Laporan kasus ini membahas tentang diagnosa dan pengobatan tuberculosis pada anak. Pasien didiagnosa dengan TB paru berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan radiologi. Pengobatan dilakukan dengan kombinasi obat anti-TB selama 6-12 bulan yang terdiri dari fase intensif dan lanjutan. Pemantauan efek samping dan kepatuhan terapi dilakukan secara berkala.
Dokumen ini berisi Standar Operasional Prosedur (SOP) penanganan lepra di Puskesmas Kedungrejo. SOP ini menjelaskan tentang definisi lepra, tujuan, kebijakan, prosedur diagnosis dan pengobatan lepra menggunakan terapi obat kombinasi Multi Drug Therapy (MDT). Terapi MDT diberikan berdasarkan klasifikasi tipe lepra pasien yaitu Pausibasilar (PB) atau Multibasilar (MB).
Dokumen tersebut membahas terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) untuk kontak TBC sensitif obat dan resisten obat, mencakup manfaat, sasaran prioritas, dan pemberian obat TPT."
Dokumen tersebut membahas tentang rekomendasi pengobatan kusta menurut WHO yang menerapkan terapi multi obat (MDT). MDT terdiri dari kombinasi rifampisin, DDS, dan lampren yang diberikan secara berkala tergantung jenis kusta penderita, baik penderita kusta pausibasiler (PB) atau multibasiler (MB). Dokumen juga menjelaskan tentang dosis obat, efek samping, monitoring, dan evaluasi pengobatan kusta
Dokumen ini berisi Standar Operasional Prosedur (SOP) penanganan lepra di Puskesmas Kedungrejo. SOP ini menjelaskan tentang definisi lepra, tujuan, kebijakan, prosedur diagnosis dan pengobatan lepra menggunakan terapi obat kombinasi Multi Drug Therapy (MDT). Terapi MDT diberikan berdasarkan klasifikasi tipe lepra pasien yaitu Pausibasilar (PB) atau Multibasilar (MB).
Dokumen tersebut membahas terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) untuk kontak TBC sensitif obat dan resisten obat, mencakup manfaat, sasaran prioritas, dan pemberian obat TPT."
Dokumen tersebut membahas tentang rekomendasi pengobatan kusta menurut WHO yang menerapkan terapi multi obat (MDT). MDT terdiri dari kombinasi rifampisin, DDS, dan lampren yang diberikan secara berkala tergantung jenis kusta penderita, baik penderita kusta pausibasiler (PB) atau multibasiler (MB). Dokumen juga menjelaskan tentang dosis obat, efek samping, monitoring, dan evaluasi pengobatan kusta
Dokumen tersebut memberikan ringkasan kasus tuberkulosis paru pada seorang perempuan berusia 24 tahun. Dokumen tersebut menjelaskan gejala pasien, riwayat penyakitnya, hasil pemeriksaan fisik, dan penatalaksanaannya sesuai pedoman program nasional penanggulangan tuberkulosis di Indonesia.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai antibiotik untuk pengobatan tuberkulosis (TBC), termasuk definisi TBC, obat-obat yang digunakan seperti isoniazid, rifampisin, pirazinamid, etambutol dan streptomisin, serta dosis dan aturan pemberiannya pada dewasa dan anak.
Pasien berusia 73 tahun datang untuk memfollow up keluhan nyeri pada punggung, pinggul, dan lutut kanan akibat osteoartritis. Terapi obat sebelumnya tidak efektif mengurangi nyeri. Diberikan rekomendasi pengobatan osteoartritis dengan glukosamin, chondroitin, dan NSAID topikal serta pengobatan komorbid seperti diabetes dan hipertensi.
Resep ini memberikan obat untuk pengobatan osteoartritis yaitu meloxicam, lansoprazole, dan osteokom serta suplemen fucoidan. Ada beberapa kesalahan administratif dan farmasi dalam resep ini seperti dosis lanpracid yang diberikan setengah tablet padahal bentuk sediaannya kapsul. Perlu konsultasi dengan dokter terkait pemilihan obat dan dosis yang tepat untuk pasien geriatrik.
Pasien mengalami hiperkontraksi uterus pada kehamilan minggu ke-25 akibat konsumsi berlebihan tahu brontak. Ia dirawat untuk mendapat terapi tokolitik berupa nifedipin dan kortikosteroid berupa dexametason untuk mencegah persalinan prematur serta memberikan edukasi untuk menghindari aktivitas berlebihan dan diet.
Dokumen tersebut membahas penggunaan obat secara rasional, yang meliputi pemberian obat yang tepat untuk indikasi klinis pasien dengan dosis dan lama pemberian yang tepat serta harga terjangkau. Dokumen tersebut juga membahas dampak penggunaan obat yang tidak rasional seperti biaya yang tinggi dan efek samping. Pemkab Jember mendorong penggunaan kesehatan tradisional melalui program budidaya tanaman obat dan minum jamu.
Dokumen tersebut membahas tentang efek samping obat, termasuk definisi, jenis, faktor penyebab, dan upaya pencegahan serta penanganannya. Beberapa efek samping obat yang dijelaskan adalah reaksi alergi, osteoporosis akibat pengobatan kortikosteroid jangka panjang, serta hipertensi yang disebabkan oleh penghentian pemberian obat klonidin.
Dokumen tersebut membahas tentang profil peresepan dan tingkat kepatuhan pasien tuberkulosis rawat jalan dengan program DOTS di RS St. Elisabeth Bekasi periode November 2012 - Mei 2013. Dokumen ini menganalisis jumlah pasien berdasarkan jenis kelamin, umur, dan tingkat kepatuhan minum obat. Ditemukan bahwa sebagian besar pasien berada pada kelompok umur 21-40 tahun dan tingkat kepatuhan pasien sebagian besar sudah patuh walaup
Dokumen tersebut membahas pengobatan tuberkulosis yang terbagi menjadi dua fase, intensif dan lanjutan, dengan menggunakan kombinasi obat-obatan antituberkulosis. Dokumen ini juga menjelaskan jenis-jenis obat yang digunakan beserta dosisnya, paduan obat yang disarankan untuk berbagai kategori kasus tuberkulosis, serta efek samping yang mungkin timbul dari pengobatan tersebut.
Dokumen tersebut memberikan ringkasan kasus tuberkulosis paru pada seorang perempuan berusia 24 tahun. Dokumen tersebut menjelaskan gejala pasien, riwayat penyakitnya, hasil pemeriksaan fisik, dan penatalaksanaannya sesuai pedoman program nasional penanggulangan tuberkulosis di Indonesia.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai antibiotik untuk pengobatan tuberkulosis (TBC), termasuk definisi TBC, obat-obat yang digunakan seperti isoniazid, rifampisin, pirazinamid, etambutol dan streptomisin, serta dosis dan aturan pemberiannya pada dewasa dan anak.
Pasien berusia 73 tahun datang untuk memfollow up keluhan nyeri pada punggung, pinggul, dan lutut kanan akibat osteoartritis. Terapi obat sebelumnya tidak efektif mengurangi nyeri. Diberikan rekomendasi pengobatan osteoartritis dengan glukosamin, chondroitin, dan NSAID topikal serta pengobatan komorbid seperti diabetes dan hipertensi.
Resep ini memberikan obat untuk pengobatan osteoartritis yaitu meloxicam, lansoprazole, dan osteokom serta suplemen fucoidan. Ada beberapa kesalahan administratif dan farmasi dalam resep ini seperti dosis lanpracid yang diberikan setengah tablet padahal bentuk sediaannya kapsul. Perlu konsultasi dengan dokter terkait pemilihan obat dan dosis yang tepat untuk pasien geriatrik.
Pasien mengalami hiperkontraksi uterus pada kehamilan minggu ke-25 akibat konsumsi berlebihan tahu brontak. Ia dirawat untuk mendapat terapi tokolitik berupa nifedipin dan kortikosteroid berupa dexametason untuk mencegah persalinan prematur serta memberikan edukasi untuk menghindari aktivitas berlebihan dan diet.
Dokumen tersebut membahas penggunaan obat secara rasional, yang meliputi pemberian obat yang tepat untuk indikasi klinis pasien dengan dosis dan lama pemberian yang tepat serta harga terjangkau. Dokumen tersebut juga membahas dampak penggunaan obat yang tidak rasional seperti biaya yang tinggi dan efek samping. Pemkab Jember mendorong penggunaan kesehatan tradisional melalui program budidaya tanaman obat dan minum jamu.
Dokumen tersebut membahas tentang efek samping obat, termasuk definisi, jenis, faktor penyebab, dan upaya pencegahan serta penanganannya. Beberapa efek samping obat yang dijelaskan adalah reaksi alergi, osteoporosis akibat pengobatan kortikosteroid jangka panjang, serta hipertensi yang disebabkan oleh penghentian pemberian obat klonidin.
Dokumen tersebut membahas tentang profil peresepan dan tingkat kepatuhan pasien tuberkulosis rawat jalan dengan program DOTS di RS St. Elisabeth Bekasi periode November 2012 - Mei 2013. Dokumen ini menganalisis jumlah pasien berdasarkan jenis kelamin, umur, dan tingkat kepatuhan minum obat. Ditemukan bahwa sebagian besar pasien berada pada kelompok umur 21-40 tahun dan tingkat kepatuhan pasien sebagian besar sudah patuh walaup
Dokumen tersebut membahas pengobatan tuberkulosis yang terbagi menjadi dua fase, intensif dan lanjutan, dengan menggunakan kombinasi obat-obatan antituberkulosis. Dokumen ini juga menjelaskan jenis-jenis obat yang digunakan beserta dosisnya, paduan obat yang disarankan untuk berbagai kategori kasus tuberkulosis, serta efek samping yang mungkin timbul dari pengobatan tersebut.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
KEL 1 (TB ANAK)-1.pptx
1. Case Study Report Bangsal Anak
“TUBERCULOSIS ANAK”
Pereseptor :
apt. Khairil Armal, S.Si
Sp.FRS
Dosen Pembimbing :
Dr. apt. Meiriza Djohari,
M. Kes
KELOMPOK 1 :
Delvyani, S.Farm 2202073
Resky Pertiwi, S.Farm 2202139
Rizka Aulia, S.Farm 2202099
2. Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah
penyakit akibat infeksi kuman
Mycobacterium Tuberculosis
yang bersifat sistemik
sehingga dapat mengenai
hampir semua organ tubuh
dengan lokasi terbanyak di
paru yang biasanya merupakan
lokasi infeksi primer.
3. Gejala TB Anak
1. Gejala Sistemik/Umum
- BB turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya atau terjadi
gagal tumbuh
- Demam lama (≥ 2 minggu) atau berulang tanpa sebab jelas
- Batuk lama ≥2 minggu, batuk tidak pernah reda atau intensitas
semakin lama semakin parah. Baktuk tidak membaik dengan
pemberian antibiotic atau obat asma
- Lesu dan melaise, anak kurang aktif bermain
2. Gejala Spesifik Terkait Organ
- TB kelenjar (besar diarea leher, tidak nyeri, konsistensi kenyal, ukuran
>2x2 cm, tidak berespon terhadap pemberian antibiotic, bisa terbentuk
rongga dan discharge)
- TB system saraf pusat (meningitis TB dan TB otak)
- TB system skeletal (tulang belakang benjol, tulang panggul
menyebabkan pincang dan gangguan berjalan, tulang lutut, tulang kaki
dan tangan)
- TB mata
- TB kulit (ditandai dengan ulkus)
4. Tujuan Pengobatan TB anak
1. Menyembuhkan pasien TB
2. Mencegah kematian akibat TB atau efek jangka panjangnya
3. Mencegah TB relaps
4. Mencegah terjadinya dan transmisi resistensi obat
5. Menurunkan transmisi TB
6. Mencapai seluruh tujuan pengobatan dan toksisitas seminimal
mungkin
7. Mencegah reservasi sumber infeksi di masa yang akan datang
6. Tatalaksana Pengobatan TB Anak
Terapi TB terdiri dari dua fase, yaitu:
- Fase intensif: 3-5 OAT selama 2 bulan awal
- Fase lanjutan dengan paduan 2 OAT (INH-rifampisin) hingga 6-12 bulan.
Pada anak, obat TB diberikan secara harian (daily) baik pada fase intensif maupun fase
lanjutan.
- TB paru: INH, rifampisin, dan pirazinamid selama 2 bulan fase intensif, dilanjutkan INH
dan rifampisin hingga genap 6 bulan terapi (2HRZ – 4HR)
- TB paru berat (milier,- destroyed lung) dan TB ekstra paru: 4-5 OAT selama 2 bulan fase
intensif, dilanjutkan dengan INH dan rifampisin hingga genap 9-12 bulan terapi.
- TB kelenjar superfisial: terapinya sama denganTB paru.
- TB milier dan efusi pleura TB diberikan prednison 1-2 mg/kgBB/hari selama 2 minggu,
kemudian dosis diturunkan bertahap (tappering off) selama 2 minggu, sehingga total
waktu pemberian 1 bulan
7. Kasus
Nama Pasien : An.SAN
Umur : 1 tahun 4 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat :Komplek. PHB
Peternakan Rt:002
Rw:002 Kab.Guguk
panjang
Awal Kontrol : 09 Februari 2023
Kontrol Terakhir : 31 Juni 2023
DPJP : dr. Yelly, Sp. A
No. RM : 00***
Diagnosa : TB Paru
8. Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada Riwayat Penyakit
dahulu
Riwayat Penyakit
Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit
keluarga
Riwayat Penyakit Skrg
- Berat badan menurun sejak 3
bulan sebelum dibawa ke
rumah sakit
- Nafsu makan menurun sejak 3
bulan sebelum dibawa ke
rumah sakit
- Di diagnosa TB sejak 5 bulan
yang lalu
Riwayat Alergi
Tidak ada riwayat
alergi
Riwayat Imunisasi
Pasien mendapat
imunisasi lengkap
Riwayat Persalinan
Persalinan normal
BB: 3,3 Kg
PB: 49 cm
A
B
F
E D
C
9. Pemeriksaan Fisik
AWAL PEMERIKSAAN
Tanda Vital
Keadaan umum : Sedang sakit
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan darah : Tidak dilakukan
Nadi : Tidak dilakukan
Pernafasan : Tidak dilakukan
Suhu : 36,5°C
BB : 7,9 kg dengan umur 1 tahun 4 bulan
Kepala : Tidak di temukan kelainan (Normal)
Mulut : Tidak di temukan kelainan (Normal)
Faring : Hiperemis (-)
Mata : pupil isokor
Thorax : Tidak di temukan kelainan (Normal)
Epitaksis : Tidak di temukan kelainan (Normal)
11. Penatalaksanaan
Nama Obat Aturan Pakai Rute
Waktu
Pemberian
16/02
2023
09/03/
2023
27/04/
2023
26/06/
2023
31/07/
2023
Isoniazid 70 mg 1 x sehari PO 🗸
Isoniazid 75 mg x 1 PO 🗸 🗸 🗸 🗸
Rifampisin 100 mg 1 x sehari PO 🗸
Rifampisin 110 mg 1x sehari PO 🗸 🗸 🗸 🗸
Pyrazinamide 150mg 1 x sehari PO 🗸
Pyrazinamide 180mg 1 x sehari PO 🗸
Cefixime 35 mg 1 x sehari PO 🗸
Vitamin B6 7 mg 1x sehari PO 🗸
12. DRP
No
Drug Therapy
Problem
Check list Keterangan/ Rekomendasi
1 Terapi obat yang tidak
Diperlukan
Tidak ada
masalah
Pasien mendapatkan terapi obat sesuai dengan kebutuhan
penyakit yang diderita.
Terdapat terapi tanpa indikasi Tidak ada
masalah
Obat yang diberikan sudah sesuai indikasi klinis pasien :
1.Isoniazid
Digunakan untuk mengobati TB dengan menghambat enzim
spesifik dalam jalur sintesis asam mikolat serta merupakan
terapi empiris pasien TB fase intensif dan lanjutan
2.Rifampisin
Digunakan untuk mengobati TB dengan menghambat
pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis protein,
terutama pada tahap transkripsi serta merupakan terapi
empirispasien TB fase intensif dan lanjutan
3.Pirazinamid
Digunakan mengobati TB Berpengaruh terhadap proses
biosintesis lipid, protein, asam nukleat dan glikolisis. serta
merupakanterapi empiris pasien TB fase intensif
4.Cefixime
Antibiotik empiris yang digunakan sebelum diketahui
13. 5. Vit B
Digunakan untuk mencegah efek samping dari INH yaitu
neuropatiperifer
Pasien masih memungkinkan
menjalani terapi non
farmakologi
Tidak ada masalah Pasien tidak memerlukan terapi non farmakologi, tetapi dalamaktivitas
sehari-hari pasien harus terus dipantau oleh orang tuanya.
Terdapat duplikasi terapi ada masalah terdapat duplikasi terapi pengobatan bulan ke 4 ,keluarga pasien
memberikan bungkus obat yang sama karena kurangnya
ketelitian
Pasien mendapat penanganan
terhadap efek samping yang
seharusnya dapat dicegah
ada masalah -Pasien mengalami efek samping yang perlu diberi edukasi
Rifampisin : urin dan keringan pasien berwarna merah
Isoniazid : efek samping pasien mengalami nyeri sendi sehingga
diberikan vit B6
-Perlunya monitoring fungsi hati pada pasien
2 Kesalahan obat
Bentuk sediaan tidak tepat Tidak ada masalah Bentuk sediaan telah sesuai dengan kondisi pasien, dimana pasien
dalam kondisi kesadaran yaitu Composmentis
Terdapat kontraindikasi Tidak ada masalah Tidak terdapat kontraindikasi pada penggunaan obat oleh pasien.
Kondisi pasien tidak dapat
disembuhkan oleh obat
Tidak ada masalah Kondisi pasien dapat disembuhkan oleh obat.
Obat tidak diindikasikan
untuk kondisi pasien
Tidak ada masalah Obat yang diberikan kepada pasien telah sesuai dengan indikasi.
Terdapat obat lain yang tidak
efektif
Tidak ada masalah Obat yang diberikan sudah efektif.
14. 3 Dosis tidak tepat Tidak ada masalah Berdasarkan data yang didapatkan pasien telah mendapatkandosis
yang tepat:
Isoniazid
- Isoniazid
Dosis Terapi : 5 sampai 15 mg/kg/BB/hari x 6,9 kg → 34mg
sampai 103 mg
Dosis yang diberikan : 70 mg/hari
- Rifampisin
Dosis terapi : 10 sampai 20 mg/kg/BB/hari x 6,9 kg → 69
sampai 138 mg
Dosis yang diberikan : 100 mg/hari
- Pyrazinamide
Dosis terapi : 15 – 30 mg/kg/BB/hari x 6,9 kg → 103
sampai 207 mg
Dosis yang diberikan : 150 mg/hari
- Cefixime
Dosis terapi : 3 -6 mg/kg/BB/hari x 6,9 kg → 20,7 sampai
41,4 mg
Dosis yang diberikan : 35 mg 2 x sehari
- Vitamin B 6
Dosis terapi : 2,2 – 10,7 mg/hari
Dosis yang diberikan : 7 mg/hari
Dosis terlalu rendah Tidak ada masalah
Dosis terlalu tinggi Tidak ada masalah
Frekuensi penggunaan tidak
tepat
Tidak ada masalah Frekuensi penggunaan obat yang diberikan telah sesuai
Penyimpanan tidak tepat Tidak ada masalah Proses penyimpanan obat sudah diletakkan pada tempat yang
sesuai pada tempatnya.
Administrasi obat tidak tepat Tidak ada masalah Administrasi sudah tepat
15. Terdapat interaksi obat ada masalah Kombinasi Isoniazid, Rifampisin dan Pyrazinamid memperberat
fungsi hati sehingga perlunya pemantauan fungsi
hati secara berkala
4 Reaksi yang tidak diinginkan Tidak ada masalah Tidak terdapat reaksi yang tidak diinginkan
Obat tidak aman untuk
pasien
Tidak ada masalah Obat yang diberikan untuk pasien
Terjadi reaksi alergi Tidak ada masalah Tidak terjadi reaksi alergi
Dosis obat dinaikkan dan
diturunkan secara cepat
Tidak ada masalah Tidak terdapat dosis obat yang dinaikkan dan diturunkan secara
cepat
Muncul efek yang tidak
diinginkan
Tidak ada masalah Tidak ditemukan efek yang tidak diinginkan pada pasien.
5 Ketidaksesuaian kepatuhan
pasien
Tidak ada
masalah
Pasien mematuhi aturan pemberian terapi obat.
Obat tidak tersedia Tidak ada
masalah
Tidak ada masalah dalam penyediaan obat pasien.
Pasien tidak mampu
menyediakan obat
Tidak ada
masalah
Pasien mampu menyediakan obat.
Pasien tidak bisa menelan
atau menggunakan obat
Tidak ada
masalah
Pasien masih bisa menelan dan menggunakan obat
Pasien tidak mengerti
instruksi penggunaan
adamasalah Keluarga pasien tidak mengerti membedakan obat satu dengan lainya
sehinggasaatpenggunaanterjadiduplikasiobat
Pasien tidak patuh atau
memilih tidak menggunakanobat
Tidak ada
masalah
Pasien patuh menggunakan obat. Obat-obatan untuk pasien rawat
jalan disediakan dalam bentuk dosis individual (Unit dose
dispensing) untuk pemakaian satu kali pakai, sehingga
16. ketidakpatuhan dapat dicegah.
6 Pasien membutuhkan
terapi tambahan
Tidak ada
masalah
Pasien tidak membutuhkan terapi tambahan.
Terdapat kondisi yang
tidak diterapi
Tidak ada
masalah
Tidak ada kondisi yang tidak diterapi
Pasien membutuhkan
obat lain yang sinergis
Tidak ada
masalah
Terapi obat yang yang telah diberikan sinergis
sehingga tidak
diperlukan terapi lain.
Pasien membutuhkan
terapi Profilaksis
Tidak ada
masalah
Pasien telah mendapatkan terapi profilaksis
terhadap kondisinya
sehingga tidak diperlukan terapi tambahan.
17. Rencana Asuhan Kefarmasian
No TujuanTerapi Rekomend
asi
Parameter Nilai yang
diinginkan
Frekuensi
Pemantauan
1. Terapi tuberkulosis Isoniazide Foto Thorax
bercak infiltrat perihilar
parakardial bilateral
Monitoring tiap 6 bulan
sekali
2. Terapi tuberkulosis
Rifampisin Foto Thorax
bercak infiltrat perihiler
parakardial bilateral
Monitoring tiap 6 bulan
sekali
3. Terapi tuberkulosis Pyrazinamid Foto Thorax
bercak infiltrat perihiler
parakardial bilateral
Monitoring tiap 6 bulan
sekali
4.
Antibotik sebelum
diketahui diagnosa pasti
Cefixime Kadar leokosit
Sampai ditemukan
bakteri spesifik dan
leokosit normal
Monitoring sampai
bakteri spesifik diketahui
5.
Mengatasi efek samping
Isoniazid
Vit B 6 Neuropati perifer Tidak terjadi kesemutan Monitoring1 bulan sekali
21. Monitoring Efek Samping
NO
NAMA
OBAT MANIFESTASI ESO
REGIMEN
DOSIS
CARAMENGATSI
ESO
EVALUASI
TGL URAIAN
1. Isoniazid
Mual, muntah,
neuropati
perifer, kejang
75 mg/kg BB
Jika pasien mengalami efek
samping anjurkan pasien
untukkonsultasi dengan
dokter
-
Pasien
mengalam
isamping
Tidak ada
2. Rifampisin
Fungsi hati
abnormal, ikhterus,
perubahan fungsi
ginjal, anemia
hemolitik, reaksi
kulit, urin sputum
feces saliva
berwarna merah
110 mg/kg BB
Jika pasien mengalami efek
samping pasien dilakukan
edukasi dan jika mengangu
aktivitas dianjurkan pasien
untuk konsultasi dengan
dokter
16
Februari
–
31 Juli
2023
Pasien
mengalami
efek
samping
Urin dan
keringat
berwarnamerah
3 Pyrazinamide
Sakit perut,
neuropaty perifer,
kelelahan, mual
muntah
180 mg/kg BB
Jika pasien mengalami efek
samping anjurkan pasien
untukkonsultasi dengan
dokter
-
Pasien
mengalam
isamping
Tidak ada
22. 4 Cefixime
Sakit perut, mual
muntah, sakit kepala,
diare, perut kembung
35 mg/kg BB
Jika pasien mengalami efek
samping anjurkan pasien untuk
konsultasi dengan dokter
-
Pasien
mengalami
samping
Tidak ada
5 Vit b 6
Ngantuk, mual
muntah,sakit perut,
diare, sakit kepala,
kesemutan
7 gr/hari
Jika pasien mengalami efek
samping anjurkan pasien untuk
konsultasi dengan dokter
-
Pasien tidak
mengalami
efek samping
Tidak ada
23. Edukasi Pasien
1. Pemberitahuan kepada keluarga pasien kepatuhan dan rutin
minum obat agar pengobatan optimal
2. Pemberitahuan kepada keluarga pasien bahwa pasien lebih
berhati hati dalam memberikan obat kepada pasien agar tidak
terjadi kembali kekeliruan, di sarankan memberikan penanda
3. Pemberitahuan kepada keluarga pasien untuk selalu memantau
makanan yang dimakan oleh anak serta lebih memperhatikan
nutrisi anak
4. Pemberitahuan kepada keluarga pasien kalau ada efek samping
dari obat yaitu urin berwarna merah tp tidak usah khawatir