SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
1
MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS
Tentang
ASKEP LANSIA DENGAN GANGGUAN NEUROLOGIS
“STROKE”
OLEH :
KELOMPOK III :
Septi Selpia
Rani Mardiah Sari
Rolla Pramudya Ananta
Ratna Julita
Richa Febriani
Rani Istiqomah
Rika Anggraini
Ronal Saputra
Rozi Ali Mawardi
Sherly Yolanda
Refika Flowerina Arya
PEMBIMBING
NS.Sovia Susianty S.Kep, M.Kep
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES PIALA SAKTI
PARIAMAN
2014
2
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan
dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada
yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia
(WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua
yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Dari 19
juta jiwa penduduk Indonesia 8,5% mengalami stroke yaitu lansia.
Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang
terjadi secara tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan
otak. Insiden stroke meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia
dan 1,25 kali lebih besar pada pria dibanding wanita.
Kecenderungan pola penyakit neurologi terutama gangguan susunan
saraf pusat tampaknya mengalami peningkatan penyakit akibat gangguan
pembuluh darah otak, akibat kecelakaan serta karena proses degenerative
system saraf tampaknya sedang merambah naik di Indonesia. Walaupun belum
didapat data secara konkrit mengenai hal ini.
Faktor penyebab munculnya masalah ini adalah adanya perkembangan
ekonomi dan perubahan gaya hidup terutama msayarakat perkotaan.
Kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup terlihat semakin
mudah sehingga meningkatkan hasrat mereka untuk terus berjuang mencapai
tujuan dengan penuh persaingan dalam perjuangan tersebut, benturan-benturan
fisik maupun psikologis tidak pernah dipikirkan efek bagi kesehatan jangka
panjang. Usia harapan hidup di Indonesia kian meningkat sehingga semakin
banyak terdapat lansia. Dengan bertambahnya usia maka permasalahan
kesehatan yang terjadi akan semakin kompleks. Salah satu penyakit yang
3
sering dialami oleh lansia adalah stroke. Usia merupakan factor resiko yang
paling penting bagi semua jenis stroke.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan membuat Asuhan Keperawatan Lansia
dengan Stroke dan mengetahui konsep dasar medis stroke.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada klien lansia dengan stroke
b. Mahasiswa dapat menegakkan diagnosa keperawatan yang muncul pada
klien lansia dengan stroke
c. Mahasiswa mengetahui intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa
keperawatan yang didapat pada klien lansia dengan stroke
d. Mahasiswa dapat melakukan implementasi keperawatan pada klien lansia
dengan stroke
e. Mahasiawa mengetahui evaluasi pada pasien lansia dengan stroke
4
BAB II
PEMBAHASAN
I. Konsep Teori
A. Pengertian
Stroke atau Cerebro Vasculer Accident (CVA) adalah kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (
Brunner dan Suddarth, 2002 : hal. 2131 ).
Stroke adalah deficit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan
aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai
dengan daerah fokal otak yang terkena (WHO, 1989).
Stroke atau cedera serebrovaskuler attack ( CVA) adalah kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak
(Brunner and Suddarth, 2001). Stroke adalah sindrom klinis yang awal
timbulnya mendadak yang berlangsung 24 jam atau lebih atau menimbulkan
kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
non traumatik (Mansjoer, 2000)
B. Etiologi
1. Trombosis (penyakit trombo – oklusif)
Arteriosclerosis selebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah
penyebab utama trombosis selebral, yang merupakan penyebab umum dari
stroke. Tanda-tanda trombosis selebral bervariasi. Sakit kepala adalah
awitan yang tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan
kognitif atau kejang dan beberapa awitan umum lainnya.
2. Embolisme serebral
Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke
otak dari bagian tubuh yang lain). Abnormalitas patologik pada jantung
kiri, seperti endocarditis infektif, penyakit jantung reumatik, dan infark
miokard, serta infeksi pulmonal, adalah tempat-tempat asal emboli.
5
3. Iskemia serebral
Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena
konstriksi
atheroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.
4. Perdarahan serebral.
Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteri
serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan /atau subaraknoid,
sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan tergeser dan tertekan.
sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteria di sekitar perdarahan.
Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisper otak dan sirkulus wilisi.
Bekuan darah yang semula lunak menyerupai selai merah akhirnya akan
larut dan mengecil.
Perdarahan serebral dapat terjadi di luar duramater terdiri dari :
1. Hemoragi ekstradural (epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang
memerlukan perawatan segera. Ini biasanya mengikuti fraktur
tengkorak dengan robekan arteri dengan arteri meningea lain.
2. Hemoragi subdural (termasuk hemoragi subdural akut) pada dasarnya
sama dengan hemoragi epidural, kecuali bahwa hematoma subdural
biasanya jembatan vena robek. Karenanya, periode pembentukan
hematoma lebih lama ( intervensi jelas lebih lama) dan menyebabkan
tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin mengalami hemoragi
subdural kronik tanpa menunjukkan tanda dan gejala.
3. Hemoragi subarachnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau
hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma
pada area sirkulus wilisi dan malformasi arteri-vena kongenital pada
otak. Arteri di dalam otak dapat menjadi tempat aneurisma.
4. Hemoragi intraserebral paling umum pada pasien dengan hipertensi
dan aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif penyakit ini
biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah. Hemoragi intraserebral
biasanya disebabkan oleh malformasi arteri-vena, hemangioblastoma
dan trauma.
6
 Faktor Resiko
Ada beberapa factor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;
1. Hipertensi,
dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini
dapat menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya
thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah cerebral.
2. Aneurisma pembuluh darah cerebral
Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada
satu tempat yang diikuti oleh penipisan di tempat lain. Pada daerah
penipisan dengan maneuver tertentu dapat menimbulkan perdarahan.
3. Kelainan jantung / penyakit jantung
Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi
dan endokarditis. Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak
output dan menurunkan aliran darah ke otak. Ddisamping itu dapat
terjadi proses embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan
pembuluh darah.
4. Diabetes mellitus (DM)
Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan,
yeitu terjadinya peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat
aliran darah khususnya serebral dan adanya kelainan microvaskuler
sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang terjadi pada
pembuluh darah serebral.
5. Usia lanjut
Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah,
termasuk pembuluh darah otak.
6. Polocitemia
Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah
menjadi lambat sehingga perfusi otak menurun.
7. Peningkatan kolesterol (lipid total)
Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis
dan terbentuknya embolus dari lemak.
7
8. Obesitas
Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar
kolesterol sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh
darah, salah satunya pembuluh drah otak.
9. Perokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh
nikotin sehingga terjadi aterosklerosis.
10. kurang aktivitas fisik
Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik
termasuk kelenturan pembuluh darah (embuluh darah menjadi kaku),
salah satunya pembuluh darah otak.
C. Klasifikasi Stroke
Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat
diklasifikasikan menjadi :
1. Stroke Hemoragik
Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan
subarachnoid yang disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya
terjadi pada saat melakukan aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat
istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang paling banyak
adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
Dua jenis stroke hemoragik :
 Perdarahan intraserebral.
Perdarahan intraserebral adalah perdarahan di dalam otak yang
disebabkan oleh trauma (cedera otak) atau kelainan pembuluh darah
(aneurisma atau angioma) dan juga paling sering disebabkan
oleh tekanan darah tinggi kronis.
 Perdarahan subarachnoid.
Perdarahan subarachnoid adalah perdarahan dalam ruang
subarachnoid, ruang di antara lapisan dalam (Pia mater) dan lapisan
tengah (arachnoid mater) dari jaringan selaput otak (meninges).
8
Penyebab paling umum adalah pecahnya tonjolan (aneurisma) dalam
arteri.
2. Stroke Non Hemoragik
Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh
darah otak, umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau bangun
tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi
proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak. Stroke non
hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan
penyakitnya, yaitu :
 TIA (Trans Ischemic Attack)
Gangguan neurologist yang timbul mendadak dan hilang dalam
beberapa menit (durasi rata-rata 10 menit) atau beberapa jam saja, dan
gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
 Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict)
Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna
dalam waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu.
 Stroke in Volution atau Progresif
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan
yang muncul semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya
berjalan dalam beberapa jam atau beberapa hari.
 Stroke Complete
Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau
permanent, maksimal sejak awal serangan dan sedikit memperlihatkan
parbaikan dapat didahului dengan TIA yang berulang…
D. Patofisiologi
1. Stroke Non Hemoragik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh
thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya
aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi
tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang,
menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya
terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang
9
berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada
arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan
terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh
pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.
2. Stroke Hemoragik.
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke
substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan
komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan
komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan
menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan
herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang
mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan
edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut
menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi
nekrosis jaringan otak.
E. Manifestasi Klinis
1. Hemiplegia
akibat kerusakan pada area motorik pada bagian konteks atau pada
traktus piramidal. Perdarahan atau bekuan darah pada otak kanan akan
meyebabkan tubuh pada sisi kiri akan mengalami hemiplegia. Hal ini
disebabkan oleh karena serabut saraf bersilang pada traktus piramidal dari
otak menuju ke sumsum tulang belakang, demikian juga pada area kortikal
yang lain yang dapat menyebabkan menianesthesia, apraxia, agnosia,
aphasia.Otot-otot thoraks dan abdomen biasanya tidak mengalami paralisis
sebab dihubungkan kedua hemisper otak. Apabila otot voluntary
mengalami gangguan maka tidak terjadi keseimbangan antara otot rangka
fleksi dan ekstensi sehingga menyebabkan terjadinya deformitas yang
serius.
2. Aphasia
kerusakan dalam mempergunakan atau menginterpretasikan simbol-
simbol dasn bahasa. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan pada
10
korteks serebral. Gangguan pada semua aspek berbahasa seperti bercakap,
membaca, menulis dan memahami bahasa yangdiucapkan.
3. Apraxia
Kondisi dimana klien dapat bergerak pada bagian tubuh yang
mengalami gangguan tetapi tidak berfungsi dengan baik, misalnya
berjalan, berbicara, berpakaian, dimana bagian yang mengalami paralisis
tidak dapat dikoordinasikan.
 Visual Change : Adanya lesi pada lobus parietal dan temporal sebagai
akibat perdarahan intraserebral karena terjadinya ruptur dari
arterisclerosis atau hipertsnsi pembuluh darah.
 Agnosia : Gangguan menginterpretasikan objek, misalnya penglihatan,
taktil, atau informasi sensorik lainnya.
 Dysarthria : Artikulasi yang tidak sempurna yang menyebabkan
kesulitan berbicara.
4. Kinesthesia
gangguan sensasi yang terjadi pada satu sisi tubuh, be
rupa :
a. Hemianesthesia : Kehilangan asensasi.
b. Paresthesia: Kehilangan sensasi pada otot sendi.
c. Inkontinen : Inkontinen urin dan defekasi dapat terjadi, sebagai akibat :
 kurangnya perhatian, kehilangan memori
 aktor emosi dan tidak mampu berkomunikasi.
5. Nyeri pada bahu
Terjadi sebagai akibat hambatan mobilitas serta overstreching otot
bahu, serta gerakan yang tidak tepat serta kehilangan ROM (range of
motion).
6. Horner’s Syndrome
paralisis saraf simpatis pada bagian mata menyebabkan
tenggelamnya bola mata sebagai akibat ptosis kelopak mata atas dan
peningkatan kelopak mata bawah, konstriksi pupil, dan berkurangnya air
mata.
11
F. Pemeriksaan Diagnostic
Pemeriksaan penunjang diagnostik yang dapat dilakukan adalah :
1. Laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit,
kolesterol, dan bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb.
2. Sinar X tengkorak untuk menggambarkan perubahan kelenjar
korpengpineal daerah yang berlawanan dari masa yang luas.
3. Ultrasonografi doppler untuk mengidentifikasi penyakit arteriovena
(masalah sistem arteri karotis aliran darah dan atau muncul plak) atau
arteriosklerotik.
4. EEG (Electroencephalography) untuk mengidentifikasi masalah
didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan darah
lesi yang spesifik.
5. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau
infark.
6. MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk mengetahui adanya edema,
infark, hematom dan bergesernya struktur otak
7. Angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas
mengenai pembuluh darah yang terganggu secara spesifik.
G. Pencegahan
Pencegahan utama untuk menghindari risiko adalah pendidikan
kesehatan masyarakat. Mempertahankan berat badan dan kolesterol dalam
batas normal, dan menghindari merokok atau tidak menggunakan oral
kontrasepsi. Pengobatan/mengontrol diabetes, hipertensi dan penyakit
jantung. Memberikan informasi kepada klien sehubungan dengan penyakit
yang diderita dengan stroke. Apabila sudah terserang stroke, dalam situasi ini
tujuan adalah mencegah terjadinya komplikasi sehubungan dengan stroke dan
infark yang lebih luas pada masa yang akan datang. Pencegahan lebih lanjut
yaitu memonitoring faktor risiko yang dapat diidentifikasi.
H. Komplikasi
Menurut Smeltzer (2001), komplikasi yang terjadi pada pasien stroke
yaitu :
12
a. Hipoksia serebral
Diminimalkan dengan memberikan oksigenasi darah adekuat ke
otak. Fungsi otak tergantung pada ketersediaan O2 yang dikirimkan ke
jaringan. Pemberian O2 suplemen dan mempertahankan hemoglobin dan
hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam
mempertahankan hemoglobin dan hematrokit pada tingkat dapat diterima
akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan adekuat.
b. Aliran darah serebral
Bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan intregitas
pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat ( cairan intravena) harus
menjamin penurunan vikosis darah dan memperbaiki aliran darah serebral
dan potensi meluasnya area cedera.
c. Embolisme serebral
Dapat terjadi setelah infark miokard / fibrilasi atrium / dapat berasal
dari katup jantung protestik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke
otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat
mengakibtakan curah jantung tidak konsisten dan penghentian trombul
lokal. Selain itu disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus
diperbaiki.
I. Penatalaksanaan
 Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah :
a. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan
boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.
b. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu
diberikan ogsigen sesuai kebutuhan
c. Tanda-tanda vital diusahakan stabil dan Bed rest
d. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
e. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
f. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi
g. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari
penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik
13
h. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat
meningkatkan TIK
i. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran
menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT.
 Perawatan umum stroke
Mengenai penatalaksanaan umum stroke, konsensus nasional pengelolaan
stroke di Indonesia, mengemukakan hal-hal berikut:
 Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat, bila perlu
berikan oksigen 0-2 L/menit sampai ada hasil gas darah.
 Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya dengan
kateterisasi intermiten.
 Penatalaksanaan tekanan darah dilakukan secara khusus.
 Hiperglikemia atau hipoglikemia harus dikoreksi.
 Suhu tubuh harus dipertahankan normal.
 Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi
menelan baik, bila terdapat gangguan menelan atau penderita
dengan kesadaran menurun, dianjurkan melalui pipa nasogastrik.
 Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan. Pemberian
cairan intravena berupa cairan kristaloid atau koloid, hindari yang
mengandung glukosa murni atau hipotonik.
 Bila ada dugaan trombosis vena dalam, diberikan heparin dosis
rendah subkutan, bila tidak ada kontra indikasi.
 Terapi farmakologi yang dapat diberikan pada pasien stroke :
 Antikoagulasi (stroke non haemoragic)diberikan dalam 24 jam
sejak serangan gejala-gejala diberikan secara intravena.
 Obat antipletelet, mengurangi pelekatan platelet, kontraindikasi
pada stroke haemorhagic.
 Bloker kalsium mengobati vasospasme serebral, obat ini
merilekskan otot polos pembuluh darah.
 Trental dapat meningkatkan aliran darah kapiler mikrosirkulasi,
sehingga meningkatkan perfusi dan oksigenasi ke jaringan otak
yang mengalami iskemik.
14
 Terapi Khusus
Ditujukan untuk stroke pada therapeutic window dengan obat anti agregasi
dan neuroprotektan. Obat anti agregasi: golongan pentoxifilin, tielopidin,
low heparin, tPA.
 Pentoxifilin
Mempunyai 3 cara kerja :
 Sebagai anti agregasi → menghancurkan thrombus
 Meningkatkan deformalitas eritrosit
 Memperbaiki sirkulasi intraselebral
 Neuroprotektan
 Piracetam: menstabilkan membrane sel neuron, ex: neotropi
Cara kerja dengan menaikkan cAMP ATP dan meningkatkan
sintesis glikogen
 Nimodipin: gol. Ca blocker yang merintangi masuknya Ca2+ ke
dalam sel, ex.nimotup. Cara kerja dengan merintangi masuknya
Ca2+ ke dalam sel dan memperbaiki perfusi jaringan otak
 Citicholin: mencegah kerusakan sel otak, ex. Nicholin
Cara kerja dengan menurunkan free faty acid, menurunkan
generasi radikal bebas dan biosintesa lesitin.
 Ekstrax gingkobiloba, ex ginkan.
 Perawatan Pasca Stroke
 Rehabilitasi Stroke
 Kognisi dan komunikasi
 Dukungan psikologis
15
16
II. ASKEP TEORITIS
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1 Anamnesa
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa (ras kulit
hitam), tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosa medis.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk memimta pertolongan
kesehatan adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan.
c. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau
gangguan fungsi otak yang lain. bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan adanya penurunan atau perubahan pada tingkat
kesadaran disebabkan perubahan di dalam intracranial.
d. Riwayat penyakit dahulu
Kemungkinan adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke
sebelumnya, diabetes mellitus, penyakit jangtung, anemia, riwayat
trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti
koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,
penyakit jantung, diabetes mellitus, atau adanya riwayat stroke dari
generasi terdahulu.
f. Riwayat psikososiospiritual
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Dalam pola
penanganan stress, klien biasanya mengalami kesulitan untuk
memecahkan masalah Karena gangguan proses berpikir dan kesulitan
berkomunikasi. Dalam pola tata nilai dan kepercayaan, klien biasanya
jarang melakukan ibadah spiritual karena tingkah laku yang tidak
stabil dan kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
2 Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Umumnya mengalami penurunan kesadaran, kadang mengalami
gangguan bicara yaitu sulit dimengerti, kadang tidak bisa bicara dan
pada tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, dan denyut nadi
bervariasi
 B1 (Breating)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi
sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan
peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas
17
tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi
secret dan kemampuan batuk yang sering didapatkan pada klien
stroke dengan penurunan tingkat kesadaran koma.
Pada klien dengan tingkat kesadaran compos mentis,
pengkajian inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi
toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan
 B2 (Blood)
Pengkajian pada system kardiovaskuler didapatkan renjatan
(syok hipovolemik) yang sering terjadi stroke. Tekanan darah
biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif
(tekanan darah >200 mmHg)
 B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai deficit neurologis, bergantung
pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukurang
area yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral
(sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat
membaik sepenuhnya
 B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine
sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan
kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung
kemih karena kerusakan control motorik dan postural. Kadang
control sfingter urine eksternal hilang atau berkurang.
 B5 (Bowel)
Didapatkan adanya kesulitan menelan, nafsu makan
menurun, mual muntah pada fase akut. Mual disebabkan
peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan
masalah pemenuhan nutrisi.
 B6 (Bone)
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan
kehilangan control volunteer terhadap gerakan motoric. Karena
neuron motor atas melintas gangguan control motor volunteer
pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada
neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak.
b. Pengkajian tingkat kesadaran :
pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien stroke biasanya
berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Jika klien
sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting untuk
menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan
pemberian asuhan
c. Pengkajian fungsi serebral.
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual,
kemampuan bahasa, lobus frontal, dan hemisfer.
a) Status mental
18
Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara,
eksopresi wajah, dan aktivitas motoric klien. Biasanya status
mental klien mengalami perubahan.
b) Fungsi intelektual
Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik
jangka pendek maupun jangka panjang.
c) Kemampuan bahasa
Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesi yang
mempengaruhi fungsi dari serebral. Lesi pada daerah hemisfer
yang dominan pada bagian posterior dari guris temporalis
superior ( area wernick) didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien
tidak dapat memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis .
sedangkan lesi pada bagian posterior dari guris frontalis
inferior (area broca) didapatkan disfagia ekspresif, yaitu klien
dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat dan
bicaranya tidak lancer. Disartria (kesulitan berbicara),
ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan
oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan
bicara.
d) Lobus frontal.
Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis didapatkan
jika kerusakan telah terjadi pada lobus frontal kapasitas, memori,
atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak.
e) Hemisfer
Stroke hemisfer kanan didapatkan hemiparese sebelah kiri
tubuh, penilaian buruk dan mempunyai kerentanan terhadap sisi
kolateral sehingga kemungkinan terjatuh ke sisi yang berlawanan
tersebut. Pada stroke hemisfer kiri, mengalami hemiparese kanan,
perilaku lambat dan sangat hati-hati, kelainan bidang pandang
sebelah kanan, disfagia global, afasia, dan mudah frustasi.
d. Pengkajian saraf kranial
a) Saraf I : Biasanya tidak ada kelainan pada fungsi penciuman
b) Saraf II : disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori
primer diantara mata dan korteks visual.
c) Saraf III, IV, dan VI : Jika akibat stroke mengakibatkan
paralisis, pada satu sisi otot-otot okularis didapatkan penurunan
kemampuan gerakan konjugat unilateral di sisi yang sakit.
d) Saraf V : Stroke menyebabkan paralisis saraf trigeminus,
penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah,
penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral, serta kelumpuhan
satu sisi otot pterigoideus internus dan eksternus.
e) Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
asimetris, dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat
f) Saraf VIII : tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi.
g) Saraf IX dan X : kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan
membuka mulut.
19
h) Saraf XI : tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
i) Saraf XII : lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan
fasikulasi, serta indra pengecapan normal.
e. Pengkajian system motoric
 Inspeksi umum. Didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu
sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau
kelemahan salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain
 Fasikulasi. Didapatkan pada otot-otot ekstremitas.
 Tonus otos. Didapatkan meningkat.
 Kekuatan otot. Pada penilaian denagn menggunakan tingkat
kekuatan otot pada sisi sakit didapatkan tingkat 0.
 Keseimbangan dan koordinasi. Didapatkan mengalami gangguan
karena hemiparese dan hemipleglia.
f. Pengkajian reflek.
 Pemeriksaan reflek profunda. Pengetukan pada tendon,
ligamentum atau periosteum derajat pada respons normal
 Pemeriksaan reflek patologis. Pada fase akut refleks fisiologis sisi
yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks
fisiologis akan muncul kembali didahului dengan refleks
patologis.
 Gerakan involunter. Tidak ditemukan adanya tremor, tic, dan
distinia. Pada keadaan tertentu, klien biasanya mengalami kejang
umum, terutama pada anak dengan sroke disertai peningkatan
suhu tubuh yang tinggi. Kejang berhubungan sekunder akibat area
fokal kortikal yang peka.
g. Pengkajian system sensorik.
Dapat terjadi hemihipestesi. Pada persepsi terdapat
ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Disfungsi
persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer di antara mata
dan korteks visual.
3 Pemeriksaan fisik head to toe
a. Kepala
- Inspeksi : bentuk kepala bulat,warna rambut hitam,pertumbuhan rambut merata
- Palpasi :tidak ada benjolan,atau masa
- Perkusi : -
- Auskultasi : -
b. Mata
- Inspeksi :warna konjungtiva merah mudah,sklera putih,pupil isokor
- Palpasi : -
- Perkusi : -
- Auskultasi : -
c. Hidung
- Inspeksi : Nafas cepat, sesak nafas
- Palpasi :nyeri tekan sinisitis (-)
- Perkusi : -
20
- Auskultasi : -
d. Telinga
- Inspeksi :daun telinga simetris,tidak ada serumen.
- Palpasi : -
- Perkusi : -
- Auskultasi : -
e. Mulut
- Inspeksi : lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, serta indra
pengecapan normal, kesulitan menelan dan kesulitan membuka mulut.
- Palpasi : -
- Perkusi : -
- Auskultasi : -
f. Wajah
- Inspeksi : wajah asimetris, dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada daerah sinus
- Perkusi : -
- Auskultasi : -
g. leher
- Inspeksi :keadaan leher
- Palpasi : tidak ada pembesaran kel.lymfe, kel.tyroid, dan vena jugularis
- Perkusi : -
- Auskultasi : -
h. Dada
- Inspeksi : klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan
otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan
- Palpasi : taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
- Perkusi :
- Auskultasi : ada suara nafas tambahan
i. Perut/abdomen
- Inspeksi :warna kulit sama seperti sekitarnya,tidak ada benjolan
- Palpasi :tidak ada pembesaran hepar
- Perkusi :terdengar suara timpani
- Auskultasi :peristaltik menurun
j. Genetalia
- Inspeksi :bersih
- Palpasi : -
- Perkusi : -
- Auskultasi : -
k. Intergumen
- Inspeksi : tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan
jelek, decubitus
- Palpasi : turgor kulit kembali dalam >2 detik
- Perkusi : -
- Auskultasi : -
l. Ektermitas
- Inspeksi : bentuk normal jari lengkap, hemiplegia, Hemiparesis, Fasikulasi.
- Palpasi : turgor kilit jelek,
21
- Perkusi : bisep (-),trisep (-)
- Auskultasi : -
4. Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi kesehatan
Pada pasien dengan stroke biasanya menderita obesitas,dan hipertensi
b. Pola nutrisi metabolic
Pada pasien dengan penyakit stroke non hemoragik biasanya terjadi penurunan
nafsu makan, mual dan muntah selama fase akut (peningkatan tekanan
intracranial), kehilangan sensori (rasa kecap) pada lidah, pipi dan tenggorokan,
peningkatan lemak dalam darah.
c. Pola eliminasi
Pada pasien dengan penyakit stroke biasanya terjadi perubahan pola berkemih
seperti inkontinensia urine, distensi abdomen (distensi kandung kemih
berlebihan), dan bising usus negative.
d. Pola aktivitas latihan
Pada pasien dengan penyakit stroke biasanya merasa kesulitan untuk
melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis
(hemilegia), merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat (nyeri / kejang otot)
serta kaku pada tengkuk.
e. Pola istirahat tidur
Selama fase akut (peningkatan tekanan intracranial), pasien dengan penyakit
stroke mengalami ketergangguan / kenyamanan tidur dan istirahat karena nyeri
dan sakit kepala.
f. Pola kognitif persepsi
Pasien dengan penyakit stroke terjadi gangguan pada fungsi kognitif,
penglihatan, sensasi rasa, dan gangguan keseimbangan
g. Pola persepsi diri dan konsep diri
Pada pasien dengan penyakit stroke akan terjadi pada peningkatan rasa
kekhawatiran klien tentang penyakit yng dideritanya serta pada pasien juga akan
mengalami harga diri rendah.
h. Pola peran hubungan
Pada pasien dengan penyakit stroke peran hubungannya akan terganggu
karena pasien mengalami masalah bicara dan ketidakmampuan untuk
berkomunikasi secara efektif.
i. Pola reproduksi dan seksualitas
Pada pasien dengan penyakit stroke akan terjadi masalah pada pola
reproduksi dan seksualitasnya karena kelemahan fisik dan gangguan fungsi
kognitif.
j. Pola koping dan toleransi stress
Dengan adanya proses penyembuhan penyakit yang lama, akan
menyebabkan meningkatnya rasa kekhawatiran dan beban pikiran bagi pasien
stroke.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Karena nyeri kepala,pusing,kaku tengkuk,kelemahan,gangguan sensorik dan
motorik menyebabkan terganggunya aktivitas ibadah pasien.
5. Pemeriksaan diagnostic
22
a. Angiografi serebri
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya rupture dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler
b. Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragik pada subarachnoid atau perdarahan pada
intracranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi.
Hasil pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang
massif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
(xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
c. CT Scan
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan
otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ke ventrikel, atau
menyebar ke permukaan otak.
d. Magnetic Imaging Resonance (MRI)
Dengan menggunakan gelombang magnetic untuk menentukan posisi serta
besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan
area yang mengalami lesi dan infark akinat dari hemoragik.
e. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah system karotis).
f. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
6. Pengkajian penatalaksanaan medis
Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan
melakukan kegiatan sebagai berikut:
 Mempertahankan saluran napas yang paten yaitu lakukan pengisapan lender
dengan sering dan oksigenasi, jika perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernapasan.
 Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi klien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
 Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
 Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter
 Menempatkan klien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
klien harus diubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
23
III. KASUS
Ny. A usia 60 tahun, agama islam, alamat RT 02, RW 4, Klrhn Pilek
Rinca, Papua. Masuk Rumah Sakit Raden Mataher Jambi tanggal 05 februari
2012, Ny. D dirawat diruang Neuro kelas II dengan alasan masuk klien tidak bisa
menggerakkan tangan dan kaki klien. Keluarga klien mengatakan klien menderita
penyakit darah tinggi. Saat dilakukan pengkajian klien tampak lemah, ekstremitas
atas dan bawah pada daerah dekstra tidak bisa digerakkan, mulu sebelah kanan
tampak miring, nafsu makan kurang, hanya ¼ porsi yang dimakan, akral teraba
dingin, kapiler refil > 4 detik, mukosa bibir kering, wajah pucat. Keluarga klien
mengatakan semua aktifitas klien dirumah sakit dibantu oleh keluarga, klien
tampak bedrest total, keadaan oto menurun, sulit berkomunikasi. Dari
24
pemeriksaan didapatkan hasil : TD : 200/100 mmHg, Nd : 80x/i, S : 37 derajat
celcius, RR : 20x/i, Pemeriksaan labor lengkap, CT scan.
A. Pengkajian
a. Identitas Klien
 Nama : Mbah A
 Usia : 60 Tahun
 Tempat dan Tgl Lahir : Bendungan, 24 Juli 1954
 Agama : Islam
 Status Perkawinan : Janda
 TB / BB : 155 / 55
 Penanpilan umum : Bungkuk
 Ciri – cirri tubuh : Kecil, agak bungkuk
 Alamat : RT 02, RW 4, Klrhn Pilek Rinca, Papua
 Orang yang dekat dihubungi : Ardi
 Hubungan dengan klien : Anak ke – 2
b. Riwayat Keluarga
Genogram
Keterangan
c. Riwayat Pekerjaan
Mbah A saat ini tidak bisa bekerja karena mbah A mengalami stroke.
Mbah A sebelumnya bekerja sebagai petani dan itu sebagai sumber
penghasilan hidupnya dan mbah A bekerja di lahannya sendiri dan mbah A
hanya berjalan kaki kelahan pertaniannya.
d. Riwayat lingkungan hidup
Mbah A tinggal dengan anak dan cucunya dan rumahnya hanya
rumah panggung. Mbah A hanya memiliki 5 kamar yang di huni oleh
Mbah A, anak – anaknya dan cucunya. Kondisi rumahnya hanya
sederhana dan tetangga mbah A sangat berdekatan.
e. Riwayat Rekreasi
Mbah A saat ini tidak bisa berrekreasi lagi karena mbah A
mengalami stroke. Sebelumnya mbah A dan anak – anaknya dan cucunya
25
berreaksi di taman anjungan dan mbah A senang berjalan kaki untuk
menyehatkan tubuh di sekitar lingkungan rumahnya dan mbah A tidak
terlibat dalam organisasi di lingkungannya.
f. Sistem Pendukung yang digunakan
Dilingkungan mbah A terdapat puskesmas dan jarak tempunya
kurang lebih 2 Km dan untuk mencapai puskesmas tersebut mbah A hanya
menggunakan sepeda motor yang digunakan oleh anaknya. Menantunya
sering memasak untuk mbah A dan keluarganya dan mbah A tidak bisa
memenuhi kebutuhan sehari – harinya.
g. Deskripsi Kekhususan / kebiasaan ritual
Agama mbah A adalah Islam dan mbah A setiap harinya hanya
berdo’a di dalam hati karena mbah A mengalami stroke.
h. Setatus kesehatan saat ini
Mbah A pernah mengalami stroke ringan kira – kira 5 bulan yang
lalu dan mbah A sudah di bawa kepuskesmas terdekat di desanya. Pada
saat itu, sebagian anggota tubuhnya tidak bisa di gerakkan dan pada saat
itu juga anaknya membawa mbah A ke puskesmas di desannya dan di
rujuk ke RS Soekampret dan mendapat perawatan selama 2 minggu.
i. Status Kesehatan masa lalu
mbah A pada masa kanak – kanak pernah mengalami sakit yaitu
sakit panas dan batuk. Mbah A pernah di rawat di RS dan tidak pernah di
operasi.
j. ADL ( Activity Daily Living )
a) Berdasarkan indeks KATZSG
b) Psikologi klien meliputi :
 Persepsi klien terhadap penyakit
Menurut mbah A penyakit itu mudah datang dan mudah
pergi tetapi kalau sakitnya sudah tidak bisa ditahan, baru saya pergi
berobat kepuskesmas di desa saya.
 Konsep diri
Mbah A masih percaya dengan persepsinya sendiri tentang
penyakit.
26
 Emosi
Mbah A gampang emosi karena tidak di perhatikan oleh
anak – anaknya yang lain selain anaknya yang nomor 2.
 Kemampuan adaptasi
Mbah A mampu beradaptasi di lingkungan manapun dan
yang penting kita mau bergaul dilingkungan itu
 Mekanisme pertahanan diri
Mbah A tidak mampu melindungi dirinya sendiri karena
mbah A sudah tua dan menderita stroke.
k. Tinjauan system
a) Keadaan umum : Pendek, agak bungkuk
b) Tingkat kesadaran : composmentis
c) c. Skala koma Glasgow
d) d. TTV
 TD : 200/100mmHg
 RR : 20 x/mnt
 S : 37 0C
 N :80 x/mnt
e) Tinggi bada dan berat badan : 155/55 Kg
f) Kulit : Sawo matang, tidak ada lesi
g) Ulkus dekubitus : Tidak ada
h) Kepala : Kotor ada ketombe dan tidak ada lesi
i) Rambut : Rambutnya beruban, mudah rontok, .
j) Mata : Simetris, reflek pupil normal
k) Telinga : Simetris, Kotor, ada penumpukan serumen
l) Hidung : Kotor, rambut hidung ada
m) Mulut dan gigi : Bibir lembab, ada karies
n) Leher : Nadi jugularis teraba, tidak ada lesi
o) Payudara : Tidak ada benjolan, tidak ada perubahan pada area
payudara
p) Sistem kardiofaskuler
 Inspeksi : tidak nampak iktus kordis
27
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : pekak
 Auskultasi : S1, S2 reguler
q) Sistem pernapasan
 Inpeksi : simetris, tidak ada retraksi interkosta
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : sonor
 Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan seperti, ronki,
wheezing.
r) Sistem gastrointestinal
 Inspeksi : simetris, tidak ada benjolan umbilikus, tidak ada
lesi.
 Auskultasi : 18 x/mnt
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : tympani
s) Anus dan genitalia : Kotor dan tidak ada benjolan
t) System muskuluskeletal : Kekuatan otot 1
u) System endokrin : Tidak ada tiroid / benjolan
v) System imum : Leukosit ……
w) System gastrointestinal : Tidak ada pembesaran usus, tidak ada massa
x) System reproduksi : Tidak ada kelainan pada alat kelamin ( – HIV
AIDS )
l. Pengkajian status fungsional
Untuk mengukur kemampuan lansia untuk melakukan aktifitas
sehari – hari secara mandiri di ukur dengan indeks KATZ :
Mbah A dalam pengkajian indeks KATZ mendapat sekor G karena
tidak bisa melakukan keenam fungsi seperti makan, mandi, berpakian,
kontinen, berpindah, kekamar kecil.
m. Status kognitif dan afektif
Pengkajian status mental gerontik
Mengidentifikasi kerusakan intelektual menggunakan SPSMQ untuk
mendeteksi adanya dan ketingkatan kerusakan intelektual, terdiri 10 hal
28
yang mengetes orientasi, memori dalam hubungannya dengan kemampuan
perawatan diri, memori jauh, kemampuan matematis.
1. Mbah A dekat sama anak yang keberapa?
2. Mbah A bisa kekamar mandi sendiri atau di bantu?
3. Mbah A bisa mandi sendiri atau di bantu ?
4. Mbah A bisa berpakian sendiri atau di bantu ?
5. Mbah A bisa makan sendiri atau di bantu ?
6. Mbah A mempunyai anak berapa ?
7. Mbah A pekerjaannya apa ?
8. Siapa nama ketua RT di lingkungan mbah A ?
9. Siapa nama prisiden yang kelima di Indonesia ?
10. Nama panjangnya mbah A siapa ?
n. Pengkajian status social
Status social dapat di ukur dengan mengunakan APGAR keluarga.
Penilaian jika pertanyaan – pertanyaan yang di jawab selalu poin 2.
o. Data penunjang
Data yang mendukung sebagai pelengkap dalam menentukan
diagnose keperawatan.
1. Pemeriksaan darah
2. CT scan
B. Diagnosa Keperawatan

More Related Content

What's hot (20)

makalah
makalahmakalah
makalah
 
Laporan pendahuluan
Laporan pendahuluanLaporan pendahuluan
Laporan pendahuluan
 
262578620 laporan-pendahuluan-stroke-non-hemoragik
262578620 laporan-pendahuluan-stroke-non-hemoragik262578620 laporan-pendahuluan-stroke-non-hemoragik
262578620 laporan-pendahuluan-stroke-non-hemoragik
 
Askep stroke
Askep strokeAskep stroke
Askep stroke
 
Cva infark cerebral + post op crainotomy
Cva infark cerebral + post op crainotomyCva infark cerebral + post op crainotomy
Cva infark cerebral + post op crainotomy
 
Laporan pendahuluan stroke
Laporan pendahuluan strokeLaporan pendahuluan stroke
Laporan pendahuluan stroke
 
Laporan pendahuluan stroke hemoragik
Laporan pendahuluan stroke hemoragikLaporan pendahuluan stroke hemoragik
Laporan pendahuluan stroke hemoragik
 
Stroke (Hemoragik)
Stroke (Hemoragik)Stroke (Hemoragik)
Stroke (Hemoragik)
 
Stroke non hemoragik
Stroke non hemoragikStroke non hemoragik
Stroke non hemoragik
 
Askep stroke
Askep strokeAskep stroke
Askep stroke
 
Lp stroke iwan
Lp stroke iwanLp stroke iwan
Lp stroke iwan
 
68839012 hemiparese
68839012 hemiparese68839012 hemiparese
68839012 hemiparese
 
Penyakit Stroke
Penyakit StrokePenyakit Stroke
Penyakit Stroke
 
Stroke
StrokeStroke
Stroke
 
Ppt stroke 2
Ppt stroke 2Ppt stroke 2
Ppt stroke 2
 
Stroke 2003
Stroke 2003Stroke 2003
Stroke 2003
 
Asuhan keperawatan stroke
Asuhan keperawatan strokeAsuhan keperawatan stroke
Asuhan keperawatan stroke
 
Stroke
StrokeStroke
Stroke
 
Askep stroke
Askep strokeAskep stroke
Askep stroke
 
Makalah stroke
Makalah strokeMakalah stroke
Makalah stroke
 

Similar to Ca

PERDARAHAN_INTRAKRANIAL.docx
PERDARAHAN_INTRAKRANIAL.docxPERDARAHAN_INTRAKRANIAL.docx
PERDARAHAN_INTRAKRANIAL.docxSuriatiSalahuddin
 
STROKE - IKA RAHMI LUBIS - LAPKAS.pdf.pdf
STROKE - IKA RAHMI LUBIS - LAPKAS.pdf.pdfSTROKE - IKA RAHMI LUBIS - LAPKAS.pdf.pdf
STROKE - IKA RAHMI LUBIS - LAPKAS.pdf.pdfwildafidya
 
STROKE NEW (1).pptxmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
STROKE NEW (1).pptxmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmSTROKE NEW (1).pptxmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
STROKE NEW (1).pptxmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmjuniati14
 
Patofisiologi stroke iskemik akibat trombus
Patofisiologi stroke iskemik akibat trombusPatofisiologi stroke iskemik akibat trombus
Patofisiologi stroke iskemik akibat trombusA Adriyani Akbar
 
TUGAS HOME CARE MASYARAKAT PESISIR.docx
TUGAS HOME CARE MASYARAKAT PESISIR.docxTUGAS HOME CARE MASYARAKAT PESISIR.docx
TUGAS HOME CARE MASYARAKAT PESISIR.docxandrimitra
 
PERDARAHAN_INTRAKRANIAL.docx
PERDARAHAN_INTRAKRANIAL.docxPERDARAHAN_INTRAKRANIAL.docx
PERDARAHAN_INTRAKRANIAL.docxSuriatiSalahuddin
 
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR STROKE (Epidemiology of non-communicable ...
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR STROKE (Epidemiology of non-communicable ...EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR STROKE (Epidemiology of non-communicable ...
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR STROKE (Epidemiology of non-communicable ...dwelst
 
Asuhan Keperawatan Tumor Otak
 Asuhan Keperawatan Tumor Otak Asuhan Keperawatan Tumor Otak
Asuhan Keperawatan Tumor Otakpjj_kemenkes
 
Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasus
Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasusMakalah Infark Miokard Akut dan contoh kasus
Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasusSelvia Agueda
 
Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)ami223
 
Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)ami223
 
Askep cedera kepala
Askep cedera kepalaAskep cedera kepala
Askep cedera kepalafienndhut
 
PENYAKIT_SEREBRIVASKULAR_STROKE_pptx.pptx
PENYAKIT_SEREBRIVASKULAR_STROKE_pptx.pptxPENYAKIT_SEREBRIVASKULAR_STROKE_pptx.pptx
PENYAKIT_SEREBRIVASKULAR_STROKE_pptx.pptxKusumaBeautyTasikmal
 

Similar to Ca (20)

Kelainan pada sistem saraf
Kelainan pada sistem sarafKelainan pada sistem saraf
Kelainan pada sistem saraf
 
Stroke
StrokeStroke
Stroke
 
PERDARAHAN_INTRAKRANIAL.docx
PERDARAHAN_INTRAKRANIAL.docxPERDARAHAN_INTRAKRANIAL.docx
PERDARAHAN_INTRAKRANIAL.docx
 
STROKE - IKA RAHMI LUBIS - LAPKAS.pdf.pdf
STROKE - IKA RAHMI LUBIS - LAPKAS.pdf.pdfSTROKE - IKA RAHMI LUBIS - LAPKAS.pdf.pdf
STROKE - IKA RAHMI LUBIS - LAPKAS.pdf.pdf
 
STROKE NEW (1).pptxmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
STROKE NEW (1).pptxmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmSTROKE NEW (1).pptxmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
STROKE NEW (1).pptxmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm
 
Patofisiologi stroke iskemik akibat trombus
Patofisiologi stroke iskemik akibat trombusPatofisiologi stroke iskemik akibat trombus
Patofisiologi stroke iskemik akibat trombus
 
TUGAS HOME CARE MASYARAKAT PESISIR.docx
TUGAS HOME CARE MASYARAKAT PESISIR.docxTUGAS HOME CARE MASYARAKAT PESISIR.docx
TUGAS HOME CARE MASYARAKAT PESISIR.docx
 
PERDARAHAN_INTRAKRANIAL.docx
PERDARAHAN_INTRAKRANIAL.docxPERDARAHAN_INTRAKRANIAL.docx
PERDARAHAN_INTRAKRANIAL.docx
 
Sistem saraf
Sistem sarafSistem saraf
Sistem saraf
 
Stroke 4
Stroke 4Stroke 4
Stroke 4
 
Askep strok
Askep strokAskep strok
Askep strok
 
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR STROKE (Epidemiology of non-communicable ...
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR STROKE (Epidemiology of non-communicable ...EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR STROKE (Epidemiology of non-communicable ...
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR STROKE (Epidemiology of non-communicable ...
 
Asuhan Keperawatan Tumor Otak
 Asuhan Keperawatan Tumor Otak Asuhan Keperawatan Tumor Otak
Asuhan Keperawatan Tumor Otak
 
Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasus
Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasusMakalah Infark Miokard Akut dan contoh kasus
Makalah Infark Miokard Akut dan contoh kasus
 
Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)
 
Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)
 
Laporan pendahulua1
Laporan pendahulua1Laporan pendahulua1
Laporan pendahulua1
 
Askep cedera kepala
Askep cedera kepalaAskep cedera kepala
Askep cedera kepala
 
PENYAKIT_SEREBRIVASKULAR_STROKE_pptx.pptx
PENYAKIT_SEREBRIVASKULAR_STROKE_pptx.pptxPENYAKIT_SEREBRIVASKULAR_STROKE_pptx.pptx
PENYAKIT_SEREBRIVASKULAR_STROKE_pptx.pptx
 
Mirna ayu s (stroke)
Mirna ayu s (stroke)Mirna ayu s (stroke)
Mirna ayu s (stroke)
 

Ca

  • 1. 1 MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS Tentang ASKEP LANSIA DENGAN GANGGUAN NEUROLOGIS “STROKE” OLEH : KELOMPOK III : Septi Selpia Rani Mardiah Sari Rolla Pramudya Ananta Ratna Julita Richa Febriani Rani Istiqomah Rika Anggraini Ronal Saputra Rozi Ali Mawardi Sherly Yolanda Refika Flowerina Arya PEMBIMBING NS.Sovia Susianty S.Kep, M.Kep PRODI S1 KEPERAWATAN STIKES PIALA SAKTI PARIAMAN 2014
  • 2. 2 BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Dari 19 juta jiwa penduduk Indonesia 8,5% mengalami stroke yaitu lansia. Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Insiden stroke meningkat secara eksponensial dengan bertambahnya usia dan 1,25 kali lebih besar pada pria dibanding wanita. Kecenderungan pola penyakit neurologi terutama gangguan susunan saraf pusat tampaknya mengalami peningkatan penyakit akibat gangguan pembuluh darah otak, akibat kecelakaan serta karena proses degenerative system saraf tampaknya sedang merambah naik di Indonesia. Walaupun belum didapat data secara konkrit mengenai hal ini. Faktor penyebab munculnya masalah ini adalah adanya perkembangan ekonomi dan perubahan gaya hidup terutama msayarakat perkotaan. Kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup terlihat semakin mudah sehingga meningkatkan hasrat mereka untuk terus berjuang mencapai tujuan dengan penuh persaingan dalam perjuangan tersebut, benturan-benturan fisik maupun psikologis tidak pernah dipikirkan efek bagi kesehatan jangka panjang. Usia harapan hidup di Indonesia kian meningkat sehingga semakin banyak terdapat lansia. Dengan bertambahnya usia maka permasalahan kesehatan yang terjadi akan semakin kompleks. Salah satu penyakit yang
  • 3. 3 sering dialami oleh lansia adalah stroke. Usia merupakan factor resiko yang paling penting bagi semua jenis stroke. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu memahami dan membuat Asuhan Keperawatan Lansia dengan Stroke dan mengetahui konsep dasar medis stroke. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada klien lansia dengan stroke b. Mahasiswa dapat menegakkan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien lansia dengan stroke c. Mahasiswa mengetahui intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang didapat pada klien lansia dengan stroke d. Mahasiswa dapat melakukan implementasi keperawatan pada klien lansia dengan stroke e. Mahasiawa mengetahui evaluasi pada pasien lansia dengan stroke
  • 4. 4 BAB II PEMBAHASAN I. Konsep Teori A. Pengertian Stroke atau Cerebro Vasculer Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak ( Brunner dan Suddarth, 2002 : hal. 2131 ). Stroke adalah deficit neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal otak yang terkena (WHO, 1989). Stroke atau cedera serebrovaskuler attack ( CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Brunner and Suddarth, 2001). Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak yang berlangsung 24 jam atau lebih atau menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000) B. Etiologi 1. Trombosis (penyakit trombo – oklusif) Arteriosclerosis selebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama trombosis selebral, yang merupakan penyebab umum dari stroke. Tanda-tanda trombosis selebral bervariasi. Sakit kepala adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan kognitif atau kejang dan beberapa awitan umum lainnya. 2. Embolisme serebral Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain). Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti endocarditis infektif, penyakit jantung reumatik, dan infark miokard, serta infeksi pulmonal, adalah tempat-tempat asal emboli.
  • 5. 5 3. Iskemia serebral Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena konstriksi atheroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak. 4. Perdarahan serebral. Perdarahan intrakranial biasanya disebabkan oleh ruptura arteri serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan /atau subaraknoid, sehingga jaringan yang terletak di dekatnya akan tergeser dan tertekan. sehingga mengakibatkan vasospasme pada arteria di sekitar perdarahan. Spasme ini dapat menyebar ke seluruh hemisper otak dan sirkulus wilisi. Bekuan darah yang semula lunak menyerupai selai merah akhirnya akan larut dan mengecil. Perdarahan serebral dapat terjadi di luar duramater terdiri dari : 1. Hemoragi ekstradural (epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan segera. Ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri dengan arteri meningea lain. 2. Hemoragi subdural (termasuk hemoragi subdural akut) pada dasarnya sama dengan hemoragi epidural, kecuali bahwa hematoma subdural biasanya jembatan vena robek. Karenanya, periode pembentukan hematoma lebih lama ( intervensi jelas lebih lama) dan menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa pasien mungkin mengalami hemoragi subdural kronik tanpa menunjukkan tanda dan gejala. 3. Hemoragi subarachnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma pada area sirkulus wilisi dan malformasi arteri-vena kongenital pada otak. Arteri di dalam otak dapat menjadi tempat aneurisma. 4. Hemoragi intraserebral paling umum pada pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah. Hemoragi intraserebral biasanya disebabkan oleh malformasi arteri-vena, hemangioblastoma dan trauma.
  • 6. 6  Faktor Resiko Ada beberapa factor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ; 1. Hipertensi, dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu aliran darah cerebral. 2. Aneurisma pembuluh darah cerebral Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat yang diikuti oleh penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan maneuver tertentu dapat menimbulkan perdarahan. 3. Kelainan jantung / penyakit jantung Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan endokarditis. Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran darah ke otak. Ddisamping itu dapat terjadi proses embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan pembuluh darah. 4. Diabetes mellitus (DM) Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yeitu terjadinya peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya serebral dan adanya kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga terhadap kelainan yang terjadi pada pembuluh darah serebral. 5. Usia lanjut Pada usia lanjut terjadi proses kalsifikasi pembuluh darah, termasuk pembuluh darah otak. 6. Polocitemia Pada policitemia viskositas darah meningkat dan aliran darah menjadi lambat sehingga perfusi otak menurun. 7. Peningkatan kolesterol (lipid total) Kolesterol tubuh yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis dan terbentuknya embolus dari lemak.
  • 7. 7 8. Obesitas Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya pembuluh drah otak. 9. Perokok Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga terjadi aterosklerosis. 10. kurang aktivitas fisik Kurang aktivitas fisik dapat juga mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan pembuluh darah (embuluh darah menjadi kaku), salah satunya pembuluh darah otak. C. Klasifikasi Stroke Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Stroke Hemoragik Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yang disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol. Dua jenis stroke hemoragik :  Perdarahan intraserebral. Perdarahan intraserebral adalah perdarahan di dalam otak yang disebabkan oleh trauma (cedera otak) atau kelainan pembuluh darah (aneurisma atau angioma) dan juga paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi kronis.  Perdarahan subarachnoid. Perdarahan subarachnoid adalah perdarahan dalam ruang subarachnoid, ruang di antara lapisan dalam (Pia mater) dan lapisan tengah (arachnoid mater) dari jaringan selaput otak (meninges).
  • 8. 8 Penyebab paling umum adalah pecahnya tonjolan (aneurisma) dalam arteri. 2. Stroke Non Hemoragik Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak, umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak. Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakitnya, yaitu :  TIA (Trans Ischemic Attack) Gangguan neurologist yang timbul mendadak dan hilang dalam beberapa menit (durasi rata-rata 10 menit) atau beberapa jam saja, dan gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.  Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict) Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu.  Stroke in Volution atau Progresif Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam beberapa jam atau beberapa hari.  Stroke Complete Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent, maksimal sejak awal serangan dan sedikit memperlihatkan parbaikan dapat didahului dengan TIA yang berulang… D. Patofisiologi 1. Stroke Non Hemoragik Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang
  • 9. 9 berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli. 2. Stroke Hemoragik. Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak. E. Manifestasi Klinis 1. Hemiplegia akibat kerusakan pada area motorik pada bagian konteks atau pada traktus piramidal. Perdarahan atau bekuan darah pada otak kanan akan meyebabkan tubuh pada sisi kiri akan mengalami hemiplegia. Hal ini disebabkan oleh karena serabut saraf bersilang pada traktus piramidal dari otak menuju ke sumsum tulang belakang, demikian juga pada area kortikal yang lain yang dapat menyebabkan menianesthesia, apraxia, agnosia, aphasia.Otot-otot thoraks dan abdomen biasanya tidak mengalami paralisis sebab dihubungkan kedua hemisper otak. Apabila otot voluntary mengalami gangguan maka tidak terjadi keseimbangan antara otot rangka fleksi dan ekstensi sehingga menyebabkan terjadinya deformitas yang serius. 2. Aphasia kerusakan dalam mempergunakan atau menginterpretasikan simbol- simbol dasn bahasa. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan pada
  • 10. 10 korteks serebral. Gangguan pada semua aspek berbahasa seperti bercakap, membaca, menulis dan memahami bahasa yangdiucapkan. 3. Apraxia Kondisi dimana klien dapat bergerak pada bagian tubuh yang mengalami gangguan tetapi tidak berfungsi dengan baik, misalnya berjalan, berbicara, berpakaian, dimana bagian yang mengalami paralisis tidak dapat dikoordinasikan.  Visual Change : Adanya lesi pada lobus parietal dan temporal sebagai akibat perdarahan intraserebral karena terjadinya ruptur dari arterisclerosis atau hipertsnsi pembuluh darah.  Agnosia : Gangguan menginterpretasikan objek, misalnya penglihatan, taktil, atau informasi sensorik lainnya.  Dysarthria : Artikulasi yang tidak sempurna yang menyebabkan kesulitan berbicara. 4. Kinesthesia gangguan sensasi yang terjadi pada satu sisi tubuh, be rupa : a. Hemianesthesia : Kehilangan asensasi. b. Paresthesia: Kehilangan sensasi pada otot sendi. c. Inkontinen : Inkontinen urin dan defekasi dapat terjadi, sebagai akibat :  kurangnya perhatian, kehilangan memori  aktor emosi dan tidak mampu berkomunikasi. 5. Nyeri pada bahu Terjadi sebagai akibat hambatan mobilitas serta overstreching otot bahu, serta gerakan yang tidak tepat serta kehilangan ROM (range of motion). 6. Horner’s Syndrome paralisis saraf simpatis pada bagian mata menyebabkan tenggelamnya bola mata sebagai akibat ptosis kelopak mata atas dan peningkatan kelopak mata bawah, konstriksi pupil, dan berkurangnya air mata.
  • 11. 11 F. Pemeriksaan Diagnostic Pemeriksaan penunjang diagnostik yang dapat dilakukan adalah : 1. Laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, kolesterol, dan bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb. 2. Sinar X tengkorak untuk menggambarkan perubahan kelenjar korpengpineal daerah yang berlawanan dari masa yang luas. 3. Ultrasonografi doppler untuk mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis aliran darah dan atau muncul plak) atau arteriosklerotik. 4. EEG (Electroencephalography) untuk mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan darah lesi yang spesifik. 5. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark. 6. MRI (Magnetic Resonance Imaging) untuk mengetahui adanya edema, infark, hematom dan bergesernya struktur otak 7. Angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai pembuluh darah yang terganggu secara spesifik. G. Pencegahan Pencegahan utama untuk menghindari risiko adalah pendidikan kesehatan masyarakat. Mempertahankan berat badan dan kolesterol dalam batas normal, dan menghindari merokok atau tidak menggunakan oral kontrasepsi. Pengobatan/mengontrol diabetes, hipertensi dan penyakit jantung. Memberikan informasi kepada klien sehubungan dengan penyakit yang diderita dengan stroke. Apabila sudah terserang stroke, dalam situasi ini tujuan adalah mencegah terjadinya komplikasi sehubungan dengan stroke dan infark yang lebih luas pada masa yang akan datang. Pencegahan lebih lanjut yaitu memonitoring faktor risiko yang dapat diidentifikasi. H. Komplikasi Menurut Smeltzer (2001), komplikasi yang terjadi pada pasien stroke yaitu :
  • 12. 12 a. Hipoksia serebral Diminimalkan dengan memberikan oksigenasi darah adekuat ke otak. Fungsi otak tergantung pada ketersediaan O2 yang dikirimkan ke jaringan. Pemberian O2 suplemen dan mempertahankan hemoglobin dan hematokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan hemoglobin dan hematrokit pada tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan adekuat. b. Aliran darah serebral Bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan intregitas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat ( cairan intravena) harus menjamin penurunan vikosis darah dan memperbaiki aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera. c. Embolisme serebral Dapat terjadi setelah infark miokard / fibrilasi atrium / dapat berasal dari katup jantung protestik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat mengakibtakan curah jantung tidak konsisten dan penghentian trombul lokal. Selain itu disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki. I. Penatalaksanaan  Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah : a. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil. b. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan ogsigen sesuai kebutuhan c. Tanda-tanda vital diusahakan stabil dan Bed rest d. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia e. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit f. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi g. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan glukosa murni atau cairan hipotonik
  • 13. 13 h. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat meningkatkan TIK i. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT.  Perawatan umum stroke Mengenai penatalaksanaan umum stroke, konsensus nasional pengelolaan stroke di Indonesia, mengemukakan hal-hal berikut:  Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat, bila perlu berikan oksigen 0-2 L/menit sampai ada hasil gas darah.  Kandung kemih yang penuh dikosongkan, sebaiknya dengan kateterisasi intermiten.  Penatalaksanaan tekanan darah dilakukan secara khusus.  Hiperglikemia atau hipoglikemia harus dikoreksi.  Suhu tubuh harus dipertahankan normal.  Nutrisi peroral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik, bila terdapat gangguan menelan atau penderita dengan kesadaran menurun, dianjurkan melalui pipa nasogastrik.  Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan. Pemberian cairan intravena berupa cairan kristaloid atau koloid, hindari yang mengandung glukosa murni atau hipotonik.  Bila ada dugaan trombosis vena dalam, diberikan heparin dosis rendah subkutan, bila tidak ada kontra indikasi.  Terapi farmakologi yang dapat diberikan pada pasien stroke :  Antikoagulasi (stroke non haemoragic)diberikan dalam 24 jam sejak serangan gejala-gejala diberikan secara intravena.  Obat antipletelet, mengurangi pelekatan platelet, kontraindikasi pada stroke haemorhagic.  Bloker kalsium mengobati vasospasme serebral, obat ini merilekskan otot polos pembuluh darah.  Trental dapat meningkatkan aliran darah kapiler mikrosirkulasi, sehingga meningkatkan perfusi dan oksigenasi ke jaringan otak yang mengalami iskemik.
  • 14. 14  Terapi Khusus Ditujukan untuk stroke pada therapeutic window dengan obat anti agregasi dan neuroprotektan. Obat anti agregasi: golongan pentoxifilin, tielopidin, low heparin, tPA.  Pentoxifilin Mempunyai 3 cara kerja :  Sebagai anti agregasi → menghancurkan thrombus  Meningkatkan deformalitas eritrosit  Memperbaiki sirkulasi intraselebral  Neuroprotektan  Piracetam: menstabilkan membrane sel neuron, ex: neotropi Cara kerja dengan menaikkan cAMP ATP dan meningkatkan sintesis glikogen  Nimodipin: gol. Ca blocker yang merintangi masuknya Ca2+ ke dalam sel, ex.nimotup. Cara kerja dengan merintangi masuknya Ca2+ ke dalam sel dan memperbaiki perfusi jaringan otak  Citicholin: mencegah kerusakan sel otak, ex. Nicholin Cara kerja dengan menurunkan free faty acid, menurunkan generasi radikal bebas dan biosintesa lesitin.  Ekstrax gingkobiloba, ex ginkan.  Perawatan Pasca Stroke  Rehabilitasi Stroke  Kognisi dan komunikasi  Dukungan psikologis
  • 15. 15
  • 16. 16 II. ASKEP TEORITIS KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1 Anamnesa a. Identitas klien Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa (ras kulit hitam), tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnosa medis. b. Keluhan utama Sering menjadi alasan klien untuk memimta pertolongan kesehatan adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan. c. Riwayat penyakit sekarang Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi, dan adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan perubahan di dalam intracranial. d. Riwayat penyakit dahulu Kemungkinan adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes mellitus, penyakit jangtung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan kegemukan. e. Riwayat penyakit keluarga Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu. f. Riwayat psikososiospiritual Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Dalam pola penanganan stress, klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah Karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi. Dalam pola tata nilai dan kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan ibadah spiritual karena tingkah laku yang tidak stabil dan kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh. 2 Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum Umumnya mengalami penurunan kesadaran, kadang mengalami gangguan bicara yaitu sulit dimengerti, kadang tidak bisa bicara dan pada tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, dan denyut nadi bervariasi  B1 (Breating) Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan. Auskultasi bunyi napas
  • 17. 17 tambahan seperti ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk yang sering didapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran koma. Pada klien dengan tingkat kesadaran compos mentis, pengkajian inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan  B2 (Blood) Pengkajian pada system kardiovaskuler didapatkan renjatan (syok hipovolemik) yang sering terjadi stroke. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200 mmHg)  B3 (Brain) Stroke menyebabkan berbagai deficit neurologis, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukurang area yang perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya  B4 (Bladder) Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih karena kerusakan control motorik dan postural. Kadang control sfingter urine eksternal hilang atau berkurang.  B5 (Bowel) Didapatkan adanya kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut. Mual disebabkan peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi.  B6 (Bone) Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan kehilangan control volunteer terhadap gerakan motoric. Karena neuron motor atas melintas gangguan control motor volunteer pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. b. Pengkajian tingkat kesadaran : pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien stroke biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor, dan semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan c. Pengkajian fungsi serebral. Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, kemampuan bahasa, lobus frontal, dan hemisfer. a) Status mental
  • 18. 18 Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, eksopresi wajah, dan aktivitas motoric klien. Biasanya status mental klien mengalami perubahan. b) Fungsi intelektual Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek maupun jangka panjang. c) Kemampuan bahasa Penurunan kemampuan bahasa tergantung daerah lesi yang mempengaruhi fungsi dari serebral. Lesi pada daerah hemisfer yang dominan pada bagian posterior dari guris temporalis superior ( area wernick) didapatkan disfasia reseptif, yaitu klien tidak dapat memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis . sedangkan lesi pada bagian posterior dari guris frontalis inferior (area broca) didapatkan disfagia ekspresif, yaitu klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat dan bicaranya tidak lancer. Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara. d) Lobus frontal. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis didapatkan jika kerusakan telah terjadi pada lobus frontal kapasitas, memori, atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. e) Hemisfer Stroke hemisfer kanan didapatkan hemiparese sebelah kiri tubuh, penilaian buruk dan mempunyai kerentanan terhadap sisi kolateral sehingga kemungkinan terjatuh ke sisi yang berlawanan tersebut. Pada stroke hemisfer kiri, mengalami hemiparese kanan, perilaku lambat dan sangat hati-hati, kelainan bidang pandang sebelah kanan, disfagia global, afasia, dan mudah frustasi. d. Pengkajian saraf kranial a) Saraf I : Biasanya tidak ada kelainan pada fungsi penciuman b) Saraf II : disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer diantara mata dan korteks visual. c) Saraf III, IV, dan VI : Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis, pada satu sisi otot-otot okularis didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral di sisi yang sakit. d) Saraf V : Stroke menyebabkan paralisis saraf trigeminus, penurunan kemampuan koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus internus dan eksternus. e) Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat f) Saraf VIII : tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi. g) Saraf IX dan X : kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka mulut.
  • 19. 19 h) Saraf XI : tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius. i) Saraf XII : lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, serta indra pengecapan normal. e. Pengkajian system motoric  Inspeksi umum. Didapatkan hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi tubuh adalah tanda yang lain  Fasikulasi. Didapatkan pada otot-otot ekstremitas.  Tonus otos. Didapatkan meningkat.  Kekuatan otot. Pada penilaian denagn menggunakan tingkat kekuatan otot pada sisi sakit didapatkan tingkat 0.  Keseimbangan dan koordinasi. Didapatkan mengalami gangguan karena hemiparese dan hemipleglia. f. Pengkajian reflek.  Pemeriksaan reflek profunda. Pengetukan pada tendon, ligamentum atau periosteum derajat pada respons normal  Pemeriksaan reflek patologis. Pada fase akut refleks fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahului dengan refleks patologis.  Gerakan involunter. Tidak ditemukan adanya tremor, tic, dan distinia. Pada keadaan tertentu, klien biasanya mengalami kejang umum, terutama pada anak dengan sroke disertai peningkatan suhu tubuh yang tinggi. Kejang berhubungan sekunder akibat area fokal kortikal yang peka. g. Pengkajian system sensorik. Dapat terjadi hemihipestesi. Pada persepsi terdapat ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras sensori primer di antara mata dan korteks visual. 3 Pemeriksaan fisik head to toe a. Kepala - Inspeksi : bentuk kepala bulat,warna rambut hitam,pertumbuhan rambut merata - Palpasi :tidak ada benjolan,atau masa - Perkusi : - - Auskultasi : - b. Mata - Inspeksi :warna konjungtiva merah mudah,sklera putih,pupil isokor - Palpasi : - - Perkusi : - - Auskultasi : - c. Hidung - Inspeksi : Nafas cepat, sesak nafas - Palpasi :nyeri tekan sinisitis (-) - Perkusi : -
  • 20. 20 - Auskultasi : - d. Telinga - Inspeksi :daun telinga simetris,tidak ada serumen. - Palpasi : - - Perkusi : - - Auskultasi : - e. Mulut - Inspeksi : lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, serta indra pengecapan normal, kesulitan menelan dan kesulitan membuka mulut. - Palpasi : - - Perkusi : - - Auskultasi : - f. Wajah - Inspeksi : wajah asimetris, dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat - Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada daerah sinus - Perkusi : - - Auskultasi : - g. leher - Inspeksi :keadaan leher - Palpasi : tidak ada pembesaran kel.lymfe, kel.tyroid, dan vena jugularis - Perkusi : - - Auskultasi : - h. Dada - Inspeksi : klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan peningkatan frekuensi pernapasan - Palpasi : taktil premitus seimbang kanan dan kiri. - Perkusi : - Auskultasi : ada suara nafas tambahan i. Perut/abdomen - Inspeksi :warna kulit sama seperti sekitarnya,tidak ada benjolan - Palpasi :tidak ada pembesaran hepar - Perkusi :terdengar suara timpani - Auskultasi :peristaltik menurun j. Genetalia - Inspeksi :bersih - Palpasi : - - Perkusi : - - Auskultasi : - k. Intergumen - Inspeksi : tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit akan jelek, decubitus - Palpasi : turgor kulit kembali dalam >2 detik - Perkusi : - - Auskultasi : - l. Ektermitas - Inspeksi : bentuk normal jari lengkap, hemiplegia, Hemiparesis, Fasikulasi. - Palpasi : turgor kilit jelek,
  • 21. 21 - Perkusi : bisep (-),trisep (-) - Auskultasi : - 4. Pola Fungsional Gordon a. Pola persepsi kesehatan Pada pasien dengan stroke biasanya menderita obesitas,dan hipertensi b. Pola nutrisi metabolic Pada pasien dengan penyakit stroke non hemoragik biasanya terjadi penurunan nafsu makan, mual dan muntah selama fase akut (peningkatan tekanan intracranial), kehilangan sensori (rasa kecap) pada lidah, pipi dan tenggorokan, peningkatan lemak dalam darah. c. Pola eliminasi Pada pasien dengan penyakit stroke biasanya terjadi perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urine, distensi abdomen (distensi kandung kemih berlebihan), dan bising usus negative. d. Pola aktivitas latihan Pada pasien dengan penyakit stroke biasanya merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis (hemilegia), merasa mudah lelah, susah untuk beristirahat (nyeri / kejang otot) serta kaku pada tengkuk. e. Pola istirahat tidur Selama fase akut (peningkatan tekanan intracranial), pasien dengan penyakit stroke mengalami ketergangguan / kenyamanan tidur dan istirahat karena nyeri dan sakit kepala. f. Pola kognitif persepsi Pasien dengan penyakit stroke terjadi gangguan pada fungsi kognitif, penglihatan, sensasi rasa, dan gangguan keseimbangan g. Pola persepsi diri dan konsep diri Pada pasien dengan penyakit stroke akan terjadi pada peningkatan rasa kekhawatiran klien tentang penyakit yng dideritanya serta pada pasien juga akan mengalami harga diri rendah. h. Pola peran hubungan Pada pasien dengan penyakit stroke peran hubungannya akan terganggu karena pasien mengalami masalah bicara dan ketidakmampuan untuk berkomunikasi secara efektif. i. Pola reproduksi dan seksualitas Pada pasien dengan penyakit stroke akan terjadi masalah pada pola reproduksi dan seksualitasnya karena kelemahan fisik dan gangguan fungsi kognitif. j. Pola koping dan toleransi stress Dengan adanya proses penyembuhan penyakit yang lama, akan menyebabkan meningkatnya rasa kekhawatiran dan beban pikiran bagi pasien stroke. k. Pola nilai dan kepercayaan Karena nyeri kepala,pusing,kaku tengkuk,kelemahan,gangguan sensorik dan motorik menyebabkan terganggunya aktivitas ibadah pasien. 5. Pemeriksaan diagnostic
  • 22. 22 a. Angiografi serebri Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan arteriovena atau adanya rupture dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler b. Lumbal pungsi Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan adanya hemoragik pada subarachnoid atau perdarahan pada intracranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang massif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama. c. CT Scan Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ke ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak. d. Magnetic Imaging Resonance (MRI) Dengan menggunakan gelombang magnetic untuk menentukan posisi serta besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akinat dari hemoragik. e. USG Doppler Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah system karotis). f. EEG Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak. 6. Pengkajian penatalaksanaan medis Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan kegiatan sebagai berikut:  Mempertahankan saluran napas yang paten yaitu lakukan pengisapan lender dengan sering dan oksigenasi, jika perlu lakukan trakeostomi, membantu pernapasan.  Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi klien, termasuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.  Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.  Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter  Menempatkan klien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin klien harus diubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
  • 23. 23 III. KASUS Ny. A usia 60 tahun, agama islam, alamat RT 02, RW 4, Klrhn Pilek Rinca, Papua. Masuk Rumah Sakit Raden Mataher Jambi tanggal 05 februari 2012, Ny. D dirawat diruang Neuro kelas II dengan alasan masuk klien tidak bisa menggerakkan tangan dan kaki klien. Keluarga klien mengatakan klien menderita penyakit darah tinggi. Saat dilakukan pengkajian klien tampak lemah, ekstremitas atas dan bawah pada daerah dekstra tidak bisa digerakkan, mulu sebelah kanan tampak miring, nafsu makan kurang, hanya ¼ porsi yang dimakan, akral teraba dingin, kapiler refil > 4 detik, mukosa bibir kering, wajah pucat. Keluarga klien mengatakan semua aktifitas klien dirumah sakit dibantu oleh keluarga, klien tampak bedrest total, keadaan oto menurun, sulit berkomunikasi. Dari
  • 24. 24 pemeriksaan didapatkan hasil : TD : 200/100 mmHg, Nd : 80x/i, S : 37 derajat celcius, RR : 20x/i, Pemeriksaan labor lengkap, CT scan. A. Pengkajian a. Identitas Klien  Nama : Mbah A  Usia : 60 Tahun  Tempat dan Tgl Lahir : Bendungan, 24 Juli 1954  Agama : Islam  Status Perkawinan : Janda  TB / BB : 155 / 55  Penanpilan umum : Bungkuk  Ciri – cirri tubuh : Kecil, agak bungkuk  Alamat : RT 02, RW 4, Klrhn Pilek Rinca, Papua  Orang yang dekat dihubungi : Ardi  Hubungan dengan klien : Anak ke – 2 b. Riwayat Keluarga Genogram Keterangan c. Riwayat Pekerjaan Mbah A saat ini tidak bisa bekerja karena mbah A mengalami stroke. Mbah A sebelumnya bekerja sebagai petani dan itu sebagai sumber penghasilan hidupnya dan mbah A bekerja di lahannya sendiri dan mbah A hanya berjalan kaki kelahan pertaniannya. d. Riwayat lingkungan hidup Mbah A tinggal dengan anak dan cucunya dan rumahnya hanya rumah panggung. Mbah A hanya memiliki 5 kamar yang di huni oleh Mbah A, anak – anaknya dan cucunya. Kondisi rumahnya hanya sederhana dan tetangga mbah A sangat berdekatan. e. Riwayat Rekreasi Mbah A saat ini tidak bisa berrekreasi lagi karena mbah A mengalami stroke. Sebelumnya mbah A dan anak – anaknya dan cucunya
  • 25. 25 berreaksi di taman anjungan dan mbah A senang berjalan kaki untuk menyehatkan tubuh di sekitar lingkungan rumahnya dan mbah A tidak terlibat dalam organisasi di lingkungannya. f. Sistem Pendukung yang digunakan Dilingkungan mbah A terdapat puskesmas dan jarak tempunya kurang lebih 2 Km dan untuk mencapai puskesmas tersebut mbah A hanya menggunakan sepeda motor yang digunakan oleh anaknya. Menantunya sering memasak untuk mbah A dan keluarganya dan mbah A tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari – harinya. g. Deskripsi Kekhususan / kebiasaan ritual Agama mbah A adalah Islam dan mbah A setiap harinya hanya berdo’a di dalam hati karena mbah A mengalami stroke. h. Setatus kesehatan saat ini Mbah A pernah mengalami stroke ringan kira – kira 5 bulan yang lalu dan mbah A sudah di bawa kepuskesmas terdekat di desanya. Pada saat itu, sebagian anggota tubuhnya tidak bisa di gerakkan dan pada saat itu juga anaknya membawa mbah A ke puskesmas di desannya dan di rujuk ke RS Soekampret dan mendapat perawatan selama 2 minggu. i. Status Kesehatan masa lalu mbah A pada masa kanak – kanak pernah mengalami sakit yaitu sakit panas dan batuk. Mbah A pernah di rawat di RS dan tidak pernah di operasi. j. ADL ( Activity Daily Living ) a) Berdasarkan indeks KATZSG b) Psikologi klien meliputi :  Persepsi klien terhadap penyakit Menurut mbah A penyakit itu mudah datang dan mudah pergi tetapi kalau sakitnya sudah tidak bisa ditahan, baru saya pergi berobat kepuskesmas di desa saya.  Konsep diri Mbah A masih percaya dengan persepsinya sendiri tentang penyakit.
  • 26. 26  Emosi Mbah A gampang emosi karena tidak di perhatikan oleh anak – anaknya yang lain selain anaknya yang nomor 2.  Kemampuan adaptasi Mbah A mampu beradaptasi di lingkungan manapun dan yang penting kita mau bergaul dilingkungan itu  Mekanisme pertahanan diri Mbah A tidak mampu melindungi dirinya sendiri karena mbah A sudah tua dan menderita stroke. k. Tinjauan system a) Keadaan umum : Pendek, agak bungkuk b) Tingkat kesadaran : composmentis c) c. Skala koma Glasgow d) d. TTV  TD : 200/100mmHg  RR : 20 x/mnt  S : 37 0C  N :80 x/mnt e) Tinggi bada dan berat badan : 155/55 Kg f) Kulit : Sawo matang, tidak ada lesi g) Ulkus dekubitus : Tidak ada h) Kepala : Kotor ada ketombe dan tidak ada lesi i) Rambut : Rambutnya beruban, mudah rontok, . j) Mata : Simetris, reflek pupil normal k) Telinga : Simetris, Kotor, ada penumpukan serumen l) Hidung : Kotor, rambut hidung ada m) Mulut dan gigi : Bibir lembab, ada karies n) Leher : Nadi jugularis teraba, tidak ada lesi o) Payudara : Tidak ada benjolan, tidak ada perubahan pada area payudara p) Sistem kardiofaskuler  Inspeksi : tidak nampak iktus kordis
  • 27. 27  Palpasi : tidak ada nyeri tekan  Perkusi : pekak  Auskultasi : S1, S2 reguler q) Sistem pernapasan  Inpeksi : simetris, tidak ada retraksi interkosta  Palpasi : tidak ada nyeri tekan  Perkusi : sonor  Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan seperti, ronki, wheezing. r) Sistem gastrointestinal  Inspeksi : simetris, tidak ada benjolan umbilikus, tidak ada lesi.  Auskultasi : 18 x/mnt  Palpasi : tidak ada nyeri tekan  Perkusi : tympani s) Anus dan genitalia : Kotor dan tidak ada benjolan t) System muskuluskeletal : Kekuatan otot 1 u) System endokrin : Tidak ada tiroid / benjolan v) System imum : Leukosit …… w) System gastrointestinal : Tidak ada pembesaran usus, tidak ada massa x) System reproduksi : Tidak ada kelainan pada alat kelamin ( – HIV AIDS ) l. Pengkajian status fungsional Untuk mengukur kemampuan lansia untuk melakukan aktifitas sehari – hari secara mandiri di ukur dengan indeks KATZ : Mbah A dalam pengkajian indeks KATZ mendapat sekor G karena tidak bisa melakukan keenam fungsi seperti makan, mandi, berpakian, kontinen, berpindah, kekamar kecil. m. Status kognitif dan afektif Pengkajian status mental gerontik Mengidentifikasi kerusakan intelektual menggunakan SPSMQ untuk mendeteksi adanya dan ketingkatan kerusakan intelektual, terdiri 10 hal
  • 28. 28 yang mengetes orientasi, memori dalam hubungannya dengan kemampuan perawatan diri, memori jauh, kemampuan matematis. 1. Mbah A dekat sama anak yang keberapa? 2. Mbah A bisa kekamar mandi sendiri atau di bantu? 3. Mbah A bisa mandi sendiri atau di bantu ? 4. Mbah A bisa berpakian sendiri atau di bantu ? 5. Mbah A bisa makan sendiri atau di bantu ? 6. Mbah A mempunyai anak berapa ? 7. Mbah A pekerjaannya apa ? 8. Siapa nama ketua RT di lingkungan mbah A ? 9. Siapa nama prisiden yang kelima di Indonesia ? 10. Nama panjangnya mbah A siapa ? n. Pengkajian status social Status social dapat di ukur dengan mengunakan APGAR keluarga. Penilaian jika pertanyaan – pertanyaan yang di jawab selalu poin 2. o. Data penunjang Data yang mendukung sebagai pelengkap dalam menentukan diagnose keperawatan. 1. Pemeriksaan darah 2. CT scan B. Diagnosa Keperawatan