SlideShare a Scribd company logo
62
ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT
KEMISKINAN DI SUMATERA UTARA
Nadia Ika Purnama
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
email : nadiaika95@gmail.com
ABSTRAK
Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam perekonomian yang kompleks
dan multidimensional. Oleh karenanya perlu dicari solusi untuk mengatasi atau paling
tidak mengurangi tingkat kemiskinan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di propinsi
Sumatera Utara.
Penulis menggunakan instrumen penelitian kepustakaan, studi dokumentasi,
browsing internet, dimana data yang diambil merupakan data skunder dari instansi
terkait terutama Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, serta dalam menganalisis data
menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana.
Hasil pengolahan data didapat pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap tingkat kemiskinan di propinsi Sumatera Utara.
Kata Kunci : kemiskinan, pertumbuhan ekonomi
A. PENDAHULUAN
Kemiskinan merupakan fenomena yang terjadi hampir di semua negara sedang
berkembang. Kemiskinan muncul karena ketidakmampuan sebagian masyarakat untuk
menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. Kondisi ini
menyebabkan menurunnya kualitas sumber daya manusia sehingga produktifitas dan
pendapatan yang diperolehnya rendah.
Masalah kemiskinan merupakan salah satu masalah utama dalam pembangunan
ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pendapatan serta pertumbuhan ekonomi di
semua sektor pembangunan, pemerataan pembangunan yang optimal, perluasan tenaga
kerja dan peningkatan taraf hidup masyarakat. Dalam mencapai tujuan pembangunan
secara menyeluruh diperlukan adanya pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan
distribusi mendapatan yang merata.
Pemerintah Indonesia menyadari bahwa pembangunan nasional adalah salah satu
upaya untuk menjadi tujuan masyarakat adil da makmur. Sejalan dengan tujuan
tersebut, berbagai kegiatan pembangunan telah diarahkan kepada pembangunan daerah
khususnya daerah yang relative mempunyai tingkat kemiskinan yang terus naik dari
tahun ke tahunn. Pembangunan daerah dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan
sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan akar dan sasaran
pembangunan nasional yang telah ditetapkan melalui pembangunan jangka panjang dan
jangka pendek. Oleh karena itu, salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan
nasional adalah laju penurunan jumlah penduduk miskin. Efektifitas dalam enurunnkan
jumlah penduduk miskin merupakan pertumbuhan utama dalam memilih strategi
pembangunan. Hal ini berarti salah satu criteria utama pemilihan sector titik berat atau
sector andaahn pembangunan nasional adalah efektifitas dalam penurunan jumlah
penduduk miskin (Ravi Dwi Wijayanto, 2010).
63
Pemerintah baik pusat maupun daerah telah berupaya dalam melaksanakan
berbagai kebijakan dan program-program penanggulangan kemiskinan namun masih
jauh dari induk permasalahan. Kebijakan dan program yang dilaksnakan belum
menampakkan hasil yang optimal. Masih terjadi kesenjangan antara rencana dengan
pencapaian tujuan karena kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan lebih
berorientasi pada program sektoral. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi
penanggulangan kemiskinan yang terpadu, terintegrasi dan sinergis sehingga dapat
menyelesaikan masalah secara tuntas.
Dimensi kemiskinan dapat berbentuk dari aspek ekonomi, aspek SDM,
fisik/infrastruktur, masalah sosial dan keluarga/rumah tangga. Perlu diperhatikan bahwa
yang dibutuhkan masyarakat miskin tidak hanya bantuan modal/materi, tetapi juga suatu
kondisi yang kondusif yang memungkinkan mereka untuk membentuk jaringan sosial
dan ekonomi di antara mereka sendiri. Pemerintah daerah dan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) seringkali merupakan lembaga yang terbaik untuk menyediakan
lingkungan seperti tersebut (Sumedi dan Supadi, 2004).
Tabel 1
Tingkat Kemiskinan di Sumatera Utara
Tahun 1996-2015
No Tahun
Persentase penduduk Miskin
(Y)
1 1996 10.92
2 1997 11.27
3 1998 30.77
4 1999 16.74
5 2000 15.84
6 2001 15.75
7 2002 15.84
8 2003 15.89
9 2004 14.93
10 2005 14.68
11 2006 15.66
12 2007 13.9
13 2008 12.55
14 2009 11.51
15 2010 11.36
16 2011 10.83
17 2012 10.41
18 2013 10.39
19 2014 9.85
20 2015 10.53
Sumber : BPS, 2016.
Permasalahan strategi di pemerintahan propinsi Sumatera Utara tidak jauh
berbeda dengan di pemerintahan pusat, yakni masih tingginya angka kemiskinan jika
dibandingkan dengan propinsi lain di Indonesia seperti propinsi DKI. Jakarta,
64
Kalimantan Selatan, Bali, Kalimantan Tengah dan Kepualauan Bangka Belitung yang
cukup rendah bila dibandingkan dengan propinsi lain di Indonesia yakni berkisar antara
3-7 persen.
Keberhasilan propinsi Sumatera Utara dalam menanggulangi kemiskinan belum
sepenuhnya berhasil. Ini terlihat dari tingkat kemiskinan yang masih relatif tinggi yaitu
angka diatas 10 persen. Rata-rata tingkat kemiskinan Sumatera Utara periode 1996-
2015 masih relatif tinggi yaitu di atas 10 persen. Hanya tahun 2014 persentase
penduduk miskin dibawah 10 persen yaitu sebesar 9,85%. Dan di tahun 2015 tingkat
kemiskinan di Sumatera Utara meningkat kembali menjadi 10,53%. Oleh karena itu,
kemiskinan menjadi tanggung jawab bersama, terutama pemerintah sebagai penyangga
proses perbaikan kehidupan masyarakat dalam sebuah pemerintahan, untuk segera
mencari jalan keluar dengan merumuskan langkah-langkah yng sistematis dan strategis
sebagai upaya pengentasan kemiskinan.
Pertumbuhan ekonomi merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi semua
Negara di dunai dewasa ini. Pemerintah di Negara manapun dapat segera jatuh atau
bangun berdsarkan tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapainya
dalam catatan statistik nasional. Berhasil tidaknya program-program di negara-negara
dunia ketiga sering dinilai berdasarkan tinggi rendahnya tingkat output dan pendapatan
nasional (Todaro, 2000).
Hasil studi empiris yang dilakukan oleh Mills dan Pernia (1993) dengan metode
analisis lintas negara menunjukkan bahwa kemiskinan di suatu negara akan semakin
rendah jika pertumbuhan ekonominya pada tahun-tahun sebelumnya tinggi dan semakin
tinggi laju pertumbuhan PDB semakin cepat turunnya tingkat kemiskinan (Tambunan,
2011).
Tabel 2
Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara
Tahun 1996-2015
No Tahun Pertumbuhan Ekonomi
(X)
1 1996 9.01
2 1997 5.7
3 1998 -10.9
4 1999 2.59
5 2000 4.83
6 2001 3.72
7 2002 4.07
8 2003 4.48
9 2004 5.74
10 2005 5.48
11 2006 6.2
12 2007 6.9
13 2008 6.39
14 2009 5.07
15 2010 6.42
16 2011 6.66
17 2012 6.45
65
18 2013 6.07
19 2014 5.23
20 2015 5.1
Sumber : BPS, 2016.
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat diukur dengan melihat PDRB dan laju
pertumbuhannya atas harga konstan. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara
pada tahun 1996-2015 yaitu sebesar 4,76%. Tahun 1996-2009 pertumbuhan ekonomi
Sumatera Utara cenderung menurun dan berfluktuatif. Di tahun 1996-1997 mengalami
penurunan sebesar 3,31%. Namun, pada tahun 1997-2009 pertumbuhan ekonomi
Sumatera Utara masih dibawah 9% (lebih rendah dari tahun 1996). Khusus di tahun
1998 pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara minus yatu sebesar -10,90% dikarenakan
dampak dari krisis moneter yang terjadi di Indonesia. Selama periode 2001-2008,
perekonomian Sumatera Utara menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun
yaitu berkisar 3,72% sampai 6,39%. Tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara
menurun dikisaran 5,07% tetapi tahun 2010 sampai tahun 2013 mengalami peningkatan
kembali dikisaran 6%. Dan di tahun 2014 dan 2015 pertumbuhan ekonomi
menurunkembali dikisaran 5%. Namun pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tidak
selalu diiringi dengan penurunan kemiskinan yang signifikan di propinsi Sumatera
Utara. Bahka ketika indikator perekonomian Sumatera Utara naik di tahun 2001-2003
tingkat kemiskian juga naik mencapai 15,89%.
Faktor yang mempengaruhi kemiskinan adalah pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan disertai hasil pertumbuhan ke seluruh sector
usaha sangat dibutuhkan dalam upaya menurunnkan tingkat kemiskinan. Maka untuk
mempercepat penurunan tingkat kemiskinan, pertumbuhan ekonomi harus ditingkatkan.
Dan diharapkan sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor jasa yang
meningkat dapat menurunkan tingkat kemiskinan di propinsi Sumatera Utara.
B. LANDASAN TEORITIS
Kemiskinan
Kemiskinan adalah suatu situasi atau kondisi yang dialami seseorang atau
kelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf
yang dianggap manusiawi (Sumedi dan Supadi, 2004). Sedangkan menurut Bachtiar
Chamsyah (2006) menyatakann bahwa emiskinan merupakan suatu kondisi hidup yang
merujuk pada keadaan kekurangan atau kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Seseorang dikatakan miskin, apabila mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
pokoknya.
Dari definisi diatas diperoleh pengertian bahwa kemiskinan merupakan kondisi
hidup seseorang yang merujuk pada keadaan kekurangan dalam memenuhi kebutuhan
hidup pokkoknya dan tidak dapat menikmati kehidupannya dalam hal kesehatan, ibadah
menurut agamanya, pendidikan, pekerjaan, pendapatan yang tinggi dan standar hidup
yang layak.
Negara terbelakang atau negara sedang berkembang umumnya terjerat ke dalam
lingkaran kemiskinan. Menurut Nurkse lingkaran kemiskinan mengandung arti deretan
melingkar kekuatan-kekuatan yang satu sama lain beraksi dan bereaksi sedemikian rupa
sehingga menempatkan suatu negara miskin tetap berada dalam keadaan melarat. Si
miskin, misalnya selalu kurang makan, karena kurang makan, kesehatannya menjadi
buruk; karena fisiknya lemah kapasitas kerjanya rendah; karena kapasitas kerjanya
66
rendah penghasilannya pun rendah dan itu berarti ia miskin, akhirnya ia tidak akan
mempunyai cukup makan dan seterusnya. Bila keadaan seperti ini dikaitkan dengan
negara secara keseluruhan dapat dikemas ke dalam dalil kuno : “Suatu negara miskin
karena ia miskin (Jhingan,M.L, 2010).
Ukuran Kemiskinan
Menurut BPS, tingkat kemiskinan didasarkan pada jumlah rupiah konsumsi
berupa makanan yaitu 2100 per orang per hari (dari 52 jenis komoditi yang dianggap
mewakili pola konsumsi penduduk yang berada di lapisan bawah) dan konsumsi non
makanan (dari 45 jenis komoditi makanan sesuai kesepakatan nasional dan tidak
dibedakan antara wilayah pedesaan dan perkotaan). Patokan kecukupan 2100 kalori ini
berlaku untuk semua umur, jenis kelamin dan perkiraan tingkat kegiatan fisik, berat
badan, serta perkiraan status fisiologis penduduk, ukuran ini sering disebut dengan garis
kemiskinana. Penduduk yang memiliki pendapatan dibawah garis kemiskinan dikatakan
dalam kondisi miskin.
Secara sederhana dan umumnya ukuran kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu :
1. Kemiskinan Absolut
Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya
berada dibawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk menentukan kebutuhan
dasar hidupnya. Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan
minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian,
dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup.
2. Kemiskinan Relatif
Seseorang termasuk golongan miskin relatif apabila telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh lebih rendah dibanndingkan dengan
keadaan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan konsep ini, kemiskinan akan
mengalami perubahan bila tingkat hidup masyarakat berubah sehingga konsep
kemiskinan ini bersifat dinamis atau akan selalu ada.
3. Kemiskinan Kultural
Seseorang termasuk golongan miskin kultural apabila sikap orang atau
sekelompok masyarakat tersebut tidak mau berusaha memperbaiki tingkat
kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya atau dengan
kata lain seseorang tersebut miskin karena sikapnya sendiri yaitu pemalas dan tidak
mau memperbaiki kondisinya.
Semua ukuran kemiskinan dipertimbangkan berdasarkan pada norma pilihan
dimana norma tersebut sangat penting terutama dalam hal pengukuran didasarkan
konsumsi (consumption based poverty line). Oleh sebab itu, garis kemiskinan yang
didasarkan pada konsumsi terdiri dari dua elemen (Ravi Dwi Wijayanto, 2010) yaitu :
a. Pengeluaran yang diperlukan untuk member standar minimum dan kebutuhan
mendasar lainnya.
b. Jumlah kebutuhan yang sangat bervariasi yang mencerminkan biaya partisipasi
dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Foster, dkk (Tambunan, 2001) terdapat tiga indikator untuk mengukur
kemiskinan yang sering digunakan di dalam banyak studi empiris. Pertama, the
incidence of poverty : persentase dari populasi yang hidup di dalam keluarga dengan
pengeluaran konsumsi per kapita di bawah garis kemiskinan. Indeksnya sering disebut
rasio H. Kedua, the depth of poverty yang menggambarkan dalamnya kemiskinan di
67
suatu wilayah yang diukur dengan indeks jarak kemiskinan (IJK) atau dikenal dengan
sebutan poverty gap index. Indeks ini mengestimasi jarak/perbedaan rata-rata
pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan sebagai suatu proporsi dari garis
tersebut. Ketiga, the serverity of poverty yang diukur dengan indeks keparahan
kemiskinan (IKK). Indeks ini pada prinsipnya sama seperti IJK. Namun, selain
mengukur jarak yang memisahkan orang miskin dari garis kemiskinan, IKK juga
mengukur ketimpangan di antara penduduk miskin atau penyebaran pengeluaran di
antara penduduk miskin. Indeks ini yang juga disebut Distributionally Sensitive Index
yang dapat juga digunakan untuk mengetahui intensitas kemiskinan.
Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sadono Sukirno (2006) pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan
sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan
jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah.
Tingkat pertumbuhan ekonomi dalam suatu tahun tertentu (tahun t) dapat
ditentukan dengan menggunakan formula sebagai berikut :
PE = 100%
Dimana :
PE = tingkat pertumbuhan ekonomi (%)
PDRBt = PDRB pada tahun t
PDRBt-1 = PDRB pada tahun sebelumnya
Faktor-faktor Yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Todaro (1997) ada tiga faktor atau komponen utama dalam
pertumbbuhan ekonomi dari setiap bangsa. Ketiganya adalah :
1. Akumulasi modal, meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan
pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia
2. Pertumbuhan penduduk
3. Kemajuan teknologi
Menurut Sadono Sukirno (2006) terdapat empat factor yang menentukan
pertumbuhan ekonomi, ke empat faktor tersebut adalah :
1. Tanah dan kekayaan alam lainnya
2. Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja
3. Barang-barang modal dan tingkat teknologi
4. Sistem sosial dan sikap masyarakat
Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan
Menurut Tambunan (2001) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tanpa
dibarengi dengan penambahan kesempatan kerja akan mengakibatkan ketimpangan
dalam pembagian dari penambahan pendapatan tersebut (ceteris paribus), yang
selanjutnya akan menciptakan suatu kondisi pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan
kemiskinan.
Pertumbuhan dan kemiskinan mempunyai korelasi yang sangat kuat, karena pada
tahap awal proses pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat
mendekati tahap akhir pembangunan jumlah orang miskinn berangsur-anggsur
berkurang (Tmabunan, 2011).
68
Kerangka Konseptual Dan Hipotesis
Gambar 1
Kerangka Konseptual
Berdasarkan permasalahan di atas, hipotesisnya adalah pertumbuhan ekonomi
berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Sumatera Utara.
C. METODE PENELITIAN
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif yaitu metode yang
digunakan untuk menganalisis data yang berhubungan dengan masalah pengaruh
pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Sumatera Utara.
Y = a + bX + µ
Dimana :
Y = tingkat kemiskinan (persen)
X = pertumbuhan ekonomi (persen)
a = konstanta regresi
b = koefisien regresi
µ = term error
D. PEMBAHASAN
Dependent Variable: PERSENTASE_PENDUDUK_MISK
Method: Least Squares
Date: 08/10/16 Time: 11:52
Sample: 1996 2015
Included observations: 20
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 19.04905 0.713670 26.69169 0.0000
PERTUMBUHAN_EKONOMI__X
_ -1.064604 0.116859 -9.110187 0.0000
R-squared 0.821774 Mean dependent var 13.98100
Adjusted R-squared 0.811873 S.D. dependent var 4.609350
S.E. of regression 1.999242 Akaike info criterion 4.318053
Sum squared resid 71.94546 Schwarz criterion 4.417626
Log likelihood -41.18053 Hannan-Quinn criter. 4.337491
F-statistic 82.99550 Durbin-Watson stat 0.507861
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : data diolah, tahun 2016.
Setelah diregresikan data yang telah diperoleh maka persamaan regresi berikut
dan kemudian akan dianalisis dengan menggunakan hasil regresi berikut ini :
Y = 19,04905 -1,064604X + µ
Pertumbuhan Ekonomi
(X)
Kemiskinan
(Y)
69
Berdasarkan hasil model estimasi dapat diinterpretasikan sebagai berikut : bahwa
tingkat pertumbuhan ekonomi (X) mempunyai pengaruh negatif terhadap tingkat
kemiskinan di propinsi Sumatera Uatara dengan besar koefisien 1,064604. Artinya
apabila pertumbuhan ekonomi naik sebesar 1% maka tingkat kemiskinan di propinsi
Sumatera Utara turun sebesar 1,064604%.
Uji R2
( Uji Koefisien Determinasi)
Dari hasil regresi hubungan tingkat pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat
kemiskinan tahun1996-2015 diperoleh nilai R2
sebesar 0.821774. Artinya 82,1774%
variasi tingkat kemiskinan di Sumatera Utara dapat dijelaskan oleh variasi
independennya yaitu tingkat pertumbuhan ekonnomi, sedangkan sisanya sebesar
17,8226% dijelaskan oleh variabel lain diluar model ini.
Uji t (Uji Parsial)
Uji t merupakan pengujian secara individual untuk membuktikan bahwa koefisien
regresi ini secara statistik signifikan.
H0 : β1 = 0 (tidak ada pengaruh pertumbuhan ekonomi)
H1 : β2 ≠ 0 (ada pengaruh pertumbuhan ekonomi)
Kriteria penerimaan atau penolakan sebagai berikut :
Tolak H0 jika nilai probabilitas t < dari taraf signifikan sebesar 0,05 (sig < α 0,05)
Terima H0 jika nilai probabilitas t > dari taraf signifikan sebesar 0,05 (sig > α 0,05)
Dari hasil pengolahan data diperoleh bahwa nilai probabilitas (sig) adalah 0,0000
(sig 0,0000 < α 0,05) dengan demikian H0 diditolak yang artinya pertumbuhan ekonomi
berpengaruh dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan.
E. KESIMPULAN
Pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
tingkat kemiskinan di propinsi Sumatera Utara.
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar Chamsyah, 2006, Teologi Penanggulangan Kemiskinan, RM-Books, Jakarta.
Badan Pusat Statistik, Sumatera Utara dalam Angka Berbagai Thaun terbitan, BPS
Propinsi Sumatera Utara.
BPS, 2009. “Jumlah dan Persentase Penduduk Miskinn, Garis Kemiskinan, Indeks
Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut
Propinsi, Maret 2009”, http://www.bps.go.id. Diakses 4 Desember 2014.
Jhingan, M.L, 2010, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Ravi Dwi Wijayanto, 2010, Analisis Pengaruh PDRB, Pendidikan dan Pengangguran
Terhadap Kemiskinan di Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2005-2008,
Skripsi S1, Faultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.
Sadono Sukirno, 2000, Makro Ekonomi Modern, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sumedi dan Supardi, 2004, “Keiskinan di Indonesia : Suatu Fenomena Ekonomi”
Icaserd Working Paper No.21, PUsat Penelitian Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian, Departemen Pertanian, Agustus 2011, Bogor.
Tambunan, Tulus T.H, 2001, Perekonomian Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Tambunan, Tulus, T.H, 2011, Perekonomian Indonesia, Kajian Teoritis dan Analisis
Empiris, Ghalia Indonesia, Jakarta.
70
Todaro, M.P, 1997, “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”,Edisi VI, Erlangga,
Jakarta.
Todaro, M.P, 2000, “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”, Edisi VII, Erlangga,
Jakarta.

More Related Content

What's hot

Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
Vinny Ariva
 
Makalah industri kreatif solusi mengatasi pengangguran terdidik di kalimantan...
Makalah industri kreatif solusi mengatasi pengangguran terdidik di kalimantan...Makalah industri kreatif solusi mengatasi pengangguran terdidik di kalimantan...
Makalah industri kreatif solusi mengatasi pengangguran terdidik di kalimantan...
Bambang Deswantoro
 
Ekonomi pembangunan1
Ekonomi pembangunan1Ekonomi pembangunan1
Ekonomi pembangunan1
ilyas Hidayatullah
 
Keterkaitan antara pengangguran dan inflasi
Keterkaitan antara pengangguran dan inflasiKeterkaitan antara pengangguran dan inflasi
Keterkaitan antara pengangguran dan inflasioktavianina
 
Buku Pegangan Pembangunan Daerah Tahun 2014. Memantapkan Perekonomian Nasiona...
Buku Pegangan Pembangunan Daerah Tahun 2014. Memantapkan Perekonomian Nasiona...Buku Pegangan Pembangunan Daerah Tahun 2014. Memantapkan Perekonomian Nasiona...
Buku Pegangan Pembangunan Daerah Tahun 2014. Memantapkan Perekonomian Nasiona...
Oswar Mungkasa
 
Pembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahPembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerah
ifa_talita
 
EKONOMI PEMBANGUNAN TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIA
EKONOMI PEMBANGUNAN TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIAEKONOMI PEMBANGUNAN TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIA
EKONOMI PEMBANGUNAN TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIAArini Nurmala Sari
 
Paparan Wamen PPN Bappenas - RBSummit
Paparan Wamen PPN Bappenas - RBSummitPaparan Wamen PPN Bappenas - RBSummit
Paparan Wamen PPN Bappenas - RBSummit
Kurniawan Saputra
 
Tugas sma 2017
Tugas sma 2017Tugas sma 2017
Tugas sma 2017
Mujiono Tdl
 
Abdul ajid 11140963
Abdul ajid 11140963Abdul ajid 11140963
Abdul ajid 11140963
abdul ajid
 
Tugas perekonomian indonesia kelompok 1
Tugas perekonomian indonesia kelompok 1Tugas perekonomian indonesia kelompok 1
Tugas perekonomian indonesia kelompok 1
bella gustiana
 
JURNAL PDP VOL 5 N0 1 Benny Agus Setiono Kemiskinan
JURNAL PDP VOL 5 N0 1 Benny Agus Setiono KemiskinanJURNAL PDP VOL 5 N0 1 Benny Agus Setiono Kemiskinan
JURNAL PDP VOL 5 N0 1 Benny Agus Setiono Kemiskinan
bennyagussetiono
 
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomiPertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
Lucky Maharani Safitri
 
Makalah pengangguran
Makalah pengangguranMakalah pengangguran
Makalah pengangguran
Septian Muna Barakati
 
Permasalahan, sejarah dan perkembangan umkm
Permasalahan, sejarah dan perkembangan umkmPermasalahan, sejarah dan perkembangan umkm
Permasalahan, sejarah dan perkembangan umkm
AzzamKhalidy
 
5 permasalahan ekonomi di indonesia
5 permasalahan ekonomi di indonesia5 permasalahan ekonomi di indonesia
5 permasalahan ekonomi di indonesia
Erlita Marcelia II
 
Buku Pegangan Perencanaan Pembangunan Daerah 2012 - 2013. Memperkuat Perekono...
Buku Pegangan Perencanaan Pembangunan Daerah 2012 - 2013. Memperkuat Perekono...Buku Pegangan Perencanaan Pembangunan Daerah 2012 - 2013. Memperkuat Perekono...
Buku Pegangan Perencanaan Pembangunan Daerah 2012 - 2013. Memperkuat Perekono...
Oswar Mungkasa
 
Distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunan
Distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunanDistribusi pendapatan dan pemerataan pembangunan
Distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunan
Bazari Azhar Azizi
 

What's hot (20)

Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
 
Makalah industri kreatif solusi mengatasi pengangguran terdidik di kalimantan...
Makalah industri kreatif solusi mengatasi pengangguran terdidik di kalimantan...Makalah industri kreatif solusi mengatasi pengangguran terdidik di kalimantan...
Makalah industri kreatif solusi mengatasi pengangguran terdidik di kalimantan...
 
Ekonomi pembangunan1
Ekonomi pembangunan1Ekonomi pembangunan1
Ekonomi pembangunan1
 
Keterkaitan antara pengangguran dan inflasi
Keterkaitan antara pengangguran dan inflasiKeterkaitan antara pengangguran dan inflasi
Keterkaitan antara pengangguran dan inflasi
 
Buku Pegangan Pembangunan Daerah Tahun 2014. Memantapkan Perekonomian Nasiona...
Buku Pegangan Pembangunan Daerah Tahun 2014. Memantapkan Perekonomian Nasiona...Buku Pegangan Pembangunan Daerah Tahun 2014. Memantapkan Perekonomian Nasiona...
Buku Pegangan Pembangunan Daerah Tahun 2014. Memantapkan Perekonomian Nasiona...
 
Pembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerahPembangunan ekonomi daerah
Pembangunan ekonomi daerah
 
EKONOMI PEMBANGUNAN TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIA
EKONOMI PEMBANGUNAN TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIAEKONOMI PEMBANGUNAN TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIA
EKONOMI PEMBANGUNAN TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIA
 
Paparan Wamen PPN Bappenas - RBSummit
Paparan Wamen PPN Bappenas - RBSummitPaparan Wamen PPN Bappenas - RBSummit
Paparan Wamen PPN Bappenas - RBSummit
 
Tugas sma 2017
Tugas sma 2017Tugas sma 2017
Tugas sma 2017
 
Abdul ajid 11140963
Abdul ajid 11140963Abdul ajid 11140963
Abdul ajid 11140963
 
Tugas perekonomian indonesia kelompok 1
Tugas perekonomian indonesia kelompok 1Tugas perekonomian indonesia kelompok 1
Tugas perekonomian indonesia kelompok 1
 
JURNAL PDP VOL 5 N0 1 Benny Agus Setiono Kemiskinan
JURNAL PDP VOL 5 N0 1 Benny Agus Setiono KemiskinanJURNAL PDP VOL 5 N0 1 Benny Agus Setiono Kemiskinan
JURNAL PDP VOL 5 N0 1 Benny Agus Setiono Kemiskinan
 
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomiPertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
 
Imf
ImfImf
Imf
 
Makalah pengangguran
Makalah pengangguranMakalah pengangguran
Makalah pengangguran
 
Permasalahan, sejarah dan perkembangan umkm
Permasalahan, sejarah dan perkembangan umkmPermasalahan, sejarah dan perkembangan umkm
Permasalahan, sejarah dan perkembangan umkm
 
Karya ilmiah (ESDM)
Karya ilmiah (ESDM)Karya ilmiah (ESDM)
Karya ilmiah (ESDM)
 
5 permasalahan ekonomi di indonesia
5 permasalahan ekonomi di indonesia5 permasalahan ekonomi di indonesia
5 permasalahan ekonomi di indonesia
 
Buku Pegangan Perencanaan Pembangunan Daerah 2012 - 2013. Memperkuat Perekono...
Buku Pegangan Perencanaan Pembangunan Daerah 2012 - 2013. Memperkuat Perekono...Buku Pegangan Perencanaan Pembangunan Daerah 2012 - 2013. Memperkuat Perekono...
Buku Pegangan Perencanaan Pembangunan Daerah 2012 - 2013. Memperkuat Perekono...
 
Distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunan
Distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunanDistribusi pendapatan dan pemerataan pembangunan
Distribusi pendapatan dan pemerataan pembangunan
 

Similar to Jurnal kemiskinan 4

Makalah Dampak Kemiskinan IPAS.docx
Makalah Dampak Kemiskinan IPAS.docxMakalah Dampak Kemiskinan IPAS.docx
Makalah Dampak Kemiskinan IPAS.docx
ByOneNet
 
804-1273-1-PB.pdf
804-1273-1-PB.pdf804-1273-1-PB.pdf
804-1273-1-PB.pdf
Mustani98
 
Menggagas dan Menggiatkan Proses Multistakeholder untuk Penanggulangan Kemis...
Menggagas dan Menggiatkan Proses Multistakeholder  untuk Penanggulangan Kemis...Menggagas dan Menggiatkan Proses Multistakeholder  untuk Penanggulangan Kemis...
Menggagas dan Menggiatkan Proses Multistakeholder untuk Penanggulangan Kemis...
Dr. Astia Dendi
 
Laporan pelaksanaan penganggulangan kemiskinan daerah 2016
Laporan pelaksanaan penganggulangan kemiskinan daerah 2016Laporan pelaksanaan penganggulangan kemiskinan daerah 2016
Laporan pelaksanaan penganggulangan kemiskinan daerah 2016
pandirambo900
 
Pertumbuhan penduduk dan kemiskinan
Pertumbuhan penduduk dan kemiskinanPertumbuhan penduduk dan kemiskinan
Pertumbuhan penduduk dan kemiskinan
Taruna Wibowo
 
Kebijakan Pemerintah Dalam Menangani Kemiskinan
Kebijakan Pemerintah Dalam Menangani KemiskinanKebijakan Pemerintah Dalam Menangani Kemiskinan
Kebijakan Pemerintah Dalam Menangani Kemiskinan
Randy Chamzah
 
Kemiskinan Kawasan Timur Indonesia
Kemiskinan Kawasan Timur IndonesiaKemiskinan Kawasan Timur Indonesia
Kemiskinan Kawasan Timur Indonesia
Anisa Fatmawati
 
05.2 bab 2.docx
05.2 bab 2.docx05.2 bab 2.docx
05.2 bab 2.docx
ElisabethPanggabeanS
 
05.2 bab 2.docx
05.2 bab 2.docx05.2 bab 2.docx
05.2 bab 2.docx
ElisabethPanggabeanS
 
7.2 kemiskinan dan kesenjangan pend
7.2 kemiskinan dan kesenjangan pend7.2 kemiskinan dan kesenjangan pend
7.2 kemiskinan dan kesenjangan pend
via ultuflia
 
Makalah raskin
Makalah raskinMakalah raskin
Makalah raskin
Septian Muna Barakati
 
Pertumbuhan & kemiskinan
Pertumbuhan & kemiskinanPertumbuhan & kemiskinan
Pertumbuhan & kemiskinan
Roviatul hasanah
 
Perekonomian kemiskinan dan kesenjangan pendapatan 6juli15
Perekonomian kemiskinan dan kesenjangan pendapatan 6juli15Perekonomian kemiskinan dan kesenjangan pendapatan 6juli15
Perekonomian kemiskinan dan kesenjangan pendapatan 6juli15agustinvidya
 
Paparan kebijakan penanggulangan kemiskinan perdesaan bali 020914
Paparan kebijakan penanggulangan kemiskinan perdesaan bali 020914Paparan kebijakan penanggulangan kemiskinan perdesaan bali 020914
Paparan kebijakan penanggulangan kemiskinan perdesaan bali 020914Sutardjo ( Mang Ojo )
 
jm_jie,+13772.pdf
jm_jie,+13772.pdfjm_jie,+13772.pdf
jm_jie,+13772.pdf
MelyndaSriWulandari
 
Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah  Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah
Hafida Siti
 
Panduan Pendataan Kemiskinan Partisipatif
Panduan Pendataan Kemiskinan PartisipatifPanduan Pendataan Kemiskinan Partisipatif
Panduan Pendataan Kemiskinan Partisipatif
Formasi Org
 
01.pertumbuhan dan ketimpangan antar daearah prov riau
01.pertumbuhan dan ketimpangan antar daearah prov riau01.pertumbuhan dan ketimpangan antar daearah prov riau
01.pertumbuhan dan ketimpangan antar daearah prov riau
Vellha Nurazizah
 

Similar to Jurnal kemiskinan 4 (20)

Makalah Dampak Kemiskinan IPAS.docx
Makalah Dampak Kemiskinan IPAS.docxMakalah Dampak Kemiskinan IPAS.docx
Makalah Dampak Kemiskinan IPAS.docx
 
804-1273-1-PB.pdf
804-1273-1-PB.pdf804-1273-1-PB.pdf
804-1273-1-PB.pdf
 
Menggagas dan Menggiatkan Proses Multistakeholder untuk Penanggulangan Kemis...
Menggagas dan Menggiatkan Proses Multistakeholder  untuk Penanggulangan Kemis...Menggagas dan Menggiatkan Proses Multistakeholder  untuk Penanggulangan Kemis...
Menggagas dan Menggiatkan Proses Multistakeholder untuk Penanggulangan Kemis...
 
Laporan pelaksanaan penganggulangan kemiskinan daerah 2016
Laporan pelaksanaan penganggulangan kemiskinan daerah 2016Laporan pelaksanaan penganggulangan kemiskinan daerah 2016
Laporan pelaksanaan penganggulangan kemiskinan daerah 2016
 
Pertumbuhan penduduk dan kemiskinan
Pertumbuhan penduduk dan kemiskinanPertumbuhan penduduk dan kemiskinan
Pertumbuhan penduduk dan kemiskinan
 
Kebijakan Pemerintah Dalam Menangani Kemiskinan
Kebijakan Pemerintah Dalam Menangani KemiskinanKebijakan Pemerintah Dalam Menangani Kemiskinan
Kebijakan Pemerintah Dalam Menangani Kemiskinan
 
Kemiskinan Kawasan Timur Indonesia
Kemiskinan Kawasan Timur IndonesiaKemiskinan Kawasan Timur Indonesia
Kemiskinan Kawasan Timur Indonesia
 
05.2 bab 2.docx
05.2 bab 2.docx05.2 bab 2.docx
05.2 bab 2.docx
 
05.2 bab 2.docx
05.2 bab 2.docx05.2 bab 2.docx
05.2 bab 2.docx
 
7.2 kemiskinan dan kesenjangan pend
7.2 kemiskinan dan kesenjangan pend7.2 kemiskinan dan kesenjangan pend
7.2 kemiskinan dan kesenjangan pend
 
Makalah raskin
Makalah raskinMakalah raskin
Makalah raskin
 
Makalah raskin
Makalah raskinMakalah raskin
Makalah raskin
 
Pertumbuhan & kemiskinan
Pertumbuhan & kemiskinanPertumbuhan & kemiskinan
Pertumbuhan & kemiskinan
 
Perekonomian kemiskinan dan kesenjangan pendapatan 6juli15
Perekonomian kemiskinan dan kesenjangan pendapatan 6juli15Perekonomian kemiskinan dan kesenjangan pendapatan 6juli15
Perekonomian kemiskinan dan kesenjangan pendapatan 6juli15
 
Paparan kebijakan penanggulangan kemiskinan perdesaan bali 020914
Paparan kebijakan penanggulangan kemiskinan perdesaan bali 020914Paparan kebijakan penanggulangan kemiskinan perdesaan bali 020914
Paparan kebijakan penanggulangan kemiskinan perdesaan bali 020914
 
Makalah raskin
Makalah raskinMakalah raskin
Makalah raskin
 
jm_jie,+13772.pdf
jm_jie,+13772.pdfjm_jie,+13772.pdf
jm_jie,+13772.pdf
 
Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah  Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah
 
Panduan Pendataan Kemiskinan Partisipatif
Panduan Pendataan Kemiskinan PartisipatifPanduan Pendataan Kemiskinan Partisipatif
Panduan Pendataan Kemiskinan Partisipatif
 
01.pertumbuhan dan ketimpangan antar daearah prov riau
01.pertumbuhan dan ketimpangan antar daearah prov riau01.pertumbuhan dan ketimpangan antar daearah prov riau
01.pertumbuhan dan ketimpangan antar daearah prov riau
 

Recently uploaded

M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdfM. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
AjrunAzhiima
 
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffffLAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
acehirfan
 
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gatewaybahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
subbidtekinfo813
 
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITASSURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
Pemdes Wonoyoso
 
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIPPERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
Pemdes Wonoyoso
 
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
mtsarridho
 
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptxApa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
AssyifaFarahDiba1
 
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptxMateri matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
BanjarMasin4
 
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
renprogarksd3
 
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasiAnalisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
afaturooo
 
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
MhdFadliansyah1
 
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera PendidikanTransformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
deamardiana1
 
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis JurnalA.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
Ekhwan2
 
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdfModul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
MiliaSumendap
 

Recently uploaded (14)

M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdfM. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
M. Fattahillah Ajrun Azhiima_2021B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffffLAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
LAPORAN OPERATOR DAPODIK dfffffffffffffffffffff
 
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gatewaybahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
bahan belajar Application Programming Interface (API) Gateway
 
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITASSURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
SURAT KEPUTUSAN TENTANG KAMPUNG BERKUALITAS
 
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIPPERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
PERATURAN BUPATI TENTANG KODE KLASIFIKASI ARSIP
 
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
Kisi-Kisi Asesmen Madrasah Akidah Akhlak MTs Arridho Tahun Pelajaran 2023-202...
 
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptxApa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
Apa itu data dan pengertian data by manajemen 22.pptx
 
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptxMateri matriks dan determinan matriks.pptx
Materi matriks dan determinan matriks.pptx
 
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
654Bagan akun standar Kep 331 Tahun 2021
 
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasiAnalisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
Analisis Korelasi dan penjelasannya juga bedanya dengan korelasi
 
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
manajer lapangan pelaksana gedung SKK JENJANG 6
 
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera PendidikanTransformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
Transformasi Desa Vokasi Tata Kelola dan Penguatan Pera Pendidikan
 
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis JurnalA.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
A.Ekhwan Nur Fauzi_2021 B_ Analisis Kritis Jurnal
 
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdfModul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan  - Fase B.pdf
Modul Ajar Seni Rupa - Melukis Pemandangan - Fase B.pdf
 

Jurnal kemiskinan 4

  • 1. 62 ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI SUMATERA UTARA Nadia Ika Purnama Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara email : nadiaika95@gmail.com ABSTRAK Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam perekonomian yang kompleks dan multidimensional. Oleh karenanya perlu dicari solusi untuk mengatasi atau paling tidak mengurangi tingkat kemiskinan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh tingkat pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di propinsi Sumatera Utara. Penulis menggunakan instrumen penelitian kepustakaan, studi dokumentasi, browsing internet, dimana data yang diambil merupakan data skunder dari instansi terkait terutama Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, serta dalam menganalisis data menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana. Hasil pengolahan data didapat pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di propinsi Sumatera Utara. Kata Kunci : kemiskinan, pertumbuhan ekonomi A. PENDAHULUAN Kemiskinan merupakan fenomena yang terjadi hampir di semua negara sedang berkembang. Kemiskinan muncul karena ketidakmampuan sebagian masyarakat untuk menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. Kondisi ini menyebabkan menurunnya kualitas sumber daya manusia sehingga produktifitas dan pendapatan yang diperolehnya rendah. Masalah kemiskinan merupakan salah satu masalah utama dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pendapatan serta pertumbuhan ekonomi di semua sektor pembangunan, pemerataan pembangunan yang optimal, perluasan tenaga kerja dan peningkatan taraf hidup masyarakat. Dalam mencapai tujuan pembangunan secara menyeluruh diperlukan adanya pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan distribusi mendapatan yang merata. Pemerintah Indonesia menyadari bahwa pembangunan nasional adalah salah satu upaya untuk menjadi tujuan masyarakat adil da makmur. Sejalan dengan tujuan tersebut, berbagai kegiatan pembangunan telah diarahkan kepada pembangunan daerah khususnya daerah yang relative mempunyai tingkat kemiskinan yang terus naik dari tahun ke tahunn. Pembangunan daerah dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan akar dan sasaran pembangunan nasional yang telah ditetapkan melalui pembangunan jangka panjang dan jangka pendek. Oleh karena itu, salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan nasional adalah laju penurunan jumlah penduduk miskin. Efektifitas dalam enurunnkan jumlah penduduk miskin merupakan pertumbuhan utama dalam memilih strategi pembangunan. Hal ini berarti salah satu criteria utama pemilihan sector titik berat atau sector andaahn pembangunan nasional adalah efektifitas dalam penurunan jumlah penduduk miskin (Ravi Dwi Wijayanto, 2010).
  • 2. 63 Pemerintah baik pusat maupun daerah telah berupaya dalam melaksanakan berbagai kebijakan dan program-program penanggulangan kemiskinan namun masih jauh dari induk permasalahan. Kebijakan dan program yang dilaksnakan belum menampakkan hasil yang optimal. Masih terjadi kesenjangan antara rencana dengan pencapaian tujuan karena kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan lebih berorientasi pada program sektoral. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi penanggulangan kemiskinan yang terpadu, terintegrasi dan sinergis sehingga dapat menyelesaikan masalah secara tuntas. Dimensi kemiskinan dapat berbentuk dari aspek ekonomi, aspek SDM, fisik/infrastruktur, masalah sosial dan keluarga/rumah tangga. Perlu diperhatikan bahwa yang dibutuhkan masyarakat miskin tidak hanya bantuan modal/materi, tetapi juga suatu kondisi yang kondusif yang memungkinkan mereka untuk membentuk jaringan sosial dan ekonomi di antara mereka sendiri. Pemerintah daerah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) seringkali merupakan lembaga yang terbaik untuk menyediakan lingkungan seperti tersebut (Sumedi dan Supadi, 2004). Tabel 1 Tingkat Kemiskinan di Sumatera Utara Tahun 1996-2015 No Tahun Persentase penduduk Miskin (Y) 1 1996 10.92 2 1997 11.27 3 1998 30.77 4 1999 16.74 5 2000 15.84 6 2001 15.75 7 2002 15.84 8 2003 15.89 9 2004 14.93 10 2005 14.68 11 2006 15.66 12 2007 13.9 13 2008 12.55 14 2009 11.51 15 2010 11.36 16 2011 10.83 17 2012 10.41 18 2013 10.39 19 2014 9.85 20 2015 10.53 Sumber : BPS, 2016. Permasalahan strategi di pemerintahan propinsi Sumatera Utara tidak jauh berbeda dengan di pemerintahan pusat, yakni masih tingginya angka kemiskinan jika dibandingkan dengan propinsi lain di Indonesia seperti propinsi DKI. Jakarta,
  • 3. 64 Kalimantan Selatan, Bali, Kalimantan Tengah dan Kepualauan Bangka Belitung yang cukup rendah bila dibandingkan dengan propinsi lain di Indonesia yakni berkisar antara 3-7 persen. Keberhasilan propinsi Sumatera Utara dalam menanggulangi kemiskinan belum sepenuhnya berhasil. Ini terlihat dari tingkat kemiskinan yang masih relatif tinggi yaitu angka diatas 10 persen. Rata-rata tingkat kemiskinan Sumatera Utara periode 1996- 2015 masih relatif tinggi yaitu di atas 10 persen. Hanya tahun 2014 persentase penduduk miskin dibawah 10 persen yaitu sebesar 9,85%. Dan di tahun 2015 tingkat kemiskinan di Sumatera Utara meningkat kembali menjadi 10,53%. Oleh karena itu, kemiskinan menjadi tanggung jawab bersama, terutama pemerintah sebagai penyangga proses perbaikan kehidupan masyarakat dalam sebuah pemerintahan, untuk segera mencari jalan keluar dengan merumuskan langkah-langkah yng sistematis dan strategis sebagai upaya pengentasan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi semua Negara di dunai dewasa ini. Pemerintah di Negara manapun dapat segera jatuh atau bangun berdsarkan tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapainya dalam catatan statistik nasional. Berhasil tidaknya program-program di negara-negara dunia ketiga sering dinilai berdasarkan tinggi rendahnya tingkat output dan pendapatan nasional (Todaro, 2000). Hasil studi empiris yang dilakukan oleh Mills dan Pernia (1993) dengan metode analisis lintas negara menunjukkan bahwa kemiskinan di suatu negara akan semakin rendah jika pertumbuhan ekonominya pada tahun-tahun sebelumnya tinggi dan semakin tinggi laju pertumbuhan PDB semakin cepat turunnya tingkat kemiskinan (Tambunan, 2011). Tabel 2 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara Tahun 1996-2015 No Tahun Pertumbuhan Ekonomi (X) 1 1996 9.01 2 1997 5.7 3 1998 -10.9 4 1999 2.59 5 2000 4.83 6 2001 3.72 7 2002 4.07 8 2003 4.48 9 2004 5.74 10 2005 5.48 11 2006 6.2 12 2007 6.9 13 2008 6.39 14 2009 5.07 15 2010 6.42 16 2011 6.66 17 2012 6.45
  • 4. 65 18 2013 6.07 19 2014 5.23 20 2015 5.1 Sumber : BPS, 2016. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat diukur dengan melihat PDRB dan laju pertumbuhannya atas harga konstan. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara pada tahun 1996-2015 yaitu sebesar 4,76%. Tahun 1996-2009 pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara cenderung menurun dan berfluktuatif. Di tahun 1996-1997 mengalami penurunan sebesar 3,31%. Namun, pada tahun 1997-2009 pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara masih dibawah 9% (lebih rendah dari tahun 1996). Khusus di tahun 1998 pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara minus yatu sebesar -10,90% dikarenakan dampak dari krisis moneter yang terjadi di Indonesia. Selama periode 2001-2008, perekonomian Sumatera Utara menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun yaitu berkisar 3,72% sampai 6,39%. Tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara menurun dikisaran 5,07% tetapi tahun 2010 sampai tahun 2013 mengalami peningkatan kembali dikisaran 6%. Dan di tahun 2014 dan 2015 pertumbuhan ekonomi menurunkembali dikisaran 5%. Namun pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara tidak selalu diiringi dengan penurunan kemiskinan yang signifikan di propinsi Sumatera Utara. Bahka ketika indikator perekonomian Sumatera Utara naik di tahun 2001-2003 tingkat kemiskian juga naik mencapai 15,89%. Faktor yang mempengaruhi kemiskinan adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan disertai hasil pertumbuhan ke seluruh sector usaha sangat dibutuhkan dalam upaya menurunnkan tingkat kemiskinan. Maka untuk mempercepat penurunan tingkat kemiskinan, pertumbuhan ekonomi harus ditingkatkan. Dan diharapkan sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor jasa yang meningkat dapat menurunkan tingkat kemiskinan di propinsi Sumatera Utara. B. LANDASAN TEORITIS Kemiskinan Kemiskinan adalah suatu situasi atau kondisi yang dialami seseorang atau kelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi (Sumedi dan Supadi, 2004). Sedangkan menurut Bachtiar Chamsyah (2006) menyatakann bahwa emiskinan merupakan suatu kondisi hidup yang merujuk pada keadaan kekurangan atau kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Seseorang dikatakan miskin, apabila mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya. Dari definisi diatas diperoleh pengertian bahwa kemiskinan merupakan kondisi hidup seseorang yang merujuk pada keadaan kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidup pokkoknya dan tidak dapat menikmati kehidupannya dalam hal kesehatan, ibadah menurut agamanya, pendidikan, pekerjaan, pendapatan yang tinggi dan standar hidup yang layak. Negara terbelakang atau negara sedang berkembang umumnya terjerat ke dalam lingkaran kemiskinan. Menurut Nurkse lingkaran kemiskinan mengandung arti deretan melingkar kekuatan-kekuatan yang satu sama lain beraksi dan bereaksi sedemikian rupa sehingga menempatkan suatu negara miskin tetap berada dalam keadaan melarat. Si miskin, misalnya selalu kurang makan, karena kurang makan, kesehatannya menjadi buruk; karena fisiknya lemah kapasitas kerjanya rendah; karena kapasitas kerjanya
  • 5. 66 rendah penghasilannya pun rendah dan itu berarti ia miskin, akhirnya ia tidak akan mempunyai cukup makan dan seterusnya. Bila keadaan seperti ini dikaitkan dengan negara secara keseluruhan dapat dikemas ke dalam dalil kuno : “Suatu negara miskin karena ia miskin (Jhingan,M.L, 2010). Ukuran Kemiskinan Menurut BPS, tingkat kemiskinan didasarkan pada jumlah rupiah konsumsi berupa makanan yaitu 2100 per orang per hari (dari 52 jenis komoditi yang dianggap mewakili pola konsumsi penduduk yang berada di lapisan bawah) dan konsumsi non makanan (dari 45 jenis komoditi makanan sesuai kesepakatan nasional dan tidak dibedakan antara wilayah pedesaan dan perkotaan). Patokan kecukupan 2100 kalori ini berlaku untuk semua umur, jenis kelamin dan perkiraan tingkat kegiatan fisik, berat badan, serta perkiraan status fisiologis penduduk, ukuran ini sering disebut dengan garis kemiskinana. Penduduk yang memiliki pendapatan dibawah garis kemiskinan dikatakan dalam kondisi miskin. Secara sederhana dan umumnya ukuran kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : 1. Kemiskinan Absolut Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan dan tidak cukup untuk menentukan kebutuhan dasar hidupnya. Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian, dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup. 2. Kemiskinan Relatif Seseorang termasuk golongan miskin relatif apabila telah dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, tetapi masih jauh lebih rendah dibanndingkan dengan keadaan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan konsep ini, kemiskinan akan mengalami perubahan bila tingkat hidup masyarakat berubah sehingga konsep kemiskinan ini bersifat dinamis atau akan selalu ada. 3. Kemiskinan Kultural Seseorang termasuk golongan miskin kultural apabila sikap orang atau sekelompok masyarakat tersebut tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya atau dengan kata lain seseorang tersebut miskin karena sikapnya sendiri yaitu pemalas dan tidak mau memperbaiki kondisinya. Semua ukuran kemiskinan dipertimbangkan berdasarkan pada norma pilihan dimana norma tersebut sangat penting terutama dalam hal pengukuran didasarkan konsumsi (consumption based poverty line). Oleh sebab itu, garis kemiskinan yang didasarkan pada konsumsi terdiri dari dua elemen (Ravi Dwi Wijayanto, 2010) yaitu : a. Pengeluaran yang diperlukan untuk member standar minimum dan kebutuhan mendasar lainnya. b. Jumlah kebutuhan yang sangat bervariasi yang mencerminkan biaya partisipasi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Foster, dkk (Tambunan, 2001) terdapat tiga indikator untuk mengukur kemiskinan yang sering digunakan di dalam banyak studi empiris. Pertama, the incidence of poverty : persentase dari populasi yang hidup di dalam keluarga dengan pengeluaran konsumsi per kapita di bawah garis kemiskinan. Indeksnya sering disebut rasio H. Kedua, the depth of poverty yang menggambarkan dalamnya kemiskinan di
  • 6. 67 suatu wilayah yang diukur dengan indeks jarak kemiskinan (IJK) atau dikenal dengan sebutan poverty gap index. Indeks ini mengestimasi jarak/perbedaan rata-rata pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan sebagai suatu proporsi dari garis tersebut. Ketiga, the serverity of poverty yang diukur dengan indeks keparahan kemiskinan (IKK). Indeks ini pada prinsipnya sama seperti IJK. Namun, selain mengukur jarak yang memisahkan orang miskin dari garis kemiskinan, IKK juga mengukur ketimpangan di antara penduduk miskin atau penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Indeks ini yang juga disebut Distributionally Sensitive Index yang dapat juga digunakan untuk mengetahui intensitas kemiskinan. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sadono Sukirno (2006) pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Tingkat pertumbuhan ekonomi dalam suatu tahun tertentu (tahun t) dapat ditentukan dengan menggunakan formula sebagai berikut : PE = 100% Dimana : PE = tingkat pertumbuhan ekonomi (%) PDRBt = PDRB pada tahun t PDRBt-1 = PDRB pada tahun sebelumnya Faktor-faktor Yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi Menurut Todaro (1997) ada tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbbuhan ekonomi dari setiap bangsa. Ketiganya adalah : 1. Akumulasi modal, meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia 2. Pertumbuhan penduduk 3. Kemajuan teknologi Menurut Sadono Sukirno (2006) terdapat empat factor yang menentukan pertumbuhan ekonomi, ke empat faktor tersebut adalah : 1. Tanah dan kekayaan alam lainnya 2. Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja 3. Barang-barang modal dan tingkat teknologi 4. Sistem sosial dan sikap masyarakat Hubungan Antara Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan Menurut Tambunan (2001) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tanpa dibarengi dengan penambahan kesempatan kerja akan mengakibatkan ketimpangan dalam pembagian dari penambahan pendapatan tersebut (ceteris paribus), yang selanjutnya akan menciptakan suatu kondisi pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan kemiskinan. Pertumbuhan dan kemiskinan mempunyai korelasi yang sangat kuat, karena pada tahap awal proses pembangunan tingkat kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir pembangunan jumlah orang miskinn berangsur-anggsur berkurang (Tmabunan, 2011).
  • 7. 68 Kerangka Konseptual Dan Hipotesis Gambar 1 Kerangka Konseptual Berdasarkan permasalahan di atas, hipotesisnya adalah pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Sumatera Utara. C. METODE PENELITIAN Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis data yang berhubungan dengan masalah pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di Sumatera Utara. Y = a + bX + µ Dimana : Y = tingkat kemiskinan (persen) X = pertumbuhan ekonomi (persen) a = konstanta regresi b = koefisien regresi µ = term error D. PEMBAHASAN Dependent Variable: PERSENTASE_PENDUDUK_MISK Method: Least Squares Date: 08/10/16 Time: 11:52 Sample: 1996 2015 Included observations: 20 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 19.04905 0.713670 26.69169 0.0000 PERTUMBUHAN_EKONOMI__X _ -1.064604 0.116859 -9.110187 0.0000 R-squared 0.821774 Mean dependent var 13.98100 Adjusted R-squared 0.811873 S.D. dependent var 4.609350 S.E. of regression 1.999242 Akaike info criterion 4.318053 Sum squared resid 71.94546 Schwarz criterion 4.417626 Log likelihood -41.18053 Hannan-Quinn criter. 4.337491 F-statistic 82.99550 Durbin-Watson stat 0.507861 Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber : data diolah, tahun 2016. Setelah diregresikan data yang telah diperoleh maka persamaan regresi berikut dan kemudian akan dianalisis dengan menggunakan hasil regresi berikut ini : Y = 19,04905 -1,064604X + µ Pertumbuhan Ekonomi (X) Kemiskinan (Y)
  • 8. 69 Berdasarkan hasil model estimasi dapat diinterpretasikan sebagai berikut : bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi (X) mempunyai pengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di propinsi Sumatera Uatara dengan besar koefisien 1,064604. Artinya apabila pertumbuhan ekonomi naik sebesar 1% maka tingkat kemiskinan di propinsi Sumatera Utara turun sebesar 1,064604%. Uji R2 ( Uji Koefisien Determinasi) Dari hasil regresi hubungan tingkat pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan tahun1996-2015 diperoleh nilai R2 sebesar 0.821774. Artinya 82,1774% variasi tingkat kemiskinan di Sumatera Utara dapat dijelaskan oleh variasi independennya yaitu tingkat pertumbuhan ekonnomi, sedangkan sisanya sebesar 17,8226% dijelaskan oleh variabel lain diluar model ini. Uji t (Uji Parsial) Uji t merupakan pengujian secara individual untuk membuktikan bahwa koefisien regresi ini secara statistik signifikan. H0 : β1 = 0 (tidak ada pengaruh pertumbuhan ekonomi) H1 : β2 ≠ 0 (ada pengaruh pertumbuhan ekonomi) Kriteria penerimaan atau penolakan sebagai berikut : Tolak H0 jika nilai probabilitas t < dari taraf signifikan sebesar 0,05 (sig < α 0,05) Terima H0 jika nilai probabilitas t > dari taraf signifikan sebesar 0,05 (sig > α 0,05) Dari hasil pengolahan data diperoleh bahwa nilai probabilitas (sig) adalah 0,0000 (sig 0,0000 < α 0,05) dengan demikian H0 diditolak yang artinya pertumbuhan ekonomi berpengaruh dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. E. KESIMPULAN Pertumbuhan ekonomi mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di propinsi Sumatera Utara. DAFTAR PUSTAKA Bachtiar Chamsyah, 2006, Teologi Penanggulangan Kemiskinan, RM-Books, Jakarta. Badan Pusat Statistik, Sumatera Utara dalam Angka Berbagai Thaun terbitan, BPS Propinsi Sumatera Utara. BPS, 2009. “Jumlah dan Persentase Penduduk Miskinn, Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Propinsi, Maret 2009”, http://www.bps.go.id. Diakses 4 Desember 2014. Jhingan, M.L, 2010, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Ravi Dwi Wijayanto, 2010, Analisis Pengaruh PDRB, Pendidikan dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan di Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2005-2008, Skripsi S1, Faultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang. Sadono Sukirno, 2000, Makro Ekonomi Modern, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sumedi dan Supardi, 2004, “Keiskinan di Indonesia : Suatu Fenomena Ekonomi” Icaserd Working Paper No.21, PUsat Penelitian Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Departemen Pertanian, Agustus 2011, Bogor. Tambunan, Tulus T.H, 2001, Perekonomian Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta. Tambunan, Tulus, T.H, 2011, Perekonomian Indonesia, Kajian Teoritis dan Analisis Empiris, Ghalia Indonesia, Jakarta.
  • 9. 70 Todaro, M.P, 1997, “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”,Edisi VI, Erlangga, Jakarta. Todaro, M.P, 2000, “Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”, Edisi VII, Erlangga, Jakarta.