Dokumen tersebut membahas mengenai permasalahan tuberkulosis pada balita dan pentingnya skrining TBC untuk mendeteksi kasus secara dini. Ia menjelaskan strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan deteksi kasus TBC pada balita melalui skrining di fasilitas kesehatan seperti puskesmas, posyandu, dan poli imunisasi anak serta poli HIV.
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Permasalahan TBC Balita dan Skrining TBC Balita.pdf
1. Prof. Heda Melinda
Sri Sudarwati
Diah Asri Wulandari
M Akbar Tirtosudiro
UK Respirologi Anak IDAI Cabang Jawa Barat – RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Universitas Padjadjaran
Permasalahan TBC
Balita dan Skrining
TBC Pada Balita
Diajukan dalam Oritentasi Penguatan Deteksi Dini TBC dan Pemantauan Terapi Pencegahan
TBC pada Balita Melalui Pemantauan Tumbuh Kembang dan MTBS
JAWA BARAT
2. Tuberkulosis di Dunia
Insiden 2021
Tuberkulosis di Indonesia
Kemenkes RI, 2021 (Dashboard TB)
845.000 Estimasi Kasus TBC
17% Kasus TBC Anak
13.947 Kematian akibat TBC
JAWA BARAT
Data per Juni 2021
>50% anak
usia <5 tahun
3. Tuberkulosis Anak di Dunia
7,5 Juta anak
(0–14 tahun) terinfeksi
TBC setiap tahun
52% anak usia
<5 tahun
233.000
kematian anak
akibat TBC
80% anak usia
<5 tahun
WHO Global Tuberculosis Report, 2018
96% kematian
anak akibat TBC
yang tidak
mendapat akses
terhadap terapi
TBC
4. Missing Case?
Deteksi Kasus TBC
menurun? Pandemi COVID-19
Jumlah Kasus TBC Anak per Juni 2021
18.427
Kemenkes RI, 2021 (Dashboard TB)
5. Deteksi Kasus TB Anak
>50% kasus anak <5 tahun
tidak terdiagnosis dan tidak dilaporkan
WHO Global Tuberculosis Report, 2018
Kemenkes RI, 2021 (Dashboard TB)
Sekitar 55% anak
dengan TBC
tidak dilaporkan
dalam program
TBC Nasional
Nasional Jawa Barat
Cakupan penemuan kasus TB Anak
di Indonesia dan Jawa Barat
mengalami penurunan sejak tahun
2019
Pandemi COVID-19
6. Strategi Penanggulangan TBC WHO
Indonesia
End TB Strategy, WHO, 2015
Kemenkes RI, 2021 (Dashboard TB)
Langkah yang harus dilakukan untuk
mencapai
Target Penanggulangan TBC??
Diagnosis awal,
termasuk uji
sensitivitas obat dan
skrining kontak dan
kelompok risiko tinggi
(termasuk anak <5
tahun)
Terapi untuk
semua orang
dengan TBC
Terapi preventif
untuk orang risiko
tinggi, dan
vaksinasi
Penanganan
kolaboratif TBC
dan HIV, serta
tatalaksana
komorbiditas
8. Cara Penularan TBC
TBC ditularkan melalui udara dari pasien
TBC ke orang yang berada di sekitarnya,
melalui percikan air ludah tanpa menutup
mulut dan hidung atau tanpa
menggunakan masker
TBC tidak menular melalui
perlengkapan sehari-hari
pasien TBC
Bakteri TBC dapat bertahan di
udara selama beberapa jam
(terutama di tempat lembab
dan gelap)
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Kemenkes RI
9. KNCV Indonesia, 2018
Faktor Risiko
Anak Tertular
TBC
Anak usia <5
tahun (Balita)
Anak dengan
HIV
Gizi Buruk Anak yang Kontak
erat dengan
Penderita TB
Dewasa
10. Mengapa Balita Termasuk Kelompok
Risiko Tinggi TBC?
Respons Imun yang belum
adekuat pada balita
Replikasi pathogen yang
terus menerus dan
progresivitas penyakit
Meningkatkan risiko terjadi
infeksi TBC dan TBC berat
Dimodifikasi dari Marais BJ, Int J Tuberc Lung Dis: 2004;8:392-402
11. Gejala TBC Anak
Berat badan turun atau tidak
naik, yang tidak membaik
dengan asupan gizi yang baik
Batuk lama (≥2 minggu) yang
semakin lama semakin parah
Demam lama (≥2 minggu)
dan/atau berulang tanpa sebab.
Umumnya suhu tidak terlalu tinggi
KNCV Indonesia, 2018
12. Pemeriksaan TBC pada Anak
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI
Dahak (anak >5 tahun)
Aspirat Lambung
Induksi Sputum
13. Pencegahan TBC Anak
Vaksin BCG, untuk
mencegah penyakit TBC
berat seperti TBC selaput
otak, TBC tulang, atau
TBC milier
Pemberian Terapi
Pencegahan pada anak
usia <5 tahun yang
kontak dengan pasien
TBC atau pada anak
terinfeksi HIV
KNCV Indonesia, 2018
Tindakan
Pengendalian
Infeksi, termasuk
skrining dan
investigasi kontak
14. Apakah TBC Anak Menular?
Sebagian besar kasus TB pada anak
tidak dapat menular ke anak yang
lain, kecuali pada anak yang menderita
“adult type TB” atau TB tipe dewasa,
yaitu TB pada anak dengan gambaran
menyerupai TB pada dewasa dan
ditemukan BTA pada pemeriksaan
dahak.
KNCV Indonesia, 2018
15. Kondisi TBC Balita di Layanan Primer
Tantangan
•Investigasi kontak masih
lemah
•Telah memiliki kader aktif
•Integrasi KIA-P2TB belum
berjalan baik
•MTBS belum dipakai
maksimal secara
frekuensi dan kualitas
Peluang
•Peningkatan link dengan
kader
•Integrasi KIA-P2TB
•MTBS – TB diaktifkan
•Memiliki BPM = Bidan
Praktek Mandiri
Kemenkes RI TBC Indonesia, 2021
16. Mengapa TBC pada Anak Terpinggirkan?
Kesulitan
Mendiagnosis
TBC pada
Anak
Belum
diketahui
beban
masalah TBC
Anak di
Masyarakat
TBC Anak dianggap
tidak menular,
sehingga bukan
merupakan prioritas
pengendalian TBC
Ketersediaan
Dana
Banyak Anak
terdampak TBC yang
memiliki kesulitan akses
ke pelayanan
kesehatan
Kemenkes RI TBC Indonesia, 2021
17. Upaya untuk “Menuju Nol Kematian
Pada Anak Akibat TBC”
Investigasi Kontak pada setiap kasus TBC dewasa yang
ditemukan, terutama pada anak <5 tahun
Meningkatkan Pelayanan TBC dengan
menjangkau semua masyarakat terdampak
TBC (termasuk bayi dan anak
Prioritas utama untuk anak dengan HIV positif
Kemenkes RI TBC Indonesia, 2021
18. Penemuan kasus TBC secara aktif
(active case finding)
1. Investigasi kontak
2. Integrasi program TB dengan program
lain di faskes
3. Penemuan kasus berbasis komunitas
Bagaimana cara meningkatkan temuan kasus
TBC balita ?
19. ● Skrining kontak TBC pada anak merupakan salah satu upaya untuk
mengurangi beban TBC pada anak
● Fokus pada individu yang apabila terinfeksi TBC dapat
berkembang menjadi penyakit TBC aktif, seperti:
○ Bayi
○ Balita
○ Anak dengan infeksi HIV
Skrining TBC pada Anak
Child TB Training WHO, 2014
20. Mengapa Penting dilakukan Skrining TBC Balita?
Sebelum ditemukan
vaksin BCG
Setelah cakupan vaksin
BCG tinggi
Ditambah dengan
Skrining Kontak dan
Terapi Preventif
Pencegahan dengan vaksin
BCG, Skrining Kontak, dan
Terapi Preventif dapat
menurunkan penyakit TBC
terutama pada Balita
21. Sasaran: semua balita (sehat dan sakit)
yang berkunjung ke Puskesmas/RS
Pelaksana : dokter, perawat atau bidan
Skrining TBC pada Fasilitas Kesehatan
• Skrining dapat diintegrasikan sesuai pelayanan program, seperti
poli anak melalui pelayanan MTBS dan SDIDTK.
• Jika ditemukan anak yang sesuai dengan kriteria suspek TBC,
anak tersebut dirujuk ke dokter (di poli umum) untuk pelacakan
ada tidaknya sakit TBC.
22. Skrining TBC pada Fasilitas Kesehatan
• Gunakan lembar skrining Puskesmas
• Berdasarkan hasil skrining, anak dapat diklasifikasikan sebagai :
o Terduga TBC
o Kontak erat
o HIV
o Bukan terduga TBC
• Jika diklasifikasikan sebagai terduga TBC, kontak erat atau HIV, rujuk ke
dokter di poli umum.
24. 1. Gunakan algoritma MTBS
2. Gunakan hasil pemantauan tumbuh
kembang
• Berat Badan 2 bulan 2 kali berturut-
turut tidak naik → Kurva
Pertumbungan BB/U dalam buku KIA
atau SDIDTK
• Status Gizi Buruk → Kurva
Pertumbungan BB/TB dalam buku KIA
atau SDIDTK
3. Jika anak memenuhi satu atau lebih
kriteria suspek TBC rujuk anak ke dokter
di poli umum
Skrining di Poli KIA
Form SDIDTK
25.
26.
27. Skrining di poli HIV
●Anak yang sudah terdiagnosis HIV
○Apakah tinggal serumah dengan pasien TBC dewasa?
○Apakah kontak erat dengan pasien TBC dewasa yang tidak serumah?
○Apakah anak mempunyai satu atau lebih gejala berikut?
■Batuk ≥ 2 minggu
■Demam ≥ 2minggu
■Berat badan tidak naik dlm 2 bulan berturutan meskipun dengan
asupan nutrisi yang adekuat
■Gizi buruk
○Apakah pernah didiagnosis dan mendapat terapi TBC?
○Apakah sudah pernah mendapat obat pencegahan TBC?
28. Skrining TBC pada balita di Posyandu
● Sasaran: balita yang datang
ke posyandu
● Pelaksana: kader
● Alat skrining:
- Intrumen skrining TBC m-KIA atau
- Lembar skrining TBC di Posyandu
- Kurva pertumbuhan pada Buku
KIA
• Tanyakan dan lihat apakah
balita memiliki satu atau lebih
gejala berikut:
- Gizi buruk (Anak terlihat sangat kurus)
- Berat badan tidak naik dua bulan
berturut-turut
- Batuk > 2 minggu
- Demam > 2 minggu
- Riwayat kontak dengan pasien TBC
• Rujuk ke puskesmas jika ada satu
atau lebih gejala di atas