SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Dioksin Senyawa B3 Penyebab Kanker
Oleh : Thorikul Huda, S.Si, M.Sc.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk maka aktivitas manusia untuk menghasilkan sampah
juga semakin meningkat. Sampah yang diproduksi oleh masyarakat berupa sampah organic
maupun sampah anorganik. Data BPS pada tahun 2000 menunjukkan produksi sampah dari
380 kota di Indonesia sebesar 80.235,87 ton tiap harinya. Dari sampah yang dihasilkan
tersebut 37,6 % atau sekitar 30.168,687 ton di tangani dengan cara di bakar.
Pembakaran sampah yang tidak menggunakan teknologi tinggi dapat berakibat pada
pencemaran lingkungan. Sebab hal ini dapat menghasilkan senyawa kimia berbahaya dan
beracun yang dikenal dengan nama dioksin. Senyawa ini dapat terbentuk pada pembakaran
dengan temperature yang rendah. Bahkan menurut Sunardi (www.migas-indonesia)
pembakaran dengan menggunakan incinerator pada temperatur 400 – 600 0 C merupakan
kondisi yang optimum untuk pembentukan senyawa dioksin.
Apabila proses pembakaran sampah berlangsung sempurna maka tidak akan menghasilkan
dioksin, seperti yang diperlihatkan pada persamaan reaksi (1)
CaHbOcNdSeClf + u (O2 + 3,76 N2)  sCO2 + tHCl + xH2O + ySO2 + zN2 (1)
Pada reaksi persamaan reaksi pembakaran (1) diatas memperlihatkan tidak terbentuk
senyawa dioksin apabila reaksi berlangsung secara sempurna (dalam reaksi yang
stabil). Namun dengan beragamnya komposisi yang terdapat pada sampah, maka ketika
sampah dibakar maka dapat menghasilkan dioksin dan furan. Hal ini terjadi karena proses
pembakaran tidak dapat dapat berlangsung secara stabil. Adapun proses pembentukan
dioksin dan furan dapat ditunjukkan pada persamaan reaksi (2) dibawah ini.
C + H2 + Cl2 + O2 + N2 --> CO2 + CO + HCl + N2 + O2 + PCDD + PCDF (2)
Dimana: PCDD adalah Polly Chlorinated Dibenzo-p-Dioxin
PCDF adalah Polly Chlorinated Dibenzo Furan
Adapun informasi yang mendasari pembentukan dioksin dari hasil pembakaran dapat
ditunjukkan pada table 1 dibawah ini.
Tabel 1. Distribusi unsure pembentuk dioksin dan furan
Unsur Distribusi di dalam produk pembakaran
1. C CO2, CO, dioksin dan furan
2. H2 HCl, H2O, dioksin dan furan (kecuali senyawa oktaklorida)
3. Cl2 HCl, dioksin dan furan
4. O2 CO2, CO, O2, dioksin dan furan
Dioksin sebenarnya tidak hanya dihasilkan dari pembakaran sampah, akan tetapi juga dapat
dihasilkan dari gas emisi kendaraan, kebakaran hutan, asap rokok atau kegiatan
lainnya. Disamping itu proses pada pemutihan bubur kertas juga dapat menghasilkan dioksin
sebagai impurity pada produksi senyawa klorinat organic. Pada industry bubur kertas dioksin
ditemukan pada air limbah (efluen). Pada proses pemutihan bubur kertas menggunakan
bahan pemutih yang mengandung klorin dimana kemudian senyawa klorin tersebut bereaksi
dengan senyawa organic membentuk dioksin.
Karakteristik senyawa Dioksin
Senyawa dioksin sendiri adalah senyawa yang tersusun oleh atom karbon, hydrogen, oksigen
dan klor Dioksin sebenarnya istilah yang digunakan untuk menyebutkan sekelompok zat-zat
kimia berbahaya yang termasuk kelompok atau golongan senyawa CDD (Chlorinated
Dibenzo-p-Dioxin), CDF (Chlorinated Dibenzo Furan) atau PCB (Polly Chlorinated Biphenyl).
Senyawa 2,3,7,8-TCDD murni telah disintesis sejak tahun 1967. Bentuk fisik dari senyawa
murni ini adalah berbentuk serbuk kristal padat (seperti serbuk yang terdapat pada tablet),
tidak larut di dalam air dan sedikit larut pada beberapa pelarut organic.
(www.websorcerer.com).
Bahaya Keracunan Dioksin
Beberapa decade terakhir telah banyak dilakukan kajian dan riset tentang bahaya dioksin
bagi mahluk hidup khususnya manusia. Adapun kasus-kasus yang terjadi sepanjang sejarah
menyangkut efek bahaya dari senyawa dioksin misalnya kasus dari Monsanto plant di Nitro,
West Virginia, tahun 1949. Akibat kecelakaan di pabrik herbisida 2,4,5-T itu, 250 pekerja
terkena penyakit chloracne, penyakit kulit berupa gatal-gatal memerah. Baru tahun 1955, Karl
Schultz (seorang dokter Jerman) mensinyalemen bahwa chloracne adalah akibat racun
dioksin.
Yang paling terkenal adalah kasus meledaknya pabrik kimia Hoffman-LaRoche di Seveso,
Italia, tahun 1976. Akibatnya, sejumlah besar TCDD terlepas sampai ke atmosfer. Di daerah
sekitar pabrik, hewan-hewan mati, terjadi destruksi vegetasi, penduduk mengalami keracunan
akut, kasus-kasus chloracne, abortus, dan kelainan kongenital. Bahkan penelitian yang
dilakukan Bertozzi dkk. pada tahun 1993 menemukan adanya peningkatan kasus kanker.
Penggunaan herbisida Agent Orange dalam Perang Vietnam (1960 – 1970) ternyata juga
menyemburkan dioksin. Agent Orange digunakan untuk merontokkan dedaunan agar hutan-
hutan Vietnam tidak bisa digunakan untuk bersembunyi tentara Vietkong. Tahun 1983, kantor
veteran Chicago mencatat ada 17 ribu lebih veteran yang mengklaim ganti rugi akibat dioksin
sewaktu bertugas di Vietnam.
Terbakarnya kabel PVC di Beverly Hills Supper Club bahkan merenggut nyawa 161 orang.
Kebakaran tahun 1977 itu menimbulkan asap putih. Menurut salah seorang pekerja di situ,
asap pedas yang mengandung gas hidrogen klorida (HCl) itu bisa bereaksi dengan pewarna
kuku. Bahkan hasil reaksi tersebut dapat memakan kuku. Ketika terhirup dan masuk ke
dalam paru-paru bersama udara yang mengandung air, HCl akan berubah menjadi asam
klorida yang korosif. Akibatnya, yang selamat pun mengalami luka parah pada saluran
pernapasannya.
Biaya pemulihan daerah yang tercemar dioksin tidaklah sedikit. Kasus di Time Beach,
Missouri, pada tahun 1971 bisa menjadi gambaran. Sebuah perusahaan herbisida
sembarangan saja membuang sampah industri ke tempat pembuangan oli bekas. Lalu oli
bekas tersebut terpakai untuk menyemprot lapangan pacuan kuda, jalanan, serta tempat-
tempat berdebu. Selain gangguan berupa chloracne dan radang kandung kemih yang akut,
penyemprotan itu juga menimbulkan kematian dan penyakit pada ternak. Daerah tersebut
kemudian dibeli oleh EPA (Badan Perlindungan Lingkungan AS) dan biaya yang dikeluarkan
untuk membersihkan dioksin mencapai AS $ 100 juta.
Dioksin bersifat ada terus menerus (persistent) dan terakumulasi secara biologi
(bioaccumulated), dan tersebar didalam lingkungan dalam konsentrasi yang rendah. Tingkat
konsentrasinya rendah, sampai parts per trillion (satu per 10 pangkat 12), terakumulasi
sepanjang kehidupan dan ada terus bertahun tahun, walaupun tidak ada penambahan lagi
kedalam lingkungan. Hal ini bisa meningkatkan risiko terkena kanker dan efek lainnya
terhadap binatang dan manusia. (www1.bpkpenabur.or.id)
Jika dioksin berada diudara maka akan dapat terhirup oleh manusia dan masuk ke dalam
sistem pernafasan. Risiko bagi manusia yang paling besar adalah jika dioksin diterima tetap,
walaupun dalam satuan takaran kecil, dan selanjutnya mengendap dalam tubuh manusia.
Dioksin menimbulkan kanker, bertindak sebagai pengacau hormon, diteruskan dari ibu ke
bayi selama menyusui dan mempengaruhi sistem reproduksi. Selain mengakibatkan penyakit
tersebut, dioksin dengan demikian juga mempengaruhi kemampuan belajar oleh anak yang
sangat peka terhadap pencemaran udara. (Sinaga, 2006)
Dioksin dalam jumlah kecil juga terdapat dalam asap rokok. Belum banyak pula yang
menyadari bahwa insinerator atau pembakaran sampah di rumah-rumah sakit merupakan
penghasil dioksin yang sangat berbahaya. Dioksin mempunyai struktur kimia yang sangat
stabil dan bersifat lipofilik, yaitu tidak mudah larut dalam air tetapi mudah larut di dalam
lemak. Karena kestabilan strukturnya ini, maka dioksin sangat berbahaya, sebab tidak mudah
rusak atau terurai. Dioksin dapat berada di dalam tanah dan terakumulasi sampai 10-12
tahun. Dioksin bersifat mudah larut dalam lemak sehingga dapat terakumulasi dalam pangan
yang relatif tinggi kadar lemaknya.
Mekanisme transport dioksin dalam sel
Dioksin dikenal sebagai penyebab kanker. Berinteraksi secara langsung dengan DNA
melalui mekanisme berbasis reseptor. Proses interaksi melalui mekanisme berbasis resptor
dapat dijelaskan sebagai berikut, setelah masuk ke dalam tubuh melalui selaput sel, dioksin
bersatu dengan protein dasar reseptor. Maka dioksin pun diizinkan masuk ke dalam inti sel.
Di sini ia berinteraksi dengan DNA dan menyerang gen yang mengontrol banyak reaksi
biokimia seperti sintesa dan metabolisme hormon, enzim, maupun faktor pertumbuhan,
sehingga bisa menimbulkan dampak dari kelainan janin sampai kanker. Gambar dibawah ini
menunjukkan bagaimana dioksin masuk ke dalam sel dan akan menyerang DNA yang
selanjutnya mempengaruhi reaksi metabolisme dalam sel.
Pencegahan Peningkatan Dioksin
Untuk dapat menahan laju pertumbuhan senyawa dioksin di udara, khususnya dari
pembakaran sampah di perkotaan, maka perlu dilakukan pengendalian sampah secara
terpadu. Pertama harus memberikan kesadaran pada masyarakat untuk dapat memisahkan
sampah-sampah organic yang mudah terdegradasi oleh mikroorganisme dengan sampah
yang susah terdegradasi seperti plastic. Sampah-sampah plastic yang susah terdegradasi
harus dikumpulkan dan jangan dibakar begitu saja karena berpotensi untuk menghasilkan
dioksin.
Pemerintah daerah, dimana daerahnya memproduksi sampah dalam jumlah yang sangat
besar maka harus menyediakan incinerator yang mampu melakukan pembakaran sampah
berkisar antara 800 – 1100 0C, sebab dengan incinerator yang mampu membakar sampah
hingga temperature 1000 0C tidak akan menghasilkan dioksin. Terjadinya dioksin dalam
pembakaran sampah, dapat dikendalikan dengan penguraian suhu tinggi dioksin atau
prehormon melalui pembakaran sempurna yang stabil. Untuk itu, penting untuk
mempertahankan suhu tinggi gas pembakaran dalam tungku pembakaran, menjaga waktu
keberadaan yang cukup bagi gas pembakaran, serta pengadukan campuran antara gas yang
belum terbakar dan udara dalam gas pembakaran. Kemudian terhadap pencegahan
pembentukan senyawa de novo yang juga merupakan penyebab munculnya dioksin,
pendinginan mendadak serta pengkondisian suhu rendah gas pembakaran akan efekti
(Anonim, 2005) . Selain itu, terhadap debu terbang yang dikumpulkan dengan penghisap
debu yang banyak mengandung dioksin, ada teknologi pemrosesan reduksi khlorinat dengan
panas. Untuk udara atmosfir yang dikembalikan, karena menggunakan reaksi reduksi
khlorinat dengan menukar khlor yang terkandung dalam dioksin dengan hidrogen, dengan
terus memanaskan debu terbang pada suhu diatas 8000C dioksin dalam debu dari jumlah
totalnya akan terurai. Ini digunakan sebagai teknologi yang dapat menguraikan dioksin
dengan energi input lebih sedikit dibandingkan dengan peleburan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonym, 2005, “Teknologi Pengolahan Sampah Jepang”, Bahan Seminar Teknologi
Lingkungan, Kawasaki Juko Co. Ltd.
2. Pirajan, J.C.M., Ubaque, C.A.G., Fajardo, R., Giraldo, R., Sapag, K., 2007, “Evaluation of
Dioxin and Furan Formation Thermodynamics in Combustion Proscesses of urban Solid
Wate”s, Ecletice Quimica, Volume 32. Numero 1, Sao Paulo, Brasil
3. Sinaga, E., 2006, “Bahaya Zat Racun Dioksin dari Pembakaran Sampah”,
www.republika.or.id
4. Sumaiku, Y., 2007, “Apa Akibat dari Pembakaran Sampah du Pekarangan Rumah Tangga
dan Pembakaran/Kebakaran Hutan terhadap Kesehatan”, www1.bpkpenabur.or.id
5. Sunardi, 2007, “Incinerator, Berkah atau Bencana ?”, www.migas-indonesia
6. www.websorcerer.com

More Related Content

What's hot

What's hot (7)

7 8 pencemaran dan kerusakan lingkungan
7 8 pencemaran dan kerusakan lingkungan7 8 pencemaran dan kerusakan lingkungan
7 8 pencemaran dan kerusakan lingkungan
 
Dimang ghjgg
Dimang ghjggDimang ghjgg
Dimang ghjgg
 
Makalah pencemaran udara
Makalah pencemaran udaraMakalah pencemaran udara
Makalah pencemaran udara
 
Polusi
PolusiPolusi
Polusi
 
Rekling04 pencemaran
Rekling04 pencemaranRekling04 pencemaran
Rekling04 pencemaran
 
Presentation pencemaran udara
Presentation pencemaran udaraPresentation pencemaran udara
Presentation pencemaran udara
 
Rekling05 pengolahan
Rekling05 pengolahanRekling05 pengolahan
Rekling05 pengolahan
 

Similar to Week 08.a dioksin senyawa b3 penyebab kanker

Apa itu dioksin
Apa itu dioksinApa itu dioksin
Apa itu dioksins4y4ng
 
Tugas pengetahuan lingkungan
Tugas pengetahuan lingkunganTugas pengetahuan lingkungan
Tugas pengetahuan lingkungan089672605520
 
PPT_Pemanasan_Global_Fisika.pptx
PPT_Pemanasan_Global_Fisika.pptxPPT_Pemanasan_Global_Fisika.pptx
PPT_Pemanasan_Global_Fisika.pptxErkaTujuh
 
Isu mengenai masalah kesehatan kadang bisa memicu kontroversi yang membuat ma...
Isu mengenai masalah kesehatan kadang bisa memicu kontroversi yang membuat ma...Isu mengenai masalah kesehatan kadang bisa memicu kontroversi yang membuat ma...
Isu mengenai masalah kesehatan kadang bisa memicu kontroversi yang membuat ma...Yabniel Lit Jingga
 
IPA_ BIOLOGI SMA_MA KLS.10_KM-Media Mengajar-Media Mengajar IPA Biologi SMA K...
IPA_ BIOLOGI SMA_MA KLS.10_KM-Media Mengajar-Media Mengajar IPA Biologi SMA K...IPA_ BIOLOGI SMA_MA KLS.10_KM-Media Mengajar-Media Mengajar IPA Biologi SMA K...
IPA_ BIOLOGI SMA_MA KLS.10_KM-Media Mengajar-Media Mengajar IPA Biologi SMA K...SMAN5PATAMPANUA
 
Makalah sumber-daya-alam
Makalah sumber-daya-alamMakalah sumber-daya-alam
Makalah sumber-daya-alam99zulkarnain
 
limbahb3-170123125232 (1).pdf
limbahb3-170123125232 (1).pdflimbahb3-170123125232 (1).pdf
limbahb3-170123125232 (1).pdfKhoirudinZuhri3
 
Diet plastik ppt pdf
Diet plastik ppt pdfDiet plastik ppt pdf
Diet plastik ppt pdf_riskha
 
ppt-pencemaran-tik.pptx
ppt-pencemaran-tik.pptxppt-pencemaran-tik.pptx
ppt-pencemaran-tik.pptxTutikVeriana1
 
1-Produksi_Bersih.ppt
1-Produksi_Bersih.ppt1-Produksi_Bersih.ppt
1-Produksi_Bersih.pptSyahRoel4
 
43938854 pence-mar-an-dioksin-di-perairan
43938854 pence-mar-an-dioksin-di-perairan43938854 pence-mar-an-dioksin-di-perairan
43938854 pence-mar-an-dioksin-di-perairanEru Napitupulu
 
Lingkungan Hidup Geografi XI IIS
Lingkungan Hidup Geografi XI IIS Lingkungan Hidup Geografi XI IIS
Lingkungan Hidup Geografi XI IIS annisa berliana
 

Similar to Week 08.a dioksin senyawa b3 penyebab kanker (20)

Apa itu dioksin
Apa itu dioksinApa itu dioksin
Apa itu dioksin
 
Tugas pengetahuan lingkungan
Tugas pengetahuan lingkunganTugas pengetahuan lingkungan
Tugas pengetahuan lingkungan
 
PPT_Pemanasan_Global_Fisika.pptx
PPT_Pemanasan_Global_Fisika.pptxPPT_Pemanasan_Global_Fisika.pptx
PPT_Pemanasan_Global_Fisika.pptx
 
BIOLOGI
BIOLOGIBIOLOGI
BIOLOGI
 
Sampah di indonesia
Sampah di indonesiaSampah di indonesia
Sampah di indonesia
 
Sejarah kesling
Sejarah keslingSejarah kesling
Sejarah kesling
 
Isu mengenai masalah kesehatan kadang bisa memicu kontroversi yang membuat ma...
Isu mengenai masalah kesehatan kadang bisa memicu kontroversi yang membuat ma...Isu mengenai masalah kesehatan kadang bisa memicu kontroversi yang membuat ma...
Isu mengenai masalah kesehatan kadang bisa memicu kontroversi yang membuat ma...
 
IPA_ BIOLOGI SMA_MA KLS.10_KM-Media Mengajar-Media Mengajar IPA Biologi SMA K...
IPA_ BIOLOGI SMA_MA KLS.10_KM-Media Mengajar-Media Mengajar IPA Biologi SMA K...IPA_ BIOLOGI SMA_MA KLS.10_KM-Media Mengajar-Media Mengajar IPA Biologi SMA K...
IPA_ BIOLOGI SMA_MA KLS.10_KM-Media Mengajar-Media Mengajar IPA Biologi SMA K...
 
Makalah sumber-daya-alam
Makalah sumber-daya-alamMakalah sumber-daya-alam
Makalah sumber-daya-alam
 
limbahb3-170123125232 (1).pdf
limbahb3-170123125232 (1).pdflimbahb3-170123125232 (1).pdf
limbahb3-170123125232 (1).pdf
 
Ppt Limbah B3
Ppt Limbah B3Ppt Limbah B3
Ppt Limbah B3
 
Diet plastik ppt pdf
Diet plastik ppt pdfDiet plastik ppt pdf
Diet plastik ppt pdf
 
ppt-pencemaran-tik.pptx
ppt-pencemaran-tik.pptxppt-pencemaran-tik.pptx
ppt-pencemaran-tik.pptx
 
ppt-pencemaran-tik.pptx
ppt-pencemaran-tik.pptxppt-pencemaran-tik.pptx
ppt-pencemaran-tik.pptx
 
36. regiani yunistika 3
36. regiani yunistika 336. regiani yunistika 3
36. regiani yunistika 3
 
1-Produksi_Bersih.ppt
1-Produksi_Bersih.ppt1-Produksi_Bersih.ppt
1-Produksi_Bersih.ppt
 
43938854 pence-mar-an-dioksin-di-perairan
43938854 pence-mar-an-dioksin-di-perairan43938854 pence-mar-an-dioksin-di-perairan
43938854 pence-mar-an-dioksin-di-perairan
 
12
1212
12
 
Lingkungan Hidup Geografi XI IIS
Lingkungan Hidup Geografi XI IIS Lingkungan Hidup Geografi XI IIS
Lingkungan Hidup Geografi XI IIS
 
PB 3. PENCEMARAN UDARA.ppt
PB 3. PENCEMARAN UDARA.pptPB 3. PENCEMARAN UDARA.ppt
PB 3. PENCEMARAN UDARA.ppt
 

More from sunarto bin sudi

Week 15 parasitologi lingkungan
Week 15   parasitologi lingkunganWeek 15   parasitologi lingkungan
Week 15 parasitologi lingkungansunarto bin sudi
 
Week 14 penerapan keslingk pada bencana
Week 14    penerapan keslingk pada bencanaWeek 14    penerapan keslingk pada bencana
Week 14 penerapan keslingk pada bencanasunarto bin sudi
 
Week 13 pengamanan dampak radiasi
Week 13   pengamanan dampak radiasiWeek 13   pengamanan dampak radiasi
Week 13 pengamanan dampak radiasisunarto bin sudi
 
Week 12 pengendalian vektor penyakit dan binatang pengganggu
Week 12   pengendalian vektor penyakit dan binatang penggangguWeek 12   pengendalian vektor penyakit dan binatang pengganggu
Week 12 pengendalian vektor penyakit dan binatang pengganggusunarto bin sudi
 
Week 11 sanitasi industri, perkantoran, dan tempat-tempat umum
Week 11  sanitasi industri, perkantoran, dan tempat-tempat umumWeek 11  sanitasi industri, perkantoran, dan tempat-tempat umum
Week 11 sanitasi industri, perkantoran, dan tempat-tempat umumsunarto bin sudi
 
Week 10 hygiene dan sanitasi makanan
Week 10   hygiene dan sanitasi makananWeek 10   hygiene dan sanitasi makanan
Week 10 hygiene dan sanitasi makanansunarto bin sudi
 
Week 09 pengelolaan tinja dan air limbah (ptal)
Week 09   pengelolaan tinja dan air limbah  (ptal)Week 09   pengelolaan tinja dan air limbah  (ptal)
Week 09 pengelolaan tinja dan air limbah (ptal)sunarto bin sudi
 
Week 08 pengelolaan sampah & limbah padat
Week 08   pengelolaan sampah & limbah padatWeek 08   pengelolaan sampah & limbah padat
Week 08 pengelolaan sampah & limbah padatsunarto bin sudi
 
Week 07 penyehatan air minum
Week 07  penyehatan air minumWeek 07  penyehatan air minum
Week 07 penyehatan air minumsunarto bin sudi
 
Week 06 dasar - dasar amdal
Week 06   dasar - dasar amdalWeek 06   dasar - dasar amdal
Week 06 dasar - dasar amdalsunarto bin sudi
 
Week 05 environmental risk assessment
Week 05   environmental risk assessmentWeek 05   environmental risk assessment
Week 05 environmental risk assessmentsunarto bin sudi
 
Week 04.a dampak logam berat bagi kesehatan
Week 04.a dampak logam berat bagi kesehatanWeek 04.a dampak logam berat bagi kesehatan
Week 04.a dampak logam berat bagi kesehatansunarto bin sudi
 
Week 04 pengaruh pencemaran lingkungan terhadap kesehatan
Week 04   pengaruh  pencemaran lingkungan terhadap  kesehatanWeek 04   pengaruh  pencemaran lingkungan terhadap  kesehatan
Week 04 pengaruh pencemaran lingkungan terhadap kesehatansunarto bin sudi
 
Week 03 konsep hubungan manusia dengan lingkungan
Week 03   konsep hubungan manusia dengan lingkunganWeek 03   konsep hubungan manusia dengan lingkungan
Week 03 konsep hubungan manusia dengan lingkungansunarto bin sudi
 
Week 02 pendekatan epidemiologis dalam kesehatan lingkungan
Week 02   pendekatan epidemiologis dalam kesehatan lingkunganWeek 02   pendekatan epidemiologis dalam kesehatan lingkungan
Week 02 pendekatan epidemiologis dalam kesehatan lingkungansunarto bin sudi
 
Week 01 pengantar ilmu kesehatan lingkungan
Week 01   pengantar ilmu kesehatan lingkunganWeek 01   pengantar ilmu kesehatan lingkungan
Week 01 pengantar ilmu kesehatan lingkungansunarto bin sudi
 

More from sunarto bin sudi (17)

Week 15 parasitologi lingkungan
Week 15   parasitologi lingkunganWeek 15   parasitologi lingkungan
Week 15 parasitologi lingkungan
 
Week 14 penerapan keslingk pada bencana
Week 14    penerapan keslingk pada bencanaWeek 14    penerapan keslingk pada bencana
Week 14 penerapan keslingk pada bencana
 
Week 13 pengamanan dampak radiasi
Week 13   pengamanan dampak radiasiWeek 13   pengamanan dampak radiasi
Week 13 pengamanan dampak radiasi
 
Week 12 pengendalian vektor penyakit dan binatang pengganggu
Week 12   pengendalian vektor penyakit dan binatang penggangguWeek 12   pengendalian vektor penyakit dan binatang pengganggu
Week 12 pengendalian vektor penyakit dan binatang pengganggu
 
Week 11 sanitasi industri, perkantoran, dan tempat-tempat umum
Week 11  sanitasi industri, perkantoran, dan tempat-tempat umumWeek 11  sanitasi industri, perkantoran, dan tempat-tempat umum
Week 11 sanitasi industri, perkantoran, dan tempat-tempat umum
 
Week 10 hygiene dan sanitasi makanan
Week 10   hygiene dan sanitasi makananWeek 10   hygiene dan sanitasi makanan
Week 10 hygiene dan sanitasi makanan
 
Week 09 pengelolaan tinja dan air limbah (ptal)
Week 09   pengelolaan tinja dan air limbah  (ptal)Week 09   pengelolaan tinja dan air limbah  (ptal)
Week 09 pengelolaan tinja dan air limbah (ptal)
 
Week 08 pengelolaan sampah & limbah padat
Week 08   pengelolaan sampah & limbah padatWeek 08   pengelolaan sampah & limbah padat
Week 08 pengelolaan sampah & limbah padat
 
Week 07 penyehatan air minum
Week 07  penyehatan air minumWeek 07  penyehatan air minum
Week 07 penyehatan air minum
 
Week 06.a adkl
Week 06.a   adklWeek 06.a   adkl
Week 06.a adkl
 
Week 06 dasar - dasar amdal
Week 06   dasar - dasar amdalWeek 06   dasar - dasar amdal
Week 06 dasar - dasar amdal
 
Week 05 environmental risk assessment
Week 05   environmental risk assessmentWeek 05   environmental risk assessment
Week 05 environmental risk assessment
 
Week 04.a dampak logam berat bagi kesehatan
Week 04.a dampak logam berat bagi kesehatanWeek 04.a dampak logam berat bagi kesehatan
Week 04.a dampak logam berat bagi kesehatan
 
Week 04 pengaruh pencemaran lingkungan terhadap kesehatan
Week 04   pengaruh  pencemaran lingkungan terhadap  kesehatanWeek 04   pengaruh  pencemaran lingkungan terhadap  kesehatan
Week 04 pengaruh pencemaran lingkungan terhadap kesehatan
 
Week 03 konsep hubungan manusia dengan lingkungan
Week 03   konsep hubungan manusia dengan lingkunganWeek 03   konsep hubungan manusia dengan lingkungan
Week 03 konsep hubungan manusia dengan lingkungan
 
Week 02 pendekatan epidemiologis dalam kesehatan lingkungan
Week 02   pendekatan epidemiologis dalam kesehatan lingkunganWeek 02   pendekatan epidemiologis dalam kesehatan lingkungan
Week 02 pendekatan epidemiologis dalam kesehatan lingkungan
 
Week 01 pengantar ilmu kesehatan lingkungan
Week 01   pengantar ilmu kesehatan lingkunganWeek 01   pengantar ilmu kesehatan lingkungan
Week 01 pengantar ilmu kesehatan lingkungan
 

Week 08.a dioksin senyawa b3 penyebab kanker

  • 1. Dioksin Senyawa B3 Penyebab Kanker Oleh : Thorikul Huda, S.Si, M.Sc. Seiring dengan pertumbuhan penduduk maka aktivitas manusia untuk menghasilkan sampah juga semakin meningkat. Sampah yang diproduksi oleh masyarakat berupa sampah organic maupun sampah anorganik. Data BPS pada tahun 2000 menunjukkan produksi sampah dari 380 kota di Indonesia sebesar 80.235,87 ton tiap harinya. Dari sampah yang dihasilkan tersebut 37,6 % atau sekitar 30.168,687 ton di tangani dengan cara di bakar. Pembakaran sampah yang tidak menggunakan teknologi tinggi dapat berakibat pada pencemaran lingkungan. Sebab hal ini dapat menghasilkan senyawa kimia berbahaya dan beracun yang dikenal dengan nama dioksin. Senyawa ini dapat terbentuk pada pembakaran dengan temperature yang rendah. Bahkan menurut Sunardi (www.migas-indonesia) pembakaran dengan menggunakan incinerator pada temperatur 400 – 600 0 C merupakan kondisi yang optimum untuk pembentukan senyawa dioksin. Apabila proses pembakaran sampah berlangsung sempurna maka tidak akan menghasilkan dioksin, seperti yang diperlihatkan pada persamaan reaksi (1) CaHbOcNdSeClf + u (O2 + 3,76 N2)  sCO2 + tHCl + xH2O + ySO2 + zN2 (1) Pada reaksi persamaan reaksi pembakaran (1) diatas memperlihatkan tidak terbentuk senyawa dioksin apabila reaksi berlangsung secara sempurna (dalam reaksi yang stabil). Namun dengan beragamnya komposisi yang terdapat pada sampah, maka ketika sampah dibakar maka dapat menghasilkan dioksin dan furan. Hal ini terjadi karena proses pembakaran tidak dapat dapat berlangsung secara stabil. Adapun proses pembentukan dioksin dan furan dapat ditunjukkan pada persamaan reaksi (2) dibawah ini. C + H2 + Cl2 + O2 + N2 --> CO2 + CO + HCl + N2 + O2 + PCDD + PCDF (2) Dimana: PCDD adalah Polly Chlorinated Dibenzo-p-Dioxin PCDF adalah Polly Chlorinated Dibenzo Furan Adapun informasi yang mendasari pembentukan dioksin dari hasil pembakaran dapat ditunjukkan pada table 1 dibawah ini. Tabel 1. Distribusi unsure pembentuk dioksin dan furan Unsur Distribusi di dalam produk pembakaran 1. C CO2, CO, dioksin dan furan 2. H2 HCl, H2O, dioksin dan furan (kecuali senyawa oktaklorida) 3. Cl2 HCl, dioksin dan furan 4. O2 CO2, CO, O2, dioksin dan furan Dioksin sebenarnya tidak hanya dihasilkan dari pembakaran sampah, akan tetapi juga dapat dihasilkan dari gas emisi kendaraan, kebakaran hutan, asap rokok atau kegiatan lainnya. Disamping itu proses pada pemutihan bubur kertas juga dapat menghasilkan dioksin sebagai impurity pada produksi senyawa klorinat organic. Pada industry bubur kertas dioksin ditemukan pada air limbah (efluen). Pada proses pemutihan bubur kertas menggunakan
  • 2. bahan pemutih yang mengandung klorin dimana kemudian senyawa klorin tersebut bereaksi dengan senyawa organic membentuk dioksin. Karakteristik senyawa Dioksin Senyawa dioksin sendiri adalah senyawa yang tersusun oleh atom karbon, hydrogen, oksigen dan klor Dioksin sebenarnya istilah yang digunakan untuk menyebutkan sekelompok zat-zat kimia berbahaya yang termasuk kelompok atau golongan senyawa CDD (Chlorinated Dibenzo-p-Dioxin), CDF (Chlorinated Dibenzo Furan) atau PCB (Polly Chlorinated Biphenyl). Senyawa 2,3,7,8-TCDD murni telah disintesis sejak tahun 1967. Bentuk fisik dari senyawa murni ini adalah berbentuk serbuk kristal padat (seperti serbuk yang terdapat pada tablet), tidak larut di dalam air dan sedikit larut pada beberapa pelarut organic. (www.websorcerer.com). Bahaya Keracunan Dioksin Beberapa decade terakhir telah banyak dilakukan kajian dan riset tentang bahaya dioksin bagi mahluk hidup khususnya manusia. Adapun kasus-kasus yang terjadi sepanjang sejarah menyangkut efek bahaya dari senyawa dioksin misalnya kasus dari Monsanto plant di Nitro, West Virginia, tahun 1949. Akibat kecelakaan di pabrik herbisida 2,4,5-T itu, 250 pekerja terkena penyakit chloracne, penyakit kulit berupa gatal-gatal memerah. Baru tahun 1955, Karl Schultz (seorang dokter Jerman) mensinyalemen bahwa chloracne adalah akibat racun dioksin. Yang paling terkenal adalah kasus meledaknya pabrik kimia Hoffman-LaRoche di Seveso, Italia, tahun 1976. Akibatnya, sejumlah besar TCDD terlepas sampai ke atmosfer. Di daerah sekitar pabrik, hewan-hewan mati, terjadi destruksi vegetasi, penduduk mengalami keracunan akut, kasus-kasus chloracne, abortus, dan kelainan kongenital. Bahkan penelitian yang dilakukan Bertozzi dkk. pada tahun 1993 menemukan adanya peningkatan kasus kanker. Penggunaan herbisida Agent Orange dalam Perang Vietnam (1960 – 1970) ternyata juga menyemburkan dioksin. Agent Orange digunakan untuk merontokkan dedaunan agar hutan- hutan Vietnam tidak bisa digunakan untuk bersembunyi tentara Vietkong. Tahun 1983, kantor veteran Chicago mencatat ada 17 ribu lebih veteran yang mengklaim ganti rugi akibat dioksin sewaktu bertugas di Vietnam. Terbakarnya kabel PVC di Beverly Hills Supper Club bahkan merenggut nyawa 161 orang. Kebakaran tahun 1977 itu menimbulkan asap putih. Menurut salah seorang pekerja di situ, asap pedas yang mengandung gas hidrogen klorida (HCl) itu bisa bereaksi dengan pewarna kuku. Bahkan hasil reaksi tersebut dapat memakan kuku. Ketika terhirup dan masuk ke dalam paru-paru bersama udara yang mengandung air, HCl akan berubah menjadi asam klorida yang korosif. Akibatnya, yang selamat pun mengalami luka parah pada saluran pernapasannya. Biaya pemulihan daerah yang tercemar dioksin tidaklah sedikit. Kasus di Time Beach,
  • 3. Missouri, pada tahun 1971 bisa menjadi gambaran. Sebuah perusahaan herbisida sembarangan saja membuang sampah industri ke tempat pembuangan oli bekas. Lalu oli bekas tersebut terpakai untuk menyemprot lapangan pacuan kuda, jalanan, serta tempat- tempat berdebu. Selain gangguan berupa chloracne dan radang kandung kemih yang akut, penyemprotan itu juga menimbulkan kematian dan penyakit pada ternak. Daerah tersebut kemudian dibeli oleh EPA (Badan Perlindungan Lingkungan AS) dan biaya yang dikeluarkan untuk membersihkan dioksin mencapai AS $ 100 juta. Dioksin bersifat ada terus menerus (persistent) dan terakumulasi secara biologi (bioaccumulated), dan tersebar didalam lingkungan dalam konsentrasi yang rendah. Tingkat konsentrasinya rendah, sampai parts per trillion (satu per 10 pangkat 12), terakumulasi sepanjang kehidupan dan ada terus bertahun tahun, walaupun tidak ada penambahan lagi kedalam lingkungan. Hal ini bisa meningkatkan risiko terkena kanker dan efek lainnya terhadap binatang dan manusia. (www1.bpkpenabur.or.id) Jika dioksin berada diudara maka akan dapat terhirup oleh manusia dan masuk ke dalam sistem pernafasan. Risiko bagi manusia yang paling besar adalah jika dioksin diterima tetap, walaupun dalam satuan takaran kecil, dan selanjutnya mengendap dalam tubuh manusia. Dioksin menimbulkan kanker, bertindak sebagai pengacau hormon, diteruskan dari ibu ke bayi selama menyusui dan mempengaruhi sistem reproduksi. Selain mengakibatkan penyakit tersebut, dioksin dengan demikian juga mempengaruhi kemampuan belajar oleh anak yang sangat peka terhadap pencemaran udara. (Sinaga, 2006) Dioksin dalam jumlah kecil juga terdapat dalam asap rokok. Belum banyak pula yang menyadari bahwa insinerator atau pembakaran sampah di rumah-rumah sakit merupakan penghasil dioksin yang sangat berbahaya. Dioksin mempunyai struktur kimia yang sangat stabil dan bersifat lipofilik, yaitu tidak mudah larut dalam air tetapi mudah larut di dalam lemak. Karena kestabilan strukturnya ini, maka dioksin sangat berbahaya, sebab tidak mudah rusak atau terurai. Dioksin dapat berada di dalam tanah dan terakumulasi sampai 10-12 tahun. Dioksin bersifat mudah larut dalam lemak sehingga dapat terakumulasi dalam pangan yang relatif tinggi kadar lemaknya. Mekanisme transport dioksin dalam sel Dioksin dikenal sebagai penyebab kanker. Berinteraksi secara langsung dengan DNA melalui mekanisme berbasis reseptor. Proses interaksi melalui mekanisme berbasis resptor dapat dijelaskan sebagai berikut, setelah masuk ke dalam tubuh melalui selaput sel, dioksin bersatu dengan protein dasar reseptor. Maka dioksin pun diizinkan masuk ke dalam inti sel. Di sini ia berinteraksi dengan DNA dan menyerang gen yang mengontrol banyak reaksi biokimia seperti sintesa dan metabolisme hormon, enzim, maupun faktor pertumbuhan, sehingga bisa menimbulkan dampak dari kelainan janin sampai kanker. Gambar dibawah ini menunjukkan bagaimana dioksin masuk ke dalam sel dan akan menyerang DNA yang selanjutnya mempengaruhi reaksi metabolisme dalam sel.
  • 4. Pencegahan Peningkatan Dioksin Untuk dapat menahan laju pertumbuhan senyawa dioksin di udara, khususnya dari pembakaran sampah di perkotaan, maka perlu dilakukan pengendalian sampah secara terpadu. Pertama harus memberikan kesadaran pada masyarakat untuk dapat memisahkan sampah-sampah organic yang mudah terdegradasi oleh mikroorganisme dengan sampah yang susah terdegradasi seperti plastic. Sampah-sampah plastic yang susah terdegradasi harus dikumpulkan dan jangan dibakar begitu saja karena berpotensi untuk menghasilkan dioksin. Pemerintah daerah, dimana daerahnya memproduksi sampah dalam jumlah yang sangat besar maka harus menyediakan incinerator yang mampu melakukan pembakaran sampah berkisar antara 800 – 1100 0C, sebab dengan incinerator yang mampu membakar sampah hingga temperature 1000 0C tidak akan menghasilkan dioksin. Terjadinya dioksin dalam pembakaran sampah, dapat dikendalikan dengan penguraian suhu tinggi dioksin atau prehormon melalui pembakaran sempurna yang stabil. Untuk itu, penting untuk mempertahankan suhu tinggi gas pembakaran dalam tungku pembakaran, menjaga waktu keberadaan yang cukup bagi gas pembakaran, serta pengadukan campuran antara gas yang belum terbakar dan udara dalam gas pembakaran. Kemudian terhadap pencegahan pembentukan senyawa de novo yang juga merupakan penyebab munculnya dioksin, pendinginan mendadak serta pengkondisian suhu rendah gas pembakaran akan efekti (Anonim, 2005) . Selain itu, terhadap debu terbang yang dikumpulkan dengan penghisap debu yang banyak mengandung dioksin, ada teknologi pemrosesan reduksi khlorinat dengan panas. Untuk udara atmosfir yang dikembalikan, karena menggunakan reaksi reduksi khlorinat dengan menukar khlor yang terkandung dalam dioksin dengan hidrogen, dengan terus memanaskan debu terbang pada suhu diatas 8000C dioksin dalam debu dari jumlah totalnya akan terurai. Ini digunakan sebagai teknologi yang dapat menguraikan dioksin dengan energi input lebih sedikit dibandingkan dengan peleburan. DAFTAR PUSTAKA 1. Anonym, 2005, “Teknologi Pengolahan Sampah Jepang”, Bahan Seminar Teknologi Lingkungan, Kawasaki Juko Co. Ltd. 2. Pirajan, J.C.M., Ubaque, C.A.G., Fajardo, R., Giraldo, R., Sapag, K., 2007, “Evaluation of Dioxin and Furan Formation Thermodynamics in Combustion Proscesses of urban Solid Wate”s, Ecletice Quimica, Volume 32. Numero 1, Sao Paulo, Brasil 3. Sinaga, E., 2006, “Bahaya Zat Racun Dioksin dari Pembakaran Sampah”, www.republika.or.id 4. Sumaiku, Y., 2007, “Apa Akibat dari Pembakaran Sampah du Pekarangan Rumah Tangga dan Pembakaran/Kebakaran Hutan terhadap Kesehatan”, www1.bpkpenabur.or.id 5. Sunardi, 2007, “Incinerator, Berkah atau Bencana ?”, www.migas-indonesia 6. www.websorcerer.com