Rencana Umum Penanaman Modal Kota Tanjungpinang membahas visi dan misi, potensi investasi, arah kebijakan, dan strategi untuk meningkatkan investasi guna mendorong pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat."
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
FGD Rencana Umum Penanaman Modal Kota Tanjungpinang
1. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Tanjungpinang
Rencana Umum Penanaman Modal
Kota Tanjungpinang
NASKAH AKADEMIS
2. PENDAHULUAN
Latar Belakang – Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal
• Tujuan penyelenggaraan penanaman modal di daerah selain
regulasi yang mengatur tentang penanaman modal juga dapat
tercapai melalui:
• Mengatasi faktor penghambat iklim penanaman modal.
• Perbaikan koordinasi antar instansi Pemerintah dan Daerah.
• Penciptaan birokrasi yang efisien.
• Kepastian hukum di bidang penanaman modal.
• Biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi.
• Iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan
keamanan berusaha.
• RUPM berfungsi untuk mensinergikan dan mengoperasionalkan
seluruh kepentingan sektoral terkait, sehingga tidak terjadi
ketimpangan dalam penetapan prioritas sektor-sektor yang akan
dikembangkan dan dipromosikan melalui kegiatan penanaman
modal.
• Rencana Umum
Penanaman Modal
pada dasarnya disusun
oleh PEMDA sejak
tahun 2014, 2 tahun
setelah PERPRES
16/2012 tentang RUPM
& PERKA BKPM
9/2012.
• Hingga April 2019, Baru
23 Kota, 94 Kabupaten
dan 25 Provinsi
termasuk Provinsi
KEPRI telah menyusun
RUPMP/K.
Fast Fact
3. PENDAHULUAN
Latar Belakang – Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal
Visi Daerah yaitu Tanjungpinang Sebagai Kota
yang Maju, Berbudaya dan Sejahtera dalam
Harmoni Kebhinekaan Masyarakat Madani
1. Meningkatkan kulitas sumber daya manusia yang agamis, berbudaya, berwawasan
kebangsaan, dan berdaya saing global.
2. Meningkatkan pengembangan pariwisata dan pengembangan ekonomi kreatif.
3. Mengembangkan dan melestarikan khasanah budaya lokal dan nusantara untuk
menciptakan kehidupan masyarakat yang harmonis, bertoleransi, dan kebhinnekaan
guna mendukung pembangunan berkelanjutan.
4. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, berwibawa, amanah, transparan,
dan akuntabel didukung dengan struktur birokrasi yang berintegrasi dan kompeten.
5. Melanjutkan pembangunan yang adil dan merata serta menciptakan iklim investasi
dan usaha kondusif yang berwawasan lingkungan dan sistem pengupahan yang
berkeadilan
• Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 telah
menentukan bahwa perekonomian nasional
dan kesejahteraan sosial adalah untuk
mewujudkan kesejahteraan umum.
• Roda perekonomian perkotaan digerakkan
oleh sektor riil salah satunya adalah investasi
sebagai indikator ekonomi makro
• Kegiatan Penanaman Modal oleh para
penanam modal (Investor) dapat mendorong
penciptaan lapangan pekerjaan, penyerapan
tenaga kerja lokal, mendorong tumbuh
kembangnya sektor pendukung investasi,
kesejahteraan masyarakat dan dampak
terhadap capaian pertumbuhan ekonomi Kota
Tanjungpinang.
• Perluasan Dunia Usaha sekaligus menangkap
peluang masa depan investasi berorientasi
“digital economy”
• Pemetaan Potensi Investasi di Kota
Tanjungpinang
Peraturan Presiden RI Nomor 16
Tahun 2012
tentang Rencana Umum Penanaman Modal
Peraturan Kepala BKPM RI Nomor 09
Tahun 2012
Tentang Pedoman Penyusunan RUPM
Provinsi dan RUPM Kabupaten/Kota
4. Malaysia - KL Singapore-MB UEA - Dubai UEA – Abu Dhabi
TRANSFORMASI KOTA
”Globalisasi menyiratkan sebuah perkembangan menuju interdependensi sistemik berskala dunia...
Agresivitas pendekatan yang berorientasi investasi, subsidi dan pemasaran di tingkat global dapat
menciptakan persaingan antar kota...” Aruman, E: 2018
5. Sumber: Komisi Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah: 2016
Survei Tata Kelola Ekonomi Daerah di 32 Ibukota Provinsi
6. Landasan Hukum
Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal
"Alasan nomor satu
(hambatan investasi) ya
regulasi. Kebanyakan
aturan, kebanyakan
perizinan yang masih
berbelit-belit”.
(Presiden RI – Ir. H. Joko Widodo)
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
4. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2019 tentang Pemberian Insentif dan Kemudahan
Investasi Di Daerah.
8. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana Umum Penanaman Modal;
9. Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan
Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal;
10.Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha;
11.Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2012
tentang Pedoman Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi dan Rencana
Umum Penanaman Modal Kabupaten/Kota;
12.Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Penanaman Modal
Daerah;
13.Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 3 Tahun 2017 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah Kota Tanjungpinang Tahun 2005-2025;
14.Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 10 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Tanjungpinang Tahun 2014-2034;
15.Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2018 tentang Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan
Zonasi Kecamatan Tanjungpinang Kota, Tanjungpinang Barat, Tanjungpinang Timur dan Bukit
Bestari Tahun 2018-2038;
16.Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 1 Tahun 2019 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Tanjungpinang Tahun 2018-2023.
“Prinsip utama regulasi harus
memberikan kepastian hukum.
Saat dieksekusi juga tidak memerlukan
proses panjang”
7. Maksud dan Tujuan
Dokumen RUPM menjadi pedoman didalam
pembangunan bidang penanaman modal bagi
pemerintah, masyarakat dan dunia usaha.
Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal Kota Tanjungpinang
• Tujuan dari kegiatan ini untuk menyiapkan suatu dokumen
perencanaan yakni berupa Rencana Umum Penanaman Modal
di Kota Tanjungpinang sebagai dasar pedoman, arah kebijakan
dan kerangka acuan pengembangan penanaman modal atau
investasi di Kota Tanjungpinang menurut Rencana Tata Ruang
Wilayah.
• Tujuan kegiatan ini pada esensinya untuk menghasilkan
dokumen Rencana Umum Penanaman Modal, sebagai suatu
wujud rill keberadaan acuan dasar bagi pemerintah daerah Kota
Tanjungpinang dalam kewenangan penanaman modal.
8. Tujuan
Kegiatan
1. Mengetahui Kondisi Umum, Potensi dan
Perkembangan Penanaman Modal di Kota
Tanjungpinang
2. Menentukan Visi dan Misi RUPM
3. Mengetahui Arah Kebijakan Penanaman Modal
4. Memetakan Kekuatan, Kelemahan, Ancaman
dan Peluang dalam pembangunan dibidang
Penanaman Modal
5. Memberikan usulan kebijakan dan strategi yang
sebaiknya diambil dalam pembangunan
dibidang penanaman modal
6. Menjelaskan kontribusi manfaat ekonomi, sosial
dan lingkungan dari pembangunan penanaman
modal di Kota Tanjungpinang.
9. 1. Terinvestarisasikannya kebijakan sektoral yang
berkaitan dengan penanaman modal di Kota
Tanjungpinang.
2. Tersedianya informasi kondisi penanaman modal
dalam kedepan, kondisi existing penanaman modal
dan perkiraan pertumbuhan penanaman modal ke
depan.
3. Tersedianya arah strategis yang berfokus pada
penyusunan prioritas kebijakan pembangunan dan
penyebaran peran masing-masing stakeholder dalam
implementasi pengembangan penanaman modal di
Kota Tanjungpinang.
4. Diterapkan investasi utama atau unggulan sesuai
dengan potensi, sumber daya alam dan kondisi
geografis Kota Tanjungpinang.
SASARAN
Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal
5. Tersedianya indikasi program-program penanaman
modal yang searah dan terencana untuk mendukung
upaya peningkatan dan pemerataan kesejahteraan
masyarakat Kota Tanjungpinang.
6. Diterapkannya pelaksanaan pengembangan investasi
yang disesuai langkah-langkah implementasi dan
penyebaran peran oleh stakeholder dalam
pelaksanaan pengembangan investasi.
7. Tersedianya bahan yang dapat digunakan guna
menyusun naskah akademik dalam rangka
penyusunan draf Peraturan Walikota tentang Rencana
Umum Penanaman Modal (RUPM).
10. Metode Pelaksanaan
Wilayah Studi didalam pembuatan Rencana Umum Penananaman Modal Kota
Tanjungpinang terdiri atas lingkup wilayah administrasi Kota Tanjungpinang, Provinsi
Kepulauan Riau.
1. Melakukan riset/review terhadap berbagai rencana eksisiting investasi sektoral yang
telah ada investasi teknis dan kebijakan pembangunan Kota Tanjungpinang
lainnya.Kebijakan strategis dan sektoral di Kota Tanjungpinang harus menjadi bagian
dan Rencanan Umum Penanaman Modal (RUPM).
2. Melakukan identifikasi sub-sektor potensial/komoditas yang dapat menjadi unggulan
dalam pengembangan investasi di Kota Tanjungpinang.
3. Menginvestasikan potensi investasi yang meliputi kekuatan/ keunggulan, kelemahan
serta hambatan yang dihadapi, sehingga dapat mengalisa dan merencanakan
pengembangan kawasan ekosistem seperti kawasan perdagangan dan jasa,
industry, pariwisata, dan lain-lain sesuai dengan RT/RW Kota Tanjungpinang.
4. Melakukan identifikasi terhadap peluang pengembangan sektor-sektor strategis dan
potensial yang selanjutnya di identifikasi kebutuhan improfisasi investasinya sehingga
memperoleh nilai tambah terhadap ketersediaan sumber daya yang potensial yang
ada di Kota Tanjungpinang.
5. Menganalisa investasi unggulan sesuai dengan potensi, letak geografis dan sumber
daya di Kota Tanjungpinang.
11. Output/ Keluaran
• Hasil dari kegiatan ini adalah tersusunnya Naskah
Akademis Rencana Umum Penanaman Modal
Pemerintah Kota Tanjungpinang ;
• Rancangan Peraturan Walikota Kota
Tanjungpinang tentang Rencana Umum
Penanaman Modal dan;
• Naskah Rencana Umum Penanaman Modal
Pemerintah Kota Tanjungpinang
• Peta Panduan Roadmap Impelemntasi RUMP
Kota Tanjungpinang
• Rencana Fasilitasi Realisasi Proyek
Penanaman Modal yang Strategis dan yang
Cepat Menghasilkan
NASKAH AKADEMIS
12. RumusanNaskahAkademik
RUPMKotaTanjungpinang
1
2
3
4
5
6
Rancangan kebijakan dan strategi sebagai rencana
multikolaboratif sektoral pemerintah pada tingkat lokal-regional-
nasional
BAB VI KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Gambaran tentang operasional kebijakan penyelenggaraan
penanaman modal berdasarkan 7 (Tujuh) arah RUPM
BAB IV ARAH KEBIJAKAN
PENANAMAN MODAL KOTA TANJUNGPINANG
Bagian ini berisikan tentang potensi dan realitas penanaman
modal , kontribusi penanaman modal bagi pembangunan ekonomi,
sosial dan budaya, kondisi kelembagaan DPMPTSP serta isu
strategis penanaman modal
BAB II POTENSI DAN REALITAS
Memuat tentang latar belakang dengan substansi dasar hokum,
maksud dan tujuan, sasaran, ruang lingkup, masukan dan keluaran
serta sistematika penyusunan dokumen RUPM
BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian ini disusun visi dari penanaman modal beserta dengan
misinya
BAB III VISI MISI RUPM KOTA TANJUNGPINANG
Analisa SWOT terkait dengan proses trasnformasi potensi, manfaat
ekonomi, sosial dan lingungan sumber daya menjadi barang da jasa
dalam penciptaan kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya dibuar
sintesa hasil
BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN
PELUANG
7
8
Kesimpulan dan rekomendasi
BAB VIII PENUTUP
Muatan tentang target penyelenggaraan penanaman modal di Kota
Tanjungpinang 2019-2025
BAB VII KONTRIBUSI MANFAAT EKONOMI, SOSIAL DAN
LINGKUNGAN BIDANG PENANAMAN MODAL PADA
PEMBANGUNAN
17. Daya tarik Indonesia tidak akan dapat berubah apabila tidak ada kerja sama
antara pusat dan daerah dalam membangun iklim investasi yang baik.
Pemerintah daerah juga dapat menciptakan simplifikasi, efisiensi,
kebijakan yang bisa menarik modal untuk bisa ditanamkan di daerah dan
menciptakan kesempatan kerja.
Sri Mulyani – Menteri Keuangan RI
Kelembagaan
Kepastian
Hukum
Aparatur dan
Pelayanan
Kebijakan
Daerah
Kepemimpina
n Lokal
Keamanan,
Politik, Sosial
Budaya
Keamanan
Politik
Budaya
Ekonomi
Daerah
Potensi
Ekonomi
Struktur
Ekonomi
Tenaga Kerja
Ketersediaan
Tenaga Kerja
Kualitas
Tenaga Kerja
Biaya Tenaga
Kerja
Infrastruktur
Ketersediaan
Infrastruktur
Fisik
Kualitas
Infrastruktur
Fisik
SUMBER
DAYA
MANUSIA
SUMBER
DAYA
BUATAN
INDIKATOR
MAKRO
SUMBER
DAYA
INVESTASI
SUMBER
DAYA
ALAM
DIMENSI DAYA TARIK INVESTASI DI DAERAH SUMBER DAYA INVESTASI SECARA MAKRO
18. -
#Kepadatan Penduduk
Tahun 2017
1.373 jiwa / Km2
#4 (Empat) Kecamatan
Kec.Tanjungpinang Kota
Kec.Tanjungpinang Barat
Kec. Bukit Bestari
Kec.Tanjungpinang Timur
#18 Kelurahan
#Demografi
207.057 jiwa
102.395 - Perempuan
104.662 - Laki-Laki
#LuasWilayah
239,5 Km2
131,54 km2 daratan
107,96 km2 lautan
19. No Variabel Skor
1 Perizinan 74.84
2 Biaya Transaksi 61.68
3 Akses Lahan 90.10
4 Interaksi Pemda dengann Pelaku Usaha 23.98
5 Program Pengembangan Usaha Swasta 60.00
6 Kapasitas dan Integritas 61.15
7 Infrastruktur 67.73
8 Keamanan dan Resolusi Konflik 99.96
9 Ketenagakerjaan 51.57
10 Peraturan Daerah 31.86
Indeks Total 60.18
Ranking TKED Kota Tanjungpinang / Nasional 21 / 32
Indeks Tata Kelola Ekonomi Daerah Tahun 2016 di Kota
Tanjungpinang berdasarkan Survei Pemeringkatan 32
Ibukota Provinsi di Indonesia
Sumber: Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah, 2017
20. -
KONDISI EKONOMI MAKRO
KOTA TANJUNGPINANG
No Tahun PDRB ADHK Pertumbuhan
1 2010 9.141.659.10 na
2 2011 9.784.368.20 7.03
3 2012 10.479.811.90 7.11
4 2013 11.294.826.30 7.78
5 2014 11.891.255.80 5.28
6 2015 12.567.987.00 5.69
7 2016 13.206.450.60 5.08
8 2017 13.551.713.35 2.64
PDRB ADHK Kota Tanjungpinang
No Tahun Tingkat Inflasi (%)
1 2010 3.32
2 2011 3.32
3 2012 3.92
4 2013 10.09
5 2014 7.49
6 2015 2.46
7 2016 3.06
8 2017 3.37
INFLASI Kota Tanjungpinang
5.56
5.02 4.79 5.02
5.19
7.21
6.6
6.01
5.03
2.01
7.78
5.28 5.69
5.08
2.64
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
2013 2014 2015 2016 2017
Nasional Kepulauan Riau Tanjungpinang
Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi
Nasional – Provinsi Kepri - Kota Tanjungpinang
21. KAWASAN PERUMAHAN
KEPADATAN TINGGI
(kawasan pusat kota lama dan
sekitarnya)
• Kelurahan Tanjungpinang Kota
• Kelurahan Tanjung Ayun Sakti
• Kelurahan Tanjungpinang Barat
• Kelurahan Tanjungpinang Timur
• Kelurahan Kampung Baru
• Kelurahan Bukit Cermin
• Kelurahan Kemboja
• Kelurahan Tanjung Unggat
• Kelurahan Kampung Bulang
• Kelurahan Melayu Kota Piring
• Kelurahan Sungai Jang.
KAWASAN PERUMAHAN
KEPADATAN SEDANG
(kawasan bagian utara dan timur kota)
• Kelurahan Senggarang
• Kelurahan Kampung Bugis
• Kelurahan Sungai Jang
• Kelurahan Air Raja
• Kelurahan Pinang Kencana
• Kelurahan Dompak
• Kelurahan Batu Sembilan.
KAWASAN PERUMAHAN
KEPADATAN RENDAH
(kawasan sebelah barat dan selatan
kota)
• Pulau Penyengat
• Pulau Dompak
• Pulau-pulau kecil (Pulau Los, Pulau
Terkulai, Pulau Basing, Pulau Sekatap,
Pulau Bayan dan Kawasan Dompak
Seberang).
INPUT (Supply Agen)
•Tanah
•Keuangan
•Infrastruktur
•Tenaga Kerja
•Material
PRODUKSI
•Pengembang
•Pembangun
•Pemilik Tanah
•Pemilih Rumah
PERMINTAAN
•Penyewa
•Pemilik Rumah
•Pendapatan
•Populasi
HARGA HARGA
Skema Diagram Housing Market
Sumber: Stephen Malpezzi dalam Nurmandi A (2014) – Manajemen Perkotaan
POTENSI PENANAMAN MODAL BERBASIS KAWASAN | PERUMAHAN/PEMUKIMAN
22. •Industri otomotif
•Industri elektronik
•Industri konveksi
•Industri makanan
KAWASAN
INDUSTRI
AIR RAJA
•Industri pengolahan
hasil laut
•Industri perkapalan
KAWASAN
INDUSTRI
DOMPAK
DARAT
PUSAT KOTA
LAMA
KAWASAN
SENGGARANG
KAWASAN
BINTAN
CENTER
SUB PUSAT
KOTA BATU
SEMBILAN
SEBAGIAN
KECAMATAN
BUKIT BESTARI
SEBAGIAN
KECAMATAN
TANJUNGPINANG
BARAT
SEBAGIAN
KECAMATAN
TANJUNGPINANG
TIMUR
SEBAGIAN
KECAMATAN
TANJUNGPINANG
KOTA.
• Untuk menunjang kawasan diatas dilakukan pengembangan
kawasan pergudangan di Kota Tanjungpinang seluas lebih kurang
863 ha yang diarahkan secara terpadu dengan Kawasan Pelabuhan
Tanjung Moco dan kawasan industri di Kawasan Dompak Darat.
• Industri kelautan direncanakan pada kawasan industri Dompak Darat
yang ditunjang oleh Pelabuhan Perikanan Tanjung Batu Sawah
sebagai Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI).
POTENSI PENANAMAN MODAL BERBASIS KAWASAN | INDUSTRI – PERDAGANGAN & JASA - PERKANTORAN - FTZ
PERUNTUKAN KAWASAN INDUSTRI PERUNTUKAN KAWASAN PERDAGANGAN & JASA PERUNTUKAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS / FTZ
Pengembang bisnis pergudangan melihat saat ini banyak perusahaan yang
masuk ke dalam bisnis tersebut seiring dengan berkembangnya logistik daring,
Ekspansi bisnis logistik yang langsung melakukan pendistribusian kepada
konsumen sehingga hal itu dapat menekan biaya dan membantu
pendistribusian yang lebih cepat. (bisnis.com:2019).
Kawasan industri di Indonesia menjadi lahan investasi yang
menarik karena dari sisi infrastruktur sudah bagus sehingga
mempermudah aliran logistik di kawasan industri yang ada.
(Head of Research Jone Lang LaSalle – James Lee, 2019)
23. 1 2 3 4
1) Pulau Penyengat
2) Kawasan Sungai Carang Hulu Riau
(Kota Rebah dan Kota Piring)
3) Pulau Bayan
4) Klenteng Senggarang
5) Pulau Basing
6) Komplek Makam Sultan/ Yang
Dipertuan Muda
7) Taman Budaya
1) Pantai Barat Tanjungpinang
2) Kawasan Kota Lama
3) Pesisir Dompak Lama
4) Kawasan Senggarang
1) Pulau Terkulai
2) Pulau Sekatap
3) Pulau Los
4) Pantai Kelam Pagi
5) Tanjung Siambang
KAWASAN
WISATA BAHARI
KAWASAN WISATA
BUDAYA/SEJARA
H/RELIGI
KAWASAN
EKOWISATA
KAWASAN
WISATA BELANJA
DAN KULINER
1) Sungai Dompak
2) Sungai Terusan
3) Sungai Carang
4) Sungai Gesek
5) Bukit Kucing
6) Bukit Manuk
POTENSI PENANAMAN MODAL BERBASIS KAWASAN | PARIWISATA - PERTAMBANGAN
• Kawasan
pertambangan
merupakan kawasan
yang diperuntukan
bagi pertambangan,
baik wilayah yang
sedang maupun yang
akan segera dilakukan
kegiatan
pertambangan.
• Kawasan yang
memiliki potensi
pertambangan berada
di seluruh Kota
Tanjungpinang.
Dokumen RIPPARDA (2015) memberikan penegasan daya tarik wisata Tanjungpinang terdiri atas
29% wisata alam, 36% wisata budaya, 35% wisata buatan
24. KELURAHAN
DOMPAK
1
2
3
4
5
KELURAHAN
KAMPUNG BUGIS
KELURAHAN
SENGGARANG
KELURAHAN
PINANG KENCANA
KELURAHAN
BATU SEMBILAN
POTENSI PENANAMAN MODAL BERBASIS KAWASAN | PERTANIAN
• Pemanfaatan Lahan diBidang
Pertanian sasarannya dapat pada
sektor pengolahan hal ini didukung
dengan adanya Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Kepulauan
Riau-Kementrian Pertanian.
• Potensi Lahan di Kota
Tanjungpinang dapat dimanfaatkan
melalui Tanaman Pangan, Tanaman
Buah, Sayur-Sayuran, Tanaman
Hias hingga Tanaman Biofarmaka.
• Pemetaan dan pemanfaatan
teknologi lebih lanjut terhadap
eksisting lahan pertanian dan
perkebunan dapat menunjang dari
optimalisasi potensi pangan lokal
25. KAWASAN
PERIKANAN
1) Kawasan perikanan budidaya air laut
diarahkan di Kelurahan Kampung Bugis
dan Kelurahan Dompak
2) Kawasan perikanan budidaya air tawar
diarahkan di Kecamatan Tanjungpinang
Timur.
3) Kawasan perikanan budidaya air payau di
arahkan ke Kecamatan Bukit Bestari dan
Kecamatan Tanjungpinang Kota.
Kawasan Perikanan Budidaya
1)Kecamatan Tanjungpinang Timur.
2)Kecamatan Tanjungpinang Kota.
3)Kecamatan Bukit Bestari.
Kawasan Pengolahan Dan
Pemasaran Hasil Perikanan
Jalur penangkapan untuk wilayah laut
0-12 mil masuk ke dalam kewenangan
Provinsi dan diatas 12 mil masuk ke
dalam kewenangan pusat.
Kawasan Perikanan Tangkap
Pelabuhan perikanan sebagai rencana
untuk pangkalan pendaratan ikan
berada di PPI Tanjung Batu Sawah
Pelabuhan Perikanan
25
POTENSI PENANAMAN MODAL BERBASIS KAWASAN | PERIKANAN
26. PERIZINAN DAN NON PERIZINAN DI KOTA TANJUNGPINANG
Peraturan Walikota Tanjungpinang Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelimpahan Sebagian Kewenangan PerPerizinanan dan Non Perizinanan
kepada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Sektor Pertanian
• 12 Perizinan
• 6 Non Perizinan
Sektor Perindustrian
• 2 Perizinan
• 1 Non Perizinan
Sektor Lingkungan
Hidup dan Kehutanan
• 4 Perizinan
• 2 Non Perizinan
Sektor Perdagangan
• 6 Perizinan
• 2 Non Perizinan
Sektor Pekerjaan
Umum dan Perumahan
Rakyat
• 7 Perizinan
• 1 Non Perizinan
Sektor Kesehatan
• 40 Perizinan
• 7 Non Perizinan
Sektor Perhubungan
• 3 Perizinan
• 1 Non Perizinan
Sektor Ketenaga
Kerjaan
• 2 Perizinan
Sektor Pendidikan dan
Kebudayaan
• 4 Perizinan
Sektor Penanaman
Modal
• 5 Perizinan
Sektor Pariwisata
• 12 Non Perizinan
28. KONDISI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) DI KOTA TANJUNGPINANG 2014-2018
• Sektor Tersier sebagai
penyumbang tertinggi
penanaman modal asing di
Kota Tanjungpinang
tercatat Rp. 236 Milyar
Rupiah 2015 dan 39 M 2018
• Sektor Perumahan,
Kawasan Industri dan
Perkantoran menjadi
sasaran investasi PMA dan
jasa lainnya,
• Sektor Sekunder melalui
Industri Makanan mencatat
perkembangan pada tahun
2016-2017 dengan berturut-
turut nilai investasi 15 M
dan 13 M
• Keminatan terhadap sektor
Primer dalam 5 tahun
terakhir masih belum
menjadi ketertarikan
ivestasi asing di Kota
Tanjungpinang
2014 2015 2016 2017 2018
1. Tanaman Pangan & Perkebunan/Food Crops & Plantation Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
2. Peternakan/Livestock Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
3. Kehutanan/Forestry Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
4. Perikanan/Fishery Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
5. Pertambangan/Mining Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
Jumlah Nilai Investasi Sektor Primer Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
2014 2015 2016 2017 2018
Rp0 Rp0 Rp15,000,000,000 Rp13,625,000,000 Rp0
Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
Rp0 Rp0 Rp15,000,000,000 Rp13,625,000,000 Rp0
2014 2015 2016 2017 2018
Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
Rp0 Rp236,313,000,000 Rp0 Rp0 Rp0
Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp39,550,342,500
Rp0 Rp236,313,000,000 Rp0 Rp0 Rp39,550,342,500
Tahun
Tahun
Tahun
No Sektor Usaha
Sektor UsahaNo
Sektor UsahaNo
7. Jasa Lainnya/Other Services
Jumlah Nilai Investasi Sektor Sekunder
Jumlah Nilai Investasi Sektor Tersier
1. Listrik, Gas dan Air/Electricity, Gas & Water Supply
2. Konstruksi/Construction
3. Perdagangan & Reparasi/Trade & Repair
4. Hotel & Restoran/Hotel & Restaurant
5. Transportasi, Gudang & Komunikasi/Transport, Storage & Communication
6. Perumahan, Kawasan Ind & Perkantoran/Real Estate, Ind. Estate & Office Area
8. Ind. Mineral Non Logam/Non Metallic Mineral Industry
9. Ind. Logam, Mesin & Elektronik/Metal, Machinery & Electronic Industry
10. Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik & Jam/Medical Preci. & Optical Instru, Watches & Clock Industry
11. Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain/Motor Vehicles & Other Transport Equip. Industry
12. Industri Lainnya/Other Industry
2. Industri Tekstil/Textile Industry
3. Ind. Barang dari Kulit & Alas Kaki/Leather Goods & Footwear Industry
4. Industri Kayu/Wood Industry
5. Ind. Kertas dan Percetakan/Paper and Printing Industry
6. Ind. Kimia dan Farmasi/Chemical and Pharmaceutical Industry
7. Ind. Karet dan Plastik/Rubber and Plastic Industry
1. Industri Makanan/Food Industry
29. 2014 2015 2016 2017 2018
1. Tanaman Pangan & Perkebunan/Food Crops & Plantation Rp0 Rp14,400,000,000 Rp0 Rp0 Rp1,592,050,455
2. Peternakan/Livestock Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
3. Kehutanan/Forestry Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
4. Perikanan/Fishery Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp3,545,770,000
5. Pertambangan/Mining Rp5,000,000,000 Rp2,000,000,000 Rp32,000,000,000 Rp0 Rp10,507,038,000
Jumlah Nilai Investasi Sektor Primer Rp5,000,000,000 Rp16,400,000,000 Rp32,000,000,000 Rp0 Rp15,644,858,455
2014 2015 2016 2017 2018
1. Industri Makanan/Food Industry Rp0 Rp6,000,000,000 Rp30,000,000,000 Rp2,325,000,000 Rp26,306,590,466
2. Industri Tekstil/Textile Industry Rp0 Rp3,500,000,000 Rp0 Rp0 Rp0
3. Ind. Barang dari Kulit & Alas Kaki/Leather Goods & Footwear Industry Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
4. Industri Kayu/Wood Industry Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
5. Ind. Kertas dan Percetakan/Paper and Printing Industry Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
6. Ind. Kimia dan Farmasi/Chemical and Pharmaceutical Industry Rp0 Rp2,000,000,000 Rp0 Rp0 Rp0
7. Ind. Karet dan Plastik/Rubber and Plastic Industry Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
8. Ind. Mineral Non Logam/Non Metallic Mineral Industry Rp1,800,000,000 Rp0 Rp0 Rp4,000,000,000 Rp0
9. Ind. Logam, Mesin & Elektronik/Metal, Machinery & Electronic Industry Rp0 Rp0 Rp1,000,000,000 Rp0 Rp0
10. Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik & Jam/Medical Preci. & Optical Instru, Watches & Clock IndustryRp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
11. Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain/Motor Vehicles & Other Transport Equip. IndustryRp1,750,000,000 Rp3,000,000,000 Rp2,200,000,000 Rp1,200,000,000 Rp2,270,000,000
12. Industri Lainnya/Other Industry Rp0 Rp0 Rp0 Rp0 Rp0
Jumlah Nilai Investasi Sektor Sekunder Rp3,550,000,000 Rp14,500,000,000 Rp33,200,000,000 Rp7,525,000,000 Rp28,576,590,466
2014 2015 2016 2017 2018
1. Listrik, Gas dan Air/Electricity, Gas & Water Supply Rp0 Rp0 Rp1,000,000,000 Rp0 Rp0
2. Konstruksi/Construction Rp13,000,000,000 Rp14,107,898,316 Rp6,000,000,000 Rp58,853,022,350 Rp23,960,813,000
3. Perdagangan & Reparasi/Trade & Repair Rp157,598,068,631 Rp250,401,244,686 Rp278,568,253,305 Rp221,727,944,806 Rp177,771,381,168
4. Hotel & Restoran/Hotel & Restaurant Rp7,500,000,000 Rp17,160,000,000 Rp20,795,000,000 Rp15,584,000,000 Rp685,347,000
5. Transportasi, Gudang & Komunikasi/Transport, Storage & Communication Rp1,000,000,000 Rp14,800,000,000 Rp11,600,000,000 Rp5,800,000,000 Rp92,333,272,000
6. Perumahan, Kawasan Ind & Perkantoran/Real Estate, Ind. Estate & Office Area Rp1,000,000,000 Rp800,000,000 Rp0 Rp0 Rp188,365,840,000
7. Jasa Lainnya/Other Services Rp7,350,000,000 Rp71,700,000,000 Rp61,733,000,000 Rp9,200,000,000 Rp43,368,480,913
Jumlah Nilai Investasi Sektor Tersier Rp187,448,068,631 Rp368,969,143,002 Rp379,696,253,305 Rp311,164,967,156 Rp526,485,134,081
Sektor Usaha
TAHUN
Sektor Usaha
TAHUN
Sektor Usaha
TAHUN
KONDISI PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (PMDN) DI KOTA TANJUNGPINANG 2014-2018
No Tahun Nilai Investasi
1 2014 Rp 195,998,068,631.00
2 2015 Rp 399,869,143,002.00
3 2016 Rp 444,896,253,305.00
4 2017 Rp 318,689,967,156.00
5 2018 Rp 570,706,583,002.00
31. Meningkatkan promosi yang berdaya saing dan kerjasama
penanaman modal yang tepat sasaran
01
Meningkatkan pengembangan penanaman modal dan investasi di
bidang pariwisata dan pengembangan ekonomi kreatif, dan usaha
masyarakat02
Mewujudkan tata kelola penanaman modal dan investasi yang
profesional, berwibawa, amanah, transparan dan akuntabel
didukung aparatur yang berintegritas dan kompeten03
Meningkatkan pemerataan pembangunan infrastruktur penanaman modal,
dan penciptaan iklim investasi dan usaha yang kondusif berwawasan
lingkungan04
TERWUJUDNYA KOTA TANJUNGPINANG SEBAGAI PUSAT PENANAMAN
MODAL DAN INVESTASI YANG MAJU, BERBUDAYA DAN SEJAHTERA DALAM
HARMONI KEBHINEKAAN MASYARAKAT MADANI DI TAHUN 2025
V ISIMISI
32. SASARAN
Optimalisasi penyebaran informasi
tentang potensi pariwisata Kota
Tanjungpinang
UMKM mampu tumbuh dan
berkembang seiring dengan
peningkatan penanaman modal dan
investasi
TUJUAN
Menjadikan sektor pariwisata
menjadi sektor unggulan dalam
penanaman modal dan investasi di
Kota Tanjungpinang
Menstimulus pengembangan
kapasistas dan kapabilitas UMKM
MISI (1)
MENINGKATKAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DAN INVESTASI DI
BIDANG PARIWISATA DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF, DAN
USAHA MASYARAKAT
SASARAN
Penyediaan dan penguatan sarana dan
prasarana berbasis kebudayaan lokal
pendukung penanaman modal dan investasi
Peningkatan kerja sama antar daerah
dalam saluran distribusi dan promosi dan
produk-produk ungguan daerah untuk
kawasan regional maupun tujuan ekspor
TUJUAN
Meningkatkan sarana dan prasarana
berbasis budaya lokal sebagai modal dalam
penguatan penanaman modal dan investasi
Menciptakan peluang bagi penanaman
modal dan investasi baik skala lokal dan
juga internasional
MISI (2)
MENINGKATKAN PROMOSI YANG BERDAYA SAING DAN KERJASAMA PENANAMAN MODAL
YANG TEPAT SASARAN
33. SASARAN
Peningkatan realisasi
penanaman modal daerah
Terciptanya peluang-peluang
investasi sesuai dengan potensi
dan keunggulan daerah di Kota
Tanjungpinang
Peningkatan fasilitas, sarana
dan prasarana kawasan
investasi
TUJUAN
Menciptakan kepuasan
pelayanan publik bidang
perizinan
Meningkatkan minat dan varian
investasi di Kota Tanjungpinang
Meningkatkan nilai tambah
ruang melalui ketersediaan
fasilitas, sarana & prasarana
yang memadai
MISI (3)
MEWUJUDKAN TATA KELOLA PENANAMAN MODAL DAN INVESTASI YANG PROFESIONAL,
BERWIBAWA, AMANAH, TRANSPARAN, DAN AKUNTABEL DIDUKUNG APARATUR YANG
BEINTEGRITAS DAN KOMPETEN
SASARAN
Peningkatan sumber daya aparatur, sumber
daya keuangan dan sumber daya energi yang
mendukung perizinan penanaman modal dan
investasi
Peningkatan infrastuktur yang mendukung iklim
penanaman modal dan investasi
TUJUAN
Menciptakan sumber daya yang unggul dalam
tata kelola penanaman modal dan investasi
Meningkatkan kekuatan insfrastruktur
penanaman modal dan investasi dalam rangka
menciptakan iklim penanaman modal yang
stabil, kondusif dan berkelanjutan
MISI (4)
MENINGKAT PEMERATAAN PEMBANGUNAN INFRASTUKTUR PENANAMAN MODAL DAN
PENCIPTAAN IKLIM INVESTASI DAN USAHA YANG KONDUSIF BERWAWASAN LINGKUNGAN
35. -
ARAH KEBIJAKAN
PENANAMAN MODAL
DI DAERAH
1. Perbaikan Iklim Penanaman Modal
2. Persebaran Penanaman Modal
3. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur
dan Energi
4. Penanaman Modal yang Berwawasan
Lingkungan (Green Investment)
5. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil,
Menengah dan Koperasi (UMKMK)
6. Pemberian Fasilitas, Kemudahan dan
Insentif Penanaman Modal
7. Promosi Penanaman Modal
7
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana Umum Penanaman Modal
36. Perbaikan Iklim Penanaman Modal
Penguatan Kelembagaan Penanaman
Modal
Bidang Usaha yang Tertutup dan
Terbuka dengan Persyaratan
Persaingan Usaha
Hubungan Industrial
Sistem Perpajakan dan Kepabeanan
• Pembangunan Sistem PTSP di bidang penanaman modal yang lebih efektif
• Pendelegasian/Pelimpahan wewenang dari Gubernur yang memiliki
perizinan dan nonperizinan di tingkat provinsi kepada Walikota di tingkat
Kota
• Peningkatan koordinasi antar lembaga di daerah dalam rangka pelayanan
penanaman modal
• Mengarahkan lembaga penanaman modal di daerah untuk proaktif menjadi
inisiator penanaman modal
• Bidang usaha prioritas : Perdagangan, Pariwisata, dan
Jasa
• Koor. Antara DPMPTSP Kota Tpi DPMPTSP Prov. Kepri:
Satgas: LKPM
• UMK Kota Tpi : Rp. 2.565.187, paling rendah setelah
Kabupaten Lingga yaitu sebesar Rp. 2.590.116
• Arah kebijakan sistem perpajakan dan kepabeanan ke
depan adalah membuat sistem administrasi perpajakan
dan kepabeanan yang sederhana, efektif dan efisien
37. Persebaran Penanaman Modal
Kawasan
Budidaya
Kawasan Perumahan
Kawasan Industri
Kawasan Perkantoran
Kawasan Perdagangan dan Jasa
Kawasan Pariwisata
Kawasan Peruntukan lainnya: Pertanian, Perikanan Pertambahan, Pelayanan
Umum, Bandara dan Pelabuhan, Pertahanan Keamanan, dan Reklamasi
38. Fokus Pengembangan Pangan, Insfrastruktur dan Energi
Pengembangan produktivitas pertanian yang mampu menjamin
pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup di tingkat rumah tangga
baik dalam jumlah, mutu maupun harga yang terjangkau sehingga
terjaganya ketahanan dan kemandirian pangan daerah.
Meningkatkan kajian dan pengembangan agribisnis.
Mengendalikan dan menpertahankan perubahan fungsi lahan
pertanian produktif berkesinambungan.
Mewujudkan ketahanan pangan yang tangguh melalui
pengembangan klaster industri agribisnis yang menghasilkan produk-
produk olahan pangan lokal secara efesien, modern dan
berkelanjutan.
Pengembangan sektor strategis yang menunjang ketahanan pangan
melalui kebun bibit tanaman pangan dan obat.
Mengembangkan produk olahan pangan lokal melalui promosi produk
pangan dan pembangunan outlet/gerai
Peningkatan infrastruktur yang sudah tersedia melalui
optimalisasi kapasitas dan kualitas.
Meningkatkan pengembangan infrastruktur baru dan
perluasan layanan infrastruktur sesuai strategis peningkatan
potensi ekonomi di kecamatan.
Percepatan pemerataan kebutuhan sarana dan prasarana
pelayanan dasar seluruh wilayah Kota Tanjungpinang.
Pengembangan infrastruktur penunjang kawasan strategis
nasional (FTZ Dompak dan Senggarang).
Pembangunan infrastruktur komunikasi dan informasi guna
mewujudkan Kota Tanjungpinang sebagai Smart City.
Pengembangan peningkatan status kewenangan jalan dan
kualitas jalan kota ke provinsi serta pengembangan
pembangunan jalan baru.
Pengembangan sarana dan prasarana pendukung sektor
pariwisata.
PANGAN INFRASTUKTUR
39. Fokus Pengembangan Pangan, Insfrastruktur dan Energi
Meningkatkan pengembangan jaringan energi untuk memanfaatkan
energi terbarukan dan tidak terbarukan.
Mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik secara
optimal.
Pengembangan jaringan prasarana energi listrik dengan sistem
interkoneksi jaringan energi Pulau Bintan dan Pulau Batam.
Meningkatkan pengembangan jaringan prasarana energi listrik
pembangkit tenaga diesel (PLTD) di Air Raja dan Suka Berenang
dengan daya 43 MW.
Pembangunan gardu induk berkapasitas 60 MVA di pulau Dompak.
Pembangunan pembangkit tenaga listrik mesin gas (PLMTG)
berbahan bakar Compress Natural Gas (CNG) berkapasitas 20 MV
berlokasi di pulau Dompak.
Mengembangkan dan memaksimalkan sistem pengelolaan
lingkungan.
Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa skala
lingkungan, skala kecamatan, skala kota dan regional.
Mengembangkan kawasan yang berorientasi pasar regional,
nasional, internasional di Kawasan Perdagangan Bebas dan
Pelabuhan Bebas (KPBPB) Senggarang.
Pengembangan dan penataan kawasan perdagangan dan jasa
di wilayah pesisir Kelurahan Tanjungpinang Barat.
Meningkatkan sarana prasarana ekonomi sektor perdagangan
dan jasa yang mengakomodasikan pasar tradisional
termasuk kegiatan koperasi dan usaha mikro kecil menengah
(UMKM).
Pengembangan fasilitasi aktivitas transaksi perdagangan dan
jasa antar masyarakat.
Peningkatan tenaga kerja di perkotaan dan memberikan
kontribusi yang dominan terhadap Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kota Tanjungpinang.
Pengembangan pusat perdagangan dan jasa yang terpadu
dan berwawasan lingkungan.
ENERGI PERDAGANGAN DAN JASA
40. Fokus Pengembangan Pangan, Insfrastruktur dan Energi
Pengembangan dan peningkatan kawasan pariwisata potensial.
Peningkatan dan pengembangan infrastruktur pendukung kawasan pariwisata.
Pengembangan sektor pariwisata melalui perencanaan dan penataan kawasan pariwisata.
Pengembangan kawasan pariwisata Pulau Penyengat.
Meningkatkan dan memantapkan kualitas pusat-pusat pariwisata dan sejarah budaya melayu.
Pengembangan sarana dan prasarana pendukung bagi pengembangan kegiatan pariwisata dan budaya melayu di Kota
Tanjungpinang.
Pengembangan kawasan pariwisata yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata yang meliputi wisata bahari, wisata
budaya/sejarah/religi, wisata ekowisata dan wisata belanja serta kuliner.
Mengembangkan kegiatan budidaya unggulan melalui pariwisata secara sinergis dan berkelanjutan guna mendorong
pengembangan perekonomian wilayah Kota Tanjungpinang.
Meningkatkan pengembangan pariwisata dan pengembangan ekonomi kreatif serta usaha masyarakat.
Pengembangan destinasi pariwisata dengan menggunakan konsep community based tourism (CBT) agar tercipta sense of
belonging atas destinasi pariwisata.
PARIWISATA
41. Fokus Pengembangan Pangan, Insfrastruktur dan Energi
Peningkatan ketersediaan infrastruktur penunjang industri dan ketersediaan sarana dan prasarana untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Meningkatkan peran sektor industri kecil dan menengah terhadap struktur industri sehingga terjadi keseimbangan peran antara industri besar dengan industri kecil
dan menengah.
Mengembangkan industri 4.0 beserta prasarananya untuk mendorong pengembangan perekonomian wilayah Kota Tanjungpinang.
Mengembangkan kawasan industri pengolahan makanan di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) Dompak Seberang berorientasi ekspor yang
memiliki nilai tambah tinggi.
Pengembangan kawasan industri Air Raja dan Dompak Darat yang ditunjang dengan pengembangan kawasan pergudangan di Kota Tanjungpinang seluas lebih kurang
863 ha (delapan ratus enam puluh tiga hektar) yang diarahkan secara terpadu dengan Kawasan Pelabuhan Tanjung Mocoh.
Pengembangan potensi industri kelautan yang direncanakan pada kawasan industri Dompak Darat yang ditunjang oleh Pelabuhan Perikanan Tanjung Batu Sawah
sebagai Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI).
Pengembangan kawasan industri yang meliputi perencanaan dan penataan serta peningkatan infrastruktur pendukung kawasan industri.
Pengembangan sentra industri atau industri rumah tangga yang menyediakan ruang untuk pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat skala kecil.
Pengembangan industri dan atau pergudangan beserta fasilitas penunjangnya.
Pengembangan industri pengolahan hasil perikanan untuk meningkatkan nilai tambah hasil kelautan dan perekonomian Kota Tanjungpinang.
Pengembangan aktivitas industri guna meningkatkan penyerapan tenaga kerja yang berimplikasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan penduduk.
INDUSTRI
42. PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN INVESTMENT)
Pengembangan sektor-sektor prioritas dan teknologi yang ramah lingkungan serta pemanfaatan
potensi sumber energi baru dan terbarukan.
Pengembangan dan penataan kawasan perumahan dan wilayah pesisir yang berwawasan
lingkungan.
Pengembangan penanaman modal menuju pengembangan ekonomi hijau (Green Economy)
Pengembangan wilayah yang memperhatikan tata ruang dan daya dukung lingkungan.
Ketentuan kewajiban penyelenggaraan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), izin lingkungan,
studi AMDAL atau UKL/UPL bagi penanam modal untuk menjamin keberlangsungan lingkungan.
Sinergi dengan kebijakan dan program pembangunan lingkungan hidup, khususnya program
pengurangan emisi gas rumah kaca pada sektor kehutan, transportasi, industri, energi, dan
limbah serta program pencegahan kerusakan keanekaragaman hayati.
Pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman modal yang mendorong upaya-
upaya pelestarian lingkungan hidup.
43. PEMBERIAN FASILITAS, KEMUDAHAN DAN/ATAU INSENTIF PENANAMAN MODAL
Berbagai kemudahan pelayanan melalui PTSP di
bidang penanaman modal,
Pengadaaan infrastruktur melalui dukungan dan
jamian Pemerintah,
Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan kepada
perusahaan penanaman modal untuk memperoleh
hak atas tanah, fasilitas pelayanan keimigrasian dan
fasilitas perizinan impor,
Penyediaan data dan informasi peluang penanaman
modal,
Penyediaan sarana dan prasarana,
Penyediaan lahan atau lokasi, dan
Pemberian bantuan teknis
KEMUDAHAN DALAM HAL: INSENTIF DALAM BENTUK:
Keringan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya
untuk bidang usaha tertentu, pada wilayah atau
daerah atau kawasan tertentu,
Pengurangan, keringanan atau pembebasan pajak
daerah, retribusi daerah atau jenis perpajakan
daerah lainnya,
Pemberian dan stimulan, dan/atau
Pemberian bantuan modal
44. PROMOSI PENANAMAN MODAL
Melakukan koordinasi antara instansi terkait dalam penyusunan serta pelaksanaan kebijakan
promosi penanaman modal yang terintegrasi,
Pengembangan strategi promosi yang lebih interaktif, imajinatif dan inovatif,
Penguatan koordinasi dan kemitraan yang efektif,
Meningkatkan pencitraan positif atas iklim investasi yang kondusif melalui edukasi terhadap
masyarakat Kota Tanjungpinang,
Penguatan peran fasilitasi hasil kegiatan promosi secara proaktif untuk mentransformasi minat
penanaman modal menjadi realisasi penanaman modal.
Merancang dan menyiapkan bahan-bahan promosi serta melaksanakan perencanaan kegiatan
publikasi dan pameran, dan
Meningkatkan kualitas promosi penanaman modal yang lebih terarah dan fokus (targeted
promotion) pada potensi sektor dan wilayah tertentu baik secara offline maupun online
46. INDIKASI KEKUATAN DAN KELEMAHAN
Dukungan visi dan misi Kepala
Daerah
Situasi dan Kondisi Kota
Tanjungpinang yang kondusif bagi
investasi
Perubahan nomenklatur
kelembagaan
Kawasan perdagangan bebas (Free
Trade Zone) Bintan Wilayah
Tanjungpinang
Letak Kota Tanjungpinang yang
strategis
Kualitas sumber daya manusia
aparatur dan skill serta kualias
teknis dalam penanaman modal
Pembentukan modal tetap bruto
Tanjungpinang yang memiliki
pertumbuhan fluktuatif
Luas wilayah Kota Tanjungpinang
Insfrastruktur yang belum optimal
Keterbatasan ruang kegiatan
penanaman modal
KEKUATAN KELEMAHAN
47. INDIKASI PELUANG DAN ANCAMAN
Rencana Tata Ruang Wilayah yang
mendukung iklim penanaman modal
dan investasi
Kota Tanjungpinang merupakan salah
satu kawasan free trade zone di
Provinsi Kepulauan Riau
Pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota
Tanjungpinang
Penguatan perdagangan dan jasa
sebagai leading sector
Upah Minimum Kota yang rendah
Peningkatan pembangunan
insfrastruktur jalan
Wilayah yang berbatasan antara Kota
Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan
Kondisi perekonomian regional,
nasional dan global yang fluktuatif
Daya saing yang tinggi di luar Kota
Tanjungpinang
Degradasi lingkungan dan penurunan
daya dukung lahan
PELUANG ANCAMAN
48. SINTESA S.W.O.T
Penguatan regulasi dalam penanaman
modal dan investasi (S1,S3-O1)
Pengembangan wilayah perkotaan
Tanjungpinang menjadi Kota Modern, Kota
Teras, Kota Tepi Laut, Kota Mandiri (S2,S5-
O6)
Penguatan Kelembagaan Badan
Pengusahaan Bintan wilayah
Tanjungpinang (S4- O2, O4)
Pengembangan Sentra Ekonomi Kreatif
(S2-O3)
Peningkatan kualitas sumber daya
aparatur dalam tata kelola penanaman
modal dan investasi (O1-W1)
Penguatan Rencana Tata Ruang Wilayah
untuk penanaman modal dan investasi dan
penguatan kawasan strategis penanaman
modal dan investasi (O1-W4,W5)
Penguatan sumber daya sarana, prasarana
serta infrastruktur pendukung penanaman
modal dan invetasi (O6-W3,W4)
Penguatan kualitas dan produktifitas
tenaga kerja dalam mendukung
penanaman modal dan investasi (O5-W1)
KEKUATAN-PELUANG PELUANG-ANCAMAN
49. SINTESA S.W.O.T
Penguatan regulasi dalam
penanaman modal dan investasi
(S1,S2,S4,S5-W1,W2,W4)
Penguatan kelembagaan
pendukung tata kelola
penanaman modal dan invetasi
(S3,S4-W2,W3)
Peningkatan kualitas sumber
daya aparatur dalam tata
kelola penanaman modal dan
investasi (W1-T3),
Stabilisasi ekonomi daerah
dengan menjaga stabilitas
pendapatan asli daerah (W2-T2)
KEKUATAN-ANCAMAN KELEMAHAN-ANCAMAN
51. Perbaikan Iklim Penanaman Modal
Keputusan melakukan penanaman modal umumnya dipengaruhi oleh faktor keamanan,
kepastian hukum, ketersediaan tenaga kerja, mutu pelayanan, kepastian lahan dan kepastian
berusaha. Penanaman modal merupakan keputusan bisnis yang memegang peran signifikan atau
vital dalam suatu perekonomian. Tingkat pertumbuhan minat investasi berkorelasi langsung
dengan iklim penanaman modal yang kondusif.
Guna mencapai agenda pengembangan daya tarik investasi, maka, ditetapkan sasaran dan arah
kebijakan sebagai berikut:
Sasaran Berkembangnya Kapasitas Pembiayaan
Berkembangannya Penanaman Modal
Tumbuhnya Relevansi Antar Pasar
Regional
Berkembangnya Perekonomian Kota
Tersedianya Lapangan Pekerjaan
Arah
Kebijakan Pengembangan dan Penyediaan
Jaringan Informasi
Peningkatan investasi Daerah
Peningkatan Akses Pembiayaan
Investasi
52. Persebaran Penanaman Modal
Sektor Perdagangan dan Jasa merupakan sumber andalan utama penerimaan Kota Tanjungpinang, dan
sampai dengan tahun 2018, kegiatan penanaman modal yang berkembangan di Kota Tanjungpinang masih
didominasi oleh kegiatan perdagangan dan jasa dengan nilai tambah ekonomi yang relatif tinggi karena
kegiatan tersebut memberi multiplayer efek terhadap kegiatan usaha lainnya. Dalam 10 tahun ke depan,
strategi penanaman modal harus diarahkan pada sinergisme antara wilayah kegiatan produk tersier dengan
wilayah yang berpotensi mengolah produk sekunder.
No. Kecamatan Sebaran Kegiatan Penanaman Modal
1. Tanjungpinang Kota
Zona hutan produksi, hutan produksi terbatas, perumahan, perdagangan dan
jasa, perkantoran, sarana pelayanan umum, pariwisata, industri dan
pergudangan, khusus, evakuasi bencana.
2. Tanjungpinang Barat
Zona hutan produksi terbatas, perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran,
sarana pelayanan umum, pariwisata, khusus, evakuasi bencana.
3. Tanjungpinang Timur
Zona hutan produksi terbatas, hutan produksi konversi, perumahan, perdagangan
dan jasa, perkantoran, sarana pelayanan umum, industri dan pergudangan,
khusus, evakuasi bencana.
4. Bukit Bestari
Zona hutan produksi, hutan produksi terbatas, perumahan, perdagangan dan
jasa, perkantoran, sarana pelayanan umum, pariwisata, industri dan
pergudangan, khusus, evakuasi bencana.
53. Persebaran Penanaman Modal
Strategi 1: Membentuk Kawasan Industri Guna
Meningkatkan Nilai Tambah
Strategi 2: Mengembangkan Sentra-Sentra Ekonomi
Baru Sesuai Dengan Potensi Wilayah
Strategi 3: Mensinergikan Kegiatan Penanaman Modal
di Berbagai Wilayah Kecamatan
Strategi 4: Meningkatkan Kapasitas Penanaman Modal
Strategi 5: Memperluas Cakupan Penanaman Modal di
Kota Tanjungpinang
Walapun hampir semua wilayah di kecamatan
memiliki zona kegiatan penanaman modal yang
mendekati persamaan dalam pengembangan
peruntukan investasinya. Berdasarkan peraturan
daerah tersebut, kecamatan-kecamatan di wilayah
Kota Tanjungpinang pada umumnya memiliki
unggulan di kegiatan penanaman modal pada sektor
perdagangan dan jasa.
Keunggulan sektor ini dapat menarik investor untuk
menanamkan modalnya dibandingkan dengan sektor
pariwisata yang hanya dimiliki dari ketiga kecamatan
yaitu Kecamatan Tanjungpinang Kota, Tanjungpinang
Barat dan Kecamatan Bukit Bestari. Namun
keterarikan penanam modal guna menanamkan
modalnya dapat dilakukan di Kecamatan
Tanjungpinang Timur untuk pengembangan
perdagangan dan jasa serta perumahan mengingat
tingkat jumlah penduduk yang paling besar di
kecamatan ini dan berpeluang dikembangkan kepada
beberbagai sektor lainnya yang berpotensial
dikembangkan.
54. Pengembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi
Kota Tanjungpinang memiliki potensi produk pertanian hortikultura, serta
peternakan yang tidak memerlukan lahan luas. Potensi lahan kosong disekitar
permukiman pinggiran kota dapat menjadi peluang untuk meningkatkan
produksi perkebunan dan hortikultura untuk memasok kebutuhan penduduk.
Hal ini karena peluang penyerapan hasil produk pertanian holtikultura (buah
dan sayuran) juga cukup tinggi. Disamping itu, sektor perikanan juga memiliki
peluang potensi berupa ikan segar hasil budidaya sebagai bahan makanan
untuk wisata kuliner serta untuk industri olahan hasil perikanan (ciri khas oleh-
oleh dari Kota Tanjungpinang).
Strategi 1: Mempercepat Pengembangan Pangan dan Agrobisnis
Strategi 2: Mempercepat Pengembangan dan Pembangunan
Infrastruktur Strategis
Strategi 3: Mempercepat Pengembangan Energi
55. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan
(Green Investment)
Arah pengembangan penanaman modal yang berwawasan lingkungan
(Green Investment) merupakan penanaman modal/investasi yang
memanfaatkan limbah menjadi sumber energi baru yang berasal sektor
pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan persampahan.
Pemerintah Kota Tanjungpinang perlu untuk melaksanakan
pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Strategi 1: Pengolahan Limbah Sektor-Sektor Prioritas Menjadi
Sumber Energi Baru
Strategi 2: Pengawasan Pembuangan Limbah Industri
56. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi
Sebagian besar Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) di Kota Tanjungpinang
bergerak dibidang perdagangan dan ekonomi kreatif. Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan
Koperasi (UMKMK) memegang peranan yang signifikan di Kota Tanjungpinang sebagai pelaku
usaha ekonomi dan penyediaan lapangan pekerjaan.
Terbuka peluang usaha dibidang industri, terutama industri rumah tangga seperti pengelolaan
makanan dari hasil perikanan maupun dari hasil bahan lainnya yang berskala kecil dan
menengah.
Strategi 1: Penerapan Teknologi Sederhana Tepat Guna dan
Kemudahan Akses Teknologi
Strategi 2: Membangun dan Mengembangkan Jaringan Kemitraan
Untuk Menembus Pasar Nasional Maupun Internasional
57. Pemberian Fasilitas, Kemudahan dan/atau Insentif Penanaman Modal
Untuk mendorong peran serta masyarakat dan sektor swasta dalam
pembangunan daerah, Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif
dan/atau kemudahan kepada masyarakat dan/atau investor yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2019 tentang Pemberian
Insentif dan Kemudahan Investasi Di Daerah.
Strategi 1: Pemberian Fasilitas
Strategi 2: Kemudahan Pelayanan Penanaman Modal
Strategi 3: Pemberian Insentif Penanaman Modal
58. Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal
Promosi penanaman modal/investasi merupakan kegiatan yang signifikan dilaksanakan agar potensi dan peluang
penanaman modal/investasi yang ada di wilayah Kota Tanjungpinang dapat terinformasikan atau diketahui secara luas
oleh calon penanaman modal/investor.
Promosi yang perlu dijalankan adalah promosi penanaman modal/investasi dengan terpadu artinya promosi penanaman
modal/investasi didukung oleh informasi yang lengkap dari semua sisi pendukung penanaman modal/investasi seperti
prasarana dan sarana yang tersedia, tenaga kerja dan informasi lainnya yang dibutuhkan oleh investor/penanaman
modal.
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu harus menjalin kerjasama dan berkoordinasi dengan
stakeholder terkait. Disamping itu, kebersamaan dalam menjaga citra daerah diharapkan juga dapat menambah daya
tarik bagi penanam modal/investor untuk datang dan menanamankan modalnya di Kota Tanjungpinang.
Strategi 1: Menyusun Profil Penanaman Modal atau Investasi
Bidang-Bidang Unggulan Daerah
Strategi 2: Melakukan Promosi Melalui Berbagai Media
Strategi 3: Melakukan Interaksi Langsung Dengan Pelaku Usaha
60. Kontribusi Manfaat Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan
Bidang Penanaman Modal Pada Pembangunan
Kota Tanjungpinang
Kontribusi
Manfaat
Ekonomi
Kontribusi
Manfaat
Sosial
Kontribusi
Manfaat
Lingkungan
61. Pemanfaatan sumber daya, termasuk sumber daya manusia dan teknologi, mampu menggerakkan
perekonomian Kota Tanjungpinang lebih tinggi jika ditambah dengan aliran masuk dari sumber daya modal
yang bersumber dari luar Kota Tanjungpinang, baik domestik maupun asing. Aliran modal masuk ini dapat
mengisi celah kekurangan modal atau sebagai katalisator dalam peningkatan kemampuan membuat
barang dan jasa di Kota Tanjungpinang.
Implikasi lain yang muncul oleh kegiatan penanaman modal pada pembangunan ekonomi daerah antara
lain:
• Meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi
• Menciptakan lapangan pekerjaan
• Pengalihan teknologi, informasi dan komunikasi
• Peningkatan sumber daya manusia
• Mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan
• Mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing.
Investasi atau penanaman modal bersumber dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) atau Domestic
Direct Investment (DDI) dan penanaman modal asing (PMA) atau Foreign Direct Investment (FDI). Khusus
untuk penanaman modal asing (PMA) tidak berarti bahwa modal tersebut berasal dari luar negeri semata,
melainkan dapat juga yang sifatnya patungan (joint venture), di mana terdapat pengabungan antara modal
yang bersumbernya berasal dari luar negeri (foreign capital) dan modal yang sumbernya berasal dari dalam
negeri (domestic capital). Selain itu, penanaman modal asing atau investasi asing diharapkan sebagai
salah satu sumber pembiayaan dalam pembangunan yang dapat digunakan untuk percepatan
pembangunan infrastruktur dasar lainnya.
Kontribusi Manfaat Ekonomi
62. Kegiatan Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Kota
Tanjungpinang memberikan implikasi yang positif dan nyata daalm aspek sosial seperti:
• Kondisi Tenaga Kerja.
• Peningkatan penyerapan tenaga kerja memberikan tambahan pendapatan kepada
masyarakat yang berarti peningkatan kesejahteraan dengan naiknya daya beli terhadap
barang dan jasa. Keluaran barang dan jasa yang ada di masyarakat (sosial) akan mepunyai
tambahan permintaan sehingga dengan adanya satu kegiatan penanaman modal atau
investasi akan berimplikasi pada peningkatan permintaan dan penawaran yang melebihi dari
nilai penanaman modal itu sendiri secara agregat.
• Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
• Tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi di Kota Tanjungpinang dapat bertambah
dengan cara bekerja di perusahaan asing. Disamping itu, kontribusi penanaman modal adalah
terhadap peningkatan kesejahteraan karena selain penguasaan IPTEK modern, para tenaga
kerja juga
• Perolehan Penghasilan atas Hasil Kerjanya.
• Pendapatan yang diperoleh dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan karena semakin
banyak kebutuhan yang terpenuhi, maka, berarti semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan
masyarakat.
Kontribusi Manfaat Sosial
63. Kontribusi Manfaat Lingkungan
Salah satu syarat prioritas dari pengunaan lahan di Kota Tanjungpinang harus mengacu pada
peruntukan tata ruang yang telah ditetapkan, sehingga keseimbangan lingkungan dan
ekosistem di wilayah Kota Tanjungpinang masih dapat terkendali.
Peruntukan Ruang Terbuka Hijau (RTH) harus sesuai dengan ketentuan, dimana memenuhi
proporsi minimum 30% (tiga puluh persen) dari luas wilayah darat yang tersebar di seluruh
kecamatan di wilayah Kota Tanjungpinang yang meliputi RTH privat adalah 10% (sepuluh
persen) dari wilayah terbangun dan 20% (dua puluh persen) untuk RTH publik. Ketentuan ini
harus dipenuhi untuk menjaga keseimbangan lingkungan di Kota Tanjungpinang.
Manfaat Lingkungan
Terkendalinya Daya Tampung dan Daya
Dukung Lingkungan Kota Tanjungpinang
Mengembangkan Instrumen Lingkungan
dihubungkan dengan Nilai Lingkungan
64. Kebutuhan Penanaman Modal Sampai Tahun 2025
Proyeksi Kebutuhan Penanaman Modal/Investasi Kota Tanjungpinang 2019-2025
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi rata-rata berkisar antara 7,2%-7,5% sampai dengan
tahun 2025 tersebut, maka, diperlukan penanaman modal atau investasi sekitar 9,7-10,3 trilyun
rupiah. Penanaman modal atau investasi harus tumbuh dengan rata-rata sebesar 5,6% per-tahun
yang terdiri dari penanaman modal pemerintah, penanaman modal swasta, dan penanaman
modal swasta lainnya sehingga pencapaian penanaman modal atau investasi pada tahun 2025
direalisasikan porsi yang cukup besar terhadap perekonomian Kota Tanjungpinang.
Tahun
Kebutuhan Penanaman
Modal/Investasi
(Milyar Rupiah)
Proporsi Terhadap
PDRB (Persen)
Pertumbuhan
Penanaman
Modal/Investasi
(Persen)
2019 334.848.000 61.4 5.93
2020 355.602.000 59.6 6.20
2021 376.356.000 58.1 5.84
2022 397.110.000 61.2 5.51
2023 417.864.000 59.8 5.35
2024 439.098.000 58.5 5.35
2025 461.455.000 57.0 5.09
2.782.333.000 59.40 5.61
65. Kebutuhan penanaman modal atau investasi
Kota Tanjungpinang yang meliputi penanaman
modal atau investasi dari penanaman modal
asing (Foreign Direct Investment) dan
penanaman modal dalam negeri (Domestic
Direct Investment) diharapkan masing-masing
sektor memiliki peran dalam pembangunan
ekonomi Kota Tanjungpinang.
Untuk memacu tumbuhnya perekonomian agar
mencapai tingkat yang diharapkan, pemerintah
harus menjadi yang terdepan dalam memberi
bentuk penanaman modal masyarakat atau
investasi publik yang diinginkan. Hal itu akan
mampu mengakselerasi peran swasta yang lebih
dominan dalam menyediakan infrastruktur atau
sarana lain yang menunjang tercapainya
pelayanan yang optimal, efisien, dan
perekonomian yang semakin berkembang atau
meningkat.
Tahun
Kebutuhan Penanaman
Modal/Investasi
(Milyar Rupiah)
PMDN PMA
2019 334.848.000 320.000.000.000 14.848.000.000
2020 355.602.000 340.000.000.000 15.602.000.000
2021 376.356.000 360.000.000.000 26.356.000.000
2022 397.110.000 370.000.000.000 27.110.000.000
2023 417.864.000 390.000.000.000 27.864.000.000
2024 439.098.000 410.000.000.000 29.098.000.000
2025 461.455.000 430.000.000.000 31.455.000.000
2.782.333.000 2.610.000.000.000 172.333.000.000
Proyeksi Kebutuhan Penanaman Modal/Investasi PMDN
dan PMA Tahun 2010-2025
67. • 4 (empat) fase rencana aksi dalam rangka pencapaian visi dan misi
• Rencana Umum Penanaman Modal di Kota Tanjungpinang
Pengembangan penanaman modal yang relatif
mudah dan cepat menghasilkan (Quick wins and
Low Hanging Fruits)
Fase I
Percepatan pembangunan infrastruktur serta
Pengembangan Usaha dan Perdagangan
Fase II
Pengembangan industri berskala kecil, menengah
dan Besar
Fase III
Pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan
(knowledgebased economy).
Fase IV
68. Membuka hambatan (debottlenecking) dan memfasilitasi
penyelesaian persiapan proyek strategis agar segera
diaktualisasikan.
Mengidentifikasi proyek penanaman modal yang siap
ditawarkan dan dipromosikan sesuai dengan daya
dukung lingkungan hidup dan RTRW serta RDTR.
Melakukan berbagai terobosan kebijakan penanaman
modal yang mendesak untuk diperbaiki atau
diselesaikan.
Menggalang kerjasama dengan BKPM RI dan DPMPTSP
Propinsi Kepulauan Riau dalam rangka peningkatan nilai
tambah, daya saing penanaman modal yang bernilai
tambah tinggi dan pemerataan pembangunan.
Meningkatkan citra Kota Tanjungpinang sebagai daerah
tujuan penanaman modal yang nyaman dan berpotensial
(the right place to invest).
Membentuk kemitraan antara pemerintah, dunia
pendidikan dan dunia usaha.
Tahap 1 (2019-2020)
Pengembangan Penanaman Modal yang Relatif Mudah
dan Cepat Menghasilkan
Tahap 2 (2021-2022)
Percepatan Pembangunan Infrastruktur, Energi dan
Pengembangan Usaha Perdagangan dan Jasa
Prioritas terhadap peningkatan kegiatan penanaman
modal perlu difokuskan pada percepatan
pembangunan infrastruktur dan energi melalui skema
kerjasama pemerintah-swasta (KPS).
Mendorong percepatan infrastruktur fisik seperti jalan,
pengelolaan sampah, instalasi pengolahan limbah dan
air bersih yang berwawasan lingkungan.
Pengembangan usaha perdagangan dan jasa
diprioritaskan pada kecamatan-kecamatan yang telah
ditetapkan sebagai wilayah perdagangan dan jasa.
Melakukan penyempurnaan/revisi atas regulasi yang
berkaitan dengan penanaman modal dalam rangka
percepatan pembangunan infrastruktur.
Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif
penanaman modal untuk kegiatan-kegiatan
penanaman modal yang menunjang implementasi
kebijakan daerah yang diawali dengan proses
pengkajian.
69. Pembangunan wilayah/kawasan industri kecil dan menengah
di beberapa kecamatan di Kota Tanjungpinang.
Pengembangan sentra-sentra industri potensial yang diawali
dengan kajian rencana induk pembangunan industri daerah
berikut payung hukumnya.
Pemetaan lokasi pengembangan klaster industri termasuk
penyediaan infrastruktur dan pemberian fasilitas,
kemudahan dan/atau insentif penanaman modal di daerah.
Menjembatani UMKM dengan penanam modal agar dapat
bersanding dengan harmonis dan aman.
Pengembanan industri skala besar di kawasan FTZ Dompak.
Koordinasi penyusunan program dan sasaran instansi
penanaman modal di pemerintah pusat, pemerintah provinsi
dan OPD terkait dalam mendorong industrialisasi skala
besar.
Pengembangan sumber daya manusai (SDM) yang handal dan
memiliki keterampilan (talent worker)
Tahap 3 (2023-2024)
Pengembangan Industri Skala Kecil, Menengah dan Besar
Tahap 4 (setelah tahun 2025)
Pengembangan Ekonomi berbasis Pengetahuan
Mempersiapkan kebijakan dalam rangka mendorong
kegiatan penanaman modal yang inovatif, mendorong
pengembangan penelitian dan pengembangan (research
and development), menghasilkan produk teknologi yang
tinggi dan efisiensi dalam penggunaan energi.
Pemantapan terwujudnya sistem penataan ruang yang
mampu menciptakan ruang-ruang wilayah yang
berkembang optimal sesuai potensi, kondisi dan
keunggulan masing-masing.
Kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi dan lembaga
pendidikan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Menjadi kota yang memiliki industri yang ramah
lingkungan.
Mengintensifkan peningkatan penyediaan informasi yang
semakin komprehensif, akurat, cepat mengenai
persyaratan dan peluang penanaman modal, jejaring
usaha dan antar instansi baik pada lingkup sektoral antar
wilayah, nasional dan internasional