SlideShare a Scribd company logo
1 of 43
CURRICULUM
VITAE
PENDIDIKAN: SPK, D3, S1/NERS,
S2 KMB
P E K E R J A A N : M E D I K D I P T . S K J , P T . A P E X I N D O ,
R S U D A W S . P R A K T I K M A N D I R I D A N H O M E
C A R E “ G R I Y A S E H A T P E L I T A C A R E
S A M A R I N D A ” , N U R S E P R E N E U R , D O S E N
T E T A P D I I T K E S W H S S A M A R I N D A
n s . a w a l
Awal Darmawan
N s . A w a l
A w a l
D a r m a w a n
Mobilisasi dan Imobilisasi
Ns. Awal Darmawan,S.Kep.,M.Kep
Pengertian Mobilisasi dan
Imobilisasi
MOBILISASI
 Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat
melakukan keegiatan dengan bebas (Kosier, 2010)
 Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak
secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan
untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses
penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk
aktualisasi. Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi,
membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi
gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki
dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam
waktu 12 jam (Asmadi, 2008)
 Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk
bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan
memenuhi kebutuhan hidup aktivitasnya guna
mempertahankan kesehatannya (A. Aziz, 2006)
…….Mobilisasi
 Mobilitas atau mobilisasi merupakan
kemampuan individu untuk bergerak
secara mudah, bebas dan teratur untuk
mencapai suatu tujuan, yaitu untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya baik
secara mandiri maupun dengan bantuan
orang lain dan hanya dengan bantuan
alat (Widuri, 2010).
 Mobilitas adalah proses yang kompleks
yang membutuhkan adanya koordinasi
antara sistem muskuloskeletal dan
Jenis Mobilisasi
 Mobilisasi Penuh
Bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan
interaksi soal dan menjalankan peran sehari-hari.
 Mobilisasi Sebagian
Bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak dengan
bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan
sensorik pada area tubuhnyaHal ini dapat dijumpai pada kasus
cedera atau patah tulang.Mobilisasi sebagian ini dibagi menjadi
dua jenis yaitu
a. Mobilitas Sebagian Temporer yaitu merupakan kemampuan
individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya
sementara.Hal itu dapat disebabkan oleh trauma pada
muskuloskeletal,contohnya adanya dislokasi sendi dan tulang.
b. Mobilitas Sebagian Permanen yaitu merupakan kemampuan
individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap.
Hal tersebut disebabkan rusaknya sistem syaraf yang
reversibel, contoh: hemiplegia akibat stroke, paraplegi karena
Imobilisasi
 Keadaan dimana individu tidak dapat
bergerak dengan bebas karena kondisi yang
mengganggu pergerakan (aktivitas). misalnya
trauma tulang belakang, cedera otak berat
disertai fraktur pada ekstremitas dan
sebagainya. Imobilisasi merupakan
pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari
anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam
berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah
satunya disebabkan oleh berada pada posisi
tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat
duduk atau berbaring (Susan J. Garrison,
2004).
Jenis Imobilitas
1. Imobilitas fisik, merupakan pembatasan
untuk bergerak secara fisik dengan tujuan
mencegah terjadinya gangguan
komplikasi pergerakan, seperti pada
pasien dengan hemiplegia yang tidak
mampu mempertahankan tekanan di
daerah paralisis sehingga tidak dapat
mengubah posisi tubuhnya untuk
mengurangi tekanan.
2. Imobilitas intelektual, merupakan keadaan
ketika seseorang mengalami keterbatasan
……….Jenis immobilitas
3. Imobilitas emosional, keadan ketika
seseorang mengalami pembatasan
secara emosional karena adanya
perubahan secara tiba-tiba dalam
menyesuaikan diri. Sebagai contoh,
keadaan stres berat dapat disebabkan
karena bedah amputasi ketika
seseorang mengalami kehilangan
bagian anggota tubuh atau kehilangan
sesuatu yang paling dicintai.
……….Jenis immobilitas
4. Imobilitas sosial, keadaan individu
yang mengalami hambatan dalam
melakukan interaksi sosial karena
keadaan penyakit sehingga dapat
memengaruhi perannya dalam
kehidupan sosial (Widuri, 2010).
Etiologi
 Penurunan kendali otot
 Penurunan kekuatan otot
 Kekakuan sendi
 Kontraktur
 Gangguan muskuloskletal
 Gangguan neuromuskular
 Keengganan melakukan pergerakan
(Tim Pokja DPP PPNI, 2017)
Tanda dan Gejala
Gejala dan Tanda Mayor:
 Subjektif:
Mengeluh sulit menggerakkan
ektremitas
 Objektif
1) Kekuatan otot menurun
2) Rentang gerak (ROM) menurun
Gejala dan Tanda Minor
a. Subjektif
 Nyeri saat bergerak
 Enggan melakukan pergerakan
 Merasa cemas saat bergerak
b. Objektif
 Sendi kaku
 Gerakan tidak terkoordinasi
 Gerak terbatas
 Fisik lemah (Tim Pokja DPP PPNI,
2017).
Dampak Gangguan Mobilitas Fisik
Imobilitas dalam tubuh dapat memengaruhi sistem
tubuh, seperti:
a. Perubahan pada metabolisme tubuh
b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
c. Gangguan dalam kebutuhan nutrisi
d. Gangguan fungsi gastrointestinal
e. Perubahan system pernafasan
f. Perubahan kardiovaskular
g. Perubahan sistem musculoskeletal
h. Perubahan kulit
i. Perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil)
j. Perubahan perilaku (Widuri, 2010).
Manifestasi Klinis
Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi,
adalah perubahan pada:
 Muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan,
penurunan massa otot, atropi dan abnormalnya
sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme
kalsium.
 Kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik,
peningkatan beban kerja jantung, dan
pembentukan thrombus.
 Pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia
hipostatik, dyspnea setelah beraktifitas.
……Manifestasi klinis
 Nutrisi antara lain laju metabolic;
metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein; ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit; ketidakseimbangan Metabolisme
dan kalsium; dan gangguan pencernaan
(seperti konstipasi).
 Eliminasi urin seperti stasis urin
meningkatkan risiko infeksi saluran
perkemihan dan batu ginjal.
 Integument seperti ulkus dekubitus adalah
akibat iskhemia dan anoksia jaringan.
Komplikasi
 Pembekuan darah
 Dekubitus
 Pneumonia
 Atrofi dan kekakuan sendi
 Disritmia
 Peningkatan tekanan intra cranial
 Kontraktur
 Gagal nafas
 Kematian (saferi wijaya, 2013).
Gangguan Pemenuhan Mobilitas Fisik
Patofisiologi Menurut Sari dan Retno (2014),
yaitu:
Otak kita sangat sensitif terhadap kondisi
penurunan atau hilangnya suplai darah.
Hipoksia dapat menyebabkan iskemik
serebral karena tidak seperti jaringan pada
bagian tubuh lain, misalnya otot, otak tidak
bisa menggunakan metabolism anaerobik
jika terjadi kekurangan oksigen dan glukosa.
Jika aliran darah tidak diperbaiki, terjadi
kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada
jaringan otak atau infark dalam hitungan
Iskemik dengan cepat bisa menganggu
metabolisme. Kematian sel dan
perubahan yang permanen dapat terjadi
dalam waktu 3-10 menit. Aliran darah
dapat terganggu oleh masalah perfusi
lokal, seperti pada stroke atau gangguan
perfusi secara umum, misalnya pada
hipotensi atau henti jantung. Dalam waktu
yang singkat, klien yang sudah
kehilangan kompensasi autoregulasi akan
mengalami manifestasi dari gangguan
Pathway Hambatan Mobilitas fisik
Pemeriksaan Penunjang
 Angiografi serebral
 Lumbal fungsi
 CT scan
 MRI (Magnetic Imaging
Resonance)
 USG Doppler
 EEG
 Pemeriksaan DL, KDL, Darah rutin
Mengkaji Fungsional Klien
(Kozier, 2010)
Kategori tingkat kemampuan aktivitas
TINGKAT
AKTIVITAS/
MOBILITAS
KATEGORI
0 Mampu merawat sendiri secara penuh
1 Memerlukan penggunaan alat
2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan
peralatan
4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan
PEMERIKSAAN KEKUATAN OTOT
Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan
pengujian otot secara manual ( manual muscle testing, MMT ). Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui kemampuan mengontraksikan kelompok otot secara
volunteer. Lansia yang tidak mampu mengontraksiakan ototnya secara aktif dan
volunteer, tidak tepat apabila diberikan MMT standar.
Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan MMT akan membantu penegakan
diagnosis klinis, penentuan jenis terapi, jenis alat bantu yang diperlukan, dan
prognosis. Penegakan diagnosis dimungkinkan oleh beberapa penyakit tertentu yang
hanya menyerang otot tertentu pula. Jenis terapi dan alat bantu yang diperlukan oleh
lansia juga harus mempertimbangkan kekuatan otot. Diharapkan program terapi dan
alat bantu yang dipilih tidak menyebabkan penurunan kekuatan otot atau menambah
beratnya penyakit lansia.
PROSEDUR MMT :
1. Lansia diposisikan sedemikian rupa sehingga otot mudah berkontraksi
sesuai dengan kekuatannya. Posisi yang dipilih harus memungkinkan
kontraksi otot dan gerakan mudah diobservasi.
2. Bagian tubuh yang dites harus terbebas dari pakaian yang menghambat.
3. Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus dilakukan.
4. Lansia mengontraksikan ototnya dan stabilisasi diberikan pada segmen
proksimal.
5. Selama terjadi kontraksi, gerakan yang terjadi diobservasi, baik palpasi
pada tendon atau perut otot.
6. Memberikan tahanan pada otot yang dapat bergerak dengan luas,
gerakan sendi penuh dan dengan melawan gravitasi.
7. Melakuakan pencatatan hasil MMT
KRITERIA HASIL PEMERIKSAAN MMT
1. Normal 5 mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh,
melawan gravitasi, dan melawan tahanan maksimal
2. Good 4 mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan
gravitasi, dan melawan tahanan sedang (moderat).
3 Fair 3 mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh dan
melawan gravitasi tanpa tahanan.
4 Poor 2 mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh tanpa
melawan gravitasi.
5 Trace 1 tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat
dipalpasi
6 Zero 0 kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi
Derajat kekuatan otot
SKALA PERSENTASE
KEKUATAN
NORMAL (%)
KARAKTERISTIK
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat
di palpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi
dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang
normal melawan gravitasi dan tahanan
penuh
AKTIVITAS KEMANDIRIAN
(1 poin)
TIDAK ADA pemantauan,
perintah ataupun didampingi
KETERGANTUNGAN
(0 poin)
Dengan pemantauan, perintah,
pendampingan personal atau
perawatan total
MANDI (1 poin)
Sanggup mandi sendiri tanpa
bantuan, atau hanya memerlukan
bantuan pada bagian tubuh tertentu
(punggung, genital, atau
ekstermitas lumpuh)
(0 poin)
Mandi dengan bantuan lebih dari satu
bagian tuguh, masuk dan keluar kamar
mandi. Dimandikan dengan bantuan
total
BERPAKAIAN (1 poin)
Berpakaian lengkap mandiri. Bisa
jadi membutuhkan bantuan unutk
memakai sepatu
(0 poin)
Membutuhkan bantuan dalam
berpakaian, atau dipakaikan baju
secara keseluruhan
TOILETING (1 poin)
Mampu ke kamar kecil (toilet),
mengganti pakaian, membersihkan
genital tanpa bantuan
(0 poin)
Butuh bantuan menuju dan keluar
toilet, membersihkan sendiri atau
menggunakan telepon
KATZ INDEX
…. KATZ INDEX
PINDAH POSISI (1 poin)
Masuk dan bangun dari tempat
tidur / kursi tanpa bantuan. Alat
bantu berpindah posisi bisa
diterima
(0 poin)
Butuh bantuan dalam
berpindah dari tempat
tidur ke kursi, atau dibantu
total
KONTINENSIA (1 poin)
Mampu mengontrol secara baik
perkemihan dan buang air besar
(0 poin)
Sebagian atau total
inkontinensia bowel dan
bladder
MAKAN (1 poin)
Mampu memasukkan makanan
ke mulut tanpa bantuan.
Persiapan makan bisa jadi
dilakukan oleh orang lain.
(0 poin)
Membutuhkan bantuan
sebagian atau total dalam
makan, atau memerlukan
makanan parenteral
Total Poin :
6 = Tinggi (Mandiri);
4 = Sedang;
<2 = Ganggaun fungsi berat;
0 = Rendah (Sangat tergantung)
Indeks ADL BARTHEL (BAI)
NO FUNGSI SKOR KETERANGAN
1 Mengendalikan
rangsang pembuangan
tinja
0
1
2
Tak terkendali/ tak teratur (perlu
pencahar).
Kadang-kadang tak terkendali (1x
seminggu).
Terkendali teratur.
2 Mengendalikan
rangsang berkemih
0
1
2
Tak terkendali atau pakai kateter
Kadang-kadang tak terkendali
(hanya 1x/24 jam)
Mandiri
3 Membersihkan diri
(seka muka, sisir
rambut, sikat gigi)
0
1
Butuh pertolongan orang lain
Mandiri
4 Penggunaan jamban,
masuk dan keluar
(melepaskan, memakai
celana, membersihkan,
menyiram)
0
1
2
Tergantung pertolongan orang lain
Perlu pertolongan pada beberapa
kegiatan tetapi dapat mengerjakan
sendiri beberapa kegiatan yang lain.
Mandiri
5 Makan 0
1
2
Tidak mampu
Perlu ditolong memotong makanan
Mandiri
……. Indeks ADL BARTHEL (BAI)
6 Berubah sikap
dari berbaring ke
duduk
0
1
2
3
Tidak mampu
Perlu banyak bantuan untuk bias
duduk
Bantuan minimal 1 orang.
Mandiri
7 Berpindah/
berjalan
0
1
2
3
Tidak mampu
Bisa (pindah) dengan kursi roda.
Berjalan dengan bantuan 1 orang.
Mandiri
8 Memakai baju 0
1
2
Tergantung orang lain
Sebagian dibantu (mis: memakai
baju)
Mandiri.
9 Naik turun
tangga
0
1
2
Tidak mampu
Butuh pertolongan
Mandiri
10 Mandi 0
1
Tergantung orang lain
Mandiri
Skor BAI :
20 : Mandiri
12 - 19 : Ketergantungan
ringan
9 - 11 : Ketergantungan
5 - 8 : Ketergantungan
berat
0 - 4 : Ketergantungan
GANGGUAN MOBILISASI
a. Kelainan Postur Tubuh
b. Kerusakan Sistem Syaraf
Pusat.
c. Perubahan Metabolik
d. Perubahan Sistem Respiratori
e. Perubahan Sistem
Kardiovaskuler
f. Perubahan System
a. Kelainan Postur
Tubuh
Ketidak
normalan
Deskripsi Penyebab Penatalaksanaan
Tortikolis Mencondongkan kepala
kesisi yang sakit, dimana
otot sterno
kleidomastoideus
berkontraksi
Kondisi kongenital
atau didapat
Operasi, pemanasan, topangan
atau imobilisasi, berdasarkan
penyebab dan tingkat keparahan
Lordosis Kurva anterior pada
spinalis lumbal yang
melengkung berlebihan
Kondisi kongenital.
Kondisi temporer
(mis. Kehamilan)
Latihan peregangan spinal
(berdasarkan penyebab)
…… kelainan postur tubuh
Kifolordosis Kombinasi dari dan
lordosis
Kondisi kongenital Sama dengan metode yang
disunakan untuk kifosis dan lordosis
(berdasarkan penyebab)
Skoliosis Karvatura spinal lateral,
tinggi pinggul dan bahu
tidak sama
Kondisi kongenital
Poliomielitis
Paralisis spatik
Panjang kaki tidak
sama
Immobilisasi dan operasi
(berdasarkan penyebab dan tingkat
keparahan)
Kifoskoliosis Tidak normalnya kurva
spinal anteroposterior
dan lateral
Kondisi kongenital
Poliomielitis
Kor Pulmonal
Immobilisasi dan operasi
(berdasarkan penyebab dan tingkat
keparahan)
Kifosis Peningkatan
kelengkungan pada
kurva spinal torakal
Kondisi kongenital.
Penyakit tulang/
Ricket Tuberkulosis
spinal
Latihan peregangan spinal, tidur
tanpa bantal, menggunakan papan
tempat tidur, memakai brace/jacket,
penggabungan spinal (berdasarkan
penyebab dan tingkat keparahan)
…… kelainan postur tubuh
Knock-knee
(genu-
valgum)
Kurva kaki yang masuk ke dalam
sehingga lutut rapat jika seseorang
berjalan
Kondisi
kongenital
Penyakit tulang/
Ricket
Knee brances, operasi jika
tidak dapat diperbaiki oleh
pertumbuhan
Bowlegs
(Genu
varum)
Satu atau dua kaki bengkok keluar
pada lutut, kondisi ini normal
sampai usia 2-3 tahun
Kondisi
kongenital
Penyakit tulang/
Ricket
Memperlambat kurva jika tidak
dapat diperbaiki oleh
pertumbuhan
Dengan penyakit tulang
meningkatkan vitamin D,
kalsium, dan fosfor
Displasia
pinggul
kongenital
Ketidakstabilan pinggul dengan
keterbatasan abduksi pinggul, dan
kadang-kadang kontraktur adduksi
(kaput femur tidak tersambung
dengan assebulum karena abnormal
kedangkalan asetabulum)
Kondisi
kongenital
(biasanya dengan
kelahiran
sungsang)
Mempertahankan abduksi paha
yang terus menerus sehingga
kaput femur menekan ke
bagian tengah asetabulum
Bebat abduksi, gips,
pembedahan
…… kelainan postur tubuh
Clubfoot 95%: deviasi medial dan
plantar-fleksi kaki
(equinovarus)
5%: deviasi lateral dan
dorsifleksi (calcaneovalgus)
Kondisi kongenital Gips, pembidaian seperti
Denis-Browne splint, dan
operasi (tergantrung
tingkat deformitas)
Footdrop Plantarfleksi,
ketidakmampuan menekuk
kaki karena kerusakan saraf
patoreal
Kondisi kongenital
Trauma
Posisi Immobilisasi
Tidak ada (tidak dapat
dikoreksi)
Dicegah melalui terapi
fisik
Pigeon-toes Rotasi dalam kaki depan,
biasa pada bayi
Kondisi kongenital
Kebiasaan
Pertumbuhan,
menggunakan sepatu
terbalik
SOP POSISI PASIEN
1. POSISI FOWLER
Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih
tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi
fungsi pernafasan pasien.
B. Tujuan
1. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
2. Meningkatkan rasa nyaman
3.Meningkatkan dorongan pada diafraghma sehingga meningkatnya ekspansi paru.
4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap.
C. Indikasi
1. Pada pasien dengan gangguan pernafasan
2. Pada pasien immobilisasi
D. Alat dan Bahan
1. Tempat tidur
2. Bantal kecil
3. Gulungan handuk
4. Bantalan kaki
5. Sarung tangan (bila diperlukan)
Sumber: https://www.trendilmu.com/2015/04/macam-macam-posisi-pasien.html)
2. POSISI SEMI FOWLER
A. Pengertian
Posisi semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk (15-45°)
B. Tujuan
1. Mobilisasi
2. Memberikan perasaan lega pada pasien sesak nafa
3. Memudahkan perawatan, misalnya pemberian makan
C. Indikasi
Pada pasien yang mengalami sesak nafas.
D. Alat dan bahan
• Bantal
• Sandaran
• Tempat tidur
3. POSISI SIM
A. Pengertian
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri, posisi
ini dilakukan untuk member kenyamanan dan pemberian
obat melalui anus (supositoria)
B. Tujuan
o 1. Mengurangi penekanan pada tulang sacrum dan
trochanter mayor otot pinggang.
o 2. Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan
mencegah aspirasi (Sumber: https://www.trendilmu.com/2015/04/macam-macam-posisi-pasien.html)
C. Indikasi
1. Untuk pasien yang akan dihuknah
2. untuk pemberian obat supositoria
D. Alat dan Bahan
1. Tempat tidur
2. Bantal
3. Selimut
4. POSISI TRENDELENBURG
A. Pengertian
Posisi trendelenberg adalah memberikan posisi kepala lebih rendah
dari pada posisi kaki.
B. Tujuan
Melancarkan peredaran darah ke otak, terutama pada pasien yang
mengalami syok
C. Indikasi
1. Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
2. Pasien shock
3. Pasien hipotensi
D. Alat dan Bahan
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut (Sumber:https://www.trendilmu.com/2015/04/macam-macam-posisi-pasien.html)
5. POSISI DORSAL RECUMBENT
A. Pengertian
Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi(direnggangkan) di atas
tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genitalia serta pada proses
persalinan
B. Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung belakang.
C. Indikasi
1. Pasien Yang Akan Melakukan Pemeriksaan Genitalia
2. Untuk persalinan
D. Alat dan bahan
1. Tempat tidur
2. Selimut
3. Bantal
A. Pengertian
Posisi litotomi adalah posisi berbaring telentang dengan mangangkat kedua kaki
dan menariknya ke atas bagian perut.
B. Tujuan
1. Pemeriksaan alat genitalia
2. Proses persalinan
3. Pemasangan alat kontrasepsi
6. POSISI LITOTOMI
(Sumber:https://www.trendilmu.com/2015/04/macam-macam-posisi-pasien.html)
C. Indikasi
1. Untuk ibu hamil
2. Untuk persalinan
3. Untuk wanita yg akan memasang alat
kontrasepsi
D. Alat dan bahan
tempat tidur khusus dan selimut
7. POSISI GENU PECTORAL
A. Pengertian
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada
bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rectum dan
sigmoid
B. Tujuan
Memudahkan memeriksa daerah rectum, sigmoid, dan vagina
C. Indikasi
1. Pasien hemoroid
2. Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum.sigmoid, dan vagina
(sumber:https://www.trendilmu.com/2015/04/macam-macam-posisi-pasien.html#)
8. POSISI SUPINASI
A. Pengertian
posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggung nya agar dasar tubuh sama
dengan kesejajaran berdiri yang baik.
B. Tujuan
1. meningkatkan kenyamanan pasien
2. Memfasilitasi penyembuhan terutama pada pasien pembedahan atau dalam proses
anestesi tertentu.
C. Indikasi
1. pasien dengan tindakan post operasi anestesi atau pembedahan tertentu
2. Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma
D. Alat dan Bahan
1. Tempat tidur
2. Selimut dan bantal
(sumber:https://www.trendilmu.com/2015/04/macam-macam-posisi-pasien.html#)
9. POSISI
PRONASI
A. Pengertian
Pasien tidur dalam posisi telungkup, berbaring dengan wajah menghadap ke
bantal
B. Tujuan
1. Memberikan ekstensi maksimal pada sendi, lutut dan pinggang
2. Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut
C. Indikasi
1. Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan
2. Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung
D. Alat dan Bahan
1. tempat tidur
2. bantal
(sumber:https://www.trendilmu.com/2015/04/macam-macam-posisi-pasien.html#)
SEKIAN
TERIMAKASIH

More Related Content

Similar to KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN IMMOBILISASI.pptx

Td20103 tugasan 1 jenry saiparudin
Td20103 tugasan 1 jenry saiparudinTd20103 tugasan 1 jenry saiparudin
Td20103 tugasan 1 jenry saiparudin
Jenry Saiparudin
 

Similar to KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN IMMOBILISASI.pptx (20)

SGD 1 Kelompok A1.pptx
SGD 1 Kelompok A1.pptxSGD 1 Kelompok A1.pptx
SGD 1 Kelompok A1.pptx
 
Uhkiu
UhkiuUhkiu
Uhkiu
 
Pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien
Pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasienPemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien
Pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien
 
Kebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitasKebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitas
 
kebutuhan aktivi tas
kebutuhan aktivi taskebutuhan aktivi tas
kebutuhan aktivi tas
 
Kebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitasKebutuhan aktivitas
Kebutuhan aktivitas
 
Sistem-Gerak-Manusia.pptx
Sistem-Gerak-Manusia.pptxSistem-Gerak-Manusia.pptx
Sistem-Gerak-Manusia.pptx
 
Konsep dasar mobilisasi
Konsep dasar mobilisasiKonsep dasar mobilisasi
Konsep dasar mobilisasi
 
Td20103 tugasan 1 jenry saiparudin
Td20103 tugasan 1 jenry saiparudinTd20103 tugasan 1 jenry saiparudin
Td20103 tugasan 1 jenry saiparudin
 
Organ gerak pada_manusia
Organ gerak pada_manusiaOrgan gerak pada_manusia
Organ gerak pada_manusia
 
Biologi 2
Biologi 2Biologi 2
Biologi 2
 
Power point anatomi
Power point anatomiPower point anatomi
Power point anatomi
 
Sistem gerak aktif
Sistem gerak aktif Sistem gerak aktif
Sistem gerak aktif
 
PPT-ALAT GERAK MANUSIA.pptx
PPT-ALAT GERAK MANUSIA.pptxPPT-ALAT GERAK MANUSIA.pptx
PPT-ALAT GERAK MANUSIA.pptx
 
PPT TRAUMA MUSKULOSKELTAL...........pptx
PPT TRAUMA MUSKULOSKELTAL...........pptxPPT TRAUMA MUSKULOSKELTAL...........pptx
PPT TRAUMA MUSKULOSKELTAL...........pptx
 
Fix otot
Fix ototFix otot
Fix otot
 
Presentasi ipa (otot) kelompok 6 rev
Presentasi ipa (otot) kelompok 6  revPresentasi ipa (otot) kelompok 6  rev
Presentasi ipa (otot) kelompok 6 rev
 
Anatomi Dan Fisiologi Tubuh Manusia Sistem Otot Dan Rangka
Anatomi Dan Fisiologi Tubuh Manusia Sistem Otot Dan RangkaAnatomi Dan Fisiologi Tubuh Manusia Sistem Otot Dan Rangka
Anatomi Dan Fisiologi Tubuh Manusia Sistem Otot Dan Rangka
 
Makalah tentang anatomi muskuloskeletal
Makalah tentang anatomi muskuloskeletalMakalah tentang anatomi muskuloskeletal
Makalah tentang anatomi muskuloskeletal
 
PPT 3.1 Sistem Gerak Manusia 1 aaaaaaaaaaaa
PPT 3.1 Sistem Gerak Manusia 1 aaaaaaaaaaaaPPT 3.1 Sistem Gerak Manusia 1 aaaaaaaaaaaa
PPT 3.1 Sistem Gerak Manusia 1 aaaaaaaaaaaa
 

More from awaldarmawan3 (8)

ELEMEN KOLABORASI DALAM HOME CARE NURSING.pptx
ELEMEN KOLABORASI DALAM HOME CARE NURSING.pptxELEMEN KOLABORASI DALAM HOME CARE NURSING.pptx
ELEMEN KOLABORASI DALAM HOME CARE NURSING.pptx
 
NURSING MANAGEMENT BRAIN INJURY FOR PATIEN.ppt
NURSING MANAGEMENT BRAIN INJURY FOR PATIEN.pptNURSING MANAGEMENT BRAIN INJURY FOR PATIEN.ppt
NURSING MANAGEMENT BRAIN INJURY FOR PATIEN.ppt
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
ASUHAN PRE DAN PASCA BEDAH KEBIDANAN.pptx
ASUHAN PRE DAN PASCA BEDAH KEBIDANAN.pptxASUHAN PRE DAN PASCA BEDAH KEBIDANAN.pptx
ASUHAN PRE DAN PASCA BEDAH KEBIDANAN.pptx
 
PEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptx
PEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptxPEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptx
PEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptx
 
THERAPY OKSIGENASI PADA PASIEN SESAK.ppt
THERAPY OKSIGENASI PADA PASIEN SESAK.pptTHERAPY OKSIGENASI PADA PASIEN SESAK.ppt
THERAPY OKSIGENASI PADA PASIEN SESAK.ppt
 
KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN.pptx
KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN.pptxKONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN.pptx
KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT PADA PASIEN.pptx
 
MAKP Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahranie Samarindax
MAKP Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahranie SamarindaxMAKP Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahranie Samarindax
MAKP Rumah Sakit Umum Daerah Abdoel Wahab Sjahranie Samarindax
 

Recently uploaded

443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
ErikaPutriJayantini
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
EirinELS
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
cupulin
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Jajang Sulaeman
 

Recently uploaded (20)

SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
 
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SDMateri Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdfUAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
UAS Matematika kelas IX 2024 HK_2024.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
 
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
 
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi PerapotekanPembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
Pembahasan Soal Ujian Komprehensif Farmasi Perapotekan
 

KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISASI DAN IMMOBILISASI.pptx

  • 1. CURRICULUM VITAE PENDIDIKAN: SPK, D3, S1/NERS, S2 KMB P E K E R J A A N : M E D I K D I P T . S K J , P T . A P E X I N D O , R S U D A W S . P R A K T I K M A N D I R I D A N H O M E C A R E “ G R I Y A S E H A T P E L I T A C A R E S A M A R I N D A ” , N U R S E P R E N E U R , D O S E N T E T A P D I I T K E S W H S S A M A R I N D A n s . a w a l Awal Darmawan N s . A w a l A w a l D a r m a w a n
  • 2. Mobilisasi dan Imobilisasi Ns. Awal Darmawan,S.Kep.,M.Kep
  • 3. Pengertian Mobilisasi dan Imobilisasi MOBILISASI  Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan dengan bebas (Kosier, 2010)  Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi. Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam (Asmadi, 2008)  Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup aktivitasnya guna mempertahankan kesehatannya (A. Aziz, 2006)
  • 4. …….Mobilisasi  Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara mudah, bebas dan teratur untuk mencapai suatu tujuan, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara mandiri maupun dengan bantuan orang lain dan hanya dengan bantuan alat (Widuri, 2010).  Mobilitas adalah proses yang kompleks yang membutuhkan adanya koordinasi antara sistem muskuloskeletal dan
  • 5. Jenis Mobilisasi  Mobilisasi Penuh Bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi soal dan menjalankan peran sehari-hari.  Mobilisasi Sebagian Bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak dengan bebas karena dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnyaHal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang.Mobilisasi sebagian ini dibagi menjadi dua jenis yaitu a. Mobilitas Sebagian Temporer yaitu merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara.Hal itu dapat disebabkan oleh trauma pada muskuloskeletal,contohnya adanya dislokasi sendi dan tulang. b. Mobilitas Sebagian Permanen yaitu merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan rusaknya sistem syaraf yang reversibel, contoh: hemiplegia akibat stroke, paraplegi karena
  • 6. Imobilisasi  Keadaan dimana individu tidak dapat bergerak dengan bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas). misalnya trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas dan sebagainya. Imobilisasi merupakan pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring (Susan J. Garrison, 2004).
  • 7. Jenis Imobilitas 1. Imobilitas fisik, merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada pasien dengan hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan di daerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi tekanan. 2. Imobilitas intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan
  • 8. ……….Jenis immobilitas 3. Imobilitas emosional, keadan ketika seseorang mengalami pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Sebagai contoh, keadaan stres berat dapat disebabkan karena bedah amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling dicintai.
  • 9. ……….Jenis immobilitas 4. Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakit sehingga dapat memengaruhi perannya dalam kehidupan sosial (Widuri, 2010).
  • 10. Etiologi  Penurunan kendali otot  Penurunan kekuatan otot  Kekakuan sendi  Kontraktur  Gangguan muskuloskletal  Gangguan neuromuskular  Keengganan melakukan pergerakan (Tim Pokja DPP PPNI, 2017)
  • 11. Tanda dan Gejala Gejala dan Tanda Mayor:  Subjektif: Mengeluh sulit menggerakkan ektremitas  Objektif 1) Kekuatan otot menurun 2) Rentang gerak (ROM) menurun
  • 12. Gejala dan Tanda Minor a. Subjektif  Nyeri saat bergerak  Enggan melakukan pergerakan  Merasa cemas saat bergerak b. Objektif  Sendi kaku  Gerakan tidak terkoordinasi  Gerak terbatas  Fisik lemah (Tim Pokja DPP PPNI, 2017).
  • 13. Dampak Gangguan Mobilitas Fisik Imobilitas dalam tubuh dapat memengaruhi sistem tubuh, seperti: a. Perubahan pada metabolisme tubuh b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit c. Gangguan dalam kebutuhan nutrisi d. Gangguan fungsi gastrointestinal e. Perubahan system pernafasan f. Perubahan kardiovaskular g. Perubahan sistem musculoskeletal h. Perubahan kulit i. Perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil) j. Perubahan perilaku (Widuri, 2010).
  • 14. Manifestasi Klinis Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:  Muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atropi dan abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium.  Kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung, dan pembentukan thrombus.  Pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dyspnea setelah beraktifitas.
  • 15. ……Manifestasi klinis  Nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme karbohidrat, lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan Metabolisme dan kalsium; dan gangguan pencernaan (seperti konstipasi).  Eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan dan batu ginjal.  Integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia jaringan.
  • 16. Komplikasi  Pembekuan darah  Dekubitus  Pneumonia  Atrofi dan kekakuan sendi  Disritmia  Peningkatan tekanan intra cranial  Kontraktur  Gagal nafas  Kematian (saferi wijaya, 2013).
  • 17. Gangguan Pemenuhan Mobilitas Fisik Patofisiologi Menurut Sari dan Retno (2014), yaitu: Otak kita sangat sensitif terhadap kondisi penurunan atau hilangnya suplai darah. Hipoksia dapat menyebabkan iskemik serebral karena tidak seperti jaringan pada bagian tubuh lain, misalnya otot, otak tidak bisa menggunakan metabolism anaerobik jika terjadi kekurangan oksigen dan glukosa. Jika aliran darah tidak diperbaiki, terjadi kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada jaringan otak atau infark dalam hitungan
  • 18. Iskemik dengan cepat bisa menganggu metabolisme. Kematian sel dan perubahan yang permanen dapat terjadi dalam waktu 3-10 menit. Aliran darah dapat terganggu oleh masalah perfusi lokal, seperti pada stroke atau gangguan perfusi secara umum, misalnya pada hipotensi atau henti jantung. Dalam waktu yang singkat, klien yang sudah kehilangan kompensasi autoregulasi akan mengalami manifestasi dari gangguan
  • 20. Pemeriksaan Penunjang  Angiografi serebral  Lumbal fungsi  CT scan  MRI (Magnetic Imaging Resonance)  USG Doppler  EEG  Pemeriksaan DL, KDL, Darah rutin
  • 21. Mengkaji Fungsional Klien (Kozier, 2010) Kategori tingkat kemampuan aktivitas TINGKAT AKTIVITAS/ MOBILITAS KATEGORI 0 Mampu merawat sendiri secara penuh 1 Memerlukan penggunaan alat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan peralatan 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan
  • 22. PEMERIKSAAN KEKUATAN OTOT Pemeriksaan kekuatan otot dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian otot secara manual ( manual muscle testing, MMT ). Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan mengontraksikan kelompok otot secara volunteer. Lansia yang tidak mampu mengontraksiakan ototnya secara aktif dan volunteer, tidak tepat apabila diberikan MMT standar. Pemeriksaan kekuatan otot menggunakan MMT akan membantu penegakan diagnosis klinis, penentuan jenis terapi, jenis alat bantu yang diperlukan, dan prognosis. Penegakan diagnosis dimungkinkan oleh beberapa penyakit tertentu yang hanya menyerang otot tertentu pula. Jenis terapi dan alat bantu yang diperlukan oleh lansia juga harus mempertimbangkan kekuatan otot. Diharapkan program terapi dan alat bantu yang dipilih tidak menyebabkan penurunan kekuatan otot atau menambah beratnya penyakit lansia.
  • 23. PROSEDUR MMT : 1. Lansia diposisikan sedemikian rupa sehingga otot mudah berkontraksi sesuai dengan kekuatannya. Posisi yang dipilih harus memungkinkan kontraksi otot dan gerakan mudah diobservasi. 2. Bagian tubuh yang dites harus terbebas dari pakaian yang menghambat. 3. Berikan penjelasan dan contoh gerakan yang harus dilakukan. 4. Lansia mengontraksikan ototnya dan stabilisasi diberikan pada segmen proksimal. 5. Selama terjadi kontraksi, gerakan yang terjadi diobservasi, baik palpasi pada tendon atau perut otot. 6. Memberikan tahanan pada otot yang dapat bergerak dengan luas, gerakan sendi penuh dan dengan melawan gravitasi. 7. Melakuakan pencatatan hasil MMT
  • 24. KRITERIA HASIL PEMERIKSAAN MMT 1. Normal 5 mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan gravitasi, dan melawan tahanan maksimal 2. Good 4 mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh, melawan gravitasi, dan melawan tahanan sedang (moderat). 3 Fair 3 mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh dan melawan gravitasi tanpa tahanan. 4 Poor 2 mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh tanpa melawan gravitasi. 5 Trace 1 tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat dipalpasi 6 Zero 0 kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi
  • 25. Derajat kekuatan otot SKALA PERSENTASE KEKUATAN NORMAL (%) KARAKTERISTIK 0 0 Paralisis sempurna 1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat 2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan 3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi 4 75 Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal 5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan tahanan penuh
  • 26. AKTIVITAS KEMANDIRIAN (1 poin) TIDAK ADA pemantauan, perintah ataupun didampingi KETERGANTUNGAN (0 poin) Dengan pemantauan, perintah, pendampingan personal atau perawatan total MANDI (1 poin) Sanggup mandi sendiri tanpa bantuan, atau hanya memerlukan bantuan pada bagian tubuh tertentu (punggung, genital, atau ekstermitas lumpuh) (0 poin) Mandi dengan bantuan lebih dari satu bagian tuguh, masuk dan keluar kamar mandi. Dimandikan dengan bantuan total BERPAKAIAN (1 poin) Berpakaian lengkap mandiri. Bisa jadi membutuhkan bantuan unutk memakai sepatu (0 poin) Membutuhkan bantuan dalam berpakaian, atau dipakaikan baju secara keseluruhan TOILETING (1 poin) Mampu ke kamar kecil (toilet), mengganti pakaian, membersihkan genital tanpa bantuan (0 poin) Butuh bantuan menuju dan keluar toilet, membersihkan sendiri atau menggunakan telepon KATZ INDEX
  • 27. …. KATZ INDEX PINDAH POSISI (1 poin) Masuk dan bangun dari tempat tidur / kursi tanpa bantuan. Alat bantu berpindah posisi bisa diterima (0 poin) Butuh bantuan dalam berpindah dari tempat tidur ke kursi, atau dibantu total KONTINENSIA (1 poin) Mampu mengontrol secara baik perkemihan dan buang air besar (0 poin) Sebagian atau total inkontinensia bowel dan bladder MAKAN (1 poin) Mampu memasukkan makanan ke mulut tanpa bantuan. Persiapan makan bisa jadi dilakukan oleh orang lain. (0 poin) Membutuhkan bantuan sebagian atau total dalam makan, atau memerlukan makanan parenteral Total Poin : 6 = Tinggi (Mandiri); 4 = Sedang; <2 = Ganggaun fungsi berat; 0 = Rendah (Sangat tergantung)
  • 28. Indeks ADL BARTHEL (BAI) NO FUNGSI SKOR KETERANGAN 1 Mengendalikan rangsang pembuangan tinja 0 1 2 Tak terkendali/ tak teratur (perlu pencahar). Kadang-kadang tak terkendali (1x seminggu). Terkendali teratur. 2 Mengendalikan rangsang berkemih 0 1 2 Tak terkendali atau pakai kateter Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1x/24 jam) Mandiri 3 Membersihkan diri (seka muka, sisir rambut, sikat gigi) 0 1 Butuh pertolongan orang lain Mandiri 4 Penggunaan jamban, masuk dan keluar (melepaskan, memakai celana, membersihkan, menyiram) 0 1 2 Tergantung pertolongan orang lain Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan tetapi dapat mengerjakan sendiri beberapa kegiatan yang lain. Mandiri 5 Makan 0 1 2 Tidak mampu Perlu ditolong memotong makanan Mandiri
  • 29. ……. Indeks ADL BARTHEL (BAI) 6 Berubah sikap dari berbaring ke duduk 0 1 2 3 Tidak mampu Perlu banyak bantuan untuk bias duduk Bantuan minimal 1 orang. Mandiri 7 Berpindah/ berjalan 0 1 2 3 Tidak mampu Bisa (pindah) dengan kursi roda. Berjalan dengan bantuan 1 orang. Mandiri 8 Memakai baju 0 1 2 Tergantung orang lain Sebagian dibantu (mis: memakai baju) Mandiri. 9 Naik turun tangga 0 1 2 Tidak mampu Butuh pertolongan Mandiri 10 Mandi 0 1 Tergantung orang lain Mandiri Skor BAI : 20 : Mandiri 12 - 19 : Ketergantungan ringan 9 - 11 : Ketergantungan 5 - 8 : Ketergantungan berat 0 - 4 : Ketergantungan
  • 30. GANGGUAN MOBILISASI a. Kelainan Postur Tubuh b. Kerusakan Sistem Syaraf Pusat. c. Perubahan Metabolik d. Perubahan Sistem Respiratori e. Perubahan Sistem Kardiovaskuler f. Perubahan System
  • 31. a. Kelainan Postur Tubuh Ketidak normalan Deskripsi Penyebab Penatalaksanaan Tortikolis Mencondongkan kepala kesisi yang sakit, dimana otot sterno kleidomastoideus berkontraksi Kondisi kongenital atau didapat Operasi, pemanasan, topangan atau imobilisasi, berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan Lordosis Kurva anterior pada spinalis lumbal yang melengkung berlebihan Kondisi kongenital. Kondisi temporer (mis. Kehamilan) Latihan peregangan spinal (berdasarkan penyebab)
  • 32. …… kelainan postur tubuh Kifolordosis Kombinasi dari dan lordosis Kondisi kongenital Sama dengan metode yang disunakan untuk kifosis dan lordosis (berdasarkan penyebab) Skoliosis Karvatura spinal lateral, tinggi pinggul dan bahu tidak sama Kondisi kongenital Poliomielitis Paralisis spatik Panjang kaki tidak sama Immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan) Kifoskoliosis Tidak normalnya kurva spinal anteroposterior dan lateral Kondisi kongenital Poliomielitis Kor Pulmonal Immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan) Kifosis Peningkatan kelengkungan pada kurva spinal torakal Kondisi kongenital. Penyakit tulang/ Ricket Tuberkulosis spinal Latihan peregangan spinal, tidur tanpa bantal, menggunakan papan tempat tidur, memakai brace/jacket, penggabungan spinal (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan)
  • 33. …… kelainan postur tubuh Knock-knee (genu- valgum) Kurva kaki yang masuk ke dalam sehingga lutut rapat jika seseorang berjalan Kondisi kongenital Penyakit tulang/ Ricket Knee brances, operasi jika tidak dapat diperbaiki oleh pertumbuhan Bowlegs (Genu varum) Satu atau dua kaki bengkok keluar pada lutut, kondisi ini normal sampai usia 2-3 tahun Kondisi kongenital Penyakit tulang/ Ricket Memperlambat kurva jika tidak dapat diperbaiki oleh pertumbuhan Dengan penyakit tulang meningkatkan vitamin D, kalsium, dan fosfor Displasia pinggul kongenital Ketidakstabilan pinggul dengan keterbatasan abduksi pinggul, dan kadang-kadang kontraktur adduksi (kaput femur tidak tersambung dengan assebulum karena abnormal kedangkalan asetabulum) Kondisi kongenital (biasanya dengan kelahiran sungsang) Mempertahankan abduksi paha yang terus menerus sehingga kaput femur menekan ke bagian tengah asetabulum Bebat abduksi, gips, pembedahan
  • 34. …… kelainan postur tubuh Clubfoot 95%: deviasi medial dan plantar-fleksi kaki (equinovarus) 5%: deviasi lateral dan dorsifleksi (calcaneovalgus) Kondisi kongenital Gips, pembidaian seperti Denis-Browne splint, dan operasi (tergantrung tingkat deformitas) Footdrop Plantarfleksi, ketidakmampuan menekuk kaki karena kerusakan saraf patoreal Kondisi kongenital Trauma Posisi Immobilisasi Tidak ada (tidak dapat dikoreksi) Dicegah melalui terapi fisik Pigeon-toes Rotasi dalam kaki depan, biasa pada bayi Kondisi kongenital Kebiasaan Pertumbuhan, menggunakan sepatu terbalik
  • 35. SOP POSISI PASIEN 1. POSISI FOWLER Pengertian Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernafasan pasien. B. Tujuan 1. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi 2. Meningkatkan rasa nyaman 3.Meningkatkan dorongan pada diafraghma sehingga meningkatnya ekspansi paru. 4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap. C. Indikasi 1. Pada pasien dengan gangguan pernafasan 2. Pada pasien immobilisasi D. Alat dan Bahan 1. Tempat tidur 2. Bantal kecil 3. Gulungan handuk 4. Bantalan kaki 5. Sarung tangan (bila diperlukan) Sumber: https://www.trendilmu.com/2015/04/macam-macam-posisi-pasien.html)
  • 36. 2. POSISI SEMI FOWLER A. Pengertian Posisi semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk (15-45°) B. Tujuan 1. Mobilisasi 2. Memberikan perasaan lega pada pasien sesak nafa 3. Memudahkan perawatan, misalnya pemberian makan C. Indikasi Pada pasien yang mengalami sesak nafas. D. Alat dan bahan • Bantal • Sandaran • Tempat tidur 3. POSISI SIM A. Pengertian Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri, posisi ini dilakukan untuk member kenyamanan dan pemberian obat melalui anus (supositoria) B. Tujuan o 1. Mengurangi penekanan pada tulang sacrum dan trochanter mayor otot pinggang. o 2. Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi (Sumber: https://www.trendilmu.com/2015/04/macam-macam-posisi-pasien.html)
  • 37. C. Indikasi 1. Untuk pasien yang akan dihuknah 2. untuk pemberian obat supositoria D. Alat dan Bahan 1. Tempat tidur 2. Bantal 3. Selimut 4. POSISI TRENDELENBURG A. Pengertian Posisi trendelenberg adalah memberikan posisi kepala lebih rendah dari pada posisi kaki. B. Tujuan Melancarkan peredaran darah ke otak, terutama pada pasien yang mengalami syok C. Indikasi 1. Pasien dengan pembedahan pada daerah perut 2. Pasien shock 3. Pasien hipotensi D. Alat dan Bahan 1. Tempat tidur khusus 2. Selimut (Sumber:https://www.trendilmu.com/2015/04/macam-macam-posisi-pasien.html)
  • 38. 5. POSISI DORSAL RECUMBENT A. Pengertian Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi(direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa genitalia serta pada proses persalinan B. Tujuan Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung belakang. C. Indikasi 1. Pasien Yang Akan Melakukan Pemeriksaan Genitalia 2. Untuk persalinan D. Alat dan bahan 1. Tempat tidur 2. Selimut 3. Bantal A. Pengertian Posisi litotomi adalah posisi berbaring telentang dengan mangangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian perut. B. Tujuan 1. Pemeriksaan alat genitalia 2. Proses persalinan 3. Pemasangan alat kontrasepsi 6. POSISI LITOTOMI (Sumber:https://www.trendilmu.com/2015/04/macam-macam-posisi-pasien.html)
  • 39. C. Indikasi 1. Untuk ibu hamil 2. Untuk persalinan 3. Untuk wanita yg akan memasang alat kontrasepsi D. Alat dan bahan tempat tidur khusus dan selimut 7. POSISI GENU PECTORAL A. Pengertian Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid B. Tujuan Memudahkan memeriksa daerah rectum, sigmoid, dan vagina C. Indikasi 1. Pasien hemoroid 2. Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum.sigmoid, dan vagina (sumber:https://www.trendilmu.com/2015/04/macam-macam-posisi-pasien.html#)
  • 40. 8. POSISI SUPINASI A. Pengertian posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggung nya agar dasar tubuh sama dengan kesejajaran berdiri yang baik. B. Tujuan 1. meningkatkan kenyamanan pasien 2. Memfasilitasi penyembuhan terutama pada pasien pembedahan atau dalam proses anestesi tertentu. C. Indikasi 1. pasien dengan tindakan post operasi anestesi atau pembedahan tertentu 2. Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma D. Alat dan Bahan 1. Tempat tidur 2. Selimut dan bantal (sumber:https://www.trendilmu.com/2015/04/macam-macam-posisi-pasien.html#)
  • 41. 9. POSISI PRONASI A. Pengertian Pasien tidur dalam posisi telungkup, berbaring dengan wajah menghadap ke bantal B. Tujuan 1. Memberikan ekstensi maksimal pada sendi, lutut dan pinggang 2. Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut C. Indikasi 1. Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan 2. Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung D. Alat dan Bahan 1. tempat tidur 2. bantal (sumber:https://www.trendilmu.com/2015/04/macam-macam-posisi-pasien.html#)
  • 42.

Editor's Notes

  1. Imobilitas Fisik,merupakan pembatasan pergerakan secara fisik dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan,contohnya pada pasien hemiplegi,dan fraktur. 2. Imobilitas Intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan daya pikir, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit. 3. Imobilitas Emosional, merupakan keadaan ketika seseorang mengalamim pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri,sebagai contoh keadaan stres berat dapat disebabkan karena adanya bedah amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang dicintai. 4. Imobilitas Sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam berinteraksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga mempengaruhi perannya dalam kehidupan sosial.  
  2. Kelainan Postur tubuh Atau bisa juga disebut kelainan bentuk tubuh Kerusakan Sistem Syaraf Pusat Jalur motorik pada serebrum dapat dirusak oleh trauma karena cedera kepala iskemia karena cedera serebrovaskuler gangguan motorik langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan pada jalur motorik. Perubahan Metabolik Sistem Endokrin merupakan produksi hormon-hormon sekresi kelenjar, membantu mempertahankan dan mengatur fungsi vital.   Seperti : Respon terhadasp stress dan cedera, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi dan homeostasis, metabolisme energi.   d. Perubahan Sistem Respiratori Klien dengan pasca operasi dapat beresiko tinggi mengalami kopmplikasi-komplikasi paru. Yang paling umum adalah atelektasis.   e. Perubahan Sistem Kardiovaskuler System ini dipengaruhi oleh imobilisasi. Ada 3 perubahan utama : hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung dan pembentukan thrombus. f. Perubahan System Integument Dekubitus terjadi akibat iskemia dan anoksia jaringan. Jaringan yang tertelan, darah membelok dan konstriksi kuat pada pembuluh darah akibat porsisten pada kulit dan struktur dibawah kulit, sehingga system respirasi seluler terganggu dan sel menjadi mati.   (Potter, Perry : 1997 )