SlideShare a Scribd company logo
UAS FORMATOLOGI BERITA - PERSOALAN DUNIA PERIKLANAN
Judul Buku : “Media Ethics – Issues and Cases”
Judul Chapter : “Advertising Ethics : From Buyer Beware to Empowerment”
Etika Periklanan : Pembeli Harus Berhati-Hati Dalam Pemberdayaan
Halaman : 68-93
Pengarang : Philip Patterson dan Lee Wilkins
Penerbit : MC Graw Hill Higher Education
Tahun Terbit : 2008
Dunia periklanan yang telah dikenal sejak zaman Yunani Kuno menyimpan sejarah tersendiri.
Sejarah iklan pun menjadi sangatlah penting. Karena, banyak persoalan yang menjadi sorotan
publik terhadap kontennya. Pembuat iklan harus memanajemen iklan yang berisi kampanye
kepentingan tertentu agar reputasi dari produk atau item yang disiarkan, jelas dan dapat diterima
semua pihak. Hal ini untuk meminimalisir konsuekensi buruk dari sebuah iklan.
Beberapa ahli, menyebutkan media dimana tempat iklan disiarkan memberikan efek kekuatan.
Teorijarum suntik dan peluru ajaib menjadi alasan mengapa perlu adanya pembatasan resmi atau
isitilahnya etika periklanan yang patut ditaati oleh media dan dunia periklanan. Etika ini
mengarahkan pada perlindungan konsumen yang sifatnya heterogen. Karena, dampak dari
persoalan periklanan bisa berakibat fatal.
Masyarakat juga akan terpengaruh dengan adanya iklan. Iklan tidak hanya menjual produk, tetapi
ide yang memiliki makna ganda. Dengan sengaja, makna iklan dibuat blur atau ambigu. Agar,
setiap konsumen memaknai iklan itu sendiri. Persoalan inilah yang akhirnya melahirkan banyak
analisis iklan yang mengundang kontraversi. Tidak heran, jika versi iklan dari tahun ke tahun
berbeda. Semua memiliki cara berbeda untuk menjual produk dan idenya melalui iklan. Oleh
sebab itu, banyak usulan untuk mengatur peran iklan di dalam penyiaran.
Perlu diingat, bahwa lahirnya etika iklan bukan tanpa tujuan. Ini semua demi pemberdayaan
keuntungan semaksimal mungkin lewat iklan itu sendiri.
Komunikasi sudah sangat dibutuhkan sejak Zaman Yunani Kuno. Pada zaman itu komunikasi
merupakan seni berbicara untuk demokrasi. Oleh karena kebutuhan itu, era Yunani Kuno
komunikasi diisi dengan pesan-pesan persuasif yang kini dikenal sebagai iklan.
Perkembangan komunikasi yang tertuang hingga kini, membawa penyiaran Radio – TV (R-TV)
semakin marak menampilkan berita, selain iklan. Berita dan iklan R-TV menimbulkan asumsi
tentang sebuah hubungan atau keterkaitan antara pesan dengan audience. Namun, persamaan
keduanya yang paling penting dan utama kegiatan ‘mengaburkan’ (sama seperti iklan) dan iklan
tentang isu patut dijadikan sebuah berita (berita menguak isu). Perlu diperhatikan, sifat iklan
yakni singkat, visualnya bagus, dan sengaja dibuat ambigu atau samar. Tetapi, kita perlu
mempelajari dampak dari iklan. Contohnya, iklan tembakau di Amerika Serikat. Sudah banyak
anak-anak usia dibawah 18 tahun yang terjangkit kanker. Dampak itu membuktikan dampak
iklan tidak baik, sehingga negara tersebut mendapat posisi pertama di dunia dalam penderita
penyakit kanker. Oleh sebab itu, etika pembuat iklan, harus memikirkan setiap hal kecil sebagai
proses riset pasar dan strategi perencanaan komunikasi.
Secara psikologis untuk mencoba pahami ajakan (iklan) yaitu dengan model Respon Stimulus.
Media seperti jarum suntik atau peluru ajaib maksudnya, media akan mengirim pesan yang tidak
bertentangan kepada audience terus-menerus. Para peneliti menyebutnya”Teori Kekuatan Efek”.
Hal yang mendukung teori ini adalah kegegeran pada saat Perang Dunia II, seorang yang
bernama Orson Welles menyiarkannya pada 30 Oktober 1938. Siaran itu sukses membuat
propaganda terhadap Perang Dunia. Tetapi di era 1940-an paham terhadap media berubah,
bahwa media memiliki efek yang kosong dan terbatas. Kekuatan media berdasarkan dalam
kognitif (pengetahuan) dan afektif (emosional) alami.
Teori lainnya yang dikenal ialah “Teori Keseimbangan”. Teori ini menjelaskan seseorang akan
menggapai keseimbangan jika tingkah laku, informasi dan tindakannya harmonis. Leon Fastinger
(1957) memberikan istilah “Disonansi Kognitif” untuk menggambarkan keadaan saat pesan dari
sebuah perilaku memberikan konflik dan sinyal tidak aman. Teori ini mempengaruhi perilaku
pembelian dan akan memilih kebiasaan maupun opini dari kekuatan isi iklan tersebut. Para
pembuat iklan menggunakan teori ini dalam naskah iklan untuk mengetuk hati (menarik hati)
konsumen dan menjanjikan perbaikan lewat pembelian produknya. Misalnya, iklan shampoo anti
ketombe. Banyak konsumen yang akan tertarik karena, produk tersebut memperbaiki keadaan
rambutnya. Bagaimanapun, iklan berisi penjelasan keefektifan produknya.
Selanjutnya, pembuat iklan diharapkan bisa mengoperasikan dengan mengikuti kerangka berikut
ini :
1. Klien dan masyarakat publik membutuhkan informasi yang memberikan mereka “ alasan baik
untuk mengambil sebuah cara dalam suatu tindakan” ( Koehn 1998, 106). Alasannya tidak boleh
mengadili dan mampu membantu masyarakat mendukung tindakan lainnya.
2. Daripada hanya menghina opini yang sudah ahli, iklan terus-menerus membahasnya jadi
orang-orang itu dapat mengembangkan ketika pilihan sudah ada dan pengetahuannya sudah
tinggi.
3. Iklan seperti berita, dapat membantu perkembangan refleksi sekelompok orang, termasuk
sekelompok konsumen.
4. Iklan harus menjadi peran yang serius dalam suatu budaya di hidup kita. Itu artinya, bahwa
iklan harus benar-benar menggambarkan suara yang beraneka ragam yang terdiri dari budaya
kita.
5. Iklan berbicara untuk peran dalam berorganisasi di dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan
sejarah dan latar belakang menyampaikan didalamnya, tetapi harus diselesaikan secara akurat
dan ada dalam suatu konteks.
Barker dan Martison mengusulkan satu set pertanyaan yang dinamakan TARES tes. Dimana tes
ini memuat pertanyaan mengenai etika di dalam dunia periklanan. Tes ini memang tidak akan
menyelesaikan semua masalah etika, namun mampu memberikan orang yang kreatif, direktur
pemasaran dan perencana alat strategi komunikasi. Berikut inti dari tes TARES :
T ruthful ( Kepercayaan penuh)
A uthentic ( Asli )
R espect ( Menghargai )
E equity ( Adil )
S ocially ( Sosial atau tanggung jawab sosial )
Kini, permasalahan khusus periklanan, audience ( penonton, pendengar, pembaca, penikmat
media, dll) adalah mudah diserang. Ingat kembali, bahwa iklan ada dalam media masa yang
audiencenya bersifat heterogen (banyak, bermacam-macam). Kadangkala, hasil iklan itu lucu,
dan mungkin sedikit memalukan, sesaat iklan untuk kontrasepsi dan produk kesehatan seseorang
menjadikan cara mereka (pembuat iklan) menanyangkannya pada program-program prime time.
Contoh saja kasus “Camel Cigarettes” (rokok), iklan ini terkuak dalam dokumen rahasianya,
target audience-nya adalah anak dibawah umur. Pertanyaan sekarang, apakah ada tipe audience
yang pasti yang berhak mendapatkan perlindungan dari pesan sebuah iklan? Hukum Amerika
sudah menjawab pertanyaan ini pada golongan, terutama dalam kasus anak-anak. Demikianlah,
ada angka pada pembatasan golongan resmi di dalam sebuah iklan yang ditargetkan untuk anak-
anak, yaitu segala program pada sabtu pagi harus menyeleksi pesan dan semua karakteristiknya.
Alasannya, bahwa anak-anak tidak sama seperti orang dewasa yang tidak diharuskan memenuhi
kebutuhan moral dirinya sendiri.
Beberapa sarjana mengusulkan kalau, orang dewasa yang masuk dalam anggota minoritas juga
perlu diberikan perlindungan khusus dari sebuah iklan. Mereka perlu diperhatikan agar tidak ada
penyalahgunaan kepercayaan antara konsumen dengan produk, keduanya memiliki konsukensi
yang dikenal dengan istilah singkat dan istilah panjang. Dalam istilah singkatnya, produk tidak
mungkin menjual atau mungkin saja mencari dirinya ada dalam target kebijakan. Sebaliknya,
pada istilah panjang ialah beban maupun tanggungan dijatuhkan (diolok-olok) dan
ketidakpercayaan masyarakat bisa meningkat. Pembeli mungkin belajar tentang makna
periklanan itu sendiri daripada menggunakan iklan untuk membantu menyeleksi informasi yang
lebih baik.
CONTOH KASUS
Daisy Girl yang dihidupkan kembali : “Menggunakan ketakutan sebagai senjata politik”
ANDREA MILLER
Lousiana State University
Iklan ini menceritakan gadis dengan rambutnya yang keriting ikal mengambil daun bunga aster
(karena itu dijuluki Daisy Girl). Ia memetiknya satu persatu, namun disisi lain ada suara orang
yang menghitung mundur ledakan bom nuklir. Iklan tersebut asli dibuat oleh legendaris pembuat
iklan yaitu Tony Schwartz untuk kampanye presiden Lyndon Johnson melewati konservasi
dengan Barry Goldwater. Pesan tersirat pada iklan tersebut ialah, dukungan untuk Goldwater.
Dalam ketakukan pada perang dingin, iklan ditayangkan sekali sebelum akhirnya penonton
protes memaksa untuk ditarik iklannya. Pada Januari 20013, kelompok lain berusaha
mengagendakan menanamkan kembali benih-benih kekhawatiran. Akar dari organisasi
MoveOn.org, memiliki versi baru dalam “ Daisy Nuke”, iklan yang dibuat menerima untuk
memprotes Amerika Serikat yang tampaknya tidak mendapati jalan keluar perang dengan Irak.
Dalam iklan, gadis itu memetik daun sambil berkata :
Perang dengan Irak
Mungkin akan berakhir dengan cepat
Mungkin saja tidak
Mungkin saja akan diperlebar
Mungkin juga semakin kacau dengan mengambil alih negara menggunakan senjata nuklir
Sebelumnya, menayangkan “Daisy 2”, kelompok tersebut juga mengahabiskan uang 300.000
dollar dalam iklan koran yang mendesak Presiden Bush untuk menghindari perang dengan Irak.
Eli Pariser selaku direktur kampanye internasional menjelaskan asosiasi Pers bertujuan bahwa
“Daisy 2” mendorong bahasan nasional. Namun kritik membantah itu, 40 tahun silam, iklan
dicampuri dengan isi yang lebih mengkhawatirkan daripada debat.
Akhirnya, munculah dua jaringan stasiun tv dibagi agar tidak mengarahkan penyiarannya pada
iklan. Dua jaringan itu adalah KNBC TV di Los Angeles dan WRC-TV di Washington, D.C.
Keduanya milik NBC. Pemiliknya merupakan seorang jenderal listrik. Ia dapat mencairkan
pendapat tentang “tidak adanya sambutan” terhadap iklannya. Ia mengatakan, persoalan lebih
kontraversi jika isinya seperti berita yang isi programnya peristiwa-peristiwa di publik, sehingga
lebih adil dan seimbang. Empat dekade setelah iklan Daisy Girl pertama, Daisy 2 kurang
kontraversi dari segi sejarah dan psikologisnya. Berdasarkan berita 9/11, orang Amerika menjadi
takut karena tragedi pesawat yang dibajak menghantam gedung WTC (Word Trade Center).
Karena, ketakutan seseorang terbentuk dari persepsi mereka terhadap fakta (Jamieson,
1983). Iklan bisa menyebabkan seseorang percaya terhadap realita dalam scenario yang
digambarkan lewat kasus yang lebih buruk.
Analisisnya :
1. Persoalan Kecil
- Kemungkinan positif apa dan konsukuensi terburuk apa yang ada pada iklan tersebut?
- Apakah keputusan kedua afiliasi NBC bergabung untuk tidak menyiarkan iklan itu tepat?
2. Persoalan Rata-Rata
- Khawatir perang nuklir? Apakah ketakutan itu ada pada anak dan cucu anda?
- Apakah media memainkan tambahan aturan di dalam kontraversi dengan mengikuti alur
cerita iklan itu sendiri? Apakah cerita tersebut memiliki nilai berita dari sudut pandang etika?
3. Persoalan Besar
- Apakah perbedaan iklan yang menakuti/mengkhawatirkan menjual ide berbeda dengan iklan
yang menggunakan ketakutan/kekhwatirkan itu untuk menjual produknya?
- Apakah wajib etika masuk dalam memainkan persoalan dalam peran
Masih banyak lagi analisis mengenai persoalan dalam periklanan. Perlu ada pengawasan dalam
isi iklan itu sendiri. Kasus lain yang sempat menjadi kontraversi di publik adalah iklan komputer
Apple, NIKE, KFC, dan iklan kampanye, yang mana perlu ditinjau untuk melindungi audience
sebagai konsumen dari media penyiaran. Menjadi catetan bahwa, etika iklan sangatlah penting,
sama seperti sejarah iklan. Karena itu, media akan menyoroti terus-menerus iklan yang
mengandung kontraversi.
Karina Laprisa Putri Nasution
013 12 143 491
FORMAT PEMBUATAN RINGKASAN BUKU
--------PENTINGNYA KONTEN MEDIA------1
Judul Buku : Mediating the Message: Theories of Influences of Mass Media Content
Judul Chapter : Analyzing Media Content
Halaman : 23 – 37
Pengarang : Pamela Shoemaker & Stephen Reese
Penerbit : Longman Publishing Group
Tahun Terbit : 1991
A. MENGAPA ISI (KONTEN) MEDIA ITU PENTING?
Isi media adalah keputusan yang diambil oleh produser, penulis, editor, dan juga oleh perilaku
konsumen media baik televisi maupun radio. Isi dari media itu menjadi penting juga krena dapat
membantu dalam menyimpulkan beragam fenomena. Seperti contoh adalah media luar negeri
yaitu National Enquirer yang mengemas isi media khususnya koran lebih menarik dibandingkan
dengan New York Times. Media mempunyai editor yang berbeda sehingga setiap media
menunjukan orientasi politik yang berbeda juga. Pembelajaran tentang isi media juga dapat
menentukan dan memprediksi reaksi penonton.
Buku dari Bradley Greenbergs yang berjudul Life On Televisions pada tahun 1980 hanya
berfokus kepada isi televisi hiburan, Bradley juga berpendapat bahwa hal yang penting dalam
membuat isi media adalah mempelejari dunia dari konsumen, apa yang konsumen sukai dan
inginkan. Mempelajari konten atau isi dari media juga dapat membantu dalam menilai kenyataan
yang terjadi di sekitar atau lebih tepatnya menilai kenyataan yang terjadi di kehidupan
konsumen.
1
Dibuat sebagai Tugas Akhir untuk UAS Mata Kuliah Formatologi Berita pada Prodi
Manajemen Berita, Jurusan Radio-TV, Sekolah Tinggi Multi Media Yogyakarta Tahun 2014
dengan Dosen Pengampu Darmanto.
Reformasi social beranggapan bahwa isi media setara atau sejajar dengan dampak langsung dari
konsumen dan juga isi media menggunakan penelitian konten atau riset dalam membentuk isi
media khusus atau tertentu. Studi media saja tidak cukup, melainkan lebih kepada penelitian
konten yang sistematis dengan pola beraturan juga dapat menentukan isi media.
B. PENELITIAN TEORI KONTEN DAN KOMUNIKASI
Mengategorikan Konten
Pengertian tentang apa itu media konten masih sangat membingungkan dan tidak jelas, karena
tiap konten memiliki efek yang berbeda, tergantung dengan tujuan konsumen dan tekanan dari
organisasi sekitar. Banyak teori dan studi yang tidak secara nyata dalam memeriksa konten,
mereka lebih peduli dan lebih memeriksa konten dari media lain.
Mengkategorikan isi media bisa berdasakan beberapa aspek, diantaranya adalah daya tarik
khalayak –pintar atau bodoh, efek tertentu –pro social atau anti social, media yang digunakan –
tv, radio atau koran, konten seksual –porno atau non porno, dan berbagai macam cara lainnya.
Salah 1 pendekatan umum yakni berdasarkan fungsi. Harold Lasswell mengusulkan beberapa
mode komunikasi dan mengidentifikasi 3 fungsi penting komunikasi di masyarakat. Yang
pertama adalah pengawasan lingkungan yang paling erat dan Wright juga mengatakan bahwa
berita menyeduakan peringatan tentang ancaman dan bahaya di dunia serta berguna untuk
berbagai hal di dunia seperti pasar saham, navigasi dan hal lainnya. Yang kedua adalah
hubungan antara elemen masyarakat dalam menanggapi lingkungan yang menjelaskan bahwa
media adlaah instrument fungsional dan Laswell masih kurang tegas karena terlalu banyak
analogi, ia juga menafsirkan berita sering dianggap komunikasi membujuk. Laswell juga
mengatakan bahwa konten korelatif tidak ada iklan namun masih dipertimbangkan. Dan yang
terakhir adalah transmisi warisan social dari 1 generasi ke generasi selanjutnya yang bermakna
agar tiap media mengirimkan pelajaran untuk anggota baru di masyarakat sehingga dapat
mewariskan sikap dari 1 generasi ke generasi selanjutnya. Lalu Wright pada taun 1986
menambahkan 1 fungsi penting komunikasi yakni hiburan. Beberapa peneliti komunikasi
cenderung menggunakan teori fungsional yang sudah disebutkan diatas.
Fokus Kepada Berita dan Hiburan
Banyak peneliti komunikasi yang masih ragu dengan konten korelatif dan lebih memilih kata
persuasive, dan konten korelatif hanya dipakai sebagaian kecil ruang media yang tersedia.
Berita dan hiburan adalah 2 jenis konten media yang paling diminati di masyarakat karena
manggambarkan realitas social yang terjadi. Berita dan hiburan juga secara bersamaan
memberitahukan hal tentang dunai dan membentuk lingkaran simbolik yang sangat signifikan, 2
konten ini juga menentukan bagaimana masyarakat harus bersikap dan membawa konsumen atau
penonton ke tempat yang belum mereka datangi sebelumnya, contohnya adalah tayangan di luar
negeri atau penjara, dan lain lain. 2 konten ini juga akan diperiksa secara otomatis di beberapa
bagian seperti frekuensi pesan, teknik produksi dan sasaran penonton.
C. PENGUKUR ISI (KONTEN)
Pengukur konten dapat dilihat dari apapun yang muncul di media massa. Para peneliti
komunikasi mendekati atau mempelajari konten dengan cara yang berbeda yakni dengan
menggunakan alat konseptual serta metodologis yang berbeda, seperti contohnya aspek humanis
dan perilaku tradisional.
Biasanya, kita hanya melakukan pendeketan ilmu social untuk membahas konten sedangkan para
peneliti komunikasi menggunakan pendekatan humanistic seperti yang sudah dijelaskan diatas.
Konten juga merupakan bagian internal dari berbagai budaya yang nyata. Para humanis juga
memeriksa setiap konten sebelum disiarkan atau dicetak untuk makna estetika. Analisis retoritis
adalah salah 1 cabang menonjol dari tradisi humanistic yang meneliti tentang logika internal
konten, bentuk, kesatuan tematik dan lain-lain.
Aspek lain adalah kuantitatif dan kualitatif, analisis perilaku tidak berdasarkan atau
menggunakan teknik kuantitatif atau numeric, tapi berdasarkan 2 hal tersebut. Ilmuan social
mengukur konten sesuai dengan perilaku stimulus konsumen. Aspek kuantitatif membahas
tentang pendekatan penelitian media dan analisis isi. Sedangkan aspek kualitatif biasanya
digunakan oleh analisis humanistic.
D. APAKAH MEDIA MENCERMINKAN PERISTIWA?
Konseptualisasi Aktif & Pasif
Menurut Walter Lippmann, konsumen harus bisa membedakan antara realitas dan realitas social
atau yang biasa disebut dengan “dunia luar”, Lippmann mengatakan ini karena ia memperhatikan
bahwa konsumen berperilaku dan berfikir berdasarkan dengan apa yang mereka lihat di media.
Peran Pasif Untuk Media: Media Sebagai Kanal
Orang dahulu sangat dipengaruhi oleh kekuatan ekonomi dan politik dari komunitas internal
mereka sendiri. Beberapa konsep memperlakukan media sebagai alat pemancar pasif sementara
media lain melihat media sebagai pengambil peran yang lebih aktif dalam memanipulasi realitas.
Westiey dan Maclean pada tahun 1957 mengatakan bahwa media sendiri tidak lebih disalurkan
melalui pemancar netral pesan yang menghubungkan pengirim kepada penerima
Proses komunikasi media massa khusus dirancang dengan pengumpulan berita lewat pikiran
yang akan dikirimkan tanpa maksud apapun untuk mempengaruhi konsumen. Pembelajaran
tentang efek media khususnya media massa dianggap sebagai alat yang kuat dan dapat
digunakan untuk tujuan social. Media juga dipandang sebagai instrument untuk menyampaikan
pesan.
Harold Lasswell mengatakan pada studinya tahun 1927 yang membahas tetang perang dunia
pertama dan menggunakan komunikasi modern. Lalu studi dilanjutkan oleh Paul Lazasfeld yang
tujuannya adalah untuk menyamakan pikiran konsumen. Studi tersebut menyimpulkan bahwa
efek utama dari media massa dalam kampanye politik adalah untuk memperkuat sikap politik
yang sudah ada. Komunikasi massa juga mempunyai fungus antara dan melalui perhubungan
factor dan pengaruh mediasi.
Konsumen diasumsikan memberikan komentar menurut pandangan sendiri sehingga analisis
media tidak dianggap penting. Media juga dianggap sebagai kanal karena memilih pesan yang
paling konsisten. Selain tanggapan masyarakat (konsumen), wartawan adalah sumber lain dari
media.
Efek nol mediayakni menyatakan bahwa media massa memberikan representasi yang adil
mengenai realitas. Efek ini juga mempelajari bahwa konten media bebas dari distorsi, Karena
semakin konten media memuat siaran distorsi, makan akan mengurangi konsumen dan
merugikan pemilik media. Model nol dan model terbatas tidak terpengaruhi dengan teori distorsi
ini. Karena control media terletak pada pemirsa atau konsumen.
Peneliti komunikasi mulai mengatasi beberapa masalah dalam konten media diantaranya adalah
banyak media yang gagal menjelaskan liputan 1 berita di tempat yang sama namun hasilnya
berbeda.
Peran Aktif Untuk Media: Media Sebagai Peserta
Penampilan di televisi atau media akan sangat berbeda dengan realita seperti acara parade
MacArthur pada tahun 1951 yang dianalisis oleh Kurt & Gladys Lang pada tahun 1971.
Manipulasi Realitas
Isi media didasarkan pada apa yang terjadi secara psikologis dan media punya logika struktur
berdasarkan elemen psikologis tersebut. Acara media banyak dimanipulasi terutama beberapa
acara yang ditayangkan untuk acara prime time. Media juga terkadang memaksakan logikanya
lewat stereotype yang diselipkan di tiap siarannya.
Visual & Manipulasi Verbal
Penelitian utama terarah pada konten verbal (teks), bukan kepada gambar, karena konsumen
berasumsi bahwa teks lebih banyak memberikan manipulasi dibanding dengan gambar yang
menunjukan realitas. Ada beberapa penelitian yang juga menyatakan bahwa film dan tv susah
dipelajari dan dianggap kurang serius karena kamera dapat memanipulasi persepsi dibandingkan
dengan tulisan
Aghni Fajar Pratiwi
01312143508
Judul Buku : Mediating the Message: Theories of Influence of Mass Media Content
Judul Chapter : Beyond Processes and Effects
Halaman : 9-20
Pengarang : Pamela Shoemaker & Stephen Reese
Penerbit : Longman Publishing Group
Tahun Terbit : 2008
FOKUS PENELITIAN PADA KOMUNIKASI
Level analisis dalam penelitian komunikasi dapat dimulai dari pembentukan kesatuan micro ke
macro atau dari yang terkecil ke yang lebih besar. Sebuah studi microlevel menguji komunikasi
sebagai sebuah aktivitas dan mempengaruhi setiap orang. Selain untuk kontrol satu sama lain,
komunikasi juga berperan sebagai jaringan social, organisasi, dan kebudayaan. Kejadian yg
terjadi di level rendah bahkan untuk lingkup yang besar di tentukan dari apa yang terjadi di level
atasnya.
Apa yang dipelajari?
Salah satu kutipan tentang proses komunikasi yang cukup populer adalah dari Harold Lasswell
(1948):
Apa, berbicara apa, melewati channel apa, untuk siapa dan menimbulkan efek apa.
Komunikasi masa telah menguji element diatas. Tapi dari semua itu intinya adalah, audience dan
efek.
Studi utama pada komunikasi
Dalam isi media. Lowery dan DeFleur mengidentifikasi hanya ada tiga hal yang menonjol dari
isi media. Yang paling terkenal, Frederic Wertham’s The Seduction of the Innocent (1954) yang
menyebabkan keributan besar di public dengan sesuatu yang berhubungan dengan sexual dan
kekerasan dalam sebuah komik yang dapat membawa efek negative bagi pembaca.
Kebanyakan dari studi “Milestone” jatuh kepada “untuk siapa”. Yang pertama, The Payn Fund
Studies of 1993. Tujuan dari pembelajaran ini termasuk ukuran isi film, sasaran audience, dengan
objek utama bagaimana sebuah film mempengaruhi anak anak. Penulis menyimpulkan bahwa
sejumlah faktor individu dan situasional memediasi efek film.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh tentara Amerika dengan psikologis Carl Hovland selama
perang dunia ke II, komunikasi secara sistematis mengadung bermacam macam isi yang bersifat
persuasive.
studi akhir dalam matriks (McCombs & Shaw, 1972) kami memeriksa pengaturan agenda media.
para peneliti menemukan bahwa Chapel Hill, North Carolina, warga dianggap isu yang penting
sejauh bahwa media menekankan isu-isu tersebut, dengan kata lain, media ditemukan memiliki
dampak kognitif yang berpotensi persuasif dengan menekankan agenda isu yang memberitahu
orang apa yang tidak berpikir, tapi apa yang harus dipikirkan. meskipun individu secara spesifik
diwawancarai untuk penelitian ini, tanggapan mereka digabungkan; isu-isu penting peringkat
oleh masyarakat Chapel Hill sesuai dengan yang ditekankan oleh media yang tersedia bagi
mereka.
dengan memetakan studi ini, yang diidentifikasi oleh para ahli komunikasi sebagai sesuatu yang
ditekankan, kita dapat melihat dengan jelas bahwa tekanan dari penelitian komunikasi telah
menuju individu atau mikro, tingkat dan arah dari fokus penonton dan efek pada penonton itu.
bila konten telah dipelajari itu biasanya berada untuk membuat kesimpulan tentang efek
potensial dari orang-orang, organisasi, dan masyarakat yang memproduksinya.
sebelum membahas alasan untuk ketidakseimbangan ini, kami menggunakan dua contoh terakhir
untuk membuat titik kita dengan cara lain. sebagian besar mahasiswa telah memiliki banyak
pengalaman dalam belajar dari buku teks yang menyampaikan kebijaksanaan umum lapangan
dengan merangkum segudang studi. buku tersebut harus sesuai dengan apa yang profesor yang
mengajar di lapangan mempertimbangkan norma pendekatan dominan paradigma. kita bisa,
karena itu mendapatkan membaca cepat pada bagaimana lapangan telah dikembangkan dengan
berkonsultasi buku teks populer, dua dalam teori komunikasi yang dapat dianggap khas Massa
Teori Komunikasi dan Penelitian dan massa Proses media dan efek
kedua teks dimulai dengan bab tentang sifat teori dan penelitian secara umum dan kemudian
mengabdikan sebagian besar ruang yang tersisa untuk penonton dan efek penelitian. tan
mengabdikan bagian untuk komunikasi dan persuasi efek, penonton dan perlu sosialisasi, dan
media dan perubahan sosial (yang terakhir ini mendekati tingkat macroanalysis). hanya 6 persen
dari komunikator sampul buku dan lingkungannya. jeffres, sebagai nama bukunya menunjukkan,
mencurahkan singa berbagi ruang untuk penelitian efek bab masing-masing pada efek sosial,
politik, ekonomi, dan budaya. satu bab mencakup penonton, dan konten lain, tapi jauh dari yang
terakhir ini mengabdikan persepsi penonton konten media. sekitar 15 persen dari buku terdiri
dari informasi tentang industri media, orang, dan organisasi.
WHY THE TRADITIONAL FOCUS?
Fokus teori komunikasi yang berlaku secara tradisional adalah ditujukan untuk siapa dan
apa dampaknya.
Konteks Ilmu Sosial
Jurnalisme dan ilmu sosial adalah kumpulan sistem informasi. Keduanya tak akan bisa
dipahami secara terpisah dari dari budaya yang menciptakan dan mendukungnya. Jurnalisme dan
ilmu sosial memiliki rutinitas seperti kebiasaan yang teratur dan prosedur.
Paradigma juga turut memengaruhi hal ini, karena paradigma merupakan cara
menggambarkan realita berdasarkan asumsi luas mengenai bagaimana untuk mengumpulkan dan
menafsirkan informasi. Paradigma berdasarkan kepercayaan dan harapan saat ini, dan hasilnya ,
kita cenderung menggunakannya sebagai pembenaran. Kita kehilangan penglihatan akan fakta
bahwa kepercayaan dan harapan – dan oleh karenanya paradigma tidak hanya mengubah waktu
tapi juga lingkungan budaya.
Fokus pada Individual
Menjunjung tinggi individualisme ifpada kelompok merupakan norma sosial dan sudah
menjadi kebiasaan di Amerika. Terlalu bergantung pada orang lain sangat tidak disarankankan di
Amerika, karena orang yang bergantung dianggap lemah, dan secara psikologi tidak
berkembang. Orang yang berdiri sendiri lebih dihargai daripada anggota sebuah organisasi.
Bahkan, keseragaman memiliki kencederungan negatif di sini. Hal itu juga berlaku sama pada
sistem politiknya, liberalisme. Tidak begitu jauh dengan politik, kebiasaan liberalisme juga
terlihat jelas pada ekonominya. Sebagai salah satu contoh, banyak perusahaan mobil yang sedang
berusaha menananmkan nilai “freedom of transportation” dengan menekan lebih banyak jalur
lalu lintas, yang itu berarti permintaan mobil semakin tinggi.
Individualisme sebagai Metodologi
Teknik yang digunakan untuk menganalisi data di Amerika, sering berdasarkan survei
dari responden secara individual. Mereka mengamati dengan sejumlah kecil orang yang
mewakili dari jumlah keseluruhan di suatu lingkungan, jadi hasil dari pengamatan tersebut
adalah kesimpulannya. Tapi di sisi lain, C. Wright Mills berpendapat bahwa kita tidak bisa
memahami struktur sosial yang lebih luas hanya berdasarkan data individu.
Individualisme sebagai Teori
Teori metodologi telah mendorong perkembangan teori ini sendiri yang menjadi lebih
rumit. Hal itu disebabkan perilaku individu yang pada umumnya memiliki banyak sebab.
Konsep androgini, pertanda adanya sifat laki-laki dan perempuan pada kepribadian
individu, dan hal tersebut diasumsikan untuk menentukan standard kesehatan psikologi. Edward
Sampson (1977, p. 772) mengatakan budaya ketergantungan tidak akan mendorong kemampuan
diri tapi justru akan memisahkan dengan orang lain di sekitarnya. Budaya ketergantungan akan
lebih bernilai pada seseorang yang mengetahui batas penerapannya, khususnya untuk meraih
tujuan dalam hidupnya sebagai manusia.
Pada bidang studi terkemuka lainnya, konsistensi kognitif, individu dikatakan untuk
berjuang agar menjaga pikiran dan perilaku mereka tetap konsisten, dan ketidakmampuan untuk
menerapkan hasilnya pada ketegangan yang membuat tidak nyaman, atau disonansi (Festinger,
1957). Tidak menutup kemungkinan, menjalani tujuan yang tidak diinginkan dapat menimbulkan
disonansi, yang bisa dikurangi dengan mengubah persepsi seseorang akan tujuan tersebut
(Aronson & Mills, 1959).
Suatu penelitian, ada penemuan di mana banyak orang merespon lebih agresif saat
mereka sedang frustasi, khususnya jika frustasi tersebut dilihat sebagai kesewenangan (Pastore,
1952; Berkowitz, 1962).
Albert Pepitone (1976) mengatakan bahwa orang yang memiliki sasaran akan disonan,
kemungkinan akan memperlihatkan norma budaya berbagi (dalam etika Protestan, pencarian
tujuan yang berharga menuntut kerja keras dan pengorbanan) atau sifat agresif tersebut dianggap
sebagai respon terhadap suatu pelanggaran, etika pelanggaran dari suatu norma budaya.Budaya
yang berfokus pada individualisme mewarnai cara penelitian yang dilakukan pada budaya
tersebut, dan kita harus berhati-hati akan keberagaman tersebut guna mencegah kekeliruan yang
biasa terjadi. Kita harus memahami bahwa karena kita bisa dan mampu menilai perilaku
individu, maka kita tidak bisa menyimpulkan bahwa faktor individu merupakan satu-satunya
penyebab dari suatu perilaku.
Fokus pada Audiens dan Dampak
Seperti yang telah kita ketahui, fokus dominan secara tradisional lebih terletak pada
proses dan dampak dari konten komunikasi yang digunakan oleh audiens, daripada organisasi,
institusi dan akar budaya dari konten tersebut.
Kekeliruan Ilmu Sosial
Penelitian komunikasi massa berbagi dengan penelitian ilmu sosial lainnya mengenai
luasnya atau jangkauan yang mana telah gagal untuk menguji secara kritis sistem yang
dikembangkan. Inti pada konteks ini adalah, orang-orang lebih cenderung untuk mengukur atau
menilai, menganalisis, dan mengevaluasi proses dari sistem yang digunakan saat ini, daripada
menyelidiki kemungkinan alternatif lain, baik pada bidang politik maupun ekonomi.
Awal Perlindungan Institusi
Kemunculan kerjasama gabungan akademik membuat peneliti akademisi terlalu
bergantung pada pembiayaan dalam jumlah besar. Ketergantungan pada keuangan datang dari
luar institusi itu, Lynd berpendapat untuk mendorong para peneliti dalam dukungan sementara
akan sistem penentuan sebuah masalah. Masalah tersebut, dengan kata lain, perhatian utama
akan organisasi media besar berfokus pada apa yang telah dilakukan audiens terhadap produk
media tersebut.
Pemerintah juga menginginkan informasi mengenai dampak media. Mereka
menggunakan media untuk melancarkan strategi politik dan tujuannua. Contohnya pada saat
mendoktrin tentara Amerika pentingnya ikut berperang pada zaman Perang Dunia II.
Kaitannya dengan Masa Kini
Banyak institusi media yang melanjutkan untuk menyediakan tunjangan bagi para pelajar
untuk mengadakan penelitian, dan banyak ahli media menyediakan pertukaran antarsekolah dan
universitas.
Namun tidak sedikit siswa yang tidak mempermasalahkan akan keadaan bahwa penelitian
yang tidak mendapat tunjangan tidak boleh diusulkan untuk mengajukan bantuan, sehingga
mereka membiayai sendiri. Mereka menunjukkan bahwa bekerja pada penerapan masalah bisa
menghasilkan hasil yang menakjubkan dari nilai teori umum. Sikap tersebut bertumpu pada
sudut pandang positivist, yaitu oleh ilmuwan tentang perilaku, yang berpendapat bahwa teori
perilaku bisa dikembangkan mirip seperti kekuatan pada ilmu fisika. Maksudnya adalah ketika
seseorang mengetahui semua karakteristik yang berhubungan dengan aksi suatu benda, maka ia
akan mampu memprediksi bagaimana benda tersebut akan beraksi setiap waktu. Berkaitan
dengan hal itu, beberapa ilmuwan sosial menyarankan, dengan waktu yang cukup, perilaku
manusia dengan cara yang sama bisa diprediksi.
Ana Marissa Farhani
01312143504
Judul Buku : “Media Ethics – Issues and Cases”
Judul Chapter : “Influences on content from Individual Media Workers”
Pengaruh Pada Isi dari Pekerja Media Individu
Halaman : 53- 84
Pengarang : Philip Patterson dan Lee Wilkins
Penerbit : MC Graw Hill Higher Education
Tahun Terbit : 2008
Banyak orang tidak suka dengan media massa. Konservatif menuduh media berkonsentrasi pada
kenegatif berita yang mengekspresikan bias liberal. film dan televisi menayangkan terlalu
banyak seks / kekerasan dan alur cerita yang tidak cukup signifikan. Dan banyak orang
menyalahkan konten media , tepat di tangan pekerja komunikasi seperti jurnalisme, pembuat
film, fotografer, iklan dan praktisi masyarakat.
Kita membahas pengaruh potensial pada konten media massa dari faktor-faktor yang intrinsik
pada pekerja komunikasi: pertama kita melihat karakteristik komunikator dan pada latar
belakang pribadi dan profesional untuk melihat “bagaimana”, misalnya, pendidikan wartawan
dapat mempengaruhi kisah mereka. kedua, kami mempertimbangkan pengaruh dari sikap pribadi
komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan - bahwa komunikator memegang sebagai akibat dari
latar belakang atau pengalaman pribadi, misalnya, sikap politik atau keyakinan agama. ketiga,
kami menyelidiki orientasi proffesional dan konsepsi peran komunikator memegang setidaknya
sebagian sebagai fungsi untuk pekerjaan mereka, misalnya, apakah jurnalis menganggap dirinya
sebagai pemancar netral acara atau peserta aktif dalam mengembangkan cerita.
pada akhir abad kesembilan belas, bagaimanapun, wartawan Amerika memiliki lebih banyak
kesamaan dengan elit korporasi dibandingkan dengan kelas pekerja. ketika hart (1976)
mempelajari latar belakang dari 137 editor surat kabar antara 1875 dan 1900, ia menemukan
bahwa mereka tidak memiliki banyak kesamaan dengan imigran miskin atau bahkan dengan
kebanyakan orang Amerika. Mulai dari magang di percetakan dan bekerja dengan cara mereka
hingga menjadi pemilik surat kabar. editor abad kesembilan belas muda lebih mungkin berasal
dari keluarga elit di mana ayah berhasil dalam bisnis. editor muda umumnya memulai karier
jurnalisme sebagai reporter dan kurang mungkin dibandingkan pendahulu mereka untuk membeli
saham mayoritas di surat kabar mereka bekerja.
Evolusi Karir Komunikasi
jurnalisme selalu menjadi relatif karir untuk mendapatkan into- tidak ada lisensi atau tes yang
diperlukan, Anda bahkan tidak perlu gelar sarjana dalam jurnalisme. karena kebanyakan orang
berpikir bahwa mereka bisa menulis (apakah mereka bisa atau tidak), mereka sering berpikir
bahwa mereka akan menjadit wartawan yang baik.
kemudaan dikaitkan dengan kegembiraan, dan perasaan senang, dan penemuan membuat
wartawan yang baik. kadang-kadang wartawan hanya bosan dan dibakar oleh sifat yang berulang
dari pekerjaan (bukan cerita pemilu lain tentang pasangan yang mendukung kandidat!) atau
dengan sinisme yang sering menyertai peran wartawan. Beberapa wartawan meninggalkan
pekerjaan pengumpulan berita mereka untuk bekerja sebagai penulis dan produser televisi.
Pendidikan Komunikator
Aspek lain dari komunikator latar belakang adalah jumlah dan jenis pendidikan yang mereka
miliki. departemen komunikasi telah berkembang di perguruan tinggi di bawah sejumlah nama-
jurnalisme yang berbeda, komunikasi massa, film televisi radio, pidato, iklan, seni komunikasi,
dan ilmu komunikasi. hari ini mayoritas profesional media memiliki gelar komunikasi,
sedangkan sebelumnya mereka datang terutama dari Inggris, menulis kreatif, ilmu politik, studi
Amerika, atau disiplin ilmu lainnya. menulis bahwa wartawan yang baik harus "tahu lebih sedikit
tentang banyak hal, mulai dari matematika untuk kebijakan luar negeri, dari politik pengadilan
sejarah seni. mereka harus peduli tentang banyak hal. departemen komunikasi massa yang paling
diselenggarakan menurut media, di editorial berita, majalah, siaran, foto jurnalistik, public
relations, atau iklan . mahasiswa mengambil sedikit kursus yang sama, berkonsentrasi pada
perolehan pengetahuan khusus dari urutan mereka.
Hari ini, sebagian besar profesional media memiliki gelar komunikasi, sedangkan sebelumnya
mereka datang terutama dari Inggris, menulis kreatif, ilmu politik, studi Amerika, atau disiplin
ilmu lainnya (Weaver dan wilhoit, 1986). Tidak semua orang-orang media menghargai
pendidikan jurnalistik, bagaimanapun, CBS penulis / editor Charles Kuraltmengatakan bahwa ia
lebih suka menyewa studi pascasarjana Amerika dari seseorang dari sekolah jurnalisme.
Perubahan dari lulusan komunikasi dalam manajemen selama beberapa dekade dapat
menjelaskan peningkatan komunikasi karyawan pascasarjana.Dalam penilaiannya dari
"contoh sekolah jurnalistik" Footlick (1988) menulis bahwa jurnalis handal harus
tahu lebih tentang banyak hal, mulai dari matematika untuk kebijakan luar negeri, dari politik
pengadilan sejarah seni. Mereka harus peduli tentang banyak hal. Mereka harus mampu belajar
dengan cepat . Mereka harus menulis dengan baik, dan menghargai kemampuan itu. Untuk
sebagian besar profesional, sekolah jurnalisme teladan adalah orang-orang yang memberikan
siswa kesempatan terbaik untuk mulai menguasai sifat-sifat yang mendasar.
Efek dari Latar Belakang Profesional Media pada Konten MediaMasih ada kecenderungan untuk
latar belakang untuk mempengaruhi bagaimana kita melihat dunia. Keluarga kami, sekolah kami,
dan semua pengalaman hidup kita membentuk prioritas kita, harapan, dan impian. Ini tidak
berbeda proses untuk para profesional komunikasi daripada bagi pekerja konstruksi, dokter, atau
pekerja sosial.tetapi seberapa kuat adalah pengaruh seperti itu? Weaver dan wilhoit mengatakan
bahwa efekdari wartawan demografi pada nilai-nilai berita dan konten mungkin kecil, mengingat
pentingnya rutinitas organisasi dan kendala (1986, hal.25). Oleh karena itu, ada
kemungkinanbahwa peningkatan jumlah perempuan dan minoritas dalam media massa tidak
akan menimbulkan perubahan yang signifikan dalam konten media, pendidikan, sosialisasi, dan
kendala organisasi dapat meniadakan perbedaan yang paling individual antara komunikator. Ini
adalah pertanyaan empiral, bagaimanapun, dan dapat diatasi dengan penelitian. Seperti dalam
semua karir, populasi profesional komunikasi dipilih sendiri-Anda "relawan" untuk
menjadi seorang jurnalis; Anda tidak disusun-dan orang-orang yang memilih karir yang sama
cenderung memiliki karakteristik yang sama. Hess (981, p.124) mengatakan bahwa ada
"tipe kepribadian" dalam jurnalisme tentang wartawan kepribadian "mungkin
bidang yang paling menjanjikan dari studi untuk menjelaskan mengapa berita seperti itu."
Dia mengatakan bahwa wartawan seperti abstraksi kegembiraan dan tidak suka. Cinta mereka
untuk kegembiraan membuat mereka lebih memilih menutupi Senat daripada rumah Perwakilan
danpolitik ketimbang manajemen.
SIKAP PRIBADI, NILAI, DAN KEPERCAYAAN
Tuduhan bahwa komunikator massa secara politik liberal, Antiagama, dan tidak seperti
"kebanyakan orang Amerika" telah umum dalam beberapa tahun terakhir.
Kepedulian dengankomunikator massa sikap dan nilai-nilai yang didasarkan pada asumsi bahwa
sikap seorang jurnalis mempengaruhi cerita nya.
NILAI PRIBADI DAN KEPERCAYAAN
Wartawan AS (dan banyak orang Amerika lainnya) umumnya memegang apa yang disebut
"ibu" nilai-mereka mendukung keluarga, cinta, persahabatan, dan kemakmuran
ekonomi; mereka menentang kebencian, prasangka, dan perang (Gans, 1979, hal. 42). Selain
nilai-nilai dasar ini berurusan dengan kebaikan manusia (atau kurangnya itu), wartawan juga
memegangnilai-nilai yang lebih khas dari gerakan progresif Amerika dari awal abad twentleth
(Gans, 1979). Demokrasi altruistik adalah label Gans digunakan untuk menunjukkan sebagian
besar wartawan keyakinan bahwa berita harus "mengikuti kursus berdasarkan kepentingan
publik dan pelayanan publik" (1979, hal.43). Nilai ini menggarisbawahi cerita tentang
politisi korup dan lain-lain yang menyimpang dari suatu ideal demokrasi tak tertulis, limbah
pemerintah, dan kegagalanKapitalisme yang bertanggung jawab adalah apa yang kebanyakan
wartawan mengharapkan orang bisnis persaingan praktek-wajar tanpa keuntungan terlalu tinggi
atau eksplorasi pekerja, dan menghormati usaha kecil dan-familiy yang dimiliki.Kota kecil
pastoralism adalah ideal jurnalistik, yang mewakili daerah pedesaan dan kota-kota kecil sebagai
pusat kebajikan, keahlian, dan hubungan sosial. Cerita tentang daerah perkotaanmenekankan
kejahatan, riuh kecepatan, kerusuhan rasial, masalah ekonomi, dan ancaman terhadap
lingkungan.Individualisme dihargai oleh wartawan, yang mengisi cerita fitur dengan
"individualis kasar" - orang yang bekerja untuk kebaikan masyarakat, tetapi dengan
cara mereka sendiri. Individu adalah pahlawan yang menang meskipun menaklukkan rintangan.
Nilai ini juga berlaku untuk cerita tentang teknologi dan organisasi besar yang merampok orang
individualisme mereka.
Moderatism bertindak sebagai memeriksa individualisme yang berlebihan -pahlawan tidak harus
melanggar hukum atau norma-norma yang ada. Fanatisme apapun diperlakukan
sebagaitersangka, seperti konsumsi dan ideologi politik yang sungguh-sungguh.Tatanan sosial
dinilai tinggi oleh wartawan, memimpin mereka untuk memasukkan banyak cerita tentang
kerusuhan dan ancaman terhadap pembentukan. Dengan menunjukkan contoh di mana orang
bertindak bertentangan dengan nilai-nilai sosial yang didirikan, wartawan membantu
menentukan apa yang perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima.Kepemimpinan juga
dihargai oleh wartawan, karena kepemimpinan yang diperlukan untuk penanganan sosial.
SIKAP POLITIK PRIBADI
Kebijaksanaan populer pada awal 1980-an menyatakan bahwa wartawan terutama liberal. Apa
yang ada di balik orientasi politik mereka? Kita telah membahas fakta bahwa wartawan
cenderung lebih berpendidikan daripada rata-rata Amerika- yang berbeda yang telah dikaitkan
dengan tuduhan bahwa wartawan lebih politis daripada kebanyakan orang Amerika liberal
(Organ, 1985). Pendidikan tinggi tidak selalu terikat dengan liberalisme. Sedangkan mahasiswa
tahun 1960-an dan awal 1970-an telah menunjukkan kecenderungan untuk menjadi lebih
konservatif.Apakah benar atau tidak, banyak orang bertahan dalam persepsi mereka tentang
wartawan yang secara politik lebih liberal daripada populasi umum, dan jurnalis tidak kebal
terhadap hal ini: dalam studinya tentang "elit" persatuan pers Washington, Hess
(1981) menemukan bahwa, meskipun wartawan washington juga melihat berita yang memiliki
bias liberal, mereka menilai diri mereka lebih konservatif dibandingkan gambar ini (hal.115).
Hess menyebutkan bahwa wartawan elit washington lebih apolitis dari tekan kritikus.
ORIENTASI KEPERCAYAAN PERSONAL
Terkait erat dengan argumen tentang orientasi politik wartawan adalah sejauh mana
wartawanatau menentang Kristen, Yahudi, atau agama lainnya. Olasky (1988) mengatakan
bahwa, meskipun wartawan itu kristen sampai pertengahan 1800-an, wartawan modern telah
"dipengaruhi humanisme anti-kristen dan panteisme.Lichter, Rothman, dan Lichter (1986)
belajar jurnalisme di sepuluh "elit" organisasi media nasional, menemukan bahwa 20
persen Protestan, sekitar 13 persen adalah Katolik, dan 14 persen Yahudi. Sekitar setengah dari
wartawan elit mengatakan bahwa mereka tidak memilikiafiliasi keagamaan, dan 86 persen
wartawan elit melaporkan bahwa mereka "jarang atau tidakpernah menghadiri acara
keagamaan".ini wartawan elit berubah menjadi jauh lebih sekuler daripada wartawan
secara keseluruhan.
PENGARUH SIKAP PRIBADI, NILAI, DAN KEPERCAYAAN PADA KONTEN
Salah satu dari pertnyaan paling kontroversial yang dihadapi orang-orang yang mempelajari isi
media massa adalah sejauh mana sikap komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan mempengaruhi
konten ..Dari uji empiris sejauh mana sikap pribadi komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan
mempengaruhi pekerjaan mereka memberikan hasil yang bertentangan:Shoemaker (1984)
menunjukkan bahwa sikap umum tentang minat khusus dan kelompok politik lainnya dapat
mempengaruhi bagaimana kelompok ditutupi oleh media berita. Ia berkorelasi data dari analisis
isi tentang bagaimana pengesahan new york times yang dituutupisebelas kelompok politik
dengan survei dari sikap wartawan AS terhadap kelompok.
PERAN DAN ETIKA PROFESIONAL
kita memperlakukan orientasi kerja terkait secara terpisah dari sikap komunikator pribadi, nilai-
nilai, dan keyakinan, yang terutama dibentuk oleh kekuatan-kekuatan luar off komunikasi masa,
seperti karakteristik pribadi mereka, latar belakang, dan pengalaman.
sebagai wartawan muda membaca koran atau menonton stasiun televisi mereka siaran berita,
mereka belajar banyak tentang norma masyarakat dan bagaimana wartawan menutupi
kontroversi. adalah kandidat yang demokratis dan republik diperlakukan dengan cara yang sama?
nwhat tentang calon partai libertarian atau sosialis? mereka juga belajar dari proces editing, yang
memberikan wartawan baru umpan balik langsung tentang apa yang diterima dalam cerita.
berkembang biak menambahkan bahwa komunikasi langsung dari kebijakan dari editor atau
penerbit manajer jarang. karyawan baru belajar dengan osmosis hal.182 seperti dengan
mendengarkan atasan mereka membahas pross dan kontra dari berbagai berita.
PERAN PROFESIONAL
adalah jurnalisme profesi? jawabannya tergantung pada yang menetapkan kriteria yang Anda
gunakan, salah mendefinisikan profesi sebagai memiliki karakteristik sebagai berikut (Lambeth,
1986 p.82)
1. itu adalah waktu pekerjaan penuh. ini memang benar dari sebagian besar wartawan.
2. praktisi yang sangat cominitted dengan tujuan dari profession.journalists mungkin tidak
cominitted jurnalisme sebagai dokter harus obat
3.entrance ke dan kelanjutan dalam profesi diatur oleh organisasi formal yang telah ditetapkan
standards.there profesional ada otoritas perizinan bagi wartawan, dan meskipun kode ethies dan
standart profesional yang direkomendasikan oleh banyak organisasi jurnalistik.
4.praktisi yang mengaku profesi berikut pendidikan formal resep dan akuisisi badan khusus
knowladge. meskipun sebagian besar wartawan saat ini memiliki pelatihan kolase jurnalistik,
tidak ada gelar jurnalisme atau gelar lain dalam hal ini diperlukan.
5. harus melayani masyarakat. meskipun kritikus menyatakan bahwa aspek bisnis media massa
gerhana peran layanan mereka.
6. anggotanya harus memiliki otonomi tingkat tinggi. walaupun beberapa wartawan memiliki
otonomi lebih dari yang lain, wartawan sebagai kelompok tunduk pada berbagai kendala
organisasi yang mendikte apa yang mereka lakukan dan ketika mereka lakukan.
Kriteria jurnalis profesionla yang cocok dengan sangat baik. meskipun sebagian besar pekerjaan
jurnalisme penuh waktu, setidaknya untuk sementara berkomitmen untuk pekerjaan mereka, dan
melakukan pelayanan bahwa masyarakat bantuan, tidak ada mekanisme untuk menegakkan
standar profesional atau presscribing sekolah formal dan akuisisi tubuh.
tapi perasaan di wartawan tentang profesionalisme mereka mempengaruhi cerita yang mereka
menulis dan mengedit? penenun dan wilhoit menyimpulkan bahwa organisasi media
mengerahkan banyak kontrol birokrasi atas produksi contens media, dan kontrol ini membatasi
pengaruh Journalis individu orientasi profesional.
wartawan netral melihat pekerjaan mereka sebagai mendapatkan informasi kepada masyarakat
dengan cepat, menghindari cerita dengan konten belum diverifikasi, concontrating pada audiance
terluas, dan entertzining audiance tersebut.
penenun dan wilhoit demikian mengidentifikasi tiga konsepsi peran jurnalistik (1986,112-117)
1. fungsi interpretatif
2. fungsi penyebaran
3 fungsi lawan
PERAN ETIKA
keyakinan wartawan tentang apa yang etis dapat mengerahkan lebih berpengaruh terhadap
konten media walaupun jurnalisme secara keseluruhan tidak memiliki kode etik enforseable. ini
memiliki standart diterbitkan yang mengatur bagaimana staf mereka harus beroperasi.
beberapa wartawan mengambil pandangan sederhana terhadap etika, menyamakannya dengan
objektivitas (Merril, 1985) yang lain dapat menyamakan perilaku etis dengan pengungkapan
kebenaran, tetapi kebenaran? definisi kebenaran shif dari waktu ke waktu dan antara sumber.
(christian, rotzoll Dan Fackler, 1987)
beberapa wartawan berlindung dalam apa Tuchman 1972 panggilan "objektivitas sebagai ritual
strategis". merancang satu set penguasa yang, setelah mengikuti memungkinkan wartawan untuk
melindungi dirinya. strategi etika dilembagakan seperti langsung mengutip apa yang orang lain
katakan (entah benar atau tidak) dan menyajikan "kedua sisi" dari sebuah argumen akan dibahas
panjang lebar di bab berikutnya. strategi etika dilembagakan seperti langsung mengutip apa yang
orang lain katakan (entah benar atau tidak) dan menyajikan "kedua sisi" dari sebuah argumen
akan dibahas panjang lebar di bab berikutnya.
dalam analisis akhir namun tidak ada kode etik dapat meresepkan perilaku dalam setiap situasi
yang mungkin. interpretasi standar etika dan keputusan spesifik harus dilakukan oleh wartawan
individul.
EFEK DARI PERAN PROFESIONAL DAN ETIKA PADA KONTEN
itu seens jelas bahwa cara wartawan mendefinisikan pekerjaan mereka akan mempengaruhi
konten yang mereka produce.journalist yang melihat diri mereka sebagai penyebar atau netral
harus menulis rekening yang sangat berbeda dari suatu peristiwa daripada mereka yang melihat
diri mereka sebagai juru bahasa atau peserta.
peran penilaian etis lebih mudah untuk menilai. cuaca keputusan untuk menerbitkan photograp
tertentu didasarkan pada kode etik yang diterbitkan atau keputusan pribadi seseorang. keputusan
memiliki efek nyata terhadap isi media. berkembang biak menunjukkan pada tahun 1964 bahwa
standart etika dapat berbenturan dengan nilai-nilai lain, seperti menghargai kesopanan publik
untuk konvensi dan ketertiban.
Lathifah Arifianti
01312143502
Manarita 3b
LATAR BELAKANG PEKERJA KOMUNIKASI
YANG MEMPENGARUHI KONTEN MEDIA2
Judul Buku : MEDIATING THE MESSAGE. Theories of Influences on Mass Media Content
Judul Chapter : Influences on Content from Individual Media Workers
Halaman : 53-84
Pengarang : Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese
Penerbit : Longman Publishers USA
Tahun Terbit : 1991
Banyak masyarakat tidak puas dengan konten media massa karena menayangkan hal-hal yang
dirasa negative. Masyarakat pun menyalahkan orang-orang dibalik konten media tersebut. Yang
juga, faktor intrinsik dari orang-orang dibalik media (pekerja komunikasi/ komunikator)
berpengaruh terhadap konten media massa yang ditayangkan. Faktor intrinsic tersebut antara
lain:
 Karakteristik, pengalaman, dan latar belakang pribadi
 Proffesional background dan pengalaman bekerja
 Perilaku etika komunikator
 Kemampuan berorganisasi
 Ideologi/ keyakinan dan pengalaman pribadi komunikator
 Konsep peran komunikator pada pribadi mereka; apakah mereka menganggap diri
mereka menjadi penyampai peristiwa atau berperan aktif dalam mengembangkan cerita
Orang-orang yang bagaimanakah yang bisa menjadi pekerja komunikasi?
2
Dibuat sebagai Tugas Akhir untuk UAS Mata Kuliah Formatologi Berita pada Prodi Manajemen Berita, Jurusan
Radio-TV, Sekolah Tinggi Multi Media Yogyakarta Tahun 2014 dengan Dosen Pengampu Darmanto.
Karakteristik dan latar belakang komunikator tidak hanya membentuk sikap pribadi
komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan, tetapi juga mengarahkan mereka pada pengalaman,
sehingga membentuk mereka menjadi komunikator yang professional dan memiliki etika.
Karakteristik komunikator meliputi jenis kelamin, etnis, dan orientasi seksual. Sedangkan
latar belakang komunikator meliputi pengalaman, pendidikan agama, dan status social
ekonomi keluarga mereka.
Latar belakang cenderung mempengaruhi bagaimana mereka melihat dunia. Selanjutnya,
mempengaruhi mereka untuk memilih konten apa yang akan disajikan, dan bagaimana
menyajikannya. Contoh, pekerja komunikasi wanita kemungkinan/ bisa jadi lebih
menekankan efek gender.
Pengaruh sikap pribadi, nilai-nilai, dan keyakinan tentang konten media massa dirasa
memiliki efek tidak langsung pada konten media massa. Namun, ketika komunikator
memiliki kekuatan lebih atas pesan mereka, dapat menumbuhkan efek pada konten media
yang dihasilkan. Sedangkan, peran profesional dan etika memiliki efek langsung pada
konten media massa.
Peran professional pekerja komunikasi dilihat dari bagaimana mereka menempatkan diri
mereka sebagai pekerja komunikasi. Pekerja komunikasi harus memahami posisinya sebagai
pelayan masyarakat. Hal ini mempengaruhi konten media yang mereka hasilkan. Pekerja
komunikasi yang menempatkan dirinya pada posisi netral akan menghasilkan konten yang
berbeda dari mereka yang berpihak pada satu sisi/ sebagai peserta.
Pada suatu waktu, pekerja social akan berada dalam kebimbangan dalam menayangkan
konten media yang dihasilkan. Mereka akan dihadapkan pada pilihan menayangkan konten
sesuai kebenaran meski melanggar etika, atau mengikuti aturan etika yang terkadang bisa
menjadikan kebenarannya menjadi bias. Masing-masing pilihan tentunya akan
menghasilkan konten media yang berbeda.
Yang juga perlu dipahami oleh para pekerja komunikasi adalah harus memperhatikan:
1. Tanggung jawab
Bertanggungjawab memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui peristiwa yang
menyangkut kepentingan publik
2. Kebebasan pers
Kebebasan pers harus dijaga sebagai hak asasi manusia dalam bermasyarakat.
Disertai dengan kebebasan dan tanggung jawab untuk menggali dan membahas serta
menyampaikan kebenaran.
3. Etika
4. Akurasi dan objektivitas
- Mencakup kebenaran dan objektivitas dalam melaporkan berita; yang
menunjukkan akan peran professional yang berpengalaman.
- Visual yang diberikan harus sesuai dengan audio yang disampaikan, serta sesuai
dengan kebenaran.
- Laporan berita harus berdasarkan fakta, bebas dari opini
- Berada pada posisi netral
5. Fairplay
Menghormati martabat, privasi, hak, dan kesejahteraan narasumber dalam
mengumpulkan data dan menyajikan berita
6. Saling percaya
NUR ZAAKIYAH MUSTAJAB
MANARITA 3B/ 01312143482
Judul Buku : Mediating the Message: Theories of Influence of Mass Media Content
Judul Chapter : Beyond Processes and Effects
Halaman : 9-20
Pengarang : Pamela Shoemaker & Stephen Reese
Penerbit : Longman Publishing Group
Tahun Terbit : 2008
FOKUS PENELITIAN PADA KOMUNIKASI
Level analisis dalam penelitian komunikasi dapat dimulai dari pembentukan kesatuan micro ke
macro atau dari yang terkecil ke yang lebih besar. Sebuah studi microlevel menguji komunikasi
sebagai sebuah aktivitas dan mempengaruhi setiap orang. Selain untuk kontrol satu sama lain,
komunikasi juga berperan sebagai jaringan social, organisasi, dan kebudayaan. Kejadian yg
terjadi di level rendah bahkan untuk lingkup yang besar di tentukan dari apa yang terjadi di level
atasnya.
Apa yang dipelajari?
Salah satu kutipan tentang proses komunikasi yang cukup populer adalah dari Harold Lasswell
(1948):
Apa, berbicara apa, melewati channel apa, untuk siapa dan menimbulkan efek apa.
Komunikasi masa telah menguji element diatas. Tapi dari semua itu intinya adalah, audience dan
efek.
Studi utama pada komunikasi
Dalam isi media. Lowery dan DeFleur mengidentifikasi hanya ada tiga hal yang menonjol dari
isi media. Yang paling terkenal, Frederic Wertham’s The Seduction of the Innocent (1954) yang
menyebabkan keributan besar di public dengan sesuatu yang berhubungan dengan sexual dan
kekerasan dalam sebuah komik yang dapat membawa efek negative bagi pembaca.
Kebanyakan dari studi “Milestone” jatuh kepada “untuk siapa”. Yang pertama, The Payn Fund
Studies of 1993. Tujuan dari pembelajaran ini termasuk ukuran isi film, sasaran audience, dengan
objek utama bagaimana sebuah film mempengaruhi anak anak. Penulis menyimpulkan bahwa
sejumlah faktor individu dan situasional memediasi efek film.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh tentara Amerika dengan psikologis Carl Hovland selama
perang dunia ke II, komunikasi secara sistematis mengadung bermacam macam isi yang bersifat
persuasive.
studi akhir dalam matriks (McCombs & Shaw, 1972) kami memeriksa pengaturan agenda media.
para peneliti menemukan bahwa Chapel Hill, North Carolina, warga dianggap isu yang penting
sejauh bahwa media menekankan isu-isu tersebut, dengan kata lain, media ditemukan memiliki
dampak kognitif yang berpotensi persuasif dengan menekankan agenda isu yang memberitahu
orang apa yang tidak berpikir, tapi apa yang harus dipikirkan. meskipun individu secara spesifik
diwawancarai untuk penelitian ini, tanggapan mereka digabungkan; isu-isu penting peringkat
oleh masyarakat Chapel Hill sesuai dengan yang ditekankan oleh media yang tersedia bagi
mereka.
dengan memetakan studi ini, yang diidentifikasi oleh para ahli komunikasi sebagai sesuatu yang
ditekankan, kita dapat melihat dengan jelas bahwa tekanan dari penelitian komunikasi telah
menuju individu atau mikro, tingkat dan arah dari fokus penonton dan efek pada penonton itu.
bila konten telah dipelajari itu biasanya berada untuk membuat kesimpulan tentang efek
potensial dari orang-orang, organisasi, dan masyarakat yang memproduksinya.
sebelum membahas alasan untuk ketidakseimbangan ini, kami menggunakan dua contoh terakhir
untuk membuat titik kita dengan cara lain. sebagian besar mahasiswa telah memiliki banyak
pengalaman dalam belajar dari buku teks yang menyampaikan kebijaksanaan umum lapangan
dengan merangkum segudang studi. buku tersebut harus sesuai dengan apa yang profesor yang
mengajar di lapangan mempertimbangkan norma pendekatan dominan paradigma. kita bisa,
karena itu mendapatkan membaca cepat pada bagaimana lapangan telah dikembangkan dengan
berkonsultasi buku teks populer, dua dalam teori komunikasi yang dapat dianggap khas Massa
Teori Komunikasi dan Penelitian dan massa Proses media dan efek
kedua teks dimulai dengan bab tentang sifat teori dan penelitian secara umum dan kemudian
mengabdikan sebagian besar ruang yang tersisa untuk penonton dan efek penelitian. tan
mengabdikan bagian untuk komunikasi dan persuasi efek, penonton dan perlu sosialisasi, dan
media dan perubahan sosial (yang terakhir ini mendekati tingkat macroanalysis). hanya 6 persen
dari komunikator sampul buku dan lingkungannya. jeffres, sebagai nama bukunya menunjukkan,
mencurahkan singa berbagi ruang untuk penelitian efek bab masing-masing pada efek sosial,
politik, ekonomi, dan budaya. satu bab mencakup penonton, dan konten lain, tapi jauh dari yang
terakhir ini mengabdikan persepsi penonton konten media. sekitar 15 persen dari buku terdiri
dari informasi tentang industri media, orang, dan organisasi.
WHY THE TRADITIONAL FOCUS?
Fokus teori komunikasi yang berlaku secara tradisional adalah ditujukan untuk siapa dan
apa dampaknya.
Konteks Ilmu Sosial
Jurnalisme dan ilmu sosial adalah kumpulan sistem informasi. Keduanya tak akan bisa
dipahami secara terpisah dari dari budaya yang menciptakan dan mendukungnya. Jurnalisme dan
ilmu sosial memiliki rutinitas seperti kebiasaan yang teratur dan prosedur.
Paradigma juga turut memengaruhi hal ini, karena paradigma merupakan cara
menggambarkan realita berdasarkan asumsi luas mengenai bagaimana untuk mengumpulkan dan
menafsirkan informasi. Paradigma berdasarkan kepercayaan dan harapan saat ini, dan hasilnya ,
kita cenderung menggunakannya sebagai pembenaran. Kita kehilangan penglihatan akan fakta
bahwa kepercayaan dan harapan – dan oleh karenanya paradigma tidak hanya mengubah waktu
tapi juga lingkungan budaya.
Fokus pada Individual
Menjunjung tinggi individualisme ifpada kelompok merupakan norma sosial dan sudah
menjadi kebiasaan di Amerika. Terlalu bergantung pada orang lain sangat tidak disarankankan di
Amerika, karena orang yang bergantung dianggap lemah, dan secara psikologi tidak
berkembang. Orang yang berdiri sendiri lebih dihargai daripada anggota sebuah organisasi.
Bahkan, keseragaman memiliki kencederungan negatif di sini. Hal itu juga berlaku sama pada
sistem politiknya, liberalisme. Tidak begitu jauh dengan politik, kebiasaan liberalisme juga
terlihat jelas pada ekonominya. Sebagai salah satu contoh, banyak perusahaan mobil yang sedang
berusaha menananmkan nilai “freedom of transportation” dengan menekan lebih banyak jalur
lalu lintas, yang itu berarti permintaan mobil semakin tinggi.
Individualisme sebagai Metodologi
Teknik yang digunakan untuk menganalisi data di Amerika, sering berdasarkan survei
dari responden secara individual. Mereka mengamati dengan sejumlah kecil orang yang
mewakili dari jumlah keseluruhan di suatu lingkungan, jadi hasil dari pengamatan tersebut
adalah kesimpulannya. Tapi di sisi lain, C. Wright Mills berpendapat bahwa kita tidak bisa
memahami struktur sosial yang lebih luas hanya berdasarkan data individu.
Individualisme sebagai Teori
Teori metodologi telah mendorong perkembangan teori ini sendiri yang menjadi lebih
rumit. Hal itu disebabkan perilaku individu yang pada umumnya memiliki banyak sebab.
Konsep androgini, pertanda adanya sifat laki-laki dan perempuan pada kepribadian
individu, dan hal tersebut diasumsikan untuk menentukan standard kesehatan psikologi. Edward
Sampson (1977, p. 772) mengatakan budaya ketergantungan tidak akan mendorong kemampuan
diri tapi justru akan memisahkan dengan orang lain di sekitarnya. Budaya ketergantungan akan
lebih bernilai pada seseorang yang mengetahui batas penerapannya, khususnya untuk meraih
tujuan dalam hidupnya sebagai manusia.
Pada bidang studi terkemuka lainnya, konsistensi kognitif, individu dikatakan untuk
berjuang agar menjaga pikiran dan perilaku mereka tetap konsisten, dan ketidakmampuan untuk
menerapkan hasilnya pada ketegangan yang membuat tidak nyaman, atau disonansi (Festinger,
1957). Tidak menutup kemungkinan, menjalani tujuan yang tidak diinginkan dapat menimbulkan
disonansi, yang bisa dikurangi dengan mengubah persepsi seseorang akan tujuan tersebut
(Aronson & Mills, 1959).
Suatu penelitian, ada penemuan di mana banyak orang merespon lebih agresif saat
mereka sedang frustasi, khususnya jika frustasi tersebut dilihat sebagai kesewenangan (Pastore,
1952; Berkowitz, 1962).
Albert Pepitone (1976) mengatakan bahwa orang yang memiliki sasaran akan disonan,
kemungkinan akan memperlihatkan norma budaya berbagi (dalam etika Protestan, pencarian
tujuan yang berharga menuntut kerja keras dan pengorbanan) atau sifat agresif tersebut dianggap
sebagai respon terhadap suatu pelanggaran, etika pelanggaran dari suatu norma budaya.Budaya
yang berfokus pada individualisme mewarnai cara penelitian yang dilakukan pada budaya
tersebut, dan kita harus berhati-hati akan keberagaman tersebut guna mencegah kekeliruan yang
biasa terjadi. Kita harus memahami bahwa karena kita bisa dan mampu menilai perilaku
individu, maka kita tidak bisa menyimpulkan bahwa faktor individu merupakan satu-satunya
penyebab dari suatu perilaku.
Fokus pada Audiens dan Dampak
Seperti yang telah kita ketahui, fokus dominan secara tradisional lebih terletak pada
proses dan dampak dari konten komunikasi yang digunakan oleh audiens, daripada organisasi,
institusi dan akar budaya dari konten tersebut.
Kekeliruan Ilmu Sosial
Penelitian komunikasi massa berbagi dengan penelitian ilmu sosial lainnya mengenai
luasnya atau jangkauan yang mana telah gagal untuk menguji secara kritis sistem yang
dikembangkan. Inti pada konteks ini adalah, orang-orang lebih cenderung untuk mengukur atau
menilai, menganalisis, dan mengevaluasi proses dari sistem yang digunakan saat ini, daripada
menyelidiki kemungkinan alternatif lain, baik pada bidang politik maupun ekonomi.
Awal Perlindungan Institusi
Kemunculan kerjasama gabungan akademik membuat peneliti akademisi terlalu
bergantung pada pembiayaan dalam jumlah besar. Ketergantungan pada keuangan datang dari
luar institusi itu, Lynd berpendapat untuk mendorong para peneliti dalam dukungan sementara
akan sistem penentuan sebuah masalah. Masalah tersebut, dengan kata lain, perhatian utama
akan organisasi media besar berfokus pada apa yang telah dilakukan audiens terhadap produk
media tersebut.
Pemerintah juga menginginkan informasi mengenai dampak media. Mereka
menggunakan media untuk melancarkan strategi politik dan tujuannua. Contohnya pada saat
mendoktrin tentara Amerika pentingnya ikut berperang pada zaman Perang Dunia II.
Kaitannya dengan Masa Kini
Banyak institusi media yang melanjutkan untuk menyediakan tunjangan bagi para pelajar
untuk mengadakan penelitian, dan banyak ahli media menyediakan pertukaran antarsekolah dan
universitas.
Namun tidak sedikit siswa yang tidak mempermasalahkan akan keadaan bahwa penelitian
yang tidak mendapat tunjangan tidak boleh diusulkan untuk mengajukan bantuan, sehingga
mereka membiayai sendiri. Mereka menunjukkan bahwa bekerja pada penerapan masalah bisa
menghasilkan hasil yang menakjubkan dari nilai teori umum. Sikap tersebut bertumpu pada
sudut pandang positivist, yaitu oleh ilmuwan tentang perilaku, yang berpendapat bahwa teori
perilaku bisa dikembangkan mirip seperti kekuatan pada ilmu fisika. Maksudnya adalah ketika
seseorang mengetahui semua karakteristik yang berhubungan dengan aksi suatu benda, maka ia
akan mampu memprediksi bagaimana benda tersebut akan beraksi setiap waktu. Berkaitan
dengan hal itu, beberapa ilmuwan sosial menyarankan, dengan waktu yang cukup, perilaku
manusia dengan cara yang sama bisa diprediksi.
Ari Jatmika
01312143506
FORMATOLOGI BERITA ( PERSOALAN DUNIA PERIKLANAN )
Judul Buku Media Ethics – Issues and Cases
Judul Chapter Advertising Ethics : From Buyer Beware to Empowerment
Etika Periklanan : Pembeli Harus Berhati-Hati Dalam Pemberdayaan
Pengarang Philip Patterson dan Lee Wilkins
Penerbit MC Graw Hill Higher Education
Tahun Terbit 2008
Dunia periklanan dikenal sudah sejak zaman Yunani Kuno dan mempunyai sejarah yang
panjang. Konten akan menjadi soratan terpenting oleh publik untuk menilai iklan. Oleh karena
itu iklan harus berisikan konten yang jelas dan dapat diterima semua pihak. Hal ini untuk
meminimalisir hal buruk dari sebuah iklan,karena beberapa ahli menyebutkan iklan mempunyai
efek kekutan tersendiri.
Ada 2 teori yaitu teori jarum suntik dan peluru ajaib yang menyebutkan perlu adanya
pembatasan atau etika periklanan yang patut ditaati oleh media dan dunia periklanan,karena
etika akan mengarahkan konsumen untuk tidak bersifat heterogen. Karena dampak dari
permasalahan periklanan ini bisa berakibat fatal pada konsumennya. Iklan tidak hanya menjual
produk, tetapi ide yang terkandung di dalam nya. Oleh karena itu iklan dari tahun ke tahun akan
berbeda. Semua memiliki cara berbeda untuk menjual produk dan idenya melalui iklan.
Terkadang pesan yang di sampaikan oleh iklan bersifat ambigu, Persoalan inilah yang akhirnya
melahirkan banyak kontroversi.
Etika iklan bukan tanpa tujuan karena demi pemberdayaan keuntungan yang maksimal lewat
iklan itu sendiri. Dan sifat iklan yakni singkat, visualnya bagus, dan sengaja dibuat ambigu, akan
tetapi, kita perlu mempelajari dampak dari iklan. Contohnya, iklan tembakau di Amerika
Serikat. anak-anak usia dibawah 18 tahun banyak yang terjangkit kanker. Dampak itu
membuktikan dampak iklan tidak baik, sehingga negara tersebut mendapat posisi pertama di
dunia dalam penderita penyakit kanker. Untuk memahami ajakan (iklan) yaitu dengan Media
seperti jarum suntik atau peluru ajaib karena media akan mengirim pesan yang tidak
bertentangan kepada audience terus-menerus dn para peneliti menyebutnya ”Teori Kekuatan
Efek”. teori ini berawal dari kegegeran pada saat Perang Dunia II, seorang yang bernama Orson
Welles menyiarkannya pada 30 Oktober 1938. Siaran itu sukses membuat propaganda terhadap
Perang Dunia. Tetapi di era 1940-an paham terhadap media berubah, bahwa media memiliki
efek yang kosong dan terbatas. Kekuatan media berdasarkan dalam kognitif (pengetahuan) dan
afektif (emosional) alami.
Pembuat iklan diharapkan bisa mengoperasikan dengan mengikuti kerangka berikut ini :
1. Klien dan masyarakat publik membutuhkan informasi yang memberikan mereka “ alasan
baik untuk mengambil sebuah cara dalam suatu tindakan” ( Koehn 1998, 106). Alasannya tidak
boleh mengadili dan mampu membantu masyarakat mendukung tindakan lainnya.
2. Daripada hanya menghina opini yang sudah ahli, iklan terus-menerus membahasnya jadi
orang-orang itu dapat mengembangkan ketika pilihan sudah ada dan pengetahuannya sudah
tinggi.
3. Iklan seperti berita, dapat membantu perkembangan refleksi sekelompok orang,
termasuk sekelompok konsumen.
4. Iklan harus menjadi peran yang serius dalam suatu budaya di hidup kita. Itu artinya,
bahwa iklan harus benar-benar menggambarkan suara yang beraneka ragam yang terdiri dari
budaya kita.
5. Iklan berbicara untuk peran dalam berorganisasi di dalam kehidupan sehari-hari.
Pertanyaan sejarah dan latar belakang menyampaikan didalamnya, tetapi harus diselesaikan
secara akurat dan ada dalam suatu konteks.
iklan ada dalam media masa yang audiencenya bersifat heterogen, ada hasil iklan itu lucu, dan
mungkin sedikit memalukan, sesaat iklan untuk kontrasepsi. Contoh saja kasus “Camel
Cigarettes” (rokok), iklan ini terkuak dalam dokumen rahasianya, target audience-nya adalah
anak dibawah umur. Pertanyaan sekarang, apakah ada tipe audience yang pasti yang berhak
mendapatkan perlindungan dari pesan sebuah iklan ? Hukum Amerika sudah menjawab
pertanyaan ini pada golongan, terutama dalam kasus anak-anak. Demikianlah, ada angka pada
pembatasan golongan resmi di dalam sebuah iklan yang ditargetkan untuk anak-anak, yaitu
segala program pada sabtu pagi harus menyeleksi pesan dan semua karakteristiknya.
Alasannya, bahwa anak-anak tidak sama seperti orang dewasa yang tidak diharuskan
memenuhi kebutuhan moral dirinya sendiri.
Contoh kasus Daisy Girl yang dihidupkan kembali : “Menggunakan ketakutan sebagai senjata
politik”
ANDREA MILLER
Lousiana State University
Iklan ini menceritakan gadis dengan rambutnya yang keriting ikal mengambil daun bunga aster
(karena itu dijuluki Daisy Girl). Ia memetiknya satu persatu, namun disisi lain ada suara orang
yang menghitung mundur ledakan bom nuklir. Iklan tersebut asli dibuat oleh legendaris
pembuat iklan yaitu Tony Schwartz untuk kampanye presiden Lyndon Johnson melewati
konservasi dengan Barry Goldwater. Pesan tersirat pada iklan tersebut ialah, dukungan untuk
Goldwater. Dalam ketakukan pada perang dingin, iklan ditayangkan sekali sebelum akhirnya
penonton protes memaksa untuk ditarik iklannya. Pada Januari 2001, kelompok lain berusaha
mengagendakan menanamkan kembali benih-benih kekhawatiran. Dan sekarang ada versi baru
dalam “ Daisy Nuke”, iklan yang dibuat menerima untuk memprotes Amerika Serikat yang
tampaknya tidak mendapati jalan keluar perang dengan Irak. Dalam iklan, gadis itu memetik
daun sambil berkata :
Perang dengan Irak, Mungkin akan berakhir dengan cepat, Mungkin saja tidak, Mungkin saja
akan diperlebar, Mungkin juga semakin kacau dengan mengambil alih negara menggunakan
senjata nuklir.
Di dalam versi ke 2 tersebut juga mengahabiskan uang 300.000 dollar dalam iklan koran yang
mendesak Presiden Bush untuk menghindari perang dengan Irak. Eli Pariser selaku direktur
kampanye internasional menjelaskan asosiasi Pers bertujuan bahwa “Daisy 2” mendorong
bahasan nasional. Namun kritik membantah itu, 40 tahun silam, iklan dicampuri dengan isi yang
lebih mengkhawatirkan daripada debat. Karena itu munculah dua jaringan stasiun tv dibagi agar
tidak mengarahkan penyiarannya pada iklan. Dua jaringan itu adalah KNBC TV di Los Angeles
dan WRC-TV di Washington, D.C. Keduanya milik NBC. Pemiliknya merupakan seorang jenderal
listrik. Ia dapat mencairkan pendapat tentang “tidak adanya sambutan” terhadap iklannya. Ia
mengatakan, persoalan lebih kontraversi jika isinya seperti berita yang isi programnya
peristiwa-peristiwa di publik, sehingga lebih adil dan seimbang. Empat dekade setelah iklan
Daisy Girl pertama, Daisy 2 kurang kontraversi dari segi sejarah dan psikologisnya. Berdasarkan
berita 9/11, orang Amerika menjadi takut karena tragedi pesawat yang dibajak menghantam
gedung WTC (Word Trade Center). Karena, ketakutan seseorang terbentuk dari persepsi mereka
terhadap fakta (Jamieson, 1983). Iklan bisa menyebabkan seseorang percaya terhadap realita
dalam scenario yang digambarkan lewat kasus yang lebih buruk.
Analisis :
Perlu ada pengawasan dalam isi iklan itu sendiri. Karena iklan mempunyai efek kekuatan yang
bisa membawa audience nya. Ada kemungkinan persoalan positif dan konsekuensi terburuk
dalam iklan. etika iklan sangat penting karena media akan menyoroti terus-menerus iklan yang
mengandung kontroversi di dalamnya.
RAHMAT PERNANDA
013-12-143-488
Judul buku : Mediating the Massage : Theories of Influences of Mass Media Content
Judul Chapter : Influences on Content from Individual Media Workers
Halaman : 53-84
Pengarang : Pamela Shoemarker & Stephen Reese
Penerbit : Longmas Publishing Group
Tahun terbit :1991
Pengaruh Konten dari Media Pekerja Individu
Banyak orang tidak puas dengan media massa : Konservatif menuduh media
berkonsentrasi pada berita negatif dan mengekspresikan bias liberal . Liberal menuduh media
bersujud kepada presiden konservatif .
Film dan televisi menunjukkan terlalu banyak seks atau kekerasan atau tidak cukup alur
cerita sosial yang signifikan . dan banyak orang menyalahkan untuk konten media tepat di tangan
pekerja komunikasi seperti wartawan , pembuat film , fotografer , dan iklan dan praktisi public
relations .
Pertama, kita melihat karakteristik komunikator dan latar belakang kemudian pribadi
dan profesional untuk melihat bagaimana , misalnya , pendidikan wartawan dapat mempengaruhi
kisah mereka . Kedua, kami mempertimbangkan pengaruh dari komunikator pribadi sikap , nilai-
nilai , dan keyakinan mereka bahwa sikap komunikator individu memegang sebagai akibat dari
latar belakang atau pengalaman pribadi ,
Ketiga , kami menyelidiki orientasi profesional dan konsepsi peran komunikator memegang
setidaknya sebagian sebagai fungsi yang disosialisasikan kepada pekerjaan mereka , misalnya,
apakah jurnalis menganggap diri mereka sebagai pemancar netral peristiwa atau peserta aktif
dalam mengembangkan cerita.
LATAR BELAKANG DAN KARAKTERISTIK
Siswi banyak melatih untuk berkarir di public relations atau adevertising , pekerjaan komunikasi
massa yang tidak termasuk dalam statistik Weaver dan Wilhoit itu . pada kenyataannya , Becker ,
Buah dan Caudill (1987 )
Sebagai peningkatan jumlah mereka , perempuan juga mulai membuat terobosan ke manajemen
media. Karena lebih banyak perempuan bekerja di jurnalisme, perbedaan gaji yang besar diamati
pada tahun 1970 oleh Johnstone adalah penyempitan substansial . Pada tahun 1981 tidak ada
kesenjangan gaji antara pria dan tingkat jurnalis perempuan , meskipun laki-laki masih membuat
lebih dari perempuan pada tingkat lain disparitas sebagian dijelaskan oleh perbedaan dalam
pengalaman. Sayangnya, keberhasilan perempuan dalam jurnalisme belum disertai dengan
keberhasilan serupa minoritas .
Evolusi Karir Komunikasi
Jurnalisme selalu menjadi karir yang relatif mudah untuk masuk ke tidak ada lisensi atau tes
yang diperlukan , Anda bahkan tidak perlu gelar sarjana dalam jurnalisme . omset ini membuat
karir jurnalistik terutama orang muda . kemudaan dikaitkan dengan kegembiraan , dan perasaan
senang dan penemuan membuat seorang wartawan yang baik .
Wartawan yang kehilangan rasa muda mereka kegembiraan atau yang ingin gaji yang lebih
tinggi umumnya keluar dari jurnalisme .
Beberapa wartawan meninggalkan pekerjaan mereka untuk bekerja sebagai penulis dan produser
televisi .
Pendidikan Komunikator
Hari ini , sebagian besar profesional media memiliki gelar komunikasi , sedangkan sebelumnya
mereka datang terutama dari Inggris , penulis kreatif, ilmu politik , studi Amerika , atau disiplin
lain ,
Dalam penilaian dari " sekolah jurnalisme teladan , " Footlick ( 1988) menulis bahwa wartawan
yang baik harus tahu lebih dari sedikit tentang banyak hal , mulai dari matematika untuk
kebijakan luar negeri , dari politik pengadilan sejarah seni
kebanyakan departemen komunikasi massa diselenggarakan menurut media, dalam editorial
berita , majalah , siaran , foto jurnalistik , public relations , atau urutan iklan .
Nilai-nilai dan Keyakinan Pribadi
Wartawan AS ( dan banyak orang Amerika lainnya ) umumnya memegang apa yang disebut "
ibu " nilai-nilai yang mereka mendukung keluarga , cinta , persahabatan , dan kemakmuran
ekonomi , mereka menentang kebencian , prejudies , dan perang ( Organ , 1979)
demokrasi altruistik adalah label Gans digunakan untuk menunjukkan , sebagian besar wartawan
keyakinan bahwa berita harus " mengikuti kursus berdasarkan kepentingan publik dan pelayanan
publik "
Peran Profesional dan Etika
Sebagai jurnalis muda membaca surat kabar mereka bekerja atau menonton stasiun
televisi mereka siaran berita , mereka belajar banyak tentang norma-norma masyarakat dan
bagaimana wartawan menutupi kontroversi
Berkembang biak menambahkan bahwa komunikasi langsung dari kebijakan dari editor atau
penerbit.. Informasi kebijakan dilakukan tidak hanya oleh apa yang eksekutif mengatakan , tetapi
juga oleh apa yang tidak mereka katakan.
Nama : Nayadewi Noorhayu Tanjung
NIM : 01312143499
Prodi : Manarita 3b
POLA KONTEN PADA MEDIA MASSA
Judul Buku : MEDIATING THE MESSAGE: THEORIES OF INFLUENCES ON MEDIA
MASS CONTENT
Judul Chapter : CHAPTER 4 – PATTERNS OF MEDIA CONTENT
Halaman : 38-51
Pengarang : Shoemaker, Pamela J REESE, Stephen D.
Penerbit : Longman Publishing Group
Tahun Terbit : 1996
POLA KONTEN PADA MEDIA MASSA
Kita tidak bisa melihat atau menangkap suatu kalimat dengan pesan yang terlalu banyak
disampaikan. Oleh karenanya setiap media dalam menyamaikan pesan berita harus
menggunakan sesempit sempitnya kalimat serta mudah dipahami. Pada bab ini kita dituntut
untuk memilah serta memilih content apa yang bagus konten yang mudah dimengeti serta
dipahami, dan apa yang bisa menarik khalayak. Pada hal ini juga kita berfokus pada komunikasi
masa yang utamanya media massa modern seperti televise, surat kabar, dan majalah, yang kini
telah menggunakan tekhnologi cangih dan baru. Ketika mulai mempelajarai mengenai konten,
maka kita akan dihadapkan pada konten media secara lebih sistematis karena kita sedang
bebricara tentang memabandingn konten berdasarkan tolok ukur konten dengancara realitas
social lainya. Oleh karenanya pada babs selanjutnya akan dikupas leboh dalam. Pada dasarnya
konten dalam menulis berita ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah :
1. Adanya pola pada content
2. Politik bias pada content televisie
3. Perilaku yang digambarkan melalui media
4. Apa saja yang menyimpang dan seharusnya di media
5. Sumber berita dan topic
6. Pola geografis
7. Pola demografis
selain membahas ketujuh konten yang harus diperhatikan dalam media kita juga di haruskan
memberikan kesimbangan konten dimana ada kekuasaan atau sesuai dengan peta budaya. Selain
itu juga konten media diharapkan mampu memberikan ringkasan mengenai kehidupan social
masyarakat.
1. Adanya Pola Pada Konten Media
Konten pola pada media digunakan sebagai sumber tolok ukur, dimana kita bisa memberikan
acuan, dan penilaian terhadap suatu meida yang ditampilkan. Biasanya khalayaka menilai apa
yang akan mereka lihat? Apa yang akan mereka pelajari? Dari apa yang telah diesdiakan oleh
suatu media. Dalam pola konten media, kita bisa membedakan dari beberapa isi dan rangkaian
media. Bidang-bidang pola media seperti politik bias adalah bidang yang paling banyak diteliti.
2. Politik Bias
Media merupakan alat yang paling bisa terlihat sebagai tolok ukur bagaimana politik
Negara berjalan. Sebagai ukuruan apakah media memperlakukan berbagai pandangan terhadap
politik-politik yang ada. Selain itu media juga lah yang berpartisipasi kuat dalam kampanye
pemilihan presiden. Media sangat penting dalam berperan pada politik, namun seringkali disalah
gunakan demi kepentingan-kepentingan peribadi.
Televise kini telah diterima sebagai media paling kritis dan memperhatikan beberapa
penelitian, mungkin karena pada umumnya bukti empiris menunjukkan sebagian konten berita
yang netral ialah yang denga bukti sedikit telah mendukung hanya kepentingan-kepentingan
pribadi. Itulahh mengapa politik bias pada konten media perlu adanya pembenahan.
3. Perilaku Yang Digambarkan Melalui Media
Semua yang di perlihatkan oleh media tentu akan berdampak pada masyarakat, maka dari itu
media diharapkan memiliki konten yang memiliki contoh perilaku yang memang bisa menjadi
contoh. Seperti hal nya di Amerika, sebagian besar anak-anak di Amerika serikat mengabiskan
banyak waktu untuk menonton televise. Acara yang mereka tonton terkadang luput dari konten
yang mengandung kekerasan.
Dalam program ekstensife George garbner dan koleganya,di Sekolah Annaberg
pennsylasvina komunikais telah menganalisis kekerasan yang ditayangkan oleh media televise
sejak 20 tahun. Mereka menemukan kasus kekerasan yang didefinisikan sebagai ekspresi yang
jelas “ekspresi yang jelas kekuatan fisik” tinggi dan cukup konstan dari tahun ke tahun. 70%
acara utama televise mengandung kekerasan. Media massa saat ini sangat banyak sekali yang
mengandung konten kekerasan, tak cukup dengan kekerasan, masalah sex juga menjadi bagian
dari konten media pada saat ini. Seharusnya pelajaran atau konten pada media massa baik
televise atau pun media lain mengenai sexualitas hanya beberapa jam saja dalam satu minggu.
Supa konten pada media tersebut tetap terjaga.
4. Hal-Hal yang menyimpang pada media massa dan yang seharusnya dilakukan oleh media
massa
Terkadang kita mampu menilai dan tahu mana yang seharusnya di tonton dan dilakukan
adalah dengan mengetahui terlebih dahulu seperti apa yang menyimpang. Seperti halnya pada
media banyak hal hal yang seharusnya dilakukan, namun tidak dilakukan karena banyak nya
penyimpangan. Penyimpangan juga sering terjaidi karena adanya kepentingan-kepentingan
peribadi oleh pemilik media. Sebagai contohnya adalah yang dialami oleh Stanley Cohen pada
tahun 1981 dalam mengahadapi masalah-masalah menyimpang terkadang media di inggris sering
melebih-lebihkan keseriusan berita, seperti kekerasan yang terjadi, kerusakan, dan kerusakan
yang disebabkan.
Sayangnya lebih banyak perhatian untuk para anarkis dan tindak korupsi yang diperhatikan
oleh polisi pengacara dsb. Menurut pendapat Hertoge McLeod televise menangkap gambar dari
garis polisi sehingga saat televise menangkap gambar yang mengandung kekerasan tidaka da
masalah dibuatnya, padahal seharusnya televisie mampu sebagai media yang memiliki konten
berpendidikan dan tidak mengandung ajaraj-ajaran yang kurang baik seperti kekerasan dan
sexualitas yang bertitanya selalu didramatisir.
5. Sumber Berita dan Topik
Sebelum media televise menganalisis membahas konten pada media cetak, beberapa sosiolog
terbaik telah memberikan gambaran-gamabaran umum tentang berita yang baik. Penemuan
berita didominasi oleh pengetahuan.bahkan orang 71% tertarik pada cerita cerita di televise, 76%
pada kolom penting dimajalah atau Koran. Dengan begitu mereka menjadi tahu mengenai
presiden, kandidat presiden, kementrian, dan lain sebagainya. Menurut Gans, sebaiknya amsalah
berita tetap lah tulis secara resmi, meski isi berita tidak resmi harus tetap ditulis secara resmi dan
sopan serta menggunakan bahasa Indonesia yang baik. Selain itu isi konten pada berita dan topic
sebaiknya banyak menyangkut hal hal seperti kejahatan, penculikan, investigasi, skkandal, dan
perayaan hari sacral lainnya.
6. Pola Geografis
Pola geografis mengajak para koresponden diseluruh wilayah untuk ikut serta berpartisipasi
dalam mengolahnya. Sehingga para khalayak masa mampu mendpatkan kedekatan berita secara
geografis. Alasannya karena dengan adanya koresponden yang menyebar maka kedekatan suatu
berita akan semakin memikat masyarakat yang ada didekatnya. Konten media seperti majalah
juga di kategorikan kepada setiap target audience nya dengan begitu pesan yang disampaikan
semakin sampai dan lebih mudah dalam mengklasifikasikannya. Itula mengapa perlu adanya
pola geografis.
Umur juga dianggap kelompok minoritas. Menurut Guns:1979 saat ini media massa lebih
banyak mengkelompokan mana usia paling banyak ketimbang memikirkan perbagian dari
sebuah umur. Perlunya pola geografis untuk mengkategorikan setiap detail khalayaknya.
7. Pola Demografi
Banyak peneliti yang telah melihat secara jelas mengenai konten konten pada pola televise.
Sebagai contoh pada pola pekerjaan, Greenberg (1980) menemukan keahliannya yang lebih
banyak di dominasi oleh televise. Televisi juga mewakili seorang manager atau ahli dan
pekerjaan lainnya.
Pada pola demografi media massa khususnya televise sangat berfungsi sebagai
pengontrol dalam masyarakat. Oleh karena nya pola demografi sangat diperlukan dalam media
massa khusunya televise. Karena media massa memiliki program-program yang memisahkan
sesuai kelompok atau golongan tertentu missal ada majalah khusus wanita, khusu pria,anak-anak.
Sehingga suatu media dengan adanya pola demografi bisa dianggap mewakili suatu kelompok
tertentu. Pola demografi pada media massa digunakan sebagi tolok ukur suatu program terhadap
khalayak.
SATU KESATUAN KONTEN
Kesatuan / Peta Budaya
Berita merupakan satu kesatuan tentang peristiwa yang kuat dan penting untuk khalayak.
Oleh karena nya organisasi atau kantor wartawan sebagai penguat suatu konten berita yang kuat.
Selain itu, keseimbangan tentang suatu peristiwa yang menyimpang terhadap masyarakat
menjadi satu kesatuan kekuasaan dalam masyarakat. Satu kesatuan konten antara kesatuan dan
peta budaya merupakan, media massa sebagai unsure yang membagi dan juga menjembatani
semua budaya dalam satu kesatuan konten yang telah dibagi dan dijelaskan diatas.
Pembahasan ini bukan mengenai dampak dari konten suatu media. Namun pembahasan
mengasumsikan bahwa konten memiliki implikasi penting pada perubahan social.
Fadhillah Rizka Pamuji
NIM : 013-121-434-97
Judul Buku : “Media Ethics – Issues and Cases”
Judul Chapter : “Influences on content from Individual Media Workers”
Pengaruh Pada Isi dari Pekerja Media Individu
Halaman : 53- 84
Pengarang : Philip Patterson dan Lee Wilkins
Penerbit : MC Graw Hill Higher Education
Tahun Terbit : 2008
Banyak orang tidak suka dengan media massa. Konservatif menuduh media berkonsentrasi pada
kenegatif berita yang mengekspresikan bias liberal. film dan televisi menayangkan terlalu
banyak seks/ kekerasan dan alur cerita yang tidak cukup signifikan. Dan banyak orang
menyalahkan konten media , tepat di tangan pekerja komunikasi seperti jurnalisme, pembuat
film, fotografer, iklan dan praktisi masyarakat.
Kita membahas pengaruh potensial pada konten media massa dari faktor-faktor yang intrinsik
pada pekerja komunikasi: pertama kita melihat karakteristik komunikator dan pada latar
belakang pribadi dan profesional untuk melihat “bagaimana”, misalnya, pendidikan wartawan
dapat mempengaruhi kisah mereka. kedua,kami mempertimbangkan pengaruh dari sikap pribadi
komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan-bahwa komunikator memegang sebagai akibat dari latar
belakang atau pengalaman pribadi, misalnya, sikap politik atau keyakinan agama. ketiga, kami
menyelidiki orientasi proffesional dan konsepsi peran komunikator memegang setidaknya
sebagian sebagai fungsi untuk pekerjaan mereka, misalnya, apakah jurnalis menganggap dirinya
sebagai pemancar netral acara atau peserta aktif dalam mengembangkan cerita.
Rata-rata atau elit?
Salah satu mitos jurnalis adalah konsep dari editor koran yang berani, kasar, karakter yang
menerjang paling depan, belajar dari profesinya dan berani berbicara dalam pertahanan orang
hanya seperti dirinya—bekerja pada orang,imigran atau membutuhkan.
pada akhir abad kesembilan belas, bagaimanapun,wartawan Amerika memiliki lebih banyak
kesamaan dengan elit korporasi dibandingkan dengan kelas pekerja. Ketika hart(1976)
mempelajari latar belakang dari 137 editor surat kabar antara 1875 dan 1900, ia menemukan
bahwa mereka tidak memiliki banyak kesamaan dengan imigran miskin atau bahkan dengan
kebanyakan orang Amerika. Mulai dari magang di percetakan dan bekerja dengan cara mereka
hingga menjadi pemilik surat kabar. Editor muda abad kesembilan belas lebih mungkin berasal
dari keluarga elit di mana ayah berhasil dalam bisnis. Editor muda umumnya memulai karier
jurnalisme sebagai reporter dan kurang mungkin dibandingkan pendahulu mereka untuk membeli
saham mayoritas di surat kabar mereka bekerja.
Evolusi Karir Komunikasi
jurnalisme selalu menjadi relatif karir untuk mendapatkan into-tidak ada lisensi atau tes yang
diperlukan, Anda bahkan tidak perlu gelar sarjana dalam jurnalisme. karena kebanyakan orang
berpikir bahwa mereka bisa menulis(apakah mereka bisa atau tidak), mereka sering berpikir
bahwa mereka akan menjadit wartawan yang baik.
kemudaan dikaitkan dengan kegembiraan, dan perasaan senang, dan penemuan membuat
wartawan yang baik. kadang-kadang wartawan hanya bosan dan dibakar oleh sifat yang berulang
dari pekerjaan (bukan cerita pemilu lain tentang pasangan yang mendukung kandidat!) atau
dengan sinisme yang sering menyertai peran wartawan. Beberapa wartawan meninggalkan
pekerjaan pengumpulan berita mereka untuk bekerja sebagai penulis dan produser televisi.
Pendidikan Komunikator
Aspek lain dari komunikator latar belakang adalah jumlah dan jenis pendidikan yang mereka
miliki. Departemen komunikasi telah berkembang diperguruan tinggidi bawah sejumlah nama-
jurnalisme yang berbeda, komunikasi massa, film televisi radio, pidato, iklan, senikomunikasi,
dan ilmukomunikasi. hari ini mayoritas profesional media memiliki gelar komunikasi, sedangkan
sebelumnya mereka datang terutama dari Inggris, menulis kreatif, ilmu politik, studiAmerika,
ataudisiplin ilmu lainnya. menulis bahwa wartawan yang baik harus"tahu lebih sedikit tentang
banyak hal, mulai dari matematika untuk kebijakan luar negeri, dari politik pengadilan sejarah
seni. mereka harus peduli tentang banyak hal. Departemen komunikasi massa yang paling
diselenggarakan menurut media,di editorial berita, majalah, siaran, foto jurnalistik, public
relations, atau iklan. Mahasiswam engambil sedikit kursus yang sama, berkonsentrasi pada
perolehan pengetahuan khusus dari urutan mereka.
Hari ini, sebagian besar profesional media memiliki gelar komunikasi, sedangkan sebelumnya
mereka datang terutama dari Inggris, menulis kreatif, ilmu politik, studi Amerika, atau disiplin
ilmu lainnya (Weaver dan wilhoit, 1986). Tidak semua orang-orang media menghargai
pendidikan jurnalistik, bagaimanapun, CBS penulis / editor Charles Kuralt mengatakan bahwa ia
lebih suka menyewa studi pascasarjana Amerika dari seseorang dari sekolah jurnalisme.
Perubahan dari lulusan komunikasi dalam manajemen selama beberapa dekade dapat
menjelaskan peningkatan komunikasi karyawan pascasarjana.
Dalam penilaiannya dari "contoh sekolah jurnalistik" Footlick (1988) menulis bahwa jurnalis
handal harus tahu lebih tentang banyak hal, mulai dari matematika untuk kebijakan luar negeri,
dari politik pengadilan sejarah seni. Mereka harus peduli tentang banyak hal. Mereka harus
mampu belajar dengan cepat . Mereka harus menulis dengan baik, dan menghargai kemampuan
itu. Untuk sebagian besar profesional, sekolah jurnalisme teladan adalah orang-orang yang
memberikan siswa kesempatan terbaik untuk mulai menguasai sifat-sifat yang mendasar.
Efek dari Latar Belakang Profesional Media pada Konten Media
Masih ada kecenderungan untuk latar belakang untuk mempengaruhi bagaimana kita melihat
dunia. Keluarga kami, sekolah kami, dan semua pengalaman hidup kita membentuk prioritas
kita, harapan, dan impian. Ini tidak berbeda proses untuk para profesional komunikasi daripada
bagi pekerja konstruksi, dokter, atau pekerja sosial.
tetapi seberapa kuat adalah pengaruh seperti itu? Weaver dan wilhoit mengatakan bahwa efek
dari wartawan demografi pada nilai-nilai berita dan konten mungkin kecil, mengingat pentingnya
rutinitas organisasi dan kendala (1986, hal.25). Oleh karena itu, ada kemungkinan bahwa
peningkatan jumlah perempuan dan minoritas dalam media massa tidak akan menimbulkan
perubahan yang signifikan dalam konten media, pendidikan, sosialisasi, dan kendala organisasi
dapat meniadakan perbedaan yang paling individual antara komunikator. Ini adalah pertanyaan
empiral, bagaimanapun, dan dapat diatasi dengan penelitian. Seperti dalam semua karir, populasi
profesional komunikasi dipilih sendiri-Anda "relawan" untuk menjadi seorang jurnalis; Anda
tidak disusun-dan orang-orang yang memilih karir yang sama cenderung memiliki karakteristik
yang sama. Hess (981, p.124) mengatakan bahwa ada "tipe kepribadian" dalam jurnalisme
tentang wartawan kepribadian "mungkin bidang yang paling menjanjikan dari studi untuk
menjelaskan mengapa berita seperti itu." Dia mengatakan bahwa wartawan seperti abstraksi
kegembiraan dan tidak suka. Cinta mereka untuk kegembiraan membuat mereka lebih memilih
menutupi Senat daripada rumah Perwakilan dan politik ketimbang manajemen.
SIKAP PRIBADI, NILAI, DAN KEPERCAYAAN
Tuduhan bahwa komunikator massa secara politik liberal, Antiagama, dan tidak seperti
"kebanyakan orang Amerika" telah umum dalam beberapa tahun terakhir. Kepedulian dengan
komunikator massa sikap dan nilai-nilai yang didasarkan pada asumsi bahwa sikap seorang
jurnalis mempengaruhi cerita nya.
NILAI PRIBADI DAN KEPERCAYAAN
Wartawan AS (dan banyak orang Amerika lainnya) umumnya memegang apa yang disebut "ibu"
nilai-mereka mendukung keluarga, cinta, persahabatan, dan kemakmuran ekonomi; mereka
menentang kebencian, prasangka, dan perang (Gans, 1979, hal. 42). Selain nilai-nilai dasar ini
berurusan dengan kebaikan manusia (atau kurangnya itu), wartawan juga memegang nilai-nilai
yang lebih khas dari gerakan progresif Amerika dari awal abad twentleth (Gans, 1979).
Demokrasi altruistik adalah label Gans digunakan untuk menunjukkan sebagian besar wartawan
keyakinan bahwa berita harus "mengikuti kursus berdasarkan kepentingan publik dan pelayanan
publik" (1979, hal.43). Nilai ini menggarisbawahi cerita tentang politisi korup dan lain-lain yang
menyimpang dari suatu ideal demokrasi tak tertulis, limbah pemerintah, dan kegagalan.
Kapitalisme yang bertanggung jawab adalah apa yang kebanyakan wartawan mengharapkan
orang bisnis persaingan praktek-wajar tanpa keuntungan terlalu tinggi atau eksplorasi pekerja,
dan menghormati usaha kecil dan-familiy yang dimiliki.
Kota kecil pastoralism adalah ideal jurnalistik, yang mewakili daerah pedesaan dan kota-kota
kecil sebagai pusat kebajikan, keahlian, dan hubungan sosial. Cerita tentang daerah perkotaan
menekankan kejahatan, riuh kecepatan, kerusuhan rasial, masalah ekonomi, dan ancaman
terhadap lingkungan.
Individualisme dihargai oleh wartawan, yang mengisi cerita fitur dengan "individualis kasar" -
orang yang bekerja untuk kebaikan masyarakat, tetapi dengan cara mereka sendiri. Individu
adalah pahlawan yang menang meskipun menaklukkan rintangan. Nilai ini juga berlaku untuk
cerita tentang teknologi dan organisasi besar yang merampok orang individualisme mereka.
Moderatism bertindak sebagai memeriksa individualisme yang berlebihan -pahlawan tidak harus
melanggar hukum atau norma-norma yang ada. Fanatisme apapun diperlakukan sebagai
tersangka, seperti konsumsi dan ideologi politik yang sungguh-sungguh.
Tatanan sosial dinilai tinggi oleh wartawan, memimpin mereka untuk memasukkan banyak cerita
tentang kerusuhan dan ancaman terhadap pembentukan. Dengan menunjukkan contoh di mana
orang bertindak bertentangan dengan nilai-nilai sosial yang didirikan, wartawan membantu
menentukan apa yang perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima.
Kepemimpinan juga dihargai oleh wartawan, karena kepemimpinan yang diperlukan untuk
penanganan sosial.
SIKAP POLITIK PRIBADI
Kebijaksanaan populer pada awal 1980-an menyatakan bahwa wartawan terutama liberal. Apa
yang ada di balik orientasi politik mereka? Kita telah membahas fakta bahwa wartawan
cenderung lebih berpendidikan daripada rata-rata Amerika- yang berbeda yang telah dikaitkan
dengan tuduhan bahwa wartawan lebih politis daripada kebanyakan orang Amerika liberal
(Organ, 1985). Pendidikan tinggi tidak selalu terikat dengan liberalisme. Sedangkan mahasiswa
tahun 1960-an dan awal 1970-an telah menunjukkan kecenderungan untuk menjadi lebih
konservatif.
Apakah benar atau tidak, banyak orang bertahan dalam persepsi mereka tentang wartawan yang
secara politik lebih liberal daripada populasi umum, dan jurnalis tidak kebal terhadap hal ini:
dalam studinya tentang "elit" persatuan pers Washington, Hess (1981) menemukan bahwa,
meskipun wartawan washington juga melihat berita yang memiliki bias liberal, mereka menilai
diri mereka lebih konservatif dibandingkan gambar ini (hal.115). Hess menyebutkan bahwa
wartawan elit washington lebih apolitis dari tekan kritikus.
ORIENTASI KEPERCAYAAN PERSONAL
Terkait erat dengan argumen tentang orientasi politik wartawan adalah sejauh mana wartawan
atau menentang Kristen, Yahudi, atau agama lainnya. Olasky (1988) mengatakan bahwa,
meskipun wartawan itu kristen sampai pertengahan 1800-an, wartawan modern telah
"dipengaruhi humanisme anti-kristen dan panteisme.
Lichter, Rothman, dan Lichter (1986) belajar jurnalisme di sepuluh "elit" organisasi media
nasional, menemukan bahwa 20 persen Protestan, sekitar 13 persen adalah Katolik, dan 14
persen Yahudi. Sekitar setengah dari wartawan elit mengatakan bahwa mereka tidak memiliki
afiliasi keagamaan, dan 86 persen wartawan elit melaporkan bahwa mereka "jarang atau tidak
pernah menghadiri acara keagamaan".
ini wartawan elit berubah menjadi jauh lebih sekuler daripada wartawan secara keseluruhan.
PENGARUH SIKAP PRIBADI, NILAI, DAN KEPERCAYAAN PADA KONTEN
Salah satu dari pertnyaan paling kontroversial yang dihadapi orang-orang yang mempelajari isi
media massa adalah sejauh mana sikap komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan mempengaruhi
konten ..
Dari uji empiris sejauh mana sikap pribadi komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan
mempengaruhi pekerjaan mereka memberikan hasil yang bertentangan:
 Shoemaker (1984) menunjukkan bahwa sikap umum tentang minat khusus dan kelompok
politik lainnya dapat mempengaruhi bagaimana kelompok ditutupi oleh media berita. Ia
berkorelasi data dari analisis isi tentang bagaimana pengesahan new york times yang
dituutupi sebelas kelompok politik dengan survei dari sikap wartawan AS terhadap
kelompok.
 Rainville dan McCormick (1977) menunjukkan bahwa prasangka rasial dapat
mempengaruhi komunikasi. Mereka membandingkan deskripsi pemain sepak bola hitam
dan putih oleh penyiar olahraga. Pemain putih mendapat lebih banyak pujian dan lebih
mungkin digambarkan sebagai pelaksana agresi-sifat yang diinginkan dalam sepak bola.
Hitam lebih cenderung disebut negatif dan harus adil dibandingkan dengan pemain lain.
 Pasadeos dan Renfro (1983) menunjukkan bahwa pemilik dapat mempengaruhi isi surat
kabar. Mereka membandingkan isi dari New York Post sebelum dan setelah pembelian
media baron Rupert Murdoch, Menemukan bahwa jumlah ruang yang ditujukan untuk
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1

More Related Content

What's hot (9)

pengaruh iklan terhadap pola hidup masyarakat
pengaruh iklan terhadap pola hidup masyarakatpengaruh iklan terhadap pola hidup masyarakat
pengaruh iklan terhadap pola hidup masyarakat
 
Iklan dan dimensi etisnya
Iklan dan dimensi etisnyaIklan dan dimensi etisnya
Iklan dan dimensi etisnya
 
Presentasi proposal tesis
Presentasi proposal tesisPresentasi proposal tesis
Presentasi proposal tesis
 
Lingkup pemasaran
Lingkup pemasaranLingkup pemasaran
Lingkup pemasaran
 
Etika bisnis #iklan dan dimensi etisnya
Etika bisnis #iklan dan dimensi etisnyaEtika bisnis #iklan dan dimensi etisnya
Etika bisnis #iklan dan dimensi etisnya
 
Manajemen Periklanan full
Manajemen Periklanan fullManajemen Periklanan full
Manajemen Periklanan full
 
Mata Kuliah Periklanan
Mata Kuliah PeriklananMata Kuliah Periklanan
Mata Kuliah Periklanan
 
Teori teori periklanan
Teori teori periklananTeori teori periklanan
Teori teori periklanan
 
Iklan Sebagai Media Kritik Sosial
Iklan Sebagai Media Kritik SosialIklan Sebagai Media Kritik Sosial
Iklan Sebagai Media Kritik Sosial
 

Similar to UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1

10468 Menciptakan Brand Awareness Iklan Media Massa Cetak
10468 Menciptakan Brand Awareness Iklan Media Massa Cetak10468 Menciptakan Brand Awareness Iklan Media Massa Cetak
10468 Menciptakan Brand Awareness Iklan Media Massa Cetak
djaliehouse
 
Indepth report lumpur lapindo dan persaingan politik 2014 satu_dunia
Indepth report lumpur lapindo dan persaingan politik 2014 satu_duniaIndepth report lumpur lapindo dan persaingan politik 2014 satu_dunia
Indepth report lumpur lapindo dan persaingan politik 2014 satu_dunia
SatuDunia Foundation
 
Jenis jenis iklan
Jenis jenis iklanJenis jenis iklan
Jenis jenis iklan
Ahyaniyani
 
Jenis jenis iklan
Jenis jenis iklanJenis jenis iklan
Jenis jenis iklan
Ahyaniyani
 
Ambeint Media.ppt for media become for Business
Ambeint Media.ppt for media become for BusinessAmbeint Media.ppt for media become for Business
Ambeint Media.ppt for media become for Business
DahrulSiregar3
 

Similar to UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1 (20)

Poster Global advertising adaptation for Chinese consumers
Poster Global advertising adaptation for Chinese consumersPoster Global advertising adaptation for Chinese consumers
Poster Global advertising adaptation for Chinese consumers
 
10468 Menciptakan Brand Awareness Iklan Media Massa Cetak
10468 Menciptakan Brand Awareness Iklan Media Massa Cetak10468 Menciptakan Brand Awareness Iklan Media Massa Cetak
10468 Menciptakan Brand Awareness Iklan Media Massa Cetak
 
Fakta dan opini
Fakta dan opiniFakta dan opini
Fakta dan opini
 
Ideologi iklan dan modernitas
Ideologi iklan dan modernitasIdeologi iklan dan modernitas
Ideologi iklan dan modernitas
 
Menciptakan brand awareness iklan
Menciptakan brand awareness iklanMenciptakan brand awareness iklan
Menciptakan brand awareness iklan
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Iklan dan dimensi etisnya
Iklan dan dimensi etisnyaIklan dan dimensi etisnya
Iklan dan dimensi etisnya
 
Iklan dalam komunikasi kesehatan
Iklan dalam komunikasi kesehatanIklan dalam komunikasi kesehatan
Iklan dalam komunikasi kesehatan
 
Etika Dalam Periklanan
Etika Dalam PeriklananEtika Dalam Periklanan
Etika Dalam Periklanan
 
tipe promosi dan periklanan
tipe promosi dan periklanantipe promosi dan periklanan
tipe promosi dan periklanan
 
Bin 8 bab 2 iklan, sarana komunikasi
Bin 8 bab 2 iklan, sarana komunikasiBin 8 bab 2 iklan, sarana komunikasi
Bin 8 bab 2 iklan, sarana komunikasi
 
Muslihat kapitalis-global-170901154837
Muslihat kapitalis-global-170901154837Muslihat kapitalis-global-170901154837
Muslihat kapitalis-global-170901154837
 
MUSLIHAT KAPITALIS GLOBAL : SELINGKUH INDUSTRI FARMASI DENGAN PERUSAHAAN ROKO...
MUSLIHAT KAPITALIS GLOBAL : SELINGKUH INDUSTRI FARMASI DENGAN PERUSAHAAN ROKO...MUSLIHAT KAPITALIS GLOBAL : SELINGKUH INDUSTRI FARMASI DENGAN PERUSAHAAN ROKO...
MUSLIHAT KAPITALIS GLOBAL : SELINGKUH INDUSTRI FARMASI DENGAN PERUSAHAAN ROKO...
 
Definisi propaganda
Definisi propagandaDefinisi propaganda
Definisi propaganda
 
Materi1 Seminar NASIONAL_di UGM_Gelimang Dunia Periklanan
Materi1 Seminar NASIONAL_di UGM_Gelimang Dunia PeriklananMateri1 Seminar NASIONAL_di UGM_Gelimang Dunia Periklanan
Materi1 Seminar NASIONAL_di UGM_Gelimang Dunia Periklanan
 
LINGKUNGAN PEMASARAN-b.ppt
LINGKUNGAN PEMASARAN-b.pptLINGKUNGAN PEMASARAN-b.ppt
LINGKUNGAN PEMASARAN-b.ppt
 
Indepth report lumpur lapindo dan persaingan politik 2014 satu_dunia
Indepth report lumpur lapindo dan persaingan politik 2014 satu_duniaIndepth report lumpur lapindo dan persaingan politik 2014 satu_dunia
Indepth report lumpur lapindo dan persaingan politik 2014 satu_dunia
 
Jenis jenis iklan
Jenis jenis iklanJenis jenis iklan
Jenis jenis iklan
 
Jenis jenis iklan
Jenis jenis iklanJenis jenis iklan
Jenis jenis iklan
 
Ambeint Media.ppt for media become for Business
Ambeint Media.ppt for media become for BusinessAmbeint Media.ppt for media become for Business
Ambeint Media.ppt for media become for Business
 

More from Diana Amelia Bagti

More from Diana Amelia Bagti (20)

KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Media Film sbg Konstruksi dan Representasi Sosial
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Media Film sbg Konstruksi dan Representasi SosialKAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Media Film sbg Konstruksi dan Representasi Sosial
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Media Film sbg Konstruksi dan Representasi Sosial
 
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif GenderKAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Jurnalisme Sensitif Gender
 
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Filsafat dan Jurnalistik
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Filsafat dan JurnalistikKAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Filsafat dan Jurnalistik
KAPITA SELEKTA PEMBERITAAN - Filsafat dan Jurnalistik
 
ILMU BUDAYA - Budaya, Komunikasi & Media
ILMU BUDAYA - Budaya, Komunikasi & MediaILMU BUDAYA - Budaya, Komunikasi & Media
ILMU BUDAYA - Budaya, Komunikasi & Media
 
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (3)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (3)ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (3)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (3)
 
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (2)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (2)ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (2)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (2)
 
ILMU BUDAYA - Media, Masyarakat & Budaya (1)
ILMU BUDAYA - Media, Masyarakat & Budaya (1)ILMU BUDAYA - Media, Masyarakat & Budaya (1)
ILMU BUDAYA - Media, Masyarakat & Budaya (1)
 
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)
ILMU BUDAYA - Komunikasi Antar Budaya (1)
 
CREATIVE THINKING - Unsur Unsur Kreatif
CREATIVE THINKING - Unsur Unsur KreatifCREATIVE THINKING - Unsur Unsur Kreatif
CREATIVE THINKING - Unsur Unsur Kreatif
 
CREATIVE THINKING - Thinking Skills
CREATIVE THINKING - Thinking SkillsCREATIVE THINKING - Thinking Skills
CREATIVE THINKING - Thinking Skills
 
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (7)
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (7)CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (7)
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (7)
 
CREATIVE THINKING - Grammar Tenses
CREATIVE THINKING - Grammar TensesCREATIVE THINKING - Grammar Tenses
CREATIVE THINKING - Grammar Tenses
 
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (6)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (6)CREATIVE THINKING - Creative Thinking (6)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (6)
 
CRAETIVE THINKING - English & Journalism
CRAETIVE THINKING - English & JournalismCRAETIVE THINKING - English & Journalism
CRAETIVE THINKING - English & Journalism
 
CREATIVE THINKING - Critical Thinking
CREATIVE THINKING - Critical ThinkingCREATIVE THINKING - Critical Thinking
CREATIVE THINKING - Critical Thinking
 
CREATIVE THINKING - Creativity
CREATIVE THINKING - CreativityCREATIVE THINKING - Creativity
CREATIVE THINKING - Creativity
 
CREATIVE THINKING - Creative Pictures (2)
CREATIVE THINKING - Creative Pictures (2)CREATIVE THINKING - Creative Pictures (2)
CREATIVE THINKING - Creative Pictures (2)
 
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)
 
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (4)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (4)CREATIVE THINKING - Creative Thinking (4)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (4)
 
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)
 

Recently uploaded

Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
CONTOH DOKUMEN TINDAK LANJUT_PENERAPAN DISIPLIN POSITIF.pdf
CONTOH DOKUMEN TINDAK LANJUT_PENERAPAN DISIPLIN POSITIF.pdfCONTOH DOKUMEN TINDAK LANJUT_PENERAPAN DISIPLIN POSITIF.pdf
CONTOH DOKUMEN TINDAK LANJUT_PENERAPAN DISIPLIN POSITIF.pdf
Pangarso Yuliatmoko
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
RinawatiRinawati10
 

Recently uploaded (20)

PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdfSapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
Sapawarga - Manual Guide PPDB Tahun 2024.pdf
 
CONTOH DOKUMEN TINDAK LANJUT_PENERAPAN DISIPLIN POSITIF.pdf
CONTOH DOKUMEN TINDAK LANJUT_PENERAPAN DISIPLIN POSITIF.pdfCONTOH DOKUMEN TINDAK LANJUT_PENERAPAN DISIPLIN POSITIF.pdf
CONTOH DOKUMEN TINDAK LANJUT_PENERAPAN DISIPLIN POSITIF.pdf
 
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptxPresentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
Presentasi visi misi revisi sekolah dasar.pptx
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
 
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docxCONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
CONTOH LAPORAN PARTISIPAN OBSERVASI.docx
 
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
813 Modul Ajar KurMer Usaha, Energi, dan Pesawat Sederhana (2).docx
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptxSolusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
 
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptxBab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
Bab 3 Sejarah Kerajaan Hindu-Buddha.pptx
 
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisaiKonflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
 
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptxBUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
 
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNajwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 

UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 1

  • 1. UAS FORMATOLOGI BERITA - PERSOALAN DUNIA PERIKLANAN Judul Buku : “Media Ethics – Issues and Cases” Judul Chapter : “Advertising Ethics : From Buyer Beware to Empowerment” Etika Periklanan : Pembeli Harus Berhati-Hati Dalam Pemberdayaan Halaman : 68-93 Pengarang : Philip Patterson dan Lee Wilkins Penerbit : MC Graw Hill Higher Education Tahun Terbit : 2008 Dunia periklanan yang telah dikenal sejak zaman Yunani Kuno menyimpan sejarah tersendiri. Sejarah iklan pun menjadi sangatlah penting. Karena, banyak persoalan yang menjadi sorotan publik terhadap kontennya. Pembuat iklan harus memanajemen iklan yang berisi kampanye kepentingan tertentu agar reputasi dari produk atau item yang disiarkan, jelas dan dapat diterima semua pihak. Hal ini untuk meminimalisir konsuekensi buruk dari sebuah iklan. Beberapa ahli, menyebutkan media dimana tempat iklan disiarkan memberikan efek kekuatan. Teorijarum suntik dan peluru ajaib menjadi alasan mengapa perlu adanya pembatasan resmi atau isitilahnya etika periklanan yang patut ditaati oleh media dan dunia periklanan. Etika ini mengarahkan pada perlindungan konsumen yang sifatnya heterogen. Karena, dampak dari persoalan periklanan bisa berakibat fatal. Masyarakat juga akan terpengaruh dengan adanya iklan. Iklan tidak hanya menjual produk, tetapi ide yang memiliki makna ganda. Dengan sengaja, makna iklan dibuat blur atau ambigu. Agar, setiap konsumen memaknai iklan itu sendiri. Persoalan inilah yang akhirnya melahirkan banyak analisis iklan yang mengundang kontraversi. Tidak heran, jika versi iklan dari tahun ke tahun berbeda. Semua memiliki cara berbeda untuk menjual produk dan idenya melalui iklan. Oleh sebab itu, banyak usulan untuk mengatur peran iklan di dalam penyiaran. Perlu diingat, bahwa lahirnya etika iklan bukan tanpa tujuan. Ini semua demi pemberdayaan keuntungan semaksimal mungkin lewat iklan itu sendiri.
  • 2. Komunikasi sudah sangat dibutuhkan sejak Zaman Yunani Kuno. Pada zaman itu komunikasi merupakan seni berbicara untuk demokrasi. Oleh karena kebutuhan itu, era Yunani Kuno komunikasi diisi dengan pesan-pesan persuasif yang kini dikenal sebagai iklan. Perkembangan komunikasi yang tertuang hingga kini, membawa penyiaran Radio – TV (R-TV) semakin marak menampilkan berita, selain iklan. Berita dan iklan R-TV menimbulkan asumsi tentang sebuah hubungan atau keterkaitan antara pesan dengan audience. Namun, persamaan keduanya yang paling penting dan utama kegiatan ‘mengaburkan’ (sama seperti iklan) dan iklan tentang isu patut dijadikan sebuah berita (berita menguak isu). Perlu diperhatikan, sifat iklan yakni singkat, visualnya bagus, dan sengaja dibuat ambigu atau samar. Tetapi, kita perlu mempelajari dampak dari iklan. Contohnya, iklan tembakau di Amerika Serikat. Sudah banyak anak-anak usia dibawah 18 tahun yang terjangkit kanker. Dampak itu membuktikan dampak iklan tidak baik, sehingga negara tersebut mendapat posisi pertama di dunia dalam penderita penyakit kanker. Oleh sebab itu, etika pembuat iklan, harus memikirkan setiap hal kecil sebagai proses riset pasar dan strategi perencanaan komunikasi. Secara psikologis untuk mencoba pahami ajakan (iklan) yaitu dengan model Respon Stimulus. Media seperti jarum suntik atau peluru ajaib maksudnya, media akan mengirim pesan yang tidak bertentangan kepada audience terus-menerus. Para peneliti menyebutnya”Teori Kekuatan Efek”. Hal yang mendukung teori ini adalah kegegeran pada saat Perang Dunia II, seorang yang bernama Orson Welles menyiarkannya pada 30 Oktober 1938. Siaran itu sukses membuat propaganda terhadap Perang Dunia. Tetapi di era 1940-an paham terhadap media berubah, bahwa media memiliki efek yang kosong dan terbatas. Kekuatan media berdasarkan dalam kognitif (pengetahuan) dan afektif (emosional) alami. Teori lainnya yang dikenal ialah “Teori Keseimbangan”. Teori ini menjelaskan seseorang akan menggapai keseimbangan jika tingkah laku, informasi dan tindakannya harmonis. Leon Fastinger (1957) memberikan istilah “Disonansi Kognitif” untuk menggambarkan keadaan saat pesan dari sebuah perilaku memberikan konflik dan sinyal tidak aman. Teori ini mempengaruhi perilaku pembelian dan akan memilih kebiasaan maupun opini dari kekuatan isi iklan tersebut. Para pembuat iklan menggunakan teori ini dalam naskah iklan untuk mengetuk hati (menarik hati) konsumen dan menjanjikan perbaikan lewat pembelian produknya. Misalnya, iklan shampoo anti ketombe. Banyak konsumen yang akan tertarik karena, produk tersebut memperbaiki keadaan rambutnya. Bagaimanapun, iklan berisi penjelasan keefektifan produknya.
  • 3. Selanjutnya, pembuat iklan diharapkan bisa mengoperasikan dengan mengikuti kerangka berikut ini : 1. Klien dan masyarakat publik membutuhkan informasi yang memberikan mereka “ alasan baik untuk mengambil sebuah cara dalam suatu tindakan” ( Koehn 1998, 106). Alasannya tidak boleh mengadili dan mampu membantu masyarakat mendukung tindakan lainnya. 2. Daripada hanya menghina opini yang sudah ahli, iklan terus-menerus membahasnya jadi orang-orang itu dapat mengembangkan ketika pilihan sudah ada dan pengetahuannya sudah tinggi. 3. Iklan seperti berita, dapat membantu perkembangan refleksi sekelompok orang, termasuk sekelompok konsumen. 4. Iklan harus menjadi peran yang serius dalam suatu budaya di hidup kita. Itu artinya, bahwa iklan harus benar-benar menggambarkan suara yang beraneka ragam yang terdiri dari budaya kita. 5. Iklan berbicara untuk peran dalam berorganisasi di dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan sejarah dan latar belakang menyampaikan didalamnya, tetapi harus diselesaikan secara akurat dan ada dalam suatu konteks. Barker dan Martison mengusulkan satu set pertanyaan yang dinamakan TARES tes. Dimana tes ini memuat pertanyaan mengenai etika di dalam dunia periklanan. Tes ini memang tidak akan menyelesaikan semua masalah etika, namun mampu memberikan orang yang kreatif, direktur pemasaran dan perencana alat strategi komunikasi. Berikut inti dari tes TARES : T ruthful ( Kepercayaan penuh) A uthentic ( Asli ) R espect ( Menghargai ) E equity ( Adil ) S ocially ( Sosial atau tanggung jawab sosial ) Kini, permasalahan khusus periklanan, audience ( penonton, pendengar, pembaca, penikmat media, dll) adalah mudah diserang. Ingat kembali, bahwa iklan ada dalam media masa yang audiencenya bersifat heterogen (banyak, bermacam-macam). Kadangkala, hasil iklan itu lucu,
  • 4. dan mungkin sedikit memalukan, sesaat iklan untuk kontrasepsi dan produk kesehatan seseorang menjadikan cara mereka (pembuat iklan) menanyangkannya pada program-program prime time. Contoh saja kasus “Camel Cigarettes” (rokok), iklan ini terkuak dalam dokumen rahasianya, target audience-nya adalah anak dibawah umur. Pertanyaan sekarang, apakah ada tipe audience yang pasti yang berhak mendapatkan perlindungan dari pesan sebuah iklan? Hukum Amerika sudah menjawab pertanyaan ini pada golongan, terutama dalam kasus anak-anak. Demikianlah, ada angka pada pembatasan golongan resmi di dalam sebuah iklan yang ditargetkan untuk anak- anak, yaitu segala program pada sabtu pagi harus menyeleksi pesan dan semua karakteristiknya. Alasannya, bahwa anak-anak tidak sama seperti orang dewasa yang tidak diharuskan memenuhi kebutuhan moral dirinya sendiri. Beberapa sarjana mengusulkan kalau, orang dewasa yang masuk dalam anggota minoritas juga perlu diberikan perlindungan khusus dari sebuah iklan. Mereka perlu diperhatikan agar tidak ada penyalahgunaan kepercayaan antara konsumen dengan produk, keduanya memiliki konsukensi yang dikenal dengan istilah singkat dan istilah panjang. Dalam istilah singkatnya, produk tidak mungkin menjual atau mungkin saja mencari dirinya ada dalam target kebijakan. Sebaliknya, pada istilah panjang ialah beban maupun tanggungan dijatuhkan (diolok-olok) dan ketidakpercayaan masyarakat bisa meningkat. Pembeli mungkin belajar tentang makna periklanan itu sendiri daripada menggunakan iklan untuk membantu menyeleksi informasi yang lebih baik. CONTOH KASUS Daisy Girl yang dihidupkan kembali : “Menggunakan ketakutan sebagai senjata politik” ANDREA MILLER Lousiana State University Iklan ini menceritakan gadis dengan rambutnya yang keriting ikal mengambil daun bunga aster (karena itu dijuluki Daisy Girl). Ia memetiknya satu persatu, namun disisi lain ada suara orang yang menghitung mundur ledakan bom nuklir. Iklan tersebut asli dibuat oleh legendaris pembuat iklan yaitu Tony Schwartz untuk kampanye presiden Lyndon Johnson melewati konservasi dengan Barry Goldwater. Pesan tersirat pada iklan tersebut ialah, dukungan untuk Goldwater. Dalam ketakukan pada perang dingin, iklan ditayangkan sekali sebelum akhirnya penonton
  • 5. protes memaksa untuk ditarik iklannya. Pada Januari 20013, kelompok lain berusaha mengagendakan menanamkan kembali benih-benih kekhawatiran. Akar dari organisasi MoveOn.org, memiliki versi baru dalam “ Daisy Nuke”, iklan yang dibuat menerima untuk memprotes Amerika Serikat yang tampaknya tidak mendapati jalan keluar perang dengan Irak. Dalam iklan, gadis itu memetik daun sambil berkata : Perang dengan Irak Mungkin akan berakhir dengan cepat Mungkin saja tidak Mungkin saja akan diperlebar Mungkin juga semakin kacau dengan mengambil alih negara menggunakan senjata nuklir Sebelumnya, menayangkan “Daisy 2”, kelompok tersebut juga mengahabiskan uang 300.000 dollar dalam iklan koran yang mendesak Presiden Bush untuk menghindari perang dengan Irak. Eli Pariser selaku direktur kampanye internasional menjelaskan asosiasi Pers bertujuan bahwa “Daisy 2” mendorong bahasan nasional. Namun kritik membantah itu, 40 tahun silam, iklan dicampuri dengan isi yang lebih mengkhawatirkan daripada debat. Akhirnya, munculah dua jaringan stasiun tv dibagi agar tidak mengarahkan penyiarannya pada iklan. Dua jaringan itu adalah KNBC TV di Los Angeles dan WRC-TV di Washington, D.C. Keduanya milik NBC. Pemiliknya merupakan seorang jenderal listrik. Ia dapat mencairkan pendapat tentang “tidak adanya sambutan” terhadap iklannya. Ia mengatakan, persoalan lebih kontraversi jika isinya seperti berita yang isi programnya peristiwa-peristiwa di publik, sehingga lebih adil dan seimbang. Empat dekade setelah iklan Daisy Girl pertama, Daisy 2 kurang kontraversi dari segi sejarah dan psikologisnya. Berdasarkan berita 9/11, orang Amerika menjadi takut karena tragedi pesawat yang dibajak menghantam gedung WTC (Word Trade Center). Karena, ketakutan seseorang terbentuk dari persepsi mereka terhadap fakta (Jamieson, 1983). Iklan bisa menyebabkan seseorang percaya terhadap realita dalam scenario yang digambarkan lewat kasus yang lebih buruk. Analisisnya : 1. Persoalan Kecil - Kemungkinan positif apa dan konsukuensi terburuk apa yang ada pada iklan tersebut? - Apakah keputusan kedua afiliasi NBC bergabung untuk tidak menyiarkan iklan itu tepat? 2. Persoalan Rata-Rata
  • 6. - Khawatir perang nuklir? Apakah ketakutan itu ada pada anak dan cucu anda? - Apakah media memainkan tambahan aturan di dalam kontraversi dengan mengikuti alur cerita iklan itu sendiri? Apakah cerita tersebut memiliki nilai berita dari sudut pandang etika? 3. Persoalan Besar - Apakah perbedaan iklan yang menakuti/mengkhawatirkan menjual ide berbeda dengan iklan yang menggunakan ketakutan/kekhwatirkan itu untuk menjual produknya? - Apakah wajib etika masuk dalam memainkan persoalan dalam peran Masih banyak lagi analisis mengenai persoalan dalam periklanan. Perlu ada pengawasan dalam isi iklan itu sendiri. Kasus lain yang sempat menjadi kontraversi di publik adalah iklan komputer Apple, NIKE, KFC, dan iklan kampanye, yang mana perlu ditinjau untuk melindungi audience sebagai konsumen dari media penyiaran. Menjadi catetan bahwa, etika iklan sangatlah penting, sama seperti sejarah iklan. Karena itu, media akan menyoroti terus-menerus iklan yang mengandung kontraversi. Karina Laprisa Putri Nasution 013 12 143 491
  • 7. FORMAT PEMBUATAN RINGKASAN BUKU --------PENTINGNYA KONTEN MEDIA------1 Judul Buku : Mediating the Message: Theories of Influences of Mass Media Content Judul Chapter : Analyzing Media Content Halaman : 23 – 37 Pengarang : Pamela Shoemaker & Stephen Reese Penerbit : Longman Publishing Group Tahun Terbit : 1991 A. MENGAPA ISI (KONTEN) MEDIA ITU PENTING? Isi media adalah keputusan yang diambil oleh produser, penulis, editor, dan juga oleh perilaku konsumen media baik televisi maupun radio. Isi dari media itu menjadi penting juga krena dapat membantu dalam menyimpulkan beragam fenomena. Seperti contoh adalah media luar negeri yaitu National Enquirer yang mengemas isi media khususnya koran lebih menarik dibandingkan dengan New York Times. Media mempunyai editor yang berbeda sehingga setiap media menunjukan orientasi politik yang berbeda juga. Pembelajaran tentang isi media juga dapat menentukan dan memprediksi reaksi penonton. Buku dari Bradley Greenbergs yang berjudul Life On Televisions pada tahun 1980 hanya berfokus kepada isi televisi hiburan, Bradley juga berpendapat bahwa hal yang penting dalam membuat isi media adalah mempelejari dunia dari konsumen, apa yang konsumen sukai dan inginkan. Mempelajari konten atau isi dari media juga dapat membantu dalam menilai kenyataan yang terjadi di sekitar atau lebih tepatnya menilai kenyataan yang terjadi di kehidupan konsumen. 1 Dibuat sebagai Tugas Akhir untuk UAS Mata Kuliah Formatologi Berita pada Prodi Manajemen Berita, Jurusan Radio-TV, Sekolah Tinggi Multi Media Yogyakarta Tahun 2014 dengan Dosen Pengampu Darmanto.
  • 8. Reformasi social beranggapan bahwa isi media setara atau sejajar dengan dampak langsung dari konsumen dan juga isi media menggunakan penelitian konten atau riset dalam membentuk isi media khusus atau tertentu. Studi media saja tidak cukup, melainkan lebih kepada penelitian konten yang sistematis dengan pola beraturan juga dapat menentukan isi media. B. PENELITIAN TEORI KONTEN DAN KOMUNIKASI Mengategorikan Konten Pengertian tentang apa itu media konten masih sangat membingungkan dan tidak jelas, karena tiap konten memiliki efek yang berbeda, tergantung dengan tujuan konsumen dan tekanan dari organisasi sekitar. Banyak teori dan studi yang tidak secara nyata dalam memeriksa konten, mereka lebih peduli dan lebih memeriksa konten dari media lain. Mengkategorikan isi media bisa berdasakan beberapa aspek, diantaranya adalah daya tarik khalayak –pintar atau bodoh, efek tertentu –pro social atau anti social, media yang digunakan – tv, radio atau koran, konten seksual –porno atau non porno, dan berbagai macam cara lainnya. Salah 1 pendekatan umum yakni berdasarkan fungsi. Harold Lasswell mengusulkan beberapa mode komunikasi dan mengidentifikasi 3 fungsi penting komunikasi di masyarakat. Yang pertama adalah pengawasan lingkungan yang paling erat dan Wright juga mengatakan bahwa berita menyeduakan peringatan tentang ancaman dan bahaya di dunia serta berguna untuk berbagai hal di dunia seperti pasar saham, navigasi dan hal lainnya. Yang kedua adalah hubungan antara elemen masyarakat dalam menanggapi lingkungan yang menjelaskan bahwa media adlaah instrument fungsional dan Laswell masih kurang tegas karena terlalu banyak analogi, ia juga menafsirkan berita sering dianggap komunikasi membujuk. Laswell juga mengatakan bahwa konten korelatif tidak ada iklan namun masih dipertimbangkan. Dan yang terakhir adalah transmisi warisan social dari 1 generasi ke generasi selanjutnya yang bermakna agar tiap media mengirimkan pelajaran untuk anggota baru di masyarakat sehingga dapat mewariskan sikap dari 1 generasi ke generasi selanjutnya. Lalu Wright pada taun 1986 menambahkan 1 fungsi penting komunikasi yakni hiburan. Beberapa peneliti komunikasi cenderung menggunakan teori fungsional yang sudah disebutkan diatas.
  • 9. Fokus Kepada Berita dan Hiburan Banyak peneliti komunikasi yang masih ragu dengan konten korelatif dan lebih memilih kata persuasive, dan konten korelatif hanya dipakai sebagaian kecil ruang media yang tersedia. Berita dan hiburan adalah 2 jenis konten media yang paling diminati di masyarakat karena manggambarkan realitas social yang terjadi. Berita dan hiburan juga secara bersamaan memberitahukan hal tentang dunai dan membentuk lingkaran simbolik yang sangat signifikan, 2 konten ini juga menentukan bagaimana masyarakat harus bersikap dan membawa konsumen atau penonton ke tempat yang belum mereka datangi sebelumnya, contohnya adalah tayangan di luar negeri atau penjara, dan lain lain. 2 konten ini juga akan diperiksa secara otomatis di beberapa bagian seperti frekuensi pesan, teknik produksi dan sasaran penonton. C. PENGUKUR ISI (KONTEN) Pengukur konten dapat dilihat dari apapun yang muncul di media massa. Para peneliti komunikasi mendekati atau mempelajari konten dengan cara yang berbeda yakni dengan menggunakan alat konseptual serta metodologis yang berbeda, seperti contohnya aspek humanis dan perilaku tradisional. Biasanya, kita hanya melakukan pendeketan ilmu social untuk membahas konten sedangkan para peneliti komunikasi menggunakan pendekatan humanistic seperti yang sudah dijelaskan diatas. Konten juga merupakan bagian internal dari berbagai budaya yang nyata. Para humanis juga memeriksa setiap konten sebelum disiarkan atau dicetak untuk makna estetika. Analisis retoritis adalah salah 1 cabang menonjol dari tradisi humanistic yang meneliti tentang logika internal konten, bentuk, kesatuan tematik dan lain-lain. Aspek lain adalah kuantitatif dan kualitatif, analisis perilaku tidak berdasarkan atau menggunakan teknik kuantitatif atau numeric, tapi berdasarkan 2 hal tersebut. Ilmuan social mengukur konten sesuai dengan perilaku stimulus konsumen. Aspek kuantitatif membahas tentang pendekatan penelitian media dan analisis isi. Sedangkan aspek kualitatif biasanya digunakan oleh analisis humanistic.
  • 10. D. APAKAH MEDIA MENCERMINKAN PERISTIWA? Konseptualisasi Aktif & Pasif Menurut Walter Lippmann, konsumen harus bisa membedakan antara realitas dan realitas social atau yang biasa disebut dengan “dunia luar”, Lippmann mengatakan ini karena ia memperhatikan bahwa konsumen berperilaku dan berfikir berdasarkan dengan apa yang mereka lihat di media. Peran Pasif Untuk Media: Media Sebagai Kanal Orang dahulu sangat dipengaruhi oleh kekuatan ekonomi dan politik dari komunitas internal mereka sendiri. Beberapa konsep memperlakukan media sebagai alat pemancar pasif sementara media lain melihat media sebagai pengambil peran yang lebih aktif dalam memanipulasi realitas. Westiey dan Maclean pada tahun 1957 mengatakan bahwa media sendiri tidak lebih disalurkan melalui pemancar netral pesan yang menghubungkan pengirim kepada penerima Proses komunikasi media massa khusus dirancang dengan pengumpulan berita lewat pikiran yang akan dikirimkan tanpa maksud apapun untuk mempengaruhi konsumen. Pembelajaran tentang efek media khususnya media massa dianggap sebagai alat yang kuat dan dapat digunakan untuk tujuan social. Media juga dipandang sebagai instrument untuk menyampaikan pesan. Harold Lasswell mengatakan pada studinya tahun 1927 yang membahas tetang perang dunia pertama dan menggunakan komunikasi modern. Lalu studi dilanjutkan oleh Paul Lazasfeld yang tujuannya adalah untuk menyamakan pikiran konsumen. Studi tersebut menyimpulkan bahwa efek utama dari media massa dalam kampanye politik adalah untuk memperkuat sikap politik yang sudah ada. Komunikasi massa juga mempunyai fungus antara dan melalui perhubungan factor dan pengaruh mediasi. Konsumen diasumsikan memberikan komentar menurut pandangan sendiri sehingga analisis media tidak dianggap penting. Media juga dianggap sebagai kanal karena memilih pesan yang paling konsisten. Selain tanggapan masyarakat (konsumen), wartawan adalah sumber lain dari media.
  • 11. Efek nol mediayakni menyatakan bahwa media massa memberikan representasi yang adil mengenai realitas. Efek ini juga mempelajari bahwa konten media bebas dari distorsi, Karena semakin konten media memuat siaran distorsi, makan akan mengurangi konsumen dan merugikan pemilik media. Model nol dan model terbatas tidak terpengaruhi dengan teori distorsi ini. Karena control media terletak pada pemirsa atau konsumen. Peneliti komunikasi mulai mengatasi beberapa masalah dalam konten media diantaranya adalah banyak media yang gagal menjelaskan liputan 1 berita di tempat yang sama namun hasilnya berbeda. Peran Aktif Untuk Media: Media Sebagai Peserta Penampilan di televisi atau media akan sangat berbeda dengan realita seperti acara parade MacArthur pada tahun 1951 yang dianalisis oleh Kurt & Gladys Lang pada tahun 1971. Manipulasi Realitas Isi media didasarkan pada apa yang terjadi secara psikologis dan media punya logika struktur berdasarkan elemen psikologis tersebut. Acara media banyak dimanipulasi terutama beberapa acara yang ditayangkan untuk acara prime time. Media juga terkadang memaksakan logikanya lewat stereotype yang diselipkan di tiap siarannya. Visual & Manipulasi Verbal Penelitian utama terarah pada konten verbal (teks), bukan kepada gambar, karena konsumen berasumsi bahwa teks lebih banyak memberikan manipulasi dibanding dengan gambar yang menunjukan realitas. Ada beberapa penelitian yang juga menyatakan bahwa film dan tv susah dipelajari dan dianggap kurang serius karena kamera dapat memanipulasi persepsi dibandingkan dengan tulisan Aghni Fajar Pratiwi 01312143508
  • 12. Judul Buku : Mediating the Message: Theories of Influence of Mass Media Content Judul Chapter : Beyond Processes and Effects Halaman : 9-20 Pengarang : Pamela Shoemaker & Stephen Reese Penerbit : Longman Publishing Group Tahun Terbit : 2008 FOKUS PENELITIAN PADA KOMUNIKASI Level analisis dalam penelitian komunikasi dapat dimulai dari pembentukan kesatuan micro ke macro atau dari yang terkecil ke yang lebih besar. Sebuah studi microlevel menguji komunikasi sebagai sebuah aktivitas dan mempengaruhi setiap orang. Selain untuk kontrol satu sama lain, komunikasi juga berperan sebagai jaringan social, organisasi, dan kebudayaan. Kejadian yg terjadi di level rendah bahkan untuk lingkup yang besar di tentukan dari apa yang terjadi di level atasnya. Apa yang dipelajari? Salah satu kutipan tentang proses komunikasi yang cukup populer adalah dari Harold Lasswell (1948): Apa, berbicara apa, melewati channel apa, untuk siapa dan menimbulkan efek apa. Komunikasi masa telah menguji element diatas. Tapi dari semua itu intinya adalah, audience dan efek. Studi utama pada komunikasi Dalam isi media. Lowery dan DeFleur mengidentifikasi hanya ada tiga hal yang menonjol dari isi media. Yang paling terkenal, Frederic Wertham’s The Seduction of the Innocent (1954) yang menyebabkan keributan besar di public dengan sesuatu yang berhubungan dengan sexual dan kekerasan dalam sebuah komik yang dapat membawa efek negative bagi pembaca.
  • 13. Kebanyakan dari studi “Milestone” jatuh kepada “untuk siapa”. Yang pertama, The Payn Fund Studies of 1993. Tujuan dari pembelajaran ini termasuk ukuran isi film, sasaran audience, dengan objek utama bagaimana sebuah film mempengaruhi anak anak. Penulis menyimpulkan bahwa sejumlah faktor individu dan situasional memediasi efek film. Seperti penelitian yang dilakukan oleh tentara Amerika dengan psikologis Carl Hovland selama perang dunia ke II, komunikasi secara sistematis mengadung bermacam macam isi yang bersifat persuasive. studi akhir dalam matriks (McCombs & Shaw, 1972) kami memeriksa pengaturan agenda media. para peneliti menemukan bahwa Chapel Hill, North Carolina, warga dianggap isu yang penting sejauh bahwa media menekankan isu-isu tersebut, dengan kata lain, media ditemukan memiliki dampak kognitif yang berpotensi persuasif dengan menekankan agenda isu yang memberitahu orang apa yang tidak berpikir, tapi apa yang harus dipikirkan. meskipun individu secara spesifik diwawancarai untuk penelitian ini, tanggapan mereka digabungkan; isu-isu penting peringkat oleh masyarakat Chapel Hill sesuai dengan yang ditekankan oleh media yang tersedia bagi mereka. dengan memetakan studi ini, yang diidentifikasi oleh para ahli komunikasi sebagai sesuatu yang ditekankan, kita dapat melihat dengan jelas bahwa tekanan dari penelitian komunikasi telah menuju individu atau mikro, tingkat dan arah dari fokus penonton dan efek pada penonton itu. bila konten telah dipelajari itu biasanya berada untuk membuat kesimpulan tentang efek potensial dari orang-orang, organisasi, dan masyarakat yang memproduksinya. sebelum membahas alasan untuk ketidakseimbangan ini, kami menggunakan dua contoh terakhir untuk membuat titik kita dengan cara lain. sebagian besar mahasiswa telah memiliki banyak pengalaman dalam belajar dari buku teks yang menyampaikan kebijaksanaan umum lapangan dengan merangkum segudang studi. buku tersebut harus sesuai dengan apa yang profesor yang mengajar di lapangan mempertimbangkan norma pendekatan dominan paradigma. kita bisa, karena itu mendapatkan membaca cepat pada bagaimana lapangan telah dikembangkan dengan berkonsultasi buku teks populer, dua dalam teori komunikasi yang dapat dianggap khas Massa Teori Komunikasi dan Penelitian dan massa Proses media dan efek
  • 14. kedua teks dimulai dengan bab tentang sifat teori dan penelitian secara umum dan kemudian mengabdikan sebagian besar ruang yang tersisa untuk penonton dan efek penelitian. tan mengabdikan bagian untuk komunikasi dan persuasi efek, penonton dan perlu sosialisasi, dan media dan perubahan sosial (yang terakhir ini mendekati tingkat macroanalysis). hanya 6 persen dari komunikator sampul buku dan lingkungannya. jeffres, sebagai nama bukunya menunjukkan, mencurahkan singa berbagi ruang untuk penelitian efek bab masing-masing pada efek sosial, politik, ekonomi, dan budaya. satu bab mencakup penonton, dan konten lain, tapi jauh dari yang terakhir ini mengabdikan persepsi penonton konten media. sekitar 15 persen dari buku terdiri dari informasi tentang industri media, orang, dan organisasi. WHY THE TRADITIONAL FOCUS? Fokus teori komunikasi yang berlaku secara tradisional adalah ditujukan untuk siapa dan apa dampaknya. Konteks Ilmu Sosial Jurnalisme dan ilmu sosial adalah kumpulan sistem informasi. Keduanya tak akan bisa dipahami secara terpisah dari dari budaya yang menciptakan dan mendukungnya. Jurnalisme dan ilmu sosial memiliki rutinitas seperti kebiasaan yang teratur dan prosedur. Paradigma juga turut memengaruhi hal ini, karena paradigma merupakan cara menggambarkan realita berdasarkan asumsi luas mengenai bagaimana untuk mengumpulkan dan menafsirkan informasi. Paradigma berdasarkan kepercayaan dan harapan saat ini, dan hasilnya , kita cenderung menggunakannya sebagai pembenaran. Kita kehilangan penglihatan akan fakta bahwa kepercayaan dan harapan – dan oleh karenanya paradigma tidak hanya mengubah waktu tapi juga lingkungan budaya. Fokus pada Individual Menjunjung tinggi individualisme ifpada kelompok merupakan norma sosial dan sudah menjadi kebiasaan di Amerika. Terlalu bergantung pada orang lain sangat tidak disarankankan di Amerika, karena orang yang bergantung dianggap lemah, dan secara psikologi tidak berkembang. Orang yang berdiri sendiri lebih dihargai daripada anggota sebuah organisasi. Bahkan, keseragaman memiliki kencederungan negatif di sini. Hal itu juga berlaku sama pada
  • 15. sistem politiknya, liberalisme. Tidak begitu jauh dengan politik, kebiasaan liberalisme juga terlihat jelas pada ekonominya. Sebagai salah satu contoh, banyak perusahaan mobil yang sedang berusaha menananmkan nilai “freedom of transportation” dengan menekan lebih banyak jalur lalu lintas, yang itu berarti permintaan mobil semakin tinggi. Individualisme sebagai Metodologi Teknik yang digunakan untuk menganalisi data di Amerika, sering berdasarkan survei dari responden secara individual. Mereka mengamati dengan sejumlah kecil orang yang mewakili dari jumlah keseluruhan di suatu lingkungan, jadi hasil dari pengamatan tersebut adalah kesimpulannya. Tapi di sisi lain, C. Wright Mills berpendapat bahwa kita tidak bisa memahami struktur sosial yang lebih luas hanya berdasarkan data individu. Individualisme sebagai Teori Teori metodologi telah mendorong perkembangan teori ini sendiri yang menjadi lebih rumit. Hal itu disebabkan perilaku individu yang pada umumnya memiliki banyak sebab. Konsep androgini, pertanda adanya sifat laki-laki dan perempuan pada kepribadian individu, dan hal tersebut diasumsikan untuk menentukan standard kesehatan psikologi. Edward Sampson (1977, p. 772) mengatakan budaya ketergantungan tidak akan mendorong kemampuan diri tapi justru akan memisahkan dengan orang lain di sekitarnya. Budaya ketergantungan akan lebih bernilai pada seseorang yang mengetahui batas penerapannya, khususnya untuk meraih tujuan dalam hidupnya sebagai manusia. Pada bidang studi terkemuka lainnya, konsistensi kognitif, individu dikatakan untuk berjuang agar menjaga pikiran dan perilaku mereka tetap konsisten, dan ketidakmampuan untuk menerapkan hasilnya pada ketegangan yang membuat tidak nyaman, atau disonansi (Festinger, 1957). Tidak menutup kemungkinan, menjalani tujuan yang tidak diinginkan dapat menimbulkan disonansi, yang bisa dikurangi dengan mengubah persepsi seseorang akan tujuan tersebut (Aronson & Mills, 1959). Suatu penelitian, ada penemuan di mana banyak orang merespon lebih agresif saat mereka sedang frustasi, khususnya jika frustasi tersebut dilihat sebagai kesewenangan (Pastore, 1952; Berkowitz, 1962).
  • 16. Albert Pepitone (1976) mengatakan bahwa orang yang memiliki sasaran akan disonan, kemungkinan akan memperlihatkan norma budaya berbagi (dalam etika Protestan, pencarian tujuan yang berharga menuntut kerja keras dan pengorbanan) atau sifat agresif tersebut dianggap sebagai respon terhadap suatu pelanggaran, etika pelanggaran dari suatu norma budaya.Budaya yang berfokus pada individualisme mewarnai cara penelitian yang dilakukan pada budaya tersebut, dan kita harus berhati-hati akan keberagaman tersebut guna mencegah kekeliruan yang biasa terjadi. Kita harus memahami bahwa karena kita bisa dan mampu menilai perilaku individu, maka kita tidak bisa menyimpulkan bahwa faktor individu merupakan satu-satunya penyebab dari suatu perilaku. Fokus pada Audiens dan Dampak Seperti yang telah kita ketahui, fokus dominan secara tradisional lebih terletak pada proses dan dampak dari konten komunikasi yang digunakan oleh audiens, daripada organisasi, institusi dan akar budaya dari konten tersebut. Kekeliruan Ilmu Sosial Penelitian komunikasi massa berbagi dengan penelitian ilmu sosial lainnya mengenai luasnya atau jangkauan yang mana telah gagal untuk menguji secara kritis sistem yang dikembangkan. Inti pada konteks ini adalah, orang-orang lebih cenderung untuk mengukur atau menilai, menganalisis, dan mengevaluasi proses dari sistem yang digunakan saat ini, daripada menyelidiki kemungkinan alternatif lain, baik pada bidang politik maupun ekonomi. Awal Perlindungan Institusi Kemunculan kerjasama gabungan akademik membuat peneliti akademisi terlalu bergantung pada pembiayaan dalam jumlah besar. Ketergantungan pada keuangan datang dari luar institusi itu, Lynd berpendapat untuk mendorong para peneliti dalam dukungan sementara akan sistem penentuan sebuah masalah. Masalah tersebut, dengan kata lain, perhatian utama
  • 17. akan organisasi media besar berfokus pada apa yang telah dilakukan audiens terhadap produk media tersebut. Pemerintah juga menginginkan informasi mengenai dampak media. Mereka menggunakan media untuk melancarkan strategi politik dan tujuannua. Contohnya pada saat mendoktrin tentara Amerika pentingnya ikut berperang pada zaman Perang Dunia II. Kaitannya dengan Masa Kini Banyak institusi media yang melanjutkan untuk menyediakan tunjangan bagi para pelajar untuk mengadakan penelitian, dan banyak ahli media menyediakan pertukaran antarsekolah dan universitas. Namun tidak sedikit siswa yang tidak mempermasalahkan akan keadaan bahwa penelitian yang tidak mendapat tunjangan tidak boleh diusulkan untuk mengajukan bantuan, sehingga mereka membiayai sendiri. Mereka menunjukkan bahwa bekerja pada penerapan masalah bisa menghasilkan hasil yang menakjubkan dari nilai teori umum. Sikap tersebut bertumpu pada sudut pandang positivist, yaitu oleh ilmuwan tentang perilaku, yang berpendapat bahwa teori perilaku bisa dikembangkan mirip seperti kekuatan pada ilmu fisika. Maksudnya adalah ketika seseorang mengetahui semua karakteristik yang berhubungan dengan aksi suatu benda, maka ia akan mampu memprediksi bagaimana benda tersebut akan beraksi setiap waktu. Berkaitan dengan hal itu, beberapa ilmuwan sosial menyarankan, dengan waktu yang cukup, perilaku manusia dengan cara yang sama bisa diprediksi. Ana Marissa Farhani 01312143504
  • 18. Judul Buku : “Media Ethics – Issues and Cases” Judul Chapter : “Influences on content from Individual Media Workers” Pengaruh Pada Isi dari Pekerja Media Individu Halaman : 53- 84 Pengarang : Philip Patterson dan Lee Wilkins Penerbit : MC Graw Hill Higher Education Tahun Terbit : 2008 Banyak orang tidak suka dengan media massa. Konservatif menuduh media berkonsentrasi pada kenegatif berita yang mengekspresikan bias liberal. film dan televisi menayangkan terlalu banyak seks / kekerasan dan alur cerita yang tidak cukup signifikan. Dan banyak orang menyalahkan konten media , tepat di tangan pekerja komunikasi seperti jurnalisme, pembuat film, fotografer, iklan dan praktisi masyarakat. Kita membahas pengaruh potensial pada konten media massa dari faktor-faktor yang intrinsik pada pekerja komunikasi: pertama kita melihat karakteristik komunikator dan pada latar belakang pribadi dan profesional untuk melihat “bagaimana”, misalnya, pendidikan wartawan dapat mempengaruhi kisah mereka. kedua, kami mempertimbangkan pengaruh dari sikap pribadi komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan - bahwa komunikator memegang sebagai akibat dari latar belakang atau pengalaman pribadi, misalnya, sikap politik atau keyakinan agama. ketiga, kami menyelidiki orientasi proffesional dan konsepsi peran komunikator memegang setidaknya sebagian sebagai fungsi untuk pekerjaan mereka, misalnya, apakah jurnalis menganggap dirinya sebagai pemancar netral acara atau peserta aktif dalam mengembangkan cerita. pada akhir abad kesembilan belas, bagaimanapun, wartawan Amerika memiliki lebih banyak kesamaan dengan elit korporasi dibandingkan dengan kelas pekerja. ketika hart (1976) mempelajari latar belakang dari 137 editor surat kabar antara 1875 dan 1900, ia menemukan bahwa mereka tidak memiliki banyak kesamaan dengan imigran miskin atau bahkan dengan kebanyakan orang Amerika. Mulai dari magang di percetakan dan bekerja dengan cara mereka hingga menjadi pemilik surat kabar. editor abad kesembilan belas muda lebih mungkin berasal dari keluarga elit di mana ayah berhasil dalam bisnis. editor muda umumnya memulai karier
  • 19. jurnalisme sebagai reporter dan kurang mungkin dibandingkan pendahulu mereka untuk membeli saham mayoritas di surat kabar mereka bekerja. Evolusi Karir Komunikasi jurnalisme selalu menjadi relatif karir untuk mendapatkan into- tidak ada lisensi atau tes yang diperlukan, Anda bahkan tidak perlu gelar sarjana dalam jurnalisme. karena kebanyakan orang berpikir bahwa mereka bisa menulis (apakah mereka bisa atau tidak), mereka sering berpikir bahwa mereka akan menjadit wartawan yang baik. kemudaan dikaitkan dengan kegembiraan, dan perasaan senang, dan penemuan membuat wartawan yang baik. kadang-kadang wartawan hanya bosan dan dibakar oleh sifat yang berulang dari pekerjaan (bukan cerita pemilu lain tentang pasangan yang mendukung kandidat!) atau dengan sinisme yang sering menyertai peran wartawan. Beberapa wartawan meninggalkan pekerjaan pengumpulan berita mereka untuk bekerja sebagai penulis dan produser televisi. Pendidikan Komunikator Aspek lain dari komunikator latar belakang adalah jumlah dan jenis pendidikan yang mereka miliki. departemen komunikasi telah berkembang di perguruan tinggi di bawah sejumlah nama- jurnalisme yang berbeda, komunikasi massa, film televisi radio, pidato, iklan, seni komunikasi, dan ilmu komunikasi. hari ini mayoritas profesional media memiliki gelar komunikasi, sedangkan sebelumnya mereka datang terutama dari Inggris, menulis kreatif, ilmu politik, studi Amerika, atau disiplin ilmu lainnya. menulis bahwa wartawan yang baik harus "tahu lebih sedikit tentang banyak hal, mulai dari matematika untuk kebijakan luar negeri, dari politik pengadilan sejarah seni. mereka harus peduli tentang banyak hal. departemen komunikasi massa yang paling diselenggarakan menurut media, di editorial berita, majalah, siaran, foto jurnalistik, public relations, atau iklan . mahasiswa mengambil sedikit kursus yang sama, berkonsentrasi pada perolehan pengetahuan khusus dari urutan mereka. Hari ini, sebagian besar profesional media memiliki gelar komunikasi, sedangkan sebelumnya mereka datang terutama dari Inggris, menulis kreatif, ilmu politik, studi Amerika, atau disiplin ilmu lainnya (Weaver dan wilhoit, 1986). Tidak semua orang-orang media menghargai pendidikan jurnalistik, bagaimanapun, CBS penulis / editor Charles Kuraltmengatakan bahwa ia lebih suka menyewa studi pascasarjana Amerika dari seseorang dari sekolah jurnalisme.
  • 20. Perubahan dari lulusan komunikasi dalam manajemen selama beberapa dekade dapat menjelaskan peningkatan komunikasi karyawan pascasarjana.Dalam penilaiannya dari "contoh sekolah jurnalistik" Footlick (1988) menulis bahwa jurnalis handal harus tahu lebih tentang banyak hal, mulai dari matematika untuk kebijakan luar negeri, dari politik pengadilan sejarah seni. Mereka harus peduli tentang banyak hal. Mereka harus mampu belajar dengan cepat . Mereka harus menulis dengan baik, dan menghargai kemampuan itu. Untuk sebagian besar profesional, sekolah jurnalisme teladan adalah orang-orang yang memberikan siswa kesempatan terbaik untuk mulai menguasai sifat-sifat yang mendasar. Efek dari Latar Belakang Profesional Media pada Konten MediaMasih ada kecenderungan untuk latar belakang untuk mempengaruhi bagaimana kita melihat dunia. Keluarga kami, sekolah kami, dan semua pengalaman hidup kita membentuk prioritas kita, harapan, dan impian. Ini tidak berbeda proses untuk para profesional komunikasi daripada bagi pekerja konstruksi, dokter, atau pekerja sosial.tetapi seberapa kuat adalah pengaruh seperti itu? Weaver dan wilhoit mengatakan bahwa efekdari wartawan demografi pada nilai-nilai berita dan konten mungkin kecil, mengingat pentingnya rutinitas organisasi dan kendala (1986, hal.25). Oleh karena itu, ada kemungkinanbahwa peningkatan jumlah perempuan dan minoritas dalam media massa tidak akan menimbulkan perubahan yang signifikan dalam konten media, pendidikan, sosialisasi, dan kendala organisasi dapat meniadakan perbedaan yang paling individual antara komunikator. Ini adalah pertanyaan empiral, bagaimanapun, dan dapat diatasi dengan penelitian. Seperti dalam semua karir, populasi profesional komunikasi dipilih sendiri-Anda "relawan" untuk menjadi seorang jurnalis; Anda tidak disusun-dan orang-orang yang memilih karir yang sama cenderung memiliki karakteristik yang sama. Hess (981, p.124) mengatakan bahwa ada "tipe kepribadian" dalam jurnalisme tentang wartawan kepribadian "mungkin bidang yang paling menjanjikan dari studi untuk menjelaskan mengapa berita seperti itu." Dia mengatakan bahwa wartawan seperti abstraksi kegembiraan dan tidak suka. Cinta mereka untuk kegembiraan membuat mereka lebih memilih menutupi Senat daripada rumah Perwakilan danpolitik ketimbang manajemen. SIKAP PRIBADI, NILAI, DAN KEPERCAYAAN Tuduhan bahwa komunikator massa secara politik liberal, Antiagama, dan tidak seperti "kebanyakan orang Amerika" telah umum dalam beberapa tahun terakhir.
  • 21. Kepedulian dengankomunikator massa sikap dan nilai-nilai yang didasarkan pada asumsi bahwa sikap seorang jurnalis mempengaruhi cerita nya. NILAI PRIBADI DAN KEPERCAYAAN Wartawan AS (dan banyak orang Amerika lainnya) umumnya memegang apa yang disebut "ibu" nilai-mereka mendukung keluarga, cinta, persahabatan, dan kemakmuran ekonomi; mereka menentang kebencian, prasangka, dan perang (Gans, 1979, hal. 42). Selain nilai-nilai dasar ini berurusan dengan kebaikan manusia (atau kurangnya itu), wartawan juga memegangnilai-nilai yang lebih khas dari gerakan progresif Amerika dari awal abad twentleth (Gans, 1979). Demokrasi altruistik adalah label Gans digunakan untuk menunjukkan sebagian besar wartawan keyakinan bahwa berita harus "mengikuti kursus berdasarkan kepentingan publik dan pelayanan publik" (1979, hal.43). Nilai ini menggarisbawahi cerita tentang politisi korup dan lain-lain yang menyimpang dari suatu ideal demokrasi tak tertulis, limbah pemerintah, dan kegagalanKapitalisme yang bertanggung jawab adalah apa yang kebanyakan wartawan mengharapkan orang bisnis persaingan praktek-wajar tanpa keuntungan terlalu tinggi atau eksplorasi pekerja, dan menghormati usaha kecil dan-familiy yang dimiliki.Kota kecil pastoralism adalah ideal jurnalistik, yang mewakili daerah pedesaan dan kota-kota kecil sebagai pusat kebajikan, keahlian, dan hubungan sosial. Cerita tentang daerah perkotaanmenekankan kejahatan, riuh kecepatan, kerusuhan rasial, masalah ekonomi, dan ancaman terhadap lingkungan.Individualisme dihargai oleh wartawan, yang mengisi cerita fitur dengan "individualis kasar" - orang yang bekerja untuk kebaikan masyarakat, tetapi dengan cara mereka sendiri. Individu adalah pahlawan yang menang meskipun menaklukkan rintangan. Nilai ini juga berlaku untuk cerita tentang teknologi dan organisasi besar yang merampok orang individualisme mereka. Moderatism bertindak sebagai memeriksa individualisme yang berlebihan -pahlawan tidak harus melanggar hukum atau norma-norma yang ada. Fanatisme apapun diperlakukan sebagaitersangka, seperti konsumsi dan ideologi politik yang sungguh-sungguh.Tatanan sosial dinilai tinggi oleh wartawan, memimpin mereka untuk memasukkan banyak cerita tentang kerusuhan dan ancaman terhadap pembentukan. Dengan menunjukkan contoh di mana orang
  • 22. bertindak bertentangan dengan nilai-nilai sosial yang didirikan, wartawan membantu menentukan apa yang perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima.Kepemimpinan juga dihargai oleh wartawan, karena kepemimpinan yang diperlukan untuk penanganan sosial. SIKAP POLITIK PRIBADI Kebijaksanaan populer pada awal 1980-an menyatakan bahwa wartawan terutama liberal. Apa yang ada di balik orientasi politik mereka? Kita telah membahas fakta bahwa wartawan cenderung lebih berpendidikan daripada rata-rata Amerika- yang berbeda yang telah dikaitkan dengan tuduhan bahwa wartawan lebih politis daripada kebanyakan orang Amerika liberal (Organ, 1985). Pendidikan tinggi tidak selalu terikat dengan liberalisme. Sedangkan mahasiswa tahun 1960-an dan awal 1970-an telah menunjukkan kecenderungan untuk menjadi lebih konservatif.Apakah benar atau tidak, banyak orang bertahan dalam persepsi mereka tentang wartawan yang secara politik lebih liberal daripada populasi umum, dan jurnalis tidak kebal terhadap hal ini: dalam studinya tentang "elit" persatuan pers Washington, Hess (1981) menemukan bahwa, meskipun wartawan washington juga melihat berita yang memiliki bias liberal, mereka menilai diri mereka lebih konservatif dibandingkan gambar ini (hal.115). Hess menyebutkan bahwa wartawan elit washington lebih apolitis dari tekan kritikus. ORIENTASI KEPERCAYAAN PERSONAL Terkait erat dengan argumen tentang orientasi politik wartawan adalah sejauh mana wartawanatau menentang Kristen, Yahudi, atau agama lainnya. Olasky (1988) mengatakan bahwa, meskipun wartawan itu kristen sampai pertengahan 1800-an, wartawan modern telah "dipengaruhi humanisme anti-kristen dan panteisme.Lichter, Rothman, dan Lichter (1986) belajar jurnalisme di sepuluh "elit" organisasi media nasional, menemukan bahwa 20 persen Protestan, sekitar 13 persen adalah Katolik, dan 14 persen Yahudi. Sekitar setengah dari wartawan elit mengatakan bahwa mereka tidak memilikiafiliasi keagamaan, dan 86 persen wartawan elit melaporkan bahwa mereka "jarang atau tidakpernah menghadiri acara keagamaan".ini wartawan elit berubah menjadi jauh lebih sekuler daripada wartawan secara keseluruhan.
  • 23. PENGARUH SIKAP PRIBADI, NILAI, DAN KEPERCAYAAN PADA KONTEN Salah satu dari pertnyaan paling kontroversial yang dihadapi orang-orang yang mempelajari isi media massa adalah sejauh mana sikap komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan mempengaruhi konten ..Dari uji empiris sejauh mana sikap pribadi komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan mempengaruhi pekerjaan mereka memberikan hasil yang bertentangan:Shoemaker (1984) menunjukkan bahwa sikap umum tentang minat khusus dan kelompok politik lainnya dapat mempengaruhi bagaimana kelompok ditutupi oleh media berita. Ia berkorelasi data dari analisis isi tentang bagaimana pengesahan new york times yang dituutupisebelas kelompok politik dengan survei dari sikap wartawan AS terhadap kelompok. PERAN DAN ETIKA PROFESIONAL kita memperlakukan orientasi kerja terkait secara terpisah dari sikap komunikator pribadi, nilai- nilai, dan keyakinan, yang terutama dibentuk oleh kekuatan-kekuatan luar off komunikasi masa, seperti karakteristik pribadi mereka, latar belakang, dan pengalaman. sebagai wartawan muda membaca koran atau menonton stasiun televisi mereka siaran berita, mereka belajar banyak tentang norma masyarakat dan bagaimana wartawan menutupi kontroversi. adalah kandidat yang demokratis dan republik diperlakukan dengan cara yang sama? nwhat tentang calon partai libertarian atau sosialis? mereka juga belajar dari proces editing, yang memberikan wartawan baru umpan balik langsung tentang apa yang diterima dalam cerita. berkembang biak menambahkan bahwa komunikasi langsung dari kebijakan dari editor atau penerbit manajer jarang. karyawan baru belajar dengan osmosis hal.182 seperti dengan mendengarkan atasan mereka membahas pross dan kontra dari berbagai berita. PERAN PROFESIONAL adalah jurnalisme profesi? jawabannya tergantung pada yang menetapkan kriteria yang Anda gunakan, salah mendefinisikan profesi sebagai memiliki karakteristik sebagai berikut (Lambeth, 1986 p.82) 1. itu adalah waktu pekerjaan penuh. ini memang benar dari sebagian besar wartawan. 2. praktisi yang sangat cominitted dengan tujuan dari profession.journalists mungkin tidak cominitted jurnalisme sebagai dokter harus obat 3.entrance ke dan kelanjutan dalam profesi diatur oleh organisasi formal yang telah ditetapkan
  • 24. standards.there profesional ada otoritas perizinan bagi wartawan, dan meskipun kode ethies dan standart profesional yang direkomendasikan oleh banyak organisasi jurnalistik. 4.praktisi yang mengaku profesi berikut pendidikan formal resep dan akuisisi badan khusus knowladge. meskipun sebagian besar wartawan saat ini memiliki pelatihan kolase jurnalistik, tidak ada gelar jurnalisme atau gelar lain dalam hal ini diperlukan. 5. harus melayani masyarakat. meskipun kritikus menyatakan bahwa aspek bisnis media massa gerhana peran layanan mereka. 6. anggotanya harus memiliki otonomi tingkat tinggi. walaupun beberapa wartawan memiliki otonomi lebih dari yang lain, wartawan sebagai kelompok tunduk pada berbagai kendala organisasi yang mendikte apa yang mereka lakukan dan ketika mereka lakukan. Kriteria jurnalis profesionla yang cocok dengan sangat baik. meskipun sebagian besar pekerjaan jurnalisme penuh waktu, setidaknya untuk sementara berkomitmen untuk pekerjaan mereka, dan melakukan pelayanan bahwa masyarakat bantuan, tidak ada mekanisme untuk menegakkan standar profesional atau presscribing sekolah formal dan akuisisi tubuh. tapi perasaan di wartawan tentang profesionalisme mereka mempengaruhi cerita yang mereka menulis dan mengedit? penenun dan wilhoit menyimpulkan bahwa organisasi media mengerahkan banyak kontrol birokrasi atas produksi contens media, dan kontrol ini membatasi pengaruh Journalis individu orientasi profesional. wartawan netral melihat pekerjaan mereka sebagai mendapatkan informasi kepada masyarakat dengan cepat, menghindari cerita dengan konten belum diverifikasi, concontrating pada audiance terluas, dan entertzining audiance tersebut. penenun dan wilhoit demikian mengidentifikasi tiga konsepsi peran jurnalistik (1986,112-117) 1. fungsi interpretatif 2. fungsi penyebaran 3 fungsi lawan PERAN ETIKA keyakinan wartawan tentang apa yang etis dapat mengerahkan lebih berpengaruh terhadap konten media walaupun jurnalisme secara keseluruhan tidak memiliki kode etik enforseable. ini
  • 25. memiliki standart diterbitkan yang mengatur bagaimana staf mereka harus beroperasi. beberapa wartawan mengambil pandangan sederhana terhadap etika, menyamakannya dengan objektivitas (Merril, 1985) yang lain dapat menyamakan perilaku etis dengan pengungkapan kebenaran, tetapi kebenaran? definisi kebenaran shif dari waktu ke waktu dan antara sumber. (christian, rotzoll Dan Fackler, 1987) beberapa wartawan berlindung dalam apa Tuchman 1972 panggilan "objektivitas sebagai ritual strategis". merancang satu set penguasa yang, setelah mengikuti memungkinkan wartawan untuk melindungi dirinya. strategi etika dilembagakan seperti langsung mengutip apa yang orang lain katakan (entah benar atau tidak) dan menyajikan "kedua sisi" dari sebuah argumen akan dibahas panjang lebar di bab berikutnya. strategi etika dilembagakan seperti langsung mengutip apa yang orang lain katakan (entah benar atau tidak) dan menyajikan "kedua sisi" dari sebuah argumen akan dibahas panjang lebar di bab berikutnya. dalam analisis akhir namun tidak ada kode etik dapat meresepkan perilaku dalam setiap situasi yang mungkin. interpretasi standar etika dan keputusan spesifik harus dilakukan oleh wartawan individul. EFEK DARI PERAN PROFESIONAL DAN ETIKA PADA KONTEN itu seens jelas bahwa cara wartawan mendefinisikan pekerjaan mereka akan mempengaruhi konten yang mereka produce.journalist yang melihat diri mereka sebagai penyebar atau netral harus menulis rekening yang sangat berbeda dari suatu peristiwa daripada mereka yang melihat diri mereka sebagai juru bahasa atau peserta. peran penilaian etis lebih mudah untuk menilai. cuaca keputusan untuk menerbitkan photograp tertentu didasarkan pada kode etik yang diterbitkan atau keputusan pribadi seseorang. keputusan memiliki efek nyata terhadap isi media. berkembang biak menunjukkan pada tahun 1964 bahwa standart etika dapat berbenturan dengan nilai-nilai lain, seperti menghargai kesopanan publik untuk konvensi dan ketertiban. Lathifah Arifianti 01312143502 Manarita 3b
  • 26. LATAR BELAKANG PEKERJA KOMUNIKASI YANG MEMPENGARUHI KONTEN MEDIA2 Judul Buku : MEDIATING THE MESSAGE. Theories of Influences on Mass Media Content Judul Chapter : Influences on Content from Individual Media Workers Halaman : 53-84 Pengarang : Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese Penerbit : Longman Publishers USA Tahun Terbit : 1991 Banyak masyarakat tidak puas dengan konten media massa karena menayangkan hal-hal yang dirasa negative. Masyarakat pun menyalahkan orang-orang dibalik konten media tersebut. Yang juga, faktor intrinsik dari orang-orang dibalik media (pekerja komunikasi/ komunikator) berpengaruh terhadap konten media massa yang ditayangkan. Faktor intrinsic tersebut antara lain:  Karakteristik, pengalaman, dan latar belakang pribadi  Proffesional background dan pengalaman bekerja  Perilaku etika komunikator  Kemampuan berorganisasi  Ideologi/ keyakinan dan pengalaman pribadi komunikator  Konsep peran komunikator pada pribadi mereka; apakah mereka menganggap diri mereka menjadi penyampai peristiwa atau berperan aktif dalam mengembangkan cerita Orang-orang yang bagaimanakah yang bisa menjadi pekerja komunikasi? 2 Dibuat sebagai Tugas Akhir untuk UAS Mata Kuliah Formatologi Berita pada Prodi Manajemen Berita, Jurusan Radio-TV, Sekolah Tinggi Multi Media Yogyakarta Tahun 2014 dengan Dosen Pengampu Darmanto.
  • 27. Karakteristik dan latar belakang komunikator tidak hanya membentuk sikap pribadi komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan, tetapi juga mengarahkan mereka pada pengalaman, sehingga membentuk mereka menjadi komunikator yang professional dan memiliki etika. Karakteristik komunikator meliputi jenis kelamin, etnis, dan orientasi seksual. Sedangkan latar belakang komunikator meliputi pengalaman, pendidikan agama, dan status social ekonomi keluarga mereka. Latar belakang cenderung mempengaruhi bagaimana mereka melihat dunia. Selanjutnya, mempengaruhi mereka untuk memilih konten apa yang akan disajikan, dan bagaimana menyajikannya. Contoh, pekerja komunikasi wanita kemungkinan/ bisa jadi lebih menekankan efek gender. Pengaruh sikap pribadi, nilai-nilai, dan keyakinan tentang konten media massa dirasa memiliki efek tidak langsung pada konten media massa. Namun, ketika komunikator memiliki kekuatan lebih atas pesan mereka, dapat menumbuhkan efek pada konten media yang dihasilkan. Sedangkan, peran profesional dan etika memiliki efek langsung pada konten media massa. Peran professional pekerja komunikasi dilihat dari bagaimana mereka menempatkan diri mereka sebagai pekerja komunikasi. Pekerja komunikasi harus memahami posisinya sebagai pelayan masyarakat. Hal ini mempengaruhi konten media yang mereka hasilkan. Pekerja komunikasi yang menempatkan dirinya pada posisi netral akan menghasilkan konten yang berbeda dari mereka yang berpihak pada satu sisi/ sebagai peserta. Pada suatu waktu, pekerja social akan berada dalam kebimbangan dalam menayangkan konten media yang dihasilkan. Mereka akan dihadapkan pada pilihan menayangkan konten sesuai kebenaran meski melanggar etika, atau mengikuti aturan etika yang terkadang bisa menjadikan kebenarannya menjadi bias. Masing-masing pilihan tentunya akan menghasilkan konten media yang berbeda.
  • 28. Yang juga perlu dipahami oleh para pekerja komunikasi adalah harus memperhatikan: 1. Tanggung jawab Bertanggungjawab memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui peristiwa yang menyangkut kepentingan publik 2. Kebebasan pers Kebebasan pers harus dijaga sebagai hak asasi manusia dalam bermasyarakat. Disertai dengan kebebasan dan tanggung jawab untuk menggali dan membahas serta menyampaikan kebenaran. 3. Etika 4. Akurasi dan objektivitas - Mencakup kebenaran dan objektivitas dalam melaporkan berita; yang menunjukkan akan peran professional yang berpengalaman. - Visual yang diberikan harus sesuai dengan audio yang disampaikan, serta sesuai dengan kebenaran. - Laporan berita harus berdasarkan fakta, bebas dari opini - Berada pada posisi netral 5. Fairplay Menghormati martabat, privasi, hak, dan kesejahteraan narasumber dalam mengumpulkan data dan menyajikan berita 6. Saling percaya NUR ZAAKIYAH MUSTAJAB MANARITA 3B/ 01312143482
  • 29. Judul Buku : Mediating the Message: Theories of Influence of Mass Media Content Judul Chapter : Beyond Processes and Effects Halaman : 9-20 Pengarang : Pamela Shoemaker & Stephen Reese Penerbit : Longman Publishing Group Tahun Terbit : 2008 FOKUS PENELITIAN PADA KOMUNIKASI Level analisis dalam penelitian komunikasi dapat dimulai dari pembentukan kesatuan micro ke macro atau dari yang terkecil ke yang lebih besar. Sebuah studi microlevel menguji komunikasi sebagai sebuah aktivitas dan mempengaruhi setiap orang. Selain untuk kontrol satu sama lain, komunikasi juga berperan sebagai jaringan social, organisasi, dan kebudayaan. Kejadian yg terjadi di level rendah bahkan untuk lingkup yang besar di tentukan dari apa yang terjadi di level atasnya. Apa yang dipelajari? Salah satu kutipan tentang proses komunikasi yang cukup populer adalah dari Harold Lasswell (1948): Apa, berbicara apa, melewati channel apa, untuk siapa dan menimbulkan efek apa. Komunikasi masa telah menguji element diatas. Tapi dari semua itu intinya adalah, audience dan efek. Studi utama pada komunikasi Dalam isi media. Lowery dan DeFleur mengidentifikasi hanya ada tiga hal yang menonjol dari isi media. Yang paling terkenal, Frederic Wertham’s The Seduction of the Innocent (1954) yang menyebabkan keributan besar di public dengan sesuatu yang berhubungan dengan sexual dan kekerasan dalam sebuah komik yang dapat membawa efek negative bagi pembaca.
  • 30. Kebanyakan dari studi “Milestone” jatuh kepada “untuk siapa”. Yang pertama, The Payn Fund Studies of 1993. Tujuan dari pembelajaran ini termasuk ukuran isi film, sasaran audience, dengan objek utama bagaimana sebuah film mempengaruhi anak anak. Penulis menyimpulkan bahwa sejumlah faktor individu dan situasional memediasi efek film. Seperti penelitian yang dilakukan oleh tentara Amerika dengan psikologis Carl Hovland selama perang dunia ke II, komunikasi secara sistematis mengadung bermacam macam isi yang bersifat persuasive. studi akhir dalam matriks (McCombs & Shaw, 1972) kami memeriksa pengaturan agenda media. para peneliti menemukan bahwa Chapel Hill, North Carolina, warga dianggap isu yang penting sejauh bahwa media menekankan isu-isu tersebut, dengan kata lain, media ditemukan memiliki dampak kognitif yang berpotensi persuasif dengan menekankan agenda isu yang memberitahu orang apa yang tidak berpikir, tapi apa yang harus dipikirkan. meskipun individu secara spesifik diwawancarai untuk penelitian ini, tanggapan mereka digabungkan; isu-isu penting peringkat oleh masyarakat Chapel Hill sesuai dengan yang ditekankan oleh media yang tersedia bagi mereka. dengan memetakan studi ini, yang diidentifikasi oleh para ahli komunikasi sebagai sesuatu yang ditekankan, kita dapat melihat dengan jelas bahwa tekanan dari penelitian komunikasi telah menuju individu atau mikro, tingkat dan arah dari fokus penonton dan efek pada penonton itu. bila konten telah dipelajari itu biasanya berada untuk membuat kesimpulan tentang efek potensial dari orang-orang, organisasi, dan masyarakat yang memproduksinya. sebelum membahas alasan untuk ketidakseimbangan ini, kami menggunakan dua contoh terakhir untuk membuat titik kita dengan cara lain. sebagian besar mahasiswa telah memiliki banyak pengalaman dalam belajar dari buku teks yang menyampaikan kebijaksanaan umum lapangan dengan merangkum segudang studi. buku tersebut harus sesuai dengan apa yang profesor yang mengajar di lapangan mempertimbangkan norma pendekatan dominan paradigma. kita bisa, karena itu mendapatkan membaca cepat pada bagaimana lapangan telah dikembangkan dengan berkonsultasi buku teks populer, dua dalam teori komunikasi yang dapat dianggap khas Massa Teori Komunikasi dan Penelitian dan massa Proses media dan efek
  • 31. kedua teks dimulai dengan bab tentang sifat teori dan penelitian secara umum dan kemudian mengabdikan sebagian besar ruang yang tersisa untuk penonton dan efek penelitian. tan mengabdikan bagian untuk komunikasi dan persuasi efek, penonton dan perlu sosialisasi, dan media dan perubahan sosial (yang terakhir ini mendekati tingkat macroanalysis). hanya 6 persen dari komunikator sampul buku dan lingkungannya. jeffres, sebagai nama bukunya menunjukkan, mencurahkan singa berbagi ruang untuk penelitian efek bab masing-masing pada efek sosial, politik, ekonomi, dan budaya. satu bab mencakup penonton, dan konten lain, tapi jauh dari yang terakhir ini mengabdikan persepsi penonton konten media. sekitar 15 persen dari buku terdiri dari informasi tentang industri media, orang, dan organisasi. WHY THE TRADITIONAL FOCUS? Fokus teori komunikasi yang berlaku secara tradisional adalah ditujukan untuk siapa dan apa dampaknya. Konteks Ilmu Sosial Jurnalisme dan ilmu sosial adalah kumpulan sistem informasi. Keduanya tak akan bisa dipahami secara terpisah dari dari budaya yang menciptakan dan mendukungnya. Jurnalisme dan ilmu sosial memiliki rutinitas seperti kebiasaan yang teratur dan prosedur. Paradigma juga turut memengaruhi hal ini, karena paradigma merupakan cara menggambarkan realita berdasarkan asumsi luas mengenai bagaimana untuk mengumpulkan dan menafsirkan informasi. Paradigma berdasarkan kepercayaan dan harapan saat ini, dan hasilnya , kita cenderung menggunakannya sebagai pembenaran. Kita kehilangan penglihatan akan fakta bahwa kepercayaan dan harapan – dan oleh karenanya paradigma tidak hanya mengubah waktu tapi juga lingkungan budaya. Fokus pada Individual Menjunjung tinggi individualisme ifpada kelompok merupakan norma sosial dan sudah menjadi kebiasaan di Amerika. Terlalu bergantung pada orang lain sangat tidak disarankankan di Amerika, karena orang yang bergantung dianggap lemah, dan secara psikologi tidak berkembang. Orang yang berdiri sendiri lebih dihargai daripada anggota sebuah organisasi. Bahkan, keseragaman memiliki kencederungan negatif di sini. Hal itu juga berlaku sama pada
  • 32. sistem politiknya, liberalisme. Tidak begitu jauh dengan politik, kebiasaan liberalisme juga terlihat jelas pada ekonominya. Sebagai salah satu contoh, banyak perusahaan mobil yang sedang berusaha menananmkan nilai “freedom of transportation” dengan menekan lebih banyak jalur lalu lintas, yang itu berarti permintaan mobil semakin tinggi. Individualisme sebagai Metodologi Teknik yang digunakan untuk menganalisi data di Amerika, sering berdasarkan survei dari responden secara individual. Mereka mengamati dengan sejumlah kecil orang yang mewakili dari jumlah keseluruhan di suatu lingkungan, jadi hasil dari pengamatan tersebut adalah kesimpulannya. Tapi di sisi lain, C. Wright Mills berpendapat bahwa kita tidak bisa memahami struktur sosial yang lebih luas hanya berdasarkan data individu. Individualisme sebagai Teori Teori metodologi telah mendorong perkembangan teori ini sendiri yang menjadi lebih rumit. Hal itu disebabkan perilaku individu yang pada umumnya memiliki banyak sebab. Konsep androgini, pertanda adanya sifat laki-laki dan perempuan pada kepribadian individu, dan hal tersebut diasumsikan untuk menentukan standard kesehatan psikologi. Edward Sampson (1977, p. 772) mengatakan budaya ketergantungan tidak akan mendorong kemampuan diri tapi justru akan memisahkan dengan orang lain di sekitarnya. Budaya ketergantungan akan lebih bernilai pada seseorang yang mengetahui batas penerapannya, khususnya untuk meraih tujuan dalam hidupnya sebagai manusia. Pada bidang studi terkemuka lainnya, konsistensi kognitif, individu dikatakan untuk berjuang agar menjaga pikiran dan perilaku mereka tetap konsisten, dan ketidakmampuan untuk menerapkan hasilnya pada ketegangan yang membuat tidak nyaman, atau disonansi (Festinger, 1957). Tidak menutup kemungkinan, menjalani tujuan yang tidak diinginkan dapat menimbulkan disonansi, yang bisa dikurangi dengan mengubah persepsi seseorang akan tujuan tersebut (Aronson & Mills, 1959). Suatu penelitian, ada penemuan di mana banyak orang merespon lebih agresif saat mereka sedang frustasi, khususnya jika frustasi tersebut dilihat sebagai kesewenangan (Pastore, 1952; Berkowitz, 1962).
  • 33. Albert Pepitone (1976) mengatakan bahwa orang yang memiliki sasaran akan disonan, kemungkinan akan memperlihatkan norma budaya berbagi (dalam etika Protestan, pencarian tujuan yang berharga menuntut kerja keras dan pengorbanan) atau sifat agresif tersebut dianggap sebagai respon terhadap suatu pelanggaran, etika pelanggaran dari suatu norma budaya.Budaya yang berfokus pada individualisme mewarnai cara penelitian yang dilakukan pada budaya tersebut, dan kita harus berhati-hati akan keberagaman tersebut guna mencegah kekeliruan yang biasa terjadi. Kita harus memahami bahwa karena kita bisa dan mampu menilai perilaku individu, maka kita tidak bisa menyimpulkan bahwa faktor individu merupakan satu-satunya penyebab dari suatu perilaku. Fokus pada Audiens dan Dampak Seperti yang telah kita ketahui, fokus dominan secara tradisional lebih terletak pada proses dan dampak dari konten komunikasi yang digunakan oleh audiens, daripada organisasi, institusi dan akar budaya dari konten tersebut. Kekeliruan Ilmu Sosial Penelitian komunikasi massa berbagi dengan penelitian ilmu sosial lainnya mengenai luasnya atau jangkauan yang mana telah gagal untuk menguji secara kritis sistem yang dikembangkan. Inti pada konteks ini adalah, orang-orang lebih cenderung untuk mengukur atau menilai, menganalisis, dan mengevaluasi proses dari sistem yang digunakan saat ini, daripada menyelidiki kemungkinan alternatif lain, baik pada bidang politik maupun ekonomi. Awal Perlindungan Institusi Kemunculan kerjasama gabungan akademik membuat peneliti akademisi terlalu bergantung pada pembiayaan dalam jumlah besar. Ketergantungan pada keuangan datang dari luar institusi itu, Lynd berpendapat untuk mendorong para peneliti dalam dukungan sementara akan sistem penentuan sebuah masalah. Masalah tersebut, dengan kata lain, perhatian utama
  • 34. akan organisasi media besar berfokus pada apa yang telah dilakukan audiens terhadap produk media tersebut. Pemerintah juga menginginkan informasi mengenai dampak media. Mereka menggunakan media untuk melancarkan strategi politik dan tujuannua. Contohnya pada saat mendoktrin tentara Amerika pentingnya ikut berperang pada zaman Perang Dunia II. Kaitannya dengan Masa Kini Banyak institusi media yang melanjutkan untuk menyediakan tunjangan bagi para pelajar untuk mengadakan penelitian, dan banyak ahli media menyediakan pertukaran antarsekolah dan universitas. Namun tidak sedikit siswa yang tidak mempermasalahkan akan keadaan bahwa penelitian yang tidak mendapat tunjangan tidak boleh diusulkan untuk mengajukan bantuan, sehingga mereka membiayai sendiri. Mereka menunjukkan bahwa bekerja pada penerapan masalah bisa menghasilkan hasil yang menakjubkan dari nilai teori umum. Sikap tersebut bertumpu pada sudut pandang positivist, yaitu oleh ilmuwan tentang perilaku, yang berpendapat bahwa teori perilaku bisa dikembangkan mirip seperti kekuatan pada ilmu fisika. Maksudnya adalah ketika seseorang mengetahui semua karakteristik yang berhubungan dengan aksi suatu benda, maka ia akan mampu memprediksi bagaimana benda tersebut akan beraksi setiap waktu. Berkaitan dengan hal itu, beberapa ilmuwan sosial menyarankan, dengan waktu yang cukup, perilaku manusia dengan cara yang sama bisa diprediksi. Ari Jatmika 01312143506
  • 35. FORMATOLOGI BERITA ( PERSOALAN DUNIA PERIKLANAN ) Judul Buku Media Ethics – Issues and Cases Judul Chapter Advertising Ethics : From Buyer Beware to Empowerment Etika Periklanan : Pembeli Harus Berhati-Hati Dalam Pemberdayaan Pengarang Philip Patterson dan Lee Wilkins Penerbit MC Graw Hill Higher Education Tahun Terbit 2008 Dunia periklanan dikenal sudah sejak zaman Yunani Kuno dan mempunyai sejarah yang panjang. Konten akan menjadi soratan terpenting oleh publik untuk menilai iklan. Oleh karena itu iklan harus berisikan konten yang jelas dan dapat diterima semua pihak. Hal ini untuk meminimalisir hal buruk dari sebuah iklan,karena beberapa ahli menyebutkan iklan mempunyai efek kekutan tersendiri. Ada 2 teori yaitu teori jarum suntik dan peluru ajaib yang menyebutkan perlu adanya pembatasan atau etika periklanan yang patut ditaati oleh media dan dunia periklanan,karena etika akan mengarahkan konsumen untuk tidak bersifat heterogen. Karena dampak dari permasalahan periklanan ini bisa berakibat fatal pada konsumennya. Iklan tidak hanya menjual produk, tetapi ide yang terkandung di dalam nya. Oleh karena itu iklan dari tahun ke tahun akan berbeda. Semua memiliki cara berbeda untuk menjual produk dan idenya melalui iklan. Terkadang pesan yang di sampaikan oleh iklan bersifat ambigu, Persoalan inilah yang akhirnya melahirkan banyak kontroversi. Etika iklan bukan tanpa tujuan karena demi pemberdayaan keuntungan yang maksimal lewat iklan itu sendiri. Dan sifat iklan yakni singkat, visualnya bagus, dan sengaja dibuat ambigu, akan
  • 36. tetapi, kita perlu mempelajari dampak dari iklan. Contohnya, iklan tembakau di Amerika Serikat. anak-anak usia dibawah 18 tahun banyak yang terjangkit kanker. Dampak itu membuktikan dampak iklan tidak baik, sehingga negara tersebut mendapat posisi pertama di dunia dalam penderita penyakit kanker. Untuk memahami ajakan (iklan) yaitu dengan Media seperti jarum suntik atau peluru ajaib karena media akan mengirim pesan yang tidak bertentangan kepada audience terus-menerus dn para peneliti menyebutnya ”Teori Kekuatan Efek”. teori ini berawal dari kegegeran pada saat Perang Dunia II, seorang yang bernama Orson Welles menyiarkannya pada 30 Oktober 1938. Siaran itu sukses membuat propaganda terhadap Perang Dunia. Tetapi di era 1940-an paham terhadap media berubah, bahwa media memiliki efek yang kosong dan terbatas. Kekuatan media berdasarkan dalam kognitif (pengetahuan) dan afektif (emosional) alami. Pembuat iklan diharapkan bisa mengoperasikan dengan mengikuti kerangka berikut ini : 1. Klien dan masyarakat publik membutuhkan informasi yang memberikan mereka “ alasan baik untuk mengambil sebuah cara dalam suatu tindakan” ( Koehn 1998, 106). Alasannya tidak boleh mengadili dan mampu membantu masyarakat mendukung tindakan lainnya. 2. Daripada hanya menghina opini yang sudah ahli, iklan terus-menerus membahasnya jadi orang-orang itu dapat mengembangkan ketika pilihan sudah ada dan pengetahuannya sudah tinggi. 3. Iklan seperti berita, dapat membantu perkembangan refleksi sekelompok orang, termasuk sekelompok konsumen. 4. Iklan harus menjadi peran yang serius dalam suatu budaya di hidup kita. Itu artinya, bahwa iklan harus benar-benar menggambarkan suara yang beraneka ragam yang terdiri dari budaya kita. 5. Iklan berbicara untuk peran dalam berorganisasi di dalam kehidupan sehari-hari. Pertanyaan sejarah dan latar belakang menyampaikan didalamnya, tetapi harus diselesaikan secara akurat dan ada dalam suatu konteks. iklan ada dalam media masa yang audiencenya bersifat heterogen, ada hasil iklan itu lucu, dan mungkin sedikit memalukan, sesaat iklan untuk kontrasepsi. Contoh saja kasus “Camel
  • 37. Cigarettes” (rokok), iklan ini terkuak dalam dokumen rahasianya, target audience-nya adalah anak dibawah umur. Pertanyaan sekarang, apakah ada tipe audience yang pasti yang berhak mendapatkan perlindungan dari pesan sebuah iklan ? Hukum Amerika sudah menjawab pertanyaan ini pada golongan, terutama dalam kasus anak-anak. Demikianlah, ada angka pada pembatasan golongan resmi di dalam sebuah iklan yang ditargetkan untuk anak-anak, yaitu segala program pada sabtu pagi harus menyeleksi pesan dan semua karakteristiknya. Alasannya, bahwa anak-anak tidak sama seperti orang dewasa yang tidak diharuskan memenuhi kebutuhan moral dirinya sendiri. Contoh kasus Daisy Girl yang dihidupkan kembali : “Menggunakan ketakutan sebagai senjata politik” ANDREA MILLER Lousiana State University Iklan ini menceritakan gadis dengan rambutnya yang keriting ikal mengambil daun bunga aster (karena itu dijuluki Daisy Girl). Ia memetiknya satu persatu, namun disisi lain ada suara orang yang menghitung mundur ledakan bom nuklir. Iklan tersebut asli dibuat oleh legendaris pembuat iklan yaitu Tony Schwartz untuk kampanye presiden Lyndon Johnson melewati konservasi dengan Barry Goldwater. Pesan tersirat pada iklan tersebut ialah, dukungan untuk Goldwater. Dalam ketakukan pada perang dingin, iklan ditayangkan sekali sebelum akhirnya penonton protes memaksa untuk ditarik iklannya. Pada Januari 2001, kelompok lain berusaha mengagendakan menanamkan kembali benih-benih kekhawatiran. Dan sekarang ada versi baru dalam “ Daisy Nuke”, iklan yang dibuat menerima untuk memprotes Amerika Serikat yang tampaknya tidak mendapati jalan keluar perang dengan Irak. Dalam iklan, gadis itu memetik daun sambil berkata : Perang dengan Irak, Mungkin akan berakhir dengan cepat, Mungkin saja tidak, Mungkin saja akan diperlebar, Mungkin juga semakin kacau dengan mengambil alih negara menggunakan senjata nuklir. Di dalam versi ke 2 tersebut juga mengahabiskan uang 300.000 dollar dalam iklan koran yang mendesak Presiden Bush untuk menghindari perang dengan Irak. Eli Pariser selaku direktur kampanye internasional menjelaskan asosiasi Pers bertujuan bahwa “Daisy 2” mendorong
  • 38. bahasan nasional. Namun kritik membantah itu, 40 tahun silam, iklan dicampuri dengan isi yang lebih mengkhawatirkan daripada debat. Karena itu munculah dua jaringan stasiun tv dibagi agar tidak mengarahkan penyiarannya pada iklan. Dua jaringan itu adalah KNBC TV di Los Angeles dan WRC-TV di Washington, D.C. Keduanya milik NBC. Pemiliknya merupakan seorang jenderal listrik. Ia dapat mencairkan pendapat tentang “tidak adanya sambutan” terhadap iklannya. Ia mengatakan, persoalan lebih kontraversi jika isinya seperti berita yang isi programnya peristiwa-peristiwa di publik, sehingga lebih adil dan seimbang. Empat dekade setelah iklan Daisy Girl pertama, Daisy 2 kurang kontraversi dari segi sejarah dan psikologisnya. Berdasarkan berita 9/11, orang Amerika menjadi takut karena tragedi pesawat yang dibajak menghantam gedung WTC (Word Trade Center). Karena, ketakutan seseorang terbentuk dari persepsi mereka terhadap fakta (Jamieson, 1983). Iklan bisa menyebabkan seseorang percaya terhadap realita dalam scenario yang digambarkan lewat kasus yang lebih buruk. Analisis : Perlu ada pengawasan dalam isi iklan itu sendiri. Karena iklan mempunyai efek kekuatan yang bisa membawa audience nya. Ada kemungkinan persoalan positif dan konsekuensi terburuk dalam iklan. etika iklan sangat penting karena media akan menyoroti terus-menerus iklan yang mengandung kontroversi di dalamnya. RAHMAT PERNANDA 013-12-143-488
  • 39. Judul buku : Mediating the Massage : Theories of Influences of Mass Media Content Judul Chapter : Influences on Content from Individual Media Workers Halaman : 53-84 Pengarang : Pamela Shoemarker & Stephen Reese Penerbit : Longmas Publishing Group Tahun terbit :1991 Pengaruh Konten dari Media Pekerja Individu Banyak orang tidak puas dengan media massa : Konservatif menuduh media berkonsentrasi pada berita negatif dan mengekspresikan bias liberal . Liberal menuduh media bersujud kepada presiden konservatif . Film dan televisi menunjukkan terlalu banyak seks atau kekerasan atau tidak cukup alur cerita sosial yang signifikan . dan banyak orang menyalahkan untuk konten media tepat di tangan pekerja komunikasi seperti wartawan , pembuat film , fotografer , dan iklan dan praktisi public relations . Pertama, kita melihat karakteristik komunikator dan latar belakang kemudian pribadi dan profesional untuk melihat bagaimana , misalnya , pendidikan wartawan dapat mempengaruhi kisah mereka . Kedua, kami mempertimbangkan pengaruh dari komunikator pribadi sikap , nilai- nilai , dan keyakinan mereka bahwa sikap komunikator individu memegang sebagai akibat dari latar belakang atau pengalaman pribadi , Ketiga , kami menyelidiki orientasi profesional dan konsepsi peran komunikator memegang setidaknya sebagian sebagai fungsi yang disosialisasikan kepada pekerjaan mereka , misalnya,
  • 40. apakah jurnalis menganggap diri mereka sebagai pemancar netral peristiwa atau peserta aktif dalam mengembangkan cerita. LATAR BELAKANG DAN KARAKTERISTIK Siswi banyak melatih untuk berkarir di public relations atau adevertising , pekerjaan komunikasi massa yang tidak termasuk dalam statistik Weaver dan Wilhoit itu . pada kenyataannya , Becker , Buah dan Caudill (1987 ) Sebagai peningkatan jumlah mereka , perempuan juga mulai membuat terobosan ke manajemen media. Karena lebih banyak perempuan bekerja di jurnalisme, perbedaan gaji yang besar diamati pada tahun 1970 oleh Johnstone adalah penyempitan substansial . Pada tahun 1981 tidak ada kesenjangan gaji antara pria dan tingkat jurnalis perempuan , meskipun laki-laki masih membuat lebih dari perempuan pada tingkat lain disparitas sebagian dijelaskan oleh perbedaan dalam pengalaman. Sayangnya, keberhasilan perempuan dalam jurnalisme belum disertai dengan keberhasilan serupa minoritas . Evolusi Karir Komunikasi Jurnalisme selalu menjadi karir yang relatif mudah untuk masuk ke tidak ada lisensi atau tes yang diperlukan , Anda bahkan tidak perlu gelar sarjana dalam jurnalisme . omset ini membuat karir jurnalistik terutama orang muda . kemudaan dikaitkan dengan kegembiraan , dan perasaan senang dan penemuan membuat seorang wartawan yang baik . Wartawan yang kehilangan rasa muda mereka kegembiraan atau yang ingin gaji yang lebih tinggi umumnya keluar dari jurnalisme .
  • 41. Beberapa wartawan meninggalkan pekerjaan mereka untuk bekerja sebagai penulis dan produser televisi . Pendidikan Komunikator Hari ini , sebagian besar profesional media memiliki gelar komunikasi , sedangkan sebelumnya mereka datang terutama dari Inggris , penulis kreatif, ilmu politik , studi Amerika , atau disiplin lain , Dalam penilaian dari " sekolah jurnalisme teladan , " Footlick ( 1988) menulis bahwa wartawan yang baik harus tahu lebih dari sedikit tentang banyak hal , mulai dari matematika untuk kebijakan luar negeri , dari politik pengadilan sejarah seni kebanyakan departemen komunikasi massa diselenggarakan menurut media, dalam editorial berita , majalah , siaran , foto jurnalistik , public relations , atau urutan iklan . Nilai-nilai dan Keyakinan Pribadi Wartawan AS ( dan banyak orang Amerika lainnya ) umumnya memegang apa yang disebut " ibu " nilai-nilai yang mereka mendukung keluarga , cinta , persahabatan , dan kemakmuran ekonomi , mereka menentang kebencian , prejudies , dan perang ( Organ , 1979) demokrasi altruistik adalah label Gans digunakan untuk menunjukkan , sebagian besar wartawan keyakinan bahwa berita harus " mengikuti kursus berdasarkan kepentingan publik dan pelayanan publik "
  • 42. Peran Profesional dan Etika Sebagai jurnalis muda membaca surat kabar mereka bekerja atau menonton stasiun televisi mereka siaran berita , mereka belajar banyak tentang norma-norma masyarakat dan bagaimana wartawan menutupi kontroversi Berkembang biak menambahkan bahwa komunikasi langsung dari kebijakan dari editor atau penerbit.. Informasi kebijakan dilakukan tidak hanya oleh apa yang eksekutif mengatakan , tetapi juga oleh apa yang tidak mereka katakan. Nama : Nayadewi Noorhayu Tanjung NIM : 01312143499 Prodi : Manarita 3b
  • 43. POLA KONTEN PADA MEDIA MASSA Judul Buku : MEDIATING THE MESSAGE: THEORIES OF INFLUENCES ON MEDIA MASS CONTENT Judul Chapter : CHAPTER 4 – PATTERNS OF MEDIA CONTENT Halaman : 38-51 Pengarang : Shoemaker, Pamela J REESE, Stephen D. Penerbit : Longman Publishing Group Tahun Terbit : 1996 POLA KONTEN PADA MEDIA MASSA Kita tidak bisa melihat atau menangkap suatu kalimat dengan pesan yang terlalu banyak disampaikan. Oleh karenanya setiap media dalam menyamaikan pesan berita harus menggunakan sesempit sempitnya kalimat serta mudah dipahami. Pada bab ini kita dituntut untuk memilah serta memilih content apa yang bagus konten yang mudah dimengeti serta dipahami, dan apa yang bisa menarik khalayak. Pada hal ini juga kita berfokus pada komunikasi masa yang utamanya media massa modern seperti televise, surat kabar, dan majalah, yang kini telah menggunakan tekhnologi cangih dan baru. Ketika mulai mempelajarai mengenai konten, maka kita akan dihadapkan pada konten media secara lebih sistematis karena kita sedang bebricara tentang memabandingn konten berdasarkan tolok ukur konten dengancara realitas social lainya. Oleh karenanya pada babs selanjutnya akan dikupas leboh dalam. Pada dasarnya konten dalam menulis berita ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah : 1. Adanya pola pada content 2. Politik bias pada content televisie 3. Perilaku yang digambarkan melalui media 4. Apa saja yang menyimpang dan seharusnya di media 5. Sumber berita dan topic 6. Pola geografis 7. Pola demografis
  • 44. selain membahas ketujuh konten yang harus diperhatikan dalam media kita juga di haruskan memberikan kesimbangan konten dimana ada kekuasaan atau sesuai dengan peta budaya. Selain itu juga konten media diharapkan mampu memberikan ringkasan mengenai kehidupan social masyarakat. 1. Adanya Pola Pada Konten Media Konten pola pada media digunakan sebagai sumber tolok ukur, dimana kita bisa memberikan acuan, dan penilaian terhadap suatu meida yang ditampilkan. Biasanya khalayaka menilai apa yang akan mereka lihat? Apa yang akan mereka pelajari? Dari apa yang telah diesdiakan oleh suatu media. Dalam pola konten media, kita bisa membedakan dari beberapa isi dan rangkaian media. Bidang-bidang pola media seperti politik bias adalah bidang yang paling banyak diteliti. 2. Politik Bias Media merupakan alat yang paling bisa terlihat sebagai tolok ukur bagaimana politik Negara berjalan. Sebagai ukuruan apakah media memperlakukan berbagai pandangan terhadap politik-politik yang ada. Selain itu media juga lah yang berpartisipasi kuat dalam kampanye pemilihan presiden. Media sangat penting dalam berperan pada politik, namun seringkali disalah gunakan demi kepentingan-kepentingan peribadi. Televise kini telah diterima sebagai media paling kritis dan memperhatikan beberapa penelitian, mungkin karena pada umumnya bukti empiris menunjukkan sebagian konten berita yang netral ialah yang denga bukti sedikit telah mendukung hanya kepentingan-kepentingan pribadi. Itulahh mengapa politik bias pada konten media perlu adanya pembenahan. 3. Perilaku Yang Digambarkan Melalui Media Semua yang di perlihatkan oleh media tentu akan berdampak pada masyarakat, maka dari itu media diharapkan memiliki konten yang memiliki contoh perilaku yang memang bisa menjadi contoh. Seperti hal nya di Amerika, sebagian besar anak-anak di Amerika serikat mengabiskan banyak waktu untuk menonton televise. Acara yang mereka tonton terkadang luput dari konten yang mengandung kekerasan.
  • 45. Dalam program ekstensife George garbner dan koleganya,di Sekolah Annaberg pennsylasvina komunikais telah menganalisis kekerasan yang ditayangkan oleh media televise sejak 20 tahun. Mereka menemukan kasus kekerasan yang didefinisikan sebagai ekspresi yang jelas “ekspresi yang jelas kekuatan fisik” tinggi dan cukup konstan dari tahun ke tahun. 70% acara utama televise mengandung kekerasan. Media massa saat ini sangat banyak sekali yang mengandung konten kekerasan, tak cukup dengan kekerasan, masalah sex juga menjadi bagian dari konten media pada saat ini. Seharusnya pelajaran atau konten pada media massa baik televise atau pun media lain mengenai sexualitas hanya beberapa jam saja dalam satu minggu. Supa konten pada media tersebut tetap terjaga. 4. Hal-Hal yang menyimpang pada media massa dan yang seharusnya dilakukan oleh media massa Terkadang kita mampu menilai dan tahu mana yang seharusnya di tonton dan dilakukan adalah dengan mengetahui terlebih dahulu seperti apa yang menyimpang. Seperti halnya pada media banyak hal hal yang seharusnya dilakukan, namun tidak dilakukan karena banyak nya penyimpangan. Penyimpangan juga sering terjaidi karena adanya kepentingan-kepentingan peribadi oleh pemilik media. Sebagai contohnya adalah yang dialami oleh Stanley Cohen pada tahun 1981 dalam mengahadapi masalah-masalah menyimpang terkadang media di inggris sering melebih-lebihkan keseriusan berita, seperti kekerasan yang terjadi, kerusakan, dan kerusakan yang disebabkan. Sayangnya lebih banyak perhatian untuk para anarkis dan tindak korupsi yang diperhatikan oleh polisi pengacara dsb. Menurut pendapat Hertoge McLeod televise menangkap gambar dari garis polisi sehingga saat televise menangkap gambar yang mengandung kekerasan tidaka da masalah dibuatnya, padahal seharusnya televisie mampu sebagai media yang memiliki konten berpendidikan dan tidak mengandung ajaraj-ajaran yang kurang baik seperti kekerasan dan sexualitas yang bertitanya selalu didramatisir. 5. Sumber Berita dan Topik Sebelum media televise menganalisis membahas konten pada media cetak, beberapa sosiolog terbaik telah memberikan gambaran-gamabaran umum tentang berita yang baik. Penemuan berita didominasi oleh pengetahuan.bahkan orang 71% tertarik pada cerita cerita di televise, 76%
  • 46. pada kolom penting dimajalah atau Koran. Dengan begitu mereka menjadi tahu mengenai presiden, kandidat presiden, kementrian, dan lain sebagainya. Menurut Gans, sebaiknya amsalah berita tetap lah tulis secara resmi, meski isi berita tidak resmi harus tetap ditulis secara resmi dan sopan serta menggunakan bahasa Indonesia yang baik. Selain itu isi konten pada berita dan topic sebaiknya banyak menyangkut hal hal seperti kejahatan, penculikan, investigasi, skkandal, dan perayaan hari sacral lainnya. 6. Pola Geografis Pola geografis mengajak para koresponden diseluruh wilayah untuk ikut serta berpartisipasi dalam mengolahnya. Sehingga para khalayak masa mampu mendpatkan kedekatan berita secara geografis. Alasannya karena dengan adanya koresponden yang menyebar maka kedekatan suatu berita akan semakin memikat masyarakat yang ada didekatnya. Konten media seperti majalah juga di kategorikan kepada setiap target audience nya dengan begitu pesan yang disampaikan semakin sampai dan lebih mudah dalam mengklasifikasikannya. Itula mengapa perlu adanya pola geografis. Umur juga dianggap kelompok minoritas. Menurut Guns:1979 saat ini media massa lebih banyak mengkelompokan mana usia paling banyak ketimbang memikirkan perbagian dari sebuah umur. Perlunya pola geografis untuk mengkategorikan setiap detail khalayaknya. 7. Pola Demografi Banyak peneliti yang telah melihat secara jelas mengenai konten konten pada pola televise. Sebagai contoh pada pola pekerjaan, Greenberg (1980) menemukan keahliannya yang lebih banyak di dominasi oleh televise. Televisi juga mewakili seorang manager atau ahli dan pekerjaan lainnya. Pada pola demografi media massa khususnya televise sangat berfungsi sebagai pengontrol dalam masyarakat. Oleh karena nya pola demografi sangat diperlukan dalam media massa khusunya televise. Karena media massa memiliki program-program yang memisahkan sesuai kelompok atau golongan tertentu missal ada majalah khusus wanita, khusu pria,anak-anak. Sehingga suatu media dengan adanya pola demografi bisa dianggap mewakili suatu kelompok
  • 47. tertentu. Pola demografi pada media massa digunakan sebagi tolok ukur suatu program terhadap khalayak. SATU KESATUAN KONTEN Kesatuan / Peta Budaya Berita merupakan satu kesatuan tentang peristiwa yang kuat dan penting untuk khalayak. Oleh karena nya organisasi atau kantor wartawan sebagai penguat suatu konten berita yang kuat. Selain itu, keseimbangan tentang suatu peristiwa yang menyimpang terhadap masyarakat menjadi satu kesatuan kekuasaan dalam masyarakat. Satu kesatuan konten antara kesatuan dan peta budaya merupakan, media massa sebagai unsure yang membagi dan juga menjembatani semua budaya dalam satu kesatuan konten yang telah dibagi dan dijelaskan diatas. Pembahasan ini bukan mengenai dampak dari konten suatu media. Namun pembahasan mengasumsikan bahwa konten memiliki implikasi penting pada perubahan social. Fadhillah Rizka Pamuji NIM : 013-121-434-97
  • 48. Judul Buku : “Media Ethics – Issues and Cases” Judul Chapter : “Influences on content from Individual Media Workers” Pengaruh Pada Isi dari Pekerja Media Individu Halaman : 53- 84 Pengarang : Philip Patterson dan Lee Wilkins Penerbit : MC Graw Hill Higher Education Tahun Terbit : 2008 Banyak orang tidak suka dengan media massa. Konservatif menuduh media berkonsentrasi pada kenegatif berita yang mengekspresikan bias liberal. film dan televisi menayangkan terlalu banyak seks/ kekerasan dan alur cerita yang tidak cukup signifikan. Dan banyak orang menyalahkan konten media , tepat di tangan pekerja komunikasi seperti jurnalisme, pembuat film, fotografer, iklan dan praktisi masyarakat. Kita membahas pengaruh potensial pada konten media massa dari faktor-faktor yang intrinsik pada pekerja komunikasi: pertama kita melihat karakteristik komunikator dan pada latar belakang pribadi dan profesional untuk melihat “bagaimana”, misalnya, pendidikan wartawan dapat mempengaruhi kisah mereka. kedua,kami mempertimbangkan pengaruh dari sikap pribadi komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan-bahwa komunikator memegang sebagai akibat dari latar belakang atau pengalaman pribadi, misalnya, sikap politik atau keyakinan agama. ketiga, kami menyelidiki orientasi proffesional dan konsepsi peran komunikator memegang setidaknya sebagian sebagai fungsi untuk pekerjaan mereka, misalnya, apakah jurnalis menganggap dirinya sebagai pemancar netral acara atau peserta aktif dalam mengembangkan cerita. Rata-rata atau elit? Salah satu mitos jurnalis adalah konsep dari editor koran yang berani, kasar, karakter yang menerjang paling depan, belajar dari profesinya dan berani berbicara dalam pertahanan orang hanya seperti dirinya—bekerja pada orang,imigran atau membutuhkan.
  • 49. pada akhir abad kesembilan belas, bagaimanapun,wartawan Amerika memiliki lebih banyak kesamaan dengan elit korporasi dibandingkan dengan kelas pekerja. Ketika hart(1976) mempelajari latar belakang dari 137 editor surat kabar antara 1875 dan 1900, ia menemukan bahwa mereka tidak memiliki banyak kesamaan dengan imigran miskin atau bahkan dengan kebanyakan orang Amerika. Mulai dari magang di percetakan dan bekerja dengan cara mereka hingga menjadi pemilik surat kabar. Editor muda abad kesembilan belas lebih mungkin berasal dari keluarga elit di mana ayah berhasil dalam bisnis. Editor muda umumnya memulai karier jurnalisme sebagai reporter dan kurang mungkin dibandingkan pendahulu mereka untuk membeli saham mayoritas di surat kabar mereka bekerja. Evolusi Karir Komunikasi jurnalisme selalu menjadi relatif karir untuk mendapatkan into-tidak ada lisensi atau tes yang diperlukan, Anda bahkan tidak perlu gelar sarjana dalam jurnalisme. karena kebanyakan orang berpikir bahwa mereka bisa menulis(apakah mereka bisa atau tidak), mereka sering berpikir bahwa mereka akan menjadit wartawan yang baik. kemudaan dikaitkan dengan kegembiraan, dan perasaan senang, dan penemuan membuat wartawan yang baik. kadang-kadang wartawan hanya bosan dan dibakar oleh sifat yang berulang dari pekerjaan (bukan cerita pemilu lain tentang pasangan yang mendukung kandidat!) atau dengan sinisme yang sering menyertai peran wartawan. Beberapa wartawan meninggalkan pekerjaan pengumpulan berita mereka untuk bekerja sebagai penulis dan produser televisi. Pendidikan Komunikator Aspek lain dari komunikator latar belakang adalah jumlah dan jenis pendidikan yang mereka miliki. Departemen komunikasi telah berkembang diperguruan tinggidi bawah sejumlah nama- jurnalisme yang berbeda, komunikasi massa, film televisi radio, pidato, iklan, senikomunikasi, dan ilmukomunikasi. hari ini mayoritas profesional media memiliki gelar komunikasi, sedangkan sebelumnya mereka datang terutama dari Inggris, menulis kreatif, ilmu politik, studiAmerika, ataudisiplin ilmu lainnya. menulis bahwa wartawan yang baik harus"tahu lebih sedikit tentang banyak hal, mulai dari matematika untuk kebijakan luar negeri, dari politik pengadilan sejarah seni. mereka harus peduli tentang banyak hal. Departemen komunikasi massa yang paling diselenggarakan menurut media,di editorial berita, majalah, siaran, foto jurnalistik, public
  • 50. relations, atau iklan. Mahasiswam engambil sedikit kursus yang sama, berkonsentrasi pada perolehan pengetahuan khusus dari urutan mereka. Hari ini, sebagian besar profesional media memiliki gelar komunikasi, sedangkan sebelumnya mereka datang terutama dari Inggris, menulis kreatif, ilmu politik, studi Amerika, atau disiplin ilmu lainnya (Weaver dan wilhoit, 1986). Tidak semua orang-orang media menghargai pendidikan jurnalistik, bagaimanapun, CBS penulis / editor Charles Kuralt mengatakan bahwa ia lebih suka menyewa studi pascasarjana Amerika dari seseorang dari sekolah jurnalisme. Perubahan dari lulusan komunikasi dalam manajemen selama beberapa dekade dapat menjelaskan peningkatan komunikasi karyawan pascasarjana. Dalam penilaiannya dari "contoh sekolah jurnalistik" Footlick (1988) menulis bahwa jurnalis handal harus tahu lebih tentang banyak hal, mulai dari matematika untuk kebijakan luar negeri, dari politik pengadilan sejarah seni. Mereka harus peduli tentang banyak hal. Mereka harus mampu belajar dengan cepat . Mereka harus menulis dengan baik, dan menghargai kemampuan itu. Untuk sebagian besar profesional, sekolah jurnalisme teladan adalah orang-orang yang memberikan siswa kesempatan terbaik untuk mulai menguasai sifat-sifat yang mendasar. Efek dari Latar Belakang Profesional Media pada Konten Media Masih ada kecenderungan untuk latar belakang untuk mempengaruhi bagaimana kita melihat dunia. Keluarga kami, sekolah kami, dan semua pengalaman hidup kita membentuk prioritas kita, harapan, dan impian. Ini tidak berbeda proses untuk para profesional komunikasi daripada bagi pekerja konstruksi, dokter, atau pekerja sosial. tetapi seberapa kuat adalah pengaruh seperti itu? Weaver dan wilhoit mengatakan bahwa efek dari wartawan demografi pada nilai-nilai berita dan konten mungkin kecil, mengingat pentingnya rutinitas organisasi dan kendala (1986, hal.25). Oleh karena itu, ada kemungkinan bahwa peningkatan jumlah perempuan dan minoritas dalam media massa tidak akan menimbulkan perubahan yang signifikan dalam konten media, pendidikan, sosialisasi, dan kendala organisasi dapat meniadakan perbedaan yang paling individual antara komunikator. Ini adalah pertanyaan empiral, bagaimanapun, dan dapat diatasi dengan penelitian. Seperti dalam semua karir, populasi profesional komunikasi dipilih sendiri-Anda "relawan" untuk menjadi seorang jurnalis; Anda tidak disusun-dan orang-orang yang memilih karir yang sama cenderung memiliki karakteristik yang sama. Hess (981, p.124) mengatakan bahwa ada "tipe kepribadian" dalam jurnalisme
  • 51. tentang wartawan kepribadian "mungkin bidang yang paling menjanjikan dari studi untuk menjelaskan mengapa berita seperti itu." Dia mengatakan bahwa wartawan seperti abstraksi kegembiraan dan tidak suka. Cinta mereka untuk kegembiraan membuat mereka lebih memilih menutupi Senat daripada rumah Perwakilan dan politik ketimbang manajemen. SIKAP PRIBADI, NILAI, DAN KEPERCAYAAN Tuduhan bahwa komunikator massa secara politik liberal, Antiagama, dan tidak seperti "kebanyakan orang Amerika" telah umum dalam beberapa tahun terakhir. Kepedulian dengan komunikator massa sikap dan nilai-nilai yang didasarkan pada asumsi bahwa sikap seorang jurnalis mempengaruhi cerita nya. NILAI PRIBADI DAN KEPERCAYAAN Wartawan AS (dan banyak orang Amerika lainnya) umumnya memegang apa yang disebut "ibu" nilai-mereka mendukung keluarga, cinta, persahabatan, dan kemakmuran ekonomi; mereka menentang kebencian, prasangka, dan perang (Gans, 1979, hal. 42). Selain nilai-nilai dasar ini berurusan dengan kebaikan manusia (atau kurangnya itu), wartawan juga memegang nilai-nilai yang lebih khas dari gerakan progresif Amerika dari awal abad twentleth (Gans, 1979). Demokrasi altruistik adalah label Gans digunakan untuk menunjukkan sebagian besar wartawan keyakinan bahwa berita harus "mengikuti kursus berdasarkan kepentingan publik dan pelayanan publik" (1979, hal.43). Nilai ini menggarisbawahi cerita tentang politisi korup dan lain-lain yang menyimpang dari suatu ideal demokrasi tak tertulis, limbah pemerintah, dan kegagalan. Kapitalisme yang bertanggung jawab adalah apa yang kebanyakan wartawan mengharapkan orang bisnis persaingan praktek-wajar tanpa keuntungan terlalu tinggi atau eksplorasi pekerja, dan menghormati usaha kecil dan-familiy yang dimiliki. Kota kecil pastoralism adalah ideal jurnalistik, yang mewakili daerah pedesaan dan kota-kota kecil sebagai pusat kebajikan, keahlian, dan hubungan sosial. Cerita tentang daerah perkotaan menekankan kejahatan, riuh kecepatan, kerusuhan rasial, masalah ekonomi, dan ancaman terhadap lingkungan.
  • 52. Individualisme dihargai oleh wartawan, yang mengisi cerita fitur dengan "individualis kasar" - orang yang bekerja untuk kebaikan masyarakat, tetapi dengan cara mereka sendiri. Individu adalah pahlawan yang menang meskipun menaklukkan rintangan. Nilai ini juga berlaku untuk cerita tentang teknologi dan organisasi besar yang merampok orang individualisme mereka. Moderatism bertindak sebagai memeriksa individualisme yang berlebihan -pahlawan tidak harus melanggar hukum atau norma-norma yang ada. Fanatisme apapun diperlakukan sebagai tersangka, seperti konsumsi dan ideologi politik yang sungguh-sungguh. Tatanan sosial dinilai tinggi oleh wartawan, memimpin mereka untuk memasukkan banyak cerita tentang kerusuhan dan ancaman terhadap pembentukan. Dengan menunjukkan contoh di mana orang bertindak bertentangan dengan nilai-nilai sosial yang didirikan, wartawan membantu menentukan apa yang perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima. Kepemimpinan juga dihargai oleh wartawan, karena kepemimpinan yang diperlukan untuk penanganan sosial. SIKAP POLITIK PRIBADI Kebijaksanaan populer pada awal 1980-an menyatakan bahwa wartawan terutama liberal. Apa yang ada di balik orientasi politik mereka? Kita telah membahas fakta bahwa wartawan cenderung lebih berpendidikan daripada rata-rata Amerika- yang berbeda yang telah dikaitkan dengan tuduhan bahwa wartawan lebih politis daripada kebanyakan orang Amerika liberal (Organ, 1985). Pendidikan tinggi tidak selalu terikat dengan liberalisme. Sedangkan mahasiswa tahun 1960-an dan awal 1970-an telah menunjukkan kecenderungan untuk menjadi lebih konservatif. Apakah benar atau tidak, banyak orang bertahan dalam persepsi mereka tentang wartawan yang secara politik lebih liberal daripada populasi umum, dan jurnalis tidak kebal terhadap hal ini: dalam studinya tentang "elit" persatuan pers Washington, Hess (1981) menemukan bahwa, meskipun wartawan washington juga melihat berita yang memiliki bias liberal, mereka menilai diri mereka lebih konservatif dibandingkan gambar ini (hal.115). Hess menyebutkan bahwa wartawan elit washington lebih apolitis dari tekan kritikus. ORIENTASI KEPERCAYAAN PERSONAL Terkait erat dengan argumen tentang orientasi politik wartawan adalah sejauh mana wartawan
  • 53. atau menentang Kristen, Yahudi, atau agama lainnya. Olasky (1988) mengatakan bahwa, meskipun wartawan itu kristen sampai pertengahan 1800-an, wartawan modern telah "dipengaruhi humanisme anti-kristen dan panteisme. Lichter, Rothman, dan Lichter (1986) belajar jurnalisme di sepuluh "elit" organisasi media nasional, menemukan bahwa 20 persen Protestan, sekitar 13 persen adalah Katolik, dan 14 persen Yahudi. Sekitar setengah dari wartawan elit mengatakan bahwa mereka tidak memiliki afiliasi keagamaan, dan 86 persen wartawan elit melaporkan bahwa mereka "jarang atau tidak pernah menghadiri acara keagamaan". ini wartawan elit berubah menjadi jauh lebih sekuler daripada wartawan secara keseluruhan. PENGARUH SIKAP PRIBADI, NILAI, DAN KEPERCAYAAN PADA KONTEN Salah satu dari pertnyaan paling kontroversial yang dihadapi orang-orang yang mempelajari isi media massa adalah sejauh mana sikap komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan mempengaruhi konten .. Dari uji empiris sejauh mana sikap pribadi komunikator, nilai-nilai, dan keyakinan mempengaruhi pekerjaan mereka memberikan hasil yang bertentangan:  Shoemaker (1984) menunjukkan bahwa sikap umum tentang minat khusus dan kelompok politik lainnya dapat mempengaruhi bagaimana kelompok ditutupi oleh media berita. Ia berkorelasi data dari analisis isi tentang bagaimana pengesahan new york times yang dituutupi sebelas kelompok politik dengan survei dari sikap wartawan AS terhadap kelompok.  Rainville dan McCormick (1977) menunjukkan bahwa prasangka rasial dapat mempengaruhi komunikasi. Mereka membandingkan deskripsi pemain sepak bola hitam dan putih oleh penyiar olahraga. Pemain putih mendapat lebih banyak pujian dan lebih mungkin digambarkan sebagai pelaksana agresi-sifat yang diinginkan dalam sepak bola. Hitam lebih cenderung disebut negatif dan harus adil dibandingkan dengan pemain lain.  Pasadeos dan Renfro (1983) menunjukkan bahwa pemilik dapat mempengaruhi isi surat kabar. Mereka membandingkan isi dari New York Post sebelum dan setelah pembelian media baron Rupert Murdoch, Menemukan bahwa jumlah ruang yang ditujukan untuk