1. Uni Eropa merupakan pasar ekspor minyak sawit terpenting kedua bagi Indonesia setelah India, dengan ekspor mencapai 4,23 juta ton pada 2015.
2. Hubungan dagang yang baik antara Indonesia dan Uni Eropa memberikan keuntungan berupa pemasukan valas bagi Indonesia dan pasokan minyak sawit bagi Uni Eropa.
3. Indonesia juga mendapat manfaat berupa investasi Eropa di sektor infrastruktur, perdagangan, keuangan, dan pariwis
1. Nama : Nuroh A’dawiyah
Kelas : 6L Manajemen Keuangan dan Perbankan
Nim : 11150472
Ruangan / Hari : C.1.4 /Selasa
Tugas UAS Ekonomi Internasional
1. Studi Kasus terkait perdagangan internasioal
Kasus 1
Jakarta - Kasus tuna Indonesia yang diekspor ke Uni Eropa kena tarif tinggi
dibandingkan dengan negara-negara lainnya menjadi salah satu pertimbangan
pemerintahan Jokowi mengevaluasi kerjasama perdagangan bebas. Dalam kasus tuna,
justru Indonesia tertinggal dengan negara lain karena belum menjalin Free Trade
Agreement (FTA) dengan Uni Eropa.
Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional, Kemendag Bachrul Chairi
mencontoh Indonesia di ASEAN adalah produksi tuna terbesar, tetapi bea masuk tuna
Indonesia di Eropa itu dikenakan 22,5%, namun Malaysia, Filipina, dan Vietnam
yang sebagian tunanya datang dari perairan Indonesia, itu hanya dikenakan bea masuk
impor 0%.
"Akibat 22,5% itu kita sudah sulit besaing dengan mereka. Alasannya, mereka
sudah melakukan apa yang disebut FTA dengan Eropa. Indonesia ketinggalan dalam
hal ini," kata Bachrul usai rakor soal FTA di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta,
Selasa (17/3/2015)
Kasus serupa juga terjadi di Jepang, tuna asal Indonesia harus kena bea masuk
impor 7,5%, sedangkan di negara lain hanya 0%. Padahal Indonesia dan Jepang sudah
ada kerjasama perdagang bebas bilateral dengan Jepang yaitu Indonesia Japan
Economic Partnership Agreement (IJEPA).
Menurut Bachrul dengan posisi Indonesia yang belum masuk FTA dengan
kawasan lain, dan adanya FTA yang sudah berlaku namun belum memberikan
keuntungan, maka investor kurang tertarik masuk Indonesia. Alasannya investor akan
memilih masuk ke negara yang sudah banyak perdagangan bebas, sehingga pasarnya
akan lebih luas dan besar.
2. "Walau Indonesia punya demografi tenaga kerja yang cukup, infrastruktur
akan membaik, tetap kalau pasarnya cuma 250 juta jiwa mereka kurang tertarik,
karena mereka mampu lebih dari 250 juta penduduk," jelasnya.
Bachrul mengatakan, posisi pemerintahan saat ini terus mendukung adanya
FTA namun akan dievaluasi dari sisi keuntungan bagi Indonesia, terutama dari
mendorong ekspor dan menarik investasi ke dalam negeri.
"Kalau kita tidak terbuka, kita kehilangan 'kereta' dengan negara lain, kita
kehilangan investasi, kita kehilangan kemampuan mendorong ekonomi yang kita
harapkan," katanya.
Terkait dengan Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA),
telah disepakati akan dievaluasi. Pemerintah Indonesia sudah melakukan pertemuan
dengan Jepang.
"FTA kebijakan Jokowi-JK dalam rangka mengamankan ekspor Indonesia,"
katanya.
Ia mengaku dalam rapat internal pemerintah, ada beberapa Kementerian
menyarankan agar beberapa FTA untuk dihentikan, namun kini arahannya berubah,
yaitu FTA diminta untuk terus lanjutkan dengan evaluasi.
"Umumnya masalah FTA tidak jalan tadi karena masalah transposisi, belum
disetujuinya kesepakatan dengan negara. Contohnya, misal perdagangan untuk
pulpen, disepakati 0%, waktu kita lakukan transposisi justru dikenakan jadi 15% bea
masuk. Harusnya itu 0%," katanya.
Kasus 2
Badan Pusat Statistik (BPS) pada Selasa (15/3/2016) telah mengumumkan data
ekspor-impor Indonesia terbaru. Sepanjang bulan Februari 2016, nilai ekspor
Indonesia mencapai 11,3 miliar dollar AS. Ini berarti dalam dua bulan pertama 2016,
nilai ekspor Indonesia selalu meningkat. Pada Januari 2016, nilai ekspor Indonesia
sebesar 10,5 miliar dollar AS. Tren pertumbuhan ekspor selama 2016 ini tentu
menggembirakan, menimbulkan optimisme perekonomian Indonesia tahun ini akan
semakin membaik. Namun, jika dilihat dalam beberapa tahun ke belakang, kinerja
ekspor Indonesia sebenarnya sangat mengkhawatirkan. Sebab, kinerja ekspor
Indonesia dalam lima tahun terakhir terus merosot. Pelemahan ekonomi global
dituding menjadi penyebab utama terpuruknya ekspor Indonesia. Negara-negara
3. tujuan utama ekspor Indonesia secara tradisional seperti China, Jepang, AS, dan
negara-negara Eropa tengah mengalami perlambatan ekonomi. Akibatnya permintaan
barang dari Indonesia menurun. Namun, jika alasannya pelemahan ekonomi global,
ekspor negara-negara yang satu peer (setara) dengan Indonesia, seperti Thailand,
Filipina, dan Malaysia seharusnya juga jatuh dalam periode dan skala yang sama.
Namun, anehnya, kinerja ekspor negara-negara itu tidak seburuk Indonesia. Indonesia
mengalami penurunan nilai ekspor secara konstan selama periode 2011 – 2015.
Namun, ekspor Filipina terus naik hingga 2014, sebelum akhirnya turun di tahun
2015. Begitu pula Thailand, yang nilai ekspornya relatif stabil hingga 2014, sebelum
akhirnya jatuh juga pada 2015. Malaysia juga mengalami pola serupa. Bahkan,
Singapura, ekspornya malah naik pada 2015. Jadi umumnya, ekspor negara-negara
tetangga, baru melemah pada 2015 ketika perekonomian global benar-benar terpuruk.
Namun, anehnya, tren merosotnya ekspor telah terjadi sejak 2011 dan makin terpuruk
pada tahun 2015. Kondisi tersebut menandakan ada masalah yang serius dalam daya
saing ekspor Indonesia. Hal itu terkonfirmasi, dengan membanjirnya barang-barang
impor, sehingga mendesak industri-industri di dalam negeri. Untungnya, penurunan
kinerja ekspor tidak berkorelasi positif dengan jumlah produksi barang yang
dihasilkan di dalam negeri. Produksi komoditas pertanian dan barang olahan di dalam
negeri tetap meningkat dengan laju yang bagus. Hal itu tentu tidak terlepas dari
kondisi Indonesia sebagai pasar yang besar, dengan jumlah penduduk mencapai 255
juta orang, terbesar keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat.
Artinya, produk-produk lokal masih bisa diserap oleh pasar domestik. Situasi
semacam ini sebenarnya sangat tricky. Di satu sisi menimbulkan kekhawatiran dan
pesimisme, namun di sisi lain membuncahkan harapan dan optimisme. Jika produk
lokal hanya mengandalkan serapan domestik, maka tak akan langgeng. Sebab, dengan
semakin terbukanya perdagangan internasional, terlebih telah dimulainya
implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), barang-barang dari luar akan
semakin mudah masuk ke Indonesia sekaligus mendepak pemain-pemain lokal.
Sebaliknya, jika dilihat dari kacamata optimisme, betapa besar peluang industri-
industri dalam negeri untuk berkembang. Dengan daya saing yang tinggi, produk-
produk lokal tidak hanya akan menikmati pasar domestik yang besar, tetapi juga
berpeluang meningkatkan produksinya untuk tujuan ekspor. Dengan hanya
mengandalkan serapan pasar domestik saja, industri dan perekonomian Indonesia saja
sudah bisa tumbuh, apalagi bila ditambah dengan ekspor. Artinya, jika ekspor
4. Indonesia ditingkatkan, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa melejit. Namun,
sekali lagi, syaratnya adalah penguatan daya saing. Inilah salah satu tantangan
Indonesia saat ini.
Kasus 3
Peluang dan Tantangan Hubungan Dagang Indonesia-Uni Eropa: Studi
Kasus Ekspor Minyak Sawit Indonesia ke Eropa
Indonesia adalah negara penghasil minyak sawit terbesar di dunia. Luas hutan
yang dimiliki Indonesia mampu menjadikan Indonesia sebagai negara pengekspor
minyak sawit ke berbagai wilayah, seperti Timur Tengah, Asia Selatan dan Asia
Timur serta Uni Eropa. Minyak sawit sendiri merupakan komoditi andalan yang
dimiliki Indonesia dalam kegiatan ekspor Indonesia. Tingginya kebutuhan akan
minyak sawit menyebabkan banyaknya negara-negara yang mengimpor minyak sawit
dari Indonesia.
Dengan banyaknya permintaan negara-negara lain akan minyak sawit milik
Indonesia, tentu hal ini merupakan sebuah peluang dan juga tantangan bagi Indonesia
dalam melakukan aktivitas perdagangan internasional dengan negara lain, tidak
terkecuali dengan Uni Eropa. Negara-negara yang tergabung ke dalam Uni Eropa
merupakan salah satu pengimpor terbesar minyak sawit dari Indonesia. Terlebih lagi,
kerja sama Indonesia-Uni Eropa tahun ini sedang gencar untuk ditingkatkan, seperti
salah satunya adalah melalui Comprehensive Economic Partnership Agreement
(CEPA) yang sedang didiskusikan untuk kepentingan dagang kedua mitra ini seperti
pengurangan pajak dan hambatan perdagangan. Namun, hubungan dagang Indonesia-
Uni Eropa pun tidak selamanya meningkat. Berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik (BPS), ekspor Indonesia ke Eropa berkurang 5,6% setiap tahunnya selama
lima tahun belakangan.[1]
Atas penjabaran diatas, maka tulisan ini akan membahas mengenai peluang
dan tantangan Indonesia dalam kaitannya dengan perdagangan internasional melalui
ekspor minyak sawit dengan Uni Eropa, serta kepentingan apa yang akan
dimanfaatkan Indonesia untuk memenuhi kepentingan nasionalnya melalui hubungan
5. dagang ini. Dengan menggunakan konsep countertrade, maka hubungan yang terjalin
antara kedua mitra ini akan dijelaskan lebih dalam.
Countertrade
Countertrade adalah sebuah konsep yang membahas mengenai kegiatan
ekspor dan impor suatu negara yang mana dari kegiatan ekspor dan impor tersebut
disertakan sebuah perjanjian yang didalamnya berisikan mengenai perjanjian untuk
pembelian barang kembali, transfer teknologi dan lain sebagainya.
“Countertrade adalah sebuah penetapan dagang yang mana penjual atau
eksportir diharuskan untuk menerima sebagian atau seluruh perjanjian dalam proses
pengiriman, dapat berupa sebuah penawaran produk dari negara pengimpor. Intinya,
hal ini adalah sebuah purchasing power yang dimiliki oleh negara atau perusahaan
untuk mempengaruhi sebuah perusahaan untuk membeli atau memasarkan barang
atau konsesi lainnya yang bertujuan untuk membayar barang impor, atau untuk
mendapatkan nilai mata uang yang kuat atau teknologi.”
Ekspor Minyak Sawit Indonesia ke Uni Eropa
Uni Eropa adalah salah satu pasar terbesar Indonesia untuk persoalan ekspor
komoditi ke luar negeri.
“Uni Eropa, yang mana terdiri dari 27 negara, adalah partner dagang kedua
terbesar Indonesia dengan total kerja sama bilateral mencapai Rp. 253 trilyun setiap
tahunnya. Ekspor yang dilakukan Indonesia ke seluruh negara-negara eropa berjumlah
Rp. 177 trilyun ketika seluruh barang terkirim ke Uni Eropa berjumlah Rp. 75
trilyun.”
Sementara itu, berkaitan dengan ekspor minyak sawit Indonesia, Uni Eropa
adalah pengimpor kedua terbesar minyak sawit Indonesia dibawah India pada tahun
2015 lalu. Adapun jumlah ekspor minyak sawit Indonesia tergambar dalam tabel
berikut:
Dengan jumlah ekspor Indonesia ke Uni Eropa yang berjumlah 4,23 juta ton
tersebut, Uni Eropa tentu merupakan salah satu partner dagang terpenting Indonesia.
6. Ditambah lagi, pada Febuari 2016 lalu, Indonesia berencana meningkatkan hubungan
dagang dengan Uni Eropa dan salah satunya adalah melalui pengingkatan ekspor
komoditi. Pemerintah Indonesia dan Uni Eropa telah setuju untuk meningkatkan kerja
sama dalam perdagangan komoditi, seperti minyak sawit dan biji kakao.
Kepentingan, Peluang dan Keuntungan Indonesia
Kepentingan yang dibawa Indonesia dalam hubungan dagangnya dengan Uni
Eropa adalah sebagai pasar yang besar untuk impor minyak sawit. Indonesia akan
selalu menjaga hubungan dagang dengan Uni Eropa karena Uni Eropa adalah pasar
yang sangat strategis. “Indonesia dan Uni Eropa akan meningkatkan hubungan dagang
dan menunggu negosiasi lebih lanjut.” Kata wakil presiden Indonesia Jusuf Kalla
pada bulan Febuari lalu. Dengan begitu, Indonesia tidak akan kehilangan pasar utama
ekspor minyak sawitnya.
Selain itu, Indonesia pun memiliki kepentingan lain dengan perusahaan-
perusahaan di Eropa. Dengan memiliki hubungan dagang yang baik antara kedua
mitra dagang ini, perusahaan-perusahaan di Eropa berencana untuk melakukan
investasi di Indonesia.
“Perusahaan-perusahaan di Eropa berencana untuk menyediakan lebih dari 1,1
juta pekerjaan di Indonesia. Uni Eropa tertarik untuk melakukan investasi di bidang
infrastruktur, perdagangan, layanan keuangan dan sektor pariwisata,” kata Duta Besar
Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Vincent Guerend”
Dengan adanya ketertarikan Uni Eropa untuk berinvestasi di Indonesia, tentu
hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi Indonesia. Indonesia akan mendapat
keuntungan selain melalui ekspor minyak sawit dan komoditi lainnya, Indonesia pun
akan mendapatkan bantuan seperti yang telah disebutkan diatas. Indonesia pun akan
terus meningkatkan produksi minyak sawitnya guna memenuhi seluruh kebutuhan di
negara lain.
“Dengan total penanaman minyak sawit saat ini tercatat 7,3 juta hektar,
Indonesia dapat memproduksi 21,5 juta ton minyak sawit mentah. Pada tahun 2020
Indonesia diharapkan mampu meningkatkan produksi hingga 40 juta ton. Dengan
7. begitu, Indonesia akan menjadi supplier paling berpotensi bagi Eropa di masa
mendatang.”
Hubugan dagang antara Indonesia dan Uni Eropa, khususnya ekspor minyak
sawit Indonesia akan memberikan keuntungan bagi Indonesia.
Analisa
Dengan menggunakan konsep countertrade, maka hubungan dagang antara
Indonesia dan Uni Eropa ini dapat dijelaskan. Ekspor minyak sawit yang dilakukan ke
Uni Eropa tentu memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Indonesia
mendapatkan pemasukan negara melalui ekspor yang dilakukan, sementara kebutuhan
Uni Eropa akan minyak sawit akan terpenuhi. Ditambah lagi, Uni Eropa sendiri tidak
dapat menghasilkan minyak sawit sendiri, sementara Indonesia yang memiliki hutan
yang sangat luas tentu mampu memproduksi secara berlebih hingga akhirnya menjadi
komoditi untuk diekspor.
Selain ekspor minyak sawit yang terjadi antara Indonesia dan Uni Eropa,
ternyata terdapat hal lain yang terdapat dalam hubungan kedua dagang ini, yaitu
investasi berupa infrastruktur, perdagangan, layanan keuangan dan sektor pariwista.
Menurut konsep countertrade, importir dapat menawarkan suatu perjanjian dalam
kegiatan ekspor-impor kepada eksportir. Dalam hal ini, Uni Eropa berencana untuk
melakukan investasi di Indonesia. Dikarenakan posisi Uni Eropa sebagai importir
minyak sawit, Uni Eropa memiliki purchasing power yang membuat Indonesia harus
menerima penawaran yang diberikan Uni Eropa.
Indonesia sendiri yang berencana untuk terus meningkatkan produksi minyak
sawit serta menjadikan Uni Eropa sebagai target ekspor utama, tentu harus menyetujui
tawaran yang dilakukan Uni Eropa. Namun dalam hal ini, Indonesia sendiri mendapat
keuntungan dari tawaran yang diberikan Uni Eropa, yaitu penyediaan lapangan
pekerjaan sejumlah 1,1 juta pekerjaan serta hal lainnya seperti bantuan teknologi.
Sebaliknya, Uni Eropa pun akan diuntungkan karena dapat melakukan investasi asing
di Indonesia. Dengan begitu, kedua belah pihak akan sama-sama diuntungkan.
8. Kasus 4
KOMPAS.com – Jelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), kekhawatiran
mengenai kegiatan ekspor impor semakin memuncak. Pasar bebas yang digadang-
gadang akan menjadi lahan subur bisnis internasional, berbalik menjadi momok.
Untuk itu, sebagai persiapannya, pemerintah terus mendukung aktivitas perdagangan
Indonesia di pasar internasional. Salah satu upayanya dapat dilihat dari catatan Badan
Pusat Statistik (BPS), Maret 2015 yang dilansir Kompas (15/05/2015). Terdapat
kenaikan belanja pemerintah yang mendukung impor modal. Tentu saja, pemerintah
tak mau kecolongan. MEA sudah dipetakan secara bertahap. Pembentukannya
berawal dari kesepakatan para pemimpin ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT), Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia. Tujuannya, untuk meningkatkan
stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN. Sebenarnya, memupuk dan
mematangkan kurang lebih 18 tahun menjadi waktu yang lebih dari cukup bagi
Indonesia. Tapi, melihat iklim perekonomian di sini rasanya jauh dari kesiapan.
Indonesia masih tertinggal saat beberapa negara lainnya tak sabar menunggu
liberalisasi perdagangan. Negara ini masih disibukkan dengan laju inflasi yang tinggi,
rupiah yang kian lesu, daya saing produk yang rendah hingga kesiapan Sumber Daya
Manusia (SDM). Tantangan MEA Bagi eksportir dan importir sebagai pelaku bisnis
internasional, jalan panjang menuju MEA menjadi ancaman tersendiri. Rencana
pemerintah menaikkan ekspor perdagangan 300 persen dalam 5 tahun pun disambut
dengan kritikan para pakar ekonomi. Salah satu ekonom yang mengkritik keras ialah
Faisal Basri. Pada acara 'Rethinking Kebijakan Perdagangan Menuju Target Ekspor
2015' pada 23 Februari 2015 lalu, Faisal memaparkan bahwa Nawacita pemerintah tak
realistis. Jelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), kekhawatiran mengenai kegiatan
ekspor impor semakin memuncak.(Shutterstock) Dinamisme perdagangan
internasional memang menggelisahkan para pelaku bisnis serta pihak-pihak terkait di
dalamnya. Menoleh sedikit ke belakang, pertumbuhan ekonomi Indonesia memang
sedang melambat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi
kuartal I-2015 sebesar 4,71 persen, melambat dibanding pertumbuhan ekonomi pada
periode sama tahun lalu yang mencapai 5,14 persen. Di Indonesia, baik sisi produksi
maupun sisi konsumsi sama-sama mengalami perlambatan ekonomi. Hal itu termasuk
kondisi ekspor yang masih melemah. Padahal, jika jeli, tantangan MEA dapat menjadi
peluang. Pemerintah sudah memetakannya terlebih dahulu. Usai menghadiri
9. pertemuan pertumbuhan ekonomi di empat negara, 28 April 2015 lalu, Wakil Presiden
Jusuf Kalla mengatakan bahwa tak ada yang dirugikan saat MEA tiba. MEA
menjadikan perekonomian lebih efisien. Orang akan lebih mudah mencari barang
dengan harga yang lebih murah. Bagi pebisnis, akan dimudahkan dengan tarif
kepabeanan yang semakin ringan. Melibatkan Perbankan Kekhawatiran soal ekspor
yang melemah dan impor yang meningkat harusnya ditinjau lagi. Peningkatan impor
dapat menjadi parameter positif jika aliran barang yang masuk berupa barang modal
dan bahan baku industri dalam negeri yang berorientasi ekspor, bukan impor barang
konsumsi. Ujian menuju kawasan ekonomi yang kompetitif memang tengah dirasakan
Indonesia. Untuk mendukungnya, harus melibatkan banyak pihak. Bukan hanya
pemerintah, tapi juga pihak ketiga. Salah satunya adalah perbankan. Peningkatan
impor dapat menjadi parameter positif jika aliran barang yang masuk berupa barang
modal dan bahan baku industri dalam negeri yang berorientasi ekspor, bukan impor
barang konsumsi.(Shutterstock) Dalam bisnis internasional, keterlibatan perbankan
bukanlah hal tabu. Perbankan dapat memfasilitasi transaksi perdagangan
internasional. Dilansir Kompas.com, terhitung 1 April 2015 lalu pemerintah
memberlakukan ekspor komoditi tertentu wajib menggunakan letter of credit (L/C)
sebagai cara pembayaran. Di dari penerimaan devisa negara melalui pembayaran ini,
setidaknya instrumen L/C menjadi wujud keterlibatan perbankan pada bisnis
internasional. Untuk itu, pelaku bisnis internasional harus mulai memperhitungkan
pihak ketiga ini sebagai rekanan. Mereka juga harus pintar memilih bank rekanan.
Carilah bank yang tidak hanya memiliki produk layanan dan jasa pembiayaan
beragam tetapi juga mampu mengakomodir segala keperluan bagi eksportir dan
importir. Pilihan pada bank dengan jaringan yang luas juga harus menjadi
pertimbangan. Salah satu bank yang menyediakan fasilitas seperti ini ialah PT Bank
Central Asia Tbk. Dilansir dari Kontan, pada 2014 lalu, BCA menjadi salah satu dari
deret bank dengan aset terbesar. Untuk memenuhi kebutuhan transaksi keuangan
nasabah, bank ini telah menyediakan Trade BCA, layanan dengan beragam produk
transaksi perdagangan baik dalam maupun luar negeri. Selain didukung lebih dari
2000 jaringan bank koresponden di seluruh dunia, layanan ini juga menyediakan
pilihan bertransaksi dalam 14 mata uang asing. Pengusaha juga akan lebih mudah saat
melakukan kegiatan ekspor dan impor dengan penanganan langsung oleh para
profesional yang handal di bidangnya. Dalam bisnis internasional, keterlibatan
perbankan bukanlah hal tabu. Perbankan dapat memfasilitasi transaksi perdagangan
10. internasional.(Shutterstock) Bank dengan layanan seperti ini dapat menjadi pilihan
mitra kerja strategis bagi pengusaha maupun pemerintah dalam menghadapi tantangan
krisis finansial global saat ini. Bila sudah mendapat bank rekanan yang tepat,
perjalanan bisnis internasional menjadi mulus. Ditambah dengan integrasi dari
pemerintah dan pihak swasta, Indonesia akan semakin mudah menjawab tantangan.
MEA akan menjadi ladang bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selanjutnya, pelaku
bisnis harus fokus mengasah Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menciptakan
produk dengan nilai jual tinggi. Jika tidak, Indonesia hanya jadi pasar bagi produk-
produk negara ASEAN lainnya.
Kasus 5
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Indonesia melalui Kementerian
Perdagangan menggugat Uni Eropa (UE) terkait tindakan anti-dumping terhadap
produk fatty alcohol asal Tanah Air ke World Trade Organization (WTO) dengan
tuduhan telah melanggar Agreement on Anti Dumping (AD) serta General Agreement
on Tariffs and Trade (GATT).
Direktur Pengamanan Perdagangan Oke Nurwan mengatakan gugatan ini
sebagai bukti dan komitmen atas keseriusan pemerintah untuk melindungi
kepentingan dunia usaha nasional. Adapun gugatan atas tindakan anti-dumping
terhadap produk fatty alcohol asal Indonesia tersebut telah memasuki pertemuan
pertama (first substantive meeting), di Jenewa, Swiss, yang berlangsung pada 25-26
November 2015.
“Indonesia sangat berkepentingan tehadap sengketa ini karena kebijakan
pengenaan tindakan anti-dumping tersebut telah menghambat akses pasar produk fatty
alcohol asal Indonesia ke negara-negara UE,” ujar Oke dalam keterangan resmi,
dikutip Minggu (29/11).
Ia menjelaskan, pertemuan ini dihadiri oleh para pihak penggugat dan tergugat
dengan panel. Sementara itu, ia menambahkan bahwa India, Korea Selatan, Malaysia,
Turki, dan Amerika Serikat menjadi pihak ketiga yang turut berkepentingan terhadap
gugatan ini.
11. Lebih lanjut, selain Oke, delegasi Indonesia juga terdiri dari Plt. Direktur
Kerja Sama Multilateral Djatmiko Bris Witjaksono, Kepala Pusat Pelayanan
Advokasi Perdagangan Internasional Ahmad Firdaus Sukmono, serta bekerja sama
dengan Advisory Centre on WTO LAW (ACWL).
Oke menyatakan, saat ini negara-negara anggota WTO memiliki keleluasaan
untuk mengatur tindakan pengamanan perdagangan seperti anti-dumping.
Menurutnya, hal itu kerap kali menimbulkan masalah dan merugikan perdagangan
negara anggota WTO lainnya.
“Investigating Authority harus memiliki analisis yang kuat sebelum
mengenakan tindakan pengamanan perdagangan kepada suatu negara. Dalam kasus
ini, UE telah mengambil tindakan anti-dumping terhadap produk fatty alcohol asal
Indonesia dengan alasan yang terlalu dipaksakan,” jelas Oke.
2. 4 Fungsi Devisa Bagi Negara
Secara umum devisa adalah jenis barang tertentu yang digunakan sebagai alat
pembayaran atau transaksi perdagangan dengan dunia internasional. Kalau hanya
sebagai alat pembayaran kenapa tidak menggunakan uang rupiah saja? Secara
kegunaan memang sama dengan mata uang rupiah, namun ketika kita bertransaksi
dengan negara lain tentu mereka menolak jika alat pembayarannya menggunakan
rupiah.
Seperti yang kita ketahui bahwa mata uang rupiah hanya berlaku dan diakui
hanya di Indonesia saja, atau sederhananya sebagai alat tukar di dalam negeri saja.
Sedangkan untuk transaksi luar negeri maka harus menggunakan barang yang
memiliki nilai yang bisa digunakan dan diterima di negara tersebut. Contohnya ketika
mengadakan ekspor impor maka traksaksi perdagangannya menggunakan devisa.
Devisa memiliki beberapa bentuk atau jenis, yaitu
Valuta asing
Emas
Surat-surat berharga
Wesel
12. Macam-macam devisa antara lain,
Devisa Umum, diperoleh dari kegiatan ekspor
Devisa Kredit, merupakan pinjaman luar negeri
Devisa Negara, devisa yang dikelola pemerintah
Suatu negara jika ingin mempercepat pertumbuhan ekonominya harus melakukan
pembangunan nasional yang berkelanjutan, apalagi untuk negara berkembang seperti
Indonesia. Dana pembangunan nasional bisa diperoleh dari dana dalam negeri dan
pemasukan yang didapat dari devisa. Membuka pasar ekspor impor merupakan cara untuk
meningkatkan devisa negara.
Fungsi Devisa Untuk Perkonomian Negara
1. Alat Pembayaran Hutang Luar Negeri
Dana pembangunan nasional bisa diperoleh dari pendapatan negara yang kemudian
tertuang dalam APBN. Ditahun 2015 mencatat bahwa pendapatan negara lebih dari Rp
1.490 Triliun. Dana itu tentu akan dialokasikan ke semua sektor, seperti pendidikan,
infrastruktur, keamanan nasional dll.
Mempercepat proses pembangunan nasional membutuhkan anggaran dana yang besar.
Seperti yang dilakukan Indonesia saat ini, pembangunan terus menerus dilakukan tanpa
henti. Hal ini guna mengejar target kemajuan dan kekuatan ekonomi. Lihatlah betapa
banyaknya proyek Indonesia tahun ini saja, di sektor infrastruktur hampir ada 30 proyek,
termasuk proyek tol laut, kereta api cepat, pelabuhan baru, dan energi. Untuk
merealisasikan proyek ini
2. Alat Transaksi Perdagangan Internasional
Kegiatan ekspor impor merupakan langkah untuk mewujudkan perekonomian yang stabil.
Banyak alasan kenapa pemerintah melukakan kebijakan ekspor impor, salah satunya
karena ada permintaan yang tidak bisa dipenuhi dari dalam negeri atau kelangkaan bahan
baku yang hanya ada di negara lain. Pembukaan pasar ekspor impor memiliki dampak
yang sangat luas bagi sebuah negara dan kehidupan sosial penduduknya, tak hanya
13. menyentuh sisi ekonomi saja namun berdampak pula pada perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan peluang bisnis baru.
Sponsors Link
Faktor mudah dan tidaknya terjadi kegiatan ekspor impor atau perdagangan internasional
dipengaruhi oleh adanya kerjasama ekonomi antar negara. Tidak semua negara bersedia
membuka pasar ekspor impor dengan negara lain, hal ini terjadi karena banyak sebab,
mulai dari isu keamanan negara, isu politik, perbedaan budaya, dan masalah kualitas dan
standart produk. Selain hal tersebut ada faktor lain, yaitu faktor kemudahan transaksi
dalam perdagangan tersebut. Tentu yang dimaksud disini adalah alat pembayarannya,
apakah bisa diterima dan disetujui oleh kedua negara atau tidak.
Berkaitan dengan perdagangan internasional, fungsi devisa adalah mempermudah
terjadinya transaksi perdagangan ekspor impor. Tidak hanya rupiah saja yang digunakan
sebagai alat pembayaran, devisa juga memiliki kegunaan yang sama. Dengan fungsi
tersebut menjadikan devisa sebagai mata uang yang kedua bagi negara yang berkaitan
dengan pengadaan barang luar negeri.
3. Pembiayaan Kegiatan Kenegaraan ke Luar Negeri
Kita sering mendengar di media televisi maupun berita di internet, bahwa beberapa
anggota pemerintah baik itu DPR, Presiden, Menteri, maupun duta besar memiliki banyak
agenda untuk pergi ke luar negeri untuk melakukan kunjungan kenegaraan atau untuk
membicarakan masalah kerjasama dan politik. Selain itu Indonesia juga memiliki banyak
kantor kedutaan yang tersebar di beberapa negara yang memiliki kerjasama dengan
Indonesia.
Kegiatan perjalanan dinas dan kenegaraan ke luar negeri, semua pembiayaan
menggunakan devisa negara. Termasuk biaya penggunaan kantor kedutaan dan jaminan,
semuanya dari devisa. Fungsi devisa sebagai pembiayaan kegiatan kenegaraan ke luar
negeri didapat dari pemasukan biaya ekspor dan dari sektor lainnya.
4. Pembangunan Nasional
14. Satu syarat terjadinya percepatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan fasilitas negara
adalah dengan mempercepat pembangunan nasional. Bahkan pembangunan nasional ini
seakan tidak pernah ada ujungnya, setiap tahun semakin banyak proyek pembangunan
infrastruktur dan pelayanan sosial yang semua ditujukan untuk kemakmuran negara dan
kestabilan perekonomian.
Pendapatan devisa difungsikan untuk mempercepat pembangunan nasional. Semakin
banyak devisa yang masuk maka akan menjadi cadangan untuk pembangunan selanjutnya.
Untuk menambah pemasukan devisa negara, dibutuhkan banyak cara agar menarik
perhatian dunia luar ke negara kita salah satunya dengan pengenalan pariwisata.
Pariwisata bisa menjadi magnet tersendiri untuk beberapa orang yang suka travelling
untuk menjelajahi dunia baru yang berbeda, apalagi Indonesia punya potensi akan hal itu.
Dengan melihat fungsi devisa diatas maka hal yang wajib bagi pemerintah untuk
mendorong lagi sektor-sektor yang berpotensi memunculkan permintaan ekspor dan
membuka atau melestarikan kekayaan alam untuk kepentingan pariwisata. Untuk
mempercepat ekspor, kita bisa melihat potensi dari pertumbuhan industri UKM di
Indonesia, dengan produk yang berkualitas dan unik, maka sudah saatnya untuk
memperluas pasar ke dunia internasional, apalagi dengan adanya peran pemerintah yang
membantu mengenalkan brand produk asli Indonesia untuk lebih dikenal dunia
internasional. Dengan jumlah UKM yang mencapai puluhan ribu maka ini akan menjadi
sektor yang berpotensi untuk menghasilkan pemasukan devisa negara.
Selain dari sektor ekspor dan pariwisata, negara masih berpeluang mendapatkan
pemasukan sumber devisa dari banyaknya investor yang masuk ke Indonesia. Market di
negara berkembang, termasuk di Indonesia akan menjadi lahan yang sangat menggiurkan
untuk menanamkan modal. terlebih lagi secara demografi penduduknya sangat banyak
yang mayoritas dari kalangan ekonomi menengah dan menengah keatas, maka tingkat
konsumtifnya sangat tinggi dan memiliki tingkat kebutuhan yang beragam, mulai dari
rumah hingga kebutuhan barang mewah. Hal ini bisa menjadi peluang besar untuk
memperkenalkan sebuah solusi atau produk yang sesuai dengan kebutuhan kepada market
di Indonesia.
15. Sumber devisa
Kegiatan ekspor
Kegiatan ekspor adalah sebagai salah satu andalan suatu negara untuk memperoleh
pemasukan devisa.
Besarnya volume ekspor akan mempengaruhi banyaknya devisa yang diperoleh suatu
negara. Dalam hal ini berarti ekspor yang tinggi akan meningkatkan cadangan devisa suatu
negara.
Penyelenggaraan jasa-jasa
Umumnya, negara yang mengandalkan perdagangan jasa untuk memperoleh devisa adalah
negara yang tidak memiliki banyak sumber daya alam.
Contohnya seperti Singapura, mereka mengandalkan sektor jasa perdagangan sebagai
sumber utama perolehan devisanya, hal ini karena Singapura tidak memiliki banyak
sumber daya alam.
Contoh jasa lainnya yaitu jasa pengiriman barang (ekspor maupun impor), jasa perbankan,
bandar udara, pelabuhan kapal laut, kapal-kapal layar ke luar negeri, dan lain sebagainya.
Kegiatan pariwisata
Sektor pariwisata juga dijadikan andalan dalam memperoleh devisa oleh banyak negara.
Salah satu perolehan devisa menggunakan jasa pariwisata adalah diperoleh dari adanya
kunjungan turis baik itu domestik maupun mancanegara.
Pada prakteknya, turis asing akan menukarkan mata uang negara asalnya dengan mata
uang negara yang dikunjunginya. Sehingga valuta asing yang ditukarkan dengan mata
uang negara tersebut merupakan devisa.
Jika kunjungan atau kedatangan turis ke suatu negara semakin tinggi, maka semakin tinggi
pula devisa yang akan mengalir ke negara tersebut.
Berikut ini merupakan sebuah video perolehan devisa indonesia dari sektor pariwisata
16. Pinjaman luar negeri (bantuan luar negeri)
Pinjaman luar negeri juga menjadi salah satu sumber perolehan devisa oleh suatu negara,
dan kebanyakan adalah negara yang sedang berkembang.
Pinjaman tersebut biasanya digunakan untuk membiayai kegiatan impor barang ataupun
jasa. Meskipun nantinya pinjaman tersebut harus dibayar atau dikembalikan, tapi pada saat
menerima pinjaman tersebut maka devisa negara akan bertambah.
Hibah atau hadiah dari luar negeri
Hibah atau hadiah adalah sumber perolehan devisa negara yang berasal dari pemberian
negara lain dan sifatnya tidak mengikat.
Hibah bisa berupa barang, jasa, atau tenaga ahli. Jika hibah yang diterima berupa mata
uang asing, maka hal ini akan menambah cadangan devisa suatu negara sehingga
mempermudah pembayaran perdagangan internasioanl.
Tenga kerja di luar negeri
Tenaga kerja di luar negeri merupakan salah satu sumber devisa. Hal ini dikarenakan
adanya dana yang bersumber dari warga negara yang bekerja di luar negeri, seperti TKI
atau TKW.
Uang hasil kerja mereka akan dibayarkan dalam bentuk mata uang asing. Agar mata uang
tersebut bisa digunakan di dalam negeri, maka terlebih dahulu harus ditukarkan dengan
mata uang dalam negeri.
Akibat dari banyaknya penukaran mata uang yang dilakukan oleh TKI, maka negara
tersebut akan mendapatkan tambahan cadangan devisa.
Para TKI tersebut mampu memberikan peranan yang besar dalam memperoleh devisa
suatu negara dengan cara uang yang ditransfer dari asal negara mereka bekerja.
Di Indonesia sendiri tenaga kerja di luar negeri merupakan salah satu sumber perolehan
devisa tertinggi. Mereka juga sering disebut dengan pahlawan devisa.
17. 3. Fungsi Valuta Asing
Jika dikaji dari pengertian valuta asing di atas, maka fungsi valuta asing adalah sebagai alat
pembayaran dalam perdagangan internasional. Jika kita rinci secara lebih mendalam maka
valuta asing setidaknya memili 4 fungsi berikut ini :
1. Untuk memperlancar kegiatan impor dan ekspor
2. Untuk mempermudah proses transaksi perdagangan internasional.
3. Untuk memperlancar pemindahan atau transfer dana dari suatu negara ke negara lain.
4. Sebagai wadah penjual valuta asing dalam melakukan spekulasi.
4. Tujuan Kartel
Tujuan kartel adalah untuk mengurangi ataupun meniadakan persaingan serta menciptakan
keseragaman harga, jumlah produksi dan pembagian daerah pemasaran untuk tiap badan
usaha. Semua tujuan tersebut dicapai dengann mengadakan perjanjian atau kesepakatan antar
badan usaha atau beberapa perusahaan produsen dan lainnya yang sejenis untuk mengatur
dan mengendalikan berbagai hal seperti harga, wilayah pmasaran dan lain sebagainya dengan
tujuan menekan persaingan dan mendapatkan keuntungan.
5. Faktor Pendorong Ekspor dan Import
1) Perbedaan Sumber Daya Alam
2) Selera (Kesukaan)
3) Penghematan Biaya Produksi5. Ingin Meningkatkan Keuntungan
Produsen memproduksi dan menjual produk dengan tujuan memperoleh keuntungan.
Apabila produsen tersebut menjual produknya sampai ke luar negeri maka
keuntungan yang diperoleh akan meningkat.
4) Perbedaan Teknologi
1) Perbedaan teknologi mendorong terjadinya perdagangan internasional. Negara maju
berteknologi tinggi yang mampu menghasilkan berbagai produk modern, sangat ingin
menjual produknya ke negara lain dengan tujuan memperluas pasar dan memperoleh
keuntungan. Adapun negaranegara berkembang yang berteknologi sedang atau
18. rendah, menghendaki perdagangan dengan negara maju agar dapat menggunakan
produk mereka dan sebagai sarana alih teknologi.
5) Ingin Meningkatkan Keuntungan
Produsen memproduksi dan menjual produk dengan tujuan memperoleh keuntungan.
Apabila produsen tersebut menjual produknya sampai ke luar negeri maka
keuntungan yang diperoleh akan meningkat.
6) Perbedaan Faktor Produksi
Selain faktor produksi alam, suatu negara mempunyai perbedaan kemampuan tenaga
kerja, besarnya modal yang dimiliki, dan keterampilan seorang pengusaha. Oleh
karena itu, produk yang dihasilkan oleh suatu negara juga mengalami perbedaan,
sehingga dibutuhkan adanya perdagangan internasional.
7) Kondisi Ekonomis yang Berbeda
Karena adanya perbedaan faktor produksi yang mengakibatkan perbedaan biaya
produksi yang dikeluarkan untuk membuat barang, maka bisa jadi dalam suatu negara
memerlukan biaya tinggi untuk memproduksi barang tertentu. Sehingga negara
tersebut bermaksud mengimpor barang dari luar negeri karena biayanya dianggap
lebih murah.
8) Adanya Persaingan Antarpengusaha dan Antarbangsa
Persaingan ini akan berakibat suatu negara meningkatkan kualitas barang hasil
produksi dengan biaya yang ringan, sehingga dapat bersaing dalam dunia
perdagangan internasional.