Dokumen tersebut membahas survei tata kelola e-government di negara-negara ASEAN yang dilakukan Waseda University Jepang pada tahun 2014. Survei menunjukkan bahwa Singapura menempati peringkat pertama sebagai negara dengan tata kelola e-government paling maju di ASEAN, diikuti Thailand. Sementara itu, negara-negara ASEAN lainnya masih dalam tahap pengembangan dengan Kamboja berada pada peringkat terakhir.
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
E gov 14
1. Tata Kelola E-Government
Catatan Survey WASEDA University Japan
SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
RAJA HAJI
TANJUNGPINANG
SHAHRIL BUDIMAN. S.Sos., MPM – 1022048802
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
TA.2014-2015
2. Tata kelola Internet: Perspektif Indonesia
Catatan Kesenjangan Digital
Hingga akhir 2013, Asosiasi Penyelenggara
Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat
pengguna Internet Indonesia menembus
angka 71,19 juta, meningkat 19 persen dari
tahun sebelumnya. Jumlah itu, menurut Ketua
Umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII), Samuel Abrijani Pangerapan,
baru 28 persen dari populasi Indonesia, masih
jauh dari target 50 persen populasi seperti
tercantum dalam Millennium Development
Goals pada 2014.
Sumber: viva.co.id, 18 Oktober 2014
28 %
50 %
0
10
20
30
40
50
60
Penggunaan 2013 Target MDGs 2015
Sumber: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII) dalam viva.co.id, 2014
Persentase Pengguna
Internet di Indonesia
“
“
3. Tata kelola Internet: Perspektif Indonesia (2)
Penetrasi Internet tertinggi di Jakarta, 42,8 persen. Terendah, Papua Barat dengan hanya 15
persen. Secara umum, kata Samuel, penetrasi Internet di kawasan timur Indonesia sangat kecil,
jauh di bawah rata-rata nasional.
Dan sebagian besar koneksi Internet itu mengandalkan jaringan telepon seluler atau nirkabel 2G
atau 3G. Masyarakat Telematika (Mastel) menyatakan, hanya 3 persen penduduk Indonesia yang
memiliki akses pita lebar atau generasi keempat. Dan jelas, akses ini terbatas di kota-kota besar di
Pulau Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Tak mengherankan, kecepatan Internet di Indonesia tergolong parah di skala global. Tahun 2014,
kecepatan rata-rata adalah sekitar 2,5 megabite per detik (Mbps) alias urutan ke-101 dari seluruh
negara. Posisinya jauh di bawah Singapura yang menduduki peringkat 21, Malaysia di urutan ke-
69, dan Vietnam di posisi 90. Sementara itu, urutan pertamanya diduduki oleh Korea Selatan
dengan kecepatan rata-rata 24,6 Mbps.
Padahal, kata Ketua Umum Mastel Setyanto P Santosa, koneksi pita lebar berkorelasi positif
dengan produk domestik bruto sebuah negara. "Dalam studi yang dilakukan Bank Dunia pada
2009, sudah dinyatakan bahwa setiap kenaikan 10 persen penetrasi TIK (Broadband atau pita
lebar) akan meningkatkan Produk Domestik Bruto sebesar 1,38 persen," katanya, Selasa 26
Agustus 2014.
Indonesia, kata Setyanto, sebenarnya bisa menjadi salah satu negara yang mengambil manfaat
ekonomi dari keberadaan kemajuan teknologi. Indonesia bisa meraih keuntungan, seperti pada
sektor pembangunan, bisnis, transportasi, perdagangan, kesehatan, dan pendidikan yang saat ini
membutuhkan telekomunikasi di dalamnya.
"Pengguna internet Indonesia sudah mencapai angka 75 juta, 80 persennya berusia antara 15-55
tahun dan pada umumnya, kita masih menggunakan jaringan nirkabel (wireless) jadi
sinyalnya ndut-ndutan
5. Ranking E-Government (WASEDA Unv 2014)
E-governmentrankingdiNegaraASEAN
Sumber: Institute of E-Government Waseda University Japan, 2014
6. Indikator Penilaian
WASEDA University
“Terdapat 9
Indikator dan 33
Sub Indikator
untuk penilaian
Ranking E-
government yang
mesti terpenuhi
oleh pemerintah
disuatu negara”
Sumber: Institute of E-Government Waseda University Japan, 2014
7. ASEAN & E-Government
Pengembangan E-government di wilayah ini dalam tahap awal
berkaitan dengan reformasi administrasi publik, infrastruktur, dan
akses broadband.
Singapura adalah pengecualian, karena hampir semua layanan
dan transaksi pemerintahannya yang tersedia secara online.
Singapura ada pada peringkat kedua dalam peringkat keseluruhan
dan secara alami terkemuka Negara ASEAN. Negara-negara
selainnya merupakan negara-negara berkembang, dengan
Kamboja ditempat terakhir.
Ranking menunjukkan Singapore di tempat pertama dengan nilai
sangat tinggi dibandingkan dengan Kamboja di bagian bawah.
Lalu ada Thailand ada dibawah Singapura di tempat kedua.
Ini adalah bukti bahwa negara-negara anggota ASEAN memiliki
dikembangkan merata dan dibagi menjadi tiga kelompok yang
terpisah:
(1) Berpenghasilan tinggi dan Tahap Maju hanya Singapura;
(2) Tahap mengembangkan, termasuk Thailand, Malaysia,
Indonesia, Vietnam, Brunei dan Filipina; dan
(3) Rendah-pendapatan dan berkembang,
termasuk Kamboja.
Catatan WASEDA survey tentang ASEAN
Sumber: Institute of E-Government Waseda University Japan, 2014
Editor's Notes
Penetrasi Internet tertinggi di Jakarta, 42,8 persen. Terendah, Papua Barat dengan hanya 15 persen. Secara umum, kata Samuel, penetrasi Internet di kawasan timur Indonesia sangat kecil, jauh di bawah rata-rata nasional.
Dan sebagian besar koneksi Internet itu mengandalkan jaringan telepon seluler atau nirkabel 2G atau 3G. Masyarakat Telematika (Mastel) menyatakan, hanya 3 persen penduduk Indonesia yang memiliki akses pita lebar atau generasi keempat. Dan jelas, akses ini terbatas di kota-kota besar di Pulau Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Tak mengherankan, kecepatan Internet di Indonesia tergolong parah di skala global. Tahun 2014, kecepatan rata-rata adalah sekitar 2,5 megabite per detik (Mbps) alias urutan ke-101 dari seluruh negara. Posisinya jauh di bawah Singapura yang menduduki peringkat 21, Malaysia di urutan ke-69, dan Vietnam di posisi 90. Sementara itu, urutan pertamanya diduduki oleh Korea Selatan dengan kecepatan rata-rata 24,6 Mbps.
Padahal, kata Ketua Umum Mastel Setyanto P Santosa, koneksi pita lebar berkorelasi positif dengan produk domestik bruto sebuah negara. "Dalam studi yang dilakukan Bank Dunia pada 2009, sudah dinyatakan bahwa setiap kenaikan 10 persen penetrasi TIK (Broadband atau pita lebar) akan meningkatkan Produk Domestik Bruto sebesar 1,38 persen," katanya, Selasa 26 Agustus 2014.
Indonesia, kata Setyanto, sebenarnya bisa menjadi salah satu negara yang mengambil manfaat ekonomi dari keberadaan kemajuan teknologi. Indonesia bisa meraih keuntungan, seperti pada sektor pembangunan, bisnis, transportasi, perdagangan, kesehatan, dan pendidikan yang saat ini membutuhkan telekomunikasi di dalamnya.
"Pengguna internet Indonesia sudah mencapai angka 75 juta, 80 persennya berusia antara 15-55 tahun dan pada umumnya, kita masih menggunakan jaringan nirkabel (wireless) jadi sinyalnya ndut-ndutan 57663900
Penetrasi Internet tertinggi di Jakarta, 42,8 persen. Terendah, Papua Barat dengan hanya 15 persen