Pasien Geriatri adalah orang tua yang berusia > 60 tahun yang memiliki sekumpulan gejala penyakit pada saat yang sama akibat proses menua dan multipatologi (fisik organobilogik, psikologik, sosial ekonomi)
Jenis Sindro Geriatri :
Immobility (imobilitas)
Instability (instabilitas)
Incontinence
(inkontinensia urine dan alvi)
Intelectual impairment (gangguan fungsi intelektual dan kognitif,
seperti demensia)
Infection (infeksi)
Impairment of vision
and hearing (gangguan penglihatan dan pendengaran)
Iritable colon (iritasi usus besar perdarahan saluran cerna atau diare)
Isolation (isolasi diri
depresi)
Inanition (malnutrisi)
Impecunity (kemiskinan atau finansial yang berkurang)
Iatrogenesis (misalnya polifarmasi)
Insomnia (gangguan tidur)
Immune deficiency (defisiensi sistem imun)
Impotence (disfungsi ereksi)
2. Pengertian & Karakteristik Pasien GERIATRI
• Pasien Geriatri adalah orang tua yang berusia > 60
tahun yang memiliki sekumpulan gejala penyakit pada
saat yang sama akibat proses menua dan
multipatologi (fisik organobilogik, psikologik, sosial
ekonomi)
• KARAKTERISTIK
PASIEN
GERIATRI
Multipatologi
Gejala dan tanda yang tidak
khas
daya cadangan faali menurun
Gangguan Status fungsional
Gangguan status nutrisi
3. Jenis Sindrom Geriatri
• Immobility (imobilitas)
• Instability (instabilitas)
• Incontinence
(inkontinensia urine dan
alvi)
• Intelectual impairment
(gangguan fungsi
intelektual dan kognitif,
seperti demensia)
• Infection (infeksi)
• Impairment of vision
and hearing (gangguan
penglihatan dan
pendengaran)
• Iritable colon (iritasi usus
besar perdarahan
saluran cerna atau diare)
• Isolation (isolasi diri
depresi)
• Inanition (malnutrisi)
• Impecunity (kemiskinan atau
finansial yang berkurang)
• Iatrogenesis (misalnya
polifarmasi)
• Insomnia (gangguan tidur)
• Immune deficiency (defisiensi
sistem imun)
• Impotence (disfungsi ereksi)
Frailty (kerentaan )
4. PENYEBAB AKUT
D elirium,
R estricted mobility, retension
I nfection, inflammation,
impaction
Polyuria, pharmaceutic
Dehidrasi, jatuh, fraktur, dekubitus, depresi
Perubahan proses menua :
• Kapasitas kk
• Otot dasar panggul
• Kontraksi otot kk abnormal
• Residu urin kk banyak
• Hipertrofi prostat
• Produksi urin malam
INKONTINENSIA URIN
PENYEBAB KRONIK
Tipe stres
Tipe urgensi
Tipe overflow
Tipe fungsional
Tipe campuran
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan
Kes Lansia
5. IU persisten
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan
Kes Lansia
Tipe Definisi Penyebab yang sering
Stress Keluarnya urin involunter (biasanya
jumlah sedikit) jika terdapat peningkatan
tenakanan intraabdomen (batuk, tertawa,
olahraga, dll)
1. Kelemahan otot dasar panggul
dan hipermobilitas uretra
2. Kelemahan sfingter uretra atau
pintu keluar kandung
kemih
3. Kelemahan sfingter uretra
pasca protatektomi
Urgensi Keluarnya urin (jumlah bervariasi)
akibat ketidakmampuan menunda
berkemih jika timbul sensasi
keinginan untuk berkemih
Hiperaktivitas detrusor, sendiri atau
berkaitan dengan salah satu dari:
1. Kondisi genitourinarius lokal (tumor,
batu, divertikel,
obstruksi aliran keluar)
2. Gangguan SSP (strok,
demensia, dll)
6. IU persisten
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan
Kes Lansia
Tipe Definisi Penyebab yang sering
Overflow Keluarnya urin (biasanya jumlah
sedikit) akibat kekuatan mekanik
pada kandung kemih yang
overdistensi atau faktor lain yang
berefek pada retensi urin dan fungsi
sfingter
1. Obstruksi anatomik akibat
prostat, striktur, sistokel
2. Kandung kemih yang tidak
berkontraksi (akontraktilitas) pada
DM atau trauma medula
spinalis
3. Neurogenik (disinergi detrusor-
sfingter) terkait dengan sklerosis
multipel dan lesi medula spinalis
suprasakral lainnya
4. Efek samping obat
Fungsional Keluarnya urin yang berkaitan
dengan ketidakmampuan untuk ke
toilet akibat gangguan kognitif
dan/atau fungsi fisik,
ketidakmampuan psikologis, atau
hambatan lingkungan
1. Demensia berat dan kelainan
neurologis lain
2. Faktor psikologis seperti depresi
7. Tatalaksana
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan
Kes Lansia
• Tergantung penyebab
• Evaluasi dengan diary / catatan berkemih
• Tatalaksana kondisi akut DRIP
• Latihan otot dasar panggul
• Mengatur jadwal berkemih
• Cukup minum
• Hindari minuman yang merangsang berkemih
(kopi, air gula)
• Hindari sembelit
• Konsultasi dg dokter ttg obat yang dikonsumsi
8. INSTABILITAS, JATUH DAN PATAH TULANG
Perubahan proses menua :
• panjang langkah (step)
• lingkup sendi ankle
• keterbatasan muskuloskeletal
• rotasi spinal
• input sensorik
• respon motorik melambat
• ayunan lengan
Instabilitas
Falls Fraktur
Kardiovaskular, artritis,
kondisi medis lain
• Rasa Nyeri
• Imobilisasi
• Gangguan asupan
makanan dan cairan
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan
Kes Lansia
9. Penyebab gangguan keseimbangan
• Gangguan visual
• Gangguan organ keseimbangan (vestibuler)
• Gangguan sensori motor
• Gangguan otak
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan
Kes Lansia
10. Dampak Gangguan Keseimbangan
Cedera seperti
fraktur/patah tulang
“ Fear of fall “ atau rasa
takut jatuh
Tirah baring lama
Jatuh
Inaktivitas
/ enggan
bergerak
Kelemahan
otot tubuh
Meningkatkan
risiko jatuh
Jatuh
Rasa
takut
jatuh
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan
11. Tatalaksana
• Identifikasi ps risiko tinggi jatuh
• Tergantung penyebab
Faktor risiko internal
• Gangguan mata (katarak, gangguan tajam penglihatan)
• Gangguan telinga (cth:vertigo, infeksi telinga)
• Penyakit otak, jantung dan pembuluh darah (cth :stroke, vertigo, parkinson,
gangguan irama jantung, dll)
• Penyakit syaraf, otot dan tulang (cth: ggn saraf tepi karena Diabetes kaki
kebas/kesemutan, osteoartritis lutut nyeri lutut, dll)
• Kekurangan cairan/ dehidrasi
• Gangguan metabolik (cth: kadar gula atau elektrolit rendah)
• Pengentalan darah/hiperkoagulasi
• Penurunan tekanan darah saat perubahan posisi/ hipotensi ortostatik (TD sistolik
turun > 20 mmHg dan atau diastolik turun > 10 mmHg dari berbaring ke duduk atau ke
berdiri)
12. Faktor risiko jatuh eksternal
Lantai
licin
Alas kaki tidak menunjang
keseimbangan (hak tinggi, licin)
Tangga dan barang
berserakan
Karpet/keset
Ruangan kurang
pencahayaan/gelap
13. Penilaian risiko jatuh pasien geriatri
No Risiko Skala Skor
1
Gangguan gaya berjalan (diseret, menghentak, berayun)
4
2
Pusing/pingsan pada posisi tegak
3
3
Kebingungan setiap saat (misal : kondisi demensia)
3
4
Nokturia/inkontinen
3
5
Kebingunan intermitten (misal : delirium/ acute confusional state)
2
6
Kelemahan umum
2
7
Obat-obatan berisiko tinggi (diuretic, narkotik, sedative, anti psikotik, laksatif, vasodilator,
antiaritmia, anti hipertensi, obat hipoglikemia, antidepressant, neuroleptic, NSAID)
2
8
Riwayat jatuh dalam waktu 12 bulan sebelumnya
2
9
Osteoporosis
1
10
Gangguan pendengaran dan atau penglihatan
1
11
Usia 70 tahun ke atas
1
TOTAL SKOR
Skor 1-3 : risiko jatuh rendah Intervensi risiko rendah
Skor > 4 : risiko jatuh tinggi Intervensi risiko tinggi
15. IMOBILISASI
• Berkurangnya kemampuan gerak atau ketidakmampuan untuk
bergerak
• Tirah baring lebih dari 3 hari
• Penyebab harus dicari karena imobilitas sering menjadi gejala
pertama yang dikeluhkan oleh pasien atau keluarga
kunci untuk mengetahui masalah atau penyakit
Misalnya : strok / CVD, pneumonia, Penyakit Paru Obstruktif
Kronik, gagal jantung, osteoartritis, osteoporosis, depresi,
malnutrisi, Peripheral Arterial Disease / PAD, keganasan / kanker,
anemia, efek obat, dan lain lain
• Akibat atau dampak juga fatal, seperti tromboemboli paru,
pneumonia orthostatik, infeksi saluran kemih, ulkus dekubitus,
atrofi otot, gangguan metabolik seperti balans nitrogen negatif,
toleransi glukosa terganggu inkontinensia, dan lain - lain
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan
Kes Lansia
IMOBILISASI
16. IMOBILISASI DAN ULKUS DEKUBITUS
Imobilisasi
Fraktur dan nyeri
Penurunan kesadaran
• Kekakuan & kontraktur sendi
• Atrofi otot
• ISK
• Ulkus dekubitus
• Trombosis vena
• Hipotensi ortostatik
• Pneumonia
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan
Kes Lansia
17. Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan
Kes Lansia
TATALAKSANA ?
18. Beberapa tatalaksana
• Ulkus dekubitus
– Perubahan posisi lateral 30 derajat
– Penggunaan kasur anti dekubitus
– Mika-miki per 1 jam atau 2 jam
– Rawat luka dekubitus
• Konstipasi dan skibala
– Evaluasi dan kebiasaan BAB
– Asupan cairan dan serat cukup
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan
Kes Lansia
19. INFEKSI
Faktor predisposisi infeksi pada usila
Imunitas menurun
-Atropi timus
-Perubahan respon sitokin
-Efek komorbiditas
-T-sel
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan
Kes Lansia
Nutrisi
- Kurang energi-protein
- Defisiensi mikronutrien
Komorbiditas
mempengaruh innate immunity
Tampilan infeksi seringkali tidak khas !!
Demam sering tidak timbul, Confusion, jatuh, Anoreksia,
asupan makanan , inkontinensia urin
20. Tatalaksana
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan
Kes Lansia
• Infeksi paru
– Antibiotika
– Nutrisi adekuat
– Rehidrasi cukup
– Fisioterapi : latihan napas, latihan batuk efektif, inhalasi
– Bila status fungsional masih mandiri, tanpa dehidrasi,
asupan makan baik masih dpt dikelola di Puskesmas,
evaluasi ulang
21. PERUBAHAN STATUS MENTAL
• Proses menua :
Lapisan sel di korteks
prefrontal memendek
•Obat-obatan
•Jaringan struktural (tumor, abses,
hemorogik, iskemia)
• Epilepsi
• Defisiensi vit. Folat, thiamin, B12
• Infeksi
• Ganguan basal ganglia
•Stresor psikologis
• Delirium
• Depresi
• Demensia
Malnutrisi
Dehidrasi
Inkontinensia urin & alvi
Dekubitus
Kontraktur
Infeksi jaringan kulit
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan
Kes Lansia
22. Delirium
– Suatu kondisi dimana dapat ditemukan adanya gangguan
atensi dan orientasi, gangguan kesadaran, serta
gangguan kognitif yang timbul secara akut dan fluktuatif
yang disebabkan adanya faktor pencetus seperti gangguan
kondisi medis dan intoksikasi
– Gejala psikomotor bisa hipoaktif, hiperaktif, atau campuran
– Faktor pencetus antara lain seperti infeksi, gangguan
metabolik (hipoglikemia, hiperuremia, hiponatremia, hipoksia,
dll), obat-obatan, dehidrasi , nyeri, dll
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan
Kes Lansia
23. Gangguan Kognitif
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan
Kes Lansia
• Gangguan kognitif bukan proses menua normal
• Demensia Alzheimer, demensia vaskular, demensia
fronto temporal, lewi bodies, trauma, keganasan,
infeksi susunan saraf pusat, alkohol dan lain – lain
• Gejala dan tanda antara lain: gangguan memori,
gangguan fungsi eksekusi, afasia, agnosia, apraksia,
dan lain - lain
24. DEMENSIA
Alzheimer
Demensia vaskular
Demensia reversibel
• Asupan kurang (malnutrisi)
• Dehidrasi
• Dekubitus
• Gangguan kulit
• ISK, pneumonia
• Imobilisasi, bbg komplikasi
• Instabilitas jatuh
Gejala perilaku
1. Wandering
2. Agitasi
3. Agresivitas fisik
4. Restlesness
5. Menangis yang tak jelas
alasannya, atau tertawa
keras-keras
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan
Kes Lansia
25. Sindrom Frailty / kerentaan / kerapuhan
• sindrom yang ditandai
dengan penurunan
kemampuan fisik dan kognisi
akibat penurunan fungsi
sistem fisiologis tubuh
sehingga menyebabkan
kerentanan terhadap
berbagai macam stressor /
penyakit
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan
Kes Lansia
26. Penapisan Sindrom Frailty / Kerapuhan/Kerentaan –Adaptasi dan validasi
kuesioner FRAIL
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan
Kes Lansia
R = Resistensi (Resistance)
Dengan diri sendiri atau tanpa bantuan alat, apakah anda mengalami kesulitan untuk naik
10 anak tangga dan tanpa istirahat diantaranya?
Skor 1 = Ya, 0 = Tidak
A = Aktifitas (Fatigue)
Seberapa sering dalam 4 minggu ada merasa kelelahan?
1: Sepanjang waktu
2: Sebagian besar waktu
3: Kadang – kadang
4: Jarang
Bila jawab 1 atau 2 skor = 1 dan selain itu skor = 0
P = penyakit lebih dari 4 (Illnesses)
Partisipan ditanya, apakah dokter pernah mengatakan kepada anda tentang penyakit anda
(11 penyakit utama: hipertensi, diabetes, kanker (selain kanker kulit kecil), penyakit paru
kronis, serangan jantung, gagal jantung kongestif, nyeri dada, asma, nyeri sendi, stroke dan
penyakit ginjal)?
Bila jawaban jumlah total penyakit skor yang tercatat 0-4 penyakit = 0 dan 5-11 penyakit=1
27. Penapisan Sindrom Frailty / Kerapuhan/Kerentaan –Adaptasi dan validasi
kuesioner FRAIL
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan
Kes Lansia
U= Usaha berjalan (Ambulatory)
Dengan diri sendiri dan tanpa bantuan, apakah anda mengalami kesulitan
berjalan kira – kira sejauh 100 sampai 200 meter?
Skor Ya = 1, dan Tidak = 0
H = Hilangnya berat badan (Loss of Weight)
Berapa berat badan / BB saudara dengan mengenakan baju tanpa alas kaki
saat ini?
Satu tahun yang lalu, berapa BB anda dengan mengenakan baju tanpa alas
kaki?
- Keterangan perhitungan BB dalam persen : [(BB 1 tahun yang lalu – BB
sekarang)/BB satu tahun lalu)]x 100%
- Bila hasil >5% (mewakili kehilangan BB 5%) diberi skor 1 dan < 5% skor = 0
• Intepretasi
• Skor 1-2 : Pre-Frail (Pra-Rapuh/ Pra-Renta)
• Skor >2 : Frail (Rapuh/Renta)
28. • Prinsip Tata Laksana
Latihan jasmani
Diet sehat seimbang
Tata laksana komorbid sesuai indikasi
Kemenkes RI – Pelatihan Pelayanan
Kes Lansia