KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN IMMOBILISASI.pptx
1. CURRICULUM
VITAE
PENDIDIKAN: SPK, D3, S1/NERS,
S2 KMB
P E K E R J A A N : M E D I K D I P T . S K J , P T . A P E X I N D O ,
R S U D A W S . P R A K T I K M A N D I R I D A N H O M E
C A R E “ G R I Y A S E H A T P E L I T A C A R E
S A M A R I N D A ” , N U R S E P R E N E U R , D O S E N
T E T A P D I I T K E S W H S S A M A R I N D A
n s . a w a l
Awal Darmawan
N s . A w a l
A w a l
D a r m a w a n
3. Pengertian Mobilisasi dan
Imobilisasi
MOBILISASI
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat
melakukan keegiatan dengan bebas (Kosier, 2010)
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak
secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan
untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses
penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk
aktualisasi. Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi,
membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi
gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki
dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam
waktu 12 jam (Asmadi, 2008)
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan
memenuhi kebutuhan hidup aktivitasnya guna
mempertahankan kesehatannya (A. Aziz, 2006)
4. …….Mobilisasi
Mobilitas atau mobilisasi merupakan
kemampuan individu untuk bergerak
secara mudah, bebas dan teratur untuk
mencapai suatu tujuan, yaitu untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya baik
secara mandiri maupun dengan bantuan
orang lain dan hanya dengan bantuan
alat (Widuri, 2010).
Mobilitas adalah proses yang kompleks
yang membutuhkan adanya koordinasi
antara sistem muskuloskeletal dan
5. Jenis Mobilisasi
Mobilisasi Penuh
Bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan
interaksi soal dan menjalankan peran sehari-hari.
Mobilisasi Sebagian
Bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak dengan
bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan
sensorik pada area tubuhnyaHal ini dapat dijumpai pada kasus
cedera atau patah tulang.Mobilisasi sebagian ini dibagi menjadi
dua jenis yaitu
a. Mobilitas Sebagian Temporer yaitu merupakan kemampuan
individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya
sementara.Hal itu dapat disebabkan oleh trauma pada
muskuloskeletal,contohnya adanya dislokasi sendi dan tulang.
b. Mobilitas Sebagian Permanen yaitu merupakan kemampuan
individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap.
Hal tersebut disebabkan rusaknya sistem syaraf yang
reversibel, contoh: hemiplegia akibat stroke, paraplegi karena
6. Imobilisasi
Keadaan dimana individu tidak dapat
bergerak dengan bebas karena kondisi yang
mengganggu pergerakan (aktivitas). misalnya
trauma tulang belakang, cedera otak berat
disertai fraktur pada ekstremitas dan
sebagainya. Imobilisasi merupakan
pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari
anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam
berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah
satunya disebabkan oleh berada pada posisi
tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat
duduk atau berbaring (Susan J. Garrison,
2004).
7. Jenis Imobilitas
1. Imobilitas fisik, merupakan pembatasan
untuk bergerak secara fisik dengan tujuan
mencegah terjadinya gangguan
komplikasi pergerakan, seperti pada
pasien dengan hemiplegia yang tidak
mampu mempertahankan tekanan di
daerah paralisis sehingga tidak dapat
mengubah posisi tubuhnya untuk
mengurangi tekanan.
2. Imobilitas intelektual, merupakan keadaan
ketika seseorang mengalami keterbatasan
8. ……….Jenis immobilitas
3. Imobilitas emosional, keadan ketika
seseorang mengalami pembatasan
secara emosional karena adanya
perubahan secara tiba-tiba dalam
menyesuaikan diri. Sebagai contoh,
keadaan stres berat dapat disebabkan
karena bedah amputasi ketika
seseorang mengalami kehilangan
bagian anggota tubuh atau kehilangan
sesuatu yang paling dicintai.
9. ……….Jenis immobilitas
4. Imobilitas sosial, keadaan individu
yang mengalami hambatan dalam
melakukan interaksi sosial karena
keadaan penyakit sehingga dapat
memengaruhi perannya dalam
kehidupan sosial (Widuri, 2010).
11. Tanda dan Gejala
Gejala dan Tanda Mayor:
Subjektif:
Mengeluh sulit menggerakkan
ektremitas
Objektif
1) Kekuatan otot menurun
2) Rentang gerak (ROM) menurun
12. Gejala dan Tanda Minor
a. Subjektif
Nyeri saat bergerak
Enggan melakukan pergerakan
Merasa cemas saat bergerak
b. Objektif
Sendi kaku
Gerakan tidak terkoordinasi
Gerak terbatas
Fisik lemah (Tim Pokja DPP PPNI,
2017).
13. Dampak Gangguan Mobilitas Fisik
Imobilitas dalam tubuh dapat memengaruhi sistem
tubuh, seperti:
a. Perubahan pada metabolisme tubuh
b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
c. Gangguan dalam kebutuhan nutrisi
d. Gangguan fungsi gastrointestinal
e. Perubahan system pernafasan
f. Perubahan kardiovaskular
g. Perubahan sistem musculoskeletal
h. Perubahan kulit
i. Perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil)
j. Perubahan perilaku (Widuri, 2010).
14. Manifestasi Klinis
Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi,
adalah perubahan pada:
Muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan,
penurunan massa otot, atropi dan abnormalnya
sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme
kalsium.
Kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik,
peningkatan beban kerja jantung, dan
pembentukan thrombus.
Pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia
hipostatik, dyspnea setelah beraktifitas.
15. ……Manifestasi klinis
Nutrisi antara lain laju metabolic;
metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein; ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit; ketidakseimbangan Metabolisme
dan kalsium; dan gangguan pencernaan
(seperti konstipasi).
Eliminasi urin seperti stasis urin
meningkatkan risiko infeksi saluran
perkemihan dan batu ginjal.
Integument seperti ulkus dekubitus adalah
akibat iskhemia dan anoksia jaringan.
16. Komplikasi
Pembekuan darah
Dekubitus
Pneumonia
Atrofi dan kekakuan sendi
Disritmia
Peningkatan tekanan intra cranial
Kontraktur
Gagal nafas
Kematian (saferi wijaya, 2013).
17. Gangguan Pemenuhan Mobilitas Fisik
Patofisiologi Menurut Sari dan Retno (2014),
yaitu:
Otak kita sangat sensitif terhadap kondisi
penurunan atau hilangnya suplai darah.
Hipoksia dapat menyebabkan iskemik
serebral karena tidak seperti jaringan pada
bagian tubuh lain, misalnya otot, otak tidak
bisa menggunakan metabolism anaerobik
jika terjadi kekurangan oksigen dan glukosa.
Jika aliran darah tidak diperbaiki, terjadi
kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada
jaringan otak atau infark dalam hitungan
18. Iskemik dengan cepat bisa menganggu
metabolisme. Kematian sel dan
perubahan yang permanen dapat terjadi
dalam waktu 3-10 menit. Aliran darah
dapat terganggu oleh masalah perfusi
lokal, seperti pada stroke atau gangguan
perfusi secara umum, misalnya pada
hipotensi atau henti jantung. Dalam waktu
yang singkat, klien yang sudah
kehilangan kompensasi autoregulasi akan
mengalami manifestasi dari gangguan
21. Mengkaji Fungsional Klien
(Kozier, 2010)
Kategori tingkat kemampuan aktivitas
TINGKAT
AKTIVITAS/
MOBILITAS
KATEGORI
0 Mampu merawat sendiri secara penuh
1 Memerlukan penggunaan alat
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan
peralatan
4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan
22. PEMERIKSAAN KEKUATAN OTOT
Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan
pengujian otot secara manual ( manual muscle testing, MMT ). Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui kemampuan mengontraksikan kelompok otot secara
volunteer. Lansia yang tidak mampu mengontraksiakan ototnya secara aktif dan
volunteer, tidak tepat apabila diberikan MMT standar.
Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan MMT akan membantu penegakan
diagnosis klinis, penentuan jenis terapi, jenis alat bantu yang diperlukan, dan
prognosis. Penegakan diagnosis dimungkinkan oleh beberapa penyakit tertentu yang
hanya menyerang otot tertentu pula. Jenis terapi dan alat bantu yang diperlukan oleh
lansia juga harus mempertimbangkan kekuatan otot. Diharapkan program terapi dan
alat bantu yang dipilih tidak menyebabkan penurunan kekuatan otot atau menambah
beratnya penyakit lansia.
23. PROSEDUR MMT :
1. Lansia diposisikan sedemikian rupa sehingga otot mudah berkontraksi
sesuai dengan kekuatannya. Posisi yang dipilih harus memungkinkan
kontraksi otot dan gerakan mudah diobservasi.
2. Bagian tubuh yang dites harus terbebas dari pakaian yang menghambat.
3. Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus dilakukan.
4. Lansia mengontraksikan ototnya dan stabilisasi diberikan pada segmen
proksimal.
5. Selama terjadi kontraksi, gerakan yang terjadi diobservasi, baik palpasi
pada tendon atau perut otot.
6. Memberikan tahanan pada otot yang dapat bergerak dengan luas,
gerakan sendi penuh dan dengan melawan gravitasi.
7. Melakuakan pencatatan hasil MMT
24. KRITERIA HASIL PEMERIKSAAN MMT
1. Normal 5 mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh,
melawan gravitasi, dan melawan tahanan maksimal
2. Good 4 mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan
gravitasi, dan melawan tahanan sedang (moderat).
3 Fair 3 mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh dan
melawan gravitasi tanpa tahanan.
4 Poor 2 mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh tanpa
melawan gravitasi.
5 Trace 1 tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat
dipalpasi
6 Zero 0 kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi
25. Derajat kekuatan otot
SKALA PERSENTASE
KEKUATAN
NORMAL (%)
KARAKTERISTIK
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat
di palpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi
dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang
normal melawan gravitasi dan tahanan
penuh
26. AKTIVITAS KEMANDIRIAN
(1 poin)
TIDAK ADA pemantauan,
perintah ataupun didampingi
KETERGANTUNGAN
(0 poin)
Dengan pemantauan, perintah,
pendampingan personal atau
perawatan total
MANDI (1 poin)
Sanggup mandi sendiri tanpa
bantuan, atau hanya memerlukan
bantuan pada bagian tubuh tertentu
(punggung, genital, atau
ekstermitas lumpuh)
(0 poin)
Mandi dengan bantuan lebih dari satu
bagian tuguh, masuk dan keluar kamar
mandi. Dimandikan dengan bantuan
total
BERPAKAIAN (1 poin)
Berpakaian lengkap mandiri. Bisa
jadi membutuhkan bantuan unutk
memakai sepatu
(0 poin)
Membutuhkan bantuan dalam
berpakaian, atau dipakaikan baju
secara keseluruhan
TOILETING (1 poin)
Mampu ke kamar kecil (toilet),
mengganti pakaian, membersihkan
genital tanpa bantuan
(0 poin)
Butuh bantuan menuju dan keluar
toilet, membersihkan sendiri atau
menggunakan telepon
KATZ INDEX
27. …. KATZ INDEX
PINDAH POSISI (1 poin)
Masuk dan bangun dari tempat
tidur / kursi tanpa bantuan. Alat
bantu berpindah posisi bisa
diterima
(0 poin)
Butuh bantuan dalam
berpindah dari tempat
tidur ke kursi, atau dibantu
total
KONTINENSIA (1 poin)
Mampu mengontrol secara baik
perkemihan dan buang air besar
(0 poin)
Sebagian atau total
inkontinensia bowel dan
bladder
MAKAN (1 poin)
Mampu memasukkan makanan
ke mulut tanpa bantuan.
Persiapan makan bisa jadi
dilakukan oleh orang lain.
(0 poin)
Membutuhkan bantuan
sebagian atau total dalam
makan, atau memerlukan
makanan parenteral
Total Poin :
6 = Tinggi (Mandiri);
4 = Sedang;
<2 = Ganggaun fungsi berat;
0 = Rendah (Sangat tergantung)
28. Indeks ADL BARTHEL (BAI)
NO FUNGSI SKOR KETERANGAN
1 Mengendalikan
rangsang pembuangan
tinja
0
1
2
Tak terkendali/ tak teratur (perlu
pencahar).
Kadang-kadang tak terkendali (1x
seminggu).
Terkendali teratur.
2 Mengendalikan
rangsang berkemih
0
1
2
Tak terkendali atau pakai kateter
Kadang-kadang tak terkendali
(hanya 1x/24 jam)
Mandiri
3 Membersihkan diri
(seka muka, sisir
rambut, sikat gigi)
0
1
Butuh pertolongan orang lain
Mandiri
4 Penggunaan jamban,
masuk dan keluar
(melepaskan, memakai
celana, membersihkan,
menyiram)
0
1
2
Tergantung pertolongan orang lain
Perlu pertolongan pada beberapa
kegiatan tetapi dapat mengerjakan
sendiri beberapa kegiatan yang lain.
Mandiri
5 Makan 0
1
2
Tidak mampu
Perlu ditolong memotong makanan
Mandiri
29. ……. Indeks ADL BARTHEL (BAI)
6 Berubah sikap
dari berbaring ke
duduk
0
1
2
3
Tidak mampu
Perlu banyak bantuan untuk bias
duduk
Bantuan minimal 1 orang.
Mandiri
7 Berpindah/
berjalan
0
1
2
3
Tidak mampu
Bisa (pindah) dengan kursi roda.
Berjalan dengan bantuan 1 orang.
Mandiri
8 Memakai baju 0
1
2
Tergantung orang lain
Sebagian dibantu (mis: memakai
baju)
Mandiri.
9 Naik turun
tangga
0
1
2
Tidak mampu
Butuh pertolongan
Mandiri
10 Mandi 0
1
Tergantung orang lain
Mandiri
Skor BAI :
20 : Mandiri
12 - 19 : Ketergantungan
ringan
9 - 11 : Ketergantungan
5 - 8 : Ketergantungan
berat
0 - 4 : Ketergantungan
30. GANGGUAN MOBILISASI
a. Kelainan Postur Tubuh
b. Kerusakan Sistem Syaraf
Pusat.
c. Perubahan Metabolik
d. Perubahan Sistem Respiratori
e. Perubahan Sistem
Kardiovaskuler
f. Perubahan System
31. a. Kelainan Postur
Tubuh
Ketidak
normalan
Deskripsi Penyebab Penatalaksanaan
Tortikolis Mencondongkan kepala
kesisi yang sakit, dimana
otot sterno
kleidomastoideus
berkontraksi
Kondisi kongenital
atau didapat
Operasi, pemanasan, topangan
atau imobilisasi, berdasarkan
penyebab dan tingkat keparahan
Lordosis Kurva anterior pada
spinalis lumbal yang
melengkung berlebihan
Kondisi kongenital.
Kondisi temporer
(mis. Kehamilan)
Latihan peregangan spinal
(berdasarkan penyebab)
32. …… kelainan postur tubuh
Kifolordosis Kombinasi dari dan
lordosis
Kondisi kongenital Sama dengan metode yang
disunakan untuk kifosis dan lordosis
(berdasarkan penyebab)
Skoliosis Karvatura spinal lateral,
tinggi pinggul dan bahu
tidak sama
Kondisi kongenital
Poliomielitis
Paralisis spatik
Panjang kaki tidak
sama
Immobilisasi dan operasi
(berdasarkan penyebab dan tingkat
keparahan)
Kifoskoliosis Tidak normalnya kurva
spinal anteroposterior
dan lateral
Kondisi kongenital
Poliomielitis
Kor Pulmonal
Immobilisasi dan operasi
(berdasarkan penyebab dan tingkat
keparahan)
Kifosis Peningkatan
kelengkungan pada
kurva spinal torakal
Kondisi kongenital.
Penyakit tulang/
Ricket Tuberkulosis
spinal
Latihan peregangan spinal, tidur
tanpa bantal, menggunakan papan
tempat tidur, memakai brace/jacket,
penggabungan spinal (berdasarkan
penyebab dan tingkat keparahan)
33. …… kelainan postur tubuh
Knock-knee
(genu-
valgum)
Kurva kaki yang masuk ke dalam
sehingga lutut rapat jika seseorang
berjalan
Kondisi
kongenital
Penyakit tulang/
Ricket
Knee brances, operasi jika
tidak dapat diperbaiki oleh
pertumbuhan
Bowlegs
(Genu
varum)
Satu atau dua kaki bengkok keluar
pada lutut, kondisi ini normal
sampai usia 2-3 tahun
Kondisi
kongenital
Penyakit tulang/
Ricket
Memperlambat kurva jika tidak
dapat diperbaiki oleh
pertumbuhan
Dengan penyakit tulang
meningkatkan vitamin D,
kalsium, dan fosfor
Displasia
pinggul
kongenital
Ketidakstabilan pinggul dengan
keterbatasan abduksi pinggul, dan
kadang-kadang kontraktur adduksi
(kaput femur tidak tersambung
dengan assebulum karena abnormal
kedangkalan asetabulum)
Kondisi
kongenital
(biasanya dengan
kelahiran
sungsang)
Mempertahankan abduksi paha
yang terus menerus sehingga
kaput femur menekan ke
bagian tengah asetabulum
Bebat abduksi, gips,
pembedahan
34. …… kelainan postur tubuh
Clubfoot 95%: deviasi medial dan
plantar-fleksi kaki
(equinovarus)
5%: deviasi lateral dan
dorsifleksi (calcaneovalgus)
Kondisi kongenital Gips, pembidaian seperti
Denis-Browne splint, dan
operasi (tergantrung
tingkat deformitas)
Footdrop Plantarfleksi,
ketidakmampuan menekuk
kaki karena kerusakan saraf
patoreal
Kondisi kongenital
Trauma
Posisi Immobilisasi
Tidak ada (tidak dapat
dikoreksi)
Dicegah melalui terapi
fisik
Pigeon-toes Rotasi dalam kaki depan,
biasa pada bayi
Kondisi kongenital
Kebiasaan
Pertumbuhan,
menggunakan sepatu
terbalik
35. SOP POSISI PASIEN
1. POSISI FOWLER
Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih
tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi
fungsi pernafasan pasien.
B. Tujuan
1. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
2. Meningkatkan rasa nyaman
3.Meningkatkan dorongan pada diafraghma sehingga meningkatnya ekspansi paru.
4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap.
C. Indikasi
1. Pada pasien dengan gangguan pernafasan
2. Pada pasien immobilisasi
D. Alat dan Bahan
1. Tempat tidur
2. Bantal kecil
3. Gulungan handuk
4. Bantalan kaki
5. Sarung tangan (bila diperlukan)
Sumber: https://www.trendilmu.com/2015/04/macam-macam-posisi-pasien.html)
36. 2. POSISI SEMI FOWLER
A. Pengertian
Posisi semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk (15-45°)
B. Tujuan
1. Mobilisasi
2. Memberikan perasaan lega pada pasien sesak nafa
3. Memudahkan perawatan, misalnya pemberian makan
C. Indikasi
Pada pasien yang mengalami sesak nafas.
D. Alat dan bahan
• Bantal
• Sandaran
• Tempat tidur
3. POSISI SIM
A. Pengertian
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri, posisi
ini dilakukan untuk member kenyamanan dan pemberian
obat melalui anus (supositoria)
B. Tujuan
o 1. Mengurangi penekanan pada tulang sacrum dan
trochanter mayor otot pinggang.
o 2. Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan
mencegah aspirasi (Sumber: https://www.trendilmu.com/2015/04/macam-macam-posisi-pasien.html)
37. C. Indikasi
1. Untuk pasien yang akan dihuknah
2. untuk pemberian obat supositoria
D. Alat dan Bahan
1. Tempat tidur
2. Bantal
3. Selimut
4. POSISI TRENDELENBURG
A. Pengertian
Posisi trendelenberg adalah memberikan posisi kepala lebih rendah
dari pada posisi kaki.
B. Tujuan
Melancarkan peredaran darah ke otak, terutama pada pasien yang
mengalami syok
C. Indikasi
1. Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
2. Pasien shock
3. Pasien hipotensi
D. Alat dan Bahan
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut (Sumber:https://www.trendilmu.com/2015/04/macam-macam-posisi-pasien.html)
38. 5. POSISI DORSAL RECUMBENT
A. Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi(direnggangkan) di atas
tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genitalia serta pada proses
persalinan
B. Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung belakang.
C. Indikasi
1. Pasien Yang Akan Melakukan Pemeriksaan Genitalia
2. Untuk persalinan
D. Alat dan bahan
1. Tempat tidur
2. Selimut
3. Bantal
A. Pengertian
Posisi litotomi adalah posisi berbaring telentang dengan mangangkat kedua kaki
dan menariknya ke atas bagian perut.
B. Tujuan
1. Pemeriksaan alat genitalia
2. Proses persalinan
3. Pemasangan alat kontrasepsi
6. POSISI LITOTOMI
(Sumber:https://www.trendilmu.com/2015/04/macam-macam-posisi-pasien.html)
39. C. Indikasi
1. Untuk ibu hamil
2. Untuk persalinan
3. Untuk wanita yg akan memasang alat
kontrasepsi
D. Alat dan bahan
tempat tidur khusus dan selimut
7. POSISI GENU PECTORAL
A. Pengertian
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada
bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rectum dan
sigmoid
B. Tujuan
Memudahkan memeriksa daerah rectum, sigmoid, dan vagina
C. Indikasi
1. Pasien hemoroid
2. Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum.sigmoid, dan vagina
(sumber:https://www.trendilmu.com/2015/04/macam-macam-posisi-pasien.html#)
40. 8. POSISI SUPINASI
A. Pengertian
posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggung nya agar dasar tubuh sama
dengan kesejajaran berdiri yang baik.
B. Tujuan
1. meningkatkan kenyamanan pasien
2. Memfasilitasi penyembuhan terutama pada pasien pembedahan atau dalam proses
anestesi tertentu.
C. Indikasi
1. pasien dengan tindakan post operasi anestesi atau pembedahan tertentu
2. Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma
D. Alat dan Bahan
1. Tempat tidur
2. Selimut dan bantal
(sumber:https://www.trendilmu.com/2015/04/macam-macam-posisi-pasien.html#)
41. 9. POSISI
PRONASI
A. Pengertian
Pasien tidur dalam posisi telungkup, berbaring dengan wajah menghadap ke
bantal
B. Tujuan
1. Memberikan ekstensi maksimal pada sendi, lutut dan pinggang
2. Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut
C. Indikasi
1. Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan
2. Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung
D. Alat dan Bahan
1. tempat tidur
2. bantal
(sumber:https://www.trendilmu.com/2015/04/macam-macam-posisi-pasien.html#)
Imobilitas Fisik,merupakan pembatasan pergerakan secara fisik dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan,contohnya pada pasien hemiplegi,dan fraktur.
2. Imobilitas Intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit.
3. Imobilitas Emosional, merupakan keadaan ketika seseorang mengalamim pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri,sebagai contoh keadaan stres berat dapat disebabkan karena adanya bedah amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang dicintai.
4. Imobilitas Sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam berinteraksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.
Kelainan Postur tubuh
Atau bisa juga disebut kelainan bentuk tubuh
Kerusakan Sistem Syaraf Pusat
Jalur motorik pada serebrum dapat dirusak oleh trauma karena cedera kepala iskemia karena cedera serebrovaskuler gangguan motorik langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan pada jalur motorik.
Perubahan Metabolik
Sistem Endokrin merupakan produksi hormon-hormon sekresi kelenjar, membantu mempertahankan dan mengatur fungsi vital.
Seperti : Respon terhadasp stress dan cedera, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi dan homeostasis, metabolisme energi.
d. Perubahan Sistem Respiratori
Klien dengan pasca operasi dapat beresiko tinggi mengalami kopmplikasi-komplikasi paru. Yang paling umum adalah atelektasis.
e. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
System ini dipengaruhi oleh imobilisasi. Ada 3 perubahan utama : hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung dan pembentukan thrombus.
f. Perubahan System Integument
Dekubitus terjadi akibat iskemia dan anoksia jaringan. Jaringan yang tertelan, darah membelok dan konstriksi kuat pada pembuluh darah akibat porsisten pada kulit dan struktur dibawah kulit, sehingga system respirasi seluler terganggu dan sel menjadi mati.
(Potter, Perry : 1997 )