Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut.
Masalah pokok dalam pembangunan daerah berada pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang berdasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses, yaitu proses yang mencakup pembentukan-pembentukan institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikam kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, dan pengembangan perusahaan-perusahan baru
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut.
Masalah pokok dalam pembangunan daerah berada pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang berdasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses, yaitu proses yang mencakup pembentukan-pembentukan institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikam kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, dan pengembangan perusahaan-perusahan baru
Penajaman Perencanaan Pembangunan Daerah Untuk Meningkatkan Pembangunan ManusiaTri Widodo W. UTOMO
Disampaikan pada Seminar “Penyusunan Pedoman Perumusan Indikator Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Rangka Mendukung Peningkatan Capaian IPM Indonesia”
Jakarta, 16 Oktober 2013
ISS Risk Flash Report: Multiple Terror Bombings Across Thailand – 11/12 Augus...Hrishiraj Bhattacharjee
An Initial Assessment of the multiple terror bombing attacks across Thailand. Further updates are to follow, as the situation remains fluid and developments ongoing.
Penajaman Perencanaan Pembangunan Daerah Untuk Meningkatkan Pembangunan ManusiaTri Widodo W. UTOMO
Disampaikan pada Seminar “Penyusunan Pedoman Perumusan Indikator Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Rangka Mendukung Peningkatan Capaian IPM Indonesia”
Jakarta, 16 Oktober 2013
ISS Risk Flash Report: Multiple Terror Bombings Across Thailand – 11/12 Augus...Hrishiraj Bhattacharjee
An Initial Assessment of the multiple terror bombing attacks across Thailand. Further updates are to follow, as the situation remains fluid and developments ongoing.
CHIENERGY PENDENT IS PRODUCED BY USING NANO FUSION TECHNOLOGY AND CREATE AN ENERGY CALLED SCALAR ENERGY.IT INCREASES THE MENTAL PERFORMANCE,AND CONCENTRATION.IT INCREASES THE ENERGY LEVEL OF THE BODY,IT KEEPS OUR BODY FREE FROM RADIATION OF (MOBILE,CAR,AIRCULAR,LIGHT,FAN,MOTOR,FRIDGE,TV,COMPUTER,HEATER,SATTELITE ETC),GIVE INSTANT ENERGY.
Start your children brain development with abacus & Vedic maths,get professional abacus training & develop mental calculation ability of your child visit us at www.walnutexcellence.com
Bezoek deze http://roulettestrategien.eu/roulette-strategien.htm site voor meer informatie over roulette strategie. Elke roulette speler speelt het spel met een hoop om te winnen. Echter, zoals u weet, het is een spel van kans, en niet iedereen is gelukkig genoeg om een winnaar. Nog, als je zijn vastbesloten om te slaan het spel van het toeval, vervolgens roulette strategie gidsen kunnen zeker blijken te zijn van grote hulp aan jou. Er zijn een paar enthousiastelingen die zijn ontwikkeling en leren roulette systemen om grondig te verhogen van hun kans op het winnen van de casino roulette.
Volg ons http://roulettestrategie.npage.de/
Hakikatnya tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang merata, material, dan spiritual Berdasarkan Pancasila. Namun demikian, salah satu aspek yang sering menjadi sorotan adalah aspek pemerataan. Hal ini dikarenakan dalam proses dan hasil pembangunan acap kali disinyalir masih menimbulkan kesenjangan (disparitas) pembangunan satu sama lain.
Jurnal lq ekbisAPLIKASI LOCATION QUOTIENT (LQ) SEBAGAI METODE PENENTUAN KOMOD...Ronykur Ronykur
Abstraksi
Kabupaten Nganjuk berada di dearah propinsi Jawa Timur. Daerah ini termasuk lumbung pangan karena kemajuan di sektor pertaniannya. Setiap tahun sektor pertanian mampu memberi sumbangsih yang cukup besar terhadap Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) Kabupaten Nganjuk bahkan terus mengalami peningkatan kontribisi dalam angka yang meyakinkan setiap tahunnya. Terakhir pada tahun 2012 sektor pertanian mampu memberi konstribusi sebesar 28.14% terhadap PDRB Nganjuk. Dengan mempertimbangkan kemampuan kontribusi di sektor ini, peneliti tertarik mengangkat komoditas palawija sebagai salah satu subsektor pertanian menjadi obyek penelitian.Dengan untuk mencari komoditas yang paling unggul dalam rangka untuk semakin meningakatkan kemampuan krontribusi terhadap PDRB di kemudian. Sedangkan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini metode location quotient (LQ). Alasan menggunakan metode ini, karena LQ sebagai alat analisis sangat efektif untuk mengetahui pertumbuhan obyek yang diolah dan pengolahan datanya sangat sederhana. Bisa menggunakan piranti lunak Microsoft Excel atau dihitung secara manual. Hasilnya dari data enam komoditas yang diolah melalui metode LQ bahwa Jagung, Kedelai, dan Kacang Tanah tergolong memiliki karakter basic. Artinya untuk jenis komoditas tersebut, hasilnya bisa didistribusikan ke kota di luar kabupaten Nganjuk. Komoditas Jagung, Kedelai dan Kacang Tanah menjadi produk yang bisa diunggulkan masyarakat Nganjuk.
Dalam penelitian ini diambil rumusan permasalahan yaitu Bagaimana pengaruh PDRB (Pendapatan Distributor Regional Bruto) dan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara dengan tujuan mengetahui pengaruh PDRBdan IPM terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Sumatera Utara menggunakan metode Geographically Weighted Regression (GWR).
Sebuah impian besar membangun kedaulatan desa atas data terutama data kemiskinan yang memiliki peran strstegis dalam mempercepat kemandirian desa. Peran desa dalam pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan tidak lagi sepenuhnya menjadi penonton utama, tetapi harus berubah menjadi pelaku utama.
Rakyat desa bukan sekedar obyek pembangunan dari atas, tetapi justru sebagai pelaku perubahan dari bawah. Ketika perubahan berangkat dari kondisi riil rakyat desa dengan seluruh potensi yang dimiliki, maka apapun hasilo akhirnya tentunya rakyat akan memiliki catatan keberhasilan atau tidaknya.
Dan manakala, rakyat sudah mampu memberikan koreksi dan penilaian obyektif atas apa yang dirasakan, pada akhirnya memunculkan kembali modal sosial desa yang lama telah hilang. Rasa saling asih, asah dan asuh yang kemudian berkembang menjadi sebuah bangunan kepercayaan yang kuat antara pemerintah desadengan masyarakatnya. Karenanya ketika desa dan masyarakatnya diberikan hak dan kewenangan untuk belajar melakukan pendataan penduduk miskin, maka tidak aneh jika kemudian langsung memunculkan rasa kesadaran diri untuk berani mengatakan “saya sudah tidak berhak menerima raskin, dan lain-lain”.
Dan ketika para elit kekuasaan disupra desa juga memiliki “kerelaan” untuk menyerahkan sebagian kewenangan mengurusi kemiskinan kepada desa, bukan hal sulit untuk desa bisa melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika supra desa terus-menerus memperlihatkan kebijakan yang sentralistik dan memposisikan desa lemah, maka harapan mewujudkan kedaulatan desa masih cukup panjang.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdffadlurrahman260903
Ppt landasan pendidikan tentang pendidikan seumur hidup.
Prodi pendidikan agama Islam
Fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan
Universitas Islam negeri syekh Ali Hasan Ahmad addary Padangsidimpuan
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup adalah sebuah system konsepkonsep pendidikan yang menerangkan keseluruhan peristiwa-peristiwa kegiatan belajarmengajar yang berlangsung dalam keseluruhan kehidupan manusia. Pendidikan sepanjang
hayat memandang jauh ke depan, berusaha untuk menghasilkan manusia dan masyarakat yang
baru, merupakan suatu proyek masyarakat yang sangat besar. Pendidikan sepanjang hayat
merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi dan informasi, yaitu masyarakat modern. Manusia harus lebih bisa menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi yang baru.
2. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat
pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber
daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta
untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan
merangsang perkembangan kegiatan ekonomi
(pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. (Lincolin
Arsyad, 1999).
3. Masalah pokok dalam pembangunan daerah berada
pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan
pembangunan yang berdasarkan pada kekhasan
daerah yang bersangkutan (endogenous
development) dengan menggunakan potensi
sumberdaya manusia, kelembagaan, dan
sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Sehingga kita
peru melakukan pengambilan inisiatif-inisiatif yang
berasal dari daerah tersebut dalam proses
pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja
baru dan merangsang kegiatan ekonomi.
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu
proses, yaitu proses yang mencakup pembentukan-
pembentukan institusi baru, pembangunan industri-
industri alternatif, perbaikam kapasitas tenaga kerja
yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang
lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, dan
pengembangan perusahaan-perusahan baru.
4. Ada beberapa indikator untuk menganalisis derajat
kesenjangan dalam pembangunan ekonomi
antarprovinsi, yaitu produk domestik regional bruto
(PDRB) per provinsi dalam pembentukan PDB
nasional, PDRB atau pengeluaran konsumsi rumah
tangga rata-rata per kapita, indeks pembangunan
manusia (IPM), kontribusi sektoral terhadap
pembentukan PDRB, dan tingkat kemiskinan.
5. Distribusi PDB Nasional menurut provinsi merupakan
indikator utama di antara indikator lain yang umum untuk
mengukur derajat penyebaran dari hasil pembangunan
ekonomi di suatu negara. Jika PDRB relatif sama antar
povinsi, maka PDB nasional relatif merata ntar provinsi,
sehingga ketimpangan pembangunan antar provinsi relatif
kecil.
6. Salah satu fakta yang memprihatinkan adalah bahwa jika
output agregat dihitung tanpa minyak dan gas (migas),
kontribusi PDB dari wilayah-wilayah yang kaya migas,
seperti di Aceh, Riau, Kalimantan Timur menjadi lebih kecil
lagi.Aceh menyumbang 3% terhadap PDB Indonesia; tanpa
gas hanya menyumbang 50%. Hal ini berarti 50% dari
perekonomian Aceh tergantung pada perekonomian sektor
gas.
Begitu pula dengan Riau dan Kalimantan Timur yang
menyumbang 5% pada PDB Indonesia, sedangkan tanpa
minyak perannya hanya 2%. Namun, pada tahun 2000,
kontirbusi output regional yang dihasilkan oleh Aceh dan
Kaltim dengan dukungan sektor migas menurun menjadi
2,5% dan 1,6%, sedangkan Riau mengalami peningkatan
menjadi 5,4%. Hal ini memberikan kesan bahwa bukan
suatu jaminan bagi kinerja ekonomi suatu daerah yang kaya
akan migas.
7. Karena tujuan dari pembangunan ekonomi adalah
miningkatkan kesejahteraan masyarakat dan ini umum
diukur dengan pendapatan rata-rata per kapita, maka
distribusi PDB Nasional menurut provinsi menjadi indikator
yang tidak berarti dalam mengukur ketimpangan
pembangunan ekonomi regional jika tidak dikombinasikan
dengan tingkat PDRB rata-rata per kapita.
8. • Jika PDRB per kapita di atas 2 juta rupiah dianggap
tinggi dan sebaliknya di bawah 2 juta dianggap
rendah, dan pertumbuhan PDB per kapita tinggi jika
di atas 3%, dan rendah jika lebih kecil dari 3%.
• Hasil perhitungan Tadjoeddin dkk. (2001)
menunjukkan bahwa PDRB dari 7 daerah pusat
migas di Indonesia, yakni Aceh Utara, kepulauan
Riau dan Bengkalis, Kutai, Bulungan dan Balikpapan,
dan Fakfak (Papua) menguasai 72% dari PDB migas
nasional. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa
semua daerah ini dengan jumlah penduduk yang
hanya 9% dari total populasi Indonesia menyumbang
33% dari PDB Nasional.
9. • Pengeluran Konsumsi C Rumah Tangga (RT) per kapita per
provinsi merupakan salah satu indikator alternatif yang dapat
dijadikan ukuran untuk melihat perbedaan dalam tingkat
kesejahteraan penduduk atntar provinsi. Konsepnya adalah
semakin tinggi pendapatan per kapita suatu daerah, maka akan
semakin tinggi juga pengeluaran konsumsi per kaita di daerah
tersebut. Dalam hal ini juga terdapat 2 asumsi, yaitu sifat
menabung dari masyarakat tidak berubah (S terhadap PDRB tidak
berubah) dan pangsa kredit di dalam RT juga konstan. Tinggi
rendahnya pengeluara C RT tidak dapat selalu mencerminkan
tinggi rendahnya pendapatan per kapita di suatu daerah, tanpa
kedua asumsi tersebut.
10. • Dengan memakai data BPS mengenai pengeluaran riil C RT
per kapita, ditemukan adanya polarisasi dalam distribusi C RT
per kapita antarprovinsi. Sebagian wilayah di Indonesia
memiliki tingkat C RT per kapita yang rendah, lewat hal ini
dapat dikatakan menjadi refleksi dari kenyataan bahwa
sebagian daerah di Indonesia masih belum menikmati
pembangunan ekonomi.
• Perbedaan dalam derajat pemerataan provinsi dapat diukur
dengan distribusi pendapatan C menurut kelompok populasi
per provinsi. Tingkat ketimpangan dikatakan tinggi jika 40%
penduduk berpendapatan rendah (berpengeluaran rendah),
hanya menikmati pendapatan kurang dari 12% dai seluruh
pendapatan. Jika 40% penduduk berpendapatan rendah dapat
menikmati kurang dari 12% sampai dengan 17% dari seluru
pendapatan, maka hal ini berarti telah terjadi ketimpangan
sedang. Dan bila 40% penduduk berpendapatan rendah
menikmati lebuh dari 17% dari seluruh pendapatan penduduk,
tingkat ketimpangan rendah.
11. • Ukuran pembangunan yang digunakan selama ini, yaitu PDB
(untuk konteks nasional) dan PDRB (untuk konteks regional),
ternyata hanya dapat melihat pembangunan ekonomi saja.
Oleh karena itu, dibutuhkan suatu indikator yang lebih
komprehensif, sehingga tidak hanya menangkap
perkembangan perekonomian tetapi juga perkembangan
aspek sosial dan kesejahteraan manusia.
• Pembangunan manusia memiliki banyak dimensi. Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) merupakan ukuran agregat dari
dimensi dasar pembangunan manusia denganmelihat
perkembangannya.
12. • Membangun indikator guna mengukur dimensi dasar
pembangunan manusia dan perluasan kebebasan
memilih.
• Memanfaatkan sejumlah indikator untuk menjaga
ukuran tersebut sederhana.
• Membentuk satu indeks komposit dibanding
menggunakan sejumlah indeks dasar.
• Menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek
sosial dan ekonomi. Indeks tersebut merupakan indeks
dasar yang tersusun dari dimensi umur panjang dan
kehidupan yang sehat, dengan indikator angka
harapan hidup, pengetahuan, yang diukur dengan
angka melek huruf dan kombinasi dari angka
partisipasi sekolah, dan standar hidup yang layak,
dengan indikator PDRB per kapita (Purchasing Power
Parity).
13. Pemerintah memperkirakan angka kemiskinan nasional
pada 2009 berkisar 12-13,5 % atau lebih rendah dari
2008 yang mencapai 15,4 %. Pada 2008, pada Rapat
Kerja dengan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, BPS
mengeluarkan laporan tingkat kemiskinan di tanah air
mancapai 15,4 %. Dengan berbagai program 2009 dan
dana pendamping diperkirakan akan berkurang menjadi
12 hingga 13,5 % angka kemiskinan.
Namun demikian Paskah, Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) mengatakan, dalam
perhitungan pesimistis Bappenas memperkirakan angka
kemiskinan nasional pada tahun ini sekitar 12-14 %.
Untuk menanggulangi kemiskinan melalui Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) 2009 sejumlah upaya yang akan
dilakukan yakni bantuan dan perlindungan sosial,
pemberdayaan masyarakat dan penguatan Usaha Mikro
dan Kecil (UKM).
14. • Bicara tentang kontribusi sektoral PDRB, kita perlu suatu daerah
untuk dijadikan contoh. Sebut saja provinsi Bengkulu Utara. Data
PDRB yang merupakan salah satu indikator ekonomi daerah
menunjukkan ternyata selama jangka waktu analisis sejak tahun
2003 sampai dengan tahun 2007, kontribusi masing-masing sektor
ekonomi terhadap PDRB Kabupaten Bengkulu Utara tidak
mengalami banyak perubahan.
• Sesuai dengan potensi sumber daya alam yang dimilikinya, hingga
saat ini struktur ekonomi regional Kabupaten Bengkulu Utara yang
didominasi oleh sektor pertanian. Dalam kurun waktu 5 tahun
pengamatan, sektor pertanian telah menjadi sektor penyumbang
PDRB terbesar di Kabupaten Bengkulu Utara dengan kontribusi
sekitar 36%-37% dari total PDRB. Sedangkan, sektor dengan
kontribusi paling kecil Bengkulu Utara adalah sektor listrik, gas dan
air bersih, yaitu hanya sebesar 0, 24%-0, 25%.
• Dapat kita lihat dari kontribusi rata-rata per sektor, sumbangan
sektor pertanian adalah sebesar 36% dari total PDRB. Kemudian di
posisi kedua adalah sektor jasa-jasa dengan kontribusi sebesar
17%, dan pada posisi ketiga adalah sektor pertambangan dan
penggalian sebesar 14%.
15. • Konsentrasi Kegiatan ekonomi
• Alokasi Investasi
• Mobilitas antar Faktor Produksi yang Rendah antar Daerah
• Perbedaan SDA antar Provinsi
• Perbedaan Kondisi Demografis antar Provinsi
• Kurang Lancarnya Perdagangan antar Provinsi
16. • Teori Basis Ekonomi
• Teori Lokasi
• Teori Daya Tarik Industri