1. Clonaid, perusahaan bioteknologi di Bahama, mengklaim telah berhasil melakukan kloning manusia pertama dan melahirkan Eve pada tahun 2002.
2. Banyak ilmuwan meragukan klaim ini karena kloning manusia memiliki risiko kegagalan dan komplikasi kesehatan yang tinggi.
3. Debat terus berlanjut mengenai etika dan regulasi yang tepat untuk kloning manusia.
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
Kloning Manusia Pertama
1. Eve, Kloning Manusia Pertama
BMC –Era manusia super mungkin bakal segera
terwujud. Dunia tidak akan kekurangan stok manusia-
manusia super genius sekelas Albert Einsten atau
Stephen Hawking, atau atlet handal sekelas Carl Lewis
atau aktris sensual Jennifer Lopez. Manusia-manusia
super itu bakalan tetap lestari di muka bumi. 100%
sama persis, yang beda hanya generasinya. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang
rekayasa genetika telah menghilangkan
ketidakniscayaan itu.
Melalui teknologi cloning, siapapun bisa
diduplikasi. Clonaid, perusahaan Bioteknologi di
Bahama, sukses menghasilkan kloning manusia
pertama di dunia dengan lahirnya Eve, 26 Desember 2002 lalu. Eve merupakan bayi pertama
yang lahir dari 10 implantasi yang dilakukan Clonaid tahun 2002. Dari 10 implan, lima
gagal. Empat bayi cloning lainnya akan dilahirkan tahun ini. Clonaid berencana
mengimplantasi 20 clone manusia Januari ini. Pada saat bersamaan, para ahli independen
akan diundang untuk melihat prosesnya sehingga bisa menyaksikan bagaimana contoh
cloning, pertumbuhan embryo dan implantansinya. Kini Eve, berusia 6 tahun, sehat dan kini
mulai menginjak pendidikan Taman Kanak Kanak di pinggiran kota Bahama.
Clonaid adalah sebuah perusahaan yang didirikan sekte keagamaan Raelians tahun 1997.
Mereka mempercayai kehidupan di bumi diciptakan mahluk angkasa luar melalui rekayasa
genetika.
Soal kekhawatiran banyak pihak tentang ketidaksempurnaan hasil cloning pada binatang
yang dijadikan model pada cloning manusia, Brigitte Broisselier, chief executive Clonaid,
menandaskan kedua prosedur itu tidak bisa dibandingkan. Masalah yang timbul pada cloning
binatang merupakan hasil dari prosedur khusus yang digunakan ilmuwan untuk
mereproduksi binatang. Jadi bukan pada proses cloningnya. Selain itu jika dalam proses
cloning peneliti Clonaid mendeteksi adanya abnormalitas, janin akan digugurkan.
Brigitte Boisselier menambahkan, bukti ilmiah akan diajukan segera, agar mereka tidak
dianggap telah mengarang cerita. Jadi satu-satunya cara adalah mengundang seorang pakar
independen ke tempat orang tua bayi itu. Di sana ia bisa mengambil contoh sel dari bayi dan
ibunya, untuk kemudian membandingkannya.
Raelian sejauh ini dikenal sebagai sekte agama yang percaya bahwa kehidupan di luar
angkasa telah menciptakan kehidupan di bumi. Kelompok yang mendapat pengakuan resmi
pemerintah negara bagian Quebec, Kanada, sebagai gerakan agama di tahun 1990-an ini
mengklaim memiliki 55 ribu anggota di berbagai penjuru dunia, termsuk Amerika.
Kelompok ini memilki sebuah taman yang terbuka untuk umum bernama UFOland, dekat
Montreal.
2. Inilah Eve, manusia pertama hasil teknologi cloning
Kloning manusia pertama (Eve) merupakan sebuah keberhasilan para ilmuwan Barat dalam
memanfaatkan sains yang akhirnya mampu membuat sebuah kemajuan pesat yang telah
melampaui seluruh ramalan manusia. Betapa tidak, cara ini dianggap sebagai jalan untuk
memperbaiki kualitas keturunan: lebih cerdas, kuat, rupawan, ataupun untuk memperbanyak
keturunan tanpa membutuhkan proses reproduksi konvensional.
Penelitian cloning pada manusia sebenarnya juga memberikan harapan bagi masa depan
dunia kedokteran. Teknik cloning memungkinkan dokter mengidentifikasi penyebab
keguguran spontan, memberikan pemahaman pertumbuhan cepat sel kanker, penggunaan sel
stem untuk meregenerasi jaringan syaraf, kemajuan dalam penelitian masalah penuaan,
genetika dan pengobatan.
Sisi gelap Cloning
Kelahiran Eve hasil kloning manusia pertama
merupakan sebuah kejutan. Sebelumnya para ilmuwan
bersiap menerima kelahiran bayi cloning pertama
‘karya’ dokter ahli kesuburan Italia, Dr. Severino
Antinori, awal Januari 2003. Antinori adalah ahli
kesuburan yang piawai. Ia telah mendeklarasikan
keberhasilannya mengclone babi dan primata dan
berhasil menerobos prosedur fertilitas konvensional
dengan membuat seorang wanita hamil pada usia 62
tahun pada 1994.
Kebanyakan ilmuwan setuju, reproduksi manusia dengan cara cloning memang
memungkinkan. Namun mereka menekankan, eksperimen seperti itu tidak bisa
dipertanggungjawabkan karena tingginya resiko kematian dan gangguan pasca kelahiran.
Ilmuwan Roslin’s Institute, Ian Wilmut yang berperan dalam kelahiran Dolly menegaskan,
kloning manusia pertama amat mengejutkan karena jumlah kegagalan yang tinggi dan
kematian pada bayi yang baru lahir. cloning pada binatang menunjukkan adanya kelemahan.
Dolly, mamalia pertama yang berhasil dicloning terbukti menderita arthritis pada usianya
yang masih muda.
Dr. Severino Antinor
3. Domba betina ini dicloning dengan teknik cloning transfer inti sel somatik (sel tubuh). DNA
Dolly berasal dari sel tunggal yang diambil dari sel telur induknya yang kemudian difusikan
dengan sel ‘mammary’ (sel kelenjar susu). Sel yang telah bergabung berkembang menjadi
embryo yang kemudian ditanamkan pada rahim domba pengganti induk. Walau dikatakan
berhasil, prosedur cloning ini tidaklah sempurna. Diperlukan 227 percobaan sebelum
akhirnya tercipta Dolly.
National Bioethics Advisory Commission mengemukakan, penggunaan binatang guna
memahami proses-proses biologi seperti dalam kasus Dolly, memberikan harapan besar bagi
kemajuan dunia medis di masa depan. Namun tidak ada pembenaran untuk riset dengan
tujuan menghasilkan anak manusia melalui teknik ini. Ini disebabkan, konon, cloning pada
manusia lebih rumit dengan resiko yang besar dan sangat potensial terjadi kesalahan. Para
ilmuwan khawatir, penggunaan teknik ini pada manusia akan memunculkan malformasi
(kelainan bentuk tubuh atau cacat).
Para ilmuwan juga amat risau dengan risiko medik dan ketidakpastian yang berhubungan
dengan cloning manusia. Salah satu kekhawatirannya adalah jika seorang bayi di clone,
maka kromosomnya akan cocok dengan usia donor. Misalnya seorang anak hasil cloning
yang berusia 5 tahun akan tampak seperti berumur 10 karena mendapat kromosom dari
donor berusia 5 tahun , dengan disertai risiko penyakit jantung dan kanker. Resiko buruk
juga mengintai para wanita yang memutuskan mengandung bayi cloning. Menurut ahli
perkembangan embryo pada mamalia, Prof. Richard Gardner, para wanita tersebut beresiko
terkena satu jenis kanker yang tidak biasa dan unik pada manusia, yang menyerang rahim,
yaitu choriocarcinoma (kanker korion).
Mengacu pada berbagai resiko ini banyak negara melarang dilakukannya riset-riset cloning
pada manusia. Presiden AS kala itu Bill Clinton mengeluarkan rekomendasi moratorium atau
penghentian riset cloning manusia selama 5 tahun. Hampir semua agama juga melarang
teknologi cloning pada manusia.
Bertolak dari kelebihan dan kekurangan teknologi cloning ini, agamawan, ahli politik, ahli
hukum dan pakar kemasyarakatan perlu segera merumuskan aturan mengenai penerapan
teknologi cloning. Sebab ditangan ilmuwan ‘hitam’, cloning bisa menjadi malapetaka.
Kloning manusia yang gagal