[Ringkasan]
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan keluarga dengan anggota keluarga bernama Tn. T yang menderita penyakit rematik yaitu artritis reumatoid.
2) Keluarga Tn. T terdiri atas 4 orang dengan Tn. T sebagai kepala keluarga berusia 67 tahun yang menderita artritis reumatoid.
3) Tujuan dari asuhan keperawatan keluarga
Asuhan keperawatan keluarga dengan lansia yang menderita rematik
1. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Menderita
Rematik
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan Pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah mewujudkan
hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan
hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis atau ilmu kedikteran
sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan
hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah
cenderung lebih cepat.
Saat ini, di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia
rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di Negara maju
seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia bertambah 1000 orang per hari pada tahun
1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada
masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut usia.
Secara demografi, menurut sensus penduduk pada tahun 1980 di Indonesia jumlah penduduk
147,3 juta. Dari angka tersebut terdapat 16,3 juta orang (11%) orang yang berusia 50 tahun ke
atas, dan 5,3 juta orang (4,3%) berusia 60 tahun ke atas. Dari 6,3 juta orang terdapat 822,831
(23,06%) orang yang tergolong jompo, yaitu para lanjut usia yang memerlukan bantuan khusus
sesuai undang-undang bahkan mereka harus dipelihara oleh Negara.
Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi penuaan secara alamiah. Hal ini akan
menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi, dan psikologis. Survei rumah tangga tahun
1980 angka kesakitan penduduk usia lebih dari 55 tahun, sebesar 25,70% diharapkan pada tahun
2000 nanti angka tersebut akan menurun menjadi 12,30% (Depkes RI, Pedoman Pembinaan
Kesehatan Lanjut usia bagi Petugas Kesehatan I, 1992)
Pada sistem muskuloskeletal termasuk di dalamnya adalah tulang, persendian, dan otot-otot
akan mengalami perubahan pada lansia yang dapat mempengaruhi penampilan fisik dan
fisiologisnya. Semua perubahan ini sangat mempengaruhi rentang gerak, gerak secara
keseluruhan, dan cara berjalan.
Kekuatan muskular mulai merosot pada usia sekitar 40 tahun, dengan suatu kemunduran
yang dipercepat setelah usia 60 tahun. perubahan gaya hidup dan penggunakan sistem
neuromuscular adal penyebab utama kehilangan kekuatan otot. Secara umum, terdapat
kemunduran kartilago sendi, sebagian besar terjadi pada sendi-sendi yang menahan berat dan
pemebentukan tulang di permukaan sendi. Komponen-komponen kapsul sendi pecah dan kolagen
yang terdapat pada jaringan penyambung meningkat progresif yang jika tidak dipakai lagi,
mungkin menyebabkan inflamasi, nyeri, penurunan mobilitas sendi, dan deformitas. Penyakit
inflamasi artikular yang paling sering terjadi pada lansia adalah Atritis Reumatoid.
Berbagai penyakit sendi, termasuk Atritis Reumatoid dapat terjadi resiko jatuh pada lansia.
Jatuh merupakan kejadian terbesar pada lansia. Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan
penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, sehingga mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendak dengan atau tanpa kehilangan
kesadaran atau luka (Reuben, 1996 dalam Buku Ajar Geriatri, Darmojo, 1999).
2. Penyakit kronis, pengobatan, dan faktor lingkungan seperti penerangan yang kurang, lantai
yang licin, tersandung, alas kaki kurang pas, kursi roda yang tidak terkunci, serta jalan menurun/
adanya tangga juga dapat memperbesar risiko jatuh pada lansia. Karena hal-hal tersebut maka
perhatian dan dukungan keluarga terhadap lansia menjadi sangat penting.
Keluarga mempunyai peran yang penting dalam perawatan pasien lansia. Peran penting
tersebut dimiliki keluarga dikarenakan keluarga paling banyak berhubungan dengan pasien
(lansia), keluarga adalah orang yang paling dekat dan paling mengetahui keadaan pasien, Pasien
(lansia) yang dirawat di rumah sakit nantinya akan kembali ke lingkungan keluarga.
Salah satu aspek penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah unit terkecil
dalam masyarakat merupakan klien keperawatan atau si penerima asuhan keperawatan. Keluarga
berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang sakit. Secara
empiris dapat dikatakan bahwa kesehatan anggota keluarga menjadi sangat berhubungan atau
signifikan.
Prioritas tertinggi dari keluarga adalah kesejahteraan anggota keluarganya. Hal ini tercapai
apabila fungsi-fungsi dari keluarga untuk memenuhi kebutuhan tiap individu yang ada dalam
keluarga dapat tercapai dan terpenuhi.
Keluarga Tn. T yang beralamatkan di RT 13 RW 09 Desa Kasih Sayang Kembar Purwokerto
menjadi studi kasus dalam asuhan keperawatan keluarga saat ini dikarenakan terdapat alasan yang
mendukung dijadikannya Tn. T sebagai sasaran Asuhan Keperawatan Keluarga yaitu keluarga Tn.
T merupakan keluarga resiko tinggi kesehatan karena didalamnya terdapat usia lanjut.
1.2 Pembahasan masalah
Asuhan keperawatan keluarga pada Tn. Tdiprioritaskan pada diagnosa keperawatan pertama
yaitu nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik (rematik)
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Keluarga Tn. T bisa dan mampu meningkatkan derajat kesehatannya melalui pemberian
asuahan keperawatan keluarga.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga Tn. T
2. Menganalisa dan merumuskan masalah keperawatan yang terjadi pada keluarga Tn. T kemudian
menentukan prioritas masalah melalui skoring keluarga
3. Menyusun rencana tidakan keperawatan keluarga
4. Memberikan implementasi pendidikan kesehatan dan memberikan fasilitas perawatan kesehatan
5. Mengevaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga Tn. T
1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa
1. Untuk melatih dan membiasakan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga
melalui Asuhan Keperawatan keluarga.
2. Untuk meningkatkan ketrampilan berfikir kritis dalam menyesuiakan masalah kesehatan keluarga
melalui Asuhan Keperawatan keluarga.
1.4.2 Keluarga
3. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan sendiri,
sehingga tercipta peningkatan stastus dan derajat kesehatan keluarga yang optimal.
KONSEP DASAR
1. Pengertian Lansia
Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara memuaskan . Menurut
Organisasi Kesehatan Dunia lanjut usia meliputi :
- Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
- Lanjut usia (elderly) ialah kelompok usia antara 60 sampai 74
- Lanjut usia tua (old) ialah kelompok usia antara 75 sampai 90
- Usia sangat tua (very old) ialah kelompok usia diatas 90
2. perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia
- Perubahan sel
- Sistem pernafasan
- Sistem pendengaran
- Sistem penglihatan
- Sistem kardiovaskuler
4. - Sistem pengaturan temperature tubuh
- Sistem respirasi
- Sistem gastrointestinal
- Sistem genitourinaria
- Sistem endokrin
- Sistem kulit
- Sistem musculoskeletal
- Perubahan-perubahan mental
- Perubahan-perubahan psokososial
- Peningkatan spiritual
3. Penyakit Radang Sendi : Atritis Reumatoid
a. Patofisiologi
Atritis Reumatoid adalah suatu penyakit kronis, sistemik, yang secara khas berkembang
perlahan-lahan dan ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada sendi-sendi diartrodial
dan struktur yang berhubungan. AR sering disertai dengan nodul-nodul rheumatoid, arthritis,
neuropati, skleritis, perikarditis, limfadenopati, dan splenomegali. AR ditandai oleh periode-
periode remisi dan bertambah parahnya penyakit (Stanley dan Beare, 2007).
b. Manifestasi Klinis
pada lansia, AR dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok :
1) Kelompok 1 adalah AR klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan sebagian besar terlibat.
Terdapat faktor raumatoid, dan nodula-nodula rheumatoid yang sering terjadi. Penyakit dalam
kelompok ini dapat mendorong kea rah kerusakan sendi yang progresif.
2) Kelompok 2 termasuk klien yang memenuhi criteria dari American Rheumatologic
Association untuk AR karena mereka mempunyai radang sinovitis yang terus-menerus dan
simetris, sering melibatkan pergelangan tangan dan sendi-sendi jari.
3) Kelompok 3, sinovitis terutama mempengaruhi bagian proksimal sendi, bahu, dan panggul.
Awitannya mendadak, sering ditandai dengan kekakuan pada pagi hari. Pergelangan tangan pasien
sering mengalami hal ini, dengan adanya bengkak, nyeri tekan, penurunan kekuatan genggaman,
dan sindrom carpal tunnel. Kelompok ini mewakili suatu penyakit yang dapat smbuh sendiri yang
dapat dikendalikan secara baik dengan menggunakan prednisone dosis rendah atau agens
antiinflamasi dan memiliki prognosis yang baik.
Jika tidak diistirahatkan, AR akan berkembang menjadi empat tahap :
1) Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membran sinovial dan kelebihan produksi cairan
sinovial. Tidak ada perubahan yang bersifat merusak terlihat pada radiografi. Bukti osteoporosis
mungkin ada.
2) Secara radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat. Klien mungkin
mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada deformitas sendi.
3) Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga mengurangi ruang gerak sendi.
Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan
deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang,
4) Ketika jaringan fibrosa mengalami klasifikasi, ankilosis tulang dapat menyebabkan terjadinya
imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang meluas dan luka pada jaringan lunak seperti nodula-
nodula mungkin terjadi.
5. c. Penalaksanaan
Penanganan medis bergantung pada tahap penyakit ketika diagnosis dibuat dan termasuk
dalam kelompok mana yang sesuai dengan kondisi tersebut. Untuk menghilangkan nyeri dengan
menggunakan aggens inflamasi, obat yang dapat dipilih dalah aspirin. Namun, efek antiinflamasi
dari aspirin tidak terlihat pada dosis kurang dari 12 tablet perhari, yang dapat menyebabkan gejala
gastrointestinal dan sistem saraf pusat. Obat antiinflamasi non steroid sangat bermanfaat, tetapi
dianjurkan menggunakan dosis yang direkomendasikan oleh pabrik dan pemantauan efek samping
secara hati-hati sangat perlu dilakukan. Terapi kotikosteroid yang diinjeksikan melalui sendi
mungkin digunakan untuk infeksi di dalam satu atau dua sendi. Injeksi secara cepat dihubungkan
dengan nekrosis dan penurunan kekuatan tulang. Biasanya, injeksi yang diberikan ke dalam sendi
apapun tidak boleh diberikan lebih dari tiga kali. Rasa nyeri dan pembengkakan umumnya hilang
untuk waktu 1 sampai 6 minggu.
Penalaksanaan keperawatn menekankan pemahaman klien tentang sifat alami AR kronis dan
kelompok serta tahap-tahap yang berbeda untuk memantau perkembangan penyakit. Klien harus
ingat bahwa walaupun pengobatan mungkin mengurangi radang dan nyeri sendi, mereka harus
pula mempertahankan pergerakan dan kekuatan untuk mencegah deformitas sendi. Suatu program
aktivitas dan istirahat yang seimbang sangat penting untuk mencegah peningkatan tekanan pada
sendi.
ASUHAN KEPERWATAN KELUARGA DENGAN LANSIA
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas Keluarga
Identitas Kepala Keluarga
Nama : Tn. T
Jenis Kelamin : Laki – Laki
6. Suku : Jawa
Umur : 67 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Telp : 085740032156
Alamat : RT 13 RW 09 Dusun Kasih Desa Sayang
Kec. Kembar Kab. Purwokerto Jateng
b. Komposisi Keluarga
No Nama Jenis
kelamin
Hub. Dg
keluarga
Umur Pendidikan Pekerjaan
1 Tn. T L KK 67 th SD Pensiunan
2 Tn. M L Menantu 30 th SMA Buruh Pabrik
3 Ny. S P Anak 25 th SMP IRT
4 An. A L Cucu 5 th TK Pelajar
c. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
7. : Sakit
: meninggal
: Tinggal serumah
d. Tipe Keluarga
keluarga Tn. T merupakan keluarga besar yang terdiri dari ayah, ibu, anak, menantu, serta cucu (
The extended family). Terkadang Tn. T merasa istirahatnya terganggu karena aktivitas bermain
yang dilakukan cucu beserta teman-temannya.
e. Suku Bangsa
Tn. T menyatakan bahwa keluarganya merupakan suku jawa dan tinggal di lingkungan orang-
orang yang bersuku jawa. Tn. T berkomunikasi dengan bahasa Jawa dan bahasia Indonesia baik
antara anggota keluarga maupun kelurga sekitar.
f. Agama
Semua anggota keluarga Tn. T beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai keyakinan di
rumah dan di masjid. Dalam menjalankan perintah agama keluarga cukup taat dan rajin
mengikuti kegiatan keagamaan seperti sholat jamaah di Musholla, sholat Jumat di Mesjid, acara
tahlilan/yasiinan (bapak-bapak dan ibu-ibu), dan acara keagamaan lainnya.
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga
penghasilan keluarga ± Rp. 1.150.000 perbulan di, yang diperoleh dari hasil pensiunan Tn. T
sebesar Rp. 400.000 dan hasil kerja Tn. M sebagai buruh pabrik sebesar Rp. 750.000. Sedangkan
Ny. S tidak menghasilkan uang karena hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Tn. T
memelihara ternak berupa ayam sebanyak 5 ekor. Pengeluaran perbulan untuk keperluan makan
sekitar Rp. 700.000,- dan sisanya untuk keperluan lain –lain seperti membayar listrik,
kebutuhan anak sekolah.
h. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Kegiatan yang dilakukan keluarga setiap hari mereka menonton TV bersama-sama, dan semua
berkumpul menonton TV ketika malam hari. Kadang mereka berkumpul bersama tetangga atau
saudara dekat untuk berbincang-bincang bersama. Jika memiliki tabungan cukup dan kesehatan
yang mendukung mereka berwisata ke tempat rekreasi terdekat.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini dengan lansia
Tahap perkembangan keluarga Tn. T saat ini adalah keluarga usia lanjut, yang dimulai pada masa
pension dan salah satu atau kedua orang tua meninggal. Semua anak Tn. T sudah menikah dan
mempunyai tempat tinggal sendiri-sendiri, hanya anak yang terakhir yang tinggal serumah
dengannya dan mempunyai seorang anak yang masih berumur 5 tahun. Menantu Tn. T bekerja
sebagai buruh pabrik.
b. Tahap perkembangan yang belum terpenuhi
Tidak ada tahap perkembangan keluarga sampai saat ini yang belum terpenuhi.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti
- Tn. T mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan. Tn. T mengatakan beberapa minggu ini
sering merasa linu di persendian kakinya sehingga kaku untuk berjalan, ketika bangun pagi
kakinya merasa senut-senut (nyeri) dan berat untuk berjalan. Tn. T mengatakan pernah hampir
jatuh karena kakinya merasa tidak kuat menopang badannya.
- Anak Tn. T (Ny. S) tidak memiliki masalah kesehatan.
8. - Menantu Tn. T (Tn. M) mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan dan tidak memiliki
masalah kesehatan
- Cucu Tn. T (An. A) tidak mempunyai masalah kesehatan
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Tn. T mengatakan istrinya (Ny . S) meninggal dunia karena penyakit kanker payudara, Ny. S (anak
dari Tn. T) mengatakan Ayah mertuanya memiliki riwayat diabetes. Keluarga dari pihak Tn. M
saat ini hubungannya baik, minimal setiap minggu bersilaturahmi, tidak ada konflik dengan
keluarga.
3. Data Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Rumah Tn. T merupakan rumah permanen dengan ukuran panjang ± 10 meter dan lebar 7 meter.
Di rumah tersebut terdapat :
- Kamar tidur ( terdapat 3 kamar tidur, 1 kamar tidur berada di depan samping ruang tamu, 2
kamar tidur berada di samping ruang keluarga ).
- Kamar kosong ( 3 kamar kosong. Model rumah Tn. T adalah model rumah jaman dahulu yang
banyak terdapat kamar-kamar yang jarang digunakan dan biasanya kamar tersebut digunakan
untuk menaruh barang-barang yang tidak terpakai).
- Ruang tamu berukuran 3x3 meter, Ruang tamu cukup rapi dan bersih, terdapat perabotan
- Ruang makan Tn. T biasanya bergabung dengan ruang keluarga atau ruang menonton TV.
- Kamar mandi bergabung dengan WC berjumlah 2.
Lantai rumah Tn. T terbuat dari semen, kecuali dapur lantainya masih berupa tanah, Lantai dapur
tampak licin dan lembab. Atap rumah dari genting. Ventilasi ada beberapa yaitu : di ruang tamu
ada jendela, di ruang keluarga, di 2 kamar tidur dan 2 kamar kosong, serta dapur. Ventilasi masih
terlalu sempit, < 10 m luas lantai. Kamar tamu ada sebuah lampu neon 20 watt, ruang keluarga
terdapat bola lampu 15 watt, masing–masing kamar dan dapur terdapat lampu pijar 10 watt.
Sumber air keluarga berasal dari sumur gali yang telah dipasang pompa air, kualitas air
tergantung musim, pada musim hujan warna air keruh kekuning-kuningan, pada musin kemarau
warna air agak bening, kadang-kadang air agak berbau. Sumber air minum keluarga
menggunakan air sumur yang ditampung dan diendapkan dalam tong. Jarak septictank dengan
sumur ± 8 meter. Keluarga mengatakan membuang air limbah keluarga langsung ke kolam
dibelakang rumah dengan membuat saluran yang menuju ke kolam penampungan. Untuk
pembuangan sampah dilakukan penampungan dulu di ember sampah kemudian di pindah dan di
bakar di dalam lubang di samping rumah. Untuk sarana penerangan keluarga Tn. T
menggunakan listrik semuanya. Di belakang rumah terdapat kolam penampungan limbah
keluarga beserta ikan lele peliharaan, dan terdapat kandang ayam.
Gambar Denah Rumah :
Jalan
U
B T
9. S
Kamar kosong ruang tamu ruang
keluarga kamar
Kamar
kamar
Kamar kosong kamar kosong kamar
kosong dapur
K.M + WC
Kandang
ayam Kolam penampungan
+ ikan
10. b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas
Rumah Tn. T berada di wilayah kelurahan yang mayoritas penduduk sekitarnya adalah petani.
Sarana jalan tersebut belum diaspal. Sarana kesehatan di lingkungan tersebut berupa bidan desa.
Di dekat rumah Tn. T ± 7 meter terdapat masjid. Tetangga Tn. T mayoritas beragama islam serya
memiliki sifat kebersamaan serta menganut adat jawa, misalnya selamatan, yasinan setiap malam
jum’at, dll. Jika ada kegiatan sosial kemasyarakatan biasanya diumumkan melalui pengeras suara
yang ada di musholla atau mesjid.
c. Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn. T Keluarga jarang bepergian ke tempat-tempat yang jauh. Kegiatan rutin Tn. T
adalah pergi ke sawah untuk sekedar melihat-lihat, sawah tersebut tidak jauh dari rumahnya
(sekitar 1 km), aktivitas lainnya menonton TV dan mengikuti kegiatan keagamaan. Tempat
tinggal keluarga juga tidak berpindah – pindah. Keluarga Tn.T yang lain berada di sekitar tempat
tinggalnya (masih satu desa).
d. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Keluarga Dengan Masyarakat.
Keluarga Tn. T mengatakan setiap hari raya semua anak-anak dan keluarga Tn. T berkumpul di
rumah. Saudara-saudara Tn. T yang berada di sekitar rumah sering datang berkunjung. Tn. T dan
keluarganya rutin mengikuti kegiatan, seperti pengajian.
e. Sistem Pendukung Keluarga
Tn. T memiliki keluarga yang berada di sekitar rumahnya sehingga sewaktu-waktu dapat
dimintai bantuan. Tn. T memiliki ASKES. Jika sakit biasanya keluarga Tn. T dibawa ke Bidan,
dan jika perlu rujukan ke Puskesmas yang berjarak 5 meter dari rumah.
4. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
keluarga Tn. T dalam berkomunikasi menggunakan bahasa jawa dan bahasa Indonesia.
Komunikasi antar anggota lancar dan tidak ada konflik dalam keluarga. Dalam keluarga
mempunyai kebiasaan berkomunikasi setiap malam ketika menonton TV, keluarga bertukar
pendapat dan menceritakan hal-hal yang terjadi dalam keluarga.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Dalam keluarga Tn. T adalah penentu keputusan terhadap suatu masalah karena Tn. T dianggap
sebagai orang yang paling tua dan sebagai kepala keluarga. Untuk anak-anak yang telah
berkeluarga keputusan diserahkan kepada keluarga masing-masing, tetapi anak-anaknya juga
sering meminta pendapat Tn. T. keluarga Tn. T sangat menyayangi dan menghargai Tn. T,
apabila Tn. T sakit keluarga langsung mengantarkannya berobat, anak-anaknya juga
mengingatkannya untuk minum obat jika Tn. T lupa.
c. Struktur Peran ( Formal Dan Informal )
- Tn. T berperan sebagai kepala keluarga, seorang ayah ayah dan kakek. Tn. T juga sering
mengasuh cucunya jika kedua anaknya sibuk atau ada keperluan.
- Tn. A berperan sebagai anak (menantu), suami, dan bapak.
- Ny. S berperan sebagai anak, istri, dan ibu.
- An. A berperan sebagai anak, An. A belum menyadari dan menjalankan perannya karena
masih kecil.
d. Nilai Dan Norma Keluarga
11. Tn. T mengatakan ia terbiasa menanamkan pada anak-anaknya sikap hormat-menghormati dan
menyayangi antar keluarga dan dengan tetangga. Keluarga Tn. T menganut agama Islam, dalam
kehidupan keseharian menggunakan keyakinan sesuai syariat islam. Keluarga Tn. T menganut
norma atau adat yang ada di lingkungan sekitar misalnya takziah atau menjenguk tetangga yang
sakit. Disamping itu keluarga menganut kebudayaan Jawa, norma yang dianut juga kebudayaan
jawa. Dalam kebiasaan keluarga Tn. T tidak ada yang bertentangan dengan kesehatan.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Keluarga Tn. T mengatakan berusaha memelihara keharmonisan antar anggota keluarga, saling
menyayangi, dan menghormati. Keluarga Tn. T sangat harmonis, rukun dan tentram. Apabila ada
anggota yang membutuhkan atau sakit maka keluarga yang lain berusaha membantu.
b. Fungsi Sosialisasi
Tn. T mengatakan interaksi antar anggota keluarga dapat berjalan dengan baik. keluarga Tn. T
menganut kebudayaan jawa. Keluarga Tn. T berusaha untuk tetap memenuhi aturan yang ada
keluarga, misalnya saling menghormati dan menghargai. Keluarga juga mengatakan mengikuti
norma yang ada di masyarakat sekitar, sehingga dapat menyesuiakan dan berhubungan baik
dengan para tetangga atau masyarakat sekitar.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
- Kemampuan mengenal masalah kesehatan
Keluarga mengatakan mengetahui penyakit di keluarganya tetapi tidak mengetahui sama sekali
apa penyebabnya. Keluarga Tn. T mengatakan hanya sedikit mengetahui tentang tanda dan
gejala, serta tidak mengetahui apa-apa saja yang harus dihindari untuk mencegah terjadinya
penyakit pada Tn. T. Tn.
- Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Keluarga mengatakan linu pada sendi kaki yang diderita oleh Tn. T merupakan sakit yang biasa
diderita oleh orang tua. Keluarga terus mengingatkan kepada Tn. T untuk tidak banyak
melakukan aktivitas dan beristirahat saja.
- Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Jika ada keluarga yang sakit, hal pertama yang dilakukan adalah mengerokinnya dan jika
sakitnya berlarut segera dibawa ke Bidan atau ke Puskesmas terdekat.
- Kemampuan keluarga memelihara/ memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
Keluarga mengatakan tiap hari selalu membersihkan lingkungan rumahnya (menyapu,
mengepel), sistem pembuangan limbah keluarga langsung ke saluran kolam di belakang rumah,
pembuangan sampah ditampung sementara di ember sampah kemudian di bakar di lubang
pembakaran setiap dua hari sekali.
- Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat
Keluarga Tn. T mengatakan jika ada keluarga yang sakit segera dibawa ke Bidan, dan jika perlu
rujukan dibawa ke Puskesmas terdekat. Tn. T seringkali tidak mau dibawa ke pelayanan
kesehatan kecuali benar-benar dirasa parah.
d. Fungsi Reproduksi
Tn. T memiliki tiga orang anak yang sudah menikah semua. Ny. S dan Tn. A memiliki satu
orang anak, Ny. S menggunakan alat kontrasepsi berupa pil untuk mengatur jarak anak
selanjutnya.
e. Fungsi Ekonomi
12. Keluarga Tn. T termasuk keluarga mampu, hal ini dapat dilihat dari penghasilan keluarga tiap
bulannya sekitar Rp.1.150.000/perbulan. Keluarga Tn. T dapat memenuhi setiap kebutuhan
sandang, pangan dan papan walaupun dengan kapasitas seadanya. Untuk memenuhi kebutuhan
makan sehari-hari, Tn.A menanam sayur di tepi sawah Tn. T yang dikelola olehnya. Jika ingin
makan lauk-pauk, Tn. T biasa memancing ikan bersama kawan-kawannya di sungai dekat rumah
6. Stres Dan koping Keluarga
a. Stressor Jangka Pendek Dan Panjang
- Stresor jangka pendek
Keluarga Tn. MS mengatakan pernah mengalami stres ketika Ny. S (istri Tn. T) meninggal dunia
karena kanker payudar, namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena keluarga sudah
mengikhlaskannya. Hal-hal lain yang menimbulkan stress dalam keluarga segera dapat diatasi.
- Stresor jangka panjang
Keluarga Tn. MS mengatakan hampir tidak pernah mengalami stres baik itu stes jangka panjang
( > 6 bulan ).
b. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi/Stressor
Pemecahan masalah dalam keluarga Tn. T biasanya dengan cara musyawarah antar anggota
keluarga, kadang juga melibatkan anaknya. Dalam menentukan pengobatan yang harus dijalani
salah satu anggota keluarga, Tn. A pengambil keputusan karena Tn. A yang dianggap mampu
dan memiliki fisik yang kuat.
c. Strategi Adaptasi Disfungsional
Dalam menghadapi suatu permasalahan keluarga Tn. MS biasanya mengkonsentrasikan pada
bagaimana cara pemecahan masalah tersebut. Sehingga keluarga tidak terganggu dalam
melakukan pekerjaan keseharian.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Tn T
Tekanan Darah : 130/100 mmHg
Berat Badan : 57 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Nadi : 80 x/mnt
RR : 20x/mnt
Termometer : 36,5° C
Kekuatan otot : 5 5
4 3
Skala nyeri : 6
b. Tn A
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Berat Badan : 59 kg
Tinggi Badan : 163 cm
Nadi : 80 x/mnt
RR : 20x/mnt
Termometer : 36,3° C
Keadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainan
c. Ny. S
13. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Berat Badan : 52 kg
Tinggi Badan : 155 cm
Nadi : 80 x/mnt
RR : 20x/mnt
Termometer : 36,5° C
Keadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainan
d. An. A
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Berat Badan : 25 kg
Tinggi Badan : 65 cm
Nadi : 80 x/mnt
RR : 20x/mnt
Termometer : 36,5° C
Keadaan fisik tidak menunjukan adanya kelainan
8. Harapan Keluarga
Keluarga sangat berharap agar masalah kesehatan yang terjadi di dalam keluarga dapat teratasi
atas bantuan dari pertugas kesehatan.
B. Diagnosa Keperawatan Keluarga
1. Analisa Dan Sintesa Data
No Data Penunjang Masalah Etiologi
1. DS :
- Tn. T mengatakan sering merasa
linu di persendian kakinya sehingga
kaku untuk berjalan
- Tn. T mengatakan ketika bangun
pagi kakinya merasa senut-senut
(nyeri) dan berat untuk berjalan.
- Tn. T mengatakan pernah hampir
jatuh karena kakinya merasa tidak
kuat menopang badannya
DO :
- Tn. T berumur 67 tahun
- TD 130/100 mmHg
- Kekuatan otot 5 5
4 3
- Skala nyeri 6
- Lantai tanah yang berada di dapur
tampak licin dan lembab
Resiko Jatuh Reumathoid,
lantai yang licin,
ketidakmampuan
keluarga
merawat anggota
yang sakit.
DS :
14. - Keluarga mengatakan mengetahui
penyakit di keluarganya tetapi tidak
mengetahui sama sekali apa
penyebabnya. Keluarga Tn. T
mengatakan hanya sedikit
mengetahui tentang tanda dan
gejala, serta tidak mengetahui apa-
apa saja yang harus dihindari untuk
mencegah terjadinya penyakit pada
Tn. T. Tn.
- Jika ada keluarga yang sakit, hal
pertama yang dilakukan adalah
mengerokinnya dan jika sakitnya
berlarut segera dibawa ke Bidan
atau ke Puskesmas terdekat
- Tn. T mengatakan tidak ada
pantangan makanan
DO :
- Keluarga tidak bisa menjawab
pertanyaan tentang pengertian
penyakit, pencegahan, perawatan
dan pengobatannya
- Tn. T bertanya apa saja makanan
yang harus dihindari agar tidak
sakit, Tn. T tampak bingung
Kurang
pengetahuan,
ketidak tahuan
tentang penyakit
Kurang informasi
dan keterbatasan
kemampuan
mencapai
informasi,
ketidakmampuan
keluarga
mengenal
masalah
kesehatan
DS :
- Tn. T mengatakan sering merasa
linu di persendian kakinya sehingga
kaku untuk berjalan
- Tn. T mengatakan ketika bangun
pagi kakinya merasa senut-senut
(nyeri) dan berat untuk berjalan.
- Tn. T mengatakan pernah hampir
jatuh karena kakinya merasa tidak
kuat menopang badannya
DO:
- Skala nyeri sedang (6)
- Klien tampak perlahan-lahan saat
berjalan karena menahan nyeri.
- Klien tampak lambat dalam
berjalan.
- Tingkat funsional klien 0, namun
kadang-kadang 1
Hambatan
mobilitas fisik
Nyeri, gangguan
muskulus
skeletal,kaku
sendi (AR).
15. DS :
- Tn. T mengatakan sering merasa
linu di persendian kakinya sehingga
kaku untuk berjalan
- Tn. T mengatakan ketika bangun
pagi kakinya merasa senut-senut
(nyeri) dan berat untuk berjalan.
- Tn. T mengatakan pernah hampir
jatuh karena kakinya merasa tidak
kuat menopang badannya
DO:
- skala nyeri sedang (6)
- Klien tampak perlahan-lahan saat
berjalan karena menahan nyeri
Nyeri Agen cedera fisik
( rematik)
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga
No Diagnosa Keperawatan
1 Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan keluarga merawat
anggota yang sakit.
2 Kurang pengetahuan, ketidak tahuan tentang penyakit b.d Kurang informasi dan
keterbatasan kemampuan mencerapai informasi, ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan.
3 Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku
sendi,gangguan sensori perseptual.
4 Nyeri b.d agen cedera fisik (rematik).
3. Prioritas Masalah
a. Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang
sakit.
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah
(bobot 1)
Skala :
3 : Aktual
2 : Resiko
1 : Sejahtera
2/3 x 1 = 2/3 Tn. T dan keluarga
mengetahui bahwa Tn. T
memiliki penyakit linu
pada kakinya dan pernah
hampir jatuh.
Kemungkinan masalah
dapat diubah (bobot 2)
Skala :
2 : Mudah
1 : Sebagian
0 : Tidak dapat
1/2 x 2 = 1 Keluarga mengatakan Tn.
T sering tidak mau diajak
ke tempat pelayanan
kesehatan, kecuali benar-
benar parah. Tn. T merasa
masih dapat beraktivitas
sehingga sering tidak mau
16. dibantu dalam
beraktivitas.
Potensial masalah untuk
dicegah (bobot 1)
3 : Tinggi
2 : Cukup
1 : Rendah
3/3 x 1 = 1 Keluarga mengatakan jika
Tn. T tidak banyak
melakukan aktivitas dan
banyak beristirahat maka
penyakit Tn. T dapat
terminimalisir.
Menonjolnya masalah
(bobot 1)
2 : Berat, segera ditangani
1 : Tidak perlu segera
ditangani
0 : tidak dirasakan
0/2 x 1 = 0 Keluarga mengatakan
hanya satu kali Tn. T
pernah hampir jatuh dan
Tn. T sudah bisa
mengimbangkan
tubuhnya untuk berjalan
walaupun lambat.
Total 2 2/3
b. Kurang pengetahuan, ketidaktahuan tentang penyakit b.d Kurang informasi dan keterbatasan
kemampuan mencerapai informasi, ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah
(bobot 1)
Skala :
3 : Aktual
2 : Resiko
1 : Sejahtera
2/3 x 1 = 2/3 - Tn. T mengatakan sering
merasa linu di persendian
kakinya sehingga kaku
untuk berjalan. Ketika
bangun pagi kakinya
merasa senut-senut
(nyeri) dan berat untuk
berjalan. Tn. T pernah
hampir jatuh karena
kakinya merasa tidak kuat
menopang badannya
Kemungkinan masalah
dapat diubah (bobot 2)
Skala :
2 : Mudah
1 : Sebagian
0 : Tidak dapat
2/2 x 2 = 2 Keluarga Tn. T
mengatakan jika ada
anggota keluarga yang
sakit segera dibawa ke
Bidan atau Puskesmas
terdekat, namun belum
ada pertugas yang
menjelaskan bagaimana
penyakitnya.
Potensial masalah untuk
dicegah (bobot 1)
3 : Tinggi
2 : Cukup
1 : Rendah
2/3 x 1 = 2/3 Tn. T mengatakan sudah
mulai mengurangi
aktivitasnya agar
penyakitnya tidak
bertambah parah, Tn. T
17. belum tahu makanan apa
yang harus dihindari.
Menonjolnya masalah
(bobot 1)
2 : Berat, segera ditangani
1 : Tidak perlu segera
ditangani
0 : tidak dirasakan
2/2 x 1 = 1 Tn. T mengatakan
penyakitnya mengganggu
aktivitas geraknya
sehingga menyusahkan
keluarga yang lain.
Total 3 4/3
c. Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus skeletal, kaku sendi,gangguan sensori
perseptual.
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah
(bobot 1)
Skala :
3 : Aktual
2 : Resiko
1 : Sejahtera
3/3 x 1 = 1 Tn. T mengatakan Tn. T
mengatakan penyakitnya
mengganggu aktivitas
geraknya sehingga
menyusahkan keluarga
yang lain.
Kemungkinan masalah
dapat diubah (bobot 2)
Skala :
2 : Mudah
1 : Sebagian
0 : Tidak dapat
1/2 x 2 = 1 Keluarga Tn. T
mengatakan Tn T sudah
bisa menyeimbangkan
badannya walaupun
dengan gerakan yang
lambat.
Potensial masalah untuk
dicegah (bobot 1)
3 : Tinggi
2 : Cukup
1 : Rendah
2/3 x 1 = 2/3 Tn. T mengatakan
aktivitasnya terganggu.
Menonjolnya masalah
(bobot 1)
2 : Berat, segera ditangani
1 : Tidak perlu segera
ditangani
0 : tidak dirasakan
2/2 x 1 = 1 Tn. T mengatakan capek
dengan penyakitnya yang
tidak sembuh-sembuh dan
mengganggu geraknya
sehingga menyusahkan
keluarga.
Total 3 2/3
d. Nyeri b.d agen cedera fisik (rematik)
KRITERIA SKORE PEMBENARAN
Sifat masalah
(bobot 1)
Skala :
3 : Aktual
3/3 x 1 = 1 Tn. T mengatakan ketika
bangun pagi kakinya
merasa senut-senut
18. 2 : Resiko
1 : Sejahtera
(nyeri) dan berat untuk
berjalan
Kemungkinan masalah
dapat diubah (bobot 2)
Skala :
2 : Mudah
1 : Sebagian
0 : Tidak dapat
1/2 x 2 = 1 Tn. T mengatakan
nyerinya ketika bangun
pagi tidak hilang-hilang,
padahal sudah minum
obat dari warung.
Keluarga mengatakan Tn.
T sering tidak mau diajak
ke tempat pelayanan
kesehatan, kecuali benar-
benar parah.
Potensial masalah untuk
dicegah (bobot 1)
3 : Tinggi
2 : Cukup
1 : Rendah
3/3 x 1 = 1 Tn. T mengatakan
sakitnya tidak bertambah
parah jika banyak
beristirahat.
Menonjolnya masalah
(bobot 1)
2 : Berat, segera ditangani
1 : Tidak perlu segera
ditangani
0 : tidak dirasakan
2/2 x 1 = 1 Tn. T mengatakan
sakitnya mengganggu
aktivitasnya, kadang Tn.
T tidak tahan dengan
senut-senutnya.
Total 4
Maka prioritas masalahnya sebagai berikut :
No Diagnosa Keperawatan Skore
1 Nyeri b.d Agen cedera fisik (rematik). 4
2 Kurang pengetahuan, ketidak tahuan tentang penyakit b.d Kurang
informasi dan keterbatasan kemampuan mencerapai informasi,
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
3 4/3
3 Hambatan mobilitas fisik b.d Nyeri, gangguan muskulus
skeletal, kaku sendi, gangguan sensori perseptual.
3 2/3
4 Resiko jatuh b.d Reumathoid, lantai yang licin, ketidakmampuan
keluarga merawat anggota yang sakit.
2 2/3
E. Rencana Asuhan Keperawatan
No
Dx
Tujuan Kriteria Intervensi
1 Setelah dilakukan
perawatan selama 5
Non verbal Pain management (1400)
19. hari, Tn. T
mengalami
penurunan rasa nyeri
atau dapat mentolerir
rasa nyeri dengan
kriteria :
1. Klien memahami
mekanisme nyeri
yang terjadi
2. klien mengetahui dan
dapat memperagakan
teknik distraksi dan
relaksasi
3. klien tidak banyak
mengeluh tentang
nyerinya
1. Monitor nyeri : lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
keparahan dan faktor presipitasi
2. Observasi respon non verbal klien
saat nyeri terjadi
3. Gunakan komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman
nyeri klien
4. Jelaskan mekanisme nyeri yang
terjadi pada klien
5. Ajarkan teknik distraksi dan
relaksasi untuk mengurangi rasa
nyeri
6. Berikan support sistem untuk
mentolerir nyeri
7. Libatkan orang terdekat klien
(keluarga) untuk pemberian
support sistem
8. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik
9. Kontrol faktor-faktor pemicu
timbulnya nyeri : pembatasan
aktivitas, nutrisi tinggi serat,
minum air putih banyak, psikis
tidak terganggu
10. Identifikasi PQRST sebelum
dilakukan pengobatan
11. Berikan obat analgetik
12. Menganjurkan klien untuk
bergerak perlahan pada setiap
melakukan aktivitas
2 Setelah dilakukan
pendidikan
kesehatan, keluarga
mengetahui tentang
penyakit yang
diderita keluarganya
(AR), dengan kriteria
hasil :
- Keluarga dapat
menjelaskan tentang
pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, serta
penalaksanaan pada
penyakit AR.
Verbal
pengetahuan
Teaching : Disease Prosess (5602)
1. Menilai tingkat pengetahuan
keluarga yang berhubungan dengan
penyakit yang diderita oleh anggota
keluarga (AR)
2. Menjelaskan pengertian penyakit
(AR)
3. Menjelaskan patofisiologi penyakit
(AR)
4. Menjelaskan tanda dan gejala yang
muncul dari penyakit yang dialami
(AR)
5. Menjelaskan penalaksanaan atau
hal-hal yang harus dihindari
20. - Keluarga dapat
melakukan perawatan
dengan mengontrol
makanan-makanan
yang harus dihindari
lansia
6. Mengidentifikasi kemungkinan
penyebab terjadinya penyakit
7. Mendiskusikan dengan keluarga
tentang pilihan terapi yang bisa
dilakukan
2 Setelah dilakukan
perawatan selama 5
hari klien mampu
melakukan mobilisasi
sesuai kemampuan,
klien dan keluarga
mampu melakukan
perawatan pada
lansia yang
imobilisasi dengan
kriteria :
1. Mampu memotivasi
diri untuk melakukan
mobilisasi sesuai
kemampuan
Non verbal Immobilization care (0940)
1. Diskusikan dengan klien tentang
imobilisasi
2. Berikan contoh dan demonstrasi
mobilisasi yang aman dan dapat
dilakukan oleh klien
3. Observasi terjadinya nyeri
4. Motivasi klien untuk melakukan
mobilisasi sesuai kemampuan
5. Beri reinforcement atas upaya
pemahaman informasi dan usaha
mobilisasi yang dilakukan
4 Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 5 hari klien
dapat mencegah
terjadinya jatuh dan
aman dalam
pergerakannya,
dengan kriteria hasil :
- Menggunakan alat
bantu yang
dibutuhkan
- Menempatkan
barang-barang di
tempat yang sesuai
agar tidak menggangu
lansia
- Memperhatikan
kondisi lantai
Verbal
pengetahuan
Fall Prevention (6490)
1. Mengidentifikasi ketidaktahuan dan
kelemahan fisik yang kemungkinan
menjadi potensi terjadinya jatuh
2. Mengidentifikasi lingkungan
sekitar yang dapat menjadi
penyebab jatuh
3. Memonitor nyeri, kelemahan,
keseimbangan tubuh lansia
4. Mengajarkan pada pasien
bagaimana mencegah terjadinya
jatuh
5. Menyarankan keluarga untuk
membantu kegiatan pasien apabila
diperlukan
DAFTAR PUSTAKA
Bandiah, S. (2009) Lanjut Usia dan Keperawatan gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika.
21. Jhonson R. dan Leny R (2010) keperawatan keluarga plus contoh askep keluarga. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Diposkan oleh Rumiyanti Ns di 05.52
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
2 komentar:
1.
Wahyuni.Skep11 Maret 2013 06.16
bagus dech
Balas
2.
chlory-xpdio3 Juni 2013 05.28
Thx yo :D
Balas
Posting Lebih BaruBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
▼ 2012 (2)
o ▼ Juni (2)
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Ruam Popok
Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Lansia Yang Men...
Mengenai Saya
Rumiyanti
Ns
Lihat profil
lengkapku