SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Pasangan suami-istri yang sudah bertahun-tahun menikah tetapi belum dapat dikaruniai
anak. Mereka pun gelisah. Usia sudah semakin tua, tetapi belum mempunyai anak. Ajaran
syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan menganjurkan untuk
senantiasa berikhtiar (usaha) serta bertawakkal dalam menggapai karunia Allah SWT. Allah
telah menjanjikan setiap kesulitan ada solusi. Termasuk kesulitan dalam mempunyai
keturunan (anak).
Pada dasarnya pembuahan yang alami terjadi dalam rahim melalui cara yang alami pula
(hubungan seksual), sesuai dengan fitrah yang telah ditetapkan Allah untuk manusia. Akan
tetapi pembuahan alami ini terkadang sulit terwujud, misalnya karena rusaknya atau
tertutupnya saluran indung telur (tuba Fallopii) yang membawa sel telur ke rahim, serta tidak
dapat diatasi dengan cara membukanya atau mengobatinya. Atau karena sel sperma suami
lemah atau tidak mampu menjangkau rahim isteri untuk bertemu dengan sel telur, serta tidak
dapat diatasi dengan cara memperkuat sel sperma tersebut, atau mengupayakan sampainya sel
sperma ke rahim isteri agar bertemu dengan sel telur di sana. Semua ini akan meniadakan
kelahiran dan menghambat suami isteri untuk mempunyai anak. Padahal Islam telah
menganjurkan dan mendorong hal tersebut dan kaum muslimin pun telah disunnahkan
melakukannya.
Namun dengan teknologi Sekarang ini sudah muncul berbagai kecanggihan yang dapat di
gunakan untuk mengatasi kendala-kendala kehidupan terkhusus pada kesulitan mempunyai
anak dengan berbagai faktor penyebab, baik penyebab yang telah dipaparkan sebelumnya
ataupun yang dipengaru oleh faktor usia ataupun faktor-faktor penyebab lainnya. Dengan
kemajuan teknologi yang telah diciptakan oleh manusia itu sendiri pada bidang kedokteran
dan ilmu biologi moderen yang telah berhasil menciptakan teknologi yang disebut bayi
tabung/inseminasi buatan. Dengan cara inseminasi butan inilah pasangan yang telah menikah
bertahun-tahun dapat menggunakan inseminasi sebagai solusi untuk mendapatkan keturunan
(anak).
Pada dasarnya orang-orang memuji pada bidang teknologi tersebut. Namum mereka
belum tahu pasti apakah produk-produk teknologi yang dipergunakan tersebut dapat
dibenarkan menurut pandangan islam. Oleh karena hal tersebut diatas, untuk mengetahui
lebih banyak mengenai bayi tabung/inseminasi menurut pandangan islam. Maka akan
disajikan pembahasan bayi tabung tersebut dalam bentuk karya tulis ilmiah (makalah) yang di
beri judul Pandangan Islam terhadap Bayi Tabung.
ii
B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka permasalahan yang

muncul berkaitan dengan bayi tabung/inseminasi ini yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan bayi tabung/inseminasi buatan?
2. Bagaimanakah pandangan islam megenai bayi tabung/inseminasi buatan?
3. Apakah hukum bayi tabung menurut pandangan islam?

C.

Tujuan Penulisan
Berdasarkan masalah yang muncul dalam pembahasan makalah ini maka tujuan dari

penulisan ini yaitu untuk mengetahui pandangan islam tentang bayi tabung

ii
BAB II
PEMBAHASAN

A.

Pengertian dan Proses Bayi Tabung/Inseminasi buatan
Teknologi kedokteran modern semakin canggih. Salah satu tren yang berkembang saat ini
adalah fenomena bayi tabung. Bayi tabung dikenal dengan istilah pembuahan in vitro atau
dalam bahasa Inggris dikenal sebagai in vitro fertilisation. Ini adalah sebuah teknik
pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita.
Bayi tabung adalah suatu istilah teknis. Istilah ini tidak berarti bayi yang terbentuk di
dalam tabung, melainkan dimaksudkan sebagai metode untuk membantu pasangan subur
yang mengalami kesulitan di bidang pembuahan sel telur wanita oleh sel sperma pria. Secara
teknis, dokter mengambil sel telur dari indung telur wanita dengan alat yang disebut
“laparoscop” (temuan dr. Patrick C. Steptoe dari Inggris).
Bayi tabung merupakan terjemahan dari artificial insemination. Artificial artinya buatan
atau tiruan secara teknologi bukan secara alamiah, sedangkan insemination berasal dari kata
latin “inseminatus” artinya pemasukan atau penyimpanan. Kata talqih yang sama
pengertiannya dengan inseminasi, diambil oleh dokter ahli kandungan bangsa Arab, dalam
upaya pembuahan terhadap wanita yang menginginkan kehamilan. Jadi dapat di katakan
bahwa bayi tabung merupakan bayi hasil konsepsinya (dari pertemuan antara sel telur dan
sperma) yang dilakukan dalam sebuah tabung yang dipersiapkan sedemikian rupa di
laboratorium. Didalam laboratorium tabung tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga
menyerupai dengan tempat pembuahannya yang asli yaitu rahim ibu atau wanita. Dibuat
sedemikian rupa sehingga temperatur dan situasinya persis sama dengan aslinya. Prosesnya
mula-mula dengan suatu alat khusus semacam alat untuk laparoskopi dilakukan pengambilan
sel telur dari wanita yang baru saja mengalami ovulasi. Kemudian sel telur yang diambil
tadi dibuahi dengan sperma yang sudah dipersiapkan dalam tabung yang suasananya dibuat
persis seperti dalam rahim. Setelah pembuahan hasil konsepsi tersebut dipelihara beberapa
saat dalam tabung tadi sampai pada suatu saat tertentu akan dicangkokan ke dalam rahim
wanita tersebut. Selanjutnya diharapkan embrio itu akan tumbuh sebagaimana layaknya di
dalam rahim wanita. Sudah tentu wanita tersebut akan mengalami kehamilan ,perkembangan
selama kehamilan seperti biasa.
Bayi tabung pertama lahir ke dunia ialah Louise Brown. Ia lahir di Manchester, Inggris,
25 Juli 1978 atas pertolongan Dr. Robert G. Edwards dan Patrick C. Steptoe. Sejak itu, klinik
untuk bayi tabung berkembang pesat. Teknik bayi tabung ini telah menjadi metode yang
membantu pasangan subur yang tidak mempunyai anak akibat kelainan pada organ
reproduksi anak pada wanita.

ii
B.

Jenis-Jenis Proses Bayi Tabung

1.

Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan Suami-Isteri.
Teknik bayi tabung memisahkan persetubuhan suami-istri dari pembuahan bakal anak.
Dengan teknik tersebut, pembuahan dapat dilakukan tanpa persetubuhan. Keterarahan
perkawinan kepada kelahiran baru sebagaimana diajarkan oleh Gereja tidak berlaku lagi.
Dengan demikian teknik kedokteran telah mengatur dan menguasai hukum alam yang
terdapat dalam tubuh manusia pria dan wanita. Dengan pemisahan antara persetubuhan dan
pembuahan ini, maka bisa muncul banyak kemungkinan lain yang menjadi akibat dari
kemajuan ilmu kedokteran di bidang pro-kreasi manusia.

2.

Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak.
Ada kemungkinan bahwa benih dari suami-istri tidak bisa dipindahkan ke dalam rahim
sang istri, oleh karena ada gangguan kesehatan atau alasan-alasan lain. Dalam kasus ini, maka
diperlukan seorang wanita lain yang disewa untuk mengandung anak bagi pasangan tadi.
Dalam perjanjian sewa rahim ini ditentukan banyak persyaratan untuk melindungi
kepentingan semua pihak yang terkait. Wanita yang rahimnya disewa biasanya meminta
imbalan uang yang sangat besar. Suami-istri bisa memilih wanita sewaan yang masih muda,
sehat dan punya kebiasaan hidup yang sehat dan baik. praktik seperti ini biasanya belum ada
ketentuan hukumnya, sehingga kalau muncul kasus bahwa wanita sewaan ingin
mempertahankan bayi itu dan menolak uang pembayaran, maka pastilah sulit dipecahkan.

3.

Sel Telur atau Sperma dari Seorang Donor.
Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri mandul; dalam arti bahwa sel
telur istri atau sperma suami tidak mengandung benih untuk pembuahan. Itu berarti bahwa
benih yang mandul itu harus dicarikan penggantinya melalui seorang donor.
Masalah ini akan menjadi lebih sulit karena sudah masuk unsur baru, yaitu benih dari
orang lain. Pertama, apakah pembuahan yang dilakukan antara sel telur istri dan sel sperma
dari orang lain sebagai pendonor itu perlu diketahui atau disembunyikan identitasnya. Kalau
wanita tahu orangnya, mungkin ada bahaya untuk mencari hubungan pribadi dengan orang
itu. Ketiga, apakah pria pendonor itu perlu tahu kepada siapa benihnya telah didonorkan.
Masih banyak masalah lain lagi yang bisa muncul.

4.

Munculnya Bank Sperma
Praktik bayi tabung membuka peluang pula bagi didirikannya bank-bank sperma.
Pasangan yang mandul bisa mencari benih yang subur dari bank-bank tersebut. Bahkan orang
bisa menjual-belikan benih-benih itu dengan harga yang sangat mahal misalnya karena benih
dari seorang pemenang Nobel di bidang kedokteran, matematika, dan lain-lain. Praktek bank
sperma adalah akibat lebih jauh dari teknik bayi tabung. Kini bank sperma malah
menyimpannya dan memperdagangkannya seolah-olah benih manusia itu suatu benda
ekonomis.
ii
Tahun 1980 di Amerika sudah ada 9 bank sperma non-komersial. Sementara itu bankbank sperma yang komersil bertumbuh dengan cepat. Wanita yang menginginkan pembuahan
artifisial bisa memilih sperma itu dari banyak kemungkinan yang tersedia lengkap dengan
data mutu intelektual dari pemiliknya. Identitas donor dirahasiakan dengan rapi dan tidak
diberitahukan kepada wanita yang mengambilnya, kepada penguasa atau siapapun.

C. Bayi Tabung dalam Pandangan Islam
Masalah bayi tabung (Athfaalul Anaabib) ini menurut pandangan Islam termasuk
masalah kontemporer ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya secara spesifik di dalam AlQur’an dan As-Sunnah bahkan dalam kajian fiqih klasik sekalipun. Oleh karena itu, dalam
menyelesaikan masalah ini hendak dikaji menurut Hukum Islam dengan menggunakan
metode ijtihad yang lazimnya dipakai oleh para ahli ijtihad (mujtahidin), agar dapat
ditemukan hukumnya yang sesuai dengan prinsip dan jiwa Al-Qur’an dan As-Sunnah yang
merupakan sumber pokok hukum Islam. Namun, kajian masalah mengenai bayi tabung ini
sebaiknya menggunakan pendekatan multi disipliner oleh para ulama dan cendikiawan
muslim dari berbagai disiplin ilmu yang relevan, agar dapat diperoleh kesimpulan hukum
yang benar-benar proporsional dan mendasar. Misalnya menggunakan ahli kedokteran,
peternakan, biologi, hukum, agama dan etika.
Dua tahun sejak ditemukannya teknologi ini, para ulama di Tanah Air telah menetapkan
fatwa tentang bayi tabung/inseminasi buatan.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwany pada tanggal 13 Juni 1979 menetapkan
4 keputusan terkait masalah bayi tabung, diantaranya :
1. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya
mubah (boleh), sebab ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama. Asal
keadaan suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan
untuk memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami istri tidak berhasil
memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqih

“Hajat (kebutuhan yang sangat penting) diperlakukan seperti dalam keadaan terpaksa.
Padahal keadaan darurat/terpaksa itu membolehklan melakukan hal-hal yang terlarang”.
2. Sedangkan para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suamiistri yang dititipkan di rahim perempuan lain dan itu hukumnya haram, karena dikemudian
hari hal itu akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan
(khususnya antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang
mengandung kemudian melahirkannya, dan sebaliknya).
3. Bayi Tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia
hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah. Sebab, hal ini akan menimbulkan
masalah yang pelik baik kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan.
ii
4. Bayi Tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang sah hal
tersebut juga hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan hubungan kelamin antar
lawan jenis diluar pernikahan yang sah alias perzinahan.
Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalah dalam Forum
Munas di Kaliurang, Yogyakarta pada tahun 1981. Ada 3 keputusan yang ditetapkan
ulama NU terkait masalah Bayi Tabung, diantaranya :
1. Apabila mani yang ditabung atau dimasukkan kedalam rahim wanita tersebut ternyata
bukan mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung hukumnya haram. Hal itu didasarkan
pada sebuah hadist yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak
ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT, dibandingkan
dengan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina) didalam rahim
perempuan yang tidak halal baginya.”
2. Apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara mengeluarkannya
tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram. Mani Muhtaram adalah mani yang
keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak dilarang oleh syara’. Terkait mani yang
dikeluarkan secara muhtaram, para ulama NU mengutip dasar hukum dari Kifayatul Akhyar
II/113. “Seandainya seorang lelaki berusaha mengeluarkan spermanya (dengan beronani)
dengan tangan istrinya, maka hal tersebut diperbolehkan, karena istri memang tempat
atau wahana yang diperbolehkan untuk bersenang-senang.”
3. Apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri yang sah dan cara mengeluarkannya
termasuk muhtaram, serta dimasukkan ke dalam rahim istri sendiri, maka hukum bayi tabung
menjadi mubah (boleh).
Berikut ini dalil-dalil syar’i yang dapat menjadi landasan hukum untuk mengharamkan
inseminasi buatan dengan donor, ialah sebagai berikut:
Surat Al-Isra ayat 70 :

“Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan
dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.

Surat At-Tin ayat 4 :

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.
Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk
yang mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk Tuhan
lainnya. Dan Tuhan sendiri berkenan memuliakan manusia, maka sudah seharusnya manusia
ii
bisa menghormati martabatnya sendiri dan juga menghormati martabat sesama manusia.
Sebaliknya inseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya merendahkan harkat
manusia (human dignity) sejajar dengan hewan yang diinseminasi.

D. Manfaat Dan Akibat Bayi Tabung
Maslahahnya dari bayi tabung adalah bias membantu pasangan suami istri yang
keduanya atau salah satu nya mandul atau ada hambatan alami pada suami atau istri
menghalangi bertemunya sel sperma dan sel telur.Misalnya karena tuba falopii terlalu sempit
atau ejakulasinya terlalu lemah.Namun akibat(mafsadah) dari bayi tabung adalah:


Percampuran Nasab,padahal Islam sangat menjaga kesucian / kehormatan kelamin
dan kemurnian nasab,karena ada kaitannya dengan kemahraman (siapa yang halal dan
haram dikawini) dan kewarisan.



Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.



Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi/ zina karena terjadi percampuran
sperma dengan ovum tanpa perkawinan yang sah.



Kehadiran anak hasil inseminasi buatan bisa menjadi sumber konflik didalam rumah
tangga terutama bayi tabung dengan bantuan donor merupakan anak yang sangat unik
yang bisa berbeda sekali bentuk dan sifat-sifat fisik dan karakter/mental si anak
dengan bapak ibunya.



Anak hasil inseminasi buatan/bayi tabung yang percampuran nasabnya terselubung
dan sangat dirahasiakan donornya adalah lebih jelek daripada anak adopsi yang pada
umumnya diketahui asal dan nasabnya.



Bayi tabung lahir tanpa proses kasih sayang yang alami terutama pada bayi tabung
lewat ibu titipan yang harus menyerahkan bayinya pada pasangan suami istri yang
punya benihnya,sesuai dengan kontrak,tidak terjalin hubungan keibuan anatara anak
dengan ibunya secara alami

Surat Al-Lugman ayat 14
Mengenai status anak hasil inseminasi dengan donor sperma atau ovum menurut hukum
islam adalah tidak sah dan statusnya sama dengan anak hasil prostitusi.UU Perkawinan pasal
42 No.1/1974:”Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat
perkawinan yang sah”maka memberikan pengertian bahwa bayi tabung dengan bantuan
donor dapat dipandang sah karena ia terlahir dari perkawinan yang sah.Tetapi inseminasi
buatan dengan sperma atau ovum donor tidak di izinkan karena tidak sesuai dengan
Pancasila,UUD 1945 pasal 29 ayat 1.
Asumsi Menteri Kesehatan bahwa masyarakat Indonesia termasuk kalangan agama
nantinya bias menerima bayi tabung seperti halnya KB.Namun harus diingat bahwa kalangan
agama bias menerima KB karena pemerintah tidak memaksakan alat/cara KB yang

ii
bertentangan dengan agama.Contohnya : Sterilisasi,Abortus.Oleh karena itu pemerintah
diharapkan mengizinkan praktek bayi tabung yang tidak bertentangan dengan agama.

E. Hukum-Hukum Tentang Bayi Tabung
Tinjauan dari Segi Hukum Perdata Terhadap Inseminasi Buatan (Bayi Tabung):
·

Jika benihnya berasal dari suami istri

Jika benihnya berasal dari suami istri, dilakukan proses fertilisasi-in-vitro transfer embrio dan
diimplantasikan ke dalam rahim istri maka anak tersebut baik secara biologis ataupun yuridis
mempunyai status sebagai anak sah (keturunan genetik)dari pasangan tersebut. Akibatnya
memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya.
Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami, maka secara yuridis
status anak itu adalah anak sah dari pasangan penghamil, bukan pasangan yang mempunyai
benih. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer. Dalam hal ini suami dari
istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut sebagai anak sahnya melalui tes golongan
darah atau dengan jalan tes DNA.
·

Jika salah satu benihnya berasal dari donor

Jika suami mandul dan istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer
embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur istri akan dibuahi dengan sperma dari
donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim
istri.
Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak yang
dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42 UU
No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer.
·

Jika semua benihnya dari donor

Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat pada perkawinan,
tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang wanita yang terikat dalam perkawinan
maka anak yang lahir mempunyai status anak sah dari pasangan suami istri tersebut karena
dilahirkan oleh seorang perempuan yang terikat dalam perkawinan yang sah.

F. Undang-Undang Bayi Tabung
Salah satu aturan tentang bayi tabung terdapat dalam pasal 16 UU No. 23 Tahun 1992 tentang
kesehatan yang berbunyi:
Ayat 1
Kehamilan di luar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk membantu
uami istri mendapat keturunan
Ayat 2
Upaya kehamilan di luar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat
dilaksanakan oleh pasangan suami istri yang sah, dengan ketentuan:
ii
1. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan dalam
rahimistri darimana ovum itu berasal
2 2. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu
3. Ada sarana kesehatan tertentu
Ayat 3
Ketentuan mengenai persyaratan penyelenggaraan kehamilan diluar cara alami sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditentukan dengan P.P

G. Inseminasi Buatan di Pandang dari Aspek Medis, Legal,Etik dan HAM
Aspek Medis
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang menyinggung
masalah ini. Dalam Undang-Undang No. 23 /1992 tenang Kesehatan, pada pasal 16
disebutkan, hasil pembuahan sperma dan sel telur di luar cara alami dari suami atau istri yang
bersangkutan harus ditanamkan dalam rahim istri dari mana sel telur itu berasal. Hal ini
menjawab pertanyaan tentang kemungkinan dilakukannya pendonoran embrio. Jika mengacu
pada UU No.23/1992 tentang Kesehatan, upaya pendonoran jelas tidak mungkin.
Aspek Legal
Jika salah satu benihnya berasal dari donor Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka
dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel
telur Istri akan dibuahi dengan Sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi
pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak yang dilahirkan memiliki status anak
sah dan memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya sepanjang si Suami
tidak menyangkalnya dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA. Dasar hukum ps.
250 KUHPer.
Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak yang
dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42 UU
No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer Permasalahan mengenai inseminasi buatan dengan bahan
inseminasi berasal dari orang lain atau orang yang sudah meninggal dunia, hingga saat ini
belum ada penyelesaiannya di Indonesia. Perlu segera dibentuk peraturan perundangundangan yang secara khusus mengatur penerapan teknologi fertilisasi-in-vitro transfer
embrio ini pada manusia mengenai hal-hal apakah yang dapat dibenarkan dan hal-hal apakah
yang dilarang

ii
BAB I
PENUTUP

A. Kesimpulan:
Inseminasi adalah teknik pembuahan (fertilisasi) antara sperma suami dan sel telur isteri
yang masing-masing diambil kemudian disatukan di luar kandungan (in vitro) – sebagai
lawan “di dalam kandungan” (in vivo).
Secara hukum, bayi yang dihasilkan dari inseminasi ini memiliki dua macam yakni
diperbolehkan dengan catatan sperma yang diambil merupakan sperma yang berasal dari
suami istri yang sah, dan ditanam dalam rahim istri tersebut (bukan rahim orang lain) dan
tidak diperbolehkan, jika seperma yang diambil berasal dari laki-laki lain begitu pula dari
wanita lain.

B. Saran:
Pemerintah hendaknya melarang berdirinya Bank Nuthfah / Sperma dan Bank Ovum
untuk pembuatan bayi tabung, karena selain bertentangan dengan Pancasila dan
UUD 1945, juga bertentangan dengan norma agama dan moral,serta merendahkan harkat
manusia sejajar dengan hewan yang diinseminasitanpa perlu adanya perkawinan.

ii
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Rahman, Roli. Khamza H. 2007. Menjaga Akidah dan Akhlak. Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
2. Fauziyah R.A, lilis. Setyawan, Andi. 2007. Kebenaran Al-qur’an dan hadis. Solo: PT
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
3. http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/05/13/pandangan-islam-terhadap-bayitabung/
4. http://keperawatanreligionnovihermawati.wordpress.com/
5. Ibrahim, Tatang. 1994. Fiqih. Bandung: CV. ARMICO.
6. Rahman, Abdul H. Rofiq, Ahmad. 1988. Fiqih. Bandung: CV. ARMICO .

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada sumber dari segala sesuatu yang bersifat mulia.
Sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, sang Maha Cahaya, penabur cahaya
ilham, pilar nalar kebenaran dan kebaikan, sang kekasih tercinta yang tak terbatas
pencahayaan cinta-Nya bagi umat, Allah SWT.
Shalawat serta salam teruntuk Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan serta
menyampaikan kepada kita semua ajaran Islam yang telah terbukti kebenarannya, serta makin
terus terbukti kebenarannya.
Dengan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan inspirasi kepada kami sehingga makalah yang berjudul
“Pandangan Islam terhadap bayi tabung” ini dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Dengan penuh kesadaran diri dan kerendahan hati, kami menyadari bahwa hanya
Allah-lah yang memiliki kesempurnaan, sehingga tentu masih banyak lagi rahasia-Nya yang
belum tergali dan belum kita ketahui. Oleh karenanya kami senantiasa mengharapkan kritik
dan saran membangun dari teman-teman dan pembaca sekalian sehingga mampu menjalin
sinergi yang pada akhirnya akan membuat pemikiran ini bisa lebih disempurnakan lagi
dimasa yang akan datang, bukan hanya untuk Islam namun juga untuk kemajuan umat
manusia.

Raha, November 2013

Penyusun

ii
TUGAS : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MAKALAH
PANDANGAN ISLAM
TERHADAP BAYI TABUNG

OLEH:
NAMA

: WA ODE WAHYUNI

NIM

: 2013.IB.0043

TINGKAT

: I A.

AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2013

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan proses bayi tabung................................................................................... 3
B. jenis jenis proses bayi tabung........................................................................................... 4
C. bayi tabung dalam pandangan islam............................................................................... 3
D. manfaat dan akibat bayi tabung....................................................................................

7

E. hukum tentang bayi tabung............................................................................................ 8
F. udang-undang bayi tabung................................................................................................. 8
G. inseminasi buatan dari aspek medis.................................................................................. 9
H. Nifas menurut islam........................................................................................................ 8

BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN................................................................................................................10
3.2 SARAN............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................11

ii

More Related Content

What's hot

Bayi tabung dalam perspektif MUI
Bayi tabung dalam perspektif MUIBayi tabung dalam perspektif MUI
Bayi tabung dalam perspektif MUIAchmad Ibnu Manshur
 
Makalah bayi tabung
Makalah bayi tabungMakalah bayi tabung
Makalah bayi tabungMJM Networks
 
Bayi tabung (2013) PROCESS
Bayi tabung (2013) PROCESSBayi tabung (2013) PROCESS
Bayi tabung (2013) PROCESSRaditya Rafian
 
Bayi tabung uji
Bayi tabung ujiBayi tabung uji
Bayi tabung ujiizzulsham
 
Fertilisasi in vitro (bayi tabung)
Fertilisasi in vitro (bayi tabung)Fertilisasi in vitro (bayi tabung)
Fertilisasi in vitro (bayi tabung)Zharfa Setiawan
 
Bayi tabung (invitro fertilization)
Bayi tabung (invitro fertilization)Bayi tabung (invitro fertilization)
Bayi tabung (invitro fertilization)Cahaya Camila
 
Masail Fiqhiyyah - Bayi Tabung dan Kloning
Masail Fiqhiyyah - Bayi Tabung dan KloningMasail Fiqhiyyah - Bayi Tabung dan Kloning
Masail Fiqhiyyah - Bayi Tabung dan KloningHaristian Sahroni Putra
 
BAYI BARU LAHIR dan IBU PASCA MELAHIRKAN
BAYI BARU LAHIR dan IBU PASCA MELAHIRKANBAYI BARU LAHIR dan IBU PASCA MELAHIRKAN
BAYI BARU LAHIR dan IBU PASCA MELAHIRKANkomarudinkomarudin10
 
Contoh Soal Biologi Sistem Reproduksi Manusia
Contoh Soal Biologi Sistem Reproduksi ManusiaContoh Soal Biologi Sistem Reproduksi Manusia
Contoh Soal Biologi Sistem Reproduksi ManusiaJasonCundrawijaya
 
Abortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhhAbortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhhfhradillah
 

What's hot (18)

Bayi tabung filsafat ilmu
Bayi tabung filsafat ilmuBayi tabung filsafat ilmu
Bayi tabung filsafat ilmu
 
Bayi tabung dalam perspektif MUI
Bayi tabung dalam perspektif MUIBayi tabung dalam perspektif MUI
Bayi tabung dalam perspektif MUI
 
Makalah bayi tabung
Makalah bayi tabungMakalah bayi tabung
Makalah bayi tabung
 
Bayi tabung (2013) PROCESS
Bayi tabung (2013) PROCESSBayi tabung (2013) PROCESS
Bayi tabung (2013) PROCESS
 
Pandangan islam tentang bayi tabung
Pandangan islam tentang bayi tabungPandangan islam tentang bayi tabung
Pandangan islam tentang bayi tabung
 
Inseminasi dalam perspektif agama
Inseminasi dalam perspektif agamaInseminasi dalam perspektif agama
Inseminasi dalam perspektif agama
 
Bayi tabung
Bayi tabungBayi tabung
Bayi tabung
 
Bayi tabung uji
Bayi tabung ujiBayi tabung uji
Bayi tabung uji
 
Bayi tabung
Bayi tabungBayi tabung
Bayi tabung
 
Bayi Tabung
Bayi TabungBayi Tabung
Bayi Tabung
 
Fertilisasi in vitro (bayi tabung)
Fertilisasi in vitro (bayi tabung)Fertilisasi in vitro (bayi tabung)
Fertilisasi in vitro (bayi tabung)
 
Bayi tabung (invitro fertilization)
Bayi tabung (invitro fertilization)Bayi tabung (invitro fertilization)
Bayi tabung (invitro fertilization)
 
GMO - Bayi tabung
GMO - Bayi tabungGMO - Bayi tabung
GMO - Bayi tabung
 
TEKNIK BAYI TABUNG
TEKNIK BAYI TABUNGTEKNIK BAYI TABUNG
TEKNIK BAYI TABUNG
 
Masail Fiqhiyyah - Bayi Tabung dan Kloning
Masail Fiqhiyyah - Bayi Tabung dan KloningMasail Fiqhiyyah - Bayi Tabung dan Kloning
Masail Fiqhiyyah - Bayi Tabung dan Kloning
 
BAYI BARU LAHIR dan IBU PASCA MELAHIRKAN
BAYI BARU LAHIR dan IBU PASCA MELAHIRKANBAYI BARU LAHIR dan IBU PASCA MELAHIRKAN
BAYI BARU LAHIR dan IBU PASCA MELAHIRKAN
 
Contoh Soal Biologi Sistem Reproduksi Manusia
Contoh Soal Biologi Sistem Reproduksi ManusiaContoh Soal Biologi Sistem Reproduksi Manusia
Contoh Soal Biologi Sistem Reproduksi Manusia
 
Abortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhhAbortus illahhhhhh
Abortus illahhhhhh
 

Similar to PANDANGAN ISLAM BAYI TABUNG

Similar to PANDANGAN ISLAM BAYI TABUNG (20)

Pandangan islam tentang bayi tabung
Pandangan islam tentang bayi tabungPandangan islam tentang bayi tabung
Pandangan islam tentang bayi tabung
 
Pandangan islam tentang bayi tabung
Pandangan islam tentang bayi tabungPandangan islam tentang bayi tabung
Pandangan islam tentang bayi tabung
 
Pandangan islam tentang bayi tabung
Pandangan islam tentang bayi tabungPandangan islam tentang bayi tabung
Pandangan islam tentang bayi tabung
 
Bayi tabung
Bayi tabungBayi tabung
Bayi tabung
 
Tekhnologi kloning manusia
Tekhnologi  kloning manusiaTekhnologi  kloning manusia
Tekhnologi kloning manusia
 
Sudut Pandang Agama Tentang Bayi Tabung.docx
Sudut Pandang Agama Tentang Bayi Tabung.docxSudut Pandang Agama Tentang Bayi Tabung.docx
Sudut Pandang Agama Tentang Bayi Tabung.docx
 
Kloning inseminasi buatan
Kloning inseminasi buatanKloning inseminasi buatan
Kloning inseminasi buatan
 
Bayi Tabung.ppt
Bayi Tabung.pptBayi Tabung.ppt
Bayi Tabung.ppt
 
Vertilization in Vitro
Vertilization in VitroVertilization in Vitro
Vertilization in Vitro
 
Teknologi Reproduksi Berbantu
Teknologi Reproduksi BerbantuTeknologi Reproduksi Berbantu
Teknologi Reproduksi Berbantu
 
Hukum bayi tabung
Hukum bayi tabungHukum bayi tabung
Hukum bayi tabung
 
Teknologi Genetik Dalam Islam
Teknologi Genetik Dalam IslamTeknologi Genetik Dalam Islam
Teknologi Genetik Dalam Islam
 
In Vitro Fertilisation (IVF) (CTU211)
In Vitro Fertilisation (IVF) (CTU211)In Vitro Fertilisation (IVF) (CTU211)
In Vitro Fertilisation (IVF) (CTU211)
 
pandangan agama terhadap kesehatan
pandangan agama terhadap kesehatanpandangan agama terhadap kesehatan
pandangan agama terhadap kesehatan
 
study qur'an
study qur'an study qur'an
study qur'an
 
BAYI TABUNG.pptx
BAYI TABUNG.pptxBAYI TABUNG.pptx
BAYI TABUNG.pptx
 
Definisi
DefinisiDefinisi
Definisi
 
Pandangan Agama Terhadap Kesehatan
Pandangan Agama Terhadap KesehatanPandangan Agama Terhadap Kesehatan
Pandangan Agama Terhadap Kesehatan
 
Kesehatan reproduksi remaja (revisi)
Kesehatan reproduksi remaja (revisi)Kesehatan reproduksi remaja (revisi)
Kesehatan reproduksi remaja (revisi)
 
SAINS TEKNOLOGI KEJURUTERAAN ISLAM E-FOLIO.pdf
SAINS TEKNOLOGI KEJURUTERAAN ISLAM E-FOLIO.pdfSAINS TEKNOLOGI KEJURUTERAAN ISLAM E-FOLIO.pdf
SAINS TEKNOLOGI KEJURUTERAAN ISLAM E-FOLIO.pdf
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

PANDANGAN ISLAM BAYI TABUNG

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasangan suami-istri yang sudah bertahun-tahun menikah tetapi belum dapat dikaruniai anak. Mereka pun gelisah. Usia sudah semakin tua, tetapi belum mempunyai anak. Ajaran syariat Islam mengajarkan kita untuk tidak boleh berputus asa dan menganjurkan untuk senantiasa berikhtiar (usaha) serta bertawakkal dalam menggapai karunia Allah SWT. Allah telah menjanjikan setiap kesulitan ada solusi. Termasuk kesulitan dalam mempunyai keturunan (anak). Pada dasarnya pembuahan yang alami terjadi dalam rahim melalui cara yang alami pula (hubungan seksual), sesuai dengan fitrah yang telah ditetapkan Allah untuk manusia. Akan tetapi pembuahan alami ini terkadang sulit terwujud, misalnya karena rusaknya atau tertutupnya saluran indung telur (tuba Fallopii) yang membawa sel telur ke rahim, serta tidak dapat diatasi dengan cara membukanya atau mengobatinya. Atau karena sel sperma suami lemah atau tidak mampu menjangkau rahim isteri untuk bertemu dengan sel telur, serta tidak dapat diatasi dengan cara memperkuat sel sperma tersebut, atau mengupayakan sampainya sel sperma ke rahim isteri agar bertemu dengan sel telur di sana. Semua ini akan meniadakan kelahiran dan menghambat suami isteri untuk mempunyai anak. Padahal Islam telah menganjurkan dan mendorong hal tersebut dan kaum muslimin pun telah disunnahkan melakukannya. Namun dengan teknologi Sekarang ini sudah muncul berbagai kecanggihan yang dapat di gunakan untuk mengatasi kendala-kendala kehidupan terkhusus pada kesulitan mempunyai anak dengan berbagai faktor penyebab, baik penyebab yang telah dipaparkan sebelumnya ataupun yang dipengaru oleh faktor usia ataupun faktor-faktor penyebab lainnya. Dengan kemajuan teknologi yang telah diciptakan oleh manusia itu sendiri pada bidang kedokteran dan ilmu biologi moderen yang telah berhasil menciptakan teknologi yang disebut bayi tabung/inseminasi buatan. Dengan cara inseminasi butan inilah pasangan yang telah menikah bertahun-tahun dapat menggunakan inseminasi sebagai solusi untuk mendapatkan keturunan (anak). Pada dasarnya orang-orang memuji pada bidang teknologi tersebut. Namum mereka belum tahu pasti apakah produk-produk teknologi yang dipergunakan tersebut dapat dibenarkan menurut pandangan islam. Oleh karena hal tersebut diatas, untuk mengetahui lebih banyak mengenai bayi tabung/inseminasi menurut pandangan islam. Maka akan disajikan pembahasan bayi tabung tersebut dalam bentuk karya tulis ilmiah (makalah) yang di beri judul Pandangan Islam terhadap Bayi Tabung. ii
  • 2. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka permasalahan yang muncul berkaitan dengan bayi tabung/inseminasi ini yaitu: 1. Apakah yang dimaksud dengan bayi tabung/inseminasi buatan? 2. Bagaimanakah pandangan islam megenai bayi tabung/inseminasi buatan? 3. Apakah hukum bayi tabung menurut pandangan islam? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan masalah yang muncul dalam pembahasan makalah ini maka tujuan dari penulisan ini yaitu untuk mengetahui pandangan islam tentang bayi tabung ii
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian dan Proses Bayi Tabung/Inseminasi buatan Teknologi kedokteran modern semakin canggih. Salah satu tren yang berkembang saat ini adalah fenomena bayi tabung. Bayi tabung dikenal dengan istilah pembuahan in vitro atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai in vitro fertilisation. Ini adalah sebuah teknik pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita. Bayi tabung adalah suatu istilah teknis. Istilah ini tidak berarti bayi yang terbentuk di dalam tabung, melainkan dimaksudkan sebagai metode untuk membantu pasangan subur yang mengalami kesulitan di bidang pembuahan sel telur wanita oleh sel sperma pria. Secara teknis, dokter mengambil sel telur dari indung telur wanita dengan alat yang disebut “laparoscop” (temuan dr. Patrick C. Steptoe dari Inggris). Bayi tabung merupakan terjemahan dari artificial insemination. Artificial artinya buatan atau tiruan secara teknologi bukan secara alamiah, sedangkan insemination berasal dari kata latin “inseminatus” artinya pemasukan atau penyimpanan. Kata talqih yang sama pengertiannya dengan inseminasi, diambil oleh dokter ahli kandungan bangsa Arab, dalam upaya pembuahan terhadap wanita yang menginginkan kehamilan. Jadi dapat di katakan bahwa bayi tabung merupakan bayi hasil konsepsinya (dari pertemuan antara sel telur dan sperma) yang dilakukan dalam sebuah tabung yang dipersiapkan sedemikian rupa di laboratorium. Didalam laboratorium tabung tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai dengan tempat pembuahannya yang asli yaitu rahim ibu atau wanita. Dibuat sedemikian rupa sehingga temperatur dan situasinya persis sama dengan aslinya. Prosesnya mula-mula dengan suatu alat khusus semacam alat untuk laparoskopi dilakukan pengambilan sel telur dari wanita yang baru saja mengalami ovulasi. Kemudian sel telur yang diambil tadi dibuahi dengan sperma yang sudah dipersiapkan dalam tabung yang suasananya dibuat persis seperti dalam rahim. Setelah pembuahan hasil konsepsi tersebut dipelihara beberapa saat dalam tabung tadi sampai pada suatu saat tertentu akan dicangkokan ke dalam rahim wanita tersebut. Selanjutnya diharapkan embrio itu akan tumbuh sebagaimana layaknya di dalam rahim wanita. Sudah tentu wanita tersebut akan mengalami kehamilan ,perkembangan selama kehamilan seperti biasa. Bayi tabung pertama lahir ke dunia ialah Louise Brown. Ia lahir di Manchester, Inggris, 25 Juli 1978 atas pertolongan Dr. Robert G. Edwards dan Patrick C. Steptoe. Sejak itu, klinik untuk bayi tabung berkembang pesat. Teknik bayi tabung ini telah menjadi metode yang membantu pasangan subur yang tidak mempunyai anak akibat kelainan pada organ reproduksi anak pada wanita. ii
  • 4. B. Jenis-Jenis Proses Bayi Tabung 1. Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan Suami-Isteri. Teknik bayi tabung memisahkan persetubuhan suami-istri dari pembuahan bakal anak. Dengan teknik tersebut, pembuahan dapat dilakukan tanpa persetubuhan. Keterarahan perkawinan kepada kelahiran baru sebagaimana diajarkan oleh Gereja tidak berlaku lagi. Dengan demikian teknik kedokteran telah mengatur dan menguasai hukum alam yang terdapat dalam tubuh manusia pria dan wanita. Dengan pemisahan antara persetubuhan dan pembuahan ini, maka bisa muncul banyak kemungkinan lain yang menjadi akibat dari kemajuan ilmu kedokteran di bidang pro-kreasi manusia. 2. Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak. Ada kemungkinan bahwa benih dari suami-istri tidak bisa dipindahkan ke dalam rahim sang istri, oleh karena ada gangguan kesehatan atau alasan-alasan lain. Dalam kasus ini, maka diperlukan seorang wanita lain yang disewa untuk mengandung anak bagi pasangan tadi. Dalam perjanjian sewa rahim ini ditentukan banyak persyaratan untuk melindungi kepentingan semua pihak yang terkait. Wanita yang rahimnya disewa biasanya meminta imbalan uang yang sangat besar. Suami-istri bisa memilih wanita sewaan yang masih muda, sehat dan punya kebiasaan hidup yang sehat dan baik. praktik seperti ini biasanya belum ada ketentuan hukumnya, sehingga kalau muncul kasus bahwa wanita sewaan ingin mempertahankan bayi itu dan menolak uang pembayaran, maka pastilah sulit dipecahkan. 3. Sel Telur atau Sperma dari Seorang Donor. Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri mandul; dalam arti bahwa sel telur istri atau sperma suami tidak mengandung benih untuk pembuahan. Itu berarti bahwa benih yang mandul itu harus dicarikan penggantinya melalui seorang donor. Masalah ini akan menjadi lebih sulit karena sudah masuk unsur baru, yaitu benih dari orang lain. Pertama, apakah pembuahan yang dilakukan antara sel telur istri dan sel sperma dari orang lain sebagai pendonor itu perlu diketahui atau disembunyikan identitasnya. Kalau wanita tahu orangnya, mungkin ada bahaya untuk mencari hubungan pribadi dengan orang itu. Ketiga, apakah pria pendonor itu perlu tahu kepada siapa benihnya telah didonorkan. Masih banyak masalah lain lagi yang bisa muncul. 4. Munculnya Bank Sperma Praktik bayi tabung membuka peluang pula bagi didirikannya bank-bank sperma. Pasangan yang mandul bisa mencari benih yang subur dari bank-bank tersebut. Bahkan orang bisa menjual-belikan benih-benih itu dengan harga yang sangat mahal misalnya karena benih dari seorang pemenang Nobel di bidang kedokteran, matematika, dan lain-lain. Praktek bank sperma adalah akibat lebih jauh dari teknik bayi tabung. Kini bank sperma malah menyimpannya dan memperdagangkannya seolah-olah benih manusia itu suatu benda ekonomis. ii
  • 5. Tahun 1980 di Amerika sudah ada 9 bank sperma non-komersial. Sementara itu bankbank sperma yang komersil bertumbuh dengan cepat. Wanita yang menginginkan pembuahan artifisial bisa memilih sperma itu dari banyak kemungkinan yang tersedia lengkap dengan data mutu intelektual dari pemiliknya. Identitas donor dirahasiakan dengan rapi dan tidak diberitahukan kepada wanita yang mengambilnya, kepada penguasa atau siapapun. C. Bayi Tabung dalam Pandangan Islam Masalah bayi tabung (Athfaalul Anaabib) ini menurut pandangan Islam termasuk masalah kontemporer ijtihadiah, karena tidak terdapat hukumnya secara spesifik di dalam AlQur’an dan As-Sunnah bahkan dalam kajian fiqih klasik sekalipun. Oleh karena itu, dalam menyelesaikan masalah ini hendak dikaji menurut Hukum Islam dengan menggunakan metode ijtihad yang lazimnya dipakai oleh para ahli ijtihad (mujtahidin), agar dapat ditemukan hukumnya yang sesuai dengan prinsip dan jiwa Al-Qur’an dan As-Sunnah yang merupakan sumber pokok hukum Islam. Namun, kajian masalah mengenai bayi tabung ini sebaiknya menggunakan pendekatan multi disipliner oleh para ulama dan cendikiawan muslim dari berbagai disiplin ilmu yang relevan, agar dapat diperoleh kesimpulan hukum yang benar-benar proporsional dan mendasar. Misalnya menggunakan ahli kedokteran, peternakan, biologi, hukum, agama dan etika. Dua tahun sejak ditemukannya teknologi ini, para ulama di Tanah Air telah menetapkan fatwa tentang bayi tabung/inseminasi buatan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam fatwany pada tanggal 13 Juni 1979 menetapkan 4 keputusan terkait masalah bayi tabung, diantaranya : 1. Bayi tabung dengan sperma dan ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya mubah (boleh), sebab ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama. Asal keadaan suami istri yang bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena dengan cara pembuahan alami, suami istri tidak berhasil memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan kaidah fiqih “Hajat (kebutuhan yang sangat penting) diperlakukan seperti dalam keadaan terpaksa. Padahal keadaan darurat/terpaksa itu membolehklan melakukan hal-hal yang terlarang”. 2. Sedangkan para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suamiistri yang dititipkan di rahim perempuan lain dan itu hukumnya haram, karena dikemudian hari hal itu akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan (khususnya antara anak yang dilahirkan dengan ibu yang mempunyai ovum dan ibu yang mengandung kemudian melahirkannya, dan sebaliknya). 3. Bayi Tabung dari sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya haram berdasarkan kaidah Sadd az-zari’ah. Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah yang pelik baik kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan. ii
  • 6. 4. Bayi Tabung yang sperma dan ovumnya tak berasal dari pasangan suami-istri yang sah hal tersebut juga hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama dengan hubungan kelamin antar lawan jenis diluar pernikahan yang sah alias perzinahan. Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalah dalam Forum Munas di Kaliurang, Yogyakarta pada tahun 1981. Ada 3 keputusan yang ditetapkan ulama NU terkait masalah Bayi Tabung, diantaranya : 1. Apabila mani yang ditabung atau dimasukkan kedalam rahim wanita tersebut ternyata bukan mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung hukumnya haram. Hal itu didasarkan pada sebuah hadist yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada dosa yang lebih besar setelah syirik dalam pandangan Allah SWT, dibandingkan dengan perbuatan seorang lelaki yang meletakkan spermanya (berzina) didalam rahim perempuan yang tidak halal baginya.” 2. Apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi cara mengeluarkannya tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram. Mani Muhtaram adalah mani yang keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak dilarang oleh syara’. Terkait mani yang dikeluarkan secara muhtaram, para ulama NU mengutip dasar hukum dari Kifayatul Akhyar II/113. “Seandainya seorang lelaki berusaha mengeluarkan spermanya (dengan beronani) dengan tangan istrinya, maka hal tersebut diperbolehkan, karena istri memang tempat atau wahana yang diperbolehkan untuk bersenang-senang.” 3. Apabila mani yang ditabung itu mani suami-istri yang sah dan cara mengeluarkannya termasuk muhtaram, serta dimasukkan ke dalam rahim istri sendiri, maka hukum bayi tabung menjadi mubah (boleh). Berikut ini dalil-dalil syar’i yang dapat menjadi landasan hukum untuk mengharamkan inseminasi buatan dengan donor, ialah sebagai berikut: Surat Al-Isra ayat 70 : “Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”. Surat At-Tin ayat 4 : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Dan Tuhan sendiri berkenan memuliakan manusia, maka sudah seharusnya manusia ii
  • 7. bisa menghormati martabatnya sendiri dan juga menghormati martabat sesama manusia. Sebaliknya inseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya merendahkan harkat manusia (human dignity) sejajar dengan hewan yang diinseminasi. D. Manfaat Dan Akibat Bayi Tabung Maslahahnya dari bayi tabung adalah bias membantu pasangan suami istri yang keduanya atau salah satu nya mandul atau ada hambatan alami pada suami atau istri menghalangi bertemunya sel sperma dan sel telur.Misalnya karena tuba falopii terlalu sempit atau ejakulasinya terlalu lemah.Namun akibat(mafsadah) dari bayi tabung adalah:  Percampuran Nasab,padahal Islam sangat menjaga kesucian / kehormatan kelamin dan kemurnian nasab,karena ada kaitannya dengan kemahraman (siapa yang halal dan haram dikawini) dan kewarisan.  Bertentangan dengan sunnatullah atau hukum alam.  Inseminasi pada hakikatnya sama dengan prostitusi/ zina karena terjadi percampuran sperma dengan ovum tanpa perkawinan yang sah.  Kehadiran anak hasil inseminasi buatan bisa menjadi sumber konflik didalam rumah tangga terutama bayi tabung dengan bantuan donor merupakan anak yang sangat unik yang bisa berbeda sekali bentuk dan sifat-sifat fisik dan karakter/mental si anak dengan bapak ibunya.  Anak hasil inseminasi buatan/bayi tabung yang percampuran nasabnya terselubung dan sangat dirahasiakan donornya adalah lebih jelek daripada anak adopsi yang pada umumnya diketahui asal dan nasabnya.  Bayi tabung lahir tanpa proses kasih sayang yang alami terutama pada bayi tabung lewat ibu titipan yang harus menyerahkan bayinya pada pasangan suami istri yang punya benihnya,sesuai dengan kontrak,tidak terjalin hubungan keibuan anatara anak dengan ibunya secara alami Surat Al-Lugman ayat 14 Mengenai status anak hasil inseminasi dengan donor sperma atau ovum menurut hukum islam adalah tidak sah dan statusnya sama dengan anak hasil prostitusi.UU Perkawinan pasal 42 No.1/1974:”Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah”maka memberikan pengertian bahwa bayi tabung dengan bantuan donor dapat dipandang sah karena ia terlahir dari perkawinan yang sah.Tetapi inseminasi buatan dengan sperma atau ovum donor tidak di izinkan karena tidak sesuai dengan Pancasila,UUD 1945 pasal 29 ayat 1. Asumsi Menteri Kesehatan bahwa masyarakat Indonesia termasuk kalangan agama nantinya bias menerima bayi tabung seperti halnya KB.Namun harus diingat bahwa kalangan agama bias menerima KB karena pemerintah tidak memaksakan alat/cara KB yang ii
  • 8. bertentangan dengan agama.Contohnya : Sterilisasi,Abortus.Oleh karena itu pemerintah diharapkan mengizinkan praktek bayi tabung yang tidak bertentangan dengan agama. E. Hukum-Hukum Tentang Bayi Tabung Tinjauan dari Segi Hukum Perdata Terhadap Inseminasi Buatan (Bayi Tabung): · Jika benihnya berasal dari suami istri Jika benihnya berasal dari suami istri, dilakukan proses fertilisasi-in-vitro transfer embrio dan diimplantasikan ke dalam rahim istri maka anak tersebut baik secara biologis ataupun yuridis mempunyai status sebagai anak sah (keturunan genetik)dari pasangan tersebut. Akibatnya memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya. Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami, maka secara yuridis status anak itu adalah anak sah dari pasangan penghamil, bukan pasangan yang mempunyai benih. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer. Dalam hal ini suami dari istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut sebagai anak sahnya melalui tes golongan darah atau dengan jalan tes DNA. · Jika salah satu benihnya berasal dari donor Jika suami mandul dan istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur istri akan dibuahi dengan sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim istri. Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer. · Jika semua benihnya dari donor Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat pada perkawinan, tapi embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang wanita yang terikat dalam perkawinan maka anak yang lahir mempunyai status anak sah dari pasangan suami istri tersebut karena dilahirkan oleh seorang perempuan yang terikat dalam perkawinan yang sah. F. Undang-Undang Bayi Tabung Salah satu aturan tentang bayi tabung terdapat dalam pasal 16 UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang berbunyi: Ayat 1 Kehamilan di luar cara alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk membantu uami istri mendapat keturunan Ayat 2 Upaya kehamilan di luar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat dilaksanakan oleh pasangan suami istri yang sah, dengan ketentuan: ii
  • 9. 1. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan ditanamkan dalam rahimistri darimana ovum itu berasal 2 2. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu 3. Ada sarana kesehatan tertentu Ayat 3 Ketentuan mengenai persyaratan penyelenggaraan kehamilan diluar cara alami sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditentukan dengan P.P G. Inseminasi Buatan di Pandang dari Aspek Medis, Legal,Etik dan HAM Aspek Medis Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang menyinggung masalah ini. Dalam Undang-Undang No. 23 /1992 tenang Kesehatan, pada pasal 16 disebutkan, hasil pembuahan sperma dan sel telur di luar cara alami dari suami atau istri yang bersangkutan harus ditanamkan dalam rahim istri dari mana sel telur itu berasal. Hal ini menjawab pertanyaan tentang kemungkinan dilakukannya pendonoran embrio. Jika mengacu pada UU No.23/1992 tentang Kesehatan, upaya pendonoran jelas tidak mungkin. Aspek Legal Jika salah satu benihnya berasal dari donor Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer embrio dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur Istri akan dibuahi dengan Sperma dari donor di dalam tabung petri dan setelah terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak yang dilahirkan memiliki status anak sah dan memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya sepanjang si Suami tidak menyangkalnya dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA. Dasar hukum ps. 250 KUHPer. Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak yang dilahirkan merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer Permasalahan mengenai inseminasi buatan dengan bahan inseminasi berasal dari orang lain atau orang yang sudah meninggal dunia, hingga saat ini belum ada penyelesaiannya di Indonesia. Perlu segera dibentuk peraturan perundangundangan yang secara khusus mengatur penerapan teknologi fertilisasi-in-vitro transfer embrio ini pada manusia mengenai hal-hal apakah yang dapat dibenarkan dan hal-hal apakah yang dilarang ii
  • 10. BAB I PENUTUP A. Kesimpulan: Inseminasi adalah teknik pembuahan (fertilisasi) antara sperma suami dan sel telur isteri yang masing-masing diambil kemudian disatukan di luar kandungan (in vitro) – sebagai lawan “di dalam kandungan” (in vivo). Secara hukum, bayi yang dihasilkan dari inseminasi ini memiliki dua macam yakni diperbolehkan dengan catatan sperma yang diambil merupakan sperma yang berasal dari suami istri yang sah, dan ditanam dalam rahim istri tersebut (bukan rahim orang lain) dan tidak diperbolehkan, jika seperma yang diambil berasal dari laki-laki lain begitu pula dari wanita lain. B. Saran: Pemerintah hendaknya melarang berdirinya Bank Nuthfah / Sperma dan Bank Ovum untuk pembuatan bayi tabung, karena selain bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945, juga bertentangan dengan norma agama dan moral,serta merendahkan harkat manusia sejajar dengan hewan yang diinseminasitanpa perlu adanya perkawinan. ii
  • 11. DAFTAR PUSTAKA 1. Abdul Rahman, Roli. Khamza H. 2007. Menjaga Akidah dan Akhlak. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 2. Fauziyah R.A, lilis. Setyawan, Andi. 2007. Kebenaran Al-qur’an dan hadis. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. 3. http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/05/13/pandangan-islam-terhadap-bayitabung/ 4. http://keperawatanreligionnovihermawati.wordpress.com/ 5. Ibrahim, Tatang. 1994. Fiqih. Bandung: CV. ARMICO. 6. Rahman, Abdul H. Rofiq, Ahmad. 1988. Fiqih. Bandung: CV. ARMICO . ii
  • 12. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kepada sumber dari segala sesuatu yang bersifat mulia. Sumber ilmu pengetahuan, sumber segala kebenaran, sang Maha Cahaya, penabur cahaya ilham, pilar nalar kebenaran dan kebaikan, sang kekasih tercinta yang tak terbatas pencahayaan cinta-Nya bagi umat, Allah SWT. Shalawat serta salam teruntuk Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan serta menyampaikan kepada kita semua ajaran Islam yang telah terbukti kebenarannya, serta makin terus terbukti kebenarannya. Dengan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan inspirasi kepada kami sehingga makalah yang berjudul “Pandangan Islam terhadap bayi tabung” ini dapat terselesaikan dengan baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan penuh kesadaran diri dan kerendahan hati, kami menyadari bahwa hanya Allah-lah yang memiliki kesempurnaan, sehingga tentu masih banyak lagi rahasia-Nya yang belum tergali dan belum kita ketahui. Oleh karenanya kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran membangun dari teman-teman dan pembaca sekalian sehingga mampu menjalin sinergi yang pada akhirnya akan membuat pemikiran ini bisa lebih disempurnakan lagi dimasa yang akan datang, bukan hanya untuk Islam namun juga untuk kemajuan umat manusia. Raha, November 2013 Penyusun ii
  • 13. TUGAS : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MAKALAH PANDANGAN ISLAM TERHADAP BAYI TABUNG OLEH: NAMA : WA ODE WAHYUNI NIM : 2013.IB.0043 TINGKAT : I A. AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA KABUPATEN MUNA 2013 ii
  • 14. DAFTAR ISI Kata Pengantar..................................................................................................................... i Daftar Isi.............................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah........................................................................................................... 2 C. Tujuan............................................................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian dan proses bayi tabung................................................................................... 3 B. jenis jenis proses bayi tabung........................................................................................... 4 C. bayi tabung dalam pandangan islam............................................................................... 3 D. manfaat dan akibat bayi tabung.................................................................................... 7 E. hukum tentang bayi tabung............................................................................................ 8 F. udang-undang bayi tabung................................................................................................. 8 G. inseminasi buatan dari aspek medis.................................................................................. 9 H. Nifas menurut islam........................................................................................................ 8 BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN................................................................................................................10 3.2 SARAN............................................................................................................................10 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................11 ii