SlideShare a Scribd company logo
1 of 89
PEMERIKSAAN MEDIS
KORBAN KEKERASAN
DALAM RUMAH TANGGA
Agus Purwadianto
PENGERTIAN KEKERASAN
TERHADAP PEREMPUAN
• setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis
kelamin yang berakibat atau mungkin
berakibat kesengsaraan atau penderitaan
perempuan secara fisik, seksual atau
psikologis, termasuk ancaman tindakan
tertentu, pemaksaan atau perampasan
kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik
yang terjadi di depan umum atau dalam
kehidupan pribadi
(Pasal 2 Deklarasi Penghapusan kekerasan terhadap perempuan)
PENGERTIAN KDRT
• Tindak kekerasan fisik, seksual dan
psikologis terjadi dalam keluarga
• penyalahgunaan seksual atas perempuan
kanak-kanak dalam rumah tangga,
• perkosaan dalam perkawinan,
• kekerasan di luar hubungan suami-isteri
• kekerasan yg berhubungan dengan
eksploitasi;
(Pasal 2 Deklarasi Penghapusan kekerasan terhadap perempuan)
KYRIACOU et.al. (1998)
• POLA PERILAKU YANG BERSIFAT
MENYERANG ATAU MEMAKSA YANG
MENCIPTAKAN ANCAMAN ATAU
MENCEDERAI SECARA FISIK YANG
DILAKUKAN OLEH PASANGANNYA ATAU
MANTAN PASANGANNYA
ABBOTT et.al. (1997)
• PENYALAHGUNAAN KEKERASAN ATAU
KEKUASAAN OLEH SALAH SATU
ANGGOTA KELUARGA KEPADA ANGGOTA
LAIN, YANG MELANGGAR HAK INDIVIDU
SIKLUS KDRT
TINDAK KEKERASAN
PERMINTAAN MAAF
BULAN MADU
KONFLIK
TENSION BUILDING
PHASE
ACUTE BATTERING
PHASE
LOVING CONTRITION
PHASE
KEKERAPAN
• AMERIKA :
– 2-50 % KASUS KORBAN KEKERASAN YANG
DATANG KE RUMAH SAKIT (Kyriacou 1998,
Abbott 1997)
– Survei : 2 juta / tahun
– FBI : 1500 dibunuh suami, pacar atau
mantan suami, mantan pacar
• INDONESIA : ?
– 67 kasus dalam 7 bulan (PKT 2000)
– 35 kasus (Jul-Des 1999) dan 19 kasus (Jan-
Jul 2000) (Kalyanamitra)
PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
• INDONESIA :
– PENGANIAYAAN (351-356 KUHP)
– PERKOSAAN ? (285 KUHP)
• NEGARA LAIN (AS):
– MARITAL RAPE
– MANDATORY REPORTING
– CIVIL PROTECTION ORDER (CPO)
– CHILD PROTECTION (custodial)
– PERJANJIAN PRA-NIKAH
– KETENAGAKERJAAN
PS 356 KUHP
PIDANA YANG DITENTUKAN DALAM
PASAL 351, 353, 354, 355 DAPAT
DITAMBAH DENGAN SEPERTIGA :
– BAGI YANG MELAKUKAN KEJAHATAN ITU
TERHADAP IBUNYA, BAPAKNYA YANG SAH,
ISTRINYA ATAU ANAKNYA.
•CATATAN :
– 351 : PENGANIAYAAN : ANCAMAN 2 Th 8 BL - 7 Th
– 353 : PENGANIAYAAN BERENCANA : 4 - 9 Th
– 354 : PENGANIAYAAN BERAT : 8 - 10 Th
– 355 : PENGANIAYAAN BERAT BERENCANA : 12 - 15 TH
UNDANG-UNDANG
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2004
TENTANG
PENGHAPUSAN KEKERASAN
DALAM RUMAH TANGGA
KEWAJIBAN APA SAJA YANG
HARUS DILAKUKAN PEMERINTAH
DAN PEMDA DALAM UPAYA
PENCEGAHAN KDRT ?
Pemerintah bertanggung jawab dalam
upaya pencegahan kekerasan dalam
rumah tangga
HAK KORBAN 1
• PERLINDUNGAN DARI
– PIHAK KELUARGA,
– DIL/ JA/ POL/ ADVOKAT,
– LEMBAGA SOSIAL ATAU PIHAK
LAINNYA
– SIFAT WAKTU SEMENTARA BERDASAR
PENETAPAN PERINTAH PERLINDUNGAN
DARI PENGADILAN
HAK KORBAN 2
• PELAYANAN KESEHATAN SESUAI
KEBUTUHAN MEDIS
• PENANGANAN SECARA KHUSUS
BERKAITAN DENGAN KERAHASIAAN
KORBAN
• PENDAMPINGAN OLEH PEKERJA
SOSIAL DAN BANTUAN HUKUM PADA
TIAP TINGKAT PROSES
• PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI
HAK KORBAN 3
• LAPORKAN SECARA LANGSUNG
KDRT KEPADA KEPOLISIAN BAIK DI
TEMPAT KORBAN BERADA MAUPUN
DI TKP
• KORBAN DAPAT BERIKAN KUASA
KEPADA KELUARGA/ ORANG LAIN
UTK LAPORKAN KDRT KEPADA
KEPOLISIAN
APA UPAYA PEMERINTAH UNTUK
MENCEGAH KDRT ?
 merumuskan kebijakan tentang
penghapusan KDRT;
 menyelenggarakan komunikasi, informasi,
dan edukasi tentang KDRT;
 menyelenggarakan sosialisasi dan advokasi
tentang KDRT;
 menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
sensitif gender dan isu KDRT serta menetapkan
standar dan akreditasi pelayanan yang sensitif
gender.
BAGAIMANA PENYELENGGARAAN
PELAYANAN TERHADAP KORBAN?
Untuk penyelenggaraan pelayanan terhadap
korban, pemerintah dan pemerintah daerah
sesuai dengan fungsi dan tugas masing-
masing dapat melakukan upaya:
a. penyediaan ruang pelayanan khusus
di kantor kepolisian;
b. penyediaan aparat, tenaga
kesehatan, pekerja sosial, dan
pembimbing rohani;
c. pembuatan dan pengembangan
sistem dan mekanisme kerja sama
program pelayanan yang melibatkan
pihak yang mudah diakses oleh
korban; dan
d. memberikan perlindungan bagi
pendamping, saksi, keluarga, dan
teman korban.
APA PERAN MASYARAKAT DAN
LEMBAGA SOSIAL LAINNYA ?
Untuk menyelenggarakan upaya upaya
pelayanan terhadap korban, pemerintah dan
pemerintah daerah sesuai dengan fungsi
dan tugas masing-masing, dapat
melakukan kerja sama dengan masyarakat
atau lembaga sosial lainnya.
APA SAJA KEWAJIBAN
MASYARAKAT ?
Setiap orang yang mendengar, melihat, atau
mengetahui terjadinya kekerasan dalam rumah
tangga wajib melakukan upaya-upaya sesuai
dengan batas kemampuannya untuk:
a. mencegah berlangsungnya tindak pidana;
b. memberikan perlindungan kepada korban;
c. memberikan pertolongan darurat; dan
d. membantu proses pengajuan permohonan
penetapan perlindungan.
BAGAIMANA KEPOLISIAN
MEMBERIKAN
PERLINDUNGAN
TERHADAP KORBAN KDRT
?
 Dalam waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh
empat) jam terhitung sejak mengetahui
atau menerima laporan kekerasan dalam
rumah tangga, kepolisian wajib segera
memberikan perlindungan sementara
pada korban.
 Perlindungan sementara diberikan paling
lama 7 (tujuh) hari sejak korban diterima
atau ditangani.
 Dalam waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh
empat) jam terhitung sejak pemberian
perlindungan, kepolisian wajib meminta
surat penetapan perintah perlindungan
dari pengadilan.
 Dalam memberikan perlindungan
sementara, kepolisian dapat bekerja sama
dengan tenaga kesehatan, pekerja sosial,
relawan pendamping, dan/atau pembimbing
rohani untuk mendampingi korban.
 Kepolisian wajib memberikan
keterangan kepada korban tentang
hak korban untuk mendapat
pelayanan dan pendampingan.
 Kepolisian wajib segera melakukan
penyelidikan setelah mengetahui atau
menerima laporan tentang terjadinya
kekerasan dalam rumah tangga.
a. identitas petugas untuk pengenalan
kepada korban;
b. kekerasan dalam rumah tangga
adalah kejahatan terhadap martabat
kemanusiaan; dan
c. kewajiban kepolisian untuk melindungi
korban.
 Kepolisian segera menyampaikan
kepada korban tentang:
BAGAIMANA TENAGA KESEHATAN
MEMBERIKAN PERLINDUNGAN
TERHADAP KORBAN KDRT ?
 Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
korban, tenaga kesehatan harus:
 memeriksa kesehatan korban sesuai dengan
standar profesinya;
 membuat laporan tertulis hasil pemeriksaan
terhadap korban dan visum et repertum atas
permintaan penyidik kepolisian atau surat
keterangan medis yang memiliki kekuatan hukum
yang sama sebagai alat bukti.
 Pelayanan kesehatan dilakukan di sarana
kesehatan milik pemerintah, pemerintah
daerah atau masyarakat
BAGAIMANA CARA PENGAJUAN
LAPORAN KDRT ?
 Korban berhak melaporkan secara langsung
KDRT kepada kepolisian baik di tempat
korban berada maupun di tempat kejadian
perkara.
 Korban dapat memberikan kuasa kepada
keluarga atau orang lain untuk melaporkan
KDRT kepada pihak kepolisian baik di
tempat korban berada maupun di tempat
kejadian perkara.
 Dalam hal korban adalah seorang anak,
laporan dapat dilakukan oleh orang tua, wali,
pengasuh, atau anak yang bersangkutan yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
SIAPA YANG DAPAT MEMBERIKAN
PERINTAH PERLINDUNGAN ?
Ketua pengadilan dalam tenggang waktu 7 (tujuh)
hari sejak diterimanya permohonan wajib
mengeluarkan surat penetapan yang berisi
perintah perlindungan bagi korban dan anggota
keluarga lain, kecuali ada alasan yang patut.
BAGAIMANA CARA MEMPEROLEH
SURAT PERINTAH PERLINDUNGAN ?
 Permohonan untuk memperoleh surat
perintah perlindungan dapat diajukan oleh:
a. korban atau keluarga korban;
b. teman korban;
c. kepolisian;
d. relawan pendamping; atau
e. pembimbing rohani.
 Permohonan perintah perlindungan
disampaikan dalam bentuk lisan atau tulisan.
 Dalam hal permohonan diajukan secara lisan,
panitera pengadilan negeri setempat wajib
mencatat permohonan tersebut.
 Dalam hal permohonan perintah perlindungan
diajukan oleh keluarga, teman korban,
kepolisian, relawan pendamping, atau
pembimbing rohani maka korban harus
memberikan persetujuannya.
 Dalam keadaan tertentu, permohonan dapat
diajukan tanpa persetujuan korban.
BERAPA LAMA PERINTAH
PERLINDUNGAN DIBERIKAN ?
1) Perintah perlindungan dapat diberikan
dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun.
2) Perintah perlindungan dapat diperpanjang
atas penetapan pengadilan.
3) Permohonan perpanjangan Perintah
Perlindungan diajukan 7 (tujuh) hari
sebelum berakhir masa berlakunya.
APAKAH ADA TAMBAHAN
PERINTAH PERLINDUNGAN ?
 Pengadilan dapat menyatakan satu atau
lebih tambahan perintah perlindungan.
 Dalam pemberian tambahan perintah
perlindungan, pengadilan wajib
mempertimbangkan keterangan dari
korban, tenaga kesehatan, pekerja
sosial, relawan pendamping, dan/atau
pembimbing rohani.
BAGAIMANA PEMERIKSAAN
TERHADAP PELAKU ?
 Korban, kepolisian atau relawan
pendamping dapat mengajukan laporan
secara tertulis tentang adanya dugaan
pelanggaran terhadap perintah
perlindungan.
 Dalam hal pengadilan mendapatkan
laporan tertulis pelaku diperintahkan
menghadap dalam waktu 3 x 24 (tiga kali
dua puluh empat) jam guna dilakukan
pemeriksaan.
 Pemeriksaan dilakukan oleh pengadilan di
tempat pelaku pernah tinggal bersama
korban pada waktu pelanggaran diduga
terjadi.
APA YANG HARUS
DILAKUKAN UNTUK
PELAYANAN
PEMULIHAN KORBAN ?
 Untuk kepentingan pemulihan, korban
dapat memperoleh pelayanan dari:
a. tenaga kesehatan;
b. pekerja sosial;
c. relawan pendamping; dan/atau
d. pembimbing rohani.
 Dalam rangka pemulihan terhadap
korban, tenaga kesehatan, pekerja sosial,
relawan pendamping dan/atau
pembimbing rohani dapat melakukan
kerja sama.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai
penyelenggaraan upaya pemulihan dan
kerja sama diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
KETENTUAN PIDANA
KEKERASAN FISIK 5 TAHUN 15 JUTA
KEKERASAN FISIK  JATUH
SAKIT / LUKA BERAT
10 TAHUN 30 JUTA
KEKERASAN FISIK  KORBAN
MATI
15 TAHUN 45 JUTA
KEKERASAN SUAMI THD ISTERI
ATAU SEBALIKNYA, TIDAK ADA
PENYAKIT/ HALANGAN KERJA
4 BULAN 5 JUTA
KETENTUAN PIDANA
KEKERASAN PSIKIS 3
TAHUN
9 JUTA
KEKERASAN SUAMI THD
ISTERI ATAU SEBALIKNYA,
TIDAK ADA PENYAKIT/
HALANGAN KERJA
4 BULAN 3 JUTA
KETENTUAN PIDANA
KEKERASAN SEKSUAL 12
TAHUN
36 JUTA
ORANG MEMAKSA ORANG YG
MENETAP DLM RT UTK LAKUKAN
HUBUNGAN SEKSUAL
4 – 15
TAHUN
12 – 300
JUTA
AK IBATKAN LUKA YG TIDAK
SEMBUH SAMA SEKALI,
GANGGUAN DAYA PIKIR,
KEJIWAAN JANIN MENINGGAL,
ALAT REPRODUKSI TAK
BERFUNGSI
5 – 20
TAHUN
25 – 500
JUTA
KETENTUAN PIDANA
PENELANTARAN ORANG
LAIN
3
TAHUN
15 JUTA
ANCAMAN PIDANA ATAS
KEKERASAN FISIK
Setiap orang yang melakukan :
 Perbuatan kekerasan fisik dalam rumah tangga
di pidana paling lama 5 tahun atau denda paling
banyak Rp. 15 juta.
 Perbuatan kekerasan fisik yang mengakibatkan
korban jatuh sakit atau luka berat, dipidana
penjara paling lama 10 tahun atau denda paling
banyak Rp. 30 juta.
Perbuatan kekerasan fisik yang mengakibatkan
matinya korban, di pidana penjara paling lama
15 tahun atau denda paling banyak Rp. 45 juta.
Dalam hal perbuatan kekerasan fisik dilakukan
oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya,
yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan
atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-
hari di pidana penjara paling lama 4 bulan atau
denda paling banyak Rp. 5 juta.
(Pasal 44 jo Pasal 51)
( merupakan delik aduan )
ANCAMAN PIDANA ATAS
KEKERASAN PSIKIS
 Setiap orang yang melakukan kekerasan psikis
dalam lingkup rumah tangga di pidana penjara paling
lama 3 tahun atau denda paling banyak Rp. 9 juta.
 Dalam hal perbuatan dilakukan oleh suami
terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk
menjalankan pekerjaan jabatan atau mata
pencaharian atau kegiatan sehari-hari,
dipidana penjara paling lama 4 bulan atau
denda paling banyak Rp. 3 juta.
(Pasal 44 jo Pasal 52)
ANCAMAN PIDANA ATAS
KEKERASAN SEKSUAL
 Setiap orang yang melakukan perbuatan
kekerasan seksual terhadap orang yang menetap
dalam lingkup rumah tangganya, di pidana dengan
pidana penjara paling lama 12 tahun atau denda
paling banyak Rp. 36 juta (pasal 46)
 Setiap orang yang memaksa orang yang menetap
dalam rumah tangganya untuk melakukan
hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan
komersial dan/atau tujuan tertentu, dipidana penjara
paling singkat 4 tahun dan paling lama 15 tahun
atau denda paling banyak Rp. 300 juta (Pasal 47)
Dalam hal perbuatan pemaksaan
hubungan seksual sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47,
mengakibatkan korban :
• Mendapat luka berat yang tidak memberi
harapan atau sembuh sama sekali,
• Mengalami gangguan daya pikir atau sekurang-
kurangnya selama 4 (empat) minggu terus
menerus atau 1 (satu) tahun tidak berturut-
turut,
• Mengalami gugur kandungan atau matinya janin
dalam kandungan, atau
• Mengakibatkan tidak berfungsinya alat
reproduksi, dipidana penjara paling singkat 5
tahun dan paling lama 20 tahun atau denda
paling sedikit Rp. 25 juta dan denda paling
banyak
Rp. 500 juta (Pasal 48)
ANCAMAN PIDANA ATAS PENELANTARAN
RUMAH TANGGA,
di pidana maksimal 3 tahun atau denda
maksimal Rp. 15 juta, setiap orang yang
• Menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah
tangga, padahal menurut hukum yang berlaku
baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia
wajib memberi kehidupan, perawatan, atau
pemeliharaan kepada orang tersebut (Pasal 50 jo
Pasal 59)
• Menelantarkan orang lain yang mengakibatkan
ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi
dan/ataumelarang untuk bekerja yang layak di dalam
dan di luar rumah sehingga korban berada di bawah
kendalinya (Pasal 49)
Apakah ada Pidana tambahan ?
a. pembatasan gerak pelaku baik yang
bertujuan untuk menjauhkan pelaku
dari korban dalam jarak dan waktu
tertentu, maupun pembatasan hak-hak
tertentu dari pelaku;
b. penetapan pelaku mengikuti program
konseling di bawah pengawasan
lembaga tertentu.
Hakim dapat menjatuhkan pidana tambahan
berupa:
APA YANG DIKATEGORIKAN
SEBAGAI DELIK ADUAN ?
Sesuai Pasal 51 – 53 yang dikategorikan
sebagai delik aduan dalam UU ini, Tindak
pidana berupa:
kekerasan fisik (Pasal 44 ayat 4),
 kekerasan psikis (Pasal 45 ayat 2),
kekerasan seksual (Pasal 46) yang
dilakukan oleh suami terhadap isteri
atau sebaliknya merupakan delik aduan
KEWAJIBAN TENAGA KESEHATAN
• PERIKSA KESEHATAN KORBAN SESUAI
DENGAN STANDAR PROFESINYA
• BUAT LAPORAN TERTULIS HASIL
PEMERIKSAAN KORBAN & VISUM ET
REPERTUM/ SURAT KETERANGAN MEDIS
• DILAKUKAN DI SARANA KESEHATAN
MILIK PEMERINTAH/ PEMDA/
MASYARAKAT
PERAN DOKTER
• ANAMNESA TERARAH
– Tracy (1996) : menerapkan pertanyaan rutin
kepada 8 pasien ginekologis, ternyata
semuanya pernah menerima kekerasan !
• TEMUKAN TANDA KEKERASAN
• DOKUMENTASI TEMUAN
• MENILAI KESELAMATAN
• KOMUNIKASIKAN PILIHAN PENYELESAIAN
YANG REALISTIK
Perkosaan
•KSTP (delik kesusilaan) +
persetubuhan :
–Persetubuhan di dalam (ikatan)
perkawinan :
–Di luar perkawinan
Persetubuhan intra
perkawinan
•A.1. Menyetubuhi istri dibawah
umur sebagaimana pasal 288
KUHP sehingga timbul
•luka (sanksi 4 tahun)
•luka berat (sanksi 8 tahun)
•meninggal (sanksi 12 tahun).
Persetubuhan intra (2)
•A.2. Menyetubuhi istri (dewasa)
dianggap sebagai kasus
penganiayaan :
•timbul perlukaan (luka ringan) :
pasal 351 ayat 1
•luka (luka ‘sedang’) sesuai pasal
352 KUHP
•luka berat sebagaimana pasal 90
KUHP : sesuai pasal 351 ayat 3
Persetubuhan di luar
perkawinan :
• B.1. (dianggap) disetujui si perempuan :
• B.1.a. delik aduan : persetubuhan dengan
perempuan < 15 tahun (pasal 287 KUHP,
sanksi 9 tahun);
• B.1.b. delik langsung (bukan aduan) :
• menyetubuhi perempuan sehingga luka atau
luka parah (pasal 288 KUHP yo pasal 291;
sanksi 12 tahun);
• menyetubuhi perempuan < 15 tahun yang
menjadi anak (kandung/tiri/angkat/asuh) atau
anak titip/kost/didik, bawahan/pembantunya
(pasal 294 KUHP, sanksi 9 tahun)
Di luar perkawinan (2)
• B.1.c. Delik langsung : menyetubuhi < 12 tahun
(sbg penafsiran “belum mampu dikawin” ) : (pasal
287 KUHP, sanksi 9 tahun)
• B.1.d.. Delik aduan : menyetubuhi istri / suami
orang lain (perzinahan) sesuai pasal 284 KUHP,
sanksi 9 bulan;
• B.2. Tanpa persetujuan si perempuan :
• B.2.a. Menyetubuhi perempuan dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan (perkosaan)
sesuai dengan pasal 285 KUHP)
• B.2.b. Menyetubuhi perempuan pingsan/tidak
berdaya (pasal 286 KUHP, sanksi 9 tahun).
Pasal 291 :
• (1) Jika salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 286, 287, 289
dan 290, mengakibatkan luka-luka
berat, dijatuhkan pidana penjara paling
lama duabelas tahun;
• (2) Jika salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 285, 286, 287
dan 290 itu mengakibatkan mati,
dijatuhkan pidana penjara palinglama
lima belas tahun.
Tugas Dr Sp Forensik
• Mengobati korban dalam segala aspeknya.
• Mengumpulkan bukti biologis secara umum.
• Membuktikan adanya persetubuhan.
• Juga tanda kekerasan : perlukaan, tubuh umum (status
generalis) + regio tubuh seksual setempat (status
lokalis).
• Menilai usia korban.
• Juga kondisi khusus korban : gangguan kesadaran,
keadaan kejiwaan & penyulit fisik akibat
persetubuhan-paksanya.
• bantu penyidik: dugaan saat & lokasi persetubuhan
serta dugaan jatidiri pria pemerkosa.
• Membuat & serahkan visum et repertum korban.
Tugas (2)
• Memeriksa pria tersangka pelaku kekerasan
atau perkosaan
• Memberikan keterangan atau kesaksian di
pengadilan (sebagai saksi ahli) atau forum lain
dalam rangka penegakan keadilan.
• Salah satu forum tersebut adalah penentuan
ada tidaknya perkosaan massal yang diadakan
oleh IDI dalam rangka membantu TGPF,
dengan cara mengisi Protokol Jakarta yang
telah disediakan.
Hal khusus
• Pada perzinahan, persetubuhan
dilakukan dengan persetujuan wanita
yang bersalah atau turut bersalah dalam
tindak pidana itu. Perzinahan juga
mencakup kasus “kumpul kebo” yakni
pasangan dewasa belum menikah / tidak
terikat perkawinan yang melakukan
persetubuhan. Hal ini sesuai dengan
Yurisprudensi Mahkamah Agung No. 93
Tahun 1976.
Hal lain (2)
• Wanita yang pingsan tidak dapat
memberikan persetujuannya.
Persetujuan dari wanita yang tidak
berdaya dan wanita dibawah lima belas
tahun dianggap tidak sah. Dengan
demikian dianggap tidak pernah ada
persetujuan itu.
Existing Medical Expertise
• Made by clinical forensic specialist (e.g.
obstetric-gynecologist) as an assessing
physician
• as an “outer circle” of the victim
• based on positivistic-reductionistic-
mechanistic approach of a biomedical
model
Limitation of Existing
Medical Expertise
• 3rd day post rape : disappear of
medical/biomedical evidence
• 20 hours post rape : admissibility of
corroborative evidence = recent
complaint (NZ)
• DNA technology : not a routine
procedure
Inner circle of the rape victim
•Intimacy relationship with the victim
•Doing advocacy
– Family & next-kin
– Volunteers advocate – oath-related :
lawyer, priest, treating physicians,
“registered” nurse.
– Non-oath-related volunteers advocate
: psychologist, nurse, social worker,
NGO activist
Outer circle
• Investigator : police, military police
• Inquirer : National Committee for Human
Rights
• Clinical forensic doctors = assessing physician
: obgyn, pediatrician, forensic pathologist,
other specialist
• Attorney
• Judge
Evidentiality rule
(cathegorization of evidences)
• 1. Main-ideal evidences
• 2. Main-optimal evidences
• 3. Main-minimal evidence
• 4. Direct corroborative evidences from
rape-victim
• 5. Indirect additional evidences not from
rape-victim
Main-ideal evidences
• Sexual intercourse
• + Specific physical assault
• + threat (objective psychological assault)
• + perpetrator’s evidences
• + autoanamnesis (correspondensively)
• + direct corroborative evidence
(correspondensively)
• + indirect additional evidences not from rape-
victim
Main-optimal evidences
• Sexual intercourse
• +/- Specific physical assault
• +/- autoanamnesis
(correspondensively)
Main-minimal evidence
• Partial (penile) penetration
• + autoanamnesis (correspondensively)
Direct corroborative evidence
• Circumstantial medical evidence from allo-
anamnesis (eye witness); victim’s condition :
medical evidence, general wounds, general
psychological symptoms, related clothesi,
perpetrator’s biological evidences in victim’s
clothes/body
• Non-medical evidences : victim’s behaviour 
recent complaints, no falsifying motivation
Peraturan Perundang-
undangan
• NEGARA LAIN (AS):
– Marital rape
– Mandator Reporting
– Civil Protection Order (CPO)
– Child Protection (custodial)
– Perjanjian Pra-Nikah
– Ketenagakerjaan
PEDOMAN UMUM
• PERHATIKAN KERAHASIAAN KLIEN
• BERIKAN KEPERCAYAAN
• NYATAKAN BAHWA ITU BUKAN
KESALAHANNYA
• HORMATI HAK KLIEN DALAM MENGAMBIL
KEPUTUSAN
• BANTU KLIEN BUAT RENCANA
PENYELAMATAN DIRI
• BANTU PEROLEH LAYANAN LAINNYA
ANAMNESA
• PENGANTAR :
– “BANYAK DIANTARA PASIEN KAMI
MENGALAMI KETEGANGAN DALAM
HUBUNGANNYA DENGAN SUAMI, … dst “
• TAK LANGSUNG :
– “GEJALA YANG IBU ALAMI MUNGKIN AKIBAT
STRES. APAKAH IBU DAN SUAMI SEDANG
BERTENGKAR?”
• LANGSUNG :
– “APAKAH SUAMI PERNAH MENYAKITI?”
• CONTOH LAIN :
– APA YANG TERJADI APABILA TERJADI
KETIDAK SEPAKATAN ANTARA ANDA
DENGAN SUAMI?
– APAKAH ANDA MERASA AMAN DAN
TENTERAM BILA DI RUMAH?
– PERNAHKAH ANDA KE DOKTER KARENA
LUKA AKIBAT KEKERASAN?
– PERNAHKAH ANDA TAKUT BAHWA ANAK
ANDA AKAN DISAKITI ORANG DEKAT ANDA?
PEMERIKSAAN FISIK
• MENYELURUH
– UMUM
– LOKAL PADA (DUGAAN) CEDERA
– GINEKOLOGIS
• DAPAT DITUNTUN OLEH TEMUAN DALAM
ANAMNESA
• BERPEDOMAN PADA STANDAR
• DAPAT DIBANTU DENGAN PEMERIKSAAN
RADIOLOGIS, USG, DLL
TANDA KDRT
• TIDAK BICARA SENDIRI
• DIAWASI TERUS OLEH PASANGANNYA
• KELUHAN KHRONIS TANPA PENYAKIT
• CEDERA YG TAK JELAS SEBABNYA
• TRAUMA FISIK PADA KEHAMILAN
• RIWAYAT PERCOBAAN BUNUH DIRI
• TERLAMBAT CARI PERTOLONGAN MEDIS
• CEDERA BILATERAL ATAU MULTIPEL
• BEBERAPA CEDERA DENGAN BERBAGAI
TAHAP PENYEMBUHAN
• CEDERA YG TAK SESUAI DENGAN
KETERANGAN
• INFEKSI TR UROGENITAL
• SINDROMA GANGGUAN PENCERNAAN
• GANGGUAN SEKSUAL
• GANGGUAN MENTAL
LUKA SPESIFIK
INTERPRETASI DENGAN TAJAM :
• NILAI DERAJAT KEPARAHAN, LOKASI,
JUMLAH, BENTUK YANG KHAS
– MARGINAL HAEMATOME
– JEJAK IKATAN, JERAT, CEKIKAN
– LUKA TUSUK, BACOK, TEMBAK
– LUKA BAKAR : ROKOK, SETRIKA
– PATAH TULANG
KULIT DAN RAMBUT
• CEDERA :
– MEMAR,
– LECET,
– LUKA TERBUKA
• JARINGAN PARUT
• HIPERPIGMENTASI ATAU
HIPOPIGMENTASI
• ALOPECIA
• KUKU-KUKU
WAJAH
• HEMATOM, EDEMA, KREPITASI
• FRAKTURA TULANG WAJAH
• MATA : PERDARAHAN, KELAINAN
KORNEA, VISUS, LAPANG PANDANG, dll
• TELINGA : LUKA, MEMBRAN TIMPANI
• HIDUNG : FRAKTURA, PERDARAHAN
• MULUT : PERDARAHAN, LUKA LAMA,
KEUTUHAN GIGI
DADA DAN PERUT
• KELAINAN KULIT, NYERI, FRAKTURA IGA,
• HATI-HATI : HEMATOMA INTRA-
MUSKULATUR, RETRO-PERITONEAL,
INTRA-ABDOMINAL
• PEMERIKSAAN RUTIN CARDIOVASKULER,
RESPIRASI
• DIGESTIVE
• GENITO-URINARY
• USG ATAU CT SCAN BILA PERLU
S.S.P.
• SYARAF PUSAT : SENSORIS, MOTORIK
• UJI AWAL KEMAMPUAN KOGNITIF DAN
STATUS MENTAL
• RIWAYAT AMNESIA, PUSING, SAKIT
KEPALA, MUNTAH, MUAL, DLL
• CT SCAN BILA ADA INDIKASI
GINEKOLOGIS
• USAHAKAN AGAR SELALU DILAKUKAN
(HARUS ADA CONSENT)
• DYSURI, GANGGUAN MENSTRUASI,
PERDARAHAN PER-VAG, MASALAH SEKS,
NYERI DUBUR, DLL
• CEDERA DI BAGIAN LUAR : PUBIS, V / V,
PERINEUM, ANUS
• LAKUKAN SEPERTI PADA KORBAN
KEJAHATAN SEKSUAL
CEDERA
MEMAR LAMA JEJAS IKATAN
CEDERA DI PUNGGUNG
MEMAR AKIBAT
PUKULAN BENDA
PANJANG
LUKA BAKAR
DOKUMENTASI
• SURAT-MENYURAT
• TEMUAN :
– NARATIF
– FOTOGRAFIK
– VIDEO
• CHAIN OF CUSTODY :
– BERITA ACARA
– PENGEMASAN DAN PENYEGELAN
PELAPORAN
• HARUSKAH MELAPOR?
• KEPADA SIAPA?
• KEPENTINGAN PERADILAN :
– VISUM ET REPERTUM
– PROSEDUR MEDIKO-LEGAL SEPERTI BIASA
– TATA CARA PELAPORAN SEPERTI BIASA
• KEPENTINGAN NON PERADILAN :
– DOKUMENTASI REKAM MEDIS
– SURAT KETERANGAN MEDIS
PEMERIKSAAN KORBAN
KEKERASAN SEKSUAL
• PEMBUKTIAN ADANYA KEKERASAN,
TERMASUK “PERACUNAN”
– LUKA SEDERHANA TAPI RELEVAN ?
• PEMBUKTIAN PERSETUBUHAN
– PENETRASI
•SELAPUT DARA DAN TRAUMA VULVA / VAGINA
– EJAKULASI
•SPERMA DAN SEMEN
• USIA KORBAN : Statutory rape ?
Cara Perlukaan
• Tak wajar
– Kecelakaan
• Korban terbatas
• Korban massal
– Percob Bunuh diri : idem
– Percob Pembunuhan : idem
• Wajar
– Tua
– Sakit
• Tak dpt ditentukan
PENYIDIKAN o/ PENYIDIK
PENELITIAN :
TEMUKAN DUGAAN TINPID
PPNS
PENUNTUTAN o/ JPU
MEMBUAT TERANG PERKARA
MENEMUKAN TERSANGKA
VeR +/- KETERANGAN AHLI
PERADILAN o/ MAJELIS HAKIM
VONIS
LEMBAGA PEMASYARAKATAN
ALAT
BUKTI
184 KUHAP
2 ALAT BUKTI +
KEYAKINAN HAKIM
(183 KUHAP)
133 KUHAP
216 KUHP
179 KUHAP
Jo 224 KUHP
186 KUHAP
Bahan Bukti Biologis Pra –
VER/SKM
Kasus Kejahatan dengan kekerasan Fisik/Mental/Seksual
TKP
Bukti Biologis :
Darah, Cairan Mani,
Sperma, Saliva,
Rambut
Pemeriksaan Laboratorium Forensik di
Instalasi Penunjang Medik RS
Pelaku
Korban
Pengungkapan Secara Ilmiah via
SKM atau VeR
IGD
RA-JAL
RA-NAP
FORENSIK KLINIK
SPV IDEAL
SPV OPTIMAL
Kantor Polisi
RUMAH SAKIT
OBYEK
Biaya Negara
136 KUHAP – u/ RS
229 (1) KUHAP – u/Dr
187 KUHAP – srt
184 (1) KUHAP – atas sumpah
• DATANG “setlh PASIEN/KORBAN KE DR/RS”
yg kondisi (luka) korban sdh berubah
• RAHASIA KEDOKTERAN  tdk relevan
– PP 10 / 1966 jo ps 322 KUHP WAJIB SIMPAN
RHS ps 2 ada lex specialis pengecualian bila
ada SPV berbasis UU (133 KUHAP) jo 50 KUHP
– UU 29/2004 PS 48 PENGECUALIAN:
•KEPENTINGAN KESEHATAN PASIEN
•PERMINTAAN AP PENEGAK HUKUM DALAM RANGKA
PENEGAKAN HUKUM
•PERMINTAAN PASIEN
•KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN
SPV “OPTIMAL”
KESIMPULAN
• TENAGA KESEHATAN/nurse : PENEMU &
PENATALAKSANAAN K.T.P./KDRT, dlm
“lingkaran dlm” korban – termasuk
perkosaan (dlm RT)
• TEORI GENDER berguna utk tingkatkan
yan & advokasi pasien/korban KDRT
• Teori medikolegal berguna utk
tingkatkan kepastian & perlind hukum
• Kerjasama ekstra mural penting :
RS/fasyankes – LBH – RPK Polri – LPS –
inst sosial (shelter) – IKF/ML – sist perad

More Related Content

Similar to dokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.ppt

Perlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptx
Perlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptxPerlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptx
Perlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptxsatreskrimresbolmut
 
legal etik gawat darurat (3).pptx
legal etik gawat darurat (3).pptxlegal etik gawat darurat (3).pptx
legal etik gawat darurat (3).pptxYantoSusanto10
 
Sosialisasi Undang Undang Nomor 22 Tahun 2022 Tentang Pemasyarakatan - Full.pptx
Sosialisasi Undang Undang Nomor 22 Tahun 2022 Tentang Pemasyarakatan - Full.pptxSosialisasi Undang Undang Nomor 22 Tahun 2022 Tentang Pemasyarakatan - Full.pptx
Sosialisasi Undang Undang Nomor 22 Tahun 2022 Tentang Pemasyarakatan - Full.pptxKeuanganPtbabel
 
Uu 2004 nomor 23 penghapusan kekerasan dalam rumah tangga
Uu 2004 nomor 23 penghapusan kekerasan dalam rumah tanggaUu 2004 nomor 23 penghapusan kekerasan dalam rumah tangga
Uu 2004 nomor 23 penghapusan kekerasan dalam rumah tanggaMystic333
 
UU No.23 th 2004 ttg KDRT
UU No.23 th 2004 ttg KDRTUU No.23 th 2004 ttg KDRT
UU No.23 th 2004 ttg KDRTSei Enim
 
Uu tahun 2004 no. 23 tentang penghapusan kdrt
Uu tahun 2004 no. 23 tentang penghapusan kdrtUu tahun 2004 no. 23 tentang penghapusan kdrt
Uu tahun 2004 no. 23 tentang penghapusan kdrtLegal Akses
 
uu pkdrt.pdf
uu pkdrt.pdfuu pkdrt.pdf
uu pkdrt.pdflenamaya
 
Uu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan ri
Uu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan riUu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan ri
Uu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan riLegal Akses
 
HUKUM ACARA DALAM UU TPKS.pdf
HUKUM ACARA DALAM UU TPKS.pdfHUKUM ACARA DALAM UU TPKS.pdf
HUKUM ACARA DALAM UU TPKS.pdfSAHasugian
 
Bimtek Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga.pdf
Bimtek Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga.pdfBimtek Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga.pdf
Bimtek Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga.pdfIrawan Setyabudi
 
Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak ...
Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut  Anak adalah anak ...Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut  Anak adalah anak ...
Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak ...etsthu
 
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAKSISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAKsayidmuhfaldy
 
Fatayat NU dan Tindak Pidana Kekerasan Seksual .pptx
Fatayat NU dan Tindak Pidana Kekerasan Seksual .pptxFatayat NU dan Tindak Pidana Kekerasan Seksual .pptx
Fatayat NU dan Tindak Pidana Kekerasan Seksual .pptxZulfaNh1
 
Pendidikan HAM dan Demokrasi
Pendidikan HAM dan DemokrasiPendidikan HAM dan Demokrasi
Pendidikan HAM dan DemokrasiAchmad Junaidi
 
Uu no.23 thn 2004 penghapusan kdrt ok
Uu no.23 thn 2004   penghapusan kdrt okUu no.23 thn 2004   penghapusan kdrt ok
Uu no.23 thn 2004 penghapusan kdrt okSulvi Suardi
 

Similar to dokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.ppt (20)

Perlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptx
Perlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptxPerlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptx
Perlindungan_Hukum_Terhadap_Anak_Sebagai.pptx
 
legal etik gawat darurat (3).pptx
legal etik gawat darurat (3).pptxlegal etik gawat darurat (3).pptx
legal etik gawat darurat (3).pptx
 
Sosialisasi Undang Undang Nomor 22 Tahun 2022 Tentang Pemasyarakatan - Full.pptx
Sosialisasi Undang Undang Nomor 22 Tahun 2022 Tentang Pemasyarakatan - Full.pptxSosialisasi Undang Undang Nomor 22 Tahun 2022 Tentang Pemasyarakatan - Full.pptx
Sosialisasi Undang Undang Nomor 22 Tahun 2022 Tentang Pemasyarakatan - Full.pptx
 
2004 23 penghapusan kdrt
2004 23 penghapusan kdrt2004 23 penghapusan kdrt
2004 23 penghapusan kdrt
 
Uu 2004 nomor 23 penghapusan kekerasan dalam rumah tangga
Uu 2004 nomor 23 penghapusan kekerasan dalam rumah tanggaUu 2004 nomor 23 penghapusan kekerasan dalam rumah tangga
Uu 2004 nomor 23 penghapusan kekerasan dalam rumah tangga
 
UU No.23 th 2004 ttg KDRT
UU No.23 th 2004 ttg KDRTUU No.23 th 2004 ttg KDRT
UU No.23 th 2004 ttg KDRT
 
Uu tahun 2004 no. 23 tentang penghapusan kdrt
Uu tahun 2004 no. 23 tentang penghapusan kdrtUu tahun 2004 no. 23 tentang penghapusan kdrt
Uu tahun 2004 no. 23 tentang penghapusan kdrt
 
uu pkdrt.pdf
uu pkdrt.pdfuu pkdrt.pdf
uu pkdrt.pdf
 
Uu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan ri
Uu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan riUu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan ri
Uu tahun 2004 no. 16 tentang kerjaksaan ri
 
HUKUM ACARA DALAM UU TPKS.pdf
HUKUM ACARA DALAM UU TPKS.pdfHUKUM ACARA DALAM UU TPKS.pdf
HUKUM ACARA DALAM UU TPKS.pdf
 
Bimtek Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga.pdf
Bimtek Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga.pdfBimtek Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga.pdf
Bimtek Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga.pdf
 
Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak ...
Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut  Anak adalah anak ...Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut  Anak adalah anak ...
Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah anak ...
 
Penghapusan kdrt
Penghapusan kdrtPenghapusan kdrt
Penghapusan kdrt
 
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAKSISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
 
MATERI KHA.pptx
MATERI KHA.pptxMATERI KHA.pptx
MATERI KHA.pptx
 
Simulasi kdrt
Simulasi kdrtSimulasi kdrt
Simulasi kdrt
 
Fatayat NU dan Tindak Pidana Kekerasan Seksual .pptx
Fatayat NU dan Tindak Pidana Kekerasan Seksual .pptxFatayat NU dan Tindak Pidana Kekerasan Seksual .pptx
Fatayat NU dan Tindak Pidana Kekerasan Seksual .pptx
 
Pendidikan HAM dan Demokrasi
Pendidikan HAM dan DemokrasiPendidikan HAM dan Demokrasi
Pendidikan HAM dan Demokrasi
 
Uu no.23 thn 2004 penghapusan kdrt ok
Uu no.23 thn 2004   penghapusan kdrt okUu no.23 thn 2004   penghapusan kdrt ok
Uu no.23 thn 2004 penghapusan kdrt ok
 
Uu 23 2004
Uu 23 2004Uu 23 2004
Uu 23 2004
 

Recently uploaded

Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 

Recently uploaded (20)

Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 

dokfor-perkosaan-kekerasan-dalam-rumah-tangga.ppt

  • 1. PEMERIKSAAN MEDIS KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Agus Purwadianto
  • 2. PENGERTIAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN • setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat atau mungkin berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi (Pasal 2 Deklarasi Penghapusan kekerasan terhadap perempuan)
  • 3. PENGERTIAN KDRT • Tindak kekerasan fisik, seksual dan psikologis terjadi dalam keluarga • penyalahgunaan seksual atas perempuan kanak-kanak dalam rumah tangga, • perkosaan dalam perkawinan, • kekerasan di luar hubungan suami-isteri • kekerasan yg berhubungan dengan eksploitasi; (Pasal 2 Deklarasi Penghapusan kekerasan terhadap perempuan)
  • 4. KYRIACOU et.al. (1998) • POLA PERILAKU YANG BERSIFAT MENYERANG ATAU MEMAKSA YANG MENCIPTAKAN ANCAMAN ATAU MENCEDERAI SECARA FISIK YANG DILAKUKAN OLEH PASANGANNYA ATAU MANTAN PASANGANNYA
  • 5. ABBOTT et.al. (1997) • PENYALAHGUNAAN KEKERASAN ATAU KEKUASAAN OLEH SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA KEPADA ANGGOTA LAIN, YANG MELANGGAR HAK INDIVIDU
  • 6. SIKLUS KDRT TINDAK KEKERASAN PERMINTAAN MAAF BULAN MADU KONFLIK TENSION BUILDING PHASE ACUTE BATTERING PHASE LOVING CONTRITION PHASE
  • 7. KEKERAPAN • AMERIKA : – 2-50 % KASUS KORBAN KEKERASAN YANG DATANG KE RUMAH SAKIT (Kyriacou 1998, Abbott 1997) – Survei : 2 juta / tahun – FBI : 1500 dibunuh suami, pacar atau mantan suami, mantan pacar • INDONESIA : ? – 67 kasus dalam 7 bulan (PKT 2000) – 35 kasus (Jul-Des 1999) dan 19 kasus (Jan- Jul 2000) (Kalyanamitra)
  • 8. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN • INDONESIA : – PENGANIAYAAN (351-356 KUHP) – PERKOSAAN ? (285 KUHP) • NEGARA LAIN (AS): – MARITAL RAPE – MANDATORY REPORTING – CIVIL PROTECTION ORDER (CPO) – CHILD PROTECTION (custodial) – PERJANJIAN PRA-NIKAH – KETENAGAKERJAAN
  • 9. PS 356 KUHP PIDANA YANG DITENTUKAN DALAM PASAL 351, 353, 354, 355 DAPAT DITAMBAH DENGAN SEPERTIGA : – BAGI YANG MELAKUKAN KEJAHATAN ITU TERHADAP IBUNYA, BAPAKNYA YANG SAH, ISTRINYA ATAU ANAKNYA. •CATATAN : – 351 : PENGANIAYAAN : ANCAMAN 2 Th 8 BL - 7 Th – 353 : PENGANIAYAAN BERENCANA : 4 - 9 Th – 354 : PENGANIAYAAN BERAT : 8 - 10 Th – 355 : PENGANIAYAAN BERAT BERENCANA : 12 - 15 TH
  • 10. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
  • 11. KEWAJIBAN APA SAJA YANG HARUS DILAKUKAN PEMERINTAH DAN PEMDA DALAM UPAYA PENCEGAHAN KDRT ? Pemerintah bertanggung jawab dalam upaya pencegahan kekerasan dalam rumah tangga
  • 12. HAK KORBAN 1 • PERLINDUNGAN DARI – PIHAK KELUARGA, – DIL/ JA/ POL/ ADVOKAT, – LEMBAGA SOSIAL ATAU PIHAK LAINNYA – SIFAT WAKTU SEMENTARA BERDASAR PENETAPAN PERINTAH PERLINDUNGAN DARI PENGADILAN
  • 13. HAK KORBAN 2 • PELAYANAN KESEHATAN SESUAI KEBUTUHAN MEDIS • PENANGANAN SECARA KHUSUS BERKAITAN DENGAN KERAHASIAAN KORBAN • PENDAMPINGAN OLEH PEKERJA SOSIAL DAN BANTUAN HUKUM PADA TIAP TINGKAT PROSES • PELAYANAN BIMBINGAN ROHANI
  • 14. HAK KORBAN 3 • LAPORKAN SECARA LANGSUNG KDRT KEPADA KEPOLISIAN BAIK DI TEMPAT KORBAN BERADA MAUPUN DI TKP • KORBAN DAPAT BERIKAN KUASA KEPADA KELUARGA/ ORANG LAIN UTK LAPORKAN KDRT KEPADA KEPOLISIAN
  • 15. APA UPAYA PEMERINTAH UNTUK MENCEGAH KDRT ?  merumuskan kebijakan tentang penghapusan KDRT;  menyelenggarakan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang KDRT;  menyelenggarakan sosialisasi dan advokasi tentang KDRT;  menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan sensitif gender dan isu KDRT serta menetapkan standar dan akreditasi pelayanan yang sensitif gender.
  • 16. BAGAIMANA PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERHADAP KORBAN? Untuk penyelenggaraan pelayanan terhadap korban, pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan fungsi dan tugas masing- masing dapat melakukan upaya: a. penyediaan ruang pelayanan khusus di kantor kepolisian; b. penyediaan aparat, tenaga kesehatan, pekerja sosial, dan pembimbing rohani;
  • 17. c. pembuatan dan pengembangan sistem dan mekanisme kerja sama program pelayanan yang melibatkan pihak yang mudah diakses oleh korban; dan d. memberikan perlindungan bagi pendamping, saksi, keluarga, dan teman korban.
  • 18. APA PERAN MASYARAKAT DAN LEMBAGA SOSIAL LAINNYA ? Untuk menyelenggarakan upaya upaya pelayanan terhadap korban, pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing, dapat melakukan kerja sama dengan masyarakat atau lembaga sosial lainnya.
  • 19. APA SAJA KEWAJIBAN MASYARAKAT ? Setiap orang yang mendengar, melihat, atau mengetahui terjadinya kekerasan dalam rumah tangga wajib melakukan upaya-upaya sesuai dengan batas kemampuannya untuk: a. mencegah berlangsungnya tindak pidana; b. memberikan perlindungan kepada korban; c. memberikan pertolongan darurat; dan d. membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan.
  • 20. BAGAIMANA KEPOLISIAN MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KDRT ?  Dalam waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam terhitung sejak mengetahui atau menerima laporan kekerasan dalam rumah tangga, kepolisian wajib segera memberikan perlindungan sementara pada korban.
  • 21.  Perlindungan sementara diberikan paling lama 7 (tujuh) hari sejak korban diterima atau ditangani.  Dalam waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam terhitung sejak pemberian perlindungan, kepolisian wajib meminta surat penetapan perintah perlindungan dari pengadilan.  Dalam memberikan perlindungan sementara, kepolisian dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan, pekerja sosial, relawan pendamping, dan/atau pembimbing rohani untuk mendampingi korban.
  • 22.  Kepolisian wajib memberikan keterangan kepada korban tentang hak korban untuk mendapat pelayanan dan pendampingan.  Kepolisian wajib segera melakukan penyelidikan setelah mengetahui atau menerima laporan tentang terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.
  • 23. a. identitas petugas untuk pengenalan kepada korban; b. kekerasan dalam rumah tangga adalah kejahatan terhadap martabat kemanusiaan; dan c. kewajiban kepolisian untuk melindungi korban.  Kepolisian segera menyampaikan kepada korban tentang:
  • 24. BAGAIMANA TENAGA KESEHATAN MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KDRT ?  Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada korban, tenaga kesehatan harus:  memeriksa kesehatan korban sesuai dengan standar profesinya;  membuat laporan tertulis hasil pemeriksaan terhadap korban dan visum et repertum atas permintaan penyidik kepolisian atau surat keterangan medis yang memiliki kekuatan hukum yang sama sebagai alat bukti.  Pelayanan kesehatan dilakukan di sarana kesehatan milik pemerintah, pemerintah daerah atau masyarakat
  • 25. BAGAIMANA CARA PENGAJUAN LAPORAN KDRT ?  Korban berhak melaporkan secara langsung KDRT kepada kepolisian baik di tempat korban berada maupun di tempat kejadian perkara.  Korban dapat memberikan kuasa kepada keluarga atau orang lain untuk melaporkan KDRT kepada pihak kepolisian baik di tempat korban berada maupun di tempat kejadian perkara.
  • 26.  Dalam hal korban adalah seorang anak, laporan dapat dilakukan oleh orang tua, wali, pengasuh, atau anak yang bersangkutan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. SIAPA YANG DAPAT MEMBERIKAN PERINTAH PERLINDUNGAN ? Ketua pengadilan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari sejak diterimanya permohonan wajib mengeluarkan surat penetapan yang berisi perintah perlindungan bagi korban dan anggota keluarga lain, kecuali ada alasan yang patut.
  • 27. BAGAIMANA CARA MEMPEROLEH SURAT PERINTAH PERLINDUNGAN ?  Permohonan untuk memperoleh surat perintah perlindungan dapat diajukan oleh: a. korban atau keluarga korban; b. teman korban; c. kepolisian; d. relawan pendamping; atau e. pembimbing rohani.
  • 28.  Permohonan perintah perlindungan disampaikan dalam bentuk lisan atau tulisan.  Dalam hal permohonan diajukan secara lisan, panitera pengadilan negeri setempat wajib mencatat permohonan tersebut.  Dalam hal permohonan perintah perlindungan diajukan oleh keluarga, teman korban, kepolisian, relawan pendamping, atau pembimbing rohani maka korban harus memberikan persetujuannya.  Dalam keadaan tertentu, permohonan dapat diajukan tanpa persetujuan korban.
  • 29. BERAPA LAMA PERINTAH PERLINDUNGAN DIBERIKAN ? 1) Perintah perlindungan dapat diberikan dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun. 2) Perintah perlindungan dapat diperpanjang atas penetapan pengadilan. 3) Permohonan perpanjangan Perintah Perlindungan diajukan 7 (tujuh) hari sebelum berakhir masa berlakunya.
  • 30. APAKAH ADA TAMBAHAN PERINTAH PERLINDUNGAN ?  Pengadilan dapat menyatakan satu atau lebih tambahan perintah perlindungan.  Dalam pemberian tambahan perintah perlindungan, pengadilan wajib mempertimbangkan keterangan dari korban, tenaga kesehatan, pekerja sosial, relawan pendamping, dan/atau pembimbing rohani.
  • 31. BAGAIMANA PEMERIKSAAN TERHADAP PELAKU ?  Korban, kepolisian atau relawan pendamping dapat mengajukan laporan secara tertulis tentang adanya dugaan pelanggaran terhadap perintah perlindungan.
  • 32.  Dalam hal pengadilan mendapatkan laporan tertulis pelaku diperintahkan menghadap dalam waktu 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam guna dilakukan pemeriksaan.  Pemeriksaan dilakukan oleh pengadilan di tempat pelaku pernah tinggal bersama korban pada waktu pelanggaran diduga terjadi.
  • 33. APA YANG HARUS DILAKUKAN UNTUK PELAYANAN PEMULIHAN KORBAN ?  Untuk kepentingan pemulihan, korban dapat memperoleh pelayanan dari: a. tenaga kesehatan; b. pekerja sosial; c. relawan pendamping; dan/atau d. pembimbing rohani.
  • 34.  Dalam rangka pemulihan terhadap korban, tenaga kesehatan, pekerja sosial, relawan pendamping dan/atau pembimbing rohani dapat melakukan kerja sama.  Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan upaya pemulihan dan kerja sama diatur dengan Peraturan Pemerintah.
  • 35. KETENTUAN PIDANA KEKERASAN FISIK 5 TAHUN 15 JUTA KEKERASAN FISIK  JATUH SAKIT / LUKA BERAT 10 TAHUN 30 JUTA KEKERASAN FISIK  KORBAN MATI 15 TAHUN 45 JUTA KEKERASAN SUAMI THD ISTERI ATAU SEBALIKNYA, TIDAK ADA PENYAKIT/ HALANGAN KERJA 4 BULAN 5 JUTA
  • 36. KETENTUAN PIDANA KEKERASAN PSIKIS 3 TAHUN 9 JUTA KEKERASAN SUAMI THD ISTERI ATAU SEBALIKNYA, TIDAK ADA PENYAKIT/ HALANGAN KERJA 4 BULAN 3 JUTA
  • 37. KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SEKSUAL 12 TAHUN 36 JUTA ORANG MEMAKSA ORANG YG MENETAP DLM RT UTK LAKUKAN HUBUNGAN SEKSUAL 4 – 15 TAHUN 12 – 300 JUTA AK IBATKAN LUKA YG TIDAK SEMBUH SAMA SEKALI, GANGGUAN DAYA PIKIR, KEJIWAAN JANIN MENINGGAL, ALAT REPRODUKSI TAK BERFUNGSI 5 – 20 TAHUN 25 – 500 JUTA
  • 39. ANCAMAN PIDANA ATAS KEKERASAN FISIK Setiap orang yang melakukan :  Perbuatan kekerasan fisik dalam rumah tangga di pidana paling lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp. 15 juta.  Perbuatan kekerasan fisik yang mengakibatkan korban jatuh sakit atau luka berat, dipidana penjara paling lama 10 tahun atau denda paling banyak Rp. 30 juta.
  • 40. Perbuatan kekerasan fisik yang mengakibatkan matinya korban, di pidana penjara paling lama 15 tahun atau denda paling banyak Rp. 45 juta. Dalam hal perbuatan kekerasan fisik dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya, yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari- hari di pidana penjara paling lama 4 bulan atau denda paling banyak Rp. 5 juta. (Pasal 44 jo Pasal 51) ( merupakan delik aduan )
  • 41. ANCAMAN PIDANA ATAS KEKERASAN PSIKIS  Setiap orang yang melakukan kekerasan psikis dalam lingkup rumah tangga di pidana penjara paling lama 3 tahun atau denda paling banyak Rp. 9 juta.  Dalam hal perbuatan dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidana penjara paling lama 4 bulan atau denda paling banyak Rp. 3 juta. (Pasal 44 jo Pasal 52)
  • 42. ANCAMAN PIDANA ATAS KEKERASAN SEKSUAL  Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan seksual terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangganya, di pidana dengan pidana penjara paling lama 12 tahun atau denda paling banyak Rp. 36 juta (pasal 46)  Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah tangganya untuk melakukan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu, dipidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 15 tahun atau denda paling banyak Rp. 300 juta (Pasal 47)
  • 43. Dalam hal perbuatan pemaksaan hubungan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47, mengakibatkan korban : • Mendapat luka berat yang tidak memberi harapan atau sembuh sama sekali, • Mengalami gangguan daya pikir atau sekurang- kurangnya selama 4 (empat) minggu terus menerus atau 1 (satu) tahun tidak berturut- turut, • Mengalami gugur kandungan atau matinya janin dalam kandungan, atau • Mengakibatkan tidak berfungsinya alat reproduksi, dipidana penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 20 tahun atau denda paling sedikit Rp. 25 juta dan denda paling banyak Rp. 500 juta (Pasal 48)
  • 44. ANCAMAN PIDANA ATAS PENELANTARAN RUMAH TANGGA, di pidana maksimal 3 tahun atau denda maksimal Rp. 15 juta, setiap orang yang • Menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangga, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberi kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut (Pasal 50 jo Pasal 59) • Menelantarkan orang lain yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/ataumelarang untuk bekerja yang layak di dalam dan di luar rumah sehingga korban berada di bawah kendalinya (Pasal 49)
  • 45. Apakah ada Pidana tambahan ? a. pembatasan gerak pelaku baik yang bertujuan untuk menjauhkan pelaku dari korban dalam jarak dan waktu tertentu, maupun pembatasan hak-hak tertentu dari pelaku; b. penetapan pelaku mengikuti program konseling di bawah pengawasan lembaga tertentu. Hakim dapat menjatuhkan pidana tambahan berupa:
  • 46. APA YANG DIKATEGORIKAN SEBAGAI DELIK ADUAN ? Sesuai Pasal 51 – 53 yang dikategorikan sebagai delik aduan dalam UU ini, Tindak pidana berupa: kekerasan fisik (Pasal 44 ayat 4),  kekerasan psikis (Pasal 45 ayat 2), kekerasan seksual (Pasal 46) yang dilakukan oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya merupakan delik aduan
  • 47. KEWAJIBAN TENAGA KESEHATAN • PERIKSA KESEHATAN KORBAN SESUAI DENGAN STANDAR PROFESINYA • BUAT LAPORAN TERTULIS HASIL PEMERIKSAAN KORBAN & VISUM ET REPERTUM/ SURAT KETERANGAN MEDIS • DILAKUKAN DI SARANA KESEHATAN MILIK PEMERINTAH/ PEMDA/ MASYARAKAT
  • 48. PERAN DOKTER • ANAMNESA TERARAH – Tracy (1996) : menerapkan pertanyaan rutin kepada 8 pasien ginekologis, ternyata semuanya pernah menerima kekerasan ! • TEMUKAN TANDA KEKERASAN • DOKUMENTASI TEMUAN • MENILAI KESELAMATAN • KOMUNIKASIKAN PILIHAN PENYELESAIAN YANG REALISTIK
  • 49. Perkosaan •KSTP (delik kesusilaan) + persetubuhan : –Persetubuhan di dalam (ikatan) perkawinan : –Di luar perkawinan
  • 50. Persetubuhan intra perkawinan •A.1. Menyetubuhi istri dibawah umur sebagaimana pasal 288 KUHP sehingga timbul •luka (sanksi 4 tahun) •luka berat (sanksi 8 tahun) •meninggal (sanksi 12 tahun).
  • 51. Persetubuhan intra (2) •A.2. Menyetubuhi istri (dewasa) dianggap sebagai kasus penganiayaan : •timbul perlukaan (luka ringan) : pasal 351 ayat 1 •luka (luka ‘sedang’) sesuai pasal 352 KUHP •luka berat sebagaimana pasal 90 KUHP : sesuai pasal 351 ayat 3
  • 52. Persetubuhan di luar perkawinan : • B.1. (dianggap) disetujui si perempuan : • B.1.a. delik aduan : persetubuhan dengan perempuan < 15 tahun (pasal 287 KUHP, sanksi 9 tahun); • B.1.b. delik langsung (bukan aduan) : • menyetubuhi perempuan sehingga luka atau luka parah (pasal 288 KUHP yo pasal 291; sanksi 12 tahun); • menyetubuhi perempuan < 15 tahun yang menjadi anak (kandung/tiri/angkat/asuh) atau anak titip/kost/didik, bawahan/pembantunya (pasal 294 KUHP, sanksi 9 tahun)
  • 53. Di luar perkawinan (2) • B.1.c. Delik langsung : menyetubuhi < 12 tahun (sbg penafsiran “belum mampu dikawin” ) : (pasal 287 KUHP, sanksi 9 tahun) • B.1.d.. Delik aduan : menyetubuhi istri / suami orang lain (perzinahan) sesuai pasal 284 KUHP, sanksi 9 bulan; • B.2. Tanpa persetujuan si perempuan : • B.2.a. Menyetubuhi perempuan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan (perkosaan) sesuai dengan pasal 285 KUHP) • B.2.b. Menyetubuhi perempuan pingsan/tidak berdaya (pasal 286 KUHP, sanksi 9 tahun).
  • 54. Pasal 291 : • (1) Jika salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 286, 287, 289 dan 290, mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama duabelas tahun; • (2) Jika salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 285, 286, 287 dan 290 itu mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara palinglama lima belas tahun.
  • 55. Tugas Dr Sp Forensik • Mengobati korban dalam segala aspeknya. • Mengumpulkan bukti biologis secara umum. • Membuktikan adanya persetubuhan. • Juga tanda kekerasan : perlukaan, tubuh umum (status generalis) + regio tubuh seksual setempat (status lokalis). • Menilai usia korban. • Juga kondisi khusus korban : gangguan kesadaran, keadaan kejiwaan & penyulit fisik akibat persetubuhan-paksanya. • bantu penyidik: dugaan saat & lokasi persetubuhan serta dugaan jatidiri pria pemerkosa. • Membuat & serahkan visum et repertum korban.
  • 56. Tugas (2) • Memeriksa pria tersangka pelaku kekerasan atau perkosaan • Memberikan keterangan atau kesaksian di pengadilan (sebagai saksi ahli) atau forum lain dalam rangka penegakan keadilan. • Salah satu forum tersebut adalah penentuan ada tidaknya perkosaan massal yang diadakan oleh IDI dalam rangka membantu TGPF, dengan cara mengisi Protokol Jakarta yang telah disediakan.
  • 57. Hal khusus • Pada perzinahan, persetubuhan dilakukan dengan persetujuan wanita yang bersalah atau turut bersalah dalam tindak pidana itu. Perzinahan juga mencakup kasus “kumpul kebo” yakni pasangan dewasa belum menikah / tidak terikat perkawinan yang melakukan persetubuhan. Hal ini sesuai dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung No. 93 Tahun 1976.
  • 58. Hal lain (2) • Wanita yang pingsan tidak dapat memberikan persetujuannya. Persetujuan dari wanita yang tidak berdaya dan wanita dibawah lima belas tahun dianggap tidak sah. Dengan demikian dianggap tidak pernah ada persetujuan itu.
  • 59. Existing Medical Expertise • Made by clinical forensic specialist (e.g. obstetric-gynecologist) as an assessing physician • as an “outer circle” of the victim • based on positivistic-reductionistic- mechanistic approach of a biomedical model
  • 60. Limitation of Existing Medical Expertise • 3rd day post rape : disappear of medical/biomedical evidence • 20 hours post rape : admissibility of corroborative evidence = recent complaint (NZ) • DNA technology : not a routine procedure
  • 61. Inner circle of the rape victim •Intimacy relationship with the victim •Doing advocacy – Family & next-kin – Volunteers advocate – oath-related : lawyer, priest, treating physicians, “registered” nurse. – Non-oath-related volunteers advocate : psychologist, nurse, social worker, NGO activist
  • 62. Outer circle • Investigator : police, military police • Inquirer : National Committee for Human Rights • Clinical forensic doctors = assessing physician : obgyn, pediatrician, forensic pathologist, other specialist • Attorney • Judge
  • 63. Evidentiality rule (cathegorization of evidences) • 1. Main-ideal evidences • 2. Main-optimal evidences • 3. Main-minimal evidence • 4. Direct corroborative evidences from rape-victim • 5. Indirect additional evidences not from rape-victim
  • 64. Main-ideal evidences • Sexual intercourse • + Specific physical assault • + threat (objective psychological assault) • + perpetrator’s evidences • + autoanamnesis (correspondensively) • + direct corroborative evidence (correspondensively) • + indirect additional evidences not from rape- victim
  • 65. Main-optimal evidences • Sexual intercourse • +/- Specific physical assault • +/- autoanamnesis (correspondensively)
  • 66. Main-minimal evidence • Partial (penile) penetration • + autoanamnesis (correspondensively)
  • 67. Direct corroborative evidence • Circumstantial medical evidence from allo- anamnesis (eye witness); victim’s condition : medical evidence, general wounds, general psychological symptoms, related clothesi, perpetrator’s biological evidences in victim’s clothes/body • Non-medical evidences : victim’s behaviour  recent complaints, no falsifying motivation
  • 68. Peraturan Perundang- undangan • NEGARA LAIN (AS): – Marital rape – Mandator Reporting – Civil Protection Order (CPO) – Child Protection (custodial) – Perjanjian Pra-Nikah – Ketenagakerjaan
  • 69. PEDOMAN UMUM • PERHATIKAN KERAHASIAAN KLIEN • BERIKAN KEPERCAYAAN • NYATAKAN BAHWA ITU BUKAN KESALAHANNYA • HORMATI HAK KLIEN DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN • BANTU KLIEN BUAT RENCANA PENYELAMATAN DIRI • BANTU PEROLEH LAYANAN LAINNYA
  • 70. ANAMNESA • PENGANTAR : – “BANYAK DIANTARA PASIEN KAMI MENGALAMI KETEGANGAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN SUAMI, … dst “ • TAK LANGSUNG : – “GEJALA YANG IBU ALAMI MUNGKIN AKIBAT STRES. APAKAH IBU DAN SUAMI SEDANG BERTENGKAR?” • LANGSUNG : – “APAKAH SUAMI PERNAH MENYAKITI?”
  • 71. • CONTOH LAIN : – APA YANG TERJADI APABILA TERJADI KETIDAK SEPAKATAN ANTARA ANDA DENGAN SUAMI? – APAKAH ANDA MERASA AMAN DAN TENTERAM BILA DI RUMAH? – PERNAHKAH ANDA KE DOKTER KARENA LUKA AKIBAT KEKERASAN? – PERNAHKAH ANDA TAKUT BAHWA ANAK ANDA AKAN DISAKITI ORANG DEKAT ANDA?
  • 72. PEMERIKSAAN FISIK • MENYELURUH – UMUM – LOKAL PADA (DUGAAN) CEDERA – GINEKOLOGIS • DAPAT DITUNTUN OLEH TEMUAN DALAM ANAMNESA • BERPEDOMAN PADA STANDAR • DAPAT DIBANTU DENGAN PEMERIKSAAN RADIOLOGIS, USG, DLL
  • 73. TANDA KDRT • TIDAK BICARA SENDIRI • DIAWASI TERUS OLEH PASANGANNYA • KELUHAN KHRONIS TANPA PENYAKIT • CEDERA YG TAK JELAS SEBABNYA • TRAUMA FISIK PADA KEHAMILAN • RIWAYAT PERCOBAAN BUNUH DIRI • TERLAMBAT CARI PERTOLONGAN MEDIS • CEDERA BILATERAL ATAU MULTIPEL
  • 74. • BEBERAPA CEDERA DENGAN BERBAGAI TAHAP PENYEMBUHAN • CEDERA YG TAK SESUAI DENGAN KETERANGAN • INFEKSI TR UROGENITAL • SINDROMA GANGGUAN PENCERNAAN • GANGGUAN SEKSUAL • GANGGUAN MENTAL
  • 75. LUKA SPESIFIK INTERPRETASI DENGAN TAJAM : • NILAI DERAJAT KEPARAHAN, LOKASI, JUMLAH, BENTUK YANG KHAS – MARGINAL HAEMATOME – JEJAK IKATAN, JERAT, CEKIKAN – LUKA TUSUK, BACOK, TEMBAK – LUKA BAKAR : ROKOK, SETRIKA – PATAH TULANG
  • 76. KULIT DAN RAMBUT • CEDERA : – MEMAR, – LECET, – LUKA TERBUKA • JARINGAN PARUT • HIPERPIGMENTASI ATAU HIPOPIGMENTASI • ALOPECIA • KUKU-KUKU
  • 77. WAJAH • HEMATOM, EDEMA, KREPITASI • FRAKTURA TULANG WAJAH • MATA : PERDARAHAN, KELAINAN KORNEA, VISUS, LAPANG PANDANG, dll • TELINGA : LUKA, MEMBRAN TIMPANI • HIDUNG : FRAKTURA, PERDARAHAN • MULUT : PERDARAHAN, LUKA LAMA, KEUTUHAN GIGI
  • 78. DADA DAN PERUT • KELAINAN KULIT, NYERI, FRAKTURA IGA, • HATI-HATI : HEMATOMA INTRA- MUSKULATUR, RETRO-PERITONEAL, INTRA-ABDOMINAL • PEMERIKSAAN RUTIN CARDIOVASKULER, RESPIRASI • DIGESTIVE • GENITO-URINARY • USG ATAU CT SCAN BILA PERLU
  • 79. S.S.P. • SYARAF PUSAT : SENSORIS, MOTORIK • UJI AWAL KEMAMPUAN KOGNITIF DAN STATUS MENTAL • RIWAYAT AMNESIA, PUSING, SAKIT KEPALA, MUNTAH, MUAL, DLL • CT SCAN BILA ADA INDIKASI
  • 80. GINEKOLOGIS • USAHAKAN AGAR SELALU DILAKUKAN (HARUS ADA CONSENT) • DYSURI, GANGGUAN MENSTRUASI, PERDARAHAN PER-VAG, MASALAH SEKS, NYERI DUBUR, DLL • CEDERA DI BAGIAN LUAR : PUBIS, V / V, PERINEUM, ANUS • LAKUKAN SEPERTI PADA KORBAN KEJAHATAN SEKSUAL
  • 82. CEDERA DI PUNGGUNG MEMAR AKIBAT PUKULAN BENDA PANJANG LUKA BAKAR
  • 83. DOKUMENTASI • SURAT-MENYURAT • TEMUAN : – NARATIF – FOTOGRAFIK – VIDEO • CHAIN OF CUSTODY : – BERITA ACARA – PENGEMASAN DAN PENYEGELAN
  • 84. PELAPORAN • HARUSKAH MELAPOR? • KEPADA SIAPA? • KEPENTINGAN PERADILAN : – VISUM ET REPERTUM – PROSEDUR MEDIKO-LEGAL SEPERTI BIASA – TATA CARA PELAPORAN SEPERTI BIASA • KEPENTINGAN NON PERADILAN : – DOKUMENTASI REKAM MEDIS – SURAT KETERANGAN MEDIS
  • 85. PEMERIKSAAN KORBAN KEKERASAN SEKSUAL • PEMBUKTIAN ADANYA KEKERASAN, TERMASUK “PERACUNAN” – LUKA SEDERHANA TAPI RELEVAN ? • PEMBUKTIAN PERSETUBUHAN – PENETRASI •SELAPUT DARA DAN TRAUMA VULVA / VAGINA – EJAKULASI •SPERMA DAN SEMEN • USIA KORBAN : Statutory rape ?
  • 86. Cara Perlukaan • Tak wajar – Kecelakaan • Korban terbatas • Korban massal – Percob Bunuh diri : idem – Percob Pembunuhan : idem • Wajar – Tua – Sakit • Tak dpt ditentukan PENYIDIKAN o/ PENYIDIK PENELITIAN : TEMUKAN DUGAAN TINPID PPNS PENUNTUTAN o/ JPU MEMBUAT TERANG PERKARA MENEMUKAN TERSANGKA VeR +/- KETERANGAN AHLI PERADILAN o/ MAJELIS HAKIM VONIS LEMBAGA PEMASYARAKATAN ALAT BUKTI 184 KUHAP 2 ALAT BUKTI + KEYAKINAN HAKIM (183 KUHAP) 133 KUHAP 216 KUHP 179 KUHAP Jo 224 KUHP 186 KUHAP
  • 87. Bahan Bukti Biologis Pra – VER/SKM Kasus Kejahatan dengan kekerasan Fisik/Mental/Seksual TKP Bukti Biologis : Darah, Cairan Mani, Sperma, Saliva, Rambut Pemeriksaan Laboratorium Forensik di Instalasi Penunjang Medik RS Pelaku Korban Pengungkapan Secara Ilmiah via SKM atau VeR IGD RA-JAL RA-NAP FORENSIK KLINIK SPV IDEAL SPV OPTIMAL Kantor Polisi RUMAH SAKIT OBYEK Biaya Negara 136 KUHAP – u/ RS 229 (1) KUHAP – u/Dr 187 KUHAP – srt 184 (1) KUHAP – atas sumpah
  • 88. • DATANG “setlh PASIEN/KORBAN KE DR/RS” yg kondisi (luka) korban sdh berubah • RAHASIA KEDOKTERAN  tdk relevan – PP 10 / 1966 jo ps 322 KUHP WAJIB SIMPAN RHS ps 2 ada lex specialis pengecualian bila ada SPV berbasis UU (133 KUHAP) jo 50 KUHP – UU 29/2004 PS 48 PENGECUALIAN: •KEPENTINGAN KESEHATAN PASIEN •PERMINTAAN AP PENEGAK HUKUM DALAM RANGKA PENEGAKAN HUKUM •PERMINTAAN PASIEN •KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN SPV “OPTIMAL”
  • 89. KESIMPULAN • TENAGA KESEHATAN/nurse : PENEMU & PENATALAKSANAAN K.T.P./KDRT, dlm “lingkaran dlm” korban – termasuk perkosaan (dlm RT) • TEORI GENDER berguna utk tingkatkan yan & advokasi pasien/korban KDRT • Teori medikolegal berguna utk tingkatkan kepastian & perlind hukum • Kerjasama ekstra mural penting : RS/fasyankes – LBH – RPK Polri – LPS – inst sosial (shelter) – IKF/ML – sist perad