SlideShare a Scribd company logo
KARYA TULIS
SIFAT FISIS KAYU: Berat Jenis dan Kadar Air
Pada Beberapa Jenis Kayu
Disusun Oleh:
APRI HERI ISWANTO, S.Hut, M.Si
NIP. 132 303 844
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2008
Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008
USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji syukur pada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis mengenai “SIFAT FISIS KAYU: Berat
Jenis dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu“.
Tulisan ini berisi tentang gambaran umum secara singkat mengenai berat jenis,
kadar air dan persen air dalam rongga sel kayu. Penulis berharap semoga karya tulis ini
dapat memberikan tambahan informasi dibidang fisika kayu terutama yang berkaitan
dengan keberadaan air dalam kayu.
Akhirnya penulis tetap membuka diri terhadap kritik dan saran yang
membangun dengan tujuan untuk menyempurnakan karya tulis ini.
Nopember, 2008
Penulis
Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................iv
PENDAHULUAN ............................................................................................1
SIFAT HIGROSKOPIS KAYU .......................................................................2
SIFAT FISIS KAYU ........................................................................................2
BERAT JENIS KAYU DAN KULIT...............................................................4
KADAR AIR (KAYU DAN KULIT) DAN KADAR AIR TJS ......................5
PERSENTASE RONGGA SEL TERISI AIR..................................................9
KESIMPULAN.................................................................................................9
REFERENSI.....................................................................................................10
Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
1 Nilai berat jenis kayu rata-rata menurut arah vertikal batang 4
2 Nilai kadar air kayu menurut arah vertikal batang 6
Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008
USU e-Repository © 2008
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
1 Berat jenis pada berbagai jenis kayu 4
2 Berat jenis kulit pada berbagai jenis kayu 5
3 Kadar air kayu segar 6
4 Kadar air kulit kayu 7
5 Kadar air titik jenuh serat kayu 8
6 Kerusakan pada kayu Gmelina yang telah dikeringkan 8
7 Persentase rongga sel terisi oleh air 9
Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008
USU e-Repository © 2008
PENDAHULUAN
Kayu merupakan salah satu material yang banyak dipergunakan sebagai
bahan konstruksi bangunan dan bahan baku meubel. Berbagai keunggulan kayu
menyebabkan kayu masih banyak diminati para penggunanya wlaupun sekarang ini
telah banyak material lain seperti baja, beton, plastik, dll yang notabenenya juga
dapat dipergunakan sebagai bahan konstruksi dan meubel.
Sebagai produk alam yang tersusun atas karbon (46% C), hydrogen (6% H),
oksigen (44% O) serta mineral (1%). Panshin, et.al, (1964) mengemukakan bahwa
kayu memiliki sifat higroskopis dimana keberadaan sifat ini menyebabkan kayu
dapat menyerap (absorpsi) dan melepaskan (desorpsi) air untuk menyesuaikan diri
dengan kondisi lingkungannya. Kemampuan arbsorpsi dan desorpsi kayu ini
berakibat pada besarnya kadar air yang selalu berubah tergantung pada suhu dan
kelembaban lingkungan sekitarnya.
Kadar air merupakan banyaknya air yang dikandung kayu yang dinyatakan
dalam persen terhadap berat kering tanurnya (Brown, et al., 1952). Tsoumis
(1991) mengemukakan bahwa besarnya kadar air dalam pohon hidup berfariasi
antara 30-300% tergantung dari spesies pohon, (hardwood atau softwood), posisi
dalam batang (vertical dan horizontal) serta musim (salju, semi, panas dan gugur).
Didalam sel, keberadaan air dikelompokkan menjadi dua yaitu air bebas yang
terletak pada rongga, memberikan pengaruh berat pada kayu serta air terikat yang
terletak pada dinding sel dan mikrofoid yang memberikan pengaruh berat dan
dimensi pada kayu. Jumlah air bebas tergantung porositas dan volume kayu (Siau,
1971). Pengaruh perubahan dimensi yang disebabkan karena arbsorsi atau desorpsi
air terikat terjadi pada kondisi kadar air dibawah titik jenuh serat (TJS). Peristiwa
ini dikenal dengan pengembangan dan penyusutan kayu. Penyusutan kayu selain
dipengaruhi oleh kadar air juga dipengaruhi oleh berat jenis kayu. Berat jenis
memberikan pengaruh hubungan yang linier positif terhadap penyusutan kayu,
semakin tinggi berat jenis suatu kayu maka penyusutan kayu akan semakin tinggi
(Tsoumis, 1991).
Berdasarkan strukturnya pada kayu, sel merupakan komponen terkecil
penyusun tanaman. Satu unit sel terdiri terdiri atas rongga dan dinding sel, dimana
Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008
USU e-Repository © 2008
ukuran rongga dan ketebalan dinding sel untuk setiap jenis pohon akan berbeda.
Perbdedaan inilah yang berakibat terhadap berfariasinya sifat fisis dari suatu jenis.
Dengan mengetahui sifat fisis pada kayu diharapkan akan sangat berguna
dalam rangka pemanfaatkan kayu secara optimum baik ditinjau dari segi kekuatan,
keindahan ataupun lamanya penggunaan.
SIFAT HIGROSKOPIS KAYU
Skar (1989) mengemukakan bahwa kayu sebagaimana bahan
berlignoselulosa lainnya memiliki sifat higroskopis yaitu dapat menyerap atau
melepas air dari lingkungannya. Tsoumis (1991) menambahkan bahwa air yang
diserap dapat berupa uap air atau air dalam bentuk air cair.
Pada kondisi lembab, kayu kering akan menghisap atau menaik uap air,
sedangkan pada keadaan kelembaban udara yang rendah, kayu basah akan
melepaskan uap air. Sifat higroskopis ini menyebabkan kayu pada kondisi dan
kelembaban tertentu dapat mencapai suatu keseimbangan, yang berarti kadar air
kayu tidak akan mengalami perubahan. Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa
kadar air keseimbangan ini merupakan sebuah ukuran higroskopisitas.
SIFAT FISIS KAYU
1. Kadar Air Kayu
Kadar air merupakan banyaknya air yang terdapat dalam kayu yang
dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya. Air dalam kayu
terdapat dalam dua bentuk yaitu air bebas yang terdapat pada rongga sel dan air
terikat (imbibisi) yang terdapat pada dinding sel. Kondisi dimana dinding sel
jenuh dengan air sedangkan rongga sel kosong, dinamakan kondisi kadar air pada
titik jenuh serat. (Simpson, et.al, 1999; Brown, et al., 1952). Kadar air titik jenuh
serat besarnya tidak sama untuk setiap jenis kayu, hal ini disebabkan oleh
perbedaan struktur dan komponen kimia. Pada umumnya kadar air titik jenuh
serat besarnya berkisar antara 25-30% (Panshin, et.al, 1964). Tsoumis (1991)
mengemukakan bahwa besarnya titik jenuh serat berkisar antara 20-40%.
Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008
USU e-Repository © 2008
2. Berat Jenis dan Berat Jenis Zat Kayu
Berat jenis adalah rasio antara kerapatan suatu bahan dengan kerapatan
air. Berat jenis disebut juga kerapatan relative (Tsoumis, 1991). Simpson, et.al,
(1999) mengemukakan bahwa berat jenis adalah rasio antara kerapatan kayu
dengan kerapatan air pada kondisi anomali air (4,40
C), dimana kerapatan air pada
kondisi tersebut besarnya adalah 1 g/cm3
.
Untuk menentukan berat jenis digunakan berat kering oven dan volume
pada (a) basah, (b) kering oven, dan (c) pada kadar air 12% (Forest Products
Laboratory, 1999). Di Amerika lebih disukai ukuran berat jenis kayu menurut
volume berat basah, sedang di Eropa lebih senang dengan volume berat kering
tanur. Besarnya berat jenis pada tiap-tiap kayu berbeda-beda dan tergantung
dari: kandungan zat-zat dalam kayu, kandungan ekstraktif serta kandungan air
kayu. Berdasarkan volume basahnya, berat jenis kayu akan mencerminkan berat
kayunya. Klasifikasi yang ada terdiri dari :
a. Kayu dengan berat ringan, bila BJ kayu < 0,3
b. Kayu dengan berat sedang, bila BJ kayu 0,36 – 0,56
c. Kayu dengan berat berat, bila BJ kayu > 0,56
Faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis kayu yaitu umur pohon,
tempat tumbuh, posisi kayu dalam batang dan kecepatan tumbuh. Berat jenis
kayu merupakan salah satu sifat fisik kayu yang penting sehubungan dengan
penggunaannya (Pandit dan Hikmat, 2002).
Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008
USU e-Repository © 2008
BERAT JENIS KAYU DAN KULIT
0.36
0.50
0.46
0.35 0.34
0.58
0.39
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
Sengon
B
uto
K
aret
G
m
elina
Sengon
A
.m
angium
Sonokeling
A
ngsana
Jenis Kayu
BJKayu
Gambar 1. Berat jenis pada berbagai jenis kayu
Berdasarkan pada Gambar 1, terlihat bahwa berat jenis kayu rata-rata tertinggi
pada jenis Sonokeling (Dalbergia latifolia) sebesar 0.58 dan terendah pada jenis
Akasia mangimum (Acacia mangium) sebesar 0.34. Nilai berat jenis kayu rata-rata
menurut arah vertikal batang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai berat jenis kayu rata-rata menurut arah vertikal batang
Berat Jenis
Jenis Kayu Pangkal Tengah Ujung
Sengon Buto 0.36 0.29 0.29
Karet 0.50 0.48 0.46
Gmelina 0.46 0.38 0.34
Sengon Buto 0.35 0.31 0.30
Mangium 0.34 0.34 0.30
Sonokeling 0.58 0.61 0.58
Angsana 0.39 0.36 0.33
Berdasarkan pada Tabel 1, dapat diketahui bahwa nilai berat jenis secara umum
pada bagian pangkal lebih tinggi dibanding bagian tengah dan ujung. Semakin ke
ujung nilai berat jenisnya semakin rendah. Berat jenis tertinggi terdapat pada jenis
Sonokeling pada posisi batang bagian pangkal yaitu sebesar 0.58, sedangkan terendah
terdapat pada jenis Sengon buto pada posisi batang bagian tengah dan ujung sebesar
0.29.
Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008
USU e-Repository © 2008
0.35
0.51
0.48
0.44
0.60
0.41
0.30
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
Sengon
B
uto
Karet
G
m
elina
Sengon
A.m
angium
Sonokeling
Angsana
Jenis Kayu
BJKulit
Gambar 2. Berat jenis kulit pada berbagai jenis kayu
Berdasarkan pada Gambar 2, terlihat bahwa berat jenis kulit rata-rata tertinggi
pada jenis Sonokeling (Dalbergia latifolia) sebesar 0.6 dan terendah pada jenis
Angsana sebesar 0.3 .
Kayu yang berasal dari bagian pangkal umumnya sudah terbentuk kayu dewasa
(mature wood), yaitu massa kayu yang didominasi oleh kayu akhir dengan sel-sel
penyusunnya memiliki didnding sel yang tebal dan rongga sel yang kecil, sehingga
kerapatannya juga lebih tinggi. Selain itu kayu pada bagian pangkal juga sudah
terbentuk kayu teras yang lebih banyak.
Pada bagian ujung tersusun atas jaringan yang masih muda, dimana secara
fisiologis jaringan tersebut masih berfungsi aktif sehingga dinding selnya relatif lebih
tipis dibanding dengan dinding sel jaringan yang sudah tua. Haygreen dan Bowyer
(2003) mengemukakan bahwa semakin tinggi berat jenis dan kerapatan kayu, semakin
banyak kandungan zat kayu pada dinding sel yang berarti semakin tebal dinding sel
tersebut.
Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008
USU e-Repository © 2008
KADAR AIR (KAYU DAN KULIT) DAN KADAR AIR TITIK
JENUH SERAT (TJS)
108.58
87.90
131.00
137.21
120.04
74.32
95.81
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Sengon
Buto
Karet
G
m
elina
Sengon
A
.m
angium
Sonokeling
Angsana
Jenis Kayu
KAKayu
Gambar 3. Kadar air kayu segar
Berdasarkan pada Gambar 3, terlihat bahwa kadar air kayu rata-rata tertinggi
pada jenis Sengon (Paraserianthes falcataria) sebesar 137.21% dan terendah pada
jenis Sonokeling (Dalbergia latifolia) sebesar 74.32%. Nilai kadar air kayu rata-rata
menurut arah vertikal batang disajikan pada Table 2.
Tabel 2. Nilai kadar air kayu menurut arah vertikal batang
Berat Jenis
Jenis Kayu Pangkal Tengah Ujung
Sengon Buto 108.58 155.24 149.50
Karet 87.90 81.17 78.07
Gmelina 131.00 146.54 120.00
Sengon Buto 137.21 144.19 96.17
Mangium 120.04 119.69 90.65
Sonokeling 74.32 65.09 66.18
Angsana 95.81 102.24 91.06
Berdasarkan pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa nilai kadar air tertinggi
terdapat pada jenis Sengon buto pada posisi batang bagian tengah yaitu sebesar
155.24%, sedangkan terendah terdapat pada jenis Sonokeling pada posisi batang
bagian tengah sebesar 65.09%.
Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008
USU e-Repository © 2008
Nilai kadar air kulit rata-rata hasil pengukuran disajikan pada Gambar 4.
79.96
33.285
78.8 75.455
51.68
146.335
211.705
0
50
100
150
200
250
Sengon
B
uto
K
aret
G
m
elina
Sengon
A
.m
angium
Sonokeling
A
ngsana
Jenis Kayu
KadarAirKulit
Gambar 4. Kadar air kulit kayu
Berdasarkan pada Gambar 4, terlihat bahwa kadar air kulit rata-rata tertinggi
pada jenis Angsana sebesar 211.075% dan terendah pada jenis karet (Hevea
braziliensis) sebesar 33.286%.
Haygreen dan Bowyer (2003) mengemukakan bahwa dalam bagian xylem, air
umumnya lebih dari separoh berat total, artinya berat air dalam kayu segar umumnya
sama atau lebih besar daripada berat bahan kayu kering. Bakar, dkk (1998)
mengemukakan bahwa pengaruh gaya gravitasi bumi yang menyebabkan pengiriman
air ke bagian yang lebih tinggi memerlukan tekanan kapiler yang lebih besar.
Banyak faktor yang mempengaruhi variasi tersebut seperti tempat tumbuh,
iklim, lokasi geografis dan spesies itu sendiri. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
tempat seperti kelembaban, tersedianya cahaya matahari dan zat-zat makanan, angin
dan suhu dapat mempengaruhi berat jenis. Hal ini sebagian besar ditentukan oleh
tinggi tempat, aspek kemiringan, garis lintang, tipe tanah, komposisi tegakan dan jarak
tanam. Semua faktor ini dapat mempengaruhi ukuran dan ketebalan dinding sel
sehingga mempengaruhi kapasitas sel dalam menampung molekul air.
Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008
USU e-Repository © 2008
25.82
22.865
79.91
23.615
38.99
29.855
18.255
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Sengon
B
uto
K
aret
G
m
elina
Sengon
A
.m
angium
Sonokeling
A
ngsana
Jenis Kayu
KATJS
Gambar 5. Kadar air titik jenuh serat kayu
Berdasarkan pada Gambar 5, terlihat bahwa kadar air titik jenuh serat kayu
rata-rata tertinggi pada jenis Gmelina (Gmelina arborea) sebesar 79.91% dan terendah
pada jenis karet (Hevea braziliensis) sebesar 18.25%. Penyimpangan KA TJS pada
kayu Gmelina diduga karena kayu tersebut merupakan kayu juvenile, dimana sel-sel
pada kayu tersebut merupakan sel-sel yang masih muda. Kayu tersebut pada saat
setelah dikeringkan terjadi penurunan berat yang sangat signifikan (kayu tersebut
mengalami perubahan bentuk dalam hal ini tidak silindris seperti bentuk awalnya)
sebagaimana disajikan pada Gambar 6 berikut.
Bagian yang hilang
Gambar 6. Kerusakan pada kayu Gmelina yang telah dikeringkan
Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008
USU e-Repository © 2008
PERSENTASE RONGGA SEL TERISI AIR
44.205
57.515
70.42
57.96
43.65
57.315
45.02
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sengon
B
uto
Karet
G
m
elina
Sengon
A.m
angium
Sonokeling
Angsana
Jenis Kayu
%RonggaBerisiAir
Gambar 7. Persentase rongga sel terisi oleh air
Berdasarkan pada Gambar 7, terlihat bahwa persentase rongga sel terisi oleh air
rata-rata tertinggi pada jenis Gmelina (Gmelina arborea) sebesar 70.42% dan terendah
pada jenis Akasia mangium sebesar 43.65%. Tingginya persen rongga sel berisi air
pada kayu Gmelina yang diukur disebabkan karena terjadinya pecah kayu seperti yang
disajikan pada Gambar 6 setelah kayu dikeringkan sehingga terjadi keabnormalan data
pada kadar air TJS, akibatnya hal ini berpengaruh terhadap besarnya persen rongga
yang terisi oleh air. Dalam literatur disebutkan bahwa maksimum rongga sel berisi air
sebesar 50%.
Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008
USU e-Repository © 2008
KESIMPULAN
1. Nilai berat jenis secara umum pada bagian pangkal lebih tinggi dibanding bagian
tengah dan ujung. Semakin ke ujung nilai berat jenisnya semakin rendah. berat
jenis kayu rata-rata tertinggi pada jenis Sonokeling (Dalbergia latifolia) dan
terendah pada jenis Akasia mangimum (Acacia mangium)
2. Kadar air kayu rata-rata tertinggi pada jenis Sengon (Paraserianthes falcataria)
dan terendah pada jenis Sonokeling (Dalbergia latifolia). Kadar air kulit rata-rata
tertinggi pada jenis Angsana dan terendah pada jenis karet (Hevea braziliensis).
3. Kadar air titik jenuh serat kayu rata-rata tertinggi pada jenis Gmelina (Gmelina
arborea) dan terendah pada jenis karet (Hevea braziliensis).
4. Persentase rongga sel terisi oleh air rata-rata tertinggi pada jenis Gmelina (Gmelina
arborea) dan terendah pada jenis Akasia mangium.
Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008
USU e-Repository © 2008
Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008
USU e-Repository © 2008
REFERENSI
Bakar, E.S., O. Rachman, D. Hermawan, L. Karlinasari dan N. Rosdiana. 1998.
Pemanfaatan batang Kelapa Sawit sebagai Bahan Bangunan dan Furniture.
Jurnal Teknologi Hasil Hutan Vol. XI (1). Pp 1-12. Fakultas Kehutanan IPB.
Bogor.
Bowyer, J.L., R. Shmulsky & J.G. Haygreen. 2003. Forest Product and Wood
Science: An Introduction. 4th
ed. Iowa State Press. Iowa.
Pandit, I.K.N. dan H. Ramdan. 2002. Anatomi Kayu: Pengantar Sifat Kayu sebagai
Bahan Bangunan. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Panshin, A.J. dan C. de Zeeuw. 1964. Texbook of Wood Technology. 4th
ed.
McGraw-Hill. New York.
Simpson, W dan Anton Ten wolde. 1999. Physical Properties and Moisture Relations
of Wood. Wood Handbook: Wood as An Engineering Material. Forest
Product Laboratory General Technical Report FPL-GTR-113. USDA
Forest Science, Forest Product Laboratory. USA.
Skaar, C. 1972. Water in Wood. Syracuse University Press. Syracuse New York.
Tsoumis, G. 1991. Science and Technology of Wood: Structure, Properties,
Utilization. Van Nostrand Reinhold. New York.

More Related Content

What's hot

Jenis jenis kayu ( Kelas Kekuatan & Keawetan & Berat Jenis Kayu Indonesia )
Jenis jenis kayu ( Kelas Kekuatan & Keawetan & Berat Jenis Kayu Indonesia ) Jenis jenis kayu ( Kelas Kekuatan & Keawetan & Berat Jenis Kayu Indonesia )
Jenis jenis kayu ( Kelas Kekuatan & Keawetan & Berat Jenis Kayu Indonesia )
Athif Muhammad
 
Penyakit hutan
Penyakit hutanPenyakit hutan
Penyakit hutan
bayu meido
 

What's hot (20)

Anatomi Kayu daun jarum (KDJ)
Anatomi Kayu daun jarum (KDJ)Anatomi Kayu daun jarum (KDJ)
Anatomi Kayu daun jarum (KDJ)
 
laporan perencanaan kehutanan
laporan perencanaan kehutananlaporan perencanaan kehutanan
laporan perencanaan kehutanan
 
Jenis jenis kayu ( Kelas Kekuatan & Keawetan & Berat Jenis Kayu Indonesia )
Jenis jenis kayu ( Kelas Kekuatan & Keawetan & Berat Jenis Kayu Indonesia ) Jenis jenis kayu ( Kelas Kekuatan & Keawetan & Berat Jenis Kayu Indonesia )
Jenis jenis kayu ( Kelas Kekuatan & Keawetan & Berat Jenis Kayu Indonesia )
 
Penyakit hutan
Penyakit hutanPenyakit hutan
Penyakit hutan
 
Berat volume
Berat volumeBerat volume
Berat volume
 
MACAM MACAM DAUR
MACAM MACAM DAURMACAM MACAM DAUR
MACAM MACAM DAUR
 
Laporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasiLaporan praktikum analisis vegetasi
Laporan praktikum analisis vegetasi
 
Bab 5 3. metode perhitungan etat
Bab 5 3. metode perhitungan etatBab 5 3. metode perhitungan etat
Bab 5 3. metode perhitungan etat
 
Karakteristik kayu
Karakteristik kayuKarakteristik kayu
Karakteristik kayu
 
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian Tapak
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian TapakPemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian Tapak
Pemilihan Jenis Pohon dan Kesesuaian Tapak
 
Kayu
KayuKayu
Kayu
 
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide show
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide showPetak Ukur Inventarisasi hutan slide show
Petak Ukur Inventarisasi hutan slide show
 
PPT-RESPON KAYU TERHADAP FAKTOR BIOLOGIS DAN NON BIOLOGIS.pptx
PPT-RESPON KAYU TERHADAP FAKTOR BIOLOGIS DAN NON BIOLOGIS.pptxPPT-RESPON KAYU TERHADAP FAKTOR BIOLOGIS DAN NON BIOLOGIS.pptx
PPT-RESPON KAYU TERHADAP FAKTOR BIOLOGIS DAN NON BIOLOGIS.pptx
 
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG “PENGAMATAN HAMA dan PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sa...
 
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
 
EKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTANEKOLOGI HUTAN
EKOLOGI HUTAN
 
laporan pemanenan hasil hutan
laporan pemanenan hasil hutan laporan pemanenan hasil hutan
laporan pemanenan hasil hutan
 
SIFAT DAN CIRI TANAH PADA KAWASAN HUTAN TROPIS DI DUNIA
SIFAT DAN CIRI TANAH PADA KAWASAN HUTAN TROPIS DI DUNIASIFAT DAN CIRI TANAH PADA KAWASAN HUTAN TROPIS DI DUNIA
SIFAT DAN CIRI TANAH PADA KAWASAN HUTAN TROPIS DI DUNIA
 
ILMU KAYU PERTUMBUHAN POHON
ILMU KAYU PERTUMBUHAN POHONILMU KAYU PERTUMBUHAN POHON
ILMU KAYU PERTUMBUHAN POHON
 
KARAKTERISTIK DAN SIFAT-SIFAT KAYU
KARAKTERISTIK DAN SIFAT-SIFAT KAYUKARAKTERISTIK DAN SIFAT-SIFAT KAYU
KARAKTERISTIK DAN SIFAT-SIFAT KAYU
 

Similar to SIFAT FISIS KAYU, BERAT JENIS DAN KADAR AIR

PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptxPPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
G7CORNELIA
 
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptxPPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
G7CORNELIA
 
Kumpulan Intisari Hasil Karya Ilmiah John Kelik
Kumpulan Intisari Hasil Karya Ilmiah John KelikKumpulan Intisari Hasil Karya Ilmiah John Kelik
Kumpulan Intisari Hasil Karya Ilmiah John Kelik
John Kelik
 
Bio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayu
Bio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayuBio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayu
Bio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayu
KEHATI
 

Similar to SIFAT FISIS KAYU, BERAT JENIS DAN KADAR AIR (20)

PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptxPPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
 
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptxPPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
 
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptxPPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
 
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptxPPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
PPT Fisika Kayu Cornelia_G1011211049.pptx
 
GIAN MALVINO.pptx
GIAN MALVINO.pptxGIAN MALVINO.pptx
GIAN MALVINO.pptx
 
Kayu
KayuKayu
Kayu
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Kumpulan Intisari Hasil Karya Ilmiah John Kelik
Kumpulan Intisari Hasil Karya Ilmiah John KelikKumpulan Intisari Hasil Karya Ilmiah John Kelik
Kumpulan Intisari Hasil Karya Ilmiah John Kelik
 
PENDAHULUAN SIFAT FISIKA KAYU
 PENDAHULUAN SIFAT FISIKA KAYU PENDAHULUAN SIFAT FISIKA KAYU
PENDAHULUAN SIFAT FISIKA KAYU
 
fisika kayu (Dinda Nuraini).pptx
fisika kayu (Dinda Nuraini).pptxfisika kayu (Dinda Nuraini).pptx
fisika kayu (Dinda Nuraini).pptx
 
fisika kayu (Dinda Nuraini).pptx
fisika kayu (Dinda Nuraini).pptxfisika kayu (Dinda Nuraini).pptx
fisika kayu (Dinda Nuraini).pptx
 
Pengetahuan dasar kayu
Pengetahuan dasar kayuPengetahuan dasar kayu
Pengetahuan dasar kayu
 
fisika kayu.pptx
fisika kayu.pptxfisika kayu.pptx
fisika kayu.pptx
 
PPT Fisika Kayu "Hubungan Kayu dengan Air"
PPT Fisika Kayu "Hubungan Kayu dengan Air"PPT Fisika Kayu "Hubungan Kayu dengan Air"
PPT Fisika Kayu "Hubungan Kayu dengan Air"
 
Bio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayu
Bio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayuBio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayu
Bio composite, pilihan strategis penyediaan alternatif kayu
 
Teknologi bahan 1
Teknologi bahan 1Teknologi bahan 1
Teknologi bahan 1
 
Kayu _ Material dan Konstruksi
Kayu _ Material dan KonstruksiKayu _ Material dan Konstruksi
Kayu _ Material dan Konstruksi
 
RESPON KAYU TERHADAP FAKTOR BIOLOGIS DAN NON BIOLOGIS.pptx
RESPON KAYU TERHADAP FAKTOR BIOLOGIS DAN NON BIOLOGIS.pptxRESPON KAYU TERHADAP FAKTOR BIOLOGIS DAN NON BIOLOGIS.pptx
RESPON KAYU TERHADAP FAKTOR BIOLOGIS DAN NON BIOLOGIS.pptx
 
Makalah Ekosistem Laut
Makalah Ekosistem LautMakalah Ekosistem Laut
Makalah Ekosistem Laut
 
PPT FISIKA KAYU HUBUNGAN KAYU DENGAN AIR
PPT FISIKA KAYU HUBUNGAN KAYU DENGAN AIRPPT FISIKA KAYU HUBUNGAN KAYU DENGAN AIR
PPT FISIKA KAYU HUBUNGAN KAYU DENGAN AIR
 

More from MOSES HADUN

BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadunBISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
MOSES HADUN
 

More from MOSES HADUN (20)

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
 
SAMBUNG LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA LAMPIRAN GAMBAR
SAMBUNG LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA LAMPIRAN GAMBARSAMBUNG LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA LAMPIRAN GAMBAR
SAMBUNG LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA LAMPIRAN GAMBAR
 
Tugas POSTER analisa lingkungan bangunan
Tugas POSTER analisa lingkungan bangunan Tugas POSTER analisa lingkungan bangunan
Tugas POSTER analisa lingkungan bangunan
 
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadunBISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
 
RENCANA INDUK JARINGAN JALAN KOTA MALANG
RENCANA INDUK JARINGAN JALAN KOTA MALANG RENCANA INDUK JARINGAN JALAN KOTA MALANG
RENCANA INDUK JARINGAN JALAN KOTA MALANG
 
Business plan
Business planBusiness plan
Business plan
 
Bisnis plann kewirausahaan revisi (1)
Bisnis plann kewirausahaan  revisi (1)Bisnis plann kewirausahaan  revisi (1)
Bisnis plann kewirausahaan revisi (1)
 
Ppt tugas kelompok sistem bangunan irigasi
Ppt tugas kelompok sistem bangunan irigasiPpt tugas kelompok sistem bangunan irigasi
Ppt tugas kelompok sistem bangunan irigasi
 
Tugas besar konstruksi baja 1
Tugas besar konstruksi baja 1Tugas besar konstruksi baja 1
Tugas besar konstruksi baja 1
 
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
 
Modul batang tekan
Modul batang tekanModul batang tekan
Modul batang tekan
 
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIAPERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA
PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA
 
Penentuan kelas kekuatan dan keawetan kayu yang diperdagangkan
Penentuan kelas kekuatan dan keawetan kayu yang diperdagangkanPenentuan kelas kekuatan dan keawetan kayu yang diperdagangkan
Penentuan kelas kekuatan dan keawetan kayu yang diperdagangkan
 
Bentuk batu alam
Bentuk batu alamBentuk batu alam
Bentuk batu alam
 
JENIS-JENIS BATU ALAM DAN BATU BUATAN
JENIS-JENIS BATU ALAM DAN BATU BUATANJENIS-JENIS BATU ALAM DAN BATU BUATAN
JENIS-JENIS BATU ALAM DAN BATU BUATAN
 
Bahan bangunan ramah lingkungan
Bahan bangunan ramah lingkunganBahan bangunan ramah lingkungan
Bahan bangunan ramah lingkungan
 
BAGIAN-BAGIAN KAYU
BAGIAN-BAGIAN KAYUBAGIAN-BAGIAN KAYU
BAGIAN-BAGIAN KAYU
 
TEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNG
TEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNGTEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNG
TEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNG
 
Vektor
VektorVektor
Vektor
 
Statika per portal
Statika per portal Statika per portal
Statika per portal
 

Recently uploaded

Panduan Logging Ringkas Nickel laterite.
Panduan Logging Ringkas Nickel laterite.Panduan Logging Ringkas Nickel laterite.
Panduan Logging Ringkas Nickel laterite.
aldreyuda
 
Tugas 01 Penjelasan Cara Melakukan Gasifikasi.pdf
Tugas 01 Penjelasan Cara Melakukan Gasifikasi.pdfTugas 01 Penjelasan Cara Melakukan Gasifikasi.pdf
Tugas 01 Penjelasan Cara Melakukan Gasifikasi.pdf
nimrodnapitu
 
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.pptMatematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
AzrilAld
 
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Tsabitpattipeilohy
 
Metode Kerja Borepile utk Proyek Jembantan Hauling Blok III Utara PT AGM Kals...
Metode Kerja Borepile utk Proyek Jembantan Hauling Blok III Utara PT AGM Kals...Metode Kerja Borepile utk Proyek Jembantan Hauling Blok III Utara PT AGM Kals...
Metode Kerja Borepile utk Proyek Jembantan Hauling Blok III Utara PT AGM Kals...
MichaelBluer
 

Recently uploaded (8)

Panduan Logging Ringkas Nickel laterite.
Panduan Logging Ringkas Nickel laterite.Panduan Logging Ringkas Nickel laterite.
Panduan Logging Ringkas Nickel laterite.
 
Tugas 01 Penjelasan Cara Melakukan Gasifikasi.pdf
Tugas 01 Penjelasan Cara Melakukan Gasifikasi.pdfTugas 01 Penjelasan Cara Melakukan Gasifikasi.pdf
Tugas 01 Penjelasan Cara Melakukan Gasifikasi.pdf
 
Studi Kasus Pantai Kelan Provinsi Bali.pdf
Studi Kasus Pantai Kelan Provinsi Bali.pdfStudi Kasus Pantai Kelan Provinsi Bali.pdf
Studi Kasus Pantai Kelan Provinsi Bali.pdf
 
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.pptMatematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
Matematika diskrit: metode pohon/trees.ppt
 
SUPERVISOR K3 (MAULANA PANDU PERMANA).ppt
SUPERVISOR K3 (MAULANA PANDU PERMANA).pptSUPERVISOR K3 (MAULANA PANDU PERMANA).ppt
SUPERVISOR K3 (MAULANA PANDU PERMANA).ppt
 
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
 
Ukuran penyebaran data berkelompok (statistika)
Ukuran penyebaran data berkelompok (statistika)Ukuran penyebaran data berkelompok (statistika)
Ukuran penyebaran data berkelompok (statistika)
 
Metode Kerja Borepile utk Proyek Jembantan Hauling Blok III Utara PT AGM Kals...
Metode Kerja Borepile utk Proyek Jembantan Hauling Blok III Utara PT AGM Kals...Metode Kerja Borepile utk Proyek Jembantan Hauling Blok III Utara PT AGM Kals...
Metode Kerja Borepile utk Proyek Jembantan Hauling Blok III Utara PT AGM Kals...
 

SIFAT FISIS KAYU, BERAT JENIS DAN KADAR AIR

  • 1. KARYA TULIS SIFAT FISIS KAYU: Berat Jenis dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu Disusun Oleh: APRI HERI ISWANTO, S.Hut, M.Si NIP. 132 303 844 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008 Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008 USU e-Repository © 2008
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur pada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis mengenai “SIFAT FISIS KAYU: Berat Jenis dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu“. Tulisan ini berisi tentang gambaran umum secara singkat mengenai berat jenis, kadar air dan persen air dalam rongga sel kayu. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan tambahan informasi dibidang fisika kayu terutama yang berkaitan dengan keberadaan air dalam kayu. Akhirnya penulis tetap membuka diri terhadap kritik dan saran yang membangun dengan tujuan untuk menyempurnakan karya tulis ini. Nopember, 2008 Penulis Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008 USU e-Repository © 2008
  • 3. DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ......................................................................................i DAFTAR ISI.....................................................................................................ii DAFTAR TABEL.............................................................................................iii DAFTAR GAMBAR........................................................................................iv PENDAHULUAN ............................................................................................1 SIFAT HIGROSKOPIS KAYU .......................................................................2 SIFAT FISIS KAYU ........................................................................................2 BERAT JENIS KAYU DAN KULIT...............................................................4 KADAR AIR (KAYU DAN KULIT) DAN KADAR AIR TJS ......................5 PERSENTASE RONGGA SEL TERISI AIR..................................................9 KESIMPULAN.................................................................................................9 REFERENSI.....................................................................................................10 Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008 USU e-Repository © 2008
  • 4. DAFTAR TABEL No Keterangan Halaman 1 Nilai berat jenis kayu rata-rata menurut arah vertikal batang 4 2 Nilai kadar air kayu menurut arah vertikal batang 6 Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008 USU e-Repository © 2008
  • 5. DAFTAR GAMBAR No Keterangan Halaman 1 Berat jenis pada berbagai jenis kayu 4 2 Berat jenis kulit pada berbagai jenis kayu 5 3 Kadar air kayu segar 6 4 Kadar air kulit kayu 7 5 Kadar air titik jenuh serat kayu 8 6 Kerusakan pada kayu Gmelina yang telah dikeringkan 8 7 Persentase rongga sel terisi oleh air 9 Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008 USU e-Repository © 2008
  • 6. PENDAHULUAN Kayu merupakan salah satu material yang banyak dipergunakan sebagai bahan konstruksi bangunan dan bahan baku meubel. Berbagai keunggulan kayu menyebabkan kayu masih banyak diminati para penggunanya wlaupun sekarang ini telah banyak material lain seperti baja, beton, plastik, dll yang notabenenya juga dapat dipergunakan sebagai bahan konstruksi dan meubel. Sebagai produk alam yang tersusun atas karbon (46% C), hydrogen (6% H), oksigen (44% O) serta mineral (1%). Panshin, et.al, (1964) mengemukakan bahwa kayu memiliki sifat higroskopis dimana keberadaan sifat ini menyebabkan kayu dapat menyerap (absorpsi) dan melepaskan (desorpsi) air untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya. Kemampuan arbsorpsi dan desorpsi kayu ini berakibat pada besarnya kadar air yang selalu berubah tergantung pada suhu dan kelembaban lingkungan sekitarnya. Kadar air merupakan banyaknya air yang dikandung kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya (Brown, et al., 1952). Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa besarnya kadar air dalam pohon hidup berfariasi antara 30-300% tergantung dari spesies pohon, (hardwood atau softwood), posisi dalam batang (vertical dan horizontal) serta musim (salju, semi, panas dan gugur). Didalam sel, keberadaan air dikelompokkan menjadi dua yaitu air bebas yang terletak pada rongga, memberikan pengaruh berat pada kayu serta air terikat yang terletak pada dinding sel dan mikrofoid yang memberikan pengaruh berat dan dimensi pada kayu. Jumlah air bebas tergantung porositas dan volume kayu (Siau, 1971). Pengaruh perubahan dimensi yang disebabkan karena arbsorsi atau desorpsi air terikat terjadi pada kondisi kadar air dibawah titik jenuh serat (TJS). Peristiwa ini dikenal dengan pengembangan dan penyusutan kayu. Penyusutan kayu selain dipengaruhi oleh kadar air juga dipengaruhi oleh berat jenis kayu. Berat jenis memberikan pengaruh hubungan yang linier positif terhadap penyusutan kayu, semakin tinggi berat jenis suatu kayu maka penyusutan kayu akan semakin tinggi (Tsoumis, 1991). Berdasarkan strukturnya pada kayu, sel merupakan komponen terkecil penyusun tanaman. Satu unit sel terdiri terdiri atas rongga dan dinding sel, dimana Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008 USU e-Repository © 2008
  • 7. ukuran rongga dan ketebalan dinding sel untuk setiap jenis pohon akan berbeda. Perbdedaan inilah yang berakibat terhadap berfariasinya sifat fisis dari suatu jenis. Dengan mengetahui sifat fisis pada kayu diharapkan akan sangat berguna dalam rangka pemanfaatkan kayu secara optimum baik ditinjau dari segi kekuatan, keindahan ataupun lamanya penggunaan. SIFAT HIGROSKOPIS KAYU Skar (1989) mengemukakan bahwa kayu sebagaimana bahan berlignoselulosa lainnya memiliki sifat higroskopis yaitu dapat menyerap atau melepas air dari lingkungannya. Tsoumis (1991) menambahkan bahwa air yang diserap dapat berupa uap air atau air dalam bentuk air cair. Pada kondisi lembab, kayu kering akan menghisap atau menaik uap air, sedangkan pada keadaan kelembaban udara yang rendah, kayu basah akan melepaskan uap air. Sifat higroskopis ini menyebabkan kayu pada kondisi dan kelembaban tertentu dapat mencapai suatu keseimbangan, yang berarti kadar air kayu tidak akan mengalami perubahan. Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa kadar air keseimbangan ini merupakan sebuah ukuran higroskopisitas. SIFAT FISIS KAYU 1. Kadar Air Kayu Kadar air merupakan banyaknya air yang terdapat dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya. Air dalam kayu terdapat dalam dua bentuk yaitu air bebas yang terdapat pada rongga sel dan air terikat (imbibisi) yang terdapat pada dinding sel. Kondisi dimana dinding sel jenuh dengan air sedangkan rongga sel kosong, dinamakan kondisi kadar air pada titik jenuh serat. (Simpson, et.al, 1999; Brown, et al., 1952). Kadar air titik jenuh serat besarnya tidak sama untuk setiap jenis kayu, hal ini disebabkan oleh perbedaan struktur dan komponen kimia. Pada umumnya kadar air titik jenuh serat besarnya berkisar antara 25-30% (Panshin, et.al, 1964). Tsoumis (1991) mengemukakan bahwa besarnya titik jenuh serat berkisar antara 20-40%. Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008 USU e-Repository © 2008
  • 8. 2. Berat Jenis dan Berat Jenis Zat Kayu Berat jenis adalah rasio antara kerapatan suatu bahan dengan kerapatan air. Berat jenis disebut juga kerapatan relative (Tsoumis, 1991). Simpson, et.al, (1999) mengemukakan bahwa berat jenis adalah rasio antara kerapatan kayu dengan kerapatan air pada kondisi anomali air (4,40 C), dimana kerapatan air pada kondisi tersebut besarnya adalah 1 g/cm3 . Untuk menentukan berat jenis digunakan berat kering oven dan volume pada (a) basah, (b) kering oven, dan (c) pada kadar air 12% (Forest Products Laboratory, 1999). Di Amerika lebih disukai ukuran berat jenis kayu menurut volume berat basah, sedang di Eropa lebih senang dengan volume berat kering tanur. Besarnya berat jenis pada tiap-tiap kayu berbeda-beda dan tergantung dari: kandungan zat-zat dalam kayu, kandungan ekstraktif serta kandungan air kayu. Berdasarkan volume basahnya, berat jenis kayu akan mencerminkan berat kayunya. Klasifikasi yang ada terdiri dari : a. Kayu dengan berat ringan, bila BJ kayu < 0,3 b. Kayu dengan berat sedang, bila BJ kayu 0,36 – 0,56 c. Kayu dengan berat berat, bila BJ kayu > 0,56 Faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis kayu yaitu umur pohon, tempat tumbuh, posisi kayu dalam batang dan kecepatan tumbuh. Berat jenis kayu merupakan salah satu sifat fisik kayu yang penting sehubungan dengan penggunaannya (Pandit dan Hikmat, 2002). Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008 USU e-Repository © 2008
  • 9. BERAT JENIS KAYU DAN KULIT 0.36 0.50 0.46 0.35 0.34 0.58 0.39 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 Sengon B uto K aret G m elina Sengon A .m angium Sonokeling A ngsana Jenis Kayu BJKayu Gambar 1. Berat jenis pada berbagai jenis kayu Berdasarkan pada Gambar 1, terlihat bahwa berat jenis kayu rata-rata tertinggi pada jenis Sonokeling (Dalbergia latifolia) sebesar 0.58 dan terendah pada jenis Akasia mangimum (Acacia mangium) sebesar 0.34. Nilai berat jenis kayu rata-rata menurut arah vertikal batang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai berat jenis kayu rata-rata menurut arah vertikal batang Berat Jenis Jenis Kayu Pangkal Tengah Ujung Sengon Buto 0.36 0.29 0.29 Karet 0.50 0.48 0.46 Gmelina 0.46 0.38 0.34 Sengon Buto 0.35 0.31 0.30 Mangium 0.34 0.34 0.30 Sonokeling 0.58 0.61 0.58 Angsana 0.39 0.36 0.33 Berdasarkan pada Tabel 1, dapat diketahui bahwa nilai berat jenis secara umum pada bagian pangkal lebih tinggi dibanding bagian tengah dan ujung. Semakin ke ujung nilai berat jenisnya semakin rendah. Berat jenis tertinggi terdapat pada jenis Sonokeling pada posisi batang bagian pangkal yaitu sebesar 0.58, sedangkan terendah terdapat pada jenis Sengon buto pada posisi batang bagian tengah dan ujung sebesar 0.29. Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008 USU e-Repository © 2008
  • 10. 0.35 0.51 0.48 0.44 0.60 0.41 0.30 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 Sengon B uto Karet G m elina Sengon A.m angium Sonokeling Angsana Jenis Kayu BJKulit Gambar 2. Berat jenis kulit pada berbagai jenis kayu Berdasarkan pada Gambar 2, terlihat bahwa berat jenis kulit rata-rata tertinggi pada jenis Sonokeling (Dalbergia latifolia) sebesar 0.6 dan terendah pada jenis Angsana sebesar 0.3 . Kayu yang berasal dari bagian pangkal umumnya sudah terbentuk kayu dewasa (mature wood), yaitu massa kayu yang didominasi oleh kayu akhir dengan sel-sel penyusunnya memiliki didnding sel yang tebal dan rongga sel yang kecil, sehingga kerapatannya juga lebih tinggi. Selain itu kayu pada bagian pangkal juga sudah terbentuk kayu teras yang lebih banyak. Pada bagian ujung tersusun atas jaringan yang masih muda, dimana secara fisiologis jaringan tersebut masih berfungsi aktif sehingga dinding selnya relatif lebih tipis dibanding dengan dinding sel jaringan yang sudah tua. Haygreen dan Bowyer (2003) mengemukakan bahwa semakin tinggi berat jenis dan kerapatan kayu, semakin banyak kandungan zat kayu pada dinding sel yang berarti semakin tebal dinding sel tersebut. Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008 USU e-Repository © 2008
  • 11. KADAR AIR (KAYU DAN KULIT) DAN KADAR AIR TITIK JENUH SERAT (TJS) 108.58 87.90 131.00 137.21 120.04 74.32 95.81 0 20 40 60 80 100 120 140 160 Sengon Buto Karet G m elina Sengon A .m angium Sonokeling Angsana Jenis Kayu KAKayu Gambar 3. Kadar air kayu segar Berdasarkan pada Gambar 3, terlihat bahwa kadar air kayu rata-rata tertinggi pada jenis Sengon (Paraserianthes falcataria) sebesar 137.21% dan terendah pada jenis Sonokeling (Dalbergia latifolia) sebesar 74.32%. Nilai kadar air kayu rata-rata menurut arah vertikal batang disajikan pada Table 2. Tabel 2. Nilai kadar air kayu menurut arah vertikal batang Berat Jenis Jenis Kayu Pangkal Tengah Ujung Sengon Buto 108.58 155.24 149.50 Karet 87.90 81.17 78.07 Gmelina 131.00 146.54 120.00 Sengon Buto 137.21 144.19 96.17 Mangium 120.04 119.69 90.65 Sonokeling 74.32 65.09 66.18 Angsana 95.81 102.24 91.06 Berdasarkan pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa nilai kadar air tertinggi terdapat pada jenis Sengon buto pada posisi batang bagian tengah yaitu sebesar 155.24%, sedangkan terendah terdapat pada jenis Sonokeling pada posisi batang bagian tengah sebesar 65.09%. Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008 USU e-Repository © 2008
  • 12. Nilai kadar air kulit rata-rata hasil pengukuran disajikan pada Gambar 4. 79.96 33.285 78.8 75.455 51.68 146.335 211.705 0 50 100 150 200 250 Sengon B uto K aret G m elina Sengon A .m angium Sonokeling A ngsana Jenis Kayu KadarAirKulit Gambar 4. Kadar air kulit kayu Berdasarkan pada Gambar 4, terlihat bahwa kadar air kulit rata-rata tertinggi pada jenis Angsana sebesar 211.075% dan terendah pada jenis karet (Hevea braziliensis) sebesar 33.286%. Haygreen dan Bowyer (2003) mengemukakan bahwa dalam bagian xylem, air umumnya lebih dari separoh berat total, artinya berat air dalam kayu segar umumnya sama atau lebih besar daripada berat bahan kayu kering. Bakar, dkk (1998) mengemukakan bahwa pengaruh gaya gravitasi bumi yang menyebabkan pengiriman air ke bagian yang lebih tinggi memerlukan tekanan kapiler yang lebih besar. Banyak faktor yang mempengaruhi variasi tersebut seperti tempat tumbuh, iklim, lokasi geografis dan spesies itu sendiri. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat seperti kelembaban, tersedianya cahaya matahari dan zat-zat makanan, angin dan suhu dapat mempengaruhi berat jenis. Hal ini sebagian besar ditentukan oleh tinggi tempat, aspek kemiringan, garis lintang, tipe tanah, komposisi tegakan dan jarak tanam. Semua faktor ini dapat mempengaruhi ukuran dan ketebalan dinding sel sehingga mempengaruhi kapasitas sel dalam menampung molekul air. Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008 USU e-Repository © 2008
  • 13. 25.82 22.865 79.91 23.615 38.99 29.855 18.255 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Sengon B uto K aret G m elina Sengon A .m angium Sonokeling A ngsana Jenis Kayu KATJS Gambar 5. Kadar air titik jenuh serat kayu Berdasarkan pada Gambar 5, terlihat bahwa kadar air titik jenuh serat kayu rata-rata tertinggi pada jenis Gmelina (Gmelina arborea) sebesar 79.91% dan terendah pada jenis karet (Hevea braziliensis) sebesar 18.25%. Penyimpangan KA TJS pada kayu Gmelina diduga karena kayu tersebut merupakan kayu juvenile, dimana sel-sel pada kayu tersebut merupakan sel-sel yang masih muda. Kayu tersebut pada saat setelah dikeringkan terjadi penurunan berat yang sangat signifikan (kayu tersebut mengalami perubahan bentuk dalam hal ini tidak silindris seperti bentuk awalnya) sebagaimana disajikan pada Gambar 6 berikut. Bagian yang hilang Gambar 6. Kerusakan pada kayu Gmelina yang telah dikeringkan Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008 USU e-Repository © 2008
  • 14. PERSENTASE RONGGA SEL TERISI AIR 44.205 57.515 70.42 57.96 43.65 57.315 45.02 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Sengon B uto Karet G m elina Sengon A.m angium Sonokeling Angsana Jenis Kayu %RonggaBerisiAir Gambar 7. Persentase rongga sel terisi oleh air Berdasarkan pada Gambar 7, terlihat bahwa persentase rongga sel terisi oleh air rata-rata tertinggi pada jenis Gmelina (Gmelina arborea) sebesar 70.42% dan terendah pada jenis Akasia mangium sebesar 43.65%. Tingginya persen rongga sel berisi air pada kayu Gmelina yang diukur disebabkan karena terjadinya pecah kayu seperti yang disajikan pada Gambar 6 setelah kayu dikeringkan sehingga terjadi keabnormalan data pada kadar air TJS, akibatnya hal ini berpengaruh terhadap besarnya persen rongga yang terisi oleh air. Dalam literatur disebutkan bahwa maksimum rongga sel berisi air sebesar 50%. Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008 USU e-Repository © 2008
  • 15. KESIMPULAN 1. Nilai berat jenis secara umum pada bagian pangkal lebih tinggi dibanding bagian tengah dan ujung. Semakin ke ujung nilai berat jenisnya semakin rendah. berat jenis kayu rata-rata tertinggi pada jenis Sonokeling (Dalbergia latifolia) dan terendah pada jenis Akasia mangimum (Acacia mangium) 2. Kadar air kayu rata-rata tertinggi pada jenis Sengon (Paraserianthes falcataria) dan terendah pada jenis Sonokeling (Dalbergia latifolia). Kadar air kulit rata-rata tertinggi pada jenis Angsana dan terendah pada jenis karet (Hevea braziliensis). 3. Kadar air titik jenuh serat kayu rata-rata tertinggi pada jenis Gmelina (Gmelina arborea) dan terendah pada jenis karet (Hevea braziliensis). 4. Persentase rongga sel terisi oleh air rata-rata tertinggi pada jenis Gmelina (Gmelina arborea) dan terendah pada jenis Akasia mangium. Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008 USU e-Repository © 2008
  • 16. Apri Heri Iswanto : Sifat Fisis Kayu : Berat Jenis Dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu, 2008 USU e-Repository © 2008 REFERENSI Bakar, E.S., O. Rachman, D. Hermawan, L. Karlinasari dan N. Rosdiana. 1998. Pemanfaatan batang Kelapa Sawit sebagai Bahan Bangunan dan Furniture. Jurnal Teknologi Hasil Hutan Vol. XI (1). Pp 1-12. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Bowyer, J.L., R. Shmulsky & J.G. Haygreen. 2003. Forest Product and Wood Science: An Introduction. 4th ed. Iowa State Press. Iowa. Pandit, I.K.N. dan H. Ramdan. 2002. Anatomi Kayu: Pengantar Sifat Kayu sebagai Bahan Bangunan. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Panshin, A.J. dan C. de Zeeuw. 1964. Texbook of Wood Technology. 4th ed. McGraw-Hill. New York. Simpson, W dan Anton Ten wolde. 1999. Physical Properties and Moisture Relations of Wood. Wood Handbook: Wood as An Engineering Material. Forest Product Laboratory General Technical Report FPL-GTR-113. USDA Forest Science, Forest Product Laboratory. USA. Skaar, C. 1972. Water in Wood. Syracuse University Press. Syracuse New York. Tsoumis, G. 1991. Science and Technology of Wood: Structure, Properties, Utilization. Van Nostrand Reinhold. New York.