2. Definisi
• Menurut WHO. (1989) Stroke adalah disfungsi neurologi
akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang
timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai
dengan daerah fokal pada otak yang terganggu.
• Gangguan fungsi otak, fokal atau global, timbul mendadak
berlangsung lebih dari 24 jam, kadang-kadang berakhir
dengan kematian sebelum 24 jam yang disebabkan
gangguan peredaran darah otak
Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian
otak.
3. Peredaran Darah Otak
• Berat otak 2% dari berat badan, 18% dari seluruh volume
darah beredar dalam sirkulasi darah otak.
• Otak menggunakan 20% dari oksigen yang dihirup melalui
paru dan mengkonsumsi sejumlah glukosa sebagai sumber
energi utama
• Otak memperoleh darah dari dua pembuluh darah besar yaitu
sistem karotis (sirkulasi anterior) yang terdapat di leher
bagian depan dan sistem vertebrobasilaris (sirkulasi posterior)
yang terdapat di leher bagian belakang. Dua pasang arteri
karotis dan dua pasang arteri vertebralis ini bertemu dan
menjadi Sirkulus Willisi, yaitu rangkaian arteri pada dasar otak
yang menjadi sumber utama untuk cabang-cabang arteri yang
lain.
• Sirkulus Willisi memungkinkan darah bersirkulasi dari satu
hemisfer ke hemisfer lain dan dari bagian anterior ke posterior
otak. Ini merupakan sistem yang memungkinkan sirkulasi
kolateral jika satu pembuluh mengalami penyumbatan
4.
5. Sirkulasi Anterior
Arteri karotis yang berada di leher depan
menuju ke atas dibawah tulang rahang
terpecah menjadi dua yaitu arteri karotis
eksterna yang mensuplai darah ke bagian
wajah, dan arteri karotis interna yang masuk
menuju otak.
6. Sirkulasi Posterior
Arteri vertebralis di kiri-kanan tulang belakang
bersatu menjadi arteri basilaris yang berada di
tengah-tengah otak kecil. Arteri basilaris ini terbagi
menjadi dua kembali, dan masing-masing bertemu
dengan arteri karotis interna kiri-kanan. Sirkulasi
posterior memasok darah ke batang otak,
serebelum, thalamus, dan sebagian lobus
temporalis serta oksipitalis
7. Aliran Darah Otak
• Dalam keadaan normal aliran darah otak berkisar
45-60ml/100 gr/menit. (berat otak manusia 1300 –
1400 gr)
• Beberapa faktor yang mempengaruhi aliran darah
otak :
– Tekanan darah
– Tahanan vaskuler
– Viskositas darah
– Suhu
8. Aliran Darah Otak
Lanjutan
• Kekurangan suplai oksigen dan glukosa dapat
mengakibatkan kematian jaringan otak
• Peningkatan tekanan intrakranial dalam batas
tertentu dapat menyebabkan perpindahan
jaringan otak dan herniasi
• TIK normal 5-20 mmHg, pada nilai 33 mmHg
dapat menghambat aliran darah otak, bila
sampai 45 mmHg akan terjadi penghentian
aliran darah otak.
9. • Trombosis (bekuan darah didalam
pembuluh darah atau leher).
• Embolisme serebral (bekuan darah atau
material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh yang lain).
• Iskemia (penurunan aliran darah ke otak).
• Pecahnya pembuluh darah serebral
Penyebab Umum Stroke
10. Faktor resiko stroke
• Hipertensi
• Penyakit kardiovaskuler embolisme serebral berasal
dr jantung : penyakit arteri koronaria, gagal jantung
kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, disritmia
• Kolesterol tinggi
• Obesitas
• Viskositas meningkat
• Diabetes melitus
• Merokok
• Penyalahgunaan obat cocain
• Alkohol
12. Stroke Non Haemorrhagic tipe penyumbatan,
termasuk TIA.Penyebab :
a. Trombosis serebral
1) Oklusi atau stenosis ekstra cranial
a) Atherosclerosis (pengendapan bahan
lipid dalam tunika intima arteri).
b) Spondilosis servikalis.
c) Trauma leher.
d) Angiopati diabetika.
Stroke Non Haemorrhagic
13. 2) Oklusi atau stenosis intra cranial
a) Arteriosclerosis ( perubahan degeneratif arteri
terjadi penebalan tunika media) penyebab paling
umum dari stroke.
b) Vasospasme
b. Emboli serebral
1) Asal kardiak : endokarditis, penyakit jantung
reumatik, infark miokard serta infeksi pulmonal.
2) Asal non kardiak : lemak, tumor, udara.
c. Penurunan Perfusi Sistemik
Gagal jantung dan hipotensi sistemik penurunan
aliran darah ke otak. Hal ini mengakibatkan iskemia
otak.
Stroke Non Haemorrhagic
Lanjutan
14. • Serangan stroke iskemic sering kali didahului tanda-tanda
peringatan seperti kelemahan atau kesemutan separuh
badan, gangguan bicara, atau gangguan fungsi otak
lainnya yang bersifat sementara (tidak menetap) dan
sembuh spontan dalam beberapa menit (kurang dari 24
jam). Keadaan ini disebut serangan sepintas atau
Transient Ischemic Attack (TIA).
• Biasanya serangan stroke iskemic terjadi pada saat tidak
melakukan aktivitas (tidur).
• Pada saat bangun tidur, penderita tiba-tiba merasakan
kelemahan separuh badan, bicara pelo atau gangguan
fungsi otak fokal lainnya, semakin lama dapat semakin
berat. 4-5 hari kemudian penderita mungkin bisa jatuh
pingsan dan dapat meninggal dunia karena pergeseran
otak.
Stroke Non Haemorrhagic
Lanjutan
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21. Stroke Haemorhagik
Terjadi mendadak, biasanya terjadi pada
saat penderita melakukan aktivitas.
Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
otak pada daerah tertentu.
Biasanya disertai nyeri kepala hebat, mual,
muntah, bahkan kejang sampai pingsan,
disamping gejala lumpuh badan separuh
atau gangguan fungsi otak lainnya
22.
23. Penyebab SH secara umum :
• Penyakit pembuluh darah otak (aneurisma,
AVM, hipertensi ensefalopati)
• Tumor otak
• Infeksi (meningoencephalitis)
Stroke Haemorhagik
Lanjutan
24.
25. LOKASI PEDARAHAN
Perdarahan Ekstradural
Adalah kedaruratan bedah
neuro yang memerlukan
perawatan segera.
Hal ini biasanya mengikuti
fraktur tengkorak dengan
robekan arteri tengah atau
arteri meningen lain.
Pasien harus diatasi
dalam beberapa jam
setelah cedera untuk
mempertahankan hidup.
26. Perdarahan Subdural
• Pada dasarnya sama
dengan perdarahan
epidural, hanya hematom
subdural biasanya terjadi
akibat vena yang robek.
• Periode pembentukan
hematom relatif lebih lama,
tetapi dapat menyebabkan
tekanan pada otak.
• Beberapa pasien mungkin
mengalami hemoragi
subdural kronik tanpa
menunjukkan tanda dan
gejala.
27. Perdarahan Subarakhnoid
• Dapat terjadi akibat trauma
atau hipertensi.
• Penyebab paling sering
adalah pecahnya suatu
aneurisma atau AVM yang
ruptur.
• Perdarahan subarakhnoid
dapat mengakibatkan
vasospasme pembuluh darah
otak yang mencapai
puncaknya pada hari ke 5-9
dan menghilang setelah
minggu ke 2 - 5.
28. Gejala Klinik Perdarahan
Subarachnoid
• Nyeri kepala hebat dan awitan terjadi sangat akut,
sering dikatakan seperti " blow to the head" atau
dikatakan " thunderclap headache ". Kadang nyeri
kepala ringan walaupun terjadi sangat akut
disebabkan adanya kebocoran ("warning leak")
sebelum terjadi perdarahan yang besar.
• Segera diikuti penurunan kesadaran atau kejang .
• Mual dan muntah lazim terjadi. Gejala ini bisa
berlangsung beberapa hari.
29. Perdarahan Intraserebral
• Sebagian besar terjadi akibat hipertensi dan aterosklerosis
serebral.
• Kadang didahului oleh gejala prodromal seperti nyeri
kepala atau pusing, bila hemoragi membesar maka pasien
akan mengalami defisit neurology (penurunan kesadaran)
dan perubahan pada tanda vital.
• Kebanyakan kasus mengalami serangan dalam keadaan
aktif (olah raga, bekerja) dan jarang terjadi dalam keadaan
istirahat / tidur.
• Kasus ini sering terjadi pada kelompok usia 40 – 70 tahun,
pada orang yang lebih muda hemoragi biasanya
disebabkan oleh AVM, hemangioblastoma,. Trauma,
tumor otak dan obat - obatan ( amfetamin dan berbagai
obat aditif).
30.
31. Efek Patologik Perdarahan
Intraserebral:
• Hematoma menyebabkan brain shift (pergeseran otak).
Dalam beberapa jam pertama hematoma terus meluas
akibat perdarahan terus berlangsung. Dalam 48 jam darah
dan plasma menyebabkan kerusakan sawar darah otak
(blood brain barrier), edema vasogenik diikuti edema
sitotoksik, kerusakan neuron dan nekrosis. Resolusi
hematoma terjadi dalam 4-8 minggu dan meninggalkan
rongga kistik.
• Edema vasogenik : peningkatan volume cairn ekstrasel
karena peningkatan permeabilitas kapiler akibat kerusakan
sawar darah otak.
• Edema sitogenik : peningkatan volume cairan intrasel
karena kegagalan pompa natrium dan kalium akibat akibat
hipoksia, iskemia.
32. Gejala Klinik Perdarahan
Intraserebral:
• Awitan sangat akut.
• Serangan terjadi saat melakukan aktivitas.
• Disertai keluhan nyeri kepala hebat,
mual,muntah, kejang sampai pingsan,
disamping kelumpuhan separuh badan
atau gangguan fungsi otak lainnya.
• Bila perdarahan sangat luas penderia dapat
meninggal dunia dalam waktu singkat setelah
serangan.
33. Mekanisme Stroke Oklusi
↓
Penurunan perfusi jaringan serebral
↓
gagal ← kolaterral ← hipoksia
↓ ↓
iskemia → metabolisme anaerob
↓ ↓
Aktivitas elektrolit peningkatan asam laktat
Terganggu ↓
↓ asidosis metabolik
Pompa kalium dan ↓
Natrium gagal → edema serebral
↓
perfusi otak menurun
↓
nekrosis jaringan otak
34. Manifestasi klinis Stroke
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik yang
bergantung pada lokasi lesi, ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah
kolateral. Manifestasi klinis antara lain :
1. Kehilangan Motorik gangguan kontrol motor
volunter, bila pada salah satu sisi tubuh
menunjukkan kerusakan pada neuron pada sisi
yang berlawanan.
a. Hemiplegia (kekuatan otot yang hilang sama
sekali pada separuh tubuh)
b. Hemiparesis (kekuatan otot yang berkurang
pada separuh tubuh)
35. Manifestasi klinis (Cont,)
2. Kehilangan Komunikasi stroke adalah
penyebab afasia paling umum.
a. Disartria (ggn bicara karena artikulasi tidak
sempurna) bicara yang sulit dimengerti.
b. Disfasia atau afasia (kehilangan atau
ketidakmampuan bicara).
c. Apraksia (tidak dapat menemukan kata-kata
yang tepat untuk mengekspresikan sesuatu,
mengatakan kata-kata yang salah sebelum
mengucapkan yang benar)
36. Manifestasi klinis (Cont,)
3. Gangguan Persepsi ketidakmampuan
menginterpretasikan sensasi.
a. Disfungsi persepsi visual : homonimus
hemianopsia (kehilangan setengah lapang
pandang) pasien tidak mampu melihat
makanan pada setengah nampan, tidak
menyadari orang atau obyek di tempat
kehilangan penglihatan; Kehilangan
penglihatan perifer kesulitan melihat pada
malam hari, tidak menyadari obyek atau
batas obyek.; Diplopia (penglihatan ganda).
37. Manifestasi klinis (Cont,)
b. Gangguan hubungan visual-spasial (mendapatkan
hubungan dua atau lebih obyek dalam area spasial)
pasien mungkin tidak dapat memakai pakaian
tanpa bantuan, karena ketidakmampuan untuk
mencocokkan pakaian ke bagian tubuh, menaruh
gelas sebelum diatas meja.
c. Kehilangan sensori : stroke dapat menyebabkan
kerusakan ringan atau berat dalam sensasi, antara
lain dengan kehilangan propriosepsi (kemampuan
untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh
serta kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli
visual, taktil dan auditorius.
38. Manifestasi klinis (Cont,)
4. Kerusakan Fungsi Kognitif dan Efek Psikologik
a. Bila kerusakan terjadi pada lobus frontal, maka
mempelajari kapasitas, memori atau fungsi
intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin
rusak. Hal ini ditunjukkan dengan lapang
perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman,
lupa dan kurang motivasi
b. Masalah psikologik lain yang umum terjadi
adalah labilitas emosional, bermusuhan,
frustrasi, dendam dan kurang kerja sama.
39. Manifestasi klinis (Cont,)
5. Disfungsi Kandung Kemih
Inkontinensia urinarius sementara akibat
konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan dan ketidakmampuan menggunakan
urinal.
Kandung kemih mengalami atoni dengan
kerusakan sensasi dalam respon terhadap
pengisian kandung kemih.
Kadang – kadang kontrol sfingter urinarius
hilang atau berkurang.
Inkontinensia ani dan urine yang berlanjut
menunjukkan kerusakan neurologik luas.
40. Penatalaksanaan Stroke Fase
Akut
1. Pemeliharaan jalan nafas dan ventilasi adekuat
adalah prioritas utama pada fase akut.
2. Pemeliharaan volume dan tekanan darah adekuat
3. Pasien diatur dalam posisi lateral dengan tempat
tidur bagian kepala agak ditinggikan.
4. Intubasi endotrakhea dan ventilasi mekanik perlu
dilakukan untuk pasien dengan stroke massif.
5. Pasien dipantau untuk kemungkinan adanya
komplikasi pulmonal (aspirasi, atelektasis).
6. Koreksi kelainan gangguan lain seperti payah
jantung atau aritmia.
41. Pengobatan Medis
1. Pemberian diuretic untuk menurunkan
edema serebral
2. Antikoagulan untuk mencegah terjadinya
atau memberatnya trombosis atau
embolisasi dari tempat lain pada system
kardiovaskuler.
3. Obat penghambat trombosit (aspirin).
42. Kemungkinan kecacatan yang berkaitan
dengan stroke
1. Stroke hemisfer kiri :
Belahan otak kiri mengontrol gerakan dan fungsi
sensoris sisi kanan tubuh, mengontrol kemampuan
bicara dan bahasa. Mereka yang selamat dari stroke
belahan otak kiri dapat mengalami gangguan berikut :
Kelumpuhan (hemiplegia) atau kehilangan kekuatan
(hemiparesis) sisi kanan tubuh.
Mati rasa dan kesemutan di sisi kanan tubuh
(hemianestesia)
Kesulitan berbicara dan berbahasa (disfasia/afasia),
seperti menyebutkan nama benda dan menyampaikan
pikiran, menulis, membaca atau memahami
pembicaraan.
Perilaku lambat dan sangat hati – hati.
43. 2. Stroke hemisfer kanan
Belahan kanan otak mengontrol gerakan dan fungsi sensoris sisi kiri
tubuh, mengontrol tugas-tugas analisis dan persepsi, seperti menilai
jarak, ukuran, kecepatan, atau posisi dan melihat bagaimana bagian-
bagian saling berkaitan dalam satu kesatuan. Mereka yang selamat
dari stroke di belahan kanan otak dapat terkena gangguan sebagai
berikut:
Kumpuhan (hemiplegia) atau kehilangan kekuatan (hemiparesis) di
sisi kiri tubuh
Mati rasa dan kesemutan di sisi kiri tubuh (hemianestesia)
Penurunan kemampuan spasial dan persepsi sehingga salah
menilai jarak, tidak dapat mengarahkan tangan untuk mengambil
barang, menutup kancing baju atau mengikat tali sepatu.
Kehilangan wawasan dan tidak menyadari masalah., contoh nekat
berjalan tanpa bantuan atau bersikeras mengendarai mobil/motor.
Kehilangan bidang visi sebelah kiri (hemianopia) sehingga
“melupakan” atau “mengabaikan” benda atau orang-orang di sisi
kiri.
Kehilangan memori jangka pendek.
44. Pemeriksaan Diagnostik
• Rontgen kepala dan medula spinalis
• Elektro encephalografi
• Punksi lumbal
• Angiografi
• Computerized Tomografi Scanning ( CT. Scan)
• Magnetic Resonance Imaging
45. TIA (Transient Ischemic Attack)
• Defisit neurologis fokal sesaat yang
berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.
• Secara umum mempunyai mekanisme yang
mirip dengan stroke trombo emboli.
• Penyebab klinis adalah kerusakan aliran darah
temporer pada bagian otak tertentu karena
berbagai alas an.
• Bersifat reversible, kebanyakan defisit
neurologis (mis : kehilangan fungsi motorik,
sensorik atau visual tiba - tiba) hanya
berlangsung beberapa detik atau menit.
46. TIA (Transient Ischemic Attack)
cont,
• Gejala klinis tergantung pada daerah yang
terlibat :
– Bila mengenai arteri karotis dan serebral :
adanya kebutaan atau penurunan lapang
pandang pada satu mata yang tiba - tiba,
hemiplegia, gangguan bicara dan kekacauan
mental.
– Bila mengenai arteri vertebrobasilar : pening,
diplopia, kesemutan atau kebas pada tangan
atau kaki dan disartria.
47. TIA (Transient Ischemic Attack) cont,
• Evaluasi diagnostik
– Terdengar “bruit” (bunyi abnormal yang
terdengar pada auskultasi) diatas arteri
karotis.
– Terdapat penurunan atau tidak adanya
pulsasai karotis pada leher.
• Angiografi substraksi digital untuk
memastikan obstruksi arteri karotis dan
memberikan informasi pada pola aliran
darah serebral.
48. TIA (Transient Ischemic Attack) cont,
Penatalaksanaan TIA :
1. Terapi antikoagulan
2. Obat penghambat trombosit (aspirin).
3. Pengobatan terhadap penyakit primer : hipertensi,
hiperglikemia.
4. Penghentian merokok.
5. Intervensi pembedahan :
a. Endarterektomi : pengangkatan plak aterosklerotik
atau thrombus.
b. Angioplasty : pemasangan kateter dengan balon
ke dalam arteri untuk memecahkan plak dan
mendilatasi arteri
49. Region of the
Cerebrum Damaged
by Stroke
Signs and Symptoms
Wernicke's area (central
language area)
Difficulty speaking understandably and
comprehending speech; confusion
between left and right; difficulty reading,
writing, naming objects, and calculating
Broca's area (speech) Difficulty speaking and, sometimes, writing
Parietal lobe on the left side
of the brain
Loss of coordination of the right arm and
leg
Facial and limb areas of the
motor cortex on the left
side of the brain
Paralysis of the right arm and leg and the
right side of the face
Facial and arm areas of the
sensory cortex
Absence of sensation in the right arm and
the right side of the face Optic radiation
Loss of the right half of the visual field
of both eyes
50.
51. Yang Perlu Diperhatikan pada
penderita Stroke
1. BREATH
Pasien yang mengalami penurunan kesadaran
perlu ditidurkan dalam posisi miring untuk
menjaga agar jangan sampai terjadi sumbatan
jalan nafas karena pangkal lidah yang jatuh ke
belakang atau aspirasi. Pesangan pipa
endotrakeal, penghisapan lendir
52. 2. BLOOD
a. Tekanan Darah
Tekanan darah harus dipantau setiap 2-4 jam.
Tekanan darah yang tinggi sering dijumpai
pada stroke fase akut, dan sering kali turun
dengan sendirinya dalam waktu 2 minggu.
Perlu diperhatikan beberapa hal berkaitan
dengan peningkatan tekanan darah seperti
nyeri kepala.
53. b. Gula darah
Hipoglikemia dan hiperglikemia harus diperbaiki
karena sama-sama dapat memperburuk
keadaan klinik, terutama pada penderita dengan
peningkatan tekanan intrakranial.
Hiperglikemia persisten (kadar glukosa darah
200 mg/dL atau lebih) selama 24 jam pertama
setelah serangan stroke merupakan prediktor
independen adanya pertambahan volume infark
sehingga memerlukan pengobatan insulin secara
agresif sampai kadar glukosa berkisar antara 80-
140 mg/dL.
54. 3. BRAIN
a. Penurunan kesadaran
Pemantauan GCS, TTV tiap 2-4 jam bahkan lebih
sering bila dianggap perlu. Waspadai terjadinya
aspirasi.
b. Kejang
Pada stroke iskemik kejang Semakin memperparah
kerusakan otak karena meningkatkan kebutuhan otak
terhadap oksigen. Pada stroke perdarahan kejang
akan mengakibatkan perdarahan berulang. Untuk
mencegah serangan berulang diberi suntikan
diazepam intravena menghindari kemungkinan
55. c. Peningkatan TIK
Pada Stroke haemorhagik, PTIK terjadi pada
awal serangan, sedangkan stroke iskhemic PTIK
terjadi paa 24-96 jam setelah serangan.
Penderita dengan infark yang luas perlu
ditidurkan dengan posisi 30 derajat
Rasa nyeri, cemas, distensi kandung kemih dan
konstipasi harus diatasi karena dapat
meningkatkan TIK. Penghisapan lendir juga
dapat meningkatkan TIK
56. d. Fungsi Serebri
Status mental
Lobus frontal: gangguan kognitif/Fungsi intelektual,
gangguan psikologis
Kemampuan bahasa
Hemisfer : kontralateral
Pemeriksaan saraf kranial
Sistem motorik kehilangan kontrol volunter thd
gerakan motorik hemiplegia, tonus otot meningkat,
kekuatan otot nilai 0 pada sisi yg sakit, gangguan
keseimbangan dan koordinasi
Pemeriksaan refleks: refleks dalam, ligamentum,
tendon normal; refleks fisiologis pd sisi yg sakit
menghilang, setelah bbrp hari muncul didahului
refleks patologis
57. 4. Bowel
a. Fungsi saluran cerna
Konstipasi dapat menyebabkan PTIK, enema
perlu dilakukan bila penderita tidak bisa BAB
selama lebih 3 hari.
b. Nutrisi
Penderita stroke sebaiknya dipuasakan dalam
24-48 jam setelah serangan stroke terutama
pada infark atau perdarahan yang luas. Hal ini
untuk mencegah aspirasi.
58. 5. Bone and body skin
• Gangguan kontrol motor volunter disfungsi
motor hemiplegia kontralateral (paralisis pd
salah satu sisi), hemiparesis
• Pada kulit pucat (kurang O2), turgor jelek
(kurang cairan), tanda dekubitus (akibat
imobilisasi)
59. Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah
serebral
• Endarterektomi karotis membentuk kembali arteri
karotis , yaitu dengan membuka arteri karotis di
leher.
• Revaskularisasi terutama merupakan tindakan
pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh
pasien TIA.
• Evakuasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
• Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya
pada aneurisma.
60. Komplikasi
• Berhubungan dengan immobilisasi : infeksi
pernafasan, nyeri pada daerah tertekan,
konstipasi dan thromboflebitis.
• Berhubungan dengan paralisis : nyeri pada
daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas
dan terjatuh
• Berhubungan dengan kerusakan otak : epilepsi
dansakit kepala.
• Hidrocephalus
61. Asuhan Keperawatan Pasien Stroke
1. Pengkajian
– Riwayat kesehatan : adanya riwayat penyakit yang
menjadi factor resiko, riwayat penyakit keluarga,
riwayat pengobatan.
– Pengkajian Fisik, kaji terhadap :
• Perubahan pada tingkat kesadaran atau
responsivitas terhadap stimulasi, orientasi
terhadap tempat, waktu dan orang.
• Ada atau tidaknya gerakan volunteer atau
involunter ekstremitas, tonus otot, postur tubuh
dan posisi kepala.
• Kekakuan atau flaksiditas leher.
• Pembukaan mata, ukuran pupil dan reaksi
terhadap cahaya dan posisi ocular.
62. 1. Pengkajian (Cont,)
– Warna wajah dan ekstremitas, suhu dan
kelembaban kulit.
– Kualitas dan frekuensi nadi serta pernafasan,
analisa gas darah, suhu tubuh dan tekanan
arteri.
– Kemampuan untuk bicara.
– Intake output dalam 24 jam.
• Pengkajian keperawatan harus berlanjut dengan
memfokuskan pada kerusakan fungsi aktivitas
sehari – hari pasien, karena kualitas hidup setelah
stroke sangat berkaitan dengan status fungsi
pasien.
63. • Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral b.d oklusi otak,
perdarahan, vasospasme dan edema otak
• Kerusakan mobilitas fisik yang b.d hemiparesis,
kehilangan keseimbangan dan koordinasi, spastisitas,
kerusakan otak.
• Kurang perawatan diri yang b.d hemiparesis.
• Inkontinensia yang b.d kandung kemih flaksid,
ketidakstabilan detrusor, kesulitan dalam berkomunikasi.
• Perubahan proses berfikir yang b.d kerusakan otak,
konfusi, ketidakmampuan mengikuti instruksi.
• Kerusakan komunikasi verbal yang b.d kerusakan otak.
• Resiko kerusakan integritas kulit yang b.d hemiparesis,
penurunan mobilitas.
• Perubahan proses keluarga / peran yang b.d status
kesehatan.
2. Diagnosa keperawatan
64. INTERVENSI KEPERAWATAN
Meningkatkan perfusi jaringan cerebral
• Posisi kepala ditinggikan sedikit dengan posisi netral
(hanya tempat tidurnya saja yang ditinggikan)
• Pertahankan istirahat di tempat tidur, beri lingkungan
yang tenang.
• Cegah mengedan yang terlalu kuat, bantu dengan
latihan nafas. Valvasa manuver akan meningkatkan
TIK dan berisiko terjadinya perdarahan kembali.
• Berikan oksigen bila ada indikasi Menurunkan
hipoksemia, yang dapat menyebabkan vasodilatasi
cerebral dan peningkatan tekanan formasi edema.
65. Intervensi keperawatan (Cont,)
Memperbaiki mobilitas dan mencegah
deformitas
– Pemberian posisi yang benar untuk
mencegah kontraktur.
– Memasang papan kaki untuk mencegah
footdrop.
– Memberikan latihan pasif pada ektremitas
yang sakit 4 – 5 kali sehari.
– Menyiapkan ambulasi
66. Mencapai kemampuan perawatan diri.
• Mengikutsertakan sisi yang sakit dalam melakukan
aktivitas sehari – hari, seperti menyisir rambut,
makan, dll.
• Ajari berbagai keterampilan motorik dengan
pengulangan.
• Yakinkan bahwa sisi yang sakit harus tetap dilatih.
• Sediakan barang – barang yang mudah digunakan,
mis : tissue dalam kotak lebih mudah digunakan
dari pada tissue gulung, pakaian yang longgar
engan kancing di depan, dll.
Intervensi keperawatan (Cont,)
67. Mendapatkan kontrol kandung kemih.
• Kaji pola berkemih.
• Buat jadwal untuk berkemih.
Memperbaiki proses berfikir. dalam hal ini peran
perawat lebih banyak bersifat suportif :
• Kaji hasil pemeriksaan neuropsikologik.
• Observasi pasien kemudian berikan umpan balik positif.
• Menyampaikan sikap percaya dan berpengharapan.
• Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam
membentuk program latihan.
Intervensi keperawatan (Cont,)
68. Mencapai komunikasi intervensi keperawatan
mencakup melakukan segala sesuatu untuk
menciptakan lingkungan yang kondusif dalam
berkomunikasi
– Memperlakukan pasien sebagai orang dewasa.
– Berbicara lambat dan mempertahankan bahasa
dengan instruksi yang konsisten.
– Satu instruksi diberikan pada satu kesatuan waktu.
– Sediakan waktu untuk proses menjawab.
– Penggunaan sikap tubuh dapat meningkatkan
pemahaman.
Intervensi keperawatan (Cont,)
69. Mempertahankan integritas kulit.
• Kaji kondisis kulit terutama pada area penonjolan.
• Atur jadwal mengubah posisi dan membalik tubuh.
• Gunakan tempat tidur khusus (yang menggunakan
dekubitor).
• Jaga kulit pasien agar tetap bersih dan kering.
• Lakukan massase pada area kulit yang sehat.
• Pertahankan nutrisi yang adekuat.
Intervensi keperawatan (Cont,)
70. Meningkatkan koping keluarga melalui penyuluhan
kesehatan
• Keluarga diberikan informasi tentang kondisi yang
mungkin timbul pada pasien stroke ( hemiplegia,
labilitas emosi : pasien dapat tertawa dan
menangis dengan mudah, menjadi peka rangsang
dan banyak permintaan, depresi dan bingung).
• Yakinkan bahwa rasa cinta dan kehangatan
keluarga adalah bagian dari terapi
• Keluarga diberikan informasi bahwa rehabilitasi
pada pasien hemiplegia membutuhkan waktu yang
lama.
Intervensi keperawatan (Cont,)
71. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah.
• Keluarga diberi penjelasan bahwa pasien akan mudah
mengalami kelelahan, menjadi peka dan mudah kecewa
dengan kejadian kecil, menunjukkan kurang minat terhadap
sesuatu dan kemunduran intelektual.
• Berkolaborasi dengan ahli wicara dalam melatih kemampuan
berkomunikasi.
• Memberikan terapi anti depresan sesuai dengan program bila
pasien mengalami depresi berat.
• Memodifikasi rumah terutama dalam tata ruang untuk
membantu pasien menjadi lebih mandiri.
• Mengikut sertakan dalam kelompok komunitas stroke.
• Latihan melakukan fisioterapi.
• Memantau dan menatalaksanakan potensial komplikasi :
memonitor tanda vital dan status oksigenisasi, menyiapkan
alat – alat emergensi (oksigen, penghisap lendir) dirumah.
Intervensi keperawatan (Cont,)
72. ANEURISMA SEREBRI
Pengertian
• Aneurisma merupakan suatu keadaan
dimana terjadi pelebaran arteri pada
suatu tempat sehingga dindingnya
menjadi tipis dan mudah pecah.
• Aneurisma Serebri adalah pelebaran
atau menggelembungnya dinding
pembuluh darah di otak.
73. Penyabab Aneurisma :
Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti
penyebab pasti dari aneurisma, tetapi kemungkinan
karena :
– Aterosklerosis yang mengakibatkan kerusakan
dinding pembuluh darah.
– Congenital (kelemahan dinding pembuluh darah).
– Penyakit vaskuler hipertensi.
– Trauma kepala dan pertambahan usia
– Infeksi
74. Patofisiologi :
Aneurisma pecah
Perdarahan (subarakhnoid)SH
Metabolisme otak rusak, PTIK .
Otak mengalami cedera atau iskemia akibat
penurunan perfusi, adanya tekanan dan spasme
vaskuler
75. Gejala :
• Gangguan neurologis biasanya timbul
sesuai dengan lokasi aneurismanya mis :
hilangnya penglihatan, diplopia, ptosis
terjadi pada saat aneurisma berdekatan
dengan saraf okulomotorius.
• Bila aneurisma pecah pasien akan
mengalami defisit neurology, diikuti
dengan koma bahkan kematian.
76. Tipe Aneurisma :
• Tipe fusiform pembuluh darah
mengalami kelemahan dinding yang
melingkari pembuluh darah setempat
sehingga menyerupai badan botol
• Tipe sakuler atau aneurisma kantong (90–
95%). Pada aneurisma ini, kelemahan hanya
pada satu permukaan pembuluh darah
sehingga dapat berbentuk seperti kantong
dan mempunyai tangkai atau leher.
77.
78. Komplikasi :
Aneurisma yang pecah dapat mengakibatkan :
• Perdarahan subarachnoid, intra serebral, subdural
• Infark serebri
• hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi
hidrosephalus normotensif
• Aneurisma a. carotis interna dapat menjadi fistula
caroticocavernosum.
• Masuk ke sinus sphenoid bisa timbul epistaksis.
Bahaya dari Aneurisma adalah pecahnya Aneurisma
tersebut sehingga menyebabkan terjadinya stroke
atau kematian.
79. Pemeriksaan Diagnostik :
• Brain CT menunjukkan lokasi
perdarahan/ aneurisma.
• Lumbak Pungtie menunjukkan adanya
darah dam LCS.
• Angiografi serebral menunjukkan
lokasi dan ukuran aneurisma serta
memberi informasi tentang arteri yang
terkena.
80. Penanganan Aneurisma :
• Secara umum : bed rest dalam lingkungan yang gelap dan
tenang, mencegah konstipasi, mengejan atau batuk yang
kuat.
• Intervensi bedah : mereparasi aneurisma yang ruptur.
• Pemberian isoptin dan nifedipin untuk penatalaksanaan
vasospasme serebral.
• Bila pasien memperlihatkan adanya kemunduran akibat
peningkatan TIK dilakukan pengeluaran cairan intrakranial
melalui lumbal pungtie dan pemberian manitol.
• Bila pasien mendapatkan terapi manitol harus dipantau
status hidrasi.
• Jika tekanan darah tinggi diberikan antihipertensif.
• Diberikan agens – agens antikonvulsi sebagai profilaksis.
• Obat pelunak feses digunakan untuk menghindari
konstipasi.
• Analgetik mungkin diberikan untuk mengatasi nyeri kepala
dan leher.
81.
82. AVM / Malformasi Arterio – Venosus
• Merupakan suatu kelainan bawaan dimana terjadi
hubungan langsung antara arteri dan vena tanpa
melalui pembuluh darah perifer.
• Gejala :
– Menimbulkan gejala – gejala perdarahan
subarakhnoid dan gangguan serebellum, batang
otak, saraf otak, PTIK serta kejang.
– Gejala lain : gangguan motorik dan sensorik,
sakit kepala/ migrain, hemiparese, gangguan
mental.
• Penanganan : operasi merupakan satu – satunya
tindakan.