SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita
Rematik
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah mewujudkan
hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan
hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis atau ilmu kedikteran
sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan
hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah
cenderung lebih cepat.
Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia
rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju
seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia bertambah 1000 orang per hari pada tahun
1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada
masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut usia.
Secara demografi, menurut sensus penduduk pada tahun 1980 di Indonesia jumlah penduduk
147,3 juta. Dari angka tersebut terdapat 16,3 juta orang (11%) orang yang berusia 50 tahun ke
atas, dan 5,3 juta orang (4,3%) berusia 60 tahun ke atas. Dari 6,3 juta orang terdapat 822,831
(23,06%) orang yang tergolong jompo, yaitu para lanjut usia yang memerlukan bantuan khusus
sesuai undang-undang bahkan mereka harus dipelihara oleh Negara.
Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi penuaan secara alamiah. Hal ini akan
menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, dan psikologis. Survei rumah tangga tahun
1980 angka kesakitan penduduk usia lebih dari 55 tahun, sebesar 25,70% diharapkan pada tahun
2000 nanti angka tersebut akan menurun menjadi 12,30% (Depkes RI, Pedoman Pembinaan
Kesehatan Lanjut usia bagi Petugas Kesehatan I, 1992)
Pada sistem muskuloskeletal termasuk di dalamnya adalah tulang, persendian, dan otot-otot
akan mengalami perubahan pada lansia yang dapat mempengaruhi penampilan fisik dan
fisiologisnya. Semua perubahan ini sangat mempengaruhi rentang gerak, gerak secara
keseluruhan, dan cara berjalan.
Kekuatan muskular mulai merosot pada usia sekitar 40 tahun, dengan suatu kemunduran
yang dipercepat setelah usia 60 tahun. perubahan gaya hidup dan penggunakan sistem
neuromuscular adal penyebab utama kehilangan kekuatan otot. Secara umum, terdapat
kemunduran kartilago sendi, sebagian besar terjadi pada sendi-sendi yang menahan berat dan
pemebentukan tulang di permukaan sendi. Komponen-komponen kapsul sendi pecah dan kolagen
yang terdapat pada jaringan penyambung meningkat progresif yang jika tidak dipakai lagi,
mungkin menyebabkan inflamasi, nyeri, penurunan mobilitas sendi, dan deformitas. Penyakit
inflamasi artikular yang paling sering terjadi pada lansia adalah Atritis Reumatoid.
Berbagai penyakit sendi, termasuk Atritis Reumatoid dapat terjadi resiko jatuh pada lansia.
Jatuh merupakan kejadian terbesar pada lansia. Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan
penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, sehingga mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendak dengan atau tanpa kehilangan
kesadaran atau luka (Reuben, 1996 dalam Buku Ajar Geriatri, Darmojo, 1999).
Penyakit kronis, pengobatan, dan faktor lingkungan seperti penerangan yang kurang, lantai
yang licin, tersandung, alas kaki kurang pas, kursi roda yang tidak terkunci, serta jalan menurun/
adanya tangga juga dapat memperbesar risiko jatuh pada lansia. Karena hal-hal tersebut maka
perhatian dan dukungan keluarga terhadap lansia menjadi sangat penting.
Keluarga mempunyai peran yang penting dalam perawatan pasien lansia. Peran penting
tersebut dimiliki keluarga dikarenakan keluarga paling banyak berhubungan dengan pasien
(lansia), keluarga adalah orang yang paling dekat dan paling mengetahui keadaan pasien, Pasien
(lansia) yang dirawat di rumah sakit nantinya akan kembali ke lingkungan keluarga.
Salah satu aspek penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah unit terkecil
dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan keperawatan. Keluarga
berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. Secara
empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga menjadi sangat berhubungan atau
signifikan.
Prioritas tertinggi dari keluarga adalah kesejahteraan anggota keluarganya. Hal ini tercapai
apabila fungsi-fungsi dari keluarga untuk memenuhi kebutuhan tiap individu yang ada dalam
keluarga dapat tercapai dan terpenuhi.
Keluarga Tn. T yang beralamatkan di RT 13 RW 09 Desa Kasih Sayang Kembar Purwokerto
menjadi studi kasus dalam asuhan keperawatan keluarga saat ini dikarenakan terdapat alasan yang
mendukung dijadikannya Tn. T sebagai sasaran Asuhan Keperawatan Keluarga yaitu keluarga Tn.
T merupakan keluarga resiko tinggi kesehatan karena didalamnya terdapat usia lanjut.
1.2 Pembahasan masalah
Asuhan keperawatan keluarga pada Tn. Tdiprioritaskan pada diagnosa keperawatan pertama
yaitu nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik (rematik)
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Keluarga Tn. T bisa dan mampu meningkatkan derajat kesehatannya melalui pemberian
asuahan keperawatan keluarga.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga Tn. T
2. Menganalisa dan merumuskan masalah keperawatan yang terjadi pada keluarga Tn. T kemudian
menentukan prioritas masalah melalui skoring keluarga
3. Menyusun rencana tidakan keperawatan keluarga
4. Memberikan implementasi pendidikan kesehatan dan memberikan fasilitas perawatan kesehatan
5. Mengevaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga Tn. T
1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa
1. Untuk melatih dan membiasakan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga
melalui Asuhan Keperawatan keluarga.
2. Untuk meningkatkan ketrampilan berfikir kritis dalam menyesuiakan masalah kesehatan keluarga
melalui Asuhan Keperawatan keluarga.
1.4.2 Keluarga
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan sendiri,
sehingga tercipta peningkatan stastus dan derajat kesehatan keluarga yang optimal.
KONSEP DASAR
1. Pengertian Lansia
Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara memuaskan . Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia lanjut usia meliputi :
- Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
- Lanjut usia (elderly) ialah kelompok usia antara 60 sampai 74
- Lanjut usia tua (old) ialah kelompok usia antara 75 sampai 90
- Usia sangat tua (very old) ialah kelompok usia diatas 90
2. perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia
- Perubahan sel
- Sistem pernafasan
- Sistem pendengaran
- Sistem penglihatan
- Sistem kardiovaskuler
- Sistem pengaturan temperature tubuh
- Sistem respirasi
- Sistem gastrointestinal
- Sistem genitourinaria
- Sistem endokrin
- Sistem kulit
- Sistem musculoskeletal
- Perubahan-perubahan mental
- Perubahan-perubahan psokososial
- Peningkatan spiritual
3. Penyakit Radang Sendi : Atritis Reumatoid
a. Patofisiologi
Atritis Reumatoid adalah suatu penyakit kronis, sistemik, yang secara khas berkembang
perlahan-lahan dan ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada sendi-sendi diartrodial
dan struktur yang berhubungan. AR sering disertai dengan nodul-nodul rheumatoid, arthritis,
neuropati, skleritis, perikarditis, limfadenopati, dan splenomegali. AR ditandai oleh periode-
periode remisi dan bertambah parahnya penyakit (Stanley dan Beare, 2007).
b. Manifestasi Klinis
pada lansia, AR dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok :
1) Kelompok 1 adalah AR klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan sebagian besar terlibat.
Terdapat faktor raumatoid, dan nodula-nodula rheumatoid yang sering terjadi. Penyakit dalam
kelompok ini dapat mendorong kea rah kerusakan sendi yang progresif.
2) Kelompok 2 termasuk klien yang memenuhi criteria dari American Rheumatologic
Association untuk AR karena mereka mempunyai radang sinovitis yang terus-menerus dan
simetris, sering melibatkan pergelangan tangan dan sendi-sendi jari.
3) Kelompok 3, sinovitis terutama mempengaruhi bagian proksimal sendi, bahu, dan panggul.
Awitannya mendadak, sering ditandai dengan kekakuan pada pagi hari. Pergelangan tangan pasien
sering mengalami hal ini, dengan adanya bengkak, nyeri tekan, penurunan kekuatan genggaman,
dan sindrom carpal tunnel. Kelompok ini mewakili suatu penyakit yang dapat smbuh sendiri yang
dapat dikendalikan secara baik dengan menggunakan prednisone dosis rendah atau agens
antiinflamasi dan memiliki prognosis yang baik.
Jika tidak diistirahatkan, AR akan berkembang menjadi empat tahap :
1) Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membran sinovial dan kelebihan produksi cairan
sinovial. Tidak ada perubahan yang bersifat merusak terlihat pada radiografi. Bukti osteoporosis
mungkin ada.
2) Secara radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat. Klien mungkin
mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada deformitas sendi.
3) Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga mengurangi ruang gerak sendi.
Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan
deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang,
4) Ketika jaringan fibrosa mengalami klasifikasi, ankilosis tulang dapat menyebabkan terjadinya
imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang meluas dan luka pada jaringan lunak seperti nodula-
nodula mungkin terjadi.
c. Penalaksanaan
Penanganan medis bergantung pada tahap penyakit ketika diagnosis dibuat dan termasuk
dalam kelompok mana yang sesuai dengan kondisi tersebut. Untuk menghilangkan nyeri dengan
menggunakan aggens inflamasi, obat yang dapat dipilih dalah aspirin. Namun, efek antiinflamasi
dari aspirin tidak terlihat pada dosis kurang dari 12 tablet perhari, yang dapat menyebabkan gejala
gastrointestinal dan sistem saraf pusat. Obat antiinflamasi non steroid sangat bermanfaat, tetapi
dianjurkan menggunakan dosis yang direkomendasikan oleh pabrik dan pemantauan efek samping
secara hati-hati sangat perlu dilakukan. Terapi kotikosteroid yang diinjeksikan melalui sendi
mungkin digunakan untuk infeksi di dalam satu atau dua sendi. Injeksi secara cepat dihubungkan
dengan nekrosis dan penurunan kekuatan tulang. Biasanya, injeksi yang diberikan ke dalam sendi
apapun tidak boleh diberikan lebih dari tiga kali. Rasa nyeri dan pembengkakan umumnya hilang
untuk waktu 1 sampai 6 minggu.
Penalaksanaan keperawatn menekankan pemahaman klien tentang sifat alami AR kronis dan
kelompok serta tahap-tahap yang berbeda untuk memantau perkembangan penyakit. Klien harus
ingat bahwa walaupun pengobatan mungkin mengurangi radang dan nyeri sendi, mereka harus
pula mempertahankan pergerakan dan kekuatan untuk mencegah deformitas sendi. Suatu program
aktivitas dan istirahat yang seimbang sangat penting untuk mencegah peningkatan tekanan pada
sendi.
ASUHAN KEPERWATAN KELUARGA DENGAN LANSIA
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas Keluarga
Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. T
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Suku : Jawa
Umur : 67 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Telp : 085740032156
Alamat : RT 13 RW 09 Dusun Kasih Desa Sayang
Kec. Kembar Kab. Purwokerto Jateng
b. Komposisi Keluarga
No Nama Jenis
kelamin
Hub. Dg
keluarga
Umur Pendidikan Pekerjaan
1 Tn. T L KK 67 th SD Pensiunan
2 Tn. M L Menantu 30 th SMA Buruh Pabrik
3 Ny. S P Anak 25 th SMP IRT
4 An. A L Cucu 5 th TK Pelajar
c. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Sakit
: meninggal
: Tinggal serumah
d. Tipe Keluarga
keluarga Tn. T merupakan keluarga besar yang terdiri dari ayah, ibu, anak, menantu, serta cucu (
The extended family). Terkadang Tn. T merasa istirahatnya terganggu karena aktivitas bermain
yang dilakukan cucu beserta teman-temannya.
e. Suku Bangsa
Tn. T menyatakan bahwa keluarganya merupakan suku jawa dan tinggal di lingkungan orang-
orang yang bersuku jawa. Tn. T berkomunikasi dengan bahasa Jawa dan bahasia Indonesia baik
antara anggota keluarga maupun kelurga sekitar.
f. Agama
Semua anggota keluarga Tn. T beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai keyakinan di
rumah dan di masjid. Dalam menjalankan perintah agama keluarga cukup taat dan rajin
mengikuti kegiatan keagamaan seperti sholat jamaah di Musholla, sholat Jumat di Mesjid, acara
tahlilan/yasiinan (bapak-bapak dan ibu-ibu), dan acara keagamaan lainnya.
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga
penghasilan keluarga ± Rp. 1.150.000 perbulan di, yang diperoleh dari hasil pensiunan Tn. T
sebesar Rp. 400.000 dan hasil kerja Tn. M sebagai buruh pabrik sebesar Rp. 750.000. Sedangkan
Ny. S tidak menghasilkan uang karena hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Tn. T
memelihara ternak berupa ayam sebanyak 5 ekor. Pengeluaran perbulan untuk keperluan makan
sekitar  Rp. 700.000,- dan sisanya untuk keperluan lain –lain seperti membayar listrik,
kebutuhan anak sekolah.
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Kegiatan yang dilakukan keluarga setiap hari mereka menonton TV bersama-sama, dan semua
berkumpul menonton TV ketika malam hari. Kadang mereka berkumpul bersama tetangga atau
saudara dekat untuk berbincang-bincang bersama. Jika memiliki tabungan cukup dan kesehatan
yang mendukung mereka berwisata ke tempat rekreasi terdekat.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini dengan lansia
Tahap perkembangan keluarga Tn. T saat ini adalah keluarga usia lanjut, yang dimulai pada masa
pension dan salah satu atau kedua orang tua meninggal. Semua anak Tn. T sudah menikah dan
mempunyai tempat tinggal sendiri-sendiri, hanya anak yang terakhir yang tinggal serumah
dengannya dan mempunyai seorang anak yang masih berumur 5 tahun. Menantu Tn. T bekerja
sebagai buruh pabrik.
b. Tahap perkembangan yang belum terpenuhi
Tidak ada tahap perkembangan keluarga sampai saat ini yang belum terpenuhi.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti
- Tn. T mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan. Tn. T mengatakan beberapa minggu ini
sering merasa linu di persendian kakinya sehingga kaku untuk berjalan, ketika bangun pagi
kakinya merasa senut-senut (nyeri) dan berat untuk berjalan. Tn. T mengatakan pernah hampir
jatuh karena kakinya merasa tidak kuat menopang badannya.
- Anak Tn. T (Ny. S) tidak memiliki masalah kesehatan.
- Menantu Tn. T (Tn. M) mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan dan tidak memiliki
masalah kesehatan
- Cucu Tn. T (An. A) tidak mempunyai masalah kesehatan
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Tn. T mengatakan istrinya (Ny . S) meninggal dunia karena penyakit kanker payudara, Ny. S (anak
dari Tn. T) mengatakan Ayah mertuanya memiliki riwayat diabetes. Keluarga dari pihak Tn. M
saat ini hubungannya baik, minimal setiap minggu bersilaturahmi, tidak ada konflik dengan
keluarga.
3. Data Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Rumah Tn. T merupakan rumah permanen dengan ukuran panjang ± 10 meter dan lebar 7 meter.
Di rumah tersebut terdapat :
- Kamar tidur ( terdapat 3 kamar tidur, 1 kamar tidur berada di depan samping ruang tamu, 2
kamar tidur berada di samping ruang keluarga ).
- Kamar kosong ( 3 kamar kosong. Model rumah Tn. T adalah model rumah jaman dahulu yang
banyak terdapat kamar-kamar yang jarang digunakan dan biasanya kamar tersebut digunakan
untuk menaruh barang-barang yang tidak terpakai).
- Ruang tamu berukuran 3x3 meter, Ruang tamu cukup rapi dan bersih, terdapat perabotan
- Ruang makan Tn. T biasanya bergabung dengan ruang keluarga atau ruang menonton TV.
- Kamar mandi bergabung dengan WC berjumlah 2.
Lantai rumah Tn. T terbuat dari semen, kecuali dapur lantainya masih berupa tanah, Lantai dapur
tampak licin dan lembab. Atap rumah dari genting. Ventilasi ada beberapa yaitu : di ruang tamu
ada jendela, di ruang keluarga, di 2 kamar tidur dan 2 kamar kosong, serta dapur. Ventilasi masih
terlalu sempit, < 10 m luas lantai. Kamar tamu ada sebuah lampu neon 20 watt, ruang keluarga
terdapat bola lampu 15 watt, masing–masing kamar dan dapur terdapat lampu pijar 10 watt.
Sumber air keluarga berasal dari sumur gali yang telah dipasang pompa air, kualitas air
tergantung musim, pada musim hujan warna air keruh kekuning-kuningan, pada musin kemarau
warna air agak bening, kadang-kadang air agak berbau. Sumber air minum keluarga
menggunakan air sumur yang ditampung dan diendapkan dalam tong. Jarak septictank dengan
sumur ± 8 meter. Keluarga mengatakan membuang air limbah keluarga langsung ke kolam
dibelakang rumah dengan membuat saluran yang menuju ke kolam penampungan. Untuk
pembuangan sampah dilakukan penampungan dulu di ember sampah kemudian di pindah dan di
bakar di dalam lubang di samping rumah. Untuk sarana penerangan keluarga Tn. T
menggunakan listrik semuanya. Di belakang rumah terdapat kolam penampungan limbah
keluarga beserta ikan lele peliharaan, dan terdapat kandang ayam.
Gambar Denah Rumah :
Jalan
U
B T
S
Kamar kosong ruang tamu ruang
keluarga kamar
Kamar
kamar
Kamar kosong kamar kosong kamar
kosong dapur
K.M + WC
Kandang
ayam Kolam penampungan
+ ikan
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas
Rumah Tn. T berada di wilayah kelurahan yang mayoritas penduduk sekitarnya adalah petani.
Sarana jalan tersebut belum diaspal. Sarana kesehatan di lingkungan tersebut berupa bidan desa.
Di dekat rumah Tn. T ± 7 meter terdapat masjid. Tetangga Tn. T mayoritas beragama islam serya
memiliki sifat kebersamaan serta menganut adat jawa, misalnya selamatan, yasinan setiap malam
jum’at, dll. Jika ada kegiatan sosial kemasyarakatan biasanya diumumkan melalui pengeras suara
yang ada di musholla atau mesjid.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn. T Keluarga jarang bepergian ke tempat-tempat yang jauh. Kegiatan rutin Tn. T
adalah pergi ke sawah untuk sekedar melihat-lihat, sawah tersebut tidak jauh dari rumahnya
(sekitar 1 km), aktivitas lainnya menonton TV dan mengikuti kegiatan keagamaan. Tempat
tinggal keluarga juga tidak berpindah – pindah. Keluarga Tn.T yang lain berada di sekitar tempat
tinggalnya (masih satu desa).
d. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Keluarga Dengan Masyarakat.
Keluarga Tn. T mengatakan setiap hari raya semua anak-anak dan keluarga Tn. T berkumpul di
rumah. Saudara-saudara Tn. T yang berada di sekitar rumah sering datang berkunjung. Tn. T dan
keluarganya rutin mengikuti kegiatan, seperti pengajian.
e. Sistem Pendukung Keluarga
Tn. T memiliki keluarga yang berada di sekitar rumahnya sehingga sewaktu-waktu dapat
dimintai bantuan. Tn. T memiliki ASKES. Jika sakit biasanya keluarga Tn. T dibawa ke Bidan,
dan jika perlu rujukan ke Puskesmas yang berjarak 5 meter dari rumah.
4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
keluarga Tn. T dalam berkomunikasi menggunakan bahasa jawa dan bahasa Indonesia.
Komunikasi antar anggota lancar dan tidak ada konflik dalam keluarga. Dalam keluarga
mempunyai kebiasaan berkomunikasi setiap malam ketika menonton TV, keluarga bertukar
pendapat dan menceritakan hal-hal yang terjadi dalam keluarga.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam keluarga Tn. T adalah penentu keputusan terhadap suatu masalah karena Tn. T dianggap
sebagai orang yang paling tua dan sebagai kepala keluarga. Untuk anak-anak yang telah
berkeluarga keputusan diserahkan kepada keluarga masing-masing, tetapi anak-anaknya juga
sering meminta pendapat Tn. T. keluarga Tn. T sangat menyayangi dan menghargai Tn. T,
apabila Tn. T sakit keluarga langsung mengantarkannya berobat, anak-anaknya juga
mengingatkannya untuk minum obat jika Tn. T lupa.
c. Struktur Peran ( Formal Dan Informal )
- Tn. T berperan sebagai kepala keluarga, seorang ayah ayah dan kakek. Tn. T juga sering
mengasuh cucunya jika kedua anaknya sibuk atau ada keperluan.
- Tn. A berperan sebagai anak (menantu), suami, dan bapak.
- Ny. S berperan sebagai anak, istri, dan ibu.
- An. A berperan sebagai anak, An. A belum menyadari dan menjalankan perannya karena
masih kecil.
d. Nilai Dan Norma Keluarga
Tn. T mengatakan ia terbiasa menanamkan pada anak-anaknya sikap hormat-menghormati dan
menyayangi antar keluarga dan dengan tetangga. Keluarga Tn. T menganut agama Islam, dalam
kehidupan keseharian menggunakan keyakinan sesuai syariat islam. Keluarga Tn. T menganut
norma atau adat yang ada di lingkungan sekitar misalnya takziah atau menjenguk tetangga yang
sakit. Disamping itu keluarga menganut kebudayaan Jawa, norma yang dianut juga kebudayaan
jawa. Dalam kebiasaan keluarga Tn. T tidak ada yang bertentangan dengan kesehatan.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga Tn. T mengatakan berusaha memelihara keharmonisan antar anggota keluarga, saling
menyayangi, dan menghormati. Keluarga Tn. T sangat harmonis, rukun dan tentram. Apabila ada
anggota yang membutuhkan atau sakit maka keluarga yang lain berusaha membantu.
b. Fungsi Sosialisasi
Tn. T mengatakan interaksi antar anggota keluarga dapat berjalan dengan baik. keluarga Tn. T
menganut kebudayaan jawa. Keluarga Tn. T berusaha untuk tetap memenuhi aturan yang ada
keluarga, misalnya saling menghormati dan menghargai. Keluarga juga mengatakan mengikuti
norma yang ada di masyarakat sekitar, sehingga dapat menyesuiakan dan berhubungan baik
dengan para tetangga atau masyarakat sekitar.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
- Kemampuan mengenal masalah kesehatan
Keluarga mengatakan mengetahui penyakit di keluarganya tetapi tidak mengetahui sama sekali
apa penyebabnya. Keluarga Tn. T mengatakan hanya sedikit mengetahui tentang tanda dan
gejala, serta tidak mengetahui apa-apa saja yang harus dihindari untuk mencegah terjadinya
penyakit pada Tn. T. Tn.
- Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Keluarga mengatakan linu pada sendi kaki yang diderita oleh Tn. T merupakan sakit yang biasa
diderita oleh orang tua. Keluarga terus mengingatkan kepada Tn. T untuk tidak banyak
melakukan aktivitas dan beristirahat saja.
- Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Jika ada keluarga yang sakit, hal pertama yang dilakukan adalah mengerokinnya dan jika
sakitnya berlarut segera dibawa ke Bidan atau ke Puskesmas terdekat.
- Kemampuan keluarga memelihara/ memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
Keluarga mengatakan tiap hari selalu membersihkan lingkungan rumahnya (menyapu,
mengepel), sistem pembuangan limbah keluarga langsung ke saluran kolam di belakang rumah,
pembuangan sampah ditampung sementara di ember sampah kemudian di bakar di lubang
pembakaran setiap dua hari sekali.
- Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat
Keluarga Tn. T mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa ke Bidan, dan jika perlu
rujukan dibawa ke Puskesmas terdekat. Tn. T seringkali tidak mau dibawa ke pelayanan
kesehatan kecuali benar-benar dirasa parah.
d. Fungsi Reproduksi
Tn. T memiliki tiga orang anak yang sudah menikah semua. Ny. S dan Tn. A memiliki satu
orang anak, Ny. S menggunakan alat kontrasepsi berupa pil untuk mengatur jarak anak
selanjutnya.
e. Fungsi Ekonomi
Keluarga Tn. T termasuk keluarga mampu, hal ini dapat dilihat dari penghasilan keluarga tiap
bulannya sekitar Rp.1.150.000/perbulan. Keluarga Tn. T dapat memenuhi setiap kebutuhan
sandang, pangan dan papan walaupun dengan kapasitas seadanya. Untuk memenuhi kebutuhan
makan sehari-hari, Tn.A menanam sayur di tepi sawah Tn. T yang dikelola olehnya. Jika ingin
makan lauk-pauk, Tn. T biasa memancing ikan bersama kawan-kawannya di sungai dekat rumah
6. Stres Dan koping Keluarga
a. Stressor Jangka Pendek Dan Panjang
- Stresor jangka pendek
Keluarga Tn. MS mengatakan pernah mengalami stres ketika Ny. S (istri Tn. T) meninggal dunia
karena kanker payudar, namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena keluarga sudah
mengikhlaskannya. Hal-hal lain yang menimbulkan stress dalam keluarga segera dapat diatasi.
- Stresor jangka panjang
Keluarga Tn. MS mengatakan hampir tidak pernah mengalami stres baik itu stes jangka panjang
( > 6 bulan ).
b. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi/Stressor
Pemecahan masalah dalam keluarga Tn. T biasanya dengan cara musyawarah antar anggota
keluarga, kadang juga melibatkan anaknya. Dalam menentukan pengobatan yang harus dijalani
salah satu anggota keluarga, Tn. A pengambil keputusan karena Tn. A yang dianggap mampu
dan memiliki fisik yang kuat.
c. Strategi Adaptasi Disfungsional
Dalam menghadapi suatu permasalahan keluarga Tn. MS biasanya mengkonsentrasikan pada
bagaimana cara pemecahan masalah tersebut. Sehingga keluarga tidak terganggu dalam
melakukan pekerjaan keseharian.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Tn T
Tekanan Darah : 130/100 mmHg
Berat Badan : 57 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Nadi : 80 x/mnt
RR : 20x/mnt
Termometer : 36,5° C
Kekuatan otot : 5 5
4 3
Skala nyeri : 6
b. Tn A
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Berat Badan : 59 kg
Tinggi Badan : 163 cm
Nadi : 80 x/mnt
RR : 20x/mnt
Termometer : 36,3° C
Keadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainan
c. Ny. S
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Berat Badan : 52 kg
Tinggi Badan : 155 cm
Nadi : 80 x/mnt
RR : 20x/mnt
Termometer : 36,5° C
Keadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainan
d. An. A
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Berat Badan : 25 kg
Tinggi Badan : 65 cm
Nadi : 80 x/mnt
RR : 20x/mnt
Termometer : 36,5° C
Keadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainan
8. Harapan Keluarga
Keluarga sangat berharap agar masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga dapat teratasi
atas bantuan dari pertugas kesehatan.
B. Diagnosa Keperawatan Keluarga
1. Analisa Dan Sintesa Data
No Data Penunjang Masalah Etiologi
1. DS :
- Tn. T mengatakan sering merasa
linu di persendian kakinya sehingga
kaku untuk berjalan
- Tn. T mengatakan ketika bangun
pagi kakinya merasa senut-senut
(nyeri) dan berat untuk berjalan.
- Tn. T mengatakan pernah hampir
jatuh karena kakinya merasa tidak
kuat menopang badannya
DO :
- Tn. T berumur 67 tahun
- TD 130/100 mmHg
- Kekuatan otot 5 5
4 3
- Skala nyeri 6
- Lantai tanah yang berada di dapur
tampak licin dan lembab
Resiko Jatuh Reumathoid,
lantai yang licin,
ketidakmampuan
keluarga
merawat anggota
yang sakit.
DS :
- Keluarga mengatakan mengetahui
penyakit di keluarganya tetapi tidak
mengetahui sama sekali apa
penyebabnya. Keluarga Tn. T
mengatakan hanya sedikit
mengetahui tentang tanda dan
gejala, serta tidak mengetahui apa-
apa saja yang harus dihindari untuk
mencegah terjadinya penyakit pada
Tn. T. Tn.
- Jika ada keluarga yang sakit, hal
pertama yang dilakukan adalah
mengerokinnya dan jika sakitnya
berlarut segera dibawa ke Bidan
atau ke Puskesmas terdekat
- Tn. T mengatakan tidak ada
pantangan makanan
DO :
- Keluarga tidak bisa menjawab
pertanyaan tentang pengertian
penyakit, pencegahan, perawatan
dan pengobatannya
- Tn. T bertanya apa saja makanan
yang harus dihindari agar tidak
sakit, Tn. T tampak bingung
Kurang
pengetahuan,
ketidak tahuan
tentang penyakit
Kurang informasi
dan keterbatasan
kemampuan
mencapai
informasi,
ketidakmampuan
keluarga
mengenal
masalah
kesehatan
DS :
- Tn. T mengatakan sering merasa
linu di persendian kakinya sehingga
kaku untuk berjalan
- Tn. T mengatakan ketika bangun
pagi kakinya merasa senut-senut
(nyeri) dan berat untuk berjalan.
- Tn. T mengatakan pernah hampir
jatuh karena kakinya merasa tidak
kuat menopang badannya
DO:
- Skala nyeri sedang (6)
- Klien tampak perlahan-lahan saat
berjalan karena menahan nyeri.
- Klien tampak lambat dalam
berjalan.
- Tingkat funsional klien 0, namun
kadang-kadang 1
Hambatan
mobilitas fisik
Nyeri, gangguan
muskulus
skeletal,kaku
sendi (AR).
DS :
- Tn. T mengatakan sering merasa
linu di persendian kakinya sehingga
kaku untuk berjalan
- Tn. T mengatakan ketika bangun
pagi kakinya merasa senut-senut
(nyeri) dan berat untuk berjalan.
- Tn. T mengatakan pernah hampir
jatuh karena kakinya merasa tidak
kuat menopang badannya
DO:
- skala nyeri sedang (6)
- Klien tampak perlahan-lahan saat
berjalan karena menahan nyeri
Nyeri Agen cedera fisik
( rematik)
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga
No Diagnosa Keperawatan
1 Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan keluarga merawat
anggota yang sakit.
2 Kurang pengetahuan, ketidak tahuan tentang penyakit b.d Kurang informasi dan
keterbatasan kemampuan mencerapai informasi, ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan.
3 Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku
sendi,gangguan sensori perseptual.
4 Nyeri b.d agen cedera fisik (rematik).
3. Prioritas Masalah
a. Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang
sakit.
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah
(bobot 1)
Skala :
3 : Aktual
2 : Resiko
1 : Sejahtera
2/3 x 1 = 2/3 Tn. T dan keluarga
mengetahui bahwa Tn. T
memiliki penyakit linu
pada kakinya dan pernah
hampir jatuh.
Kemungkinan masalah
dapat diubah (bobot 2)
Skala :
2 : Mudah
1 : Sebagian
0 : Tidak dapat
1/2 x 2 = 1 Keluarga mengatakan Tn.
T sering tidak mau diajak
ke tempat pelayanan
kesehatan, kecuali benar-
benar parah. Tn. T merasa
masih dapat beraktivitas
sehingga sering tidak mau
dibantu dalam
beraktivitas.
Potensial masalah untuk
dicegah (bobot 1)
3 : Tinggi
2 : Cukup
1 : Rendah
3/3 x 1 = 1 Keluarga mengatakan jika
Tn. T tidak banyak
melakukan aktivitas dan
banyak beristirahat maka
penyakit Tn. T dapat
terminimalisir.
Menonjolnya masalah
(bobot 1)
2 : Berat, segera ditangani
1 : Tidak perlu segera
ditangani
0 : tidak dirasakan
0/2 x 1 = 0 Keluarga mengatakan
hanya satu kali Tn. T
pernah hampir jatuh dan
Tn. T sudah bisa
mengimbangkan
tubuhnya untuk berjalan
walaupun lambat.
Total 2 2/3
b. Kurang pengetahuan, ketidaktahuan tentang penyakit b.d Kurang informasi dan keterbatasan
kemampuan mencerapai informasi, ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah
(bobot 1)
Skala :
3 : Aktual
2 : Resiko
1 : Sejahtera
2/3 x 1 = 2/3 - Tn. T mengatakan sering
merasa linu di persendian
kakinya sehingga kaku
untuk berjalan. Ketika
bangun pagi kakinya
merasa senut-senut
(nyeri) dan berat untuk
berjalan. Tn. T pernah
hampir jatuh karena
kakinya merasa tidak kuat
menopang badannya
Kemungkinan masalah
dapat diubah (bobot 2)
Skala :
2 : Mudah
1 : Sebagian
0 : Tidak dapat
2/2 x 2 = 2 Keluarga Tn. T
mengatakan jika ada
anggota keluarga yang
sakit segera dibawa ke
Bidan atau Puskesmas
terdekat, namun belum
ada pertugas yang
menjelaskan bagaimana
penyakitnya.
Potensial masalah untuk
dicegah (bobot 1)
3 : Tinggi
2 : Cukup
1 : Rendah
2/3 x 1 = 2/3 Tn. T mengatakan sudah
mulai mengurangi
aktivitasnya agar
penyakitnya tidak
bertambah parah, Tn. T
belum tahu makanan apa
yang harus dihindari.
Menonjolnya masalah
(bobot 1)
2 : Berat, segera ditangani
1 : Tidak perlu segera
ditangani
0 : tidak dirasakan
2/2 x 1 = 1 Tn. T mengatakan
penyakitnya mengganggu
aktivitas geraknya
sehingga menyusahkan
keluarga yang lain.
Total 3 4/3
c. Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku sendi,gangguan sensori
perseptual.
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah
(bobot 1)
Skala :
3 : Aktual
2 : Resiko
1 : Sejahtera
3/3 x 1 = 1 Tn. T mengatakan Tn. T
mengatakan penyakitnya
mengganggu aktivitas
geraknya sehingga
menyusahkan keluarga
yang lain.
Kemungkinan masalah
dapat diubah (bobot 2)
Skala :
2 : Mudah
1 : Sebagian
0 : Tidak dapat
1/2 x 2 = 1 Keluarga Tn. T
mengatakan Tn T sudah
bisa menyeimbangkan
badannya walaupun
dengan gerakan yang
lambat.
Potensial masalah untuk
dicegah (bobot 1)
3 : Tinggi
2 : Cukup
1 : Rendah
2/3 x 1 = 2/3 Tn. T mengatakan
aktivitasnya terganggu.
Menonjolnya masalah
(bobot 1)
2 : Berat, segera ditangani
1 : Tidak perlu segera
ditangani
0 : tidak dirasakan
2/2 x 1 = 1 Tn. T mengatakan capek
dengan penyakitnya yang
tidak sembuh-sembuh dan
mengganggu geraknya
sehingga menyusahkan
keluarga.
Total 3 2/3
d. Nyeri b.d agen cedera fisik (rematik)
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah
(bobot 1)
Skala :
3 : Aktual
3/3 x 1 = 1 Tn. T mengatakan ketika
bangun pagi kakinya
merasa senut-senut
2 : Resiko
1 : Sejahtera
(nyeri) dan berat untuk
berjalan
Kemungkinan masalah
dapat diubah (bobot 2)
Skala :
2 : Mudah
1 : Sebagian
0 : Tidak dapat
1/2 x 2 = 1 Tn. T mengatakan
nyerinya ketika bangun
pagi tidak hilang-hilang,
padahal sudah minum
obat dari warung.
Keluarga mengatakan Tn.
T sering tidak mau diajak
ke tempat pelayanan
kesehatan, kecuali benar-
benar parah.
Potensial masalah untuk
dicegah (bobot 1)
3 : Tinggi
2 : Cukup
1 : Rendah
3/3 x 1 = 1 Tn. T mengatakan
sakitnya tidak bertambah
parah jika banyak
beristirahat.
Menonjolnya masalah
(bobot 1)
2 : Berat, segera ditangani
1 : Tidak perlu segera
ditangani
0 : tidak dirasakan
2/2 x 1 = 1 Tn. T mengatakan
sakitnya mengganggu
aktivitasnya, kadang Tn.
T tidak tahan dengan
senut-senutnya.
Total 4
Maka prioritas masalahnya sebagai berikut :
No Diagnosa Keperawatan Skore
1 Nyeri b.d Agen cedera fisik (rematik). 4
2 Kurang pengetahuan, ketidak tahuan tentang penyakit b.d Kurang
informasi dan keterbatasan kemampuan mencerapai informasi,
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
3 4/3
3 Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus
skeletal, kaku sendi, gangguan sensori perseptual.
3 2/3
4 Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan
keluarga merawat anggota yang sakit.
2 2/3
E. Rencana Asuhan Keperawatan
No
Dx
Tujuan Kriteria Intervensi
1 Setelah dilakukan
perawatan selama 5
Non verbal Pain management (1400)
hari, Tn. T
mengalami
penurunan rasa nyeri
atau dapat mentolerir
rasa nyeri dengan
kriteria :
1. Klien memahami
mekanisme nyeri
yang terjadi
2. klien mengetahui dan
dapat memperagakan
teknik distraksi dan
relaksasi
3. klien tidak banyak
mengeluh tentang
nyerinya
1. Monitor nyeri : lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
keparahan dan faktor presipitasi
2. Observasi respon non verbal klien
saat nyeri terjadi
3. Gunakan komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman
nyeri klien
4. Jelaskan mekanisme nyeri yang
terjadi pada klien
5. Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi untuk mengurangi rasa
nyeri
6. Berikan support sistem untuk
mentolerir nyeri
7. Libatkan orang terdekat klien
(keluarga) untuk pemberian
support sistem
8. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik
9. Kontrol faktor-faktor pemicu
timbulnya nyeri : pembatasan
aktivitas, nutrisi tinggi serat,
minum air putih banyak, psikis
tidak terganggu
10. Identifikasi PQRST sebelum
dilakukan pengobatan
11. Berikan obat analgetik
12. Menganjurkan klien untuk
bergerak perlahan pada setiap
melakukan aktivitas
2 Setelah dilakukan
pendidikan
kesehatan, keluarga
mengetahui tentang
penyakit yang
diderita keluarganya
(AR), dengan kriteria
hasil :
- Keluarga dapat
menjelaskan tentang
pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, serta
penalaksanaan pada
penyakit AR.
Verbal
pengetahuan
Teaching : Disease Prosess (5602)
1. Menilai tingkat pengetahuan
keluarga yang berhubungan dengan
penyakit yang diderita oleh anggota
keluarga (AR)
2. Menjelaskan pengertian penyakit
(AR)
3. Menjelaskan patofisiologi penyakit
(AR)
4. Menjelaskan tanda dan gejala yang
muncul dari penyakit yang dialami
(AR)
5. Menjelaskan penalaksanaan atau
hal-hal yang harus dihindari
- Keluarga dapat
melakukan perawatan
dengan mengontrol
makanan-makanan
yang harus dihindari
lansia
6. Mengidentifikasi kemungkinan
penyebab terjadinya penyakit
7. Mendiskusikan dengan keluarga
tentang pilihan terapi yang bisa
dilakukan
2 Setelah dilakukan
perawatan selama 5
hari klien mampu
melakukan mobilisasi
sesuai kemampuan,
klien dan keluarga
mampu melakukan
perawatan pada
lansia yang
imobilisasi dengan
kriteria :
1. Mampu memotivasi
diri untuk melakukan
mobilisasi sesuai
kemampuan
Non verbal Immobilization care (0940)
1. Diskusikan dengan klien tentang
imobilisasi
2. Berikan contoh dan demonstrasi
mobilisasi yang aman dan dapat
dilakukan oleh klien
3. Observasi terjadinya nyeri
4. Motivasi klien untuk melakukan
mobilisasi sesuai kemampuan
5. Beri reinforcement atas upaya
pemahaman informasi dan usaha
mobilisasi yang dilakukan
4 Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 5 hari klien
dapat mencegah
terjadinya jatuh dan
aman dalam
pergerakannya,
dengan kriteria hasil :
- Menggunakan alat
bantu yang
dibutuhkan
- Menempatkan
barang-barang di
tempat yang sesuai
agar tidak menggangu
lansia
- Memperhatikan
kondisi lantai
Verbal
pengetahuan
Fall Prevention (6490)
1. Mengidentifikasi ketidaktahuan dan
kelemahan fisik yang kemungkinan
menjadi potensi terjadinya jatuh
2. Mengidentifikasi lingkungan
sekitar yang dapat menjadi
penyebab jatuh
3. Memonitor nyeri, kelemahan,
keseimbangan tubuh lansia
4. Mengajarkan pada pasien
bagaimana mencegah terjadinya
jatuh
5. Menyarankan keluarga untuk
membantu kegiatan pasien apabila
diperlukan
DAFTAR PUSTAKA
Bandiah, S. (2009) Lanjut Usia dan Keperawatan gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika.
Jhonson R. dan Leny R (2010) keperawatan keluarga plus contoh askep keluarga. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Diposkan oleh Rumiyanti Ns di 05.52
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
2 komentar:
1.
Wahyuni.Skep11 Maret 2013 06.16
bagus dech
Balas
2.
chlory-xpdio3 Juni 2013 05.28
Thx yo :D
Balas
Posting Lebih BaruBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
 ▼ 2012 (2)
o ▼ Juni (2)
 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Ruam Popok
 Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Men...
Mengenai Saya
Rumiyanti
Ns
Lihat profil
lengkapku

More Related Content

What's hot

Nahriyah salsabilah 2020 b_075_makalah reviuw 4
Nahriyah salsabilah 2020 b_075_makalah reviuw 4Nahriyah salsabilah 2020 b_075_makalah reviuw 4
Nahriyah salsabilah 2020 b_075_makalah reviuw 4NahriyahSalsabilah
 
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11Fariz Fadhly
 
kb 1 konsep lanjut usia
kb 1 konsep lanjut usiakb 1 konsep lanjut usia
kb 1 konsep lanjut usiaUwes Chaeruman
 
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKAT
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA  DI MASYARAKATPERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA  DI MASYARAKAT
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKATBondan Palestin
 
Seminar Awam: Rehabilitasi Medik pada Osteoarthritis Genu
Seminar Awam: Rehabilitasi Medik pada Osteoarthritis Genu Seminar Awam: Rehabilitasi Medik pada Osteoarthritis Genu
Seminar Awam: Rehabilitasi Medik pada Osteoarthritis Genu Raymond Setyadharma
 
Seminar awam 1
Seminar awam 1Seminar awam 1
Seminar awam 1dania21
 
teori proses menua
teori proses menuateori proses menua
teori proses menuaunik12
 
1.6. status kesehatan_pada_lansia_indone
1.6. status kesehatan_pada_lansia_indone1.6. status kesehatan_pada_lansia_indone
1.6. status kesehatan_pada_lansia_indoneary la
 
Kelompok 8 (imobilbody mekanik dan isasi)
Kelompok 8 (imobilbody mekanik dan isasi)Kelompok 8 (imobilbody mekanik dan isasi)
Kelompok 8 (imobilbody mekanik dan isasi)AdetyaWulandari
 
Askep keamananan dan keselamatan
Askep keamananan dan keselamatanAskep keamananan dan keselamatan
Askep keamananan dan keselamatanSyahrir Maulana
 
MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL
MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL
MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL FayzaWibisono
 
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKAT
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA  DI MASYARAKATPERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA  DI MASYARAKAT
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKATBondan Palestin
 
Perawatan Usila dalam Keluarga
Perawatan Usila dalam KeluargaPerawatan Usila dalam Keluarga
Perawatan Usila dalam KeluargaBondan Palestin
 

What's hot (18)

Nahriyah salsabilah 2020 b_075_makalah reviuw 4
Nahriyah salsabilah 2020 b_075_makalah reviuw 4Nahriyah salsabilah 2020 b_075_makalah reviuw 4
Nahriyah salsabilah 2020 b_075_makalah reviuw 4
 
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11
 
nyeri sendi
nyeri sendinyeri sendi
nyeri sendi
 
Leaflet oa
Leaflet oaLeaflet oa
Leaflet oa
 
kb 1 konsep lanjut usia
kb 1 konsep lanjut usiakb 1 konsep lanjut usia
kb 1 konsep lanjut usia
 
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKAT
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA  DI MASYARAKATPERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA  DI MASYARAKAT
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKAT
 
Seminar Awam: Rehabilitasi Medik pada Osteoarthritis Genu
Seminar Awam: Rehabilitasi Medik pada Osteoarthritis Genu Seminar Awam: Rehabilitasi Medik pada Osteoarthritis Genu
Seminar Awam: Rehabilitasi Medik pada Osteoarthritis Genu
 
Seminar awam 1
Seminar awam 1Seminar awam 1
Seminar awam 1
 
teori proses menua
teori proses menuateori proses menua
teori proses menua
 
MUSKULOSKELETAL
MUSKULOSKELETALMUSKULOSKELETAL
MUSKULOSKELETAL
 
1.6. status kesehatan_pada_lansia_indone
1.6. status kesehatan_pada_lansia_indone1.6. status kesehatan_pada_lansia_indone
1.6. status kesehatan_pada_lansia_indone
 
Kelompok 8 (imobilbody mekanik dan isasi)
Kelompok 8 (imobilbody mekanik dan isasi)Kelompok 8 (imobilbody mekanik dan isasi)
Kelompok 8 (imobilbody mekanik dan isasi)
 
Askep keamananan dan keselamatan
Askep keamananan dan keselamatanAskep keamananan dan keselamatan
Askep keamananan dan keselamatan
 
MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL
MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL
MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL
 
Lbp
LbpLbp
Lbp
 
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKAT
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA  DI MASYARAKATPERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA  DI MASYARAKAT
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKAT
 
Osteoporosis shb
Osteoporosis shbOsteoporosis shb
Osteoporosis shb
 
Perawatan Usila dalam Keluarga
Perawatan Usila dalam KeluargaPerawatan Usila dalam Keluarga
Perawatan Usila dalam Keluarga
 

Similar to Asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita rematik

Mempertahankan adl pada lansia
Mempertahankan adl pada lansiaMempertahankan adl pada lansia
Mempertahankan adl pada lansiaWarung Bidan
 
Proses menua dan implikasinya
Proses menua dan implikasinyaProses menua dan implikasinya
Proses menua dan implikasinyaMulkan Fadhli
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_GERONTIK_Rematik.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_GERONTIK_Rematik.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_GERONTIK_Rematik.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_GERONTIK_Rematik.docxciaa4
 
Masalah gizi pada lansia
Masalah gizi pada lansiaMasalah gizi pada lansia
Masalah gizi pada lansiaeka1400
 
Perkembangan Masa Dewasa Akhir
Perkembangan Masa Dewasa AkhirPerkembangan Masa Dewasa Akhir
Perkembangan Masa Dewasa AkhirAi Nurhasanah
 
LANSIA_SEHAT_and_MANDIRI_PPT.pptx
LANSIA_SEHAT_and_MANDIRI_PPT.pptxLANSIA_SEHAT_and_MANDIRI_PPT.pptx
LANSIA_SEHAT_and_MANDIRI_PPT.pptxningsih widari
 
Konsep Dasar Ilmu keperawatan gerontik
Konsep Dasar Ilmu keperawatan gerontikKonsep Dasar Ilmu keperawatan gerontik
Konsep Dasar Ilmu keperawatan gerontikIHSANKURNIAWANJAGOAN
 
PPT Kelainan pada sistem gerak.ppt
PPT Kelainan pada sistem gerak.pptPPT Kelainan pada sistem gerak.ppt
PPT Kelainan pada sistem gerak.pptZahraHusain10
 
WRAP UP SKENARIO HIPERURECEMIA BLOK MUSKULOSKELETAL (B11)
WRAP UP SKENARIO HIPERURECEMIA BLOK MUSKULOSKELETAL (B11)WRAP UP SKENARIO HIPERURECEMIA BLOK MUSKULOSKELETAL (B11)
WRAP UP SKENARIO HIPERURECEMIA BLOK MUSKULOSKELETAL (B11)Tata Qonita
 
Bab ii tinjauan pustaka i11ama
Bab ii tinjauan pustaka  i11amaBab ii tinjauan pustaka  i11ama
Bab ii tinjauan pustaka i11amanurleli
 
Adult cognitive Development (Life span Development )
Adult cognitive Development (Life span Development )Adult cognitive Development (Life span Development )
Adult cognitive Development (Life span Development )Bee_BQ
 
Makalah osteoporosis
Makalah   osteoporosisMakalah   osteoporosis
Makalah osteoporosisWarnet Raha
 
ASKEP Gerontik.pptx
ASKEP Gerontik.pptxASKEP Gerontik.pptx
ASKEP Gerontik.pptxRidoniJoy
 

Similar to Asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita rematik (20)

Mempertahankan adl pada lansia
Mempertahankan adl pada lansiaMempertahankan adl pada lansia
Mempertahankan adl pada lansia
 
Proses menua dan implikasinya
Proses menua dan implikasinyaProses menua dan implikasinya
Proses menua dan implikasinya
 
LAPORAN_PENDAHULUAN_GERONTIK_Rematik.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_GERONTIK_Rematik.docxLAPORAN_PENDAHULUAN_GERONTIK_Rematik.docx
LAPORAN_PENDAHULUAN_GERONTIK_Rematik.docx
 
Masalah gizi pada lansia
Masalah gizi pada lansiaMasalah gizi pada lansia
Masalah gizi pada lansia
 
Proses degeneratif siti hamriati
Proses degeneratif siti hamriatiProses degeneratif siti hamriati
Proses degeneratif siti hamriati
 
Perkembangan Masa Dewasa Akhir
Perkembangan Masa Dewasa AkhirPerkembangan Masa Dewasa Akhir
Perkembangan Masa Dewasa Akhir
 
LANSIA_SEHAT_and_MANDIRI_PPT.pptx
LANSIA_SEHAT_and_MANDIRI_PPT.pptxLANSIA_SEHAT_and_MANDIRI_PPT.pptx
LANSIA_SEHAT_and_MANDIRI_PPT.pptx
 
KTI keperawatan
KTI keperawatan KTI keperawatan
KTI keperawatan
 
Konsep Dasar Ilmu keperawatan gerontik
Konsep Dasar Ilmu keperawatan gerontikKonsep Dasar Ilmu keperawatan gerontik
Konsep Dasar Ilmu keperawatan gerontik
 
PPT Kelainan pada sistem gerak.ppt
PPT Kelainan pada sistem gerak.pptPPT Kelainan pada sistem gerak.ppt
PPT Kelainan pada sistem gerak.ppt
 
Sap rematik incie
Sap rematik incieSap rematik incie
Sap rematik incie
 
Makalah osteoporosis
Makalah   osteoporosisMakalah   osteoporosis
Makalah osteoporosis
 
GIZI PADA LANSIA
GIZI PADA LANSIAGIZI PADA LANSIA
GIZI PADA LANSIA
 
WRAP UP SKENARIO HIPERURECEMIA BLOK MUSKULOSKELETAL (B11)
WRAP UP SKENARIO HIPERURECEMIA BLOK MUSKULOSKELETAL (B11)WRAP UP SKENARIO HIPERURECEMIA BLOK MUSKULOSKELETAL (B11)
WRAP UP SKENARIO HIPERURECEMIA BLOK MUSKULOSKELETAL (B11)
 
Bab ii tinjauan pustaka i11ama
Bab ii tinjauan pustaka  i11amaBab ii tinjauan pustaka  i11ama
Bab ii tinjauan pustaka i11ama
 
Adult cognitive Development (Life span Development )
Adult cognitive Development (Life span Development )Adult cognitive Development (Life span Development )
Adult cognitive Development (Life span Development )
 
Makalah osteoporosis
Makalah   osteoporosisMakalah   osteoporosis
Makalah osteoporosis
 
Makalah osteoporosis
Makalah   osteoporosisMakalah   osteoporosis
Makalah osteoporosis
 
Makalah osteoporosis
Makalah   osteoporosisMakalah   osteoporosis
Makalah osteoporosis
 
ASKEP Gerontik.pptx
ASKEP Gerontik.pptxASKEP Gerontik.pptx
ASKEP Gerontik.pptx
 

Recently uploaded

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADAASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADARismaZulfiani
 
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) CurrentMateri Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Currentaditya romadhon
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxsiampurnomo90
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxabdulmujibmgi
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024Zakiah dr
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritisfidel377036
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbSendaUNNES
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxmarodotodo
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologissuser7c01e3
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxHikmaLavigne
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Arif Fahmi
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Codajongshopp
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxmade406432
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smearprofesibidan2
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptStevenSamuelBangun
 

Recently uploaded (15)

ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADAASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT 2023 STIKES DIAN HUSADA
 
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) CurrentMateri Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
Materi Elektroterapi Fisioterapi Interrupted Galvanic (Exponential) Current
 
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docxMODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
MODUL P5BK TEMA KEBEKERJAAN KENALI DUNIA KERJA.docx
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptxASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA MENJELANG AJAL PPT.pptx
 
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
MANASIK KESEHATAN HAJI KOTA DEPOK TAHUN 2024
 
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritiskonsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
konsep keperawatan kritis dan asuhan keperawatan kritis
 
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkbregulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
regulasi tentang kosmetika di indonesia cpkb
 
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptxALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
 
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologijenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
jenis-jenis Data dalam bidang epidemiologi
 
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptxPB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
PB I KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI (1).pptx
 
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
Rancangan Aksi_ Si IMAAM ( Sistem Informasi Manajemen Aset dan Alat Medis di ...
 
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
081-388-333-722 Toko Jual Alat Bantu Seks Penis Ikat Pinggang Di SUrabaya Cod
 
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptxKONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
 
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smeardokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
dokumen.tips_pap-smear-ppt-final.pptx_iva pap smear
 
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.pptParasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
Parasitologi-dan-Mikrobiologi-Pertemuan-4.ppt
 

Asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita rematik

  • 1. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita Rematik PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis atau ilmu kedikteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat. Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia bertambah 1000 orang per hari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut usia. Secara demografi, menurut sensus penduduk pada tahun 1980 di Indonesia jumlah penduduk 147,3 juta. Dari angka tersebut terdapat 16,3 juta orang (11%) orang yang berusia 50 tahun ke atas, dan 5,3 juta orang (4,3%) berusia 60 tahun ke atas. Dari 6,3 juta orang terdapat 822,831 (23,06%) orang yang tergolong jompo, yaitu para lanjut usia yang memerlukan bantuan khusus sesuai undang-undang bahkan mereka harus dipelihara oleh Negara. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, dan psikologis. Survei rumah tangga tahun 1980 angka kesakitan penduduk usia lebih dari 55 tahun, sebesar 25,70% diharapkan pada tahun 2000 nanti angka tersebut akan menurun menjadi 12,30% (Depkes RI, Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut usia bagi Petugas Kesehatan I, 1992) Pada sistem muskuloskeletal termasuk di dalamnya adalah tulang, persendian, dan otot-otot akan mengalami perubahan pada lansia yang dapat mempengaruhi penampilan fisik dan fisiologisnya. Semua perubahan ini sangat mempengaruhi rentang gerak, gerak secara keseluruhan, dan cara berjalan. Kekuatan muskular mulai merosot pada usia sekitar 40 tahun, dengan suatu kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun. perubahan gaya hidup dan penggunakan sistem neuromuscular adal penyebab utama kehilangan kekuatan otot. Secara umum, terdapat kemunduran kartilago sendi, sebagian besar terjadi pada sendi-sendi yang menahan berat dan pemebentukan tulang di permukaan sendi. Komponen-komponen kapsul sendi pecah dan kolagen yang terdapat pada jaringan penyambung meningkat progresif yang jika tidak dipakai lagi, mungkin menyebabkan inflamasi, nyeri, penurunan mobilitas sendi, dan deformitas. Penyakit inflamasi artikular yang paling sering terjadi pada lansia adalah Atritis Reumatoid. Berbagai penyakit sendi, termasuk Atritis Reumatoid dapat terjadi resiko jatuh pada lansia. Jatuh merupakan kejadian terbesar pada lansia. Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, sehingga mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendak dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben, 1996 dalam Buku Ajar Geriatri, Darmojo, 1999).
  • 2. Penyakit kronis, pengobatan, dan faktor lingkungan seperti penerangan yang kurang, lantai yang licin, tersandung, alas kaki kurang pas, kursi roda yang tidak terkunci, serta jalan menurun/ adanya tangga juga dapat memperbesar risiko jatuh pada lansia. Karena hal-hal tersebut maka perhatian dan dukungan keluarga terhadap lansia menjadi sangat penting. Keluarga mempunyai peran yang penting dalam perawatan pasien lansia. Peran penting tersebut dimiliki keluarga dikarenakan keluarga paling banyak berhubungan dengan pasien (lansia), keluarga adalah orang yang paling dekat dan paling mengetahui keadaan pasien, Pasien (lansia) yang dirawat di rumah sakit nantinya akan kembali ke lingkungan keluarga. Salah satu aspek penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan keperawatan. Keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. Secara empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga menjadi sangat berhubungan atau signifikan. Prioritas tertinggi dari keluarga adalah kesejahteraan anggota keluarganya. Hal ini tercapai apabila fungsi-fungsi dari keluarga untuk memenuhi kebutuhan tiap individu yang ada dalam keluarga dapat tercapai dan terpenuhi. Keluarga Tn. T yang beralamatkan di RT 13 RW 09 Desa Kasih Sayang Kembar Purwokerto menjadi studi kasus dalam asuhan keperawatan keluarga saat ini dikarenakan terdapat alasan yang mendukung dijadikannya Tn. T sebagai sasaran Asuhan Keperawatan Keluarga yaitu keluarga Tn. T merupakan keluarga resiko tinggi kesehatan karena didalamnya terdapat usia lanjut. 1.2 Pembahasan masalah Asuhan keperawatan keluarga pada Tn. Tdiprioritaskan pada diagnosa keperawatan pertama yaitu nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik (rematik) 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Keluarga Tn. T bisa dan mampu meningkatkan derajat kesehatannya melalui pemberian asuahan keperawatan keluarga. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga Tn. T 2. Menganalisa dan merumuskan masalah keperawatan yang terjadi pada keluarga Tn. T kemudian menentukan prioritas masalah melalui skoring keluarga 3. Menyusun rencana tidakan keperawatan keluarga 4. Memberikan implementasi pendidikan kesehatan dan memberikan fasilitas perawatan kesehatan 5. Mengevaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga Tn. T 1.4 Manfaat 1.4.1 Mahasiswa 1. Untuk melatih dan membiasakan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga melalui Asuhan Keperawatan keluarga. 2. Untuk meningkatkan ketrampilan berfikir kritis dalam menyesuiakan masalah kesehatan keluarga melalui Asuhan Keperawatan keluarga. 1.4.2 Keluarga
  • 3. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan sendiri, sehingga tercipta peningkatan stastus dan derajat kesehatan keluarga yang optimal. KONSEP DASAR 1. Pengertian Lansia Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara memuaskan . Menurut Organisasi Kesehatan Dunia lanjut usia meliputi : - Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun - Lanjut usia (elderly) ialah kelompok usia antara 60 sampai 74 - Lanjut usia tua (old) ialah kelompok usia antara 75 sampai 90 - Usia sangat tua (very old) ialah kelompok usia diatas 90 2. perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia - Perubahan sel - Sistem pernafasan - Sistem pendengaran - Sistem penglihatan - Sistem kardiovaskuler
  • 4. - Sistem pengaturan temperature tubuh - Sistem respirasi - Sistem gastrointestinal - Sistem genitourinaria - Sistem endokrin - Sistem kulit - Sistem musculoskeletal - Perubahan-perubahan mental - Perubahan-perubahan psokososial - Peningkatan spiritual 3. Penyakit Radang Sendi : Atritis Reumatoid a. Patofisiologi Atritis Reumatoid adalah suatu penyakit kronis, sistemik, yang secara khas berkembang perlahan-lahan dan ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada sendi-sendi diartrodial dan struktur yang berhubungan. AR sering disertai dengan nodul-nodul rheumatoid, arthritis, neuropati, skleritis, perikarditis, limfadenopati, dan splenomegali. AR ditandai oleh periode- periode remisi dan bertambah parahnya penyakit (Stanley dan Beare, 2007). b. Manifestasi Klinis pada lansia, AR dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok : 1) Kelompok 1 adalah AR klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan sebagian besar terlibat. Terdapat faktor raumatoid, dan nodula-nodula rheumatoid yang sering terjadi. Penyakit dalam kelompok ini dapat mendorong kea rah kerusakan sendi yang progresif. 2) Kelompok 2 termasuk klien yang memenuhi criteria dari American Rheumatologic Association untuk AR karena mereka mempunyai radang sinovitis yang terus-menerus dan simetris, sering melibatkan pergelangan tangan dan sendi-sendi jari. 3) Kelompok 3, sinovitis terutama mempengaruhi bagian proksimal sendi, bahu, dan panggul. Awitannya mendadak, sering ditandai dengan kekakuan pada pagi hari. Pergelangan tangan pasien sering mengalami hal ini, dengan adanya bengkak, nyeri tekan, penurunan kekuatan genggaman, dan sindrom carpal tunnel. Kelompok ini mewakili suatu penyakit yang dapat smbuh sendiri yang dapat dikendalikan secara baik dengan menggunakan prednisone dosis rendah atau agens antiinflamasi dan memiliki prognosis yang baik. Jika tidak diistirahatkan, AR akan berkembang menjadi empat tahap : 1) Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membran sinovial dan kelebihan produksi cairan sinovial. Tidak ada perubahan yang bersifat merusak terlihat pada radiografi. Bukti osteoporosis mungkin ada. 2) Secara radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat. Klien mungkin mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada deformitas sendi. 3) Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga mengurangi ruang gerak sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang, 4) Ketika jaringan fibrosa mengalami klasifikasi, ankilosis tulang dapat menyebabkan terjadinya imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang meluas dan luka pada jaringan lunak seperti nodula- nodula mungkin terjadi.
  • 5. c. Penalaksanaan Penanganan medis bergantung pada tahap penyakit ketika diagnosis dibuat dan termasuk dalam kelompok mana yang sesuai dengan kondisi tersebut. Untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan aggens inflamasi, obat yang dapat dipilih dalah aspirin. Namun, efek antiinflamasi dari aspirin tidak terlihat pada dosis kurang dari 12 tablet perhari, yang dapat menyebabkan gejala gastrointestinal dan sistem saraf pusat. Obat antiinflamasi non steroid sangat bermanfaat, tetapi dianjurkan menggunakan dosis yang direkomendasikan oleh pabrik dan pemantauan efek samping secara hati-hati sangat perlu dilakukan. Terapi kotikosteroid yang diinjeksikan melalui sendi mungkin digunakan untuk infeksi di dalam satu atau dua sendi. Injeksi secara cepat dihubungkan dengan nekrosis dan penurunan kekuatan tulang. Biasanya, injeksi yang diberikan ke dalam sendi apapun tidak boleh diberikan lebih dari tiga kali. Rasa nyeri dan pembengkakan umumnya hilang untuk waktu 1 sampai 6 minggu. Penalaksanaan keperawatn menekankan pemahaman klien tentang sifat alami AR kronis dan kelompok serta tahap-tahap yang berbeda untuk memantau perkembangan penyakit. Klien harus ingat bahwa walaupun pengobatan mungkin mengurangi radang dan nyeri sendi, mereka harus pula mempertahankan pergerakan dan kekuatan untuk mencegah deformitas sendi. Suatu program aktivitas dan istirahat yang seimbang sangat penting untuk mencegah peningkatan tekanan pada sendi. ASUHAN KEPERWATAN KELUARGA DENGAN LANSIA A. Pengkajian 1. Data Umum a. Identitas Keluarga Identitas Kepala Keluarga Nama : Tn. T Jenis Kelamin : Laki – Laki
  • 6. Suku : Jawa Umur : 67 Tahun Agama : Islam Pendidikan : SD Pekerjaan : Petani Telp : 085740032156 Alamat : RT 13 RW 09 Dusun Kasih Desa Sayang Kec. Kembar Kab. Purwokerto Jateng b. Komposisi Keluarga No Nama Jenis kelamin Hub. Dg keluarga Umur Pendidikan Pekerjaan 1 Tn. T L KK 67 th SD Pensiunan 2 Tn. M L Menantu 30 th SMA Buruh Pabrik 3 Ny. S P Anak 25 th SMP IRT 4 An. A L Cucu 5 th TK Pelajar c. Genogram Keterangan : : Laki-laki : Perempuan
  • 7. : Sakit : meninggal : Tinggal serumah d. Tipe Keluarga keluarga Tn. T merupakan keluarga besar yang terdiri dari ayah, ibu, anak, menantu, serta cucu ( The extended family). Terkadang Tn. T merasa istirahatnya terganggu karena aktivitas bermain yang dilakukan cucu beserta teman-temannya. e. Suku Bangsa Tn. T menyatakan bahwa keluarganya merupakan suku jawa dan tinggal di lingkungan orang- orang yang bersuku jawa. Tn. T berkomunikasi dengan bahasa Jawa dan bahasia Indonesia baik antara anggota keluarga maupun kelurga sekitar. f. Agama Semua anggota keluarga Tn. T beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai keyakinan di rumah dan di masjid. Dalam menjalankan perintah agama keluarga cukup taat dan rajin mengikuti kegiatan keagamaan seperti sholat jamaah di Musholla, sholat Jumat di Mesjid, acara tahlilan/yasiinan (bapak-bapak dan ibu-ibu), dan acara keagamaan lainnya. g. Status Sosial Ekonomi Keluarga penghasilan keluarga ± Rp. 1.150.000 perbulan di, yang diperoleh dari hasil pensiunan Tn. T sebesar Rp. 400.000 dan hasil kerja Tn. M sebagai buruh pabrik sebesar Rp. 750.000. Sedangkan Ny. S tidak menghasilkan uang karena hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Tn. T memelihara ternak berupa ayam sebanyak 5 ekor. Pengeluaran perbulan untuk keperluan makan sekitar  Rp. 700.000,- dan sisanya untuk keperluan lain –lain seperti membayar listrik, kebutuhan anak sekolah. h. Aktivitas Rekreasi Keluarga Kegiatan yang dilakukan keluarga setiap hari mereka menonton TV bersama-sama, dan semua berkumpul menonton TV ketika malam hari. Kadang mereka berkumpul bersama tetangga atau saudara dekat untuk berbincang-bincang bersama. Jika memiliki tabungan cukup dan kesehatan yang mendukung mereka berwisata ke tempat rekreasi terdekat. 2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga a. Tahap perkembangan keluarga saat ini dengan lansia Tahap perkembangan keluarga Tn. T saat ini adalah keluarga usia lanjut, yang dimulai pada masa pension dan salah satu atau kedua orang tua meninggal. Semua anak Tn. T sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal sendiri-sendiri, hanya anak yang terakhir yang tinggal serumah dengannya dan mempunyai seorang anak yang masih berumur 5 tahun. Menantu Tn. T bekerja sebagai buruh pabrik. b. Tahap perkembangan yang belum terpenuhi Tidak ada tahap perkembangan keluarga sampai saat ini yang belum terpenuhi. c. Riwayat kesehatan keluarga inti - Tn. T mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan. Tn. T mengatakan beberapa minggu ini sering merasa linu di persendian kakinya sehingga kaku untuk berjalan, ketika bangun pagi kakinya merasa senut-senut (nyeri) dan berat untuk berjalan. Tn. T mengatakan pernah hampir jatuh karena kakinya merasa tidak kuat menopang badannya. - Anak Tn. T (Ny. S) tidak memiliki masalah kesehatan.
  • 8. - Menantu Tn. T (Tn. M) mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan dan tidak memiliki masalah kesehatan - Cucu Tn. T (An. A) tidak mempunyai masalah kesehatan d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya Tn. T mengatakan istrinya (Ny . S) meninggal dunia karena penyakit kanker payudara, Ny. S (anak dari Tn. T) mengatakan Ayah mertuanya memiliki riwayat diabetes. Keluarga dari pihak Tn. M saat ini hubungannya baik, minimal setiap minggu bersilaturahmi, tidak ada konflik dengan keluarga. 3. Data Lingkungan a. Karakteristik Rumah Rumah Tn. T merupakan rumah permanen dengan ukuran panjang ± 10 meter dan lebar 7 meter. Di rumah tersebut terdapat : - Kamar tidur ( terdapat 3 kamar tidur, 1 kamar tidur berada di depan samping ruang tamu, 2 kamar tidur berada di samping ruang keluarga ). - Kamar kosong ( 3 kamar kosong. Model rumah Tn. T adalah model rumah jaman dahulu yang banyak terdapat kamar-kamar yang jarang digunakan dan biasanya kamar tersebut digunakan untuk menaruh barang-barang yang tidak terpakai). - Ruang tamu berukuran 3x3 meter, Ruang tamu cukup rapi dan bersih, terdapat perabotan - Ruang makan Tn. T biasanya bergabung dengan ruang keluarga atau ruang menonton TV. - Kamar mandi bergabung dengan WC berjumlah 2. Lantai rumah Tn. T terbuat dari semen, kecuali dapur lantainya masih berupa tanah, Lantai dapur tampak licin dan lembab. Atap rumah dari genting. Ventilasi ada beberapa yaitu : di ruang tamu ada jendela, di ruang keluarga, di 2 kamar tidur dan 2 kamar kosong, serta dapur. Ventilasi masih terlalu sempit, < 10 m luas lantai. Kamar tamu ada sebuah lampu neon 20 watt, ruang keluarga terdapat bola lampu 15 watt, masing–masing kamar dan dapur terdapat lampu pijar 10 watt. Sumber air keluarga berasal dari sumur gali yang telah dipasang pompa air, kualitas air tergantung musim, pada musim hujan warna air keruh kekuning-kuningan, pada musin kemarau warna air agak bening, kadang-kadang air agak berbau. Sumber air minum keluarga menggunakan air sumur yang ditampung dan diendapkan dalam tong. Jarak septictank dengan sumur ± 8 meter. Keluarga mengatakan membuang air limbah keluarga langsung ke kolam dibelakang rumah dengan membuat saluran yang menuju ke kolam penampungan. Untuk pembuangan sampah dilakukan penampungan dulu di ember sampah kemudian di pindah dan di bakar di dalam lubang di samping rumah. Untuk sarana penerangan keluarga Tn. T menggunakan listrik semuanya. Di belakang rumah terdapat kolam penampungan limbah keluarga beserta ikan lele peliharaan, dan terdapat kandang ayam. Gambar Denah Rumah : Jalan U B T
  • 9. S Kamar kosong ruang tamu ruang keluarga kamar Kamar kamar Kamar kosong kamar kosong kamar kosong dapur K.M + WC Kandang ayam Kolam penampungan + ikan
  • 10. b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas Rumah Tn. T berada di wilayah kelurahan yang mayoritas penduduk sekitarnya adalah petani. Sarana jalan tersebut belum diaspal. Sarana kesehatan di lingkungan tersebut berupa bidan desa. Di dekat rumah Tn. T ± 7 meter terdapat masjid. Tetangga Tn. T mayoritas beragama islam serya memiliki sifat kebersamaan serta menganut adat jawa, misalnya selamatan, yasinan setiap malam jum’at, dll. Jika ada kegiatan sosial kemasyarakatan biasanya diumumkan melalui pengeras suara yang ada di musholla atau mesjid. c. Mobilitas Geografis Keluarga Keluarga Tn. T Keluarga jarang bepergian ke tempat-tempat yang jauh. Kegiatan rutin Tn. T adalah pergi ke sawah untuk sekedar melihat-lihat, sawah tersebut tidak jauh dari rumahnya (sekitar 1 km), aktivitas lainnya menonton TV dan mengikuti kegiatan keagamaan. Tempat tinggal keluarga juga tidak berpindah – pindah. Keluarga Tn.T yang lain berada di sekitar tempat tinggalnya (masih satu desa). d. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Keluarga Dengan Masyarakat. Keluarga Tn. T mengatakan setiap hari raya semua anak-anak dan keluarga Tn. T berkumpul di rumah. Saudara-saudara Tn. T yang berada di sekitar rumah sering datang berkunjung. Tn. T dan keluarganya rutin mengikuti kegiatan, seperti pengajian. e. Sistem Pendukung Keluarga Tn. T memiliki keluarga yang berada di sekitar rumahnya sehingga sewaktu-waktu dapat dimintai bantuan. Tn. T memiliki ASKES. Jika sakit biasanya keluarga Tn. T dibawa ke Bidan, dan jika perlu rujukan ke Puskesmas yang berjarak 5 meter dari rumah. 4. Struktur Keluarga a. Pola Komunikasi Keluarga keluarga Tn. T dalam berkomunikasi menggunakan bahasa jawa dan bahasa Indonesia. Komunikasi antar anggota lancar dan tidak ada konflik dalam keluarga. Dalam keluarga mempunyai kebiasaan berkomunikasi setiap malam ketika menonton TV, keluarga bertukar pendapat dan menceritakan hal-hal yang terjadi dalam keluarga. b. Struktur Kekuatan Keluarga Dalam keluarga Tn. T adalah penentu keputusan terhadap suatu masalah karena Tn. T dianggap sebagai orang yang paling tua dan sebagai kepala keluarga. Untuk anak-anak yang telah berkeluarga keputusan diserahkan kepada keluarga masing-masing, tetapi anak-anaknya juga sering meminta pendapat Tn. T. keluarga Tn. T sangat menyayangi dan menghargai Tn. T, apabila Tn. T sakit keluarga langsung mengantarkannya berobat, anak-anaknya juga mengingatkannya untuk minum obat jika Tn. T lupa. c. Struktur Peran ( Formal Dan Informal ) - Tn. T berperan sebagai kepala keluarga, seorang ayah ayah dan kakek. Tn. T juga sering mengasuh cucunya jika kedua anaknya sibuk atau ada keperluan. - Tn. A berperan sebagai anak (menantu), suami, dan bapak. - Ny. S berperan sebagai anak, istri, dan ibu. - An. A berperan sebagai anak, An. A belum menyadari dan menjalankan perannya karena masih kecil. d. Nilai Dan Norma Keluarga
  • 11. Tn. T mengatakan ia terbiasa menanamkan pada anak-anaknya sikap hormat-menghormati dan menyayangi antar keluarga dan dengan tetangga. Keluarga Tn. T menganut agama Islam, dalam kehidupan keseharian menggunakan keyakinan sesuai syariat islam. Keluarga Tn. T menganut norma atau adat yang ada di lingkungan sekitar misalnya takziah atau menjenguk tetangga yang sakit. Disamping itu keluarga menganut kebudayaan Jawa, norma yang dianut juga kebudayaan jawa. Dalam kebiasaan keluarga Tn. T tidak ada yang bertentangan dengan kesehatan. 5. Fungsi Keluarga a. Fungsi Afektif Keluarga Tn. T mengatakan berusaha memelihara keharmonisan antar anggota keluarga, saling menyayangi, dan menghormati. Keluarga Tn. T sangat harmonis, rukun dan tentram. Apabila ada anggota yang membutuhkan atau sakit maka keluarga yang lain berusaha membantu. b. Fungsi Sosialisasi Tn. T mengatakan interaksi antar anggota keluarga dapat berjalan dengan baik. keluarga Tn. T menganut kebudayaan jawa. Keluarga Tn. T berusaha untuk tetap memenuhi aturan yang ada keluarga, misalnya saling menghormati dan menghargai. Keluarga juga mengatakan mengikuti norma yang ada di masyarakat sekitar, sehingga dapat menyesuiakan dan berhubungan baik dengan para tetangga atau masyarakat sekitar. c. Fungsi Perawatan Kesehatan - Kemampuan mengenal masalah kesehatan Keluarga mengatakan mengetahui penyakit di keluarganya tetapi tidak mengetahui sama sekali apa penyebabnya. Keluarga Tn. T mengatakan hanya sedikit mengetahui tentang tanda dan gejala, serta tidak mengetahui apa-apa saja yang harus dihindari untuk mencegah terjadinya penyakit pada Tn. T. Tn. - Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan Keluarga mengatakan linu pada sendi kaki yang diderita oleh Tn. T merupakan sakit yang biasa diderita oleh orang tua. Keluarga terus mengingatkan kepada Tn. T untuk tidak banyak melakukan aktivitas dan beristirahat saja. - Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit Jika ada keluarga yang sakit, hal pertama yang dilakukan adalah mengerokinnya dan jika sakitnya berlarut segera dibawa ke Bidan atau ke Puskesmas terdekat. - Kemampuan keluarga memelihara/ memodifikasi lingkungan rumah yang sehat Keluarga mengatakan tiap hari selalu membersihkan lingkungan rumahnya (menyapu, mengepel), sistem pembuangan limbah keluarga langsung ke saluran kolam di belakang rumah, pembuangan sampah ditampung sementara di ember sampah kemudian di bakar di lubang pembakaran setiap dua hari sekali. - Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat Keluarga Tn. T mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa ke Bidan, dan jika perlu rujukan dibawa ke Puskesmas terdekat. Tn. T seringkali tidak mau dibawa ke pelayanan kesehatan kecuali benar-benar dirasa parah. d. Fungsi Reproduksi Tn. T memiliki tiga orang anak yang sudah menikah semua. Ny. S dan Tn. A memiliki satu orang anak, Ny. S menggunakan alat kontrasepsi berupa pil untuk mengatur jarak anak selanjutnya. e. Fungsi Ekonomi
  • 12. Keluarga Tn. T termasuk keluarga mampu, hal ini dapat dilihat dari penghasilan keluarga tiap bulannya sekitar Rp.1.150.000/perbulan. Keluarga Tn. T dapat memenuhi setiap kebutuhan sandang, pangan dan papan walaupun dengan kapasitas seadanya. Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, Tn.A menanam sayur di tepi sawah Tn. T yang dikelola olehnya. Jika ingin makan lauk-pauk, Tn. T biasa memancing ikan bersama kawan-kawannya di sungai dekat rumah 6. Stres Dan koping Keluarga a. Stressor Jangka Pendek Dan Panjang - Stresor jangka pendek Keluarga Tn. MS mengatakan pernah mengalami stres ketika Ny. S (istri Tn. T) meninggal dunia karena kanker payudar, namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena keluarga sudah mengikhlaskannya. Hal-hal lain yang menimbulkan stress dalam keluarga segera dapat diatasi. - Stresor jangka panjang Keluarga Tn. MS mengatakan hampir tidak pernah mengalami stres baik itu stes jangka panjang ( > 6 bulan ). b. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi/Stressor Pemecahan masalah dalam keluarga Tn. T biasanya dengan cara musyawarah antar anggota keluarga, kadang juga melibatkan anaknya. Dalam menentukan pengobatan yang harus dijalani salah satu anggota keluarga, Tn. A pengambil keputusan karena Tn. A yang dianggap mampu dan memiliki fisik yang kuat. c. Strategi Adaptasi Disfungsional Dalam menghadapi suatu permasalahan keluarga Tn. MS biasanya mengkonsentrasikan pada bagaimana cara pemecahan masalah tersebut. Sehingga keluarga tidak terganggu dalam melakukan pekerjaan keseharian. 7. Pemeriksaan Fisik a. Tn T Tekanan Darah : 130/100 mmHg Berat Badan : 57 kg Tinggi Badan : 160 cm Nadi : 80 x/mnt RR : 20x/mnt Termometer : 36,5° C Kekuatan otot : 5 5 4 3 Skala nyeri : 6 b. Tn A Tekanan Darah : 120/80 mmHg Berat Badan : 59 kg Tinggi Badan : 163 cm Nadi : 80 x/mnt RR : 20x/mnt Termometer : 36,3° C Keadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainan c. Ny. S
  • 13. Tekanan Darah : 120/80 mmHg Berat Badan : 52 kg Tinggi Badan : 155 cm Nadi : 80 x/mnt RR : 20x/mnt Termometer : 36,5° C Keadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainan d. An. A Tekanan Darah : 110/80 mmHg Berat Badan : 25 kg Tinggi Badan : 65 cm Nadi : 80 x/mnt RR : 20x/mnt Termometer : 36,5° C Keadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainan 8. Harapan Keluarga Keluarga sangat berharap agar masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga dapat teratasi atas bantuan dari pertugas kesehatan. B. Diagnosa Keperawatan Keluarga 1. Analisa Dan Sintesa Data No Data Penunjang Masalah Etiologi 1. DS : - Tn. T mengatakan sering merasa linu di persendian kakinya sehingga kaku untuk berjalan - Tn. T mengatakan ketika bangun pagi kakinya merasa senut-senut (nyeri) dan berat untuk berjalan. - Tn. T mengatakan pernah hampir jatuh karena kakinya merasa tidak kuat menopang badannya DO : - Tn. T berumur 67 tahun - TD 130/100 mmHg - Kekuatan otot 5 5 4 3 - Skala nyeri 6 - Lantai tanah yang berada di dapur tampak licin dan lembab Resiko Jatuh Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit. DS :
  • 14. - Keluarga mengatakan mengetahui penyakit di keluarganya tetapi tidak mengetahui sama sekali apa penyebabnya. Keluarga Tn. T mengatakan hanya sedikit mengetahui tentang tanda dan gejala, serta tidak mengetahui apa- apa saja yang harus dihindari untuk mencegah terjadinya penyakit pada Tn. T. Tn. - Jika ada keluarga yang sakit, hal pertama yang dilakukan adalah mengerokinnya dan jika sakitnya berlarut segera dibawa ke Bidan atau ke Puskesmas terdekat - Tn. T mengatakan tidak ada pantangan makanan DO : - Keluarga tidak bisa menjawab pertanyaan tentang pengertian penyakit, pencegahan, perawatan dan pengobatannya - Tn. T bertanya apa saja makanan yang harus dihindari agar tidak sakit, Tn. T tampak bingung Kurang pengetahuan, ketidak tahuan tentang penyakit Kurang informasi dan keterbatasan kemampuan mencapai informasi, ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan DS : - Tn. T mengatakan sering merasa linu di persendian kakinya sehingga kaku untuk berjalan - Tn. T mengatakan ketika bangun pagi kakinya merasa senut-senut (nyeri) dan berat untuk berjalan. - Tn. T mengatakan pernah hampir jatuh karena kakinya merasa tidak kuat menopang badannya DO: - Skala nyeri sedang (6) - Klien tampak perlahan-lahan saat berjalan karena menahan nyeri. - Klien tampak lambat dalam berjalan. - Tingkat funsional klien 0, namun kadang-kadang 1 Hambatan mobilitas fisik Nyeri, gangguan muskulus skeletal,kaku sendi (AR).
  • 15. DS : - Tn. T mengatakan sering merasa linu di persendian kakinya sehingga kaku untuk berjalan - Tn. T mengatakan ketika bangun pagi kakinya merasa senut-senut (nyeri) dan berat untuk berjalan. - Tn. T mengatakan pernah hampir jatuh karena kakinya merasa tidak kuat menopang badannya DO: - skala nyeri sedang (6) - Klien tampak perlahan-lahan saat berjalan karena menahan nyeri Nyeri Agen cedera fisik ( rematik) 2. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga No Diagnosa Keperawatan 1 Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit. 2 Kurang pengetahuan, ketidak tahuan tentang penyakit b.d Kurang informasi dan keterbatasan kemampuan mencerapai informasi, ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. 3 Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku sendi,gangguan sensori perseptual. 4 Nyeri b.d agen cedera fisik (rematik). 3. Prioritas Masalah a. Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit. KRITERIA SKORE PEMBENARAN Sifat masalah (bobot 1) Skala : 3 : Aktual 2 : Resiko 1 : Sejahtera 2/3 x 1 = 2/3 Tn. T dan keluarga mengetahui bahwa Tn. T memiliki penyakit linu pada kakinya dan pernah hampir jatuh. Kemungkinan masalah dapat diubah (bobot 2) Skala : 2 : Mudah 1 : Sebagian 0 : Tidak dapat 1/2 x 2 = 1 Keluarga mengatakan Tn. T sering tidak mau diajak ke tempat pelayanan kesehatan, kecuali benar- benar parah. Tn. T merasa masih dapat beraktivitas sehingga sering tidak mau
  • 16. dibantu dalam beraktivitas. Potensial masalah untuk dicegah (bobot 1) 3 : Tinggi 2 : Cukup 1 : Rendah 3/3 x 1 = 1 Keluarga mengatakan jika Tn. T tidak banyak melakukan aktivitas dan banyak beristirahat maka penyakit Tn. T dapat terminimalisir. Menonjolnya masalah (bobot 1) 2 : Berat, segera ditangani 1 : Tidak perlu segera ditangani 0 : tidak dirasakan 0/2 x 1 = 0 Keluarga mengatakan hanya satu kali Tn. T pernah hampir jatuh dan Tn. T sudah bisa mengimbangkan tubuhnya untuk berjalan walaupun lambat. Total 2 2/3 b. Kurang pengetahuan, ketidaktahuan tentang penyakit b.d Kurang informasi dan keterbatasan kemampuan mencerapai informasi, ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan KRITERIA SKORE PEMBENARAN Sifat masalah (bobot 1) Skala : 3 : Aktual 2 : Resiko 1 : Sejahtera 2/3 x 1 = 2/3 - Tn. T mengatakan sering merasa linu di persendian kakinya sehingga kaku untuk berjalan. Ketika bangun pagi kakinya merasa senut-senut (nyeri) dan berat untuk berjalan. Tn. T pernah hampir jatuh karena kakinya merasa tidak kuat menopang badannya Kemungkinan masalah dapat diubah (bobot 2) Skala : 2 : Mudah 1 : Sebagian 0 : Tidak dapat 2/2 x 2 = 2 Keluarga Tn. T mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit segera dibawa ke Bidan atau Puskesmas terdekat, namun belum ada pertugas yang menjelaskan bagaimana penyakitnya. Potensial masalah untuk dicegah (bobot 1) 3 : Tinggi 2 : Cukup 1 : Rendah 2/3 x 1 = 2/3 Tn. T mengatakan sudah mulai mengurangi aktivitasnya agar penyakitnya tidak bertambah parah, Tn. T
  • 17. belum tahu makanan apa yang harus dihindari. Menonjolnya masalah (bobot 1) 2 : Berat, segera ditangani 1 : Tidak perlu segera ditangani 0 : tidak dirasakan 2/2 x 1 = 1 Tn. T mengatakan penyakitnya mengganggu aktivitas geraknya sehingga menyusahkan keluarga yang lain. Total 3 4/3 c. Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku sendi,gangguan sensori perseptual. KRITERIA SKORE PEMBENARAN Sifat masalah (bobot 1) Skala : 3 : Aktual 2 : Resiko 1 : Sejahtera 3/3 x 1 = 1 Tn. T mengatakan Tn. T mengatakan penyakitnya mengganggu aktivitas geraknya sehingga menyusahkan keluarga yang lain. Kemungkinan masalah dapat diubah (bobot 2) Skala : 2 : Mudah 1 : Sebagian 0 : Tidak dapat 1/2 x 2 = 1 Keluarga Tn. T mengatakan Tn T sudah bisa menyeimbangkan badannya walaupun dengan gerakan yang lambat. Potensial masalah untuk dicegah (bobot 1) 3 : Tinggi 2 : Cukup 1 : Rendah 2/3 x 1 = 2/3 Tn. T mengatakan aktivitasnya terganggu. Menonjolnya masalah (bobot 1) 2 : Berat, segera ditangani 1 : Tidak perlu segera ditangani 0 : tidak dirasakan 2/2 x 1 = 1 Tn. T mengatakan capek dengan penyakitnya yang tidak sembuh-sembuh dan mengganggu geraknya sehingga menyusahkan keluarga. Total 3 2/3 d. Nyeri b.d agen cedera fisik (rematik) KRITERIA SKORE PEMBENARAN Sifat masalah (bobot 1) Skala : 3 : Aktual 3/3 x 1 = 1 Tn. T mengatakan ketika bangun pagi kakinya merasa senut-senut
  • 18. 2 : Resiko 1 : Sejahtera (nyeri) dan berat untuk berjalan Kemungkinan masalah dapat diubah (bobot 2) Skala : 2 : Mudah 1 : Sebagian 0 : Tidak dapat 1/2 x 2 = 1 Tn. T mengatakan nyerinya ketika bangun pagi tidak hilang-hilang, padahal sudah minum obat dari warung. Keluarga mengatakan Tn. T sering tidak mau diajak ke tempat pelayanan kesehatan, kecuali benar- benar parah. Potensial masalah untuk dicegah (bobot 1) 3 : Tinggi 2 : Cukup 1 : Rendah 3/3 x 1 = 1 Tn. T mengatakan sakitnya tidak bertambah parah jika banyak beristirahat. Menonjolnya masalah (bobot 1) 2 : Berat, segera ditangani 1 : Tidak perlu segera ditangani 0 : tidak dirasakan 2/2 x 1 = 1 Tn. T mengatakan sakitnya mengganggu aktivitasnya, kadang Tn. T tidak tahan dengan senut-senutnya. Total 4 Maka prioritas masalahnya sebagai berikut : No Diagnosa Keperawatan Skore 1 Nyeri b.d Agen cedera fisik (rematik). 4 2 Kurang pengetahuan, ketidak tahuan tentang penyakit b.d Kurang informasi dan keterbatasan kemampuan mencerapai informasi, ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. 3 4/3 3 Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku sendi, gangguan sensori perseptual. 3 2/3 4 Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit. 2 2/3 E. Rencana Asuhan Keperawatan No Dx Tujuan Kriteria Intervensi 1 Setelah dilakukan perawatan selama 5 Non verbal Pain management (1400)
  • 19. hari, Tn. T mengalami penurunan rasa nyeri atau dapat mentolerir rasa nyeri dengan kriteria : 1. Klien memahami mekanisme nyeri yang terjadi 2. klien mengetahui dan dapat memperagakan teknik distraksi dan relaksasi 3. klien tidak banyak mengeluh tentang nyerinya 1. Monitor nyeri : lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, keparahan dan faktor presipitasi 2. Observasi respon non verbal klien saat nyeri terjadi 3. Gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien 4. Jelaskan mekanisme nyeri yang terjadi pada klien 5. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri 6. Berikan support sistem untuk mentolerir nyeri 7. Libatkan orang terdekat klien (keluarga) untuk pemberian support sistem 8. Kolaborasi dalam pemberian analgetik 9. Kontrol faktor-faktor pemicu timbulnya nyeri : pembatasan aktivitas, nutrisi tinggi serat, minum air putih banyak, psikis tidak terganggu 10. Identifikasi PQRST sebelum dilakukan pengobatan 11. Berikan obat analgetik 12. Menganjurkan klien untuk bergerak perlahan pada setiap melakukan aktivitas 2 Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, keluarga mengetahui tentang penyakit yang diderita keluarganya (AR), dengan kriteria hasil : - Keluarga dapat menjelaskan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta penalaksanaan pada penyakit AR. Verbal pengetahuan Teaching : Disease Prosess (5602) 1. Menilai tingkat pengetahuan keluarga yang berhubungan dengan penyakit yang diderita oleh anggota keluarga (AR) 2. Menjelaskan pengertian penyakit (AR) 3. Menjelaskan patofisiologi penyakit (AR) 4. Menjelaskan tanda dan gejala yang muncul dari penyakit yang dialami (AR) 5. Menjelaskan penalaksanaan atau hal-hal yang harus dihindari
  • 20. - Keluarga dapat melakukan perawatan dengan mengontrol makanan-makanan yang harus dihindari lansia 6. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab terjadinya penyakit 7. Mendiskusikan dengan keluarga tentang pilihan terapi yang bisa dilakukan 2 Setelah dilakukan perawatan selama 5 hari klien mampu melakukan mobilisasi sesuai kemampuan, klien dan keluarga mampu melakukan perawatan pada lansia yang imobilisasi dengan kriteria : 1. Mampu memotivasi diri untuk melakukan mobilisasi sesuai kemampuan Non verbal Immobilization care (0940) 1. Diskusikan dengan klien tentang imobilisasi 2. Berikan contoh dan demonstrasi mobilisasi yang aman dan dapat dilakukan oleh klien 3. Observasi terjadinya nyeri 4. Motivasi klien untuk melakukan mobilisasi sesuai kemampuan 5. Beri reinforcement atas upaya pemahaman informasi dan usaha mobilisasi yang dilakukan 4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 hari klien dapat mencegah terjadinya jatuh dan aman dalam pergerakannya, dengan kriteria hasil : - Menggunakan alat bantu yang dibutuhkan - Menempatkan barang-barang di tempat yang sesuai agar tidak menggangu lansia - Memperhatikan kondisi lantai Verbal pengetahuan Fall Prevention (6490) 1. Mengidentifikasi ketidaktahuan dan kelemahan fisik yang kemungkinan menjadi potensi terjadinya jatuh 2. Mengidentifikasi lingkungan sekitar yang dapat menjadi penyebab jatuh 3. Memonitor nyeri, kelemahan, keseimbangan tubuh lansia 4. Mengajarkan pada pasien bagaimana mencegah terjadinya jatuh 5. Menyarankan keluarga untuk membantu kegiatan pasien apabila diperlukan DAFTAR PUSTAKA Bandiah, S. (2009) Lanjut Usia dan Keperawatan gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika.
  • 21. Jhonson R. dan Leny R (2010) keperawatan keluarga plus contoh askep keluarga. Yogyakarta : Nuha Medika. Diposkan oleh Rumiyanti Ns di 05.52 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest 2 komentar: 1. Wahyuni.Skep11 Maret 2013 06.16 bagus dech Balas 2. chlory-xpdio3 Juni 2013 05.28 Thx yo :D Balas Posting Lebih BaruBeranda Langganan: Poskan Komentar (Atom) Arsip Blog  ▼ 2012 (2) o ▼ Juni (2)  Asuhan Keperawatan Anak Dengan Ruam Popok  Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Men... Mengenai Saya Rumiyanti Ns Lihat profil lengkapku