SlideShare a Scribd company logo
1 of 37
Manajemen
Hiponatremia &
Hipokalemia
Oleh : M. Iqbal, dr.
Pembimbing : Lilik Sukesi, dr., SpPD-KGH,
KIC
OUTLINE
Date Your Footer Here 2
Pendahuluan
Komposisi Cairan Tubuh
Hiponatremia : Patogenesis, Diagnosis,
dan Tatalaksana
Hipokalemia : Patogenesis, Diagnosis, dan
Tatalaksana
Rangkuman
PENDAHULUAN
• Hiponatremia dan hipokalemia adalah ketidakseimbangan elektrolit yang sering terjadi
• Hiponatremia (serum natrium <135 mmol/L) : 15-30% pasien dirawat inap, perawatan ruang intensif
25-30%, perawatan bedah saraf 50%, pasien dengan gagal jantung kongestif 20%
• Manifestasi hiponatremia  kronik atau akut yang simtomatik dan berat
• Hipokalemia (serum kalium <3,5 meq/L) : 20% pada pasien dirawat inap, 4-5% diantaranya
menyebabkan gangguan klinis yang signifikan
• Manifestasi hipokalemia  dapat menyebabkan gangguan irama jantung  mengancam nyawa
sehingga membutuhkan penanganan segera
Date Your Footer Here 3
01
• Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal
of Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p.
• Dineen R, Thompson CJ, Sherlock M. Hyponatraemia - Presentations and management. Clin Med J R Coll Physicians London.
2017;
• Kardalas E, Paschou SA, Anagnostis P, Muscogiuri G, Siasos G, Vryonidou A. Hypokalemia: A clinical update. Endocrine
Connections. 2018.
02
KOMPOSISI
CAIRAN TUBUH
Date Your Footer Here 4
FISIOLOGI
02
• ECF kation dominan Na, lebih
sedikit K, Ca, Mg. anion
dominan Cl, HCO3, plasma
protein
• ICF kation dominan K, anion
dominan fosfat
• Diatur pompa Na-K-ATP-ase
yang berperan perpindahan
natrium dan kalium antara
membran sel
• Air dapat bergerak secara bebas
melewati membran sel,
tergantung tekanan osmotik di
antara kedua membran
Total
cairan 50-
60% berat
tubuh
2/3 cairan di
Intrasel, 1/3 di
Ekstrasel
ECF terbagi 2 :
intravaskular
dan
extravaskular
1/4:3/4
Ket : TBW (total body weight), ICF (intraceluller fluid), ECF
(extraceluller fluid), IVF (intrvascular fluid), ISF (Interstitial
space fluid)
Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of
Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p.
Cairan
intraselular (2/3)
Cairan ekstraselular
(1/3)
Interstitial (2/3) Darah (1/3)
2/3 BBT
1/3 BBT
BBT
KESEIMBANGAN NATRIUM
• Keseimbangan natrium diatur dua
mekanisme :
(1) kadar natrium yang sudah tetap pada
batas tertentu (Set-Point)
(2) keseimbangan natrium yang masuk
dan yang keluar (Steady-State)
• Keseimbangan natrium dipengaruhi
asupan (makanan atau suplemen) dan
output (renal,gastrointestinal, keringat,
dan respirasi)
02
Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of
Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p.
KESEIMBANGAN NATRIUM
02
• Perubahan natrium ECF  hormon
antidiuretik (ADH), sistem RAA (renin
angiotensin aldosteron), atrial natriuretic
peptide (ANP), brain natriuretic peptide
(BNP)  memengaruhi ekskresi natrium di
dalam urin.
• Naik turunnya ekskresi natrium urin diatur
oleh filtrasi glomerulus dan reabsorpsi
tubulus ginjal.
• Na yang sudah difiltrasi, 60%-65%
direabsorpsi di tubulus proksimal, 25%-30%
di 'loop of Henle', 5% di tubulus distal dan
4% di duktus koligentes (collecting duct).
• di tubulus proksimal dan duktus koligentes
tergantung pada kebutuhan tubuh diatur
oleh neurohumoral (angiotensin-11 dan
norepinefrin di tubulus proksimal, dan
aldosteron di duktus koligentes).
tubulus proksimal dan lengkung-Henle
tubulus distal
• di lengkung-Henle dan tubulus distal
tergantung dari jumlah natrium yang
ada dalam filtrat di tubulus
Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of
Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p.
KESEIMBANGAN KALIUM
02
• Kalium kation yang sangat besar dalam tubuh dan
terbanyak berada di intrasel.
• Total kalium di dalam intraseluler 98%, sebagian besar
pada otot.
• Pada individu yang sehat semua kalium yang berasal
dari asupan diit diekskresikan 90% pada urin dan 10%
pada feses.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Distribusi Kalium
Intraseluler dan Ekstraseluler
Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of
Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p.
KESEIMBANGAN KALIUM
02
• Kalium direabsorpsi di tubulus proksimal dan
lengkung Henle
• Ekskresi kalium di connecting segment (CNT) dan
cortical collecting duct (CCD) di sel prinsipal
• Faktor yang berperan dalam regulasi kalium :
mineralokortikoid
• Mineralokortikoid menginsersi epithelial sodium
channels (EnaC)  meningkatkan reabsorpsi natrium
ke sirkulasi dari lumen. Sehingga untuk
mempertahankan elektoneutralitas, kalium
disekresikan ke lumen tubulus melaui Na-K-Cl
cotransporter dan renal outer medullary potassium
channel (ROMK)
Ekskresi Kalium di Ginjal
Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of
Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p.
Sisi
lumen
Sisi
basolateral
03
HIPONATREMIA
Date Your Footer Here 11
DEFINISI
• Hiponatremia adalah kondisi yang ditandai dengan kadar serum natrium <135
mmol/L
• Terjadi pada 15-30% pasien yang dirawat inap
• 1-2% diantaranya memiliki kadar natrium <125 mmol/L
• Hiponatremia pada perawatan ruang intensif mencapai 25-30%
• Hiponatremia pada pasien perawatan bedah saraf mencapai 50% dan pasien
perawatan dengan gagal jantung kongestif mencapai 20%.
12
03
Dineen R, Thompson CJ, Sherlock M. Hyponatraemia - Presentations and management. Clin Med J R Coll Physicians London.
2017
ETIOLOGI & PATOGENESIS
• Gangguan keseimbangan natrium disebabkan abnormalitas homeostasis air
• Asupan air dan AVP (arginine vasopressin) / ADH (antidiuretic hormone) yang
ada di sirkulasi kunci utama dalam menjaga osmolalitas serum, jika terdapat
kelainan pada satu atau keduanya  terjadi hiponatremia atau hipernatremia
• AVP / ADH bersama dengan sensasi rasa haus akan meningkatkan intake air.
• Perubahan osmolalitas plasma dideteksi oleh hipotalamus anterior
• Peningkatan osmolalitas plasma  hipotalamus anterior mensekresikan AVP /
ADH  berikatan dengan reseptornya di duktus koligentes  menstimulus
migrasi aquaporin-2 pada membrane bagian luminal duktus koligentes  air
akan direabsorpsi kembali dari urin. Peningkatan osmolalitas plasma juga
merangsang pusat rasa haus di serebral
13
03
Dineen R, Thompson CJ, Sherlock M. Hyponatraemia - Presentations and management. Clin Med J R Coll Physicians London.
2017
Homeostasis air
Dehidrasi
Meningkatnya osmolaritas plasma
Rasa haus Keluarnya AVP
Intake air Antidiuresis
Normalisasi total cairan tubuh
Menurunnya osmolaritas plasma
PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN
ETIOLOGI
14
03
Loscalzo J, Kasper DL, Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal Medicine [Internet]. 21st ed.
New York: Mc Graw Hill; 2022. 1629–1635 p. Available from: https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results
PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN
ETIOLOGI - HIPOVOLEMIA
15
03
• Hipovolemia : penurunan volume ECF  klinis
ditandai vena jugularis yang menurun, turgor kulit
menurun, membran mukosa kering, hipotensi,
takikardia
• hipovolemia berat  aktivasi neurohumoral yaitu
dengan terjadinya sekresi AVP  peningkatan
reabsorpsi air di ginjal  hiponatremia
EXTRA RENAL
1. GIT loss
2. cairan ke ruang ke tiga (pankreatitis
atau ileus)
3. luka bakar dan trauma yang luas
(diperberat dengan stimulus rasa haus
atau pemberian cairan intravena dalam
jumlah besar yang diberikan pada
kondisi luka bakar atau trauma)
Loscalzo J, Kasper DL, Longo DL, Fauci AS, Hauser SL,
Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal Medicine
[Internet]. 21st ed. New York: Mc Graw Hill; 2022.
1629–1635 p. Available from:
https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-
better-mfi-results
PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN
ETIOLOGI - HIPOVOLEMIA
16
03
1. Diuretik : thiazide  deplesi cairan,
akan meningkatkan sekresi AVP yang
akan meningkatkan ekskresi air; efek
langsung yang menyebabkan dilusi di
ascending limb lengkung henle;
penurunan kalium yang menyebabkan
penurunan permeabilitas air di duktus
koligentes, dan akan meningkatkan
reabsorpsi air. Loop diuretik
menghambat channel Na-K-Cl di TAL
2. Salt-losing nephropathy : nefropati
interstitial, polycystic kidney disease,
medullary cystic disease, atau pasien dengan
obstruksi saluran kemih parsial.
3. Peningkatan ekskresi solut atau zat
terlarut yang tidak dapat direabsorpsi atau
sulit direabsorpsi : glikosuria, ketonuria (pada
kondisi kelaparan, ketoasidosis,
bikarbonaturia (pada renal tubular acidosis),
dan metabolik alkalosis.
4. Cerebral salt wasting : pada pasien
perdarahan subarachnoid, pasien dengan lesi
sistem saraf pusat lainnya seperti post-
traumatic brain injury, kraniotomi, ensefalitis,
dan meningitis. sindrom ini berhubungan
dengan peningkatan sekresi brain natriuretic
peptide
Loscalzo J, Kasper DL, Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal Medicine [Internet]. 21st ed.
New York: Mc Graw Hill; 2022. 1629–1635 p. Available from: https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results
PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN
ETIOLOGI - HIPERVOLEMIA
17
03
• Pasien dengan kondisi hipervolemia  klinis
peningkatan tekana vena jugularis, edema, dan
lainnya sesuai etiologi yang mendasarinya
penyakit ginjal baik akut maupun kronik  terjadi penurunan laju
filtrasi glomerulus  kemampuan mengekskresikan air menurun
 sehingga pada pasien dengan uremikum misal dengan laju
filtrasi glomerulus 2mL/menit hanya dapat mengeksresikan
300ml/hari  jika pasien mengkonsumsi cairan lebih dari
300ml/hari maka akan terjadi hiponatremia
Loscalzo J, Kasper DL, Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal Medicine [Internet]. 21st ed.
New York: Mc Graw Hill; 2022. 1629–1635 p. Available from: https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results
PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN
ETIOLOGI – HIPERVOLEMIA
18
03
1. Pasien dengan gagal jantung  penurunan
volume efektif arteri yang ditangkap
sinyalnya oleh sinus karotid 
menstimulus sekresi AVP. Gagal jantung
juga menyebabkan penurunan laju filtrasi
glomerulus  aktivasi neurohumoral yang
berhubungan dengan derajat keparahan
disfungsi ventrikel kiri, sehingga
hiponatremia dapat menjadi salah satu
faktor prognostik buruk pasien dengan
gagal jantung
2. Sirosis  terjadi penurunan
volume efektif arteri yang
disebabkan oleh splanchic venous
pooling, penurunan tekanan onkotik
plasma karena hipoalbuminemia, dan
penurunan resistensi perifer disebut
dengan teori overflow atau teori
underfilling.
3.sindroma nefrotik terjadi
penurunan volume efektif arteri oleh
transudasi garam dan air ke ruangan
interstitial karena kondisi
hipoalbuminemia  teori
underfilling
PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN
ETIOLOGI - EUVOLEMIA
19
03
1. hipotiroidisme  menyebabkan penurunan laju
filtrasi glomerulus
2. insufisiensi adrenal  kondisi euvolemia dengan
insufisensi adrenal biasanya berhubungan dengan
insufisensi adrenal sekunder, sedangkan untuk
insufisiensi adrenal primer berhubungan dengan
hiponatremia pada kondisi hypovolemia 
pemberian hidrokortison dapat menekan sekresi AVP
sehingga mengembalikan AVP ke normal dan
hiponatremia dapat perbaikan.
Loscalzo J, Kasper DL, Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal Medicine [Internet]. 21st ed.
New York: Mc Graw Hill; 2022. 1629–1635 p. Available from: https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results
PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN
ETIOLOGI - EUVOLEMIA
20
03
SIADH  ditandai dengan
sekresi AVP yang terus-menerus
walau tidak adanya stimulus
seperti penurunan volume arteri
efektif, dan peningkatan
aktivitas reseptor AVP.
Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of
Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p.
MANIFESTASI KLINIS
21
03
Kronik  hiponatremia berlangsung
lambat >48 jam  tidak terjadi gejala
yang berat seperti penurunan
kesadaran atau kejang, gejala yang
terjadi hanya ringan seperti lemas
atau mengantuk
akut  hiponatremia berlangsung
cepat <48 jam  gejala yang berat
seperti penurunan kesadaran dan
kejang  akibat adanya edema sel
otak karena air dari ekstrasel masuk
ke intrasel yang osmolalitasnya lebih
tinggi
Waktu terjadi :
hiponatremia dibagi
menjadi akut dan kronik.
Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of
Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p.
MANAJEMEN
22
03
Manajemen hiponatremia  mencari sebab hiponatremia dengan :
1) Anamnesis yang teliti (riwayat muntah, penggunaan diuretis, penggunaan manitol)
2) Pemeriksaan fisik yang teliti (tanda-tanda hipovolemi atau bukan)
3) Pemeriksaan gula darah, lipid darah
4) Pemeriksaan osmolalitas darah
5) Pemeriksaan osmolalitas urin atau dapat juga dengan memeriksa BJ (berat jenis) urin (interpretasi terhadap
adakah ADH yang meningkat atau tidak, gangguan pemekatan)
6) Pemeriksaan natrium, kalium dan klorida dalam urin untuk melihat jumlah ekskresi elektrolit dalam urin
7) Langkah selanjutnya pengobatan yang tepat sasaran
8) Perlu dibedakan apakah kejadian hiponatremia, akut atau kronik
9) Tanda atau penyakit lain yang menyertai hiponatremia perlu dikenali (hipovolemia, dan hipervolemia seperti
pada gagal jantung, gagal ginjal).
Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of
Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p.
MANAJEMEN
23
03
• pasien dengan gejala berat  larutan NaCl
hipertonis, diikuti dengan restriksi cairan
dengan atau tanpa pemberian vaptan setelah
24 jam pemberian NaCl hipertonis untuk
mencegah osmotic demyelination syndrome
• pasien dengan gejala sedang, terapi
ditentukan dengan status volume pasien
 hipovolemia diberikan cairan isotonik
NaCl infus atau per oral
 euvolemia dengan SIADH diberikan
restriksi cairan dan terapi vaptan
• pasien dengan gejala minimal terapi awal
yang perlu dilakukan adalah restriksi cairan
• Kunci penting terapi hiponatremia adalah
pemantauan mencegah ODS
• Seay NW, Lehrich RW, Greenberg A. Diagnosis and Management of Disorders of Body Tonicity—
Hyponatremia and Hypernatremia: Core Curriculum 2020. American Journal of Kidney Diseases. 2020
• Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th
ed. Vol. 1, Journal of Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p
24
03
• Williams DM, Gallagher M, Handley J, Stephens JW. The clinical management of hyponatraemia.
Postgraduate Medical Journal. 2016. Kheetan M, Ogu I, Shapiro JI, Khitan
• Acute and Chronic Hyponatremia. Frontiers in Medicine. 2021.
MANAJEMEN
25
03
Larutan hipertonis
• dapat berupa infus secara kontinu ataupun
bolus
• pedoman saat ini pemberian bolus NaCl 3%
100ml pada kondisi emergensi, dapat
diulang jika dalam 30 menint tidak ada
perbaikan kondisi klinis
• Pemberian larutan hipertonis 100ml ini
dapat meningkatkan serum natrium 2-4
mmol/L, jumlah ini masih jauh dari jumlah
maksimal kenaikan serum natrium yang
dapat menyebabkan ODS yaitu 10-12
mmol/L per 24 jam atau 18 mmol/L per 48
jam
• Peningkatan natrium 2-4 mmol/L dapat
menurunkan edema serebri dan
peningkatan tekanan intrkranial karena
hiponatremia
• Pemantauan kondisi natrium dilakukan tiap
2-4 jam
Larutan isotonik
• pasien dengan kondisi hypovolemia
• euvolemia atau hipervolemia tidak boleh
diberikan lartan isotonik karena akan
memperburuk kondisi hiponatremia dan
penyakit dasar pasien
• larutan isotonis sesuai dengan status
hidrasi pasien, dengan target urin output
100ml/jam. Jika melebihi jumlah tersebut
dapat meningkatkan risiko ODS
• Pemantauan natrium dilakukan tiap 2-4
jam
Restriksi cairan
• Restriksi cairan yang diberikan adalah 500-
1000ml kurang dari urin output pasien 
cairan semua yang masuk ke tubuh pasien
baik per oral maupun intravena
• tidak boleh diberikan kepada pasien
dengan kondisi hipovolemia
Antagonis AVP
• terdapat 2 sediaan : infus
Conivaptan dan sediaan
per oral yaitu tolvaptan
• pada kondisi
hiponatremia yang kronik
dengan hipervolemia atau
euvolemia
• conivaptan diberikan saat
rawat inap, selanjutnya
saat rawat jalan diberikan
dengan tolvaptan
• Dosis conivaptan 20mg
loading dose selama 30
menit, dilanjutkan infus
kontinu 20 atau
40mg/hari, pemberian
terapi conivaptan hanya
untuk 4 hari
• Pemanatauan natrium
tiap 6-8 jam
04
HIPOKALEMIA
Date Your Footer Here 26
DEFINISI & ETIOPATOGENESIS
Hipokalemia : kalium serum <3,5 meq/L
27
04
Loscalzo J, Kasper DL, Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal Medicine [Internet]. 21st ed.
New York: Mc Graw Hill; 2022. 1629–1635 p. Available from: https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results
ETIOPATOGENESIS
28
04
Redistribusi
• meningkatkan uptake / translokasi kalium ke dalam intrasel
dengan memediasi uptake kalium ke intrasel melalui
channel Na-K-ATPase.
• Insulin yang menyebabkan hipokalemia adalah insulin
eksogenus terutama pada terapi kondisi krisis hiperglikemia,
insulin endogenus dapat menyebabkan hipokalemia pada
pasien malnutrisi
• Peningkatan aktivitas simpatetik b-adrenergik : trauma
kepala, akut miokard infark.
• Obat-obatan b2-agonis seperti bronkodilator dan tokolitik
menyebabkan hipokalemia
• Hipokalemia pada pasien dengan hipertiroid disebut dengan
thyrotoxic periodic paralysis
Renal loss
• penggunaan obat-obatan diuretik : meningkatkan
laju aliran di tubulus dengan menghambat channel
Na-Cl cotransporter di distal collecting tubules (DCT)
• aktivitas hormon mineralokortikoid yang berlebih 
mengaktivasi ENac (Epithelial natrium channel) di sel
prinsipal di distal nefron yang akan meningkatkan
ekskresi kalium
• liddle syndrome  mutasi yang terjadi pada Enac
• sindrom bartter dan gitelman  hilangnya fungsi
transport pada TALH (thick ascending limb of henle)
dan DCT menyebabkan hipokalemik alkalosis
• Bartter penurunan kemampuan mengkonsentrasi 
polidipsia dan poliuria  peningkatan eksresi
kalsium dan magnesium juga pada urin
• gitelman mutasi terjadi di Na-Cl-cotransporter di
DCT  lebih sering terjadi hipokalsiuria
Palmer BF, Clegg DJ. Physiology and Pathophysiology of Potassium Homeostasis: Core Curriculum 2019. American Journal of
Kidney Diseases. 2019
PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN
ETIOLOGI
29
04
Loscalzo J, Kasper DL, Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s
Principles of Internal Medicine [Internet]. 21st ed. New York: Mc Graw Hill;
2022. 1629–1635 p.
PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN
ETIOLOGI
30
03
Anamnesis
• riwayat medikasi yang
digunakan pasien (seperti
adakah penggunaan
laksatif, diuretik,
antibiotik), kebiasaan
makan pasien, gejala yang
berhubungan dengan
penyebab tertentu
(paralisis yang periodik,
diare)
• Pemeriksaan fisik :
pengukuran tekanan darah,
status volume pasien,
tanda-tanda yang
mengarah pada diagnosis
tertentu (cushing
syndrome).
laboratorium inisial
• elektrolit, BUN, kreatinin, osmolalitas serum, hematologi
rutin, pH urin, osmolalitas, dan elektrolit urin
• Kalium urin diukur dengan menggunakan urin tampung 24
jam.
Loscalzo J, Kasper DL, Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s
Principles of Internal Medicine [Internet]. 21st ed. New York: Mc Graw Hill;
2022. 1629–1635 p.
PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN
ETIOLOGI
31
04
• Kalium urin >15 mmol  renal loss
• Penilaian ekskresi kalium urin  TTKG (Transtubular
Potassium concentration Gradient)
• TTKG  estimasi kadar kalium dalam cairan tubulus
pada akhir duktus koligentes bagian kortikal (tempat
paling terakhir sebagai penentu kadar kalium dalam
urin)
<2 : redristribusi hypokalemia
>4 : ekskresi kalium meningkat dari ginjal
Loscalzo J, Kasper DL, Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s
Principles of Internal Medicine [Internet]. 21st ed. New York: Mc Graw Hill;
2022. 1629–1635 p.
PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN
ETIOLOGI
32
04
jika terdapat peningkatan tekanan darah  lihat
aktivitas aldosterone :
• Akt aldosterone rendah  lihat kadar kortisol 
kortisol normal (pemeriksaan lanjutan genetik untuk
membedakan liddle syndrome, SAME, atau licorice),
kortisol tinggi (cushing syndrome)
• Akt aldestoron tinggi  aktivitas renin  jika rendah
(primary hiperaldosteronisme), renin tinggi (renin
secreting tumor atau renal artery stenosis atau
malignant hypertension)
Loscalzo J, Kasper DL, Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s
Principles of Internal Medicine [Internet]. 21st ed. New York: Mc Graw Hill;
2022. 1629–1635 p.
PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN
ETIOLOGI
33
04
• jika tekanan darah normal atau rendah 
status asam basa
• asidosis metabolik : ketoasidosis diabetic,
RTA (renal tubular acidosis) distal atau
proksimal
• alkalosis metabolik : urin klorida
<10 (bulimia muntah kronik)
>20  urin kalsium  hiperkalsiuria
(barter syndrome atau efek penggunaan
loop diuretic), kalsium urin rendah
(gitelman syndrome atau penggunaan
thiazide diuretic)
Loscalzo J, Kasper DL, Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s
Principles of Internal Medicine [Internet]. 21st ed. New York: Mc Graw Hill;
2022. 1629–1635 p.
MANIFESTASI KLINIS
34
04
Ringan K 3-3,5
Sedang K 2,5-2,9
Berat K <2,5,
Manifestasi mulai
muncul pada K<3 :
kelemahan pada otot,
perasaan lelah, nyeri
otot, restlesslegs
syndrome
JANTUNG
K <2,7 dapat muncul sebagai
gelombang U, T wave flattened,
ST depresi, dan prolonged QT
mengakselerasi internalisasi
clathrin-dependent dan hERG (K
channel protein)  effluk kalium
pada fase 2 dan 3 aksi potensial
di sel otot kardiak
perlambatan repolarisasi
ventrikel  menimbulkan
peningkatan arus re-entry
OTOT
skeletal
GINJAL
meningkatkan
resting membran
potensial 
membran sel
hiperpolarisasi
gangguan sel otot
untuk depolarisasi
dan kontraksi
kelemahan otot
struktural
vakuolisasi
pada
tubulus
proksimal
dan distal
Di TAL
di tubulus
proksimal
upregulation dari
angiotensin II, AT-1
reseptor, dan α2
adrenergic reseptor
 hipereabsorpsi
pada Na-Cl channel
dan NH3
reduksi aktivitas
channel ROMK dan
Na-K-Cl
cotransporter.
Kondisi ini dapat
menghambat
absorpsi air di TAL,
sehingga dapat
berperan juga pada
kondisi poliuri
fungsional
Mount DB. Clinical manifestations and treatment of hypokalemia in adults. UpToDate. 2016;
MANAJEMEN
35
04
Indikasi koreksi kalium dapat dibagi dalam:
lndikasi Mutlak
1) pasien sedang dalam pengobatan digitalis
2) pasien dengan ketoasidosis diabetic
3) pasien dengan kelemahan otot pernapasan
4) pasien dengan hipokalemia berat (K < 2 meq/L)
lndikasi Kuat kalium harus diberikan segera
1 ) insufisiensi koroner/iskemia otot jantung
2) ensefalopati hepatikum
3)pasien memakai obat yang dapat menyebabkan
perpindahan kalium dari ekstrasel ke intrasel
lndikasi Sedang, pemberian kalium tidak perlu segera
seperti pada; hipokalemia ringan (K antara 3-3,5 meq/L)
ORAL INFUS
Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of Chemical
Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p
MANAJEMEN
36
04
• Kecepatan KOREKSI kalium  sesuai defisit kalium
Penurunan 2mEq/L kalium  pengurangan 400-800 mEq
kalium
• Pemberian 40 - 60 meq menaikkan kadar kalium sebesar 1-
1,5 meq/L
• Pemberian 135 -160 meq dapat menaikkan kadar kalium
sebesar 2,5-3,5 meq/L.
• Kalium intravena dalam bentuk larutan KCI disarankan
melalui vena yang besar dengan kecepatan 10-20 meq/jam.
• Pada keadaan aritmia yang berbahaya atau kelumpuhan
otot pernapasan, dapat diberikan dengan kecepatan 40-100
meq/jam.
• KCI dilarutkan sebanyak 20 meq-40 meq dalam 100 cc NaCl
isotonic melalui akses sentral.
• Bila melalui vena perifer, KCI maksimal 60 meq dilarutkan
dalam NaCl isotonik 1000cc
• Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of Chemical
Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p
• Palmer BF, Clegg DJ. Physiology and Pathophysiology of Potassium Homeostasis: Core Curriculum 2019. American Journal of Kidney Diseases.
2019
KESIMPULAN
Date Your Footer Here 37
• Hiponatremia dan hipokalemia merupakan
gangguan keseimbangan elektrolit yang
sering ditemukan pada pasien terutama
pada rawat inap
• Kedua kondisi ini dapat menyebabkan
gangguan yang mengancam jiwa bagi pasien
• Pemahaman yang menyeluruh mengenai
patogenesis dan patofisiologi hiponatremia
dan hipokalemia sangat diperlukan sehingga
dapat memberikan pengelolaan yang tepat
TERIMA KASIH
Date Your Footer Here 38

More Related Content

What's hot

Laporan kasus sirosis hepatis, diana
Laporan kasus sirosis hepatis, dianaLaporan kasus sirosis hepatis, diana
Laporan kasus sirosis hepatis, dianaDiana Arwati
 
Anamnesis ujian psikiatri depresi
Anamnesis ujian psikiatri depresiAnamnesis ujian psikiatri depresi
Anamnesis ujian psikiatri depresiPhil Adit R
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialisfikri asyura
 
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangBAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangSyscha Lumempouw
 
Interpretasi agd
Interpretasi agdInterpretasi agd
Interpretasi agdPriya Yaksa
 
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPuteri Mentira
 
Cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitCairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitsasmiyanto
 
Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2cokordawahyu
 
Balans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolitBalans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolitAzis Aimaduddin
 
Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun Aulia Amani
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasusaauyahilda
 
hiperkalemia dengan bradikardi
hiperkalemia dengan bradikardihiperkalemia dengan bradikardi
hiperkalemia dengan bradikardiAndari Purwandari
 

What's hot (20)

Sepsis
SepsisSepsis
Sepsis
 
Laporan kasus sirosis hepatis, diana
Laporan kasus sirosis hepatis, dianaLaporan kasus sirosis hepatis, diana
Laporan kasus sirosis hepatis, diana
 
Anamnesis ujian psikiatri depresi
Anamnesis ujian psikiatri depresiAnamnesis ujian psikiatri depresi
Anamnesis ujian psikiatri depresi
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
 
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan SedangBAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
BAB II Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang
 
Baca ct scan
Baca ct scanBaca ct scan
Baca ct scan
 
Interpretasi agd
Interpretasi agdInterpretasi agd
Interpretasi agd
 
Ppt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec appPpt peritonitis ec app
Ppt peritonitis ec app
 
Cairan infuse
Cairan infuseCairan infuse
Cairan infuse
 
Hipokalemia
HipokalemiaHipokalemia
Hipokalemia
 
Cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitCairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolit
 
Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2
 
Resusitasi cairan
Resusitasi cairanResusitasi cairan
Resusitasi cairan
 
Balans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolitBalans cairan & elektrolit
Balans cairan & elektrolit
 
Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun Modul Kesadaran Menurun
Modul Kesadaran Menurun
 
Ss14
Ss14Ss14
Ss14
 
Aki
AkiAki
Aki
 
Demam tifoid anak
Demam tifoid anakDemam tifoid anak
Demam tifoid anak
 
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
 
hiperkalemia dengan bradikardi
hiperkalemia dengan bradikardihiperkalemia dengan bradikardi
hiperkalemia dengan bradikardi
 

Similar to HIPONATREMIA

PENAMPANG GINJAL DAN KETERANGAN.docx
PENAMPANG GINJAL DAN KETERANGAN.docxPENAMPANG GINJAL DAN KETERANGAN.docx
PENAMPANG GINJAL DAN KETERANGAN.docxseuramoefoto
 
Metabolisme Air dan Elektrolit
Metabolisme Air dan ElektrolitMetabolisme Air dan Elektrolit
Metabolisme Air dan ElektrolitDedi Kun
 
Keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolitKeseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolitViodeta Viodeta
 
Kelompok 1.pptx
Kelompok 1.pptxKelompok 1.pptx
Kelompok 1.pptxDini700324
 
Management hiperkalemia
Management hiperkalemiaManagement hiperkalemia
Management hiperkalemiaMulkan Fadhli
 
Gangguan keseimbangan cairan & elektrolit
Gangguan keseimbangan cairan & elektrolitGangguan keseimbangan cairan & elektrolit
Gangguan keseimbangan cairan & elektrolitNeli Husniawati
 
elektrolitbedahanak-220926155151-b87f64a0.pdf
elektrolitbedahanak-220926155151-b87f64a0.pdfelektrolitbedahanak-220926155151-b87f64a0.pdf
elektrolitbedahanak-220926155151-b87f64a0.pdfMREmerald1
 
Referat_Terapi Cairan_ Sarah Talitha_edit.pptx
Referat_Terapi Cairan_ Sarah Talitha_edit.pptxReferat_Terapi Cairan_ Sarah Talitha_edit.pptx
Referat_Terapi Cairan_ Sarah Talitha_edit.pptxssuserdc4acc
 
Cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitCairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitryan ryno
 

Similar to HIPONATREMIA (20)

Dr richer
Dr richerDr richer
Dr richer
 
Hrs 88 arim
Hrs 88 arimHrs 88 arim
Hrs 88 arim
 
PENAMPANG GINJAL DAN KETERANGAN.docx
PENAMPANG GINJAL DAN KETERANGAN.docxPENAMPANG GINJAL DAN KETERANGAN.docx
PENAMPANG GINJAL DAN KETERANGAN.docx
 
Metabolisme Air dan Elektrolit
Metabolisme Air dan ElektrolitMetabolisme Air dan Elektrolit
Metabolisme Air dan Elektrolit
 
Keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolitKeseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolit
 
Kelompok 1.pptx
Kelompok 1.pptxKelompok 1.pptx
Kelompok 1.pptx
 
Terapi Cairan & Elektrolit
Terapi Cairan & ElektrolitTerapi Cairan & Elektrolit
Terapi Cairan & Elektrolit
 
Dis extracellular fuid ats
Dis extracellular fuid atsDis extracellular fuid ats
Dis extracellular fuid ats
 
PPT SIADH.pptx
PPT SIADH.pptxPPT SIADH.pptx
PPT SIADH.pptx
 
Ppt_syok.pptx
Ppt_syok.pptxPpt_syok.pptx
Ppt_syok.pptx
 
Definisi
DefinisiDefinisi
Definisi
 
Management hiperkalemia
Management hiperkalemiaManagement hiperkalemia
Management hiperkalemia
 
Gangguan keseimbangan cairan & elektrolit
Gangguan keseimbangan cairan & elektrolitGangguan keseimbangan cairan & elektrolit
Gangguan keseimbangan cairan & elektrolit
 
elektrolit bedah anak.ppt
elektrolit bedah anak.pptelektrolit bedah anak.ppt
elektrolit bedah anak.ppt
 
elektrolitbedahanak-220926155151-b87f64a0.pdf
elektrolitbedahanak-220926155151-b87f64a0.pdfelektrolitbedahanak-220926155151-b87f64a0.pdf
elektrolitbedahanak-220926155151-b87f64a0.pdf
 
Powerpoint sap cairan tubuh
Powerpoint sap cairan tubuhPowerpoint sap cairan tubuh
Powerpoint sap cairan tubuh
 
Referat_Terapi Cairan_ Sarah Talitha_edit.pptx
Referat_Terapi Cairan_ Sarah Talitha_edit.pptxReferat_Terapi Cairan_ Sarah Talitha_edit.pptx
Referat_Terapi Cairan_ Sarah Talitha_edit.pptx
 
Cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolitCairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolit
 
Ckd2
Ckd2Ckd2
Ckd2
 
PR TERAPI CIARAN.pptx
PR TERAPI CIARAN.pptxPR TERAPI CIARAN.pptx
PR TERAPI CIARAN.pptx
 

Recently uploaded

3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxMelisaBSelawati
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 

Recently uploaded (20)

3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 

HIPONATREMIA

  • 1. Manajemen Hiponatremia & Hipokalemia Oleh : M. Iqbal, dr. Pembimbing : Lilik Sukesi, dr., SpPD-KGH, KIC
  • 2. OUTLINE Date Your Footer Here 2 Pendahuluan Komposisi Cairan Tubuh Hiponatremia : Patogenesis, Diagnosis, dan Tatalaksana Hipokalemia : Patogenesis, Diagnosis, dan Tatalaksana Rangkuman
  • 3. PENDAHULUAN • Hiponatremia dan hipokalemia adalah ketidakseimbangan elektrolit yang sering terjadi • Hiponatremia (serum natrium <135 mmol/L) : 15-30% pasien dirawat inap, perawatan ruang intensif 25-30%, perawatan bedah saraf 50%, pasien dengan gagal jantung kongestif 20% • Manifestasi hiponatremia  kronik atau akut yang simtomatik dan berat • Hipokalemia (serum kalium <3,5 meq/L) : 20% pada pasien dirawat inap, 4-5% diantaranya menyebabkan gangguan klinis yang signifikan • Manifestasi hipokalemia  dapat menyebabkan gangguan irama jantung  mengancam nyawa sehingga membutuhkan penanganan segera Date Your Footer Here 3 01 • Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p. • Dineen R, Thompson CJ, Sherlock M. Hyponatraemia - Presentations and management. Clin Med J R Coll Physicians London. 2017; • Kardalas E, Paschou SA, Anagnostis P, Muscogiuri G, Siasos G, Vryonidou A. Hypokalemia: A clinical update. Endocrine Connections. 2018.
  • 5. FISIOLOGI 02 • ECF kation dominan Na, lebih sedikit K, Ca, Mg. anion dominan Cl, HCO3, plasma protein • ICF kation dominan K, anion dominan fosfat • Diatur pompa Na-K-ATP-ase yang berperan perpindahan natrium dan kalium antara membran sel • Air dapat bergerak secara bebas melewati membran sel, tergantung tekanan osmotik di antara kedua membran Total cairan 50- 60% berat tubuh 2/3 cairan di Intrasel, 1/3 di Ekstrasel ECF terbagi 2 : intravaskular dan extravaskular 1/4:3/4 Ket : TBW (total body weight), ICF (intraceluller fluid), ECF (extraceluller fluid), IVF (intrvascular fluid), ISF (Interstitial space fluid) Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p. Cairan intraselular (2/3) Cairan ekstraselular (1/3) Interstitial (2/3) Darah (1/3) 2/3 BBT 1/3 BBT BBT
  • 6. KESEIMBANGAN NATRIUM • Keseimbangan natrium diatur dua mekanisme : (1) kadar natrium yang sudah tetap pada batas tertentu (Set-Point) (2) keseimbangan natrium yang masuk dan yang keluar (Steady-State) • Keseimbangan natrium dipengaruhi asupan (makanan atau suplemen) dan output (renal,gastrointestinal, keringat, dan respirasi) 02 Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p.
  • 7. KESEIMBANGAN NATRIUM 02 • Perubahan natrium ECF  hormon antidiuretik (ADH), sistem RAA (renin angiotensin aldosteron), atrial natriuretic peptide (ANP), brain natriuretic peptide (BNP)  memengaruhi ekskresi natrium di dalam urin. • Naik turunnya ekskresi natrium urin diatur oleh filtrasi glomerulus dan reabsorpsi tubulus ginjal. • Na yang sudah difiltrasi, 60%-65% direabsorpsi di tubulus proksimal, 25%-30% di 'loop of Henle', 5% di tubulus distal dan 4% di duktus koligentes (collecting duct). • di tubulus proksimal dan duktus koligentes tergantung pada kebutuhan tubuh diatur oleh neurohumoral (angiotensin-11 dan norepinefrin di tubulus proksimal, dan aldosteron di duktus koligentes). tubulus proksimal dan lengkung-Henle tubulus distal • di lengkung-Henle dan tubulus distal tergantung dari jumlah natrium yang ada dalam filtrat di tubulus Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p.
  • 8. KESEIMBANGAN KALIUM 02 • Kalium kation yang sangat besar dalam tubuh dan terbanyak berada di intrasel. • Total kalium di dalam intraseluler 98%, sebagian besar pada otot. • Pada individu yang sehat semua kalium yang berasal dari asupan diit diekskresikan 90% pada urin dan 10% pada feses. Faktor-faktor yang Memengaruhi Distribusi Kalium Intraseluler dan Ekstraseluler Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p.
  • 9. KESEIMBANGAN KALIUM 02 • Kalium direabsorpsi di tubulus proksimal dan lengkung Henle • Ekskresi kalium di connecting segment (CNT) dan cortical collecting duct (CCD) di sel prinsipal • Faktor yang berperan dalam regulasi kalium : mineralokortikoid • Mineralokortikoid menginsersi epithelial sodium channels (EnaC)  meningkatkan reabsorpsi natrium ke sirkulasi dari lumen. Sehingga untuk mempertahankan elektoneutralitas, kalium disekresikan ke lumen tubulus melaui Na-K-Cl cotransporter dan renal outer medullary potassium channel (ROMK) Ekskresi Kalium di Ginjal Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p. Sisi lumen Sisi basolateral
  • 11. DEFINISI • Hiponatremia adalah kondisi yang ditandai dengan kadar serum natrium <135 mmol/L • Terjadi pada 15-30% pasien yang dirawat inap • 1-2% diantaranya memiliki kadar natrium <125 mmol/L • Hiponatremia pada perawatan ruang intensif mencapai 25-30% • Hiponatremia pada pasien perawatan bedah saraf mencapai 50% dan pasien perawatan dengan gagal jantung kongestif mencapai 20%. 12 03 Dineen R, Thompson CJ, Sherlock M. Hyponatraemia - Presentations and management. Clin Med J R Coll Physicians London. 2017
  • 12. ETIOLOGI & PATOGENESIS • Gangguan keseimbangan natrium disebabkan abnormalitas homeostasis air • Asupan air dan AVP (arginine vasopressin) / ADH (antidiuretic hormone) yang ada di sirkulasi kunci utama dalam menjaga osmolalitas serum, jika terdapat kelainan pada satu atau keduanya  terjadi hiponatremia atau hipernatremia • AVP / ADH bersama dengan sensasi rasa haus akan meningkatkan intake air. • Perubahan osmolalitas plasma dideteksi oleh hipotalamus anterior • Peningkatan osmolalitas plasma  hipotalamus anterior mensekresikan AVP / ADH  berikatan dengan reseptornya di duktus koligentes  menstimulus migrasi aquaporin-2 pada membrane bagian luminal duktus koligentes  air akan direabsorpsi kembali dari urin. Peningkatan osmolalitas plasma juga merangsang pusat rasa haus di serebral 13 03 Dineen R, Thompson CJ, Sherlock M. Hyponatraemia - Presentations and management. Clin Med J R Coll Physicians London. 2017 Homeostasis air Dehidrasi Meningkatnya osmolaritas plasma Rasa haus Keluarnya AVP Intake air Antidiuresis Normalisasi total cairan tubuh Menurunnya osmolaritas plasma
  • 13. PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN ETIOLOGI 14 03 Loscalzo J, Kasper DL, Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal Medicine [Internet]. 21st ed. New York: Mc Graw Hill; 2022. 1629–1635 p. Available from: https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results
  • 14. PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN ETIOLOGI - HIPOVOLEMIA 15 03 • Hipovolemia : penurunan volume ECF  klinis ditandai vena jugularis yang menurun, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, hipotensi, takikardia • hipovolemia berat  aktivasi neurohumoral yaitu dengan terjadinya sekresi AVP  peningkatan reabsorpsi air di ginjal  hiponatremia EXTRA RENAL 1. GIT loss 2. cairan ke ruang ke tiga (pankreatitis atau ileus) 3. luka bakar dan trauma yang luas (diperberat dengan stimulus rasa haus atau pemberian cairan intravena dalam jumlah besar yang diberikan pada kondisi luka bakar atau trauma) Loscalzo J, Kasper DL, Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal Medicine [Internet]. 21st ed. New York: Mc Graw Hill; 2022. 1629–1635 p. Available from: https://www.ptonline.com/articles/how-to-get- better-mfi-results
  • 15. PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN ETIOLOGI - HIPOVOLEMIA 16 03 1. Diuretik : thiazide  deplesi cairan, akan meningkatkan sekresi AVP yang akan meningkatkan ekskresi air; efek langsung yang menyebabkan dilusi di ascending limb lengkung henle; penurunan kalium yang menyebabkan penurunan permeabilitas air di duktus koligentes, dan akan meningkatkan reabsorpsi air. Loop diuretik menghambat channel Na-K-Cl di TAL 2. Salt-losing nephropathy : nefropati interstitial, polycystic kidney disease, medullary cystic disease, atau pasien dengan obstruksi saluran kemih parsial. 3. Peningkatan ekskresi solut atau zat terlarut yang tidak dapat direabsorpsi atau sulit direabsorpsi : glikosuria, ketonuria (pada kondisi kelaparan, ketoasidosis, bikarbonaturia (pada renal tubular acidosis), dan metabolik alkalosis. 4. Cerebral salt wasting : pada pasien perdarahan subarachnoid, pasien dengan lesi sistem saraf pusat lainnya seperti post- traumatic brain injury, kraniotomi, ensefalitis, dan meningitis. sindrom ini berhubungan dengan peningkatan sekresi brain natriuretic peptide Loscalzo J, Kasper DL, Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal Medicine [Internet]. 21st ed. New York: Mc Graw Hill; 2022. 1629–1635 p. Available from: https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results
  • 16. PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN ETIOLOGI - HIPERVOLEMIA 17 03 • Pasien dengan kondisi hipervolemia  klinis peningkatan tekana vena jugularis, edema, dan lainnya sesuai etiologi yang mendasarinya penyakit ginjal baik akut maupun kronik  terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus  kemampuan mengekskresikan air menurun  sehingga pada pasien dengan uremikum misal dengan laju filtrasi glomerulus 2mL/menit hanya dapat mengeksresikan 300ml/hari  jika pasien mengkonsumsi cairan lebih dari 300ml/hari maka akan terjadi hiponatremia Loscalzo J, Kasper DL, Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal Medicine [Internet]. 21st ed. New York: Mc Graw Hill; 2022. 1629–1635 p. Available from: https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results
  • 17. PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN ETIOLOGI – HIPERVOLEMIA 18 03 1. Pasien dengan gagal jantung  penurunan volume efektif arteri yang ditangkap sinyalnya oleh sinus karotid  menstimulus sekresi AVP. Gagal jantung juga menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus  aktivasi neurohumoral yang berhubungan dengan derajat keparahan disfungsi ventrikel kiri, sehingga hiponatremia dapat menjadi salah satu faktor prognostik buruk pasien dengan gagal jantung 2. Sirosis  terjadi penurunan volume efektif arteri yang disebabkan oleh splanchic venous pooling, penurunan tekanan onkotik plasma karena hipoalbuminemia, dan penurunan resistensi perifer disebut dengan teori overflow atau teori underfilling. 3.sindroma nefrotik terjadi penurunan volume efektif arteri oleh transudasi garam dan air ke ruangan interstitial karena kondisi hipoalbuminemia  teori underfilling
  • 18. PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN ETIOLOGI - EUVOLEMIA 19 03 1. hipotiroidisme  menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus 2. insufisiensi adrenal  kondisi euvolemia dengan insufisensi adrenal biasanya berhubungan dengan insufisensi adrenal sekunder, sedangkan untuk insufisiensi adrenal primer berhubungan dengan hiponatremia pada kondisi hypovolemia  pemberian hidrokortison dapat menekan sekresi AVP sehingga mengembalikan AVP ke normal dan hiponatremia dapat perbaikan. Loscalzo J, Kasper DL, Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal Medicine [Internet]. 21st ed. New York: Mc Graw Hill; 2022. 1629–1635 p. Available from: https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results
  • 19. PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN ETIOLOGI - EUVOLEMIA 20 03 SIADH  ditandai dengan sekresi AVP yang terus-menerus walau tidak adanya stimulus seperti penurunan volume arteri efektif, dan peningkatan aktivitas reseptor AVP. Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p.
  • 20. MANIFESTASI KLINIS 21 03 Kronik  hiponatremia berlangsung lambat >48 jam  tidak terjadi gejala yang berat seperti penurunan kesadaran atau kejang, gejala yang terjadi hanya ringan seperti lemas atau mengantuk akut  hiponatremia berlangsung cepat <48 jam  gejala yang berat seperti penurunan kesadaran dan kejang  akibat adanya edema sel otak karena air dari ekstrasel masuk ke intrasel yang osmolalitasnya lebih tinggi Waktu terjadi : hiponatremia dibagi menjadi akut dan kronik. Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p.
  • 21. MANAJEMEN 22 03 Manajemen hiponatremia  mencari sebab hiponatremia dengan : 1) Anamnesis yang teliti (riwayat muntah, penggunaan diuretis, penggunaan manitol) 2) Pemeriksaan fisik yang teliti (tanda-tanda hipovolemi atau bukan) 3) Pemeriksaan gula darah, lipid darah 4) Pemeriksaan osmolalitas darah 5) Pemeriksaan osmolalitas urin atau dapat juga dengan memeriksa BJ (berat jenis) urin (interpretasi terhadap adakah ADH yang meningkat atau tidak, gangguan pemekatan) 6) Pemeriksaan natrium, kalium dan klorida dalam urin untuk melihat jumlah ekskresi elektrolit dalam urin 7) Langkah selanjutnya pengobatan yang tepat sasaran 8) Perlu dibedakan apakah kejadian hiponatremia, akut atau kronik 9) Tanda atau penyakit lain yang menyertai hiponatremia perlu dikenali (hipovolemia, dan hipervolemia seperti pada gagal jantung, gagal ginjal). Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p.
  • 22. MANAJEMEN 23 03 • pasien dengan gejala berat  larutan NaCl hipertonis, diikuti dengan restriksi cairan dengan atau tanpa pemberian vaptan setelah 24 jam pemberian NaCl hipertonis untuk mencegah osmotic demyelination syndrome • pasien dengan gejala sedang, terapi ditentukan dengan status volume pasien  hipovolemia diberikan cairan isotonik NaCl infus atau per oral  euvolemia dengan SIADH diberikan restriksi cairan dan terapi vaptan • pasien dengan gejala minimal terapi awal yang perlu dilakukan adalah restriksi cairan • Kunci penting terapi hiponatremia adalah pemantauan mencegah ODS • Seay NW, Lehrich RW, Greenberg A. Diagnosis and Management of Disorders of Body Tonicity— Hyponatremia and Hypernatremia: Core Curriculum 2020. American Journal of Kidney Diseases. 2020 • Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p
  • 23. 24 03 • Williams DM, Gallagher M, Handley J, Stephens JW. The clinical management of hyponatraemia. Postgraduate Medical Journal. 2016. Kheetan M, Ogu I, Shapiro JI, Khitan • Acute and Chronic Hyponatremia. Frontiers in Medicine. 2021.
  • 24. MANAJEMEN 25 03 Larutan hipertonis • dapat berupa infus secara kontinu ataupun bolus • pedoman saat ini pemberian bolus NaCl 3% 100ml pada kondisi emergensi, dapat diulang jika dalam 30 menint tidak ada perbaikan kondisi klinis • Pemberian larutan hipertonis 100ml ini dapat meningkatkan serum natrium 2-4 mmol/L, jumlah ini masih jauh dari jumlah maksimal kenaikan serum natrium yang dapat menyebabkan ODS yaitu 10-12 mmol/L per 24 jam atau 18 mmol/L per 48 jam • Peningkatan natrium 2-4 mmol/L dapat menurunkan edema serebri dan peningkatan tekanan intrkranial karena hiponatremia • Pemantauan kondisi natrium dilakukan tiap 2-4 jam Larutan isotonik • pasien dengan kondisi hypovolemia • euvolemia atau hipervolemia tidak boleh diberikan lartan isotonik karena akan memperburuk kondisi hiponatremia dan penyakit dasar pasien • larutan isotonis sesuai dengan status hidrasi pasien, dengan target urin output 100ml/jam. Jika melebihi jumlah tersebut dapat meningkatkan risiko ODS • Pemantauan natrium dilakukan tiap 2-4 jam Restriksi cairan • Restriksi cairan yang diberikan adalah 500- 1000ml kurang dari urin output pasien  cairan semua yang masuk ke tubuh pasien baik per oral maupun intravena • tidak boleh diberikan kepada pasien dengan kondisi hipovolemia Antagonis AVP • terdapat 2 sediaan : infus Conivaptan dan sediaan per oral yaitu tolvaptan • pada kondisi hiponatremia yang kronik dengan hipervolemia atau euvolemia • conivaptan diberikan saat rawat inap, selanjutnya saat rawat jalan diberikan dengan tolvaptan • Dosis conivaptan 20mg loading dose selama 30 menit, dilanjutkan infus kontinu 20 atau 40mg/hari, pemberian terapi conivaptan hanya untuk 4 hari • Pemanatauan natrium tiap 6-8 jam
  • 26. DEFINISI & ETIOPATOGENESIS Hipokalemia : kalium serum <3,5 meq/L 27 04 Loscalzo J, Kasper DL, Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal Medicine [Internet]. 21st ed. New York: Mc Graw Hill; 2022. 1629–1635 p. Available from: https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results
  • 27. ETIOPATOGENESIS 28 04 Redistribusi • meningkatkan uptake / translokasi kalium ke dalam intrasel dengan memediasi uptake kalium ke intrasel melalui channel Na-K-ATPase. • Insulin yang menyebabkan hipokalemia adalah insulin eksogenus terutama pada terapi kondisi krisis hiperglikemia, insulin endogenus dapat menyebabkan hipokalemia pada pasien malnutrisi • Peningkatan aktivitas simpatetik b-adrenergik : trauma kepala, akut miokard infark. • Obat-obatan b2-agonis seperti bronkodilator dan tokolitik menyebabkan hipokalemia • Hipokalemia pada pasien dengan hipertiroid disebut dengan thyrotoxic periodic paralysis Renal loss • penggunaan obat-obatan diuretik : meningkatkan laju aliran di tubulus dengan menghambat channel Na-Cl cotransporter di distal collecting tubules (DCT) • aktivitas hormon mineralokortikoid yang berlebih  mengaktivasi ENac (Epithelial natrium channel) di sel prinsipal di distal nefron yang akan meningkatkan ekskresi kalium • liddle syndrome  mutasi yang terjadi pada Enac • sindrom bartter dan gitelman  hilangnya fungsi transport pada TALH (thick ascending limb of henle) dan DCT menyebabkan hipokalemik alkalosis • Bartter penurunan kemampuan mengkonsentrasi  polidipsia dan poliuria  peningkatan eksresi kalsium dan magnesium juga pada urin • gitelman mutasi terjadi di Na-Cl-cotransporter di DCT  lebih sering terjadi hipokalsiuria Palmer BF, Clegg DJ. Physiology and Pathophysiology of Potassium Homeostasis: Core Curriculum 2019. American Journal of Kidney Diseases. 2019
  • 28. PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN ETIOLOGI 29 04 Loscalzo J, Kasper DL, Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal Medicine [Internet]. 21st ed. New York: Mc Graw Hill; 2022. 1629–1635 p.
  • 29. PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN ETIOLOGI 30 03 Anamnesis • riwayat medikasi yang digunakan pasien (seperti adakah penggunaan laksatif, diuretik, antibiotik), kebiasaan makan pasien, gejala yang berhubungan dengan penyebab tertentu (paralisis yang periodik, diare) • Pemeriksaan fisik : pengukuran tekanan darah, status volume pasien, tanda-tanda yang mengarah pada diagnosis tertentu (cushing syndrome). laboratorium inisial • elektrolit, BUN, kreatinin, osmolalitas serum, hematologi rutin, pH urin, osmolalitas, dan elektrolit urin • Kalium urin diukur dengan menggunakan urin tampung 24 jam. Loscalzo J, Kasper DL, Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal Medicine [Internet]. 21st ed. New York: Mc Graw Hill; 2022. 1629–1635 p.
  • 30. PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN ETIOLOGI 31 04 • Kalium urin >15 mmol  renal loss • Penilaian ekskresi kalium urin  TTKG (Transtubular Potassium concentration Gradient) • TTKG  estimasi kadar kalium dalam cairan tubulus pada akhir duktus koligentes bagian kortikal (tempat paling terakhir sebagai penentu kadar kalium dalam urin) <2 : redristribusi hypokalemia >4 : ekskresi kalium meningkat dari ginjal Loscalzo J, Kasper DL, Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal Medicine [Internet]. 21st ed. New York: Mc Graw Hill; 2022. 1629–1635 p.
  • 31. PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN ETIOLOGI 32 04 jika terdapat peningkatan tekanan darah  lihat aktivitas aldosterone : • Akt aldosterone rendah  lihat kadar kortisol  kortisol normal (pemeriksaan lanjutan genetik untuk membedakan liddle syndrome, SAME, atau licorice), kortisol tinggi (cushing syndrome) • Akt aldestoron tinggi  aktivitas renin  jika rendah (primary hiperaldosteronisme), renin tinggi (renin secreting tumor atau renal artery stenosis atau malignant hypertension) Loscalzo J, Kasper DL, Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal Medicine [Internet]. 21st ed. New York: Mc Graw Hill; 2022. 1629–1635 p.
  • 32. PENDEKATAN DIAGNOSIS BERDASARKAN ETIOLOGI 33 04 • jika tekanan darah normal atau rendah  status asam basa • asidosis metabolik : ketoasidosis diabetic, RTA (renal tubular acidosis) distal atau proksimal • alkalosis metabolik : urin klorida <10 (bulimia muntah kronik) >20  urin kalsium  hiperkalsiuria (barter syndrome atau efek penggunaan loop diuretic), kalsium urin rendah (gitelman syndrome atau penggunaan thiazide diuretic) Loscalzo J, Kasper DL, Longo DL, Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s Principles of Internal Medicine [Internet]. 21st ed. New York: Mc Graw Hill; 2022. 1629–1635 p.
  • 33. MANIFESTASI KLINIS 34 04 Ringan K 3-3,5 Sedang K 2,5-2,9 Berat K <2,5, Manifestasi mulai muncul pada K<3 : kelemahan pada otot, perasaan lelah, nyeri otot, restlesslegs syndrome JANTUNG K <2,7 dapat muncul sebagai gelombang U, T wave flattened, ST depresi, dan prolonged QT mengakselerasi internalisasi clathrin-dependent dan hERG (K channel protein)  effluk kalium pada fase 2 dan 3 aksi potensial di sel otot kardiak perlambatan repolarisasi ventrikel  menimbulkan peningkatan arus re-entry OTOT skeletal GINJAL meningkatkan resting membran potensial  membran sel hiperpolarisasi gangguan sel otot untuk depolarisasi dan kontraksi kelemahan otot struktural vakuolisasi pada tubulus proksimal dan distal Di TAL di tubulus proksimal upregulation dari angiotensin II, AT-1 reseptor, dan α2 adrenergic reseptor  hipereabsorpsi pada Na-Cl channel dan NH3 reduksi aktivitas channel ROMK dan Na-K-Cl cotransporter. Kondisi ini dapat menghambat absorpsi air di TAL, sehingga dapat berperan juga pada kondisi poliuri fungsional Mount DB. Clinical manifestations and treatment of hypokalemia in adults. UpToDate. 2016;
  • 34. MANAJEMEN 35 04 Indikasi koreksi kalium dapat dibagi dalam: lndikasi Mutlak 1) pasien sedang dalam pengobatan digitalis 2) pasien dengan ketoasidosis diabetic 3) pasien dengan kelemahan otot pernapasan 4) pasien dengan hipokalemia berat (K < 2 meq/L) lndikasi Kuat kalium harus diberikan segera 1 ) insufisiensi koroner/iskemia otot jantung 2) ensefalopati hepatikum 3)pasien memakai obat yang dapat menyebabkan perpindahan kalium dari ekstrasel ke intrasel lndikasi Sedang, pemberian kalium tidak perlu segera seperti pada; hipokalemia ringan (K antara 3-3,5 meq/L) ORAL INFUS Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p
  • 35. MANAJEMEN 36 04 • Kecepatan KOREKSI kalium  sesuai defisit kalium Penurunan 2mEq/L kalium  pengurangan 400-800 mEq kalium • Pemberian 40 - 60 meq menaikkan kadar kalium sebesar 1- 1,5 meq/L • Pemberian 135 -160 meq dapat menaikkan kadar kalium sebesar 2,5-3,5 meq/L. • Kalium intravena dalam bentuk larutan KCI disarankan melalui vena yang besar dengan kecepatan 10-20 meq/jam. • Pada keadaan aritmia yang berbahaya atau kelumpuhan otot pernapasan, dapat diberikan dengan kecepatan 40-100 meq/jam. • KCI dilarutkan sebanyak 20 meq-40 meq dalam 100 cc NaCl isotonic melalui akses sentral. • Bila melalui vena perifer, KCI maksimal 60 meq dilarutkan dalam NaCl isotonik 1000cc • Skorecki K, Chertow GM, Marsden PA, Taal MW, Yu AS, Wasser WG. Brenner & Rector’s The Kidney. 10th ed. Vol. 1, Journal of Chemical Information and Modeling. Philadelpihia: Elsevier; 2016. 1689–1699 p • Palmer BF, Clegg DJ. Physiology and Pathophysiology of Potassium Homeostasis: Core Curriculum 2019. American Journal of Kidney Diseases. 2019
  • 36. KESIMPULAN Date Your Footer Here 37 • Hiponatremia dan hipokalemia merupakan gangguan keseimbangan elektrolit yang sering ditemukan pada pasien terutama pada rawat inap • Kedua kondisi ini dapat menyebabkan gangguan yang mengancam jiwa bagi pasien • Pemahaman yang menyeluruh mengenai patogenesis dan patofisiologi hiponatremia dan hipokalemia sangat diperlukan sehingga dapat memberikan pengelolaan yang tepat
  • 37. TERIMA KASIH Date Your Footer Here 38

Editor's Notes

  1. © Copyright PresentationGO.com – The free PowerPoint and Google Slides template library
  2. © Copyright PresentationGO.com – The free PowerPoint and Google Slides template library
  3. © Copyright PresentationGO.com – The free PowerPoint and Google Slides template library
  4. © Copyright PresentationGO.com – The free PowerPoint and Google Slides template library
  5. © Copyright PresentationGO.com – The free PowerPoint and Google Slides template library