SlideShare a Scribd company logo
1 of 49
Vektor
BAB I
V E K T O R
1.1 Pengertian
Banyak kuantitas fisik, seperti luas, panjang, massa dan temperatur,
dapat dijelaskan secara lengkap apabila besaran kuantitas tersebut telah
diberikan. Kuantitas seperti ini dinamakan skalar. Kualitas fisik lainnya disebut
vektor, penjelasannya tidak begitu lengkap sehingga baik besarannya maupun
arahnya dapat dispesifikasikan. Sebagai contoh, angin yang bergerak pada
umumnya digambarkan dengan memberikan kecepatan dan arahnya, misalnya
mendekati 20 mil / jam.
Vektor-vektor dapat dinyatakan secara geometris sebagai segmen –
segmen garis terarah ataupun panah-panah di ruang-2 atau ruang-3; arah panah
menentukan arah vektor dan panjang panah menyatakan besarnya. Ekor panah
disebut titik awal (initial point) dari vektor, dan ujung panah dinamakan titik
terminal (terminal point).
Gambar 1.1
Pada gambar 1.1a, titik awal vector v adalah A da titik terminalnya adalah B,
maka dituliskan v =
→−
AB
Oleh : Syamsul Anam,S.Kom. 1
B
A
(a) (b)
Pendahuluan
Vektor – vektor yang mempunyai panjang dan arah yang sama, seperti pada
gambar 3.1b disebut ekivalen.
Untuk menuliskan panjang vektor v digunakan notasi |v|
1.2 Operasi – operasi pada vector
a. Penjumlahan Vektor
Ada 2 metode yang dapat digunakan untuk menjumlahkan 2 buah vektor
a.1 Metode Jajaran Genjang
Gambar 1.2
Vektor hasil (resultant) yaitu a + b diperoleh dari diagonal jajaran
genjang yang dibentuk oleh vektor a dan b setelah titik awal dan
titik akhir ditempatkan berimpit.
a.2 Metode Segitiga
Gambar 1.3
a
b
a+b
a+b
a
b
a+b
a
b
Pendahuluan
Resultan diperoleh dengan menempatkan titik awal salah satu vektor
pada titik ujung vektor yang lain, maka resultannya adalah vektor
bertitik awal di titik awal a dan bertitik ujung di titik ujung b
Catatan :
1. Penjumlahan vektor bersifat komutatif, a + b = b + a
2. Metode Segitiga baik sekali digunakan untuk menjumlahkan lebih
dari 2 vektor. Misalnya a + b + c + d + e , maka resultannya
adalah vektor dengan titik awal di titik awal vektor a dan bertitik
ujung di titik ujung vektor e
3. Pengurangan vektor a dan b adalah a – b = a + (-b)
b. Perkalian Skalar
Jika k adalah suatu skalar bilangan riil, a suatu vektor, maka perkalian
skalar ka menghasilkan suatu vektor yang panjangnya |k| kali panjang a
dan arahnya sama dengan arah a bila k positif atau berlawanan arah bila k
negatif. Bila k = 0 maka ka =0 disebut vektor nol, yaitu vektor yang titik
awal dan titik ujungnya berimpit.
Gambar 1.4
a
2a -2a
Pendahuluan
1.3 Susunan Koordinat Ruang-n
a. Ruang dimensi satu (R1
)
R O P E A
Gambar 1.5
Titik O mewakili bilangan nol, titik E mewakili bilangan 1. Ditulis O(0),
E(1), P( 5
2 ) artinya P mewkili bilangan 5
2 dan kita letakkan P sehingga
OP = 5
2 satuan ke arah E (arah positif).
b. Ruang dimensi dua (R2
)
Setiap pasangan bilangan riil (koordinat titik) dapat diwakili oleh sebuah
titik pada suatu bidang rata, yang membentuk susunan koordinat di
dalam ruang dimensi dua, ditulis R2
.
X2
E2
E1 C
B(3,1)
A(1,2)
o
X1
D
Gambar 1.6
Pendahuluan
c. Ruang dimensi tiga (R3
)
X1
X2
X3
A D
C
B(0,3,3)
Gambar 1.7
d. Ruang dimensi n (Rn
)
Secara umum untuk Rn
dimana n adalah bilangan bulat positif, suatu titik di
dalam Rn
dinyatakan sebagai n-tupel bilangan riil. Misalnya titik X(x1,
x2, ...,xn)
1.4 Vektor di dalam Ruang Rn
Lebih dahulu kita pandang suatu susunan koordinat di R2
. Suatu vektor
disebut satuan bila panjangnya = 1.
Pendahuluan
Kita ambil sekarang vektor satuan :
e1 = OE1 yang titik awalnya O(0,0) dan titik ujungnya adalah E1(1,0)
e2 = OE2 yang titik awalnya O(0,0) dan titik ujungnya adalah E2(0,1)
Kemudian kita tulis e1 = 1e1 + 0 e2
e2 = 0e1 + 1 e2
Yang selanjutnya penulisan itu disingkat dengan
e1 = [1,0]
e2 = [0,1]
Sekarang pandang vektor a yang titik awalnya O(0,0) dan titik ujungnya
titik A(a1, a2). Vektor a disebut vektor posisi dari titik A.
e1
e2
A(a1, a2)
a1e1
a2e2
Gambar 1.8
Bilangan – bilangan a1, a2 disebut komponen – komponen dari a
Panjang vektor a adalah 2
2
2
1 aa +
Secara umum untuk vektor p yang titik awalnya P(p1, p2) dan titik
ujungnya di Q(q1, q2) :
PQ = (q1 – p1) e1 + (q2 – p2) e2
= [(q1 – p1), (q2 – p2)]
Pendahuluan
Kesimpulan (untuk Rn
):
1. Vektor posisi dari titik A(a1, a2, …, an) adalah OA = [a1, a2, …, an]
2. Vektor bertitik awal di P(p1, p2, …, pn) dan bertitik ujung di Q(q1, q2, …,
qn) adalah PQ = [q1 – p1, q2 – p2, … , qn – pn ]
3. Panjang vektor a = [a1, a2, …, an] adalah |a| = 22
2
2
1 .... naaa +++
Jarak 2 titik P(p1, p2, …, pn) dan Q(q1, q2, …, qn) adalah panjang vektor
PQ yaitu :
|PQ| = 22
22
2
11 )(....)()( nn qpqppq −++−+−
4. Vektor – vektor satuan dari susunan koordinat adalah
e1 = [1,0,0,…,0],
e2 = [0,1,0,…,0],
e3 = [0,0,1,0…,0], dst.
Latihan :
1. Carilah komponen – komponen vektor yang bertitik awal di P dan terminal
di Q
a. P(3,5) dan Q(2,8) b. P(6,5,8) dan Q(8, -7, -3)
2. Carilah vektor yang bertitik awal P(2, -1, 4) yang mempunyai arah seperti
v = [7, 6, -3]
3. Carilah vektor yang bertitik terminal Q(2, 0, -7) yang mempunyai arah
berlawanan dengan v = [-2, 4, -1]
4. Misalkan P adalah titik (2, 3, -2) dan Q adalah titik (7, -4, 1)
a. Carilah titik tengah dari segmen garis yang menghubungkan P dan Q
b. Carilah titik pada segmen garis yang menghubungkan P dan Q yang
4
3 dari P ke Q.
5. Hitunglah panjang v bila
a. v = [3, 4] b. v = [-8, 7, 4]
6. Hitunglah jarak antara P dan Q bila
a. P(2,3) dan Q(7,8) b. P(1, 1, 1) dan Q(6, -7, 3)
Pendahuluan
1.5 Beberapa Dalil pada Operasi Vektor
Untuk setiap vektor a = [a1, a2, a3,. . ., an] , b = [b1, b2, b3, . . . , bn] , c=[c1, c2,
c3, . . ., cn] ∈ Rn
, dan m, k adalah skalar – skalar, maka berlaku :
(1). a + b = b + a
(2). (a + b) + c = a + (b + c)
(3). k(a + b) = ka + kb
(4). a + 0 = a
(5). a + (-a) = 0
(6). (k + m)a = ka + ma
(7). (km)a = k(ma) = m(ka)
1.6 Dot Product (Hasil Kali Titik)
Definisi
Bila v dan w adalah vektor, dan θ adalah sudut antara v dan w (0 ≤ θ ≤ π)
Maka hasil kali titik (dot product) v. w didefinisikan dengan :
v.w =



0
cos|||| θwv
00
00
==
≠≠
watauvjika
wdanvjika
)1.1.....(....................
θ
z
x
y
P(v1, v2, v3)
Q(w1, w2, w3)θ
Pendahuluan
Gambar 1.9
Perhatikan gambar 1.9 di atas. Jika v =(v1, v2, v3) dan w = (w1, w2, w3) adalah 2
vektor tak nol. Dan θ adalah sudut antara v dan w , maka hokum cosinus
menghasilkan :
|
→−
PQ |2
= |v|2
+ |w|2
– 2|v||w| cos θ …………………………………………..(1.2)
Karena
→−
PQ = w – v maka dapat (1.2) dapat dituliskan kembali sebagai :
2|v||w| cos θ = |v|2
+ |w|2
- |w – v|2
|v||w| cos θ = 2
1
(|v|2
+ |w|2
- |w – v|2
)
Atau
v . w = 2
1
(|v|2
+ |w|2
- |w – v|2
)
Dengan mensubstitusikan
|v|2
=
2
1v +
2
2v +
2
3v dan |w|2
=
2
1w +
2
2w +
2
3w
dan
|w – v|2
=
2
11 )( vw − +
2
22 )( vw − +
2
33 )( vw −
Maka setelah disederhanakan akan diperoleh :
v. w = v1w1 + v2w2 + v3w3
Jika v dan w bukan vektor nol, maka persamaan (1.1) dapat ditulis dengan
Cos θ =
||||
.
wv
wv
Contoh 1.1
Diketahui vektor v = (2, -1, 1) dan w=(1, 1, 2)
Carilah v.w dan tentukan sudut antara v dan w.
Pendahuluan
Jawab :
v. w = (2).(1) + (-1).(1) + (1)(2) = 2 – 1 + 2 = 3
|v| = 114 ++ = 6
|w| = 411 ++ = 6
Jadi Cos θ =
6
3
= 2
1 , maka sudut antara v dan w adalah 60o
1.7 Cross Product (Hasil Kali Silang)
Dalam banyak penerapan vektor pada bidang geometri, fisika, dan teknik, kita
perlu membentuk vektor di ruang-3 yang tegak lurus dengan 2 vektor lain yang
diberikan.
Definisi
Jika v =(v1, v2, v3) dan w = (w1, w2, w3) adalah vektor – vektor di Ruang-3,
maka hasil kali silang (cross product) v x w adalah vektor yang didefinisikan oleh
v x w = (v2w3 – v3w2, v3w1 – v1w3, v1w2 – v2w1)
atau dalam notasi determinan
v x w = 







−
21
21
31
31
32
32
,,
ww
vv
ww
vv
ww
vv
Contoh 1.2
Carilah u x v dimana u = (1, 2, -2) dan v=(3, 0, 1)
Pendahuluan
Jawab :





 −
103
221
u x v = 






 −
−
−
03
21
,
13
21
,
10
22
= ( )6,7,2 −−
Teorema
Jika v dan w adalah vector dalam Ruang-3, maka
1. v. (v x w) = 0
2. v. (v x w) = 0
3. |v x w|2
= |v|2
|w|2
– (v.w)2
(Identitas Lagrange)
Jika θ adalah sudut di antara v dan w , maka v.w = |v| |w| cos θ, sehingga
Identitas Lagrange dapat dituliskan kembali sebagai :
|v x w|2
= |v|2
|w|2
– (v.w)2
= |v|2
|w|2
- (|v| |w| cos θ)2
= |v|2
|w|2
- |v|2
|w|2
cos2
θ
= |v|2
|w|2
(1 - cos2
θ)
= |v|2
|w|2
sin2
θ
Jadi
|v x w| = |v| |w| sin θ
|w| sin θ
|w|
|v|
v
Pendahuluan
Jadi luas A dari jajaran genjang di atas diberikan oleh
A = |v| |w| sin θ = |v x w|
1.8 Persamaan Garis LUrus dan Bidang Rata
a. Garis Lurus
Gambar 1.6
Misalkan titik A(a1, a2, a3) dan B(b1, b2, b3)
Maka
→−
OA = [a1, a2, a3] dan
→−
OB = [b1, b2, b3] dan
→−
AB = [b1- a1, b2-a2, b3-a3]
Untuk setiap titik sebarang pada g berlaku AX = λAB.
Jelas
→−
OX =
→−
OA +
→−
AX
=
→−
OA + λ
→−
AB
Atau
A
B
X
g
O
Pendahuluan
[x1, x2, x3] = [a1, a2, a3] + λ [b1- a1, b2-a2, b3-a3] ……………………………………(1.3)
Persamaan (1.3) di atas disebut persamaan vektoris garis lurus yang melalui 2
titik A(a1, a2, a3) dan B(b1, b2, b3).
Vektor
→−
AB (atau vektor lain yang terletak pada g, dengan kata lain, kelipatan
dari
→−
AB ) disebut vector arah garis lurus tersebut.
Jadi bila garis lurus melalui titik A(a1, a2, a3) dengan vector arah
_
a = [a, b, c],
maka persamaannya adalah :
[x1, x2, x3] = [a1, a2, a3] + λ [a, b, c] ……………………………………….(1.4)
Persamaan (1.4) dapat ditulis menjadi :
x1 = a1 + λ b1
x2 = a2 + λ b2
x3 = a3 + λ b3
yang disebut dengan persamaan parameter garis lurus.
Kemudian bila a ≠ 0, b ≠ 0, c ≠ 0, λ kita eliminasikan dari persamaan parameter
di atas, diperoleh :
λ =
a
ax )( 11 −
=
b
ax )( 22 −
=
c
ax )( 33 −
Merupakan persamaan linier garis lurus melalui titik A(a1, a2, a3) dengan vektor
arah [a, b, c].
Pendahuluan
b. Bidang Rata
Gambar 1.7
Misal diketahui 3 titik P(p1, p2, p3) , Q(q1, q2, q3) dan R(r1, r2, r3) pada sebuah
bidang rata seperti di atas.
Maka
→−
PQ = [q1-p1, q2-p2, q3-p3]
→−
PR = [r1-p1, r2-p2, r3-p3]
Untuk setiap titik pada bidang, berlaku
→−
PX = λ
→−
PQ + µ
→−
PR
Jelas dari gambar
→−
OX =
→−
OP +
→−
PX
=
→−
OP + λ
→−
PQ + µ
→−
PR
Atau
[x1, x2, x3] = [p1, p2, p3] + λ [q1-p1, q2-p2, q3-p3] + µ [r1-p1, r2-p2, r3-p3]
Adalah persamaan vektoris bidang yang melalui 3 titik. Kedua vektor
→−
PQ dan
→−
PR adalah vektor arah bidang.
Latihan :
P
Q
R
O
Pendahuluan
1. Tentukan :
a. a . b bila a = [2, -3, 6] dan b = [8, 2, -3]
b. Jarak A(2, 4, 0) , B(-1, -2, 1)
c. Jarak vektor a = [ 1, 7] dan b = [6, -5]
2. a. Tentukan k supaya a = [1, k, -2, 5] mempunyai panjang 39
b. Berapa sudut antara a = [1, 2, 3, 4] dan b = [0, 0, 1, 1]
c. Tentukan k supaya a = [1, k, -3] tegak lurus b = [4, -k, 1]
3. Carilah u. v untuk
a. u = [-3, 1, 2] dan v = [4, 2, -5]
b. u = [ 1, 2] dan v = [6, -8]
4. Carilah sudut antara u dan v pada soal (3)
5. Misalkan u = [2, -1, 3] , v = [0, 1, 7] dan w = [1, 4, 5], hitunglah
a. v x w b. u x (v x w) c. (u x v) x w
d. (u x v) x (v x w) d. u x (v – 2w) f. (u x v) – 2w
6. a. Tentukan persamaan vektoris dari garis lurus
x1 – 3 = x2 – 4 = -x3 + 2 = 3x4 +2
b. Tentukan persamaan bidang rata yang melalui (1,1,1) dan garis
lurus g : [x1, x2, x3] = [1, 2,1] + λ[1, 0, 2]
c. Tentukan persamaan bidang rata yang melalui garis lurus g :
[x, y, z] = [1, 2, 3] + λ[4, 5, 6] serta sejajar dengan garis lurus
h : [x, y, z] = [7, 8, 10] + λ[1, 2, 31]
Pendahuluan
BAB II
RUANG VEKTOR
2.1 Ruang Vektor Umum
Definisi
Misalkan V sebarang himpunan benda yang dua operasinya kita definisikan yaitu
penjumlahan dan perkalian dengan skalar (bilangan riil). Penjumlahan tersebut
kita pahami untuk mengasosiasikan sebuah aturan dengan setiap pasang benda
u dan v dalam V, yang mengandung elemen u + v, yang kita namakan jumlah
u dan v, dengan perkalian skalar kita artikan setiap benda u pada V yang
mengandung elemen ku, yang dinamakan perkalian skalar u oleh k. Jika semua
aksioma berikut dipenuhi oleh semua benda u, v, w pada V dan oleh semua
skalar k dan l, maka kita namakan V sebuah ruang vektor dan benda – benda
pada V kita namakan vektor :
(1). Jika u dan v adalah benda – benda pada V kita namakan vektor
(2). u + v = v + u
(3). u + (v + w) = (u + v) + w
(4). Ada vektor 0 di V sehingga 0 + u = u + 0 = u untuk semua u di V
(5). Untuk setiap u di V, terdapat –u sehingga u + (-u) = (-u) + u = 0
(6). Jika k adalah sebarang skalar dan u adalah sebarang vektor di V, maka
ku berada di V
(7). k(u + v )= ku + kv
(8). (k + l)u = ku + lu
(9). k(lu) = l(ku)
(10). 1u = u
Pendahuluan
2.2 SubRuang (subspace)
Definisi
Subhimpunan W dari sebuah ruang vektor V disebut sub ruang (subspace) V jika
W itu sendiri adalah ruang vektor di bawah penjumlahan dan perkalian skalar
yang didefinisikan pada V.
2.3 Vektor yang Bebas Linier dan Tak Bebas Linier
Definisi
Himpunan m buah vektor (u1, u2, … um) disebut tak bebas linier (linearly
dependent) bila terdapat skalar – skalar λ1, λ2, …, λm yang tidak semuanya nol
sedemikian hingga (u1, u2, … um)
Sebaliknya himpunan (u1, u2, … um) disebut bebas linier (linearly independent)
jika λ1 u1 + λ2 u2 + …+ λm um = 0 hanya dipenuhi oleh λ1= λ2 = …= λm = 0.
Catatan :
1. Jika m=1, maka :
a. Bila u = 0 (vektor nol), akan tak bebas linier, karena λu = 0
 λ0 = 0 terpenuhi juga untuk λ ≠ 0
b. Bila λ ≠ 0, akan bebas linier karena λu=0 hanya dipenuhi oleh λ =0
2. Jika dalam himpunan terdapat vektor 0, misalnya {u1, u2,…,0, … um)
maka himpunan itu tak bebas linier,
λ1 u1 + λ2 u2 + … + λi 0+ … + λm um = 0 dipenuhi juga oleh λI ≠ 0
3. JIka u dan v adalah 2 vektor yang berkelipatan, u = αv, maka mereka
tak bebas linier. Sebab u = αv  1u - αv = 0, artinya terdapat λ ≠ 0
pada λ1 v + λ2 u = 0
Pendahuluan
2.4 Kombinasi Linier
Definisi
Suatu vektor v dikatakan kombinasi linier dari vektor – vektor (u1, u2, … um) bila
terdapat skalar – skalar λ1, λ2, …, λm sedemikian hingga v = λ1 u1 + λ2 u2 + …+ λm
um.
Contoh 2.1
a = [2, 1, 2], b = [1, 0, 3], c = [3, 1, 5]
Kita hendak menyatakan a sebagai kombinasi linier dari b dan c
Kita hitung λ1, dan λ2 yang memenuhi [2, 1, 2] = λ1 [1, 0, 3] + λ2 [3, 1, 5]
2 = λ1 + 3 λ2
1 = λ2
2 = 3 λ1 + 5 λ2
Dengan substitusi, diperoleh λ1 = -1 dan λ2 = 1
Jadi penulisan yang diminta adalah a = -b + c
2.5 Arti Kombinasi Linier Secara Ilmu Ukur
(1). Kalau v kombinasi linier dari suatu vektor u, yaitu v = λu yang mana v
adalah kelipatan dari u dengan garis pembawanya sama (atau sejajar), v
dan u disebut koliner (segaris).
(2). v kombinasi linier dari 2 vektor u1 dan u2, yaitu v = λ1u1 + λ2u2 maka v
adalah diagonal jajaran genjang yang sisi – sisinya λ1u1 dan λ2u2 . u1
dan u2 disebut koplanar (sebidang).
(3) v kombinasi linier dari 3 vektor u1 , u2 dan u3, yang tidak sebidang, yaitu
v = λ1u1 + λ2u2 + λ3u3 maka v adalah diagonal paralelepipedum yang
sisi – sisinya λ1u1, λ2u2 dan λ3u3.
Pendahuluan
2.6 Dimensi dan Basis
Definisi
Jika V adalah sebarang ruang vektor dan S = {v1, v2, …, vr} merupakan
himpunan berhingga dari vektor – vektor pada S, maka S disebut basis untuk V
jika : (i). S bebas linier
(ii) S merentang V
Definisi
Dimensi sebuah ruang vektor V yang berdimensi berhingga didefinisikan sebagai
banyaknya vektor pada basis untuk V.
Contoh 2.2
Tentukan dimensi dari ruang vektor yang dibentuk oleh :
(i). p = [1, -2, 3, 1] dan q = [2, -4, 5, 2]
(ii). u = [5, 7, 11, 4] dan v = [10, 14, 22, 8]
Jawab :
(i). Kedua vektor pembentuk tidak berkelipatan, jadi sistem pembentuk bebas
linier. Berarti dimensi = 2
(ii). Kedua vektor berkelipatan. Vektor u maupun v ≠ 0, jadi keduanya
merupakan sistem pembentuk yang bebas linier. Berarti dimensi = 1
Pendahuluan
Latihan:
1. Tentukan dimensi dan basis dari ruang vektor yang dibentuk oleh :
(i). a = [1, 1, 2], b= [1, 2, 5] , c = [5, 3, 4]
(ii). p = [1, 2, 2], q = [2, 4, 4] , r = [1, 0, 1]
(iii) u = [1, 0, 1], v = [3, 0, 3] , w = [2, 0, 2]
2. Apakah himpunan – himpunan vektor ini merupakan basis R-3 ?
(i). [1, 1, 1] , [1, -2, 3]
(ii). [1, 0, 0], [1, 1, 0], [1, 1, 1]
(iii). [1, 1, 2], [1, 2, 5], [5, 3, 4]
3. Diketahui L dibentuk oleh p = [1, 3, 1], q= [2, 1, 0], dan r = [ 4, x-2, 2]
Ditanya :
(i) Nilai x supaya L berdimensi 2
(ii) Nilai y supaya vektor a = [3, 2-y, 4] ∈ L{p,q,r}
(iii) Koordinat a di atas relative terhadap basis {p,q}
Pendahuluan
BAB III
M A T R I K
3.1 Pengertian
Matrik adalah himpunan skalar yang disusun secara empat persegi panjang
(menurut baris dan kolom)
Skalar – skalar itu disebut elemen matrik. Untuk batasnya biasanya digunakan: (
), [ ], || ||
3.2 Notasi Matrik
Matrik diberi nama dengan huruf besar. Secara lengkap ditulis matrik
A=(aij), artinya suatu matrik A yang elemen – elemennya adalah aij dimana
index i menunjukkan baris ke-i dan indeks ke–j menunjukkan kolom ke–j .
Sehingga bila matrik disusun secara A(mxn) = (aij), mxn disebut ordo
(ukuran) dari matrik A.
3.3 Operasi pada Matrik
1. Penjumlahan matrik
Syarat : ukuran matrik harus sama.
Jika A = (aij) dan B = (bij), matrik berukuran sama, maka A + B adalah
suatu matrik C = (cij) dimana cij = aij + bij untuk setiap I dan j
Pendahuluan
2. Perkalian skalar terhadap matrik
Kalau λ suatu skalar (bilangan) dan A = (aij), maka matrik λA = (λaij),
dengan kata lain, matrik λA diperoleh dengan mengalikan semua elemen
matrik A dengan λ.
Hukum pada penjumlahan dan perkalian scalar :
Jika A, B, C adalah matrik berukuran sama, dan λ adalah skalar maka :
1. A + B = B + A (komutatif)
2. (A + B) + C = A + (B+C) (asosiatif)
3. λ(A + B) = λA + λB (distributif)
4. Selalu ada matrik D sedemikian hingga A + D = B
3. Perkalian matrik
Pada umumnya matrik tidak komutatif terhadap operasi perkalian : AB ≠
BA. Pada perkalian matrik AB, matrik A disebut matrik pertama dan B
matrik kedua.
Syarat : Jumlah kolom matrik pertama = jumlah baris matrik kedua
Definisi :
Panjang A = (aij) berukuran (p x q) dan B = (bij) berukuran (q x r). Maka
perkalian AB adalah suatu matrik C = (cij) berukuran (p x r) dimana :
cij = ai1 b1j + ai2 b2j + … + aiq bqj, untuk setiap i = 1,2,…,p dan j = 1,2, …
r
Pendahuluan
Hukum pada perkalian matrik :
1. A(B + C) = AB + AC, dan (B + C) A = BA + CA, memenuhi hukum
distributif
2. A(BC) = (AB)C , memenuhi hukum asosiatif
3. Perkalian tidak komutatif, AB ≠ BA
4. Jika AB = 0 (matrik 0 ) , yaitu matrik yang semua elemennya adalah =
0, kemungkinan kemungkinannya adalah :
(i). A = 0 dan B = 0
(ii) A = 0 atau B = 0
(iii) A ≠ 0 dan B ≠ 0
5. Bila AB = AC belum tentu B = C
4. Transpose dari suatu matrik
Pandang suatu matrik A = (aij) berukuran (m x n) maka transpose dari A
adalah matrik AT
berukuran (n x m) yang didapatkan dari A dengan
menuliskan baris ke – i dari A, i = 1,2,…,m sebagai kolom ke –i dari AT
.
Dengan kata lain : AT
= (aji)
Sifat – sifat matrik transpose
1. (A + B)T
= AT
+ BT
2. (AT
)T
= A
3. λ(AT
) = (λA)T
4. (AB)T
= BT
AT
Pendahuluan
3.4 Beberapa Jenis matrik Khusus
1. Matrik bujursangkar
adalah matrik dengan jumlah baris = jumlah kolom, sehingga
disebut berordo n.
Barisan elemen a11, a22, … ann disebut diagonal utama dari matrik
bujursangkar A
2. Matrik nol
adalah matrik yang semua elemennya adalah 0
3. Matrik diagonal
matrik bujursangkar yang semua elemen di luar diagonal
utamanya 0.
4. Matrik identitas
adalah matrik diagonal yang elemen – elemen diagonal utama
adalah 1.
5. Matrik skalar
adalah matrik diagonal dengan semua elemen diagonal
utamanyanya = k
6. Matrik segitiga bawah (lower triangular)
adalah matrik bujursangkar yang semua elemen di atas diagonal
utama = 0.
7. Matrik segitiga atas (upper triangular)
adalah matrik bujursangkar yang semua elemen di bawah diagonal
utama = 0.
8. Matrik simetris
Pendahuluan
adalah matrik yang transposenya sama dengan dirinya sendiri.
9. Matrik anti simetris
adalah matrik yang transposenya adalah negatifnya.
.
10. Matrik hermitian
adalah matrik yang bila transpose hermitiannya adalah sama
dengan dirinya sendiri.
11. Matrik idempoten, nilpotent
Bila berlaku A.A = A2
= A, maka A dikatakan matrik idempoten.
Bila Ar
= 0, maka A nilpotent dengan index r (dimana r adalah
bilangan bulat positif terkecil yang memenuhi hubungan tersebut)
3.5 Transformasi (Operasi) elementer pada baris dan kolom suatu
matrik
Yang dimaksud dengan transformasi elementer pada baris dan kolom suatu
matrik A adalah sebagai berikut :
1a. Penukaran tempat baris ke – i dan baris ke – j ditulis H ij (A)
b. Penukaran tempat kolom ke – i dan kolom ke – j ditulis K ij (A)
2a Mengalikan baris ke – i dengan skalar λ ≠ 0 , ditulis H
)(λ
i
(A)
b. Mengalikan kolom ke – j dengan skalar λ ≠ 0 , ditulis K
)(λ
i
(A)
3a. Menambah baris ke – i dengan λ kali baris ke – j ditulis Hij
(λ)
(A)
b. Menambah kolom ke – i dengan λ kali kolom ke – j ditulis Kij
(λ)
(A)
Misalnya kita telah mengetahui matrik B sebagai hasil transformasi elementer
dari A. Kita dapat mencari A, disebut invers dari transformasi elementer tersebut.
Pendahuluan
Matrik ekivalen
Dua matrik A dan B dikatakan ekivalen (A~B) apabila salah satunya dapat
diperoleh dari yang lin dengan transformasi – transformasi elementer terhadap
baris dan atau kolom. Jika transformasi elementernya pada baris saja, maka
dikatakan ekivalen baris. Begitu juga dengan kolom.
Matrik Elementer
Sebuah matrik n x n disebut matrik elementer jika matrik tersebut dapat
diperoleh dari matrik identitas n x n yaitu In dengan melakukan sebuah operasi
baris elementer tunggal.
3.6 Mencari solusi dengan menggunakan eliminasi Gauss Jordan
Misal diketahui matrik A adalah matrik bujursangkar. Dan X adalah pemecahan
bagi AX = 0 dimana AX = 0 adalah bentuk matrik dari sistem :
a11x1 + a12x2 + … + a1nxn = 0
a21x1 + a22x2 + … + a2nxn = 0
.
.
.
an1x1 + an2x2 + … + annxn = 0
Jika kita memecahkannya dengan menggunakan eliminasi Gauss Jordan, maka
sistem persamaan yang bersesuaian dengan bentuk eselon baris tereduksi dari
matrik yang diperbesar akan menjadi :
Pendahuluan
x1 = 0
x2 = 0
.
.
xn = 0
dan matrik yang diperbesar tersebut adalah :




















0..
......
......
......
0..
0..
21
22221
11211
nnnn
n
n
aaa
aaa
aaa
3.7 Mencari invers matrik
Contoh 3.1:
Cari invers matrik A =










801
352
321
Jawab :
Pada akhir operasi , matrik dibentuk menjadi [I |A-1
] dari bentuk asal [A | I]





801
352
321





100
010
001
Pendahuluan
dengan operasi elementer H
)2(
21
−
dan H
)1(
21
−
menjadi





−
−
520
310
321





−
−
101
012
001
dengan operasi elementer H
)2(
32 menjadi





−
−
100
310
321





−
−
125
012
001
dengan operasi elementer H
)1(
3
−
menjadi





−
100
310
321





−−
−
125
012
001
dengan operasi elementer H
)3(
13
−
dan H
)3(
23 menjadi





100
010
021





−−
−−
−
125
3513
3614
dengan operasi elementer H
)2(
12
−
menjadi





100
010
001





−−
−−
−
125
3513
91640
Jadi invers dari matrik A adalah










−−
−−
−
125
3513
91640
Pendahuluan
LATIHAN:
1. Carilah 3A2
+ 2A – 3I2
, bila A = 





43
12
2. Tunjukkan bahwa A adalah matrik idempoten, A =










−
−−
−
531
531
531
3. Carilah invers dari A = 





34
23
4. Diketahui A =










1031
2014
1213
, matrik B dihasilkan dari sederetan
transformasi elementer H
)1(
31
−
,H
)2(
2
, H 12 , K
)1(
41
, K
)2(
3 terhadap A.
Carilah B tersebut.
5. Tentukan transpose hermitian dari :
Q = 





+
+
π2
3
sin2
xi
ixii
6. Cari solusi dari persamaan linier berikut ini :
x1 + 2x2 + 3x3 = 5
2x1 + 5x2 + 3x3 = 3
x1 + + 8x3 = 17
Pendahuluan
7. Pecahkan persamaan matrik untuk X dalam masing – masing bagian berikut
:
a. X










−
−
113
011
101
= 





− 513
021
b. X 




 −
103
211
= 





−
−−
736
015
Pendahuluan
BAB IV
D E T E R M I N A N
4.1 Pengertian
Setiap matrik bujursangkar A selalu dikaitkan dengan suatu sknlar yang
disebut Determinan. Sebelum mulai dengan yang lebih umum, kita ambil
dahulu matrik A(2x2) sebagai berikut : 





dc
ba
Didefinisikan ; det(A) =
dc
ba
= ad -bc
Contoh :
A = 





55
31
maka det(A) = 1.5 – 3.5 = 5 – 15 = -10
4.2 PERMUTASI
Definisi :
Permutasi himpunan bilangan – bilangan bulat {1,2,3 …,n} adalah
susunan bilangan – bilangan bulat ini menurut suatu aturan tanpa
menghilangkan atau mengulangi bilangan – bilangan tersebut.
Pendahuluan
Contoh 4.1:
Ada 6 permutasi yang berbeda dari himpunan {1,2,3} yaitu {1,2,3}, {1,3,2},
{2,1,3}, {2,3,1}, {3,2,1}, {3,1,2}
Banyaknya permutasi dapat dihitung dengan factorial. Untuk contoh soal diatas
3! = 1.2.3 = 6
Definisi
Invers pada suatu permutasi (j1, j2, j3 …,jn) adalah adanya jk < ji (jk mendahului
ji) padahal ji < jk (I dan k = 1, 2, . . ., n)
Contoh 4.2:
Berapa banyak invers yang terdapat pada permutasi {2, 1, 4, 3} ?
Ada 2 invers yaitu :
1. ji = 2 mendahului jk = 1, padahal 1 < 2
2. ji = 4 mendahului jk = 3, padahal 3 < 4
4.3 DETERMINAN
Cara termudah mencari determinan dari matrik bujursangkar untuk orde
yang tidak terlalu besar adalah dengan metode SARRUS .
(-) (-) (-)
333231
232221
131211
aaa
aaa
aaa
3231
2221
1211
aa
aa
aa
(+) (+) (+)
Contoh 4.3:
213
212
132
13
12
32
= 2.1.2 + 3.2.3 + 1.2.1 – 1.1.3 – 2.2.1 – 3.2.2
= 4 + 18 + 2 – 3 – 4 – 12 = 5
Pendahuluan
4.4 SIFAT – SIFAT DETERMINAN
1. det(A) = det(AT
)
2. Tanda determinan berubah jika 2 baris atau kolom ditukar tempatnya.
3. Harga determinan menjadi λ kali, bila suatu baris / kolom dikalikan
dengan skalar λ
4.5 MENGHITUNG DETERMINAN DGN REDUKSI BARIS
Metode ini penting untuk menghindari perhitungan panjang yang terlibat dalam
penerapan definisi determinan secara langsung.
Theorema :
Jika A adalah matrik segitiga n x n, maka det(A) adalah hasil kali elemen –
elemen pada diagonal utama, yaitu , det(A) = a11.a22.a33 .. ann
Contoh 4.4 :
40000
89000
67600
15730
38372
−
−
= (2) (-3) (6) (9) (4) = -1296
Contoh 4.5 :
Hitung det(A) dimana A =
162
963
510
−
Pendahuluan
Jawab :
Baris I ditukar dengan baris II ( H21), sehingga menjadi = -
162
510
963 −
= - 3
162
510
321 −
⇒ H31
(-2)
⇒ = - 3
5100
510
321
−
−
⇒ H32
(-10)
⇒
= - 3
5500
510
321
−
−
= (-3) (-55)
100
510
321 −
= (-3) (-55) (1) = 165
Metode reduksi baris ini sangat sesuai untuk menghitung determinan dengan
menggunakan komputer karena metode tersebut sistematis dan mudah
diprogramkan.
4.6 MINOR, EKSPANSI KOFAKTOR, & ATURAN CRAMER
Minor aij adalah determinan submatrik yang tetap setelah baris ke – i dan
kolom ke – j dicoret dari A . Dinyatakan dengan |Mij|.
Sedangkan bilangan (-1) i+j
|Mij|dinyatakan oleh Cij disebut Kofaktor
Contoh 4.6 :
A =










198
765
432
Minor dari elemen a23 =
98
32
= 18 – 24 =
-6
Kofaktor dari elemen a23 = (-1) 5
(-6) = 6
Perhatikan bahwa kofaktor dan minor hanya berbeda pada tandanya, yaitu
Cij = ±Mij . Cara cepat untuk menentukan apakah penggunaantanda + atau
Pendahuluan
tanda – merupakan penggunaan tanda yang menghubungkan Cij dan Mij
berada dalam baris ke – i dan kolom ke – j dari susunan :




















+−+−+
−+−+−
+−+−+
−+−+−
+−+−+
..........
..
.
..
..
..
..
..
Misalnya C11 = M11, C21 = -M21 , C44 = M44, C23 = -M23
Theorema
Determinan matrik A yang berukuran n x n dapat dihitung dengan mengalikan
elemen – elemen dalam suatu baris (atau kolom) dengan kofaktor – kofaktornya
dan menambahkan hasil kali – hasil kali yang dihasilkan, yaitu setiap 1 ≤ i ≤ n
dan 1 ≤ j ≤ n , maka
det(A) = a1jC1j + a2jC2j + … + anjCnj
(ekspansi kofaktor sepanjang kolom ke – j)
dan
det(A) = ai1Ci1 + ai2Ci2 + … + ainCin
(ekspansi kofaktor sepanjang baris ke – i)
Pendahuluan
Contoh 4.7 :
Det(A) bila A =










−
−−
245
342
013
adalah
Dengan menggunakan ekspansi kofaktor sepanjang baris pertama
= 3
24
34
−
−
- 1
25
32
−
−
+ 0
45
42 −−
= (3)(-4) – (1)(-11)
= -12 + 11
= -1
Definisi :
Jika A adalah sebarang matrik n x n dan Cij adalah kofaktor aij, maka matrik
















nnnnn
n
n
CCCC
CCCC
CCCC
...
.....
.......
...
...
321
2232221
1131211
disebut matrik kofaktor A.
Transpose matrik ini disebut Adjoin A dan sinyatakan dengan adj(A).
Jika A adalah matrik yang dapat dibalik, maka : A
1−
= )det(
1
A adj(A)
Pendahuluan
ATURAN CRAMER
Theorema
Jika AX = B adalah sistem yang terdiri dari n persamaan linier dalam n bilangan
tak diketahui sehingga det(A) ≠ 0, maka system tesebut mempunyai
pemecahan unik. Pemecahan ini adalah :
x1 =
)det(
)det( 1
A
A
, x2 =
)det(
)det( 2
A
A
, … , xn =
)det(
)det(
A
An
dimana Aj adalah matrik yang didaptkan dengan mengantikan elemen- elemen
dalam kolom ke j dari A dengan elemen matrik B =












nb
b
b
.
2
Contoh 4.8:
Gunakan aturan Cramer untuk memecahkan
x1 + + 2x3 = 6
-3x1 + 4x2 + 6x3 = 30
-x1 - 2x2 + 3x3 = 8
Jawab :
A=










−−
−
321
6403
201
,
A1=










− 328
6430
206
, A2=










−
−
381
6303
261
, A3=










−−
−
321
3043
601
Maka
Pendahuluan
x1 =
)det(
)det( 1
A
A
=
44
40−
=
11
10−
,
x2=
)det(
)det( 2
A
A
=
44
72
=
11
18
,
x3 =
)det(
)det( 3
A
A
=
44
152
=
11
38
Latihan
Latihan Soal :
1. Cari semua minor dan kofaktor dari A =










−
−
−
413
172
361
2. Q =










751
432
321
, cari :
a. adj(A)
b. det(A)
c. A 1−
3. Carilah harga x,y,z,dan w yang memenuhi susunan persamaan linier berikut
:
2x + 4y + 3z + 2w = 1
3x + 6y + 5z + 2w = 1
2x + 5y + 2z - 3w = 0
4x + 5y + 14z + 14w = 0
Pendahuluan
BAB V
TRANSFORMASI LINIER
5.1 Pengantar
Definisi
Jika F:V  W adalah sebuah fungsi dari ruang vektor V ke dalam ruang vektor W,
maka F disebut transformasi linier, jika :
(i). F(u+v) = F(u) + F(v), untuk semua vektor u dan v di V
(ii). F(ku) = kF(u) untuk semua vektor u di dalam V dan semua skalar k
Contoh 5.1
Misal F:R2
 R3
adalah sebuah fungsi yang didefinisikan oleh :
F(v) = (x, x+y, x-y)
Jika u=(x1, y1) dan v=(x2, y2) maka u + v = (x1 + x2 , y1 + y2)
Sehingga ,
F(u + v) = (x1 + x2, [x1 + x2]+[ y1 + y2], [x1 + x2]-[ y1 + y2])
= (x1, x1 + y1, x1 - y1) + (x2, x2 + y2, x2 – y2)
= F(u) + F(v)
Demikian juga jika k adalah sebuah skalar, ku = (kx1, ky1) sehingga
F(ku) = (kx1, kx1 + ky1, kx1 - ky1)
= k(x1, x1 + y1, x1 - y1)
= k F(u)
Jadi F adalah sebuah transformasi linier
Latihan :
Tentukan apakah F linier untuk masing – masing latihan berikut :
1. F(x,y) = (2x, y)
2. F(x,y) = (2x+y, x-y)
3. F(x, y, z) = (2x+y, 3y-4z)
4. F(x,y,z) = (1, 1)
Pendahuluan
5.2 Transformasi Linier dari Rn
 Rm
Misalkan e1, e2, . . . , en adalah basis baku untuk Rn
dan misalkan A adalah
sebuah matrik m x n yang mempunyai T(e1), T(e2), . . . , T(en) sebagai vektor –
vektor kolomnya.
Misal jika T:R2
 R2
diberikan oleh :
T 













2
1
x
x
= 





−
+
21
21 2
xx
xx
Maka
T(e1) = T 













0
1
= 





1
1
dan T(e2) = T 













1
0
= 





−1
2
Jadi A = 





−11
21
adalah matrik baku untuk T di atas.
5.3 Jenis – jenis Transformasi Linier bidang
1. Rotasi (Perputaran)
Matrik baku untuk T adalah : 




 −
θθ
θθ
cossin
sincos
2. Refleksi
Refleksi terhadap sebuah garis l adalah transformasi yang memetakan
masing – masing titik pada bidang ke dalam bayangan cerminnya
terhadap l
Matrik baku untuk :
Pendahuluan
a. refleksi terhadap sumbu y ( yang mengubah 





y
x
menjadi 




−
y
x
)
adalah : 




−
10
01
b. refleksi terhadap sumbu x ( yang mengubah 





y
x
menjadi 





− y
x
)
adalah : 





−10
01
c. refleksi terhadap garis y = x ( yang mengubah 





y
x
menjadi 





x
y
)
adalah : 





01
10
3. Ekspansi dan kompresi
Jika koordinat x dari masing – masing titik pada bidang dikalikan dengan
konstanta k yang positif dimana k > 1, maka efeknya adalah memperluas
gambar bidang dalam arah x. Jika 0 < k < 1 maka efeknya adalah
mengkompresi gambar bidang dalam arah x. Disebut dengan ekspansi
(kompresi) dalam arah x dengan faktor k
Matrik baku untuk transformasi ini adalah : 





10
0k
Demikian juga , jika koordinat y dari masing – masing titik pada bidang
dikalikan dengan konstanta k yang positif dimana k > 1, maka efeknya
adalah memperluas gambar bidang dalam arah y. Jika 0 < k < 1 maka
efeknya adalah mengkompresi gambar bidang dalam arah y. Disebut
dengan ekspansi (kompresi) dalam arah y dengan faktor k
Matrik baku untuk transformasi ini adalah : 





k0
01
Pendahuluan
4. Geseran
Sebuah geseran dalam arah x dengan faktor k adalah transformasi yang
menggerakkan masing – masing titik (x,y) sejajar dengan sumbu x
sebanyak ky menuju kedudukan yang baru (x + ky, y)
Matrik baku untuk transformasi ini adalah : 





10
1 k
Sebuah geseran dalam arah y dengan faktor k adalah transformasi yang
menggerakkan masing – masing titik (x,y) sejajar dengan sumbu y
sebanyak kx menuju kedudukan yang baru (x , y + kx)
Matrik baku untuk transformasi ini adalah : 





1
01
k
Jika dilakukan banyak sekali transformasi matrik dari Rn
ke Rm
secara
berturutan, maka hasil yang sama dapat dicapai dengan transformasi matrik
tunggal.
Jika transformasi - transformasi matrik
T1(x) = A1x, T2(x) = A2x, , .... , Tn(x) = Anx,
Dari Rn
ke Rm
dilakukan berurutan, maka hasil yang sama dapat dicapai dengan
transformasi matrik tunggal T(x) = Ax, dimana
A = Ak . . . A2 A1
Pendahuluan
Contoh 5.2
a. Carilah transformasi matrik dari R2
ke R2
yang mula – mula menggeser
dengan faktor sebesar 2 dalam arah x dan kemudian merefleksikannya
terhadap y = x
b. Carilah transformasi matrik dari R2
ke R2
yang mula – mula
merefleksikannya terhadap y = x dan kemudian menggeser dengan faktor
sebesar 2 dalam arah x
Jawab :
a). Matrik baku untuk geseran adalah A1 = 





10
21
Dan untuk refleksi terhadap y = x adalah A2 = 





01
10
Jadi matrik baku untuk geseran yang diikuti dengan refleksi adalah
A2. A1 = 





01
10






10
21
= 





21
10
b). Matrik baku untuk refleksi yang diikuti dengan geseran adalah
A1. A2 = 





10
21






01
10
= 





01
12
Dari contoh di atas, perhatikan bahwa A2. A1 ≠ A1. A2
Jika T:R2  R2 adalah perkalian oleh sebuah matrik A yang punya invers, dan
misalkan T memetakan titik (x,y) ke titik (x’, y’), maka






'
'
y
x
= A 





y
x
Dan






y
x
= A-1






'
'
y
x
Contoh 5.3
Pendahuluan
Carilah persamaan bayangan sebuah garis y = 2x + 1 yang dipetakan oleh
matrik A = 





12
13
Jawab :






'
'
y
x
= 





12
13






y
x
Dan






y
x
=
1
12
13
−












'
'
y
x
= 





−
−
32
11






'
'
y
x
Sehingga
x = x’ – y’
y = -2x’ + 3y’
Substitusikan ke y = 2x + 1 maka dihasilkan :
-2x’ + 3y’ = 2(x’ – y’) + 1
-2x’ + 3y’ = 2x’ – 2y’ + 1
5y’ = 4x’ + 1
y’ = 5
4 x’ + 5
1
Pendahuluan
Latihan
1. Carilah matrik bakunya
a. T 













2
1
x
x
=












−
+
−
21
21
1
2
3
xx
xx
x
x
b. T


























4
3
2
1
x
x
x
x
=










−
+
+−+
1
32
4321 27
x
xx
xxxx
2. Carilah matrik baku untuk transformasi linier bidang T:R2  R2 yang
memetakan titik (x,y) ke dalam :
(a). Refleksi terhadap garis y = -x
(b). Refleksi melalui titk pusat
(c). Proyeksi ortogonal pada sumbu x
(d). Proyeksi ortogonal pada sumbu y
3. Gambarkan bayangan bujursangkar dengan titik – titik sudut (0,0),
(1,0), (0,1), dan (1,1) di bawah perkalian oleh A = 




−
10
03
4. Carilah persamaan bayangan garis y = -4x + 3 di bawah perkalian
oleh A = 





−
−
23
34
Pendahuluan
BAB VI
NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN
Definisi
Jika A adalah matrik n x n, maka vektor tak nol x di dalam Rn
dinamakan vektor
eigen dari A jika Ax adalah kelipatan skalar dari x, yaitu,
Ax = λx
untuk suatu skalar λ. Skalar λ disebut nilai eigen dari A dan x dikatakan vektor
eigen yang bersesuaian dengan λ.
Contoh 6.1
Vektor x = 





2
1
adalah vektor eigen dari A = 





−18
03
Yang bersesuaian dengan nilai λ = 3 karena
Ax = 





−18
03






2
1
= 





6
3
= 3 





2
1
Untuk mencari nilai eigen matrik A yang berukuran n x n maka kita
menuliskannya kembali Ax = λx sebagai Ax = λIx
 (λI – A)x = 0
Dan persamaan di atas akan mempunyai penyelesaian jika
det(λI – A)=0 ...................................................(6.1)
Persamaan (6.1) disebut persamaan karakteristik A.
Pendahuluan
Contoh 6.2
Carilah nilai – nilai eigen dari A = 





− 01
23
Jawab :
Karena
λI – A = λ 





10
01
- 





− 01
23
= 




 −−
λ
λ
1
23
Det(λI – A) = (λ-3) λ - (-2) = 0
= λ2
- 3λ + 2 = 0
λ1 = 2, λ2 = 1
Jadi nilai – nilai eigen dari A adalah λ1 = 2 dan λ2 = 1
Latihan :
1. Carilah persamaan karakteristik dari matrik A = 





−
−
24
910
2. Carilah persamaan karakteristik dari matrik A =










−
−
102
012
104
Pendahuluan
DAFTAR ISI
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
BAB I.........................................................................................................1
1.1Pengertian ............................................................................................................1
1.2Operasi – operasi pada vector...............................................................................2
1.3 Susunan Koordinat Ruang-n................................................................................4
1.4 Vektor di dalam Ruang Rn..................................................................................5
1.5Beberapa Dalil pada Operasi Vektor....................................................................8
1.6Dot Product (Hasil Kali Titik)..............................................................................8
1.7Cross Product (Hasil Kali Silang).......................................................................10
1.8Persamaan Garis LUrus dan Bidang Rata..........................................................12
a. Garis Lurus.......................................................................................................12
b. Bidang Rata.....................................................................................................14
BAB II......................................................................................................16
2.1Ruang Vektor Umum..........................................................................................16
2.2 SubRuang (subspace).........................................................................................17
2.3Vektor yang Bebas Linier dan Tak Bebas Linier...............................................17
2.4Kombinasi Linier................................................................................................18
2.5Arti Kombinasi Linier Secara Ilmu Ukur...........................................................18
2.6 Dimensi dan Basis.............................................................................................19
BAB III.....................................................................................................21
3.1Pengertian...........................................................................................................21
3.2 Notasi Matrik ....................................................................................................21
3.3 Operasi pada Matrik..........................................................................................21
3.4 Beberapa Jenis matrik Khusus...........................................................................24
3.5 Transformasi (Operasi) elementer pada baris dan kolom suatu matrik.............25
3.6 Mencari solusi dengan menggunakan eliminasi Gauss Jordan..........................26
3.7 Mencari invers matrik .......................................................................................27
BAB IV.....................................................................................................31
4.1Pengertian...........................................................................................................31
4.2PERMUTASI......................................................................................................31
4.3DETERMINAN..................................................................................................32
4.4SIFAT – SIFAT DETERMINAN.......................................................................33
4.5MENGHITUNG DETERMINAN DGN REDUKSI BARIS.............................33
4.6MINOR, EKSPANSI KOFAKTOR, & ATURAN CRAMER..........................34
BAB V......................................................................................................39
5.1 Pengantar...........................................................................................................39
5.2 Transformasi Linier dari Rn  Rm...................................................................40
5.3 Jenis – jenis Transformasi Linier bidang...........................................................40
BAB VI.....................................................................................................46
Pendahuluan
Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 48

More Related Content

What's hot

Cara menggambar graf sederhana matematika diskrit
Cara menggambar graf sederhana matematika diskritCara menggambar graf sederhana matematika diskrit
Cara menggambar graf sederhana matematika diskrit
Oka Ambalie
 
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar LinearVektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
ahmad haidaroh
 
Nilai Egien Dan Vektor Eigen
Nilai Egien Dan Vektor EigenNilai Egien Dan Vektor Eigen
Nilai Egien Dan Vektor Eigen
Rizky Wulansari
 
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan
Penyelesaian  sistem persamaan  linear  denganPenyelesaian  sistem persamaan  linear  dengan
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan
BAIDILAH Baidilah
 
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD IIPERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
AYANAH SEPTIANITA
 
Sistem persamaan linear
Sistem persamaan linearSistem persamaan linear
Sistem persamaan linear
Khotibul Umam
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2
Charro NieZz
 

What's hot (20)

Matematika Diskrit - 09 graf - 07
Matematika Diskrit - 09 graf - 07Matematika Diskrit - 09 graf - 07
Matematika Diskrit - 09 graf - 07
 
Cara menggambar graf sederhana matematika diskrit
Cara menggambar graf sederhana matematika diskritCara menggambar graf sederhana matematika diskrit
Cara menggambar graf sederhana matematika diskrit
 
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
Modul 2   keterbagian bilangan bulatModul 2   keterbagian bilangan bulat
Modul 2 keterbagian bilangan bulat
 
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar LinearVektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
Vektor - Pertemuan 41- Aljabar Linear
 
Bab 5. Aplikasi Turunan ( Kalkulus 1 )
Bab 5. Aplikasi Turunan ( Kalkulus 1 )Bab 5. Aplikasi Turunan ( Kalkulus 1 )
Bab 5. Aplikasi Turunan ( Kalkulus 1 )
 
koordinat tabung dan bola
koordinat tabung dan bolakoordinat tabung dan bola
koordinat tabung dan bola
 
Eliminasi gauss
Eliminasi gaussEliminasi gauss
Eliminasi gauss
 
Nilai Egien Dan Vektor Eigen
Nilai Egien Dan Vektor EigenNilai Egien Dan Vektor Eigen
Nilai Egien Dan Vektor Eigen
 
geometri analitik
geometri analitikgeometri analitik
geometri analitik
 
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan
Penyelesaian  sistem persamaan  linear  denganPenyelesaian  sistem persamaan  linear  dengan
Penyelesaian sistem persamaan linear dengan
 
Macam Macam Metode menghitung determinan
Macam Macam Metode menghitung determinanMacam Macam Metode menghitung determinan
Macam Macam Metode menghitung determinan
 
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD IIPERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
PERSAMAAN GARIS SINGGUNG PARABOLA GAD II
 
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 09
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 09Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 09
Matematika Diskrit - 06 relasi dan fungsi - 09
 
Sistem persamaan linear
Sistem persamaan linearSistem persamaan linear
Sistem persamaan linear
 
Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2Analisis bab1 bab2
Analisis bab1 bab2
 
Graf 2
Graf 2Graf 2
Graf 2
 
Graf ( Matematika Diskrit)
Graf ( Matematika Diskrit)Graf ( Matematika Diskrit)
Graf ( Matematika Diskrit)
 
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
Integral Lipat Dua ( Kalkulus 2 )
 
teori graf (planar
teori graf (planarteori graf (planar
teori graf (planar
 
Interpolasi Newton
Interpolasi  NewtonInterpolasi  Newton
Interpolasi Newton
 

Viewers also liked

Rumus cepat-matematika-vektor
Rumus cepat-matematika-vektorRumus cepat-matematika-vektor
Rumus cepat-matematika-vektor
Ir Al
 
Vektor di ruang 2 dan 3
Vektor di ruang 2 dan 3Vektor di ruang 2 dan 3
Vektor di ruang 2 dan 3
Khotibul Umam
 
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Dyas Arientiyya
 
Geometri analitik-ruang1
Geometri analitik-ruang1Geometri analitik-ruang1
Geometri analitik-ruang1
Hafisfanani
 
2. ruang vektor dan ruang vektor bagian
2. ruang vektor dan ruang vektor bagian2. ruang vektor dan ruang vektor bagian
2. ruang vektor dan ruang vektor bagian
pujirahayustat13
 
Bab1 vektor di-r3_dan_ilmu_ukur_analitik_ruang
Bab1 vektor di-r3_dan_ilmu_ukur_analitik_ruangBab1 vektor di-r3_dan_ilmu_ukur_analitik_ruang
Bab1 vektor di-r3_dan_ilmu_ukur_analitik_ruang
agung8463
 
Pemrograman c-wakuadratn
Pemrograman c-wakuadratnPemrograman c-wakuadratn
Pemrograman c-wakuadratn
Lanoy Jr.
 

Viewers also liked (20)

Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
Vektor Diruang 2 dan 3 (vector 2D & 3D)
 
Rumus cepat-matematika-vektor
Rumus cepat-matematika-vektorRumus cepat-matematika-vektor
Rumus cepat-matematika-vektor
 
Vektor di ruang 2 dan 3
Vektor di ruang 2 dan 3Vektor di ruang 2 dan 3
Vektor di ruang 2 dan 3
 
Makalah aljabar vektor
Makalah aljabar vektorMakalah aljabar vektor
Makalah aljabar vektor
 
Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdfBahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
Bahan ajar alin 2 rev 2014 pdf
 
Vektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar LinierVektor, Aljabar Linier
Vektor, Aljabar Linier
 
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
Persamaan garis lurus(Geometri Analitik Ruang)
 
Matematika : Operasi Vektor Secara Aljabar
Matematika : Operasi Vektor Secara AljabarMatematika : Operasi Vektor Secara Aljabar
Matematika : Operasi Vektor Secara Aljabar
 
Bab 6
Bab 6Bab 6
Bab 6
 
Ruang vektor
Ruang vektorRuang vektor
Ruang vektor
 
Geometri analitik-ruang1
Geometri analitik-ruang1Geometri analitik-ruang1
Geometri analitik-ruang1
 
vektor
vektorvektor
vektor
 
2. ruang vektor dan ruang vektor bagian
2. ruang vektor dan ruang vektor bagian2. ruang vektor dan ruang vektor bagian
2. ruang vektor dan ruang vektor bagian
 
Bab1 vektor di-r3_dan_ilmu_ukur_analitik_ruang
Bab1 vektor di-r3_dan_ilmu_ukur_analitik_ruangBab1 vektor di-r3_dan_ilmu_ukur_analitik_ruang
Bab1 vektor di-r3_dan_ilmu_ukur_analitik_ruang
 
Pemrograman c-wakuadratn
Pemrograman c-wakuadratnPemrograman c-wakuadratn
Pemrograman c-wakuadratn
 
Grafik fungsi sinus dan cosinus
Grafik fungsi sinus dan cosinusGrafik fungsi sinus dan cosinus
Grafik fungsi sinus dan cosinus
 
Geometri Analitik Ruang
Geometri Analitik RuangGeometri Analitik Ruang
Geometri Analitik Ruang
 
Materi 2. skalar vektor
Materi 2. skalar vektorMateri 2. skalar vektor
Materi 2. skalar vektor
 
Vektor jarak
Vektor jarakVektor jarak
Vektor jarak
 
V e k t o r
V e k t o rV e k t o r
V e k t o r
 

Similar to Modul VEKTOR

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
JustinEduardoSimarma1
 
Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4
pitrahdewi
 
3 vektor-dan-operasinya-v2011
3 vektor-dan-operasinya-v20113 vektor-dan-operasinya-v2011
3 vektor-dan-operasinya-v2011
leowendry
 
Aljabar linear
Aljabar linearAljabar linear
Aljabar linear
yositria
 
17. Lampiran Materi 13 Vektor.pptx
17. Lampiran Materi 13 Vektor.pptx17. Lampiran Materi 13 Vektor.pptx
17. Lampiran Materi 13 Vektor.pptx
FatihSaleh
 

Similar to Modul VEKTOR (20)

vektor.pptx
vektor.pptxvektor.pptx
vektor.pptx
 
Bab 4.pdf
Bab 4.pdfBab 4.pdf
Bab 4.pdf
 
Vektor
VektorVektor
Vektor
 
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptxkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.pptx
 
tugas_vektor_pptx.pptx
tugas_vektor_pptx.pptxtugas_vektor_pptx.pptx
tugas_vektor_pptx.pptx
 
Vektor (pertemuan 1)
Vektor (pertemuan 1)Vektor (pertemuan 1)
Vektor (pertemuan 1)
 
Matematika Peminatan " Vektor"
Matematika Peminatan " Vektor"Matematika Peminatan " Vektor"
Matematika Peminatan " Vektor"
 
Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4
 
Vektor Matematika Peminatan
Vektor Matematika PeminatanVektor Matematika Peminatan
Vektor Matematika Peminatan
 
Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4
 
Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4Kelas xii bab 4
Kelas xii bab 4
 
3 vektor-dan-operasinya-v2011
3 vektor-dan-operasinya-v20113 vektor-dan-operasinya-v2011
3 vektor-dan-operasinya-v2011
 
1. vektor dan skalar
1. vektor dan skalar1. vektor dan skalar
1. vektor dan skalar
 
Tugas matematika peminatan 1
Tugas matematika peminatan 1Tugas matematika peminatan 1
Tugas matematika peminatan 1
 
Aljabar linear
Aljabar linearAljabar linear
Aljabar linear
 
Fisika vektor
Fisika vektorFisika vektor
Fisika vektor
 
geometri
geometrigeometri
geometri
 
06 vektor-di-r2-dan-r3
06 vektor-di-r2-dan-r306 vektor-di-r2-dan-r3
06 vektor-di-r2-dan-r3
 
Vektor plpg
Vektor plpgVektor plpg
Vektor plpg
 
17. Lampiran Materi 13 Vektor.pptx
17. Lampiran Materi 13 Vektor.pptx17. Lampiran Materi 13 Vektor.pptx
17. Lampiran Materi 13 Vektor.pptx
 

More from umar fauzi

More from umar fauzi (20)

Tata tertib perkemahan LT 2 penggalang
Tata tertib perkemahan LT 2 penggalangTata tertib perkemahan LT 2 penggalang
Tata tertib perkemahan LT 2 penggalang
 
Surat dispen
Surat dispenSurat dispen
Surat dispen
 
Soal rangking 1 penggalang atau soal olimpiade pramuka beserta kunci jawaban
Soal rangking 1 penggalang atau soal olimpiade pramuka beserta kunci jawabanSoal rangking 1 penggalang atau soal olimpiade pramuka beserta kunci jawaban
Soal rangking 1 penggalang atau soal olimpiade pramuka beserta kunci jawaban
 
Materi kepramukaan lengkap
Materi kepramukaan lengkapMateri kepramukaan lengkap
Materi kepramukaan lengkap
 
Format penilaian lomba Tingkat 2 penggalang
Format penilaian lomba Tingkat 2 penggalangFormat penilaian lomba Tingkat 2 penggalang
Format penilaian lomba Tingkat 2 penggalang
 
Edaran juklak Lomba Tingkat II (LTII)
Edaran juklak Lomba Tingkat II (LTII)Edaran juklak Lomba Tingkat II (LTII)
Edaran juklak Lomba Tingkat II (LTII)
 
Pembahasan materi les/bimbel kelas ix pelajaran bahasa indonesia
Pembahasan materi les/bimbel kelas ix pelajaran bahasa indonesiaPembahasan materi les/bimbel kelas ix pelajaran bahasa indonesia
Pembahasan materi les/bimbel kelas ix pelajaran bahasa indonesia
 
Fungsi dan grafik_fungsi
Fungsi dan grafik_fungsiFungsi dan grafik_fungsi
Fungsi dan grafik_fungsi
 
Vii 1 bab-vi_menggunakan_aljabar_dalam_arsos
Vii 1 bab-vi_menggunakan_aljabar_dalam_arsosVii 1 bab-vi_menggunakan_aljabar_dalam_arsos
Vii 1 bab-vi_menggunakan_aljabar_dalam_arsos
 
Vii 1 bab-v_menggunakan_persamaan_dan_pertidaksamaan_linear_satu_variabel
Vii 1 bab-v_menggunakan_persamaan_dan_pertidaksamaan_linear_satu_variabelVii 1 bab-v_menggunakan_persamaan_dan_pertidaksamaan_linear_satu_variabel
Vii 1 bab-v_menggunakan_persamaan_dan_pertidaksamaan_linear_satu_variabel
 
1.3 d konsep model pembelajaran p bl
1.3 d konsep model pembelajaran p bl1.3 d konsep model pembelajaran p bl
1.3 d konsep model pembelajaran p bl
 
Persamaan kuadrat kelas ix
Persamaan kuadrat kelas ix Persamaan kuadrat kelas ix
Persamaan kuadrat kelas ix
 
Untaian do'a anak yatim
Untaian do'a anak yatimUntaian do'a anak yatim
Untaian do'a anak yatim
 
PP saka bhayangkara
PP saka bhayangkaraPP saka bhayangkara
PP saka bhayangkara
 
Olimpiade ipa3 tingkat kabupaten pringsewu lampung
Olimpiade ipa3 tingkat kabupaten pringsewu lampungOlimpiade ipa3 tingkat kabupaten pringsewu lampung
Olimpiade ipa3 tingkat kabupaten pringsewu lampung
 
Olimpiade ipa1tingkat kabupaten pringsewu
Olimpiade ipa1tingkat kabupaten pringsewuOlimpiade ipa1tingkat kabupaten pringsewu
Olimpiade ipa1tingkat kabupaten pringsewu
 
Olimpiade ipa2 SD tingkat kabupaten pringsewu
Olimpiade ipa2 SD tingkat kabupaten pringsewuOlimpiade ipa2 SD tingkat kabupaten pringsewu
Olimpiade ipa2 SD tingkat kabupaten pringsewu
 
Olimpiade ipa SD
Olimpiade ipa SDOlimpiade ipa SD
Olimpiade ipa SD
 
Soal mid semester genap kelas vii
Soal mid semester genap kelas viiSoal mid semester genap kelas vii
Soal mid semester genap kelas vii
 
Soal midsemester genap kelas viii
Soal midsemester genap kelas viiiSoal midsemester genap kelas viii
Soal midsemester genap kelas viii
 

Recently uploaded

1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
MaskuratulMunawaroh
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 

Recently uploaded (20)

vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptxOPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
OPTIMALISASI KOMUNITAS BELAJAR DI SEKOLAH.pptx
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptxPrakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
Prakarsa Perubahan dan kanvas ATAP (1).pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
668579210-Visi-Gp-Berdasarkan-Tahapan-Bagja.pdf
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

Modul VEKTOR

  • 1. Vektor BAB I V E K T O R 1.1 Pengertian Banyak kuantitas fisik, seperti luas, panjang, massa dan temperatur, dapat dijelaskan secara lengkap apabila besaran kuantitas tersebut telah diberikan. Kuantitas seperti ini dinamakan skalar. Kualitas fisik lainnya disebut vektor, penjelasannya tidak begitu lengkap sehingga baik besarannya maupun arahnya dapat dispesifikasikan. Sebagai contoh, angin yang bergerak pada umumnya digambarkan dengan memberikan kecepatan dan arahnya, misalnya mendekati 20 mil / jam. Vektor-vektor dapat dinyatakan secara geometris sebagai segmen – segmen garis terarah ataupun panah-panah di ruang-2 atau ruang-3; arah panah menentukan arah vektor dan panjang panah menyatakan besarnya. Ekor panah disebut titik awal (initial point) dari vektor, dan ujung panah dinamakan titik terminal (terminal point). Gambar 1.1 Pada gambar 1.1a, titik awal vector v adalah A da titik terminalnya adalah B, maka dituliskan v = →− AB Oleh : Syamsul Anam,S.Kom. 1 B A (a) (b)
  • 2. Pendahuluan Vektor – vektor yang mempunyai panjang dan arah yang sama, seperti pada gambar 3.1b disebut ekivalen. Untuk menuliskan panjang vektor v digunakan notasi |v| 1.2 Operasi – operasi pada vector a. Penjumlahan Vektor Ada 2 metode yang dapat digunakan untuk menjumlahkan 2 buah vektor a.1 Metode Jajaran Genjang Gambar 1.2 Vektor hasil (resultant) yaitu a + b diperoleh dari diagonal jajaran genjang yang dibentuk oleh vektor a dan b setelah titik awal dan titik akhir ditempatkan berimpit. a.2 Metode Segitiga Gambar 1.3 a b a+b a+b a b a+b a b
  • 3. Pendahuluan Resultan diperoleh dengan menempatkan titik awal salah satu vektor pada titik ujung vektor yang lain, maka resultannya adalah vektor bertitik awal di titik awal a dan bertitik ujung di titik ujung b Catatan : 1. Penjumlahan vektor bersifat komutatif, a + b = b + a 2. Metode Segitiga baik sekali digunakan untuk menjumlahkan lebih dari 2 vektor. Misalnya a + b + c + d + e , maka resultannya adalah vektor dengan titik awal di titik awal vektor a dan bertitik ujung di titik ujung vektor e 3. Pengurangan vektor a dan b adalah a – b = a + (-b) b. Perkalian Skalar Jika k adalah suatu skalar bilangan riil, a suatu vektor, maka perkalian skalar ka menghasilkan suatu vektor yang panjangnya |k| kali panjang a dan arahnya sama dengan arah a bila k positif atau berlawanan arah bila k negatif. Bila k = 0 maka ka =0 disebut vektor nol, yaitu vektor yang titik awal dan titik ujungnya berimpit. Gambar 1.4 a 2a -2a
  • 4. Pendahuluan 1.3 Susunan Koordinat Ruang-n a. Ruang dimensi satu (R1 ) R O P E A Gambar 1.5 Titik O mewakili bilangan nol, titik E mewakili bilangan 1. Ditulis O(0), E(1), P( 5 2 ) artinya P mewkili bilangan 5 2 dan kita letakkan P sehingga OP = 5 2 satuan ke arah E (arah positif). b. Ruang dimensi dua (R2 ) Setiap pasangan bilangan riil (koordinat titik) dapat diwakili oleh sebuah titik pada suatu bidang rata, yang membentuk susunan koordinat di dalam ruang dimensi dua, ditulis R2 . X2 E2 E1 C B(3,1) A(1,2) o X1 D Gambar 1.6
  • 5. Pendahuluan c. Ruang dimensi tiga (R3 ) X1 X2 X3 A D C B(0,3,3) Gambar 1.7 d. Ruang dimensi n (Rn ) Secara umum untuk Rn dimana n adalah bilangan bulat positif, suatu titik di dalam Rn dinyatakan sebagai n-tupel bilangan riil. Misalnya titik X(x1, x2, ...,xn) 1.4 Vektor di dalam Ruang Rn Lebih dahulu kita pandang suatu susunan koordinat di R2 . Suatu vektor disebut satuan bila panjangnya = 1.
  • 6. Pendahuluan Kita ambil sekarang vektor satuan : e1 = OE1 yang titik awalnya O(0,0) dan titik ujungnya adalah E1(1,0) e2 = OE2 yang titik awalnya O(0,0) dan titik ujungnya adalah E2(0,1) Kemudian kita tulis e1 = 1e1 + 0 e2 e2 = 0e1 + 1 e2 Yang selanjutnya penulisan itu disingkat dengan e1 = [1,0] e2 = [0,1] Sekarang pandang vektor a yang titik awalnya O(0,0) dan titik ujungnya titik A(a1, a2). Vektor a disebut vektor posisi dari titik A. e1 e2 A(a1, a2) a1e1 a2e2 Gambar 1.8 Bilangan – bilangan a1, a2 disebut komponen – komponen dari a Panjang vektor a adalah 2 2 2 1 aa + Secara umum untuk vektor p yang titik awalnya P(p1, p2) dan titik ujungnya di Q(q1, q2) : PQ = (q1 – p1) e1 + (q2 – p2) e2 = [(q1 – p1), (q2 – p2)]
  • 7. Pendahuluan Kesimpulan (untuk Rn ): 1. Vektor posisi dari titik A(a1, a2, …, an) adalah OA = [a1, a2, …, an] 2. Vektor bertitik awal di P(p1, p2, …, pn) dan bertitik ujung di Q(q1, q2, …, qn) adalah PQ = [q1 – p1, q2 – p2, … , qn – pn ] 3. Panjang vektor a = [a1, a2, …, an] adalah |a| = 22 2 2 1 .... naaa +++ Jarak 2 titik P(p1, p2, …, pn) dan Q(q1, q2, …, qn) adalah panjang vektor PQ yaitu : |PQ| = 22 22 2 11 )(....)()( nn qpqppq −++−+− 4. Vektor – vektor satuan dari susunan koordinat adalah e1 = [1,0,0,…,0], e2 = [0,1,0,…,0], e3 = [0,0,1,0…,0], dst. Latihan : 1. Carilah komponen – komponen vektor yang bertitik awal di P dan terminal di Q a. P(3,5) dan Q(2,8) b. P(6,5,8) dan Q(8, -7, -3) 2. Carilah vektor yang bertitik awal P(2, -1, 4) yang mempunyai arah seperti v = [7, 6, -3] 3. Carilah vektor yang bertitik terminal Q(2, 0, -7) yang mempunyai arah berlawanan dengan v = [-2, 4, -1] 4. Misalkan P adalah titik (2, 3, -2) dan Q adalah titik (7, -4, 1) a. Carilah titik tengah dari segmen garis yang menghubungkan P dan Q b. Carilah titik pada segmen garis yang menghubungkan P dan Q yang 4 3 dari P ke Q. 5. Hitunglah panjang v bila a. v = [3, 4] b. v = [-8, 7, 4] 6. Hitunglah jarak antara P dan Q bila a. P(2,3) dan Q(7,8) b. P(1, 1, 1) dan Q(6, -7, 3)
  • 8. Pendahuluan 1.5 Beberapa Dalil pada Operasi Vektor Untuk setiap vektor a = [a1, a2, a3,. . ., an] , b = [b1, b2, b3, . . . , bn] , c=[c1, c2, c3, . . ., cn] ∈ Rn , dan m, k adalah skalar – skalar, maka berlaku : (1). a + b = b + a (2). (a + b) + c = a + (b + c) (3). k(a + b) = ka + kb (4). a + 0 = a (5). a + (-a) = 0 (6). (k + m)a = ka + ma (7). (km)a = k(ma) = m(ka) 1.6 Dot Product (Hasil Kali Titik) Definisi Bila v dan w adalah vektor, dan θ adalah sudut antara v dan w (0 ≤ θ ≤ π) Maka hasil kali titik (dot product) v. w didefinisikan dengan : v.w =    0 cos|||| θwv 00 00 == ≠≠ watauvjika wdanvjika )1.1.....(.................... θ z x y P(v1, v2, v3) Q(w1, w2, w3)θ
  • 9. Pendahuluan Gambar 1.9 Perhatikan gambar 1.9 di atas. Jika v =(v1, v2, v3) dan w = (w1, w2, w3) adalah 2 vektor tak nol. Dan θ adalah sudut antara v dan w , maka hokum cosinus menghasilkan : | →− PQ |2 = |v|2 + |w|2 – 2|v||w| cos θ …………………………………………..(1.2) Karena →− PQ = w – v maka dapat (1.2) dapat dituliskan kembali sebagai : 2|v||w| cos θ = |v|2 + |w|2 - |w – v|2 |v||w| cos θ = 2 1 (|v|2 + |w|2 - |w – v|2 ) Atau v . w = 2 1 (|v|2 + |w|2 - |w – v|2 ) Dengan mensubstitusikan |v|2 = 2 1v + 2 2v + 2 3v dan |w|2 = 2 1w + 2 2w + 2 3w dan |w – v|2 = 2 11 )( vw − + 2 22 )( vw − + 2 33 )( vw − Maka setelah disederhanakan akan diperoleh : v. w = v1w1 + v2w2 + v3w3 Jika v dan w bukan vektor nol, maka persamaan (1.1) dapat ditulis dengan Cos θ = |||| . wv wv Contoh 1.1 Diketahui vektor v = (2, -1, 1) dan w=(1, 1, 2) Carilah v.w dan tentukan sudut antara v dan w.
  • 10. Pendahuluan Jawab : v. w = (2).(1) + (-1).(1) + (1)(2) = 2 – 1 + 2 = 3 |v| = 114 ++ = 6 |w| = 411 ++ = 6 Jadi Cos θ = 6 3 = 2 1 , maka sudut antara v dan w adalah 60o 1.7 Cross Product (Hasil Kali Silang) Dalam banyak penerapan vektor pada bidang geometri, fisika, dan teknik, kita perlu membentuk vektor di ruang-3 yang tegak lurus dengan 2 vektor lain yang diberikan. Definisi Jika v =(v1, v2, v3) dan w = (w1, w2, w3) adalah vektor – vektor di Ruang-3, maka hasil kali silang (cross product) v x w adalah vektor yang didefinisikan oleh v x w = (v2w3 – v3w2, v3w1 – v1w3, v1w2 – v2w1) atau dalam notasi determinan v x w =         − 21 21 31 31 32 32 ,, ww vv ww vv ww vv Contoh 1.2 Carilah u x v dimana u = (1, 2, -2) dan v=(3, 0, 1)
  • 11. Pendahuluan Jawab :       − 103 221 u x v =         − − − 03 21 , 13 21 , 10 22 = ( )6,7,2 −− Teorema Jika v dan w adalah vector dalam Ruang-3, maka 1. v. (v x w) = 0 2. v. (v x w) = 0 3. |v x w|2 = |v|2 |w|2 – (v.w)2 (Identitas Lagrange) Jika θ adalah sudut di antara v dan w , maka v.w = |v| |w| cos θ, sehingga Identitas Lagrange dapat dituliskan kembali sebagai : |v x w|2 = |v|2 |w|2 – (v.w)2 = |v|2 |w|2 - (|v| |w| cos θ)2 = |v|2 |w|2 - |v|2 |w|2 cos2 θ = |v|2 |w|2 (1 - cos2 θ) = |v|2 |w|2 sin2 θ Jadi |v x w| = |v| |w| sin θ |w| sin θ |w| |v| v
  • 12. Pendahuluan Jadi luas A dari jajaran genjang di atas diberikan oleh A = |v| |w| sin θ = |v x w| 1.8 Persamaan Garis LUrus dan Bidang Rata a. Garis Lurus Gambar 1.6 Misalkan titik A(a1, a2, a3) dan B(b1, b2, b3) Maka →− OA = [a1, a2, a3] dan →− OB = [b1, b2, b3] dan →− AB = [b1- a1, b2-a2, b3-a3] Untuk setiap titik sebarang pada g berlaku AX = λAB. Jelas →− OX = →− OA + →− AX = →− OA + λ →− AB Atau A B X g O
  • 13. Pendahuluan [x1, x2, x3] = [a1, a2, a3] + λ [b1- a1, b2-a2, b3-a3] ……………………………………(1.3) Persamaan (1.3) di atas disebut persamaan vektoris garis lurus yang melalui 2 titik A(a1, a2, a3) dan B(b1, b2, b3). Vektor →− AB (atau vektor lain yang terletak pada g, dengan kata lain, kelipatan dari →− AB ) disebut vector arah garis lurus tersebut. Jadi bila garis lurus melalui titik A(a1, a2, a3) dengan vector arah _ a = [a, b, c], maka persamaannya adalah : [x1, x2, x3] = [a1, a2, a3] + λ [a, b, c] ……………………………………….(1.4) Persamaan (1.4) dapat ditulis menjadi : x1 = a1 + λ b1 x2 = a2 + λ b2 x3 = a3 + λ b3 yang disebut dengan persamaan parameter garis lurus. Kemudian bila a ≠ 0, b ≠ 0, c ≠ 0, λ kita eliminasikan dari persamaan parameter di atas, diperoleh : λ = a ax )( 11 − = b ax )( 22 − = c ax )( 33 − Merupakan persamaan linier garis lurus melalui titik A(a1, a2, a3) dengan vektor arah [a, b, c].
  • 14. Pendahuluan b. Bidang Rata Gambar 1.7 Misal diketahui 3 titik P(p1, p2, p3) , Q(q1, q2, q3) dan R(r1, r2, r3) pada sebuah bidang rata seperti di atas. Maka →− PQ = [q1-p1, q2-p2, q3-p3] →− PR = [r1-p1, r2-p2, r3-p3] Untuk setiap titik pada bidang, berlaku →− PX = λ →− PQ + µ →− PR Jelas dari gambar →− OX = →− OP + →− PX = →− OP + λ →− PQ + µ →− PR Atau [x1, x2, x3] = [p1, p2, p3] + λ [q1-p1, q2-p2, q3-p3] + µ [r1-p1, r2-p2, r3-p3] Adalah persamaan vektoris bidang yang melalui 3 titik. Kedua vektor →− PQ dan →− PR adalah vektor arah bidang. Latihan : P Q R O
  • 15. Pendahuluan 1. Tentukan : a. a . b bila a = [2, -3, 6] dan b = [8, 2, -3] b. Jarak A(2, 4, 0) , B(-1, -2, 1) c. Jarak vektor a = [ 1, 7] dan b = [6, -5] 2. a. Tentukan k supaya a = [1, k, -2, 5] mempunyai panjang 39 b. Berapa sudut antara a = [1, 2, 3, 4] dan b = [0, 0, 1, 1] c. Tentukan k supaya a = [1, k, -3] tegak lurus b = [4, -k, 1] 3. Carilah u. v untuk a. u = [-3, 1, 2] dan v = [4, 2, -5] b. u = [ 1, 2] dan v = [6, -8] 4. Carilah sudut antara u dan v pada soal (3) 5. Misalkan u = [2, -1, 3] , v = [0, 1, 7] dan w = [1, 4, 5], hitunglah a. v x w b. u x (v x w) c. (u x v) x w d. (u x v) x (v x w) d. u x (v – 2w) f. (u x v) – 2w 6. a. Tentukan persamaan vektoris dari garis lurus x1 – 3 = x2 – 4 = -x3 + 2 = 3x4 +2 b. Tentukan persamaan bidang rata yang melalui (1,1,1) dan garis lurus g : [x1, x2, x3] = [1, 2,1] + λ[1, 0, 2] c. Tentukan persamaan bidang rata yang melalui garis lurus g : [x, y, z] = [1, 2, 3] + λ[4, 5, 6] serta sejajar dengan garis lurus h : [x, y, z] = [7, 8, 10] + λ[1, 2, 31]
  • 16. Pendahuluan BAB II RUANG VEKTOR 2.1 Ruang Vektor Umum Definisi Misalkan V sebarang himpunan benda yang dua operasinya kita definisikan yaitu penjumlahan dan perkalian dengan skalar (bilangan riil). Penjumlahan tersebut kita pahami untuk mengasosiasikan sebuah aturan dengan setiap pasang benda u dan v dalam V, yang mengandung elemen u + v, yang kita namakan jumlah u dan v, dengan perkalian skalar kita artikan setiap benda u pada V yang mengandung elemen ku, yang dinamakan perkalian skalar u oleh k. Jika semua aksioma berikut dipenuhi oleh semua benda u, v, w pada V dan oleh semua skalar k dan l, maka kita namakan V sebuah ruang vektor dan benda – benda pada V kita namakan vektor : (1). Jika u dan v adalah benda – benda pada V kita namakan vektor (2). u + v = v + u (3). u + (v + w) = (u + v) + w (4). Ada vektor 0 di V sehingga 0 + u = u + 0 = u untuk semua u di V (5). Untuk setiap u di V, terdapat –u sehingga u + (-u) = (-u) + u = 0 (6). Jika k adalah sebarang skalar dan u adalah sebarang vektor di V, maka ku berada di V (7). k(u + v )= ku + kv (8). (k + l)u = ku + lu (9). k(lu) = l(ku) (10). 1u = u
  • 17. Pendahuluan 2.2 SubRuang (subspace) Definisi Subhimpunan W dari sebuah ruang vektor V disebut sub ruang (subspace) V jika W itu sendiri adalah ruang vektor di bawah penjumlahan dan perkalian skalar yang didefinisikan pada V. 2.3 Vektor yang Bebas Linier dan Tak Bebas Linier Definisi Himpunan m buah vektor (u1, u2, … um) disebut tak bebas linier (linearly dependent) bila terdapat skalar – skalar λ1, λ2, …, λm yang tidak semuanya nol sedemikian hingga (u1, u2, … um) Sebaliknya himpunan (u1, u2, … um) disebut bebas linier (linearly independent) jika λ1 u1 + λ2 u2 + …+ λm um = 0 hanya dipenuhi oleh λ1= λ2 = …= λm = 0. Catatan : 1. Jika m=1, maka : a. Bila u = 0 (vektor nol), akan tak bebas linier, karena λu = 0  λ0 = 0 terpenuhi juga untuk λ ≠ 0 b. Bila λ ≠ 0, akan bebas linier karena λu=0 hanya dipenuhi oleh λ =0 2. Jika dalam himpunan terdapat vektor 0, misalnya {u1, u2,…,0, … um) maka himpunan itu tak bebas linier, λ1 u1 + λ2 u2 + … + λi 0+ … + λm um = 0 dipenuhi juga oleh λI ≠ 0 3. JIka u dan v adalah 2 vektor yang berkelipatan, u = αv, maka mereka tak bebas linier. Sebab u = αv  1u - αv = 0, artinya terdapat λ ≠ 0 pada λ1 v + λ2 u = 0
  • 18. Pendahuluan 2.4 Kombinasi Linier Definisi Suatu vektor v dikatakan kombinasi linier dari vektor – vektor (u1, u2, … um) bila terdapat skalar – skalar λ1, λ2, …, λm sedemikian hingga v = λ1 u1 + λ2 u2 + …+ λm um. Contoh 2.1 a = [2, 1, 2], b = [1, 0, 3], c = [3, 1, 5] Kita hendak menyatakan a sebagai kombinasi linier dari b dan c Kita hitung λ1, dan λ2 yang memenuhi [2, 1, 2] = λ1 [1, 0, 3] + λ2 [3, 1, 5] 2 = λ1 + 3 λ2 1 = λ2 2 = 3 λ1 + 5 λ2 Dengan substitusi, diperoleh λ1 = -1 dan λ2 = 1 Jadi penulisan yang diminta adalah a = -b + c 2.5 Arti Kombinasi Linier Secara Ilmu Ukur (1). Kalau v kombinasi linier dari suatu vektor u, yaitu v = λu yang mana v adalah kelipatan dari u dengan garis pembawanya sama (atau sejajar), v dan u disebut koliner (segaris). (2). v kombinasi linier dari 2 vektor u1 dan u2, yaitu v = λ1u1 + λ2u2 maka v adalah diagonal jajaran genjang yang sisi – sisinya λ1u1 dan λ2u2 . u1 dan u2 disebut koplanar (sebidang). (3) v kombinasi linier dari 3 vektor u1 , u2 dan u3, yang tidak sebidang, yaitu v = λ1u1 + λ2u2 + λ3u3 maka v adalah diagonal paralelepipedum yang sisi – sisinya λ1u1, λ2u2 dan λ3u3.
  • 19. Pendahuluan 2.6 Dimensi dan Basis Definisi Jika V adalah sebarang ruang vektor dan S = {v1, v2, …, vr} merupakan himpunan berhingga dari vektor – vektor pada S, maka S disebut basis untuk V jika : (i). S bebas linier (ii) S merentang V Definisi Dimensi sebuah ruang vektor V yang berdimensi berhingga didefinisikan sebagai banyaknya vektor pada basis untuk V. Contoh 2.2 Tentukan dimensi dari ruang vektor yang dibentuk oleh : (i). p = [1, -2, 3, 1] dan q = [2, -4, 5, 2] (ii). u = [5, 7, 11, 4] dan v = [10, 14, 22, 8] Jawab : (i). Kedua vektor pembentuk tidak berkelipatan, jadi sistem pembentuk bebas linier. Berarti dimensi = 2 (ii). Kedua vektor berkelipatan. Vektor u maupun v ≠ 0, jadi keduanya merupakan sistem pembentuk yang bebas linier. Berarti dimensi = 1
  • 20. Pendahuluan Latihan: 1. Tentukan dimensi dan basis dari ruang vektor yang dibentuk oleh : (i). a = [1, 1, 2], b= [1, 2, 5] , c = [5, 3, 4] (ii). p = [1, 2, 2], q = [2, 4, 4] , r = [1, 0, 1] (iii) u = [1, 0, 1], v = [3, 0, 3] , w = [2, 0, 2] 2. Apakah himpunan – himpunan vektor ini merupakan basis R-3 ? (i). [1, 1, 1] , [1, -2, 3] (ii). [1, 0, 0], [1, 1, 0], [1, 1, 1] (iii). [1, 1, 2], [1, 2, 5], [5, 3, 4] 3. Diketahui L dibentuk oleh p = [1, 3, 1], q= [2, 1, 0], dan r = [ 4, x-2, 2] Ditanya : (i) Nilai x supaya L berdimensi 2 (ii) Nilai y supaya vektor a = [3, 2-y, 4] ∈ L{p,q,r} (iii) Koordinat a di atas relative terhadap basis {p,q}
  • 21. Pendahuluan BAB III M A T R I K 3.1 Pengertian Matrik adalah himpunan skalar yang disusun secara empat persegi panjang (menurut baris dan kolom) Skalar – skalar itu disebut elemen matrik. Untuk batasnya biasanya digunakan: ( ), [ ], || || 3.2 Notasi Matrik Matrik diberi nama dengan huruf besar. Secara lengkap ditulis matrik A=(aij), artinya suatu matrik A yang elemen – elemennya adalah aij dimana index i menunjukkan baris ke-i dan indeks ke–j menunjukkan kolom ke–j . Sehingga bila matrik disusun secara A(mxn) = (aij), mxn disebut ordo (ukuran) dari matrik A. 3.3 Operasi pada Matrik 1. Penjumlahan matrik Syarat : ukuran matrik harus sama. Jika A = (aij) dan B = (bij), matrik berukuran sama, maka A + B adalah suatu matrik C = (cij) dimana cij = aij + bij untuk setiap I dan j
  • 22. Pendahuluan 2. Perkalian skalar terhadap matrik Kalau λ suatu skalar (bilangan) dan A = (aij), maka matrik λA = (λaij), dengan kata lain, matrik λA diperoleh dengan mengalikan semua elemen matrik A dengan λ. Hukum pada penjumlahan dan perkalian scalar : Jika A, B, C adalah matrik berukuran sama, dan λ adalah skalar maka : 1. A + B = B + A (komutatif) 2. (A + B) + C = A + (B+C) (asosiatif) 3. λ(A + B) = λA + λB (distributif) 4. Selalu ada matrik D sedemikian hingga A + D = B 3. Perkalian matrik Pada umumnya matrik tidak komutatif terhadap operasi perkalian : AB ≠ BA. Pada perkalian matrik AB, matrik A disebut matrik pertama dan B matrik kedua. Syarat : Jumlah kolom matrik pertama = jumlah baris matrik kedua Definisi : Panjang A = (aij) berukuran (p x q) dan B = (bij) berukuran (q x r). Maka perkalian AB adalah suatu matrik C = (cij) berukuran (p x r) dimana : cij = ai1 b1j + ai2 b2j + … + aiq bqj, untuk setiap i = 1,2,…,p dan j = 1,2, … r
  • 23. Pendahuluan Hukum pada perkalian matrik : 1. A(B + C) = AB + AC, dan (B + C) A = BA + CA, memenuhi hukum distributif 2. A(BC) = (AB)C , memenuhi hukum asosiatif 3. Perkalian tidak komutatif, AB ≠ BA 4. Jika AB = 0 (matrik 0 ) , yaitu matrik yang semua elemennya adalah = 0, kemungkinan kemungkinannya adalah : (i). A = 0 dan B = 0 (ii) A = 0 atau B = 0 (iii) A ≠ 0 dan B ≠ 0 5. Bila AB = AC belum tentu B = C 4. Transpose dari suatu matrik Pandang suatu matrik A = (aij) berukuran (m x n) maka transpose dari A adalah matrik AT berukuran (n x m) yang didapatkan dari A dengan menuliskan baris ke – i dari A, i = 1,2,…,m sebagai kolom ke –i dari AT . Dengan kata lain : AT = (aji) Sifat – sifat matrik transpose 1. (A + B)T = AT + BT 2. (AT )T = A 3. λ(AT ) = (λA)T 4. (AB)T = BT AT
  • 24. Pendahuluan 3.4 Beberapa Jenis matrik Khusus 1. Matrik bujursangkar adalah matrik dengan jumlah baris = jumlah kolom, sehingga disebut berordo n. Barisan elemen a11, a22, … ann disebut diagonal utama dari matrik bujursangkar A 2. Matrik nol adalah matrik yang semua elemennya adalah 0 3. Matrik diagonal matrik bujursangkar yang semua elemen di luar diagonal utamanya 0. 4. Matrik identitas adalah matrik diagonal yang elemen – elemen diagonal utama adalah 1. 5. Matrik skalar adalah matrik diagonal dengan semua elemen diagonal utamanyanya = k 6. Matrik segitiga bawah (lower triangular) adalah matrik bujursangkar yang semua elemen di atas diagonal utama = 0. 7. Matrik segitiga atas (upper triangular) adalah matrik bujursangkar yang semua elemen di bawah diagonal utama = 0. 8. Matrik simetris
  • 25. Pendahuluan adalah matrik yang transposenya sama dengan dirinya sendiri. 9. Matrik anti simetris adalah matrik yang transposenya adalah negatifnya. . 10. Matrik hermitian adalah matrik yang bila transpose hermitiannya adalah sama dengan dirinya sendiri. 11. Matrik idempoten, nilpotent Bila berlaku A.A = A2 = A, maka A dikatakan matrik idempoten. Bila Ar = 0, maka A nilpotent dengan index r (dimana r adalah bilangan bulat positif terkecil yang memenuhi hubungan tersebut) 3.5 Transformasi (Operasi) elementer pada baris dan kolom suatu matrik Yang dimaksud dengan transformasi elementer pada baris dan kolom suatu matrik A adalah sebagai berikut : 1a. Penukaran tempat baris ke – i dan baris ke – j ditulis H ij (A) b. Penukaran tempat kolom ke – i dan kolom ke – j ditulis K ij (A) 2a Mengalikan baris ke – i dengan skalar λ ≠ 0 , ditulis H )(λ i (A) b. Mengalikan kolom ke – j dengan skalar λ ≠ 0 , ditulis K )(λ i (A) 3a. Menambah baris ke – i dengan λ kali baris ke – j ditulis Hij (λ) (A) b. Menambah kolom ke – i dengan λ kali kolom ke – j ditulis Kij (λ) (A) Misalnya kita telah mengetahui matrik B sebagai hasil transformasi elementer dari A. Kita dapat mencari A, disebut invers dari transformasi elementer tersebut.
  • 26. Pendahuluan Matrik ekivalen Dua matrik A dan B dikatakan ekivalen (A~B) apabila salah satunya dapat diperoleh dari yang lin dengan transformasi – transformasi elementer terhadap baris dan atau kolom. Jika transformasi elementernya pada baris saja, maka dikatakan ekivalen baris. Begitu juga dengan kolom. Matrik Elementer Sebuah matrik n x n disebut matrik elementer jika matrik tersebut dapat diperoleh dari matrik identitas n x n yaitu In dengan melakukan sebuah operasi baris elementer tunggal. 3.6 Mencari solusi dengan menggunakan eliminasi Gauss Jordan Misal diketahui matrik A adalah matrik bujursangkar. Dan X adalah pemecahan bagi AX = 0 dimana AX = 0 adalah bentuk matrik dari sistem : a11x1 + a12x2 + … + a1nxn = 0 a21x1 + a22x2 + … + a2nxn = 0 . . . an1x1 + an2x2 + … + annxn = 0 Jika kita memecahkannya dengan menggunakan eliminasi Gauss Jordan, maka sistem persamaan yang bersesuaian dengan bentuk eselon baris tereduksi dari matrik yang diperbesar akan menjadi :
  • 27. Pendahuluan x1 = 0 x2 = 0 . . xn = 0 dan matrik yang diperbesar tersebut adalah :                     0.. ...... ...... ...... 0.. 0.. 21 22221 11211 nnnn n n aaa aaa aaa 3.7 Mencari invers matrik Contoh 3.1: Cari invers matrik A =           801 352 321 Jawab : Pada akhir operasi , matrik dibentuk menjadi [I |A-1 ] dari bentuk asal [A | I]      801 352 321      100 010 001
  • 28. Pendahuluan dengan operasi elementer H )2( 21 − dan H )1( 21 − menjadi      − − 520 310 321      − − 101 012 001 dengan operasi elementer H )2( 32 menjadi      − − 100 310 321      − − 125 012 001 dengan operasi elementer H )1( 3 − menjadi      − 100 310 321      −− − 125 012 001 dengan operasi elementer H )3( 13 − dan H )3( 23 menjadi      100 010 021      −− −− − 125 3513 3614 dengan operasi elementer H )2( 12 − menjadi      100 010 001      −− −− − 125 3513 91640 Jadi invers dari matrik A adalah           −− −− − 125 3513 91640
  • 29. Pendahuluan LATIHAN: 1. Carilah 3A2 + 2A – 3I2 , bila A =       43 12 2. Tunjukkan bahwa A adalah matrik idempoten, A =           − −− − 531 531 531 3. Carilah invers dari A =       34 23 4. Diketahui A =           1031 2014 1213 , matrik B dihasilkan dari sederetan transformasi elementer H )1( 31 − ,H )2( 2 , H 12 , K )1( 41 , K )2( 3 terhadap A. Carilah B tersebut. 5. Tentukan transpose hermitian dari : Q =       + + π2 3 sin2 xi ixii 6. Cari solusi dari persamaan linier berikut ini : x1 + 2x2 + 3x3 = 5 2x1 + 5x2 + 3x3 = 3 x1 + + 8x3 = 17
  • 30. Pendahuluan 7. Pecahkan persamaan matrik untuk X dalam masing – masing bagian berikut : a. X           − − 113 011 101 =       − 513 021 b. X       − 103 211 =       − −− 736 015
  • 31. Pendahuluan BAB IV D E T E R M I N A N 4.1 Pengertian Setiap matrik bujursangkar A selalu dikaitkan dengan suatu sknlar yang disebut Determinan. Sebelum mulai dengan yang lebih umum, kita ambil dahulu matrik A(2x2) sebagai berikut :       dc ba Didefinisikan ; det(A) = dc ba = ad -bc Contoh : A =       55 31 maka det(A) = 1.5 – 3.5 = 5 – 15 = -10 4.2 PERMUTASI Definisi : Permutasi himpunan bilangan – bilangan bulat {1,2,3 …,n} adalah susunan bilangan – bilangan bulat ini menurut suatu aturan tanpa menghilangkan atau mengulangi bilangan – bilangan tersebut.
  • 32. Pendahuluan Contoh 4.1: Ada 6 permutasi yang berbeda dari himpunan {1,2,3} yaitu {1,2,3}, {1,3,2}, {2,1,3}, {2,3,1}, {3,2,1}, {3,1,2} Banyaknya permutasi dapat dihitung dengan factorial. Untuk contoh soal diatas 3! = 1.2.3 = 6 Definisi Invers pada suatu permutasi (j1, j2, j3 …,jn) adalah adanya jk < ji (jk mendahului ji) padahal ji < jk (I dan k = 1, 2, . . ., n) Contoh 4.2: Berapa banyak invers yang terdapat pada permutasi {2, 1, 4, 3} ? Ada 2 invers yaitu : 1. ji = 2 mendahului jk = 1, padahal 1 < 2 2. ji = 4 mendahului jk = 3, padahal 3 < 4 4.3 DETERMINAN Cara termudah mencari determinan dari matrik bujursangkar untuk orde yang tidak terlalu besar adalah dengan metode SARRUS . (-) (-) (-) 333231 232221 131211 aaa aaa aaa 3231 2221 1211 aa aa aa (+) (+) (+) Contoh 4.3: 213 212 132 13 12 32 = 2.1.2 + 3.2.3 + 1.2.1 – 1.1.3 – 2.2.1 – 3.2.2 = 4 + 18 + 2 – 3 – 4 – 12 = 5
  • 33. Pendahuluan 4.4 SIFAT – SIFAT DETERMINAN 1. det(A) = det(AT ) 2. Tanda determinan berubah jika 2 baris atau kolom ditukar tempatnya. 3. Harga determinan menjadi λ kali, bila suatu baris / kolom dikalikan dengan skalar λ 4.5 MENGHITUNG DETERMINAN DGN REDUKSI BARIS Metode ini penting untuk menghindari perhitungan panjang yang terlibat dalam penerapan definisi determinan secara langsung. Theorema : Jika A adalah matrik segitiga n x n, maka det(A) adalah hasil kali elemen – elemen pada diagonal utama, yaitu , det(A) = a11.a22.a33 .. ann Contoh 4.4 : 40000 89000 67600 15730 38372 − − = (2) (-3) (6) (9) (4) = -1296 Contoh 4.5 : Hitung det(A) dimana A = 162 963 510 −
  • 34. Pendahuluan Jawab : Baris I ditukar dengan baris II ( H21), sehingga menjadi = - 162 510 963 − = - 3 162 510 321 − ⇒ H31 (-2) ⇒ = - 3 5100 510 321 − − ⇒ H32 (-10) ⇒ = - 3 5500 510 321 − − = (-3) (-55) 100 510 321 − = (-3) (-55) (1) = 165 Metode reduksi baris ini sangat sesuai untuk menghitung determinan dengan menggunakan komputer karena metode tersebut sistematis dan mudah diprogramkan. 4.6 MINOR, EKSPANSI KOFAKTOR, & ATURAN CRAMER Minor aij adalah determinan submatrik yang tetap setelah baris ke – i dan kolom ke – j dicoret dari A . Dinyatakan dengan |Mij|. Sedangkan bilangan (-1) i+j |Mij|dinyatakan oleh Cij disebut Kofaktor Contoh 4.6 : A =           198 765 432 Minor dari elemen a23 = 98 32 = 18 – 24 = -6 Kofaktor dari elemen a23 = (-1) 5 (-6) = 6 Perhatikan bahwa kofaktor dan minor hanya berbeda pada tandanya, yaitu Cij = ±Mij . Cara cepat untuk menentukan apakah penggunaantanda + atau
  • 35. Pendahuluan tanda – merupakan penggunaan tanda yang menghubungkan Cij dan Mij berada dalam baris ke – i dan kolom ke – j dari susunan :                     +−+−+ −+−+− +−+−+ −+−+− +−+−+ .......... .. . .. .. .. .. .. Misalnya C11 = M11, C21 = -M21 , C44 = M44, C23 = -M23 Theorema Determinan matrik A yang berukuran n x n dapat dihitung dengan mengalikan elemen – elemen dalam suatu baris (atau kolom) dengan kofaktor – kofaktornya dan menambahkan hasil kali – hasil kali yang dihasilkan, yaitu setiap 1 ≤ i ≤ n dan 1 ≤ j ≤ n , maka det(A) = a1jC1j + a2jC2j + … + anjCnj (ekspansi kofaktor sepanjang kolom ke – j) dan det(A) = ai1Ci1 + ai2Ci2 + … + ainCin (ekspansi kofaktor sepanjang baris ke – i)
  • 36. Pendahuluan Contoh 4.7 : Det(A) bila A =           − −− 245 342 013 adalah Dengan menggunakan ekspansi kofaktor sepanjang baris pertama = 3 24 34 − − - 1 25 32 − − + 0 45 42 −− = (3)(-4) – (1)(-11) = -12 + 11 = -1 Definisi : Jika A adalah sebarang matrik n x n dan Cij adalah kofaktor aij, maka matrik                 nnnnn n n CCCC CCCC CCCC ... ..... ....... ... ... 321 2232221 1131211 disebut matrik kofaktor A. Transpose matrik ini disebut Adjoin A dan sinyatakan dengan adj(A). Jika A adalah matrik yang dapat dibalik, maka : A 1− = )det( 1 A adj(A)
  • 37. Pendahuluan ATURAN CRAMER Theorema Jika AX = B adalah sistem yang terdiri dari n persamaan linier dalam n bilangan tak diketahui sehingga det(A) ≠ 0, maka system tesebut mempunyai pemecahan unik. Pemecahan ini adalah : x1 = )det( )det( 1 A A , x2 = )det( )det( 2 A A , … , xn = )det( )det( A An dimana Aj adalah matrik yang didaptkan dengan mengantikan elemen- elemen dalam kolom ke j dari A dengan elemen matrik B =             nb b b . 2 Contoh 4.8: Gunakan aturan Cramer untuk memecahkan x1 + + 2x3 = 6 -3x1 + 4x2 + 6x3 = 30 -x1 - 2x2 + 3x3 = 8 Jawab : A=           −− − 321 6403 201 , A1=           − 328 6430 206 , A2=           − − 381 6303 261 , A3=           −− − 321 3043 601 Maka
  • 38. Pendahuluan x1 = )det( )det( 1 A A = 44 40− = 11 10− , x2= )det( )det( 2 A A = 44 72 = 11 18 , x3 = )det( )det( 3 A A = 44 152 = 11 38 Latihan Latihan Soal : 1. Cari semua minor dan kofaktor dari A =           − − − 413 172 361 2. Q =           751 432 321 , cari : a. adj(A) b. det(A) c. A 1− 3. Carilah harga x,y,z,dan w yang memenuhi susunan persamaan linier berikut : 2x + 4y + 3z + 2w = 1 3x + 6y + 5z + 2w = 1 2x + 5y + 2z - 3w = 0 4x + 5y + 14z + 14w = 0
  • 39. Pendahuluan BAB V TRANSFORMASI LINIER 5.1 Pengantar Definisi Jika F:V  W adalah sebuah fungsi dari ruang vektor V ke dalam ruang vektor W, maka F disebut transformasi linier, jika : (i). F(u+v) = F(u) + F(v), untuk semua vektor u dan v di V (ii). F(ku) = kF(u) untuk semua vektor u di dalam V dan semua skalar k Contoh 5.1 Misal F:R2  R3 adalah sebuah fungsi yang didefinisikan oleh : F(v) = (x, x+y, x-y) Jika u=(x1, y1) dan v=(x2, y2) maka u + v = (x1 + x2 , y1 + y2) Sehingga , F(u + v) = (x1 + x2, [x1 + x2]+[ y1 + y2], [x1 + x2]-[ y1 + y2]) = (x1, x1 + y1, x1 - y1) + (x2, x2 + y2, x2 – y2) = F(u) + F(v) Demikian juga jika k adalah sebuah skalar, ku = (kx1, ky1) sehingga F(ku) = (kx1, kx1 + ky1, kx1 - ky1) = k(x1, x1 + y1, x1 - y1) = k F(u) Jadi F adalah sebuah transformasi linier Latihan : Tentukan apakah F linier untuk masing – masing latihan berikut : 1. F(x,y) = (2x, y) 2. F(x,y) = (2x+y, x-y) 3. F(x, y, z) = (2x+y, 3y-4z) 4. F(x,y,z) = (1, 1)
  • 40. Pendahuluan 5.2 Transformasi Linier dari Rn  Rm Misalkan e1, e2, . . . , en adalah basis baku untuk Rn dan misalkan A adalah sebuah matrik m x n yang mempunyai T(e1), T(e2), . . . , T(en) sebagai vektor – vektor kolomnya. Misal jika T:R2  R2 diberikan oleh : T               2 1 x x =       − + 21 21 2 xx xx Maka T(e1) = T               0 1 =       1 1 dan T(e2) = T               1 0 =       −1 2 Jadi A =       −11 21 adalah matrik baku untuk T di atas. 5.3 Jenis – jenis Transformasi Linier bidang 1. Rotasi (Perputaran) Matrik baku untuk T adalah :       − θθ θθ cossin sincos 2. Refleksi Refleksi terhadap sebuah garis l adalah transformasi yang memetakan masing – masing titik pada bidang ke dalam bayangan cerminnya terhadap l Matrik baku untuk :
  • 41. Pendahuluan a. refleksi terhadap sumbu y ( yang mengubah       y x menjadi      − y x ) adalah :      − 10 01 b. refleksi terhadap sumbu x ( yang mengubah       y x menjadi       − y x ) adalah :       −10 01 c. refleksi terhadap garis y = x ( yang mengubah       y x menjadi       x y ) adalah :       01 10 3. Ekspansi dan kompresi Jika koordinat x dari masing – masing titik pada bidang dikalikan dengan konstanta k yang positif dimana k > 1, maka efeknya adalah memperluas gambar bidang dalam arah x. Jika 0 < k < 1 maka efeknya adalah mengkompresi gambar bidang dalam arah x. Disebut dengan ekspansi (kompresi) dalam arah x dengan faktor k Matrik baku untuk transformasi ini adalah :       10 0k Demikian juga , jika koordinat y dari masing – masing titik pada bidang dikalikan dengan konstanta k yang positif dimana k > 1, maka efeknya adalah memperluas gambar bidang dalam arah y. Jika 0 < k < 1 maka efeknya adalah mengkompresi gambar bidang dalam arah y. Disebut dengan ekspansi (kompresi) dalam arah y dengan faktor k Matrik baku untuk transformasi ini adalah :       k0 01
  • 42. Pendahuluan 4. Geseran Sebuah geseran dalam arah x dengan faktor k adalah transformasi yang menggerakkan masing – masing titik (x,y) sejajar dengan sumbu x sebanyak ky menuju kedudukan yang baru (x + ky, y) Matrik baku untuk transformasi ini adalah :       10 1 k Sebuah geseran dalam arah y dengan faktor k adalah transformasi yang menggerakkan masing – masing titik (x,y) sejajar dengan sumbu y sebanyak kx menuju kedudukan yang baru (x , y + kx) Matrik baku untuk transformasi ini adalah :       1 01 k Jika dilakukan banyak sekali transformasi matrik dari Rn ke Rm secara berturutan, maka hasil yang sama dapat dicapai dengan transformasi matrik tunggal. Jika transformasi - transformasi matrik T1(x) = A1x, T2(x) = A2x, , .... , Tn(x) = Anx, Dari Rn ke Rm dilakukan berurutan, maka hasil yang sama dapat dicapai dengan transformasi matrik tunggal T(x) = Ax, dimana A = Ak . . . A2 A1
  • 43. Pendahuluan Contoh 5.2 a. Carilah transformasi matrik dari R2 ke R2 yang mula – mula menggeser dengan faktor sebesar 2 dalam arah x dan kemudian merefleksikannya terhadap y = x b. Carilah transformasi matrik dari R2 ke R2 yang mula – mula merefleksikannya terhadap y = x dan kemudian menggeser dengan faktor sebesar 2 dalam arah x Jawab : a). Matrik baku untuk geseran adalah A1 =       10 21 Dan untuk refleksi terhadap y = x adalah A2 =       01 10 Jadi matrik baku untuk geseran yang diikuti dengan refleksi adalah A2. A1 =       01 10       10 21 =       21 10 b). Matrik baku untuk refleksi yang diikuti dengan geseran adalah A1. A2 =       10 21       01 10 =       01 12 Dari contoh di atas, perhatikan bahwa A2. A1 ≠ A1. A2 Jika T:R2  R2 adalah perkalian oleh sebuah matrik A yang punya invers, dan misalkan T memetakan titik (x,y) ke titik (x’, y’), maka       ' ' y x = A       y x Dan       y x = A-1       ' ' y x Contoh 5.3
  • 44. Pendahuluan Carilah persamaan bayangan sebuah garis y = 2x + 1 yang dipetakan oleh matrik A =       12 13 Jawab :       ' ' y x =       12 13       y x Dan       y x = 1 12 13 −             ' ' y x =       − − 32 11       ' ' y x Sehingga x = x’ – y’ y = -2x’ + 3y’ Substitusikan ke y = 2x + 1 maka dihasilkan : -2x’ + 3y’ = 2(x’ – y’) + 1 -2x’ + 3y’ = 2x’ – 2y’ + 1 5y’ = 4x’ + 1 y’ = 5 4 x’ + 5 1
  • 45. Pendahuluan Latihan 1. Carilah matrik bakunya a. T               2 1 x x =             − + − 21 21 1 2 3 xx xx x x b. T                           4 3 2 1 x x x x =           − + +−+ 1 32 4321 27 x xx xxxx 2. Carilah matrik baku untuk transformasi linier bidang T:R2  R2 yang memetakan titik (x,y) ke dalam : (a). Refleksi terhadap garis y = -x (b). Refleksi melalui titk pusat (c). Proyeksi ortogonal pada sumbu x (d). Proyeksi ortogonal pada sumbu y 3. Gambarkan bayangan bujursangkar dengan titik – titik sudut (0,0), (1,0), (0,1), dan (1,1) di bawah perkalian oleh A =      − 10 03 4. Carilah persamaan bayangan garis y = -4x + 3 di bawah perkalian oleh A =       − − 23 34
  • 46. Pendahuluan BAB VI NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Definisi Jika A adalah matrik n x n, maka vektor tak nol x di dalam Rn dinamakan vektor eigen dari A jika Ax adalah kelipatan skalar dari x, yaitu, Ax = λx untuk suatu skalar λ. Skalar λ disebut nilai eigen dari A dan x dikatakan vektor eigen yang bersesuaian dengan λ. Contoh 6.1 Vektor x =       2 1 adalah vektor eigen dari A =       −18 03 Yang bersesuaian dengan nilai λ = 3 karena Ax =       −18 03       2 1 =       6 3 = 3       2 1 Untuk mencari nilai eigen matrik A yang berukuran n x n maka kita menuliskannya kembali Ax = λx sebagai Ax = λIx  (λI – A)x = 0 Dan persamaan di atas akan mempunyai penyelesaian jika det(λI – A)=0 ...................................................(6.1) Persamaan (6.1) disebut persamaan karakteristik A.
  • 47. Pendahuluan Contoh 6.2 Carilah nilai – nilai eigen dari A =       − 01 23 Jawab : Karena λI – A = λ       10 01 -       − 01 23 =       −− λ λ 1 23 Det(λI – A) = (λ-3) λ - (-2) = 0 = λ2 - 3λ + 2 = 0 λ1 = 2, λ2 = 1 Jadi nilai – nilai eigen dari A adalah λ1 = 2 dan λ2 = 1 Latihan : 1. Carilah persamaan karakteristik dari matrik A =       − − 24 910 2. Carilah persamaan karakteristik dari matrik A =           − − 102 012 104
  • 48. Pendahuluan DAFTAR ISI Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii BAB I.........................................................................................................1 1.1Pengertian ............................................................................................................1 1.2Operasi – operasi pada vector...............................................................................2 1.3 Susunan Koordinat Ruang-n................................................................................4 1.4 Vektor di dalam Ruang Rn..................................................................................5 1.5Beberapa Dalil pada Operasi Vektor....................................................................8 1.6Dot Product (Hasil Kali Titik)..............................................................................8 1.7Cross Product (Hasil Kali Silang).......................................................................10 1.8Persamaan Garis LUrus dan Bidang Rata..........................................................12 a. Garis Lurus.......................................................................................................12 b. Bidang Rata.....................................................................................................14 BAB II......................................................................................................16 2.1Ruang Vektor Umum..........................................................................................16 2.2 SubRuang (subspace).........................................................................................17 2.3Vektor yang Bebas Linier dan Tak Bebas Linier...............................................17 2.4Kombinasi Linier................................................................................................18 2.5Arti Kombinasi Linier Secara Ilmu Ukur...........................................................18 2.6 Dimensi dan Basis.............................................................................................19 BAB III.....................................................................................................21 3.1Pengertian...........................................................................................................21 3.2 Notasi Matrik ....................................................................................................21 3.3 Operasi pada Matrik..........................................................................................21 3.4 Beberapa Jenis matrik Khusus...........................................................................24 3.5 Transformasi (Operasi) elementer pada baris dan kolom suatu matrik.............25 3.6 Mencari solusi dengan menggunakan eliminasi Gauss Jordan..........................26 3.7 Mencari invers matrik .......................................................................................27 BAB IV.....................................................................................................31 4.1Pengertian...........................................................................................................31 4.2PERMUTASI......................................................................................................31 4.3DETERMINAN..................................................................................................32 4.4SIFAT – SIFAT DETERMINAN.......................................................................33 4.5MENGHITUNG DETERMINAN DGN REDUKSI BARIS.............................33 4.6MINOR, EKSPANSI KOFAKTOR, & ATURAN CRAMER..........................34 BAB V......................................................................................................39 5.1 Pengantar...........................................................................................................39 5.2 Transformasi Linier dari Rn  Rm...................................................................40 5.3 Jenis – jenis Transformasi Linier bidang...........................................................40 BAB VI.....................................................................................................46
  • 49. Pendahuluan Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 48