Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Uas ekonomi internasional
1. EKONOMI INTERNASIONAL
“SOAL DAN JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) EKONOMI
INTERNASIONAL”
Dosen Pebimbing : Ade Fauji SE, MM
Mata Kuliah : Ekonomi nternasional
Nama : Cici Liyana
NIM : 11150634
Kelas : 6L – MKP
Ruangan : C.1.4
Hari/tanggal : Selasa, 29 Mei 2018
UNIVERSITAS BINA BANGSA
JURUSAN MANAJEMEN
2017/2018
2. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan jelas!
1. Cari oleh anda 5 studi kasus terkait dengan perdagangan internasional/ekonomi
internasional yang terjadi pada 10 tahun terakhir yang dilakukan oleh Indonesia, studi
kasus tersebut anda analisa dan deskripsikan menurut sudut pandang anda sebagai
pengamat ekonomi!
2. Jelaskan dengan singkat fungsi umum dari Devisa dan darimana devisa tersebut
didapatkan!
3. Jelaskan fungsi utama nilai tukar valuta asing dan mengapa valuta asing sangat
penting digunakan dalam perdagangan internasional!
4. Apa tujuan terpenting adanya kartel dalam perdagangan internasional? Jelaskan
dengan singkat!
5. Jelaskan beberapa faktor pendorong terjadinya Export-Import dalam konsep ekonomi!
3. Jawaban :
1. Contoh tudi kasus perdagangan internasional yang dilakukan Indonesia, yaitu :
Hubungan Perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa
Indonesia adalah negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Luas hutan yang
dimiliki Indonesia mampu menjadikan Indonesia sebagai negara pengekspor minyak sawit ke
berbagai wilayah, seperti Timur Tengah, Asia Selatan dan Asia Timur serta Uni Eropa.
Minyak sawit sendiri merupakan komoditi andalan yang dimiliki Indonesia dalam kegiatan
ekspor Indonesia. Tingginya kebutuhan akan minyak sawit menyebabkan banyaknya negara-
negara yang mengimpor minyak sawit dari Indonesia. Dengan banyaknya permintaan negara-
negara lain akan minyak sawit milik Indonesia, tentu hal ini merupakan sebuah peluang dan
juga tantangan bagi Indonesia dalam melakukan aktivitas perdagangan internasional dengan
negara lain, tidak terkecuali dengan Uni Eropa. Negara-negara yang tergabung ke dalam Uni
Eropa merupakan salah satu pengimpor terbesar minyak sawit dari Indonesia. Terlebih lagi,
kerja sama Indonesia-Uni Eropa tahun ini sedang gencar untuk ditingkatkan, seperti salah
satunya adalah melalui Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) yang
sedang didiskusikan untuk kepentingan dagang kedua mitra ini seperti pengurangan pajak dan
hambatan perdagangan. Namun, hubungan dagang Indonesia-Uni Eropa pun tidak selamanya
meningkat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Indonesia ke Eropa
berkurang 5,6% setiap tahunnya selama lima tahun belakangan.
Uni Eropa adalah pengimpor kedua terbesar minyak sawit Indonesia dibawah India pada
tahun 2015 lalu. jumlah ekspor Indonesia ke Uni Eropa yang berjumlah 4,23 juta ton tersebut,
Uni Eropa tentu merupakan salah satu partner dagang terpenting Indonesia. Ditambah lagi,
pada Febuari 2016 lalu, Indonesia berencana meningkatkan hubungan dagang dengan Uni
Eropa dan salah satunya adalah melalui pengingkatan ekspor komoditi. Pemerintah Indonesia
dan Uni Eropa telah setuju untuk meningkatkan kerja sama dalam perdagangan komoditi,
seperti minyak sawit dan biji kakao.
Ekspor minyak sawit yang dilakukan ke Uni Eropa tentu memberikan keuntungan bagi
kedua belah pihak. Indonesia mendapatkan pemasukan negara melalui ekspor yang dilakukan,
sementara kebutuhan Uni Eropa akan minyak sawit akan terpenuhi. Ditambah lagi, Uni Eropa
sendiri tidak dapat menghasilkan minyak sawit sendiri, sementara Indonesia yang memiliki
hutan yang sangat luas tentu mampu memproduksi secara berlebih hingga akhirnya menjadi
komoditi untuk diekspor. Selain ekspor minyak sawit yang terjadi antara Indonesia dan Uni
4. Eropa, ternyata terdapat hal lain yang terdapat dalam hubungan kedua dagang ini, yaitu
investasi berupa infrastruktur, perdagangan, layanan keuangan dan sektor pariwista.
Importir juga dapat menawarkan suatu perjanjian dalam kegiatan ekspor-impor kepada
eksportir. Dalam hal ini, Uni Eropa berencana untuk melakukan investasi di Indonesia.
Dikarenakan posisi Uni Eropa sebagai importir minyak sawit, Uni Eropa memiliki purchasing
power yang membuat Indonesia harus menerima penawaran yang diberikan Uni Eropa.
Indonesia sendiri yang berencana untuk terus meningkatkan produksi minyak sawit serta
menjadikan Uni Eropa sebagai target ekspor utama, tentu harus menyetujui tawaran yang
dilakukan Uni Eropa. Namun dalam hal ini, Indonesia sendiri mendapat keuntungan dari
tawaran yang diberikan Uni Eropa, yaitu penyediaan lapangan pekerjaan sejumlah 1,1 juta
pekerjaan serta hal lainnya seperti bantuan teknologi. Sebaliknya, Uni Eropa pun akan
diuntungkan karena dapat melakukan investasi asing di Indonesia. Dengan begitu, kedua belah
pihak akan sama-sama diuntungkan.
Hubungan Perdagangan Indonesia dengan Jepang
Bagi Indonesia, Jepang merupakan negara mitra dagang terbesar dalam hal ekspor-
impor Indonesia. Ekspor Indonesia ke Jepang bernilai US$ 23.6 milyar (statistic Pemerintah
RI), sedangkan impor Indonesia dari Jepang adalah US$ 6.5 milyar sehingga bagi Jepang
mengalami surplus besar impor dari Indonesia (tahun 2007).
Komoditi penting yang diimpor Jepang dari Indonesia adalah a.l. minyak, gas alam
cair, batubara, hasil tambang, udang, pulp, tekstil dan produk tekstil, mesin, perlengkapan
listrik, dll. Di lain pihak, barang-barang yang diekspor Jepang ke Indonesia meliputi mesin-
mesin dan suku-cadang, produk plastik dan kimia, baja, perlengkapan listrik, suku-cadang
elektronik, mesin alat transportasi dan suku-cadang mobil.
Investasi langsung swasta dari Jepang ke Indonesia yang menurun sehubungan dengan
stagnasi yang dialami perekonomian Indonesia akibat krisis ekonomi yang melanda Asia
pada tahun 1997, kini belumlah pulih sepenuhnya, namun Jepang tetap menempati
kedudukan penting di antara negara-negara yang berinvestasi di Indonesia. Dalam jumlah
investasi langsung asing di Indonesia dari tahun 1967 hingga 2007, Jepang menduduki
tempat pertama dengan angka 11,5% dalam kesuluruhannya.
Indonesia merupakan negara penerima ODA (bantuan pembangunan tingkat
pemerintah) terbesar dari Jepang (berdasarkan realisasi netto pembayaran pada tahun 2005
adalah US$1.22 milyar, yaitu + 17% dari seluruh ODA yang diberikan Jepang).
5. Hubungan Perdagangan Indonesia dengan Malaysia
Pada tahun 2009, impor Malaysia dari Indonesia lebih tinggi jika dibandingkan dengan
ekspornya ke Indonesia. Tingginya impor tersebut menyebabkan terjadinya surplus bagi
Indonesia sebesar USD 1,63 milyar pada neraca perdagangannya dengan Malaysia. Jika
dibandingkan dengan tahun 2008, surplus pada neraca perdagangan tersebut naik sebesar
57,30%, dimana surplus tahun 2008 hanya berjumlah USD 1,03 milyar. Tahun 2005 hingga
2009 Indonesia selalu mengalami surplus, surplus terendah terjadi pada tahun 2006 dimana
nilainya hanya sebesar USD 885,94 juta, sedangkan yang terbesar terjadi pada tahun 2009.
Peningkatan hubungan dagang antara Malaysia dan Indonesia dapat dilihat dari trend
total perdagangannya pada periode 2005 - 2009 yang nilainya relatif cukup besar yaitu
meningkat rata-rata sebesar 12,69% per tahun. Jika pada tahun 2005 total nilai perdagangan
kedua negara hanya berjumlah USD 7,70 milyar, pada tahun 2008 nilai tersebut menjadi
USD 13,48 milyar, tetapi disebabkan krisis pada 2009 nilai tersebut kembali menurun
menjadi USD 11,44 milyar.
Pada 2009, total nilai perdagangan bilateral antara Indonesia – Malaysia mencatat
jumlah USD 11,44 milyar, turun sebesar 15,11%% berbanding periode yang sama tahun
2008. Berdasarkan total nilai perdagangan dari negara yang menjadi mitra dagang Malaysia,
maka Indonesia berada di peringkat ke tujuh di bawah China, Singapura, Amerika Serikat,
Jepang, Thailand dan Korea Selatan. Menurunnya total nilai perdagangan bilateral antara
Indonesia dan Malaysia disebabkan oleh menurunnya aktifitas usaha antara kedua negara
sebagai dampak krisis ekonomi.
Dari sejumlah sumber di Malaysia maupun dari pertanyaan yang diajukan oleh
sejumlah pengusaha kepada KBRI, nampak bahwa Malaysia menunjukkan minat yang sangat
besar untuk meningkatkan investasinya di Indonesia di sejumlah sektor. Hal ini tercermin
dengan melonjaknya nilai investasi pada beberapa tahun terakhir terutama di sektor
perbankan, perkebunan dan telekomunikasi. Pada tahun 2009 terdapat sejumlah 8 izin usaha
tetap yang dikeluarkan bagi perusahaan Malaysia dengan nilai realisasi investasi mencapai
USD 7,1 juta. Dengan nilai realisasi investasi yang demikian, pada periode hingga Februari
2009, Malaysia menempati peringkat ke-11 dalam realisasi investasi Penanaman Modal
Asing (PMA) per negara. Sementara itu data dari Pemerintah Malaysia menunjukkan hingga
kuartal ke-3 nilai investasi Indonesia di Malaysia adalah USD 87,436 juta (RM 315 juta) dan
investasi Malaysia di Indonesia mencapai USD 328,651 juta (RM 1,184 miliar).
6. Hubungan Perdagangan Indonesia dengan Singapura
Indonesia dibidang ekonomi, perdagangan dan investasi sepanjang enam bulan pertama
2006 tidak sebaik tahun sebelumnya. Ekspor Singapura-Indonesia pada Kuartal II/2006,
menurut IE Singapore, mencapai S$ 2,7 juta sementara pada Kuartal I/2006 mencapai S$ 2,9
juta setelah tahun 2005 mencapai 11.95 juta. Penurunan yang mencapai 1,4% dari Kuartal
I/2006 dan hampir 18% jika dibandingkan tahun 2005 ini menurut IE Singapore disebabkan
oleh lemahnya ekspor produk elektronik dan non-elektronik.
Ekspor produk elektronik ke Indonesia pada Kuartal I/2006 tumbuh hanya 1,4%
dibanding 2005 yang mencapai 9,3%. Lemahnya ekspor ini merupakan dampak dari
menurunnya penjualan consumer electronics (- 25%) dan parts of PCs (- 14%). Sedangkan
penurunan ekspor non-elektronik yang hanya tumbuh 1,3% pada Kuartal I/2006 dari 22%
pada 2005 adalah dampak dari rendahnya ekspor power machinery (- 57%). Sedangkan
ekspor Indonesia ke Singapura menurut BPS, pada 2004 mencapai S$16.4 juta, sementara
importnya mencapai S$13.7 juta. Tiga produk utama penyumbang pertumbuhan tersebut
masing-masing adalah machinery & equipment, S$5,498 Juta, mineral Fuels, S$ 3,360 Juta,
serta Chemicals, 1,681 juta. Sementara Impor Singapura-Indonesia pada 2005 mencapai
S$12,989 juta. Impor utama Singapura dari Indonesia pada tahun 2005 meliputi peralatan
kantor dan alat-alat data processing, produk petroleum refinery, dan mesin-mesin data
processing. Sementara ekspor utama Singapura ke Indonesia pada tahun yang sama meliputi
produk petroleum, electrical machinery, dan peralatan perkantoran dan data processing.
Posisi surplus bagi Indonesia pada 2001,2002, 2003, sedangkan pada tahun 2004 dan
2005 Indonesia mengalami defisit masing-masing sebesar US$ 84,87 juta dan US$ 1,63
milyar (meningkat sebesar 1,826,78%). Defisit terjadi akibat impor migas yang besar dari
Singapura ke Indonesia pada dua tahun terakhir. Pada 2004 defisit perdagangan migas
sebesar US$ 2,95 milyar dan pada 2005 tercatat sebesar US$ 5,77 milyar. Dalam
perdagangan non-migas (2001-2005) Indonesia tetap surplus. Pada 2005 Indonesia mencatat
surplus sebesar US$ 4,13 milyar sedangkan tahun 2004 tercatat surplus sebesar US$ 2,86
milyar. Pada tahun 2006 (Januari - Maret) perdagangan Indonesia defisit sebesar US$ -67,9
juta. Defisit disebabkan perdagangan migas tahun 2005 defisit US$ -5,7 milyar, sedangkan
non-migas masih mencatat surplus sebesar US$ 4,1 milyar.
Menurut “Statlink” Indonesia merupakan negara mitra dagang kelima terbesar bagi
7. Singapura. Re-ekspor Singapura-Indonesia tahun 2004 tercatat sebesar US$ 18,44 dan pada
tahun 2005 tercatat sebesar US$ 20,42 milyar.
Hubungan Perdagangan Indonesia dengan Victoria
Berdasarkan data tahun 2004 Australian Bureau of Statistic (ABS), volume nilai
ekspor Victoria ke Indonesia di tahun 2004 mencapai nilai sebesar A$ 474,407,873 yang
merupakan peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu A$373 juta. Sementara itu total impor
dari Indonesia tahun 2004 sebesar A$926,344,859. Ekspor Victoria ke Indonesia terutama
adalah dalam produk susu (dairy products), bahan mineral, aluminium, daging dan bahan
dasar industri sedangkan impor dari Indonesia masih didominasi komoditi oleh minyak dan
gas, namun hubungan dagang tersebut dalam beberapa tahun terakhir sudah mulai mengalami
diversifikasi karena meluasnya kebutuhan di masing-masing negara. Produk-produk
Indonesia dari sektor non migas seperti mie instant, peralatan plastik, kayu, produk kulit,
kertas dan peralatan listrik serta suku cadangnya telah banyak memasuki pasar Victoria.
Dalam upaya memberi dorongan para pelaku bisnis Indonesia di Negara Bagian
Victoria, KJRI Melbourne bekerjasama dengan dua mahasiswa Melbourne Business School
(MBS) melakukan riset pasar sekitar 3 bulan dari bulan Juli s/d September 2004 terhadap 3
sektor yang dinilai potensial, yaitu sektor furnitur termasuk kerajinan, sektor produk makanan
dan sektor produk tekstil. Dari hasil riset yang telah disempurnakan melalui masukan yang
diperoleh dalam seminar, telah disusun sebuah buku “Paduan Bisnis di Negara Bagian
Victoria-Australia: Furnitur dan Kerajinan, Produk Pangan, Produk Garmen dan Tekstil” dan
telah disebarluaskan ke Kadin, Pemerintah Daerah dan UKM di seluruh Indonesia sebanyak
1500 eksemplar. Secara umum dapat disimpulkan bahwa Indonesia masih berpeluang untuk
memperluas pangsa produk Indonesia di pasar Victoria terutama di bidang furnitur, tekstil
dan produk makanan, walaupun harus diakui produk Indonesia masih jauh tertinggal
dibandingkan produk dari Cina, Thailand dan Malaysia. Umumnya produk furnitur dam
tekstil, Indonesia unggul di segmen menengah ke atas.
Pendataan investasi perusahaan dari Victoria di Indonesia yang dilakukan oleh KJRI
hanya dapat dilakukan berdasarkan jumlah permintaan informasi maupun expression of
interest untuk berinvestasi. Selain itu, Australian Bureau of Statistics tidak secara spesifik
melakukan pencatatan outbound investment dari negara bagian Victoria. KJRI Melbourne
mencatat bahwa investasi yang dilakukan perusahaan dari Victoria di Indonesia pada
umumnya masih berskala kecil dengan proyek investasi umumnya di bawah A$100.000.
8. Investasi tersebut dilakukan di bidang penyediaan jasa maupun usaha perdagangan eceran
dan ekspor impor.
Di lain pihak, investasi Indonesia di Australia sebagian besar dilakukan melalui skema
business migration investment, yaitu migrasi dengan motif investasi. Berdasarkan
pengamatan KJRI Melbourne, bidang investasi yang dilakukan oleh WNI di Australia
meliputi bidang-bidang usaha kecil sampai menengah seperti penjualan retail, ekspor-impor,
penyediaan jasa konsultansi dan usaha di bidang rumah makan.
2. Fungsi dan sumber devisa
a) Fungsi Devisa
Pada umumnya fungsi devisa sama seperti fungsi uang biasa, hanya saja devisa
digunakan dalam kegiatan transaksi internasional sebagai pembayaran antarnegara,
pertukaran barang dan jasa, mengukur kekayaan, menimbun kekayaan, dan cadangan
moneter.
Kenapa suatu negara menginginkan cadangan devisa yang cukup? Karena ternyata
devisa memiliki fungsi yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara, fungsi
devisa tersebut antara lain sebagai berikut :
Devisa berfungsi sebagai alat pembayaran yang sah dalam kegiatan perdagangan
internasional, seperti expor, impor dan lain-lain.
Devisa digunakan sebagai alat untuk membiayai hubungan internasional, misalnya
diplomatik kedaulatan, perjalanan dinas, konsultan, grant, bantuan luar negeri dan
lain-lain.
Devisa digunakan sebagai alat pembayaran hutang luar negeri.
Devisa digunakan sebagai sumber pendapatan Negara.
b) Sumber Devisa
Sebagai sumber pendapatan Negara, devisa diperoleh dari berbagai macam aktivitas
perdagangan maupun penyediaan jasa. Adapun sumber devisa adalah sebagai berikut :
Kegiatan ekspor barang
Negara yang memiliki sistem ekonomi terbuka mengandalkan kegiatan ekspor barang
untuk mendapatkan devisa. Semakin banyak suatu Negara mengekspor barang ke Negara-
negara lain, semakin banyak pula devisa yang diperolehnya, sehingga pendapatan Negara
akan meningkat.
9. Penyelenggaraan jasa
Tidak semua Negara diberkahi oleh sumber daya alam yang kaya untuk memproduksi
barang-barang bermutu. Nah, Negara-negara yang tidak memiliki kemampuan tersebut
mengandalkan bidang penyelenggaraan jasa sebagai sumber pemasukan devisa utama.
Adapun bentuk penyelenggaraan jasa yang dapat dilakukan adalah menyediakan Bandar
udara, pelabuhan kapal, jasa pengiriman barang baik ekspor maupun impor, jasa perbankan,
dan lain sebagainya.
Pariwisata
Pariwisata merupakan sumber devisa utama bagi Negara yang mengandalkan sektor
pariwisata. Devisa tersebut diperoleh dari turis – turis, baik mancanegara maupun domestik
yang datang. Oleh karena itu, semakin banyak wisatawan yang datang, khususnya para
wisatawan asing yang akan menukarkan mata uang negaranya, maka pemasukan Negara akan
semakin meningkat.
Pinjaman luar negeri
Selain dari usaha yang dilakukan, pinjaman atau bantuan luar negeri juga dapat menjadi
salah satu sumber devisa bagi suatu negara, khususnya negara-negara yang sedang
berkembang. Negara-negara tersebut sangat bergantung pada pinjaman-pinjaman luar negeri
untuk melaksananakan pembangunan.
Selain digunakan sebagai pembiayaan pembangunan dalam negeri, pinjaman luar
negeri juga dapat digunakan untuk membiayai import barang. Meskipun pinjaman tersebut
merupakan hutang yang harus dibayar, tetapi tetap saja ketika menerimanya akan
meningkatkan devisa Negara.
Hibah dan hadiah dari luar negeri
Salah satu sumber devisa Negara yang bukan hutang adalah Hibah atau hadiah. Hibah
atau hadiah merupakan bantuan yang diberikan dari dalam maupun luar negeri yang dapat
menambah pemasukan kas Negara.
Warga negara yang bekerja di luar negeri
Warga Negara yang bekerja di luar negeri dapat menjadi sumber devisa Negara. Para
tenaga kerja ini menyumbang devisa melalui biaya pengiriman-pengiriman uang atau transfer
dari Negara tempat mereka bekerja.
Bagi Indonesia, warga Negara yang bekerja di luar negeri meruapakan pemasukan
utama devisa Negara. Oleh karena itu, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) disebut sebagai
pahlawan devisa Negara.
10. 3. Fungsi nilai tukar valuta asing (valas) sebagai berikut :
Alat tukar internasional
Fungsi valuta asing yang pertama adalah sebagai alat tukar internasional. Seperti yang
kita ketahui bersama, uang merupakan alat tukar yang digunakan untuk melakukan
pertukaran barang.
Alat Pengendali Kurs
Fungsi valuta asing yang kedua adalah sebagai alat pengendali kurs. Kurs mata uang
suatu negara sering kali mengalami pergolakan. Nah, dengan pengelolaan tingkat penggunaan
sesuatu valuta asing asing tertentu, sebuah negara dapat mengendalikan nilai tukar mata uang
mereka dengan lebih mudah.
Alat Pembayaran Internasional
Seperti yang telah dijelaskan di atas, valuta asing memiliki peranan yang besar dalam
perdagangan internasional yaitu sebagai alat pembayaran yang sah dan diakui oleh kedua
belah pihak.
Alat untuk Memperlancar Perdagangan Internasional
Dengan menggunakan valuta asing, setiap negara yang ada di seluruh penjuru dunia
dapat dengan mudah melakukan aktivitas jual beli tanpa harus terkendala masalah
penggunaan mata uang.
Mengapa valuta asing sangat penting digunakan di perdagangan internasional?
Karena, mengingat mata uang di satu negara tak berlaku di negara lain, tentu saja
dibutuhkan alat transaksi yang dapat diterima di negara lain. Alat transaksi yang mampu
diterima di Negara lain tersebut biasa dikenal dengan nama valas, sedangkan tempat
terjadinya transaksi jual beli valas biasa kita kenal dengan Pasar Valas.
Secara geografis pasar valuta asing atau foreign exchange market menjangkau
keseluruhan bagian dunia, dimana harga-harga mata uang senantiasa bergerak setiap saat
pada setiap hari kerja.
4. Tujuan terpenting adanya kartel dalam perdagangan internasional adalah untuk
mengurangi ataupun meniadakan persaingan serta menciptakan keseragaman harga,
jumlah produksi dan pembagian daerah pemasaran untuk tiap badan usaha.
Semua tujuan tersebut dicapai dengan mengadakan perjanjian atau kesepakatan antar
11. badan usaha atau beberapa perusahaan produsen dan lainnya yang sejenis untuk
mengatur dan mengendalikan berbagai hal seperti harga, wilayah pemasaran dan lain
sebagainya dengan tujuan menekan persaingan dan mendapatkan keuntungan.
5. Faktor yang mempengaruhi ekspor dan impor
Tidak selamanya kegiatan perdagangan internasional dapat berjalan sesuai dengan
kondisi yang diinginkan, biasanya sering terjadi hambatan atau masalah-masalah yang
menjadi faktor penghalang bagi setiap negara yang terlibat didalamnya. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi produsen/pelaku usaha melakukan kegiatan ekspor-impor antara lain :
Komoditas Tradisional
Biasanya sebuah perusahaan memproduksi suatu komoditas sebagai lanjutan atau sisa-
sisa peninggalan ekonomi jaman kolonial seperti karet, kopi, teh, lada, tengkawang, timah,
tembaga dan hasil tambang sejenis lainnya. Hal ini kemungkinan berlanjut menjadi kegiatan
ekspor sekarang ini.
Optimalisasi Laba
Selain menjual suatu produk dalam negeri, dengan ekspor, sebuah perusahaan mampu
memperluas daerah penjualan sampai ke luar negeri, selain itu jenis barang yang ditawarkan
menjadi tidak terbatas untuk konsumen dalam negeri saja.
Penelusuran Pasar
Bagi perusahaan yang mempunyai pasar domestik yang kuat, ekspor merupakan
peluang untuk melakukan diversifikasi pasar yang dapat memperkuat kedudukan komoditas
yang diperdagangkan.
Pemanfaatan kelebihan kapasitas (Excess Capacity)
Jika kapasitas produksi suatu industri masih belum melebih kapasitas mesin maka sisa
kapasitasnya (idle capacity) dapat digunakan untuk memenuhi pasar ekspor.
Export Oriented Products
Terdapat industri-industri padat karya yang sengaja dipindahkan dari negara-negara
industri seperti Jepang, Korea, Taiwan atau Singapura ke Indonesia dengan tujuan relokasi
industri pabrik sepatu, garment, dan sejenisnya.
Wisma Dagang atau Trading House
Saat ini Pemerintah mengembangkan konsep trading house, seperti yang dikembangkan
Jepang, sehingga akan memudahkan eksportir dalam melakukan penetrasi pasar
Internasional. Trading House ini akan membantu eksportir menganalisis pasar atau
12. mengidentifikasi Pembeli dan memberikan informasi lainnya yang bermanfaat terkait dengan
kondisi pasar di Negara di mana wisma tersebut berada.
Komoditas Berdaya Saing Tinggi
Produk-produk yang berbahan asli Indonesia dan mempunyai keunggulan tersendiri
(absolute advantage) atau produk lain yang memiliki keunggulan komparatif (comparative
advantage) memiliki peluang untuk pasar ekspor. Misalnya bahan-bahan seperti karet alam,
kayu hutan tropis, agrobisnis, kerajinan dan lainnya, semua memiliki daya saing yang cukup
tinggi di pasar ekspor.