah anak-anak untuk mengoprasikannya, serta kamar-kamar yang dihias
dengan gambar-gambar yang indah. Pendidik tidak disebut guru namun dia disebut pemimpin.
4 Rabindranath Tagore (1861-1941)
Ia tokoh humanis dari india, prinsip pendidikannya didasari dari kondisi sosioantropologis di india
saat itu yang masih menganut sistem kasta. Pendidikan mendahulukan golongan atasan karena
golongan inilah yang memiliki pengaruh kepada rakyat jelata dan diharapkan golongan atas
dapat memberikan (meneteskan) pendidikan dan pengajaran ke pada rakyat jelata. Pendidikan
baginya adalah untuk seluruh rakyat dan dilakukan oleh rakyat, pandangan ini mempengaruhi
proses pendidikan di Indonesia seperti sekolah kerja kayut tanam dan taman siswa.
( Kumalasari:2007)
Dia juga menekankan kepada pendidikan ketuhanan untuk pembentukan kata hati, dia tidak
membedakan agama yang satu dengan agama yang lain. Dan pendidikan sebaiknya
diselenggarkan oleh asrama agar dapat dilakukan pembinaan yang intensif.
K Implikasi Sejarah Pendidikan Dunia Terhadap Konsep Pendidikan Nasional Indonesia
Masa lampau memperjelas pemahaman kita tentang masa kini. Sistem pendidikan yang kita miliki
sekarang adalah hasil perkembangan pendidikan yang tumbuh dalam sejarah pengalaman bangsa
kita pada masa yang telah lalu (Nasution, 2008). Pembahasan tentang landasan sejarah di atas
memberi implikasi konsep-konsep pendidikan sebagai berikut:
1 Tujuan Pendidikan
Pendidikan diharapkan bertujuan dan mampu mengembangkan berbagai macam potensi
peserta didik serta mengembangkan kepribadian mereka secara lebih harmonis. Tujuan
pendidikan juga diarahkan untuk me-ngembangkan aspek keagamaan, kemanusiaan, kemanu-
siaan, serta kemandirian peserta didik. Di samping itu, tujuan pendidikan harus diarahkan
kepada hal-hal yang praktis dan memiliki nilai guna yang tinggi yang dapat diaplikasikan dalam
dunia kerja nyata.
16. 2 Proses Pendidikan
Proses pendidikan terutama proses belajar-mengajar dan materi pelajaran harus disesuaikan
dengan tingkat perkembangan peserta didik, melaksanakan metode global untuk pelajaran
bahasa, mengembangkan kemandirian dan kerjasama siswa dalam pembelajaran,
mengembangkan pembelajaran lintas disiplin ilmu, demokratisasi dalam pendidikan, serta
mengembangkan ilmu dan teknologi.
3 Kebudayaan Nasional
Pendidikan harus juga memajukan kebudayaan nasional. Emil Salim dalam Pidarta (2008)
mengatakan bahwa kebudayaan nasional merupakan puncak-puncak budaya daerah dan
menjadi identitas bangsa Indonesia agar tidak ditelan oleh budaya global.
4 Inovasi-inovasi Pendidikan
Seiring dengan perubahan zaman dan pendidikan harus mampu menjadi menyelesaikan
permasalahan-permasalahan yang timbul akibat perubahan zaman tersebut, sehingga inovasi-
inovasi dalam pendidikan harus terus dilakukan.
Inovasi dapat bersumber dari hasil-hasil penelitian pendidikan di Indonesia atau negara lain,
yang terpenting hasil dari inovasi tersebut sesuai dan dapat diterapkan pada pola pendidikan
yang sesuai dengan etika, norma, dan budaya Indonesia. Hal inilah yang menjadikan
masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang terdidik dan maju, namun tidak tercerabut dari
akar budaya yang menjadi simbol masyarakat Indonesia itu sendiri
L Penutup
Belajar sejarah sama artinya berdialog dengan masyarakat dan bangsa manapun dan di saat kapan
pun. Dari pengalaman sejarah itu orang dapat menimba pengalaman-pengalaman dalam
menghadapi dan memecahkan problem-problem kehidupan dalam segala aspeknya seperti politik,
ekonomi, sosial dan budaya. Pada dasarnya problem-problem kehidupan manusia hampir sama,
yang berbeda adalah detail dan intensitasnya. Cara mengatasi dan memberikan tanggapan
terhadap masalah, baik secara intelektual maupun secara emosional, juga tidak terlalu berbeda.
Dengan belajar sejarah, karenanya, sikap dan kepribadian seseorang akan menjadi lebih matang.
Dalam dunia pendidikan khusunya sejarah memiliki manfaat bagi sitem pendidikan nasioanal yaitu :
1 Terciptanya perubahan sistem pendidikan.
Sistem pendidikan yang dulu elitis ke populis, beralihnya pendidikan tradisioanal ke modern,
dari sentralisasi ke desentralisasi menjadi sistem pendidikan yang humaniora dan bersifat
holistic dan integral.
2 Munculnya perubahan kebijakan dalam dunia pendidikan
Kebijakan pendidikan dipengaruhi oleh sejarah sebagai salah satu faktornya. Fenomena
17. sejarah menggambarkan perubahan kebijakan pendidikan. Seiring dengan sejarah
perkembangan politik, tentu akan mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam pendidikan.
Sebutlah contoh pada masa orde baru, pemerintah berupaya untuk merubah sistem
pendidikan yang bersifat elitis menuju sistem pendidikan yang bersifat menyeluruh bagi rakyat
dan pada zaman reformasi kebijakan pemerintah banyak membawa pengaruh manfaat besar
bagi pendidikan misal; manajemen MBS, total quality management, adanya program wajib
belajar, adanya BOS dan sebagainya. Semua itu belajar dari pengalaman sejarah masa lalu
yang dijadikan sebagai pedoman untuk membuat suatu kebijakan baru.
3 Perubahan proses dalam sistem pembelajaran
Sejarah menyebabkan perubahan baru dalam dunia pendidikan, terutama dalam proses
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemajuan zaman. Suatu pendidikan modern sebagai
cirinya adalah ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam proses
pembelajaran tentu mengalami perubahan dari zaman dahulu sampai saat ini. Contoh ;
pembelajaran yang bersifat monoton dan berpusat kepada guru / pendidik kini banyak
pembelajaran yang besifat kontrukstivisme sehingga akan mengembangkan daya kreaif,
inovatif dan aktif bagi peserta didik. Hal ini adanya pengalaman masa lalu yang dievaluasi
sehingga terinspirasi munculnya idea atau gagasan baru pada proses pembelajaran baik
dalam metode, strategi, media maupun alat pembelajaran agar siswa menjadi berkembang
secara mandiri dan berkualitas baik kognitif, psikomotor dan affektifnya.
18. DAFTAR PUSTAKA
Beeby, C.E. (1982). Pendidikan di Indonesia, Penilaian dan Pedoman Perencanaan. Jakarta: LemLit
PendidikanPenerangan
Dyah Kumalasari. (2007). Dinamika Pendidikan Indonesia Pada Masa Kolonial. Jurnal Istoria.
Yogyakarta: Pendidikan Sejarah FISE UNY I.
Djumhur. (1974). Sejarah Pendid ikan. Bandung: CV Ilmu M. Ngalim Purwanto. (2002). Ilmu
Pendidikan, Teoretis dan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Mansur, Dahlan, dan M.Said. (1989). Mendidik dari Zaman ke Zaman. Jakarta: PT.Rajawali Press
Mudyahardjo, R. 2008. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang Dasar-Dasar Pendidikan
pada Umumnya dan Pendidikan di indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Palmer.A.Joy. (2003). 50 Pemikir Pendidikan: Dari Piaget Sampai Masa Sekarang. Yogyakarta: Jendela
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta:
Rineke Cipta.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. (Online),
(riau.kemenag.go.id/file/dokumen/SNP.pdf), diakses 15 Oktober 2015.
Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan. (Online),
(www.kemenag.go.id/file/dokumen/PP4808.pdf), diakses 15 Oktober 2015.
Soegiono. (1993). Tokoh-Tokoh Pendidikan Dunia. Jakarta: CV. Ilmu
Zuhairini, dkk. (1997). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Wikipedia. Tanpa tahun. Ekonomi. (Online), (http://id.wikipedia.org/), diakses 15 Oktober 2015.