Trauma thoraks dapat menyebabkan berbagai cedera seperti pneumotoraks, hemotoraks, fraktur tulang rusuk, dan cedera organ dalam dada seperti paru, jantung, pembuluh darah. Penatalaksanaan meliputi manajemen darurat untuk mengamankan jalan napas dan sirkulasi, pemasangan selang dada, dan tindakan operatif untuk menghentikan perdarahan atau memperbaiki cedera organ.
1. Oleh: Ahmad Wahyudi (121810009)
Aulia Nursani Fitri (121810025)
Pembimbing: dr. Dini Sapardini W, Sp.B
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT BEDAH
RSUD WALED KABUPATEN CIREBON
2022
Trauma Thoraks
2.
3.
4.
5. Fisiologi Pernapasan
Bernafas 2 fase:
• Inspirasi – udara masuk ke dalam paru
• Ekspirasi – udara keluar dari paru
Ekspirasi
Inspirasi
6. Fisiologi Pernapasan
• Ventilasi (udara masuk paru2)
• Distribusi (udara keseluruh alveoli)
• Difusi (terjadi pertukaran gas O2-CO2)
• Perfusi (terjadi pertukaran di jaringan)
7. Trauma Thoraks
Luka yang mengenai rongga thorax, disebabkan oleh benda tajam atau tumpul.
• Cedera yang paling umum dari trauma tumpul dan tembus pada toraks adalah hemotoraks dan pneumotoraks.
• Lebih dari 85% pasien dapat diobati secara definitif dengan pemasangan chest tube. pasien dapat dikelola secara
nonoperatif jika hemodinamik stabil.
• Trauma toraks menyebabkan nyeri, mengganggu ventilasi, terjadi hipoksia jaringan
• Difusi O2-CO2 terganggu akan terjadi penumpukkan CO2 dalam darah,
• Akibatnya akan terjadi asidosis
Schwartz Principal Of Surgery 11 Ed
9. Mekanisme Trauma
Trauma Tumpul
Trauma yang berasal dari energi kinetic atau gaya dorong.
• Ledakan
• Kompresi
• Deselerasi
Trauma Penetrasi
• Energi rendah
• Energi tinggi
10. Trauma
• Penatalaksanaan awal pasien trauma terdiri dari fase yang meliputi survei primer/resusitasi, survei sekunder/evaluasi
diagnostik, perawatan definitif, dan survei tersier.
• Primary survey bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengobati kondisi yang merupakan ancaman langsung terhadap
kehidupan.
1. Airway Management With Cervical Spine Protection.
2. Breathing and Ventilation.
3. Circulation With Hemorrhage Control.
4. Disability (Deficit neurologis)
5. Exposure.
Schwartz Principal Of Surgery 11 Ed
13. Ruptur Sternum
• Sering akibat trauma langsung pada pengemudi (tanpa safety belt/ air bag)
• Nyeri dan terdapat krepitasi pada sternum
• Komplikasi yg dapat terjadi kontusio jantung, tamponade jantung, perlukaan bronkhus atau aorta.
• Jika hasil EKG tidak nomral menandakan adanya trauma jantung.
14. Schwartz Principal Of Surgery 11 Ed
Pergeseran sternal yang signifikan (panah) dapat reduksi dan distabilkan dengan Sternal plating
15. Pneumothoraks
Udara bebas dalam cavum pleura (antara pleura viseral dan parietal)
• Pneumothoraks tertutup (Simple pneumothorax)
• Pneumothoraks terbuka (Open Pneumothorax)
• Pneumothoraks ventil (Tension Pneumothorax).
16. Simple Pneumothorax
Masuknya udara pada ruang antara pleura viseral dan parietal -> Paru kolaps -> gangguan ventilasi dan perfusi
Manifestasi Klinis :
a. Suara napas menurun pada sisi yang
terkena
b. Takipneu
c. Takikardi
d. Perkusi hipersonor
Terapi :
Pemasangan chest tube pada ICS IV atau V, anterior garis midaxillaris.
Selang dada dihubungkan dengan WSD foto toraks dilakukan lagi untuk
mengkonfirmasi pengembangan kembali paru
17. Open Pneumothorax
Ada hubungan langsung antara cavum pleura dengan dunia luar akibat ada luka robek pada dinding dada.
Tanda dan Gejala :
a. Tampak trauma tembus pada dada
b. Suara seperti pluit saat bernafas (Sucking chest wound)
c. Dispneu berat
d. Hipovolemi
e. Perkusi hipersonor
Pemeriksaan Fisik :
I : pergerakan dinding dada tidak simetris
P : vokal fremitus ↓ pada sisi trauma
P : hipersonor pada sisi trauma
A : bising napas ↓/- pada sisi trauma
18. Open Pneumothorax
Tatalaksana :
Menutup luka dengan occlusive dressing
steril.
Penutup harus cukup besar untuk menutupi
seluruh luka dan kemudian direkatkan di
tiga sisi untuk memberikan efek “flutter type
valve”
19. Tension Pneumothorax
Trauma → udara bocor masuk ke rongga pleura setiap inspirasi
↓
Tekanan dalam rongga pleura ( intra pleura)
↓
Tetapi, udara tidak dapat di ekspirasi keluar. (Mekanisme Ventil)
↓
Inspirasi paksaan untuk memperoleh O2 akan menambah tekanan
↓
Semakin mendesak mediastinum dan trakea ke sisi yang sehat dan memperburuk keadaan umum karena paru yang
sehat tertekan dan pembuluh vena besar (v.cava inferior dan v.cava superior) terdorong atau terlipat → darah tidak
dapat kembali ke jantung.
20. Tension Pneumothorax
Nyeri dada
Takipnea
Distress napas → Sianosis
Takikardi
Hipotensi
Deviasi mediastinum dan trakea ke sisi
yang sehat
Hilang suara napas pada 1 sisi
Distensi vena leher
22. Tension Pneumothorax
Penusukan dilakukan dengan menusukan jarum
besar (12-14 F ) pada ICS 2 pada linea
midclavicularis pada sisi yang terkena.
Terapi definitif : WSD (Water Seal Drainage)
Needele Thoracosintesis
23. Hematothorax Masif
Perdarahan dalam rongga pleura
• Trauma Tumpul, Biasanya disebabkan oleh fraktur tulang rusuk multiple dengan terputusnya arteri interkostal atau
perdarahan berasal dari parenkim paru yang rapuh
• Trauma Tembus, Curiga cedera pembuluh darah besar.
24. Hematothorax Masif
Schwartz Principal Of Surgery 11 Ed
Pemeriksaan fisik :
• Inspeksi : gerakan napas dapat tertinggal, dan pucat karena
perdarahan tampak anemis dan syok
• Palpasi : vokal fremitus pada sisi yang terkena lebih keras dari
sisi yang sehat
• Perkusi : pekak (pada sisi dada yang mengalami trauma) dengan
batas seperti garis miring atau mungkin tidak jelas
• Auskultasi : bunyi napas tidak terdengar atau menghilang.
25. Hematothorax Masif
• Tindakan: pemasangan drain toraks chest tube (WSD), dan diawasi dengan ketat
• Terapi awal hemotoraks : penggantian volume darah dan dekompresi rongga pleura.
• Selang dada dipasang pada ICS IV atau V, anterior dari garis midaxillaris
• Bila darah yang dikeluarkan dari selang dada sebanyak 1500 cc atau 3 – 5 cc/KgBB/jam lebih dari 200 cc/jam selama
3jam berturu-turut, indikasi torakotomi penghentian sumber perdarahan harus dipertimbangkan
26. Flail Chest
Terjadi ketika segmen dinding dada tidak lagi punya kontinuitas dengan seluruh dinding dada. Terjadi karena fraktur iga
segmental lebih dari 2 costa berturut-turut
• Pernapasan paradoksal → saat inspirasi, garis fraktur akan tertinggal, sedangkan saat ekspirasi fragmen tulang
menonjol
• Nafas cepat, nyeri
Terapi :
• Pertahankan oksigenasi
• Resusitasi cairan yang bersangkutan
• Nyeri diatasi dengan anestesi blok saraf interkostal daerah
• bila ada kontusio paru pasang ventilasi
• Diberi analgesik intralesi dan IV
• Operatif : pemasangan orif
27. Temponade Jantung
Perikardium terisi oleh darah temponade jantung dapat disebabkan oleh luka tembus jantung dan oleh trauma tumpul
TRIAS BECK :
• Terjadi bendungan vena
• Bunyi jantung menjauh
• Tekanan darah menurun
Tatalaksana : perikardiosintesis
Tindakan perikardiostomi (tusuk dengan jarum
besar/abocath 14-16F dengan spuit, pada ujung proc.
Xiphoideus arah ujung skapula kiri 45o, bedakan darah
intraperikard atau dari dalam jantung, pasang EKG monitor)
28. Pembuluh darah besar
• Lebih dari 90% cedera pembuluh darah besar toraks disebabkan oleh trauma tembus,
• Laserasi sederhana pada arkus aorta asendens atau transversal dapat diperbaiki dengan aortorafi lateral.
• Perbaikan cedera aorta posterior, cedera asendens atau transversal yang kompleks memerlukan bypass kardiopulmoner
penuh.
• Cedera arteri subklavia dapat diperbaiki menggunakan arteriorrhaphy lateral karena banyak cabang dan penambatan
arteri,
• Untuk mencegah ruptur aorta, terapi farmakologis dengan β1 -antagonist, esmolol, harus diberikan di tempat trauma,
dengan target SBP <100 mmHg dan denyut jantung <100/menit.
• Manajemen nonoperatif untuk cedera aorta intima derajat I dicapai dengan agen antiplatelet dan kontrol tekanan darah
Schwartz Principal Of Surgery 11 Ed
29. Jantung
• Cedera jantung baik tumpul dan tembus memiliki presentasi yang sangat berbeda oleh karena itu perawatannya juga
berbeda.
• Cedera jantung tembus dapat diperbaiki secara operatif; perdarahan harus dikontrol;
• Perbaikan definitif cedera jantung dilakukan dengan jahitan polipropilen 3-0 atau jahitan terputus, jahitan polipropilen 2-0.
• ECHO dapat mendiagnosis cedera dan menghitung pengaruhnya terhadap curah jantung.
• Pasien dengan hemodinamik tidak stabil harus menjalani ECHO untuk mengevaluasi kelainan gerakan dinding (terutama
hipokinesis ventrikel kanan), cairan perikardial, disfungsi katup, ruptur korda, atau penurunan fraksi ejeksi.
• Pasien dengan cedera jantung tumpul biasanya datang dengan takikardia persisten atau gangguan konduksi
Schwartz Principal Of Surgery 11 Ed
30. Trakea, Bronkus, dan Parenkim Paru.
• Untuk pasien dengan kebocoran udara masif membutuhkan eksplorasi darurat
• Diseksi harus dibatasi pada area cedera untuk mencegah gangguan pembuluh darah bronkial di sekitarnya dan iskemia
serta striktur.
• Pada pasien dengan cedera bronkial perifer, ditunjukkan oleh kebocoran udara persisten dari selang dada dan dapat
dilihat dengan endoskopi
• Mayoritas cedera parenkim paru disebabkan oleh pneumotoraks; sebagian besar dapat dikelola dengan tube
thoracostomy
• Pengobatan antibiotik didasarkan pada hasil kultur definitif, tetapi antibiotik dugaan harus mencakup MRSA (Methicillin-
resistant Staphylococcus aureus) di SICU (surgical intensive care unit)
Schwartz Principal Of Surgery 11 Ed