SlideShare a Scribd company logo
1 of 197
1
Parasitologi lingkungan
• Batasan / definisi
• Macam parasit yg mencemari lingkungan
• Faktor yang mempengaruhi kehidupan parasit di
lingkungan
• Bentuk / stadium parasit yg dpt hidup di lingkungan
• Cara pengambilan sampel / pemeriksaan parasit di lingk
• Kaitan parasit tsb dalam bidang kesehatan
• Cara penularan / infeksi pada manusia
• Cara diagnosis
• Cara pengobatan
• Cara pencegahan
2
Macam parasit yg mencemari lingkungan
• Definisi parasit:
– Organisme yg terdiri atas satu sel (protozoa) / banyak sel
(helminth / cacing) yg hidupnya tergantung pd hospes
• Macam parasit (protozoa) yg mencemari lingkungan:
– Entamoeba histolitika
– Entamoeba coli
– Balantidium coli
– Giardia lamblia
– Trichomonas vaginalis
– Toxoplasma gondii
3
Parasit yg mencemari lingkungan
(lanjutan)
Macam parasit (helminth) yg mencemari lingkungan:
• Gol. nematoda
– Ascaris lumbricoides (cacing gelang)
– Trichuris trichiura (cacing cambuk)
– Ancylostoma duodenale (cacing tambang / cacing kait)
– Necator americanus (cacing tambang / cacing kait)
– Enterobius vermiculari (cacing kremi)
– Strongyloides stercoralis
• Gol. cestoda: Gol. trematoda:
– Taenia saginata -- Fasciola hepatica
– Taenia solium -- Fasciolopsis buski
– Diphylobothrium latum -- Clonorchis sinensis
4
Entamoeba histolitika
• Daerah penyebaran:
– Daerah tropik & sub-tropik
– Keadaan lingkungan jelek
• Morfologi:
– Trofozoit: bergerak aktif, bentuknya tidak beraturan
tidak mempunyai dinding, di luar hospes segera mati
– Kista: bentuknya bulat, mempunyai dinding shg tahan hidup
infektif, mencemari lingkungan
• Faktor-faktor yg mempengaruhi kehidupannya di lingk.
– Keadaan tanah sinar matahari lansung
– Zat kimia kelembaban suhu
5
Viability kista di lingkungan
Dalam tanah:
• Suhu 370 C dapat hidup selama 5 jam
• Suhu 250 C dapat hidup selama 16 jam
• Suhu 50 C dapat hidup selama 96 jam
• Suhu 500 C dapat hidup selama 5 menit
Dalam air:
• Suhu 370 C dapat hidup selama 2 hari
• Suhu 220 C dapat hidup selama 9 hari
• Suhu 00 C dapat hidup selama 60 hari
• Mati ok sinar ultra-violet panjang gelombang 2537À
6
Lingkaran hidup & cara penularan
• Hospes difinitif: manusia
• Habitat: usus besar / colon
• Vektor mekanik: Musca domestca / lalat rumah
Periplanata americana / kecoa
• Bentuk infektif: kista berinti 4
• Cara infeksi: makanan / minuman terkontaminasi kista
(food / water borne disease)
• Kista yg masuk bersama makanan di dlm colon akan
berubah menjadi trofozoit.
7
ii
8
-
9
• Patogenesis:
– Trofozoit melukai mucosa colon, perforasi
• Gejala klinis:
– Menyebabkan amoebiasis disentri
– Diarhea disertai lendir dan darah
– Kelainan pada organ: hati, paru-paru, otak
• Diagnosis pd penderita:
– Memeriksa faeces: kista / trofozoit
• Diagnosis lingkungan:
– Memeriksa tanah, sayuran, buah-buahan: kista
• Pengobatan:
– Metronidasol
• Pencegahan: mengobati sumber infeksi, memperbaiki
lingkungan (BAB, higiene sanitasi makanan / minuman)
10
Isolasi / pemeriksaan kista dari bahan pangan
(buah-buahan, sayuran)
• Buah-buahan / sayuran dicuci dg air / NaOH 0,2%
• Air cucian disentrifugasi 1500 ppm selama 5 menit
• Bagian supernatan dibuang
• Endapan diambil dengan pipet, diteteskan pada gelas
obyek
• Lugol / eosin / garam fisiologis diteteskan pada smpel yg
telah berada di gelas obyek
• Sampel diperiksa dengan mikroskop cahaya, perbesaran
lensa obyektif 40X
11
Isolasi / pemeriksaan kista dari tanah yg tercemar
• Sampel tanah 2 gr di masukkan kedlm tabung sentrifus
• Air suling ditambahkan ke dalam tabung sentrifus
• Disentrifugasi 2000 ppm / 3 menit, cairan supernatan
dibuang
• Diulang beberapa kali sampai cairan supernatan jernih
• Endapan dilarutkan dlm magnesium sulfat jenuh
• Larutan magnesium sulfat jenuh ditambahkan sampai
kepermukaan tabung
• Gelas obyek diletakkan pd permukaan tabung, kemudian
diwarnai dgn lugol / eosin, diperiksa dengan mikroskop
12
Kista Entamoeba histolytica yg dpt ditemukan di lingkungan
13
Giardia lamblia
(food water borne disease)
• Daerah penyebaran:
– Daerah tropik / sub-tropik
– Keadaan lingkungan jelak
– Keadaan sosial ekonomi rendah
• Morfologi:
– Trofozoit: tdp di dlm hospes, diluar hospes segera mati
tidak mencemari lingkungan
dpt bergerak dg menggunakan flagela
– Kista: di dlm hospes / di luar hospes
di luar hospes dpt hidup > lama, mencemari lingkungan
bentuknya oval, mempunyai dinding
infektif (kista yg berinti 4)
14
ii
Faktor yg mempengaruhi kehidupan di lingkungan:
• Keadaan tanah suhu
• Kelembaban zat kimia
• sinar matahari langsung
Lingkaran hidup:
• Hospes difinitif: manusia (Anak-anak)
• Hospes antara: Musca domestica,
Periplanata americana
• Habitat: duodernum
• Bentuk infektif: kista
• Cara infeksi: makanan / minuman yg tercemar
15
ii
16
ii
• Patogenesis:
– trofozoit menempel mucosa duodenum
• Gejala klinis:
– Gangguan absorbsi lemak / steatorhea
– Terutama diderita pada anak-anak
• Diagnosis penderita:
– Pemeriksaan sampel feces: kista
• Diagnosis lingkungan:
– Pemeriksaan sampel tanah, sayuran, buah, air: kista
• Pengobatan:
– Quinacrin, metronidazol
• Pencegahan:
– Mengobati sumber infeksi, memperbaiki lingkungan, mengurangi
vektor mekanik
17
Bentuk kista Giardia lamblia
18
Balantidium coli
(food water borne disease)
• Daerah penyebaran:
– Tropik, sub-tropik
– Keadaan lingkungan jelek
– Peternakan babi
– Sosial ekonomi rendah
• Morfologi:
– Trofozoit: di dalam hospes
di luar hospes segera mati
bergerak aktif dg cilia
– Kista: tdp dlm hospes
dpt hidup lama diluar hospes
btk bulat mempunyai dinding, sifatnya infektif
19
ii
Faktor yg memepengaruhi kehidupan diluar hospes:
• Zat kimia sinar matahari
• Suhu kelembaban
• Keadaan tanah
Cara penularan / lingkaran hidup:
• Hospes difinitif: manusia, babi (zoonosis)
• Hospes antara: Musca domestica
Periplanata americana
• Habitat: usus besar / colon
• Bentuk infektif: kista
• Cara infeksi:
– Makanan / minuman terkontaminasi kista
– Food water borne disease
20
ii
21
.
22
.
23
ii
• Patogenesis:
– Trofozoit melukai mucosa usus
• Gejala klinis:
– Diare disertai darah
• Diagnosis penderita:
– Memeriksa sampel faeces penderita: kista
• Diagnosis lingkungan:
– Memeriksa sampel: tanah, sayur, buah, air: kista
• Pengobatan:
– Metronidazol
• Pencegahan:
– Mengobati sumber infeksi
– Memperbaiki lingkingan
– Mengurangi populasi lalat / kecoa
24
Bentuk kista Balantidium coli
25
Toxoplasma gondii
• Penyebaran:
– Tropik, sub-tropik
– Keadaan lingkungan jelek
– Hewan kucing
• Morfologi:
– Trofozoit: diluar hospes mati, bentuknya seperti koma
berinti satu, tidak bergerak aktif, dpt hidup dlm hospes
– Kista: dlm hospes dsb kista (tdp dlm jaringan)
diluar hospes dsb ookista (tdp dlm faeces kucing)
btk bulat mempunyai dinding
ookista hidup > lama diluar hospes & mencemari lingk
26
ii
Faktor yg mempengaruhi kehidupan di luar hospes:
• Suhu keadaan tanah
• Zat kimia kelembaban
• Sinar matahari langsung
Cara penularan / lingkaran hidup:
• Hospes difinitif: kucing
• Hospes antara: tikus, sapi, babi, kambing, ayam
• Habitat:
– Hospes difinitif: epitel usus
– Hospes antara: jaringan / otot
• Bentuk infektif: ookista / kista
• Manusia dpt terinfeksi:
– Makanan tercemar ookista (lalat, kecoa sbg vektor mekanik)
– Congenital
– Daging yg mengandung kista tanpa dimasak dg baik
27
ii
28
ii
29
ii
30
.
31
.
32
.
33
ii
• Gejala klinis:
– Tanpa gejala, wanita > manifes d/p pria
– Ibu hamil muda: abortus
– Ibu hamil tua: bayi lahir cacat (hidrocephalus, microcephali
kelainan pd retina, visus menurun
• Diagnosis penderita:
– Serologis
• Diagnosis lingkungan:
– Pemeriksaan sampel tanah, sayuran, makanan / buah: ookista
– Pemeriksaan sampel daging / histologis: kista
• Pengobatan:
– Sulfadiazin, pirimitamin
• Pencegahan:
– Mengobati sumber infeksi memasak daging sbl dimakan
– Memperbaiki lingkungan
34
.
35
Toxoplasmosis congenital
36
ii
37
Bentuk infektif Toxoplasma gondii
oocyst dan cysta
38
Trichomonas vaginalis
• Daerah penyebaran:
– Lingkungan baik / jelek
– Sosial ekonomi baik / jelek
• Morfologi:
– Trofozoit: bergerak dg flagela, hanya hidup dlm hospes
diluar hospes segera mati, anaerob, berinti satu
– Bentuk kista tidak ada
• Faktor yg mempengaruhi kehidupan diluar hospes:
– Suhu
– Zat kimia
– Sinar matahari
– pH larutan / air / asam (3,8-4,4)
39
ii
40
i
• Lingkaran hidup:
– Hospes difinitif: manusia (pria / wanita)
– Vektor: -
– Habitat: alat genital
– Bentuk infektif: trofozoit
– Cara infeksi: kontak langsung (hubungan seksual)
• Patogenesis:
– Iritasi dinding alat genital, peradangan, oedema
– Hipersekresi glandula genital
• Gejala klinis:
– Fluor albus, leocorhea, keputihan
– Wanita > pria
• Diagnosis penderita:
– Pemeriksaan sampel: sekret genital diwarnai Giemsa
• Pencegahan:
– Mengobati sumber infeksi, hindari hubungan sexual dg penderita
41
Bentuk kista protozoa
di lingkungan
42
Nematoda intestinal / usus
(tanda-tanda umum)
• Bentuknya silindris, memanjang, tidak bersegmen
• Panjang bervariasi: mm s/d beberapa cm
• Tubuhnya tertutup kutikula
• Mempunyai jenis kelamin terpisah
• Saluran pencernaan sempurna
• Mempunyai rongga tubuh
• Mempunyai sistem reproduksi sederhana
• Mempunyai sistem syaraf sederhana
• Mempunyai sistem ekskresi sederhana
• Ovipar (bertelur)
43
Ascaris lumbricoides
(cacing gelang, cacing perut)
• Daerah penyebaran:
– Tropik / sub-tropik
– Keadaan sosial ekonomi / lingkungan jelek
– Musca domestica, Periplanata americana
– Golongan soil transmitted helminth
• Morfologi:
– Dewasa: jenis kelamin terpisah, panjang: 25-30 cm
diluar hospes, btk dewasa segera mati
– Telur: fertil (mengandung ovum & menetas menjadi larva)
infertil (tidak dpt berkembang / menetas menjadi larva)
mencemari lingkungan, dpt hidup: 40 hari
-- Larva: didalam hospes
44
i
Faktor-faktor yg mempengaruhi kehidupan diluar hospes
• Suhu kelembaban
• sinar matahari zat kimia
• Keadaan tanah
Cara penularan / lingkaran hidup:
• Hospes difinitif: manusia
• Hospes antara / vektor mekanik: lalat, kecoa
• Habitat: usus halus
• Bentuk infektif: telur yang mengandung larva
• Cara infeksi: makanan / minuman yang tercemar telur
infektif
45
i
46
.
47
i
• Patogenesis:
– Menyerap zat makanan / vit A
– Iritasi mekanik mucosa usus
– Menyumbat usus halus
• Gejala klinis:
– Malnutrisi, defisiensi vit A: gangguan penglihatan
– Diarhea, ileus, batuk & alergi
• Diagnosis penderita:
– memeriksa faeces: melihat bentuk telur
• Diagnosis lingkungan:
– Memeriksa tanah, sayuran, buah
• Pengobatan: upixon, combantrin
• Pencegahan:
– Mengobati sumber infeksi
– Memperbaiki lingkungan
– Mengurangi populasi vektor mekanik
48
.
49
.
50
Bentuk telur Ascaris lumbricoides
51
Trichuris trichiura
( cacing cambuk)
• Daerah penyebaran:
– Tropis, sub-tropis
– Lingkungan / sosial ekonomi jelek
– House fly, cokroach
– Soil transmitted helminth
• Morfologi:
– Dewasa: jenis kelamin terpisah, panjangnya:4-5 cm
diluar hospes cepat mati, tidak mencemari lingkungan
– Telur: bentuk spt tong, dinding tebal, mencemari lingkungan
di luar hospes : 10-40 hari
fertil
– Larva: di dalam hospes, di luar hospes mati
52
1
• Faktor-faktor yg mempengaruhi kehidupan:
– Keadaan tanah sinar matahari lansung
– Suhu kelembaban
– Zat kimia
• Cara penularan / lingkaran hidup:
– Hospes difinitif: manusia
– Hospes antara / vektor mekanik: lalat, kecoa
– Habitat: usus besar / colon (menembus mucosa usus)
– Bentuk infektif: telur yg mengandung larva
– Cara infeksi: makanan / minuman yang dicemari telur yang
mengandung larva
Telur keluar dari hospes bersama faeces & mengandung
ovum, jatuh di tanah berkembang menjadi telur + larva
53
11
54
.
55
ii
• Patogenesis:
– Menyerap zat makanan
– Bentuk dewasa menembus / melukai mucosa usus, terjadi perdarahan
• Gejala klinis:
– Anemia, prolapsus recti
• Diagnosis penderita:
– Memeriksa faeces mikroskopis utk melihat telur
• Diagnosis lingkungan:
– Memeriksa tanah, sayuran, buah-buahan
• Pengobatan:
– Mebendasol, thiobendasol (lebih sukar A. lumbricoides ?)
• Pencegahan:
– Mengobati sumber infeksi menjaga kebersihan makanan
– Memperbaiki lingkungan pengobatan masal setiap 6bl
– Mengurangi vektor mekanik
56
.
57
i
58
Hook worm
(cacing tambang, cacing kait)
• Macam spesies:
– Necator americanus (banyak terdapat di Indonesia)
– Ancylostoma duodenale
• Daerah penyebaran:
– Daerah tropik / sub-tropik
– Lingkungan / sosial ekonomi jelek
– Tidak memakai alas kaki soil transmitted helminth
• Morfologi:
– Dewasa: jenis kelamin terpisah, panjang 1cm
tidak mencemari lingkungan, mempunyai kait / gigi
– Telur: mencemari lingkungan, btk oval, dinding tipis jernih (2hari)
– Larva: rhabditiform, filariform (mencemari lingkungan: 10 hari)
59
i
• Faktor yg mempengaruhi kehidupan di luar hospes:
– Suhu kelembaban
– Keadaan tanah sinar matahari
– Zat kimia
• Cara penularan / lingkaran hidup:
– Hospes difinitif: manusia
– Habitat: usus halus
– Vektor / hospes antara: --
– Bentuk infektif: larva filariform
– Cara infeksi: menembus kulit antara jari kaki
• Patogenesis:
– Gigi mengkaitkan diri / melukai mucosa usus: perdarahan kronis
• Gejala klinis: anemia, lemah badan, kulit seperti jerami
60
i
61
.
62
i
• Diagnosis penderita:
– Memeriksa faeces: telur (N. americanus = A. duodenale)
– Memeriksa faeces Harada mori: larva
• Diagnosis lingkungan
– Memeriksa tanah: telur, larva (metode Berman)
– Memeriksa sayuran, buah-buahan: telur
• Pengobatan:
– Combantrin (pirantel pamoat)
– Sulfas ferosus (Fe) utk mengobati anemianya
• Pencegahan:
– Mengobati sumber infeksi
– Pengobatan masal periodik
– Memperbaiki lingkungan
– Memakai alas kaki
63
Cara pemeriksaan larva di dalam tanah
(metode Baerman)
• Diambil lapisa tanah pada permukaan: 2 gram
• Tanah di campur dengan pasir
• Campuran tanah + pasir diletakkan pd kertas saring
• Kertas saring di masukkan ke dalam petridish
• Diberi sedikit air, larva akan bergerak kedalam
• Air diambil dengan pipet, dimasukkan kedalam tabung
sentrifus
• Tabung sentrifus yg berisi air disentrifugasi
• Bagian supernatan dibuang, bagian endapan diperiksa
64
Telur Hookworm
65
Ancylostoma brasilienze, Ancylostoma caninum,
Ancylostoma ceylanicum
66
Enterobius vermicularis
(cacing kremi, pin worm)
• Daerah penyebaran:
– Tropik, sub tropik
– Tidak termasuk soil transmitted helminth
• Morfologi:
– Dewasa: jenis kelamin terpisah, panjang: 1cm, tidak mencemari
lingkungan
– Telur: btknya seperti huruf D, telah mengandung embrio
mencemari lingkungan (di luar hospes): 48 jam
-- Larva: di dalam hospes, tidak mencemari lingkungan
• Faktor yg mempengaruhi kehidupan:
– suhu kelembaban
– Zat kimia sinar matahari
• Tidak termasuk gol soil transmitted helminth
67
Lingkaran hidup / cara penularan
• Hospes difinitif: manusia
• Habitat: coecum / sigmoid (menempel pada mucosa)
• Vektor: - (penyebaran dg cara inhalasi)
• Bentuk infektif: telur yg mengandung larva
• Cara infeksi: auto infeksi
makanan / minuman terkontaminasi
retro-infeksi
Gejala klinis: terutama pada anak-anak
pruritus ani
gangguan tidur (insomnia)
68
i
69
Cara transmisi: auto-infeksi
70
i
• Diagnosis penderita:
– Menemukan btk dewasa disekitar anus
– Menemukan telur disekitar anus: anal swab
• Diagnosis lingkungan:
– Menemukan telur di lantai
– Menemukan telur pd buah-buahan
• Pengobatan:
– Upixon,
– combantrin
• Pencegahan:
– Mengobati sumber infeksi
– Makanan / minuman tidak terkontaminasi
– Membiasakan anak mencuci tangan sebelum makan
71
.
72
Diagnosis penderita: metode anal swab
73
Telur Enterobius vermicularis
74
Strongyloides stercoralis
• Daerah penyebaran:
– Tropik / sub-tropik
– Keadaan lingkungan / sosial ekonomi jelek
– Kebiasaan tidak memakai alas kaki
– Termasuk soil transmitted helminth
• Morfologi:
– Dewasa: di dalam hospes
di luar hospes mencemari lingkungan
jenis kelamin terpisah, parthenogenesis
ovovivipar
– Larva: rhabditiform
filariform merupakan bentuk infektifnya
mencemari lingkungan
75
i
• Faktor yg memepengaruhi kehidupan:
– Suhu sinar matahari
– Zat kimia kelembaban
– Keadaan tanah
• Lingkaran hidup / cara penularan:
– Hospes difinitif: manusia
– Hospes antara: -
– Habitat: usus halus
– Bentuk infektif: larva filariform
– Cara infeksi: menembus kulit kaki hospes
auto-infeksi
• Gejala klinis:
– diarhea, peradangan pada kulit
76
i
77
i
• Diagnosis pada penderita:
– pemeriksaan faeces menemukan larva rhabditiform
• Diagnosis lingkungan
– Pemeriksaan tanah menemukan btk dewasa / larva dg metode
Baerman: tanah dicampur dg pasir
diletakkan pada kertas saring
kertas saring dimasukkan kedalam petridish
diberi sedikit air, larva akan bergerak kedalam air
disentrifugasi, diperiksa endapannya
• Pengobatan:
– Tiobendasol
• Pencegahan:
– Mengobati sumber infeksi
– Memperbaiki lingkungan, memakai alas kaki
78
Bentuk telur nematoda usus
di lingkungan
79
Cestoda
(tanda-tanda umum)
• Pipih dorso-ventral, bersegmen-segmen
• Ukuran bervariasi: mm s/d beberapa meter
• Stadium dewasa di dalam usus manusia / hewan
• Tubuh: kepala, leher & badan (strobila)
• Kepala: alat hisap, kadang-kadang kait
• Strobila: beberapa segmen (imatur, matur & gravid)
• Jenis kelamin tidak terpisah (hermaphrodit)
• Tidak mempunyai rongga tubuh
• Tidak mempunyai saluran cerna
• Mempunyai sistem reproduksi sempurna
• Mempunyai sistem syaraf & ekskresi: sederhana
80
Stadium dewasa Cestoda
81
Taenia saginata
(food borne disease)
• Daerah penyebaran:
– Daerah peternakan sapi
– Makan daging sapi yg tidak dimasak dg baik
– Keadaan lingkungan yg jelek
• Morfologi:
– Dewasa: panjang 5-10m, pipih bersegmen spt pita
tidak mencemari lingkungan, hidup dlm hospes
– Telur: mencemari lingkungan, tahan thd faktor luar (suhu, zat
kimia, sinar matahari, kelembaban) sampai 1-2 bulan
– Larva: cysticercus bovis / cacing gelembung
tidak mencemari lingkungan
tdp di dalam jaringan otot sapi (hospes antara)
82
Stadium dewasa Taenia saginata
83
Cara penularan / lingkaran hidup
• Hospes difinitif: manusia
• Hospes antara: sapi
• Habitat: usus halus
• Bentuk infektif: larva / cysticercus bovis
• Cara infeksi: makan daging sapi yg mengandung larva
tanpa dimasak dengan baik
• Patogenesis:
– Btk dewasa melekatkan diri pd mucosa usus hospes
sehingga terjadi malnutrisi dan diarhea
84
i
85
.
86
.
87
.
88
i
• Diagnosis penderita:
– Memeriksa faeces menemukan btk telur, proglotid gravid
• Diagnosis lingkungan:
– Memeriksa tanah, sayuran, buah-buahan: telur
– Memeriksa daging sapi: larva / cysticercus bovis
• Pengobatan:
– Niclosamid, praziquantel
• Pencegahan:
– Mengobati sumber infeksi
– Memperbaiki lingkungan
– Memasak daging sebelum dimakan shg warnanya berubah
89
Cara pemeriksaan larva dalam jaringan otot
secara langsung
• Bahan & alat yg diperlukan:
– Jarum biopsi / pisau yg tajam
– Gelas benda yg bersih & kering
– Karet pengikat, gelas jar
• Cara kerja:
– Kapsula dlm jar otot diambil dg jarum biopsi
– Kapsula ditekan di antara kedua gelas benda
– Kedua gelas benda diikat kuat-kuat, agar kapsula tampak jernih
– Dimasukkan kedalam jar, didiamkan selama ½ -1jam
– Diperiksa di bawah mikroskop dg perbesaran lemah, bila
ditemukan larva dengan perbesaran kuat
90
Cara pemeriksaan larva dalam jaringan otot
secara tidak langsung
• Bahan & alat:
– Artificial digestive fluid (cairan cerna):
pepsine 5 gram
HCL 7 ml
air suling 1000ml
– Penggiling daging / blender / tissue grinder
– Erlenmeyer, incubator, corong Baerman, gelas benda, gelas
penutup
– Sentrifuge, pipet, magnetic stirer
• Cara kerja:
– Jaringan otot digiling dg blender
– Masukkan dlm erlenmeyer, ditambahkan 20 bagian cairan cerna
91
i
• Cara kerja (lanjutan):
– Dicampur sampai rata dg magnetic stirer di masukkan
kedalam incubator 370C selama 12-24 jam
– Ditambahkan air hangat shg 3x volume semula
– Tuangkan campuran tersebut ke dalam corong
Baerman dan didiamkan 1-2 jam
– Larva akan turun menuju kebawah corong Baerman
– Cairan di bagian bawah corong Baerman diambil dg
pipet, diteteskan pd gelas obyek, ditutup dg gelas
penutup dan diperiksa di bawah mikroskop dg
perbesaran lemah utk melihat ada tidaknya larva
– Jika tidak ditemukan larva, seluruh cairan yg terdapat
dibagian bawah corong Baerman dipusingkan, dan
endapan diperiksa terhadap adanya larva.
92
Taenia solium
(food borne disease)
• Daerah penyebaran:
– Peternakan babi
– Keadaan lingkungan jelek
– Makan daging babi yg tidak dimasak dg baik
• Morfologi:
– Dewasa: pipih seperti pita bersegmen, panjang: 2-3 m
tidak mencemari lingkungan, di dalam hospes
– Telur: btk bulat, dinding tebal
mencemari lingkungan (tanah, sayuran, buah-buahan)
tahan terhadap pengaruh luar (suhu, zat kimia, sinar
matahari, kelembaban), dpt hidup 1-2 bulan
– Larva: tdp dlm jar otot hospes antara
tidak mencemari lingkungan
93
Satdium dewasa Taenia solium
94
Cara penularan / lingkaran hidup
• Hospes difinitif: manusia
• Hospes antara: babi
• Habitat: usus halus
• Bentuk infektif:
– larva (Cysticercus cellulose) menyebabkan taeniasis
– Telur menyebabkan cysticercosis
• Cara infeksi: makan daging babi yg mengandung larva
tanpa di masak dg baik
• Patogenesis:
– Dewasa: mengkaitkan diri pd mucosa usus (diarhea)
– Larva: mengkista pd jar otot (mialgia)
95
i
96
.
97
.
98
.
99
i
• Diagnosis penderita:
– Memeriksa faeces penderita: telur, proglotid gravid
• Diagnosis lingkungan:
– Memeriksa tanah, sayuran, buah-buahan: telur
– Memeriksa daging babi: larva
• Pengobatan:
– Niclosamid, praziquantel
• Pencegahan:
– Mengobati sumber infeksi
– Memperbaiki lingkungan
– Memasak daging babi sebelum dimakan
100
Echinococcus granulosus
(food / water borne disease)
• Daerah penyebaran:
– Keadaan lingkungan jelek
– Penduduk banyak memelihara anjing
• Morfologi:
– Dewasa: pipih seperti pita bersegmen-segmen, panjang: 3-6mm
tidak mencemari lingkungan, di dalam hospes
diluar hospes segera mati
– Telur: bentuk bulat berdinding tebal, bergaris radier
hidup diluar hospes mencemari lingkungan: 1-2 bulan
dipengaruhi faktor luar: suhu, zat kimia, sinar matahari,
kelembaban
-- larva: kista hidatid dalam hospes antara (kambing, babi, sapi)
101
Stadium dewasa Echinococcus granulosus
102
Cara penularan
(lingkaran hidup)
• Hospes difinitif: anjing
• Hospes antara: kambing, biri-biri, babi, sapi
• Habitat: usus halus
• Bentuk infektif:
– larva (kista hidatid) berkembang dewasa dlm anjing
– Telur berkembang menjadi larva pd manusia (hidatidosis)
• Cara infeksi: makanan / minuman yg terkontaminasi telur
• Patogenesis:
– Kista hidatid dlm organ (hepar, paru, otak) menyebabkan
hidatidosis
– Menyebabkan fungsi organ terganggu
103
i
104
ii
105
ii
106
i
• Diagnosis:
– Penderita (hidatidosis): serologis, radiologis
– Lingkungan: menemukan telur pd sayuran, tanah, buah-buahan
• Pengobatan: albendazol
• Pencegahan:
– Mengobati sumber infeksi
– Memperbaiki lingkungan
– Memelihara anjing yg sehat
107
Kista protozoa, telur nematoda & cestoda yg ditemukan
di lingkungan (sayuran, tanah, buah-buahan)
108
Diphyllobothrium latum
(food borne disease)
• Daerah penyebaran:
– Keadaan lingkungan jelek (BAB di air / selokan)
– Kebiasaan makan ikan (Salmon) yg tidak dimasak dg baik
• Morfologi:
– Dewasa: pipih seperti pita bersegmen-segmen, panjang 10m
diluar hospes segera mati
– Telur: bentuk oval, mempunyai operculum
ditanah akan mati, tetapi jika berada dlm air menjadi larva
– Larva: dpt hidup diluar hospes terutama di air tawar
larva stad. 1: coracidium dpt hidup 1-2 minggu
larva stad. 2: procercoid dlm cyclop dpt hidup 2-3 minggu
larva stad. 3: pleurocercoid dlm ikan dpt hidup 3 minggu
109
Stadium dewasa Diphyllobothrium latum
110
Cara penularan
(lingkaran hidup)
• Hospes difinitif:
– Manusia, hewan carnivora (kucing, anjing)
– Habitat: usus halus
• Hospes antara
– pertama: gol. Crustacea (cyclops & diaptomus)
– Kedua: ikan air tawar (Salmon)
• Bentuk infektif:
– larva stad. III (pleurocercoid)
• Cara infeksi:
– makan ikan yg mengandung pleurocercoid tidak dimasak dg baik
111
Lingkaran hidup D. latum
112
i
113
i
• Petogenesis:
– Bentuk dewasa mengabsorbsi vit B12
• Gejala klinis:
– Diarhea
– Anemia def. vit. B12
• Diaqgnosis penderita:
– Memeriksa faeces: telur
• Diagnosis lingkungan:
– Memeriksa air: telur/coracidium
• Pengobatan:
– Niclosamid, praziquantel
• Pencegahan:
– Mengobati sumber infeksi
– Memperbaiki lingkungan
– Memasak ikan sebelum dimakan
114
Trematoda
Tanda-tanda umum:
• Pipih seperti daun
• Mempunyai dua buah alat hisap sucker:
– Oral sucker dan Ventral sucker
• Hermaphrodite
• Tidak mempunyai rongga tubuh
• Sistem pencernaan & ekskresi: belum sempurna
• Ovipar
• Telur mempunyai operculum & menetas dalam air
• Mempunyai dua macam hospes antara
• Bentuk infektifnya : metacercaria
115
Fasciola hepatica
• Daerah penyebaran:
– Keadaan lingkungan jelek (kebiasan BAB di air)
– Peternakan (biri-biri, kambing, sapi)
• Morfologi:
– Dewasa: dlm hospes, diluar hospes mati (tidak mencemari lingk)
btk pipih seperti daun
– Telur: btk oval, dinding tebal, mempunyai operculum
dpt hidup diluar hospes, tu diair & mencemari lingkungan
dlm waktu 3 minggu segera menetas menjadi mirasidium
– Mirasidium: hidup diair & mencemari lingkungan
– Sporokista & redia: hospes antara pertama (keong: 8 minggu)
– Cercaria: hidup diair & mencemari lingkungan
– Metacercaria: hospes antara kedua (tanaman air
116
Cara penularan
(lingkaran hidup)
• Hospes difinitif:
– Manusia
– Hewan herbivora: kambing, biri-biri, sapi
• Hospes antara pertama:
– Keong / snail: Limnea truncatula (sporokista, redia)
• Hospes antara kedua:
– Tanaman air (metacercaria)
• Habitat:
– Saluran hati (ductus hepaticus)
• Bentuk infektif:
– Metacercaria
• Cara infeksi:
– Makan tanaman air yg mengandung metacercaria tanpa dimasak dg
baik
117
i
118
i
• Gejala klinis:
– Hepatomegali (pembesaran hepar)
– Halzoun disease
• Diagnosis penderita:
– Memeriksa faeces: menemukan telur
• Diagnosis lingkungan:
– Memeriksa air: menemukan telur, miracidium, cercaria
– Memeriksa tanaman air: menemukan metacercaria
• Pengobatan:
– Bithionol, praziquantel
• Pencegahan:
– Mengobati sumber infeksi
– Memperbaiki lingkungan
– Menurunkan populasi keong, memasak tanaman air
119
Fasciolopsis buski
• Daerah penyebaran:
– Keadaan lingkungan jelek (BAB di air)
– Banyak keong jenis Segmentina
• Morfologi:
– Dewasa: dlm hospes tidak mencemari lingkungan, btk pipih
seperti daun
– Telur: btk oval, mempunyai dinding & operculum
hidup diluar hospes mencemari lingkungan tu di air
dlm waktu 7 minggu menetas menjadi mirasidium
– Mirasidium: dlm air, mencemari lingkungan
– Sporokista, redia: dlm hospes antara / keong (30 hari)
– Cercaria: dlm air mencemari lingkungan
– Metacercaria: menempel pd tanaman air (hospes antara ke II)
120
Cara penularan
(lingkaran hidup)
• Hospes difinitif:
– Manusia, babi
• Hospes antara pertama:
– Keong jenis Segmentina: sporokista & redia
• Hospes antara kedua:
– Tanaman air: metacercaria
• Habitat:
– Usus halus
• Bentuk infektif:
– Metacercaria
• Cara infeksi: makan tanaman air yg mengandung metacercaria
121
i
122
Stad dewasa F. hapatica & buski
123
i
• Gejala klinis:
– Diarhea, malnutrisi, anemia
• Diagnosis penderita:
– Memeriksa faeces: telur
• Diagnosis lingkungan:
– Memeriksa air: telur, mirasidium, cercaria
– Memeriksa tanaman air: metacercaria
• Pengobatan:
– Tetrachlor ethilen
• Pencegahan:
– Mengobati sumber infeksi
– Memperbaiki lingkungan (BAB)
– Mengurangi populasi keong Segmentina
– Memasak tanaman air sebelum dimakan
124
Clonorchis sinensis
• Daerah penyebaran:
– Keadaan lingkungan jelek (BAB di air)
– Kebiasaan makan ikan (Cyprinus) tanpa di masak
• Morfologi:
– Dewasa: btk pipih seperti daun, diluar hospes segera mati
– Telur: hidup diluar hospes, mencemari lingkungan tu di air
btk oval, mempunyai operculum, mempunyai spina di post
telah mengandung embrio, tidak menetas dlm air
– Mirasidium, sporokista, redia: dlm hospes antara ke I (keong)
memerlukan waktu: 3 minggu
– Cercaria: mencemari air
– Metacercaria: dlm ikan Cyprinus (hospes antara ke II
125
Lingkaran hidup
(cara penularan)
• Hospes difinitif:
– Manusia
– Hewan carnivora
• Hospes antara pertama:
– Keong (Bithynia): mirasidium, sporokista, redia, cercaria
• Hospes antara kedua:
– Ikan air tawar Cyprinus: metacercaria
• Habitat: saluran empedu
• Bentuk infektif: metacercaria
• Cara infeksi:
– Makan ikan yg mengandung metacercaria tanpa dimasak
126
i
127
i
128
i
• Gejala klinis: hepatomegali
• Diagnosis penderita:
– Memeriksa faeces: telur
• Diagnosis lingkungan:
– Memeriksa air: telur, cercaria
– Memeriksa ikan: metacercaria
• Pengobatan:
– Praziquantel, bithionol
• Pencegahan:
– Mengobati sumber infeksi
– Memperbaiki lingkungan (BAB)
– Mengurangi populasi keong (molucicide)
– Memasak ikan yg mengandung metacercaria sebelum dimakan
129
Paragonimus westermani
• Daerah penyebaran:
– Keadaan lingkungan jelek (BAB di air, membuang sputum di air)
– Kebiasaan makan crustacea / crab tanpa dimasak dg baik
– Banyak keong Melania libertina
• Morfologi:
– Dewasa: oval seperti biji kopi,segera mati, tidak mencemari lingk
– Telur: oval, mempunyai operculum, keluar dari hospes bersama
faeces / sputum & mencemari lingkungan tu air
– Mirasidium, sporoksta, redia, cercaria ekor mereduksi: didalam
keong (HP I)
– Cercaria: mencemari air
– Metacercaria: dalam crab / crustacea (HP II)
130
Lingkaran hidup
(cara penularan)
• Hospes difinitif:
– Manusia
– Hewan carnivora (anjing, kucing, harimau)
• Hospes antara pertama:
– Keong Melania libertina (sporokista, redia, cercaria)
• Hospes antara kedua:
– Crab / crustacea (metacercaria)
• Habitat: paru-paru
• Bentuk infektif: metacercaria
• Cara infeksi:
• Makan crab / crustacea yg mengandung metacercaria
131
i
132
• Gejala klinis:
– Kelainan paru-paru
– Batuk kronis
• Diagnosis penderita:
– Memeriksa faeces / sputum: telur
• Diagnosis lingkungan:
– Memeriksa air: telur, mirasidium, cercaria (ekornya mereduksi)
– Memeriksa HP II: crab / crustacea (metacercaria)
• Pengobatan:
– Bithionol, praziquantel
• Pencegahan:
– Mengobati sumber infeksi
– Memperbaiki lingkungan (BAB, sputum)
– Memasak crab / udang sebelum dimakan
133
.
134
Telur cestoda / trematoda yg ditemukan dalam air
135
Schistosoma
(haematobium, mansoni, japonicum)
Tanda-tanda umum:
• Termasuk trematoda darah
• Bentuk gilig memanjang
• Jenis kelamin terpisah
• Jenis jantan < betina
• Jenis jantan: canalis gynaecophorus
• Mempunyai dua buah alat hisap
• Telur tidak punya operculum &
mengandung mirasidium
136
.
Daerah penyebaran:
• Sulawesi (di sekitar D. Lindu) S. japonicum
• Keadaan lingkungan jelek
• Matapencaharian petani
• Banyak ditemukan keong jenis Oncomelania
Morfologi:
• Dewasa: hidup dlm hospes, diluar hospes segera mati
tidak mencemari lingkungan
• Telur: bulat, tidak mempunyai operculum
mengandung mirasidium, tonjolan antero-lateral
mencemari air
• Mirasidium, sporokista (dlm keong), cercaria
137
Lingkaran hidup
• Hospes difinitif: manusia
• Hospes antara: keong (Oncomelania)
– Bentuk sporokista dan cercaria
• Habitat: pembuluh darah balik disekitar colon
• Bentuk infektif: cercaria
• Cara infeksi: cercaria menembus kulit pada
waktu kerja di sawah atau mandi di danau
138
.
139
.
140
.
141
.
Gejala klinis:
• Cercaria: menyebabkan dermatitis
• Dewasa: diare, hepatosplenomegali
Diagnosis penderita:
• Memeriksa faeces, menemukan telur
Diagnosis lingkugan:
• Air disentrifugasi, menemukan mirasidium / cercaria
Pengobatan:
• Niridasol, praziquantel
Pencegahan:
• Mengobati sumber infeksi
• Memperbaiki lingkungan, mengurangi populasi keong
142
Bentuk Schistosoma dlm air
(telur dan cercaria)
143
Bentuk telur S. japonicum, mansoni, haematobium
144
Parasit yg penyebarannya berkaitan dg
lingkungan
Nematoda jaringan:
• Wuchereria bancrofti
– Nyamuk Culex
• Brugia malayi (paling banyak ditemukan di Indonesia)
– Nyamuk Anopheles atau nyamuk Mansonia
• Brugia timori
– Nyamuk Anopheles
Protozoa darah:
• Plamodium vivax, falciparum dan malariae
– Nyamuk Anopheles
145
Wuchereria bancrofti
(arthropoda borne disease)
Daerah penyebaran / faktor resiko:
• Tropis, sub-tropis
• Perkotaan, perdesaan
• Keadaan lingkungan jelek sbg sarang nyamuk Culex
• Sosial ekonomi rendah kemungkinan kontak dg nyamuk
sangat besar
– Tidur tidak memakai kelambu
– Nyamuk Culex mudah masuk kedalam rumah
– Malam hari suka keladang
– Banyak genangan air kotor
146
Morfologi
(dewasa, mikrofilaria dan larva)
Dewasa:
• Seperti benang
• Hidup dlm saluran limfe hospes
• Jantan: 5 cm, betina: 10 cm
Mikrofilaria:
• Dalam darah jari pada saat tertentu (malam hari)
Larva:
• Dalam nyamuk Culex yang berperan sebagai vektor
biologis
147
Stadium dewasa Wuchereria bancrofti
148
Mikrofilaria Wuchereria bancrofti
Ciri-ciri:
• Mempunyai selubung
• Ruang kepala: panjang = lebar
• Inti merata
• Ujung posterior tidak ditemukan
inti
• Kadang-kadang ditemukan dlm
urin
• Periodik nokturnal: ditemukan
dlm darah ujung jari, malam hari
149
Lingkaran hidup:
Hospes difinitif:
• Manusia
Hospes antara:
• Nyamuk Culex
Habitat:
• Sistem limfe
Bentuk infektif:
• Larva stad III
Cara infeksi:
• Gigitan nyamuk
150
.
151
Vektor Wuchereria bancrofti
152
Breeding places nyamuk Culex fatigans
153
Culex fatigans resting places
154
.
Gejala klinis:
• Menimbulkan penyakit kaki gajah / elephantiasis
• Stad dewasa menyumbat saluran limfe:
– Kaki & alat genital membengkak
Diagnosis penderita:
• Pemeriksaan darah ujung jari pd malam hari
Diagnosis lingkungan:
• Memeriksa larva dalam nyamuk
Pengobatan:
• Dietilkarbamasin (DEK): efektif pd stadium awal
Pencegahan:
• Mengobati sumber infeksi
• Memperbaiki lingkungan / menghilangkan sarang
nyamuk
• Menghindarkan diri dari gigitan nyamuk
155
Gejala klinis
156
Brugia malayi
(arthropoda borne disease)
Daerah penyebaran / faktor resiko:
• Tropis / sub-tropis
• Keadaan lingkungan jelek
– Daerah pedesaan berawa-rawa
• Banyak nyamuk Mansonia / Anopheles
• Keadaan sosial ekonomi rendah:
– Pekerjaan berladang
– Mencari kayu dihutan
– Sering tidur diluar rumah
157
Morfologi
(dewasa, mikrofilaria, larva)
Stadium dewasa:
• Bentuknya hampir sama dg
Wuchereria bancrofti
Mikrofilaria:
• Mempunyai selubung
• Ruang kepala: p = 2x lebar
• Intinya mengelompok
• Ujung post. ditemukan 2 inti terpisah
• Ditemukan dlm darah ujung jari:
– Malam hari
Larva:
• Nyamuk Mansonia / Anopheles
158
Lingkaran hidup
Hospes difinitif:
• Manusia / kera (zoonosis)
Hospes antara:
• Nyamuk Mansonia rawa-rawa
• Nyamuk Anopheles persawahan
Habitat:
• Sistem limfe
Bentuk infektif: larva stadium III
Cara infeksi:
• Gigitan nyamuk yang mengendung larva stad III
159
.
160
Hospes antara Brugia malayi: nyamuk Mansonia
(nyamuk hutan)
161
Hospes antara Brugia malayi
nyamuk Mansonia
162
Breeding site Mansonia ditepi hutan
163
Nyamuk Anopheles
164
Hospes antara Brugia malayi
nyamuk Anopheles
165
Breeding site / resting place nyamuk Anopheles
166
.
Gejala klinis:
• Menimbulkan penyakit elephantiasis / kaki gajah
• Stad dewasa menymbat saluran limfe inguinal
– Kaki di bawah lutut membengkak
Diagnosis penderita:
• Pemeriksaan darah ujung jari pd waktu malam
Diagnosis lingkungan:
• Memeriksa larva dalam nyamuk
Pengobatan (efektif pd stadium awal):
• Dietilkarbamasin (DEK)
Pencegahan:
• Mengobati sumber infeksi (manusia dan kera)
• Memperbaiki lingkungan (sarang nyamuk dihilangkan)
• Tidak kontak dg nyamuk
167
Gejala klinis
168
Brugia timori
(arthropoda borne disease)
Daerah penyebaran / faktor resiko:
• Indonesia bag timur
• Pedesaan
• Keadaan lingkungan jelek
– Banyak sarang nyamuk Anopheles
• Keadaan sosial ekonomi rendah
• Kontak nyamuk >>>
• Tidur tanpa kelambu
• Kemungkinan nyamuk masuk rumah >>>
• Sering keluar rumah waktu malam (pekerjaan ?)
169
Morfologi
(dewasa, mikrofilaria dan larva)
Stad dewasa:
• Bentuknya ~ W. bancrofti ~ B malayi
Stad mikrofilaria ( ~ Brugia malayi )
• Mempunyai selubung
• Ruang kepala: p = 3x lebar
• Inti mengelompok
• Ujung post ditemukan 2 inti
• Dalam darah ujung jari: malam hari
170
Lingkaran hidup
Hospes difinitif:
• Manusia
Hospes antara:
• Nyamuk Anopheles persawahan
Habitat:
• Sistem limfe (kelenjar limfe / saluran limfe)
Bentuk infektif:
• Larva stadium III
Cara infeksi:
• Gigitan nyamuk yg mengandung larva stadium III
171
.
• Gejala klinis:
– Hampir sama dengan Brugia malayi
• Diagnosis penderita:
– Pemeriksaan darah ujung jari: untuk melhat mikrofilaria
• Diagnosis lingkungan:
– Memeriksa adanya larva dalam nyamuk
• Pengobatan:
– Efektif pada stadium awal: DEK
• Pencegahan:
– Mengobati sumber infeksi
– Menghindarkan diri dari gigitan nyamuk
– Memperbaiki lingkungan
– Mengurangi populasi nyamuk: dg insektisida / larvisida
172
Pencegahan filariasis berwawasan lingkungan
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
• Menentukan nyamuk yg berperan sebagai vektor
– Seksi nyamuk menemukan larva
• Mengetahui bionomik nyamuk sebagai vektor:
– Resting places
– Breeding places
– Night biter / day biter
– Exophagic / endophagic
• Menentukan insektisida yang toleran:
– Adultisida
– larvisida
173
Malaria
(arthropoda borne disease)
Penyebab: protozoa darah
• Plasmodium vivax (paling banyak di Indonesia)
• Plasmodium falciparum (paling berbahaya)
• Plasmodium malariae (di Indonesia sangat jarang)
• Plasmodium ovale (di Indonesia tidak ada)
Penyebaran:
• Daerah tropis / sub-tropis
• Keadaan lingkungan jelek (sarang nyamuk)
• Keadaan sos-ek rendah (daerah pedesaan)
– Sering keladang
– Tidur tanpa klambu, kontak dg nyamuk
174
Tanda-tanda umum Plasmodium:
• Sifatnya intra-selular (di dalam sel eritrosit)
• Di dlm siklus hidupnya:
– Siklus aseksual (sizogoni) di dlm hospes vertebrata (manusia)
– Siklus seksual (sporogoni di dlm hospes invertebrata (nyamuk)
• Siklus sizogoni ada beberapa bentuk Plasmodium:
– Trofozoit, sizont, merozoit, gametosit (dlm darah manusia)
• Siklus sporogoni ada beberapa bentuk Plasmodium:
– Zigote, ookinete, ookista, sporokista, sporozoit
– Sporozoit ditemukan dlm kelenjar ludah nyamuk
• Termasuk golongan sporozoa
175
Sporozoite dan kelenjar ludah nyamuk
176
.
177
.
178
.
179
.
180
.
181
Bentuk Plasmodium yang ditemukan dalam
lingkungan tidak secara langsung
Bentuk Plasmodium dlm siklus sporogoni (dlm nyamuk):
• Zygote
• Ookinete
• Ookista
• Sporokista
• Sporozoite (berada dlm kelenjar ludah nyamuk)
Untuk menemukan sporozoite:
• Nyamuk dipisahkan antara kepala, thorak dan abdomen
• Bagian thorax diseksi utk mendapatkan kelenjar ludah
• Jika nyamuk bereperan sbg vektor: bentuk sporozoite
182
Plasmodium vivax
• Menimbulkan penyakit malaria tertiana benignam
• Paling banyak ditemukan di Indonesia
Faktor resiko / pendukung:
• Banyak ditemukan dinegara tropis / sub tropis
• Keadaan lingkungan jelek (sarang nyamuk)
• Kontak dg nyamuk >>>
• Sosial ekonomi rendah
• Tidur diluar rumah
• Malam hari sering keladang
• Pendidikan rendah
183
Plasmodium vivax (morfologi)
dlm siklus sizogoni
184
.
Plasmodium vivax (morfologi)
185
Plasmodium vivax pada siklus sizogoni dan sporogoni
186
Gejala klinis, cara penularan
Gejala klinis:
• Panas menggigil berkeringat setiap 48 jam selama 15-30
menit
• Hepato-splenomegali
• Anemia
Cara penularan:
• Gigitan nyamuk Anopheles yg mengandung sporozoit
• Transfusi darah
• Congenital (ibu hamil terinfeksi dapat menular kejanin dg
melewati placenta / tali pusat)
187
Diagnosis, pengobatan
Diagnosis penderita:
• Pemeriksaan darah terutama pada waktu panas
Diagnosis lingkungan:
• Memeriksa sporozoit pd kelenjar ludah nyamuk
– Single disection
– Mass disection
– ELISA
Pengobatan:
• Chloroquin
• Pirimitamin
188
Pencegahan berwawasan lingkungan
• Menentukan vektor:
– Dg cara menemukan sporozoit dlm kelenjar ludah nyamuk
• Mengetahui bionomik vektor:
– Resting places
– Breeding places
– Feeding habit:
night biter, day biter
exophagic, endophagic
• Insektisida: adultisida / larvisida (yg masih toleran)
• Penyuluhan kesehatan masyarakat
• Menghindarkan diri kontak dengan nyamuk
189
Light traps dan aspirator
(alat penangkap nyamuk)
190
.
191
Plasmodium falciparum
• Menimbulkan penyakit malaria tertiana malignam
• Timbul panas menggigil setiap 36 jam selama 15-30
menit
• Gejala lainnya:
– Black water fever (urine seperti air teh)
– Anemia berat, hepato-splenomegali
– Ikterus
• Dpt berakibat kematian oleh karena dpt sampai keotak
menimbulkan malaria cerebral
• Kadang-kadang dpt terjadi infeksi campuran dg
Plasmodium vivax
192
.
193
Plasmodium falciparum dlm siklus sizogoni
194
Plasmodium malariae
• Menimbulkan penyakit malaria quartana
• Timbul panas menggigil setiap 72 jam selama 15-30
menit
• Gejala lainnya:
– Anemia
– Hepato-splenomegali
• Jarang ditemukan di Indonesia oleh karena:
– Siklus sporogoni Plasmodium malariae memerlukan waktu lama
(16 hari) pada hal umur nyamuk Anopheles di Indonesia rata-
rata hanya 14 hari. Sehingga belum terbentuk sporozoit nyamuk
telah mati akibatnya jarang sekali nyamuk yang mengandung
stadium sporozoit Plasmodium malaria
195
Siklus sporogoni plasmodium dlm nyamuk
196
.
197
Plasmodium malariae dalam siklus sizogoni

More Related Content

What's hot (20)

MIKROBIOLOGI: BAKTERI
MIKROBIOLOGI: BAKTERIMIKROBIOLOGI: BAKTERI
MIKROBIOLOGI: BAKTERI
 
Bakteriologi dasar kuliah
Bakteriologi dasar   kuliahBakteriologi dasar   kuliah
Bakteriologi dasar kuliah
 
Bakteriologi
BakteriologiBakteriologi
Bakteriologi
 
Kingdom Monera
Kingdom MoneraKingdom Monera
Kingdom Monera
 
Mengenal Bakteri
Mengenal BakteriMengenal Bakteri
Mengenal Bakteri
 
Mikroorganisme kel. 9
Mikroorganisme kel. 9Mikroorganisme kel. 9
Mikroorganisme kel. 9
 
Fungi mikrobiologi & parasitologi
Fungi mikrobiologi & parasitologiFungi mikrobiologi & parasitologi
Fungi mikrobiologi & parasitologi
 
Pengantar Mikrobiologi-Parasitologi
Pengantar Mikrobiologi-ParasitologiPengantar Mikrobiologi-Parasitologi
Pengantar Mikrobiologi-Parasitologi
 
Bakteri Berbahaya
Bakteri BerbahayaBakteri Berbahaya
Bakteri Berbahaya
 
Parasitologi
ParasitologiParasitologi
Parasitologi
 
persentasi kuliah mikrobiologi dasar "Bakteri"
persentasi kuliah mikrobiologi dasar "Bakteri"persentasi kuliah mikrobiologi dasar "Bakteri"
persentasi kuliah mikrobiologi dasar "Bakteri"
 
Morfologi dan struktur bakteri
Morfologi dan struktur bakteriMorfologi dan struktur bakteri
Morfologi dan struktur bakteri
 
Bakteri septi dwisidi hapsari x.a
Bakteri septi dwisidi hapsari x.aBakteri septi dwisidi hapsari x.a
Bakteri septi dwisidi hapsari x.a
 
Biologi - monera
Biologi - moneraBiologi - monera
Biologi - monera
 
Klasifikasi dan penamaan mikroorganisme
Klasifikasi dan penamaan mikroorganismeKlasifikasi dan penamaan mikroorganisme
Klasifikasi dan penamaan mikroorganisme
 
Serba-Serbi Bakteri: Archaeobacteria dan Eubacteria
Serba-Serbi Bakteri: Archaeobacteria dan EubacteriaSerba-Serbi Bakteri: Archaeobacteria dan Eubacteria
Serba-Serbi Bakteri: Archaeobacteria dan Eubacteria
 
Makalah miktoganisme pada mulut dan gigi
Makalah miktoganisme pada mulut dan gigiMakalah miktoganisme pada mulut dan gigi
Makalah miktoganisme pada mulut dan gigi
 
Bakteri
BakteriBakteri
Bakteri
 
Amoeba
AmoebaAmoeba
Amoeba
 
Dasar dasar-bakteriologi
Dasar dasar-bakteriologiDasar dasar-bakteriologi
Dasar dasar-bakteriologi
 

Similar to Week 15 parasitologi lingkungan

Similar to Week 15 parasitologi lingkungan (20)

Helmintologi tm8
Helmintologi tm8Helmintologi tm8
Helmintologi tm8
 
Print full
Print fullPrint full
Print full
 
PROTOZOOLOGY
PROTOZOOLOGY PROTOZOOLOGY
PROTOZOOLOGY
 
6 Konsep Mikologi.pdf
6 Konsep Mikologi.pdf6 Konsep Mikologi.pdf
6 Konsep Mikologi.pdf
 
PPT PROTISTA
PPT PROTISTAPPT PROTISTA
PPT PROTISTA
 
Makalah bakteri lengkap dengan gambarnya
Makalah bakteri lengkap dengan gambarnyaMakalah bakteri lengkap dengan gambarnya
Makalah bakteri lengkap dengan gambarnya
 
1. Konsep Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi.pdf
1. Konsep Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi.pdf1. Konsep Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi.pdf
1. Konsep Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi.pdf
 
Pathogen Tanaman
Pathogen TanamanPathogen Tanaman
Pathogen Tanaman
 
Pseudomonas sp
Pseudomonas spPseudomonas sp
Pseudomonas sp
 
Balantidium coli
Balantidium coliBalantidium coli
Balantidium coli
 
Balantidium coli
Balantidium coliBalantidium coli
Balantidium coli
 
FLORA NORMAL
FLORA NORMALFLORA NORMAL
FLORA NORMAL
 
Cacing nematoda
Cacing nematodaCacing nematoda
Cacing nematoda
 
Pengenalan protozoa
Pengenalan protozoaPengenalan protozoa
Pengenalan protozoa
 
SEJARAH_MIKROBIOLOGI.pptx
SEJARAH_MIKROBIOLOGI.pptxSEJARAH_MIKROBIOLOGI.pptx
SEJARAH_MIKROBIOLOGI.pptx
 
kuliah-1-mikologi.ppt
kuliah-1-mikologi.pptkuliah-1-mikologi.ppt
kuliah-1-mikologi.ppt
 
Mikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologiMikrobiologi dan parasitologi
Mikrobiologi dan parasitologi
 
Kingdom PROTISTA.ppt, kelompok Bakteri dan Alga
Kingdom PROTISTA.ppt, kelompok Bakteri dan AlgaKingdom PROTISTA.ppt, kelompok Bakteri dan Alga
Kingdom PROTISTA.ppt, kelompok Bakteri dan Alga
 
DASAR PARASITOLOGI REG 3.pptx
DASAR PARASITOLOGI REG 3.pptxDASAR PARASITOLOGI REG 3.pptx
DASAR PARASITOLOGI REG 3.pptx
 
Materi Tentang Bakteriologi_Bagi Mahasiswa Keperawatan
Materi Tentang Bakteriologi_Bagi Mahasiswa KeperawatanMateri Tentang Bakteriologi_Bagi Mahasiswa Keperawatan
Materi Tentang Bakteriologi_Bagi Mahasiswa Keperawatan
 

More from sunarto bin sudi

Week 14 penerapan keslingk pada bencana
Week 14    penerapan keslingk pada bencanaWeek 14    penerapan keslingk pada bencana
Week 14 penerapan keslingk pada bencanasunarto bin sudi
 
Week 13 pengamanan dampak radiasi
Week 13   pengamanan dampak radiasiWeek 13   pengamanan dampak radiasi
Week 13 pengamanan dampak radiasisunarto bin sudi
 
Week 12 pengendalian vektor penyakit dan binatang pengganggu
Week 12   pengendalian vektor penyakit dan binatang penggangguWeek 12   pengendalian vektor penyakit dan binatang pengganggu
Week 12 pengendalian vektor penyakit dan binatang pengganggusunarto bin sudi
 
Week 11 sanitasi industri, perkantoran, dan tempat-tempat umum
Week 11  sanitasi industri, perkantoran, dan tempat-tempat umumWeek 11  sanitasi industri, perkantoran, dan tempat-tempat umum
Week 11 sanitasi industri, perkantoran, dan tempat-tempat umumsunarto bin sudi
 
Week 10 hygiene dan sanitasi makanan
Week 10   hygiene dan sanitasi makananWeek 10   hygiene dan sanitasi makanan
Week 10 hygiene dan sanitasi makanansunarto bin sudi
 
Week 09 pengelolaan tinja dan air limbah (ptal)
Week 09   pengelolaan tinja dan air limbah  (ptal)Week 09   pengelolaan tinja dan air limbah  (ptal)
Week 09 pengelolaan tinja dan air limbah (ptal)sunarto bin sudi
 
Week 08.a dioksin senyawa b3 penyebab kanker
Week 08.a   dioksin senyawa b3 penyebab kankerWeek 08.a   dioksin senyawa b3 penyebab kanker
Week 08.a dioksin senyawa b3 penyebab kankersunarto bin sudi
 
Week 08 pengelolaan sampah &amp; limbah padat
Week 08   pengelolaan sampah &amp; limbah padatWeek 08   pengelolaan sampah &amp; limbah padat
Week 08 pengelolaan sampah &amp; limbah padatsunarto bin sudi
 
Week 07 penyehatan air minum
Week 07  penyehatan air minumWeek 07  penyehatan air minum
Week 07 penyehatan air minumsunarto bin sudi
 
Week 06 dasar - dasar amdal
Week 06   dasar - dasar amdalWeek 06   dasar - dasar amdal
Week 06 dasar - dasar amdalsunarto bin sudi
 
Week 05 environmental risk assessment
Week 05   environmental risk assessmentWeek 05   environmental risk assessment
Week 05 environmental risk assessmentsunarto bin sudi
 
Week 04.a dampak logam berat bagi kesehatan
Week 04.a dampak logam berat bagi kesehatanWeek 04.a dampak logam berat bagi kesehatan
Week 04.a dampak logam berat bagi kesehatansunarto bin sudi
 
Week 04 pengaruh pencemaran lingkungan terhadap kesehatan
Week 04   pengaruh  pencemaran lingkungan terhadap  kesehatanWeek 04   pengaruh  pencemaran lingkungan terhadap  kesehatan
Week 04 pengaruh pencemaran lingkungan terhadap kesehatansunarto bin sudi
 
Week 03 konsep hubungan manusia dengan lingkungan
Week 03   konsep hubungan manusia dengan lingkunganWeek 03   konsep hubungan manusia dengan lingkungan
Week 03 konsep hubungan manusia dengan lingkungansunarto bin sudi
 
Week 02 pendekatan epidemiologis dalam kesehatan lingkungan
Week 02   pendekatan epidemiologis dalam kesehatan lingkunganWeek 02   pendekatan epidemiologis dalam kesehatan lingkungan
Week 02 pendekatan epidemiologis dalam kesehatan lingkungansunarto bin sudi
 
Week 01 pengantar ilmu kesehatan lingkungan
Week 01   pengantar ilmu kesehatan lingkunganWeek 01   pengantar ilmu kesehatan lingkungan
Week 01 pengantar ilmu kesehatan lingkungansunarto bin sudi
 

More from sunarto bin sudi (17)

Week 14 penerapan keslingk pada bencana
Week 14    penerapan keslingk pada bencanaWeek 14    penerapan keslingk pada bencana
Week 14 penerapan keslingk pada bencana
 
Week 13 pengamanan dampak radiasi
Week 13   pengamanan dampak radiasiWeek 13   pengamanan dampak radiasi
Week 13 pengamanan dampak radiasi
 
Week 12 pengendalian vektor penyakit dan binatang pengganggu
Week 12   pengendalian vektor penyakit dan binatang penggangguWeek 12   pengendalian vektor penyakit dan binatang pengganggu
Week 12 pengendalian vektor penyakit dan binatang pengganggu
 
Week 11 sanitasi industri, perkantoran, dan tempat-tempat umum
Week 11  sanitasi industri, perkantoran, dan tempat-tempat umumWeek 11  sanitasi industri, perkantoran, dan tempat-tempat umum
Week 11 sanitasi industri, perkantoran, dan tempat-tempat umum
 
Week 10 hygiene dan sanitasi makanan
Week 10   hygiene dan sanitasi makananWeek 10   hygiene dan sanitasi makanan
Week 10 hygiene dan sanitasi makanan
 
Week 09 pengelolaan tinja dan air limbah (ptal)
Week 09   pengelolaan tinja dan air limbah  (ptal)Week 09   pengelolaan tinja dan air limbah  (ptal)
Week 09 pengelolaan tinja dan air limbah (ptal)
 
Week 08.a dioksin senyawa b3 penyebab kanker
Week 08.a   dioksin senyawa b3 penyebab kankerWeek 08.a   dioksin senyawa b3 penyebab kanker
Week 08.a dioksin senyawa b3 penyebab kanker
 
Week 08 pengelolaan sampah &amp; limbah padat
Week 08   pengelolaan sampah &amp; limbah padatWeek 08   pengelolaan sampah &amp; limbah padat
Week 08 pengelolaan sampah &amp; limbah padat
 
Week 07 penyehatan air minum
Week 07  penyehatan air minumWeek 07  penyehatan air minum
Week 07 penyehatan air minum
 
Week 06.a adkl
Week 06.a   adklWeek 06.a   adkl
Week 06.a adkl
 
Week 06 dasar - dasar amdal
Week 06   dasar - dasar amdalWeek 06   dasar - dasar amdal
Week 06 dasar - dasar amdal
 
Week 05 environmental risk assessment
Week 05   environmental risk assessmentWeek 05   environmental risk assessment
Week 05 environmental risk assessment
 
Week 04.a dampak logam berat bagi kesehatan
Week 04.a dampak logam berat bagi kesehatanWeek 04.a dampak logam berat bagi kesehatan
Week 04.a dampak logam berat bagi kesehatan
 
Week 04 pengaruh pencemaran lingkungan terhadap kesehatan
Week 04   pengaruh  pencemaran lingkungan terhadap  kesehatanWeek 04   pengaruh  pencemaran lingkungan terhadap  kesehatan
Week 04 pengaruh pencemaran lingkungan terhadap kesehatan
 
Week 03 konsep hubungan manusia dengan lingkungan
Week 03   konsep hubungan manusia dengan lingkunganWeek 03   konsep hubungan manusia dengan lingkungan
Week 03 konsep hubungan manusia dengan lingkungan
 
Week 02 pendekatan epidemiologis dalam kesehatan lingkungan
Week 02   pendekatan epidemiologis dalam kesehatan lingkunganWeek 02   pendekatan epidemiologis dalam kesehatan lingkungan
Week 02 pendekatan epidemiologis dalam kesehatan lingkungan
 
Week 01 pengantar ilmu kesehatan lingkungan
Week 01   pengantar ilmu kesehatan lingkunganWeek 01   pengantar ilmu kesehatan lingkungan
Week 01 pengantar ilmu kesehatan lingkungan
 

Week 15 parasitologi lingkungan

  • 1. 1 Parasitologi lingkungan • Batasan / definisi • Macam parasit yg mencemari lingkungan • Faktor yang mempengaruhi kehidupan parasit di lingkungan • Bentuk / stadium parasit yg dpt hidup di lingkungan • Cara pengambilan sampel / pemeriksaan parasit di lingk • Kaitan parasit tsb dalam bidang kesehatan • Cara penularan / infeksi pada manusia • Cara diagnosis • Cara pengobatan • Cara pencegahan
  • 2. 2 Macam parasit yg mencemari lingkungan • Definisi parasit: – Organisme yg terdiri atas satu sel (protozoa) / banyak sel (helminth / cacing) yg hidupnya tergantung pd hospes • Macam parasit (protozoa) yg mencemari lingkungan: – Entamoeba histolitika – Entamoeba coli – Balantidium coli – Giardia lamblia – Trichomonas vaginalis – Toxoplasma gondii
  • 3. 3 Parasit yg mencemari lingkungan (lanjutan) Macam parasit (helminth) yg mencemari lingkungan: • Gol. nematoda – Ascaris lumbricoides (cacing gelang) – Trichuris trichiura (cacing cambuk) – Ancylostoma duodenale (cacing tambang / cacing kait) – Necator americanus (cacing tambang / cacing kait) – Enterobius vermiculari (cacing kremi) – Strongyloides stercoralis • Gol. cestoda: Gol. trematoda: – Taenia saginata -- Fasciola hepatica – Taenia solium -- Fasciolopsis buski – Diphylobothrium latum -- Clonorchis sinensis
  • 4. 4 Entamoeba histolitika • Daerah penyebaran: – Daerah tropik & sub-tropik – Keadaan lingkungan jelek • Morfologi: – Trofozoit: bergerak aktif, bentuknya tidak beraturan tidak mempunyai dinding, di luar hospes segera mati – Kista: bentuknya bulat, mempunyai dinding shg tahan hidup infektif, mencemari lingkungan • Faktor-faktor yg mempengaruhi kehidupannya di lingk. – Keadaan tanah sinar matahari lansung – Zat kimia kelembaban suhu
  • 5. 5 Viability kista di lingkungan Dalam tanah: • Suhu 370 C dapat hidup selama 5 jam • Suhu 250 C dapat hidup selama 16 jam • Suhu 50 C dapat hidup selama 96 jam • Suhu 500 C dapat hidup selama 5 menit Dalam air: • Suhu 370 C dapat hidup selama 2 hari • Suhu 220 C dapat hidup selama 9 hari • Suhu 00 C dapat hidup selama 60 hari • Mati ok sinar ultra-violet panjang gelombang 2537À
  • 6. 6 Lingkaran hidup & cara penularan • Hospes difinitif: manusia • Habitat: usus besar / colon • Vektor mekanik: Musca domestca / lalat rumah Periplanata americana / kecoa • Bentuk infektif: kista berinti 4 • Cara infeksi: makanan / minuman terkontaminasi kista (food / water borne disease) • Kista yg masuk bersama makanan di dlm colon akan berubah menjadi trofozoit.
  • 8. 8 -
  • 9. 9 • Patogenesis: – Trofozoit melukai mucosa colon, perforasi • Gejala klinis: – Menyebabkan amoebiasis disentri – Diarhea disertai lendir dan darah – Kelainan pada organ: hati, paru-paru, otak • Diagnosis pd penderita: – Memeriksa faeces: kista / trofozoit • Diagnosis lingkungan: – Memeriksa tanah, sayuran, buah-buahan: kista • Pengobatan: – Metronidasol • Pencegahan: mengobati sumber infeksi, memperbaiki lingkungan (BAB, higiene sanitasi makanan / minuman)
  • 10. 10 Isolasi / pemeriksaan kista dari bahan pangan (buah-buahan, sayuran) • Buah-buahan / sayuran dicuci dg air / NaOH 0,2% • Air cucian disentrifugasi 1500 ppm selama 5 menit • Bagian supernatan dibuang • Endapan diambil dengan pipet, diteteskan pada gelas obyek • Lugol / eosin / garam fisiologis diteteskan pada smpel yg telah berada di gelas obyek • Sampel diperiksa dengan mikroskop cahaya, perbesaran lensa obyektif 40X
  • 11. 11 Isolasi / pemeriksaan kista dari tanah yg tercemar • Sampel tanah 2 gr di masukkan kedlm tabung sentrifus • Air suling ditambahkan ke dalam tabung sentrifus • Disentrifugasi 2000 ppm / 3 menit, cairan supernatan dibuang • Diulang beberapa kali sampai cairan supernatan jernih • Endapan dilarutkan dlm magnesium sulfat jenuh • Larutan magnesium sulfat jenuh ditambahkan sampai kepermukaan tabung • Gelas obyek diletakkan pd permukaan tabung, kemudian diwarnai dgn lugol / eosin, diperiksa dengan mikroskop
  • 12. 12 Kista Entamoeba histolytica yg dpt ditemukan di lingkungan
  • 13. 13 Giardia lamblia (food water borne disease) • Daerah penyebaran: – Daerah tropik / sub-tropik – Keadaan lingkungan jelak – Keadaan sosial ekonomi rendah • Morfologi: – Trofozoit: tdp di dlm hospes, diluar hospes segera mati tidak mencemari lingkungan dpt bergerak dg menggunakan flagela – Kista: di dlm hospes / di luar hospes di luar hospes dpt hidup > lama, mencemari lingkungan bentuknya oval, mempunyai dinding infektif (kista yg berinti 4)
  • 14. 14 ii Faktor yg mempengaruhi kehidupan di lingkungan: • Keadaan tanah suhu • Kelembaban zat kimia • sinar matahari langsung Lingkaran hidup: • Hospes difinitif: manusia (Anak-anak) • Hospes antara: Musca domestica, Periplanata americana • Habitat: duodernum • Bentuk infektif: kista • Cara infeksi: makanan / minuman yg tercemar
  • 15. 15 ii
  • 16. 16 ii • Patogenesis: – trofozoit menempel mucosa duodenum • Gejala klinis: – Gangguan absorbsi lemak / steatorhea – Terutama diderita pada anak-anak • Diagnosis penderita: – Pemeriksaan sampel feces: kista • Diagnosis lingkungan: – Pemeriksaan sampel tanah, sayuran, buah, air: kista • Pengobatan: – Quinacrin, metronidazol • Pencegahan: – Mengobati sumber infeksi, memperbaiki lingkungan, mengurangi vektor mekanik
  • 18. 18 Balantidium coli (food water borne disease) • Daerah penyebaran: – Tropik, sub-tropik – Keadaan lingkungan jelek – Peternakan babi – Sosial ekonomi rendah • Morfologi: – Trofozoit: di dalam hospes di luar hospes segera mati bergerak aktif dg cilia – Kista: tdp dlm hospes dpt hidup lama diluar hospes btk bulat mempunyai dinding, sifatnya infektif
  • 19. 19 ii Faktor yg memepengaruhi kehidupan diluar hospes: • Zat kimia sinar matahari • Suhu kelembaban • Keadaan tanah Cara penularan / lingkaran hidup: • Hospes difinitif: manusia, babi (zoonosis) • Hospes antara: Musca domestica Periplanata americana • Habitat: usus besar / colon • Bentuk infektif: kista • Cara infeksi: – Makanan / minuman terkontaminasi kista – Food water borne disease
  • 20. 20 ii
  • 21. 21 .
  • 22. 22 .
  • 23. 23 ii • Patogenesis: – Trofozoit melukai mucosa usus • Gejala klinis: – Diare disertai darah • Diagnosis penderita: – Memeriksa sampel faeces penderita: kista • Diagnosis lingkungan: – Memeriksa sampel: tanah, sayur, buah, air: kista • Pengobatan: – Metronidazol • Pencegahan: – Mengobati sumber infeksi – Memperbaiki lingkingan – Mengurangi populasi lalat / kecoa
  • 25. 25 Toxoplasma gondii • Penyebaran: – Tropik, sub-tropik – Keadaan lingkungan jelek – Hewan kucing • Morfologi: – Trofozoit: diluar hospes mati, bentuknya seperti koma berinti satu, tidak bergerak aktif, dpt hidup dlm hospes – Kista: dlm hospes dsb kista (tdp dlm jaringan) diluar hospes dsb ookista (tdp dlm faeces kucing) btk bulat mempunyai dinding ookista hidup > lama diluar hospes & mencemari lingk
  • 26. 26 ii Faktor yg mempengaruhi kehidupan di luar hospes: • Suhu keadaan tanah • Zat kimia kelembaban • Sinar matahari langsung Cara penularan / lingkaran hidup: • Hospes difinitif: kucing • Hospes antara: tikus, sapi, babi, kambing, ayam • Habitat: – Hospes difinitif: epitel usus – Hospes antara: jaringan / otot • Bentuk infektif: ookista / kista • Manusia dpt terinfeksi: – Makanan tercemar ookista (lalat, kecoa sbg vektor mekanik) – Congenital – Daging yg mengandung kista tanpa dimasak dg baik
  • 27. 27 ii
  • 28. 28 ii
  • 29. 29 ii
  • 30. 30 .
  • 31. 31 .
  • 32. 32 .
  • 33. 33 ii • Gejala klinis: – Tanpa gejala, wanita > manifes d/p pria – Ibu hamil muda: abortus – Ibu hamil tua: bayi lahir cacat (hidrocephalus, microcephali kelainan pd retina, visus menurun • Diagnosis penderita: – Serologis • Diagnosis lingkungan: – Pemeriksaan sampel tanah, sayuran, makanan / buah: ookista – Pemeriksaan sampel daging / histologis: kista • Pengobatan: – Sulfadiazin, pirimitamin • Pencegahan: – Mengobati sumber infeksi memasak daging sbl dimakan – Memperbaiki lingkungan
  • 34. 34 .
  • 36. 36 ii
  • 37. 37 Bentuk infektif Toxoplasma gondii oocyst dan cysta
  • 38. 38 Trichomonas vaginalis • Daerah penyebaran: – Lingkungan baik / jelek – Sosial ekonomi baik / jelek • Morfologi: – Trofozoit: bergerak dg flagela, hanya hidup dlm hospes diluar hospes segera mati, anaerob, berinti satu – Bentuk kista tidak ada • Faktor yg mempengaruhi kehidupan diluar hospes: – Suhu – Zat kimia – Sinar matahari – pH larutan / air / asam (3,8-4,4)
  • 39. 39 ii
  • 40. 40 i • Lingkaran hidup: – Hospes difinitif: manusia (pria / wanita) – Vektor: - – Habitat: alat genital – Bentuk infektif: trofozoit – Cara infeksi: kontak langsung (hubungan seksual) • Patogenesis: – Iritasi dinding alat genital, peradangan, oedema – Hipersekresi glandula genital • Gejala klinis: – Fluor albus, leocorhea, keputihan – Wanita > pria • Diagnosis penderita: – Pemeriksaan sampel: sekret genital diwarnai Giemsa • Pencegahan: – Mengobati sumber infeksi, hindari hubungan sexual dg penderita
  • 42. 42 Nematoda intestinal / usus (tanda-tanda umum) • Bentuknya silindris, memanjang, tidak bersegmen • Panjang bervariasi: mm s/d beberapa cm • Tubuhnya tertutup kutikula • Mempunyai jenis kelamin terpisah • Saluran pencernaan sempurna • Mempunyai rongga tubuh • Mempunyai sistem reproduksi sederhana • Mempunyai sistem syaraf sederhana • Mempunyai sistem ekskresi sederhana • Ovipar (bertelur)
  • 43. 43 Ascaris lumbricoides (cacing gelang, cacing perut) • Daerah penyebaran: – Tropik / sub-tropik – Keadaan sosial ekonomi / lingkungan jelek – Musca domestica, Periplanata americana – Golongan soil transmitted helminth • Morfologi: – Dewasa: jenis kelamin terpisah, panjang: 25-30 cm diluar hospes, btk dewasa segera mati – Telur: fertil (mengandung ovum & menetas menjadi larva) infertil (tidak dpt berkembang / menetas menjadi larva) mencemari lingkungan, dpt hidup: 40 hari -- Larva: didalam hospes
  • 44. 44 i Faktor-faktor yg mempengaruhi kehidupan diluar hospes • Suhu kelembaban • sinar matahari zat kimia • Keadaan tanah Cara penularan / lingkaran hidup: • Hospes difinitif: manusia • Hospes antara / vektor mekanik: lalat, kecoa • Habitat: usus halus • Bentuk infektif: telur yang mengandung larva • Cara infeksi: makanan / minuman yang tercemar telur infektif
  • 45. 45 i
  • 46. 46 .
  • 47. 47 i • Patogenesis: – Menyerap zat makanan / vit A – Iritasi mekanik mucosa usus – Menyumbat usus halus • Gejala klinis: – Malnutrisi, defisiensi vit A: gangguan penglihatan – Diarhea, ileus, batuk & alergi • Diagnosis penderita: – memeriksa faeces: melihat bentuk telur • Diagnosis lingkungan: – Memeriksa tanah, sayuran, buah • Pengobatan: upixon, combantrin • Pencegahan: – Mengobati sumber infeksi – Memperbaiki lingkungan – Mengurangi populasi vektor mekanik
  • 48. 48 .
  • 49. 49 .
  • 50. 50 Bentuk telur Ascaris lumbricoides
  • 51. 51 Trichuris trichiura ( cacing cambuk) • Daerah penyebaran: – Tropis, sub-tropis – Lingkungan / sosial ekonomi jelek – House fly, cokroach – Soil transmitted helminth • Morfologi: – Dewasa: jenis kelamin terpisah, panjangnya:4-5 cm diluar hospes cepat mati, tidak mencemari lingkungan – Telur: bentuk spt tong, dinding tebal, mencemari lingkungan di luar hospes : 10-40 hari fertil – Larva: di dalam hospes, di luar hospes mati
  • 52. 52 1 • Faktor-faktor yg mempengaruhi kehidupan: – Keadaan tanah sinar matahari lansung – Suhu kelembaban – Zat kimia • Cara penularan / lingkaran hidup: – Hospes difinitif: manusia – Hospes antara / vektor mekanik: lalat, kecoa – Habitat: usus besar / colon (menembus mucosa usus) – Bentuk infektif: telur yg mengandung larva – Cara infeksi: makanan / minuman yang dicemari telur yang mengandung larva Telur keluar dari hospes bersama faeces & mengandung ovum, jatuh di tanah berkembang menjadi telur + larva
  • 53. 53 11
  • 54. 54 .
  • 55. 55 ii • Patogenesis: – Menyerap zat makanan – Bentuk dewasa menembus / melukai mucosa usus, terjadi perdarahan • Gejala klinis: – Anemia, prolapsus recti • Diagnosis penderita: – Memeriksa faeces mikroskopis utk melihat telur • Diagnosis lingkungan: – Memeriksa tanah, sayuran, buah-buahan • Pengobatan: – Mebendasol, thiobendasol (lebih sukar A. lumbricoides ?) • Pencegahan: – Mengobati sumber infeksi menjaga kebersihan makanan – Memperbaiki lingkungan pengobatan masal setiap 6bl – Mengurangi vektor mekanik
  • 56. 56 .
  • 57. 57 i
  • 58. 58 Hook worm (cacing tambang, cacing kait) • Macam spesies: – Necator americanus (banyak terdapat di Indonesia) – Ancylostoma duodenale • Daerah penyebaran: – Daerah tropik / sub-tropik – Lingkungan / sosial ekonomi jelek – Tidak memakai alas kaki soil transmitted helminth • Morfologi: – Dewasa: jenis kelamin terpisah, panjang 1cm tidak mencemari lingkungan, mempunyai kait / gigi – Telur: mencemari lingkungan, btk oval, dinding tipis jernih (2hari) – Larva: rhabditiform, filariform (mencemari lingkungan: 10 hari)
  • 59. 59 i • Faktor yg mempengaruhi kehidupan di luar hospes: – Suhu kelembaban – Keadaan tanah sinar matahari – Zat kimia • Cara penularan / lingkaran hidup: – Hospes difinitif: manusia – Habitat: usus halus – Vektor / hospes antara: -- – Bentuk infektif: larva filariform – Cara infeksi: menembus kulit antara jari kaki • Patogenesis: – Gigi mengkaitkan diri / melukai mucosa usus: perdarahan kronis • Gejala klinis: anemia, lemah badan, kulit seperti jerami
  • 60. 60 i
  • 61. 61 .
  • 62. 62 i • Diagnosis penderita: – Memeriksa faeces: telur (N. americanus = A. duodenale) – Memeriksa faeces Harada mori: larva • Diagnosis lingkungan – Memeriksa tanah: telur, larva (metode Berman) – Memeriksa sayuran, buah-buahan: telur • Pengobatan: – Combantrin (pirantel pamoat) – Sulfas ferosus (Fe) utk mengobati anemianya • Pencegahan: – Mengobati sumber infeksi – Pengobatan masal periodik – Memperbaiki lingkungan – Memakai alas kaki
  • 63. 63 Cara pemeriksaan larva di dalam tanah (metode Baerman) • Diambil lapisa tanah pada permukaan: 2 gram • Tanah di campur dengan pasir • Campuran tanah + pasir diletakkan pd kertas saring • Kertas saring di masukkan ke dalam petridish • Diberi sedikit air, larva akan bergerak kedalam • Air diambil dengan pipet, dimasukkan kedalam tabung sentrifus • Tabung sentrifus yg berisi air disentrifugasi • Bagian supernatan dibuang, bagian endapan diperiksa
  • 65. 65 Ancylostoma brasilienze, Ancylostoma caninum, Ancylostoma ceylanicum
  • 66. 66 Enterobius vermicularis (cacing kremi, pin worm) • Daerah penyebaran: – Tropik, sub tropik – Tidak termasuk soil transmitted helminth • Morfologi: – Dewasa: jenis kelamin terpisah, panjang: 1cm, tidak mencemari lingkungan – Telur: btknya seperti huruf D, telah mengandung embrio mencemari lingkungan (di luar hospes): 48 jam -- Larva: di dalam hospes, tidak mencemari lingkungan • Faktor yg mempengaruhi kehidupan: – suhu kelembaban – Zat kimia sinar matahari • Tidak termasuk gol soil transmitted helminth
  • 67. 67 Lingkaran hidup / cara penularan • Hospes difinitif: manusia • Habitat: coecum / sigmoid (menempel pada mucosa) • Vektor: - (penyebaran dg cara inhalasi) • Bentuk infektif: telur yg mengandung larva • Cara infeksi: auto infeksi makanan / minuman terkontaminasi retro-infeksi Gejala klinis: terutama pada anak-anak pruritus ani gangguan tidur (insomnia)
  • 68. 68 i
  • 70. 70 i • Diagnosis penderita: – Menemukan btk dewasa disekitar anus – Menemukan telur disekitar anus: anal swab • Diagnosis lingkungan: – Menemukan telur di lantai – Menemukan telur pd buah-buahan • Pengobatan: – Upixon, – combantrin • Pencegahan: – Mengobati sumber infeksi – Makanan / minuman tidak terkontaminasi – Membiasakan anak mencuci tangan sebelum makan
  • 71. 71 .
  • 74. 74 Strongyloides stercoralis • Daerah penyebaran: – Tropik / sub-tropik – Keadaan lingkungan / sosial ekonomi jelek – Kebiasaan tidak memakai alas kaki – Termasuk soil transmitted helminth • Morfologi: – Dewasa: di dalam hospes di luar hospes mencemari lingkungan jenis kelamin terpisah, parthenogenesis ovovivipar – Larva: rhabditiform filariform merupakan bentuk infektifnya mencemari lingkungan
  • 75. 75 i • Faktor yg memepengaruhi kehidupan: – Suhu sinar matahari – Zat kimia kelembaban – Keadaan tanah • Lingkaran hidup / cara penularan: – Hospes difinitif: manusia – Hospes antara: - – Habitat: usus halus – Bentuk infektif: larva filariform – Cara infeksi: menembus kulit kaki hospes auto-infeksi • Gejala klinis: – diarhea, peradangan pada kulit
  • 76. 76 i
  • 77. 77 i • Diagnosis pada penderita: – pemeriksaan faeces menemukan larva rhabditiform • Diagnosis lingkungan – Pemeriksaan tanah menemukan btk dewasa / larva dg metode Baerman: tanah dicampur dg pasir diletakkan pada kertas saring kertas saring dimasukkan kedalam petridish diberi sedikit air, larva akan bergerak kedalam air disentrifugasi, diperiksa endapannya • Pengobatan: – Tiobendasol • Pencegahan: – Mengobati sumber infeksi – Memperbaiki lingkungan, memakai alas kaki
  • 78. 78 Bentuk telur nematoda usus di lingkungan
  • 79. 79 Cestoda (tanda-tanda umum) • Pipih dorso-ventral, bersegmen-segmen • Ukuran bervariasi: mm s/d beberapa meter • Stadium dewasa di dalam usus manusia / hewan • Tubuh: kepala, leher & badan (strobila) • Kepala: alat hisap, kadang-kadang kait • Strobila: beberapa segmen (imatur, matur & gravid) • Jenis kelamin tidak terpisah (hermaphrodit) • Tidak mempunyai rongga tubuh • Tidak mempunyai saluran cerna • Mempunyai sistem reproduksi sempurna • Mempunyai sistem syaraf & ekskresi: sederhana
  • 81. 81 Taenia saginata (food borne disease) • Daerah penyebaran: – Daerah peternakan sapi – Makan daging sapi yg tidak dimasak dg baik – Keadaan lingkungan yg jelek • Morfologi: – Dewasa: panjang 5-10m, pipih bersegmen spt pita tidak mencemari lingkungan, hidup dlm hospes – Telur: mencemari lingkungan, tahan thd faktor luar (suhu, zat kimia, sinar matahari, kelembaban) sampai 1-2 bulan – Larva: cysticercus bovis / cacing gelembung tidak mencemari lingkungan tdp di dalam jaringan otot sapi (hospes antara)
  • 83. 83 Cara penularan / lingkaran hidup • Hospes difinitif: manusia • Hospes antara: sapi • Habitat: usus halus • Bentuk infektif: larva / cysticercus bovis • Cara infeksi: makan daging sapi yg mengandung larva tanpa dimasak dengan baik • Patogenesis: – Btk dewasa melekatkan diri pd mucosa usus hospes sehingga terjadi malnutrisi dan diarhea
  • 84. 84 i
  • 85. 85 .
  • 86. 86 .
  • 87. 87 .
  • 88. 88 i • Diagnosis penderita: – Memeriksa faeces menemukan btk telur, proglotid gravid • Diagnosis lingkungan: – Memeriksa tanah, sayuran, buah-buahan: telur – Memeriksa daging sapi: larva / cysticercus bovis • Pengobatan: – Niclosamid, praziquantel • Pencegahan: – Mengobati sumber infeksi – Memperbaiki lingkungan – Memasak daging sebelum dimakan shg warnanya berubah
  • 89. 89 Cara pemeriksaan larva dalam jaringan otot secara langsung • Bahan & alat yg diperlukan: – Jarum biopsi / pisau yg tajam – Gelas benda yg bersih & kering – Karet pengikat, gelas jar • Cara kerja: – Kapsula dlm jar otot diambil dg jarum biopsi – Kapsula ditekan di antara kedua gelas benda – Kedua gelas benda diikat kuat-kuat, agar kapsula tampak jernih – Dimasukkan kedalam jar, didiamkan selama ½ -1jam – Diperiksa di bawah mikroskop dg perbesaran lemah, bila ditemukan larva dengan perbesaran kuat
  • 90. 90 Cara pemeriksaan larva dalam jaringan otot secara tidak langsung • Bahan & alat: – Artificial digestive fluid (cairan cerna): pepsine 5 gram HCL 7 ml air suling 1000ml – Penggiling daging / blender / tissue grinder – Erlenmeyer, incubator, corong Baerman, gelas benda, gelas penutup – Sentrifuge, pipet, magnetic stirer • Cara kerja: – Jaringan otot digiling dg blender – Masukkan dlm erlenmeyer, ditambahkan 20 bagian cairan cerna
  • 91. 91 i • Cara kerja (lanjutan): – Dicampur sampai rata dg magnetic stirer di masukkan kedalam incubator 370C selama 12-24 jam – Ditambahkan air hangat shg 3x volume semula – Tuangkan campuran tersebut ke dalam corong Baerman dan didiamkan 1-2 jam – Larva akan turun menuju kebawah corong Baerman – Cairan di bagian bawah corong Baerman diambil dg pipet, diteteskan pd gelas obyek, ditutup dg gelas penutup dan diperiksa di bawah mikroskop dg perbesaran lemah utk melihat ada tidaknya larva – Jika tidak ditemukan larva, seluruh cairan yg terdapat dibagian bawah corong Baerman dipusingkan, dan endapan diperiksa terhadap adanya larva.
  • 92. 92 Taenia solium (food borne disease) • Daerah penyebaran: – Peternakan babi – Keadaan lingkungan jelek – Makan daging babi yg tidak dimasak dg baik • Morfologi: – Dewasa: pipih seperti pita bersegmen, panjang: 2-3 m tidak mencemari lingkungan, di dalam hospes – Telur: btk bulat, dinding tebal mencemari lingkungan (tanah, sayuran, buah-buahan) tahan terhadap pengaruh luar (suhu, zat kimia, sinar matahari, kelembaban), dpt hidup 1-2 bulan – Larva: tdp dlm jar otot hospes antara tidak mencemari lingkungan
  • 94. 94 Cara penularan / lingkaran hidup • Hospes difinitif: manusia • Hospes antara: babi • Habitat: usus halus • Bentuk infektif: – larva (Cysticercus cellulose) menyebabkan taeniasis – Telur menyebabkan cysticercosis • Cara infeksi: makan daging babi yg mengandung larva tanpa di masak dg baik • Patogenesis: – Dewasa: mengkaitkan diri pd mucosa usus (diarhea) – Larva: mengkista pd jar otot (mialgia)
  • 95. 95 i
  • 96. 96 .
  • 97. 97 .
  • 98. 98 .
  • 99. 99 i • Diagnosis penderita: – Memeriksa faeces penderita: telur, proglotid gravid • Diagnosis lingkungan: – Memeriksa tanah, sayuran, buah-buahan: telur – Memeriksa daging babi: larva • Pengobatan: – Niclosamid, praziquantel • Pencegahan: – Mengobati sumber infeksi – Memperbaiki lingkungan – Memasak daging babi sebelum dimakan
  • 100. 100 Echinococcus granulosus (food / water borne disease) • Daerah penyebaran: – Keadaan lingkungan jelek – Penduduk banyak memelihara anjing • Morfologi: – Dewasa: pipih seperti pita bersegmen-segmen, panjang: 3-6mm tidak mencemari lingkungan, di dalam hospes diluar hospes segera mati – Telur: bentuk bulat berdinding tebal, bergaris radier hidup diluar hospes mencemari lingkungan: 1-2 bulan dipengaruhi faktor luar: suhu, zat kimia, sinar matahari, kelembaban -- larva: kista hidatid dalam hospes antara (kambing, babi, sapi)
  • 102. 102 Cara penularan (lingkaran hidup) • Hospes difinitif: anjing • Hospes antara: kambing, biri-biri, babi, sapi • Habitat: usus halus • Bentuk infektif: – larva (kista hidatid) berkembang dewasa dlm anjing – Telur berkembang menjadi larva pd manusia (hidatidosis) • Cara infeksi: makanan / minuman yg terkontaminasi telur • Patogenesis: – Kista hidatid dlm organ (hepar, paru, otak) menyebabkan hidatidosis – Menyebabkan fungsi organ terganggu
  • 103. 103 i
  • 104. 104 ii
  • 105. 105 ii
  • 106. 106 i • Diagnosis: – Penderita (hidatidosis): serologis, radiologis – Lingkungan: menemukan telur pd sayuran, tanah, buah-buahan • Pengobatan: albendazol • Pencegahan: – Mengobati sumber infeksi – Memperbaiki lingkungan – Memelihara anjing yg sehat
  • 107. 107 Kista protozoa, telur nematoda & cestoda yg ditemukan di lingkungan (sayuran, tanah, buah-buahan)
  • 108. 108 Diphyllobothrium latum (food borne disease) • Daerah penyebaran: – Keadaan lingkungan jelek (BAB di air / selokan) – Kebiasaan makan ikan (Salmon) yg tidak dimasak dg baik • Morfologi: – Dewasa: pipih seperti pita bersegmen-segmen, panjang 10m diluar hospes segera mati – Telur: bentuk oval, mempunyai operculum ditanah akan mati, tetapi jika berada dlm air menjadi larva – Larva: dpt hidup diluar hospes terutama di air tawar larva stad. 1: coracidium dpt hidup 1-2 minggu larva stad. 2: procercoid dlm cyclop dpt hidup 2-3 minggu larva stad. 3: pleurocercoid dlm ikan dpt hidup 3 minggu
  • 110. 110 Cara penularan (lingkaran hidup) • Hospes difinitif: – Manusia, hewan carnivora (kucing, anjing) – Habitat: usus halus • Hospes antara – pertama: gol. Crustacea (cyclops & diaptomus) – Kedua: ikan air tawar (Salmon) • Bentuk infektif: – larva stad. III (pleurocercoid) • Cara infeksi: – makan ikan yg mengandung pleurocercoid tidak dimasak dg baik
  • 112. 112 i
  • 113. 113 i • Petogenesis: – Bentuk dewasa mengabsorbsi vit B12 • Gejala klinis: – Diarhea – Anemia def. vit. B12 • Diaqgnosis penderita: – Memeriksa faeces: telur • Diagnosis lingkungan: – Memeriksa air: telur/coracidium • Pengobatan: – Niclosamid, praziquantel • Pencegahan: – Mengobati sumber infeksi – Memperbaiki lingkungan – Memasak ikan sebelum dimakan
  • 114. 114 Trematoda Tanda-tanda umum: • Pipih seperti daun • Mempunyai dua buah alat hisap sucker: – Oral sucker dan Ventral sucker • Hermaphrodite • Tidak mempunyai rongga tubuh • Sistem pencernaan & ekskresi: belum sempurna • Ovipar • Telur mempunyai operculum & menetas dalam air • Mempunyai dua macam hospes antara • Bentuk infektifnya : metacercaria
  • 115. 115 Fasciola hepatica • Daerah penyebaran: – Keadaan lingkungan jelek (kebiasan BAB di air) – Peternakan (biri-biri, kambing, sapi) • Morfologi: – Dewasa: dlm hospes, diluar hospes mati (tidak mencemari lingk) btk pipih seperti daun – Telur: btk oval, dinding tebal, mempunyai operculum dpt hidup diluar hospes, tu diair & mencemari lingkungan dlm waktu 3 minggu segera menetas menjadi mirasidium – Mirasidium: hidup diair & mencemari lingkungan – Sporokista & redia: hospes antara pertama (keong: 8 minggu) – Cercaria: hidup diair & mencemari lingkungan – Metacercaria: hospes antara kedua (tanaman air
  • 116. 116 Cara penularan (lingkaran hidup) • Hospes difinitif: – Manusia – Hewan herbivora: kambing, biri-biri, sapi • Hospes antara pertama: – Keong / snail: Limnea truncatula (sporokista, redia) • Hospes antara kedua: – Tanaman air (metacercaria) • Habitat: – Saluran hati (ductus hepaticus) • Bentuk infektif: – Metacercaria • Cara infeksi: – Makan tanaman air yg mengandung metacercaria tanpa dimasak dg baik
  • 117. 117 i
  • 118. 118 i • Gejala klinis: – Hepatomegali (pembesaran hepar) – Halzoun disease • Diagnosis penderita: – Memeriksa faeces: menemukan telur • Diagnosis lingkungan: – Memeriksa air: menemukan telur, miracidium, cercaria – Memeriksa tanaman air: menemukan metacercaria • Pengobatan: – Bithionol, praziquantel • Pencegahan: – Mengobati sumber infeksi – Memperbaiki lingkungan – Menurunkan populasi keong, memasak tanaman air
  • 119. 119 Fasciolopsis buski • Daerah penyebaran: – Keadaan lingkungan jelek (BAB di air) – Banyak keong jenis Segmentina • Morfologi: – Dewasa: dlm hospes tidak mencemari lingkungan, btk pipih seperti daun – Telur: btk oval, mempunyai dinding & operculum hidup diluar hospes mencemari lingkungan tu di air dlm waktu 7 minggu menetas menjadi mirasidium – Mirasidium: dlm air, mencemari lingkungan – Sporokista, redia: dlm hospes antara / keong (30 hari) – Cercaria: dlm air mencemari lingkungan – Metacercaria: menempel pd tanaman air (hospes antara ke II)
  • 120. 120 Cara penularan (lingkaran hidup) • Hospes difinitif: – Manusia, babi • Hospes antara pertama: – Keong jenis Segmentina: sporokista & redia • Hospes antara kedua: – Tanaman air: metacercaria • Habitat: – Usus halus • Bentuk infektif: – Metacercaria • Cara infeksi: makan tanaman air yg mengandung metacercaria
  • 121. 121 i
  • 122. 122 Stad dewasa F. hapatica & buski
  • 123. 123 i • Gejala klinis: – Diarhea, malnutrisi, anemia • Diagnosis penderita: – Memeriksa faeces: telur • Diagnosis lingkungan: – Memeriksa air: telur, mirasidium, cercaria – Memeriksa tanaman air: metacercaria • Pengobatan: – Tetrachlor ethilen • Pencegahan: – Mengobati sumber infeksi – Memperbaiki lingkungan (BAB) – Mengurangi populasi keong Segmentina – Memasak tanaman air sebelum dimakan
  • 124. 124 Clonorchis sinensis • Daerah penyebaran: – Keadaan lingkungan jelek (BAB di air) – Kebiasaan makan ikan (Cyprinus) tanpa di masak • Morfologi: – Dewasa: btk pipih seperti daun, diluar hospes segera mati – Telur: hidup diluar hospes, mencemari lingkungan tu di air btk oval, mempunyai operculum, mempunyai spina di post telah mengandung embrio, tidak menetas dlm air – Mirasidium, sporokista, redia: dlm hospes antara ke I (keong) memerlukan waktu: 3 minggu – Cercaria: mencemari air – Metacercaria: dlm ikan Cyprinus (hospes antara ke II
  • 125. 125 Lingkaran hidup (cara penularan) • Hospes difinitif: – Manusia – Hewan carnivora • Hospes antara pertama: – Keong (Bithynia): mirasidium, sporokista, redia, cercaria • Hospes antara kedua: – Ikan air tawar Cyprinus: metacercaria • Habitat: saluran empedu • Bentuk infektif: metacercaria • Cara infeksi: – Makan ikan yg mengandung metacercaria tanpa dimasak
  • 126. 126 i
  • 127. 127 i
  • 128. 128 i • Gejala klinis: hepatomegali • Diagnosis penderita: – Memeriksa faeces: telur • Diagnosis lingkungan: – Memeriksa air: telur, cercaria – Memeriksa ikan: metacercaria • Pengobatan: – Praziquantel, bithionol • Pencegahan: – Mengobati sumber infeksi – Memperbaiki lingkungan (BAB) – Mengurangi populasi keong (molucicide) – Memasak ikan yg mengandung metacercaria sebelum dimakan
  • 129. 129 Paragonimus westermani • Daerah penyebaran: – Keadaan lingkungan jelek (BAB di air, membuang sputum di air) – Kebiasaan makan crustacea / crab tanpa dimasak dg baik – Banyak keong Melania libertina • Morfologi: – Dewasa: oval seperti biji kopi,segera mati, tidak mencemari lingk – Telur: oval, mempunyai operculum, keluar dari hospes bersama faeces / sputum & mencemari lingkungan tu air – Mirasidium, sporoksta, redia, cercaria ekor mereduksi: didalam keong (HP I) – Cercaria: mencemari air – Metacercaria: dalam crab / crustacea (HP II)
  • 130. 130 Lingkaran hidup (cara penularan) • Hospes difinitif: – Manusia – Hewan carnivora (anjing, kucing, harimau) • Hospes antara pertama: – Keong Melania libertina (sporokista, redia, cercaria) • Hospes antara kedua: – Crab / crustacea (metacercaria) • Habitat: paru-paru • Bentuk infektif: metacercaria • Cara infeksi: • Makan crab / crustacea yg mengandung metacercaria
  • 131. 131 i
  • 132. 132 • Gejala klinis: – Kelainan paru-paru – Batuk kronis • Diagnosis penderita: – Memeriksa faeces / sputum: telur • Diagnosis lingkungan: – Memeriksa air: telur, mirasidium, cercaria (ekornya mereduksi) – Memeriksa HP II: crab / crustacea (metacercaria) • Pengobatan: – Bithionol, praziquantel • Pencegahan: – Mengobati sumber infeksi – Memperbaiki lingkungan (BAB, sputum) – Memasak crab / udang sebelum dimakan
  • 133. 133 .
  • 134. 134 Telur cestoda / trematoda yg ditemukan dalam air
  • 135. 135 Schistosoma (haematobium, mansoni, japonicum) Tanda-tanda umum: • Termasuk trematoda darah • Bentuk gilig memanjang • Jenis kelamin terpisah • Jenis jantan < betina • Jenis jantan: canalis gynaecophorus • Mempunyai dua buah alat hisap • Telur tidak punya operculum & mengandung mirasidium
  • 136. 136 . Daerah penyebaran: • Sulawesi (di sekitar D. Lindu) S. japonicum • Keadaan lingkungan jelek • Matapencaharian petani • Banyak ditemukan keong jenis Oncomelania Morfologi: • Dewasa: hidup dlm hospes, diluar hospes segera mati tidak mencemari lingkungan • Telur: bulat, tidak mempunyai operculum mengandung mirasidium, tonjolan antero-lateral mencemari air • Mirasidium, sporokista (dlm keong), cercaria
  • 137. 137 Lingkaran hidup • Hospes difinitif: manusia • Hospes antara: keong (Oncomelania) – Bentuk sporokista dan cercaria • Habitat: pembuluh darah balik disekitar colon • Bentuk infektif: cercaria • Cara infeksi: cercaria menembus kulit pada waktu kerja di sawah atau mandi di danau
  • 138. 138 .
  • 139. 139 .
  • 140. 140 .
  • 141. 141 . Gejala klinis: • Cercaria: menyebabkan dermatitis • Dewasa: diare, hepatosplenomegali Diagnosis penderita: • Memeriksa faeces, menemukan telur Diagnosis lingkugan: • Air disentrifugasi, menemukan mirasidium / cercaria Pengobatan: • Niridasol, praziquantel Pencegahan: • Mengobati sumber infeksi • Memperbaiki lingkungan, mengurangi populasi keong
  • 142. 142 Bentuk Schistosoma dlm air (telur dan cercaria)
  • 143. 143 Bentuk telur S. japonicum, mansoni, haematobium
  • 144. 144 Parasit yg penyebarannya berkaitan dg lingkungan Nematoda jaringan: • Wuchereria bancrofti – Nyamuk Culex • Brugia malayi (paling banyak ditemukan di Indonesia) – Nyamuk Anopheles atau nyamuk Mansonia • Brugia timori – Nyamuk Anopheles Protozoa darah: • Plamodium vivax, falciparum dan malariae – Nyamuk Anopheles
  • 145. 145 Wuchereria bancrofti (arthropoda borne disease) Daerah penyebaran / faktor resiko: • Tropis, sub-tropis • Perkotaan, perdesaan • Keadaan lingkungan jelek sbg sarang nyamuk Culex • Sosial ekonomi rendah kemungkinan kontak dg nyamuk sangat besar – Tidur tidak memakai kelambu – Nyamuk Culex mudah masuk kedalam rumah – Malam hari suka keladang – Banyak genangan air kotor
  • 146. 146 Morfologi (dewasa, mikrofilaria dan larva) Dewasa: • Seperti benang • Hidup dlm saluran limfe hospes • Jantan: 5 cm, betina: 10 cm Mikrofilaria: • Dalam darah jari pada saat tertentu (malam hari) Larva: • Dalam nyamuk Culex yang berperan sebagai vektor biologis
  • 148. 148 Mikrofilaria Wuchereria bancrofti Ciri-ciri: • Mempunyai selubung • Ruang kepala: panjang = lebar • Inti merata • Ujung posterior tidak ditemukan inti • Kadang-kadang ditemukan dlm urin • Periodik nokturnal: ditemukan dlm darah ujung jari, malam hari
  • 149. 149 Lingkaran hidup: Hospes difinitif: • Manusia Hospes antara: • Nyamuk Culex Habitat: • Sistem limfe Bentuk infektif: • Larva stad III Cara infeksi: • Gigitan nyamuk
  • 150. 150 .
  • 152. 152 Breeding places nyamuk Culex fatigans
  • 154. 154 . Gejala klinis: • Menimbulkan penyakit kaki gajah / elephantiasis • Stad dewasa menyumbat saluran limfe: – Kaki & alat genital membengkak Diagnosis penderita: • Pemeriksaan darah ujung jari pd malam hari Diagnosis lingkungan: • Memeriksa larva dalam nyamuk Pengobatan: • Dietilkarbamasin (DEK): efektif pd stadium awal Pencegahan: • Mengobati sumber infeksi • Memperbaiki lingkungan / menghilangkan sarang nyamuk • Menghindarkan diri dari gigitan nyamuk
  • 156. 156 Brugia malayi (arthropoda borne disease) Daerah penyebaran / faktor resiko: • Tropis / sub-tropis • Keadaan lingkungan jelek – Daerah pedesaan berawa-rawa • Banyak nyamuk Mansonia / Anopheles • Keadaan sosial ekonomi rendah: – Pekerjaan berladang – Mencari kayu dihutan – Sering tidur diluar rumah
  • 157. 157 Morfologi (dewasa, mikrofilaria, larva) Stadium dewasa: • Bentuknya hampir sama dg Wuchereria bancrofti Mikrofilaria: • Mempunyai selubung • Ruang kepala: p = 2x lebar • Intinya mengelompok • Ujung post. ditemukan 2 inti terpisah • Ditemukan dlm darah ujung jari: – Malam hari Larva: • Nyamuk Mansonia / Anopheles
  • 158. 158 Lingkaran hidup Hospes difinitif: • Manusia / kera (zoonosis) Hospes antara: • Nyamuk Mansonia rawa-rawa • Nyamuk Anopheles persawahan Habitat: • Sistem limfe Bentuk infektif: larva stadium III Cara infeksi: • Gigitan nyamuk yang mengendung larva stad III
  • 159. 159 .
  • 160. 160 Hospes antara Brugia malayi: nyamuk Mansonia (nyamuk hutan)
  • 161. 161 Hospes antara Brugia malayi nyamuk Mansonia
  • 162. 162 Breeding site Mansonia ditepi hutan
  • 164. 164 Hospes antara Brugia malayi nyamuk Anopheles
  • 165. 165 Breeding site / resting place nyamuk Anopheles
  • 166. 166 . Gejala klinis: • Menimbulkan penyakit elephantiasis / kaki gajah • Stad dewasa menymbat saluran limfe inguinal – Kaki di bawah lutut membengkak Diagnosis penderita: • Pemeriksaan darah ujung jari pd waktu malam Diagnosis lingkungan: • Memeriksa larva dalam nyamuk Pengobatan (efektif pd stadium awal): • Dietilkarbamasin (DEK) Pencegahan: • Mengobati sumber infeksi (manusia dan kera) • Memperbaiki lingkungan (sarang nyamuk dihilangkan) • Tidak kontak dg nyamuk
  • 168. 168 Brugia timori (arthropoda borne disease) Daerah penyebaran / faktor resiko: • Indonesia bag timur • Pedesaan • Keadaan lingkungan jelek – Banyak sarang nyamuk Anopheles • Keadaan sosial ekonomi rendah • Kontak nyamuk >>> • Tidur tanpa kelambu • Kemungkinan nyamuk masuk rumah >>> • Sering keluar rumah waktu malam (pekerjaan ?)
  • 169. 169 Morfologi (dewasa, mikrofilaria dan larva) Stad dewasa: • Bentuknya ~ W. bancrofti ~ B malayi Stad mikrofilaria ( ~ Brugia malayi ) • Mempunyai selubung • Ruang kepala: p = 3x lebar • Inti mengelompok • Ujung post ditemukan 2 inti • Dalam darah ujung jari: malam hari
  • 170. 170 Lingkaran hidup Hospes difinitif: • Manusia Hospes antara: • Nyamuk Anopheles persawahan Habitat: • Sistem limfe (kelenjar limfe / saluran limfe) Bentuk infektif: • Larva stadium III Cara infeksi: • Gigitan nyamuk yg mengandung larva stadium III
  • 171. 171 . • Gejala klinis: – Hampir sama dengan Brugia malayi • Diagnosis penderita: – Pemeriksaan darah ujung jari: untuk melhat mikrofilaria • Diagnosis lingkungan: – Memeriksa adanya larva dalam nyamuk • Pengobatan: – Efektif pada stadium awal: DEK • Pencegahan: – Mengobati sumber infeksi – Menghindarkan diri dari gigitan nyamuk – Memperbaiki lingkungan – Mengurangi populasi nyamuk: dg insektisida / larvisida
  • 172. 172 Pencegahan filariasis berwawasan lingkungan Langkah-langkahnya sebagai berikut: • Menentukan nyamuk yg berperan sebagai vektor – Seksi nyamuk menemukan larva • Mengetahui bionomik nyamuk sebagai vektor: – Resting places – Breeding places – Night biter / day biter – Exophagic / endophagic • Menentukan insektisida yang toleran: – Adultisida – larvisida
  • 173. 173 Malaria (arthropoda borne disease) Penyebab: protozoa darah • Plasmodium vivax (paling banyak di Indonesia) • Plasmodium falciparum (paling berbahaya) • Plasmodium malariae (di Indonesia sangat jarang) • Plasmodium ovale (di Indonesia tidak ada) Penyebaran: • Daerah tropis / sub-tropis • Keadaan lingkungan jelek (sarang nyamuk) • Keadaan sos-ek rendah (daerah pedesaan) – Sering keladang – Tidur tanpa klambu, kontak dg nyamuk
  • 174. 174 Tanda-tanda umum Plasmodium: • Sifatnya intra-selular (di dalam sel eritrosit) • Di dlm siklus hidupnya: – Siklus aseksual (sizogoni) di dlm hospes vertebrata (manusia) – Siklus seksual (sporogoni di dlm hospes invertebrata (nyamuk) • Siklus sizogoni ada beberapa bentuk Plasmodium: – Trofozoit, sizont, merozoit, gametosit (dlm darah manusia) • Siklus sporogoni ada beberapa bentuk Plasmodium: – Zigote, ookinete, ookista, sporokista, sporozoit – Sporozoit ditemukan dlm kelenjar ludah nyamuk • Termasuk golongan sporozoa
  • 176. 176 .
  • 177. 177 .
  • 178. 178 .
  • 179. 179 .
  • 180. 180 .
  • 181. 181 Bentuk Plasmodium yang ditemukan dalam lingkungan tidak secara langsung Bentuk Plasmodium dlm siklus sporogoni (dlm nyamuk): • Zygote • Ookinete • Ookista • Sporokista • Sporozoite (berada dlm kelenjar ludah nyamuk) Untuk menemukan sporozoite: • Nyamuk dipisahkan antara kepala, thorak dan abdomen • Bagian thorax diseksi utk mendapatkan kelenjar ludah • Jika nyamuk bereperan sbg vektor: bentuk sporozoite
  • 182. 182 Plasmodium vivax • Menimbulkan penyakit malaria tertiana benignam • Paling banyak ditemukan di Indonesia Faktor resiko / pendukung: • Banyak ditemukan dinegara tropis / sub tropis • Keadaan lingkungan jelek (sarang nyamuk) • Kontak dg nyamuk >>> • Sosial ekonomi rendah • Tidur diluar rumah • Malam hari sering keladang • Pendidikan rendah
  • 185. 185 Plasmodium vivax pada siklus sizogoni dan sporogoni
  • 186. 186 Gejala klinis, cara penularan Gejala klinis: • Panas menggigil berkeringat setiap 48 jam selama 15-30 menit • Hepato-splenomegali • Anemia Cara penularan: • Gigitan nyamuk Anopheles yg mengandung sporozoit • Transfusi darah • Congenital (ibu hamil terinfeksi dapat menular kejanin dg melewati placenta / tali pusat)
  • 187. 187 Diagnosis, pengobatan Diagnosis penderita: • Pemeriksaan darah terutama pada waktu panas Diagnosis lingkungan: • Memeriksa sporozoit pd kelenjar ludah nyamuk – Single disection – Mass disection – ELISA Pengobatan: • Chloroquin • Pirimitamin
  • 188. 188 Pencegahan berwawasan lingkungan • Menentukan vektor: – Dg cara menemukan sporozoit dlm kelenjar ludah nyamuk • Mengetahui bionomik vektor: – Resting places – Breeding places – Feeding habit: night biter, day biter exophagic, endophagic • Insektisida: adultisida / larvisida (yg masih toleran) • Penyuluhan kesehatan masyarakat • Menghindarkan diri kontak dengan nyamuk
  • 189. 189 Light traps dan aspirator (alat penangkap nyamuk)
  • 190. 190 .
  • 191. 191 Plasmodium falciparum • Menimbulkan penyakit malaria tertiana malignam • Timbul panas menggigil setiap 36 jam selama 15-30 menit • Gejala lainnya: – Black water fever (urine seperti air teh) – Anemia berat, hepato-splenomegali – Ikterus • Dpt berakibat kematian oleh karena dpt sampai keotak menimbulkan malaria cerebral • Kadang-kadang dpt terjadi infeksi campuran dg Plasmodium vivax
  • 192. 192 .
  • 193. 193 Plasmodium falciparum dlm siklus sizogoni
  • 194. 194 Plasmodium malariae • Menimbulkan penyakit malaria quartana • Timbul panas menggigil setiap 72 jam selama 15-30 menit • Gejala lainnya: – Anemia – Hepato-splenomegali • Jarang ditemukan di Indonesia oleh karena: – Siklus sporogoni Plasmodium malariae memerlukan waktu lama (16 hari) pada hal umur nyamuk Anopheles di Indonesia rata- rata hanya 14 hari. Sehingga belum terbentuk sporozoit nyamuk telah mati akibatnya jarang sekali nyamuk yang mengandung stadium sporozoit Plasmodium malaria
  • 196. 196 .
  • 197. 197 Plasmodium malariae dalam siklus sizogoni