Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Coal Handling SOP
1. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 1
PT. D&C ENGINEERING COMPANY
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
COAL HANDLING
PLTU JENEPONTO 2X135 MW
Dokumen # Judul:
Standard Operasional Prosedur Coal
Handling
Tanggal Cetak: 2 April
2018
Revisi # Dipersiapkan Oleh: Muhammad Azhar Tanggal Dipersiapkan:
25 february 2018
Tanggal Efektif: Diperiksa Oleh: Tanggal Diperiksa:
Standard: Disetujui Oleh: Tanggal Disetujui:
2. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 2
1. PENDAHULUAN
Fasilitas coal handling dirancang berdasarkan kebutuhan PLTU Jeneponto Unit #3 A dan
3 B 2x135 MW. Fasilitas coal handling terdiri dari unloading system, coal storage yard,
screening and Crushing system, belt conveyor system, control dari coal handling system,
weighing, sampling, iron removing system, dll.
Coal consumption
A. Unloading System
Batubara dikirim ke jetty PLTU Jeneponto Unit #3 2x135 MW melalui laut. Pelabuhan
55,000 DWT dirancang untuk menangani 35,000~55,000 self unloading vessel.
Pelabuhan 14,000 DWT dirancang untuk menangani tongkang batubara dan satu unit ship
unloader dengan rated capacity 500 t/h telah disiapkan. Dengan spesifikasi sebagai
berikut:
Span : 16 m
Bucket capacity : 8,5 m2
Lifting Capacity : 12,5 t
Grab Sihp unloader output : Q=500 t/h Qmax=600 t/h
Satu buah belt conveyor dari jetty ke power plant dirancang dengan B=1200mm,
V=2m/s, Q=500t/h dan Qmax=600 t/h. dengan ukuran beban maximum 500 mm, dan
output size ≤250mm.
B. Coal Yard and Storage Facilities
Terdapat 2 coal yard di PLTU Jenponto Unit #3. Setiap coal yard berbentuk persegi
panjang dengan panjang 245m dan lebar 96m, tinggi rata-rata stacking batubara adalah
12-13m. Total penyimpanan dari coal yard sekitar 81.000 t, mencukupi untuk pemakaian
PLTU Jenponto Unit #3 selama 21 hari.
3. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 3
Satu unit bucket-wheel stacker-reclaimer dengan kapasitas stacking 250 t/h dengan
output bucket 500 t/h dan kapasitas reclaiming 800 t/h dipasang disetiap coal yard.
Panjang boom 30m. Setiap bucket-wheel stacker-reclaimer terhubung dengan satu belt
conveyor B=1200mm, v=2m/s, Q=500t/h.
Satu emergency coal bunker terpasang di belt conveyor C-15 di transfer tower No. 7,
digunakan saat terjadi masalah di bucket-wheel stacker-reclaimer.
C. Coal Screening and Crushing System
Dua set roller screen XGS1209 terpasang di coal crusher house dengan kapasitas 1000t/h
dan ukuran maksimal batubara masuk kurang dari 300mm, ukuran keluar kurang dari
30mm.
Dua set coal crusher HCSZ600 ring-type crusher dengan kapasitas 600 t/h terpasang di
coal crusher house, termasuk safety monitor: temperature, vibrasi, hydraulic uncap
device. Power Electromotor adalah 315kW. Ukuran maksimal batubara masuk kurang
dari 300mm, ukuran keluar kurang dari 30mm.
Terdapat satu electric single-beam bridge crane untuk maintenance dengan panjang
13.5m dan kapasitas angkat 10t.
D. Belt Conveying System
E. Coal Handling Control
4. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 4
Coal handling system menggunakan Programmable (PLC). Pada saat debugging dan
overhauling, local control dapat digunakan setelah interlock terputus.
Programmable (PLC) tidak termasuk control untuk bucket-wheel stacker-reclaimers.
Bucket-wheel stacker-reclaimers dikontrol di dalam kabin operator No. 3 bucket-wheel
stacker-reclaimers interlock dengan belt conveyor C-14 dan No. 4 bucket-wheel stacker-
reclaimers interlock dengan belt conveyor C-15. Dua bucket-wheel stacker-reclaimers
berkomunikasi dengan coal handling system.
Mode operasi coal handling system dipilih dan switch secara otomatis pada main control
room. Tombol local digunakan untuk emergency stopping dan sistem mempunyai
interlock dan protective devices.
Sistem belt conveyor memiliki sensor zero speed switch, belt sway switch, pull-chord
type emergency switch of belt, blockage test device dan stick ability trembler untuk
chute, high bin level signal, ultrasonic level signal, dll.
Mode operasi utama adalah sebagai berikut:
Port 500 t/h Coal Yard
Port 500 t/h 250 t/h Bunker Room
250 t/h Coal Yard
Coal Yard 250 t/h Bunker Room
F. Auxiliary Facilities of Coal handling system
Iron separating
Terdapat tiga tingkat magnetic separator pada system belt conveyor, yang terpasang di C-
9, C-10, C-12, C-14 dan C-15
Sampling dan weighting
Satu unit mechanical sampling device terpasang di C-9 dan C-12 untuk mengambil
sampel batubara yang menuju ke boiler.
Dua electron belt scales dengan checking device terpasang di C-12A/B untuk mengetahui
jumlah batubara yang didkirim ke bunker.
5. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 5
Bulldozer Garage
Garasi dirancang dengan 3 area parkir, termasuk ruangan maintenance, ruangan istrahat
dan ruangan spare parts, dll. Satu electric single-beam bridge crane dengan kapasitas 5t
terpasang untuk maintenance.
Coal Deposit Pond
Batubara yang mengendap akan diambil kembali dan dikirim ke coal yard dengan
menggunakan bulldozer. Slurry pumps terpasang di transfer tower No. 5 dan No. 6.
Maintenance dan lifting devices
Maintenance dan lifting devices terpasang di setiap transfer tower dan coal bunker bay,
dll.
G. Purpose
Tujuan utama dari standar operating procedure (SOP) ini adalah untuk memberikan
informasi kepada semua operator di fasilitas coal handling tentang prosedur operasional
peralatan di coal handling system.
H. Scope
Standar operating procedure (SOP) diterapkan kepada semua operator yang ada di
fasilitas coal handling system sebagai panduan untuk mengoperasikan peralatan.
I. Responsibilities
Manager Operasional & Maintenance bertanggung jawab untuk memastikan organisasi
berjalan sebaik mungkin dalam memberikan pelayanan dan memenuhi harapan
pelanggan dan klien.
Engineer bertanggung jawab untuk memantau aktivitas operasional fasilitas coal handling
system.
Coal handling operator bertanggung jawab untuk mengoperasikan peralatan coal
handling system dengan aman, memantau transportasi batubara, memantau kebersihan,
mencatat aktivitas opeasional dan melaporkan kepada Engineer jika terdapat masalah.
6. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 6
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
BELT CONVEYOR
7. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 7
Prosedur operasional Belt conveyor
A. Pemeriksaan sebelum mulai operasional
a) Static check (pemeriksaan pada saat peralatan stop beroperasi)
Pada saat pergantian shift, operator shift selanjutnya harus memahami catatan
operasi & kondisi pada shift sebelumnya.
Pastikan tidak ada tim maintenance, cleaning service dan orang lain yang bekerja
di jalur conveyor yang akan dioperasikan.
Pastikan penerangan, selang pemadam & APAR berada dalam kondisi yang baik.
Pastikan peralatan aman sebelum start up.
Pastikan tidak ada benda asing berada pada bagian atas atau bawah belt conveyor.
Pastikan tidak ada kerusakan, retakan, goresan & keausan yang parah pada belt
conveyor.
Pastikan coal loading chute berada dalam kondisi mulus, tidak ada penumpukan
batubara & sambungan las terbuka.
Pastikan semua idlers dan roller dalam kondisi yang baik.
Pastikan pelumasan pada bearing, level oli pada girbox & fluid coupling berada
pada kondisi normal.
Pastikan baut pada motor listrik, kopling, girbox, rem & frame tidak rusak dan
longgar.
Pastikan belt cleaner terpasang dengan benar dan tekanan pada belt conveyor
sesuai.
Peralatan tensioner belt conveyor harus dalam kondisi yang baik tanpa kerusakan.
Operator Conveyor Belt inspection harus memberitahukan level actual coal
bunker kepada shift leader.
Pastikan pencahayaan di area kerja cukup.
Setelah peralatan dimatikan, semua peralatan harus diperiksa. Pastikan semua
perlatan dalam kondisi baik dan tidak rusak.
Electric dual coal plough seharusnya naik dan turun mulus tanpa tertahan.
Tekanan pada belt harus sesuai dengan ketentuan.
Pastikan rubber skirt tidak terlalu aus dan posisinya benar.
Kopling dan fluid coupling harus dilengkapi dengan penutup. Penutup harus
terpasang dengan benar.
Kuras air yang tergenang di C-10A/B & C-15 (underground belt conveyor).
Pastikan area coal yard bersih dari benda asing dan sampah.
Operator harus mencatat hasil dari inspeksi di lapangan.
b) Dynamic check (pemeriksaan pada saat peralatan beroperasi)
8. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 8
Untuk beberapa peralatan, pemeriksaan kondisi abnormal hanya dapat dilakukan
pada saat peralatan beroperasi.
Dengarkan peralatan untuk melihat dari mana suara abnormal dan bau berasal.
Amati peralatan untuk melihat kejadian abnormal seperti asap, getaran, poros
yang terpasang tidak benar, penyimpangan dan terjadi sobekan.
Sentuh peralatan seperti motor dan girbox (dilarang keras untuk menyentuh
bagian yang berputar atau berarus listrik) untuk mengetahui apakah
temperaturnya normal. Operator harus berdiri diluar pagar, tetap menjaga jarak
aman dari peralatan.
Test vibrator, dust collector dan triple damper untuk melihat peralatan bekerja
dengan normal.
Operator Conveyor Belt inspection harus melaporkan hasil pemeriksaan di
lapangan kepada shift leader setelah pemeriksaan belt dan perangkat lainnya
selesai, sehingga shift leader memahami kondisi dilapangan.
B. Local manual operation untuk start up dan shutdown
Tahapan start dan stop belt conveyor untuk proses reclaiming dari BUCKET WHEEL
STACKER RECLAIMER:
Start
Tahapan start belt conveyor untuk proses reclaiming dari BUCKET WHEEL STACKER
RECLAIMER #3:
Conveyor
C12 A/B
running
Nyalakan
Magnetik
separator
Conveyor
C13 A/B
running
Coal
Crusher
running
Vibrating
screen
running
Conveyor
C11 A/B
running
Conveyor
C15
running
Bucket
Wheel SR
running
9. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 9
Stop
Tahapan stop belt conveyor untuk proses reclaiming dari BUCKET WHEEL STACKER
RECLAIMER #4:
Ada 2 model untuk operational belt conveyor:
1. Local manual operation
2. Program control (program control adalah mode operasi normal)
Local manual operation untuk start up dan shutdown:
1. Local manual operation adalah mode operasi tidak normal. Dalam kondisi normal,
proses start up dan shutdown belt conveyor dikontrol oleh program control room.
Local manual operation hanya diaplikasikan pada saat start up dengan beban atau
pengetesan operasional setelah perbaikan peralatan dan hanya bisa dilakukan setelah
mendapat persetujuan dari progam control room.
2. Pindahkan switch di control box pada posisi local atau manual position.
3. Pastikan peralatan lainnya pada belt conveyor berada dalam kondisi normal dan triple
damper pada coal chute berada pada posisi yang benar.
4. Nyalakan sinyal bel selama 15-30 detik untuk mengingatkan pekerja menjauhi
peralatan
5. Tekan tombol start up dan pastikan belt conveyor tidak diganggu oleh orang yang ada
disekitarnya.
6. Inspeksi area belt conveyor harus diperketat setelah beroperasi. Jika terjadi sesuatu
yang tidak normal, belt conveyor harus dimatikan dan temukan masalahnya. Belt
conveyor tidak boleh beroperasi sampai permasalahan diselesaikan.
7. Untuk start up belt conveyor dengan beban, dapat dimulai setelah ada konfirmasi
bahwa alur kerja dalam kondisi operasi normal.
Bucket
Wheel SR
stop
conveyor
C-14 stop
conveyor
C-10 A/B
stop
Vibrating
screen
stop
Coal
crusher
stop
Conveyor
C12 A/B
stop
Conveyor
C13 A/B
stop
Matikan
semua
magnetic
separator
10. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 10
8. Tombol shutdown hanya boleh ditekan setelah belt conveyor di belakangnya
dimatikan dan tidak ada batubara tersisa di atasnya. Dan beritahukan kepada
conveyor belt inspector untuk memeriksa apakah peralatan tambahan sudah mati.
9. Pindahkan posisi tombol di panel control local ke posisi remote control.
C. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat operasional dan emergency shutdown
a) Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat operasional :
Pengecekan peralatan harus berdasarkan pada sistem circular inspection.
Periksa temperature, suara dan getaran pada motor, girbox, rolling bearing
support, sliding bearing support. Apakah ada suara, temperature dan getaran yang
melebihi ketentuannya.
Idler dan pulley harus berputar mulus tanpa tertahan dan suara tidak normal.
Poros idler harus terpasang tepat pada dudukan tanpa ada kemungkinan terjatuh.
Baut pada motor, kopling, girbox, tutup pelindung dan rangka harus dipantau
untuk melihat apakah ada yang lepas atau longgar.
Periksa belt conveyor, apakah ada kemiringan, sobekan dan retakan.
Periksa belt cleaner untuk melihat apakah bekerja dengan baik. Tekanan harus
sesuai untuk membersihkan batubara yang menempel.
Selalu periksa load chute batubara untuk melihat penyumbatan, penempelan atau
kebocoran. Jika ditemukan penyumbatan pada load chute, maka vibrator harus
dinyalakan.
Pastikan tidak ada kerusakan pada alat tensioner.
Dilarang membersihakan batubara yang menempel di pulley pada saat beroperasi
karna berbahaya untuk manusia dan peralatan.
Pada saat akan memindahkan triple damper pada saat operasi, operator harus
menghubungi CCR. Pemindahan damper harus dilakukan pada saat pada saat
tidak ada batubara atau mesin harus dimatikan dan batubara yang menempel pada
damper dibersihkan.
Motor listrik hanya boleh menyala dua kali pada keadaan dingin dan satu kali
pada keadaan panas. Dilarang menyalakan secara terus menerus.
Pada operasional, arus listrik pada motor tidak boleh melebihi ketentuan.
Temperature pada casing motor tidak lebih dari 75C, temperature sliding bearing
harus kecil dari 80C dan temperature rolling bearing dibawah 100C.
b) Emergency shutdown
Operator boleh mematikan mesin dengan menggunakan tombol emergency shutdown
untuk keadaan darurat dengan beberapa ketentuan berikut ini:
11. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 11
Kondisi abnormal: peralatan gagal yang terjadi pada saat sistem beroperasi atau
berbahaya untuk keselamatan.
Peralatan terbakar.
Penyimpangan belt conveyor yang parah, slip, sobekan dan penyumbatan
batubara pada belt conveyor namun peralatan proteksi tidak bekerja.
Terdapat zat yang mudah terbakar atau meledak pada peralatan atau benda
berukuran besar.
Suara yang dihasilkan peralatan tidak normal, temperature meningkat drastis atau
timbul asap.
Sensor proteksi rusak parah yang akan mempengaruhi pengoperasian yang aman
pada peralatan.
Terdapat benda asing atau batubara menahan bagian yang berputar.
Magnetic separator menangkap logam berukuran besar, sehingga menghalangi
jalur batubara.
Peralatan listrik di area kerja terbakar.
Temperature dan getaran pada bagian motor dan girbox melebihi batas toleransi.
Gesekan stator dengan rotor pada motor mengakibatkan bunga api atau
menimbulkan asap.
12. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 12
13. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 13
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
COAL CRUSHER
14. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 14
Prosedur operasional coal crusher
15. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 15
16. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 16
1. Persiapan sebelum start
Periksa bearing apakah pelumasannya cukup.
Periksa jarak antara rotor dan plat saringan, atur jaraknya berdasarkan kebutuhan ukuran butir
batubara yang diinginkan.
Periksa kekencangan baut.
Pastikan tidak ada penyumbatan di crusher.
Dilarang menyalakan crusher dengan beban (terdapatat batubara didalamnya).
2. Start-up
Pertama kali kirim sinyal ke mesin penggerak, selanjutnya nyalakan motor.
3. Running
Operasikan crusher 1-2 menit tanpa beban. Selanjutnya masukan material sedikit demi sedikit
sampai jumlah rata-rata terpenuhi secara bertahap.
Dilarang keras memasukan potongan besi dan material lain yang dapat merusak ring crusher.
Dilarang keras membuka inspection door untuk membersihkan, menyeting, memeriksa, dll pada
saat mesin beroperasi.
Temperature pada bearing tidak boleh lebih dari 80°C, mesin harus stop jika lebih dari 80°C dan
temukan penyebabnya.
4. Stop mesin
Stop memasukan batubara ke dalam crusher, biarkan batubara tersisa diproses oleh crusher
sampai selesai.
Matikan mesin coal crusher.
17. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 17
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
ROLLER SCREEN
Prosedur operasional roller screen
18. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 18
Roller Screen Type XGS1209
Main Technical Parameters
Rating Capability 800t/h
Screen Size Inlet Size : ≤300mm
Screen Overflow Size : ≤30mm
Screen Characteristic Screen Gradient
Obliquity
5°-15°
Screen Area 3330x1200mm
Screening Efficiency ≥90%
Motor Type Z68 M100LB4
Power 9x3.0kW
Rotational Speed 90r/min
Total Weight : 10083Kg
A. Pemeriksaan sebelum start up
a) Pastikan tidak ada besi plat, batubara tersisa dan benda asing di dalam roller screen.
b) Pastikan tidak ada baut yang longgar.
c) Pastikan pelumasan bearing sesuai dengan kebutuhan.
d) Setelah pemeriksaan selesai, nyalakan mesin dan pastikan peralatan beroperasi dengan
baik dan tidak ada suara abnormal atau getaran.
B. Start up and shut down
Local manual operation
a) Putar switch pada control box ke posisi local.
b) Nyalakan roller screen setelah coal crusher start.
c) Jangan stop roller screen sampai belt conveyor C-11 A/B stop operasi atau tidak ada
batubara tersisa di dalam roller screen.
C. Program control operation
a) Roller screen diinstal dalam sebuah system dan interlock dengan belt conveyor.
b) Saat start up, nyalakan coal cusher terlebih dahulu kemudian nyalakan roller screen dan
selanjutnya belt conveyor C-11A/B.
c) Saat shut down, matikan belt conveyor C-11A/B terlebih dahulu kemudian roller screen
dan selanjutnya coal crusher.
D. Pemeriksaan dan hal-hal yang perlu diperhatikan selama operasional
a) Pastikan setiap komponen berputar dapat berputar dengan baik.
b) Perhatikan temperature setiap bearing pada motor dan gearbox apakah normal atau tidak.
c) Vibrasi gearbox tidak boleh melebihi nilai spesifik.
d) Periksa secara berkala apakah roller screen beroperasi dengan stabil dan tidak ada suara
abnormal.
19. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 19
e) Ketika terdengar suara abnormal dari roller screen, matikan roller screen dan temukan
penyebabnya secepatnya. Jangan dinyalakan mesin sampai masalah ditemukan.
f) Dilarang menyalakan roller screen dengan beban (terdapat batubara). Ketika ingin
menyalakan roller screen kembali setelah emergency shutdown, pastikan batubara telah
dibersihkan.
20. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 20
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
MAGNETIC SEPARATOR
21. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 21
Prosedur operasional Magnetic separator
A. Pemeriksaan sebelum startup
Pastikan tidak ada besi plat disekitar control box.
Pastikan hanger rod dalam keadaan kencang dan belt type magnetic separator terpasang
dengan benar tanpa ada defleksi.
Pastikan belt pada belt type magnetic separator tidak ada sobekan atau goresan
Pastikan belt pada belt type magnetic separator tidak kendor.
Pastikan tidak ada baut yang kendor pada peralatan.
Pastikan lubrikasi dalam keadaan sesuai dengan kebutuhan.
Pastikan sambungan elektrik tidak mengalami kerusakan.
Pastikan belt pada belt type magnetic separator posisinya tidak menyimpang dan bekerja
dengan normal. Setiap bagian beroperasi tanpa suara abnormal atau getaran abnormal.
22. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 22
Jika tidak ada kerusakan setelah pemeriksaan, pindahkan posisi switch pada program
control.
B. Startup dan shutdown magnetic separator
Local manual operation
Local manual operation hanya dilakukan untuk trial run dari peralatan setelah proses
maintenance selesai.
Start:
Belt type magnetic separator harus dioperasikan berdasarkan tahapan startup dan
shutdown. Belt type magnetic separator harus menyala sebelum C-14 atau C-15
beroperasi. Belt type magnetic separator harus dimatikan setelah C-14 atau C-15
beroperasi.
Posisikan switch di local control box pada local position.
Selanjutnya peralatan dapat dioperasikan dengan menekan tombol rotary drum start
button.
Tekan tombol excitation start button.
Atur voltase sekitar 300 volt (dilarang mengatur voltase lebih dari 370 volt).
Stop:
Belt type magnetic separator harus dimatikan setelah belt conveyor C-14 atau C-15 stop
beroperasi.
Posisikan switch di local control box pada local position.
Tekan tombol excitation stop button.
Tekan tombol rotary drum stop button.
Program control operation
Operator belt inspection bertugas memindahkan switch pada posisi remote control dan
operator CCR melaksanakan prosedur untuk operasional belt type magnetic separator,
secara otomatis start atau stop.
23. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 23
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
DISC TYPE MAGNETIC SEPARATOR
24. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 24
Prosedur operasional Disc Type Magnetic separator
Disc type magnetic separator main technical parameters
Suitable belt width : 1200mm
Suitable belt speed : 2.5m/s
Cooling type : Self cooling
Required suspension height : 350mm
Magnetic induction at suspension height : ≥90mT
Attractive effort : 0.01~25 kg
A. Pemeriksaan sebelum startup
a) Pastikan hanger rod tidak mengalami kerusakan dan dalam keadaan kencang.
b) Pastikan gear pada traveling trolley tidak longgar dan tidak rusak.
c) Pastikan traveling rail bebas dari hambatan.
d) Pastikan tidak ada goresan dan kerusakan pada kabel.
e) Pastikan steel wire tidak rusak dan longgar.
Pastikan tidak ada batubara pada disc type magnetic separator.
B. Operasional startup dan shutdown
Local operation
Local manual operation hanya diterapkan untuk trial run setelah proses maintenance
selesai. Proses ini harus dimulai dan diakhiri berdasarkan tahapan dari system.
a) Pindahkan posisi tombol di control box pada posisi Local dan arahkan magnetic separator
di atas belt conveyor.
b) Tekan tombol excitation.
c) Pada saat belt conveyor operasional, magnetic separator menangkap besi dengan ukuran
besar yang membahayakan operasional, maka tekan tombol forward dan posisikan
magnetic separator berada pada tempat pembuangan, tekan tombol demagnetize dan besi
jatuh ke tempat pembuangan, tekan tombol back sampai magnetic separator berada di
atas belt conveyor dan tekan tombol excitation lagi.
d) Matikan magnetic separator setelah belt conveyor berhenti beroperasi.
25. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 25
DQL 800/1500 ● 30
BUCKET WHEEL STACKER RECLAIMER
OPERATION PROCEDURE
26. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 26
A. Stacker Reclamer
Stocker reclaimer adalah alat yang digunakan untuk mencurahkan batu bara yang
dibongkar oleh ship unlouder (SU) yang melalui alat konveyor menuju ke coal yard
disebut stacking, mengambil batu bara dari coal yard menuju ke coal bungker disebut
reclaiming.
B. Prinsip Kerja Stacker Reclaimer
Prinsip kerja SR ada 2 yaitu;
1. Stcking; dengan menggerakkan conveyor pada boom tripper menuju ke boom bucket
dan mencurahkan batubara kea rah stock area. Bucket weel tidak dioperasikan karena
tidak mempunyai peranan dan proses stocking.
2. Reclaiming; dengan menggerakkan conveyor boom tripper dan boom bucket ke arah
coal bunker dan memutar bucket weel guna mengambil coal dari tumpukan untuk
diteruskan dan diangkut melalui conveyor sampai masuk kea rah coal bunker.
C. Sumber Daya
1. Alat Pelindung Diri (APD)
- Safety helmet
- Pakaian kerja (wear pack)
- Sarung tangan
- Safety shoes
- Pelindung telinga (for plus)
- Masker
- Kaca mata
2. Alat Kerja
- Alat komunikasi (HT)
- Alat penerang (senter)
D. Bagian-Bagian Stacker Reclaimer (Sr)
1. Gentry Area
2. Triper Area
3. Rotary Gear Slewing
4. Boom Conveyor
5. Bucket Wheel
6. Cabin
E. Equipment Pendukung Sr
27. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 27
1. Gantry Area / Sistem Gentry
Sebuah system menangani pergerakan tracking pada stacker reclaimer (SR). gantry
adalah sebuah roda penggerak yang terbuat dari baja.
2. Motor Long Traveling
Sebagai motor penggerak maju/mundurnya gentry pada stacker reclaimer (SR)
3. Box Rail Clamp
Sebgai penggerfak long traveling pada stacker reclaimer (SR) yang dapat digunakan
sebagai REM.
4. Limit Switch Long Traveling
Alat pendeteksi yang akan memberi signal/tanda bahwa pergerakan stacker reclaimer
(SR) sudah dalam batas limit
5. Box Local Traveling
Berfungsi sebagai control local traveling
6. Stoper
Berfungsi sebagai pelindung stop mendadak jika sensor limit switch tidak berfungsi
7. Ancor
Sebagai oengunci saat posisi stacker reclaimer (SR) parkir.
8. Cleaner
Sebagai pembersih dari kotoran/ benda yang dapat mengganggu laju dari stacker
reclaimer
9. Emergency Stop
Saklar yang jika ditekan akan terkunci atau mematikan system secara darurat apabila
memang dibutuhkan
F. Langkah-Langkah Mengoperasikan Stacker Reclaimer
1. Proses Start
a. Tekan tombol control ON
b. Tekan tombol power ON
c. Tekan tombol Roll open (tekan selama beberapa detik)
d. Tekan tombol reset untuk mereset semua alarm pada stacker reclaimer (SR)
e. Tekan tombol horn alarm (menandakan stacker reclaimer (SR) dioperasikan)
2. Proses Melakukan Swing Kanan dan Kiri
Swing adalah gerakan memutar dari boom conveyor yang bergerak ke kiri dan ke
kanan, batas swing kiri dan kanan adalah 90 derajat.
a. Swing kanan
Tekan tombol selector kearah kanan
b. Swing kiri
28. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 28
Tekan tombol selector kearah kiri
3. Proses Traveling
Adalah proses bergeraknya SR maju/mundur yang system operasinya ada pada panel
sebelah kiri dengan cara memindahkan selector kea rah kanan untuk maju, dank ke
kiri untuk mundur.
4. Proses Reclaiming
Adalah proses dimana pemindahan batu bara dari coal yard kea rah bunker. Untuk
menjalankan proses reclaiming harus meminta permit terlebih dahulu, antara lain:
a. Tekan tombol horn alarm pada panel
b. Tekan luft pump pada panel
c. Swing boom bucket wheel kea rah coal yard yang di kehendaki
d. Pindah ke selector panel sebelah kiri pada posisi interlock
e. Ubah selector pada posisi reclaiming.
5. Proses Stacking
Stacking adalah proses dimana pemindahan batu bara melalui conveyor (hasil
bongkar dari ship unloader) menuju ke coal yard.
Untuk menjalankan proses stacking meminta permit terlebih dahulu kepada CCR lalu;
a. Tekan horn alarm pada panel
b. Tekan luft pump pada panel
c. Swing boom bucket wheel kea rah coal yard yang di kehendaki
d. Pindah ke selector panel sebelah kiri pada posisi interlock
e. Ubah selector di panel sebelah kiri pada posisi tripper stacking
G. Tata Cara Pengoperasian Dengan Benar Dan Aman
a. Ketahui kondisi kerjaan atau material sebelum penataan/pengambilan batu
b. Jangan beroperasi di luar batas kemampuan unit stacker reclaimer (SR)
c. Rencanakan (planning) dulu lalu ikuti petunjuk dari operator CCR
d. Amati panel indicator sudah bekerja dengan baik.
H. Trouble Shooting Yang Terjadi Pada Stacker Reclaimer
Berbagai masalah yang pernah terjadi di stacker reclaimer (SR).
1. Trip Motoran Bucket Wheel
Trip motoran bucket wheel ini terjadi saat stacker reclaimer (SR) indikasi ampere
motornya terlalu atau melampaui batas maksimal, hal ini terjadi karena stacker
29. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 29
reclaimer (SR) terlalu banyak mengambil batu bara dan juga dipengaruhi oleh
keadaan batu bara di coal yard.
2. Limit switch Swing tidak berfungsi dengan baik
saat stacker reclaimer (SR) mengalami trauble/ gangguan saat swing atau tidak
berfungsi dengan baik. Problem ini biasanya karena limit switch swing tertimbun
debu batu bara. Oleh karena itu kebersihannya harus dijaga
3. Conveyor Boom Jogging/Miring
Saat proses reclaiming/stocking sering terjadi mkonveyor jogging/miring, ini
disebabkan karena puil pada konveyor kotor, dalam keadaan basah, ataukah
pemasangan roller conveyor tidak center. Makanya conveyor perlu di adjust dengan
cara menggeser roller stabilizer.
4. Traveling Tidak Mau Maju
Ini karena kondiso hydrolit real claim tidak membuka. Biasanya hal ini terjadi karena
kondisi real claim kotor dan motoran hydrolic rail clam rusak.
Prosedur operasional Bucket Wheel Stacker Reclaimer
Spesifikasi peralatan
1. Capacity
Stacker rated capacity 1500 t/h
Reclaimer rated capacity 800 t/h
2. Stacker and reclaimer range
Material Coal
Density 0.85 t/m3
Traveling distance ~ 120m
Pile cross-section shape Ladder
Pile height 14 m (upper railway 12.3m, below
railway 1.7m)
3. Bucket wheel mechanism
Type No pattern bucket wheel
Bucket wheel diameter ~ 6100mm
Bucket capacity 0.45m3
Bucket number 9
Bucket wheel speed 6.6 r/min
Drive type Long axis mechanical drive arrangement
Motor power 55 kW
30. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 30
4. Luffing mechanism
Main body luffing
Drive type Dual cylinders with hydraulic drive
Luffing cylinder parameters Piston diameter D= 250 mm
Rod diameter d= 160 mm
Traveling distance L= 1500 mm
Luffing speed V=0~0.5m/min (decrease)
V=0~0.35m/min (rising)
Luffing angle Upward +13°, under the stop -14°
System working pressure P≤16Mpa
Motor power P=15kW
Driver room leveling
Drive type Single cylinder with hydraulic drive
Luffing cylinder parameters Piston diameter D=100mm
rod diameter d=70mm
Traveling distance L=400mm
Luffing speed V=0~0.7m/min (decrease)
V=0~0.5m/min (rising)
System working pressure P≤16 Mpa
5. Slewing mechanism
Type Rotary bearing supporting
Slewing radius 30m
Slewing speed 0.05~0.15r/min
Slewing angle -110°~+110°
Drive type Mechanical transmission, frequency
control
Motor power P=15kW
6. Traveling mechanism
Drive type Three in one gearbox
Rail distance x shaft distance 6m x 6m
The maximum wheel load ≤250kN
Rail 50kg/m
Drive type Mechanical transmission, frequency
control
Traveling speed Working 5m/min, non-working 15m/min
Traveling distance ~120m
Motor power P=8x5.5kW
31. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 31
7. Cantilever belt conveyor
Working mode Double-way operation
Belt width B=1400mm
Belt speed v=3.15m/s
Groove angle 35°
Roller diameter Ø133mm
Tension method Heavy hammer
Drive type Side-mounted mechanical drive
Motor power 75 kW
8. Tail
Type Semi-lying single-tail car
Belt width B=1400mm
Belt speed v=3.15m/s
Groove angle 35°
Roller diameter Ø133mm
9. Sprinkler dust suppression device
Type Spray
Water tank capacity 4 m3
Water requirements Industrial water
Diameter requirements DN50 fire quickly connector
Interface posistion Rail outside and ground water inlet pipes
Motor power 5.5 kW
10. Power supply
Cable reel
6000V / 50Hz
11. Control type
Program control/manual control/local control
12. Installed power ~ 270kW
Metode operasional bucket wheel stacker and reclaimer
Sebelum operasi, rail clamper harus dilepas dan selanjutnya mekanisme interlock pada peralatan
akan berhenti (jika anchor masih bekerja, maka harus di buka).
1. Operasional reclaiming
1.1. Manual reclaiming
a) Setelah menerima perintah dari CCR, operator melepaskan clamp, menyalakan
alarm (ring bell).
32. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 32
b) Tripper dan striker plate diposisikan pada posisi reclaiming (tripper berada
dibawah), selanjutnya proses reclaiming dapat dilakukan oleh operator.
c) Tahapan start:
Tripper di bawah→conveyor C-14/C-15 running→striker plate pada posisi
reclaiming→boom belt running→ bucket wheel running→selanjutnya reclaiming
d) Manual reclaiming dilakukan dengan cara slewing dan dioperasikan oleh
operator.
e) Terdapat tiga pilihan kecepatan reclaiming yaitu: 0.15 r/min, 0,1 r/min, 0.05
r/min.
f) Kecepatan reclaiming bisa diatur sesuai dengan kondisi aktual batubara pada belt
conveyor. Apabila flow batubara melebihi kapasitas belt conveyor maka
kecepatan reclaiming harus dikurangi agar tidak terjadi tumpahan dan peralatan
dapat bertahan lebih lama.
g) Cara lain untuk manual reclaiming dapat dilakukan dengan cara travelling
reclaiming, cara ini dilakukan untuk reclaiming material yang keluar dari rel.
h)
1.2. Program control reclaiming
a) Saat menerima perintah dari CCR, operator dapat melakukan reclaiming pada
titik start melalui mekanisme travelling, luffing dan slewing, selanjutnya
melakukan program untuk kontrol reclaiming.
b) Pertama kali, masukan parameter posisi reclaiming, jarak dan sudut slewing pada
PLC. Setelah proses validasi PLC selesai, tekan tombol start, PLC berdasarkan
parameter akan mengontrol dengan 1/cosϕ. Stop operasi ketika SCR selesai
reclaiming berdasarkan yang telah diatur.
c) Kedalaman reclaiming dan panjangnya:
Kedalaman reclaiming: lebar stockpile 42 m, tinggi 14m. Dibagi menjadi 5 layer
dari atas ke bawah. Setiap ketinggian dari 4 layer adalah 2,7 m, ketinggian layer
atas adalah 3 m. material pada bagian bawah ketinggiannya dijaga pada 0,2 m.
Panjang reclaiming: SR traveling maju sejauh 0,8 m setelah satu kali slewing.
33. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 33
d) Deskripsi semi automatic slewing reclaiming:
Titik start ditentukan secara manual oleh operator. Operator mengatur mesin
pada posisi reclaiming. Setelah satu putaran slewing reclaiming, jarak traveling
adalah 0,8 m, selanjutnya reclaiming lagi. Setelah selesai reclaiming pada lapisan
pertama, SR mundur ke titik start dari lapisan kedua untuk memulai reclaiming
pada lapisan kedua sampai reclaiming lapisan kelima selesai. Panjang setiap
bagian ditentukan di lapangan (perkiraan 10m).
2. Proses operasional stacking
Proses stacking dibagi menjadi dua yaitu manual dan program controlled stacking
2.1. Manual stacking
a) Saat menerima perintah dari CCR, pertama kali operator membuka anchor dan
rail clamper, nyalakan bel alarm dan visual alarm (lampu sirine).
b) Tripper dan striker plate diposisikan pada posisi stacking (tripper diangkat),
selanjutnya manual stacking dapat dilakukan setelah SR berada pada lokasi
stacking.
c) Operator dapat menentukan lokasi stacking dengan cara slewing boom SR.
d) Tahapan start:
Tripper di atas→striker plate pada posisi stacking→belt conveyor di boom SR
dinyalakan→interlock dengan belt conveyor C-14/15 terhuhung
34. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 34
2.2. Program controlled stacking
Ketinggian material 14m dibagi menjadi 3 lapis. Ketinggian lapisan
pertama(bawah) adalah 5.5m, ketinggian lapisan kedua (tengah) adalah 5m,
ketinggian lapisan ketiga (atas) adalah 3.5m. (Catatan: dihitung dari bawah ke
atas saat stacking).
Operator secara manual mengatur SR pada posisi stacking, kemiringan antara
sudut slewing dan rel adalah 90⁰, boom menunduk -13⁰. Setelah persiapan,
program control stacking mulai untuk stacking.
Langkah pertama untuk stacking adalah tumpukan A1. Ketika ultrasonic detector
mendeteksi material, boom naik 0.5 m secara otomatis. Hingga ketinggian
tumpukan A1 mencapai 5.5m (kemiringan antara boom dengan tanah adalah -2⁰,
angkat boom sekitar 12⁰.
Boom mulai diputar 5⁰ ke arah rel untuk stacking pada tumpukan B1. Ketika
ketinggian tumpukan B1 mencapai 8m, boom di putar 5⁰ untuk stacking C1. Dan
seterusnya (90⁰-24⁰) untuk stacking A1, B1, C1, D1, E1, F1, G1, H1, I1, J1, K1,
L1, M1, N1, O1, P1, Q1 total 14 tumpukan, total putaran adalah 13 kali.
Selanjutnya SR mundur 3m untuk stacking sepanjang arah mundur. Urutannya
adalah A2, B2, C2, D2, E2, F2, G2, H2, I2, J2, K2, L2, M2, N2, O2, P2, Q2.
Selanjutnya SR mundur lagi 3m. Satu siklus selesai. Jumlah siklus adalah 36.
Setelah 36 kali siklus, lapisan pertama selesai stacking.
Total SR mundur sebanyak 110m dan total tumpukan adalah 504.
Persiapan untuk stacking lapisan kedua. Boom dinaikan +8⁰ dan putar boom
hingga kemiringan dengan rel 58⁰.
35. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 35
SR maju kedepan sejauh 105 m untuk memulai tumpukan pertama untuk lapisan
kedua (tengah). Tumpukan ini adalah a1.
Slewing 5⁰ setiap kali, range 58⁰-30⁰, stacking a1, b1, c1, d1, e1 total 5
tumpukan dan slewing 5 kali.
Setelah 35 kali siklus, stacking pada lapisan kedua harus selesai. Total Sr mundur
sejauh 105m dan total tumpukan 210.
Persiapan untuk stacking pada lapisan ketiga. Boom diangkat +13.5⁰ dan diputar
hingga kemiringan dengan rel 35⁰.
SR maju sejauh 100m untuk tumpukan pertama @1 pada lapisan ketiga. SR
mundur 3m melalui hasil induksi dari perangkat sensor level, total stacking 33
tumpukan dan mundur sejauh 100m.
Jarak antara tumpukan dapat dilakukan dengan control manual.
3. Operasional dan Keselamatan
a. Operasional
Semua operasional dapat dilakukan dengan tombol yang ada di kabin operator, semua
jenis tombol, lampu indikator, instrumen dan status operasional ada di kabin.
Pengaturan peralatan harus memperhatikan spesifikasi peralatan. Operator harus dites
sebelum mengoperasikan peralatan.
Operator harus familiar dengan pengetahuan berikut ini:
Memahami struktur dan performa teknis peralatan.
Memahami regulasi operasional, instruksi dan aturan.
Memahami performa dari unit proteksi safety.
Relatif memahami pengetahuan elektrik.
Memahami pengetahuan perawatan dan perbaikan alat.
Memahami hubungan dan sinyal perintah dari CCR.
Memahami pengetahuan pemadaman api.
b. Catatan untuk keselamatan operasional
Sebelum menyalakan mesin, lakukan inspeksi untuk mengetahui kondisi
abnormal dari bagian yang penting. Jika ada pelumasan dalam keadaan
normal atau kurang. Jika indikator sinyal normal atau tidak. Setelah semua
kondisi normal, selanjutnya nyalakan mesin.
Sebelum operasional, nyalakan alarm bel untuk mencegah terjadinya
kecelakaan.
Ketika mesin berhenti operasi, tombol power harus dimatikan (off). Clamper
bekerja.
Ketika peralatan bekerja, orang lain dilarang berada disekitar mesin kecuali
operator atau orang yang bertanggung jawab untuk maintenance.
36. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 36
Ketika SR berjalan dalam kecepatan tinggi, posisi boom harus pada arah
horisontal sepanjang rel.
Ketika kecepatan angin melebihi 19m/s, SR harus stop operasional.
Selanjutnya SR harus di anchor.
Alat pemadam harus harus dipersiapkan di dalam cabin operator dan ruangan
elektrik.
Proses start setiap bagian mesin harus dilakukan tanpa beban. Jika power off
atau mesin stop, material harus dikeluarkan terlebih dahulu dan proses start
dapat dilakukan kembali.
Dilarang keras untuk menghentikan mesin dengan menggunakan limit switch
atau pada posisi limit.
Ketika beberapa kerusakan pada struktur atau komponen mempengaruhi
keselamatan operasional, seperti unit safety diluar kendali, baut pondasi dari
bagian penting longgar, maka SR tidak boleh beroperasi.
Ketika melakukan maintenance, di ruangan kabin operator harus digantung
rambu-rambu simbol dilarang menyalakan power.
Dilarang menggunakan boom untuk mendorong benda berat.
Dilarang menggunakan mesin untuk mengambil material dengan cepat.
Dilarang meningkatkan kapasitas tanpa negosiasi dengan manufaktur.
Selama penggantian spare part, kapan pun membutuhkan hoist harus diberi
bantalan yang kuat. Dongkrak tidak dapat digunakan untuk bantalan.
Ketika bucket wheel terkubur oleh tumpahan material, luffing dan slewing
unit tidak boleh beroperasi namun SR dapat ditarik dari tumpukan dengan
pelan dan mesin dapat beroperasi kembali.
Jaga earthing line dan peralatan elektrikal lainnya dalam keadaan
konduktivitas elektrik yang baik. Cegah terjadinya kejutan listrik.
37. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 37
STANDARD OPERATION PROCEDURE
SHIP UNLOADER
38. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 38
A. Ruang Lingkup
1. Fungsi Equipment/ Sistem
Ship Unloader berfungsi untuk pengambilan/pembongkaran batu bara dari tongkang
ke coal yard (unloading) atau diteruskan ke coal bungker (direct unloading)
menggunakan transfortasi conveyor system.
2. S.O.P Ship Unloader ini bertujuan sebagai pedoman operator dalam melaksanakan
pekerjaan (pembongkaran dari tongkang sehingga dapat terlaksana secara efisien,
handal dan tepat)
B. Sumber Daya
3. Alat Pelindung Diri (APD)
- Safety helmet
- Pakaian kerja (wear pack)
- Sarung tangan
- Safety shoes
- Pelindung telinga (for plus)
- Masker
- Kaca mata
4. Alat Kerja
- Alat komunikasi (HT)
- Alat penerang (senter)
C. Pengendalian Operasi
7. Sebelum melakukan pekerjaan
a. Pastikan bahwa work order untuk pekerjaan unloading telah di order
b. Siapkan peralatan kerja yang akan di gunakan
c. Gunakan alat pelindung diri (APD) yang telah ditentukan
d. Konfirmasi pekerjaan yang akan dilakukan dengan bidang pemeliharaan
e. Cek list peralatan
8. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Cek area rel
Pastikan di sekitar area rel tidak ada benda yang mengganggu jalannya Ship
Unloader.
b. Cek area gentry
Meliputi;
a) Motoran gantry
b) Gear box (oli dalam kondisi aman/level tidak low
c) Roil damp (kondisi release)
39. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 39
d) Lockpen/Anchor (kondisi release)
e) Tie down/hok (pengunci SU)
f) Stop bar / stopper
g) Rel cleaner
h) Limit switch (normal)
i) Motor hydrolic
j) Box lubrication (kondisi level masih aman)
k) Emergency stop (kondisi release)
l) Tangki Waterspray (level aman)
m) Horn/sirine (dalam kondisi nyala dan berbunyi)
n) CCTV (bersih)
o) Lampu (nyala pada malam hari)
p) LCS (Local Control Sistem)
q) Brake
c. Cek area hopper
Meliputi;
a) Water spray (kondisi baik, tidak mampet)
b) Spillage plate (kondisi aman dan sudah terbuka)
c) Wind door (aman dan terbuka)
d) Gate hopper (berfungsi dengan baik)
e) Meja feeder
f) Hydlolic gate
g) Motor vibrator
h) Motor feeder
i) Chute (kondisi aman dan tidak ngeplak)
j) Central hydrolic
k) Dinding hopper (pastikan bersih)
l) Greething
m) Lampu (nyala pada malam hari
n) Kabel drum (power komunikasi) berfungsi dengan baik
o) LCS (local control system)
d. Cek area kabin
Meliputi;
a) Kabel roll
b) Motoran kabin
c) Limit switch
d) Stop bar letoper
e) Desk control
f) Layer monitor
g) Monitor CCTV
40. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 40
h) Panel control
i) Wind speed wiper
j) AC
k) Lampu
l) Telephone
e. Cek area boom
Meliputi;
a) Roil (kondisi aman)
b) Pulley (landside-seaside)
c) Moun trolley unit (open/close)
d) Spring trolley
e) Lockpen main trolley
f) Wirreup (tidak kotor)
g) Counter weight
h) Limit Switch (berfunsi dengan baik)
i) Lockpen
j) Baling-baling wind speed
k) Sensor switch
l) Lampu
m) LCS (local control system)
f. Mechanical room (ruang drum)
a) Motor (open, close, hoist)
b) Drum (open, close, hoist)
c) Gear box (pastikan tidak low)
d) Wire rope (kondisi tidak kotor)
e) Kopling
f) Brake
g) Limit switch (berfungsi dengan baik)
h) Hoist crane (tidak menghalangi pergerakan wire rope)
i) Blower
j) Lampu
k) LCS (local control system)
g. Cek panel room/ electrical room
Meliputi;
a) Emergency stop dalam kondisi release
b) Panel (hoist, close, trolley,avxuleary)
c) Monitor
d) AC
41. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 41
e) Lampu
h. Cek kondisi GRAB
Meliputi;
a) Wire rope dalam kondisi bersih
b) Bearing
c) Pulley
d) Fillow block
e) Safey fulley
f) Tangan GRAB
g) Body GRAB
h) As GRAB
i) Safety GRAB
j) Pisau GRAB
9. Sebelum Pengoperasian SU di dalam cabin operator
a. Langkah-langkah setting GRAB
Emergency stop dalam kondisi release
Tekan tombol ON pada panel kanan kabin
Buka spill plate dan sindoor
Posisikan function select pada posisi 3
Naikkan GRAB sampai posisi Hold up limit switch (display monitor)
dengan menggerakkan joy stick sebelah kanan operator ke belakang
Setting GRAB menggunakan joy stick sebelah kanan operator di gerakkan
ke close dank e kanan (open), jika GRAB sedah sesuai dengan setting,
tekan push up open-close initializer GRAB
Posisikan function select pada posisi 4 operasi
Geser GRAB ke kiri hingga menyentuh limit switch menggunakan joy
stick sebelah kiri dan digerakkan ke kiri
Kemudian GRAB digerakkan ke atas hopper
Geser kabin dengan memutar selector left/right cabin pada panel sebelah
kiri hingga kabin di posisi tengah tongkang
Geser GRAB ke atas tongkang menggunakan joy stick sebelah kiri
operator dan siap untuk mengabil batu bara pada tongkang
b. Langkah-langkah operasi (pembongkaran batu bara)
Setelah setting GRAB selesai
Turunkan GRAB dengan posisi terbuka sampai menyentuh batu bara.
Tutup GRAB dan pastikan dalam posisi penuh. Kemudian angkat GRAB
menggunakan joy stick ke kiri pada panel sebelah kanan
42. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 42
Kemudian naikkan GRAB sampai di atas (hold up limit switch) lalu geser
GRAB ke kiri sampai di tengah-tengah hopper, setelah GRAB tenang
buka GRAB dengan cara menggunakan joy stick ke kanan pada panel
sebelah kanan
Ulangi proses tersebut hingga hopper penuh
Konfirmasi dengan operartor coal handling sebelum menekan tombol
vibrate feeder (ON)/ membuka feeder
c. Langkah-langkah pengangkatan wheel loader
Tutup GRAB dan posisikan function selector pada panel kanan operator
ke posisi 5
Geser GRAB ke darat hingga posisi hold up limit switch wheel loader
(display medan aman untuk proses menaikkan wheel loader)
Turunkan GRAB pelan-pelan hingga menyentuh lantai dasar dermaga
Setelah wire terpasang pada GRAB kemudian angkat sesuai dengan
kebutuhan
Wheel loader posisikan dibawah GRAB, pastikan wire terpasang di atas
loader
Naikkan GRAB sampai wire terlihat kencang, untuk memastikan posisi
GRAB sudah dengan trolley dan terhindar dari hentakan
GRAB di angkat pelan-pelan ke posisi hold up limit switch wheel loader
(display monitor, pastikan aman wheel loader melewati hopper
Geser GRAB kearah laut hingga posisi di tengah-tengah tongkang
Turunkan wheel loader pelan-pelan sampai di atas tongkang
Geser kabin ke arah laut hingga kabin lurus dengan GRAB
GRAB diturunkan sampai meyentuh dasar lantai tongkang
Wire dilepas dan GRAB di angkat kembali hingga maksimal
Setelah pengangkatan wheel loader selesai, GRAB berada di atas hopper
kemudian GRAB dinaikkan hingga hold up limit switch (display monitor)
Lakukan proses pengambilan batu bara di tongkai sampai habis
d. Langkah-langkah pengembalian wheel loader dari tongkang ke land side
Tutp GRAB dan posisikan function selector pada panel sebelah kanan
operator ke posisi 5
Geser tongkang ke arah laut/ seaside pada posisi tengah tongkang
Turunkan GRAB pelan-pelan hingga menyentuh lantai dasar tongkang
Pasang wire pada GRAB
Kemudian angkat GRAB sesuai kebutuhan
Wheel loader posisikan di bawah GRAB, pastikan terpasang aman
43. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 43
Naikkan GRAB sampai wire terlihat kencang untuk memastikan posisi
GRAB sudah lurus dengan trolley dan menghindari hentakan
GRAB angkat ke atas pelan-pelan hingga posisi hold up limit, pastikan
wheel loader aman melewati hopper
Geser kea rah darat hingga posisi limit dana man untuk menurunkan wheel
Turunkan wheel loeder dan GRAB pelan-pelan sampai menyentuh lantai
dermaga
Lepas wire dari wheel loader dan jauhkan dari bawah GRAB
Naikkan GRAB sampai posisi hold up limit switch (display monitor) dan
geser GRAB ke atas hopper
Rubah function selector ke posisi 4 dan GRAB dalam posisi terbuka
Kembalikan function selector pada panel sebelah kanan ke no 3 untuk
parkir GRAB ke atas hopper
e. Langkah-langkah setelah selesai pembongkaran
Meliputi;
Setelah GRAB pada posisi tepat di atas hopper dengan posisi GRAB full
open
Turunkan GRAB sampai menyentuh hopper secara perlahan-lahan
Pastikan hopper telah kososng dari batu bara kemudian start vibrator
hopper supaya dinding hopper bersij dari sisa batubara yang menempel
Setelah benar-benar bersih dan kosong tekan tombol feeder OFF
Setelah mendapat konfirmasi dari coal handling bahwa proses unloading
batubara telah selesai, maka tekan tombol control OFF
Sebelum meninggalkan kabin, operator menggeser terlebih dahulu kondisi
kabin dalam keadaan aman
Cek kondisi peralatan yang ada pada mechine room saat akan turun dari
ship
Pasang anchor pada tempatnya, dan jika SU tidak beroperasi dalam jangka
waktu yang lama maka pasang safety hook pada tempatnya.
44. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 44
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
DRY FOG DUST SUPPRESSION SYSTEM
45. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 45
Prosedur operasional dry fog dust suppression system
A. Spesifikasi peralatan
Dry fog dust suppression system
System supply pressure 0.8MPa
Water pressure 0.4-0.6MPa
Instantaneous gas consumption 5.28(7.4)Nm3/min
Instantaneous water consumption 10.4(17.26)L/min
B. Prosedur start
1. Operasional start secara remote dari CCR
Pastikan pilihan metode operasi menu pada display di control panel local dry fog
emitter pada posisi automatic start.
Order pompa reuse water untuk start ke WTP.
Atur bukaan recirculating valve pada system pipa reuse water secara perlahan
sampai pressure gauge outlet pompa menunjukan angka 1.1MPa atau pressure
gauge di fog emitter menunjukan angka 0.4-0.6MPa.
Nyalakan system belt conveyor.
Nyalakan compressor di TT#5 & 7 melalui CCR.
Pada saat terdapat batubara di atas belt conveyor maka sensor belt conveyor
logistic detector akan naik dan memberikan sinyal untuk mengeluarkan fog.
2. Operasional start secara local
Order pompa reuse water untuk start ke WTP.
Atur bukaan recirculating valve pada system pipa reuse water secara perlahan
sampai pressure gauge outlet pompa menunjukan angka 1.1MPa atau pressure
gauge di fog emitter menunjukan angka 0.4-0.6MPa.
Nyalakan system belt conveyor.
Nyalakan compressor di TT#5 & 7 melalui CCR.
Pilih menu the main screen pada display di control panel local dry fog emitter.
Tekan menu automatic stop
Tekan menu manual start
Tekan menu manual control
Tekan menu start pada belt yang ingin menggunakan fog.
Fog keluar pada belt yang dipilih.
C. Prosedur stop
46. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 46
1. Operasional stop secara remote dari CCR
Pastikan material batubara pada belt conveyor sudah habis.
Pada saat baubara pada belt conveyor telah habis, maka sensor belt conveyor
logistic detector akan turun dan memberikan sinyal untuk menghentikan fog.
Matikan compressor di TT#5 & 7 melalui CCR.
Matikan system belt conveyor.
Order pompa reuse water untuk stop ke WTP.
2. Operasional stop secara local
Pastikan material batubara pada belt conveyor sudah habis.
Pilih menu the main screen pada display di control panel local dry fog emitter.
Tekan menu manual control
Tekan menu stop pada semua belt yang menggunakan fog.
Fog berhenti keluar.
Matikan compressor di TT#5 & 7 melalui CCR.
Matikan system belt conveyor.
Order pompa reuse water untuk stop ke WTP.
47. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 47
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR BULLDOZER
Prosedur operasional Bulldozer
A. Spesifikasi peralatan
48. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 48
Find a Caterpillar D6R XL Crawler Tractor
49. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 49
50. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 50
B. Tindakan Pencegahan Umum (General precautions)
Hanya personel yang resmi dan telah dilatih dapat mengoperasikan dan merawat mesin.
Ikuti semua aturan keselamatan, tindakan pencegahan dan instruksi ketika mengoperasikan
atau melakukan perawatan mesin.
Saat bekerja dengan operator lainnya, pastikan semua personel mengerti semua aba-aba
tangan yang digunakan.
Hindari pengunaan baju yang longgar, perhiasan dan rambut yang panjang, karna dapat
menyebabkan kecelakaan parah atau kematian. Juga, jangan menggunakan pakaian yang
berminyak karna dapat terbakar.
Gunakan helm, kacamata safety, safety shoes, masker atau sarung tangan ketika
mengoperasikan atau merawat mesin.
Untuk mencegah benturan pada unlocked control levers, sebelum berdiri dari tempat duduk
operator, lakukan berikut ini:
Pindahkan steering dan arahkan tuas ke posisi netral dan pinahkan tuas parkir
(sebelah kiri tempat duduk) ke posisi terkunci (lock).
Turunkan peralatan kerja ke tanah dan pindahkan tuas safety (sebelah kanan tempat
duduk) ke posisi terkunci (lock).
Pergerakan mesin secara tiba-tiba dan tidak diinginkan dapat mengakibatkan
kecelakaan parah atau kematian.
Jangan pernah melompat dari atau menuju dozer. Jangan pernah menyalakan atau mematikan
dozer yang bergerak.
Jauhkan api dari cairan yang mudah terbakar.
Matikan mesin dan jangan merokok saat mengisi bahan bakar.
Kencangkan semua tutu bahan bakar dan oli dengan benar.
Mengisi bahan bakar dan oli harus di area dengan ventilasi udara yang baik.
Letakan oli dan bahan bakar ditempat yang telah ditentukan dan jangan izinkan orang asing
masuk.
Untuk mencegah air radiator panas muncrat keluar:
Matikan mesin.
Dinginkan air radiator.
51. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 51
Buka tutup radiator secara perlahan untuk membuang tekanan.
Untuk mencegah oli panas muncrat keluar:
Matikan mesin.
Dinginkan oli.
Buka tutup oli secara perlahan untuk membuang tekanan.
C. Perhatian sebelum menyalakan mesin
a. Keselamatan di area kerja
Sebelum menyalakan mesin, periksa area secara teliti untuk semua kondisi yang tidak biasa
yang bias menjadi bahaya.
Sebelum menyalakan mesin, periksa medan dan kondisi tanah dari area kerja. Tentukan
metode yang terbaik dan aman dari operasional.
Jika jalur air, gas dan kabel tegangan tinggi terkubur dibawah area kerja, hubungi setiap
pengguna dan identifikasi letaknya. Hati- hati, jangan dipotong jalur tersebut.
Periksa kedalaman dan aliran air sebelum mengoperasikan di air atau menyebrangi sungai.
Jangan pernah berada di air melebihi batas kedalaman air yang diperbolehkan.
b. Pencegahan kebakaran
Bersihkan debu batubara, kertas, kayu, daun dan zat yang mudah terbakar lainnya yang
menumpuk pada bagian mesin. Karna dapat terbakar.
Periksa kebocoran pada bahan bakar, pelumas dan hydraulic system. Perbaiki kebocoran.
Bersihkan tumpahan oli, bahan bakar atau zat mudah terbakar lainnya.
Pastikan alat pemadam kebakaran (APAR) tersedia dan bekerja.
c. Cabin operator
Jangan tinggalkan tools atau spareparts disekitar kabin operator. Karna dapat merusak tuas
kendali atau saklar dan menyebabkan kecelakaan.
Jaga kebersihan lantai kabin, control, pijakan dan pegangan tangan dari oli, grease dan
kotoran.
d. Ventilasi untuk area tertutup
Jika harus menyalakan mesin dengan area tertutup, sediakan ventilasi secukupnya. Gas
buang dari mesin bisa membunuh.
D. Mengoperasikan mesin
a. Ketika menyalakan mesin
52. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 52
Sebelum menyalakan mesin, lakukan dahulu P2H (pemeliharaan dan pemeriksaan harian)
dan mengisi lembar ceklist yang telah disediakan.
Jalan diseputar dozer lagi sebelum mengoperasikan, periksa orang dan benda yang berada di
jalur.
Jangan pernah nyalakan mesin jika terdapat tanda warning (warning tag) pada tuas control.
Ketika menyalakan mesin, bunyikan klakson sebagai peringatan.
Nyalakan dan operasikan mesin hanya ketika duduk.
Jangan biarkan siapapun mengoperasikan dozer.
Untuk dozer yang dilengkapi dengan buzzer warning untuk mundur, periksa peralatan
bekerja normal.
b. Perhatian ketika bergerak maju atau mundur
Sebelum menggerakan dozer atau perangkatnya:
Bunyikan klakson untuk memperingatkan orang di sekitar.
Pastikan tidak ada satupun orang disekitar dozer, khusunya dibelakang dozer.
Gunakan orang peninjau jika perlu, khusunya jika akan bergerak mundur.
Ketika mengoperasikan di area yang berbahaya atau pandangan yang jelek, tunjuk sesorang
untuk mengarahkan.
Cegah orang masuk ke jalur perjalanan dozer.
c. Berjalan di kemiringan
Berjalan di bukit, tumpukan atau kemiringan yang mana dapat mengakibatkan dozer terbalik
atau slip.
Pada bukit, tumpukan atau kemiringan, membawa dozer lebih dekat ke tanah, sekitar 20
sampai 30 cm diatas tanah. Dalam keadaan darurat, dengan cepat rendahkan blade ke tanah
untuk membantu dozer berhenti dan mencegah terbalik.
Jangan merubah arah pada kemiringan. Hindari perjalanan ke samping bila memungkinkan:
lebih baik berjalan ke atas dan turun di kemiringan.
Jangan berjalan naik dan turun di rumput, daun dan plat baja basah. Material ini dapat
mengakibatkan dozer slip, jika berjalan kesamping. Tetap berjalan dengan kecepatan sangat
pelan.
Ketika berjalan menurun dengan dozer mendorong oleh beratnya sendiri, dozer mungkin
dikendalikan pada arah berlawanan, hati-hati ketika mengendalikannya.
d. Jarak penglihatan
Nyalakan lampu utama dan lampu belakang, ketika bekerja malam hari atau gelap.
Jika pandangan berkurang karna kabut dan hujan, stop operasi. Tunggu sampai pandangan
mencukupi untuk beroperasi.
53. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 53
e. Bekerja pada tanah yang licin
Hindari mengoperasikan dozer terlalu dekat ke pinggir jurang, menggantung dan parit yang
dalam. Jika area tersebut longsor, dozer dapat jatuh atau terbalik dan menyebabkan
kecelakaan parah atau kematian. Ingat tanah setelah hujan deras sangat rapuh.
Tanah timbunan dan tanah dekat parit sangat licin. Tanah tersebut bias jatuh karna berat atau
getaran dozer.
f. Memarkir dozer
Parkir pada area yang rata. Jika tidak memungkinkan, pasang penganjal pada track, turunkan
blade ke tanah dan tekan sudut blade ke tanah.
Ketika parkir di jalan umum, sediakan pagar dan rambu-rambu, seperti bendera atau lampu
pada dozer untuk mengingatkan berhati-hati.
Sebelum meninggalkan dozer, turunkan blade ke lantai, pindahkan tuas safety ke posisi
terkunci (lock), matikan mesin dan kunci semua pintu, jendela dan ambil kunci.
54. Coal Handling Standar Operasional Prosedur
Prepared By : Muhammad Azhar Ahmad Page 54
E. References
DQL 800/1500.30 Bucket Wheel Stacker Reclaimer Manual Book.
F2092S-N0302-01 Design description and legend for dry fog dust suppression system.
M0101R1-01 Description of detail design for coal handling system.
Operating Instructions for Inclined Roller Screen (XGS1209).
Operating Instructions for Ring Hammer Coal Crusher Type HCSZ-600.
Operation & maintenance manual for bulldozer D85E-SS-2.