SlideShare a Scribd company logo
1 of 194
H. MARAGUSTAM SIREGAR,
PROF. DR. M.A.
MENCETAK PEMBELAJAR MENJADI INSAN
PARIPURNA
(FALSAFAH PENDIDIKAN ISLAM)
1
FILSAFAT PENDIDIKAN
ISLAM
BAB I PENDAHULUAN
(Permasalahan Pendidikan)
2
 Perkembangan Ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dikuasai oleh Barat
 Globalisasi Informasi yang membawa
visi dan misi
 Sekularisme: Suatu paham yang
memisahkan dunia dan akhirat,
memisahkan kehidupan dunia dan
kehidupan agama. Pengamalan agama
adalah masalah pribadi
BAB I PENDAHULUAN
(Permasalahan Pendidikan)
3
 Liberalisme: faham freedom of choice
(kebebasan memilih) yang meliputi freedom
of worship (kebebasan dalam hal
peribadatan), ownership (kepemilikan),
politics (politik), and ekspression
(berekspresi). Liberalisme ini juga melanda
kepada keluarga, sehingga sangat sulit
anggota keluarga diatur, dibimbing, disuruh
beribadah dan lain-lain demi atas nama
liberalisme
BAB I PENDAHULUAN
(Permasalahan Pendidikan)
4
 Hedonisme: kebahagiaan adalah
kesenangan. Kesenangan itu berkat
gerakan yang lemah gemulai,
sedangkan rasa sakit berkat gerakan
kasar. Kesenangan sesaat yang
dinikmati itulah yang dihargai. Suatu
perbuatan disebut baik sejauh dapat
menyebabkan kesenangan dan
memberi kenikmatan.
BAB I PENDAHULUAN
(Permasalahan Pendidikan)
5
 Krisis etika dan moral sebagai akibat dari kurang
efektifnya proses sosialisasi atau internalisasi
sikap-sikap dan nilai-nilai Islam dalam proses
pembelajaran atau akibat dipisahkannya urusan
agama dan dunia.
 Terjadinya inefisiensi eksternal berupa tidak
dipakainya keluaran pendidikan Islam pada pasar
tenaga kerja. Kalaupun dipakai, pekerjaan itu
berbeda dengan pendidikan yang diperoleh di
bangku kuliah (missmatch).
BAB I PENDAHULUAN
(Permasalahan Pendidikan)
6
 Nilai-nilai Islam yang diberikan dalam
lembaga pendidikan tidak sesuai dengan
realitas sosial yang ada. Pembelajar menjadi
bingung ketika nilai dan norma yang
diterima di lembaga pendidikan sangat jauh
berbeda dengan prilaku masyarakat.
 Krisis keteladanan dari pemegang kendali
dalam masyarakat, seperti orang tua, tokoh
masyarakat, pemerintah, dan para guru.
BAB I PENDAHULUAN
(Permasalahan Pendidikan)
7
Kurang sepadannya sistem
penghargaan (reward system)
masyarakat terhadap orang-orang
yang mengamalkan ajaran
agamanya.
8
PESERTA
DIDIK
PENDIDIK
SUMBER
BELAJAR
VISI PENDIDIKAN NASIONAL
Visi Pendidikan Nasional menurut UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas
adalah:
Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan
berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah .
Sejalan dengan Visi Pendidikan Nasional tersebut,
Depdiknas berhasrat untuk pada tahun 2025 menghasilkan:
INSAN INDONESIA CERDAS DAN KOMPETITIF
(Insan Kamil / Insan Paripurna)
9
INSAN INDONESIA CERDAS KOMPREHENSIF
DAN KOMPETITIF
Cerdas
Spiritual
• Beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu untuk menumbuhkan dan
memperkuat keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia termasuk budi pekerti
luhur dan kepribadian unggul.
Cerdas
Emosional
dan Sosial
• Beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan
apresiasivitas akan kehalusan dan keindahan seni dan budaya, serta
kompetensi untuk mengekspresikannya.
• Beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang:
– membina dan memupuk hubungan timbal balik;
– demokratis;
– empatik dan simpatik;
– menjunjung tinggi hak asasi manusia;
– ceria dan percaya diri;
– menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara; serta
– berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban
warga negara.
Cerdas
Intelektual
• Beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk memperoleh kompetensi dan
kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi;
• Aktualisasi insan intelektual yang kritis, kreatif dan imajinatif;
Cerdas
Kinestetik
• Beraktualisasi diri melalui olah raga untuk mewujudkan insan yang sehat,
bugar, berdaya-tahan, sigap, terampil, dan trengginas;
10
INSAN INDONESIA CERDAS
KOMPREHENSIF DAN KOMPETITIF
Kompetitif
• Berkepribadian unggul dan gandrung akan keunggulan
• Bersemangat juang tinggi
• Mandiri
• Pantang menyerah
• Pembangun dan pembina jejaring
• Bersahabat dengan perubahan
• Inovatif dan menjadi agen perubahan
• Produktif
• Sadar mutu
• Berorientasi global
• Pembelajar sepanjang hayat
11
PENGERTIAN FILSAFAT
12
 Pengertian Filsafat : (1) berpikir bebas, (2) radikal,
(3) sistimatis dan (4) menyeluruh tentang sesuatu
termasuk pendidikan Islam.
PENGERTIAN TARBIYAH
13
• Kata tarbiyah berasal dari tiga kata yaitu :(1) raba;
(2) rabiya; dan (3) rabba. Kata raba - yarbu,
dengan arti nama- yanmu, yang berarti bertambah;
tumbuh menjadi besar. Kata rabiya – yarba,
dengan wazan khafia-yakhfa, artinya naik, menjadi
besar/dewasa, tumbuh, berkembang. Kata rabba-
yarubbu, dengan arti: aslahahu (memperbaikinya),
tawalla amrahu (mengurusi perkaranya,
bertanggung jawab atasnya), sasahu (melatih;
mengatur; memerintah), qama ’alaihi (menjaga,
mengamati, membantu), ra’ahu (memelihara,
memimpin).
TARBIYAH DARI SEGI ETIMOLOGIS
14
• Tiga asal kata tarbiyah yakni raba; rabiya; dan rabba.
• Kata tarbiyah mencakup makna yang sangat luas yakni:
1. al-nama: bertambah, berkembang dan tumbuh menjadi
besar sedikit demi sedikit,
2. Aslahahu: memperbaiki pembelajar jika proses
perkembangan menyimpang dari nilai-nilai Islam,
3. tawalla amrahu yang berarti mengurusi perkara
pembelajar, bertanggung jawab atasnya dan melatihnya,
4. ra’ahu : memelihara dan memimpin sesuai dengan potensi
yang dimiliki dan tabiatnya,
5. al-tansyi’ah :mendidik, mengasuh, dalam arti materi
(fisiknya) dan immateri (kalbu, akal, jiwa, dan
perasaannya).
TARBIYAH DARI ISTILAH
15
1. Murabbi (pendidik) yang sebenarnya hanyalah
Allah, karena Dialah Pencipta fitrah, potensi
kekuatan dan kelemahan, dan Paling Tahu tentang
hakikat manusia itu sendiri, karenanya perlu
dipelajari terus menerus siapa sebenarnya manusia
itu sesuai dengan cetakan Tuhan.
TARBIYAH DARI ISTILAH
16
2. Penumbuhan dan pengembangan secara sempurna
semua dimensi manusia baik materi, seperti
fisiknya, maupun immateri seperti akal, hati,
kehendak, kemauan adalah tanggung jawab
manusia sebagai fungsi hamba Tuhan (QS. al-
Dzariyat [51]:56) dan fungsi khalifah (QS. al-
Baqarah, [2]:30).
TARBIYAH DARI ISTILAH
17
3. Proses tarbiyah seharusnya mengambil nilai dan
dasarnya dari Alquran-Sunnah dan berjalan sesuai
dengan sunnatullah yang digariskan-Nya.
4. Setiap aktivitas tarbiyah mengarah kepada
penumbuhan, pengembangan, perbaikan,
kepemimpinan, atau penjagaan setiap dimensi
dalam diri manusia, baik aktivitas itu direkayasa
atau secara natural.
TARBIYAH DARI ISTILAH
18
5. Tarbiyah yang disengaja mengharuskan adanya
rencana yang teratur, sistimatis, bertahap,
berkelanjutan dan fleksibel.
6. Yang menjadi subjek sekaligus objek dalam
aktivitas tarbiyah adalah manusia. Untuk itu
semua aktivitas tarbiyah harus mengikuti fitrahnya
tanpa merampas hak-haknya sebagai manusia dan
hamba.
TARBIYAH DARI ISTILAH
19
7. Kata tarbiyah tidak terbatas
pengertiannya sebagai sekedar
transfer ilmu, budaya, tradisi,
dan nilai tetapi juga
pembentukan kepribadian
(transformatif) yang dilakukan
secara bertahap.
KATA TAKLIM LEBIH LUAS
PENGERTIANNYA DRPD TARIYAH
20
• Pertama, ketika mengajarkan membaca Alquran
kepada kaum muslimin, Rasulullah SAW tidak
terbatas pada membuat mereka sekedar dapat
membaca, melainkan membaca dengan perenungan
yang berisikan pemahaman, pengertian, tanggung
jawab, penanaman amanah sehingga terjadi
pembersihan diri (tazkiyah) dari segala kotoran,
menjadikan dirinya dalam kondisi siap menerima
hikmah, dan mempelajari segala sesuatu yang belum
diketahuinya dan yang tidak diketahuinya serta
berguna bagi dirinya.
KATA TAKLIM LEBIH LUAS
PENGERTIANNYA DRPD TARIYAH
21
• Kedua, kata taklim tidak berhenti hanya kepada
pencapaian pengetahuan berdasarkan prasangka
atau yang lahir dari taklid semata-mata, ataupun
pengetahuan yang lahir dari dongengan khayali dan
syahwat atau cerita-cerita dusta (QS. Al-Baqarah,
[2]:78):
•
َ
‫َل‬ِ‫إ‬ َ‫اب‬َ‫ت‬ِ‫ك‬ْ‫ال‬ َ‫ون‬ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ َ
‫َل‬ َ‫ُّون‬‫ي‬ِ‫م‬ُ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫و‬
‫ون‬ُّ‫ن‬ُ‫ن‬َ‫ي‬ َ
‫َل‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫م‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ََ ِ‫ي‬‫ا‬َ‫م‬َ‫أ‬
• (Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak
mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan
bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga).
KATA TAKLIM LEBIH LUAS PENGERTIANNYA DRPD
TARIYAH
22
 Ketiga, kata taklim mencakup aspek-aspek
pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan
seseorang dalam hidupnya serta pedoman perilaku
yang baik. Hal tersebut pada QS. Yunus, [10]:5):
 … َ‫ي‬ ْ
‫اْل‬ ُ‫ل‬ ِ
‫ص‬َ‫ف‬ُ‫ي‬ ِ‫ق‬َ‫ح‬ْ‫ال‬ِ‫ب‬ َ
‫َل‬ِ‫إ‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ ُ َ
‫َّللا‬ َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬‫ا‬َ‫م‬
َ‫ون‬ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ ٍ ْ‫و‬ََِ‫ل‬ ِِ‫ا‬
 (...Allah tidak menciptakan yang demikian itu
melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-
tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui).
KATA TAKLIM LEBIH LUAS PENGERTIANNYA DRPD
TARIYAH
23
 Dalam ayat ini mencakup berbagai aspek antara lain
: ilmu falak yang di dalamnya mencakup teoritis dan
praktik. Mencakup juga aspek pembuktian bahwa
Allah SWT adalah Pencipta. Dengan demikian kata
taklim menurut Jalal mencakup ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik dan berlangsung sepanjang
hayat serta tidak terbatas pada masa bayi dan
kanak-kanak, tetapi juga orang dewasa.
ISTILAH TAKDIB
24
• Istilah ini mencakup unsur-unsur pengetahuan
(‘ilm), pengajaran (taklim) dan pengasuhan yang
baik (tarbiyah). Istilah takdib dapat mencakup
beberapa aspek yang menjadi hakikat pendidikan
yang saling berkait, seperti ‘ilm (ilmu), ‘adl
(keadilan), hikmah (kebajikan), ‘aml (tindakan),
haqq (kebenaran), natq (nalar) nafs (jiwa), qalb
(hati), ‘aql (akal), maratib dan derajat (tatanan
hirarkis), ayah (simbol), dan adb (adab).
SEBAB PEMILIHAN KATA TARBIYAH UNTUK
PENDIDIKAN ISLAM:
25
1. tarbiyah ternyata dapat diperluas dari makna
semantiknya,
2. tarbiyah lebih umum dapat di terima oleh
masyarakat terutama masyarakat muslim di
Indonesia,
3. nilai sosial atau istilah tarbiyah lebih umum
diterima dalam situasi lokal tertentu daripada
terma taklim dan takdib.
HAKIKAT PENGERTIAN ISLAM
26
 Islam: penyerahan diri kpd Allah, dan dengan (1)
menyerahkan diri kepadaNya maka ia memperoleh
(2) keselamatan dan (3) kedamaian
PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
27
 Pemikiran filosufis yang diambil dari (1) sistem
filsafat/aliran-aliran filsafat atau (2) jawaban
filosufis terhadap masalah pendidikan yg tidak
bertentangan dengan Islam untuk dijadikan
pedoman dalam lapangan pendidikan.
FUNGSI FPI THD PENDD ISLAM (1)
28
1. Teori umum bagi pendidikan, sepanjang filsafat
pendidikan Islam tersebut mengarah pada apa dan
bagaimana seharusnya pendidikan itu baik dari
segi teoritik maupun dari segi pelaksanaannya.
PENGOLAHAN SUMBER FPI (1)
1. Alquran
2. Sunnah
3. Hasil Ijtihad
29
PENGOLAHAN SUMBER FPI (2)
 Khusus mengenai Ijtihad ini:
1. Hasil kajian ilmiah yang betul mengenai watak
manusia, pertumbuhan jasmani, intelektual, emosi,
spritual, kebutuhan-kebutuhan dan proses
pertumbuhannya.
2. Nilai-nilai dan tradisi-tradisi sosial yang baik dan
yang islami, yang tidak menghalangi kemajuan
mengikuti semangat zaman dan keperluan-
keperluan peradaban, sosial, ekonomi dan politik.
30
PENGOLAHAN SUMBER FPI (3)
3. Hasil-hasil penyelidikan dan kajian-kajian pendi-
dikan dan psikologi yang berkaitan dengan sifat-
sifat, proses pendidikan, dan tujuan-tujuan
pendidikan dan fungsi-fungsinya sangat penting.
4. Prinsip-prinsip yang menjadi dasar filsafat politik,
ekonomi dan sosial yang dilaksanakan oleh negara,
perjanjian-perjanjian, prinsip-prinsip organisasi
regional dan internasional kemana bergabung
negara Islam itu, selama perjanjian dan prinsip itu
sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
31
FUNGSI FPI THD PENDD ISLAM (2)
32
2. Kritik terhadap asumsi-asumsi yang dipegangi oleh
para pendidik dan tenaga kependidikan, jika
pegangan filsafat pendidikannya tidak menjiwai
nilai-nilai Islam baik dalam pembentukan teori,
konsep maupun dalam proses praktiknya. Sangat
tidak benar kalau pendidik tidak mempunyai filsafat
pendidikan Islam sewaktu dia menjalankan tugas
profesionalnya.
FUNGSI FPI THD PENDD ISLAM (3)
33
3. Evaluasi terhadap kesenjangan-kesenjangan,
pertentangan-pertentangan, antara teori dan
praktiknya, antara satu teori dengan teori lainnya,
antara satu metode dengan metode lainnya sehingga
bila dapat ketidak cocokan, atau tidak sinkrun, maka
dengan segera dapat diperbaiki.
FUNGSI FPI THD PENDD ISLAM (4)
34
4. Analisis terhadap konsep-konsep dan istilah-
istilah pendidikan. Banyak istilah dalam lapangan
pendidikan yang harus didefinisikan dan
dikembangkan, ditafsirkan dan dianalisis. Agar
istilah-istilah, konsep-konsep dan ide-ide yang
berkembang itu sinkrun, dan menjadi kesamaan
persepsi di kalangan pendidikan dan tenaga
kependidikan, maka perlu dianalisis, diselaraskan,
dikaitkan satu dengan yang lain menjadi jalinan
yang harmonis dan teratur.
FUNGSI FPI THD PENDD ISLAM (5)
35
5. Normatif. Filsafat pendidikan dijadikan sebagai
penentu arah, pedoman, petunjuk, pembimbing
asas-asas, prinsip-prinsip, teori dan praktik
pendidikan.
RUANG LINGKUP FPI
1. Ontologi (Metafisika) (1)
36
FPI berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar,
sistematik, logis, dan menyeluruh tentang pendidikan.
Maka Masalah-masalah dalam ruang lingkup FPI adalah:
Metafisika (Ontologi): cabang filsafat yg ingin mencari
dan menemukan hakikat dari sesuatu yang ada (being).
Dalam Islam hal ini dibicarakan dalam Ilmu Tauhid.
Dasar-dasar pembahasan metafisika ialah (1) Tuhan,
manusia dan alam dilihat dari pendidikan Islam.
Being ada dua: menciptakan dan diciptakan, ada yg
menyebabkan dan ada yang diakibatkan.
Metafisika (2):
37
 Setiap proses penciptaan, selalu ada beberapa
factor yg menentukan adanya penciptaan; 1)
adanya pencipta (subyek), 2) adanya ciptaan
(obyek), 3) adanya bahan yg dipakai, 4) adanya
tujuan, 5) adanya proses (ruang dan waktu).
 Tahapan ada, yaitu ada yang konkrit dan ada
abstrak (ghaib). Ada konkrit dapat dilihat, diraba,
dirasa, diukur dlsb. Sedangkan ada abstrak hanya
dapat dilihat dg penglihatan ghaib antara lain
melalui konsep.
Metafisika (3):
38
 Ada yg ada dapat disandarkan kepada eksistensi
Tuhan dan ada disandarkan kepada eksistensi
manusia. Jika terjadi konflik antara ada
disandarkan kpd Tuhan dan ada disandarkan kpd
manusia, dalam konsep Islam harus dimenangkan
oleh Eksistensi Tuhan.
 Jika terjadi konflik antara otoritas manusia
(kultur) terhadap alam (nature) maka seharusnya
manusia tidak harus mempunyai otoritas mutlak
terhadapnya. Karena manusia tidak terlibat
mengadakan alam itu sendiri.
Metafisika (4):
39
 Yang Nyata (realitas) : sesuatu yang berada pada
sesuatu yg merupakan bagian dari yg ada itu
sendiri. Realitas selalu berdimensi ruang dan
waktu, karenanya selalu mengandung pluralitas
dan relativitas. Filsafat Islam memandang realitas
pada hakikatnya adalah spiritual. Hakikat spritual
dari relitas terdapat pada adanya dinamika dan
perubahan, yang secara kodrati selalu terjadi dan
akan terus terjadi, dan merupakan suatu
sunnatullah.
2. Epistemologi (1):
40
 Metode memperoleh Ilmu secara umum: (1) melalui
Kasbi/Khushuli dan (2) Ladunni/Khudhori.
 Kasbi: cara berpikir metodik, konsisten dan bertahap
melalui proses observasi, research, eksprimen dan
penemuan.
 Ladunni: proses pencerahan ruhaniyah manusia dan
karenanya kehadiran cahaya Ilahi dalam qalbu manusia.
Dengan sinaran Ilahiy, qalbu manusia dapat membaca
dg jelas dan terserap dalam kesadaran intelek, seakan-
akan orang memperoleh ilmu dari Tuhan langsung.
Epistemologi (2):
41
 Kebenaran Ilmu: ilmu yg kasbi relatif
kebenarannya sedangkan ilmu Allah pasti
kebenarannya.
 Tujuan memperoleh Ilmu: 1) ilmu untuk
kenikmatan 2) ilmu untuk ilmu, 3) ilmu
mengembangkan peradaban 4) ilmu untuk sarana
mendekatkan diri kepada Allah. Dalam Islam
sebagai central poin ialah yang keempat untuk
memayungi tujuan 1,2 dan 3.
 Sarana Peroleh Ilmu: melalui inderawi dan
potensi-potensi internal manusia (nafs, akal, qalb,
dan lain-lain).
3. Aksiologi (1) :
42
Ialah: cabang filsafat mencari hakikat nilai-nilai (value).
Nilai bisa baik dan bisa pula jahat yang berkaitan
dengan perbuatan manusia dan tindakan seseorang
(dataran aplikatif). Yang baik itu ialah ma’ruf dan yang
jahat itu al-munkar.
 Axiologi (Brameld) ada tiga sasaran yakni: moral
conduct (tindak moral) melahirkan Ethica; Esthetic
expression (ekspresi keindahan) melahirkan Esthetika;
dan Socio-political life, (kehidupan sosia-politik),
melahirkan ilmu filsafat sosio-politik.
Aksiologi (2) :
43
 Hakikat baik dan jahat itu bersifat universal dan
absolute. Etika social misalnya harus berprinsip
persamaan dan kebersamaan; keadilan social;
keterbukaan dan musyawarah.
 Etika agama membicarakan hubungan manusia
dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia
dengan alam, dan manusia dengan kebudayaan.
Aksiologi (3):
44
 Tiga Nilai Fundamental dalam FPI:
 Nilai Sentral: ialah berada pada wilayah titik pusat
nilai yang menjadi sumber pengambilan keputusan
politik, hukum dan lainnya;
 Nilai Sekuler: Sebagai penafsiran dan penerapan
nilai sentral;
 Nilai Operasional yakni lahir dari tindakan sehari-
hari yang merupakan pengewajanthan dari nilai
sekuler
Aksiologi (4):
45
 Nilai sentral (inti) dalam Islam ialah ma’rifatullah berupa iman
dan tauhid dan mardatillah. Ada tiga tauhid menurut Ibnu
Taimiyah:
 (1) tauhid Ulu>hiyah ialah bahwa Allah Maha Tunggal yang
paling berhak di sembah, ditaati, dan dipatuhi;
 (2) tauhid Rububiyah, ialah Allah yang Maha Esa itu yang
menciptakan, mengatur perkara-perkaranya dan yang
mendidiknya, dan
 (3) tauhid al-Asma>’wa al-Sifah ialah bahwa tiap-tiap yang
berlaku di alam ini bersumber dari perbuatan dan pengaturan
Allah, dan kepada-Nya setiap kesudahan akhir, dan daripada-Nya
pula bermula setiap sesuatu
Aksiologi (5):
46
 Nilai sekuler terdiri dari enam hubungan:
1. Dengan Allah: ubudiyah dan istikhlaf;
2. Dengan Masyarakat: ta’a>wun, ‘ada>lah dan ihsa>n;
3. Kehidupan dunia: ibtila>’
4. Dengan Ilmu: hubungan fard} ‘ain dan kifa>yah
5. Kehidupan akhirat: mas’u>liyah dan jaza>’
6. Dg Alam: hubungan taskhi>r dan pembelajaran
Aksiologi (6)
47
 Hubungan manusia dengan Tuhan adalah hubungan
antara hamba dengan Majikan, makhluk dan Khaliq,
ciptaan dan Pencipta. Hubungan manusia dengan
sesamanya hubungan adalah dan ihsan. Yakni hubungan
patner yang mengemban amanah khalifah dari Tuhan;
sederajat, sama-sama ciptaan dan karenanya sama
dihadapan Tuhan kecuali tindak amal perbuatannya
(taqwanya). Perbedaan hak dan kewajiban adalah
karena perbedaan tugas dan profesinya sehingga
melahirkan taklif (pembebanan) yang lebih. Maka
dalam agama dikenal ada Wajib ‘ain dan wajib kifayah.
Aksiologi (7):
48
 Hubungan manusia dengan alam adalah hubungan
pengelola (pemimpin) dan yang dikelola (dipimpin). Alam
merupakan medan emperik bagi manusia untuk
kemakmuran manusia dan alam bagian dari dirinya.
Kesalahan pengelolaan akan berakibat fatal bagi kehidupan
manusia.
 Hubungan manusia dengan ciptaannya (kebudayaan)
adalah manusia pada dasarnya memegang otiritas dan
kekuasaan yang penuh, artinya manusia bertanggungjawab
untuk apa semua ciptaannya itu akan diperbuat, dan
ciptaannya sepenuhnya bergantung pada
manusia.Kebudayaan sebagai alat bukan sebagai yang
dipertuhankan.
Aksiologi (8):
49
Nilai Operasional diwujudkan dalam:
1. al-wajiba>t (hal-hal yang diwajibkan);
2. al-manduba>t (hal-hal yang disunatkan);
3. Al-mahruma>t (hal-hal yang diharamkan);
4. Al-makruha>t (hal-hal yang dimakruhkan);
5. Al-jaiza>t (hal-hal yang diperbolehkan).
STRUKTUR IDE DASAR FPI (buku: hal 48)
50
Pertama: Akidah tentang Alam (cosmocentris)
Yang dimaksud dengan nilai-nilai
(struktur) ide dasar pendidikan Islam ialah
ide dasar yang menjadi titik tolak dalam
membangun isi dan substansi persoalan-
persoalan pendidikan Islam.
Struktur ide itu ialah kepercayaan thd
alam, kehidupan dan manusia
STRUKTUR IDE DASAR FPI
51
Alam ialah seluruh makhluk ini baik alam fisik
maupun alam sosial. Dengan kata lain, alam ialah
selain Allah.
1. Alam ini diciptakan Allah sebagai satu-satunya
penciptanya, Pencipta seluruh isi kandungannya
dan Pencipta sistemnya.
STRUKTUR IDE DASAR FPI
52
2. Alam ini diciptakan dengan penuh
keteraturan dan sifatnya pasti
(exact).
3. Sifat alam (sunnatullah) ini
adalah tetap, tidak pernah
berubah (immutable)
STRUKTUR IDE DASAR FPI
53
4. Alam ini dengan segala sunnatullahnya
diciptakan Allah untuk dipelajari dan
diteliti baik secara individu maupun
kerjasama kolektif melalui berbagai
kemampuan yang dimiliki manusia dan
rekayasanya
5. Eksistensi alam ini berdasar pada
undang-undang kausaliltas (sebab
akibat).
STRUKTUR IDE DASAR FPI
54
6. Karena alam ini sifatnya pasti, tidak
pernah berubah, dan teratur, maka sifat
alam ini objektif. Artinya, sunnatullah ini
berlaku sama bagi semua individu dan
kelompok, tidak peduli apakah ia muslim
atau non muslim, asalkan menjalankan
sesuai dengan sunnatullah, maka pasti
akan terjadi atau tidak terjadi.
STRUKTUR IDE DASAR FPI
55
7. Bahwa dalam mempelajari,
memanfaatkan, mengolah alam ini
haruslah dengan ilmu yang benar
disertai dengan iman. Tanpa ilmu dan
iman yang benar, maka pemanfaatan
alam ini akan tidak sesuai dengan
ekosistem dan hukum kausalitas.
Karenanya berakibat negatif kepada
manusia.
STRUKTUR IDE DASAR FPI
56
Kedua: Akidahterhadap kehidupan:
1. Hakikat kehidupan dunia ini adalah sarana
mencari bekal menuju akhirat dan tempat
tinggal sementara (terminal), bukan tempat
yang abadi/tujuan akhir.
2. Kehidupan ini sebagai ujian dan labolatorium
serta pendidikan bagi manusia.
3. Ujian bertujuan meningkatkan kualitas
keimanan seseorang.
STRUKTUR IDE DASAR FPI
57
4. Kehidupan manusia seperti gelombang
laut dan dalam bahasa agama disebut
al-iman yazid wa yanqus
5. Setiap prilaku manusia pasti
dipertanggungjawabkan di hadapan
Tuhan.
STRUKTUR IDE DASAR FPI
58
6. Tujuan ujian adalah untuk
mengetahui tingkat kualitas manusia
sebagai hamba dan sekaligus sebagai
khalifah.
7. Setiap perilaku manusia menghadapi
gelombang ujian ini akan
dipertanggung jawabkannya.
STRUKTUR IDE DASAR FPI
59
8. Hasil akhir dari perjalanan hidup
manusia menghadapi ujian sangat
bervariasi dan hasil konkretnya ada
di hari pembalasan segala amal. Jika
amal seseorang baik, maka pasti
balasannyapun baik pula. Sebaliknya
jika amalnya jelek, maka balasannya
akan jelek pula.
E. HAKIKAT MANUSIA (1) Proses Kejadian :
Asal kejadian manusia pertama ialah persenyawaan
antara Tin (QS. Sajadah (32:7; Al-Mu’minun
(23):12); Turab (QS. Al-Hajj (22):5; Ali Imran
(3):59; Shal-shal dan Fakhhar (Ar-Rahman
(55):14; dan Hamain Masnun (QS. Al-Hijr
(15):26); dan al-Ruh.
 Asal kejadian manusia pasca Adam melalui proses
biologik melalui pasangan laki-laki dan
perempuan (QS. Al-Mu’minun (23): 12-14).
60
HAKIKAT MANUSIA (2)
Perangkat Jati Diri MANUSIA
61
 Hakikat Insan dilihat dari dua kata kunci dalam
Al-Qur’an yakni Al-Insan dan Al-Basyar.
 Al-Insan yg btk jamaknya al-nas dpt dilihat dari
segi akar katanya dari anasa (melihat, mengetahui
dan minta izin). Dari sini manusia dapat
mengambil pelajaran dari apa yg ia lihat,
mengetahui apa yang benar dan apa yang salah,
dan terdorong untuk meminta izin menggunakan
sesuatu yg bukan miliknya.
 Al-Insan dari akar kata : “nasiya” (lupa)
menunjukkan adanya kaitan yg erat antara
manusia dg kesadaran dirinya. Manusia lupa thd
susuatu hal, disebabkan ia kehilangan kesadaran
thd sesuatu.
HAKIKAT MANUSIA (3)
PENGERTIAN MANUSIA
62
 Al-Insan dari akar kata : “Al-Uns atau anisa” (jinak),
menunjukkan pada dasarnya manusia itu jinak, dapat
menyesuaikan diri dg realitas hidup dan lingkungannya.
 Al-Basyar disebut untuk semua makhluk baik laki-laki maupun
perempuan, baik secara individual maupun kolektif. Kata basyar
adalah jamak dari kata basyarah yang artinya permukaan kulit
kepala, wajah, dan tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya
rambut. Untuk itu kata basyar mengacu kepada manusia dari
aspek lahiriyahnya dan mempunyai bentuk tubuh yg sama.
 Manusia dilihat dari insan maka perkembangan dan
pertumbuhannya sangat tergantung pengembangan diri,
lingkungan termasuk pendidikan dan kebudayaan. Sedangkan
manusia dari kata basyar sangat tergantung pada alam (apa yg
dimakan dan diminumnya).
HAKIKAT MANUSIA (4):
POTENSI MANUSIA
63
 Nafs sinonimnya insan atau al-fard mengacu kpd dzat
manusiawi secara keseluruhan QS. Al-Baqarah (2): 48;
Ali Imran (3): 185, Al-Maidah (5): 45).
 Al-Jism (QS. Al-Baqarah (2): 247; Al-Munafiqun (63):
4). Al-Jism mengacu kepada persyaratan imamah atau
menjadi penguasa pemerintahan ialah ilmu dan
kekuatan fisik.
 Akal disebutkan dalam bentuk kata kerja yang mengacu
kepada unsur pemikiran manusia dan akal sebagai
penopang agama dan tiang agama. Menurut al-Aqqad
bhw al-lubbu adalah akal yang mampu mengetahui dan
memahami; akal merupakan sumber pengetahuan dan
pemahaman yg terdapat di dalam otak manusia. (QS. Al-
Baqarah (2): 73, 163-164).
HAKIKAT MANUSIA (5)
POTENSI MANUSIA
64
 Al-Qolb (Al-Fuad, Shadr dan Shudur) yang juga
menunjuk kpd al-qalb (Al-Hajj (22): 32; Al-Maidah
(5):41). Iman bersemayan di Qalbu. Kata ini digunakan
berkaitan dengan emosi dan akal, tidak menunjuk kpd
unsur-unsur biologis. Ia merupakan dasar bagi fitrah yg
sehat, perasaan, iman, kemauan, kontrol, pemahaman
dan alat ma’rifah ke ilmu.
 Ruh : tidak didapat batasannya dalam al-Qur’an. Ruh
dikaitkan dl arti pembawa wahyu yakni Jibril, rahasia
Ilahi yg dengannya tanah liat kering menjadi manusia,
pemberi hidup, dan Al-Qur’an. (QS. Al-Hajj (22): 29; As-
Sajadah (32):7-9; As-Syura (42):52; As-Syu’ara (26):193;
An-Nahl (16):102, Al-Hijr (15): 28-29; Al-Isra (17):85).
HAKIKAT MANUSIA (6)
Potensi Manusia
65
 Fitrah:
 Kata fitrah dan segala bentuk kata jadiannya dalam
Alquran tertera pada 19 ayat dalam 17 surat. Dari
segi bahasa, kata fitrah terambil dari akar kata al-
fathr yang bentuk pluralnya fithar yang dapat
berarti cara penciptaan, sifat pembawaan sejak lahir,
sifat watak manusia, agama dan sunnah.
HAKIKAT MANUSIA (7)
Potensi Manusia
66
 Pengertian Fitrah dari segi istilah: sistem aturan
atau potensi yang diciptakan kepada setiap makhluk
sejak keberadaannya baik ia makhluk manusia
ataupun yang lainnya. Seperti bawaan dasar
manusia cenderung kepada agama tauhid,
kebenaran, keadilan, wanita, harta benda, anak dan
lain-lain.
F. PERPORMANCE MANUSIA (1)
67
Rasional: Berangkat dari keragaman potensi
manusia yang misteri; fungsi manusia; pengaruh
lingkungan maka tampilannya menjadi Makhluk
paradoksal: Ia bukan malaikat, bukan iblis dan
bukan pula hewan apalagi syetan. Tetapi manusia
mencakup semua itu. Artinya, manusia itu
memiliki sifat-sifat kehewanan, keiblisan, dan
kemalaikatan. Menurut Murtadha Muthahari
perbedaan mendasar antara manusia dan hewan
terletak pada iman dan ilmu.
PERPORMANCE (2)
68
 Dr. Alexis Carrel: manusia adalah makhluk yang
misterius, karena derajat keterpisahan manusia dari
dirinya berbanding terbalik dengan perhatiannya yg
demikian tinggi terhadap dunia yang ada di luar
dirinya. Implikasi dari padadoksal tersebut manusia
menampakkan sifat-sifat positif dan sifat-sifat
negatif. Sifat-sifat positif itu ditunjukkan dengan
tugas-tugas manusia di bumi dan sifat-sifat negatif
tersebut antara lain:
PERPORMANCE (3)
69
Putus asa (Hud:9)
Tidak berterima kasih (Ibrahim:34)
Berkeluh kesah (Al-Ma’arij:19)
Amat kikir (Al-Ma’arij:22)
Membantah (Al-Kahfi:54)
Melampaui batas (Al-Alaq:6-7)
 Purbasangka (al-Najm:23) dan lain-lain
H. KEDUDUKAN MANUSIA
70
 Sebagai pemanfaat dan penjaga kelestarian
alam(Al-Jum’at:10; Al-Baqarah: 60).
 Sebagai Peneliti alam (Al-Baqarah: 163, Al-
An’am:168).
 Sebagai makhluk yg paling tinggi dan paling
mulia (At-Tin:4, Al-Isra:70).
 Sebagai hamba Allah (Adz-Dzariyat: 56, Ali
Imran:83).
 Sebagai Khalifah di bumi (Al-Baqarah: 30, Al-
An’am: 165).
 Sebagai Makhluk educandum dan educandus
(Al-Baqarah:31, Al-Alaq:1-5 dan Luqman: 13).
KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (1)
SEBAGAI HAMBA DAN KHALIFAH
71
 Menurut Ibnu Qayyim bahwa ibadah menuntut
dua dasar utama: (1) kecintaan dan kerendahan
hati dan (2) ketundukan. Manusia sebagai abdi
Tuhan tidaklah cukup hanya menunjukkan
ketundukan dan kepasrahan tanpa disertai dengan
rasa cinta. Sebaliknya siapa saja yang betul-betul
mencinta-Nya tanpa disertai dengan kepasrahan
dan ketundukan, maka dia bukanlah seorang abdi
Tuhan. Seseorang akan benar-benar menjadi
hamba Allah jika dia telah mengintegrasikan
dalam dirinya dua sisi yakni kecintaan dan
ketundukan kepada-Nya.
KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (2)
HAMBA DAN KHALIFAH
72
 Menurut Syekh Nawawi bahwa manusia sebagai abdi
Tuhan diaktualisasikan dalam tiga bentuk yaitu pertama,
menunjukkan kerendahan diri atas Kemaha Esaan Tuhan,
kesendirian-Nya dalam menciptakan makhluk dan yang
berhak dijadikan tempat beribadah hanya kepada-Nya
bukan kepada yang lain. Kedua, manusia sebagai hamba
Tuhan selalu mengagungkan perintah-Nya dan
menunjukkan kasih sayang terhadap makhluk-Nya. Ketiga
manusia sebagai abdi Tuhan diberikan potensi-potensi
berpengetahuan, dan karenanya ia disuruh beribadah
kepada-Nya.
KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (3)
HAMBA DAN KHALIFAH
73
 Khalifah: Atas fenomena simbolik (Al-Baqarah: 30-34)
dapat ditarik suatu gambaran bahwa (1) posisi manusia
lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk-
makhluk-Nya yang lain termasuk malaikat, (2) keunggulan
Adam bukan terletak pada prestasi yang bersifat material
seperti fisik, asal usul kejadian dan lain-lain, tetapi yang
bersifat immaterial yakni berupa kapabilitas pengetahuan
yan ditampilkan Adam. Jika fungsi-fungsi kemanusiaannya
tidak dijalankan maka derajat ketinggian itu akan turun
menjadi kehinaan dan kenistaan.
KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (4)
HAMBA DAN KHALIFAH
74
1. Pengertian Khalifah
 Dalam Kamus Al-Munjid Fi al-Lughah wa al-A’lam
disebutkan bahwa khalifah merupakan bentuk mufrad
(tunggal), yang jama’taksirnya ialah ‘khulafa’ dan
khalaaif. Maknanya ialah seseorang yang menggantikan
orang lain dan menempati tempat orang lain tersebut.
Menurut Jumhur Ulama dan para ahli tafsir, baik dari
kalangan ulama salaf maupun khalaf mengatakan bahwa
Allah menjadikan Adam sebagai pengganti dari orang
yang sebelumnya yang lebih dulu menempati bumi
sebelum Adam, yaitu jin. Ada juga yang mengatakan
mereka adalah para malaikat yang lebih dahulu
menempati bumi sebelum jin dan Adam.
KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (5)
HAMBA DAN KHALIFAH
75
 Mengesampingkan perbedaan pendapat : khalifah
ialah pengganti yang sebelumnya. Dengan
demikian kurang tepat apabila penyandaran
khalifah kepada Allah (khalifah Alah) jika
dimaknai bahwa manusia menggantikan Tuhan
karena Tuhan kekal selamanya dan karena posisi
Tuhan berbeda dengan manusia, Tuhan punya
eksistensi absolut dan sementara manusia
eksistensinya relatif. Namun jika yang
dimaksudkan sebagai pengganti (khalifah) bagi
makhluk lainnya yang hidup sebelumnya, tentu
tidak ada persoalan.
KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (6)
HAMBA DAN KHALIFAH
76
2. Tugas-tugas khalifah
 Ketinggian derajat manusia dibanding dengan makhluk
lainnya menjadikan dirinya mempunyai tanggung jawab
yang lebih berat. Amanah tanggung jawab untuk menjadi
khalifah di bumi telah ditawarkan kepada langit, bumi
dan gunung-gunung, namun mereka menolaknya.
Kemudian manusia menerima amanah tersebut. Ini
menunjukkan bahwa manusia secara potensial dan
keilmuan mampu melaksanakan tugas-tugas
kekhalifahan tersebut. Pemberian amanat ini kepada
manusia, menurut al-Ainain, menjadikan manusia
terangkat kedudukannya menjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan malaikat.
KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (7)
HAMBA DAN KHALIFAH
77
 Untuk memakmurkan alam dan mengembangkan amanat
risalah serta menegakkan segala amal yang mengandung
kemaslahatan, kebaikan dan kebenaran. Sumbu
kekhalifahan: penggunaan akal, pemikulan tugas-tugas
samawi, pelaksanaan amanah melalui jalur ilmu
pengetahuan yang dipelajari seseorang, realisasi
pemahaman dan kemampuan membedakan antara yang
buruk dan yang baik. Dalam bahasa Ibnu Qayyim tugas
kekhalifahan manusia ialah untuk memakmurkan bumi ini
dengan amal dan aktivitas yang berdasarkan manhaj
(kurikulum) Allah. Karenanya diberi potensi.
KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (8)
HAMBA DAN KHALIFAH
78
 Mengesampingkan perbedaan pendapat : khalifah
ialah pengganti yang sebelumnya. Dengan
demikian kurang tepat apabila penyandaran
khalifah kepada Allah (khalifah Alah) jika
dimaknai bahwa manusia menggantikan Tuhan
karena Tuhan kekal selamanya dan karena posisi
Tuhan berbeda dengan manusia, Tuhan punya
eksistensi absolut dan sementara manusia
eksistensinya relatif. Namun jika yang
dimaksudkan sebagai pengganti (khalifah) bagi
makhluk lainnya yang hidup sebelumnya, tentu
tidak ada persoalan.
KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (9)
HAMBA DAN KHALIFAH
79
2. Tugas-tugas khalifah
Ketinggian derajat manusia dibanding dengan makhluk
lainnya menjadikan dirinya mempunyai tanggung jawab
yang lebih berat. Amanah tanggung jawab untuk menjadi
khalifah di bumi telah ditawarkan kepada langit, bumi
dan gunung-gunung, namun mereka menolaknya.
Kemudian manusia menerima amanah tersebut. Ini
menunjukkan bahwa manusia secara potensial dan
keilmuan mampu melaksanakan tugas-tugas
kekhalifahan tersebut. Pemberian amanat ini kepada
manusia, menurut al-Ainain, menjadikan manusia
terangkat kedudukannya menjadi lebih tinggi
dibandingkan dengan malaikat.
KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (10)
HAMBA DAN KHALIFAH
80
 Untuk memakmurkan alam dan mengembangkan amanat
risalah serta menegakkan segala amal yang mengandung
kemaslahatan, kebaikan dan kebenaran. Sumbu
kekhalifahan: penggunaan akal, pemikulan tugas-tugas
samawi, pelaksanaan amanah melalui jalur ilmu
pengetahuan yang dipelajari seseorang, realisasi
pemahaman dan kemampuan membedakan antara yang
buruk dan yang baik. Dalam bahasa Ibnu Qayyim tugas
kekhalifahan manusia ialah untuk memakmurkan bumi ini
dengan amal dan aktivitas yang berdasarkan manhaj
(kurikulum) Allah. Karenanya diberi potensi.
KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (11)
HAMBA DAN KHALIFAH
81
 Syarat adanya Pertanggung jawaban:
 (1) dibebani hukum (mukallaf),
 (2) mengetahui,
 (3) kemampuan
 (4) dalam keadaan sadar.
KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (12)
HAMBA DAN KHALIFAH
82
Ada dua kaidah yang berkaitan dengan tanggung
jawab:
1. Tidak diminta untuk mempertanggungjawabkan
apa yang tidak diketahui atau tidak mampu
melakukannya;
2. tidak dituntut mempertanggungjawabkan apa
yang tidak dilakukuannya dan dikatakannya,
sekalipun hal tersebut diketahuinya.
NILAI FUNDAMENTAL HUBUNGAN
MANUSIA DG KHALIQ DAN LAINNYA
1. Hubungan manusia dg Khaliq adalah hubungan
ubudiah dan istikhlaf
2. Hubungan manusia dg manusia: hubungan
ta’awaun, ‘adalah, dan ihsan
3. Hubungan manusia dg akhirat: hubungan
mas’uliyah dan jaza’;
4. Hubungan manusia dg alam: hubungan taskhir;
5. Hubungan manusia dg kehidupan : hubungan
Ibtila’
83
HAKIKAT HERIDITAS, LINGKUNGAN DAN
PENGEMBANGAN SDM (1)
84
 Hereditas merupakan kecenderungan alami cabang-
cabang untuk meniru sumber mulanya dalam
komposisi fisik dan psikologi. Ahli hereditas lainnya
menggambarkan sebagai penyalinan cabang-cabang
dari sumbernya.
 Lingkungan ialah lingkungan alam dan lingkungan
sosial.
 Pengembangan SDM dl pendidikan ialah usaha sadar
agar sdm atau potensi-potensi manusia tumbuh dan
berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan
kapasitasnya tujuan pendidikan Islam.
HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN
PENGEMBANGAN SDM (2)
85
 Kehidupan sosial ialah kehidupan saling pengaruh.
Setiap individu mempengaruhi dan dipengaruhi
lingkungan sekitar terutama lingkungan pergaulan.
Hubungan-hubungan antarmanusia, baik individu
maupun antarkelompok, tingkat keharmonisan yang
dirasakan oleh masyarakat, serta tingkat kemampuan
lingkungan untuk merealisasikan berbagai kebutuhan
individu, semuanya bisa mempermudah atau
mempersulit proses pendidikan dalam rangka
pembentukan kepribadian.
 Hubungan antara manusia mengandung: kedalaman
emosi dan kedalaman pikiran
HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN
PENGEMBANGAN SDM (4)
86
Menurut Morris L.Bigge (Learning
Theories for Teachers) ada empat sifat
dasar moral manusia dan hubungannya
dengan alam sekitar yaitu bad-active,
good-active, neutral-passif dan
neutral interactif
HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN
PENGEMBANGAN SDM (5)
87
 Teori bad-active ialah bawaan dasar
manusia itu jelek, yang tidak ada
harapan baik dari mereka. Sekiranya
manusia dibiarkan berkembang maka
yang tampil adalah kejelekannya saja.
Maka fungsi pendidikan adalah
mengusahakan pengekangan terhadap
sifat dasar ini dan melatih bagian-
bagian jiwa ke arah yang baik.
HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN
PENGEMBANGAN SDM (6)
88
Teori good-active :dasarnya bawaan
manusia itu baik yang sekiranya
dibiarkan tumbuh tanpa dipengaruhi,
maka akan tampil sifat-sifat baiknya.
Sehingga implikasinya dalam
pendidikan ialah penyiapan sumber-
sumber belajar sedemikian rupa agar
perkembangan bawaan itu optimal.
HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN
PENGEMBANGAN SDM (7)
89
Teori neutral-passive : pada
dasarnya manusia itu bersifat
netral, yang potensial untuk tidak
baik dan tidak pula buruk, dan
menerima pengaruh luar apa
adanya. Karakter seseorang
apakah baik atau jelek, sangat
tergantung pada polesan alam
lingkungannya.
HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN
DAN PENGEMBANGAN SDM (8)
90
 Teori neutral-interactive, adalah hampir
sama dengan neutral-passive, hanya saja
pengaruh dunia luar terhadapnya ada proses
kerjasama atau interaktif. Berarti
pendidikan, tidak akan dapat seratus persen
mencetak anak didik sesuai dengan yang
dikehendaki, karena peserta didik dapat
memberi respon atau dialektis terhadap
pengaruh luar. Keempat teori pendidikan ini
bersifat antropocentris.
HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN
PENGEMBANGAN SDM (9)
91
Sebagai kelanjutan dari teori-teori
ini memunculkan tiga teori dasar
dari Barat yaitu teori emperisme,
nativisme dan konvergensi.
HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN
PENGEMBANGAN SDM DL TEORI FITRAH (10)
DIBICARAKAN SECARA TERSENDIRI
1. fatalis-pasif
2. netral-pasif
3. positif-aktif
4. dualis-aktif
92
FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM
PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN DALAM ISLAM (11)
93
1. Faktor heriditas: mewarisi sifat-sifat dari
kedua orang tuanya, baik moral (al-
khalqiyah), fisik (al-jismiyah) maupun
intelektual (al-’aqliyah), sejak masa
kelahirannya;
2. Lingkungan terutama lingkungan sosial;
3. kehendak bebas manusia, akan mampu
mengalahkan pengaruh faktor al-warisah
dan lingkungan;
4. Bi Aunillah (atas pertolongan Allah).
BAB IV: ALIRAN FPI: KESADARAN MANUSIA DAN PARADIGMA
PENDIDIKAN (1) hal. 87
1. Kesadaran magis :
 terbentuk pada masyarakat yang masih mempercayai
hal-hal yang supranatural.
 meyakini bahwa kekuatan terbesar yang mempengaruhi
kehidupan mereka adalah hal-hal yang gaib, mistis,
supranatural (luar alam).
 Untuk itu hal-hal gaib ini harus di-“tundukkan” dengan
sesajen dan do’a-do’a/mantra/jampi-jampi/komat-
kamit.
94
KESADARAN MANUSIA DAN PARADIGMA
PENDIDIKAN (2)
2. Kesadaran naif.
 masyarakat yang memandang bahwa setiap
ketidakadilan sosial berakar dari kelemahan
manusia.
 masyarakat dengan kesadaran naif terbentuk
pada masyarakat yang percaya bahwa kekuatan
natural (alam) adalah kekuatan terbesar yang
mempengaruhi segala masalah di dunia ini.
 Untuk itu kekuatan alam harus ditundukkan oleh
tangan manusia.
95
KESADARAN MANUSIA DAN PARADIGMA
PENDIDIKAN (3)
3. Kesadaran kritis.
 masyarakat yang menyadari bahwa kekacauan di
dunia ini diciptakan oleh sistem yang dibuat oleh
manusia itu sendiri.
 masyarakat kritis adalah masyarakat yang
keyakinannya telah bergeser dari kepercayaan
kekuatan terbesarnya kepada alam menuju
kekuatan manusia.
 Untuk itu kekuatan manusia yang menjelma
pada sistem ini harus ditundukkan dengan
“ilmu” dan kesadaran kritis.
96
PARADIGMA PENDIDIKAN (1)
1. Sistem pendidikan:
 yang memandang realitas luar sebagai sesuatu
yang given, telah berlaku dari sononya, tidak
bisa/perlu dirubah, bahkan perlu dilestarikan.
 Inilah sistem pendidikan yang pro status quo.
 Para ahli filsafat pendidikan mengistilahkannya
dengan Pendidikan Konservatif.
 Pendidikan konsevatif ini lazim diberlakukan
pada negara-negara dengan rezim yang otoriter.
97
PARADIGMA PENDIDIKAN (2)
2. Paradigma liberal.
 memandang bahwa ketidakadilan sosial terjadi
karena kelalaian manusia itu sendiri.
 Kalau ada pengangguran maka itu adalah
kesalahan manusianya yang kurang kreatif, tidak
berjiwa wirausaha dan malas.
 Kalau ada kemiskinan kota (poor urban) itu
disebabkan karena manusianya yang malas
berusaha di desa dan maunya hidup enak saja di
kota
98
PARADIGMA PENDIDIKAN (3)
3. Paradigma pendidikan kritis.
 pendidikan harus secara utuh meresapi dan menyatu di
tengah-tengah masyarakatnya.
 Paradigma ini memandang akar ketidakadilan sosial
adalah sistem yang berlaku pada masyarakat itu.
 Sistem itu dapat berupa sistem politik (yang otoriter dan
anti demokrasi), sistem sosial (yang melestarikan kasta-
kasta dan menghambat laju mobilitas sosial), sistem
ekonomi (yang kapitalistik, dan anti kerakyatan) sistem
budaya (yang patriaki dan anti egaliter), bahkan sistem
pendidikan itu sendiri (yang menjadi alat pengukuh
kekuasaan dan pro status quo).
99
ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (1)
1. Fatalis-pasif yang direfresentasikan oleh Ibn Mubarak
(wafat 181 H), Syekh Abdul Qadir Jailani (wafat 561 H),
dan Al-Azhari;
2. Netral-pasif yang diwakili oleh Ibnu Abd al-Barr (wafat
362 H);
3. Positif-aktif yang direpresentasikan oleh Ibnu Taimiyah,
Ibnu Qayyim al-Jauziyah (klasik), Muhammad Ali al-
Shobuni, Mufti Muhammad Syafi’i, Ismail Raji al-Faruqi,
Mohammad Asad, Syah Waliyullah (kontemporer); dan
4. Dualis-aktif yang tokohnya ialah Sayyid Qutub dan Ali
Shari’ati.
100
ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (2)
Fatalis-pasif: setiap individu, melalui ketetapan Allah SWT adalah
baik atau jahat secara asal, baik ketetapan semacam ini terjadi
secara semuanya atau sebagian sesuai dengan rencana Tuhan.
Faktor-faktor eksternal tidak begitu berpengaruh terhadap
penentuan nasib seseorang karena setiap individu terikat dengan
ketetapan yang telah ditentukan sebelumnya oleh Allah SWT.
 Dasarnya: hadis Nabi SAW dari Abdullah Ibnu Mas’ud berkata,
Rasulullah SAW bersabda (mengomentari) firman Allah SWT,
”Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan anak-anak Adam
dari sulbi mereka” (QS. Al-A’ra>f [7]: 172).
101
ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (3)

‫ق‬ ‫بربكم‬ ‫ألست‬ ‫أيفسهم‬ ‫على‬ ‫وأشهدمم‬ ‫ذريتهم‬ ‫ظهورمم‬ ‫من‬ ٍ‫آد‬ َ ‫بن‬ ‫من‬ ‫ربك‬ ‫أخذ‬ ‫وإذ‬
‫الوا‬
‫غافلين‬ ‫مذا‬ ‫عن‬ ‫كنا‬ ‫إيا‬ ‫الَيامة‬ ٍ‫يو‬ ‫تَولوا‬ ‫أن‬ ‫شهديا‬ ‫بلى‬
 Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
102
ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (4)
Netral-pasif: anak lahir dalam keadaan suci, utuh dan
sempurna, suatu keadaan kosong sebagaimana adanya,
tanpa kesadaran akan iman atau kufur, baik atau jahat. Ini
sama dengan teori ’tabularasa’ dari John Lock.
 Manusia lahir seperti kertas putih tanpa ada sesuatu
goresan apa pun. Pengetahuan manusia berbagai hal
termasuk kebaikan, keburukan, benar-salah, baik-buruk
dan indah-tidak indah dan lain-lain diperolehnya dari
polesan lingkungan. Manusia berpotensi menjadi baik bila
pengaruh luar terutama orang tuanya mengajarkan
demikian.
103
ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (5)
 Sebaliknya berpotensi menjadi buruk bila
lingkungan terutama orang tuanya mengabaikan
nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keadilan
terhadap anak atau justru mengajarkan keburukan
dan kejahatan terhadap anak. Prinsipnya ialah
bahwa mana yang lebih dominan dan intensif
mempengaruhi manusia (peserta didik), hal itulah
yang menentukan kepribadiannya, apakah ia
cerdas atau bodoh, kreatif atau jumud.
104
ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (6)
 Pandangan ini mengambil argumen dari QS. Al-Nah}l
(16): 78.

َ‫ت‬ َ
‫َل‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ه‬َ‫م‬ُ‫أ‬ ِ‫ون‬ُ‫ط‬ُ‫ب‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ج‬َ‫ر‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ ُ َ
‫َّللا‬ َ‫و‬
‫ا‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ئ‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ َ‫ون‬ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬
َ‫ار‬َ‫ص‬ْ‫ب‬َ ْ
‫اْل‬ َ‫و‬ َ‫ع‬ْ‫م‬َ‫س‬‫ل‬
َ‫ون‬ُ‫ر‬ُ‫ك‬ْ‫ش‬َ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ل‬ َ‫ة‬َ‫د‬ِ‫ئ‬ْ‫ف‬َ ْ
‫اْل‬ َ‫و‬
.
 Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
105
ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (7)
Positif-aktif yakni bawaan dasar atau sifat manusia sejak
lahir adalah baik, sedangkan kejahatan bersifat aksidental.
Para ahli yang berpandangan positif membangun dasar
argumennya dari:
1. QS. al-A’ra>f (7):172:

ُ‫ذ‬ ْ‫م‬ِ‫م‬ ِ
‫ور‬ُ‫ه‬ُ‫ظ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٍََ‫د‬‫آ‬ َ ِ‫ن‬َ‫ب‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ُّك‬‫ب‬ َ‫ر‬ َ‫ذ‬َ‫خ‬َ‫أ‬ ْ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫و‬
‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫م‬َ‫د‬َ‫ه‬ْ‫ش‬َ‫أ‬ َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ِ
‫ر‬
ُ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ل‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫س‬ُ‫ف‬‫ي‬َ‫أ‬
ْ‫و‬َ‫ي‬ ‫وا‬ُ‫ل‬‫و‬ََُ‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫َا‬‫ي‬ْ‫د‬ِ‫ه‬َ‫ش‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ب‬ ‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ب‬ َ‫ر‬ِ‫ب‬
َ‫غ‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َ‫م‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ن‬ُ‫ك‬ ‫ا‬َ‫ي‬ِ‫إ‬ ِ‫ة‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ي‬َِْ‫ال‬ ٍَ
َ‫ين‬ِ‫ل‬ِ‫ف‬‫ا‬
.
106
ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (8)
 Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
107
ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (9)
2. Hadis Nabi SAW:

ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ُ‫ل‬‫و‬ََُ‫ي‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ ُ‫ه‬َ‫ي‬َ‫أ‬ َ‫ة‬ َ‫ْر‬‫ي‬ َ‫ر‬ُ‫م‬ َ ِ‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬
َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ
‫َّللا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ص‬ ِ َ
‫َّللا‬ ُ‫ل‬‫و‬
ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫م‬َ‫ل‬َ‫س‬
ُ‫ي‬ ُ‫ه‬‫ا‬ َ‫و‬َ‫ب‬َ‫أ‬َ‫ف‬ ِ‫ة‬ َ‫ر‬ْ‫ط‬ِ‫ف‬ْ‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫د‬َ‫ل‬‫و‬ُ‫ي‬ َ
‫َل‬ِ‫إ‬ ‫ود‬ُ‫ل‬ ْ‫و‬َ‫م‬
َ‫م‬ُ‫ي‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ي‬‫ا‬ َ‫ر‬ ِ
‫َص‬‫ن‬ُ‫ي‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ي‬‫ا‬َ‫د‬ِ‫و‬َ‫ه‬
ُ‫ج‬َ‫ت‬ْ‫ن‬ُ‫ت‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬ ِ‫ه‬ِ‫ي‬‫ا‬َ‫س‬ ِ‫ج‬
َ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ُّون‬‫س‬ ِ‫ح‬ُ‫ت‬ ْ‫ل‬َ‫م‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫ع‬ْ‫م‬َ‫ج‬ ً‫ة‬َ‫م‬‫ي‬ِ‫ه‬َ‫ب‬ ُ‫ة‬َ‫م‬‫ي‬ِ‫ه‬َ‫ب‬ْ‫ال‬
َ‫ر‬ُ‫م‬ ‫و‬ُ‫ب‬َ‫أ‬ ‫ول‬ََُ‫ي‬ َ‫م‬ُ‫ث‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫ع‬ْ‫د‬َ‫ج‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬
‫وا‬ُ‫ء‬ َ‫ر‬ْ‫ق‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫ة‬ َ‫ْر‬‫ي‬
ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ئ‬ِ‫ش‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬
(
َ‫ن‬‫ال‬ َ‫ر‬َ‫ط‬َ‫ف‬ َ ِ‫ت‬َ‫ال‬ ِ َ
‫َّللا‬ َ‫ة‬ َ‫ر‬ْ‫ط‬ِ‫ف‬
ِ َ
‫َّللا‬ ِ‫ق‬ْ‫َل‬‫خ‬ِ‫ل‬ َ‫ل‬‫ِي‬‫د‬ْ‫ب‬َ‫ت‬ َ
‫َل‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ
‫اس‬
ُ‫م‬ِ‫ي‬ََْ‫ال‬ ُ‫ِين‬‫الد‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬
)
َ‫ة‬َ‫ي‬ ْ
‫اْل‬
 Tidak dilahirkan seseorang kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah.
Maka orangtuanyalah yang menjadikan anak itu beragama Yahudi,
Nasrani dan Majusi. Sebagaimana binatang ternak melahirkan
binatang ternak dengan sempurna. Apakah anda melihat sesuatu yang
kurang?
108
ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (10)
Dualis-aktif: manusia sejak awalnya membawa sifat ganda.
Di satu sisi cenderung kepada kebaikan, dan di sisi lain
cenderung kepada kejahatan.
 Menurut Qutub, dua unsur pembentuk esensial dari
struktur manusia secara menyeluruh, yaitu ruh dan tanah,
mengakibatkan kebaikan dan kejahatan sebagai suatu
kecenderungan yang setara pada manusia, yaitu
kecenderungan untuk mengikuti Tuhan dan
kecenderungan untuk tersesat.
 Kebaikan yang ada dalam diri manusia dilengkapi dengan
pengaruh-pengaruh eksternal seperti kenabian dan wahyu
Tuhan sementara kejahatan yang ada dalam diri manusia
dilengkapi faktor eksternal seperti godaan dan kesesatan.
109
ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF
ILMU PENDIDIKAN :
Berdasar pada ruang lingkup pembagian ilmu dan tujuan
memperoleh ilmu, Ridla membagi aliran-aliran utama
pemikiran pendidikan Islam kepada tiga:
1. aliran al-muha>fiz (religius konservatif),
2. aliran al-diniy al-‘aqlaniy (religius rasional),
3. aliran al-zarai’iy (pragmatis instrumental).
110
RELIGIUS KONSERVATIF (1)
 Konservatif: penafsiran terhadap realitas dunia
berpangkal dari ajaran agama sehingga semua yang
menyangkut tujuan belajar, pembagian ilmu yang
dicari oleh pembelajar, etika mu’allim dan
muta’allim dan lain sebagainya harus dibingkai
dengan ajaran agama.
 Persoalan pendidikan cenderung bersikap murni
keagamaan. Memaknai ilmu dengan pengertian yang
lebih sempit, yakni hanya mencakup ilmu-ilmu yang
dibutuhkan saat sekarang (hidup di dunia) yang
jelas-jelas akan membawa manfaat kelak di akhirat.
111
RELIGIUS KONSERVATIF (2)
 Aliran ini (konservatif) diwakili oleh Imam al Gazali,
Syekh al-Thusi, Ibnu Jama’ah, Sahnun, Ibnu al-
Haitami dan al-Qabisi.
112
RELIGIUS KONSERVATIF (3)
 Sikap dan kecenderungan agamis ini menimbulkan
implikasi-implikasi negatif terhadap pendidikan:
term ilmu yang dalam al-Qur’an dan Sunnah bersifat
mutlak (cakupan yang luas) menjadi muqayyad
(terbatas/sempit) yakni terbatas pada ilmu tentang Tuhan
(‘ilm billah).
113
RELIGIUS KONSERVATIF (4)
Adanya antusiasme pendakian spiritual mendorong
pemikiran pendidikan Islam konservatif ke arah
pengabaian urusan dunia dan dengan segala kemanfaatan
dan kenikmatannya dan mengabaikan bekerja dan usaha-
usaha memperoleh kemanfaatan urusan dunia tersebut.
114
RELIGIUS KONSERVATIF (5)
 Keterpakuan para ahli pendidikan muslim pada ungkapan ilmu
sebagai tujuan akhir pada zat ilmu itu sendiri atau ilmu
untuk ilmu (al-‘ilm ga>yah fi za>tih) sehingga sebagian mereka
menjadikan ilmu eksklusif dari kemungkinan untuk pelayanan
bagi kehidupan kemanusiaan, memperbaiki kehidupan manusia
dan menambah kebahagian masing-masing individu.
115
RELIGIUS KONSERVATIF (6)
Di sisisi lain dari aliran keagamaan konservatif ini
adalah rasa tanggung jawab keagamaan yang kuat
yang belum pernah ditemukan adanya rasa tanggung
jawab moral serupa pada generasi berikutnya.
Mereka sangat menjunjung tinggi persoalan belajar,
bahkan mereka menilainya sebagai wujud tanggung
jawab moral yang sangat luhur.
Tugas-tugas mengajar untuk mencari rida (rela)
Allah SWT dan mendekatkan mu’allim
(guru/pendidik) kepada-Nya karena kebajikan-
kebajikannya.
116
RELIGIUS KONSERVATIF (7)
 Dengan aktivitas mengajar bukan sekedar tanggung
jawab kemanusiaan tetapi merupakan tangggung
jawab keagamaan yang sangat penting.
117
RELIGIUS RASIONAL (1)
 Rasional sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
aliran al-muhafiz dl hal kaitan antara pendidikan
dan tujuan akhir agamawi. Di antara tokoh aliran ini
antara lain kelompok Ikhwan al-Safa, al-Farabi, Ibnu
Sina dan Ibnu Miskawaih.
118
RELIGIUS RASIONAL (2)
 Ikhwan al-Safa mengakui bahwa semua ilmu dan
sastra yang tidak mengantarkan pemiliknya
menuju tuntutan akhirat dan tidak memberikan
makna sebagai bekal di sana, maka ilmu yang
demikian hanya menjadi bencana dan bukti
kesusahan bagi pemiliknya di akhirat. Namun
ketika aliran ini membicarakan persoalan
pendidikan seperti masalah ilmu dan belajar,
cenderung lebih rasional dan filosufis.
119
RELIGIUS RASIONAL (3)
 Mereka membangun prinsip-prisip dasar pemikiran
kependidikan dari pemikiran tentang manusia,
pengetahuan dan pendidikan. Dipandang
pendidikan dari sudut pandangan akal bukan dari
segi amal. Pengetahuan semua dipelajari, bukan
secara naluri, dan semua pengetahuan melalui
pancaindera.
120
PRAGMATIS INSTRUMENTAL (1)
 Pragmatis instrumenatal, yang tokoh satu-satunya ialah Ibnu
Khaldun. Pandangannya tentang tujuan pendidikan lebih banyak
sisi pragmatis dan lebih berorientasi pada tataran aplikatif-praktis.
121
PRAGMATIS INSTRUMENTAL (2)
 Dia mengklasifikasikan ilmu pengetahuan berdasar tujuan
fungsionalnya, bukan berdasar nilai substansialnya
semata.
 Ia membagi ragam ilmu yang perlu dimasukkan ke dalam
kurikulum pendidikan menjadi dua yakni (1) jenis ilmu-
ilmu yang bersifat instrinsik (ilmu-ilmu syariah), seperti
tafsir, hadis, fikih, kalam, ontologi dan teologi dari cabang
filsafat. (2) jenis ilmu-ilmu yang bernilai ekstrinsik
instrumental bagi ilmu jenis pertama, seperti bahasa Arab,
ilmu hitung dan sejenisnya.
122
PRAGMATIS INSTRUMENTAL (3)
 Merupakan ilmu naqliy dari orang yang
menghasilkannya. Jenis ilmu ini bersandar pada
warta otoritatif Syar’i (Tuhan dan Rasul-Nya).
Sedangkan akal pikiran manusia tidak mempunyai
peluang untuk mengintervensinya kecuali dalam
ruang lingkup cabang-cabangnya. Itupun masih
harus berada dalam kerangka dasar Pembuat Syar’i.
 Bersifat alami bagi manusia, yaitu ilmu-ilmu yang
diperoleh manusia lewat bimbingan penalaran akal
pikirnya.
123
PRAGMATIS INSTRUMENTAL (4)
 Ruang lingkup persoalannya, prinsip-prinsip dan
metode pengembangannya sepenuhnya berdasar
pada daya penjelajahan akal manusia.
124
PRAGMATIS INSTRUMENTAL (5)
 Ibnu Khaldun membagi kemampuan berpikir ini
menjadi tiga tingkatan yaitu (1) al-‘aql al-tamyiz
(akal pemisah); (2) al-‘aql al-tarbiyyi (akal
eksprimental); dan (3) al-‘aql al-nazariy (akal
kritis).
125
PRAGMATIS INSTRUMENTAL (6)
 Tingkatan akal terbawah, karena kemampuannya
hanya terbatas pada mengetahui hal-hal yang
bersifat emperis inderawi. Konsep-konsep yang
dihasilkan taraf berpikir tingkat ini adalah deskripsi
atau penggambaran (al-tasawwurat). Tujuannnya
adalah menghasilkan kemanfaatan bagi manusia dan
menolak bahaya.
126
PRAGMATIS INSTRUMENTAL (7)
 Kemampuan berpikir yang menghasilkan berbagai
gagasan pemikiran dan berbagai etika dalam tatanan
pergaulan bersama dan hal ihwal mereka. Banyak
dari olah pikir pada tingkat menghasilkan kebenaran
(tasdiqat) yang disimpulkan dari eksprimen sedikit
demi sedikit secara berkelanjutan hingga mencapai
kesempurnaan hasil atau kegunaan.
127
PRAGMATIS INSTRUMENTAL (8)
 Suatu proses berpikir yang menghasilkan ilmu atau asumsi
kuat akan hal meta empiris (abstrak-filosufis) yang
merupakan kompleksitas hubungan dari berbagai
tasawwur (penggambaran) dan tasdiq (pembenaran)
hingga membangun disiplin keilmuan tertentu. Yang
terpenting dari tingkat akal kritis ini ialah penggambaran
realitas (al-wujud) sebagaimana hakikatnya, jenis-jenisnya,
detailnya, sebab-sebabnya, dan ilat-ilatnya, dan daya
berpikir berkembang sempurna menjadi akal murni dan
jiwa yang tercerahkan. Di sinilah hakikat kemanusiaan.
128
ALIRAN FILSAFAT PEND. BARAT
1. Progresivisme
2. Esensialisme
3. Perenialisme
4. Rekonstruksionisme
129
BAB IV: PEMIKIRAN PENDIDIKAN KALBU
130
 Rasional (1) : Kenapa harus dibahas:
1. Kalbu/nurani yang tercerahkan selalu
mengarah kpd yang baik. Nabi SAW bersabda:

َ‫ث‬ َ‫ك‬َ‫س‬ْ‫ف‬َ‫ي‬ ِ‫ت‬ْ‫ف‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫ك‬َ‫ب‬ْ‫ل‬َ‫ق‬ ِ‫ت‬ْ‫ف‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬
َ‫ي‬َ‫أ‬َ‫م‬ْ‫اط‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُّ‫ر‬ِ‫ب‬ْ‫ال‬ ِ‫ا‬َ‫ر‬َ‫م‬ َ‫ث‬ َ
‫َل‬
ُ‫س‬ْ‫ف‬َ‫ن‬‫ال‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ْ‫ت‬
ِ‫ف‬ َ‫د‬َ‫د‬َ‫ر‬َ‫ت‬ َ‫و‬ ِ
‫س‬ْ‫ف‬َ‫ن‬‫ال‬ َ ِ‫ف‬ َ‫اك‬َ‫ح‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُ‫م‬ْ‫ث‬ِ ْ
‫اْل‬ َ‫و‬
َ‫ن‬‫ال‬ َ‫اك‬َ‫ت‬ْ‫ف‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ِ
‫ر‬ْ‫د‬َ‫ص‬‫ال‬ َ 
َ‫ك‬ ْ‫و‬َ‫ت‬ْ‫ف‬َ‫أ‬ َ‫و‬ ُ‫اس‬
 (Minta fatwalah kepada kedalaman kalbumu/jiwamu, Nabi
mengucapkannya tiga kali. Kebaikan itu ialah yang menenteramkan
jiwa/kalbu dan dosa itu ialah sesuatu yang menyusahkan jiwa/kalbu dan
kebimbangan di kalbu. Jika manusia meminta fatwa kepadamu, mintalah
fatwa kepada ke kedalaman kalbu/jiwamu).”
RASIONAL (2)
131
2. Berpengaruh secara signifikan dalam
pembentukan perilaku. Nabi SAW bersabda:

ِ‫فسد‬ ‫واذا‬ ‫كله‬ ‫الجسد‬ ‫صلح‬ ‫صلحت‬ ‫اذا‬ ‫مضغة‬ ‫للجسد‬ ‫ان‬ ‫اَل‬
‫فسد‬
‫الَلب‬ ‫ومى‬ ‫اَل‬ ‫كله‬ ‫الجسد‬
(
‫ومسلم‬ ‫البخارى‬ ‫رواه‬
)
 Ingatlah! Bahwa dalam tubuh itu ada segumpal daging, bila ia baik,
akan baiklah seluruh tubuh itu, dan bila ia rusak, rusaklah ia
seluruhnya. Itulah dia kalbu. (HR. Bukhari dan Muslim).
RASIONAL (3)
132
3. Jika ingin mempelajari tingkah laku
seseorang atau mengubahnya maka kita
harus memahami presepsinya dan
mengubah pandangan atau keyakinannya.
Demikian juga bila ingin melihat perbedaan
seseorang dengan yang lainnya maka harus
dilihat perilaku internalnya, karena
perbedaan individu satu dengan yang
lainnya adalah faktor internalnya (kalbu).
RASIONAL (4)
133
4. Hakikat muslim itu didahului dengan iman.
Iman letaknya di kalbu. Iman merupakan
cahaya yang menerangi jalan seseorang agar
berprilaku lurus di jalan kebajikan serta
mendapat nikmat di hari kemudian.
5. Yang diminta pertanggungjawaban ialah isi
kalbu bukan nafsu.
6. Niat itu letaknya di kalbu.
PENGERTIAN KALBU (1)
134
 Pengertian:
 Menurut bahasa: Kalbu berasal dari bahasa
Arab yakni qalaba (membalik).
Membalikkan yang atas di bawah, atau
menjadikan yang dalam di luar atau
membalikkan senang menjadi susah, cinta
menjadi benci, yang semuanya itu
merupakan pengertian kalbu.
PENGERTIAN KALBU (2):
135
 Imam al-Ghazali:
 Spiritualitas kalbu ia berupa sesuatu yang
lathifah (halus), bersifat Robbaniyah
(Ketuhanan) dan kerohanian yang ada
hubungannya dengan jasmani. Kalbu yang
halus itulah hakikat manusia yang dapat
menangkap segala rasa, mengetahui dan
mengenal segala sesuatu.
PENGERTIAN KALBU (3):
136
 Kalbu adalah salah satu gejala dari
perangkat hakikat manusia yang asasi,
karena iman bersemayam di dalam
kalbu (QS. Al-Hajj [22]:32) dan sebagai
alat untuk memperoleh ilmu (QS. Al-
Hajj [22]:46 dan al-An’am [6]:25).
KARAKTERISTIK KALBU (1)
137
 Pertama: Kalbu berfungsi sebagai alat
ma’rifah, memiliki pemahaman dalam diri
manusia dan akal. Pengertian ini
ditunjukkan oleh firman Allah QS. Qaf
(50):37: Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat peringatan bagi
orang-orang yang mempunyai kalbu atau
yang menggunakan pendengarannya,
sedang dia menyaksikannya.
KARAKTERISTIK KALBU (2)
138
Kedua: Penyebab kalbu seseorang
tenteram ialah dengan berdzikir.
Dalam QS. ar Ra’ad (13):28 disebutkan:
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan
kalbu mereka menjadi tenteram
dengan dzikrullah. Ingatlah hanya
dengan dzikrullah kalbu menjadi
tenteram.”
KARAKTERISTIK KALBU (3)
139
 Ketiga: Penyebab kalbu seseorang
tertutup/dikunci mati atau berpenyakit
atau keras adalah karena kedengkian,
kesombongan dan menentang kebenaran.
Hal tersebut tersirat dalam Alquran. ”Allah
telah mengunci mati kalbu (qulubihim)
dan pendengaran mereka, dan penglihatan
mereka ditutup” (QS.al-Baqarah [2]: 7 ).
KARAKTERISTIK KALBU (4)
140
 Dalam kalbu mereka (qulubihim) ada
penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya
(QS.al-Baqarah [2]: 7 dan 10). Dan diantara
mereka ada orang yang mendengarkan
(bacaan)mu, padahal Kami telah
meletakkan tutupan di atas kalbu mereka
(qulubihim) sehingga mereka tidak
memahaminya dan (Kami letakkan)
sumbatan di telinganya. (QS. Al-An’am
[6]:25).
KARAKTERISTIK KALBU (5)
141
 Keempat: Dalam kalbu ada macam-macam
lammah (lintasan/bisikan); yang
menyuruh kepada yang baik (lammah
malakiyyah)/lammah muthmainnah;
bisikan maksiat (lammah syaithaniyyah
atau lammah ammarah bissu’); dan bisikan
yang labil (lammah lawwamah); yang
terkadang ingin berbuat baik dan disaat lain
senang berbuat mungkar. Ini sesuai dengan
isyarat QS. Al-Hajj (22): 53-54.
KARAKTERISTIK KALBU (6)
142
 Kelima: Kalbu merupakan salah satu gejala dari
perangkat hakikat manusia yang asasi, karena
iman (QS.al-Maidah [5]:41), ra’fah wa rahmah
(rasa santun dan kasih sayang) (QS. [al-Hadid
[57]:27), hidayah (QS. al-Tagabun [64]:11) dan
takwa (QS. Al-Hajj [22]: 32) bersemayam dalam
kalbu.

‫ال‬ ‫فسد‬ ِ‫فسد‬ ‫واذا‬ ‫كله‬ ‫الجسد‬ ‫صلح‬ ‫صلحت‬ ‫اذا‬ ‫مضغة‬ ‫للجسد‬ ‫ان‬ ‫اَل‬
‫جسد‬
‫الَلب‬ ‫ومى‬ ‫اَل‬ ‫كله‬
(
‫ومسلم‬ ‫البخارى‬ ‫رواه‬
)
KARAKTERISTIK KALBU (7)
143
 Keenam; Kalbu secara etimologi pada dasarnya
bersifat labil dan suka bolak balik kecuali yang
dapat bimbingan Ilahi. Seperti keterusikan kalbu
Nabi Ibrahim, tentang bagaimana cara Tuhan
menghidupkan yang telah mati.
 Peristiwa ini bukanlah keraguan Nabi Ibrahim
tentang hari kiamat. Karena ketidak tahuannya,
maka ia ingin melihat dengan mata telanjang
bagaimana cara Tuhan menghidupkan yang mati,
sekalipun hal itu rahasia Ilahi, demi
menenteramkan kalbunya.
METODE PENDIDIKAN KALBU (1)
144
 Metode dzikrullah (berdzikir kepada Allah) secara
terus menerus. Dzikir dapat berupa dalam kalbu
dan lisan; kalbu saja, dan lisan saja.
 Istighfar dan bertobat . Hakikat tobat ialah secara
totalitas kembali kepada Allah. Nabi istighfar dan
tobat minimal 70 kali setiap hari sekalipun beliau
ma’shum (terpelihara) dari dosa. Sebelum bertobat
dimulai dengan istighfar. Para pendosa jika ingin
istighfar dan tobat harus memenuhi 3 syarat jika
dosa itu berhubungan dengan Allah. Jika dosa
berkaitan dengan manusia ada 4 syarat.
METODE PENDIDIKAN KALBU (2)
145
 Berdoa (memohon sesuatu kepada Tuhan).
Seseorang berdoa pada hakikatnya penyerahan diri
kepada Sang Pencipta tentang permohonannya;
dan keyakinan bahwa Allah Maha Kuasa
mengabulkan doa. Doa dapat merubah nasib.
 Semua doa pasti dikabulkan dalam arti; (1) apa
yang diminta diberikan langsung; (2) apa yang
diminta tidak diberikan tapi diberikan dalam
bentuk lain, seperti ketenangan hidup, jauh dari
keburukan dan lain-lain; (3) ditangguhkan dengan
memberi ganjaran kepada yang berdoa.
METODE PENDIDIKAN KALBU (3)
146
 Melatih diri selalu husnudzdzan (berpikir positif),
dan menghindari suu’dzdzan (prasangka buruk
atau berpikir negatif).
 Berpikir positif perlu latihan dengan cara (1)
mempertimbangkan baik dan buruk setiap
perilaku, (2) berpikir positif menyehatkan
jiwa/mental dan raga; (3) berpikir positif akan
membuka diri dengan realitas; (4) berpikir positif
memperbanyak teman dan karib; (5) berpikir
positif meringankan langkah dalam setiap
aktivitas.
KALBU DAN TANGGUNGJAWAB
147
Bertanggung jawab adalah beban
(taklif) yang dipikul oleh seseorang,
atau kelompok mengenai akibat
sesuatu yang dilakukannya, baik karena
konsep atau gagasan, perkataaan dan
perbuatannya ataupun karena tidak
berbuat apa-apa yang dibebankan
kepadanya
TINGKAH LAKU MANUSIA ADA DUA (1)
148
1. manusiawi ialah perbuatan yang dikuasai oleh
manusia, yang secara sadar di bawah kontrolnya,
dan dengan sengaja dikehendakinya baik
perkataan maupun perbuatannya. Maka si pelaku
bertanggungjawab atas perbuatan dan perkataan
tersebut. Dan prilaku macam inilah yang
dibicarakan oleh agama.
TINGKAH LAKU MANUSIA ADA DUA (2)
149
2. Perbuatan manusia ialah aktivitas yang dilakukan
manusia secara kebetulan baik perkataan maupun
perbuatan, tetapi ia tidak menguasainya karena
tidak mengontrolnya dengan sadar, tidak
menghendekainya dengan sengaja. Dan atas
perbuatan dan perkataan semacam ini, manusia
tidak perlu bertanggung jawab atau dimaafkan.
Begitu seseorang ingat kembali, maka waktu itu
pula dia memikul tanggungjawab atas perkataan
dan perbuatannya.
PRASYARAT TANGGUNGJAWAB
150
 Manusia diberi potensi-potensi sebagai pra syarat
memikul tanggung jawab
 Disamping manusia diberikan berbagai potensi, juga
diberikan wewenang
 Diberi kebebasan dl hal ghairu mahdhah;
 Diberi sarana dan norma-norma (ayat-ayat Ilahiyah,
ayat-ayat Insaniyah dan ayat-ayat kauniyah)
sehingga layak memikul tanggung jawab;
LAYAK MEMIKUL TANGGUNG JAWAB (1)
151
1. mencapai batas taklif (dewasa) baik laki-laki
maupun perempuan;
2. berakal, maksudnya mengetahui dan menyadari
alias tidak lupa apa yang diperbuat dan dikatakan
serta mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh
perbuatan dan perkataan tersebut baik bagi dirinya
sendiri maupun bagi orang lain;
LAYAK MEMIKUL TANGGUNG JAWAB (2)
152
3. mempunyai kebebasan dan tidak mendapat
paksaan ketika melakukan perbuatannya atau
ketika mengucapkan perkataannya;
4. mempunyai kemampuan untuk mengutarakan
perkataannya atau melakukan perbuatannya.
PERBEDAANKALBU YG TERCERAHKAN DAN KALBU YANG GELAP YG BLM
TERCERAHKAN DL TINDAK KEJAHATAN
153
Kalbu yg belum tercerahkan:
1. Belum ada celah untuk itu,
2. Takut diketahui dan malu;
3. Takut sanksi hukum dunia;
4. Merusak karier;
5. Belum ada peluang.
KALBU YG TERCERAHKAN
154
 Kalbu yg tercerahkan:
1. Mensyukuri nikmat Tuhan utk memayungi ya lain;
2. Takut siksa api neraka;
3. Tidak bisa mempertanggungjawabkan perbuatan di
akhirat;
4. Malu terhadap Tuhan dan manusia;
5. Takut sanksi hukum dunia;
6. Merusak karier.
SEBAB-SEBAB NORMA DITAATI
155
1. hukum atau aturan itu memerintahkan sesuatu
yang secara pribadi menguntungkan;
2. ada ancaman hukuman menyebabkan sebaiknya
menaati dan dipertanggung jawabkan;
3. subjek merasakan suatu perasaan wajib atau
kewajiban moral.
Kedua alasan pertama tidak dapat menjamin ketaatan
pada hukum/aturan karena hukum hanya ditaati selama
menguntungkan atau selama kewaspadaaan pemberi
sanksi tidak dapat dihindari. Kecuali yang spiritualitas
kalbunya baik.
BAB V: FILSAFAT PENDIDIKAN KELUARGA DAN KOMPONEN PENDIDIKAN
ISLAMKOMPONEN PENDIDIKAN ISLAM :
156
 Pengertian Pendidikan Keluarga: Pendidikan yang
dilaksanakan dalam keluarga (terdiri dari bapak,
ibu, anak-anak dan anggota keluarga lainnya yang
menjadi tanggung jawab kedua orang tua).
 Pendidikan keluarga sebagai pendidikan utama
dan pertama sesuai dengan QS. A-Tahrim: 6 dan
hadis Nabi tentang fitrah serta Sisdiknas
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan
keluarga dan lingkungan (pasal 1 poin 13 UU No
20 Tahun 2003).
DASAR PENDIDIKAN KELUARA
157

‫ال‬ ‫وقودما‬ ‫يارا‬ ‫وأمليكم‬ ‫أيفسكم‬ ‫قوا‬ ‫آمنوا‬ ‫الذين‬ ‫أيها‬ ‫يا‬
‫ناس‬
‫ما‬ ‫هللا‬ ‫يعصون‬ ‫َل‬ ‫شداد‬ ‫غَلظ‬ ‫مَلئكة‬ ‫عليها‬ ‫والحجارة‬
‫يؤمرون‬ ‫ما‬ ‫ويفعلون‬ ‫أمرمم‬
KENAPA PENTING PENDD KELUARGA
158
1. Dalam keluarga hubungan antara anak dan orang
tua bersifat hubungan langsung, alami tidak
dibuat-buat;
2. Dalam keluarga pertama-tama anak memperoleh
terbentuknya tahap-tahap awal proses sosialisasi;
KENAPA PENTING PENDD KELUARGA
159
3. Melalui interaksi dalam keluarga, anak
memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, emosi, sikap,
dan keterampilan.
4. Dasar-dasar kelakuan dan kebiasaaan tertanam
sejak dini di dalam keluarga;
5. Sikap hidup serta kebiasaan-kebiasaan anak
tertanam dalam keluarga;
6. Anak menyerap adat istiadat dan prilaku kedua
orangtuanya dengan cara bertaklid dengan cara
meniru atau mengikuti dengan tidak tahu apa
dasar, bukti dan alasannya, disertai rasa puas.
TUGAS KELUARGA DL PEND KLRG
160
1. bertanggung jawab menyelamatkan faktor-faktor
ketenangan, cinta kasih, serta kedamaian dalam
rumah, dan menghilangkan segala macam
kekerasan, kebencian, serta antagonisme;
2. keluarga harus mengawasi proses-proses
pendidikan;
3. para orang tua harus menerapkan langkah-langkah
sebagai tugas mereka, seperti kriteria tingkah laku,
kewajiban berkumpul, memberikan kepahaman
kepada anak-anak bahwa ayah mereka mempunyai
aktivitas pribadi, kelemah lembutan.
KRITERIA ORANG TUA YG EDUCATOR
161
1. memiliki wawasan pengetahuan yang luas baik
pengetahuan umum maupun pengetahuan agama yang
mencukupi untuk menghindari kesalahan strategi
dalam mendidik anak;
2. mengalokasikan waktu yang cukup bersama keluarga
dalam penanaman pembentukan kepribadian muslim,
memberikan teladan sikap dan prilaku sehari-hari;
3. mendampingi dan memonitoring anak dalam
berintekrasi dengan lingkungan sosial budaya,
terutama pergaulan sosial anak dalam rangka
internalisasi nilai-nilai spiritual keagamaan;
KRITERIA ORANG TUA YG EDUCATOR
162
4. menciptakan suasana terbuka, musyawarah, diskusi
dan dialog dalam keluarga tentang berbagai segi
kehidupan aktual, termasuk tayangan berbagai
media, seperti televisi, intenet sehingga terhindar
dari sikap-sikap kemunafikan.
JIKA KRITERIA TSB SULIT DICAPAI, MAKA SOLUSINYA:
163
1. mendatangkan guru privat agama pada waktu usia
anak di bawah dua belas tahun untuk mengajarkan
nilai-nilai dasar Islam, termasuk cara membaca
Alquran dan Hadis;
2. menyekolahkan anak sejak dari SMP sampai SMU di
lembaga-lembaga Islam semacam pesantren modern
yang saat ini sudah banyak memiliki sekolah-sekolah
umum yang berkualitas;
3. memasukkan anak sejak pendidikan anak dini sampai
sekolah menengah atas di lembaga-lembaga
pendidikan yang memakai lebel Islam;
JIKA KRITERIA TSB SULIT DICAPAI, MAKA SOLUSINYA:
164
4. Orang tua harus melakukan jaringan komunikasi
intensif dengan pihak sekolah dimana putra-
putrinya sekolah;
5. Mengikutkan anak dalam kegiatan keagamaan atau
majelis taklim atau group seni Islami, yang di
adakan di kampung atau di masjid-masjid.
AHDAP (TUJUAN)
TARBIYAH AL-ISLAMIYAH (1)
165
Fungsi Tupen menurut Ahmad D. Marimba:
1. Mengakhiri Usaha
2. Mengarahkan usaha. Tanpa tujuan kegiatan
pendidikan tdk akan efisien
3. Sebagai titik pangkal untuk mencapai tujuan-
tujuan lain (berikutnya)
4. Memberi nilai (sifat) pada usaha itu.
AHDAP TARBIYAH AL-ISLAMIYAH (2)
2. Hasan Langgulung
166
Tujuan Pendidikan Islam harus
mengakomodasikan tiga fungsi utama
dari agama:
1. fungsi spiritual (akidah dan iman);
2. fungsi psikologis (tingkah laku/tindak
moral);
3. fungsi sosial (aturan hubungan
kemanusiaan).
AHDAP TARBIYAH AL-ISLAMIYAH (3)
CIRI-CIRI AHDAP TARBIYAH AL-ISLAMIYAH
167
1. Khalifah :memakmurkan dan mengolah
bumi sesuai dengan amanah Tuhan;
2. Pelaksanaan khalifah dl rangka ibadah;
3. Berakhlak mulia;
4. Membina, mengarahkan,
menumbuhkembangkan dan mengolah
seluruh potensi manusia shg ia memiliki
ilmu, keterampilan dan akhlak
mahmudah;
5. Kebahagiaan hidup di dunia akhirat secara
seimbang.
L. HAKIKAT PENDIDIK (1)
1. S. Nasution
168
Tugas pendidik ada tiga bagian:
1. mengkomunikasikan pengetahuan
(memiliki pengetahuan yang
mendalam);transfer of knowledge
2. sebagai model dl bid. studi yg
diajarkannya;
3. menjadi model sebagai pribadi, apakah ia
berdisiplin, cermat berpikir, mencintai
pelajarannya.(transformatif)
HAKIKAT PENDIDIK (2)
2. Athiyah al-Abrasyi
169
Tujuh sifat pendidik:
1. Zuhud
2. Memiliki jiwa bersih ( tubuhnya, jauh dari dosa,
bersih jiwa, terhindar dari dosa besar, pamer,
dengki, permusuhan, dll
3. Ikhlas dalam melaksanakan tugasnya, sama kata
dan prilaku, dan jujur
4. Pemaaf;
HAKIKAT PENDIDIK (3)
2. Athiyah al-Abrasyi
170
5. Dpt menempatkan diri sebagai bapak/ibu
sebelum ia menjadi seorang guru (mencintai
murid sebagaimana ia mencintai anaknya,
memikirkan keadaan muridnya sebagaimana ia
memikirkan anaknya sendiri)
6. Mengetahui bakat, minat, tabiat dan watak
murid-muridnya;
7. Menguasai bidang studi yg akan diajarkannya;
HAKIKAT PENDIDIK (4)
3. Syekh Nawawi:
171
Akhlak/sifat Mu’allim menurut Syaikh Nawawi al-
Bantani ada 17 :
1. Menerima pertanyaan-pertanyaan murid dengan
penuh kesabaran;
2. Selalu bermurah hati dalam berbagai hal;
3. Merendahkan diri di depan teman duduknya;
4. Tidak sombong, kecuali kepada orang yang
terang-terangan zalim untuk memperingatkan
kezalimannya, karena sombong kepada orang
yang sombong itu adalah shadaqah sebagaimana
tawadhu (merendah diri) kepada orang yang
tawadhu;
HAKIKAT PENDIDIK (5)
3. SYEKH NAWAWI
172
5. Bersikap tawadhu ketika berada di tengah-
tengah acara pertemuan;
6. Mencegah dari bercanda dan senda gurau;
7. Ramah kepada murid ketika mengajar dan tidak
menyuruh tergesa-gesa kepada murid yang tidak
pandai bertanya;
8. Memperbaiki anak yang tidak cerdas dengan
pengajaran yang baik;
9. Tidak marah dan tidak menyindir murid yang
bodoh;
HAKIKAT PENDIDIK (6)
3. SYEKH NAWAWI
173
10. Tidak merasa segan untuk berkata “tidak tahu” atau
“Allah Yang Maha Tahu”, jika suatu masalah belum
dikuasainya;
11. Mendorong semangat kepada yang bertanya agar
pertanyaannya dapat dipahami dan persoalannya
dapat dijawab dengan baik;
12. Dapat menerima alasan orang lain dan
mendengarkan, walaupun alasan itu berasal dari
musuh/tidak sepaham;
13. Mengikuti haq (kebenaran), dan kembali kepada
haq ketika melakukan kesalahan dalam berbicara
atau keyakinan, walaupun haq itu berasal dari orang
yang lebih rendah;
14. Mencegah murid dari setiap ilmu yang
membahayakan agama seperti ilmu sihir dan
astrologi;
HAKIKAT PENDIDIK (7)
3. SYEKH NAWAWI
174
15. Mencegah murid dari keinginan untuk
menggunakan ilmu yang bermanfaat bukan
karena Allah;
16. Mencegah murid dari kesibukan dengan
fardhu kifayah sebelum menyelesaikan fardhu
ain;
17. Menginstrosfeksi diri sendiri lebih dahulu,
sebelum memerintahkan orang lain
mengerjakan kebaikan, dan sebelum
melarang orang lain agar menjauhi
keburukan dengan melaksanakan perintah
syara’ dan menjauhi larangannya, agar murid
mengambil teladan darinya.
HAKIKAT PESERTA DIDIK
Etika Peserta Didik menurut Imam al-Ghazali (1)
1. Memprioritaskan penyucian diri dari akhlak tercela
dan sifat buruk, sebab, ilmu itu bentuk peribadatan
hati, shalat rohani (sirr), dan pendekatan batin
kepada Allah.
2. Menjaga diri dari kesibukan-kesibukan duniawi
dan sebaiknya jauh dari kampung halaman. Sebab,
bergelut dengan kesibukan-kesibukan duniawi
dapat memalingkan konsentrasi belajarnya,
sehingga kemampuan menguasai ilmu yang
dipelajari menjadi tumpul.
175
Etika Peserta Didik menurut Imam al-Ghazali (2)
3. Tidak membusungkan dada (takabbur) terhadap orang
alim (ahli ilmu termasuk guru), melainkan bersedia patuh
dalam segala urusan dan bersedia mendengarkan
nasihatnya. Sebab, pasien (dalam hal ini peserta didik)
sudah seharusnya mematuhi apa yang menjadi nasihat
dokter (analogi guru).
4. Bagi pembelajar pemula dalam menuntut ilmu hendaknya
menghindarkan diri dari mengkaji berbagai macam
pemikiran dan tokoh, baik menyangkut ilmu-ilmu
duniawi maupun ilmu-ilmu ukhrawi. Sebab, hal ini dapat
mengacaukan pikiran, membuat bingung dan memecah
konsentrasinya dalam belajar.
176
Etika Peserta Didik menurut Imam al-Ghazali (3)
5. Tidak mengabaikan suatu disiplin ilmu apapun yang
terpuji, selain bersedia mempelajarinya hingga tahu apa
orientasi dari disiplin ilmu tersebut.
6. Dalam mendalami suatu disiplin ilmu, peserta didik tidak
melakukannya sekaligus, akan tetapi perlu bertahap dan
memprioritaskan yang terpenting.
7. Pembelajar tidak beranjak mendalami tahap ilmu
berikutnya hingga ia benar-benar menguasai tahap ilmu
sebelumnya. Sebab, ilmu-ilmu itu bersinambung secara
linier, atau sama lain saling terkait.
177
Etika Peserta Didik menurut Imam al-Ghazali (4)
8. Pembelajar hendaknya mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan ia dapat memperoleh ilmu yang paling
mulia. Kemuliaan itu dapat di lihat dari dua sisi yakni (a)
keutamaan hasil dan (b) terpercaya landasan
argumennya.
9. Tujuan menuntut ilmu ialah pembersihan batin dan
menghiasinya dengan keutamaan serta mendekatkan diri
kepada Allah serta meningkatkan spiritualnya ke posisi
yang tinggi yakni posisi para malaikat dan orang-orang
yang dekat kepada-Nya. Bukan bertujuan untuk mencari
kedudukan, kekayaan, dan popularitas.
178
Etika Peserta Didik menurut Imam al-Ghazali (5)
9. Pembelajar harus mengetahui hubungan ilmu-ilmu
yang dikajinya dengan orientasi yang dituju,
sehingga dapat memilah dan memilih ilmu mana
yang harus diprioritaskan dalam hubungannya
dengan urusan dunia dan akhirat.
179
M. KOMPETENSI PENDIDIK(1)
180
Definisi: seperangkat pengetahuan, keterampilan,
dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
dikuasai oleh pendidik/guru atau dosen dalam
melakukan tugas keprofesionalan.
KOMPETENSI PENDIDIK (2)
181
 Paedagogik: kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik;
 Kepribadian: kemampuan kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan
bagi peserta didiknya;
 Profesional: kemampuan penguasaan materi pelajaran
secara luas dan mendalam;
 Sosial: kemampuan berkomunikasi dan berintekrasi secara
efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang
tua/wali, dan masyarakat sekitar.
HAKIKAT METODE PEND. ISLAM (1)
DEFINISI:
182
Cara yg terencana dan tepat guna untuk
menyampaikan materi pendidikan kepada
peserta didik agar mampu memberi kesan
mendalam kpd mereka, sehingga terlihat
dalam pribadi mereka.
Fungsinya mengantarkan suatu tujuan
kepada obyek sasaran dengan cara yg sesuai
dg perkembangan obyek tersebut.
METODE PEND. ISLAM (2)
183
 Al-Syaibani: Ada empat menjadi dasar pertimbangan dl
penggunaan metode pendidikan Islam:
 Agama: sesuai dg Al-Qur’an, Sunnah Nabawi, sahabat
dan tabi’in dan Salaf al-Shalih.
 Biologis: kebutuhan jasmani dan perkembangan usia
anak.
 Psikologis: motivasi, kebutuhan, emosi, minat, sikap,
keinginan, kesediaan, bakat dan intelektual peserta didik.
 Sosial: kebutuhan sosial di lingkungan peserta didik.
PERTIMBANGAN DL MENGGUNAKAN METODE
1. Tujuan yang hendak dicapai
2. Kapabilitas pendidik;
3. Keadaan peserta didik;
4. Sarana pembelajaran yang tersedia;
5. Materi pembelajaran
184
METODE PEND. ISLAM (3)
185
 Paling tidak, pendidikan Islam merangkum
empat tujuan pokok dalam memberikan metode:
 menolong peserta didik mengembangkan
kemampuan individualnya dl mencapai ilmu
kasbi dan ilmu ladunni, learning how to learn
(proses belajar bagaimana belajar):aspek
kognitif dan afektif
 membiasakan belajar melakukan (learning how
to do) menjadi prilakunya efektif dan efisien:
aspek psikomotorik
METODE PEND. ISLAM (4)
186
 bertanggung jawab untuk belajar menjadi (learning to
be), siap menjadi dirinya sendiri, membentuk sikap diri
bukan bayang-bayang orang lain. Aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik.
 belajar bagaimana berurusan dengan luar dirinya,
menjalin hubungan antar subyek (learning how to live
together). Aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
MACAM-MACAM METODE
PEND. ISLAM (5)
187
1. Uswatun Hasanah/teladan (QS. Al-Ahzab, 33:21).
2. Qashash
3. Nasihat
4. Pembiasaan
5. Targhib (ganjaran) dan Tarhib (hukuman)
6. Ceramah (khutbah/kuliah)
7. Diskusi dan dialog
8. Berdebat
9. Induksi dan Deduksi dan lain-lain
P. HAKIKAT EVALUASI
188
Definisi: kegiatan menilai yang terjadi dalam
kegiatan pendidikan baik secara kuantitatif
(mengukur) maupun kualitatif (evaluasi)
 Dalam pendidikan pasti terjadi:
1. Input (bahan mentah)
2. Transfer dan Transformatif (memindahkan,
mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi)
3. Output (bahan jadi yang dihasilkan oleh transfer
dan transformasi)
4. Umpan balik (feed back)
KURIKULUM (1)
PENGERTIAN
189
 Crow and Crow : kurikulum ialah rancangan pengajaran
yang isinya sejumlah mata pelajaran yg disusun secara
sistimatis yg diperlukan sebagai syarat untuk
menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu (Crow
and Crow: Pengantar Ilmu Pendidikan).
 Cakupan kkm :
 ada bagian yg berkenaan dg tujuan yg ingin dicapai oleh
pbm
 ada berisi pengetahuan, informasi-informasi, data,
aktivitas-aktivitas dan pengalaman-pengalaman yg merup
bahan bagi penyusunan kkm yg isinya berupa mata
pelajaran yg kmd dimasukkan dl silabus.
KURIKULUM (2)
PENGERTIAN
190
 bagian yg berisi metode atau cara menyampaikan mata
pelajaran tsb.
 bagian yg berisi metode atau cara melakukan penilaian dan
pengukuran atas hasil pengajaran mata pelajaran tertentu.
KURIKULUM (3)
ASAS-ASAS
191
 S. Nasution (Pengembangan Kurikulum):
 Filosufis:berperan sbg penentu tujuan umum pend
 Sosiologis (berperan memberikan dasar utk
menentukan apa saja yg akan dipelajari sesuai dg
kebutuhan masyakat, kebudayaan, perkemb. Ilmu
penget, dan teknologi)
 Organisatoris (dasar dl bentuk bahan pelajaran itu
disusun, dan penentuan luas dan urutan mata
pelajaran)
 Psikologis (memberikan berbagai prinsip ttg
perkem. peserta didik dl berbagai aspeknya, serta
cara menyampaikan pelajaran agar dapat dicerna
dan dikuasai sesuai dg tahap perkembangannya.
KURIKULUM (4)
PRINSIP KURIKULUM PEND. ISLAM
192
As-Syabani, prinsip kurikulum pend. Islam:
1. pertautan yg sempurna dg agama, termasuk
ajarannya dan nilai-nilainya.
2. Menyeluruh pada tujuan-tujuan dan kandungan
kkm.
3. keseimbangan yg relatif antara tujuan-tujuan
dan kandungan kurikulum
4. prinsip perkaitan antara bakat, minat,
kemampuan, dan kebutuhan peserta didik serta
alam sekitar baik fisik maupun social budaya
5. pemeliharaan perbedaan individual baik dari
segi minat maupun bakatnya
KURIKULUM (5)
PRINSIP KURIKULUM PEND. ISLAM
193
1. menerima perkembangan dan perubuhan sesuai dg
perkembangan zaman dan tempat
2. keterkaitan antara berbagai mata pelajaran dg
pengalaman dan aktivitas yg terkandung dl kkm.
KOMPETENSI PENDIDIK
194
Profesional
Paedagogik
Sosial
Kepribadian

More Related Content

Similar to kuliah-fpi-071010.ppt

Kepentingan pendidikan islam dalam melahirkan modal insan yang
Kepentingan pendidikan islam dalam melahirkan modal insan yangKepentingan pendidikan islam dalam melahirkan modal insan yang
Kepentingan pendidikan islam dalam melahirkan modal insan yangRahila Najihah
 
PPT TENTANG FUNGSI FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM SEKALIGUS METODE NYA
PPT TENTANG FUNGSI FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM SEKALIGUS METODE NYAPPT TENTANG FUNGSI FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM SEKALIGUS METODE NYA
PPT TENTANG FUNGSI FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM SEKALIGUS METODE NYABagirAlkaff2
 
Keluarga mahasiswa garut
Keluarga mahasiswa garutKeluarga mahasiswa garut
Keluarga mahasiswa garutMAC Co. Ltd.
 
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docxMakalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docxZukét Printing
 
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
 Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdfZukét Printing
 
Bunga Rampai dalam Jambangan Media Sosial
Bunga Rampai dalam Jambangan Media SosialBunga Rampai dalam Jambangan Media Sosial
Bunga Rampai dalam Jambangan Media SosialKiki Alhadiida
 
SUMBER PENDIDIKAN MORAL
SUMBER PENDIDIKAN MORALSUMBER PENDIDIKAN MORAL
SUMBER PENDIDIKAN MORALArmadira Enno
 
Urgensi tarbiyah islamiyah
Urgensi tarbiyah islamiyahUrgensi tarbiyah islamiyah
Urgensi tarbiyah islamiyahdela aristi
 
UTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdf
UTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdfUTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdf
UTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdfHendroGunawan8
 
JURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docx
JURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docxJURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docx
JURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docxSoniaSembiring
 
Tugasan fpk pbs
Tugasan fpk  pbsTugasan fpk  pbs
Tugasan fpk pbsFa Zurin
 
KD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptx
KD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptxKD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptx
KD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptxSyarifatul Marwiyah
 
PPT DIVAN HAIZUL ULUM 2 Ipi.pptx
PPT DIVAN HAIZUL ULUM 2 Ipi.pptxPPT DIVAN HAIZUL ULUM 2 Ipi.pptx
PPT DIVAN HAIZUL ULUM 2 Ipi.pptxBhocahNajma
 

Similar to kuliah-fpi-071010.ppt (20)

Kepentingan pendidikan islam dalam melahirkan modal insan yang
Kepentingan pendidikan islam dalam melahirkan modal insan yangKepentingan pendidikan islam dalam melahirkan modal insan yang
Kepentingan pendidikan islam dalam melahirkan modal insan yang
 
PPT TENTANG FUNGSI FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM SEKALIGUS METODE NYA
PPT TENTANG FUNGSI FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM SEKALIGUS METODE NYAPPT TENTANG FUNGSI FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM SEKALIGUS METODE NYA
PPT TENTANG FUNGSI FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM SEKALIGUS METODE NYA
 
Keluarga mahasiswa garut
Keluarga mahasiswa garutKeluarga mahasiswa garut
Keluarga mahasiswa garut
 
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docxMakalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.docx
 
Pengantar psikologi dakwah
Pengantar psikologi dakwahPengantar psikologi dakwah
Pengantar psikologi dakwah
 
1. pengantar ilmu da kw ah
1. pengantar ilmu da kw ah1. pengantar ilmu da kw ah
1. pengantar ilmu da kw ah
 
Revisi pid klmpk 4
Revisi pid klmpk 4Revisi pid klmpk 4
Revisi pid klmpk 4
 
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
 Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
Makalah Sumber Ajaran Ahlak Dan Etika UNZAH GENGGONG By_ Zuket Printing.pdf
 
Da'wah dan methodenya
Da'wah dan methodenyaDa'wah dan methodenya
Da'wah dan methodenya
 
Bunga Rampai dalam Jambangan Media Sosial
Bunga Rampai dalam Jambangan Media SosialBunga Rampai dalam Jambangan Media Sosial
Bunga Rampai dalam Jambangan Media Sosial
 
SUMBER PENDIDIKAN MORAL
SUMBER PENDIDIKAN MORALSUMBER PENDIDIKAN MORAL
SUMBER PENDIDIKAN MORAL
 
Ipi2.rtf
Ipi2.rtfIpi2.rtf
Ipi2.rtf
 
Urgensi tarbiyah islamiyah
Urgensi tarbiyah islamiyahUrgensi tarbiyah islamiyah
Urgensi tarbiyah islamiyah
 
UTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdf
UTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdfUTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdf
UTS_PENDIDIKAN AGAMA_HENDRO GUNAWAN_200401072103_IT-301.pdf
 
JURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docx
JURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docxJURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docx
JURNAL SONIA SEMBIRING_ISLAMIC WORLDVIEW.docx
 
Tugasan fpk pbs
Tugasan fpk  pbsTugasan fpk  pbs
Tugasan fpk pbs
 
Kelompok 1 (IPI).pptx
Kelompok 1 (IPI).pptxKelompok 1 (IPI).pptx
Kelompok 1 (IPI).pptx
 
KD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptx
KD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptxKD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptx
KD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptx
 
Makalah etika
Makalah etikaMakalah etika
Makalah etika
 
PPT DIVAN HAIZUL ULUM 2 Ipi.pptx
PPT DIVAN HAIZUL ULUM 2 Ipi.pptxPPT DIVAN HAIZUL ULUM 2 Ipi.pptx
PPT DIVAN HAIZUL ULUM 2 Ipi.pptx
 

Recently uploaded

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 

Recently uploaded (20)

Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 

kuliah-fpi-071010.ppt

  • 1. H. MARAGUSTAM SIREGAR, PROF. DR. M.A. MENCETAK PEMBELAJAR MENJADI INSAN PARIPURNA (FALSAFAH PENDIDIKAN ISLAM) 1 FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
  • 2. BAB I PENDAHULUAN (Permasalahan Pendidikan) 2  Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai oleh Barat  Globalisasi Informasi yang membawa visi dan misi  Sekularisme: Suatu paham yang memisahkan dunia dan akhirat, memisahkan kehidupan dunia dan kehidupan agama. Pengamalan agama adalah masalah pribadi
  • 3. BAB I PENDAHULUAN (Permasalahan Pendidikan) 3  Liberalisme: faham freedom of choice (kebebasan memilih) yang meliputi freedom of worship (kebebasan dalam hal peribadatan), ownership (kepemilikan), politics (politik), and ekspression (berekspresi). Liberalisme ini juga melanda kepada keluarga, sehingga sangat sulit anggota keluarga diatur, dibimbing, disuruh beribadah dan lain-lain demi atas nama liberalisme
  • 4. BAB I PENDAHULUAN (Permasalahan Pendidikan) 4  Hedonisme: kebahagiaan adalah kesenangan. Kesenangan itu berkat gerakan yang lemah gemulai, sedangkan rasa sakit berkat gerakan kasar. Kesenangan sesaat yang dinikmati itulah yang dihargai. Suatu perbuatan disebut baik sejauh dapat menyebabkan kesenangan dan memberi kenikmatan.
  • 5. BAB I PENDAHULUAN (Permasalahan Pendidikan) 5  Krisis etika dan moral sebagai akibat dari kurang efektifnya proses sosialisasi atau internalisasi sikap-sikap dan nilai-nilai Islam dalam proses pembelajaran atau akibat dipisahkannya urusan agama dan dunia.  Terjadinya inefisiensi eksternal berupa tidak dipakainya keluaran pendidikan Islam pada pasar tenaga kerja. Kalaupun dipakai, pekerjaan itu berbeda dengan pendidikan yang diperoleh di bangku kuliah (missmatch).
  • 6. BAB I PENDAHULUAN (Permasalahan Pendidikan) 6  Nilai-nilai Islam yang diberikan dalam lembaga pendidikan tidak sesuai dengan realitas sosial yang ada. Pembelajar menjadi bingung ketika nilai dan norma yang diterima di lembaga pendidikan sangat jauh berbeda dengan prilaku masyarakat.  Krisis keteladanan dari pemegang kendali dalam masyarakat, seperti orang tua, tokoh masyarakat, pemerintah, dan para guru.
  • 7. BAB I PENDAHULUAN (Permasalahan Pendidikan) 7 Kurang sepadannya sistem penghargaan (reward system) masyarakat terhadap orang-orang yang mengamalkan ajaran agamanya.
  • 9. VISI PENDIDIKAN NASIONAL Visi Pendidikan Nasional menurut UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas adalah: Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah . Sejalan dengan Visi Pendidikan Nasional tersebut, Depdiknas berhasrat untuk pada tahun 2025 menghasilkan: INSAN INDONESIA CERDAS DAN KOMPETITIF (Insan Kamil / Insan Paripurna) 9
  • 10. INSAN INDONESIA CERDAS KOMPREHENSIF DAN KOMPETITIF Cerdas Spiritual • Beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu untuk menumbuhkan dan memperkuat keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia termasuk budi pekerti luhur dan kepribadian unggul. Cerdas Emosional dan Sosial • Beraktualisasi diri melalui olah rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan apresiasivitas akan kehalusan dan keindahan seni dan budaya, serta kompetensi untuk mengekspresikannya. • Beraktualisasi diri melalui interaksi sosial yang: – membina dan memupuk hubungan timbal balik; – demokratis; – empatik dan simpatik; – menjunjung tinggi hak asasi manusia; – ceria dan percaya diri; – menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara; serta – berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara. Cerdas Intelektual • Beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi; • Aktualisasi insan intelektual yang kritis, kreatif dan imajinatif; Cerdas Kinestetik • Beraktualisasi diri melalui olah raga untuk mewujudkan insan yang sehat, bugar, berdaya-tahan, sigap, terampil, dan trengginas; 10
  • 11. INSAN INDONESIA CERDAS KOMPREHENSIF DAN KOMPETITIF Kompetitif • Berkepribadian unggul dan gandrung akan keunggulan • Bersemangat juang tinggi • Mandiri • Pantang menyerah • Pembangun dan pembina jejaring • Bersahabat dengan perubahan • Inovatif dan menjadi agen perubahan • Produktif • Sadar mutu • Berorientasi global • Pembelajar sepanjang hayat 11
  • 12. PENGERTIAN FILSAFAT 12  Pengertian Filsafat : (1) berpikir bebas, (2) radikal, (3) sistimatis dan (4) menyeluruh tentang sesuatu termasuk pendidikan Islam.
  • 13. PENGERTIAN TARBIYAH 13 • Kata tarbiyah berasal dari tiga kata yaitu :(1) raba; (2) rabiya; dan (3) rabba. Kata raba - yarbu, dengan arti nama- yanmu, yang berarti bertambah; tumbuh menjadi besar. Kata rabiya – yarba, dengan wazan khafia-yakhfa, artinya naik, menjadi besar/dewasa, tumbuh, berkembang. Kata rabba- yarubbu, dengan arti: aslahahu (memperbaikinya), tawalla amrahu (mengurusi perkaranya, bertanggung jawab atasnya), sasahu (melatih; mengatur; memerintah), qama ’alaihi (menjaga, mengamati, membantu), ra’ahu (memelihara, memimpin).
  • 14. TARBIYAH DARI SEGI ETIMOLOGIS 14 • Tiga asal kata tarbiyah yakni raba; rabiya; dan rabba. • Kata tarbiyah mencakup makna yang sangat luas yakni: 1. al-nama: bertambah, berkembang dan tumbuh menjadi besar sedikit demi sedikit, 2. Aslahahu: memperbaiki pembelajar jika proses perkembangan menyimpang dari nilai-nilai Islam, 3. tawalla amrahu yang berarti mengurusi perkara pembelajar, bertanggung jawab atasnya dan melatihnya, 4. ra’ahu : memelihara dan memimpin sesuai dengan potensi yang dimiliki dan tabiatnya, 5. al-tansyi’ah :mendidik, mengasuh, dalam arti materi (fisiknya) dan immateri (kalbu, akal, jiwa, dan perasaannya).
  • 15. TARBIYAH DARI ISTILAH 15 1. Murabbi (pendidik) yang sebenarnya hanyalah Allah, karena Dialah Pencipta fitrah, potensi kekuatan dan kelemahan, dan Paling Tahu tentang hakikat manusia itu sendiri, karenanya perlu dipelajari terus menerus siapa sebenarnya manusia itu sesuai dengan cetakan Tuhan.
  • 16. TARBIYAH DARI ISTILAH 16 2. Penumbuhan dan pengembangan secara sempurna semua dimensi manusia baik materi, seperti fisiknya, maupun immateri seperti akal, hati, kehendak, kemauan adalah tanggung jawab manusia sebagai fungsi hamba Tuhan (QS. al- Dzariyat [51]:56) dan fungsi khalifah (QS. al- Baqarah, [2]:30).
  • 17. TARBIYAH DARI ISTILAH 17 3. Proses tarbiyah seharusnya mengambil nilai dan dasarnya dari Alquran-Sunnah dan berjalan sesuai dengan sunnatullah yang digariskan-Nya. 4. Setiap aktivitas tarbiyah mengarah kepada penumbuhan, pengembangan, perbaikan, kepemimpinan, atau penjagaan setiap dimensi dalam diri manusia, baik aktivitas itu direkayasa atau secara natural.
  • 18. TARBIYAH DARI ISTILAH 18 5. Tarbiyah yang disengaja mengharuskan adanya rencana yang teratur, sistimatis, bertahap, berkelanjutan dan fleksibel. 6. Yang menjadi subjek sekaligus objek dalam aktivitas tarbiyah adalah manusia. Untuk itu semua aktivitas tarbiyah harus mengikuti fitrahnya tanpa merampas hak-haknya sebagai manusia dan hamba.
  • 19. TARBIYAH DARI ISTILAH 19 7. Kata tarbiyah tidak terbatas pengertiannya sebagai sekedar transfer ilmu, budaya, tradisi, dan nilai tetapi juga pembentukan kepribadian (transformatif) yang dilakukan secara bertahap.
  • 20. KATA TAKLIM LEBIH LUAS PENGERTIANNYA DRPD TARIYAH 20 • Pertama, ketika mengajarkan membaca Alquran kepada kaum muslimin, Rasulullah SAW tidak terbatas pada membuat mereka sekedar dapat membaca, melainkan membaca dengan perenungan yang berisikan pemahaman, pengertian, tanggung jawab, penanaman amanah sehingga terjadi pembersihan diri (tazkiyah) dari segala kotoran, menjadikan dirinya dalam kondisi siap menerima hikmah, dan mempelajari segala sesuatu yang belum diketahuinya dan yang tidak diketahuinya serta berguna bagi dirinya.
  • 21. KATA TAKLIM LEBIH LUAS PENGERTIANNYA DRPD TARIYAH 21 • Kedua, kata taklim tidak berhenti hanya kepada pencapaian pengetahuan berdasarkan prasangka atau yang lahir dari taklid semata-mata, ataupun pengetahuan yang lahir dari dongengan khayali dan syahwat atau cerita-cerita dusta (QS. Al-Baqarah, [2]:78): • َ ‫َل‬ِ‫إ‬ َ‫اب‬َ‫ت‬ِ‫ك‬ْ‫ال‬ َ‫ون‬ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ َ ‫َل‬ َ‫ُّون‬‫ي‬ِ‫م‬ُ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫و‬ ‫ون‬ُّ‫ن‬ُ‫ن‬َ‫ي‬ َ ‫َل‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫م‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ََ ِ‫ي‬‫ا‬َ‫م‬َ‫أ‬ • (Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga).
  • 22. KATA TAKLIM LEBIH LUAS PENGERTIANNYA DRPD TARIYAH 22  Ketiga, kata taklim mencakup aspek-aspek pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam hidupnya serta pedoman perilaku yang baik. Hal tersebut pada QS. Yunus, [10]:5):  … َ‫ي‬ ْ ‫اْل‬ ُ‫ل‬ ِ ‫ص‬َ‫ف‬ُ‫ي‬ ِ‫ق‬َ‫ح‬ْ‫ال‬ِ‫ب‬ َ ‫َل‬ِ‫إ‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ ُ َ ‫َّللا‬ َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬‫ا‬َ‫م‬ َ‫ون‬ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬َ‫ي‬ ٍ ْ‫و‬ََِ‫ل‬ ِِ‫ا‬  (...Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda- tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui).
  • 23. KATA TAKLIM LEBIH LUAS PENGERTIANNYA DRPD TARIYAH 23  Dalam ayat ini mencakup berbagai aspek antara lain : ilmu falak yang di dalamnya mencakup teoritis dan praktik. Mencakup juga aspek pembuktian bahwa Allah SWT adalah Pencipta. Dengan demikian kata taklim menurut Jalal mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dan berlangsung sepanjang hayat serta tidak terbatas pada masa bayi dan kanak-kanak, tetapi juga orang dewasa.
  • 24. ISTILAH TAKDIB 24 • Istilah ini mencakup unsur-unsur pengetahuan (‘ilm), pengajaran (taklim) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Istilah takdib dapat mencakup beberapa aspek yang menjadi hakikat pendidikan yang saling berkait, seperti ‘ilm (ilmu), ‘adl (keadilan), hikmah (kebajikan), ‘aml (tindakan), haqq (kebenaran), natq (nalar) nafs (jiwa), qalb (hati), ‘aql (akal), maratib dan derajat (tatanan hirarkis), ayah (simbol), dan adb (adab).
  • 25. SEBAB PEMILIHAN KATA TARBIYAH UNTUK PENDIDIKAN ISLAM: 25 1. tarbiyah ternyata dapat diperluas dari makna semantiknya, 2. tarbiyah lebih umum dapat di terima oleh masyarakat terutama masyarakat muslim di Indonesia, 3. nilai sosial atau istilah tarbiyah lebih umum diterima dalam situasi lokal tertentu daripada terma taklim dan takdib.
  • 26. HAKIKAT PENGERTIAN ISLAM 26  Islam: penyerahan diri kpd Allah, dan dengan (1) menyerahkan diri kepadaNya maka ia memperoleh (2) keselamatan dan (3) kedamaian
  • 27. PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM 27  Pemikiran filosufis yang diambil dari (1) sistem filsafat/aliran-aliran filsafat atau (2) jawaban filosufis terhadap masalah pendidikan yg tidak bertentangan dengan Islam untuk dijadikan pedoman dalam lapangan pendidikan.
  • 28. FUNGSI FPI THD PENDD ISLAM (1) 28 1. Teori umum bagi pendidikan, sepanjang filsafat pendidikan Islam tersebut mengarah pada apa dan bagaimana seharusnya pendidikan itu baik dari segi teoritik maupun dari segi pelaksanaannya.
  • 29. PENGOLAHAN SUMBER FPI (1) 1. Alquran 2. Sunnah 3. Hasil Ijtihad 29
  • 30. PENGOLAHAN SUMBER FPI (2)  Khusus mengenai Ijtihad ini: 1. Hasil kajian ilmiah yang betul mengenai watak manusia, pertumbuhan jasmani, intelektual, emosi, spritual, kebutuhan-kebutuhan dan proses pertumbuhannya. 2. Nilai-nilai dan tradisi-tradisi sosial yang baik dan yang islami, yang tidak menghalangi kemajuan mengikuti semangat zaman dan keperluan- keperluan peradaban, sosial, ekonomi dan politik. 30
  • 31. PENGOLAHAN SUMBER FPI (3) 3. Hasil-hasil penyelidikan dan kajian-kajian pendi- dikan dan psikologi yang berkaitan dengan sifat- sifat, proses pendidikan, dan tujuan-tujuan pendidikan dan fungsi-fungsinya sangat penting. 4. Prinsip-prinsip yang menjadi dasar filsafat politik, ekonomi dan sosial yang dilaksanakan oleh negara, perjanjian-perjanjian, prinsip-prinsip organisasi regional dan internasional kemana bergabung negara Islam itu, selama perjanjian dan prinsip itu sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. 31
  • 32. FUNGSI FPI THD PENDD ISLAM (2) 32 2. Kritik terhadap asumsi-asumsi yang dipegangi oleh para pendidik dan tenaga kependidikan, jika pegangan filsafat pendidikannya tidak menjiwai nilai-nilai Islam baik dalam pembentukan teori, konsep maupun dalam proses praktiknya. Sangat tidak benar kalau pendidik tidak mempunyai filsafat pendidikan Islam sewaktu dia menjalankan tugas profesionalnya.
  • 33. FUNGSI FPI THD PENDD ISLAM (3) 33 3. Evaluasi terhadap kesenjangan-kesenjangan, pertentangan-pertentangan, antara teori dan praktiknya, antara satu teori dengan teori lainnya, antara satu metode dengan metode lainnya sehingga bila dapat ketidak cocokan, atau tidak sinkrun, maka dengan segera dapat diperbaiki.
  • 34. FUNGSI FPI THD PENDD ISLAM (4) 34 4. Analisis terhadap konsep-konsep dan istilah- istilah pendidikan. Banyak istilah dalam lapangan pendidikan yang harus didefinisikan dan dikembangkan, ditafsirkan dan dianalisis. Agar istilah-istilah, konsep-konsep dan ide-ide yang berkembang itu sinkrun, dan menjadi kesamaan persepsi di kalangan pendidikan dan tenaga kependidikan, maka perlu dianalisis, diselaraskan, dikaitkan satu dengan yang lain menjadi jalinan yang harmonis dan teratur.
  • 35. FUNGSI FPI THD PENDD ISLAM (5) 35 5. Normatif. Filsafat pendidikan dijadikan sebagai penentu arah, pedoman, petunjuk, pembimbing asas-asas, prinsip-prinsip, teori dan praktik pendidikan.
  • 36. RUANG LINGKUP FPI 1. Ontologi (Metafisika) (1) 36 FPI berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematik, logis, dan menyeluruh tentang pendidikan. Maka Masalah-masalah dalam ruang lingkup FPI adalah: Metafisika (Ontologi): cabang filsafat yg ingin mencari dan menemukan hakikat dari sesuatu yang ada (being). Dalam Islam hal ini dibicarakan dalam Ilmu Tauhid. Dasar-dasar pembahasan metafisika ialah (1) Tuhan, manusia dan alam dilihat dari pendidikan Islam. Being ada dua: menciptakan dan diciptakan, ada yg menyebabkan dan ada yang diakibatkan.
  • 37. Metafisika (2): 37  Setiap proses penciptaan, selalu ada beberapa factor yg menentukan adanya penciptaan; 1) adanya pencipta (subyek), 2) adanya ciptaan (obyek), 3) adanya bahan yg dipakai, 4) adanya tujuan, 5) adanya proses (ruang dan waktu).  Tahapan ada, yaitu ada yang konkrit dan ada abstrak (ghaib). Ada konkrit dapat dilihat, diraba, dirasa, diukur dlsb. Sedangkan ada abstrak hanya dapat dilihat dg penglihatan ghaib antara lain melalui konsep.
  • 38. Metafisika (3): 38  Ada yg ada dapat disandarkan kepada eksistensi Tuhan dan ada disandarkan kepada eksistensi manusia. Jika terjadi konflik antara ada disandarkan kpd Tuhan dan ada disandarkan kpd manusia, dalam konsep Islam harus dimenangkan oleh Eksistensi Tuhan.  Jika terjadi konflik antara otoritas manusia (kultur) terhadap alam (nature) maka seharusnya manusia tidak harus mempunyai otoritas mutlak terhadapnya. Karena manusia tidak terlibat mengadakan alam itu sendiri.
  • 39. Metafisika (4): 39  Yang Nyata (realitas) : sesuatu yang berada pada sesuatu yg merupakan bagian dari yg ada itu sendiri. Realitas selalu berdimensi ruang dan waktu, karenanya selalu mengandung pluralitas dan relativitas. Filsafat Islam memandang realitas pada hakikatnya adalah spiritual. Hakikat spritual dari relitas terdapat pada adanya dinamika dan perubahan, yang secara kodrati selalu terjadi dan akan terus terjadi, dan merupakan suatu sunnatullah.
  • 40. 2. Epistemologi (1): 40  Metode memperoleh Ilmu secara umum: (1) melalui Kasbi/Khushuli dan (2) Ladunni/Khudhori.  Kasbi: cara berpikir metodik, konsisten dan bertahap melalui proses observasi, research, eksprimen dan penemuan.  Ladunni: proses pencerahan ruhaniyah manusia dan karenanya kehadiran cahaya Ilahi dalam qalbu manusia. Dengan sinaran Ilahiy, qalbu manusia dapat membaca dg jelas dan terserap dalam kesadaran intelek, seakan- akan orang memperoleh ilmu dari Tuhan langsung.
  • 41. Epistemologi (2): 41  Kebenaran Ilmu: ilmu yg kasbi relatif kebenarannya sedangkan ilmu Allah pasti kebenarannya.  Tujuan memperoleh Ilmu: 1) ilmu untuk kenikmatan 2) ilmu untuk ilmu, 3) ilmu mengembangkan peradaban 4) ilmu untuk sarana mendekatkan diri kepada Allah. Dalam Islam sebagai central poin ialah yang keempat untuk memayungi tujuan 1,2 dan 3.  Sarana Peroleh Ilmu: melalui inderawi dan potensi-potensi internal manusia (nafs, akal, qalb, dan lain-lain).
  • 42. 3. Aksiologi (1) : 42 Ialah: cabang filsafat mencari hakikat nilai-nilai (value). Nilai bisa baik dan bisa pula jahat yang berkaitan dengan perbuatan manusia dan tindakan seseorang (dataran aplikatif). Yang baik itu ialah ma’ruf dan yang jahat itu al-munkar.  Axiologi (Brameld) ada tiga sasaran yakni: moral conduct (tindak moral) melahirkan Ethica; Esthetic expression (ekspresi keindahan) melahirkan Esthetika; dan Socio-political life, (kehidupan sosia-politik), melahirkan ilmu filsafat sosio-politik.
  • 43. Aksiologi (2) : 43  Hakikat baik dan jahat itu bersifat universal dan absolute. Etika social misalnya harus berprinsip persamaan dan kebersamaan; keadilan social; keterbukaan dan musyawarah.  Etika agama membicarakan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan kebudayaan.
  • 44. Aksiologi (3): 44  Tiga Nilai Fundamental dalam FPI:  Nilai Sentral: ialah berada pada wilayah titik pusat nilai yang menjadi sumber pengambilan keputusan politik, hukum dan lainnya;  Nilai Sekuler: Sebagai penafsiran dan penerapan nilai sentral;  Nilai Operasional yakni lahir dari tindakan sehari- hari yang merupakan pengewajanthan dari nilai sekuler
  • 45. Aksiologi (4): 45  Nilai sentral (inti) dalam Islam ialah ma’rifatullah berupa iman dan tauhid dan mardatillah. Ada tiga tauhid menurut Ibnu Taimiyah:  (1) tauhid Ulu>hiyah ialah bahwa Allah Maha Tunggal yang paling berhak di sembah, ditaati, dan dipatuhi;  (2) tauhid Rububiyah, ialah Allah yang Maha Esa itu yang menciptakan, mengatur perkara-perkaranya dan yang mendidiknya, dan  (3) tauhid al-Asma>’wa al-Sifah ialah bahwa tiap-tiap yang berlaku di alam ini bersumber dari perbuatan dan pengaturan Allah, dan kepada-Nya setiap kesudahan akhir, dan daripada-Nya pula bermula setiap sesuatu
  • 46. Aksiologi (5): 46  Nilai sekuler terdiri dari enam hubungan: 1. Dengan Allah: ubudiyah dan istikhlaf; 2. Dengan Masyarakat: ta’a>wun, ‘ada>lah dan ihsa>n; 3. Kehidupan dunia: ibtila>’ 4. Dengan Ilmu: hubungan fard} ‘ain dan kifa>yah 5. Kehidupan akhirat: mas’u>liyah dan jaza>’ 6. Dg Alam: hubungan taskhi>r dan pembelajaran
  • 47. Aksiologi (6) 47  Hubungan manusia dengan Tuhan adalah hubungan antara hamba dengan Majikan, makhluk dan Khaliq, ciptaan dan Pencipta. Hubungan manusia dengan sesamanya hubungan adalah dan ihsan. Yakni hubungan patner yang mengemban amanah khalifah dari Tuhan; sederajat, sama-sama ciptaan dan karenanya sama dihadapan Tuhan kecuali tindak amal perbuatannya (taqwanya). Perbedaan hak dan kewajiban adalah karena perbedaan tugas dan profesinya sehingga melahirkan taklif (pembebanan) yang lebih. Maka dalam agama dikenal ada Wajib ‘ain dan wajib kifayah.
  • 48. Aksiologi (7): 48  Hubungan manusia dengan alam adalah hubungan pengelola (pemimpin) dan yang dikelola (dipimpin). Alam merupakan medan emperik bagi manusia untuk kemakmuran manusia dan alam bagian dari dirinya. Kesalahan pengelolaan akan berakibat fatal bagi kehidupan manusia.  Hubungan manusia dengan ciptaannya (kebudayaan) adalah manusia pada dasarnya memegang otiritas dan kekuasaan yang penuh, artinya manusia bertanggungjawab untuk apa semua ciptaannya itu akan diperbuat, dan ciptaannya sepenuhnya bergantung pada manusia.Kebudayaan sebagai alat bukan sebagai yang dipertuhankan.
  • 49. Aksiologi (8): 49 Nilai Operasional diwujudkan dalam: 1. al-wajiba>t (hal-hal yang diwajibkan); 2. al-manduba>t (hal-hal yang disunatkan); 3. Al-mahruma>t (hal-hal yang diharamkan); 4. Al-makruha>t (hal-hal yang dimakruhkan); 5. Al-jaiza>t (hal-hal yang diperbolehkan).
  • 50. STRUKTUR IDE DASAR FPI (buku: hal 48) 50 Pertama: Akidah tentang Alam (cosmocentris) Yang dimaksud dengan nilai-nilai (struktur) ide dasar pendidikan Islam ialah ide dasar yang menjadi titik tolak dalam membangun isi dan substansi persoalan- persoalan pendidikan Islam. Struktur ide itu ialah kepercayaan thd alam, kehidupan dan manusia
  • 51. STRUKTUR IDE DASAR FPI 51 Alam ialah seluruh makhluk ini baik alam fisik maupun alam sosial. Dengan kata lain, alam ialah selain Allah. 1. Alam ini diciptakan Allah sebagai satu-satunya penciptanya, Pencipta seluruh isi kandungannya dan Pencipta sistemnya.
  • 52. STRUKTUR IDE DASAR FPI 52 2. Alam ini diciptakan dengan penuh keteraturan dan sifatnya pasti (exact). 3. Sifat alam (sunnatullah) ini adalah tetap, tidak pernah berubah (immutable)
  • 53. STRUKTUR IDE DASAR FPI 53 4. Alam ini dengan segala sunnatullahnya diciptakan Allah untuk dipelajari dan diteliti baik secara individu maupun kerjasama kolektif melalui berbagai kemampuan yang dimiliki manusia dan rekayasanya 5. Eksistensi alam ini berdasar pada undang-undang kausaliltas (sebab akibat).
  • 54. STRUKTUR IDE DASAR FPI 54 6. Karena alam ini sifatnya pasti, tidak pernah berubah, dan teratur, maka sifat alam ini objektif. Artinya, sunnatullah ini berlaku sama bagi semua individu dan kelompok, tidak peduli apakah ia muslim atau non muslim, asalkan menjalankan sesuai dengan sunnatullah, maka pasti akan terjadi atau tidak terjadi.
  • 55. STRUKTUR IDE DASAR FPI 55 7. Bahwa dalam mempelajari, memanfaatkan, mengolah alam ini haruslah dengan ilmu yang benar disertai dengan iman. Tanpa ilmu dan iman yang benar, maka pemanfaatan alam ini akan tidak sesuai dengan ekosistem dan hukum kausalitas. Karenanya berakibat negatif kepada manusia.
  • 56. STRUKTUR IDE DASAR FPI 56 Kedua: Akidahterhadap kehidupan: 1. Hakikat kehidupan dunia ini adalah sarana mencari bekal menuju akhirat dan tempat tinggal sementara (terminal), bukan tempat yang abadi/tujuan akhir. 2. Kehidupan ini sebagai ujian dan labolatorium serta pendidikan bagi manusia. 3. Ujian bertujuan meningkatkan kualitas keimanan seseorang.
  • 57. STRUKTUR IDE DASAR FPI 57 4. Kehidupan manusia seperti gelombang laut dan dalam bahasa agama disebut al-iman yazid wa yanqus 5. Setiap prilaku manusia pasti dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan.
  • 58. STRUKTUR IDE DASAR FPI 58 6. Tujuan ujian adalah untuk mengetahui tingkat kualitas manusia sebagai hamba dan sekaligus sebagai khalifah. 7. Setiap perilaku manusia menghadapi gelombang ujian ini akan dipertanggung jawabkannya.
  • 59. STRUKTUR IDE DASAR FPI 59 8. Hasil akhir dari perjalanan hidup manusia menghadapi ujian sangat bervariasi dan hasil konkretnya ada di hari pembalasan segala amal. Jika amal seseorang baik, maka pasti balasannyapun baik pula. Sebaliknya jika amalnya jelek, maka balasannya akan jelek pula.
  • 60. E. HAKIKAT MANUSIA (1) Proses Kejadian : Asal kejadian manusia pertama ialah persenyawaan antara Tin (QS. Sajadah (32:7; Al-Mu’minun (23):12); Turab (QS. Al-Hajj (22):5; Ali Imran (3):59; Shal-shal dan Fakhhar (Ar-Rahman (55):14; dan Hamain Masnun (QS. Al-Hijr (15):26); dan al-Ruh.  Asal kejadian manusia pasca Adam melalui proses biologik melalui pasangan laki-laki dan perempuan (QS. Al-Mu’minun (23): 12-14). 60
  • 61. HAKIKAT MANUSIA (2) Perangkat Jati Diri MANUSIA 61  Hakikat Insan dilihat dari dua kata kunci dalam Al-Qur’an yakni Al-Insan dan Al-Basyar.  Al-Insan yg btk jamaknya al-nas dpt dilihat dari segi akar katanya dari anasa (melihat, mengetahui dan minta izin). Dari sini manusia dapat mengambil pelajaran dari apa yg ia lihat, mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, dan terdorong untuk meminta izin menggunakan sesuatu yg bukan miliknya.  Al-Insan dari akar kata : “nasiya” (lupa) menunjukkan adanya kaitan yg erat antara manusia dg kesadaran dirinya. Manusia lupa thd susuatu hal, disebabkan ia kehilangan kesadaran thd sesuatu.
  • 62. HAKIKAT MANUSIA (3) PENGERTIAN MANUSIA 62  Al-Insan dari akar kata : “Al-Uns atau anisa” (jinak), menunjukkan pada dasarnya manusia itu jinak, dapat menyesuaikan diri dg realitas hidup dan lingkungannya.  Al-Basyar disebut untuk semua makhluk baik laki-laki maupun perempuan, baik secara individual maupun kolektif. Kata basyar adalah jamak dari kata basyarah yang artinya permukaan kulit kepala, wajah, dan tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Untuk itu kata basyar mengacu kepada manusia dari aspek lahiriyahnya dan mempunyai bentuk tubuh yg sama.  Manusia dilihat dari insan maka perkembangan dan pertumbuhannya sangat tergantung pengembangan diri, lingkungan termasuk pendidikan dan kebudayaan. Sedangkan manusia dari kata basyar sangat tergantung pada alam (apa yg dimakan dan diminumnya).
  • 63. HAKIKAT MANUSIA (4): POTENSI MANUSIA 63  Nafs sinonimnya insan atau al-fard mengacu kpd dzat manusiawi secara keseluruhan QS. Al-Baqarah (2): 48; Ali Imran (3): 185, Al-Maidah (5): 45).  Al-Jism (QS. Al-Baqarah (2): 247; Al-Munafiqun (63): 4). Al-Jism mengacu kepada persyaratan imamah atau menjadi penguasa pemerintahan ialah ilmu dan kekuatan fisik.  Akal disebutkan dalam bentuk kata kerja yang mengacu kepada unsur pemikiran manusia dan akal sebagai penopang agama dan tiang agama. Menurut al-Aqqad bhw al-lubbu adalah akal yang mampu mengetahui dan memahami; akal merupakan sumber pengetahuan dan pemahaman yg terdapat di dalam otak manusia. (QS. Al- Baqarah (2): 73, 163-164).
  • 64. HAKIKAT MANUSIA (5) POTENSI MANUSIA 64  Al-Qolb (Al-Fuad, Shadr dan Shudur) yang juga menunjuk kpd al-qalb (Al-Hajj (22): 32; Al-Maidah (5):41). Iman bersemayan di Qalbu. Kata ini digunakan berkaitan dengan emosi dan akal, tidak menunjuk kpd unsur-unsur biologis. Ia merupakan dasar bagi fitrah yg sehat, perasaan, iman, kemauan, kontrol, pemahaman dan alat ma’rifah ke ilmu.  Ruh : tidak didapat batasannya dalam al-Qur’an. Ruh dikaitkan dl arti pembawa wahyu yakni Jibril, rahasia Ilahi yg dengannya tanah liat kering menjadi manusia, pemberi hidup, dan Al-Qur’an. (QS. Al-Hajj (22): 29; As- Sajadah (32):7-9; As-Syura (42):52; As-Syu’ara (26):193; An-Nahl (16):102, Al-Hijr (15): 28-29; Al-Isra (17):85).
  • 65. HAKIKAT MANUSIA (6) Potensi Manusia 65  Fitrah:  Kata fitrah dan segala bentuk kata jadiannya dalam Alquran tertera pada 19 ayat dalam 17 surat. Dari segi bahasa, kata fitrah terambil dari akar kata al- fathr yang bentuk pluralnya fithar yang dapat berarti cara penciptaan, sifat pembawaan sejak lahir, sifat watak manusia, agama dan sunnah.
  • 66. HAKIKAT MANUSIA (7) Potensi Manusia 66  Pengertian Fitrah dari segi istilah: sistem aturan atau potensi yang diciptakan kepada setiap makhluk sejak keberadaannya baik ia makhluk manusia ataupun yang lainnya. Seperti bawaan dasar manusia cenderung kepada agama tauhid, kebenaran, keadilan, wanita, harta benda, anak dan lain-lain.
  • 67. F. PERPORMANCE MANUSIA (1) 67 Rasional: Berangkat dari keragaman potensi manusia yang misteri; fungsi manusia; pengaruh lingkungan maka tampilannya menjadi Makhluk paradoksal: Ia bukan malaikat, bukan iblis dan bukan pula hewan apalagi syetan. Tetapi manusia mencakup semua itu. Artinya, manusia itu memiliki sifat-sifat kehewanan, keiblisan, dan kemalaikatan. Menurut Murtadha Muthahari perbedaan mendasar antara manusia dan hewan terletak pada iman dan ilmu.
  • 68. PERPORMANCE (2) 68  Dr. Alexis Carrel: manusia adalah makhluk yang misterius, karena derajat keterpisahan manusia dari dirinya berbanding terbalik dengan perhatiannya yg demikian tinggi terhadap dunia yang ada di luar dirinya. Implikasi dari padadoksal tersebut manusia menampakkan sifat-sifat positif dan sifat-sifat negatif. Sifat-sifat positif itu ditunjukkan dengan tugas-tugas manusia di bumi dan sifat-sifat negatif tersebut antara lain:
  • 69. PERPORMANCE (3) 69 Putus asa (Hud:9) Tidak berterima kasih (Ibrahim:34) Berkeluh kesah (Al-Ma’arij:19) Amat kikir (Al-Ma’arij:22) Membantah (Al-Kahfi:54) Melampaui batas (Al-Alaq:6-7)  Purbasangka (al-Najm:23) dan lain-lain
  • 70. H. KEDUDUKAN MANUSIA 70  Sebagai pemanfaat dan penjaga kelestarian alam(Al-Jum’at:10; Al-Baqarah: 60).  Sebagai Peneliti alam (Al-Baqarah: 163, Al- An’am:168).  Sebagai makhluk yg paling tinggi dan paling mulia (At-Tin:4, Al-Isra:70).  Sebagai hamba Allah (Adz-Dzariyat: 56, Ali Imran:83).  Sebagai Khalifah di bumi (Al-Baqarah: 30, Al- An’am: 165).  Sebagai Makhluk educandum dan educandus (Al-Baqarah:31, Al-Alaq:1-5 dan Luqman: 13).
  • 71. KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (1) SEBAGAI HAMBA DAN KHALIFAH 71  Menurut Ibnu Qayyim bahwa ibadah menuntut dua dasar utama: (1) kecintaan dan kerendahan hati dan (2) ketundukan. Manusia sebagai abdi Tuhan tidaklah cukup hanya menunjukkan ketundukan dan kepasrahan tanpa disertai dengan rasa cinta. Sebaliknya siapa saja yang betul-betul mencinta-Nya tanpa disertai dengan kepasrahan dan ketundukan, maka dia bukanlah seorang abdi Tuhan. Seseorang akan benar-benar menjadi hamba Allah jika dia telah mengintegrasikan dalam dirinya dua sisi yakni kecintaan dan ketundukan kepada-Nya.
  • 72. KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (2) HAMBA DAN KHALIFAH 72  Menurut Syekh Nawawi bahwa manusia sebagai abdi Tuhan diaktualisasikan dalam tiga bentuk yaitu pertama, menunjukkan kerendahan diri atas Kemaha Esaan Tuhan, kesendirian-Nya dalam menciptakan makhluk dan yang berhak dijadikan tempat beribadah hanya kepada-Nya bukan kepada yang lain. Kedua, manusia sebagai hamba Tuhan selalu mengagungkan perintah-Nya dan menunjukkan kasih sayang terhadap makhluk-Nya. Ketiga manusia sebagai abdi Tuhan diberikan potensi-potensi berpengetahuan, dan karenanya ia disuruh beribadah kepada-Nya.
  • 73. KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (3) HAMBA DAN KHALIFAH 73  Khalifah: Atas fenomena simbolik (Al-Baqarah: 30-34) dapat ditarik suatu gambaran bahwa (1) posisi manusia lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk- makhluk-Nya yang lain termasuk malaikat, (2) keunggulan Adam bukan terletak pada prestasi yang bersifat material seperti fisik, asal usul kejadian dan lain-lain, tetapi yang bersifat immaterial yakni berupa kapabilitas pengetahuan yan ditampilkan Adam. Jika fungsi-fungsi kemanusiaannya tidak dijalankan maka derajat ketinggian itu akan turun menjadi kehinaan dan kenistaan.
  • 74. KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (4) HAMBA DAN KHALIFAH 74 1. Pengertian Khalifah  Dalam Kamus Al-Munjid Fi al-Lughah wa al-A’lam disebutkan bahwa khalifah merupakan bentuk mufrad (tunggal), yang jama’taksirnya ialah ‘khulafa’ dan khalaaif. Maknanya ialah seseorang yang menggantikan orang lain dan menempati tempat orang lain tersebut. Menurut Jumhur Ulama dan para ahli tafsir, baik dari kalangan ulama salaf maupun khalaf mengatakan bahwa Allah menjadikan Adam sebagai pengganti dari orang yang sebelumnya yang lebih dulu menempati bumi sebelum Adam, yaitu jin. Ada juga yang mengatakan mereka adalah para malaikat yang lebih dahulu menempati bumi sebelum jin dan Adam.
  • 75. KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (5) HAMBA DAN KHALIFAH 75  Mengesampingkan perbedaan pendapat : khalifah ialah pengganti yang sebelumnya. Dengan demikian kurang tepat apabila penyandaran khalifah kepada Allah (khalifah Alah) jika dimaknai bahwa manusia menggantikan Tuhan karena Tuhan kekal selamanya dan karena posisi Tuhan berbeda dengan manusia, Tuhan punya eksistensi absolut dan sementara manusia eksistensinya relatif. Namun jika yang dimaksudkan sebagai pengganti (khalifah) bagi makhluk lainnya yang hidup sebelumnya, tentu tidak ada persoalan.
  • 76. KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (6) HAMBA DAN KHALIFAH 76 2. Tugas-tugas khalifah  Ketinggian derajat manusia dibanding dengan makhluk lainnya menjadikan dirinya mempunyai tanggung jawab yang lebih berat. Amanah tanggung jawab untuk menjadi khalifah di bumi telah ditawarkan kepada langit, bumi dan gunung-gunung, namun mereka menolaknya. Kemudian manusia menerima amanah tersebut. Ini menunjukkan bahwa manusia secara potensial dan keilmuan mampu melaksanakan tugas-tugas kekhalifahan tersebut. Pemberian amanat ini kepada manusia, menurut al-Ainain, menjadikan manusia terangkat kedudukannya menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan malaikat.
  • 77. KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (7) HAMBA DAN KHALIFAH 77  Untuk memakmurkan alam dan mengembangkan amanat risalah serta menegakkan segala amal yang mengandung kemaslahatan, kebaikan dan kebenaran. Sumbu kekhalifahan: penggunaan akal, pemikulan tugas-tugas samawi, pelaksanaan amanah melalui jalur ilmu pengetahuan yang dipelajari seseorang, realisasi pemahaman dan kemampuan membedakan antara yang buruk dan yang baik. Dalam bahasa Ibnu Qayyim tugas kekhalifahan manusia ialah untuk memakmurkan bumi ini dengan amal dan aktivitas yang berdasarkan manhaj (kurikulum) Allah. Karenanya diberi potensi.
  • 78. KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (8) HAMBA DAN KHALIFAH 78  Mengesampingkan perbedaan pendapat : khalifah ialah pengganti yang sebelumnya. Dengan demikian kurang tepat apabila penyandaran khalifah kepada Allah (khalifah Alah) jika dimaknai bahwa manusia menggantikan Tuhan karena Tuhan kekal selamanya dan karena posisi Tuhan berbeda dengan manusia, Tuhan punya eksistensi absolut dan sementara manusia eksistensinya relatif. Namun jika yang dimaksudkan sebagai pengganti (khalifah) bagi makhluk lainnya yang hidup sebelumnya, tentu tidak ada persoalan.
  • 79. KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (9) HAMBA DAN KHALIFAH 79 2. Tugas-tugas khalifah Ketinggian derajat manusia dibanding dengan makhluk lainnya menjadikan dirinya mempunyai tanggung jawab yang lebih berat. Amanah tanggung jawab untuk menjadi khalifah di bumi telah ditawarkan kepada langit, bumi dan gunung-gunung, namun mereka menolaknya. Kemudian manusia menerima amanah tersebut. Ini menunjukkan bahwa manusia secara potensial dan keilmuan mampu melaksanakan tugas-tugas kekhalifahan tersebut. Pemberian amanat ini kepada manusia, menurut al-Ainain, menjadikan manusia terangkat kedudukannya menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan malaikat.
  • 80. KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (10) HAMBA DAN KHALIFAH 80  Untuk memakmurkan alam dan mengembangkan amanat risalah serta menegakkan segala amal yang mengandung kemaslahatan, kebaikan dan kebenaran. Sumbu kekhalifahan: penggunaan akal, pemikulan tugas-tugas samawi, pelaksanaan amanah melalui jalur ilmu pengetahuan yang dipelajari seseorang, realisasi pemahaman dan kemampuan membedakan antara yang buruk dan yang baik. Dalam bahasa Ibnu Qayyim tugas kekhalifahan manusia ialah untuk memakmurkan bumi ini dengan amal dan aktivitas yang berdasarkan manhaj (kurikulum) Allah. Karenanya diberi potensi.
  • 81. KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (11) HAMBA DAN KHALIFAH 81  Syarat adanya Pertanggung jawaban:  (1) dibebani hukum (mukallaf),  (2) mengetahui,  (3) kemampuan  (4) dalam keadaan sadar.
  • 82. KEDUDUKAN UTAMA MANUSIA (12) HAMBA DAN KHALIFAH 82 Ada dua kaidah yang berkaitan dengan tanggung jawab: 1. Tidak diminta untuk mempertanggungjawabkan apa yang tidak diketahui atau tidak mampu melakukannya; 2. tidak dituntut mempertanggungjawabkan apa yang tidak dilakukuannya dan dikatakannya, sekalipun hal tersebut diketahuinya.
  • 83. NILAI FUNDAMENTAL HUBUNGAN MANUSIA DG KHALIQ DAN LAINNYA 1. Hubungan manusia dg Khaliq adalah hubungan ubudiah dan istikhlaf 2. Hubungan manusia dg manusia: hubungan ta’awaun, ‘adalah, dan ihsan 3. Hubungan manusia dg akhirat: hubungan mas’uliyah dan jaza’; 4. Hubungan manusia dg alam: hubungan taskhir; 5. Hubungan manusia dg kehidupan : hubungan Ibtila’ 83
  • 84. HAKIKAT HERIDITAS, LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN SDM (1) 84  Hereditas merupakan kecenderungan alami cabang- cabang untuk meniru sumber mulanya dalam komposisi fisik dan psikologi. Ahli hereditas lainnya menggambarkan sebagai penyalinan cabang-cabang dari sumbernya.  Lingkungan ialah lingkungan alam dan lingkungan sosial.  Pengembangan SDM dl pendidikan ialah usaha sadar agar sdm atau potensi-potensi manusia tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kapasitasnya tujuan pendidikan Islam.
  • 85. HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN SDM (2) 85  Kehidupan sosial ialah kehidupan saling pengaruh. Setiap individu mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan sekitar terutama lingkungan pergaulan. Hubungan-hubungan antarmanusia, baik individu maupun antarkelompok, tingkat keharmonisan yang dirasakan oleh masyarakat, serta tingkat kemampuan lingkungan untuk merealisasikan berbagai kebutuhan individu, semuanya bisa mempermudah atau mempersulit proses pendidikan dalam rangka pembentukan kepribadian.  Hubungan antara manusia mengandung: kedalaman emosi dan kedalaman pikiran
  • 86. HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN SDM (4) 86 Menurut Morris L.Bigge (Learning Theories for Teachers) ada empat sifat dasar moral manusia dan hubungannya dengan alam sekitar yaitu bad-active, good-active, neutral-passif dan neutral interactif
  • 87. HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN SDM (5) 87  Teori bad-active ialah bawaan dasar manusia itu jelek, yang tidak ada harapan baik dari mereka. Sekiranya manusia dibiarkan berkembang maka yang tampil adalah kejelekannya saja. Maka fungsi pendidikan adalah mengusahakan pengekangan terhadap sifat dasar ini dan melatih bagian- bagian jiwa ke arah yang baik.
  • 88. HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN SDM (6) 88 Teori good-active :dasarnya bawaan manusia itu baik yang sekiranya dibiarkan tumbuh tanpa dipengaruhi, maka akan tampil sifat-sifat baiknya. Sehingga implikasinya dalam pendidikan ialah penyiapan sumber- sumber belajar sedemikian rupa agar perkembangan bawaan itu optimal.
  • 89. HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN SDM (7) 89 Teori neutral-passive : pada dasarnya manusia itu bersifat netral, yang potensial untuk tidak baik dan tidak pula buruk, dan menerima pengaruh luar apa adanya. Karakter seseorang apakah baik atau jelek, sangat tergantung pada polesan alam lingkungannya.
  • 90. HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN SDM (8) 90  Teori neutral-interactive, adalah hampir sama dengan neutral-passive, hanya saja pengaruh dunia luar terhadapnya ada proses kerjasama atau interaktif. Berarti pendidikan, tidak akan dapat seratus persen mencetak anak didik sesuai dengan yang dikehendaki, karena peserta didik dapat memberi respon atau dialektis terhadap pengaruh luar. Keempat teori pendidikan ini bersifat antropocentris.
  • 91. HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN SDM (9) 91 Sebagai kelanjutan dari teori-teori ini memunculkan tiga teori dasar dari Barat yaitu teori emperisme, nativisme dan konvergensi.
  • 92. HAKIKAT HERDITAS, LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN SDM DL TEORI FITRAH (10) DIBICARAKAN SECARA TERSENDIRI 1. fatalis-pasif 2. netral-pasif 3. positif-aktif 4. dualis-aktif 92
  • 93. FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN DALAM ISLAM (11) 93 1. Faktor heriditas: mewarisi sifat-sifat dari kedua orang tuanya, baik moral (al- khalqiyah), fisik (al-jismiyah) maupun intelektual (al-’aqliyah), sejak masa kelahirannya; 2. Lingkungan terutama lingkungan sosial; 3. kehendak bebas manusia, akan mampu mengalahkan pengaruh faktor al-warisah dan lingkungan; 4. Bi Aunillah (atas pertolongan Allah).
  • 94. BAB IV: ALIRAN FPI: KESADARAN MANUSIA DAN PARADIGMA PENDIDIKAN (1) hal. 87 1. Kesadaran magis :  terbentuk pada masyarakat yang masih mempercayai hal-hal yang supranatural.  meyakini bahwa kekuatan terbesar yang mempengaruhi kehidupan mereka adalah hal-hal yang gaib, mistis, supranatural (luar alam).  Untuk itu hal-hal gaib ini harus di-“tundukkan” dengan sesajen dan do’a-do’a/mantra/jampi-jampi/komat- kamit. 94
  • 95. KESADARAN MANUSIA DAN PARADIGMA PENDIDIKAN (2) 2. Kesadaran naif.  masyarakat yang memandang bahwa setiap ketidakadilan sosial berakar dari kelemahan manusia.  masyarakat dengan kesadaran naif terbentuk pada masyarakat yang percaya bahwa kekuatan natural (alam) adalah kekuatan terbesar yang mempengaruhi segala masalah di dunia ini.  Untuk itu kekuatan alam harus ditundukkan oleh tangan manusia. 95
  • 96. KESADARAN MANUSIA DAN PARADIGMA PENDIDIKAN (3) 3. Kesadaran kritis.  masyarakat yang menyadari bahwa kekacauan di dunia ini diciptakan oleh sistem yang dibuat oleh manusia itu sendiri.  masyarakat kritis adalah masyarakat yang keyakinannya telah bergeser dari kepercayaan kekuatan terbesarnya kepada alam menuju kekuatan manusia.  Untuk itu kekuatan manusia yang menjelma pada sistem ini harus ditundukkan dengan “ilmu” dan kesadaran kritis. 96
  • 97. PARADIGMA PENDIDIKAN (1) 1. Sistem pendidikan:  yang memandang realitas luar sebagai sesuatu yang given, telah berlaku dari sononya, tidak bisa/perlu dirubah, bahkan perlu dilestarikan.  Inilah sistem pendidikan yang pro status quo.  Para ahli filsafat pendidikan mengistilahkannya dengan Pendidikan Konservatif.  Pendidikan konsevatif ini lazim diberlakukan pada negara-negara dengan rezim yang otoriter. 97
  • 98. PARADIGMA PENDIDIKAN (2) 2. Paradigma liberal.  memandang bahwa ketidakadilan sosial terjadi karena kelalaian manusia itu sendiri.  Kalau ada pengangguran maka itu adalah kesalahan manusianya yang kurang kreatif, tidak berjiwa wirausaha dan malas.  Kalau ada kemiskinan kota (poor urban) itu disebabkan karena manusianya yang malas berusaha di desa dan maunya hidup enak saja di kota 98
  • 99. PARADIGMA PENDIDIKAN (3) 3. Paradigma pendidikan kritis.  pendidikan harus secara utuh meresapi dan menyatu di tengah-tengah masyarakatnya.  Paradigma ini memandang akar ketidakadilan sosial adalah sistem yang berlaku pada masyarakat itu.  Sistem itu dapat berupa sistem politik (yang otoriter dan anti demokrasi), sistem sosial (yang melestarikan kasta- kasta dan menghambat laju mobilitas sosial), sistem ekonomi (yang kapitalistik, dan anti kerakyatan) sistem budaya (yang patriaki dan anti egaliter), bahkan sistem pendidikan itu sendiri (yang menjadi alat pengukuh kekuasaan dan pro status quo). 99
  • 100. ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (1) 1. Fatalis-pasif yang direfresentasikan oleh Ibn Mubarak (wafat 181 H), Syekh Abdul Qadir Jailani (wafat 561 H), dan Al-Azhari; 2. Netral-pasif yang diwakili oleh Ibnu Abd al-Barr (wafat 362 H); 3. Positif-aktif yang direpresentasikan oleh Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim al-Jauziyah (klasik), Muhammad Ali al- Shobuni, Mufti Muhammad Syafi’i, Ismail Raji al-Faruqi, Mohammad Asad, Syah Waliyullah (kontemporer); dan 4. Dualis-aktif yang tokohnya ialah Sayyid Qutub dan Ali Shari’ati. 100
  • 101. ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (2) Fatalis-pasif: setiap individu, melalui ketetapan Allah SWT adalah baik atau jahat secara asal, baik ketetapan semacam ini terjadi secara semuanya atau sebagian sesuai dengan rencana Tuhan. Faktor-faktor eksternal tidak begitu berpengaruh terhadap penentuan nasib seseorang karena setiap individu terikat dengan ketetapan yang telah ditentukan sebelumnya oleh Allah SWT.  Dasarnya: hadis Nabi SAW dari Abdullah Ibnu Mas’ud berkata, Rasulullah SAW bersabda (mengomentari) firman Allah SWT, ”Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan anak-anak Adam dari sulbi mereka” (QS. Al-A’ra>f [7]: 172). 101
  • 102. ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (3)  ‫ق‬ ‫بربكم‬ ‫ألست‬ ‫أيفسهم‬ ‫على‬ ‫وأشهدمم‬ ‫ذريتهم‬ ‫ظهورمم‬ ‫من‬ ٍ‫آد‬ َ ‫بن‬ ‫من‬ ‫ربك‬ ‫أخذ‬ ‫وإذ‬ ‫الوا‬ ‫غافلين‬ ‫مذا‬ ‫عن‬ ‫كنا‬ ‫إيا‬ ‫الَيامة‬ ٍ‫يو‬ ‫تَولوا‬ ‫أن‬ ‫شهديا‬ ‫بلى‬  Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", 102
  • 103. ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (4) Netral-pasif: anak lahir dalam keadaan suci, utuh dan sempurna, suatu keadaan kosong sebagaimana adanya, tanpa kesadaran akan iman atau kufur, baik atau jahat. Ini sama dengan teori ’tabularasa’ dari John Lock.  Manusia lahir seperti kertas putih tanpa ada sesuatu goresan apa pun. Pengetahuan manusia berbagai hal termasuk kebaikan, keburukan, benar-salah, baik-buruk dan indah-tidak indah dan lain-lain diperolehnya dari polesan lingkungan. Manusia berpotensi menjadi baik bila pengaruh luar terutama orang tuanya mengajarkan demikian. 103
  • 104. ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (5)  Sebaliknya berpotensi menjadi buruk bila lingkungan terutama orang tuanya mengabaikan nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keadilan terhadap anak atau justru mengajarkan keburukan dan kejahatan terhadap anak. Prinsipnya ialah bahwa mana yang lebih dominan dan intensif mempengaruhi manusia (peserta didik), hal itulah yang menentukan kepribadiannya, apakah ia cerdas atau bodoh, kreatif atau jumud. 104
  • 105. ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (6)  Pandangan ini mengambil argumen dari QS. Al-Nah}l (16): 78.  َ‫ت‬ َ ‫َل‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ت‬‫ا‬َ‫ه‬َ‫م‬ُ‫أ‬ ِ‫ون‬ُ‫ط‬ُ‫ب‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ج‬َ‫ر‬ْ‫خ‬َ‫أ‬ ُ َ ‫َّللا‬ َ‫و‬ ‫ا‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ئ‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ َ‫ون‬ُ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ع‬ َ‫ار‬َ‫ص‬ْ‫ب‬َ ْ ‫اْل‬ َ‫و‬ َ‫ع‬ْ‫م‬َ‫س‬‫ل‬ َ‫ون‬ُ‫ر‬ُ‫ك‬ْ‫ش‬َ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ل‬ َ‫ة‬َ‫د‬ِ‫ئ‬ْ‫ف‬َ ْ ‫اْل‬ َ‫و‬ .  Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. 105
  • 106. ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (7) Positif-aktif yakni bawaan dasar atau sifat manusia sejak lahir adalah baik, sedangkan kejahatan bersifat aksidental. Para ahli yang berpandangan positif membangun dasar argumennya dari: 1. QS. al-A’ra>f (7):172:  ُ‫ذ‬ ْ‫م‬ِ‫م‬ ِ ‫ور‬ُ‫ه‬ُ‫ظ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٍََ‫د‬‫آ‬ َ ِ‫ن‬َ‫ب‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ُّك‬‫ب‬ َ‫ر‬ َ‫ذ‬َ‫خ‬َ‫أ‬ ْ‫ذ‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫م‬َ‫د‬َ‫ه‬ْ‫ش‬َ‫أ‬ َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ت‬َ‫ي‬ ِ ‫ر‬ ُ‫ت‬ْ‫س‬َ‫ل‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫س‬ُ‫ف‬‫ي‬َ‫أ‬ ْ‫و‬َ‫ي‬ ‫وا‬ُ‫ل‬‫و‬ََُ‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫َا‬‫ي‬ْ‫د‬ِ‫ه‬َ‫ش‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ب‬ ‫وا‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ب‬ َ‫ر‬ِ‫ب‬ َ‫غ‬ ‫ا‬َ‫ذ‬َ‫م‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ا‬َ‫ن‬ُ‫ك‬ ‫ا‬َ‫ي‬ِ‫إ‬ ِ‫ة‬َ‫م‬‫ا‬َ‫ي‬َِْ‫ال‬ ٍَ َ‫ين‬ِ‫ل‬ِ‫ف‬‫ا‬ . 106
  • 107. ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (8)  Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", 107
  • 108. ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (9) 2. Hadis Nabi SAW:  ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬ ُ‫ل‬‫و‬ََُ‫ي‬ َ‫ان‬َ‫ك‬ ُ‫ه‬َ‫ي‬َ‫أ‬ َ‫ة‬ َ‫ْر‬‫ي‬ َ‫ر‬ُ‫م‬ َ ِ‫ب‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ ‫َّللا‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ص‬ ِ َ ‫َّللا‬ ُ‫ل‬‫و‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬َ‫م‬ َ‫م‬َ‫ل‬َ‫س‬ ُ‫ي‬ ُ‫ه‬‫ا‬ َ‫و‬َ‫ب‬َ‫أ‬َ‫ف‬ ِ‫ة‬ َ‫ر‬ْ‫ط‬ِ‫ف‬ْ‫ال‬ ‫ى‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫د‬َ‫ل‬‫و‬ُ‫ي‬ َ ‫َل‬ِ‫إ‬ ‫ود‬ُ‫ل‬ ْ‫و‬َ‫م‬ َ‫م‬ُ‫ي‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ي‬‫ا‬ َ‫ر‬ ِ ‫َص‬‫ن‬ُ‫ي‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ي‬‫ا‬َ‫د‬ِ‫و‬َ‫ه‬ ُ‫ج‬َ‫ت‬ْ‫ن‬ُ‫ت‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫ك‬ ِ‫ه‬ِ‫ي‬‫ا‬َ‫س‬ ِ‫ج‬ َ‫ه‬‫ي‬ِ‫ف‬ َ‫ُّون‬‫س‬ ِ‫ح‬ُ‫ت‬ ْ‫ل‬َ‫م‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫ع‬ْ‫م‬َ‫ج‬ ً‫ة‬َ‫م‬‫ي‬ِ‫ه‬َ‫ب‬ ُ‫ة‬َ‫م‬‫ي‬ِ‫ه‬َ‫ب‬ْ‫ال‬ َ‫ر‬ُ‫م‬ ‫و‬ُ‫ب‬َ‫أ‬ ‫ول‬ََُ‫ي‬ َ‫م‬ُ‫ث‬ َ‫ء‬‫ا‬َ‫ع‬ْ‫د‬َ‫ج‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ا‬ ‫وا‬ُ‫ء‬ َ‫ر‬ْ‫ق‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫ة‬ َ‫ْر‬‫ي‬ ْ‫م‬ُ‫ت‬ْ‫ئ‬ِ‫ش‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬ ( َ‫ن‬‫ال‬ َ‫ر‬َ‫ط‬َ‫ف‬ َ ِ‫ت‬َ‫ال‬ ِ َ ‫َّللا‬ َ‫ة‬ َ‫ر‬ْ‫ط‬ِ‫ف‬ ِ َ ‫َّللا‬ ِ‫ق‬ْ‫َل‬‫خ‬ِ‫ل‬ َ‫ل‬‫ِي‬‫د‬ْ‫ب‬َ‫ت‬ َ ‫َل‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ َ ‫اس‬ ُ‫م‬ِ‫ي‬ََْ‫ال‬ ُ‫ِين‬‫الد‬ َ‫ك‬ِ‫ل‬َ‫ذ‬ ) َ‫ة‬َ‫ي‬ ْ ‫اْل‬  Tidak dilahirkan seseorang kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka orangtuanyalah yang menjadikan anak itu beragama Yahudi, Nasrani dan Majusi. Sebagaimana binatang ternak melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah anda melihat sesuatu yang kurang? 108
  • 109. ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF FITRAH (10) Dualis-aktif: manusia sejak awalnya membawa sifat ganda. Di satu sisi cenderung kepada kebaikan, dan di sisi lain cenderung kepada kejahatan.  Menurut Qutub, dua unsur pembentuk esensial dari struktur manusia secara menyeluruh, yaitu ruh dan tanah, mengakibatkan kebaikan dan kejahatan sebagai suatu kecenderungan yang setara pada manusia, yaitu kecenderungan untuk mengikuti Tuhan dan kecenderungan untuk tersesat.  Kebaikan yang ada dalam diri manusia dilengkapi dengan pengaruh-pengaruh eksternal seperti kenabian dan wahyu Tuhan sementara kejahatan yang ada dalam diri manusia dilengkapi faktor eksternal seperti godaan dan kesesatan. 109
  • 110. ALIRAN FPI DL PERSPEKTIF ILMU PENDIDIKAN : Berdasar pada ruang lingkup pembagian ilmu dan tujuan memperoleh ilmu, Ridla membagi aliran-aliran utama pemikiran pendidikan Islam kepada tiga: 1. aliran al-muha>fiz (religius konservatif), 2. aliran al-diniy al-‘aqlaniy (religius rasional), 3. aliran al-zarai’iy (pragmatis instrumental). 110
  • 111. RELIGIUS KONSERVATIF (1)  Konservatif: penafsiran terhadap realitas dunia berpangkal dari ajaran agama sehingga semua yang menyangkut tujuan belajar, pembagian ilmu yang dicari oleh pembelajar, etika mu’allim dan muta’allim dan lain sebagainya harus dibingkai dengan ajaran agama.  Persoalan pendidikan cenderung bersikap murni keagamaan. Memaknai ilmu dengan pengertian yang lebih sempit, yakni hanya mencakup ilmu-ilmu yang dibutuhkan saat sekarang (hidup di dunia) yang jelas-jelas akan membawa manfaat kelak di akhirat. 111
  • 112. RELIGIUS KONSERVATIF (2)  Aliran ini (konservatif) diwakili oleh Imam al Gazali, Syekh al-Thusi, Ibnu Jama’ah, Sahnun, Ibnu al- Haitami dan al-Qabisi. 112
  • 113. RELIGIUS KONSERVATIF (3)  Sikap dan kecenderungan agamis ini menimbulkan implikasi-implikasi negatif terhadap pendidikan: term ilmu yang dalam al-Qur’an dan Sunnah bersifat mutlak (cakupan yang luas) menjadi muqayyad (terbatas/sempit) yakni terbatas pada ilmu tentang Tuhan (‘ilm billah). 113
  • 114. RELIGIUS KONSERVATIF (4) Adanya antusiasme pendakian spiritual mendorong pemikiran pendidikan Islam konservatif ke arah pengabaian urusan dunia dan dengan segala kemanfaatan dan kenikmatannya dan mengabaikan bekerja dan usaha- usaha memperoleh kemanfaatan urusan dunia tersebut. 114
  • 115. RELIGIUS KONSERVATIF (5)  Keterpakuan para ahli pendidikan muslim pada ungkapan ilmu sebagai tujuan akhir pada zat ilmu itu sendiri atau ilmu untuk ilmu (al-‘ilm ga>yah fi za>tih) sehingga sebagian mereka menjadikan ilmu eksklusif dari kemungkinan untuk pelayanan bagi kehidupan kemanusiaan, memperbaiki kehidupan manusia dan menambah kebahagian masing-masing individu. 115
  • 116. RELIGIUS KONSERVATIF (6) Di sisisi lain dari aliran keagamaan konservatif ini adalah rasa tanggung jawab keagamaan yang kuat yang belum pernah ditemukan adanya rasa tanggung jawab moral serupa pada generasi berikutnya. Mereka sangat menjunjung tinggi persoalan belajar, bahkan mereka menilainya sebagai wujud tanggung jawab moral yang sangat luhur. Tugas-tugas mengajar untuk mencari rida (rela) Allah SWT dan mendekatkan mu’allim (guru/pendidik) kepada-Nya karena kebajikan- kebajikannya. 116
  • 117. RELIGIUS KONSERVATIF (7)  Dengan aktivitas mengajar bukan sekedar tanggung jawab kemanusiaan tetapi merupakan tangggung jawab keagamaan yang sangat penting. 117
  • 118. RELIGIUS RASIONAL (1)  Rasional sebenarnya tidak jauh berbeda dengan aliran al-muhafiz dl hal kaitan antara pendidikan dan tujuan akhir agamawi. Di antara tokoh aliran ini antara lain kelompok Ikhwan al-Safa, al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Miskawaih. 118
  • 119. RELIGIUS RASIONAL (2)  Ikhwan al-Safa mengakui bahwa semua ilmu dan sastra yang tidak mengantarkan pemiliknya menuju tuntutan akhirat dan tidak memberikan makna sebagai bekal di sana, maka ilmu yang demikian hanya menjadi bencana dan bukti kesusahan bagi pemiliknya di akhirat. Namun ketika aliran ini membicarakan persoalan pendidikan seperti masalah ilmu dan belajar, cenderung lebih rasional dan filosufis. 119
  • 120. RELIGIUS RASIONAL (3)  Mereka membangun prinsip-prisip dasar pemikiran kependidikan dari pemikiran tentang manusia, pengetahuan dan pendidikan. Dipandang pendidikan dari sudut pandangan akal bukan dari segi amal. Pengetahuan semua dipelajari, bukan secara naluri, dan semua pengetahuan melalui pancaindera. 120
  • 121. PRAGMATIS INSTRUMENTAL (1)  Pragmatis instrumenatal, yang tokoh satu-satunya ialah Ibnu Khaldun. Pandangannya tentang tujuan pendidikan lebih banyak sisi pragmatis dan lebih berorientasi pada tataran aplikatif-praktis. 121
  • 122. PRAGMATIS INSTRUMENTAL (2)  Dia mengklasifikasikan ilmu pengetahuan berdasar tujuan fungsionalnya, bukan berdasar nilai substansialnya semata.  Ia membagi ragam ilmu yang perlu dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan menjadi dua yakni (1) jenis ilmu- ilmu yang bersifat instrinsik (ilmu-ilmu syariah), seperti tafsir, hadis, fikih, kalam, ontologi dan teologi dari cabang filsafat. (2) jenis ilmu-ilmu yang bernilai ekstrinsik instrumental bagi ilmu jenis pertama, seperti bahasa Arab, ilmu hitung dan sejenisnya. 122
  • 123. PRAGMATIS INSTRUMENTAL (3)  Merupakan ilmu naqliy dari orang yang menghasilkannya. Jenis ilmu ini bersandar pada warta otoritatif Syar’i (Tuhan dan Rasul-Nya). Sedangkan akal pikiran manusia tidak mempunyai peluang untuk mengintervensinya kecuali dalam ruang lingkup cabang-cabangnya. Itupun masih harus berada dalam kerangka dasar Pembuat Syar’i.  Bersifat alami bagi manusia, yaitu ilmu-ilmu yang diperoleh manusia lewat bimbingan penalaran akal pikirnya. 123
  • 124. PRAGMATIS INSTRUMENTAL (4)  Ruang lingkup persoalannya, prinsip-prinsip dan metode pengembangannya sepenuhnya berdasar pada daya penjelajahan akal manusia. 124
  • 125. PRAGMATIS INSTRUMENTAL (5)  Ibnu Khaldun membagi kemampuan berpikir ini menjadi tiga tingkatan yaitu (1) al-‘aql al-tamyiz (akal pemisah); (2) al-‘aql al-tarbiyyi (akal eksprimental); dan (3) al-‘aql al-nazariy (akal kritis). 125
  • 126. PRAGMATIS INSTRUMENTAL (6)  Tingkatan akal terbawah, karena kemampuannya hanya terbatas pada mengetahui hal-hal yang bersifat emperis inderawi. Konsep-konsep yang dihasilkan taraf berpikir tingkat ini adalah deskripsi atau penggambaran (al-tasawwurat). Tujuannnya adalah menghasilkan kemanfaatan bagi manusia dan menolak bahaya. 126
  • 127. PRAGMATIS INSTRUMENTAL (7)  Kemampuan berpikir yang menghasilkan berbagai gagasan pemikiran dan berbagai etika dalam tatanan pergaulan bersama dan hal ihwal mereka. Banyak dari olah pikir pada tingkat menghasilkan kebenaran (tasdiqat) yang disimpulkan dari eksprimen sedikit demi sedikit secara berkelanjutan hingga mencapai kesempurnaan hasil atau kegunaan. 127
  • 128. PRAGMATIS INSTRUMENTAL (8)  Suatu proses berpikir yang menghasilkan ilmu atau asumsi kuat akan hal meta empiris (abstrak-filosufis) yang merupakan kompleksitas hubungan dari berbagai tasawwur (penggambaran) dan tasdiq (pembenaran) hingga membangun disiplin keilmuan tertentu. Yang terpenting dari tingkat akal kritis ini ialah penggambaran realitas (al-wujud) sebagaimana hakikatnya, jenis-jenisnya, detailnya, sebab-sebabnya, dan ilat-ilatnya, dan daya berpikir berkembang sempurna menjadi akal murni dan jiwa yang tercerahkan. Di sinilah hakikat kemanusiaan. 128
  • 129. ALIRAN FILSAFAT PEND. BARAT 1. Progresivisme 2. Esensialisme 3. Perenialisme 4. Rekonstruksionisme 129
  • 130. BAB IV: PEMIKIRAN PENDIDIKAN KALBU 130  Rasional (1) : Kenapa harus dibahas: 1. Kalbu/nurani yang tercerahkan selalu mengarah kpd yang baik. Nabi SAW bersabda:  َ‫ث‬ َ‫ك‬َ‫س‬ْ‫ف‬َ‫ي‬ ِ‫ت‬ْ‫ف‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ َ‫و‬ َ‫ك‬َ‫ب‬ْ‫ل‬َ‫ق‬ ِ‫ت‬ْ‫ف‬َ‫ت‬ْ‫س‬‫ا‬ َ‫ي‬َ‫أ‬َ‫م‬ْ‫اط‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُّ‫ر‬ِ‫ب‬ْ‫ال‬ ِ‫ا‬َ‫ر‬َ‫م‬ َ‫ث‬ َ ‫َل‬ ُ‫س‬ْ‫ف‬َ‫ن‬‫ال‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ْ‫ت‬ ِ‫ف‬ َ‫د‬َ‫د‬َ‫ر‬َ‫ت‬ َ‫و‬ ِ ‫س‬ْ‫ف‬َ‫ن‬‫ال‬ َ ِ‫ف‬ َ‫اك‬َ‫ح‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُ‫م‬ْ‫ث‬ِ ْ ‫اْل‬ َ‫و‬ َ‫ن‬‫ال‬ َ‫اك‬َ‫ت‬ْ‫ف‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫و‬ ِ ‫ر‬ْ‫د‬َ‫ص‬‫ال‬ َ َ‫ك‬ ْ‫و‬َ‫ت‬ْ‫ف‬َ‫أ‬ َ‫و‬ ُ‫اس‬  (Minta fatwalah kepada kedalaman kalbumu/jiwamu, Nabi mengucapkannya tiga kali. Kebaikan itu ialah yang menenteramkan jiwa/kalbu dan dosa itu ialah sesuatu yang menyusahkan jiwa/kalbu dan kebimbangan di kalbu. Jika manusia meminta fatwa kepadamu, mintalah fatwa kepada ke kedalaman kalbu/jiwamu).”
  • 131. RASIONAL (2) 131 2. Berpengaruh secara signifikan dalam pembentukan perilaku. Nabi SAW bersabda:  ِ‫فسد‬ ‫واذا‬ ‫كله‬ ‫الجسد‬ ‫صلح‬ ‫صلحت‬ ‫اذا‬ ‫مضغة‬ ‫للجسد‬ ‫ان‬ ‫اَل‬ ‫فسد‬ ‫الَلب‬ ‫ومى‬ ‫اَل‬ ‫كله‬ ‫الجسد‬ ( ‫ومسلم‬ ‫البخارى‬ ‫رواه‬ )  Ingatlah! Bahwa dalam tubuh itu ada segumpal daging, bila ia baik, akan baiklah seluruh tubuh itu, dan bila ia rusak, rusaklah ia seluruhnya. Itulah dia kalbu. (HR. Bukhari dan Muslim).
  • 132. RASIONAL (3) 132 3. Jika ingin mempelajari tingkah laku seseorang atau mengubahnya maka kita harus memahami presepsinya dan mengubah pandangan atau keyakinannya. Demikian juga bila ingin melihat perbedaan seseorang dengan yang lainnya maka harus dilihat perilaku internalnya, karena perbedaan individu satu dengan yang lainnya adalah faktor internalnya (kalbu).
  • 133. RASIONAL (4) 133 4. Hakikat muslim itu didahului dengan iman. Iman letaknya di kalbu. Iman merupakan cahaya yang menerangi jalan seseorang agar berprilaku lurus di jalan kebajikan serta mendapat nikmat di hari kemudian. 5. Yang diminta pertanggungjawaban ialah isi kalbu bukan nafsu. 6. Niat itu letaknya di kalbu.
  • 134. PENGERTIAN KALBU (1) 134  Pengertian:  Menurut bahasa: Kalbu berasal dari bahasa Arab yakni qalaba (membalik). Membalikkan yang atas di bawah, atau menjadikan yang dalam di luar atau membalikkan senang menjadi susah, cinta menjadi benci, yang semuanya itu merupakan pengertian kalbu.
  • 135. PENGERTIAN KALBU (2): 135  Imam al-Ghazali:  Spiritualitas kalbu ia berupa sesuatu yang lathifah (halus), bersifat Robbaniyah (Ketuhanan) dan kerohanian yang ada hubungannya dengan jasmani. Kalbu yang halus itulah hakikat manusia yang dapat menangkap segala rasa, mengetahui dan mengenal segala sesuatu.
  • 136. PENGERTIAN KALBU (3): 136  Kalbu adalah salah satu gejala dari perangkat hakikat manusia yang asasi, karena iman bersemayam di dalam kalbu (QS. Al-Hajj [22]:32) dan sebagai alat untuk memperoleh ilmu (QS. Al- Hajj [22]:46 dan al-An’am [6]:25).
  • 137. KARAKTERISTIK KALBU (1) 137  Pertama: Kalbu berfungsi sebagai alat ma’rifah, memiliki pemahaman dalam diri manusia dan akal. Pengertian ini ditunjukkan oleh firman Allah QS. Qaf (50):37: Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai kalbu atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.
  • 138. KARAKTERISTIK KALBU (2) 138 Kedua: Penyebab kalbu seseorang tenteram ialah dengan berdzikir. Dalam QS. ar Ra’ad (13):28 disebutkan: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan kalbu mereka menjadi tenteram dengan dzikrullah. Ingatlah hanya dengan dzikrullah kalbu menjadi tenteram.”
  • 139. KARAKTERISTIK KALBU (3) 139  Ketiga: Penyebab kalbu seseorang tertutup/dikunci mati atau berpenyakit atau keras adalah karena kedengkian, kesombongan dan menentang kebenaran. Hal tersebut tersirat dalam Alquran. ”Allah telah mengunci mati kalbu (qulubihim) dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup” (QS.al-Baqarah [2]: 7 ).
  • 140. KARAKTERISTIK KALBU (4) 140  Dalam kalbu mereka (qulubihim) ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya (QS.al-Baqarah [2]: 7 dan 10). Dan diantara mereka ada orang yang mendengarkan (bacaan)mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas kalbu mereka (qulubihim) sehingga mereka tidak memahaminya dan (Kami letakkan) sumbatan di telinganya. (QS. Al-An’am [6]:25).
  • 141. KARAKTERISTIK KALBU (5) 141  Keempat: Dalam kalbu ada macam-macam lammah (lintasan/bisikan); yang menyuruh kepada yang baik (lammah malakiyyah)/lammah muthmainnah; bisikan maksiat (lammah syaithaniyyah atau lammah ammarah bissu’); dan bisikan yang labil (lammah lawwamah); yang terkadang ingin berbuat baik dan disaat lain senang berbuat mungkar. Ini sesuai dengan isyarat QS. Al-Hajj (22): 53-54.
  • 142. KARAKTERISTIK KALBU (6) 142  Kelima: Kalbu merupakan salah satu gejala dari perangkat hakikat manusia yang asasi, karena iman (QS.al-Maidah [5]:41), ra’fah wa rahmah (rasa santun dan kasih sayang) (QS. [al-Hadid [57]:27), hidayah (QS. al-Tagabun [64]:11) dan takwa (QS. Al-Hajj [22]: 32) bersemayam dalam kalbu.  ‫ال‬ ‫فسد‬ ِ‫فسد‬ ‫واذا‬ ‫كله‬ ‫الجسد‬ ‫صلح‬ ‫صلحت‬ ‫اذا‬ ‫مضغة‬ ‫للجسد‬ ‫ان‬ ‫اَل‬ ‫جسد‬ ‫الَلب‬ ‫ومى‬ ‫اَل‬ ‫كله‬ ( ‫ومسلم‬ ‫البخارى‬ ‫رواه‬ )
  • 143. KARAKTERISTIK KALBU (7) 143  Keenam; Kalbu secara etimologi pada dasarnya bersifat labil dan suka bolak balik kecuali yang dapat bimbingan Ilahi. Seperti keterusikan kalbu Nabi Ibrahim, tentang bagaimana cara Tuhan menghidupkan yang telah mati.  Peristiwa ini bukanlah keraguan Nabi Ibrahim tentang hari kiamat. Karena ketidak tahuannya, maka ia ingin melihat dengan mata telanjang bagaimana cara Tuhan menghidupkan yang mati, sekalipun hal itu rahasia Ilahi, demi menenteramkan kalbunya.
  • 144. METODE PENDIDIKAN KALBU (1) 144  Metode dzikrullah (berdzikir kepada Allah) secara terus menerus. Dzikir dapat berupa dalam kalbu dan lisan; kalbu saja, dan lisan saja.  Istighfar dan bertobat . Hakikat tobat ialah secara totalitas kembali kepada Allah. Nabi istighfar dan tobat minimal 70 kali setiap hari sekalipun beliau ma’shum (terpelihara) dari dosa. Sebelum bertobat dimulai dengan istighfar. Para pendosa jika ingin istighfar dan tobat harus memenuhi 3 syarat jika dosa itu berhubungan dengan Allah. Jika dosa berkaitan dengan manusia ada 4 syarat.
  • 145. METODE PENDIDIKAN KALBU (2) 145  Berdoa (memohon sesuatu kepada Tuhan). Seseorang berdoa pada hakikatnya penyerahan diri kepada Sang Pencipta tentang permohonannya; dan keyakinan bahwa Allah Maha Kuasa mengabulkan doa. Doa dapat merubah nasib.  Semua doa pasti dikabulkan dalam arti; (1) apa yang diminta diberikan langsung; (2) apa yang diminta tidak diberikan tapi diberikan dalam bentuk lain, seperti ketenangan hidup, jauh dari keburukan dan lain-lain; (3) ditangguhkan dengan memberi ganjaran kepada yang berdoa.
  • 146. METODE PENDIDIKAN KALBU (3) 146  Melatih diri selalu husnudzdzan (berpikir positif), dan menghindari suu’dzdzan (prasangka buruk atau berpikir negatif).  Berpikir positif perlu latihan dengan cara (1) mempertimbangkan baik dan buruk setiap perilaku, (2) berpikir positif menyehatkan jiwa/mental dan raga; (3) berpikir positif akan membuka diri dengan realitas; (4) berpikir positif memperbanyak teman dan karib; (5) berpikir positif meringankan langkah dalam setiap aktivitas.
  • 147. KALBU DAN TANGGUNGJAWAB 147 Bertanggung jawab adalah beban (taklif) yang dipikul oleh seseorang, atau kelompok mengenai akibat sesuatu yang dilakukannya, baik karena konsep atau gagasan, perkataaan dan perbuatannya ataupun karena tidak berbuat apa-apa yang dibebankan kepadanya
  • 148. TINGKAH LAKU MANUSIA ADA DUA (1) 148 1. manusiawi ialah perbuatan yang dikuasai oleh manusia, yang secara sadar di bawah kontrolnya, dan dengan sengaja dikehendakinya baik perkataan maupun perbuatannya. Maka si pelaku bertanggungjawab atas perbuatan dan perkataan tersebut. Dan prilaku macam inilah yang dibicarakan oleh agama.
  • 149. TINGKAH LAKU MANUSIA ADA DUA (2) 149 2. Perbuatan manusia ialah aktivitas yang dilakukan manusia secara kebetulan baik perkataan maupun perbuatan, tetapi ia tidak menguasainya karena tidak mengontrolnya dengan sadar, tidak menghendekainya dengan sengaja. Dan atas perbuatan dan perkataan semacam ini, manusia tidak perlu bertanggung jawab atau dimaafkan. Begitu seseorang ingat kembali, maka waktu itu pula dia memikul tanggungjawab atas perkataan dan perbuatannya.
  • 150. PRASYARAT TANGGUNGJAWAB 150  Manusia diberi potensi-potensi sebagai pra syarat memikul tanggung jawab  Disamping manusia diberikan berbagai potensi, juga diberikan wewenang  Diberi kebebasan dl hal ghairu mahdhah;  Diberi sarana dan norma-norma (ayat-ayat Ilahiyah, ayat-ayat Insaniyah dan ayat-ayat kauniyah) sehingga layak memikul tanggung jawab;
  • 151. LAYAK MEMIKUL TANGGUNG JAWAB (1) 151 1. mencapai batas taklif (dewasa) baik laki-laki maupun perempuan; 2. berakal, maksudnya mengetahui dan menyadari alias tidak lupa apa yang diperbuat dan dikatakan serta mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh perbuatan dan perkataan tersebut baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain;
  • 152. LAYAK MEMIKUL TANGGUNG JAWAB (2) 152 3. mempunyai kebebasan dan tidak mendapat paksaan ketika melakukan perbuatannya atau ketika mengucapkan perkataannya; 4. mempunyai kemampuan untuk mengutarakan perkataannya atau melakukan perbuatannya.
  • 153. PERBEDAANKALBU YG TERCERAHKAN DAN KALBU YANG GELAP YG BLM TERCERAHKAN DL TINDAK KEJAHATAN 153 Kalbu yg belum tercerahkan: 1. Belum ada celah untuk itu, 2. Takut diketahui dan malu; 3. Takut sanksi hukum dunia; 4. Merusak karier; 5. Belum ada peluang.
  • 154. KALBU YG TERCERAHKAN 154  Kalbu yg tercerahkan: 1. Mensyukuri nikmat Tuhan utk memayungi ya lain; 2. Takut siksa api neraka; 3. Tidak bisa mempertanggungjawabkan perbuatan di akhirat; 4. Malu terhadap Tuhan dan manusia; 5. Takut sanksi hukum dunia; 6. Merusak karier.
  • 155. SEBAB-SEBAB NORMA DITAATI 155 1. hukum atau aturan itu memerintahkan sesuatu yang secara pribadi menguntungkan; 2. ada ancaman hukuman menyebabkan sebaiknya menaati dan dipertanggung jawabkan; 3. subjek merasakan suatu perasaan wajib atau kewajiban moral. Kedua alasan pertama tidak dapat menjamin ketaatan pada hukum/aturan karena hukum hanya ditaati selama menguntungkan atau selama kewaspadaaan pemberi sanksi tidak dapat dihindari. Kecuali yang spiritualitas kalbunya baik.
  • 156. BAB V: FILSAFAT PENDIDIKAN KELUARGA DAN KOMPONEN PENDIDIKAN ISLAMKOMPONEN PENDIDIKAN ISLAM : 156  Pengertian Pendidikan Keluarga: Pendidikan yang dilaksanakan dalam keluarga (terdiri dari bapak, ibu, anak-anak dan anggota keluarga lainnya yang menjadi tanggung jawab kedua orang tua).  Pendidikan keluarga sebagai pendidikan utama dan pertama sesuai dengan QS. A-Tahrim: 6 dan hadis Nabi tentang fitrah serta Sisdiknas Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan (pasal 1 poin 13 UU No 20 Tahun 2003).
  • 157. DASAR PENDIDIKAN KELUARA 157  ‫ال‬ ‫وقودما‬ ‫يارا‬ ‫وأمليكم‬ ‫أيفسكم‬ ‫قوا‬ ‫آمنوا‬ ‫الذين‬ ‫أيها‬ ‫يا‬ ‫ناس‬ ‫ما‬ ‫هللا‬ ‫يعصون‬ ‫َل‬ ‫شداد‬ ‫غَلظ‬ ‫مَلئكة‬ ‫عليها‬ ‫والحجارة‬ ‫يؤمرون‬ ‫ما‬ ‫ويفعلون‬ ‫أمرمم‬
  • 158. KENAPA PENTING PENDD KELUARGA 158 1. Dalam keluarga hubungan antara anak dan orang tua bersifat hubungan langsung, alami tidak dibuat-buat; 2. Dalam keluarga pertama-tama anak memperoleh terbentuknya tahap-tahap awal proses sosialisasi;
  • 159. KENAPA PENTING PENDD KELUARGA 159 3. Melalui interaksi dalam keluarga, anak memperoleh pengetahuan, nilai-nilai, emosi, sikap, dan keterampilan. 4. Dasar-dasar kelakuan dan kebiasaaan tertanam sejak dini di dalam keluarga; 5. Sikap hidup serta kebiasaan-kebiasaan anak tertanam dalam keluarga; 6. Anak menyerap adat istiadat dan prilaku kedua orangtuanya dengan cara bertaklid dengan cara meniru atau mengikuti dengan tidak tahu apa dasar, bukti dan alasannya, disertai rasa puas.
  • 160. TUGAS KELUARGA DL PEND KLRG 160 1. bertanggung jawab menyelamatkan faktor-faktor ketenangan, cinta kasih, serta kedamaian dalam rumah, dan menghilangkan segala macam kekerasan, kebencian, serta antagonisme; 2. keluarga harus mengawasi proses-proses pendidikan; 3. para orang tua harus menerapkan langkah-langkah sebagai tugas mereka, seperti kriteria tingkah laku, kewajiban berkumpul, memberikan kepahaman kepada anak-anak bahwa ayah mereka mempunyai aktivitas pribadi, kelemah lembutan.
  • 161. KRITERIA ORANG TUA YG EDUCATOR 161 1. memiliki wawasan pengetahuan yang luas baik pengetahuan umum maupun pengetahuan agama yang mencukupi untuk menghindari kesalahan strategi dalam mendidik anak; 2. mengalokasikan waktu yang cukup bersama keluarga dalam penanaman pembentukan kepribadian muslim, memberikan teladan sikap dan prilaku sehari-hari; 3. mendampingi dan memonitoring anak dalam berintekrasi dengan lingkungan sosial budaya, terutama pergaulan sosial anak dalam rangka internalisasi nilai-nilai spiritual keagamaan;
  • 162. KRITERIA ORANG TUA YG EDUCATOR 162 4. menciptakan suasana terbuka, musyawarah, diskusi dan dialog dalam keluarga tentang berbagai segi kehidupan aktual, termasuk tayangan berbagai media, seperti televisi, intenet sehingga terhindar dari sikap-sikap kemunafikan.
  • 163. JIKA KRITERIA TSB SULIT DICAPAI, MAKA SOLUSINYA: 163 1. mendatangkan guru privat agama pada waktu usia anak di bawah dua belas tahun untuk mengajarkan nilai-nilai dasar Islam, termasuk cara membaca Alquran dan Hadis; 2. menyekolahkan anak sejak dari SMP sampai SMU di lembaga-lembaga Islam semacam pesantren modern yang saat ini sudah banyak memiliki sekolah-sekolah umum yang berkualitas; 3. memasukkan anak sejak pendidikan anak dini sampai sekolah menengah atas di lembaga-lembaga pendidikan yang memakai lebel Islam;
  • 164. JIKA KRITERIA TSB SULIT DICAPAI, MAKA SOLUSINYA: 164 4. Orang tua harus melakukan jaringan komunikasi intensif dengan pihak sekolah dimana putra- putrinya sekolah; 5. Mengikutkan anak dalam kegiatan keagamaan atau majelis taklim atau group seni Islami, yang di adakan di kampung atau di masjid-masjid.
  • 165. AHDAP (TUJUAN) TARBIYAH AL-ISLAMIYAH (1) 165 Fungsi Tupen menurut Ahmad D. Marimba: 1. Mengakhiri Usaha 2. Mengarahkan usaha. Tanpa tujuan kegiatan pendidikan tdk akan efisien 3. Sebagai titik pangkal untuk mencapai tujuan- tujuan lain (berikutnya) 4. Memberi nilai (sifat) pada usaha itu.
  • 166. AHDAP TARBIYAH AL-ISLAMIYAH (2) 2. Hasan Langgulung 166 Tujuan Pendidikan Islam harus mengakomodasikan tiga fungsi utama dari agama: 1. fungsi spiritual (akidah dan iman); 2. fungsi psikologis (tingkah laku/tindak moral); 3. fungsi sosial (aturan hubungan kemanusiaan).
  • 167. AHDAP TARBIYAH AL-ISLAMIYAH (3) CIRI-CIRI AHDAP TARBIYAH AL-ISLAMIYAH 167 1. Khalifah :memakmurkan dan mengolah bumi sesuai dengan amanah Tuhan; 2. Pelaksanaan khalifah dl rangka ibadah; 3. Berakhlak mulia; 4. Membina, mengarahkan, menumbuhkembangkan dan mengolah seluruh potensi manusia shg ia memiliki ilmu, keterampilan dan akhlak mahmudah; 5. Kebahagiaan hidup di dunia akhirat secara seimbang.
  • 168. L. HAKIKAT PENDIDIK (1) 1. S. Nasution 168 Tugas pendidik ada tiga bagian: 1. mengkomunikasikan pengetahuan (memiliki pengetahuan yang mendalam);transfer of knowledge 2. sebagai model dl bid. studi yg diajarkannya; 3. menjadi model sebagai pribadi, apakah ia berdisiplin, cermat berpikir, mencintai pelajarannya.(transformatif)
  • 169. HAKIKAT PENDIDIK (2) 2. Athiyah al-Abrasyi 169 Tujuh sifat pendidik: 1. Zuhud 2. Memiliki jiwa bersih ( tubuhnya, jauh dari dosa, bersih jiwa, terhindar dari dosa besar, pamer, dengki, permusuhan, dll 3. Ikhlas dalam melaksanakan tugasnya, sama kata dan prilaku, dan jujur 4. Pemaaf;
  • 170. HAKIKAT PENDIDIK (3) 2. Athiyah al-Abrasyi 170 5. Dpt menempatkan diri sebagai bapak/ibu sebelum ia menjadi seorang guru (mencintai murid sebagaimana ia mencintai anaknya, memikirkan keadaan muridnya sebagaimana ia memikirkan anaknya sendiri) 6. Mengetahui bakat, minat, tabiat dan watak murid-muridnya; 7. Menguasai bidang studi yg akan diajarkannya;
  • 171. HAKIKAT PENDIDIK (4) 3. Syekh Nawawi: 171 Akhlak/sifat Mu’allim menurut Syaikh Nawawi al- Bantani ada 17 : 1. Menerima pertanyaan-pertanyaan murid dengan penuh kesabaran; 2. Selalu bermurah hati dalam berbagai hal; 3. Merendahkan diri di depan teman duduknya; 4. Tidak sombong, kecuali kepada orang yang terang-terangan zalim untuk memperingatkan kezalimannya, karena sombong kepada orang yang sombong itu adalah shadaqah sebagaimana tawadhu (merendah diri) kepada orang yang tawadhu;
  • 172. HAKIKAT PENDIDIK (5) 3. SYEKH NAWAWI 172 5. Bersikap tawadhu ketika berada di tengah- tengah acara pertemuan; 6. Mencegah dari bercanda dan senda gurau; 7. Ramah kepada murid ketika mengajar dan tidak menyuruh tergesa-gesa kepada murid yang tidak pandai bertanya; 8. Memperbaiki anak yang tidak cerdas dengan pengajaran yang baik; 9. Tidak marah dan tidak menyindir murid yang bodoh;
  • 173. HAKIKAT PENDIDIK (6) 3. SYEKH NAWAWI 173 10. Tidak merasa segan untuk berkata “tidak tahu” atau “Allah Yang Maha Tahu”, jika suatu masalah belum dikuasainya; 11. Mendorong semangat kepada yang bertanya agar pertanyaannya dapat dipahami dan persoalannya dapat dijawab dengan baik; 12. Dapat menerima alasan orang lain dan mendengarkan, walaupun alasan itu berasal dari musuh/tidak sepaham; 13. Mengikuti haq (kebenaran), dan kembali kepada haq ketika melakukan kesalahan dalam berbicara atau keyakinan, walaupun haq itu berasal dari orang yang lebih rendah; 14. Mencegah murid dari setiap ilmu yang membahayakan agama seperti ilmu sihir dan astrologi;
  • 174. HAKIKAT PENDIDIK (7) 3. SYEKH NAWAWI 174 15. Mencegah murid dari keinginan untuk menggunakan ilmu yang bermanfaat bukan karena Allah; 16. Mencegah murid dari kesibukan dengan fardhu kifayah sebelum menyelesaikan fardhu ain; 17. Menginstrosfeksi diri sendiri lebih dahulu, sebelum memerintahkan orang lain mengerjakan kebaikan, dan sebelum melarang orang lain agar menjauhi keburukan dengan melaksanakan perintah syara’ dan menjauhi larangannya, agar murid mengambil teladan darinya.
  • 175. HAKIKAT PESERTA DIDIK Etika Peserta Didik menurut Imam al-Ghazali (1) 1. Memprioritaskan penyucian diri dari akhlak tercela dan sifat buruk, sebab, ilmu itu bentuk peribadatan hati, shalat rohani (sirr), dan pendekatan batin kepada Allah. 2. Menjaga diri dari kesibukan-kesibukan duniawi dan sebaiknya jauh dari kampung halaman. Sebab, bergelut dengan kesibukan-kesibukan duniawi dapat memalingkan konsentrasi belajarnya, sehingga kemampuan menguasai ilmu yang dipelajari menjadi tumpul. 175
  • 176. Etika Peserta Didik menurut Imam al-Ghazali (2) 3. Tidak membusungkan dada (takabbur) terhadap orang alim (ahli ilmu termasuk guru), melainkan bersedia patuh dalam segala urusan dan bersedia mendengarkan nasihatnya. Sebab, pasien (dalam hal ini peserta didik) sudah seharusnya mematuhi apa yang menjadi nasihat dokter (analogi guru). 4. Bagi pembelajar pemula dalam menuntut ilmu hendaknya menghindarkan diri dari mengkaji berbagai macam pemikiran dan tokoh, baik menyangkut ilmu-ilmu duniawi maupun ilmu-ilmu ukhrawi. Sebab, hal ini dapat mengacaukan pikiran, membuat bingung dan memecah konsentrasinya dalam belajar. 176
  • 177. Etika Peserta Didik menurut Imam al-Ghazali (3) 5. Tidak mengabaikan suatu disiplin ilmu apapun yang terpuji, selain bersedia mempelajarinya hingga tahu apa orientasi dari disiplin ilmu tersebut. 6. Dalam mendalami suatu disiplin ilmu, peserta didik tidak melakukannya sekaligus, akan tetapi perlu bertahap dan memprioritaskan yang terpenting. 7. Pembelajar tidak beranjak mendalami tahap ilmu berikutnya hingga ia benar-benar menguasai tahap ilmu sebelumnya. Sebab, ilmu-ilmu itu bersinambung secara linier, atau sama lain saling terkait. 177
  • 178. Etika Peserta Didik menurut Imam al-Ghazali (4) 8. Pembelajar hendaknya mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan ia dapat memperoleh ilmu yang paling mulia. Kemuliaan itu dapat di lihat dari dua sisi yakni (a) keutamaan hasil dan (b) terpercaya landasan argumennya. 9. Tujuan menuntut ilmu ialah pembersihan batin dan menghiasinya dengan keutamaan serta mendekatkan diri kepada Allah serta meningkatkan spiritualnya ke posisi yang tinggi yakni posisi para malaikat dan orang-orang yang dekat kepada-Nya. Bukan bertujuan untuk mencari kedudukan, kekayaan, dan popularitas. 178
  • 179. Etika Peserta Didik menurut Imam al-Ghazali (5) 9. Pembelajar harus mengetahui hubungan ilmu-ilmu yang dikajinya dengan orientasi yang dituju, sehingga dapat memilah dan memilih ilmu mana yang harus diprioritaskan dalam hubungannya dengan urusan dunia dan akhirat. 179
  • 180. M. KOMPETENSI PENDIDIK(1) 180 Definisi: seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh pendidik/guru atau dosen dalam melakukan tugas keprofesionalan.
  • 181. KOMPETENSI PENDIDIK (2) 181  Paedagogik: kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik;  Kepribadian: kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didiknya;  Profesional: kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam;  Sosial: kemampuan berkomunikasi dan berintekrasi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali, dan masyarakat sekitar.
  • 182. HAKIKAT METODE PEND. ISLAM (1) DEFINISI: 182 Cara yg terencana dan tepat guna untuk menyampaikan materi pendidikan kepada peserta didik agar mampu memberi kesan mendalam kpd mereka, sehingga terlihat dalam pribadi mereka. Fungsinya mengantarkan suatu tujuan kepada obyek sasaran dengan cara yg sesuai dg perkembangan obyek tersebut.
  • 183. METODE PEND. ISLAM (2) 183  Al-Syaibani: Ada empat menjadi dasar pertimbangan dl penggunaan metode pendidikan Islam:  Agama: sesuai dg Al-Qur’an, Sunnah Nabawi, sahabat dan tabi’in dan Salaf al-Shalih.  Biologis: kebutuhan jasmani dan perkembangan usia anak.  Psikologis: motivasi, kebutuhan, emosi, minat, sikap, keinginan, kesediaan, bakat dan intelektual peserta didik.  Sosial: kebutuhan sosial di lingkungan peserta didik.
  • 184. PERTIMBANGAN DL MENGGUNAKAN METODE 1. Tujuan yang hendak dicapai 2. Kapabilitas pendidik; 3. Keadaan peserta didik; 4. Sarana pembelajaran yang tersedia; 5. Materi pembelajaran 184
  • 185. METODE PEND. ISLAM (3) 185  Paling tidak, pendidikan Islam merangkum empat tujuan pokok dalam memberikan metode:  menolong peserta didik mengembangkan kemampuan individualnya dl mencapai ilmu kasbi dan ilmu ladunni, learning how to learn (proses belajar bagaimana belajar):aspek kognitif dan afektif  membiasakan belajar melakukan (learning how to do) menjadi prilakunya efektif dan efisien: aspek psikomotorik
  • 186. METODE PEND. ISLAM (4) 186  bertanggung jawab untuk belajar menjadi (learning to be), siap menjadi dirinya sendiri, membentuk sikap diri bukan bayang-bayang orang lain. Aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.  belajar bagaimana berurusan dengan luar dirinya, menjalin hubungan antar subyek (learning how to live together). Aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
  • 187. MACAM-MACAM METODE PEND. ISLAM (5) 187 1. Uswatun Hasanah/teladan (QS. Al-Ahzab, 33:21). 2. Qashash 3. Nasihat 4. Pembiasaan 5. Targhib (ganjaran) dan Tarhib (hukuman) 6. Ceramah (khutbah/kuliah) 7. Diskusi dan dialog 8. Berdebat 9. Induksi dan Deduksi dan lain-lain
  • 188. P. HAKIKAT EVALUASI 188 Definisi: kegiatan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan baik secara kuantitatif (mengukur) maupun kualitatif (evaluasi)  Dalam pendidikan pasti terjadi: 1. Input (bahan mentah) 2. Transfer dan Transformatif (memindahkan, mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi) 3. Output (bahan jadi yang dihasilkan oleh transfer dan transformasi) 4. Umpan balik (feed back)
  • 189. KURIKULUM (1) PENGERTIAN 189  Crow and Crow : kurikulum ialah rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yg disusun secara sistimatis yg diperlukan sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu (Crow and Crow: Pengantar Ilmu Pendidikan).  Cakupan kkm :  ada bagian yg berkenaan dg tujuan yg ingin dicapai oleh pbm  ada berisi pengetahuan, informasi-informasi, data, aktivitas-aktivitas dan pengalaman-pengalaman yg merup bahan bagi penyusunan kkm yg isinya berupa mata pelajaran yg kmd dimasukkan dl silabus.
  • 190. KURIKULUM (2) PENGERTIAN 190  bagian yg berisi metode atau cara menyampaikan mata pelajaran tsb.  bagian yg berisi metode atau cara melakukan penilaian dan pengukuran atas hasil pengajaran mata pelajaran tertentu.
  • 191. KURIKULUM (3) ASAS-ASAS 191  S. Nasution (Pengembangan Kurikulum):  Filosufis:berperan sbg penentu tujuan umum pend  Sosiologis (berperan memberikan dasar utk menentukan apa saja yg akan dipelajari sesuai dg kebutuhan masyakat, kebudayaan, perkemb. Ilmu penget, dan teknologi)  Organisatoris (dasar dl bentuk bahan pelajaran itu disusun, dan penentuan luas dan urutan mata pelajaran)  Psikologis (memberikan berbagai prinsip ttg perkem. peserta didik dl berbagai aspeknya, serta cara menyampaikan pelajaran agar dapat dicerna dan dikuasai sesuai dg tahap perkembangannya.
  • 192. KURIKULUM (4) PRINSIP KURIKULUM PEND. ISLAM 192 As-Syabani, prinsip kurikulum pend. Islam: 1. pertautan yg sempurna dg agama, termasuk ajarannya dan nilai-nilainya. 2. Menyeluruh pada tujuan-tujuan dan kandungan kkm. 3. keseimbangan yg relatif antara tujuan-tujuan dan kandungan kurikulum 4. prinsip perkaitan antara bakat, minat, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik serta alam sekitar baik fisik maupun social budaya 5. pemeliharaan perbedaan individual baik dari segi minat maupun bakatnya
  • 193. KURIKULUM (5) PRINSIP KURIKULUM PEND. ISLAM 193 1. menerima perkembangan dan perubuhan sesuai dg perkembangan zaman dan tempat 2. keterkaitan antara berbagai mata pelajaran dg pengalaman dan aktivitas yg terkandung dl kkm.