Dokumen tersebut membahas tentang anak lambat belajar atau slow learner, yang didefinisikan sebagai anak yang lambat dalam proses belajar karena berbagai faktor. Dokumen menjelaskan ciri-ciri slow learner, faktor penyebabnya, dampaknya, serta cara mengatasinya melalui pendekatan diagnosa, prognosis, dan treatment. Metode layanan yang dibahas adalah kelas reguler, kelas khusus, dan ruang sumber.
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Rima Trianingsih
I. Perkembangan Moral Menurut Jean Piaget
Perkembangan moral dapat pula dipahami melalui pendekatan kognitif. Piaget (dalam Slavin, 2006:51) bahkan mempercayai bahwa struktur kognitif dan kemampuan kognitif anak adalah dasar dari pengembangan moralnya. Kemampuan kognitif itulah yang kemudian akan membantu anak untuk mengembangkan penalaran yang berkaitan dengan masalah sosial. Untuk mempelajari penalaran moral anak-anak, Piaget menghabiskan waktu yang panjang untuk mengamati anak-anak yang sedang bermain kelereng dan menanyakan kepada mereka tentang aturan permainan yang digunakan. Dalam permainan kelereng tersebut Piaget menemukan beberapa hal yaitu anak di bawah usia 6 tahun pada kenyataannya belum mengenal aturan permainan, sedangkan anak mulai usia 6 tahun sudah mengenal adanya aturan dalam permainan, meskipun mereka belum menerapkannya dengan baik dalam permainan. Anak usia 10-12 tahun , anak-anak sudah mampu mengikuti aturan permainan yang berlaku dan mereka sadar bahwa aturan tersebut dibuat untuk menghindari pertikaian antar pemain.
Piaget kemudian membagi tahap perkembangan moral anak menjadi dua tahapan, yaitu tahap heteronomous dan tahap autonomous.
II. Perkembangan Moral Menurut Lawrence Kohlberg
Mengembangkan teori dari Piaget, Lawrence Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat prekonvensional, tingkat konvensional, dan tingkat postkonvensional (Slavin, 2006:54). Menurut pandangan Kohlberg dari tiga tingkatan tersebut, anak harus melewati enam tahap dalam dirinya. Setiap tahap memberikan jalan untuk menuju ke tahap selanjutnya ketika anak mampu menemukan ‘aturan’ pada tahap itu, kemudian anak harus meninggalkan penalaran moral dari tahap awal menuju ke tahap berikutnya. Dengan cara tersebut, penalaran moral anak berkembang melalui tiga tingkat yang berbeda meskipun tidak semua anak mampu menguasainya (Manning, 1977:108).
Tahapan-tahapan perkembangan moral yang dikemukakan Kohlberg jauh lebih kompleks dibanding dengan tahapan-tahapan perkembangan moral dalam teori Piaget.
KESULITAN BELAJAR
Kesulitan beLajar merupakan suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswadengan ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan belajarnya, sehingga siswa tersebut memerlukan suatu usaha untuk dapat mengatasinya.
Kesulitan beLajar yaitu suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswadengan ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan belajarnya, sehingga siswa tersebut memerlukan suatu usaha untuk dapat mengatasinya.
FAKTOR-FAKTO PENYEBAB KESULITAN BELAJAR
Ada dua faktor penyebab kesulitan belajar, yaitu:
a. Faktor Intern yaitu faktor dari diri manusia itu sendiri
Faktor fisiologis
Faktor Psikologi
~Faktor fisik seperti sakit , cacat
~Faktor Psikologis:
Perhatian
Intelegensi
Bakat
Minat, dan
Motivasi
b. Faktor Eksternal yaitu faktor yang ada di luar individu
Faktor eksternal di kelompokkan menjadi tiga, yaitu:
Keluarga, meliputi cara orang mendididik, suasana rumah, pengertian orang tua dll
Sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, metode belajar, keadaan gedung, dll.
Masyarakat , meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dll.
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Rima Trianingsih
I. Perkembangan Moral Menurut Jean Piaget
Perkembangan moral dapat pula dipahami melalui pendekatan kognitif. Piaget (dalam Slavin, 2006:51) bahkan mempercayai bahwa struktur kognitif dan kemampuan kognitif anak adalah dasar dari pengembangan moralnya. Kemampuan kognitif itulah yang kemudian akan membantu anak untuk mengembangkan penalaran yang berkaitan dengan masalah sosial. Untuk mempelajari penalaran moral anak-anak, Piaget menghabiskan waktu yang panjang untuk mengamati anak-anak yang sedang bermain kelereng dan menanyakan kepada mereka tentang aturan permainan yang digunakan. Dalam permainan kelereng tersebut Piaget menemukan beberapa hal yaitu anak di bawah usia 6 tahun pada kenyataannya belum mengenal aturan permainan, sedangkan anak mulai usia 6 tahun sudah mengenal adanya aturan dalam permainan, meskipun mereka belum menerapkannya dengan baik dalam permainan. Anak usia 10-12 tahun , anak-anak sudah mampu mengikuti aturan permainan yang berlaku dan mereka sadar bahwa aturan tersebut dibuat untuk menghindari pertikaian antar pemain.
Piaget kemudian membagi tahap perkembangan moral anak menjadi dua tahapan, yaitu tahap heteronomous dan tahap autonomous.
II. Perkembangan Moral Menurut Lawrence Kohlberg
Mengembangkan teori dari Piaget, Lawrence Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat prekonvensional, tingkat konvensional, dan tingkat postkonvensional (Slavin, 2006:54). Menurut pandangan Kohlberg dari tiga tingkatan tersebut, anak harus melewati enam tahap dalam dirinya. Setiap tahap memberikan jalan untuk menuju ke tahap selanjutnya ketika anak mampu menemukan ‘aturan’ pada tahap itu, kemudian anak harus meninggalkan penalaran moral dari tahap awal menuju ke tahap berikutnya. Dengan cara tersebut, penalaran moral anak berkembang melalui tiga tingkat yang berbeda meskipun tidak semua anak mampu menguasainya (Manning, 1977:108).
Tahapan-tahapan perkembangan moral yang dikemukakan Kohlberg jauh lebih kompleks dibanding dengan tahapan-tahapan perkembangan moral dalam teori Piaget.
KESULITAN BELAJAR
Kesulitan beLajar merupakan suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswadengan ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan belajarnya, sehingga siswa tersebut memerlukan suatu usaha untuk dapat mengatasinya.
Kesulitan beLajar yaitu suatu kondisi tertentu yang dialami oleh siswadengan ditandai dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan belajarnya, sehingga siswa tersebut memerlukan suatu usaha untuk dapat mengatasinya.
FAKTOR-FAKTO PENYEBAB KESULITAN BELAJAR
Ada dua faktor penyebab kesulitan belajar, yaitu:
a. Faktor Intern yaitu faktor dari diri manusia itu sendiri
Faktor fisiologis
Faktor Psikologi
~Faktor fisik seperti sakit , cacat
~Faktor Psikologis:
Perhatian
Intelegensi
Bakat
Minat, dan
Motivasi
b. Faktor Eksternal yaitu faktor yang ada di luar individu
Faktor eksternal di kelompokkan menjadi tiga, yaitu:
Keluarga, meliputi cara orang mendididik, suasana rumah, pengertian orang tua dll
Sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, metode belajar, keadaan gedung, dll.
Masyarakat , meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dll.
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docxDedy Wiranto
Kesulitan belajar kognitif adalah salah satu bentuk kesulitan belajar yang bersifat perkembangan (development learning) atau kesulitan belajar preakademik (preacademic learning disabilities). Kesulitan belajar jenis ini perlu mendapat perhatian karena sebagian besar dari belajar akademik terkait dengan ranah kognitif. Kognitif merupakan suatu yang berhubungan dengan proses berpikir guna untuk mengetahui atau memahami sesuatu. Wujud dari penggunaan fungsi kemampuan kognitif seseorang dapat dilihat dari kemampuannya dalam menggunakan bahasa dan matematika (Wienman. 1981: 142).
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docxDedy Wiranto
Kesulitan belajar kognitif adalah salah satu bentuk kesulitan belajar yang bersifat perkembangan (development learning) atau kesulitan belajar preakademik (preacademic learning disabilities). Kesulitan belajar jenis ini perlu mendapat perhatian karena sebagian besar dari belajar akademik terkait dengan ranah kognitif. Kognitif merupakan suatu yang berhubungan dengan proses berpikir guna untuk mengetahui atau memahami sesuatu. Wujud dari penggunaan fungsi kemampuan kognitif seseorang dapat dilihat dari kemampuannya dalam menggunakan bahasa dan matematika (Wienman. 1981: 142).
Pengertian Kesulitan Belajar Siswa
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.
Jenis-Jenis Masalah Belajar Siswa
. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama
Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya pelaksanaan remidi dilakukan oleh guru kelas, namun dalam pelaksanaannya bukan hanya satu pihak saja yang melakukan remedial, namun dari pihak keluarga juga harus memiliki kesempatan untuk memberikan preses remedial. hal ini dikarenakan bahwa perlu adanya bimbingan lebih lanjut bukan hanya bimbingan yang dilakukan oleh guru , karena disadari bahwa guru tidak selalu ada untuk para siswa namun yang perlu tahu yaitu orang tua, karena orang tua selalu ada di antara mereka untuk setiap waktu. Selainorang tua adalah orang yang selalu ada bersamanya bisa kakak, kakek, nenek atau bahkan paman dan bibi.
Akan hal tersebut, perlu adanya pengetahuan pembelajaran remedial untuk anak yang memiliki maslah apapun, baik masalah proses belajar atau masalah motivasi belajar. akan lebih dalam lagi apabila dalam observasi ini dibahas tentang pembelajaran remedial untuk anak yang memiliki maslah motivasi belajar.
B. Tujuan
Rumusan masalah diantaranya:
1. Menjelaskan pengertian pembelajaran
2. Menjelaskan macam-macam penyimpangan perilaku pada anak usia SD
3. Menjelaskan gejala-gejala penyimpangan perilaku pada anak usia SD
4. Menjelaskan jenis-jenis perilaku yang menyimpag
5. Menjelaskan cara mengatasi anak yang memiliki masalah
C. Manfaat Observasi
Manfaat observasi bagi mahasiswa maupun bagi guru adalah :
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai calon guru memperoleh pengalaman baru dan sebagai acuan dalam mengajar serta menambah wawasan mahasiswa dalam mengajar anak SD.
2. Bagi Guru
Guru dapat mengetahui dan menambah wawasan tentang kegiatan belajar mengajar yang harus diterapkan di SD pada saat ini.
Selain itu manfaat observasi adalah :
a. Melatih kita dalam membuat karya tulis agar terbiasa dan lebih baik.
b. Sebagai pedoman pembelajaran.
c. Sebagai motivasi untuk melakukan suatu observasi, wawancara atau membaca buku-buku yang berhubungan dengan pendidikan sekolah dasar.
3. Ruang Lingkup Penulisan Laporan
Dalam penulisan laporan ini, ruang lingkup yang digunakan adalah :
1. Pembelajaran Remidi
2. Kesulitan Belajar
4. Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian, metode yang digunakan terdiri dari berbagai macam teknik, diantaranya adalah pengumpulan data, pengamatan, dokumen, dan wawancara.
5. Waktu dan Tempat
Observasi (penelitian) ini dilakukan selama satu kali di Desa Bendosewu Kecamatan Talun-Blitar di rumah Bapak Maswan pada tanggal 15 April 2015 selama jam 15.14 sampai 14.10.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. PENGERTIAN PEMBELAJARAN REMIDIAL
Pembelajaran remedial (Remedial Teaching) merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi baik akademik maupun non akademik belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Jika seorang peserta didik mencapai standar tertentu maka peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan.
Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, dimulai dari peni
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
5. Slow learner
Anak yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama
Anak yang lamban belajar
5
Siswa yang kurang mampu menguasai pengetahuan dalam batas waktu yang
telah ditentukan karena ada faktor tertentu yang mempengaruhinya.
6. Apa Saja Ciri-Cirinya?
6
Fisik
Intensitas pendengarannya,
penglihatannya, pembicaraannya, vitamin
dan gizi makanan mulai dari dalam
kandungan hingga ia lahir.
Perkembangan Mental
Perkembangan mental dapat dipengaruhi
oleh pertumbuhan fisik, Cacat fisik ,asuhan
intensif yang diberikan lingkungannya.
Perkembangan Intelektual
Sesorang yang memiliki IQ berkisar antara
50 sampai 69 sulit diharapkan memiliki
perkembangan intelek yang baik.
Sosial
Keadaan sosial ekonomi manusia
berpengaruh terhadap kemajuan belajar
siswa di sekolah
Perkembangan Kepribadian
Terkadang menunjukan ketidakmampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya yang diakibatkan kegagalan
belajar di sekolah
Proses Belajar yg Dilakukannya
Ciri –cirinya :
Ciri Umum
7. 7
1. Lamban mengamati dan mereaksi peristiwa
yang terjadi dalam lingkungannya.
2. Tidak banyak mengajukan pertanyaan-
pertanyaan
3. Kurang memperlihatkan perhatiannya
terhadap apa dan bagaimana tugas itu dapat
diselesaikan dengan baik.
4. Dalam belajarnya banyak menggunakan
ingatan (hapalan) daripada logika (reasoning)
5. Lebih sering berbuat salah.
6. Memiliki daya ingatan yang lemah, mudah
lupa dan gampang menghilang.
7. Mengalami kesulitan saat menuliskan
pengetahuan dalam bentuk karangan-
karangan lainnya, sekalipun menggunakan
kata dan kalimat yang sederhana.
8. lemah dalam mengerjakan tugas-tugas latihan
di sekolah dan di rumah.
8. 8
Siswa yang mengalami kesulitan belajar pada umumnya berkaitan erat dengan
masalah-masalah emosional, agresif, takut, malu-malu dan nakal. Kadang siswa yang
mengalami kesulitan belajar itu menunjukan ketidakmampuan menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitarnya yang diakibatkan kegagalan belajar di sekolah. Jika
kegagalan itu bertambah banyak maka akan mengakibatkan kelesuan konsentrasi
dalam belajar.
9. 9
Berdasarkan Penelitian Kirk (1962),.
Terdapat 5 kali lebih banyak siswa
Lamban belajar yang berasal dari
Keluarga ekonomi lemah dibandingkan
Siswa lamban belajar yang berasal
Dari keluarga ekonomi tinggi
10. Faktor Penyebab :
1 Internal
Faktor internal yaitu faktor genetik, biokimia.
yang dapat merusak :
• otak, misalnya: zat pewarna pada makanan,
pencemaran lingkungan,
• gizi yang tidak memadai, dan pengaruh-
pengaruh psikologis dan sosial
yang merugikan perkembangan anak.
10
11. Faktor Penyebab :
2 Eksternal
Faktor eksternal yaitu penyebab yg berasal
dari luar diri anak :
• (slow learner) yang berupa strategi
pembelajaran yang salah atau tidak tepat
• pengelolaan kegiatan pembelajaran yang
tidak membangkitkan motivasi belajar anak
11
12. DAMPAK DARI ANAK SLOW LEARNER
Anak cenderung bersikap pemalu,
menarik diri dari lingkungan sosialnya
dan lamban menerima informasi.
Hasil prestasi belajar yang kurang optimal
sehingga dapat membuat anak menjadi
stress karena ketidak mampuannya
mencapai apa yang diharapkannya.
Mendapatkan lebel yang
kurang baik dari teman-
temannya.
Anak akan mengalami perasaan
minder tehadap teman-temannya
karena kemampuan belajarnya lamban
jika dibandingkan teman-teman
sebayanya.
Karena ketidak mampuannya
mengikuti pelajaran dikelas, hal
tersebut dapat membuat anak tidak
naik kelas.
12
13. USAHA MENGATASINYA
1. Pengumpulan Data (dengan Mengenal Peserta Didik yang Mengalami (Slow Learner)
Memperhatikan prestasi belajar yang diperolehnya, memperbandingkan prestasi belajar yang telah
dicapai oleh siswa tersebut dengan nilai rata-rata kelas atau pun dengan cara memperhatikan
kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya (rangking). Metode pengumpulan data : observasi,
wawancara, kunjungan rumah, data pribadi dll
2. Pengelolaan Data
Dengan memperhatikan data contohnya pada mata pelajaran-mata pelajaran apa saja siswa tersebut
yang mendapat nilai rendah atau sangat rendah. Apakah semua atau hanya beberapa mata pelajaran
saja.
14. 14
Slow learner.....
3. Diagnosa (Menetapkan Latar Belakang Penyebabnya)
Diagnosa ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut :
a. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak (berat dan ringannya).
b. Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar termasuk lamban
belajarnya.
c. Keputusan mengenai faktor utama penyebab lamban belajar.
4. Prognosa (Menetapkan Usaha-usaha Bantuan)
Bentuk treatment yang harus diberikan :
Bahan/materi yang akan digunakan
Alat-alat bantu belajar mengajar yang diperlukan
Waktu (kapan kegiatan itu dilaksanakan)
15. 15
Slow learner.....
5. Treatment (Pelaksanaan Bantuan)
Melalui bimbingan belajar kelompok
Melalui bimbingan belajar individual
Melalui pengajaran remedial dalam beberapa bidang studi tertentu
Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis
Melalui bimbingan orang tua, dan pengatasan kasus sampingan yang mungkin ada
16. Teknik Bimbingan yang Dapat Diterapkan pada
Anak Lambat Belajar
16
1. Pengembangan ranah kognitif/intelektual
Pada pengembangan ini guru diharapkan menyediakan rentangan pengalaman belajar yang luas serta dapat
diamati atau nyata. Pengelolahan bahan dan tugas ajar secara khusus yang di dasarkan pada kurikulum yang
ada
2. Pengembangan ranah afektif
Pembimbing diharapkan memahami pikiran dan harapan anak yang ada pada dirinya serta
kemungkinan pemenuhannya di dalam sikap kehidupan berkelompok.
3. Pengembangan ranah fisik
Pembimbing diharapkan memberikan layanan yang dapat memberikan kemungkinan siswa
memperoleh pengalaman memadukan pola perkembangan berikir dan memberikan peran-peran
yang sesuai di dalam kelompoknya.
17. 17
4. Pengembangan ranah intuitif
Fungsi intuitif merupakan fungsi yang terlibat di dalam
pemunculan wawasan dan tindakan kreatif. Mengingat fungsinya
itu, maka layanan bagi siswa yang lambat belajar perlu
memperdulikan pengembangan pengalaman yang mendorong dia
untuk berimajenasi dan berkreasi (dalam tingkat yang
sederhana).
5. Pengembangan ranah masyarakat
Pemberian layanan dapat dilakukan dengan membantu
siswa memperoleh pengalaman mengembangkan diri menjadi
anggota kelompok,serta mampu berpartisipasi dalam proses
kelompok memperluas perasaan keanggotaan masyarakat
18. Kelas khusus
KONSEP LAYANAN ANAK Slow Learner
18
Ruang Sumber
( Resource Room )
Kelas Reguler ( General education Class)
19. Keunggulannya antara lain:
a. Anak berkesulitan belajar akan menggunakan
anak tidak berkesulitan
belajar sebagai model perilaku.
b. Mengelola anak berkesulitan belajar
di kelas reguler lebih murah daripada menyediakan
pelayanan dan situasi khusus.
c. Anak yang tidak berkesulitan belajar
dapat lebih memahami tentang adanya perbedaan
antara individu; dan
d. Guru reguler dimungkinkan untuk
menjadi lebih dapat menyesuaikan pembelajarannya
dengan karakteristik
individual semua anak.
Kelas Reguler ( General education Class)
Sistem pelayanan dalam bentuk kelas reguler dimaksudkan untuk mengubah citra tentang adanya
dua tipe anak, anak dengan berkesulitan belajar dan tidak berkesulitan belajar. Dalam kelas
reguler yang dirancang untuk membantu anak berkesulitan belajar diciptakan suasana belajar
kooperatif sehingga semua anak dapat menjalin kerjasama dalam mencapai tujuan belajar.
The Power of PowerPoint | thepopp.com 19
Adapun kelemahan sistem ini antara lain adalah:
a. Anak berkesulitan belajar kurang memperoleh
pelayanan individual
b. Anak masih mungkin memperoleh cap negatif dari anak
yang tidak memiliki kesulitan dalam belajar
c. Anak mungkin akan sering gagal karena sulitnya bahan
pelajaran dan tugas-tugas
d. Anak akan dirugikan karena tidak memperoleh
pelayanan pendidikan khusus yang sistematis dan latihan
keterampilan dasar yang cukup
e. Semangat juang guru kelas atau guru reguler mungkin
akan terpengaruh secara negatif karena banyak diantara
mereka yang tidak dipersiapkan untuk melayani anak
berkesulitan belajar.
20. Keuntungan dari bentuk kelas khusus yaitu:
a. Pembelajaran menjadi efisien karena
pengelompokannya
b. Anak berkesulitan belajar memperoleh lebih
banyak pelayanan yang bersifat individual
Kelas Khusus ( Special Class )
Sistem ini biasanya menampung antara 10 hingga 20 anak berkesulitan belajar dibawah asuhan
seorang guru khusus.
Ada dua jenis kelas khusus yang biasa digunakan yaitu:
a) kelas khusus sepanjang hari belajar, dan
b) kelas khusus untuk mata pelajaran tertentu atau kelas khusus sebagian waktu.
The Power of PowerPoint | thepopp.com 20
Adapun kelemahan dari bentuk ini yaitu:
a. Anak berkesulitan belajar sering memperoleh cap
atau label negatif yang dapat menganggu kepercayaan
diri, penolakan dari teman, perolehan pekerjaan di
masa depan, sikap negatif dari keluarga, dan harapan
untuk berhasil yang rendah dari guru;
b. Anak berkesulitan belajar cenderung hanya dapat
berkomunikasi dengan sesama mereka.
21. Sistem pelayanan dalam bentuk ruang sumber memiliki
keunggulan yaitu:
a. Anak memerlukan bantuan khusus di bidang
akademik atau sosial memperoleh bantuan dari guru
yang terlatih
b. Anak berkesulitan belajar tetap berada di kelas
reguler sehingga dapat bergaul dengan anak yang
tidak berkesulitan belajar.
Ruang Sumber ( Resource Room)
Di dalam ruang sumber terdapat guru remedial atau guru sumber dan berbagai
media belajar. Aktivitas utama dalam ruang sumber umumnya berkonsentrasi pada
upaya memperbaiki keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung.
Guru sumber diharapkan dapat menjadi pengganti guru kelas dan menjadi konsultan
bagi guru reguler
The Power of PowerPoint | thepopp.com 21
Adapun kekurangan dari bentuk layanan ini yaitu:
a. Banyak waktu terbuang untuk pindah dari kelas
reguler ke ruang sumber dan sebaliknya.
b. Mengurangi kemampuan guru kelas atau guru
reguler dalam menangani anak secara individual.
c. Meningkatkan kemungkinan terjadinya
ketidakajegan pendekatan pembelajaran
d. Meningkatkan jumlah spesialis yang bekerja untuk
anak yang dapat menimbulkan pelayanan yang
terpecah-peccah
e. Dapat menimbulkan konflik antara kebutuhan
kelompok dan kebutuhan individual.