Imobilisasi merupakan masalah umum pada usia lanjut yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti gangguan muskuloskeletal, neurologis, dan penyakit kardiovaskular. Imobilisasi dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada sistem organ seperti osteoporosis, penurunan kekuatan otot, dan depresi. Penatalaksanaan imobilisasi melibatkan tim medis interdisipliner dan meliputi evaluasi pasien, manajemen penyebab dan komplikasi,
2. IMOBILISASI
PENGERTIAN
Mobilisasi tergantung pada interaksi yang terkoordinasi antara fungsi sensorik persepsi,
keterampilan motorik, kondisi fisik, tingkat kognitif, dan kesehatan premorbid, serta variable
eksternal seperti keberadaan sumber – sumber komunitas, dukungan keluarga, adanya
halangan arsitektural ( kondisi lingkungan), dan kebijaksanaan institusional.
FAKTOR RISIKO
Berbagai faktor fisik, psikologis, dan lingkungan dapat menyebabkan imobilisasi pada usia
lanjut.
3. Tabel 1. Penyebab Umum Imobilisasi pada Usia Lanjut
Gangguan muskuluskeletal Artritis
Osteoporosis
Faktur (terutama panggul dan femur)
Problem kaki (bunion, kalus)
Lain – lain (misalnya penyakit paget)
Ganguan neurologis Strok
Penyakit parkinson
Lain – lain (disfungsi serebelar, neuropati)
Penyakit kardiovaskular Gagal jantung kongensif (berat)
Penyakit jantung koroner (nyeri dada yang sering)
Penyakit vaskular perifer (kardkasio yang sering)
Penyakit paru Penyakit paru obstruksif kronis (berat)
Faktor sensorik Gangguan penglihatan
Takut (instabilitas dan takut akan jatuh)
Penyebab lingkkungan Imobilisasi yang dipaksakan (dirumah sakit atau panti wardha)
Alat bantu mobilitas yang tidak adekuat
Nyeri akut atau kronik
Lain - lain Dekondisi (setelah tirah baring lama metstasis luas pada keganasan)
Malnutrisi
Penyakit sistemik berat (misalnya metastasis luas pada keganasan)
Depresi
Efek samping obat (misalnya kekuatan yang disebabkan obat antipsikotik)
Perjalanan lama yuang menybabkan seseorang tidak bergerak
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pengkajian geriatri paripurna diperlukan dalam mengevaluasi pasien usia lanjut yang mengalami
imobilisasi, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, evaluasi status fungsional, status mental, status
kognitif, dan tingkat mobilitas, serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi
Tabel 2. Evaluasi Pasien Usia Lanjut yang Mengalami Imobilisasi
Evaluasi Keterangan
Anamnesis • Riwayat dan lama disabilitas/imobilisasi
•Kondisi medis yang merupakan faktor risiko dan penyebab imobilisasi
•Kondisi premorbid
•Nyeri
•Obat – obatan yang dikonsumsi
•Dukungan pramuwedha
•Interaksi sosial
•Faktor psikologis
•Faktor lingkungan
Pemeiksaan fisik Status kardiopolmonal
Kulit
Muskuloskeletal: kekuatan dan tonus otot, lingkup gerak sendi, lesi dan deformitas kaki
Neurologis: kelemahan fokal, evaluasi persepsi dan sensorik
Gastrointertinal
Genitourinarius
Status fungsional Antara lain dengan pemeriksaan indeks aktivitas kehidupan sehari – hari (AKS) Barhel
Status Mental Antara lain penapisan dengan pemeriksaan geriatric depression scale (GDS)
Status kognitif Antara lain penapisan dengan pemeriksaan mini-mental state examination (MMSE),
abbreviated mental test (AMT)
Tingkat Mobilitas Mobilitas di tempat tidur, kemampuan transfer, mobilitas di kursi roda, keseimbangan
saat duduk dan berdiri, cara berjalan (gait), nyeri saat bergerak
Pemeriksaan Penunjang Penilaian berat ringannya kondisi medis penyebab imobilisasi (foto lutut,
ekokardiografi,dll) dan komplikasi akibat imobilsasi (pemeriksaan albumin, elektrolit,
glukosa darah, hemostasis, dll)
5. TERAPI
Tatalaksana Umum
• Kerjasama tim medis interdisiplin dengan partisipasi pasien,keluarga, dan pramuwedha
• Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai bahaya tirah baring lama, pentingnya latihan bertahap dan
ambulasi dini, serta mencegah ketergantungan pasien dengan melakukan aktivitas kehidupan sehari – hari
sendiri, semampu pasien
• Dilakukan pengkajian geriatri paripurna, perumusan target fungsional, dan pembutan rencana terapi yang
mencakup pula perikraan waktu yang diperlukan unutk mencapai target terapi
• Temukenali dan tatalaksana infeksi, malnutrisi, anemia, gangguan cairan dan elektrolit yang mungkin terjadi pada
kasus imobilisasi, serta penyakit/kondisi penyetara lainya
• Evalusi seluruh obat- obatan yang dikonsumsi; obat – obatan yang dapat menyebabkan kelemahan atau
kelelahan harus diturunkan dosisnya atau dihentikan bila memungkinkan.
• Berikan nutrisi yang adekuat, asupan cairan dan makanan yang mengandung serat, serta suplementasi vitamin
dan mineral
• Program latihan dan remobilisasi dimulai ketika kestabilan kondisi medis terjadi meliputi latihan mobilitas ditempat
tidur, latihan gerak sendi (pasif, aktif, dan aktif dengan bantuan), latihan penguat otot – otot (isotonik, isometrik,
isokinetik) latihan koordinasi/ keseimbangan, dan ambulasi terbatas.
• Bila diperlukan, sediakan dan ajarkan cara penggunaan alat – alat bantu berdiri dan ambulasi
• Manajemen miksi dan defekasi, termasuk penggunaan komod atau toilet
Tatalaksana Khusus
• Tatalaksana faktor risiko imobilisasi (lihat tabel1)
• Tatalksana komplikasi akibat imobilisasi
• Pada keadaan – keadaan khusus, konsultasikan kondisi medik kepada dokter spesialis yang kompeten
• Lakukan remobilisasi segera dan bertahap pada pasien – pasien yang menglami sakit atau dirawat di rumah sakit
dan panti werdha untuk mobilitas yang adekuat bagi usia lanjut yang menglami disabilitas permanen
6. KOMPLIKASI
imobilisasi dapat menyebabkan proses degerasi yang terjadi pada hampir semua
sistem organ sebagai akibat berubahnya tekanan gravitasi dan berkurangnya fungsi
motorik
PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada penyakit yang mendasari imobilisasi dan komplikasi
yang ditimbulkananya. Perlu dipahami, imobilisasi dapat memberat penyakit
dasarnya bila tidak ditangani sedini mungkin, bahkan dapat sampai menimbulkan
kematian
7. Tabel 3. Efek Imobilisasi pada Berbagai Sistem Organ
Organ / Sistem Perubahan yang Terjadi Akibat Imobilisasi
muskuluskeletal Osteoporosis, penurnan massa tulang, hilangnya kekuatan
otot, penurunan area potong lintang otot, kontraktor,
degenerasi rawan sendi, ankilosis, peningkatan tekanan
intraartikular, berkurangnya volume sendi
Kardiopulmonal dan pembuluh darah Peningkatan denyut nadi istirahat, penurunan perfusi
miokard, intoleran terhadap ortostatik, penurunan ambilan
oksigen maksimal (VO2 max), deconditioning jantung,
penurunan volume plasma, perubahan uji fungsi paru,
atelektasis paru, pneumonia, peningkatan stasis vena,
peningkatan agresi trombosit, dan hiperkoagulasi
integumen Peningkatan risiko ulkus dekubitus dan maserasi kulit
Metabolik dan endrokin Keseimbangan nitrogen negatif, hiperkalsiuria, natriuresis
dan deplesi natrium, resistensi insulin(intoleransi glukosa)
hiperlipidemia, serta penurunan absorpsi dan metabolisme
vitamin/mineral
Neurologi dan psikiatri Depresi dan psikosis, atrofi korteks motorik dan sensorik,
ganguan keseimbangan, penurunan fungsi kognitif,
neuromuskular yang tidak efesien
Traktus gastrointestinal dan urinarius Inkontinensia urin dan alvi, infeksi saluran kemih
pembentukan batu kalsium, penggosokan kandung kemih
yang tidak sempurna dan distensi kandung kemih, impaksi
feses, dan konstipasi, penurunan motilitas usus, refluks
esofagus, aspirasi saluran napas dan peningkatan risiko
perdarahan gastrointestinal
8. WEWENANG
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Geriatri, Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik
UNIT YANG MENANGANI
Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Departemen Rehabilitasi Medik
UNIT TERKAIT
Divisi geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Devisi Psikiatri – Geriatri Departemen
Psikiatri, Departemen Rehabilitasi Medik, Instalasi Gizi, Instalasi Farmasi, Bidang
Keperawatan