SlideShare a Scribd company logo
PERATURAN PERENCANAAN
KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA
KONSEP PERENCANAAN LRFD (LOAD RESISTANCE FACTOR DESIGN)
Sangat berbeda dengan kosep allowable stress Design (metode tegangan ijin)
yang digunakan selama ini dalam PPBBG-SKBI-1-3-55.1987 ( Pedoman
Perencanaan Bangunan Baja Untuk Gedung). Kosep perencanaan struktur yang
digunakan dalam LRFD mengacu pada kondisi batas struktur (limit state) yang
berupa natara lain : Kondisi leleh, putus (fracture), tekuk, dan sebagainya.
Keadana batas tersebut dapat dicapai dengan memperhitungkan kelebihan
beban atau pengurangan struktur yang terjadi pada masa layan, dibandingkan
dengan beban nominal dan kuat nominal.
Dengan mempertimbangakan berbagai kemungkinan tercapainya keadaan
batas tersebut, tingkat keandalan struktur pada konsep perencanaan LRFD
dapat diperhitungkan dari persamaan-persamaan probabilitas dengan
mengasumsikan factor beban dan factor kekuatan /tahanan (resistance) R
sebagai variable-variabel acak (random) yang tidak saling mempengaruhi.
Q
Selanjutnya perencanaan struktur dan komponen-komponennya dilakuakan
dengan memenuhi persyratan kekuatan yang lebih dikenal melalui
persamaan:
iin QR ∑≥ γφ
dimana :
Q = factor keamaan sering disebut factor reduksi kekuatan.
nR = kuat nominal komponen struktur, diambil nilai terkecil dari scenario
kegagalan (kondisi batas) yang mungkil terjadi.
γ = factor keamaan, untuk sisi beban atau sering disebut factor pengali
beban (overload vactor).
iQ = berbagai jenis beban yang direncanakan untuk memikul komponen struktur.
Terlihat bahwa beberapa “factor keamanan” diberlakuakan terhadap beban
maupun kekutan struktur.
Petrrencanan struktur baja dengan LRFD dapat dilakuakan dengan
menggunakan analisis struktur secara elastis, maupun plastis. Dimana
persyratan stabilitas bagi pelat pempang maupun komponen struktur akan lebih
ketat bila menggunakan anlisis plastis. Disini akan membahas perencanaan
komponen struktur yang dilakuakn dengan analisis elastis.
FAKTOR REDUKSI KEKUATAN φ
φFactor reduksi kekuatan , diberikan untuk memperhitungkan kemungkinan
ketidaksempurnaan dan penyimpangan kekutan bahan serta perbedaan kekutan
dibandingkan dengan perhitungan kekutan toritis yang digunakan.
φ
nRφ nR
φ
Nilai , diambil lebih keci dari satu, sehingga kekutan rencana sebuah komponen
struktur, , akan bernilai lebih kecil daripada kekuatan nominalnya, .
Besar nilai bervariasi menurut jenis komponen struktur dan kondisi batas yang
diperhitungkan (tabel 1.1), nilai factor reduksi kekuatan semakin kecil untuk kondisi
batas semakin sulit diprediksi dan berbahaya.
Tabel 1.1 Faktor reduksi kekuatan,
φ
φ
Komponen struktur Faktor reduksi
Komponen struktur yang memikul
lentur : balok lentur murni, balok
berdinding penuh, perencanaan
geser pada balok dan pengaku
0.90
Komponen struktur yang memikul
gaya tekan
0.85
Komponen struktur yang memikul
gaya tarik untuk :
- kondisi batas leleh
- kondisi batas fraktur
0.90
0.75
Sambungan baut :
Baik memikul geser, tarik ataupun
kombinasi geser dan tarik
0.75
Sambungan las :
- las tumpul penuh
-las sudut, las pengisi, las tumpul
sebagian
0.90
0.75
FAKTOR BEBAN (OVERLOAD FACTORS, γ )
Faktor ( pengali), beban diadakan untuk memperhitungkan kemungkinan
meningkatnya beban dari nilai yang minimum yang disyaratkan. Nilai
umumnya lebih dari 1.0 sehingga beban rencana yang akan dipikul struktur
ditingkatkan menjadi . Nilai factor beban yang digunakan akan tergantung
pada kombinasi beban yang diperhitungkan. Nilai factor beban untuk berbagai
kombinasi bebna ayng diperhitungkan adalah sebagai berikut :
γ
iiQγ
D4.1
LaLD (6.12.1 ++ atau )H
LaD (6.12.1 + atau LH Lγ() + atau )8.0 W
LaLWD L (5.03.12.1 +++ γ atau
)H
ELD L 0.12.1 ±+ γ
WD 3.1(9.0 ± atau )0.1 E
dimana :
D = beban mati yang diakibatkan berat struktur permanent, termasuk dinding,
lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan menetap lainnya.
L = beban hidup, yang ditimbulkan pengguna gedung termasuk beban kejut.
La = beban hidup atap yang ditimbulkan oleh pekerja, peralatan, atau material.
H = beaban hujan, tidak termasuk gengan air.
W = beban angina.
E = beban gempa.
Lγ = reduksi beban hidup,bila L < 5 kPa diambil 0.5 dan bila L > 5 kPa diambil 1.0.
Nilai beban-beban yang disebutkan di atas merupakan nilai minimum yang
disyaratakan pada SNI 03-1727-1989 atau penggantinya.
KOMPONEN YANG MEMIKUL GAYA TARIK
Komponen struktur baja yang memikul gaya tarik (sering disebut batang tarik ),
harus direncanakan sedemikian rupa sehingga selalu terpenuhi ;
ntu NN φ≤
uNdimana adalah kuat tarik perlu, yaitu nilai gaya tarik akibat beban terfaktor ,
diambil nilai terbesar diantara berbagai kombinasi pembebanan yang
diperhitungkan. Untuk komponen yang memikul gaya tarik, kondisi batas yang
diperhitungkan :
1. Kelelehan penampang (yielding), yaitu leleh pada seluruh penampang (bruto):
uen fAN 75.0=φ
dimana :
gA = luas penampang kotor
yf = tegangan leleh yang digunakan dalam desain
2. Putus (fracture), yaitu retakan atau robekan pada penampang efektif :
uen fAN 75.0=φ
dimana :
eA = luas efektif penampang
uf = kekuatan (batas ) tarik yang digunakan dalam desain.
Gambar 1 Kondisi batas batang tarik
KOMPONEN YANG MEMIKUL GAYA TEKAN
Komponen struktur yang memikul gaya tekan (sering disebut batang tekan), harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga selalu terpenuhi hubungan :
ncu NN φ≤
uNdimana adalah kuat tekan perlu, yaitu nilai gaya tekan akibat beban terfaktor,
diambil nilai terbesar di antara berbagai kombinasi pembebanan yang
diperhitungkan .
nN adalah kuat tekan nominal, yaitu nilai gaya tekan terkecil dengan
memperhitungkan berbagai kondisi batas batang tekan sebagai fungsi kondisi
tekuk, nilai factor reduksi kekutan diberikan seragam untuk semua jenis batang
tekan sebesar 0.85.
cφ
Beberapa kondisi batas yang harus diperhitungkan dalam perencanaan batang
tekan yaitu :
1. Kelelehan penampang (yielding)
2. Tekuk lokal (lokal buckling)
3. Tekuk lentur (flexural buckling)
4. Tekuk torsi ( torsional buckling)
Tekuk lokal adalah peristiwa menekuknya elemen plat penampang (sayap atau
badan) akibat rasio lebar-tebal yang terlalu besar. Tekuk lokal mungkin terjadi
sebelum batang/ kolom menekuk lentur. Oleh karena itu disyaratkan pula nilai
minimum bagi rasio lebar-tebal pelat penampang batang tekan.
Gambar Kondisi batas batang tekan
Tekuk lentur adalah peristiwa menekuknya batang tekan ( pada arah sumbu
lemahnya) secara tiba-tiba ketika terjadi ketidakstabilan, seperti digambarkan
pada Gambar 1.4b.
Kuatat tekan nominal pada kondisi batas ini dirumuskan dengan formula yang
dikenal sebelumnya :
ω
y
gcrgn
f
AfAN ==
untuk 25.0≤cλ maka 0.1=ω
untuk 2.125.0 << cλ
cλ
ω
67.06.1
43.1
−
=maka
untuk
2.1≥cλ cλω 25.1=untuk maka
Tekuk torsi terjadi terhadap sumbu batang sehungga menyebabkan penampang
batang tekan terputar/terpuntir. Tekuk torsi umumnya terjadi pada konfigurasi
elemen batang tertentu, seperti pada frofil siku-ganda dan fripil T. Kuat tekan
nominal pada kondisi batas ini dirumuskan sebagai berikut :
cltgnlt fAN =
dimana :
( ) 







+
−−




 +
= 2
4
11
2 crzcry
crzcrycrzcry
clt
ff
Hff
H
ff
f
Besaran-besaran :
,,,,,,, crzcrcltycg ffffA ωλ
dan
H
adalah parameter-parameter penampang.
KOMPONEN YANG MEMIKUL LENTUR
Komponen struktur baja yang memikul lentur direncanakan sedemikaian
rupa sehingga memenuhi persyaratan sebagai berikut :
nfu MM φ≤
uMdimana adalah struktur lentur perlu, yaitu nilai momen lentur akibat beban
terfaktor, diambil nilai terbesar dari berbagai kombinasi pembebanan yang
diperhiytungkan.
adalah kuat lentur nominal terkecil dari berbagai kombinasi batas yang
diperhitungkan. Sedangkan nilai factor reduksi kekuatan , diberikan
seragam untuk untuk jenis komponen lentur sebesar 0.90.
fφ
nM
Kondisi batas yang diperhitungkan dalam menentukan kuat lentur nominal
sebuah balok adalah :
1. kelelehan penampang (yielding)
2. Tekuk lokal (local buckling)
3. Tekuk lateral torsi (lateral torsional buckling)
Berbeda dengan kondisi tekuk-lokal pada batang tekan, bahaya tekuk lokal pada
balok yang menerima lentur terjadi pada bagian plat penampang yang menerima
tekan. Batas maksimium rasio lebar-tebal pelat badan maupun pelat saya akan
lebih besar diban dingkan rasio untuk batang tekan.
Kondisi batas tekuk latera-torsi ditinjau dengan membagi jenis balok menurut
panjang batang yang tak tertekan secara lateral, Lb, dan menghasilakan kurva
daerah kuat lentur nominal Mn, seperti terlihat pada Gambar 1.6.
Kondisi batas lateral-torsi ditinjau dengan membagi jenis balok menurut panjang
batang yang tak terkekang secara lateral, Lb, dan menghasilkan kurva daerah kuat
lentur nominal, seperti terlihat pada Gambar di bawah ini.
Kondisi plastis sempurna (profil I)
yxpn fSMM 12.1==
Kondisi tekuk elastis (profil I)
pwyybcrn MII
L
E
GJEI
L
CMM ≤





+==
2
ππ
Kondisi tekuk elastis (profil I)
( ) p
pr
pb
rppbn M
LL
LL
MMMCM ≤
















−
−
−−=
dimana :
yr = jari-jari girasi penampang terhadap sumbu lemah =
A
I y
yI = momen inersia penampang
E = modulus elastisitas penampang
yf = tegangan leleh penampang
rf = tegangan sisa pada peampang
xS = modulus penampang elastis pada arah sumbu-X
G = modulus geser bahan =
)1(2 v
E
+
=v Poisson’s ratio
J = momen inersia polar atau konstanta punter torsi
wI = momen inersia pilin (warping) atau konstanta punter lengkung
Pemasangan penompang lateral dengan jarak yang semakain pendek akan
meningkatkan nilai sesuai dengan kurva tersebut . Pada bentang yang sangat
pendek, nilai kuat lentur nominal dapat mencapai momen plastis penampang
yang lebih besar daripada momen leleh,
bL
pM
yM
.
KOMPONEN YANG MEMIKUL KOMBINASI GAYA AKSIAL DAN LENTUR
Komponen struktur yang memikul kombinasi gaya aksial dan lentur harus
direncanakan untuk memenuhin hubungan sebagai berikut :
Untuk : ,2.0
/
≥
nct
u
N
N
φ
maka 0.1
9
8
/
≤








++
nyt
uy
nxt
ux
nct
u
M
M
M
M
N
N
φφφ
Untuk : ,2.0
/
≤
nct
u
N
N
φ
maka
0.1
/
≤








++
nyt
uy
nxt
ux
nct
u
M
M
M
M
N
N
φφφ
Nilai parameter pada persamaan interaksi tersebut mengacu kepada harga kuat
perlu, kuat nominal, dan factor reduksi kekuatan masing-asing gaya dalam M dan
N.
Pengaruh orde kedua diperhitungkan daalam perencanaan kolom yang memikul
momen lentur dan aksial tekan dengan mengalikan besarnya momen hasil
perhitungan orde pertama dengan factor aplikasi momen.
ltsntbu MMM δδ +=
momen lentur akibat beaban lateral terfaktor dan / goyangan
horizontal pada kolom yang bergoyang.
= factor aplikasi momen akibat kelengkungan kolom, dihitung dengan
persamaan :
dimana :
ntM = momen lentur akibat beban grafitasi terfaktor dengan
mengasumsikan tidak terjadi goyangan/perpindahan horizontal pada
ujung-ujung kolom.
=ltM
bδ
1
1
≥






−
=
crb
u
m
b
N
N
C
δ
dimana :
uN = gaya aksial terfaktor pada kolom
crbN = beban kritis elastis kolom yang dihitung dengan factor panjang tekuk,
1=k , dan kelangsingan






r
L dalam arah lenturnya.
mC = factor modifikasi momen akibat pengaruh distribusi momen yang
tak seragam sepanjang kolom.
sδ = factor amplifikasi momen akibat goyangan lantai, dapat dihitung
melalui dua persamaan alternative :
1
1
1
≥





 ∆
−
=
∑
∑
LH
N ohu
sδ
atau :
∑
∑−
=
crs
u
s
N
N
1
1
δ
= beban kritis elastis kolom yang dihitung dengan harga sebenarnya
dari factor panjang tekuk
dimana :
∑ uN = jumlah gaya aksial tekan terfaktor akibat beban grafitasi dari seluruh
kolom pada satu tingkat struktur yang ditinjau.
crsN
( )k dan kelangsingan 





r
L
kolo dalam arah lenturnya.
oh∆ = simpangan horizontal antar lantai dari tingkat yang ditinjau.
∑H = jumlah gaya horizontal yang menyebabkan goyangan sebesar oh∆
pada tingkat yang ditinjau.
L = tinggi kolom pada tingkat yang ditinjau.

More Related Content

What's hot

Buku ajar-dinamika-
Buku ajar-dinamika-Buku ajar-dinamika-
Buku ajar-dinamika-
Lala Sgl
 
Modul 4 sesi 1 batang tekan
Modul 4  sesi 1 batang tekanModul 4  sesi 1 batang tekan
Modul 4 sesi 1 batang tekan
Indah Rosa
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
Farid Thahura
 
Excel Perhitungan Beton 4
Excel Perhitungan Beton 4Excel Perhitungan Beton 4
Excel Perhitungan Beton 4
Fairuz Tito
 

What's hot (20)

Perencanaan balok
Perencanaan balokPerencanaan balok
Perencanaan balok
 
Balok lentur dan geser baja
Balok lentur dan geser  bajaBalok lentur dan geser  baja
Balok lentur dan geser baja
 
Tiang Pancang I
Tiang Pancang ITiang Pancang I
Tiang Pancang I
 
Beton prategangz (1) (3)
Beton prategangz (1) (3)Beton prategangz (1) (3)
Beton prategangz (1) (3)
 
Buku ajar-dinamika-
Buku ajar-dinamika-Buku ajar-dinamika-
Buku ajar-dinamika-
 
Modul 4 sesi 1 batang tekan
Modul 4  sesi 1 batang tekanModul 4  sesi 1 batang tekan
Modul 4 sesi 1 batang tekan
 
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
RANGKUMAN BATANG TEKAN DAN BATANG TARIK KONSTRUKSI BAJA 1
 
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatanSni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
 
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNGSNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
SNI 03 - 1729 - 2002 TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG
 
1 perhitungan-balok
1 perhitungan-balok1 perhitungan-balok
1 perhitungan-balok
 
Buku ajar-analisa-struktur-i
Buku ajar-analisa-struktur-iBuku ajar-analisa-struktur-i
Buku ajar-analisa-struktur-i
 
Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2
Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2
Struktur Baja: Desain dan Perilaku Jilid 2
 
pelat sni 2013
pelat sni 2013pelat sni 2013
pelat sni 2013
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
 
Buku etabs
Buku etabsBuku etabs
Buku etabs
 
perhitungan-atap
perhitungan-atapperhitungan-atap
perhitungan-atap
 
Cek penampang kolom baja gable
Cek penampang kolom baja gableCek penampang kolom baja gable
Cek penampang kolom baja gable
 
Excel Perhitungan Beton 4
Excel Perhitungan Beton 4Excel Perhitungan Beton 4
Excel Perhitungan Beton 4
 
METODE GARIS PENGARUH STRUKTUR RANGKA BATANG(1)
METODE GARIS PENGARUH STRUKTUR RANGKA BATANG(1)METODE GARIS PENGARUH STRUKTUR RANGKA BATANG(1)
METODE GARIS PENGARUH STRUKTUR RANGKA BATANG(1)
 
Laporan prancangan struktur
Laporan prancangan strukturLaporan prancangan struktur
Laporan prancangan struktur
 

Similar to PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA

Bab iii analisis penampang lentur
Bab iii analisis penampang lenturBab iii analisis penampang lentur
Bab iii analisis penampang lentur
Ketut Swandana
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Dewi Izza
 
Bab iii analisis penampang lentur
Bab iii analisis penampang lenturBab iii analisis penampang lentur
Bab iii analisis penampang lentur
Ketut Swandana
 
bab-vi-perencanaan-struktur-beton-bertulang.ppt
bab-vi-perencanaan-struktur-beton-bertulang.pptbab-vi-perencanaan-struktur-beton-bertulang.ppt
bab-vi-perencanaan-struktur-beton-bertulang.ppt
NirmayaIndiani
 
S struktur-batang lentur murni
S struktur-batang lentur murniS struktur-batang lentur murni
S struktur-batang lentur murni
iky
 

Similar to PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA (20)

Analisa penahan tekuk lateral pada balok baja proril i
Analisa penahan tekuk lateral pada balok baja proril iAnalisa penahan tekuk lateral pada balok baja proril i
Analisa penahan tekuk lateral pada balok baja proril i
 
Bab iii analisis penampang lentur
Bab iii analisis penampang lenturBab iii analisis penampang lentur
Bab iii analisis penampang lentur
 
tarik tekan dan geser bahan.pdf
tarik tekan dan geser bahan.pdftarik tekan dan geser bahan.pdf
tarik tekan dan geser bahan.pdf
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
 
pengantar struktur kolom pada konstruksi beton
pengantar struktur kolom pada konstruksi betonpengantar struktur kolom pada konstruksi beton
pengantar struktur kolom pada konstruksi beton
 
sway column.pdf
sway column.pdfsway column.pdf
sway column.pdf
 
Pertemuan 6 S. Baja II.pdf
Pertemuan 6 S. Baja II.pdfPertemuan 6 S. Baja II.pdf
Pertemuan 6 S. Baja II.pdf
 
Makalah PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BRESING TAHAN TEKUK
Makalah PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BRESING TAHAN TEKUKMakalah PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BRESING TAHAN TEKUK
Makalah PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN BRESING TAHAN TEKUK
 
Bab iii analisis penampang lentur
Bab iii analisis penampang lenturBab iii analisis penampang lentur
Bab iii analisis penampang lentur
 
STRUKTUR BAJA TARIK DAN TEKAN rev.ppt
STRUKTUR BAJA TARIK DAN TEKAN rev.pptSTRUKTUR BAJA TARIK DAN TEKAN rev.ppt
STRUKTUR BAJA TARIK DAN TEKAN rev.ppt
 
SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja.ppt
SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja.pptSNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja.ppt
SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Baja.ppt
 
bab-vi-perencanaan-struktur-beton-bertulang.ppt
bab-vi-perencanaan-struktur-beton-bertulang.pptbab-vi-perencanaan-struktur-beton-bertulang.ppt
bab-vi-perencanaan-struktur-beton-bertulang.ppt
 
Analisa dimensi dan biaya struktur baja
Analisa dimensi dan biaya struktur bajaAnalisa dimensi dan biaya struktur baja
Analisa dimensi dan biaya struktur baja
 
Tugas pengujian material
Tugas pengujian materialTugas pengujian material
Tugas pengujian material
 
Tugas ii (dasar perencanaan poros)
Tugas ii (dasar perencanaan poros)Tugas ii (dasar perencanaan poros)
Tugas ii (dasar perencanaan poros)
 
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdfSlide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
Slide-CIV204-CIV204-slide-3-7.pdf
 
S struktur-batang lentur murni
S struktur-batang lentur murniS struktur-batang lentur murni
S struktur-batang lentur murni
 
Translate Bab 8 mechanics metallurgy Dieter (8.1-8.5)
Translate Bab 8 mechanics metallurgy Dieter (8.1-8.5)Translate Bab 8 mechanics metallurgy Dieter (8.1-8.5)
Translate Bab 8 mechanics metallurgy Dieter (8.1-8.5)
 
Unit 9 Kaji Daya Bahan
Unit 9 Kaji Daya BahanUnit 9 Kaji Daya Bahan
Unit 9 Kaji Daya Bahan
 
Batang tekan.pptx
Batang tekan.pptxBatang tekan.pptx
Batang tekan.pptx
 

More from MOSES HADUN

BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadunBISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
MOSES HADUN
 

More from MOSES HADUN (20)

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA PINTU AIR BAB 1-4
 
SAMBUNG LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA LAMPIRAN GAMBAR
SAMBUNG LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA LAMPIRAN GAMBARSAMBUNG LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA LAMPIRAN GAMBAR
SAMBUNG LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA LAMPIRAN GAMBAR
 
Tugas POSTER analisa lingkungan bangunan
Tugas POSTER analisa lingkungan bangunan Tugas POSTER analisa lingkungan bangunan
Tugas POSTER analisa lingkungan bangunan
 
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadunBISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
BISNIS PLAN Tugas kewirausahaan moses hadun
 
RENCANA INDUK JARINGAN JALAN KOTA MALANG
RENCANA INDUK JARINGAN JALAN KOTA MALANG RENCANA INDUK JARINGAN JALAN KOTA MALANG
RENCANA INDUK JARINGAN JALAN KOTA MALANG
 
Business plan
Business planBusiness plan
Business plan
 
Bisnis plann kewirausahaan revisi (1)
Bisnis plann kewirausahaan  revisi (1)Bisnis plann kewirausahaan  revisi (1)
Bisnis plann kewirausahaan revisi (1)
 
Ppt tugas kelompok sistem bangunan irigasi
Ppt tugas kelompok sistem bangunan irigasiPpt tugas kelompok sistem bangunan irigasi
Ppt tugas kelompok sistem bangunan irigasi
 
Tugas besar konstruksi baja 1
Tugas besar konstruksi baja 1Tugas besar konstruksi baja 1
Tugas besar konstruksi baja 1
 
Modul batang tekan
Modul batang tekanModul batang tekan
Modul batang tekan
 
Penentuan kelas kekuatan dan keawetan kayu yang diperdagangkan
Penentuan kelas kekuatan dan keawetan kayu yang diperdagangkanPenentuan kelas kekuatan dan keawetan kayu yang diperdagangkan
Penentuan kelas kekuatan dan keawetan kayu yang diperdagangkan
 
Bentuk batu alam
Bentuk batu alamBentuk batu alam
Bentuk batu alam
 
JENIS-JENIS BATU ALAM DAN BATU BUATAN
JENIS-JENIS BATU ALAM DAN BATU BUATANJENIS-JENIS BATU ALAM DAN BATU BUATAN
JENIS-JENIS BATU ALAM DAN BATU BUATAN
 
Bahan bangunan ramah lingkungan
Bahan bangunan ramah lingkunganBahan bangunan ramah lingkungan
Bahan bangunan ramah lingkungan
 
BAGIAN-BAGIAN KAYU
BAGIAN-BAGIAN KAYUBAGIAN-BAGIAN KAYU
BAGIAN-BAGIAN KAYU
 
TEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNG
TEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNGTEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNG
TEKNIS RUMAH DAN BANGUNAN GEDUNG
 
Vektor
VektorVektor
Vektor
 
Statika per portal
Statika per portal Statika per portal
Statika per portal
 
Statika per gerber, STATIKA DAN MEKANIKA TEKNIK
Statika per gerber, STATIKA DAN MEKANIKA TEKNIKStatika per gerber, STATIKA DAN MEKANIKA TEKNIK
Statika per gerber, STATIKA DAN MEKANIKA TEKNIK
 
Modul 7-bangunan portal 2
Modul 7-bangunan portal 2Modul 7-bangunan portal 2
Modul 7-bangunan portal 2
 

Recently uploaded

Panduan Logging Ringkas Nickel laterite.
Panduan Logging Ringkas Nickel laterite.Panduan Logging Ringkas Nickel laterite.
Panduan Logging Ringkas Nickel laterite.
aldreyuda
 
Tugas 01 Penjelasan Cara Melakukan Gasifikasi.pdf
Tugas 01 Penjelasan Cara Melakukan Gasifikasi.pdfTugas 01 Penjelasan Cara Melakukan Gasifikasi.pdf
Tugas 01 Penjelasan Cara Melakukan Gasifikasi.pdf
nimrodnapitu
 
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Tsabitpattipeilohy
 
Metode Kerja Borepile utk Proyek Jembantan Hauling Blok III Utara PT AGM Kals...
Metode Kerja Borepile utk Proyek Jembantan Hauling Blok III Utara PT AGM Kals...Metode Kerja Borepile utk Proyek Jembantan Hauling Blok III Utara PT AGM Kals...
Metode Kerja Borepile utk Proyek Jembantan Hauling Blok III Utara PT AGM Kals...
MichaelBluer
 

Recently uploaded (7)

Panduan Logging Ringkas Nickel laterite.
Panduan Logging Ringkas Nickel laterite.Panduan Logging Ringkas Nickel laterite.
Panduan Logging Ringkas Nickel laterite.
 
SUPERVISOR K3 (MAULANA PANDU PERMANA).ppt
SUPERVISOR K3 (MAULANA PANDU PERMANA).pptSUPERVISOR K3 (MAULANA PANDU PERMANA).ppt
SUPERVISOR K3 (MAULANA PANDU PERMANA).ppt
 
Tugas 01 Penjelasan Cara Melakukan Gasifikasi.pdf
Tugas 01 Penjelasan Cara Melakukan Gasifikasi.pdfTugas 01 Penjelasan Cara Melakukan Gasifikasi.pdf
Tugas 01 Penjelasan Cara Melakukan Gasifikasi.pdf
 
Ukuran penyebaran data berkelompok (statistika)
Ukuran penyebaran data berkelompok (statistika)Ukuran penyebaran data berkelompok (statistika)
Ukuran penyebaran data berkelompok (statistika)
 
medium.com-Mengenal Ikatan Supervisi Nasional ISPI Nasional.pdf
medium.com-Mengenal Ikatan Supervisi Nasional ISPI Nasional.pdfmedium.com-Mengenal Ikatan Supervisi Nasional ISPI Nasional.pdf
medium.com-Mengenal Ikatan Supervisi Nasional ISPI Nasional.pdf
 
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdfDaftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
Daftar Lembaga Penyedia Jasa Linkungan.pdf
 
Metode Kerja Borepile utk Proyek Jembantan Hauling Blok III Utara PT AGM Kals...
Metode Kerja Borepile utk Proyek Jembantan Hauling Blok III Utara PT AGM Kals...Metode Kerja Borepile utk Proyek Jembantan Hauling Blok III Utara PT AGM Kals...
Metode Kerja Borepile utk Proyek Jembantan Hauling Blok III Utara PT AGM Kals...
 

PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA

  • 1. PERATURAN PERENCANAAN KONSTRUKSI BAJA DI INDONESIA KONSEP PERENCANAAN LRFD (LOAD RESISTANCE FACTOR DESIGN) Sangat berbeda dengan kosep allowable stress Design (metode tegangan ijin) yang digunakan selama ini dalam PPBBG-SKBI-1-3-55.1987 ( Pedoman Perencanaan Bangunan Baja Untuk Gedung). Kosep perencanaan struktur yang digunakan dalam LRFD mengacu pada kondisi batas struktur (limit state) yang berupa natara lain : Kondisi leleh, putus (fracture), tekuk, dan sebagainya. Keadana batas tersebut dapat dicapai dengan memperhitungkan kelebihan beban atau pengurangan struktur yang terjadi pada masa layan, dibandingkan dengan beban nominal dan kuat nominal.
  • 2. Dengan mempertimbangakan berbagai kemungkinan tercapainya keadaan batas tersebut, tingkat keandalan struktur pada konsep perencanaan LRFD dapat diperhitungkan dari persamaan-persamaan probabilitas dengan mengasumsikan factor beban dan factor kekuatan /tahanan (resistance) R sebagai variable-variabel acak (random) yang tidak saling mempengaruhi. Q Selanjutnya perencanaan struktur dan komponen-komponennya dilakuakan dengan memenuhi persyratan kekuatan yang lebih dikenal melalui persamaan: iin QR ∑≥ γφ dimana : Q = factor keamaan sering disebut factor reduksi kekuatan. nR = kuat nominal komponen struktur, diambil nilai terkecil dari scenario kegagalan (kondisi batas) yang mungkil terjadi.
  • 3. γ = factor keamaan, untuk sisi beban atau sering disebut factor pengali beban (overload vactor). iQ = berbagai jenis beban yang direncanakan untuk memikul komponen struktur. Terlihat bahwa beberapa “factor keamanan” diberlakuakan terhadap beban maupun kekutan struktur. Petrrencanan struktur baja dengan LRFD dapat dilakuakan dengan menggunakan analisis struktur secara elastis, maupun plastis. Dimana persyratan stabilitas bagi pelat pempang maupun komponen struktur akan lebih ketat bila menggunakan anlisis plastis. Disini akan membahas perencanaan komponen struktur yang dilakuakn dengan analisis elastis.
  • 4. FAKTOR REDUKSI KEKUATAN φ φFactor reduksi kekuatan , diberikan untuk memperhitungkan kemungkinan ketidaksempurnaan dan penyimpangan kekutan bahan serta perbedaan kekutan dibandingkan dengan perhitungan kekutan toritis yang digunakan. φ nRφ nR φ Nilai , diambil lebih keci dari satu, sehingga kekutan rencana sebuah komponen struktur, , akan bernilai lebih kecil daripada kekuatan nominalnya, . Besar nilai bervariasi menurut jenis komponen struktur dan kondisi batas yang diperhitungkan (tabel 1.1), nilai factor reduksi kekuatan semakin kecil untuk kondisi batas semakin sulit diprediksi dan berbahaya.
  • 5. Tabel 1.1 Faktor reduksi kekuatan, φ φ Komponen struktur Faktor reduksi Komponen struktur yang memikul lentur : balok lentur murni, balok berdinding penuh, perencanaan geser pada balok dan pengaku 0.90 Komponen struktur yang memikul gaya tekan 0.85 Komponen struktur yang memikul gaya tarik untuk : - kondisi batas leleh - kondisi batas fraktur 0.90 0.75 Sambungan baut : Baik memikul geser, tarik ataupun kombinasi geser dan tarik 0.75 Sambungan las : - las tumpul penuh -las sudut, las pengisi, las tumpul sebagian 0.90 0.75
  • 6. FAKTOR BEBAN (OVERLOAD FACTORS, γ ) Faktor ( pengali), beban diadakan untuk memperhitungkan kemungkinan meningkatnya beban dari nilai yang minimum yang disyaratkan. Nilai umumnya lebih dari 1.0 sehingga beban rencana yang akan dipikul struktur ditingkatkan menjadi . Nilai factor beban yang digunakan akan tergantung pada kombinasi beban yang diperhitungkan. Nilai factor beban untuk berbagai kombinasi bebna ayng diperhitungkan adalah sebagai berikut : γ iiQγ D4.1 LaLD (6.12.1 ++ atau )H LaD (6.12.1 + atau LH Lγ() + atau )8.0 W LaLWD L (5.03.12.1 +++ γ atau )H ELD L 0.12.1 ±+ γ WD 3.1(9.0 ± atau )0.1 E
  • 7. dimana : D = beban mati yang diakibatkan berat struktur permanent, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan menetap lainnya. L = beban hidup, yang ditimbulkan pengguna gedung termasuk beban kejut. La = beban hidup atap yang ditimbulkan oleh pekerja, peralatan, atau material. H = beaban hujan, tidak termasuk gengan air. W = beban angina. E = beban gempa. Lγ = reduksi beban hidup,bila L < 5 kPa diambil 0.5 dan bila L > 5 kPa diambil 1.0. Nilai beban-beban yang disebutkan di atas merupakan nilai minimum yang disyaratakan pada SNI 03-1727-1989 atau penggantinya.
  • 8. KOMPONEN YANG MEMIKUL GAYA TARIK Komponen struktur baja yang memikul gaya tarik (sering disebut batang tarik ), harus direncanakan sedemikian rupa sehingga selalu terpenuhi ; ntu NN φ≤ uNdimana adalah kuat tarik perlu, yaitu nilai gaya tarik akibat beban terfaktor , diambil nilai terbesar diantara berbagai kombinasi pembebanan yang diperhitungkan. Untuk komponen yang memikul gaya tarik, kondisi batas yang diperhitungkan : 1. Kelelehan penampang (yielding), yaitu leleh pada seluruh penampang (bruto): uen fAN 75.0=φ
  • 9. dimana : gA = luas penampang kotor yf = tegangan leleh yang digunakan dalam desain 2. Putus (fracture), yaitu retakan atau robekan pada penampang efektif : uen fAN 75.0=φ dimana : eA = luas efektif penampang uf = kekuatan (batas ) tarik yang digunakan dalam desain. Gambar 1 Kondisi batas batang tarik
  • 10. KOMPONEN YANG MEMIKUL GAYA TEKAN Komponen struktur yang memikul gaya tekan (sering disebut batang tekan), harus direncanakan sedemikian rupa sehingga selalu terpenuhi hubungan : ncu NN φ≤ uNdimana adalah kuat tekan perlu, yaitu nilai gaya tekan akibat beban terfaktor, diambil nilai terbesar di antara berbagai kombinasi pembebanan yang diperhitungkan . nN adalah kuat tekan nominal, yaitu nilai gaya tekan terkecil dengan memperhitungkan berbagai kondisi batas batang tekan sebagai fungsi kondisi tekuk, nilai factor reduksi kekutan diberikan seragam untuk semua jenis batang tekan sebesar 0.85. cφ
  • 11. Beberapa kondisi batas yang harus diperhitungkan dalam perencanaan batang tekan yaitu : 1. Kelelehan penampang (yielding) 2. Tekuk lokal (lokal buckling) 3. Tekuk lentur (flexural buckling) 4. Tekuk torsi ( torsional buckling) Tekuk lokal adalah peristiwa menekuknya elemen plat penampang (sayap atau badan) akibat rasio lebar-tebal yang terlalu besar. Tekuk lokal mungkin terjadi sebelum batang/ kolom menekuk lentur. Oleh karena itu disyaratkan pula nilai minimum bagi rasio lebar-tebal pelat penampang batang tekan.
  • 12. Gambar Kondisi batas batang tekan
  • 13. Tekuk lentur adalah peristiwa menekuknya batang tekan ( pada arah sumbu lemahnya) secara tiba-tiba ketika terjadi ketidakstabilan, seperti digambarkan pada Gambar 1.4b. Kuatat tekan nominal pada kondisi batas ini dirumuskan dengan formula yang dikenal sebelumnya : ω y gcrgn f AfAN == untuk 25.0≤cλ maka 0.1=ω untuk 2.125.0 << cλ cλ ω 67.06.1 43.1 − =maka untuk 2.1≥cλ cλω 25.1=untuk maka
  • 14. Tekuk torsi terjadi terhadap sumbu batang sehungga menyebabkan penampang batang tekan terputar/terpuntir. Tekuk torsi umumnya terjadi pada konfigurasi elemen batang tertentu, seperti pada frofil siku-ganda dan fripil T. Kuat tekan nominal pada kondisi batas ini dirumuskan sebagai berikut : cltgnlt fAN = dimana : ( )         + −−      + = 2 4 11 2 crzcry crzcrycrzcry clt ff Hff H ff f Besaran-besaran : ,,,,,,, crzcrcltycg ffffA ωλ dan H adalah parameter-parameter penampang.
  • 15. KOMPONEN YANG MEMIKUL LENTUR Komponen struktur baja yang memikul lentur direncanakan sedemikaian rupa sehingga memenuhi persyaratan sebagai berikut : nfu MM φ≤ uMdimana adalah struktur lentur perlu, yaitu nilai momen lentur akibat beban terfaktor, diambil nilai terbesar dari berbagai kombinasi pembebanan yang diperhiytungkan. adalah kuat lentur nominal terkecil dari berbagai kombinasi batas yang diperhitungkan. Sedangkan nilai factor reduksi kekuatan , diberikan seragam untuk untuk jenis komponen lentur sebesar 0.90. fφ nM
  • 16. Kondisi batas yang diperhitungkan dalam menentukan kuat lentur nominal sebuah balok adalah : 1. kelelehan penampang (yielding) 2. Tekuk lokal (local buckling) 3. Tekuk lateral torsi (lateral torsional buckling) Berbeda dengan kondisi tekuk-lokal pada batang tekan, bahaya tekuk lokal pada balok yang menerima lentur terjadi pada bagian plat penampang yang menerima tekan. Batas maksimium rasio lebar-tebal pelat badan maupun pelat saya akan lebih besar diban dingkan rasio untuk batang tekan. Kondisi batas tekuk latera-torsi ditinjau dengan membagi jenis balok menurut panjang batang yang tak tertekan secara lateral, Lb, dan menghasilakan kurva daerah kuat lentur nominal Mn, seperti terlihat pada Gambar 1.6.
  • 17.
  • 18. Kondisi batas lateral-torsi ditinjau dengan membagi jenis balok menurut panjang batang yang tak terkekang secara lateral, Lb, dan menghasilkan kurva daerah kuat lentur nominal, seperti terlihat pada Gambar di bawah ini.
  • 19. Kondisi plastis sempurna (profil I) yxpn fSMM 12.1== Kondisi tekuk elastis (profil I) pwyybcrn MII L E GJEI L CMM ≤      +== 2 ππ Kondisi tekuk elastis (profil I) ( ) p pr pb rppbn M LL LL MMMCM ≤                 − − −−= dimana : yr = jari-jari girasi penampang terhadap sumbu lemah = A I y yI = momen inersia penampang E = modulus elastisitas penampang
  • 20. yf = tegangan leleh penampang rf = tegangan sisa pada peampang xS = modulus penampang elastis pada arah sumbu-X G = modulus geser bahan = )1(2 v E + =v Poisson’s ratio J = momen inersia polar atau konstanta punter torsi wI = momen inersia pilin (warping) atau konstanta punter lengkung Pemasangan penompang lateral dengan jarak yang semakain pendek akan meningkatkan nilai sesuai dengan kurva tersebut . Pada bentang yang sangat pendek, nilai kuat lentur nominal dapat mencapai momen plastis penampang yang lebih besar daripada momen leleh, bL pM yM .
  • 21. KOMPONEN YANG MEMIKUL KOMBINASI GAYA AKSIAL DAN LENTUR Komponen struktur yang memikul kombinasi gaya aksial dan lentur harus direncanakan untuk memenuhin hubungan sebagai berikut : Untuk : ,2.0 / ≥ nct u N N φ maka 0.1 9 8 / ≤         ++ nyt uy nxt ux nct u M M M M N N φφφ Untuk : ,2.0 / ≤ nct u N N φ maka 0.1 / ≤         ++ nyt uy nxt ux nct u M M M M N N φφφ Nilai parameter pada persamaan interaksi tersebut mengacu kepada harga kuat perlu, kuat nominal, dan factor reduksi kekuatan masing-asing gaya dalam M dan N. Pengaruh orde kedua diperhitungkan daalam perencanaan kolom yang memikul momen lentur dan aksial tekan dengan mengalikan besarnya momen hasil perhitungan orde pertama dengan factor aplikasi momen. ltsntbu MMM δδ +=
  • 22. momen lentur akibat beaban lateral terfaktor dan / goyangan horizontal pada kolom yang bergoyang. = factor aplikasi momen akibat kelengkungan kolom, dihitung dengan persamaan : dimana : ntM = momen lentur akibat beban grafitasi terfaktor dengan mengasumsikan tidak terjadi goyangan/perpindahan horizontal pada ujung-ujung kolom. =ltM bδ 1 1 ≥       − = crb u m b N N C δ
  • 23. dimana : uN = gaya aksial terfaktor pada kolom crbN = beban kritis elastis kolom yang dihitung dengan factor panjang tekuk, 1=k , dan kelangsingan       r L dalam arah lenturnya. mC = factor modifikasi momen akibat pengaruh distribusi momen yang tak seragam sepanjang kolom. sδ = factor amplifikasi momen akibat goyangan lantai, dapat dihitung melalui dua persamaan alternative : 1 1 1 ≥       ∆ − = ∑ ∑ LH N ohu sδ atau : ∑ ∑− = crs u s N N 1 1 δ
  • 24. = beban kritis elastis kolom yang dihitung dengan harga sebenarnya dari factor panjang tekuk dimana : ∑ uN = jumlah gaya aksial tekan terfaktor akibat beban grafitasi dari seluruh kolom pada satu tingkat struktur yang ditinjau. crsN ( )k dan kelangsingan       r L kolo dalam arah lenturnya. oh∆ = simpangan horizontal antar lantai dari tingkat yang ditinjau. ∑H = jumlah gaya horizontal yang menyebabkan goyangan sebesar oh∆ pada tingkat yang ditinjau. L = tinggi kolom pada tingkat yang ditinjau.