Makalah ini membahas tentang urgensi teori sosiologi dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Sosiologi memiliki peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan karena mampu menganalisis fenomena sosial secara mendalam dan menyediakan data untuk perencanaan pembangunan. Teori-teori sosiologi bermanfaat untuk memahami masyarakat dan melakukan intervensi sosial.
1. URGENSI TEORI SOSIOLOGI
DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah Teori
Sosiologi Kalsik
Dosen : Sri Damayanti, M.Si
Disusun Oleh :
Nama : Trisna Nurdiaman
NIM : 1138030215
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2014
2. i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji serta syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana
atas berkat rahmat dan iradat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini yang berjudul “Urgensi Teori dan Sosiologi dalam Perkembangan
Ilmu Pengetahuan“.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda alam yang
telah membawa revolusi kehidupan minadzulumaati ila nnuur yakni Rasulullah
SAW dan sampai saat ini tetap menjadi Uswah Al-Hasanah bagi seluruh umat
manusia di seluruh dunia. Kepada keluarganya, para sahabatnya dan seluruh
umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas Ujian Tengah
Semester (UTS) mata kuliah Teori Sosiologi Klasik. Layaknya fitrah seorang
manusia yang tidak luput dari kesalahan, penulis sepenuhnya menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala
kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang konstruktif dalam
penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat yang pada
khusunya bagi penulis sendiri dan pada umumnya bagi semuanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, 5 Jumadil Akhir 1435
Penulis
5 April 2014
3. II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ······························································ i
DAFTAR ISI ·········································································· ii
BAB I PENDAHULUAN ··························································· 1
A. Latar Belakang ······························································· 1
B. Rumusan Masalah ···························································· 1
C. Tujuan Penelitian ····························································· 2
BAB II PEMBAHASAN ··························································· 3
A. Pengertian ····································································· 3
B. Fungsi Sosiologi Sebagai Ilmu Pengetahuan ····························· 4
C. Karakteristik Sosiologi······················································· 6
D. Urgensi Teori Sosiologi dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan ···· 8
BAB III PENUTUP ·································································· 16
A. Kesimpulan ··································································· 16
B. Saran ··········································································· 16
DAFTAR PUSTAKA ······························································· 18
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman yang sering disebut dengan
globalisasi, perubahan demi perubahan terus terjadi baik di lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial. Perubahan-perubahan tersebut tidak begitu saja terjadi
tanpa menimbulkan sekelumit masalah, tentu saja sebuah perubahan datang
dengan sejumlah permasalahan yang berdampak bagi kehidupan sosial
masyarakat. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibutuhkanlah kajian yang secara
sistematis menganalisis berbagai fenomenaA sosial yang terjadi dalam masyarakat
secara mendalam. Sehingga informasi tersebut dapat dijadikan sebagai bahan
dalam menentukan kebijakan yang akan diambil oleh instansi terkait.
Dalam hal ini, Sosiologi sebagai keilmuan mengenai kehidupan sosial
berikut semua teori-teori yang ada di dalamnya menyumbangkan peran peting
dalam kebijakan yang akan diambil terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.
Peranan penting sosiologi tersebut tidak bisa dipandang sebelah mata, karena
demi mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
sebagaimana telah tercantum dalam Pancasila, diperlukan data-data yang akurat
mengenai masyarakat Indonesia. Hasil riset yang dilakukan para sosiolog dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan pijakan dalam perencanaan pembangunan.
Berdasarkan hal tersebut, urgensi sosiologi beserta seluruh teorinya dalam
perkembangan ilmu pengetahuan menjadi suatu hal yang penting sekali untuk
dibahas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah
ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan urgensi teori dan Sosiologi dalam perkembangan
ilmu pengetahuan?
2. Apa fugsi Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan?
5. 2
3. Bagaimana karakteristik Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan?
4. Bagaimana urgensi teori sosiologi dalam perkembangan ilmu pengetahuan?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, makah tujuan dalam penulisan
makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui maksud dari urgensi teori dan Sosiologi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan.
2. Untuk mengetahui fungsi dari Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan.
3. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik Sosiologi sebagai ilmu
pengetahuan yang urgen.
4. Untuk mengetahui bagaimana urgensi Sosiologi beserta seluruh teori yang
ada di dalamnya dalam perkembanga ilmu pengetahuan.
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Urgensi Teori dan Sosiologi dalam Perkembangan Ilmu
Pengetahuan
Sebelum membahas lebih jauh mengenai urgensi teori sosiologi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan, maka hal yang paling pertama yang harus
dipahami adalah maksud dari “Urgensi Teori dan Sosiologi dalam Perkembangan
Ilmu Pengetahuan” itu sendiri. Pengertian atau tafsiran dari judul tersebut sangat
penting sekali untuk dibahas, karena hal ini menyangkut apa yang akan dibahas
dari judul tersebut.
1. Pengertian Urgensi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata urgensi diartikan
sebagai “keharusan yang mendesak” dan “hal sangat penting”. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka penulis mengartikan kata ‘urgensi’ sebagai suatu hal
yang sangat penting. Kemudian jika suatu hal dianggap penting, maka pastilah hal
tersebut memiliki suatu peranan yang besar dan berpengaruh terhadap terhadap
hal yang lainnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa urgensi tersebut berarti suatu hal
yang sangat penting dimana hal tersebut memiliki peranan dan pengaruh besar
bagi hal yang lainnya.
2. Pengertian Teori
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) teori diartikan sebagai
“pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan
argumentasi”. Menurut Soerjono Soekanto1
teori adalah hubungan antara dua
variabel atau lebih yang telah diuji kebenarannya, Sementara, Parsudi Suparlan2
berpendapat bahwa teori adalah prinsip-prinsip dasar yang terwujud dalam bentuk
rumus atau aturanyang berlaku umum, menjelaskan hakikat suatu gejala, hakikat
hubungan dua gejala atau lebih, relevan dengan kenyataan yang ada dan
1
Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 2012 . hlm. 26
2
Lihat di : Munandar Soelaeman. Ilmu Sosial Dasar (Teori dan Konsep Ilmu Sosial). Bandung:
Refika Aditama. 2011, hlm. 14
7. 4
operasional, alat untuk penjelasan dan pemahaman, dapat diverifikasi berguna
dalam meramalkan suatu kejadian.
3. Pengertian Sosiologi
Menurut Pitirim Sorokin,3
sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari :
1) Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala
sosial;
2) Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan gejala non
sosial;
3) Ciri-ciri umum semua gejala-gejala sosial.
Kemudian, menurut Soerjono Soekanto4
sosiologi adalah ilmu sosial yang
kategoris, murni, abstrak, berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional
dan empiris serta bersifat umum.
4. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan merupakan sekumpulan pengetahuan yang disusun
secara sistematis dan telah diuji secara empiris melalui metode ilmiah.
5. Kesimpulan
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
maksud dari “Urgensi Teori dan Sosiologi dalam Perkembangan Ilmu
Pengetahuan” adalah peranan penting sosiologi dan teorinya dimana sosiologi
memiliki pengaruh besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang terwujud
dalam keterkaitan sosiologi dengan ilmu pengetahuan yang lainnya.
B. Fungsi Sosiologi sebagai Ilmu Pengetahuan
Sebagai ilmu pengetahuan yang mengkaji mengenai masyarakat dan
interaksi sosial dalam kehidupan manusia, sosiologi mempunyai banyak manfaat
baik bagi diri sendiri yang berperan sebagai subjek maupun bagi pembangunan
masyarakat yang berperan sebagai objek. Berikut beberapa fungsi sosiologi bagi
orang yang mempelajarinya:
3
Lihat di : Soerjono Soekanto . Op.cit., hlm. 17
4
Soerjono Soekanto . Op.cit., hlm. 21
8. 5
1. Dapat mengenal lebih jelas siapa diri kita baik sebagai individu, maupun
sebagai anggota kelompok masyarakat.
2. Membantu memahami lebih jauh mengenai lingkungan sosial sekitar.
3. Memahami perbedaan-perbedaan kebudayaan di masyarakat lain.
4. Mendorong untuk lebih tanggap, kritis dan rasional dalam menanggapi gejala
sosial yang terjadi di masyarakat.
Selain mempunyai fungsi bagi orang yang mempelajarinya, sosiologi juga
mempunyai fungsi bagi objek yang dipelajarinya yaitu masyarakat. Fungsi ini
dituangkan dalam bentuk pembangunan masyarakat. Pembangunan sendiri
merupakan sebuah proses perubahan yang dilakukan secara sengaja dalam segala
bidang kehidupan berdasarkan suatu rencana. Proses pembangunan bertujuan
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik secara spiritual, maupun
material.
Pada tahap perencanaan pembangunan diperlukan data yang relatif
lengkap mengenai masyarakat yang akan dibangun.5
Data tersebut meliputi :
1. Pola interaksi sosial, yakni dengan mengetahui pola interaksi sosial yang ada
dalam masyarakat, maka dapat digariskan haluan-haluan tertentu untuk
memperkuat pola interaksi yang mendukung dan menetralkan pola-pola
interaksi yang menghalangi pembangunan.
2. Kelompok-kelompok sosial yang menjadi bagian masyarakat.
3. Kebudayaan yang berintikan pada nilai-nilai, yakni karena nilai-nilai tersebut
ada yang mendukung terhadap pembangunan dan ada pula yang menghalangi
terhadap pembangunan.
4. Lembaga-lembaga sosial yang merupakan kesatuan kaidah-kaidah yang
berkisar pada kebutuhan dasar manusia dan kelompok sosial.
5. Stratifikasi sosial yang merupakan pembedaan penduduk dalam pembedaan
kelas-kelas sosial secara vertikal.
Data-data mengenai hal tersebut penting untuk dijadikan sebagai sarana
mengidentifikasi pihak yang dapat dijadikan pelopor pembangunan atau panutan
bagi pembangunan. Selain, itu pada tahap pelaksanaan pun perlu diadakan
5
Soerjono Soekanto . Op.cit., hlm. 362
9. 6
identifikasi terhadap kekuatan sosial yang ada di masyarakat dengan cara meneliti
pola-pola kekuasaan dan wewenang yang ada dalam masyarakat. hal tersebut
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui unsur-unsur yang dapat melancarkan
dan menghambat bagi pembangunan. Jadi, berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa sebuah pembangunan memerlukan perencanaan yang matang
dan sosiologi berperan penting dalam persiapan perencanaan pembangunan
tersebut agar mendapatkan hasil yang efektif.
C. Karakteristik Sosiologi sebagai Ilmu Pengetahuan
Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi mempunyai objek kajian yang jelas
yaitu masyarakat dan sosiologi juga merupakan ilmu pengetahuan yang berdiri
sendiri. Sosiologi telah memenuhi unsur-unsurnya sebagai ilmu pengetahuan
dimana ciri-ciri uatamanya meliputi:
1. Sosiologi bersifat empiris
Sebagai ilmu pengetahuan sosial, sosiologi tidak lepas dari induknya ilmu
pengetahuan (mother of science) yaitu filsafat. Dalam filsafat dikenal tiga cabang
cabang besar kajian filsafat yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ketiga
cabang filsafat tersebut berfungsi dalam memepertanyakan keabsahan sebuah
pengetahuan yang akan dijadikan ilmu pengetahuan. Epistimologi
mempertanyakan hakikat dari pengetahuan tersebut, kemudian epistemologi
mempertanyakan bagaimana caranya pengetahuan tersebut didapatkan dan
aksiologi mempertanyakan kegunaan dari pengetahuan tersebut.
Apabila dilihat dari segi namanya, maka sudah jelas bahwa hakikat dari
pengetahuan tersebut adalah masyarakat. Sedang apabila dilihat dari segi
sejarahnya kajian tersebut ada untuk mengatasi berbagai perubahan sosial yang
ada. Maka tinggal satu pertanyaan lagi yang belum dijawab, yaitu “bagaimana
cara pengetahuan tersebut di dapatkan?” Untuk mendapatkan informasi yang
akurat mengenai masyarakat, maka pengetahuan yang didapatkan tersebut
haruslah melalui metode ilmiah atau penelitian. Oleh sebab itu sosiologi bisa
dikatakan ilmu pengetahuan yang bersifat empiris. Sosiologi bersifat empiris
10. 7
berarti bahwa ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi terhadap
kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak berspekulatif.6
2. Sosiologi bersifat teoritis
Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi berusaha mencari pengertian-
pengertian dan pola-pola umum yang ada dalam kehidupan sosial masyarakat.
Sosiologi meneliti dan mencari apa yang menjadi kaidah-kaidah atau prinsip-
prinsip umum yang berupa sifat, hakikat, bentuk dan struktur sosial dalam
interaksi antar manusia.
Para sosiolog berusaha mendapatkan abstraksi-abstraksi tersebut melalui
observasi atau metode ilmiah agar data yang didapatkan benar-benar nyata dan
kesimpulan yang diambil pun akan lebih akurat. Abstraksi-abstraksi tersebut harus
disusun secara logis dan sistematis dalam dalam menjelaskan hubungan sebab-
akibat sehingga teori tersebut tidak berdasarkan perkiraan melainkan berdasarkan
kenyataan.
3. Sosiologi bersifat kumulatif
Sebagaimana tujuan awal adanya sosiologi, yaitu untuk mengatasi dampak
negatif yang terjadi akibat adanya perubaha, maka untuk mempertahankan
eksistensinya sebagai ilmu pengetahuan mengenai masyarakat, maka teori-teori
sosiologi harus sesuai dengan perkembangan zaman.
Teori-teori dalam sosiologi memang didasarkan pada teori-teori yang
sudah ada sebelumnya, namun teori-teori tersebut diperhalus, dikembangkan dan
diperbaiki. Sehingga sosiologi akan selalu relevan dalam setiap perkembangan
zaman.
4. Sosiologi bersifat nonetis.
Sosiologi bersifat nonetis berarti bahwa sosiologi tidak mempersoalkan
baik atau buruknya suatu fakta yang ada, namun sosilogi lebih menekankan pada
penjelasan terhadap suatu fakta secara analitis. Sebagai ilmu pengetahuan,
sosiologi berusaha untuk mencari fakta-fakta yang ada dengan penekanan
analitisnya. Sosiologi bukan merupakan disiplin ilmu yang normatif, tetapi
6
Soerjono Soekanto . Op.cit., hlm. 13
11. 8
merupakan suatu disiplin yang kategoris,7
ini berarti bahwa sosiologi membatasi
diri pada apa yang terjadi tanpa menetapkan apa yang seharusnya terjadi.
Pandangan sosiologis tidak menilai apa yang baik dan apa yang buruk, apa
yang benar dan apa yang salah, serta segala sesuatu yang berkaitan dengan nilai-
nilai kemasyarakatan. Sosiologi tidak mempermasalahkan kebudayaan mana yang
baik dan kebudayaan mana yang buruk, agama mana yang baik dan agama mana
yang buruk. Sosiologi menekankan fakta yang ada secara analitis, sehingga
dengan mengetahui kenyataan sebenarnya mengenai berbagai perbedaan yang ada,
maka diharapkan masyarakat dapat menyikapi perbedaan tersebut secara bijak
dengan cara menghargai perbedaan tersebut.
D. Urgensi Teori Sosiologi dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Sosiologi dan teorinya mempunyai peranan penting dalam perkembangan
ilmu pengetahuan yang lainnya. Peran penting tersebut terwujud dalam bentuk
keterikatan tujuan dasar, yakni tujuan untuk meningkatkan taraf hidup manusia
atau sering disebut dengan kesejahteraan sosial. Pada hakikatnya tujuan dasar
hidup manusia itu adalah untuk mencapai kebahagiaan. Dalam rangka usahanya
untuk mencapai kebahagiaan tersebut, manusia berusaha untuk mengerahkan
seluruh kemampuan berpikirnya untuk menemukan jalan menuju kebahagiaan
yang diidam-idamkan, sehingga dengan proses berpikir tersebut terciptalah filsafat
dan pada akhirnya melahirkan berbagai ilmu pengetahuan.
Perkembangan ilmu pengetahuan telah menyebabkan adanya berbagai
revolusi. Revolusi merupakan perubahan besar, secara cepat, dan radikal yang
mempengaruhi corak kehidupan manusia. Diantara revolusi yang terjadi, ada tiga
revolusi besar yang berdampak pada kehidupan sosial manusia diseluruh dunia,
yaitu revolusi Perancis, revolusi industri dan revolusi Rusia.
Revolusi Perancis merupakan sebuah masa peralihan politik dan sosial di
Perancis, dimana saat itu kaum demokrat dan pendukung republikanisme bersatu
menjatuhkan sistem pemerintahan monarki yang kekuasaannya absoluth. Sistem
kekuasaan monarki dianggap terlalu kaku dan memberikan keistimewaan berlebih
7
Soerjono Soekanto. Op.cit., hlm. 19
12. 9
pada keluarga kerajaan dan golongan bangsawan. Sehingga, keukasaan tersebut
harus diruntuhkan karena menindas terhadap rakyat miskin. Revolusi ini
menimbulkan berbagai dampak bagi kehidupan sosial masyarakat Perancis pada
saat itu. Pada abad ke-19, Auguste Comte mengemukakan kekhawatirannya atas
keadaan masyarakat Prancis setelah pecahnya Revolusi Prancis. Dampak revolusi
tersebut, selain menimbulkan perubahan positif dengan munculnya iklim
demokrasi, revolusi juga telah mendatangkan perubahan negatif berupa konflik
antarkelas yang mengarah pada anarkisme di dalam masyarakat Prancis. Konflik
ini dilatarbelakangi oleh ketidaktahuan masyarakatnya dalam mengatasi
perubahan atau hukum-hukum seperti yang dapat digunakan untuk mengatur
stabilitas masyarakat. Atas dasar ini, Comte menyarankan agar penelitian terhadap
masyarakat perlu ditingkatkan menjadi sebuah ilmu yang berdiri sendiri dengan
penelitiannya yang didasarkan pada metode ilmiah. Dari sinilah lahir sosiologi
sebagai ilmu yang paling muda dalam ilmu-ilmu sosial. Istilah sosiologi
dipopulerkan Comte dalam bukunya yang berjudul Cours de Philosophie Positive
pada tahun 1830, yang dalam buku tersebut dijelaskan bahwa objek sosiologi
adalah manusia atau masyarakat secara keseluruhan.
Revolusi industri adalah perubahan dalam cara pembuatan barang-barang
yang semula dikerjakan dengan tenaga manusia, kemudian digantikan dengan
tenaga mesin. Dengan demikian, barang-barang dapat dihasilkan dalam jumlah
banyak dengan waktu yang relatif singkat. Revolusi ini diakibatkan oleh
perkembangan pesat ilmu pengetahuan di bidang teknologi. Revolusi ini
memunculkan adanya kapitalisme dan gerakan penentangnya yaitu komunisme.
Karl Marx adalah salah seorang tokoh sosiologi yang menetang sekali sistem
kapitalisme yang menyengsarakan kaum buruh.
Revolusi Rusia adalah sebuah gerakan penggulingan kekuasaan
pemerintahan yang diktator menuju pemerintahan yang berpaham komunis di
Rusia pada tahun 1917 sampai 1991. Revolusi ini menggulingkan pemerintahan
yang menggunakan sistem Tsar, dan menggantinya dengan Uni Soviet. Dalam
revolusi ini, hadir beberapa tokoh revolusi yang salah satunya adalah Lenin, ia
merupakan seorang marxis.
13. 10
Dari beberapa revolusi tersebut, teori-teori sosiologi ikut andil berperan
baik dalam upaya revolusi, maupun dalam menaggapi revolusi tersebut. oleh
karena itu dapat dikatakan sosiologi dan ilmu-ilmu sosial yang lainnya seperti
ekonomi, geografi, psikologi dan ilmu politik saling terkait stu sama lainnya.
Berikut beberapa penanan penting keterikatan sosiologi dengan ilmu
pengetahuan yang lainnya:
1. Sosiologi dan Geografi
Keterkaitan antara sosiologi dan geografi terdapat dalam konsep esensial
geografi yaitu konsep interelasi (saling keterkaitan) dan konsep interdependensi
(saling ketergantungan). Konsep tersebut merupakan konsep tentang hubungan
timbal balik antara dua tempat yang saling berkaitan. Keterkaitan dan
ketergantungan antara kota sebagai pusat perdagangan yang tidak ada tempat
untuk pertanian akan membutuhkan bahan pangan dari desa, sedangkan desa
sebagai pusat bahan pangan akan menggantungkan berbagai macam kebutuhan
seperti bahan bangunan, berbagai alat-alat rumah tangga, dan sebagainya dari kota.
Sehingga hal ini mengakibatkan adanya interaksi yang terjadi antara masyarakat
di desa dan masyarakat kota. Dari interaksi tersebut akan ada pola kebudayaan
baru yang masuk dari kota ke desa, sehingga lama kelamaan budaya dari desa
akan hilang karena sudah tergantikan oleh budaya baru dari kota. Jadi, bahasan
utama dalam keterkaitan antara sosiologi dan geografi adalah mengenai
masyarakat setempat yakni masyarakat desa (rural community) dan masyrakat
kota (urban community) beserta akibat dari interaksi keduanya seperti urbanisasi,
masalah kependudukan dan lain-lain.
Masyarakat setempat dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang
menempati suatu wilayahyang mempunyai batas-batas tertentu dan mempunyai
hubungan sosial (social relationship) yang lebih besar di antara anggotanya
dibanding dengan masyarakat luar, misalnya seperti masyarakat desa dan
masyarakat kota. Masyarakat setempat mempunyai tempat tinggal yang tetap dan
permanen dan mempunyai ikatan solidaritas atas tempat tinggalnya.
Masyarakat pedesaan sering diidentikkan sebagai masyarakat yang
sederhana sedangkan masyarakat perkotaan diidentikkan sebagai masyarakat yang
14. 11
komplek. Masyarakat desa pada umumnya memiliki ciri: kolektifitas tinggi,
hubungan atas dasar kekeluargaan, sistem mata pencahariannya relatif homogen,
dan memegang kuat tradisi. Sementara masyarakat kota pada umumnya memiliki
ciri : Individualis, hubungan atas dasar materialistis, mata pencahariannya relatif
heterogen dan kurang dalam memegang tradisi.
Emile Durkheim membagi masyarakat kedalam dua kategori utama, yaitu
masyarakat modern yang solidaritas sosialnya bersifat organis dan masyarakat
tradisional yang ikatan solidaritasnya bersifat mekanis. Masyarakat perkotaan
sebagai masyarakat modern mata pencahariannya relatif heterogen dimana
pembagian kerjanya relatif banyak sehingga setiap orang memiliki ketergantingan
yang tinggi terhadap orang lain, maka disebutlah solidaritas organis. Sementara
pada masyarakat pedesaan yang masih tradisional, mata pencahariannya relatif
homogen dimana pembagian kerjanya sedikit sehingga ketergantungannya
terhadap orang lain lebih rendah dibanding pada masyarakat kota sehingga disebut
sebagai solidaritas mekanis.
Kemudian, Ferdinan Tonnies juga membagi masyarakat setempat kedalam
dua macam, yaitu Gemeinschaft (paguyuban) yang sering diidentikkan dengan
masyarakat pedesaan dan Gesellschaft (patembayan) sering diidentikkan dengan
masyarakat perkotaan. Gemeinschaft atau paguyuban adalah bentuk kehidupan
bersama suatu masyarakat dimana anggota-anggotanya diikat dalam hubungan
batin yang murni dan bersifat alamiah dan bersifat kekal. Dasar hubungan adalah
rasa cinta dan persatuan batin yang juga bersifat nyata dan organis. Sementara
Gesellschaft atau patembayan adalah bentuk kehidupan bersama yang merupakan
ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya untuk jangka waktu yang pendek.
Dasar hubungan bersifat materialistis. Suatu masyarakat atau jaringan total
hubungan masyarakat yang mewujudkan rasional disebut gesellschaft, sedangkan
suatu kompleks yang mewujudkan kehendak natural disebut Gemeinschaft.8
2. Sosiologi dan Ekonomi
8
Wardi Bachtiar. Sosiologi Klasik (dari Comte hingga Parsons). Bandung: Remaja Rosdakarya.
2010, hlm. 82
15. 12
Berdasarkan sejarahnya, ekonomi dan siosologi mempunyai keterkaitan
antar sama lainnya. Keterkaitan tersebut menyangkut penjelasan mengenai kelas
sosial, sistem ekonomi kapitalis dan sistem ekonomi komunis. Sebagaimana
tercatat dalam sejarah bahwa dikatakan bahwa sosiologi lahir akibat adanya
beberapa revolusi, salah satunya adalah revolusi industri. Revolusi industri
merupakan revolusi dalam bidang perekonomian yang menyangkut cara dalam
memproduksi barang-barang yang semula dikerjakan oleh manusia kemudian
digantikan dengan tenaga mesin sehingga menghasilkan kuantitas produksi dalam
jumlah yang besar.
Revolusi industri tidak hanya berdampak pada bidang ekonomi saja,
namun juga berdampak besar bagi kehidupan sosial. Revolusi industri melahirkan
kapitalisme dan memunculkan dua kelas sosial yang berbeda yaitu kaum borjuis
dan kaum proletar. Kaum borjuis merupakan sekelompok orang yang memiliki
alat-alat produksi, sedangkan kaum proletar merupakan sekelompok orang yang
tidak memiliki alat-alat produksi dimana ia menjual tenaganya kepada kaum
borjuis.
Karl Marx merupakan seorang tokoh besar yang banyak menyumbangkan
pemikirannya terhadap bidang tersebut. Karl Marx juga dikenal sebagai tokoh
sosiologi sekaligus tokoh ekonomi. Karl Marx beranggapan bahwa masyarakat
dan kegiatan-kegiatanya pada dasarnya merupakan alat-alat yang terorganisasi
agar manusia dapat tetap hidup.9
Karl Marx banyak mengkritik sistem ekonomi
kapitalis yang hanya mensejahterakan kaum borjuis tetapi menyengsarakan kaum
proletar. Karl Marx memberikan solusi terhadap permasalah tersebut dengan
menawarkan sistem ekonomi komunis sebagai pengganti sistem kapitalis.
Beberapa diantara teori Marx yang terkenal adalah teori nilai lebih dan
teori akumulasi akumulasi kapital. Dalam teori nilai lebih Marx mengemukakan
bahwa kapitalis membayar buruh dengan harga yang tidak sepadan dengan
pekerjaan yang dilakukan si buruh. Caranya dengan tidak menghentikan kerja
seorang buruh ketika pekerjaan tersebut sudah menghasilkan komoditi yang
9
Munandar Soelaeman. Ilmu Sosial Dasar (Teori dan Konsep Ilmu Sosial). Bandung: Refika
Aditama. 2011, hlm. 149
16. 13
nilainya setara dengan tenaga siburuh yang dibelinya. Artinya siburuh harus
melakukan dua jenis kerja, yaitu kerja untuk menghasilkan nilai yang setara
dengan upah yang diperolehnya dan kerja untuk menghasilkan nilai bagi si
kapitalis.10
Sementara, dalam teori akumulasi kapital Marx mengemukakan bahwa
setiap kapitalis harus meningkatkan keuntungan agar bisa mengakumulasi dan
mengembangkan kapitalnya terus menerus demi mempertahankan usahanya dari
persaingan dengan kapitalis-kapitalis lainnya.
Adanya kesenjangan dan perbedaan distribusi kekayaan antara kapitalis
dan proletar menyebabkan timbulnya konflik antar kelas. Kelas buruh mengalami
banyak penindasan dan penghisapan dalam segala kemampuannya. Konflik antara
kaum kapitalis dan proletar merupakan titik sentral dari kajian Marx mengenai
masyarakat. Bahkan bagi Marx sebuah kelas dianggap benar-benar eksis ketika
orang menyadari bahwa ia sedang berkonflik dengan kelas-kelas lain. Tanpa
kesadaran ini, menurut Marx mereka hanya akan membentuk suatu kelas dalam
dirinya (Class in its Self), ketika mereka mulai menyadari konflik terjadi, maka
mereka menjadi suatu kelas yang sebenarnya atau sering disebut kelas untuk
dirinya (Class for its Self).
3. Sosiologi dan Politik
Dalam ilmu politik, sosiologi mempunyai peran penting bagi
perkembangannya. Diantara ilmu-ilmu sosial yang lain, sosiologi merupakan ilmu
yang paling pokok dan paling umum. Hal ini disebabkan adanya kesamaan antara
sosiologi dan ilmu politik dalam memandang negara diamana keduanya
memandang negara sebagai asosiasi dan sebagai sistem pengendalian. Sosiologi
membantu para sarjana ilmu politik dalam usahanya memahami latar belakang,
susunan dan pola kehidupan sosial dari berbagai golongan dan kelompok dalam
masyarakat.
Miriam Budiardjo dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Ilmu Politik
mengemukakan bahwa dengan menggunakan dengan menggunakan teori-teori
10
Dede Mulyanto. Antropologi Marx (Karl Marx dan Kebudayaan). Bandung: Ultimus. 2011, hlm.
168
17. 14
sosiologi, sarjana ilmu politik dapat mengetahui sampai dimana susunan
stratifikasi sosial memengaruhi ataupun dipengaruhi oleh misalnya kebijakan
(policy decisions), corak dan sifat-sifat keabsahan politik (political legitimacy),
sumber-sumber kewenangan politik (sources of political authority), pengendalian
sosial (social control) dan perubahan sosial (social change).11
Ilmu politik berhubungan erat dengan kebijakan, pembangunan, kekuasaan
dan kewenangan. Dalam bidang kebijakan dan pembangunan, Sosiologi
memberikan banyak kontribusi terhadap ilmu politik, mulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, hingga sampai tahap evaluasi. Pada tahap perencanaan
sisiologi dapat memberikan data yang relatif lengkap mengenai masyarakat yang
akan dibangun. Kemudian pada tahap pelaksanaan atau penerapan, diperlukan
peranan sosiologi dalam mengidentifikasi kekuatan sosial dalam masyarakat
sehingga dapat diketahui unsur-unsur yang dapat melancarkan pembangunan dan
unsur-unsur yang dapat menghambat pembangunan. Sementara pada tahap
evaluasi, sosiologi dengan penelitiannya dapat memberikan informasi mengenai
penilaian berhasil atau tidaknya suatu pembangunan.
4. Sosiologi dan Psikologi
Titik temu pembahasan antara sosiologi dan psikologi adalah terdapat pada
tindakan sosial, perilaku kelompok dan interaksi. Apabila dipandang dari sudut
sosiologi tindakan sosial didasarkan pada pengaruh sosial, sedangkan psikologi
lebih menekankan bahwa tindakan sosial dilakukan atas dasar pribadi. Para
psikolog menekankan pengaruh situasi sosial terhadap proses dasar psikologikal
persepsi, kognisi, emosi, dan sejenisnya sedangkan para sosiolog akan lebih
menekankan pada bagaimana budaya dan struktur sosial mempengaruhi perilaku
dan interaksi para individu dalam konteks sosial, dan bagaimana pola perilaku dan
interaksi tersebut dapat mengubah budaya dan struktur sosial.
Suatu cabang bidang keilmuan yang menjadi gabungan antara psikologi
dan sosiologi adalah psikologi sosial. Menurut Gordon W. Allport (1968)
Psikologi sosial adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mengerti dan
11
Miriam Budiardjo. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2013, hlm. 29
18. 15
menerangkan bagaimanan pikiran, perasaan, dan tingkah laku individu
dipengaruhi oleh kenyataan, imajinasi, atau kehadiran orang lain.12
Gabriel tarde (1842-1904) seorang sosiologi dan kriminologi prancis yang
di anggap pula sebagai bapak psikologi sosial (social interaction) tarde
berpendapat bahwa semua hubungan sosial selalu berkisar pada proses imitasi,
bahkan semua pergaulan antar manusia hanyalah semata-mata berdasarkan atas
proses imitasi itu.
Pada tahun 1908, psikologi sosial resmi menjadi suatu disiplin ilmu yang
mandiri dimana pada saat itu terdapat dua buku yang membahas mengenai
psikologi sosial yaitu buku "Introduction to Social Psychology" ditulis oleh
seorang psikolog bernama William McDougall dan buku "Social Psychology : An
Outline and Source Book” yang ditulis oleh seorang sosiolog bernama E.A. Ross.
Berdasarkan latar belakang kedua penulis tersebut maka dapat dipahami bahwa
psikologi sosial bisa diklaim sebagai bagian dari psikologi, dan bisa juga sebagai
bagian dari sosiologi. Psikologi sosial juga merupakan pokok bahasan dalam
sosiologi karena dalam sosiologi dikenal ada dua perspektif utama, yaitu
perspektif struktural makro yang menekankan kajian struktur sosial, dan
perspektif mikro yang menekankan pada kajian individualistik dan psikologi
sosial dalam menjelaskan variasi perilaku manusia.
12
Dennis Fox & Isaac Prilleltensky. Psikologi Kritis; Metaanalisis Psikologi Modern. Terjemahan
Achmad Chusairi & Ilham Nur Alfian. Jakarta: Teraju. 2005, hlm. 154
19. 16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Urgensi Teori dan Sosiologi dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan adalah
peranan penting sosiologi dan teorinya dimana sosiologi memiliki pengaruh
besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang terwujud dalam
keterkaitan sosiologi dengan ilmu pengetahuan yang lainnya.
2. fungsi sosiologi bagi orang yang mempelajarinya adalah:
Dapat mengenal lebih jelas siapa diri kita baik sebagai individu, maupun
sebagai anggota kelompok masyarakat.
Membantu memahami lebih jauh mengenai lingkungan sosial sekitar.
Memahami perbedaan-perbedaan kebudayaan di masyarakat lain.
Mendorong untuk lebih tanggap, kritis dan rasional dalam menanggapi
gejala sosial yang terjadi di masyarakat.
3. Karakteristik sosiologi sebagai ilmu pengetahuan adalah :
Sosiologi bersifat empiris
Sosiologi bersifat teoritis
Sosiologi bersifat kumulatif
Sosiologi bersifat nonetis
4. Urgensi Teori Sosiologi dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan menyangkut
peranan dan keterkaitan sosiologi dengan ilmu pengetahuan yang lain seperti
geografi, ekonomi, politik dan psikologi.
B. Saran
Sebagai insan akademik yang berada ditataran sosiologi, seharusnya
setiap mahasiswa dapat mengenali sosiologi lebih jauh baik dari segi
pemahamannya terhadap isi bahasa sosiologi maupun dari segi keterkaitan
sosiologi dengan ilmu pengetahuan yang lainnya, sehingga pada saatnya nanti
20. 17
ketika sudah menjadi sosiolog, dapat menjalin relasi yang jelas dengan
sarjana-sarjana dari ilmu pengetahuan yang lain guna untuk mewujudkan tri
darma perguruan tinggi yang kedua dan ketiga yaitu penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat.
21. 18
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, Wardi. Sosiologi Klasik (Dari Comte Hingga Parsons). Bandung:
Remaja Rosdakarya. 2010
Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
2013
Fox, Dennis & Isaac Prilleltensky. Psikologi Kritis (Meta Analisis Psikologi
Modern). Terjemahan Achmad Chusairi & Ilham Nur Alfian. Jakarta:
Teraju. 2005
Horton, Paul B. & Chester L. Hunt. Sosiologi. Terjemah Aminuddin Ram & Tita
sobari. Jakarta: Erlangga.
Mulyanto, Dede. Antropologi Marx (Karl Marx tentang Masyarakat dan
Kebudayaan). Bandung: Ultimus, 2011.
Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Sosial (Perilaku Kelompok dan Psikologi
Terapan). Jakarta: Balai Pustaka. 2005
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
2012
Soelaeman, Munandar. Ilmu Sosial Dasar (Teori dan Konsep Ilmu Sosial).
Bandung. Refika Aditama. 2011