SlideShare a Scribd company logo
1 of 91
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
1 
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. LATAR BELAKANG 
Manusia adalah makhluk sosial, ini adalah sebuah kenyataan yang tak 
terbantahkan dan memang sudah kodratnya demikian. Namun terkadang kita tidak 
paham dengan ruang lingkup sosial yang ada di sekitar kita, dan itu membuat 
sering terjadinya salah paham yang berujung pada konflik. Manusia juga 
diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang multidimensional sehingga kita 
berinteraksi secara makhluk individu ataupun sebagai makhluk sosial. Selain itu 
sebagai makhluk ciptaan Tuhan kita juga mempunyai segi spritualitas, sehingga 
manusia mempunyai tiga sisi yaitu sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan 
makhluk spiritual. 
Dalam konteks sosial budaya, manusia membutuhkan manusia lain untuk 
saling berkolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan fungsi-fungsi sosial satu 
dengan lainnya. Karena pada dasarnya suatu fungsi yang dimiliki oleh manusia 
satu akan sangat berguna dan bermanfaat bagi manusia lainnya. Sehingga fungsi-fungsi 
sosial yang diciptakan oleh manusia ditujukan untuk saling berkolaborasi 
dengan sesama fungsi sosial manusia lainnya, dengan kata lain, manusia menjadi 
sangat bermartabat apabila bermanfaat bagi manusia lainnya. 
Fungsi-fungsi sosial manusia lahir dari adanya kebutuhan akan fungsi 
tersebut oleh orang lain, dengan demikian produktivitas fungsional dikendalikan 
oleh berbagai macam kebutuhan manusia. Setiap manusia memiliki kebutuhan 
masing-masing secara individual maupun kelompok, untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan tersebut, maka perlu adanya perilaku selaras yang bisa diadaptasi oleh 
masing-masing manusia. Penyelarasan kebutuhan dan penyesuaian kebutuhan 
individu, kelompok, dan kebutuhan sosial satu dan lainnya, menjadi konsentrasi 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
2 
utama pemikiran manusia dalam masyarakatnya yang beradab. 
Sosiologi komunikasi mengungkapkan bahwa tindakan awal untuk 
menyelaraskan fungsi-fungsi sosial yang ada di dalam manusia, adalah dengan 
melakukan interaksi sosial, atau tindakan komunikasi antara satu pihak dengan 
yang lainnya. Aktivitas interaksi manusia ini bisa berupa tindakan verbal, non-verbal, 
atau bahkan bersifat simbolis. Kebutuhan manusia akan interaksi sosial 
melahirkan budaya-budaya yang beragam nilai dan norma-normanya. Nilai dan 
norma ini dibentuk oleh manusia agar tercipta keseimbangan sosial (social 
equilibrium) antara hak dan kewajiban sehingga tercipta tatanan sosial (social 
order) dalam proses kehidupan bermasyarakat. 
Karena salah satu unsur terpenting dari kehidupan sosial manusia adalah 
komunikasi, maka lahirlah kebutuhan ilmu untuk mengkaji kekhususan dalam 
studi-studi sosiologi yang dinamakan sosiologi komunikasi. Sosiologi komunikasi 
membaca fenomena sosial melalui perspektif kajian sosiologi tentang aspek-aspek 
khusus komunikasi dalam lingkungan individu, kelompok masyarakat, budaya, 
dan dunia terutama antar kalangan mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN 
Sunan Ampel Surabaya. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan riil tersebut, 
maka penelitian ini bermaksud untuk mengkaji secara mendalam dan 
mengungkap dinamika sosiologi komunikasi Pesantren Mahasiswa UIN Sunan 
Ampel Surabaya
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
3 
B. PERUMUSAN MASALAH 
1. Bagaimana model sosiologi komunikasi antar mahasiswa di Pesantren 
Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya ? 
2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh mahasiswa di Pesantren 
Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya dalam rangka membangun 
sosiologi komunikasi ? 
C. TUJUAN PENELITIAN 
Adapun tujuan mendasar dilakukannya penelitian ini adalah: 
1. Untuk mengetahui bagaimana model sosiologi komunikasi antar 
mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya 
2. Untuk mengetahui dan mengatasi kendala-kendala apa saja yang dihadapi 
oleh mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya 
dalam rangka membangun sosiologi komunikasi 
D. KEGUNAAN PENELITIAN 
Kehadiran penelitian ini diharapkan berguna bagi peneliti sendiri, seluruh 
civitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya (mahasiswa, tenaga pendidik, 
tenaga kependidikan, dan para pimpinan lembaga), maupun masyarakat cendekia 
yang berada di ranah luar institusi UIN Sunan Ampel Surabaya mengenai model 
sosiologi komunikasi antar mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan 
Ampel Surabaya, khususnya mengenai pola, bentuk, media, faktor pendorong, dan 
sekaligus faktor penghambat dan juga kendala-kendala apa saja yang dihadapi
oleh mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya dalam 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
4 
rangka membangun sosiologi komunikasi 
E. DEFINISI KONSEP 
Ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau 
penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau 
rangkaian kata. Suatu hal atau persoalan yang dirumuskan dalam merumuskan 
kita harus dapat menjelaskannya sesuai dengan maksud kita memakainya. 
Suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri sesuatu 
yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memunkinkan manusia untuk 
berpikir. Definisi konsep yang lain adalah sesuatu yang umum atau representasi 
intelektual yang abstrak dari situasi, obyek atau peristiwa, suatu akal pikiran, 
suatu ide atau gambaran mental. 
F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN 
Dalam penelitian ini memuat lima bab yang masing-masing mempunyai 
relasi, diantaranya: 
BAB I ; Berisi mengenai Pendahuluan yang disajikan pokok 
permasalahan, dalam bab ini memuat diantaranya; latar belakang masalah, 
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,definisi konsep, dan 
sistematika pembahasan. 
BAB II ; Tinjauan Pustaka, meliputi : pertama, tentang Sosiologi 
Komunikasi yang mencakup :Pengertian Sosiologi Komunikasi, Ruang Lingkup 
Sosiologi Komunikasi, dan Pola-pola Pendekatan Sosiologi Komunikasi, Kedua
tentang Komunikasi Antarpersonal dan Komunikasi Kelompok sebagai Bagian 
dari Sosiologi Komunikasi, dan ketiga, Teori Sosiologi Komunikasi tentang 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
5 
Komunikasi Antarpersonal dan Komunikasi Kelompok. 
BAB III ; Metode Penelitian yang mencakup tentang Pendekatan 
Penelitian, Lokasi Penelitian, Tahap-tahap Penelitian, Instrumen Penelitian, 
Metode Pengumpulan Data, dan Analisis Data. 
BAB IV ; Penyajian dan Analisis Data meliputi : Deskripsi Obyek 
Penelitian, Hasil Penelitian, dan Telaah Teori tentang Hasil Penelitian. 
BAB V ; Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran, dan pada bagian 
akhir karya ilmiah: terdiri dari daftar pustaka. 
Untuk lebih jelasnya Laporan penelitian ini dibagi atas beberapa bab. 
1. Bagian Pertama (Pendahuluan) 
Pada Bab I ini terdiri dari beberapa sub pokok bab yang meliputi antara 
lain: 
a. Latar Belakang Masalah 
Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik 
permasalahan yang bersangkutan. 
b. Rumusan Masalah 
Berisi masalah apa yang terjadi dan sekaligus merumuskan masalah dalam 
penelitian yang bersangkutan. 
c. Tujuan Penelitian 
Menggambarkan hasil-hasil apa yang bisa dicapai dan diharapkan dari 
penelitian ini dengan memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
6 
d. Manfaat Penelitian 
Sesuatu yang dapat diambil dari obyek yang diteliti oleh peneliti yang 
dijadikan sebagai bahan laporan yang awalnya peneliti hanya 
menghipotesis saja namun dengan melakukan penelitian maka peneliti 
akan mengetahui apa yang selama ini hanya hipotesis menjadi kenyataan. 
Untuk orang lain yaitu sesuatu yang dapat dipelajari dan diambil dari hasil 
penelitian yang telah disusun rapi oleh peneliti yang kemudian dibaca oleh 
pembaca dan dapat diperoleh kesimpulan yang bermanfaat daloam 
kehidupannya. 
e. Definisi Konsep 
Suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri sesuatu 
yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memunkinkan 
manusia untuk berpikir. Definisi konsep yang lain adalah sesuatu yang 
umum atau representasi intelektual yang abstrak dari situasi, obyek atau 
peristiwa, suatu akal pikiran, suatu ide atau gambaran mental. 
f. Sistematika Pembahasan 
Memberikan gambaran umum dari bab ke bab isi dari Penulisan Karya 
tulis ilmiah. 
g. Metode Penelitian 
Menjelaskan cara pelaksanaan kegiatan penelitian, mencakup cara 
pengumpulan data, alat yang digunakan dan cara analisa data. 
1) Jenis-Jenis Metode Penelitian: Studi Pustaka: Semua bahan diperoleh 
dari buku-buku dan/atau jurnal.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
7 
2) Studi Lapangan : Data diambil langsung di lokasi penelitian. 
3) Gabungan : Menggunakan gabungan kedua metode di atas. 
2. Bagian Kedua (Tinjauan Pustaka) 
Pada Bab II Tinjauan Pustaka ini terdiri dari beberapa sub pokok bab yang 
meliputi antara lain : 
a. Konsep atau terminologi yang diteliti 
Penjelasan mengenai makna atau definisi masalah yang di teliti diserati 
sumber kutipan. 
b. Teori 
Teori yang digunakan dalam sebuah penelitian 
3. Bagian Ketiga (Metode penelitian) 
Pada Bab Metode penelitian ini Menjelaskan cara pengambilan dan 
pengolahan data dengan menggunakan alat-alat analisis yang ada. 
4. Bagian Keempat (Penyajian dan Analisis Data) 
Pada Bab Penyajian dan Analisis Data ini terdiri dari beberapa sub pokok 
bab yang meliputi antara lain : 
a. Deskripsi Obyek Penelitian 
Deksripsi penelitian di dapat dari teknik pengumpulan data, alurnya logis, 
sistematis dan kronologi. 
b. Hasil Penelitian 
Hasil penelitian merupakan hasil dari wawancara yang didapat dari 
narasumber yang dilakukan secara langlung bertatap muka, kemudian
dirangkum dan dijadikan satu sehingga memperoleh suatu hasil penelitian 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
8 
yang signifikan dan faktual. 
c. Telaah Teori tentang Hasil Penelitian 
Telaah teori tentang hasil penelitian memiliki beberapa tujuan penting 
yang beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:1 
1) Menemukan acuan definisi bagi konsep-konsep penting yang 
digunakan, serta penjelasan aspek-aspek yang tercakup didalamnya. 
Meskipun penelitian kualitatif tidak pernah dimaksudkan untuk 
mengungkap hipotesis sehingga peneliti memang tidak harus 
berpegang pada definisi-definisi tertentu untuk konsep-konsep yang 
digunakan, tetapi peneliti tetap membutuhkan penjelasan mengenai 
konsep yang dihadirkan. 
2) Memperoleh pijakan untuk dapat mengemukakan penjelasan-penjelasan 
teoritik tentang pendekatan-pendekatan yang digunakan 
peneliti dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. 
3) Memperoleh acuan dalam upaya mengidentifikasi dan mengemukakan 
justifikasi mengenai ruang-ruang lingkup dari gejala komunikasi yang 
diteliti. 
4) Membantu menemukan keyakinan mengenai posisi-posisi penelitian 
yang sedang dilakukan di antara penelitian-penelitian lain yang sudah 
ada sebelumnya, sambil mengemukakan catatan-catatan kritis 
terhadap penelitian maupun pendekatan-pendekatan yang digunakan. 
1 Prawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (LKIS, Yogyakarta, 2007), hlm. 81-83.
5) Memperoleh ilustrasi penelitian sejenis baik dilihat dari segi metode 
dan atau prosedur penelitian yang digunakan maupun temuan-temuan 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
9 
yang dihasilkan peneliti lain. 
6) Dapat mengemukakan penegasan mengenai posisi hasil (temuan) 
penelitian yang dilakukan diantara hasil-hasil (temuan) penelitian lain. 
5. Bagian Kelima (Penutup) 
Bab ini bisa terdiri dari Kesimpulan saja atau ditambahkan Saran. 
a. Kesimpulan 
Berisi jawaban dari masalah yang diajukan penulis, yang diperoleh dari 
penelitian. 
b. Saran 
Ditujukan kepada pihak-pihak terkait, sehubungan dengan hasil penelitian. 
6. Daftar Pustaka 
Berisi daftar referensi (buku, jurnal, majalah, dll), yang digunakan dalam 
penulisan.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
10 
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 
A. SOSIOLOGI KOMUNIKASI 
Asal mula kajian komunikasi dalam sosiologi bermula dari akar tradisi 
pemikiran Karl Marx, dimana Marx sendiri adalah masuk sebagai pendiri 
sosiologi yang beraliran jerman sementara Claude Henry Saint-Simon, Auguste 
Comte, dan Emile Durkheim merupakan nama-nama para ahli sosiologi yang 
beraliran Perancis. 
Sejarah sosiologi komunikasi menempuh dua jalur. Kajian dan sumbangan 
pemikiran Auguste Comte, Talcott Parson dan Robert K. Merton merupakan 
sumbangan paradigma fungsional bagi lahirnya teori-teori komunikasi yang 
beraliran struktural fungsional. Sedangkan sumbangan-sumbangan pemikiran Karl 
Marx dan Habermas menyumbangkan paradigma konflik bagi lahirnya teori-teori 
kritis dalam kajian komunikasi. 
Sosiologi sejak semula telah menaruh perhatian pada masalah-masalah 
yang ada hubungan dengan interaksi sosial antara seseorang dan orang lainnya. 
Apa yang disebut oleh Comte dengan ”Social Dynamic”, kesadaran Kolektif” 
oleh durkheim dan interaksi Sosial Oleh Marx serta ”tindakan komunikatif” dan 
”teori komunikasi” oleh Habernas adalah awal mula lahirnya perspektif sosiologi 
komunikasi. Bahkan melihat kenyataan semacam itu, maka sebenarnya gagasan-gagasan 
perspektif sosiologi komunikasi telah ada bersamaan dengan lahirnya
sosiologi itu sendiri baik dalam perspektif struktural fungsional maupun dalam 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
11 
perspektif konflik. 
Selain apa yang disumbangkan Karl Marx dan Habermas mengenai teori 
kritis dalam komunikasi, sumbangan dari perspektif struktural fungsional dalam 
sosiologi yang diajarkan oleh Talcott Parson dalam teori sistem tindakan maupun 
dalam skema Agil, serta kajian Robert K. Merton tentang struktur fungsional, 
struktur sosial dan anomi, merupakan sumbangan-sumbangan yang amat penting 
terhadap lahirnya teor-teori komunikasi di waktu-waktu berikutnya. 
Dahulu mengenai konsep-konsep penting yang berhubungan dengan 
sosiologi komunikasi adalah konsep sosiologi, masyarakat dan komunikasi. 
Sosiologi. Konsep-konsep tersebut merupakan konsep penting yang kemudian 
melahirkan studi-studi integratif serta terkait satu sama lain sehingga melahirkan 
studi-studi interelasi yang penting untuk dibicarakan disini sekaligus sebagai 
ruang lingkup dalam studi-studi sosiologi komunikasi. 
Istilah sosialisasi sudah familiar juga. Banyak orang menggunakannya 
untuk berbagai keperluan. Sampai saat ini masih saja banyak orang yang latah 
menggunakan kata yang satu ini, karena tidak pas penggunaannya. Sama saja 
halnya dengan orang memakai cincin. Memang cincin di pasangkan pada jari 
tanggan. Akan tetapi ada saja orang memasangnya pada jari telunjuk atau ibu jari. 
Pada hal sebaiknya, agar indah dipandang tentunya dipasang pada jari manis.2 
2 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : PT RajaGrafindo, 2010), hlm. 55.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
12 
1. Pengertian Sosiologi Komunikasi 
Menurut Soerjono Soekanto, sosiologi komunikasi adalah kekhususan 
sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau 
komunikasi yang menimbulkan proses saling pengaruh-memengaruhi antara para 
individu, individu dengan kelompok maupun antarkelompok. Menurut Soerjono 
Soekanto, sosiologi komunikasi juga ada kaitannya dengan public speaking, yaitu 
bagaimana seseorang berbicara kepada publik. 
Secara komprehensif sosiologi komunikasi mempelajari tentang interaksi 
sosial dengan segala aspek yang berhubungan dengan interaksi tersebut seperti 
bagaimana interaksi (komunikasi) itu dilakukan dengan menggunakan media, 
bagaimana efek media sebagai akibat dari interaksi tersebut, sampai dengan 
bagaimana perubahan-perubahan sosial di masyarakat yang didorong oleh efek 
media berkembang serta konsekuensi sosial macam apa yang ditanggung 
masyarakat sebagai akibat dari perubahan yang didorong oleh media massa itu. 
Komunikasi di dalam masyarakat dibagi dalam 5 jenis: 
1) Komunikasi individu dengan individu (komunikasi antar pribadi) 
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar perorangan dan bersifat 
pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak 
langsung (melalui medium). Contohnya kegiatan percakapan tatap muka, 
percakaan melalui telepon, surat-menyurat pribadi. Fokus pengamatannya 
adalah bentuk-bentuk dan sifat-sifat hubungan (relationship), percakapan 
(discourse), interaksi, dan karakteristik komunikator.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
13 
2) Komunikasi kelompok 
Komunikasi kelompok, memfokuskan pembahasannya kepada interaksi di 
antara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil. Komunikasi 
kelompok juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Bahasan teoretis 
meliputi dinamika kelompok, pola dan bentuk interaksi, serta pembuatan 
keputusan. 
3) Komunikasi organisasi 
Komunikasi organisasi menunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang 
terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi 
melibatkan bentuk-bentuk komunikasi antar pribadi dan komunikasi 
kelompok. Pembahasannya meliputi struktur dan fungsi organisasi, 
hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian, serta 
kebudayaan organisasi. 
4) Komunikasi sosial 
Komunikasi sosial adalah salah satu bentuk komunikasi yang lebih 
intensif, di mana komunikasi terjadi secara langsung antara komunikator 
dan komunikan, sehingga situasi komunikasi berlangsung dua arah atau 
lebih diarahkan kepada pencapaian suatu situasi integrasi sosial, melalui 
kegiatan ini terjadilah aktualisasi dari berbagai masalah yang dibahas. 
Komunikasi sosial sekaligus suatu proses sosialisasi dan untuk pencapaian 
stabilitas sosial, tertib sosial, penerusan nilai-nilai lama dan baru yang 
diagungkan oleh suatu masyarakat melalui komunikasi sosial kesadaran
masyarakat dipupuk, dibina, dan diperluas. Melalui komunikasi sosial, 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
14 
masalah-masalah sosial dipecahkan melalui konsensus. 
5) Komunikasi massa 
Komunikasi massa menurut Mc Quail adalah komunikasi yang 
berlangsung pada tingkat masyarakat luas. Pada tingkat ini komunikasi 
dilakukan dengan manggunakan media massa. Selanjutnya Mc Quail 
mengatakan ciri-ciri utama komunikasi massa: 
a) Sumbernya adalah organisasi formal dan pengirimnya adalah 
profesional 
b) Pesannya beragam dan dapat diperkirakan 
c) Pesan diproses dan distandarisasikan 
d) Pesan sebagai produk yang memiliki nilai jual dan simbolik 
e) Hubungan antara komunikan dan komunikator berlangsung satu arah 
f) bersifat impersonal, non-moral, dan kalkulatif 
Dengan demikian, lingkup komunikasi massa menyangkut sumber 
pemberitaan, pesan komunikasi, hubungan komunikan dan komunikator, 
dan dampak pemberitaan terhadap masyarakat. 
Jadi, Sosiologi komunikasi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang 
ilmu komunikasi dari sudut sosiologis. Dalam sosiologi komunikasi ini membahas 
tentang tinjauan sosiologis terhadap komunikasi baik sebagai aktivitas sosial, 
interaksi sosial antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan 
kelompok dengan kelompok maupun efek sosial dari komunikasi dalam 
masyarakat tersebut.
Atau juga bisa diartikan, sebagai Suatu ilmu yang mempelajari atau 
meneliti tentang struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan 
sosial didalam masyarakat yang mempengaruhi proses penyampaian pesan baik 
verbal maupun nonverbal dari komunikator kepada komunikan guna untuk 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
15 
menimbulkan feedback atau umpan balik yang sesuai dengan harapan. 
Sosiologi komunikasi berpendapat bahwa tindakan awal dalam 
penyelarasan fungsi-fungsi sosial dan berbagai kebutuhan manusia diawali oleh 
dan dengan melakukan interaksi sosial atau tindakan komunikasi satu dengan 
yang lainnya. Aktivitas interaksi sosial dan tindakan komunikasi itu dilakukan 
baik secara verbal, nonverbal, mapun simbolis. Kebutuhan adanya sinergi 
fungsional dan akselerasi positif dalam melakukan pemenuhan kebutuhan 
manusia satu dengan lainnya ini kemudian melahirkan kebutuhan tentang adanya 
norma-norma dan nilai-nilai sosial yang mampu mengatur tindakan manusia 
dalam memenuhi berbagai kebutuhannya, sehingga tercipta keseimbangan sosial 
(sosial equilibirium) antara hak dan kewajiban dalam pemenuhan kebutuhan 
manusia, terutama juga kondisi keseimbangan itu akan menciptakan tatanan sosial 
(social order) dalam proses kehidupan masyarakat saat ini dan di waktu yang 
akan datang. 
Fokus interaksi sosial dalam masyarakat adalah komunikasi itu sendiri. 
Sebagaimana dijelaskan oleh sosiologi bahwa komunikasi menjadi unsur 
terpenting dalam seluruh kehidupan manusia. Dominasi perspektif ini dalam 
sosiologi yang begitu luas dan mendalam, maka lahirlah kebutuhan untuk 
mengkaji kekhususan dalam studi-studi sosiologi yang dinamakan Sosiologi
Komunikasi, yaitu perspektif kajian sosiologi tentang aspek-aspek khusus 
komunikasi dalam lingkungan individu, kelompok, masyarakat, budaya, dan 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
16 
dunia. 
2. Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi 
Adapun ruang lingkup kajian sosiologi komunikasi adalah gejala, 
pengaruh dan masalah sosial yang disebabkan oleh komunikasi. Ruang lingkup 
kajian sosiologi, yaitu pengaruh atau akibat-akibat sosial yang terjadi atau 
ditimbulkan oleh komunikasi. Dalam hal ini yang menjadi perhatian utama adalah 
bagaimana masalah sosial itu terjadi. Aspek komunikasi apa atau yang bagaimana 
yang menyebabkan timbulnya masalah tersebut. Dan dalam bahasan mata kuliah 
sosiologi komunikasi ini akan difokuskan pada sosiologi komunikasi massa. Pada 
dasarnya antara penelitian dibidang komunikasi dengan sosiologi komunikasi 
tidak mempunyai hubungan yang langsung. Akan tetapi penelitian dibidang 
komunikasi mempunyai kecenderungan untuk melakukan penelitian tentang: 
a) Struktur, pusat perhatian, perilaku masyarakat yang menjadi sasaran 
komunikator, maksudnya bagaimana sesuatu peran itu disampaikan, 
ataupun apakah yang akan menjadi pusat perhatian penelitian tersebut. 
b) Efektifitas komunikasi massa, maksudnya sejauh mana pengaruh yang 
dapat ditimbulkan oleh komunikasi massa. 
c) Efek-efek sosial dari komunikasi massa, maksudnya bagaimanakah 
pengaruh sosialdari komunikasi massa. Dan inilah sebenarnya yang 
menjadi salah satu bidang kajian sosiologi komunikasi massa.
Dengan memperhatikan lingkup kajian sosiologi komunikasi tersebut, 
maka kita dapat mengetahui bahwa komunikasi dengan media massa mempunyai 
sifat-sifat atau ciri-ciri tertentu, disamping itu berbagai aspek komunikasi lainnya 
dapat pula menimbulkan akibat-akibat atau pengaruh sosial lainnya, misalnya, 
sistem komunikasi dapat menimbulkan pengaruh sosiologis, unsur-unsur 
komunikasi dapat menimbulkan pengaruh sosiologis. Gejala-gejala sosiologis 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
17 
yang terbentuk dalam berbagai kemungkinan antar lain: 
a) Suatu sistem komunikasi massa dapat menimbulkan pengaruh terhadap 
masyarakatnya, maksudnya, suatu sistem akan menentukan bagaimana 
suatu kegiatan itu akan dilaksanakan, sehingga hal ini juga mengandung 
suatu pengertian bahwa sistem komunikasi massa akan mempengaruhi 
masyarakatnya, misalnya sistem komunikasi massa komunis mempunyai 
pengaruh tertentu kepada masyarakatnya. 
b) Sistem komunikasi massa dapat menyampingkan media komunikasi 
tradisional yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. 
c) Sistem komunikasi massa merupakan sarana yang kuat dan luwes untuk 
menpengaruhi masyarakat sehingga suatu sistem komunikasi massa dapat 
menimbulkan pengaruh sosiologis yang kuat. 
d) Sistem komunikasi massa dapat menimbulkan sikap dan pandangan yang 
seragam terhadap gejala sosial tertentu, maksudnya, sistem tersebut dapat 
mempengaruhi penilaian masyarakat mengenai suatu masalah sosial 
tertentu yang ditimbulkan oleh media komunikasi massa.
Menurut Bungin, sosiologi komunikasi terdiri dari 4 konsep yang 
sekaligus menjadi ruang lingkup sosiologi komunikasi. Ke-empat konsep tersebut 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
18 
yakni sosiologi, masyarakat, komunikasi, dan teknologi media/informasi.3 
a. Sosiologi 
Asal kata Sosiologi adalah berasal dari kata sofie, yaitu bercocok tanam 
atau bertanam, kemudian berkembang menjadi Socius (bhs. Latin) yang berarti 
teman, kawan. Bearkembang lagi menjadi kata sosial yang berartiberteman, 
bersama, berserikat. Kata sosial secara khusus adalah hal-hal mengenai berbagai 
kejadian dalam masyarakat yaitu persekutuan manusia, dan selanjutnya dengan 
pengertian itu bermaksud untuk mengerti kejadian-kejadian dalam masyarakat 
yaitu persekutuan manusia, dan selanjutnya dengan pengertian itu untuk dapat 
berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama. 
Dengan kata lain menurut Hassan Shadily, Sosiologi adalah ilmu 
masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai anggota 
golongan atau masyarakatnya masyarakatnya), dengan ikatan-ikatan adat, 
kebiasaan, kepercayaan atau agamanya, tingkah laku serta keseniannya atau yang 
disebut kebudayaan yang meliputi segala segi kehidupannya. 
Berikut pengertian sosiologi menurut para ahli diantaranya adalah: 
1) Van der Zanden Memberikan batasan bahwa sosiologi merupakan studi 
ilmiah tentang interaksi antar manusia. 
2) Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang 
mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok. 
3 M. Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi: teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi komunikasi 
di Masyarakat (Jakarta: Prenada Media Group, 2006). Hal. 27.
3) William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi 
adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
19 
organisasi sosial. 
4) Pitirim Sorokin mengemukakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang 
mempelajari tentang: 
a) hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala 
sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga 
dengan moral; hukum dengan ekonomi; gerak masyarakat dengan 
politik dan lain sebaginya); 
b) hubungan dengan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan 
gejala non sosial (misalnya gejala geografis, biologis dan sebagainya) 
c) Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial. 
5) Prof. DR. Selo Soemardjan dalam bukunya “Setangkai Bunga”, Sosiologi 
mendefinisikan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. 
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat, hubungan 
antara masyarakat dan akibat dari hubungan tersebut. Karena sosiologi objeknya 
adalah masyarakat maka cakupan dari objek sosiologi itu adalah individu, 
kelompok, dan masyarakat. Proses hubungan inilah yang biasa disebut dengan 
istilah interaksi sosial. 
Dengan melihat pengertian sosiologi dan objek sosiologi tersebut maka 
dapat disimpulkan bahwa sosiologi mempunyai fungsi: 
1) Berusaha untuk mendapatkan pengetahuan yang sedalam-dalamnya 
tentang masyarakat.
2) Mendapatkan fakta-fakta masyarakat yang mungkin dapat dipergunakan 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
20 
untuk memecahkan persoalan-persoalan masyarakat. 
3) Sosiologi mempelajari gejala umum yang ada pada interaksi manusia. 
b. Masyarakat 
Menurut Ralph Linton, masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah 
hidup dan bekerja bersama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri 
mereka dan menganggap diri mereka sebagai dengan batas-batas yang dirumuskan 
dengan jelas. 
Selo Soemardjan menyatakan masyarakat adalah orang-orang yang hidup 
bersama, yang menghasilkan kebudayaan. 
Pengertian manusia yang hidup bersama dalam ilmu sosial tidak mutlak 
jumlahnya, bisa saja dua orang atau lebih, tetapi minimal adalah dua orang. 
Manusia tersebut hidup bersama dalam waktu cukup lama, dan akhirnya 
melahirkan manusia-manusia baru yang saling berhubungan satu dengan lainnya. 
Hubungan antara manusia itu, kemudian melahirkan keinginan, kepentingan, 
perasaan, kesan, penilaian dan sebagainya. Keseluruhan itu kemudian 
mewujudkan adanya system komunikasi dan suatu kesatuan sosial peraturan-peraturan 
yang mengatur hubungan antara manusia dalam masyarakat tersebut. 
Dalam sistem hidup tersebut, maka muncullah budaya yang mengikat antara satu 
manusia dengan lainnya.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
21 
c. Komunikasi 
Masih ingatkah Anda bahwa istilah komunikasi yang dalam bahasa Inggris 
disebut communication, berasal dari bahasa Latin, communicatio? Sebagaimana 
Anda telah pelajari dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi, kata 
communicatio berasal dari kata communis yang artinya sama. Tentu saja, konteks 
sama yang dimaksudkan ialah sama makna.4 
Kesamaan makna ini terjadi ketika misalnya Anda terlibat dalam 
percakapan dengan teman Anda, dimana tidak saja menggunakan bahasa yang 
sama, namun juga Anda berdua sama-sama mengerti dan memahami makna dari 
apa yang Anda berdua percakapkan itu. Jadi, kesamaan makna lebih mengarah 
pada kesamaan pandangan di antara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi 
mengenai isi dari pesan tersebut. 
Berikut adalah pengertian komunikasi menurut beberapa ahli. Beberapa 
teori yang dikemukakan dalam buku Teori Komunikasi antara lain dari: 
1) Anderson: Komunikasi adalah suatu proses dengan mana kita bisa 
memahami dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi merupakan proses 
yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang 
berlaku. 
2) Margarete Mead: Interaksi, juga dalam tingkatan biologis, adalah salah 
satu perwujudan komunikasi, karena tanpa komunikasi tindakan-tindakan 
kebersamaan tidak akan terjadi. 
4 Dedi Mulyana, Ilmu Komunikasi, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal 53
3) Barnlund: Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk 
mengurangi ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
22 
memperkuat ego. 
4) Berelson dan Steiner: Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, 
gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol 
seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. 
5) Onong Uchyana: Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses 
penyampaian pikiran, atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada 
orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, 
dan lain-lain yang muncul kepastian, keraguan. Kekhawatiran, kemarahan, 
keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. 
6) Sean Mac Bride komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang 
yang mengandung arti dari komunikator kepada komunikan dengan tujuan 
tertentu, baik melalui media maupun tidak, sarana atau tidak bersarana. 
Lambang yang berisi pesan yang membawa pesan dan sarana yang 
membawa pesan tersebut sebenarnya adalah dua muka dari satu kenyataan. 
Lambang, gerak, angka, kata-kata, gambar semuanya adalah sarana 
komunikasi, dan medianya adalah tangan, halaman cetak, radio atau 
televisi, tidak hanya membawa pesan tetapi sekaligus sebagai lambang 
komunikasi.5 
Pada prinsipnya pernyataan ini benar, bahwa lambang gerak bahasa dan 
lainya itu adalah sarana dan media komunikasi. Onong Uchjana Effendi dalam 
5 Sean Macbride, Many Voices One Word, dalam “Aneka Suara Satu Dunia”, Unesco-Balai 
Pustaka, hlm. 83
membahas komunikasi primer dan sekunder6 serta membenarkan lambang 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
23 
tersebut juga media, yakni sebagai media primer. 
Untuk kepentingan pendefinisian komunikasi, umumnya para pakar ilmu 
komunikasi merujuk pada pandangan Harold Lasswell dalam bukunya The 
Structure and Function of Communication in Society. Lasswell yang menjelaskan 
bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab 
pertanyaan berikut: Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect? 
Bila diterjemahkan maka akan menjadi: Siapa Mengatakan Apa dengan Saluran 
Apa kepada Siapa dan dengan Efek Apa? Bila Anda menyimak baik-baik 
formulasi Lasswell ini maka Anda akan dapat memahami elemen-elemen penting 
dari komunikasi. Mari kita bahas satu per satu. 
Kata who (siapa) dalam konteks komunikasi merujuk kepada seorang 
pemberi pesan.Pemberi pesan ini biasanya dikenal dengan sebutan sumber 
informasi, komunikator, atau pengirim pesan. 
Says what (mengatakan apa) merujuk pada apa yang diperkatakan. Dalam 
hal ini pesan atau isi dari percakapan/pembicaraan.Pesan ini lalu kita kenal 
dengan sebutan verbal (melalui kata-kata dan atau tulisan) dan non verbal 
(menggunakan bahasa isyarat). 
In which channel (dengan saluran apa) mengarah pada alat atau saluran 
atau media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Anda tentu tahu bukan, 
manusia dapat menggunakan bermacam-macam saluran dalam berkomunikasi. 
Media yang paling praktis dan semua orang menggunakannya saat berkomunikasi 
6 Onong Uchjana Effendi, Hubungan Masyarakat Suatu Tinjauan Komunikologis, Remaja Karya, 
Bandung, 1986, hlm. 93
adalah panca indera manusia. Selain itu, kita juga mengenal saluran komunikasi 
menggunakan alat bantu seperti telephon, telegram, dan surat). Ada juga saluran 
komunikasi yang digunakan untuk khalayak yang jumlahnya lebih besar (massa) 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
24 
yaitu media cetak dan elektronik. 
To whom (kepada siapa) ditujukan untuk penerima pesan.Penerima pesan 
ini disebut juga sebagai komunikan, atau receiver.Bila anda berinisiatif menelpon 
sahabat anda, maka sahabat anda itu disebut sebagai komunikan. 
With what effect (dengan efek apa) merujuk pada pengaruh yang 
ditimbulkan dari komunikasi. Pengaruh ini dapat meliputi aspek pengetahuan, 
ketrampilan, dan sikap lawan bicara.7 
Jadi, berdasarkan uraian ini maka kita dapat menyimpulkan bahwa 
komunikasi itu terdiri dari sekurang-kurangnya 5 unsur yakni: 
1) Komunikator (pemberi informasi). 
2) Pesan. 
3) Media (saluran). 
4) Komunikan (penerima informasi/pesan). 
5) Efek (pengaruh). 
Kesimpulannya ialah komunikasi adalah proses pengiriman pesan baik 
verbal maupun nonverbal dari komunikator kepada komunikan untuk 
mengahasilkan timbal balik.8 
7 Arifin, Anwar. Ilmu Komunikasi : Sebuah Pengantar Ringkas (Jakarta; Rajawali Pers, 1998), hal. 
56. 
8 Prof. Dr. H. Hafied Cangara, Msc., Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo 
Persada, 2004), hal 17-19.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
25 
d. Teknologi Komunikasi Dan Informasi 
Teknologi komunikasi merupakan ruang lingkup ketiga dari sosiologi 
komunikasi. Menurut Alter, teknologi informasi mencakup perangkat keras dan 
perangkat lunak untuk melaksanakan satu atau sejumlah tugas pemrosesan data 
seperti menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mengambil, memanipulasi, 
atau menampilkan data.9 Sedangkan menurut Martin mendefinisikan teknologi 
informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan 
perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, 
melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi.10 
Berdasarkan definisi tersebut di atas maka kita dapat menyimpulkan bahwa 
teknologi komunikasi berhubungan erat dengan perangkat keras dan lunak yang 
dapat digunakan untuk memproses dan mengirimkan informasi. 
Ruang lingkup sama dengan domain, atau bisa juga dikatakan sebagai 
wilayah kerja. Sebagai sebuah disiplin ilmu, sosiologi komunikasi memiliki ruang 
lingkup / domain. 
Menurut Bungin, domain atau ruang lingkup sosiologi adalah individu, 
kelompok, masyarakat, dan sistem dunia. Selanjutnya, ruang lingkup ini juga 
bersentuhan langsung dengan wilayah lainnya seperti komunikasi, efek media 
massa, budaya kosmopolitan, proses dan interaksi sosial, dan teknologi informasi 
dan komunikasi.11 Ruang lingkup dari sosiologi komunikasi seolah-olah, sama 
dengan ruang lingkup dari sosiologi. Namun, tidaklah demikian. Sosiologi 
9 M. Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi: teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi komunikasi 
di Masyarakat (Jakarta: Prenada Media Group, 2006). Hal. 30. 
10 Ibid. 
11 Ibid. Hal. 37.
komunikasi tidak mengambil utuh ruang lingkup dari sosiologi. Begitu pula 
dengan komunikasi. Ruang lingkup sosiologi komunikasi juga tidak mengambil 
ruang lingkup komunikasi secara keseluruhan. sosiologi komunikasi 
menjembatani kajian-kajian yang dibicarakan baik dalam bidang ilmu komunikasi 
maupun sosiologi. Sebagaimana dibahas sebelumnya dalam pengertian sosiologi 
komunikasi bahwa sosiologi komunikasi bukanlah ilmu yang berdiri sendiri. 
Sosiologi komunikasi merupakan salah satu cabang dari sosiologi yang secara 
khusus membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan proses komunikasi dalam 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
26 
masyarakat. 
Setelah anda memahami konsep-konsep sosiologi dan komunikasi, 
sekarang apa yang anda ketahui tentang sosiologi komunikasi. Secara sederhana, 
anda dapat membuat definisi sederhana dengan menghubungkan kedua konsep 
tersebut. 
Namun untuk menyeragamkan pemahaman, tidak ada salahnya kalau anda 
memperhatikan beberapa pengertian berikut ini. Stephen F. Steele dalam Anne 
Arundel Community College and The Society for Applied Sociology (2002), 
sebagaimana dikutip Liliwery (Tanpa Tahun, hal 4), bahwa sosiologi komunikasi 
adalah studi yang mempelajari perilaku kolektif akibat media. 
Selanjutnya, Liliwery sendiri memahami sosiologi komunikasi dalam dua 
bagian yakni level makro dan mikro. Dalam arti luas (makro), Liliwery 
berpendapat bahwa sosiologi komunikasi merupakan cabang dari sosiologi yang 
mempelajari atau menerangkan mengenai prinsip-prinsip keilmuan (ilmu sosial, 
sosiologi) tentang bagaimana proses komunikasi manusia dalam kelompok atau
masyarakat. Sementara dalam artian sempit (mikro), Liliwery mendefinisikan 
sosiologi komunikasi sebagai cabang dari sosiologi yang mempelajari atau yang 
menerangkan mengenai prinsip-prinsip keilmuan (ilmu sosial, sosiologi) tentang 
bagaimana proses komunikasi manusia dalam konteks komunikasi massa dari 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
27 
suatu masyarakat. 
Apa kesimpulannya? Ingat, sosiologi komunikasi adalah cabang dari 
sosiologi. Secara sederhana anda dapat mengatakan bahwa sosiologi komunikasi 
adalah cabang dari sosiologi yang mempelajari bagaimana proses pertukaran 
pesan/informasi terjadi dalam konteks masyarakat. 
3. Pola-Pola Pendekatan Sosiologi Komunikasi 
Untuk menghasilkan suatu teori, maka kajian-kajian ilmiah harus memiliki 
pendekatan-pendekatan, demikian halnya dengan teori-teori sosiologi komunikasi. 
Ada tiga pendekatan utama sosiologi komunikasi, yaitu: 
a. Pendekatan struktural-fungsional. 
Ini merupakan interdisiplin ilmu antara pendekatan strukturalisme dan 
fungsionalisme. Pendekatan strukturalisme akan mengkaji struktur kehidupan 
masyarakat dengan mengabaikan fungsi dari setiap struktur tersebut. Pendekatan 
ini hanya melihat masyarakat sebagai sebuah komponen yang memiliki struktur 
pembangun di dalamnya. Sedangkan fungsionalisme lebih cenderung kepada 
kajian bahwa setiap komponen dalam masyarakat mempunyai fungsi dan peran di 
dalam masyarakat. Kajian ini mengutamakan fungsi tersebut dan lebih 
mengabaikan struktur, bahwa setiap komponen harus berfungsi selayaknya, jika 
tidak maka akan terjadi kepincangan dalam kehidupan sosial.
Maka kombinasi antara strukturalisme dan fungsionalisme ini memandang 
bahwa masyarkat tidak hanya sebagai kesatuan struktur saja atau fungsi saja, tapi 
cenderung untuk mengkaji masyarakat baik dari strukturnya maupun fungsinya 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
28 
dan hubungan di antara keduanya. 
Pendekatan struktural-fungsional terkenal pada akhir 1930-an, dan 
mengandung pandangan makroskopis terhadap masyarakat. Walaupun pendekatan 
ini bersumber pada sosiolog-sosiolog Eropa seperti Max Webber, Emile 
Durkheim, Vill Predo Hareto, dan beberapa antropog sosial Inggris, namun yang 
pertama yang mengemukakan rumusan sistematis mengenai teori ini adalah 
Halcot Parsons, dari Harvard. Teori ini kemudian dikembangkan oleh para 
mahasiswa Parson, dan para murid mahasiswa tersebut, terutama di Amerika. 
Pendekatan ini didasarkan pada dua asumsi dasar: 
1) Bahwa masyarakat terbentuk atas berbagai sub-struktur yang dalam 
fungsi-fungsi mereka masing-masing saling bergantung, sehingga 
perubahan-perubahan yang terjadi dalam fungsi satu sub-struktur dengan 
sendirinya akan tercermin pada perubahan-perubahan yang terjadi dalam 
struktur-struktur lainnya pula. Karena itu, tugas analisis sosiologis adalah 
menyelidiki mengapa suatu hal berpengaruh kepada hal lainnya, dan 
sampai sejauh mana pengaruh tersebut. 
2) Bahwa setiap struktur berfungsi sebagai penopang aktivitas-aktivitas atau 
substruktur-substruktur lainnya dalam suatu sistem sosial. Contoh-contoh 
sub-struktur ini dalam masyarakat adalah keluarga, perekonomian, politik, 
agama, pendidikan, rekreasi, hukum dan pranata-pranata mapan lainnya.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
29 
b. Pendekatan konflik. 
Baik konflik nilai (the conflict of values) ataupun konflik kepentingan (the 
conflict of interest). 
Adapun pendekatan Marxien atau pendekatan konflik merupakan 
pendekatan alternatif paling menonjol saat ini terhadap pendekatan struktural-fungsional 
sosial makro. Karl Marx (1818-1883) adalah tokoh yang sangat 
terkenal sebagai pencetus gerakan sosialis internasional. Meskipun sebagian besar 
tulisannya ia tujukan untuk mengembangkan sayap gerakan ini, tetapi banyak 
asumsinya yang dalam pengertian modern diakui sebagai teori sosiologis.12 
Namun para pengikut sosiologi Marx menggunakan pedoman-pedoman sosiologis 
dan ideologi Marx secara sangat eksplisit, sedangkan praktek ideologis hanya 
secara implisit terdapat dalam tulisan-tulisan para penganut pendekatan 
sturuktural-fungsional. 
Sosiologi Marx didasarkan pada dua asumsi pokok yaitu: 
1) Ia memandang kegiatan ekonomi sebagai faktor penentu utama semua 
kegiatan kemasyarakatan. 
2) Ia melihat masayarakat manusia terutama dari sudut konflik di sepanjang 
sejarah. Menurut Marx, motif-motif ekonomi dalam masyarakat 
mendominasi semua struktur lainnya, seperti agama, keluarga, hukum, 
seni, sastra, sains dan moralitas. 
Ia menganggap cara produksi di sepanjang sejarah manusia secara 
sedikian rupa, sehingga sampai-sampai ia berpandangan sumber daya ekonomi 
12 Josefh S, Sociologi Sebuah Pengenalan, terj. Sahat Simamora (Jakarta: Bina Aksara, 1984) . Hal 
22.
dikuasai oleh segelintir orang tertentu, sementara golongan masyarakat lainnya 
ditakdirkan untuk bekerja untuk mereka dan tetap bergantung pada kemurahan 
hati segelintir penguasa. Karenanya Marx melihat masyarakat terbagi jadi dua 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
30 
kelas: 
1) Kelas pemilik yang selalu mengekploitasi yang disebut dengan kaum 
Borjouis. 
2) Kelas buruh yang senantiasa terekploitasi yang dikenal dengan kaum 
Proletar. 
Pengeksploitasian terus menerus ini menurut Marx mengharuskan 
terjadinya revolusi-revolusi. 
Bertolak dari memandang sejarah manusia dengan cara seperti ini, Marx 
mengajukan teori sosialismenya yakni sautu solusi final agar seluruh sumber daya 
dapat dimiliki oleh semua orang. Revolusi-revolusi lanjutan tidak lagi diperlukan 
karena idealnya tidak akan adala lagi kelaparan,peng eksploitasian dan konflik. 
c. Pendekatan interaksionisme-simbolis.13 
Pendekatan ini juga merupakan pendekatan yang menggunakan 
interdisiplin, yakni interaksionisme yakni sebuah pendekatan yang mengkaji 
hubungan-hubungan yang terjadi di masyarakat. Kemudian pendekatan ini 
digabungkan dengan pendekatan simbolisme dengan asumsi bahwa semua 
interaksi dalam masyarakat hanya akan terlihat dengan jelas bila dihubungkan 
dengan simbol-simbol yang berlaku di kalangan mereka. 
13 Ilyas Ba-Yunus, Farid Ahmad, Sosiologi Islam: Sebuah Pendekatan, terj. Hamid Ba-Syaib 
(Bandung: Mizan, 1996) h. 20-24.
Sedangkan pendekatan interaksionisme-simbolis merupakan sebuah 
perspektif mikro dalam sosiologi yang barang kali sangat spekulatif pada tahapan 
analisanya sekarang ini. Tetapi pendekatan ini mengandung sedikit sekali 
prasangkan ideologis, walaupun meminjam banyak dari lingkungan Barat tempat 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
31 
dibinanya pendekatan itu. 
Sebagaimana dipesankan oleh namanya, interaksionisme-simbolis lebih 
sering disebut sebagai pendekatan interaksionis saja-bertolak dari interaksi sosial 
pada tingkat paling minimal. Dari tingkat mikro ini, tidak seperti jenis lain 
psikologi sosial, ia diharapkan memperluas cakupan analisisnya guna menangkap 
keseluruhan masyarakat sebagai penentu proses dari banyak interaksi. Manusia 
dipandang mempelajari situasi-situasi yang bisa serasi atau bisa pula 
menyimpang, mempelajari situasi-situasi transaksi-trasnsaksi politis dan 
ekonomis, situasi-situasi di dalam dan diluar keluarga, situasi-situasi permainan 
dan pendidikan, situasi-situasi organisasi, formal dan informal dan seterusnya. 
Pendekatan ini bisa dicontohkan dengan kajian interaksi pada tingkat 
keluarga, yang kemudian juga mengkaji bagaimana interaksi itu bisa berpengaruh 
kepada interaksi pada tingkat yang lebih tinggi yakni interaksi masyarakat. Maka 
interaksi di tingkat keluarga ini akan sangat kental mempengaruhi dan mencoraki 
interaksi di tingkat yang lebih tinggi.
B. KOMUNIKASI ANTARPERSONAL, KOMUNIKASI KELOMPOK, DAN 
KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA SEBAGAI BAGIAN DARI SOSIOLOGI 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
32 
KOMUNIKASI 
Setiap hari dimanapun kita berada tidak bisa terlepas dari komunkasi. 
Namun dalam melakukan komunikasi tidak setiap orang terampil melakukannya 
dengan efektif. Hal ini terlebih lagi bila orang yang terlibat dalam komunikasi itu 
berbeda budaya, kesalahan dalam memahami pesan, perilaku atau peristiwa 
komunikasi tidak bisa dihindari.14 Kesalahan ini dapat menyebabkan terjadinya 
suasana yang tidak diharapkan bahkan dapat menimbul pertikaian yang menjurus 
munculnya konflik sosial. 
Menurut Erving Goffman, proses untuk menampilkan diri agar memiliki 
kesan lebih baik semacam ini disebut “proses pengelolaan kesan” alias 
“impression management”. Dalam komunikasi antarpersonal, proses pengelolaan 
pesan merupakan cara yang lazim digunakan orang agar bisa menjalin komunikasi 
yang lancar dengan orang lain. 
Setiap orang pasti pernah melakukan proses semacam ini (komunikasi 
antarpersonal) terlepas dari apa motivasinya. Boleh jadi, kita pun hampir setiap 
hari mempraktikan komunikasi antarpersonal ini walaupun dengan tanpa sadar 
karena sudah terotomatisasi. 
Oleh karena itu Islam pun memberi nasihat yang sangat tepat yakni, 
“Sesungguhnya, Allah tidak memandang kepada tubuh kalian dan tidak pula 
kepada rupa kalian, tetapi memandang hati kalian.” (HR Muslim) 
14 Emma Khotimah, Memahami Komunikasi Antarbudaya, Dalam: Jurnal Editor, Vol, 1 No. 1, 
(Bandung: Unisba. 2000). Hal. 47.
Komunikasi antar personal adalah komunikasi antar perorangan dan 
bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak 
langsung (tanpa medium). Contohnya kegiatan percakapan surat menyurat 
pribadi. Fokus pengamatannya adalah bentuk-bentuk dan sifat-sifat hubungan, 
percakapan, interaksi dan karakteristik komunikator.15 Sebagaimana yang 
diungkapkan oleh Somavar dan Porter, yang menyatakan bahwa “ to understands 
intercultural interaction one must first understand human communication”.16 
Dalam komunikasi antar personal terdapat beberapa hambatan yang ada, 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
33 
hambatn-hambatan tersebut antara lain sebgai berikut : 
1. Bahasa: Dalam komunikasi peranan bahasa sangat penting karena bahasa 
merupakan salah satu alat bahasa verbal yang digunakan dalam 
berkomunikasi. Bila dalam suatu komunikasi ada kesalahpahaman yang 
terjadi yang disebabkan oleh bahasa itu akan menjadi hambatan dalam 
komunikasi . 
2. Budaya: Budaya juga sangat penting dan berpengaruh. Bila dalam 
komunikasi ada perbedaan latar budaya dan tidak terdapat titik temu antar 
satu dengan yang lain hal ini dapat menjadi bomerang dalam proses 
komunikasi sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman antar personal 
yang dapat membuat perpecahan. 
15 Dedy Mulyana, M.A., Ph.D., Ilmu Komunikasi, (Bandung, PT ROSDAKARYA, 2005). Hal. 
175 
16 Larry Somavar and Richard E Porter, Communication Between Cultures, (Belmont: C.A. 
Wadsworth. 1991). Hal. 10.
3. Kebenaran yang semu: Maksud dari kebenaran yang semu adalah benar 
tidak dan salahpun juga tidak. Dan dalam kata-kata yang digunakan ada 
bumbu kebohongan di dalamnya. Dalam sebuah komunikasi harus ada 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
34 
kejelasan ataupun kejujuran agar ada keterbukaan antar personal. 
4. Penipuan : Hambatan komunikasi yang lain adalah penipuan. Dalam 
sebuah komuikasi bila terjadi penipuan akan merusak keakraban yang 
sudah terjadi dan sudah terpelihara selama ini. 
5. Tujuan yang tidak jelas: Dalam komunikasi harus ada kejelasan dalam 
berhubungan agar ada tujuan yang pasti, apabila tidak ada tujuan yang 
jelas akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya misskomunikasi 
yang dapat memecahkan hubungan antar sahabat ataupun hubungan antar 
personal yang lainya. 
6. Salah paham Terkadang di dalam suatu komunikasi terjadi salah paham 
dalam interpretasi, respon, dan asumsi. Dan ini membuat suatu 
kesalahpahaman dalam berkomunikasi sehingga dari kesaahpahaman ini 
bisa terjadi perusakan suatu komunikasi. Selain itu apabila 
kesalahpahaman terus berlanjut dalam suatu hubungan komunikasi. 
Hubungan komunikasi antar personal tersebut bisa pecah atau ada 
pemutusan hubungan. 
7. Sisi historis/ pengalaman: Setiap orang pasti memiliki pengalaman sendiri-sendiri 
bila dari pengalaman orang yang satu dengan yang lain tidak ada 
titik temu maka terjadi kesalahpahaman. Dan bila orang yang
bersangkutan tidak segera memperbaiki bisa saja terjadi perusakan yang 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
35 
berakhir dengan pemutusan suatu hubungan atau komunikasi. 
8. Menganggap enteng lawan bicara : Dalam suatu komunikasi atau 
hubungan kita harus bisa menghormati antar personal agar tercipta suatu 
hubungan yang harmonis. Tapi apabila tidak ada rasa saling 
menghormatimaka akan terjadi hal-halyang tidak diiiginkan misalnya 
pemutusan hubungan. 
9. Mendominasi pembicaraan: Komunikasi dua arah akan berhasil bila kita 
saling mengisi dan melengkapi. Bila ada seorang yang lebih mendominasi 
suatu pembicaraan komunikasi tersebut tidak akan efektif dan tidak akan 
berjalan dengan lancar. 
10. Pihak ketiga: Ketika terjadi komunikasi dua arah jangan sampai ada pihak 
ketiga yang datang karena pihak ketiga atau orang yang tidak diundang 
dapat merusak suatu komunkasi yang sudah terbina dari awal. Hal ini 
dapat terjadi karena pihak ketiga tidak tahu dari awal apa yang terjadi 
dalam komunikasi dua arah yang sebelumnya dan dai bias merusak sedikit 
demi sedikit komunikasi atau hubungan yang sudah tercipta sebelumnya. 
Dengan adanya, tiap personal terjadi proses komunikasi yang bertujuan 
untuk mengenali satu dengan lainnya, maka dari itu komunikasi yang terjalin 
harus terdapat pengertian serta kepercayaan antar persona, selain itu terdapat 
beberapa komponen yang harus dijaga untuk menjaga hubungan komunikasi agar 
tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan perusakan atau 
pemutusan.
Dalam kehidupan bersosial, kita sebagai manusia tidak dapat untuk tidak 
berkomunikasi. We can’t not communicate. Pun halnya saat kita berkelompok. 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
36 
Komunikasi seakan menjadi ruh dalam jasad sebuah kelompok. 
Salah satu factor penting yang dapat mempengaruhi sukses atau gagalnya 
suatu kelompok/komunitas bergantung pada komunikasinya. Seberapa intens dan 
efektif suatu komunikasi dapat dibangun. Dalam komunikasi kelompok sering kali 
ada kegiatan penting yang sangat menunjang keberhasilan kelompok tersebut. 
Kegiatan tersebut adalah kegiatan “Diskusi Kelompok”. 
Seperti halnya definisi-definisi lain, komunikasi kelompok pun selalu 
diutarakan berbeda-beda untuk setiap pakarnya. Perbedaan pendapat ini wajar 
sekali, mengingat para pakar yang mengemukakan pendapat mengenai 
komunikasi kelompok pun berbeda latar belakangnya, mulai dari pengalaman, 
sampai pendidikan yang berbeda satu sama lain. Latar belakang psikologi, 
sosiokologi, dan komunikologi dapat membedakan pendapat para pakar karena 
objek formal di setiap bidang kajiannya berbeda namun terdapat juga persamaan 
pada objek materialnya, yaitu manusia. 
Komunikasi kelompok merupakan komunikasi yang berlangsung antara 
seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua 
orang. Komunikasi kelompok, memfokuskan pembahasannya kepada interaksi 
diantara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil. Komunikasi kelompok 
juga melibatkan komunikasi antar personal. Bahasan teoritis meliputi dinamika 
kelompok, efisiensi dan efektifitas penyampaian informasi dalam kelompok, pola 
dan bentuk interaksi, serta pembuat keputusan.
Sedangkan Komunikasi Lintas Budaya merupakan salah satu bidang 
kajian Ilmu Komunikasi yang lebih menekankan pada perbandingan pola-pola 
komunikasi antar pribadi diantara peserta komunikasi yang berbeda kebudayaan. 
Pada awalnya, studi lintas budaya berasal dari perspektif antropologi sosial dan 
budaya sehingga kajiannya lebih bersifat depth description, yakni penggambaran 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
37 
yang mendalam tentang perilaku komunikasi berdasarkan budaya tertentu. 
Pengertian Komunikasi Lintas Budaya (cross-cultural) dan Antar Budaya 
(inter-cultural) biasanya tidak begitu dibedakan.Kedua istilah itu biasanya dipakai 
secara berganti-ganti dengan makna yang hampir sama. Meski dalam tulisan ini 
nantinya akan memakai kedua istilah tersebut secara bergantian,namun ada 
baiknya kita menelusuri nuansa perbedaan arti yang sempat muncul dalam 
literatur KAB. 
Berbicara masalah komunikasi lintas budaya tidak dapat pisahkan dari 
pengertian kebudayaan (budaya). Komunikasi dan kebudayaan tidak hanya 
sekedar dua kata tetapi dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan untuk 
merumuskan budaya saja, Godykunts dan Yun Kim menyebut bahwa “ more than 
one hundred defenition of the term have been sugeested”.17 Sementara 
komunikasi itu sendiri begitu beragam dan kontroversi dalam pendefenisiannya, 
atau dengan kata lain di antara para ahli komunikasi belum ada keseragaman. Tapi 
yang jelas menurut William B. Hart II menyatakan bahwa studi komunikasi lintas 
budaya dapat diartikan sebagai studi yang menekankan pada efek kebudayaan 
17 W.B Gudykunst & Kim Yun Yun, Communicating with strangers: An approach to intercultural 
communication (Ed), (New York: McGraw Hill, 1992). Hal. 3
terhadap komunikasi.18 Bahkan Edward T Hall dengan tegas menyatakan bahwa 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
38 
“culture is communication and is cultur”.19 
Budaya yang dimiliki seseorang sangat menentukan bagaimana cara kita 
berkomunikasi, artinya cara seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain 
apakah dengan orang yang sama budaya maupun dengan orang yang berbeda 
budaya, karakter budaya yang sudah tertanam sejak kecil sulit untuk dihilangkan, 
karena budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama 
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.20 Dengan 
demikian konstruksi budaya yang dimiliki oleh seseorang itu, diperoleh sejak 
masih bayi sampai ke liang lahat, dan ini sangat mempengaruhi cara berpikir, 
berperilaku orang yang bersangkutan dalam berinteraksi dan berkomunikasi 
dengan orang yang berbeda budaya. Bahkan benturan persepsi antar budaya sering 
kita alami sehari-hari, dan bilamana akibatnya fatal kita cenderung menganggap 
orang yang berbeda budaya tersebut salah, aneh tidak mengerti maksud kita. Hal 
ini terjadi karena, kita cenderung memandang perilaku orang lain dalam konteks 
latar belakang kita sendiri dan karena bersifat subyektif. 
Untuk menghindari kesalahpahaman sehingga tidak menimbulkan 
benturan persepsi antarbudaya diantara orang yang berbeda budaya, maka kita 
dituntut secara obyektif untuk mengenali perbedaan dan keunikan budaya sendiri 
dan orang lain dengan mempelajari berbagai karakteristik budaya, diantaranya 
18 Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003). 
Hal. 8. 
19 Emma Khotimah, Memahami Komunikasi Antarbudaya, Dalam: Jurnal Editor, Vol, 1 No. 1, 
(Bandung: Unisba. 2000). Hal. 48. 
20 Stewart L & Sylvia Moss Tubbs, Human Communication: Kontek-Kontek Komunikasi, Buku 
Pertama, Editor dan Penerjemah Dedy Mulyana, (Bandung: Rosdakarya. 1996). Hal. 237
yaitu: (1) komunikasi dan budaya; (2) penampilan dan pakaian; (3) makanan dan 
kebiasaan makan; (4) waktu dan kesadaran waktu (5) penghargaan dan 
pengakuan; (6) nilai, dan norma; (7) rasa diri dan ruang; (8) proses mental dan 
belajar, dan; (9) kepercayaan dan sikap.21 Sementara itu menurut Deddy Mulyana 
bahwa untuk menghindari kesalahpahaman dalam melakukan komunikasi dengan 
orang yang berbeda budaya, kita harus menjadi komunikator yang efektif, karena 
hubungan dalam konteks apapun harus dilakukan lewat komunikasi.22 Lebih 
lanjut dijelaskan oleh Deddy Mulyana untuk menjadi komunikator yang efektif, 
seseorang harus memahami proses komunikasi dan prinsip-prinsip dasar 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
39 
komunikasi yang efektif. 
Menurut Mulyana bahwa untuk mencapai komunikasi yang efektif, 
khususnya dengan orang yang berbeda budaya yang harus kita lakukan adalah: (1) 
kita harus selalu menunda penilaian kita atas pandangan dan perilaku orang lain, 
karena penilaian kita tersebut seringkali bersifat subyektif, dalam spengertian 
berdasarkan persepsi kita sendiri yang dipengaruhi oleh budaya kita atau dengan 
kata lain, jangan biarkan stereotif menjebak dan menyesatkan kita ketika kita 
berkomunikasi dengan orang lain; (2) kita harus berempati dengan mitra 
komunikasi kita, berusaha menempatkan diri kita pada posisinya. Gunakan sapaan 
yang layak sesuai dengan budayanya; (3) kita dituntut untuk selalu tertarik kepada 
orang lain sebagai individu yang unik, bukan sebagai anggota dari suatu kategori 
21 Emma Khotimah, Memahami Komunikasi Antarbudaya, Dalam: Jurnal Editor, Vol, 1 No. 1, 
(Bandung: Unisba. 2000). Hal. 52. 
22 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar, cetakan kelima, (Bandung: Remaja 
Rosdakarya. 2003). Hal. 34
rasial, suku, agama atau sosial tertentu; (4) kita harus menguasai setidaknya 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
40 
bahasa verbal dan nonverbal dan sistem nilai yang mereka anut.23 
Komunikasi antarbudaya itu dilakukan : 
1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan 
antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui 
simbol) yang sedang di pertentangkan. 
2. Memalui pertukaran sistem simbol yang tergantung dari persetujuan 
antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan di buat 
untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama 
3. Sebagai pembimbing prilaku budaya yang tidak terprogram namun 
bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap prilaku kita 
4. Menunjukan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan 
diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan berbagai cara. 
Dalam hal komunikasi antar budaya Fisher juga mengemukakan bahwa 
selain memandang kedudukan komunikator dan komunikan maka terhadap faktor 
lain yaitu pesan. Pesan ditujukan dalam perilaku komunikasi antar budaya bukan 
sekedar pesan karena pengaruh folkways pribadi tetapi pengaruh folkways 
masyarakatnya. Pesan itu sama dengan simbol budaya masyarakat yang 
melingkupi suatu pribadi tertentu ketika ia berkomunikasi antarbudaya. Dengan 
demikian sikap, perilaku, tindakan seseorang dalam komunikasi antar budaya 
bukan merupakan sikap, perilaku, tindakan pribadi melainkan simbol dari 
masyarakatnya. Pesan dalam komunikasi antar budaya merupakan simbol-simbol 
23 Deddy Mulyana, Komunikasi Jenaka, Parade Anekdot, Humor, dan Pengalaman Konyol, 
Cetakan kedua, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2002). Hal. 36.
yang di dalamnya terkandung karakteristik komunikator yang terdengar atau 
terlihat dalam pengalaman proses komunikasi antar pribadi di antara mereka yang 
berbeda etniknya. 24 dan semua itu (komunikasi antarpersonal, komunikasi 
kelompok, dan komunikasi lintas budaya) adalah bagian dari sosiologi 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
41 
komunikasi. 
C. TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI TENTANG KOMUNIKASI 
ANTARPERSONAL, KOMUNIKASI KELOMPOK, DAN KOMUNIKASI 
LINTAS BUDAYA 
1. Teori Perbandingan Sosial 
Kita selalu membandingkan diri kita dengan orang lain dan kelompok kita 
dengan kelompok lain. Hal-hal yang dibandingkan hampir semua yang kita miliki, 
mulai dari status sosial, status ekonomi, kecantikan, karakter kepribadian dan 
sebagainya. Konsekuensi dari pembandingan adalah adanya penilaian sesuatu 
lebih baik atau lebih buruk dari yang lain. Melalui perbandingan sosial kita juga 
menyadari posisi kita di mata orang lain dan masyarakat. Kesadaran akan posisi 
ini tidak akan melahirkan prasangka bila kita menilai orang lain relatif memiliki 
posisi yang sama dengan kita. Menurut Myers (1999) Prasangka terlahir ketika 
orang menilai adanya perbedaan yang mencolok. 
Dalam masyarakat yang perbedaan kekayaan anggotanya begitu tajam 
prasangka cenderung sangat kuat. Sebaliknya bila status sosial ekonomi relatif 
24 Deddy Mulyana, Mengapa dan Untuk Apa Kita Mempelajari Komunikasi Antar Budaya, Dalam: 
Komunikasi Antar Budaya, Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Oang Berbeda Budaya, 
Editor: Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2001). Hal. 45
setara prasangka yang ada kurang kuat. Ahli sosiolog Manger (1991), 
menyebutkan bahwa prasangka dan diskriminasi adalah hasil dari stratifikasi 
sosial yang didasarkan distribusi kekuasaan, status, dan kekayaan yang tidak 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
42 
seimbang diantara kelompokkelompok yang bertentangan. 
Contoh kasus: Adanya perbedaan pendapat dan adanya perbedaan tujuan 
disebuah kantor ada sebuah perbedaan sosial yaitu antara atasan dan bawahan, 
manajer dan karyawan dengan ini biasanya sering terjadi konflik atau masalah dan 
juga kerjaan yang menumpuk, karyawan yang tidak disiplin dan adanya 
perbedaan gaji ini dapat menjadi suatu konflik perbandingan sosial dan dimana 
ada juga sama-sama karyawan tapi dibedakan gaji dan fasilitas ini juga salah satu 
perbandingan sosial yang jelas akan menimbulkan suatu konflik. 
2. Teori Percakapan Kelompok 
Teori percakapan kelompok ini sangat berkaitan dengan produktivitas 
kelompok atau upaya-upaya untuk mencapainya melalui pemeriksaaan masukan 
dari anggota (member input), variable-variabel perantara (mediating variables), 
dan keluaran dari kelompok (group output). Masukan atau input yang berasal dari 
anggota kelompok dapat diidentifikasikan sebagai perilaku, interkasi dan harapan-harapan 
(expectation) yang bersifat individual. 
Sedangkan variable-variabel perantara merujuk pada strukturstruktur 
formal dan struktur peran dari kelompok seperti status, norma, dan tujuan-tujuan 
kelompok. Yang dimaksud dengan output kelompok adalah pencapaian atau 
prestasi dari tugas atau tujuan kelompok. Produktivitas dari suatu kelompok dapat 
dijelaskan melalui konsekuensi perilaku, interaksi dan harapan-harapan melalui
struktur kelompok. Dengan kata lain, perilaku, interaksi dan harapan-harapan 
(input variables) mengarah pada struktur formal dan struktur peran (mediating 
variables) sebaliknya variabel ini mengarah pada produktivitas, semangat dan 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
43 
keterpaduan (group achievement). 
Contoh kasus: ketika ada suatu kelompok suku budaya yaitu budaya batak 
dan jawa yang membedakan antara bahasa dan konotasi dalam pengucapan kalau 
jawa terkenal dengan kelembutannya akan tetapi suku batak yang terkenal dengan 
suara keras dan lantang ini terkadang menjadi suatu problem karena pada dasar 
nya orang-orang di indonesia terlalu sensitif oleh karna itu dari kedua suku akan 
menimbulkan konflik apabila ada suatu percakapan yang sebenarnya biasa saja 
tapi kalau ditanggapi dengan konotasi suara yang kencang akan menimbulkan 
seperti suatu emosi dan dengan kelmbutan di anggap tidak keseriusan dan ini 
dapat menjadi konflik antara suku-suku yang ada di indonesia. 
3. Teori Pertukaran Sosial 
Teori pertukaran sosial ini didasarkan pada pemikiran bahwa seseorang 
dapat mencapai satu pengertian mengenai sifat kompleks dari kelompok dengan 
mengkaji hubungan di antara dua orang (dydic relationship). Suatu kelompok 
dipertimbangkan untuk kumpulan dari hubungan antara dua partisipan tersebut. 
Perumusan tersebut mengasumsikan bahwa interaksi menusia melibatkan 
pertukaran barang dan jasa, dan bahwa biaya (cost) dan imbalan (reward) 
dipahami dalam situasi yang akan disajikan untuk mendapatkan respon dari 
individu-individu selama interaksi sosial. Jika imbalan dirasakan tidak cukup atau 
lebih banyak dari biaya, maka interaksi kelompok akan diakhiri atau individu-
individu yang terlibat akan mengubah perilaku mereka untuk melindungi imbalan 
apa pun yang mereka cari. Pendekatan pertukaran sosial ini penting karena 
berusaha menjelaskan fenomena kelompok dalam lingkup konsep-konsep 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
44 
ekonomi dan perilaku mengenai biaya dan imbalan. 
Contoh Kasus: Hubungan suami istri melalui sebuah ikatan pernikahan. 
Pola-pola perilaku dalam sebuah pernikahan, hanya akan langgeng manakala 
kalau semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku seseorang 
dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagi 
dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak 
ditampilkan. Banyak perceraian diantara pasangan suami istri terjadi karena salah 
satu di antara mereka merasa tidak terjadi kecocokan dengan pasangannya serta 
merasa dirugikan dengan ikatan pernikahan tersebut. Fenomena perceraian sangat 
sering kita saksikan melalui layar televisi, perceraian selebritis. Bahkan buntut 
dari perceraian tersebut adalah sebuah pertikaian dimana antara keduanya tidak 
ada yang mau mengalah. Yang awalnya mereka saling mengumbar kasih sayang 
tetapi setelah bercerai malah saling melempar caci maki dan kebencian.Sebuah 
ikatan antara suami istri dalam pernikahan harusnya dipandang sebagai sebuah 
ikatan suci dan sakral. Sebelum membangun komitmen dalam sebuah ikatan 
pernikahan seharusnya antara pria dan wanita harus saling mengenal satu sama 
lain. Alangkah baiknya jika sebuah pernikahan dilandasi oleh pemahaman agama 
yang baik. 
Dalam menjalani ikatan pernikahan seharusnya suami istri selalu 
berkomunikasi secara intens dan terbuka satu sama lain. Masing-masing pasangan
juga harus saling memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki 
pasangannya. Ketika pasangan tidak mampu dalam suatu hal maka alangkah 
bijaknya jika ia tidak menuntut hal tersebut diluar kesanggupan pasangannya. 
Komitmen-komitmen seperti inilah yang harus dikedepankan agar tidak terjadi 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
45 
perselisihan yang akan berakibat pada perceraian.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
46 
BAB III 
METODE PENELITIAN 
A. PENDEKATAN PENELITIAN 
Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan mengenai sosiologi 
komunikasi yang membidik terhadap pola interaksi yang terjadi dalam sebuah 
rumah susun berlantai lima yang terdiri dari berbagai etnis dan Negara yang 
berbeda yang akrab disapa dengan nama PESMA (Pesantren Mahasiswa) kami 
selaku peneliti memilih untuk menggunakan model kualitatif karena dirasa sangat 
tepat dalam memahami proses dialektika sosiologi komunikasi yang terjadi antar 
mahasanti yang bermukim ditempat tersebut. 
Penelitian kualitatif adalah strategi penelitian yang biasanya lebih 
mementingkan pernyataan-pernyataan dari pada angka-angka baik dalam 
pengumpulan maupun pengamatan data.25 Pertti Alasuutari mengidentifikasi ciri 
utama penelitian kualitatif dengan membedakannya dari penelitian kuantitatif: 
ketika kerja kuantitatif berusaha untuk membuat kesimpulan dengan memeriksa 
frekuensi keterkaitan sebab dan akibat, analisis kualitatif justru memakai jenis 
penalaran yang mirip dengan pemecahan teka-teki.26 Dia menjelaskan ini sebagai 
berikut: Setiap informasi atau petunjuk bisa berlaku untuk beberapa hal, tetapi 
semakin banyak informasi tersedia, semakin kecil jumlah solusi yang mungkin. 
Setiap petunjuk atau potongan informasi sama pentingnya, dalam penyelesaian 
25 Allan Bryman, “Social Research Method 2nd ed.” (United States: Oxford University Press, 
2004). Hal. 266. 
26 Pertti Alasuutari, Researching Culture: Qualitative method and cultural studies. (London: Sage. 
1995). Hal. 7.
teka-teki atau penelitian kualitatif setiap potongan informasi harus cocok dengan 
gambar yang ditawarkan sebagai solusi. Setelah membaca ketiga definisi di atas, 
ternyata pemaknaan terhadap penelitian kualitatif bisa relatif bervariasi. Ini 
mungkin menunjukkan kepada kita bahwa penelitian kualitatif bukanlah perihal 
sederhana. Idealnya, dalam memahami penelitian kualitatif kita perlu mencari 
seperangkat kekhususan yang ada pada penelitian itu dan tidak ada pada penelitian 
jenis lain. Dengan demikian berarti tak satu pun definisi di atas sukses dalam 
menunjukkan ini. Proposisi Alan Bryman sebenarnya menggaris bawahi ciri yang 
penting, yaitu minimnya pemakaian angka dalam penelitian kualitatif. Sayangnya, 
pemakaian kata-kata dalam pengumpulan data dan analisis bukanlah ciri yang 
hanya ada pada penelitian kualitatif: kata-kata juga sangat penting dalam hal 
pengisian kuesioner kuantitatif; dan secara garis besar ada lebih banyak kata 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
47 
daripada angka dalam bagian analisis pada laporan penelitian kuantitaif. 
Setelah mempelajari penelitian kuntitatif pada materi sebelumnya, perlu 
adanya pemahaman mengenai penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif berbeda 
dengan dengan penelitian kuantitatif. Sebagai langkah awal, kelompok kami akan 
memaparkan tentang tahap-tahap penelitian dalam penelitian kualitatif. 
Oleh karena itu, pendekatan dalam penelitian ini lebih bersifat eksploratif 
karena bertujuan untuk menggali, menemukan, menggambarkan, dan sekaligus 
menganalisa pola, bentuk, sosiologi komunikasi yang dilakukan oleh para 
mahasantri pesma Uin Sunan Ampel Surabaya.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
48 
B. LOKASI PENELITIAN 
Penelitian ini dilakukan di pesantren mahasiswa Ma’had Al-Jaamiah di 
lingkungan kampus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel yang terletak di Jl. 
Jend. Ahmad Yani 117 Surabaya. Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan 
beberapa pertimbangan terkait dengan permasalahan yang berkenaan fokus 
penelitian. 
C. TAHAP-TAHAP PENELITIAN 
Tiga tahap utama penelitian yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap 
penulisan laporan. 
1. Tahap Perencanaan 
a. Pemilihan masalah, dengan kriteria: 
1) Merupakan tajuk penting, menarik, diminati peneliti, bisa diteliti, 
mampu ditangani 
2) Belum diteliti 
3) bisa diteliti: kendala waktu, biaya, sdm 
4) data dapat diperoleh 
5) bermanfaat 
b. Latar Belakang masalah, perlu untuk: 
1) Menempatkan masalah dalam perspektif tertentu 
2) Menegaskan fokus perhatian dalam penelitian 
3) Menjelaskan cakupan dimensi permasalahan 
Tahap ini sangat penting karena:
1) merupakan informasi dasar yang menggambarkan hubungan penelitian 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
49 
dengan penelitian lainnya 
2) membangkitkan ketertarikan pembaca dan mendorong untuk membaca 
lebih lanjut 
3) menjelaskan pentingnya penelitian kualitatif dan kuantitatif 
c. Perumusan masalah, berisi penjelasan mengenai 
1) Faktor yang dilingkupi 
2) Pertanyaan penelitian 
Karakteristik pertanyaan penelitian kualitatif antara lain: 
1) Terdiri dari satu atau dua pertanyaan utama, dan tidak lebih dari lima 
pertanyaan lebih spesifik 
2) Hubungkan pertanyaan utama dengan strategi yang digunakan 
3) Gunakan kata ‘mengapa’ atau ‘bagaimana’ 
4) Fokus kepada satu fenomena/konsep 
5) Kata eksploratif yang menjelaskan apa yang kira-kira akan dilakukan 
6) Pertanyaan penelitian ini dapat berubah 
7) Pertanyaan terbuka yang tidak merujuk ke literatur atau teori tertentu 
8) Menyebut partisipan dan lokasi jika perlu 
d. Tujuan dan manfaat penelitian, menyatakan: 
1) hal yang ingin dicapai melalui penelitian 
2) bersifat jelas, spesifik, tepat 
3) jika lebih dari satu, disusun menurut tingkat kepentingannya 
4) memperhatikan lingkup: lebih sempit lebih baik
5) manfaat menjelaskan kontribusi/implikasi terhadap teori atau 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
50 
implementasi 
Karakteristik tujuan dan maanfaat Penelitian Kualitatif ialah: 
1) Berfokus kepada satu fenomena/konsep/gagasan 
2) Kata kerja yang menjelaskan proses pemahaman: menjelaskan, 
memahami, mengembangkan, menelaah makna dari, menemukan 
3) Kata/frasa yang bersifat netral 
4) Mengandung kata yang menjelaskan strategi yang digunakan dalam 
proses penelitian 
5) Mengutarakan para partisipan dalam studi 
6) Mengutarakan lokasi di mana penelitian dilakukan secara detil 
e. Telaah pustaka 
1) Informasi/data dasar yang relevan 
2) Berisi temuan yang telah dicapai 
3) singkat, runtut, nalar 
f. Kerangka teoritis/konseptual 
1) formulasi hubungan logis antar variabel yang diteliti 
2) sebagai landasan hipotesis 
3) mengandung struktur logika tertentu 
Tahap ini sangat penting karena dapat menjadi jiwa penelitian 
g. Perumusan hipotesis 
1) Diturunkan dari kerangka teoritis 
2) Ungkapan teori yang hendak diuji
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
51 
3) Jumlah tidak tertentu, berkait dengan tujuan 
Tidak setiap penelitian perlu hipotesis seperti penelitian kualitatif 
h. Metode penelitian mencakup prosedur dan alat yang digunakan: 
Populasi, sampel, variabel, instrumen, statistik 
2. Tahap Pelaksanaan 
Dalam tahap pelaksanaan terdapat lima tahap yakni; 
a. Pengumpulan data, meliputi: 
1) Prosedur pengumpulan 
2) Sikap dan motivasi 
3) Memperhatikan kesahihan (validitas) dan kehandalan 
b. Pengolahan data meliputi: menyunting, mengkodekan, mentabulasi 
c. Analisis data 
1) menyederhanakan hasil olahan agar mudah dibaca & diinterpretasi 
2) analisis non statistik untuk data kualitatif 
3) analisis statistik untuk data kuantitatif 
d. Penafsiran hasil analisis 
e. Kesimpulan, berisi 
1) Sintesis semua aspek yang dibahas 
2) Membandingkan hasil dengan penelitian lain atau pengetahuan ilmiah 
yang relevan 
3) Pengkajian implikasi penelitian 
4) Rekomendasi/saran
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
52 
3. Tahap Penulisan Laporan 
a. Kalangan pembaca 
1) Masyarakat akademis, format: skripsi, tesis, disertasi 
2) Sponsor penelitian, format khusus 
3) Masyarakat umum, format: ikhtisar, ringkasa, artikel, brosur 
b. Kerangka isi laporan 
c. Format dan tata cara penulisan ilmiah 
1) Penggunaan bahasa yang baik dan benar. 
2) bentuk dan susunan kalimat 
3) penggunaan istilah 
4) tata tulis baku: sembir, jenis dan ukuran huruf, format 
5) daftar pustaka sesuai ketentuan 
D. INSTRUMEN PENELITIAN 
1. Pengertian dan penjelasan instrumen penelitian 
Instrumen penelitian Merupakan sebuah alat yang digunakan untuk 
mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab 
permasalahan penelitian. Instrumen sebagai alat pada waktu penelitian yang 
menggunakan suatu metode. Menyusun instrumen penelitian dapt dilakukan 
peneliti jika peneliti telah memahami benar penelitiannya. Pemahaman terhadap 
variabel atau hubungan antar variabel merupakan modal penting bagi peneliti agar 
dapat menjabarkan menjadi sub variabel, indikator, deskriptor dan butir-butir 
instrumennya.
Ada beberapa langkah umum yang bisa ditempuh dalam menyusun 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
53 
instrumen penelitian. Langkah-langkah tersebut adalah: 
1) Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji variabel menjadi sub 
penelitian sejelas-jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa diukur dan 
menghasilkan data yang diinginkan peneliti. Dalam membuat indikator 
variabel, peneliti dapat menggunakan teori atau konsep-konsep yang ada 
dalam pengetahuan ilmiah yang berkenaan dengan variabel tersebut, atau 
menggunakan fakta empiris berdasarkan pengamatan lapangan. 
2) Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variable dan 
subvariabel atau juga indikator-indikatornya. Satu variabel mungkin bisa 
diukur oleh atau jenis instrumen, bisa pula lebih dari satu instrumen. 
3) Setelah ditetapkan jenis instrumennya, peneliti menyusun kisi-kisi atau 
layout instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup materi pertanyaan, abilitas 
yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. 
Materi atau lingkup materi pertanyaan didasarkan pada indikator varibel. 
Artinya, setiap indikator akan menghasilkann beberapa luas lingkup isi 
pertanyaan, serta abilitas yang diukurnya. Abilitas dimaksudkan adalah 
kemampuan yang diharapkan dari subjek yang diteliti. Misalnya kalau 
diukur prestasi belajar, maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari 
kemampuan subjek dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi, analisis, 
sintesis, evaluasi. Atau bila diukur sikap seseorang, maka lingkup abilitas 
sikap kita bedakan aspek kognisi, afeksi, dan konasinya.
4) Berdasarkan kisi-kisi tersebut lalu peneliti menyusun item dan pertanyaan 
sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam 
kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat lebih dari yang ditetapkan sebagai 
item cadangan. Setiap item yang dibuat peneliti harus sudah punya 
gambaran jawaban yang diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban yang 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
54 
betul/diinginkan harus dibuat peneliti. 
5) Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi 
instrumen, misalnya membuang instumen yang tidak perlu, menggantinya 
dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan redaksi atau bahasannya.27 
Fungsi instrumen adalah mengungkapkan fakta menjadi data. Menurut 
Arikunto, data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi 
sebagai alat pembuktian hipotesis, benar tidaknya data tergantung dari baik 
tidaknya instrumen pengumpulan data.28 
2. Pengujian Instrumen penelitian 
Sebuah instrumen dikatakan baik jika memenuhi dua kriteria sebagai 
berikut: 
a. Valid, Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan 
atau kesahihan suatu alat ukur. Valid berarti instrumen tersebut dapat 
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Analoginya 
misalnya meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang 
dengan teliti, karena meteran alat untuk mengukur panjang.Meteran 
27 Raj muhammad teguh. Methodologi penelitian ekonomi. (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2001). 
Hal. 166 
2 Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktik, (Jakarta :PT.Asdi 
Mahasatia,2006). Hal. 150-160.
menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat.Jadi,hasil 
penelitian dikatakan valid jika terdapat kesamaan antara data yang 
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadipada obyek yang diteliti. 
b. Reliable, reliable adalah konsistensi alat pengumpul data atau instrument 
dalam mengukur apa saja yang diukur. Instrumen yang reliable jika 
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan 
menghasilkan data yang sama.Jadi, instrument yang valid dan reliable 
merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
55 
dan reliable.29 
3. Pengertian Pengumpulan Data dan Penjelasannya 
Sebelum mengetahui pengumpulan data kita harus tahu pengertian dari 
sumber data. Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh. Pengumpulan 
data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam penelitian. Teknik 
pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki kredibilitas 
tinggi, dan sebaliknya. Apabila peneliti menggunakan kuesioner dalam 
pengumpulan datanya maka sumber data disebut responden yaitu, orang yang 
menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan lisan maupun tulisan. 
Jika pengumpul data melakukan sedikit kesalahan akan mempengaruhi data dan 
kesimpulannya dapat salah. Apabila menyusun instrument merupakan pekerjaan 
penting dalam penelitian, maka akan jauh lebih penting lagi mengumpulkan data 
terutama jika peneliti menggunakan metode yang memiliki cukup besar celah 
untuk dimasuki unsur minat peneliti. 
29 Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.2009
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
56 
Ada 2 sumber data yaitu: 
a. Data Primer 
Data yang langsung diambil dari sumber pertama dilokasi penelitian atau 
objek penelitian. Ada tiga cara pengumpul data primer: Observasi, 
wawancara dan dokumentasi. 
b. Data Sekunder 
Data yang diambil dari hasil mengumpulkan orang lain, contoh: Data yang 
dimiliki perusahaan, Data BPS, Browsing di internet dan sebagainya. 
E. METODE PENGUMPULAN DATA 
Burhan Bungin, menjelaskan metode pengumpulan data adalah “dengan 
cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil 
akhir penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan reliable”.30 
Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa “metode penelitian adalah 
berbagai cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data 
penelitiannya”.31 Cara yang dimaksud adalah wawancara, dan studi dokumentasi. 
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 
1. Metode Wawancara 
Wawancara adalah cara menghimpun bahan keterangan yang dilakukan 
dengan tanya jawab secara lisan secara sepihak berhadapan muka, dan dengan 
arah serta tujuan yang telah ditetapkan. Anas Sudijono ada beberapa kelebihan 
30 M. Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi: teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi 
komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Prenada Media Group, 2006). Hal. 42 
31 Suharsimi Arikunto, Metodologi Penelitian. (Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta. 2002). Hal. 
136.
pengumpulan data melalui wawancara, diantaranya pewawancara dapat 
melakukan kontak langsung dengan peserta yang akan dinilai, data diperoleh 
secara mendalam, yang diinterview bisa mengungkapkan isi hatinya secara lebih 
luas, pertanyaan yang tidak jelas bisa diulang dan diarahkan yang lebih 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
57 
bermakna.32 
Wawancara dilakukan secara mendalam dan tidak terstruktur kepada 
subjek penelitian dengan pedoman yang telah di buat. Teknik wawancara 
digunakan untuk mengungkapkan data tentang bentuk partisipasi orang tua siswa, 
berlangsungnya bentuk partisipasi, manfaat partisipasi orang tua siswa dan faktor 
yang mempengaruhi partisipasi orang tua siswa dalam pembelajaran. 
2. Metode Dokumentasi 
Suharsimi Arikunto mengungkapkan metode dokumentasi adalah mencari 
data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen 
rapat, legger, agenda dan sebagainya.33 Hadari Nawawi menyatakan bahwa studi 
dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis terutama 
berupa arsip-arsip dan termasuk juga bukumengenai pendapat, dalil yang 
berhubungan dengan masalah penyelidikan.34 
32 Anas Sudijono, Pengantar Statistik pendidikan. (Jakarta.: PT Grafindo Persada. 1996). Hal. 82. 
33 Suharsimi Arikunto, Metodologi Penelitian. (Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta. 2002). Hal. 
206. 
34 Nawawi Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 
2005). Hal. 133.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
58 
F. ANALISIS DATA 
Setumpuk data rekaman wawancara dalam file-file audio atau transkrip, 
beratus lembar catatan observasi lapangan dan segunung dokumen yang terserak 
di meja berminggu-minggu biasanya menjadi “pemandangan” menggiriskan yang 
kalau tidak diantisipasi akan membuat si peneliti malas memulai mengerjakannya. 
Biasanya ini juga diperparah dengan kelelahan dan frustasi berkepanjangan 
setelah berminggu bolak-balik ke lapangan mencari data, menemui orang, 
memasuki lembaga dan sebagainya. Padahal tahap yang semestinya harus 
dikerjakan ini adalah tahapan maha penting tak kalah pentingnya dengan tahapan 
perencanaan dan tahap penuaian data di lapangan. Yup, tahap yang harus 
dilakukan ini namanya analisis data. 
Pada dasarnya proses analisis data itu dimulai dari menelaah data secara 
keseluruhan yang telah tersedia dari berbagai macam sumber, baik itu 
pengamatan, wawancara, catatan lapangan dan yang lainnya. Data tersebut 
memang ada banyak sekali dan setelah dibaca kemudian dipelajari. Apabila itu 
sudah dilakukan maka selanjutnya melakukan reduksi data yang dilaksanakan 
dengan cara membuat sebuah abstraksi dan setelah itu maka menyusunnya ke 
dalam satuan-satuan. Dari satuan-satuan tersebut kemudian dikategorisasikan 
pada langkah-langkah selanjutnya. 
Kategori tersebut dilakukan sembari membuat koding dan tahap terakhir 
dari analisis data penelitian yaitu dengan mengadakan pemeriksaan atas 
keabsahan data. Apabila tahapan tersebut telah selesai maka sekarang mulailah ke
tahap penafsiran data untuk menjadikannya teori substansi dengan menggunakan 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
59 
metode-metode tertentu. 
1. Konsep dasar analisis data penelitian 
Patton menjelaskan mengenai analisis data itu merupakan suatu proses 
untuk mengatur urutan data, kemudian mengorganisasikan ke dalam kategori, 
pola maupun ke dalam satuan uraian dasar. Sementara Menurut Taylor, analisis 
data didefinisikan sebagai proses yang melakukan perincian usaha secara formal 
yang berguna untuk merumuskan hipotesis dan menemukan tema seperti apa yang 
telah disarankan serta sebagai bentuk usaha untuk memberikan kontribusi dan 
tema pada hipotesis. Apabila dikaji, maka definisi yang pertama lebih tertuju pada 
pengorganisasian data sementara untuk definisi yang kedua menekankan pada 
tujuan dan maksud dari analisis data penelitian. Dengan demikian maka definisi 
tersebut bisa di sintetiskan bahwa analisis data merupakan proses 
mengorganisasikan dan juga mengurutkan data ke dalam suatu kategori, pola dan 
satuan uraian dasar sehingga bisa ditemukan tema serta dirumuskan hipotesis 
kerjanya seperti yang telah didasarkan oleh data. 
Berdasarkan uraian tersebut maka bisa kita tarik kesimpulan bahwa urutan 
untuk melakukan analisis data dalam penelitian yaitu pertama-tama dengan 
mengorganisasikan data dari semua data yang telah terkumpul yang terdiri atas 
komentar peneliti, foto, gambar, dokumen, laporan, artikel, biografi dan 
sebagainya. Kemudian pekerjaan dari seorang analisis data di sini yaitu : 
a. Mengatur 
b. Mengurutkan
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
60 
c. Mengelompokkan 
d. Memberi Kode 
e. Mengategorikan 
Dengan dilakukan pengorganisasian serta pengelolaan data tersebut 
memiliki tujuan untuk menemukan tema dan juga hipotesis kerja yang nantinya 
akan diangkat untuk menjadi sebuah teori substantif. 
Analisis data dalam penelitian itu dilakukan di dalam suatu proses. Jadi 
pelaksanaan analisis mulai dilakukan ketika pengumpulan data itu juga dikerjakan 
dan dilakukan secara intensif yaitu ketika sudah meninggalkan lapangan. 
Melakukan analisis membutuhkan usaha pemusatan perhatian serta pengerahan 
tenaga dan juga pikiran peneliti. Dengan demikian selain menganalisis data para 
peneliti juga harus mendalami kepustakaan yang bertujuan mengonfirmasi teori 
dan menjustifikasi terhadap teori baru yang ditemukan. 
2. Karakteristik Analisis Data Kualitatif 
Sebenarnya, dalam penelitian kualitatif tidak perlu menunggu seluruh 
proses pengumpulan data di lapangan selesai dilakukan. Segera setelah kita 
memeroleh data, sesedikit apapun data itu, ketika masih segar ingatan kita akan 
detail dan konteksnya maka sebaiknya langsung kita simpan dan organisasikan 
dengan benar, dengan sistematis. Kita bisa membuat catatan atau mendeskripsikan 
temuan itu, misalnya mentranskripkan rekaman wawancara sambil membuat 
catatan refleksi teoritis dan metodologis. Dan itu bisa dilakukan secara simultan 
ketika masih “berada dalam proses pencarian data lapangan”.
Mungkin bagi sebagian orang melakukan analisis data kualitatif itu sudah 
bukan hal yang sulit, tapi bagi peneliti pemula seperti kami (mahasiswa), 
melakukan analisis data itu bukan pekerjaan yang sepele. Lebih celaka lagi, ada 
yang malah tidak tahu “bagaimana menganalisisnya”. Memang, dalam penelitian 
kualitiatif analisis data itu “seakan” hanya menceritakan data kita lalu 
mengomentari sedikit-sedikit tentu saja dengan menyinggung teori ini dan teori 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
61 
itu, selesai! Padahal tidak seperti itu semestinya. 
Data kualitatif itu bentuknya teks, kata-kata tertulis, frase dan simbol-simbol 
yang menggambarkan atau merepresentasikan orang, tindakan dan 
peristiwa sosial yang ada dalam kehidupan ini. Kecuali untuk kepentingan content 
analysis, analisis data kualitatif jarang yang menggunakan analisis statistik. Ini 
tidak berarti kalau analisis data kualitatif semata hanya mengandalkan spekulasi 
dan impresi yang semaunya. Analisis data kualitatif bisa juga dilakukan dengan 
sistematis dan logika yang rigit, yang tentu nuansanya berbeda dengan gaya 
analisis kuantitatif yang mengandalkan statistik. Di masa sekarang, peneliti 
kualitatif lebih bersifat eksplisit terbuka untuk ‘diuji’ orang lain. Analisis data 
kualitatif sekarang sudah semakin bersifat ekspisit dan sistematis langkah demi 
langkah. 
Berbeda dengan analisis data kuantitatif yang sudah lebih dahulu 
menentukan perangkat teknik analisis yang spesifik, terstandarisasi, dengan 
bertumpu pada matematika terapan, analisis data kualitatif relatif tidak memiliki 
standar yang baku. Riset kualitatif bersifat induktif, peneliti kualitatif jarang yang 
“sudah menentukan” analisis data yang spesifik ketika mereka memulai
penelitian. Mengutip Schatznab dan Strauss,“Qualitative analysts do not often 
enjoy the operational advantages of their own analytic processes; consequently, 
they cannot refine and order their raw data by operations built initially into the 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
62 
design of research”.35 
Seperti yang telah saya singgung di muka, bahwa dalam analisis data 
kualitatif peneliti tidak harus menunggu proses pengumpulan data itu selesai 
dilakukan. Analisis data kualitatif bisa dilakukan bersamaan dengan proses 
pengumpulan data di lapangan. Peneliti kualitatif akan mencari pola-pola dan 
keterkaitan (data) dan dia bisa memulai melakukan analisis itu semenjak data itu 
diperoleh. Hasil dari analisis data awal ini yang akan membimbing peneliti ke 
pengumpulan data berikutnya. 
Dalam penelitian kualitatif, peneliti akan menghasilkan konsep dan teori 
baru dengan memadukan bukti-bukti empirik dengan konsep-konsep abstraknya. 
Alih-alih menguji hipotesis, analisis kualitatif mencoba menggambarkan atau 
menunjukkan bahwa di dalam bukti temuan lapangan itu sesuatu teori, 
generalisasi dan interpretasi bisa diterima akal. 
Ciri yang kemudian dari analisis kualitatif dilihat dari tingkat abstraksinya. 
Analisis kualitatif tidak se-abstrak sebagaimana dalam analisis kuantitatif; 
melainkan lebih dekat ke ‘raw data’. Data dalam kualitatif berwujud kata, yang 
relatif “imprecise” , diffuse dan melekat pada konteks dan bisa mengandung lebih 
dari satu makna. Mengutip pendapat Collins: “Words are not only more 
35 W Lawrence Neuman, Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches. 
4th.ed. ( Boston: Allyn and Baccon, 2000), Hal. 418.
fundamental intellectually; one may also say that they are necessarily superior to 
mathematics in the social structure of the discipline. For words are a mode of 
expression with greater open-endness, more capacity for conecting various 
realms of argument and experience, and more capacity for reaching intelletual 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
63 
audiences.36 
3. Explanations and Qualitative Data 
Penelitian kualitatif merumuskan sebuah penjelasan (explanations) atau 
generalisasi yang lebih dekat ke data konkret dan konteksnya, namun dengan cara 
yang lebih dari sekedar deskripsi sederhana. Peneliti biasanya menggunakan 
(bahasa) “level yang lebih rendah,” tidak se-abstrak sebagaimana sebuah ‘teori’ 
dan didasarkan pada detail yang konkret. Peneliti bisa memunculkan sebuah “new 
theory” yang menyajikan gambaran realistik mengenai kehidupan sosial dan 
mendorong pemahaman lebih dari sekedar pengujian hipotesis yang kausalistis. 
Penjelasan itu cenderung dalam penjabaran detail yang mendalam, sensitif dengan 
konteksnya dan memungkinkan menunjukkan proses yang kompleks atau 
penggalan-penggalan kehidupan sosial. Penjelasan semacam ini bisa saja bersifat 
kausal, namun bukan ini yang menjadi inti persoalan. Tujuan peneliti adalah 
mengorganisasikan sejumlah besar detil spesifik ke dalam gambaran utuh, model 
atau seperangkat konsep yang saling terkait. 
36 W Lawrence Neuman, Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches. 
4th.ed. ( Boston: Allyn and Baccon, 2000), Hal. 419.
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
64 
4. Proses Analisis 
Sering terdapat kelemahan dalam penelitian karena tidak selalu disadari 
hubungan antara analisis data, pengumpulan data dan desain penelitian. Perlu 
diperhatikan bahwa data dicari untuk mendukung atau menguji suatu tafsiran atau 
mentest “hipotesis yang timbul dalam pikiran peneliti”. Kekurangan itu antara lain 
disebabkan oleh karena peneliti hanya sekedar mengumpulkan data yang 
menggambarkan apa adanya tanpa mengaitkannya dengan tujuan mencapai suatu 
teori. 
Jalan dari data deskripsi sampai teori cukup panjang,harus melalui 
beberapa langkah serta meminta pikiran yang banyak, antara lain menemukan dan 
merumuskan konsep, mengembangkan tipologi, memperhatikan konteks, 
melakukan validasi dan sebagainya sampai akhirnya mengembangkan dan 
“menguji teori”. Untuk itu diperlukan kreativitas, imajinasi dengan menggunakan 
analogi dan metafor. 
Menurut Hammersley dan Atkinson proses analisis melalui langkah-lanhkah 
sebagai berikut37: 
a. Pertama, membaca dan memelajari data yang terkumpul sampai dikuasai 
sepenuhnya sambil memikirkannya untuk mencari apakah ada pola-pola 
yang menarik atau menonjol atau justru membingungkan. Selidikilah 
apakah terdapat hubungan antara data, adakah persamaan atau justru 
pertentangan atau kontradiksi dalam pandangan berbagai informan. Sambil 
37 W Lawrence Neuman, Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches. 
4th.ed. (Boston: Allyn and Baccon, 2000), Hal. 139
membaca, peneliti senantiasa mengajukan pertanyaan kepada data, tak 
ubahnya seperti mengajukan pertanyaan kepada informan. Kedua, 
berbagai konsep akan timbul dengan sendirinya bila diperhatikan istilah-istilah 
yang digunakan oleh informan. Selidiki makna istilah itu lebih 
lanjut. Ketiga, mungkin juga peneliti dapat memanfaatkan istilah sehari-hari 
dengan pengertian khusus yang dapat mencakup atau merangkum 
sejumlah data. Peneliti dapat juga menggunakan istilah formal yang 
terdapat dalam disiplin ilmu terentu untuk mengklasifikasikan berbagai 
data. Ada kemungkinan istilah itu masih perlu diadaptasi pada situasi 
khusus yang dihadapi. Atau peneliti harus menciptkan istilah baru untuk 
menangkap karakteristik kategori data tertentu. Dengan demikian peneliti 
dapat melihat adanya pola dalam data yang diberinya nama atau istilah 
[Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi 
di Pesantren Mahasiswa 
65 
tertentu. 
b. Tugas berikut ialah mencari hubungan antara konsep-konsep dalam usaha 
untuk mengembangkan suatu teori. Salah satu cara ialah “the constant 
comparative method” yaitu mengidentifikasi suatu fokus, misalnya 
“omongan orang”. Misalnya, peneliti memelajari bagaimana omongan ini 
terjadi antara guru dalam berbagai lokasi dan kondisi, siapa bicara tentang 
siapa kepada siapa tentang apa dengan cara yang bagaimana. Dengan 
mendeskripsikan, menganalisis, dan membandingkannya peneliti dapat 
menemukan berbagai jenis “omongan orang” dan dapat mengembangkan 
suatu teori. Langkah-langkah “constant comparative method” ini menurut 
Glaser ialah: Pertama, mulailah dengan mengumpulkan data. Kedua,
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren
Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

More Related Content

What's hot

Tugas makalah metodologi penelitian
Tugas makalah metodologi penelitianTugas makalah metodologi penelitian
Tugas makalah metodologi penelitian
Susi Yanti
 
Sosiologi x; rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp)
Sosiologi x; rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp)Sosiologi x; rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp)
Sosiologi x; rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp)
Fakhrudin Sujarwo
 
I. sos sbg ilmu ttg masy_SMAN 1 Kejayan Kab. Pasuruan
I. sos sbg ilmu ttg masy_SMAN 1 Kejayan Kab. PasuruanI. sos sbg ilmu ttg masy_SMAN 1 Kejayan Kab. Pasuruan
I. sos sbg ilmu ttg masy_SMAN 1 Kejayan Kab. Pasuruan
Heru Paryono
 
Sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji fenomena sosial
Sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji fenomena sosialSosiologi sebagai ilmu yang mengkaji fenomena sosial
Sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji fenomena sosial
Athia Nabila Faqiha
 

What's hot (20)

Sosiologi XII; RPP
Sosiologi XII; RPPSosiologi XII; RPP
Sosiologi XII; RPP
 
2 sejarah (1)
2  sejarah (1)2  sejarah (1)
2 sejarah (1)
 
Penelitian analisis isi
Penelitian analisis isiPenelitian analisis isi
Penelitian analisis isi
 
Sosiologi Sebagai Ilmu
Sosiologi Sebagai IlmuSosiologi Sebagai Ilmu
Sosiologi Sebagai Ilmu
 
Sosiologi Kelas X pertemuan kedua
Sosiologi Kelas X pertemuan keduaSosiologi Kelas X pertemuan kedua
Sosiologi Kelas X pertemuan kedua
 
RPP SMA PPKN Kelas X
RPP SMA PPKN Kelas XRPP SMA PPKN Kelas X
RPP SMA PPKN Kelas X
 
Tugas makalah metodologi penelitian
Tugas makalah metodologi penelitianTugas makalah metodologi penelitian
Tugas makalah metodologi penelitian
 
Sosiologi x; silabus
Sosiologi x; silabusSosiologi x; silabus
Sosiologi x; silabus
 
Sosiologi sebagai ilmu
Sosiologi sebagai ilmuSosiologi sebagai ilmu
Sosiologi sebagai ilmu
 
Materi sosiologi kelas x
Materi sosiologi kelas xMateri sosiologi kelas x
Materi sosiologi kelas x
 
silabus sosiologi sma
silabus sosiologi smasilabus sosiologi sma
silabus sosiologi sma
 
Contoh RPP SMP
Contoh RPP SMPContoh RPP SMP
Contoh RPP SMP
 
Sosiologi x; rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp)
Sosiologi x; rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp)Sosiologi x; rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp)
Sosiologi x; rencana pelaksanaan pembelajaran (rpp)
 
Isbd4
Isbd4Isbd4
Isbd4
 
I. sos sbg ilmu ttg masy_SMAN 1 Kejayan Kab. Pasuruan
I. sos sbg ilmu ttg masy_SMAN 1 Kejayan Kab. PasuruanI. sos sbg ilmu ttg masy_SMAN 1 Kejayan Kab. Pasuruan
I. sos sbg ilmu ttg masy_SMAN 1 Kejayan Kab. Pasuruan
 
Fungsi dan peran sosiologi
Fungsi dan peran sosiologi Fungsi dan peran sosiologi
Fungsi dan peran sosiologi
 
Kuliah 1 sosiologi
Kuliah 1 sosiologiKuliah 1 sosiologi
Kuliah 1 sosiologi
 
Uas semiotika komunikasi (part 2)
Uas semiotika komunikasi (part 2)Uas semiotika komunikasi (part 2)
Uas semiotika komunikasi (part 2)
 
Ilmu sosiologi
Ilmu sosiologiIlmu sosiologi
Ilmu sosiologi
 
Sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji fenomena sosial
Sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji fenomena sosialSosiologi sebagai ilmu yang mengkaji fenomena sosial
Sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji fenomena sosial
 

Similar to Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

Kunci sosiologi 10 a k-13_peminatan_deleted
Kunci sosiologi 10 a k-13_peminatan_deletedKunci sosiologi 10 a k-13_peminatan_deleted
Kunci sosiologi 10 a k-13_peminatan_deleted
Rahmat Rizqan
 
7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi
Gadis Octory
 
ruang lingkup dan perkembangan sosiologi
 ruang lingkup dan perkembangan sosiologi ruang lingkup dan perkembangan sosiologi
ruang lingkup dan perkembangan sosiologi
suher lambang
 
Sosiologi X; Silabus (Kurikulum 2013)
Sosiologi X; Silabus (Kurikulum 2013)Sosiologi X; Silabus (Kurikulum 2013)
Sosiologi X; Silabus (Kurikulum 2013)
Fakhrudin Sujarwo
 
Ruang Lingkup Sosiologi
Ruang Lingkup SosiologiRuang Lingkup Sosiologi
Ruang Lingkup Sosiologi
Westprog
 
Konsep dasar sosiologi
Konsep dasar sosiologiKonsep dasar sosiologi
Konsep dasar sosiologi
Adi Noegraha
 
sosiologi pendidikan
sosiologi pendidikansosiologi pendidikan
sosiologi pendidikan
galaxyfee
 

Similar to Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren (20)

02. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Sosiologi.pptx
02. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Sosiologi.pptx02. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Sosiologi.pptx
02. Pengertian, Tujuan, dan Ruang Lingkup Sosiologi.pptx
 
Kunci sosiologi 10 a k-13_peminatan_deleted
Kunci sosiologi 10 a k-13_peminatan_deletedKunci sosiologi 10 a k-13_peminatan_deleted
Kunci sosiologi 10 a k-13_peminatan_deleted
 
7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi
 
ruang lingkup dan perkembangan sosiologi
 ruang lingkup dan perkembangan sosiologi ruang lingkup dan perkembangan sosiologi
ruang lingkup dan perkembangan sosiologi
 
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep SosiologiMateri Pembahasan Konsep Sosiologi
Materi Pembahasan Konsep Sosiologi
 
Sosiologi 2 menyelami fenomena sosial di masyarakat
Sosiologi 2 menyelami fenomena sosial di masyarakatSosiologi 2 menyelami fenomena sosial di masyarakat
Sosiologi 2 menyelami fenomena sosial di masyarakat
 
Sosiologi X; Silabus (Kurikulum 2013)
Sosiologi X; Silabus (Kurikulum 2013)Sosiologi X; Silabus (Kurikulum 2013)
Sosiologi X; Silabus (Kurikulum 2013)
 
Dasar-dasar Sosiologi 1.pptx
Dasar-dasar Sosiologi 1.pptxDasar-dasar Sosiologi 1.pptx
Dasar-dasar Sosiologi 1.pptx
 
PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)
PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)
PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL DAN SOSIALISASI (Makalah sosiologi pendidikan)
 
Ruang Lingkup Sosiologi
Ruang Lingkup SosiologiRuang Lingkup Sosiologi
Ruang Lingkup Sosiologi
 
Review Buku Sosiologi Komunikasi by Putri Artha Rejeki Sinaga.pdf
Review Buku Sosiologi Komunikasi by Putri Artha Rejeki Sinaga.pdfReview Buku Sosiologi Komunikasi by Putri Artha Rejeki Sinaga.pdf
Review Buku Sosiologi Komunikasi by Putri Artha Rejeki Sinaga.pdf
 
Rpp sosiologi-x
Rpp sosiologi-xRpp sosiologi-x
Rpp sosiologi-x
 
Urgensi teori sosiologi dalam ilmu pengetahuan
Urgensi teori sosiologi dalam ilmu pengetahuanUrgensi teori sosiologi dalam ilmu pengetahuan
Urgensi teori sosiologi dalam ilmu pengetahuan
 
[KELAS X- Semester 1] Sosiologi Bab 1: Sosiologi
[KELAS X- Semester 1] Sosiologi Bab 1: Sosiologi[KELAS X- Semester 1] Sosiologi Bab 1: Sosiologi
[KELAS X- Semester 1] Sosiologi Bab 1: Sosiologi
 
Sosiologi sebagai Ilmu dan Metode
Sosiologi sebagai Ilmu dan MetodeSosiologi sebagai Ilmu dan Metode
Sosiologi sebagai Ilmu dan Metode
 
P. Pembelajaran IPS Kelas Rendah.ppt
P. Pembelajaran IPS Kelas Rendah.pptP. Pembelajaran IPS Kelas Rendah.ppt
P. Pembelajaran IPS Kelas Rendah.ppt
 
Konsep dasar sosiologi
Konsep dasar sosiologiKonsep dasar sosiologi
Konsep dasar sosiologi
 
Pertemuan ke 2 & 3 pengertian penelitian kualitatif
Pertemuan ke 2 & 3 pengertian penelitian kualitatifPertemuan ke 2 & 3 pengertian penelitian kualitatif
Pertemuan ke 2 & 3 pengertian penelitian kualitatif
 
Sosiologi - Kajian Sosiologi
Sosiologi - Kajian SosiologiSosiologi - Kajian Sosiologi
Sosiologi - Kajian Sosiologi
 
sosiologi pendidikan
sosiologi pendidikansosiologi pendidikan
sosiologi pendidikan
 

Recently uploaded

R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
magfira271100
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
laila16682
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
karamitha
 
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannyasistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
ANTARASATU
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
SyabilAfandi
 

Recently uploaded (9)

R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas TerbukaMateri Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannyasistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
sistem ekskresi ginjal pada manusia dan kelainannya
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 

Dinamika Sosiologi Komunikasi Pesantren

  • 1. [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk sosial, ini adalah sebuah kenyataan yang tak terbantahkan dan memang sudah kodratnya demikian. Namun terkadang kita tidak paham dengan ruang lingkup sosial yang ada di sekitar kita, dan itu membuat sering terjadinya salah paham yang berujung pada konflik. Manusia juga diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang multidimensional sehingga kita berinteraksi secara makhluk individu ataupun sebagai makhluk sosial. Selain itu sebagai makhluk ciptaan Tuhan kita juga mempunyai segi spritualitas, sehingga manusia mempunyai tiga sisi yaitu sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk spiritual. Dalam konteks sosial budaya, manusia membutuhkan manusia lain untuk saling berkolaborasi dalam pemenuhan kebutuhan fungsi-fungsi sosial satu dengan lainnya. Karena pada dasarnya suatu fungsi yang dimiliki oleh manusia satu akan sangat berguna dan bermanfaat bagi manusia lainnya. Sehingga fungsi-fungsi sosial yang diciptakan oleh manusia ditujukan untuk saling berkolaborasi dengan sesama fungsi sosial manusia lainnya, dengan kata lain, manusia menjadi sangat bermartabat apabila bermanfaat bagi manusia lainnya. Fungsi-fungsi sosial manusia lahir dari adanya kebutuhan akan fungsi tersebut oleh orang lain, dengan demikian produktivitas fungsional dikendalikan oleh berbagai macam kebutuhan manusia. Setiap manusia memiliki kebutuhan masing-masing secara individual maupun kelompok, untuk memenuhi kebutuhan-
  • 2. kebutuhan tersebut, maka perlu adanya perilaku selaras yang bisa diadaptasi oleh masing-masing manusia. Penyelarasan kebutuhan dan penyesuaian kebutuhan individu, kelompok, dan kebutuhan sosial satu dan lainnya, menjadi konsentrasi [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 2 utama pemikiran manusia dalam masyarakatnya yang beradab. Sosiologi komunikasi mengungkapkan bahwa tindakan awal untuk menyelaraskan fungsi-fungsi sosial yang ada di dalam manusia, adalah dengan melakukan interaksi sosial, atau tindakan komunikasi antara satu pihak dengan yang lainnya. Aktivitas interaksi manusia ini bisa berupa tindakan verbal, non-verbal, atau bahkan bersifat simbolis. Kebutuhan manusia akan interaksi sosial melahirkan budaya-budaya yang beragam nilai dan norma-normanya. Nilai dan norma ini dibentuk oleh manusia agar tercipta keseimbangan sosial (social equilibrium) antara hak dan kewajiban sehingga tercipta tatanan sosial (social order) dalam proses kehidupan bermasyarakat. Karena salah satu unsur terpenting dari kehidupan sosial manusia adalah komunikasi, maka lahirlah kebutuhan ilmu untuk mengkaji kekhususan dalam studi-studi sosiologi yang dinamakan sosiologi komunikasi. Sosiologi komunikasi membaca fenomena sosial melalui perspektif kajian sosiologi tentang aspek-aspek khusus komunikasi dalam lingkungan individu, kelompok masyarakat, budaya, dan dunia terutama antar kalangan mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan riil tersebut, maka penelitian ini bermaksud untuk mengkaji secara mendalam dan mengungkap dinamika sosiologi komunikasi Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
  • 3. [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 3 B. PERUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana model sosiologi komunikasi antar mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya ? 2. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya dalam rangka membangun sosiologi komunikasi ? C. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan mendasar dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana model sosiologi komunikasi antar mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya 2. Untuk mengetahui dan mengatasi kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya dalam rangka membangun sosiologi komunikasi D. KEGUNAAN PENELITIAN Kehadiran penelitian ini diharapkan berguna bagi peneliti sendiri, seluruh civitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya (mahasiswa, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, dan para pimpinan lembaga), maupun masyarakat cendekia yang berada di ranah luar institusi UIN Sunan Ampel Surabaya mengenai model sosiologi komunikasi antar mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, khususnya mengenai pola, bentuk, media, faktor pendorong, dan sekaligus faktor penghambat dan juga kendala-kendala apa saja yang dihadapi
  • 4. oleh mahasiswa di Pesantren Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya dalam [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 4 rangka membangun sosiologi komunikasi E. DEFINISI KONSEP Ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Suatu hal atau persoalan yang dirumuskan dalam merumuskan kita harus dapat menjelaskannya sesuai dengan maksud kita memakainya. Suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memunkinkan manusia untuk berpikir. Definisi konsep yang lain adalah sesuatu yang umum atau representasi intelektual yang abstrak dari situasi, obyek atau peristiwa, suatu akal pikiran, suatu ide atau gambaran mental. F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Dalam penelitian ini memuat lima bab yang masing-masing mempunyai relasi, diantaranya: BAB I ; Berisi mengenai Pendahuluan yang disajikan pokok permasalahan, dalam bab ini memuat diantaranya; latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,definisi konsep, dan sistematika pembahasan. BAB II ; Tinjauan Pustaka, meliputi : pertama, tentang Sosiologi Komunikasi yang mencakup :Pengertian Sosiologi Komunikasi, Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi, dan Pola-pola Pendekatan Sosiologi Komunikasi, Kedua
  • 5. tentang Komunikasi Antarpersonal dan Komunikasi Kelompok sebagai Bagian dari Sosiologi Komunikasi, dan ketiga, Teori Sosiologi Komunikasi tentang [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 5 Komunikasi Antarpersonal dan Komunikasi Kelompok. BAB III ; Metode Penelitian yang mencakup tentang Pendekatan Penelitian, Lokasi Penelitian, Tahap-tahap Penelitian, Instrumen Penelitian, Metode Pengumpulan Data, dan Analisis Data. BAB IV ; Penyajian dan Analisis Data meliputi : Deskripsi Obyek Penelitian, Hasil Penelitian, dan Telaah Teori tentang Hasil Penelitian. BAB V ; Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran, dan pada bagian akhir karya ilmiah: terdiri dari daftar pustaka. Untuk lebih jelasnya Laporan penelitian ini dibagi atas beberapa bab. 1. Bagian Pertama (Pendahuluan) Pada Bab I ini terdiri dari beberapa sub pokok bab yang meliputi antara lain: a. Latar Belakang Masalah Menguraikan tentang alasan dan motivasi dari penulis terhadap topik permasalahan yang bersangkutan. b. Rumusan Masalah Berisi masalah apa yang terjadi dan sekaligus merumuskan masalah dalam penelitian yang bersangkutan. c. Tujuan Penelitian Menggambarkan hasil-hasil apa yang bisa dicapai dan diharapkan dari penelitian ini dengan memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti.
  • 6. [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 6 d. Manfaat Penelitian Sesuatu yang dapat diambil dari obyek yang diteliti oleh peneliti yang dijadikan sebagai bahan laporan yang awalnya peneliti hanya menghipotesis saja namun dengan melakukan penelitian maka peneliti akan mengetahui apa yang selama ini hanya hipotesis menjadi kenyataan. Untuk orang lain yaitu sesuatu yang dapat dipelajari dan diambil dari hasil penelitian yang telah disusun rapi oleh peneliti yang kemudian dibaca oleh pembaca dan dapat diperoleh kesimpulan yang bermanfaat daloam kehidupannya. e. Definisi Konsep Suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memunkinkan manusia untuk berpikir. Definisi konsep yang lain adalah sesuatu yang umum atau representasi intelektual yang abstrak dari situasi, obyek atau peristiwa, suatu akal pikiran, suatu ide atau gambaran mental. f. Sistematika Pembahasan Memberikan gambaran umum dari bab ke bab isi dari Penulisan Karya tulis ilmiah. g. Metode Penelitian Menjelaskan cara pelaksanaan kegiatan penelitian, mencakup cara pengumpulan data, alat yang digunakan dan cara analisa data. 1) Jenis-Jenis Metode Penelitian: Studi Pustaka: Semua bahan diperoleh dari buku-buku dan/atau jurnal.
  • 7. [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 7 2) Studi Lapangan : Data diambil langsung di lokasi penelitian. 3) Gabungan : Menggunakan gabungan kedua metode di atas. 2. Bagian Kedua (Tinjauan Pustaka) Pada Bab II Tinjauan Pustaka ini terdiri dari beberapa sub pokok bab yang meliputi antara lain : a. Konsep atau terminologi yang diteliti Penjelasan mengenai makna atau definisi masalah yang di teliti diserati sumber kutipan. b. Teori Teori yang digunakan dalam sebuah penelitian 3. Bagian Ketiga (Metode penelitian) Pada Bab Metode penelitian ini Menjelaskan cara pengambilan dan pengolahan data dengan menggunakan alat-alat analisis yang ada. 4. Bagian Keempat (Penyajian dan Analisis Data) Pada Bab Penyajian dan Analisis Data ini terdiri dari beberapa sub pokok bab yang meliputi antara lain : a. Deskripsi Obyek Penelitian Deksripsi penelitian di dapat dari teknik pengumpulan data, alurnya logis, sistematis dan kronologi. b. Hasil Penelitian Hasil penelitian merupakan hasil dari wawancara yang didapat dari narasumber yang dilakukan secara langlung bertatap muka, kemudian
  • 8. dirangkum dan dijadikan satu sehingga memperoleh suatu hasil penelitian [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 8 yang signifikan dan faktual. c. Telaah Teori tentang Hasil Penelitian Telaah teori tentang hasil penelitian memiliki beberapa tujuan penting yang beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:1 1) Menemukan acuan definisi bagi konsep-konsep penting yang digunakan, serta penjelasan aspek-aspek yang tercakup didalamnya. Meskipun penelitian kualitatif tidak pernah dimaksudkan untuk mengungkap hipotesis sehingga peneliti memang tidak harus berpegang pada definisi-definisi tertentu untuk konsep-konsep yang digunakan, tetapi peneliti tetap membutuhkan penjelasan mengenai konsep yang dihadirkan. 2) Memperoleh pijakan untuk dapat mengemukakan penjelasan-penjelasan teoritik tentang pendekatan-pendekatan yang digunakan peneliti dalam upaya menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. 3) Memperoleh acuan dalam upaya mengidentifikasi dan mengemukakan justifikasi mengenai ruang-ruang lingkup dari gejala komunikasi yang diteliti. 4) Membantu menemukan keyakinan mengenai posisi-posisi penelitian yang sedang dilakukan di antara penelitian-penelitian lain yang sudah ada sebelumnya, sambil mengemukakan catatan-catatan kritis terhadap penelitian maupun pendekatan-pendekatan yang digunakan. 1 Prawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (LKIS, Yogyakarta, 2007), hlm. 81-83.
  • 9. 5) Memperoleh ilustrasi penelitian sejenis baik dilihat dari segi metode dan atau prosedur penelitian yang digunakan maupun temuan-temuan [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 9 yang dihasilkan peneliti lain. 6) Dapat mengemukakan penegasan mengenai posisi hasil (temuan) penelitian yang dilakukan diantara hasil-hasil (temuan) penelitian lain. 5. Bagian Kelima (Penutup) Bab ini bisa terdiri dari Kesimpulan saja atau ditambahkan Saran. a. Kesimpulan Berisi jawaban dari masalah yang diajukan penulis, yang diperoleh dari penelitian. b. Saran Ditujukan kepada pihak-pihak terkait, sehubungan dengan hasil penelitian. 6. Daftar Pustaka Berisi daftar referensi (buku, jurnal, majalah, dll), yang digunakan dalam penulisan.
  • 10. [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SOSIOLOGI KOMUNIKASI Asal mula kajian komunikasi dalam sosiologi bermula dari akar tradisi pemikiran Karl Marx, dimana Marx sendiri adalah masuk sebagai pendiri sosiologi yang beraliran jerman sementara Claude Henry Saint-Simon, Auguste Comte, dan Emile Durkheim merupakan nama-nama para ahli sosiologi yang beraliran Perancis. Sejarah sosiologi komunikasi menempuh dua jalur. Kajian dan sumbangan pemikiran Auguste Comte, Talcott Parson dan Robert K. Merton merupakan sumbangan paradigma fungsional bagi lahirnya teori-teori komunikasi yang beraliran struktural fungsional. Sedangkan sumbangan-sumbangan pemikiran Karl Marx dan Habermas menyumbangkan paradigma konflik bagi lahirnya teori-teori kritis dalam kajian komunikasi. Sosiologi sejak semula telah menaruh perhatian pada masalah-masalah yang ada hubungan dengan interaksi sosial antara seseorang dan orang lainnya. Apa yang disebut oleh Comte dengan ”Social Dynamic”, kesadaran Kolektif” oleh durkheim dan interaksi Sosial Oleh Marx serta ”tindakan komunikatif” dan ”teori komunikasi” oleh Habernas adalah awal mula lahirnya perspektif sosiologi komunikasi. Bahkan melihat kenyataan semacam itu, maka sebenarnya gagasan-gagasan perspektif sosiologi komunikasi telah ada bersamaan dengan lahirnya
  • 11. sosiologi itu sendiri baik dalam perspektif struktural fungsional maupun dalam [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 11 perspektif konflik. Selain apa yang disumbangkan Karl Marx dan Habermas mengenai teori kritis dalam komunikasi, sumbangan dari perspektif struktural fungsional dalam sosiologi yang diajarkan oleh Talcott Parson dalam teori sistem tindakan maupun dalam skema Agil, serta kajian Robert K. Merton tentang struktur fungsional, struktur sosial dan anomi, merupakan sumbangan-sumbangan yang amat penting terhadap lahirnya teor-teori komunikasi di waktu-waktu berikutnya. Dahulu mengenai konsep-konsep penting yang berhubungan dengan sosiologi komunikasi adalah konsep sosiologi, masyarakat dan komunikasi. Sosiologi. Konsep-konsep tersebut merupakan konsep penting yang kemudian melahirkan studi-studi integratif serta terkait satu sama lain sehingga melahirkan studi-studi interelasi yang penting untuk dibicarakan disini sekaligus sebagai ruang lingkup dalam studi-studi sosiologi komunikasi. Istilah sosialisasi sudah familiar juga. Banyak orang menggunakannya untuk berbagai keperluan. Sampai saat ini masih saja banyak orang yang latah menggunakan kata yang satu ini, karena tidak pas penggunaannya. Sama saja halnya dengan orang memakai cincin. Memang cincin di pasangkan pada jari tanggan. Akan tetapi ada saja orang memasangnya pada jari telunjuk atau ibu jari. Pada hal sebaiknya, agar indah dipandang tentunya dipasang pada jari manis.2 2 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : PT RajaGrafindo, 2010), hlm. 55.
  • 12. [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 12 1. Pengertian Sosiologi Komunikasi Menurut Soerjono Soekanto, sosiologi komunikasi adalah kekhususan sosiologi dalam mempelajari interaksi sosial yaitu suatu hubungan atau komunikasi yang menimbulkan proses saling pengaruh-memengaruhi antara para individu, individu dengan kelompok maupun antarkelompok. Menurut Soerjono Soekanto, sosiologi komunikasi juga ada kaitannya dengan public speaking, yaitu bagaimana seseorang berbicara kepada publik. Secara komprehensif sosiologi komunikasi mempelajari tentang interaksi sosial dengan segala aspek yang berhubungan dengan interaksi tersebut seperti bagaimana interaksi (komunikasi) itu dilakukan dengan menggunakan media, bagaimana efek media sebagai akibat dari interaksi tersebut, sampai dengan bagaimana perubahan-perubahan sosial di masyarakat yang didorong oleh efek media berkembang serta konsekuensi sosial macam apa yang ditanggung masyarakat sebagai akibat dari perubahan yang didorong oleh media massa itu. Komunikasi di dalam masyarakat dibagi dalam 5 jenis: 1) Komunikasi individu dengan individu (komunikasi antar pribadi) Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak langsung (melalui medium). Contohnya kegiatan percakapan tatap muka, percakaan melalui telepon, surat-menyurat pribadi. Fokus pengamatannya adalah bentuk-bentuk dan sifat-sifat hubungan (relationship), percakapan (discourse), interaksi, dan karakteristik komunikator.
  • 13. [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 13 2) Komunikasi kelompok Komunikasi kelompok, memfokuskan pembahasannya kepada interaksi di antara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Bahasan teoretis meliputi dinamika kelompok, pola dan bentuk interaksi, serta pembuatan keputusan. 3) Komunikasi organisasi Komunikasi organisasi menunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi melibatkan bentuk-bentuk komunikasi antar pribadi dan komunikasi kelompok. Pembahasannya meliputi struktur dan fungsi organisasi, hubungan antarmanusia, komunikasi dan proses pengorganisasian, serta kebudayaan organisasi. 4) Komunikasi sosial Komunikasi sosial adalah salah satu bentuk komunikasi yang lebih intensif, di mana komunikasi terjadi secara langsung antara komunikator dan komunikan, sehingga situasi komunikasi berlangsung dua arah atau lebih diarahkan kepada pencapaian suatu situasi integrasi sosial, melalui kegiatan ini terjadilah aktualisasi dari berbagai masalah yang dibahas. Komunikasi sosial sekaligus suatu proses sosialisasi dan untuk pencapaian stabilitas sosial, tertib sosial, penerusan nilai-nilai lama dan baru yang diagungkan oleh suatu masyarakat melalui komunikasi sosial kesadaran
  • 14. masyarakat dipupuk, dibina, dan diperluas. Melalui komunikasi sosial, [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 14 masalah-masalah sosial dipecahkan melalui konsensus. 5) Komunikasi massa Komunikasi massa menurut Mc Quail adalah komunikasi yang berlangsung pada tingkat masyarakat luas. Pada tingkat ini komunikasi dilakukan dengan manggunakan media massa. Selanjutnya Mc Quail mengatakan ciri-ciri utama komunikasi massa: a) Sumbernya adalah organisasi formal dan pengirimnya adalah profesional b) Pesannya beragam dan dapat diperkirakan c) Pesan diproses dan distandarisasikan d) Pesan sebagai produk yang memiliki nilai jual dan simbolik e) Hubungan antara komunikan dan komunikator berlangsung satu arah f) bersifat impersonal, non-moral, dan kalkulatif Dengan demikian, lingkup komunikasi massa menyangkut sumber pemberitaan, pesan komunikasi, hubungan komunikan dan komunikator, dan dampak pemberitaan terhadap masyarakat. Jadi, Sosiologi komunikasi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang ilmu komunikasi dari sudut sosiologis. Dalam sosiologi komunikasi ini membahas tentang tinjauan sosiologis terhadap komunikasi baik sebagai aktivitas sosial, interaksi sosial antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok maupun efek sosial dari komunikasi dalam masyarakat tersebut.
  • 15. Atau juga bisa diartikan, sebagai Suatu ilmu yang mempelajari atau meneliti tentang struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial didalam masyarakat yang mempengaruhi proses penyampaian pesan baik verbal maupun nonverbal dari komunikator kepada komunikan guna untuk [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 15 menimbulkan feedback atau umpan balik yang sesuai dengan harapan. Sosiologi komunikasi berpendapat bahwa tindakan awal dalam penyelarasan fungsi-fungsi sosial dan berbagai kebutuhan manusia diawali oleh dan dengan melakukan interaksi sosial atau tindakan komunikasi satu dengan yang lainnya. Aktivitas interaksi sosial dan tindakan komunikasi itu dilakukan baik secara verbal, nonverbal, mapun simbolis. Kebutuhan adanya sinergi fungsional dan akselerasi positif dalam melakukan pemenuhan kebutuhan manusia satu dengan lainnya ini kemudian melahirkan kebutuhan tentang adanya norma-norma dan nilai-nilai sosial yang mampu mengatur tindakan manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhannya, sehingga tercipta keseimbangan sosial (sosial equilibirium) antara hak dan kewajiban dalam pemenuhan kebutuhan manusia, terutama juga kondisi keseimbangan itu akan menciptakan tatanan sosial (social order) dalam proses kehidupan masyarakat saat ini dan di waktu yang akan datang. Fokus interaksi sosial dalam masyarakat adalah komunikasi itu sendiri. Sebagaimana dijelaskan oleh sosiologi bahwa komunikasi menjadi unsur terpenting dalam seluruh kehidupan manusia. Dominasi perspektif ini dalam sosiologi yang begitu luas dan mendalam, maka lahirlah kebutuhan untuk mengkaji kekhususan dalam studi-studi sosiologi yang dinamakan Sosiologi
  • 16. Komunikasi, yaitu perspektif kajian sosiologi tentang aspek-aspek khusus komunikasi dalam lingkungan individu, kelompok, masyarakat, budaya, dan [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 16 dunia. 2. Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi Adapun ruang lingkup kajian sosiologi komunikasi adalah gejala, pengaruh dan masalah sosial yang disebabkan oleh komunikasi. Ruang lingkup kajian sosiologi, yaitu pengaruh atau akibat-akibat sosial yang terjadi atau ditimbulkan oleh komunikasi. Dalam hal ini yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana masalah sosial itu terjadi. Aspek komunikasi apa atau yang bagaimana yang menyebabkan timbulnya masalah tersebut. Dan dalam bahasan mata kuliah sosiologi komunikasi ini akan difokuskan pada sosiologi komunikasi massa. Pada dasarnya antara penelitian dibidang komunikasi dengan sosiologi komunikasi tidak mempunyai hubungan yang langsung. Akan tetapi penelitian dibidang komunikasi mempunyai kecenderungan untuk melakukan penelitian tentang: a) Struktur, pusat perhatian, perilaku masyarakat yang menjadi sasaran komunikator, maksudnya bagaimana sesuatu peran itu disampaikan, ataupun apakah yang akan menjadi pusat perhatian penelitian tersebut. b) Efektifitas komunikasi massa, maksudnya sejauh mana pengaruh yang dapat ditimbulkan oleh komunikasi massa. c) Efek-efek sosial dari komunikasi massa, maksudnya bagaimanakah pengaruh sosialdari komunikasi massa. Dan inilah sebenarnya yang menjadi salah satu bidang kajian sosiologi komunikasi massa.
  • 17. Dengan memperhatikan lingkup kajian sosiologi komunikasi tersebut, maka kita dapat mengetahui bahwa komunikasi dengan media massa mempunyai sifat-sifat atau ciri-ciri tertentu, disamping itu berbagai aspek komunikasi lainnya dapat pula menimbulkan akibat-akibat atau pengaruh sosial lainnya, misalnya, sistem komunikasi dapat menimbulkan pengaruh sosiologis, unsur-unsur komunikasi dapat menimbulkan pengaruh sosiologis. Gejala-gejala sosiologis [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 17 yang terbentuk dalam berbagai kemungkinan antar lain: a) Suatu sistem komunikasi massa dapat menimbulkan pengaruh terhadap masyarakatnya, maksudnya, suatu sistem akan menentukan bagaimana suatu kegiatan itu akan dilaksanakan, sehingga hal ini juga mengandung suatu pengertian bahwa sistem komunikasi massa akan mempengaruhi masyarakatnya, misalnya sistem komunikasi massa komunis mempunyai pengaruh tertentu kepada masyarakatnya. b) Sistem komunikasi massa dapat menyampingkan media komunikasi tradisional yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. c) Sistem komunikasi massa merupakan sarana yang kuat dan luwes untuk menpengaruhi masyarakat sehingga suatu sistem komunikasi massa dapat menimbulkan pengaruh sosiologis yang kuat. d) Sistem komunikasi massa dapat menimbulkan sikap dan pandangan yang seragam terhadap gejala sosial tertentu, maksudnya, sistem tersebut dapat mempengaruhi penilaian masyarakat mengenai suatu masalah sosial tertentu yang ditimbulkan oleh media komunikasi massa.
  • 18. Menurut Bungin, sosiologi komunikasi terdiri dari 4 konsep yang sekaligus menjadi ruang lingkup sosiologi komunikasi. Ke-empat konsep tersebut [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 18 yakni sosiologi, masyarakat, komunikasi, dan teknologi media/informasi.3 a. Sosiologi Asal kata Sosiologi adalah berasal dari kata sofie, yaitu bercocok tanam atau bertanam, kemudian berkembang menjadi Socius (bhs. Latin) yang berarti teman, kawan. Bearkembang lagi menjadi kata sosial yang berartiberteman, bersama, berserikat. Kata sosial secara khusus adalah hal-hal mengenai berbagai kejadian dalam masyarakat yaitu persekutuan manusia, dan selanjutnya dengan pengertian itu bermaksud untuk mengerti kejadian-kejadian dalam masyarakat yaitu persekutuan manusia, dan selanjutnya dengan pengertian itu untuk dapat berusaha mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama. Dengan kata lain menurut Hassan Shadily, Sosiologi adalah ilmu masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau masyarakatnya masyarakatnya), dengan ikatan-ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan atau agamanya, tingkah laku serta keseniannya atau yang disebut kebudayaan yang meliputi segala segi kehidupannya. Berikut pengertian sosiologi menurut para ahli diantaranya adalah: 1) Van der Zanden Memberikan batasan bahwa sosiologi merupakan studi ilmiah tentang interaksi antar manusia. 2) Roucek dan Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok. 3 M. Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi: teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Prenada Media Group, 2006). Hal. 27.
  • 19. 3) William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 19 organisasi sosial. 4) Pitirim Sorokin mengemukakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang: a) hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama; keluarga dengan moral; hukum dengan ekonomi; gerak masyarakat dengan politik dan lain sebaginya); b) hubungan dengan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non sosial (misalnya gejala geografis, biologis dan sebagainya) c) Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial. 5) Prof. DR. Selo Soemardjan dalam bukunya “Setangkai Bunga”, Sosiologi mendefinisikan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat, hubungan antara masyarakat dan akibat dari hubungan tersebut. Karena sosiologi objeknya adalah masyarakat maka cakupan dari objek sosiologi itu adalah individu, kelompok, dan masyarakat. Proses hubungan inilah yang biasa disebut dengan istilah interaksi sosial. Dengan melihat pengertian sosiologi dan objek sosiologi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa sosiologi mempunyai fungsi: 1) Berusaha untuk mendapatkan pengetahuan yang sedalam-dalamnya tentang masyarakat.
  • 20. 2) Mendapatkan fakta-fakta masyarakat yang mungkin dapat dipergunakan [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 20 untuk memecahkan persoalan-persoalan masyarakat. 3) Sosiologi mempelajari gejala umum yang ada pada interaksi manusia. b. Masyarakat Menurut Ralph Linton, masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. Selo Soemardjan menyatakan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan. Pengertian manusia yang hidup bersama dalam ilmu sosial tidak mutlak jumlahnya, bisa saja dua orang atau lebih, tetapi minimal adalah dua orang. Manusia tersebut hidup bersama dalam waktu cukup lama, dan akhirnya melahirkan manusia-manusia baru yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Hubungan antara manusia itu, kemudian melahirkan keinginan, kepentingan, perasaan, kesan, penilaian dan sebagainya. Keseluruhan itu kemudian mewujudkan adanya system komunikasi dan suatu kesatuan sosial peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dalam masyarakat tersebut. Dalam sistem hidup tersebut, maka muncullah budaya yang mengikat antara satu manusia dengan lainnya.
  • 21. [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 21 c. Komunikasi Masih ingatkah Anda bahwa istilah komunikasi yang dalam bahasa Inggris disebut communication, berasal dari bahasa Latin, communicatio? Sebagaimana Anda telah pelajari dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi, kata communicatio berasal dari kata communis yang artinya sama. Tentu saja, konteks sama yang dimaksudkan ialah sama makna.4 Kesamaan makna ini terjadi ketika misalnya Anda terlibat dalam percakapan dengan teman Anda, dimana tidak saja menggunakan bahasa yang sama, namun juga Anda berdua sama-sama mengerti dan memahami makna dari apa yang Anda berdua percakapkan itu. Jadi, kesamaan makna lebih mengarah pada kesamaan pandangan di antara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi mengenai isi dari pesan tersebut. Berikut adalah pengertian komunikasi menurut beberapa ahli. Beberapa teori yang dikemukakan dalam buku Teori Komunikasi antara lain dari: 1) Anderson: Komunikasi adalah suatu proses dengan mana kita bisa memahami dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi merupakan proses yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku. 2) Margarete Mead: Interaksi, juga dalam tingkatan biologis, adalah salah satu perwujudan komunikasi, karena tanpa komunikasi tindakan-tindakan kebersamaan tidak akan terjadi. 4 Dedi Mulyana, Ilmu Komunikasi, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal 53
  • 22. 3) Barnlund: Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 22 memperkuat ego. 4) Berelson dan Steiner: Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. 5) Onong Uchyana: Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran, atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul kepastian, keraguan. Kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. 6) Sean Mac Bride komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang mengandung arti dari komunikator kepada komunikan dengan tujuan tertentu, baik melalui media maupun tidak, sarana atau tidak bersarana. Lambang yang berisi pesan yang membawa pesan dan sarana yang membawa pesan tersebut sebenarnya adalah dua muka dari satu kenyataan. Lambang, gerak, angka, kata-kata, gambar semuanya adalah sarana komunikasi, dan medianya adalah tangan, halaman cetak, radio atau televisi, tidak hanya membawa pesan tetapi sekaligus sebagai lambang komunikasi.5 Pada prinsipnya pernyataan ini benar, bahwa lambang gerak bahasa dan lainya itu adalah sarana dan media komunikasi. Onong Uchjana Effendi dalam 5 Sean Macbride, Many Voices One Word, dalam “Aneka Suara Satu Dunia”, Unesco-Balai Pustaka, hlm. 83
  • 23. membahas komunikasi primer dan sekunder6 serta membenarkan lambang [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 23 tersebut juga media, yakni sebagai media primer. Untuk kepentingan pendefinisian komunikasi, umumnya para pakar ilmu komunikasi merujuk pada pandangan Harold Lasswell dalam bukunya The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell yang menjelaskan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan berikut: Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect? Bila diterjemahkan maka akan menjadi: Siapa Mengatakan Apa dengan Saluran Apa kepada Siapa dan dengan Efek Apa? Bila Anda menyimak baik-baik formulasi Lasswell ini maka Anda akan dapat memahami elemen-elemen penting dari komunikasi. Mari kita bahas satu per satu. Kata who (siapa) dalam konteks komunikasi merujuk kepada seorang pemberi pesan.Pemberi pesan ini biasanya dikenal dengan sebutan sumber informasi, komunikator, atau pengirim pesan. Says what (mengatakan apa) merujuk pada apa yang diperkatakan. Dalam hal ini pesan atau isi dari percakapan/pembicaraan.Pesan ini lalu kita kenal dengan sebutan verbal (melalui kata-kata dan atau tulisan) dan non verbal (menggunakan bahasa isyarat). In which channel (dengan saluran apa) mengarah pada alat atau saluran atau media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Anda tentu tahu bukan, manusia dapat menggunakan bermacam-macam saluran dalam berkomunikasi. Media yang paling praktis dan semua orang menggunakannya saat berkomunikasi 6 Onong Uchjana Effendi, Hubungan Masyarakat Suatu Tinjauan Komunikologis, Remaja Karya, Bandung, 1986, hlm. 93
  • 24. adalah panca indera manusia. Selain itu, kita juga mengenal saluran komunikasi menggunakan alat bantu seperti telephon, telegram, dan surat). Ada juga saluran komunikasi yang digunakan untuk khalayak yang jumlahnya lebih besar (massa) [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 24 yaitu media cetak dan elektronik. To whom (kepada siapa) ditujukan untuk penerima pesan.Penerima pesan ini disebut juga sebagai komunikan, atau receiver.Bila anda berinisiatif menelpon sahabat anda, maka sahabat anda itu disebut sebagai komunikan. With what effect (dengan efek apa) merujuk pada pengaruh yang ditimbulkan dari komunikasi. Pengaruh ini dapat meliputi aspek pengetahuan, ketrampilan, dan sikap lawan bicara.7 Jadi, berdasarkan uraian ini maka kita dapat menyimpulkan bahwa komunikasi itu terdiri dari sekurang-kurangnya 5 unsur yakni: 1) Komunikator (pemberi informasi). 2) Pesan. 3) Media (saluran). 4) Komunikan (penerima informasi/pesan). 5) Efek (pengaruh). Kesimpulannya ialah komunikasi adalah proses pengiriman pesan baik verbal maupun nonverbal dari komunikator kepada komunikan untuk mengahasilkan timbal balik.8 7 Arifin, Anwar. Ilmu Komunikasi : Sebuah Pengantar Ringkas (Jakarta; Rajawali Pers, 1998), hal. 56. 8 Prof. Dr. H. Hafied Cangara, Msc., Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hal 17-19.
  • 25. [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 25 d. Teknologi Komunikasi Dan Informasi Teknologi komunikasi merupakan ruang lingkup ketiga dari sosiologi komunikasi. Menurut Alter, teknologi informasi mencakup perangkat keras dan perangkat lunak untuk melaksanakan satu atau sejumlah tugas pemrosesan data seperti menangkap, mentransmisikan, menyimpan, mengambil, memanipulasi, atau menampilkan data.9 Sedangkan menurut Martin mendefinisikan teknologi informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi.10 Berdasarkan definisi tersebut di atas maka kita dapat menyimpulkan bahwa teknologi komunikasi berhubungan erat dengan perangkat keras dan lunak yang dapat digunakan untuk memproses dan mengirimkan informasi. Ruang lingkup sama dengan domain, atau bisa juga dikatakan sebagai wilayah kerja. Sebagai sebuah disiplin ilmu, sosiologi komunikasi memiliki ruang lingkup / domain. Menurut Bungin, domain atau ruang lingkup sosiologi adalah individu, kelompok, masyarakat, dan sistem dunia. Selanjutnya, ruang lingkup ini juga bersentuhan langsung dengan wilayah lainnya seperti komunikasi, efek media massa, budaya kosmopolitan, proses dan interaksi sosial, dan teknologi informasi dan komunikasi.11 Ruang lingkup dari sosiologi komunikasi seolah-olah, sama dengan ruang lingkup dari sosiologi. Namun, tidaklah demikian. Sosiologi 9 M. Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi: teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Prenada Media Group, 2006). Hal. 30. 10 Ibid. 11 Ibid. Hal. 37.
  • 26. komunikasi tidak mengambil utuh ruang lingkup dari sosiologi. Begitu pula dengan komunikasi. Ruang lingkup sosiologi komunikasi juga tidak mengambil ruang lingkup komunikasi secara keseluruhan. sosiologi komunikasi menjembatani kajian-kajian yang dibicarakan baik dalam bidang ilmu komunikasi maupun sosiologi. Sebagaimana dibahas sebelumnya dalam pengertian sosiologi komunikasi bahwa sosiologi komunikasi bukanlah ilmu yang berdiri sendiri. Sosiologi komunikasi merupakan salah satu cabang dari sosiologi yang secara khusus membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan proses komunikasi dalam [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 26 masyarakat. Setelah anda memahami konsep-konsep sosiologi dan komunikasi, sekarang apa yang anda ketahui tentang sosiologi komunikasi. Secara sederhana, anda dapat membuat definisi sederhana dengan menghubungkan kedua konsep tersebut. Namun untuk menyeragamkan pemahaman, tidak ada salahnya kalau anda memperhatikan beberapa pengertian berikut ini. Stephen F. Steele dalam Anne Arundel Community College and The Society for Applied Sociology (2002), sebagaimana dikutip Liliwery (Tanpa Tahun, hal 4), bahwa sosiologi komunikasi adalah studi yang mempelajari perilaku kolektif akibat media. Selanjutnya, Liliwery sendiri memahami sosiologi komunikasi dalam dua bagian yakni level makro dan mikro. Dalam arti luas (makro), Liliwery berpendapat bahwa sosiologi komunikasi merupakan cabang dari sosiologi yang mempelajari atau menerangkan mengenai prinsip-prinsip keilmuan (ilmu sosial, sosiologi) tentang bagaimana proses komunikasi manusia dalam kelompok atau
  • 27. masyarakat. Sementara dalam artian sempit (mikro), Liliwery mendefinisikan sosiologi komunikasi sebagai cabang dari sosiologi yang mempelajari atau yang menerangkan mengenai prinsip-prinsip keilmuan (ilmu sosial, sosiologi) tentang bagaimana proses komunikasi manusia dalam konteks komunikasi massa dari [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 27 suatu masyarakat. Apa kesimpulannya? Ingat, sosiologi komunikasi adalah cabang dari sosiologi. Secara sederhana anda dapat mengatakan bahwa sosiologi komunikasi adalah cabang dari sosiologi yang mempelajari bagaimana proses pertukaran pesan/informasi terjadi dalam konteks masyarakat. 3. Pola-Pola Pendekatan Sosiologi Komunikasi Untuk menghasilkan suatu teori, maka kajian-kajian ilmiah harus memiliki pendekatan-pendekatan, demikian halnya dengan teori-teori sosiologi komunikasi. Ada tiga pendekatan utama sosiologi komunikasi, yaitu: a. Pendekatan struktural-fungsional. Ini merupakan interdisiplin ilmu antara pendekatan strukturalisme dan fungsionalisme. Pendekatan strukturalisme akan mengkaji struktur kehidupan masyarakat dengan mengabaikan fungsi dari setiap struktur tersebut. Pendekatan ini hanya melihat masyarakat sebagai sebuah komponen yang memiliki struktur pembangun di dalamnya. Sedangkan fungsionalisme lebih cenderung kepada kajian bahwa setiap komponen dalam masyarakat mempunyai fungsi dan peran di dalam masyarakat. Kajian ini mengutamakan fungsi tersebut dan lebih mengabaikan struktur, bahwa setiap komponen harus berfungsi selayaknya, jika tidak maka akan terjadi kepincangan dalam kehidupan sosial.
  • 28. Maka kombinasi antara strukturalisme dan fungsionalisme ini memandang bahwa masyarkat tidak hanya sebagai kesatuan struktur saja atau fungsi saja, tapi cenderung untuk mengkaji masyarakat baik dari strukturnya maupun fungsinya [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 28 dan hubungan di antara keduanya. Pendekatan struktural-fungsional terkenal pada akhir 1930-an, dan mengandung pandangan makroskopis terhadap masyarakat. Walaupun pendekatan ini bersumber pada sosiolog-sosiolog Eropa seperti Max Webber, Emile Durkheim, Vill Predo Hareto, dan beberapa antropog sosial Inggris, namun yang pertama yang mengemukakan rumusan sistematis mengenai teori ini adalah Halcot Parsons, dari Harvard. Teori ini kemudian dikembangkan oleh para mahasiswa Parson, dan para murid mahasiswa tersebut, terutama di Amerika. Pendekatan ini didasarkan pada dua asumsi dasar: 1) Bahwa masyarakat terbentuk atas berbagai sub-struktur yang dalam fungsi-fungsi mereka masing-masing saling bergantung, sehingga perubahan-perubahan yang terjadi dalam fungsi satu sub-struktur dengan sendirinya akan tercermin pada perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur-struktur lainnya pula. Karena itu, tugas analisis sosiologis adalah menyelidiki mengapa suatu hal berpengaruh kepada hal lainnya, dan sampai sejauh mana pengaruh tersebut. 2) Bahwa setiap struktur berfungsi sebagai penopang aktivitas-aktivitas atau substruktur-substruktur lainnya dalam suatu sistem sosial. Contoh-contoh sub-struktur ini dalam masyarakat adalah keluarga, perekonomian, politik, agama, pendidikan, rekreasi, hukum dan pranata-pranata mapan lainnya.
  • 29. [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 29 b. Pendekatan konflik. Baik konflik nilai (the conflict of values) ataupun konflik kepentingan (the conflict of interest). Adapun pendekatan Marxien atau pendekatan konflik merupakan pendekatan alternatif paling menonjol saat ini terhadap pendekatan struktural-fungsional sosial makro. Karl Marx (1818-1883) adalah tokoh yang sangat terkenal sebagai pencetus gerakan sosialis internasional. Meskipun sebagian besar tulisannya ia tujukan untuk mengembangkan sayap gerakan ini, tetapi banyak asumsinya yang dalam pengertian modern diakui sebagai teori sosiologis.12 Namun para pengikut sosiologi Marx menggunakan pedoman-pedoman sosiologis dan ideologi Marx secara sangat eksplisit, sedangkan praktek ideologis hanya secara implisit terdapat dalam tulisan-tulisan para penganut pendekatan sturuktural-fungsional. Sosiologi Marx didasarkan pada dua asumsi pokok yaitu: 1) Ia memandang kegiatan ekonomi sebagai faktor penentu utama semua kegiatan kemasyarakatan. 2) Ia melihat masayarakat manusia terutama dari sudut konflik di sepanjang sejarah. Menurut Marx, motif-motif ekonomi dalam masyarakat mendominasi semua struktur lainnya, seperti agama, keluarga, hukum, seni, sastra, sains dan moralitas. Ia menganggap cara produksi di sepanjang sejarah manusia secara sedikian rupa, sehingga sampai-sampai ia berpandangan sumber daya ekonomi 12 Josefh S, Sociologi Sebuah Pengenalan, terj. Sahat Simamora (Jakarta: Bina Aksara, 1984) . Hal 22.
  • 30. dikuasai oleh segelintir orang tertentu, sementara golongan masyarakat lainnya ditakdirkan untuk bekerja untuk mereka dan tetap bergantung pada kemurahan hati segelintir penguasa. Karenanya Marx melihat masyarakat terbagi jadi dua [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 30 kelas: 1) Kelas pemilik yang selalu mengekploitasi yang disebut dengan kaum Borjouis. 2) Kelas buruh yang senantiasa terekploitasi yang dikenal dengan kaum Proletar. Pengeksploitasian terus menerus ini menurut Marx mengharuskan terjadinya revolusi-revolusi. Bertolak dari memandang sejarah manusia dengan cara seperti ini, Marx mengajukan teori sosialismenya yakni sautu solusi final agar seluruh sumber daya dapat dimiliki oleh semua orang. Revolusi-revolusi lanjutan tidak lagi diperlukan karena idealnya tidak akan adala lagi kelaparan,peng eksploitasian dan konflik. c. Pendekatan interaksionisme-simbolis.13 Pendekatan ini juga merupakan pendekatan yang menggunakan interdisiplin, yakni interaksionisme yakni sebuah pendekatan yang mengkaji hubungan-hubungan yang terjadi di masyarakat. Kemudian pendekatan ini digabungkan dengan pendekatan simbolisme dengan asumsi bahwa semua interaksi dalam masyarakat hanya akan terlihat dengan jelas bila dihubungkan dengan simbol-simbol yang berlaku di kalangan mereka. 13 Ilyas Ba-Yunus, Farid Ahmad, Sosiologi Islam: Sebuah Pendekatan, terj. Hamid Ba-Syaib (Bandung: Mizan, 1996) h. 20-24.
  • 31. Sedangkan pendekatan interaksionisme-simbolis merupakan sebuah perspektif mikro dalam sosiologi yang barang kali sangat spekulatif pada tahapan analisanya sekarang ini. Tetapi pendekatan ini mengandung sedikit sekali prasangkan ideologis, walaupun meminjam banyak dari lingkungan Barat tempat [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 31 dibinanya pendekatan itu. Sebagaimana dipesankan oleh namanya, interaksionisme-simbolis lebih sering disebut sebagai pendekatan interaksionis saja-bertolak dari interaksi sosial pada tingkat paling minimal. Dari tingkat mikro ini, tidak seperti jenis lain psikologi sosial, ia diharapkan memperluas cakupan analisisnya guna menangkap keseluruhan masyarakat sebagai penentu proses dari banyak interaksi. Manusia dipandang mempelajari situasi-situasi yang bisa serasi atau bisa pula menyimpang, mempelajari situasi-situasi transaksi-trasnsaksi politis dan ekonomis, situasi-situasi di dalam dan diluar keluarga, situasi-situasi permainan dan pendidikan, situasi-situasi organisasi, formal dan informal dan seterusnya. Pendekatan ini bisa dicontohkan dengan kajian interaksi pada tingkat keluarga, yang kemudian juga mengkaji bagaimana interaksi itu bisa berpengaruh kepada interaksi pada tingkat yang lebih tinggi yakni interaksi masyarakat. Maka interaksi di tingkat keluarga ini akan sangat kental mempengaruhi dan mencoraki interaksi di tingkat yang lebih tinggi.
  • 32. B. KOMUNIKASI ANTARPERSONAL, KOMUNIKASI KELOMPOK, DAN KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA SEBAGAI BAGIAN DARI SOSIOLOGI [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 32 KOMUNIKASI Setiap hari dimanapun kita berada tidak bisa terlepas dari komunkasi. Namun dalam melakukan komunikasi tidak setiap orang terampil melakukannya dengan efektif. Hal ini terlebih lagi bila orang yang terlibat dalam komunikasi itu berbeda budaya, kesalahan dalam memahami pesan, perilaku atau peristiwa komunikasi tidak bisa dihindari.14 Kesalahan ini dapat menyebabkan terjadinya suasana yang tidak diharapkan bahkan dapat menimbul pertikaian yang menjurus munculnya konflik sosial. Menurut Erving Goffman, proses untuk menampilkan diri agar memiliki kesan lebih baik semacam ini disebut “proses pengelolaan kesan” alias “impression management”. Dalam komunikasi antarpersonal, proses pengelolaan pesan merupakan cara yang lazim digunakan orang agar bisa menjalin komunikasi yang lancar dengan orang lain. Setiap orang pasti pernah melakukan proses semacam ini (komunikasi antarpersonal) terlepas dari apa motivasinya. Boleh jadi, kita pun hampir setiap hari mempraktikan komunikasi antarpersonal ini walaupun dengan tanpa sadar karena sudah terotomatisasi. Oleh karena itu Islam pun memberi nasihat yang sangat tepat yakni, “Sesungguhnya, Allah tidak memandang kepada tubuh kalian dan tidak pula kepada rupa kalian, tetapi memandang hati kalian.” (HR Muslim) 14 Emma Khotimah, Memahami Komunikasi Antarbudaya, Dalam: Jurnal Editor, Vol, 1 No. 1, (Bandung: Unisba. 2000). Hal. 47.
  • 33. Komunikasi antar personal adalah komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak langsung (tanpa medium). Contohnya kegiatan percakapan surat menyurat pribadi. Fokus pengamatannya adalah bentuk-bentuk dan sifat-sifat hubungan, percakapan, interaksi dan karakteristik komunikator.15 Sebagaimana yang diungkapkan oleh Somavar dan Porter, yang menyatakan bahwa “ to understands intercultural interaction one must first understand human communication”.16 Dalam komunikasi antar personal terdapat beberapa hambatan yang ada, [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 33 hambatn-hambatan tersebut antara lain sebgai berikut : 1. Bahasa: Dalam komunikasi peranan bahasa sangat penting karena bahasa merupakan salah satu alat bahasa verbal yang digunakan dalam berkomunikasi. Bila dalam suatu komunikasi ada kesalahpahaman yang terjadi yang disebabkan oleh bahasa itu akan menjadi hambatan dalam komunikasi . 2. Budaya: Budaya juga sangat penting dan berpengaruh. Bila dalam komunikasi ada perbedaan latar budaya dan tidak terdapat titik temu antar satu dengan yang lain hal ini dapat menjadi bomerang dalam proses komunikasi sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman antar personal yang dapat membuat perpecahan. 15 Dedy Mulyana, M.A., Ph.D., Ilmu Komunikasi, (Bandung, PT ROSDAKARYA, 2005). Hal. 175 16 Larry Somavar and Richard E Porter, Communication Between Cultures, (Belmont: C.A. Wadsworth. 1991). Hal. 10.
  • 34. 3. Kebenaran yang semu: Maksud dari kebenaran yang semu adalah benar tidak dan salahpun juga tidak. Dan dalam kata-kata yang digunakan ada bumbu kebohongan di dalamnya. Dalam sebuah komunikasi harus ada [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 34 kejelasan ataupun kejujuran agar ada keterbukaan antar personal. 4. Penipuan : Hambatan komunikasi yang lain adalah penipuan. Dalam sebuah komuikasi bila terjadi penipuan akan merusak keakraban yang sudah terjadi dan sudah terpelihara selama ini. 5. Tujuan yang tidak jelas: Dalam komunikasi harus ada kejelasan dalam berhubungan agar ada tujuan yang pasti, apabila tidak ada tujuan yang jelas akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya misskomunikasi yang dapat memecahkan hubungan antar sahabat ataupun hubungan antar personal yang lainya. 6. Salah paham Terkadang di dalam suatu komunikasi terjadi salah paham dalam interpretasi, respon, dan asumsi. Dan ini membuat suatu kesalahpahaman dalam berkomunikasi sehingga dari kesaahpahaman ini bisa terjadi perusakan suatu komunikasi. Selain itu apabila kesalahpahaman terus berlanjut dalam suatu hubungan komunikasi. Hubungan komunikasi antar personal tersebut bisa pecah atau ada pemutusan hubungan. 7. Sisi historis/ pengalaman: Setiap orang pasti memiliki pengalaman sendiri-sendiri bila dari pengalaman orang yang satu dengan yang lain tidak ada titik temu maka terjadi kesalahpahaman. Dan bila orang yang
  • 35. bersangkutan tidak segera memperbaiki bisa saja terjadi perusakan yang [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 35 berakhir dengan pemutusan suatu hubungan atau komunikasi. 8. Menganggap enteng lawan bicara : Dalam suatu komunikasi atau hubungan kita harus bisa menghormati antar personal agar tercipta suatu hubungan yang harmonis. Tapi apabila tidak ada rasa saling menghormatimaka akan terjadi hal-halyang tidak diiiginkan misalnya pemutusan hubungan. 9. Mendominasi pembicaraan: Komunikasi dua arah akan berhasil bila kita saling mengisi dan melengkapi. Bila ada seorang yang lebih mendominasi suatu pembicaraan komunikasi tersebut tidak akan efektif dan tidak akan berjalan dengan lancar. 10. Pihak ketiga: Ketika terjadi komunikasi dua arah jangan sampai ada pihak ketiga yang datang karena pihak ketiga atau orang yang tidak diundang dapat merusak suatu komunkasi yang sudah terbina dari awal. Hal ini dapat terjadi karena pihak ketiga tidak tahu dari awal apa yang terjadi dalam komunikasi dua arah yang sebelumnya dan dai bias merusak sedikit demi sedikit komunikasi atau hubungan yang sudah tercipta sebelumnya. Dengan adanya, tiap personal terjadi proses komunikasi yang bertujuan untuk mengenali satu dengan lainnya, maka dari itu komunikasi yang terjalin harus terdapat pengertian serta kepercayaan antar persona, selain itu terdapat beberapa komponen yang harus dijaga untuk menjaga hubungan komunikasi agar tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan perusakan atau pemutusan.
  • 36. Dalam kehidupan bersosial, kita sebagai manusia tidak dapat untuk tidak berkomunikasi. We can’t not communicate. Pun halnya saat kita berkelompok. [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 36 Komunikasi seakan menjadi ruh dalam jasad sebuah kelompok. Salah satu factor penting yang dapat mempengaruhi sukses atau gagalnya suatu kelompok/komunitas bergantung pada komunikasinya. Seberapa intens dan efektif suatu komunikasi dapat dibangun. Dalam komunikasi kelompok sering kali ada kegiatan penting yang sangat menunjang keberhasilan kelompok tersebut. Kegiatan tersebut adalah kegiatan “Diskusi Kelompok”. Seperti halnya definisi-definisi lain, komunikasi kelompok pun selalu diutarakan berbeda-beda untuk setiap pakarnya. Perbedaan pendapat ini wajar sekali, mengingat para pakar yang mengemukakan pendapat mengenai komunikasi kelompok pun berbeda latar belakangnya, mulai dari pengalaman, sampai pendidikan yang berbeda satu sama lain. Latar belakang psikologi, sosiokologi, dan komunikologi dapat membedakan pendapat para pakar karena objek formal di setiap bidang kajiannya berbeda namun terdapat juga persamaan pada objek materialnya, yaitu manusia. Komunikasi kelompok merupakan komunikasi yang berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang. Komunikasi kelompok, memfokuskan pembahasannya kepada interaksi diantara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antar personal. Bahasan teoritis meliputi dinamika kelompok, efisiensi dan efektifitas penyampaian informasi dalam kelompok, pola dan bentuk interaksi, serta pembuat keputusan.
  • 37. Sedangkan Komunikasi Lintas Budaya merupakan salah satu bidang kajian Ilmu Komunikasi yang lebih menekankan pada perbandingan pola-pola komunikasi antar pribadi diantara peserta komunikasi yang berbeda kebudayaan. Pada awalnya, studi lintas budaya berasal dari perspektif antropologi sosial dan budaya sehingga kajiannya lebih bersifat depth description, yakni penggambaran [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 37 yang mendalam tentang perilaku komunikasi berdasarkan budaya tertentu. Pengertian Komunikasi Lintas Budaya (cross-cultural) dan Antar Budaya (inter-cultural) biasanya tidak begitu dibedakan.Kedua istilah itu biasanya dipakai secara berganti-ganti dengan makna yang hampir sama. Meski dalam tulisan ini nantinya akan memakai kedua istilah tersebut secara bergantian,namun ada baiknya kita menelusuri nuansa perbedaan arti yang sempat muncul dalam literatur KAB. Berbicara masalah komunikasi lintas budaya tidak dapat pisahkan dari pengertian kebudayaan (budaya). Komunikasi dan kebudayaan tidak hanya sekedar dua kata tetapi dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan untuk merumuskan budaya saja, Godykunts dan Yun Kim menyebut bahwa “ more than one hundred defenition of the term have been sugeested”.17 Sementara komunikasi itu sendiri begitu beragam dan kontroversi dalam pendefenisiannya, atau dengan kata lain di antara para ahli komunikasi belum ada keseragaman. Tapi yang jelas menurut William B. Hart II menyatakan bahwa studi komunikasi lintas budaya dapat diartikan sebagai studi yang menekankan pada efek kebudayaan 17 W.B Gudykunst & Kim Yun Yun, Communicating with strangers: An approach to intercultural communication (Ed), (New York: McGraw Hill, 1992). Hal. 3
  • 38. terhadap komunikasi.18 Bahkan Edward T Hall dengan tegas menyatakan bahwa [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 38 “culture is communication and is cultur”.19 Budaya yang dimiliki seseorang sangat menentukan bagaimana cara kita berkomunikasi, artinya cara seseorang dalam berkomunikasi dengan orang lain apakah dengan orang yang sama budaya maupun dengan orang yang berbeda budaya, karakter budaya yang sudah tertanam sejak kecil sulit untuk dihilangkan, karena budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.20 Dengan demikian konstruksi budaya yang dimiliki oleh seseorang itu, diperoleh sejak masih bayi sampai ke liang lahat, dan ini sangat mempengaruhi cara berpikir, berperilaku orang yang bersangkutan dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya. Bahkan benturan persepsi antar budaya sering kita alami sehari-hari, dan bilamana akibatnya fatal kita cenderung menganggap orang yang berbeda budaya tersebut salah, aneh tidak mengerti maksud kita. Hal ini terjadi karena, kita cenderung memandang perilaku orang lain dalam konteks latar belakang kita sendiri dan karena bersifat subyektif. Untuk menghindari kesalahpahaman sehingga tidak menimbulkan benturan persepsi antarbudaya diantara orang yang berbeda budaya, maka kita dituntut secara obyektif untuk mengenali perbedaan dan keunikan budaya sendiri dan orang lain dengan mempelajari berbagai karakteristik budaya, diantaranya 18 Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003). Hal. 8. 19 Emma Khotimah, Memahami Komunikasi Antarbudaya, Dalam: Jurnal Editor, Vol, 1 No. 1, (Bandung: Unisba. 2000). Hal. 48. 20 Stewart L & Sylvia Moss Tubbs, Human Communication: Kontek-Kontek Komunikasi, Buku Pertama, Editor dan Penerjemah Dedy Mulyana, (Bandung: Rosdakarya. 1996). Hal. 237
  • 39. yaitu: (1) komunikasi dan budaya; (2) penampilan dan pakaian; (3) makanan dan kebiasaan makan; (4) waktu dan kesadaran waktu (5) penghargaan dan pengakuan; (6) nilai, dan norma; (7) rasa diri dan ruang; (8) proses mental dan belajar, dan; (9) kepercayaan dan sikap.21 Sementara itu menurut Deddy Mulyana bahwa untuk menghindari kesalahpahaman dalam melakukan komunikasi dengan orang yang berbeda budaya, kita harus menjadi komunikator yang efektif, karena hubungan dalam konteks apapun harus dilakukan lewat komunikasi.22 Lebih lanjut dijelaskan oleh Deddy Mulyana untuk menjadi komunikator yang efektif, seseorang harus memahami proses komunikasi dan prinsip-prinsip dasar [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 39 komunikasi yang efektif. Menurut Mulyana bahwa untuk mencapai komunikasi yang efektif, khususnya dengan orang yang berbeda budaya yang harus kita lakukan adalah: (1) kita harus selalu menunda penilaian kita atas pandangan dan perilaku orang lain, karena penilaian kita tersebut seringkali bersifat subyektif, dalam spengertian berdasarkan persepsi kita sendiri yang dipengaruhi oleh budaya kita atau dengan kata lain, jangan biarkan stereotif menjebak dan menyesatkan kita ketika kita berkomunikasi dengan orang lain; (2) kita harus berempati dengan mitra komunikasi kita, berusaha menempatkan diri kita pada posisinya. Gunakan sapaan yang layak sesuai dengan budayanya; (3) kita dituntut untuk selalu tertarik kepada orang lain sebagai individu yang unik, bukan sebagai anggota dari suatu kategori 21 Emma Khotimah, Memahami Komunikasi Antarbudaya, Dalam: Jurnal Editor, Vol, 1 No. 1, (Bandung: Unisba. 2000). Hal. 52. 22 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar, cetakan kelima, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003). Hal. 34
  • 40. rasial, suku, agama atau sosial tertentu; (4) kita harus menguasai setidaknya [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 40 bahasa verbal dan nonverbal dan sistem nilai yang mereka anut.23 Komunikasi antarbudaya itu dilakukan : 1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang di pertentangkan. 2. Memalui pertukaran sistem simbol yang tergantung dari persetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan di buat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama 3. Sebagai pembimbing prilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap prilaku kita 4. Menunjukan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan berbagai cara. Dalam hal komunikasi antar budaya Fisher juga mengemukakan bahwa selain memandang kedudukan komunikator dan komunikan maka terhadap faktor lain yaitu pesan. Pesan ditujukan dalam perilaku komunikasi antar budaya bukan sekedar pesan karena pengaruh folkways pribadi tetapi pengaruh folkways masyarakatnya. Pesan itu sama dengan simbol budaya masyarakat yang melingkupi suatu pribadi tertentu ketika ia berkomunikasi antarbudaya. Dengan demikian sikap, perilaku, tindakan seseorang dalam komunikasi antar budaya bukan merupakan sikap, perilaku, tindakan pribadi melainkan simbol dari masyarakatnya. Pesan dalam komunikasi antar budaya merupakan simbol-simbol 23 Deddy Mulyana, Komunikasi Jenaka, Parade Anekdot, Humor, dan Pengalaman Konyol, Cetakan kedua, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2002). Hal. 36.
  • 41. yang di dalamnya terkandung karakteristik komunikator yang terdengar atau terlihat dalam pengalaman proses komunikasi antar pribadi di antara mereka yang berbeda etniknya. 24 dan semua itu (komunikasi antarpersonal, komunikasi kelompok, dan komunikasi lintas budaya) adalah bagian dari sosiologi [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 41 komunikasi. C. TEORI SOSIOLOGI KOMUNIKASI TENTANG KOMUNIKASI ANTARPERSONAL, KOMUNIKASI KELOMPOK, DAN KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA 1. Teori Perbandingan Sosial Kita selalu membandingkan diri kita dengan orang lain dan kelompok kita dengan kelompok lain. Hal-hal yang dibandingkan hampir semua yang kita miliki, mulai dari status sosial, status ekonomi, kecantikan, karakter kepribadian dan sebagainya. Konsekuensi dari pembandingan adalah adanya penilaian sesuatu lebih baik atau lebih buruk dari yang lain. Melalui perbandingan sosial kita juga menyadari posisi kita di mata orang lain dan masyarakat. Kesadaran akan posisi ini tidak akan melahirkan prasangka bila kita menilai orang lain relatif memiliki posisi yang sama dengan kita. Menurut Myers (1999) Prasangka terlahir ketika orang menilai adanya perbedaan yang mencolok. Dalam masyarakat yang perbedaan kekayaan anggotanya begitu tajam prasangka cenderung sangat kuat. Sebaliknya bila status sosial ekonomi relatif 24 Deddy Mulyana, Mengapa dan Untuk Apa Kita Mempelajari Komunikasi Antar Budaya, Dalam: Komunikasi Antar Budaya, Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Oang Berbeda Budaya, Editor: Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2001). Hal. 45
  • 42. setara prasangka yang ada kurang kuat. Ahli sosiolog Manger (1991), menyebutkan bahwa prasangka dan diskriminasi adalah hasil dari stratifikasi sosial yang didasarkan distribusi kekuasaan, status, dan kekayaan yang tidak [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 42 seimbang diantara kelompokkelompok yang bertentangan. Contoh kasus: Adanya perbedaan pendapat dan adanya perbedaan tujuan disebuah kantor ada sebuah perbedaan sosial yaitu antara atasan dan bawahan, manajer dan karyawan dengan ini biasanya sering terjadi konflik atau masalah dan juga kerjaan yang menumpuk, karyawan yang tidak disiplin dan adanya perbedaan gaji ini dapat menjadi suatu konflik perbandingan sosial dan dimana ada juga sama-sama karyawan tapi dibedakan gaji dan fasilitas ini juga salah satu perbandingan sosial yang jelas akan menimbulkan suatu konflik. 2. Teori Percakapan Kelompok Teori percakapan kelompok ini sangat berkaitan dengan produktivitas kelompok atau upaya-upaya untuk mencapainya melalui pemeriksaaan masukan dari anggota (member input), variable-variabel perantara (mediating variables), dan keluaran dari kelompok (group output). Masukan atau input yang berasal dari anggota kelompok dapat diidentifikasikan sebagai perilaku, interkasi dan harapan-harapan (expectation) yang bersifat individual. Sedangkan variable-variabel perantara merujuk pada strukturstruktur formal dan struktur peran dari kelompok seperti status, norma, dan tujuan-tujuan kelompok. Yang dimaksud dengan output kelompok adalah pencapaian atau prestasi dari tugas atau tujuan kelompok. Produktivitas dari suatu kelompok dapat dijelaskan melalui konsekuensi perilaku, interaksi dan harapan-harapan melalui
  • 43. struktur kelompok. Dengan kata lain, perilaku, interaksi dan harapan-harapan (input variables) mengarah pada struktur formal dan struktur peran (mediating variables) sebaliknya variabel ini mengarah pada produktivitas, semangat dan [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 43 keterpaduan (group achievement). Contoh kasus: ketika ada suatu kelompok suku budaya yaitu budaya batak dan jawa yang membedakan antara bahasa dan konotasi dalam pengucapan kalau jawa terkenal dengan kelembutannya akan tetapi suku batak yang terkenal dengan suara keras dan lantang ini terkadang menjadi suatu problem karena pada dasar nya orang-orang di indonesia terlalu sensitif oleh karna itu dari kedua suku akan menimbulkan konflik apabila ada suatu percakapan yang sebenarnya biasa saja tapi kalau ditanggapi dengan konotasi suara yang kencang akan menimbulkan seperti suatu emosi dan dengan kelmbutan di anggap tidak keseriusan dan ini dapat menjadi konflik antara suku-suku yang ada di indonesia. 3. Teori Pertukaran Sosial Teori pertukaran sosial ini didasarkan pada pemikiran bahwa seseorang dapat mencapai satu pengertian mengenai sifat kompleks dari kelompok dengan mengkaji hubungan di antara dua orang (dydic relationship). Suatu kelompok dipertimbangkan untuk kumpulan dari hubungan antara dua partisipan tersebut. Perumusan tersebut mengasumsikan bahwa interaksi menusia melibatkan pertukaran barang dan jasa, dan bahwa biaya (cost) dan imbalan (reward) dipahami dalam situasi yang akan disajikan untuk mendapatkan respon dari individu-individu selama interaksi sosial. Jika imbalan dirasakan tidak cukup atau lebih banyak dari biaya, maka interaksi kelompok akan diakhiri atau individu-
  • 44. individu yang terlibat akan mengubah perilaku mereka untuk melindungi imbalan apa pun yang mereka cari. Pendekatan pertukaran sosial ini penting karena berusaha menjelaskan fenomena kelompok dalam lingkup konsep-konsep [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 44 ekonomi dan perilaku mengenai biaya dan imbalan. Contoh Kasus: Hubungan suami istri melalui sebuah ikatan pernikahan. Pola-pola perilaku dalam sebuah pernikahan, hanya akan langgeng manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan. Banyak perceraian diantara pasangan suami istri terjadi karena salah satu di antara mereka merasa tidak terjadi kecocokan dengan pasangannya serta merasa dirugikan dengan ikatan pernikahan tersebut. Fenomena perceraian sangat sering kita saksikan melalui layar televisi, perceraian selebritis. Bahkan buntut dari perceraian tersebut adalah sebuah pertikaian dimana antara keduanya tidak ada yang mau mengalah. Yang awalnya mereka saling mengumbar kasih sayang tetapi setelah bercerai malah saling melempar caci maki dan kebencian.Sebuah ikatan antara suami istri dalam pernikahan harusnya dipandang sebagai sebuah ikatan suci dan sakral. Sebelum membangun komitmen dalam sebuah ikatan pernikahan seharusnya antara pria dan wanita harus saling mengenal satu sama lain. Alangkah baiknya jika sebuah pernikahan dilandasi oleh pemahaman agama yang baik. Dalam menjalani ikatan pernikahan seharusnya suami istri selalu berkomunikasi secara intens dan terbuka satu sama lain. Masing-masing pasangan
  • 45. juga harus saling memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki pasangannya. Ketika pasangan tidak mampu dalam suatu hal maka alangkah bijaknya jika ia tidak menuntut hal tersebut diluar kesanggupan pasangannya. Komitmen-komitmen seperti inilah yang harus dikedepankan agar tidak terjadi [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 45 perselisihan yang akan berakibat pada perceraian.
  • 46. [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 46 BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN PENELITIAN Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan mengenai sosiologi komunikasi yang membidik terhadap pola interaksi yang terjadi dalam sebuah rumah susun berlantai lima yang terdiri dari berbagai etnis dan Negara yang berbeda yang akrab disapa dengan nama PESMA (Pesantren Mahasiswa) kami selaku peneliti memilih untuk menggunakan model kualitatif karena dirasa sangat tepat dalam memahami proses dialektika sosiologi komunikasi yang terjadi antar mahasanti yang bermukim ditempat tersebut. Penelitian kualitatif adalah strategi penelitian yang biasanya lebih mementingkan pernyataan-pernyataan dari pada angka-angka baik dalam pengumpulan maupun pengamatan data.25 Pertti Alasuutari mengidentifikasi ciri utama penelitian kualitatif dengan membedakannya dari penelitian kuantitatif: ketika kerja kuantitatif berusaha untuk membuat kesimpulan dengan memeriksa frekuensi keterkaitan sebab dan akibat, analisis kualitatif justru memakai jenis penalaran yang mirip dengan pemecahan teka-teki.26 Dia menjelaskan ini sebagai berikut: Setiap informasi atau petunjuk bisa berlaku untuk beberapa hal, tetapi semakin banyak informasi tersedia, semakin kecil jumlah solusi yang mungkin. Setiap petunjuk atau potongan informasi sama pentingnya, dalam penyelesaian 25 Allan Bryman, “Social Research Method 2nd ed.” (United States: Oxford University Press, 2004). Hal. 266. 26 Pertti Alasuutari, Researching Culture: Qualitative method and cultural studies. (London: Sage. 1995). Hal. 7.
  • 47. teka-teki atau penelitian kualitatif setiap potongan informasi harus cocok dengan gambar yang ditawarkan sebagai solusi. Setelah membaca ketiga definisi di atas, ternyata pemaknaan terhadap penelitian kualitatif bisa relatif bervariasi. Ini mungkin menunjukkan kepada kita bahwa penelitian kualitatif bukanlah perihal sederhana. Idealnya, dalam memahami penelitian kualitatif kita perlu mencari seperangkat kekhususan yang ada pada penelitian itu dan tidak ada pada penelitian jenis lain. Dengan demikian berarti tak satu pun definisi di atas sukses dalam menunjukkan ini. Proposisi Alan Bryman sebenarnya menggaris bawahi ciri yang penting, yaitu minimnya pemakaian angka dalam penelitian kualitatif. Sayangnya, pemakaian kata-kata dalam pengumpulan data dan analisis bukanlah ciri yang hanya ada pada penelitian kualitatif: kata-kata juga sangat penting dalam hal pengisian kuesioner kuantitatif; dan secara garis besar ada lebih banyak kata [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 47 daripada angka dalam bagian analisis pada laporan penelitian kuantitaif. Setelah mempelajari penelitian kuntitatif pada materi sebelumnya, perlu adanya pemahaman mengenai penelitian kualitatif. Penelitian kuantitatif berbeda dengan dengan penelitian kuantitatif. Sebagai langkah awal, kelompok kami akan memaparkan tentang tahap-tahap penelitian dalam penelitian kualitatif. Oleh karena itu, pendekatan dalam penelitian ini lebih bersifat eksploratif karena bertujuan untuk menggali, menemukan, menggambarkan, dan sekaligus menganalisa pola, bentuk, sosiologi komunikasi yang dilakukan oleh para mahasantri pesma Uin Sunan Ampel Surabaya.
  • 48. [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 48 B. LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di pesantren mahasiswa Ma’had Al-Jaamiah di lingkungan kampus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel yang terletak di Jl. Jend. Ahmad Yani 117 Surabaya. Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan beberapa pertimbangan terkait dengan permasalahan yang berkenaan fokus penelitian. C. TAHAP-TAHAP PENELITIAN Tiga tahap utama penelitian yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap penulisan laporan. 1. Tahap Perencanaan a. Pemilihan masalah, dengan kriteria: 1) Merupakan tajuk penting, menarik, diminati peneliti, bisa diteliti, mampu ditangani 2) Belum diteliti 3) bisa diteliti: kendala waktu, biaya, sdm 4) data dapat diperoleh 5) bermanfaat b. Latar Belakang masalah, perlu untuk: 1) Menempatkan masalah dalam perspektif tertentu 2) Menegaskan fokus perhatian dalam penelitian 3) Menjelaskan cakupan dimensi permasalahan Tahap ini sangat penting karena:
  • 49. 1) merupakan informasi dasar yang menggambarkan hubungan penelitian [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 49 dengan penelitian lainnya 2) membangkitkan ketertarikan pembaca dan mendorong untuk membaca lebih lanjut 3) menjelaskan pentingnya penelitian kualitatif dan kuantitatif c. Perumusan masalah, berisi penjelasan mengenai 1) Faktor yang dilingkupi 2) Pertanyaan penelitian Karakteristik pertanyaan penelitian kualitatif antara lain: 1) Terdiri dari satu atau dua pertanyaan utama, dan tidak lebih dari lima pertanyaan lebih spesifik 2) Hubungkan pertanyaan utama dengan strategi yang digunakan 3) Gunakan kata ‘mengapa’ atau ‘bagaimana’ 4) Fokus kepada satu fenomena/konsep 5) Kata eksploratif yang menjelaskan apa yang kira-kira akan dilakukan 6) Pertanyaan penelitian ini dapat berubah 7) Pertanyaan terbuka yang tidak merujuk ke literatur atau teori tertentu 8) Menyebut partisipan dan lokasi jika perlu d. Tujuan dan manfaat penelitian, menyatakan: 1) hal yang ingin dicapai melalui penelitian 2) bersifat jelas, spesifik, tepat 3) jika lebih dari satu, disusun menurut tingkat kepentingannya 4) memperhatikan lingkup: lebih sempit lebih baik
  • 50. 5) manfaat menjelaskan kontribusi/implikasi terhadap teori atau [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 50 implementasi Karakteristik tujuan dan maanfaat Penelitian Kualitatif ialah: 1) Berfokus kepada satu fenomena/konsep/gagasan 2) Kata kerja yang menjelaskan proses pemahaman: menjelaskan, memahami, mengembangkan, menelaah makna dari, menemukan 3) Kata/frasa yang bersifat netral 4) Mengandung kata yang menjelaskan strategi yang digunakan dalam proses penelitian 5) Mengutarakan para partisipan dalam studi 6) Mengutarakan lokasi di mana penelitian dilakukan secara detil e. Telaah pustaka 1) Informasi/data dasar yang relevan 2) Berisi temuan yang telah dicapai 3) singkat, runtut, nalar f. Kerangka teoritis/konseptual 1) formulasi hubungan logis antar variabel yang diteliti 2) sebagai landasan hipotesis 3) mengandung struktur logika tertentu Tahap ini sangat penting karena dapat menjadi jiwa penelitian g. Perumusan hipotesis 1) Diturunkan dari kerangka teoritis 2) Ungkapan teori yang hendak diuji
  • 51. [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 51 3) Jumlah tidak tertentu, berkait dengan tujuan Tidak setiap penelitian perlu hipotesis seperti penelitian kualitatif h. Metode penelitian mencakup prosedur dan alat yang digunakan: Populasi, sampel, variabel, instrumen, statistik 2. Tahap Pelaksanaan Dalam tahap pelaksanaan terdapat lima tahap yakni; a. Pengumpulan data, meliputi: 1) Prosedur pengumpulan 2) Sikap dan motivasi 3) Memperhatikan kesahihan (validitas) dan kehandalan b. Pengolahan data meliputi: menyunting, mengkodekan, mentabulasi c. Analisis data 1) menyederhanakan hasil olahan agar mudah dibaca & diinterpretasi 2) analisis non statistik untuk data kualitatif 3) analisis statistik untuk data kuantitatif d. Penafsiran hasil analisis e. Kesimpulan, berisi 1) Sintesis semua aspek yang dibahas 2) Membandingkan hasil dengan penelitian lain atau pengetahuan ilmiah yang relevan 3) Pengkajian implikasi penelitian 4) Rekomendasi/saran
  • 52. [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 52 3. Tahap Penulisan Laporan a. Kalangan pembaca 1) Masyarakat akademis, format: skripsi, tesis, disertasi 2) Sponsor penelitian, format khusus 3) Masyarakat umum, format: ikhtisar, ringkasa, artikel, brosur b. Kerangka isi laporan c. Format dan tata cara penulisan ilmiah 1) Penggunaan bahasa yang baik dan benar. 2) bentuk dan susunan kalimat 3) penggunaan istilah 4) tata tulis baku: sembir, jenis dan ukuran huruf, format 5) daftar pustaka sesuai ketentuan D. INSTRUMEN PENELITIAN 1. Pengertian dan penjelasan instrumen penelitian Instrumen penelitian Merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian. Instrumen sebagai alat pada waktu penelitian yang menggunakan suatu metode. Menyusun instrumen penelitian dapt dilakukan peneliti jika peneliti telah memahami benar penelitiannya. Pemahaman terhadap variabel atau hubungan antar variabel merupakan modal penting bagi peneliti agar dapat menjabarkan menjadi sub variabel, indikator, deskriptor dan butir-butir instrumennya.
  • 53. Ada beberapa langkah umum yang bisa ditempuh dalam menyusun [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 53 instrumen penelitian. Langkah-langkah tersebut adalah: 1) Analisis variabel penelitian, yakni mengkaji variabel menjadi sub penelitian sejelas-jelasnya, sehingga indikator tersebut bisa diukur dan menghasilkan data yang diinginkan peneliti. Dalam membuat indikator variabel, peneliti dapat menggunakan teori atau konsep-konsep yang ada dalam pengetahuan ilmiah yang berkenaan dengan variabel tersebut, atau menggunakan fakta empiris berdasarkan pengamatan lapangan. 2) Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variable dan subvariabel atau juga indikator-indikatornya. Satu variabel mungkin bisa diukur oleh atau jenis instrumen, bisa pula lebih dari satu instrumen. 3) Setelah ditetapkan jenis instrumennya, peneliti menyusun kisi-kisi atau layout instrumen. Kisi-kisi ini berisi lingkup materi pertanyaan, abilitas yang diukur, jenis pertanyaan, banyak pertanyaan, waktu yang dibutuhkan. Materi atau lingkup materi pertanyaan didasarkan pada indikator varibel. Artinya, setiap indikator akan menghasilkann beberapa luas lingkup isi pertanyaan, serta abilitas yang diukurnya. Abilitas dimaksudkan adalah kemampuan yang diharapkan dari subjek yang diteliti. Misalnya kalau diukur prestasi belajar, maka abilitas prestasi tersebut dilihat dari kemampuan subjek dalam hal pengenalan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi. Atau bila diukur sikap seseorang, maka lingkup abilitas sikap kita bedakan aspek kognisi, afeksi, dan konasinya.
  • 54. 4) Berdasarkan kisi-kisi tersebut lalu peneliti menyusun item dan pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen dan jumlah yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi. Jumlah pertanyaan bisa dibuat lebih dari yang ditetapkan sebagai item cadangan. Setiap item yang dibuat peneliti harus sudah punya gambaran jawaban yang diharapkan. Artinya, prakiraan jawaban yang [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 54 betul/diinginkan harus dibuat peneliti. 5) Instrumen yang sudah dibuat sebaiknya diuji coba digunakan untuk revisi instrumen, misalnya membuang instumen yang tidak perlu, menggantinya dengan item yang baru, atau perbaikan isi dan redaksi atau bahasannya.27 Fungsi instrumen adalah mengungkapkan fakta menjadi data. Menurut Arikunto, data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis, benar tidaknya data tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data.28 2. Pengujian Instrumen penelitian Sebuah instrumen dikatakan baik jika memenuhi dua kriteria sebagai berikut: a. Valid, Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Analoginya misalnya meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang dengan teliti, karena meteran alat untuk mengukur panjang.Meteran 27 Raj muhammad teguh. Methodologi penelitian ekonomi. (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2001). Hal. 166 2 Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktik, (Jakarta :PT.Asdi Mahasatia,2006). Hal. 150-160.
  • 55. menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat.Jadi,hasil penelitian dikatakan valid jika terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadipada obyek yang diteliti. b. Reliable, reliable adalah konsistensi alat pengumpul data atau instrument dalam mengukur apa saja yang diukur. Instrumen yang reliable jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama.Jadi, instrument yang valid dan reliable merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 55 dan reliable.29 3. Pengertian Pengumpulan Data dan Penjelasannya Sebelum mengetahui pengumpulan data kita harus tahu pengertian dari sumber data. Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh. Pengumpulan data merupakan salah satu tahapan sangat penting dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Apabila peneliti menggunakan kuesioner dalam pengumpulan datanya maka sumber data disebut responden yaitu, orang yang menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan lisan maupun tulisan. Jika pengumpul data melakukan sedikit kesalahan akan mempengaruhi data dan kesimpulannya dapat salah. Apabila menyusun instrument merupakan pekerjaan penting dalam penelitian, maka akan jauh lebih penting lagi mengumpulkan data terutama jika peneliti menggunakan metode yang memiliki cukup besar celah untuk dimasuki unsur minat peneliti. 29 Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.2009
  • 56. [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 56 Ada 2 sumber data yaitu: a. Data Primer Data yang langsung diambil dari sumber pertama dilokasi penelitian atau objek penelitian. Ada tiga cara pengumpul data primer: Observasi, wawancara dan dokumentasi. b. Data Sekunder Data yang diambil dari hasil mengumpulkan orang lain, contoh: Data yang dimiliki perusahaan, Data BPS, Browsing di internet dan sebagainya. E. METODE PENGUMPULAN DATA Burhan Bungin, menjelaskan metode pengumpulan data adalah “dengan cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan reliable”.30 Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa “metode penelitian adalah berbagai cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”.31 Cara yang dimaksud adalah wawancara, dan studi dokumentasi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Metode Wawancara Wawancara adalah cara menghimpun bahan keterangan yang dilakukan dengan tanya jawab secara lisan secara sepihak berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditetapkan. Anas Sudijono ada beberapa kelebihan 30 M. Burhan Bungin, Sosiologi komunikasi: teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Prenada Media Group, 2006). Hal. 42 31 Suharsimi Arikunto, Metodologi Penelitian. (Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta. 2002). Hal. 136.
  • 57. pengumpulan data melalui wawancara, diantaranya pewawancara dapat melakukan kontak langsung dengan peserta yang akan dinilai, data diperoleh secara mendalam, yang diinterview bisa mengungkapkan isi hatinya secara lebih luas, pertanyaan yang tidak jelas bisa diulang dan diarahkan yang lebih [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 57 bermakna.32 Wawancara dilakukan secara mendalam dan tidak terstruktur kepada subjek penelitian dengan pedoman yang telah di buat. Teknik wawancara digunakan untuk mengungkapkan data tentang bentuk partisipasi orang tua siswa, berlangsungnya bentuk partisipasi, manfaat partisipasi orang tua siswa dan faktor yang mempengaruhi partisipasi orang tua siswa dalam pembelajaran. 2. Metode Dokumentasi Suharsimi Arikunto mengungkapkan metode dokumentasi adalah mencari data yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.33 Hadari Nawawi menyatakan bahwa studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga bukumengenai pendapat, dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.34 32 Anas Sudijono, Pengantar Statistik pendidikan. (Jakarta.: PT Grafindo Persada. 1996). Hal. 82. 33 Suharsimi Arikunto, Metodologi Penelitian. (Jakarta: Penerbit PT. Rineka Cipta. 2002). Hal. 206. 34 Nawawi Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2005). Hal. 133.
  • 58. [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 58 F. ANALISIS DATA Setumpuk data rekaman wawancara dalam file-file audio atau transkrip, beratus lembar catatan observasi lapangan dan segunung dokumen yang terserak di meja berminggu-minggu biasanya menjadi “pemandangan” menggiriskan yang kalau tidak diantisipasi akan membuat si peneliti malas memulai mengerjakannya. Biasanya ini juga diperparah dengan kelelahan dan frustasi berkepanjangan setelah berminggu bolak-balik ke lapangan mencari data, menemui orang, memasuki lembaga dan sebagainya. Padahal tahap yang semestinya harus dikerjakan ini adalah tahapan maha penting tak kalah pentingnya dengan tahapan perencanaan dan tahap penuaian data di lapangan. Yup, tahap yang harus dilakukan ini namanya analisis data. Pada dasarnya proses analisis data itu dimulai dari menelaah data secara keseluruhan yang telah tersedia dari berbagai macam sumber, baik itu pengamatan, wawancara, catatan lapangan dan yang lainnya. Data tersebut memang ada banyak sekali dan setelah dibaca kemudian dipelajari. Apabila itu sudah dilakukan maka selanjutnya melakukan reduksi data yang dilaksanakan dengan cara membuat sebuah abstraksi dan setelah itu maka menyusunnya ke dalam satuan-satuan. Dari satuan-satuan tersebut kemudian dikategorisasikan pada langkah-langkah selanjutnya. Kategori tersebut dilakukan sembari membuat koding dan tahap terakhir dari analisis data penelitian yaitu dengan mengadakan pemeriksaan atas keabsahan data. Apabila tahapan tersebut telah selesai maka sekarang mulailah ke
  • 59. tahap penafsiran data untuk menjadikannya teori substansi dengan menggunakan [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 59 metode-metode tertentu. 1. Konsep dasar analisis data penelitian Patton menjelaskan mengenai analisis data itu merupakan suatu proses untuk mengatur urutan data, kemudian mengorganisasikan ke dalam kategori, pola maupun ke dalam satuan uraian dasar. Sementara Menurut Taylor, analisis data didefinisikan sebagai proses yang melakukan perincian usaha secara formal yang berguna untuk merumuskan hipotesis dan menemukan tema seperti apa yang telah disarankan serta sebagai bentuk usaha untuk memberikan kontribusi dan tema pada hipotesis. Apabila dikaji, maka definisi yang pertama lebih tertuju pada pengorganisasian data sementara untuk definisi yang kedua menekankan pada tujuan dan maksud dari analisis data penelitian. Dengan demikian maka definisi tersebut bisa di sintetiskan bahwa analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan juga mengurutkan data ke dalam suatu kategori, pola dan satuan uraian dasar sehingga bisa ditemukan tema serta dirumuskan hipotesis kerjanya seperti yang telah didasarkan oleh data. Berdasarkan uraian tersebut maka bisa kita tarik kesimpulan bahwa urutan untuk melakukan analisis data dalam penelitian yaitu pertama-tama dengan mengorganisasikan data dari semua data yang telah terkumpul yang terdiri atas komentar peneliti, foto, gambar, dokumen, laporan, artikel, biografi dan sebagainya. Kemudian pekerjaan dari seorang analisis data di sini yaitu : a. Mengatur b. Mengurutkan
  • 60. [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 60 c. Mengelompokkan d. Memberi Kode e. Mengategorikan Dengan dilakukan pengorganisasian serta pengelolaan data tersebut memiliki tujuan untuk menemukan tema dan juga hipotesis kerja yang nantinya akan diangkat untuk menjadi sebuah teori substantif. Analisis data dalam penelitian itu dilakukan di dalam suatu proses. Jadi pelaksanaan analisis mulai dilakukan ketika pengumpulan data itu juga dikerjakan dan dilakukan secara intensif yaitu ketika sudah meninggalkan lapangan. Melakukan analisis membutuhkan usaha pemusatan perhatian serta pengerahan tenaga dan juga pikiran peneliti. Dengan demikian selain menganalisis data para peneliti juga harus mendalami kepustakaan yang bertujuan mengonfirmasi teori dan menjustifikasi terhadap teori baru yang ditemukan. 2. Karakteristik Analisis Data Kualitatif Sebenarnya, dalam penelitian kualitatif tidak perlu menunggu seluruh proses pengumpulan data di lapangan selesai dilakukan. Segera setelah kita memeroleh data, sesedikit apapun data itu, ketika masih segar ingatan kita akan detail dan konteksnya maka sebaiknya langsung kita simpan dan organisasikan dengan benar, dengan sistematis. Kita bisa membuat catatan atau mendeskripsikan temuan itu, misalnya mentranskripkan rekaman wawancara sambil membuat catatan refleksi teoritis dan metodologis. Dan itu bisa dilakukan secara simultan ketika masih “berada dalam proses pencarian data lapangan”.
  • 61. Mungkin bagi sebagian orang melakukan analisis data kualitatif itu sudah bukan hal yang sulit, tapi bagi peneliti pemula seperti kami (mahasiswa), melakukan analisis data itu bukan pekerjaan yang sepele. Lebih celaka lagi, ada yang malah tidak tahu “bagaimana menganalisisnya”. Memang, dalam penelitian kualitiatif analisis data itu “seakan” hanya menceritakan data kita lalu mengomentari sedikit-sedikit tentu saja dengan menyinggung teori ini dan teori [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 61 itu, selesai! Padahal tidak seperti itu semestinya. Data kualitatif itu bentuknya teks, kata-kata tertulis, frase dan simbol-simbol yang menggambarkan atau merepresentasikan orang, tindakan dan peristiwa sosial yang ada dalam kehidupan ini. Kecuali untuk kepentingan content analysis, analisis data kualitatif jarang yang menggunakan analisis statistik. Ini tidak berarti kalau analisis data kualitatif semata hanya mengandalkan spekulasi dan impresi yang semaunya. Analisis data kualitatif bisa juga dilakukan dengan sistematis dan logika yang rigit, yang tentu nuansanya berbeda dengan gaya analisis kuantitatif yang mengandalkan statistik. Di masa sekarang, peneliti kualitatif lebih bersifat eksplisit terbuka untuk ‘diuji’ orang lain. Analisis data kualitatif sekarang sudah semakin bersifat ekspisit dan sistematis langkah demi langkah. Berbeda dengan analisis data kuantitatif yang sudah lebih dahulu menentukan perangkat teknik analisis yang spesifik, terstandarisasi, dengan bertumpu pada matematika terapan, analisis data kualitatif relatif tidak memiliki standar yang baku. Riset kualitatif bersifat induktif, peneliti kualitatif jarang yang “sudah menentukan” analisis data yang spesifik ketika mereka memulai
  • 62. penelitian. Mengutip Schatznab dan Strauss,“Qualitative analysts do not often enjoy the operational advantages of their own analytic processes; consequently, they cannot refine and order their raw data by operations built initially into the [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 62 design of research”.35 Seperti yang telah saya singgung di muka, bahwa dalam analisis data kualitatif peneliti tidak harus menunggu proses pengumpulan data itu selesai dilakukan. Analisis data kualitatif bisa dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data di lapangan. Peneliti kualitatif akan mencari pola-pola dan keterkaitan (data) dan dia bisa memulai melakukan analisis itu semenjak data itu diperoleh. Hasil dari analisis data awal ini yang akan membimbing peneliti ke pengumpulan data berikutnya. Dalam penelitian kualitatif, peneliti akan menghasilkan konsep dan teori baru dengan memadukan bukti-bukti empirik dengan konsep-konsep abstraknya. Alih-alih menguji hipotesis, analisis kualitatif mencoba menggambarkan atau menunjukkan bahwa di dalam bukti temuan lapangan itu sesuatu teori, generalisasi dan interpretasi bisa diterima akal. Ciri yang kemudian dari analisis kualitatif dilihat dari tingkat abstraksinya. Analisis kualitatif tidak se-abstrak sebagaimana dalam analisis kuantitatif; melainkan lebih dekat ke ‘raw data’. Data dalam kualitatif berwujud kata, yang relatif “imprecise” , diffuse dan melekat pada konteks dan bisa mengandung lebih dari satu makna. Mengutip pendapat Collins: “Words are not only more 35 W Lawrence Neuman, Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches. 4th.ed. ( Boston: Allyn and Baccon, 2000), Hal. 418.
  • 63. fundamental intellectually; one may also say that they are necessarily superior to mathematics in the social structure of the discipline. For words are a mode of expression with greater open-endness, more capacity for conecting various realms of argument and experience, and more capacity for reaching intelletual [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 63 audiences.36 3. Explanations and Qualitative Data Penelitian kualitatif merumuskan sebuah penjelasan (explanations) atau generalisasi yang lebih dekat ke data konkret dan konteksnya, namun dengan cara yang lebih dari sekedar deskripsi sederhana. Peneliti biasanya menggunakan (bahasa) “level yang lebih rendah,” tidak se-abstrak sebagaimana sebuah ‘teori’ dan didasarkan pada detail yang konkret. Peneliti bisa memunculkan sebuah “new theory” yang menyajikan gambaran realistik mengenai kehidupan sosial dan mendorong pemahaman lebih dari sekedar pengujian hipotesis yang kausalistis. Penjelasan itu cenderung dalam penjabaran detail yang mendalam, sensitif dengan konteksnya dan memungkinkan menunjukkan proses yang kompleks atau penggalan-penggalan kehidupan sosial. Penjelasan semacam ini bisa saja bersifat kausal, namun bukan ini yang menjadi inti persoalan. Tujuan peneliti adalah mengorganisasikan sejumlah besar detil spesifik ke dalam gambaran utuh, model atau seperangkat konsep yang saling terkait. 36 W Lawrence Neuman, Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches. 4th.ed. ( Boston: Allyn and Baccon, 2000), Hal. 419.
  • 64. [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 64 4. Proses Analisis Sering terdapat kelemahan dalam penelitian karena tidak selalu disadari hubungan antara analisis data, pengumpulan data dan desain penelitian. Perlu diperhatikan bahwa data dicari untuk mendukung atau menguji suatu tafsiran atau mentest “hipotesis yang timbul dalam pikiran peneliti”. Kekurangan itu antara lain disebabkan oleh karena peneliti hanya sekedar mengumpulkan data yang menggambarkan apa adanya tanpa mengaitkannya dengan tujuan mencapai suatu teori. Jalan dari data deskripsi sampai teori cukup panjang,harus melalui beberapa langkah serta meminta pikiran yang banyak, antara lain menemukan dan merumuskan konsep, mengembangkan tipologi, memperhatikan konteks, melakukan validasi dan sebagainya sampai akhirnya mengembangkan dan “menguji teori”. Untuk itu diperlukan kreativitas, imajinasi dengan menggunakan analogi dan metafor. Menurut Hammersley dan Atkinson proses analisis melalui langkah-lanhkah sebagai berikut37: a. Pertama, membaca dan memelajari data yang terkumpul sampai dikuasai sepenuhnya sambil memikirkannya untuk mencari apakah ada pola-pola yang menarik atau menonjol atau justru membingungkan. Selidikilah apakah terdapat hubungan antara data, adakah persamaan atau justru pertentangan atau kontradiksi dalam pandangan berbagai informan. Sambil 37 W Lawrence Neuman, Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approaches. 4th.ed. (Boston: Allyn and Baccon, 2000), Hal. 139
  • 65. membaca, peneliti senantiasa mengajukan pertanyaan kepada data, tak ubahnya seperti mengajukan pertanyaan kepada informan. Kedua, berbagai konsep akan timbul dengan sendirinya bila diperhatikan istilah-istilah yang digunakan oleh informan. Selidiki makna istilah itu lebih lanjut. Ketiga, mungkin juga peneliti dapat memanfaatkan istilah sehari-hari dengan pengertian khusus yang dapat mencakup atau merangkum sejumlah data. Peneliti dapat juga menggunakan istilah formal yang terdapat dalam disiplin ilmu terentu untuk mengklasifikasikan berbagai data. Ada kemungkinan istilah itu masih perlu diadaptasi pada situasi khusus yang dihadapi. Atau peneliti harus menciptkan istilah baru untuk menangkap karakteristik kategori data tertentu. Dengan demikian peneliti dapat melihat adanya pola dalam data yang diberinya nama atau istilah [Sosiologi Komunikasi] | Mengunkap Dinamika Sosiologi Komunikasi di Pesantren Mahasiswa 65 tertentu. b. Tugas berikut ialah mencari hubungan antara konsep-konsep dalam usaha untuk mengembangkan suatu teori. Salah satu cara ialah “the constant comparative method” yaitu mengidentifikasi suatu fokus, misalnya “omongan orang”. Misalnya, peneliti memelajari bagaimana omongan ini terjadi antara guru dalam berbagai lokasi dan kondisi, siapa bicara tentang siapa kepada siapa tentang apa dengan cara yang bagaimana. Dengan mendeskripsikan, menganalisis, dan membandingkannya peneliti dapat menemukan berbagai jenis “omongan orang” dan dapat mengembangkan suatu teori. Langkah-langkah “constant comparative method” ini menurut Glaser ialah: Pertama, mulailah dengan mengumpulkan data. Kedua,