Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Update petunjuk teknis TB_DinkesKota.pptx
1. Update Tatalaksana TBC pada
Anak dan Remaja Indonesia 2023
Baitil Atiq
UKK Respirologi IDAI
Divisi Respirologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK USK-RSUDZA
Banda Aceh, 8 November 2023
2. Permasalahan & Tantangan TBC Anak
High risk
Risiko terinfeksi sakit
berat disabilitas/kematian
tinggi
Laboratory
Kesulitan mendapat sampel
pemeriksaan bakteriologis
Kebijakan
Belum menjadi prioritas
Program Nasional
Diagnostic
Overdiagnosis vs
Underdiagnosis
Cakupan
pengobatan & TPT
Masih rendah/bervariasi
Logistik
Kurangnya obat ramah anak
A B
F
E D
C
3. Sumber Data:
2022: Data SITBper 2 Februari 2023
Cakupan Treatment Coverage TBC Anak Per Provinsi 2022
133%
335%
233%
186%
178%
175%
173%
126%
107%
106%
97%
97%
90%
87%
79%
77%
60%
60%
59%
59%
56%
46%
45%
45%
44%
43%
40%
39%
38%
35%
34%
34%
29%
29%
28%
100%
50%
0%
150%
250%
200%
300%
350%
Indonesia
JABAR
DIY
JATENG
BANTEN
DKI
JAKARTA
PAPUA
SUMBAR
KALTARA
BABEL
KALTIM
LAMPUNG
JATIM
KALBAR
KEPRI
SUMSEL
KALSEL
MALUKU
JAMBI
PAPUA
BARAT
RIAU
KALTENG
SULSEL
BENGKULU
NTB
SULUT
SULTRA
NTT
MALUT
GORONTALO
SUMUT
SULBAR
SULTENG
ACEH
BALI
Target 90%
12 Provinsi Telah Mencapai Target ≥90 %
4. penyebab tingginya temuan kasus TBC anak
Beberapa kemungkinan
di Indonesia:
● adanya peningkatan upaya penemuan kasus TBC pada anak
● akibat pandemi COVID-19
● kurangnya temuan kasus TBC pada dewasa (underdiagnosis atau
under-reported)
● overdiagnosis
5. 12
17
31
14
30
67
49
46
0
10
20
30
40
50
60
70
2019 2020 2021 2022
TBC RO pada Anak Usia 0-14 Tahun, 2019 - 2022
0-4 5-14
80
101
137
113
136
0
50
100
150
250 245
233
206
200
300
2019 2020 2021 2022
TBC HIV pada Anak Usia 0-14 Tahun, 2019-2022
0-4 5-14
6. 0,5%
0,5%
0,4%
0,3%
0,3%
0,2%
0,2%
0,7%
0,7%
0,6%
0,9%
0,9%
0,9%
0,8%
0,8%
0,8%
0,8%
1,1%
1,0%
1,0%
1,4%
1,3%
1,6%
1,6%
1,5%
1,5%
1,5%
1,9%
2,1%
1,9%
4,7%
KALBAR 0,2%
GORONTALO 0,2%
ACEH 0,1%
DIY
DKI JAKARTA
PAPUA
JATENG
JATIM
BALI
SULTENG
KEPRI
BANTEN
SULTRA
LAMPUNG
KALTARA
SULBAR
MALUKU
KALSEL
MALUT
NTB
SULSEL
BABEL
SUMBAR
SULUT
SUMSEL
JABAR
NTT
KALTENG
JAMBI
BENGKULU
KALTIM
PAPUABARAT
RIAU
SUMUT
Sumber : Data SITB per 16 Januari 2023
11
93
207
55
170
71
102
45
71
27
1396
378
50
72
102
225
62
249
410
75
290
116
613
207
802
321
251
264
2524
2518
581
1613
693
Rendahnya Capaian Pemberian TPT pada Kontak Serumah tahun 2022
Sebanyak 14,683 kontak
serumah menerima TPT pada
tahun 2022 (1.08%)
Target 2022: 48% (1,3 juta)
<5 t1ah9un 5-14 tahun >14 tahun
7. Sumber: Roadmap towards ending TB in children and adolescents. 2nd edition. WHO 2018.
Pathway infeksi dan sakit TBC
11. PENCEGAHAN TUBERKULOSIS
Vaksinasi BCG Pemberian TPT
● Sasaran pemberian vaksin
berdasarkan kondisi
● Teknispemberian vaksin
● Reaksi simpang BCG
● Kelompok sasaran TPT
● Syarat pemberian TPT
● Alur keputusan pemberian TPT
berdasarkan kelompok risiko
● Rejimen TPT
● Teknispemberian TPT
● Pemantauan pemberian TPT
Pengendalian
Infeksi
• Pengendalian manajerial
• Pengendalian
administrative
• Pengendalian lingkungan
• Pengendalian APD
12. A. Vaksinasi BCG
● Sasaran: bayi usia 0-2 bulan, yang lahir dari ibu dengan status HIV negatif
atau status HIV tidak diketahui.
Kondisi khusus:
a. Vaksinasi BCG pada bayi yang lahir dari ibu dengan HIV
b. Vaksinasi BCG pada bayi/anak dengan HIV
c. Vaksinasi BCG pada bayi yang lahir dari Ibu dengan TBC
d. Vaksinasi BCG pada bayi/anak yang belum mendapat vaksin BCG
setelah
usia >2 bulan
● Teknis pemberian vaksin BCG
● Reaksi simpang BCG
○ Reaksi ringan
○ Reaksi berat
13. 1. Vaksinasi BCG pada bayi yang lahir dari ibu dengan HIV
Pada bayi yang lahir dari ibu dengan HIV dan status HIV bayi belum
diketahui, vaksin BCG dapat diberikan dengan syarat bayi tersebut
tidak terdapat gejala dan tanda klinis infeksi HIV, tanpa memandang
status pemberian anti-retroviral (ART) pada ibu.
14. 2. Vaksinasi BCG pada bayi/anak dengan HIV
• Pemberian vaksin BCG pada bayi/anak dengan infeksi HIV harus berhati-hati dan
memenuhi kondisi tertentu, karena risiko terjadinya penyakit BCG diseminata.
• Syarat pemberian vaksin BCG pada bayi/anak dengan HIV:
anak sudah mendapat ART
kondisi klinis baik (tidak ada infeksi oportunistik baru dan gejala lainnya)
status imunologi stabil (pada anak usia <5 tahun: kadar CD4 lebih dari 25%; pada
anak usia >5 tahun: jumlah CD4 > 200/mm3).
viral load tidak terdeteksi (jika tersedia)
15. 3. Vaksinasi BCG pada bayi yang lahir dari Ibu dengan tuberkulosis
Jika kondisi bayi sehat (tidak memiliki gejala TBC), pemberian vaksin BCG ditunda
setelah pemberian TPT selesai (lihat Bab 6 TB Kondisi Khusus)
4. Vaksinasi BCG pada bayi/anak yang belum mendapat vaksin BCG setelah
usia >2 bulan
Pada bayi/anak yang terlambat diberikan vaksin BCG dan usianya telah lebih dari dua
bulan, maka vaksin BCG dapat diberikan apabila bayi/anak tidak ada bukti infeksi TBC
(uji tuberkulin negatif) dan tidak ada gejala sakit TBC.
reaksi cepat BCG
Jika ada (muncul papul kemerahan dalam 7 hari pertama setelah
disuntik), maka mungkin anak sudah terinfeksi TBC.
16. B. Terapi Pencegahan TBC (TPT)
Sasaran:
1. Anak dan remaja dengan HIV/AIDS (ODHIV)
2. Anak dan remaja kontak serumah dengan pasien TBC paru yang
terkonfirmasi bakteriologis
3. Anak dan remaja yang memiliki risiko TBC lainnya:
a. pasien imunokompromais selain HIV (misalnya kanker, dialisis, mendapat
kortikosteroid jangka panjang, persiapan transplantasi organ)
b. bersekolah dan tinggal di asrama, di lapas dan rumah singgah, tunawisma,
tempat penitipan anak (daycare), merokok, pengguna narkoba, dll.
17. Langkah 1 • Pastikan tidak sedang sakit TBC
Langkah 2 • Ada bukti infeksi (≥ 5 tahun)
Langkah 3
• Tidak ada Kontra
indikasi pemberian
obat TPT
Syarat pemberian TPT
22. Teknis Pemberian TPT
● Obat dikonsumsi pada waktu yang
sama (pagi, siang, sore atau malam)
saat perut kosong (1 jam sebelum
makan atau 2 jam setelah makan)
● Lama pemberian sesuai jenis rejimen
TPT yang digunakan
● Dosis obat disesuaikan dengan
kenaikan BB setiap bulan
● Hentikan TPT apabila terbukti sakit
TBC
diberikan sesuai
apapun kondisi
standar
kasus
● Obat tetap
rejimen TPT
indeks
● Pengambilan obat dilakukan
menyesuaikan jadwal kontrol dari kasus
indeks
● Pada pasien dengan gizi buruk dan
infeksi HIV, diberikan vitamin B6 5-10
mg/kgBB
● Orang tua atau anggota keluarga pasien
dapat berperan sebagai pengawas
minum obat
23. • Jika terdapat gejala, evaluasi sesuai standar
pemeriksaan konfirmasi TBC, dan tata laksana
selanjutnya disesuaikan dengan diagnosis akhir
Gejala klinis TBC
setiap kontrol
• Jika ada ESO berat, obat dihentikan dulu.
Efek samping TPT
• Evaluasi terhadap kepatuhan minum obat TPT:
dosis hilang, pengobatan lengkap
Kepatuhan
minum obat TPT
Pemantauan pemberian TPT
24. Tantangan pemberian TPT
Rasa tidak nyaman
konsumsi obat
Anak menolak • Akses pemeriksaan antri
• Informasi kurang
Kepatuhan
pada TPT
Stigma & pengalaman
negatif dengan TB
Support
keluarga
25. Kapan Curiga Sakit TBC??
Batuk > 2
minggu,
batuk darah,
sesak napas
01
Demam > 2
minggu
02
Penurunan/B
B tidak naik
2-3 bulan
03
Kontak erat
dengan
pasien TBC
paru
04
Pembesara
n KGB 05
Gejala
organ
terkait
06
26. Gejala dan Tanda Spesifik Organ
• Sakit kepala – meningitis TBC
• Mata merah – konjungtivitis fikten
• Pembesaran KGB –Limfadenitis TBC
• Benjolan di punggung-Spondilitis TBC
• Bengkak di sendi-Arthritis TBC
• Jalan pincang – Coxitis TBC
• dll
27. Petunjuk teknis manajemen dan tatalaksana TB anak. Kemenkes
TBC ANAK
Bakteriologis:
- Terkonfirma
si
bakteriologi
s
- Klinis
Lokasi anatomi:
- Paru
- Ekstra paru
Riwayat pengobatan:
- Baru
- Pernah diobati
(OAT 1 bulan/lebih)
- Hasil akhir pengobatan:
a.Kambuh
b.Gagal
c.Putus berobat
d.Akhir tidak diketahui
- Riwayat tidak diketahui
Status HIV:
- Positif
- Negatif
- Tidak diketahui
Uji kepekaan:
- Mono resisten
- Poli resisten
- MDR
- Pre-XDR
- XDR
- RR
28. • Gejala TBC ada
• BTA Sputum (+)/
• TCM (Xpert MTB/RIF) (+)/
• Kultur M.tb (+)
TBC terkonfirmasi
bakteriologis
• Gejala TBC ada
• Bukti infeksi TBC : TST (+) / IGRA
(+) / kontak erat (+)
• Foto torak : suggestif TB
TBC Klinis
Diagnosis TBC pada anak
30. Anak dengan > 1 gejala TBC
Ada tanda bahaya?
Satu atau lebih dari:
usia< 2 tahun, HIV, gizi buruk
Pertimbangkan dan obati DD lain
Terduga TBC anak
Periksa TCM
TCM (+) TCM (-) atau tidak dapat dilakukan
ADA akses Rontgen dan/atau
uji tuberkulin/IGRA
TIDAK ADA akses Rontgen
dan/atau uji tuberkulin/IGRA
TBC terkonfirmasi
bakteriologis
Atasi tanda bahaya,
pertimbangkan TBC
jika ada kontak erat
Ada
Tidak ada
Tidak ada
ADA
31. ADA akses Rontgen dan/atau
uji tuberkulin/IGRA
TIDAK ADA akses Rontgen
dan/atau uji tuberkulin/IGRA
Skor > 6 Skor < 6
Ada kontak ATAU Uji
tuberkulin/IGRA (+)
DAN Ro sugestif TBC
Tidak ada kontak
DAN Uji
tuberkulin/IGRA (-)
TBC Klinis (1)
ADA kontak TBC Kontak TBC tidak ada
atau tidak jelas
Diagnosis ditentukan
oleh dokter berdasar
kondisi masing2
pasien
Gejala
menetap
Gejala
membaik
Bukan TBC
TBC Klinis (2)
TBC Klinis (3)
33. Perbandingan TST dan IGRA
Kriteria TST IGRA
Sensitivitas tinggi tinggi
Spesivisitas Dapat dipengaruhi BCG Tidak dipengaruhi BCG
Hasil 48-72 jam (2x visit) 1x visit
Ketersediaan Di faskes primer, RS Labor tfasilitas ertentu
Harga
Relatif murah, disediakan
pemerintah
Relatif mahal
800.000-1.000.000
34. Gambaran Foto thorak Sugestif TBC paru pada anak dan remaja
Sugestive findings in pediatric pulmonary tuberculosis:
- Hilar/paratracheal/ mediastinal lymphadenopathy with/without infiltrates
- Segmental/lobar consolidation
- Pleural effusion
- Miliary
- Atelectasis
- Cavities (often in adolescents)
- Calcification with infiltrates
https://atlaschild.theunion.org/
35. Konfirmasi bakteriologis
• Definitif testing untuk TBC
• Tantangan pada anak
• Paucibacillar
• Sulit mendapatkan specimen: sulit batuk, sputum ditelan
• Pemeriksaan Mikrobiologi
• PCR based
• Antigen detection using lateral flow lipoarabinomannan (LF-LAM) urine
• BTA
• Kultur
36. Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM)
pada Anak & Remaja
sputum (induksi),
• Prinsip TCM : PCR based
• BTA : basil tahan asam 5000 kuman/ 1
cc sputum positif 1 (0-10 per lap
pandang di mikroskop
• TCM : 131-135 kuman/1 cc sputum
M.tb detected
• Dapat menemukan resistensi Rifampisin
• Xpert Ultra lebih sensitive
• Spesimen : feses,
aspirasi lambung, cairan LCS, cairan pleura,
jaringan
Other Examination types :
Xpert MTB/RIF
Xpert MTB/RIF Ultra : lower
detection limit bacilli
Xpert MTB/XDR
Truenat MTB & MTB Plus dan
Truenat MTB-RIF (battery operated)
Line probe assay (LPA)
Resistance to INH and Rif : first line
Resistance to Quinolon : second line
40. HASIL PEMERIKSAAN TCM
MTb terdeteksi (POSITIF):
• Rifampisin Resisten
• Rifampisin Sensitif
• Rifampisin Indeterminate
M.Tb tidak terdeteksi
(NEGATIF)
Hasil gagal
(invalid, no result,
atau error)
✔️
DNA MTB terdeteksi
✔️Mutasi gen rpoB /resistensi rifampisin tidak
dapat ditentukan karena sinyal penanda
resistensi tidak cukup terdeteksi
Keberadaan DNA MTB tidak
dapat ditentukan
41. TBC Resisten Obat
Kriteria terduga TBC RO pada anak
1. Kontak erat dengan pasien TBC RO.
2. Kontak erat dengan pasien yang meninggal akibat TBC, gagal pengobatan TBC atau tidak patuh dalam pengobatan TBC.
3. Gagal pengobatan TBC atau tidak patuh dalam pengobatan TBC.
4. Anak dengan atau tanpa HIV yang sudah diterapi OAT lini pertama selama 2-3 bulan dengan dosis yang adekuat dan ketaatan
minum obat yang baik, namun tidak menunjukkan perbaikan laboratoris maupun klinis
5. Memiliki riwayat pengobatan TBC 6-12 bulan sebelumnya.
Diagnosis TBC RO klinis ditegakkan berdasarkan konsultasi dengan tim ahli klinis TBC RO anak.
Terapi bisa diberikan di Puskesmas.
43. Prinsip Terapi TBC pada Anak & Remaja
Perbedaan penting pengobatan TBC pada anak dan dewasa adalah dosis obat. Usia muda
mempunyai kecepatan metabolisme obat yang lebih tinggi sehingga anak, terutama usia
kurang dari 5 tahun, memerlukan dosis yang lebih tinggi (mg/kgBB) dibandingkan anak yang
lebih tua atau dewasa.
Prinsip secara umum sama dengan pada dewasa, yaitu:
•Obat diberikan dalam paduan beberapa obat, tidak boleh monoterapi
•Obat diberikan setiap hari, baik pada fase intensif maupun fase lanjutan
•Obat diberikan dalam dosis yang adekuat dengan toksisitas yang minimal
•Lama pengobatan tergantung lokasi, derajat keparahan penyakit, dan resistensi
•Jika ada penyakit penyerta ditata laksana bersamaan dengan pengobatan TBC
• Tata laksana non medikamentosa (nutrisi adekuat, pengendalian infeksi, IK)
bersamaan dengan pemberian obat
44. Tatalaksana TBC Sensitif Obat
• OAT lini pertama
• Obat lain dan dukungan gizi
• Efek samping dan tata
laksananya
• Pemantauan dan evaluasi
luaran pengobatan
• Indikasi untuk merujuk dan
perawatan di rumah sakit
• Follow up setelah selesai tata
laksana
Tatalaksana TBC Resistan Obat
• Upayakan beri rejimen tanpa obat
suntikan
• Rejimen: minimal 4 obat yang masih
sensitif pada fase intensif (dapat
ditambah obat kelima) dan 3 macam
obat pada fase lanjutan
• Penyusunan paduan obat harus
memprioritaskan obat dari grup A dan B
• panduan terapi berdasarkan uji kepekaan
anak/sumber penularan
• Pemantauan efek samping obat
Klasifikasi menurut resistensi terhadap OAT
45. Panduan OAT TBC SO Anak dan Remaja
Kategori diagnostik Fase intensif Fase lanjutan
• TBC paru tidak terkonfirmasi bakteriologis
• TBC kelenjar intratorakal tanpa obstruksi saluran
napas
• TBC kelenjar
2RHZ 4RH
• TBC paru remaja > 15 tahun tanpa memandang
klasifikasi dan keparahan
2RHZE 4RH
• TBC paru terkonfirmasi bakteriologis
• TBC paru kerusakan luas
• TBC paru dengan HIV
• TBC paru kecuali meningitis, milier, dan tulang
2RHZE 4RH
• Meningitis TBC, TBC milier, dan TBC tulang 2RHZE 10 RH
46. Dosis dan jenis OAT TBC SO
Nama Obat Dosis harian
Dosis maksimal
(mg/hari)
Isoniazid/INH (H) 10 (7-15) 300
Rifampicin (R) 15 (10-20 600
Pirazinamid (Z) 35 (30-40) 2000
Ethambutol (E) 20 (15-25) 1000
47. Panduan OAT TBC SO Jangka Pendek (WHO, 2022)
Usia dan beratnya TBC Durasi dan rejimen terapi
Fase intensif Fase lanjutan
Anak dan remaja usia 3 bulan - <12 tahun
• TBC paru tidak berat
• TBC kelenjar
2RHZ 2RH
Remaja usia >12 tahun
• TBC paru tanpa mempertimbangkan derajat
penyakit
2HPZM* 2HPM*
*Diberikan sesuai ketersediaan logistik
P: Rifapentin, M: Moxifloxacin
Dosis: H: 300 mg, M: 400 mg, P: 1200 mg
Z: BB 40-65 kg: 1500-1600 mg; BB >65 kg: 2000 mg
50. Panduan Penggunaan OAT KDT Dewasa
● Pada anak dan remaja dengan berat badan >30 kg OAT KDT dewasa,
● Obat diberikan setiap hari, baik pada fase intensif maupun fase lanjutan.
● Jika tidak tersedia KDT harian dan hanya tersedia KDT intermiten (fase lanjutan terdiri atas R 150 mg dan H 150
mg dan diberikan 3 kali seminggu), maka untuk fase lanjutannya tetap diberikan setiap hari dengan dosis
disesuaikan dengan berat badan dan dengan memperhitungkan dosis maksimal per hari.
● Contoh: Anak dengan berat badan 50 kg.
● Perhitungan dosis:
○ Dosis INH berdasarkan berat badan: 10 mg per kg BB → 500 mg (maks. 300 mg)
○ Dosis Rifampisin berdasarkan berat badan: 15 mg per kgBB → 750 mg (maks. 600 mg)
○ Obat yang diberikan: 2 tablet KDT RH 150/150 ditambah dengan Rifampisin lepasan 300 mg
51. • Hampir semua TBC ekstra paru memerlukan perawatan di FKRTL (Rumah
Sakit)
• Namun pemberian OAT selanjutnya, dapat dilakukan di FKTP dengan syarat
tertentu, dan dengan catatan dari Dokter Spesialis di RS
• Secara umum, dokter di FKTP dapat melakukan rujuk balik ke FKRTL jika:
1)ada tanda bahaya atau
2)klinis tidak membaik
3)pemeriksaan penunjang ulangan
4)Jika ada efek samping obat
5)selesai jadwal pengobatan
19
TBC Ekstra Paru
52. Prinsip Manajemen TBC Ekstra
Paru
• Setiap kali menemukan kasus
tuberkulosis ekstra paru, maka
harus dicari bukti keterlibatan
paru
• Identifikasi riwayat kontak dengan
pasien tuberkulosis tanpa
memandang status
bakteriologisnya
• Lakukan pengambilan spesimen
dari organ yang terkena (termasuk
LCS, aspirasi/biopsi limfonodi,
cairan pleura, cairan peritoneal,
cairan sinovial, atau sampel urin).
• Lakukan pemeriksaan untuk
konfirmasi bakteriologis termasuk
TCM dan histologi (apabila
18
• Lakukan pengambilan spesimen
dari organ respiratori (sputum
spontan atau induksi, aspirasi
cairan gaster, feces) untuk
mengevaluasi adanya
tuberkulosis paru
• Lakukan foto Rontgen toraks
dan pemeriksaan radiologi
lainnya tergantung pada lokasi
organ yang dikenai
• Lakukan pemeriksaan HIV
• Intervensi bedah sesuai
indikasi
53. Tata laksana lain
Kortikosteroid
- meningitis TBC, sumbatan jalan napas akibat TBC kelenjar, dan perikarditis TBC
- prednison dengan dosis 2 mg/kg/hari, dapat diberikan sampai 4 mg/kg/hari pada kasus berat
(maksi60 mg/hari) selama 4 minggu kemudian tappering off
- Dexametason 0,3-0,6 mg/kg/hari dapat digunakan sebagai alternatif
Piridoksin
- Pada anak malnutrisi berat, anak dengan HIV yang mendapatkan ARV, dan pada pasien DM
- dosis 5-10 mg/kg/hari
Dukungan Gizi
- Status gizi harus dinilai pada semua pasien TBC dan konseling gizi diberikan sesuai status gizi
pada saat diagnosis dan selama terapi
- berikan asupan nutrisi yang adekuat mencakup semua makronutrien dan mikronutrien
esensial
- Tata laksana malnutrisi berat sesuai panduan WHO
54. Antituberculosis Drug Induced Hepatotoxicity (ADIH)
Obat anti TBC yang mempunyai efek hepatotoksis adalah R, H, dan Z.
Gejala dan tanda gangguan fungsi hati akibat OAT dapat berupa mual, muntah, tidak nafsu
makan, ikterik, dan hepatomegali.
Kriteria ADIH adalah jika terdapat salah satu atau lebih dari kondisi berikut:
• SGPT ↑ ≥ 5× nilai batas atas normal tanpa gejala klinis
• SGPT ↑ ≥3× nilai batas atas normal disertai dengan gejala klinis
• SGPT ↑ dengan nilai berapa pun di atas batas normal sebelum diberikan terapi yang
disertai dengan ikterus, anoreksia, nausea, muntah
• Bilirubin total (BT) serum ↑ >1,5 mg/dL
Pemeriksaan fungsi hati sebelum pemberian OAT diindikasikan pada pasien yang berisiko
tinggi terjadi hepatotoksisitas, antara lain malnutrisi berat, infeksi HIV, dan penyakit hati
kronis.
NEW
55. Panduan TBC RO Anak Jangka Pendek
INH monoresisten 6RHE-Lfx
<15 tahun TBC RO klinis/tidak
berat
6 Bdq-Lzd-Lfx-Cfz-Cs
>15 tahun Tidak berat 4-6Bdq-Lfx-Cfz-Z-E-Hh-
Eto/ 5 Lfx-Cfz-Z-E
BPaLM/BPaL 6 Bdq-Pa-Lzd- (Mfx)
57. Pemantauan Pengobatan
● Pemantauan rutin:
○ Tiap 2 minggu pada fase intensif, tiap bulan pada fase lanjutan
○ Luaran ditentukan pada akhir pengobatan
● Hal-hal yang perlu dipantau:
○ Perkembangan gejala termasuk kenaikan BB penyesuaian dosis
○ Efek samping obat
○ Kepatuhan minum obat
● Pemeriksaan dahak:
○ Pada anak yang terkonfirmasi bakteriologis 2 bulan setelah mulai terapi
○ Pada TBC klinis bila respon klinis tidak adekuat
● Rontgen thoraks ulang
○ TBC milier: setelah 1 bulan pengobatan
○ Efusi pleura: setelah 2-4 minggu pengobatan
58. Evaluasi Akhir Pengobatan
● TBC terkonfirmasi bakteriologis: BTA sputum di akhir pengobatan
● TBC klinis : perkembangan gejala dan penambahan BB
● Rontgen thoraks ulang tidak direkomendasikan pada TBC klinis dengan respon klinis baik
● Respon klinis tidak adekuat, evaluasi kemungkinan:
○ Resisten obat
○ Komplikasi TBC
○ Penyakit paru lain
○ Komorbid
○ Dosis tidak adekuat
○ Ketidakpatuhan minum obat