SlideShare a Scribd company logo
1
PERJANJIAN ROEM ROYEN
KELOMPOK 3 :
1. ANGGUN DEA LESTARI
2. RISKY NAURA RAFIQI
3. SUSANTO
SMK PELITA MADANI PRINGSEWU
TAHUN 2019
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Rakyat menuntut Negara Kesatuan RIS yang berbentuk federal itu tidak
disenangi oleh sebagian besar rakyat Indonesia, karena sistem federal digunakan
oleh Belanda sebagai muslihat untuk menghancurkan RI selain itu bentuk negara
serikat tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia dan tidak sesuai dengan
cita-cita proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggap 17 Agustus 1945.
Disamping itu, konstitusi federal dianggap hanya menimbulkan perpecahan.
Hal tersebut mendorong keinginan untuk kembali ke negara kesatuan.
Pada dasarnya pembentukan negara-negara bagian adalah keinginan Belanda,
bukan kehendak rakyat karena Belanda ingin menanamkan pengaruhnya dalam
RIS. Rapat-rapat umum diselenggarakan di berbagai daerah, juga demontrasi-
demontrasi yang menuntut pembubaran RIS. Sebagian dari pemimpin RI
termasuk yang ada dalam parlemen, bertekad untuk secepat mungkin menghapus
sistem federal.
Negara-negara Jawa Timur dan Madura, tidak mempunyai perbedaan
identitas kultural, linguistik atau etnik dengan penduduk di daerah pusat Republik
Indonesia di Yogyakarta. Di daerah iini terjadi demontrasi besar-besaran yang
menuntut agar negara kesatuan diwujudkan kembali. Menjelang akhir bulan
Januari 1950, negara-negara tersebut memutuskan untuk bergabung dengan RI,
bahkan di negara Pasundan, golongan masyarakat yang menginginkan
terbentuknya Negara Kesatuan dipercepat oleh terjadinya percobaan kudeta oleh
Kapten KNIL, Raymond Westerling. Pada tanggal 23 Januari 1950, Westerling
dengan pasukannya yang disebuat APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) berusaha
menduduki Bandung. Kemudian diketahui bahwa APRA juga merencanakan
membunuh beberapa orang menteri. Peristiwa itu mendorong parlemen negara
Pasundan untuk membubarkan diri dan bergabung dengan RI.
Sultan Hamid II, Kepala Negara Kalimantan Barat yang juga merupakan
menteri tanpa fortopolio dalam kabinet RIS terbukti sebagai penghasut utama
kelompok Westerling, pada bulan April 1950, Sultan Hamid ditangkap dan
3
kekuasaan atas Kalimantan Barat diambil alih oleh RIS. Pada tanggal 30 Januari
1950, Pemerintah Pasundan dibawah wali negara Wiranata Kusumah
mengundurkan diri dan pada tanggal 8 Februari 1950 menyerahkan kekuasaannya
kepada komisaris negara RIS sewaka. Negara-negara lain secara spontan
mengikuti jejak negara-negara yang bergabung dengan dengan RI. Akhir bulan
Maret, Kalimantan Timur membubarkan diri kemudian diikuti oleh Daerah
Banjar, Dayak Besar, Kalimantan Tengah, Bangka, Riau, dan Belitung pada awal
bulan April 1950 Kembali ke Negara Kesatuan RI Dengan disetujuinya hasil
KMB tanggal 2 November 1949, terbentuklah Republik Indonesia Serikat (RIS)
yang merupakan negara federal. RIS terdiri dari : Tujuh Negara bagian, yaitu
Republik Indonesia, Negara Sumatera Timur, Negara Sumatera Selatan, Negara
Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura dan Negara Indonesia Timur
(NIT) Sembilan satuan kenegaraan yang berdiri sendiri, yakni Kalimantan Barat,
Banjar, Dayak Besar, Bangka, Belitung, Riau, Jawa Tengah, Kalimantan Timur
dan Kalimantan Tenggara.
Daerah Indonesia selebihnya yang tidak termasuk tujuh negara bagian dan
sembilan satuan negara. Negara RIS ternyata tidak dapat berlangsung lama, hal ini
disebabkan :
1. Tokoh-tokoh terkemuka yang duduk dalam kabinet RIS banyak yang
menghendaki negara berbentuk kesatuan
2. Sistem federal oleh rakyat Indonesia, dianggap sebagai alat Belanda untuk
memecah belah bangsa Indonesia.
3. Dasar Pembentukan RIS yang sangat lemah
4. Keberadaan RIS sangat bergantung pada kekuatan Militer Belanda
5. RIS menghadapi rongrongan yang didukung Belanda
Persoalan rongrongan terhadap RIS oleh masyarakat Indonesia yang ingin
kembali ke negara kesatuan adalah persoalan terpenting yang dihadapi Kabinet
Hatta, maka pemerintah RIS berusaha memecahkan persoalan tersebut melalui
UU dan ketetapan RIS.
Pada tanggal 20 Februari 1950 Pemerintah mengusulkan RUU kepada
DPR RIS yang mengatur persoalan negara-negara bagian dan daerah-daerah. Pada
tanggal 8 Maret 1950, disahkan Undang-Undang Darurat sebagai dasar hukum
4
bagi penggabungan negara-negara bagian dan daerah-daerah dengan RI.
Pemerintah maupun parlemen RIS tidak mempunyai wewenang untuk
membubarkan negara-negara bagian. Dalam pasal 43 dan 44 Konstitusi RIS
bahwa peleburan negara-negara bagian dan penggabungan dengan negara-negara
bagian harus berdasarkan aturan-aturan.
Pada bulan Mei 1950, hampir semua negara bagian membubarkan diri.
Mulai bulan Maret pergolakan dan pertentangan antara golongan federalis dan
unitaris berkobar terutama di Makasar, hal ini menimbulkan krisis politik dan
pemberontakan. Rakyat Indonesia pada umumnya menginginkan bentuk negara
kembali pada bentuk negara kesatuan. Karena kuatnya desakan rakyat,
dilaksanakan konferensi segitiga antara Perdana Menteri Hatta (RIS), Presiden
Sukawati (NIT) dan wali negara Tengku Mansyur hal yang dibicarakan mengenai
dasar-dasar pembentukan kesatuan RIS.
Tanggal 19 Mei 1950, di Jakarta berlangsung pertemuan antara Perdana
Menteri Hatta (RIS) dan Perdana Menteri halim (RI) pertemuan tersebut
disepakati untuk menggabungkan RI dan RIS menjadi negara kesatuan. Maka
disusunlah Undang-Undang dasar baru dengan cara mengubah konstitusi RIS, hal-
hal baik dari konstitusi RIS digabungkan dengan hal-hal esensial dalam UUD
1945. Hal-hal esensial itu adalah tentang warga negara, agama dan susunan
ekonomi secara kekeluargaan. Bahan yang diambil dari konstitusi RIS adalah
mengenai hak-hak asasi manusia.
Pada tanggal 15 Agustus 1950 dihadapan sidang DPRS dan senat RIS di
Jakarta, Presiden Soekarno mengumumkan terbentuknya negara kesatuan
Republik Indonesia. Sementara itu Perdana Menteri RIS menyatakan
mengundurkan diri. Pada tanggal 17 Agustus 1950 di Jakarta, Presiden
mengumumkan terbentuknya negara kesatuan Republik Indonesia. Dengan
demikian, berlakukah UUDS Negara Kesatuan RI. Pada hari yang sama, Presiden
berangkat ke Yogyakarta dan membubarkan Negara Republik Serikat.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Persetujuan Roem royen
Tepat pada pukul 17.00 tanggal 7 Mei 1949 telah tercapai suatu
persetujuan antara pemerintah Indonesia dengan Belanda yang disebut
“Persetujuan Roem-Royen”. Persetujuan Roem-Royen merupakan salah satu
peristiwa penting dari serangkaian perundingan yang dilakukan oleh pemerintah
Indonesia menuju pengakuan kedaulatan dalam Konferensi Meja Bundar pada
tanggal 27 Desember 1949.
Persetujuan Roem-Royen diawali dengan perundingan RI-Belanda pada
tanggal 17 April 1949 atas inisiatif Komisi PBB untuk Indonesia. Perundingan
diadakan di Hotel Des Indes Jakarta dipimpin oleh Merle Cochran. Delegasi
Indonesia diketuai oleh Mr. Moh. Roem dan Mr. Ali Sastroamidjojo sebagai wakil
ketua. Anggota-anggotanya, yaitu dr. Leimena, Ir. Djuanda, Prof. Dr. Mr.
Supomo, Mr. Latuharhary, dan disertai oleh lima orang penasihat. Adapun
Belanda dipimpin oleh Dr. J.H. van Royen dengan anggota-anggota: Mr. N.S.
Blom, Mr. A. Jacob, Dr. J.J. van der Velde, dan empat orang penasihat.
Delegasi RI dalam pidatonya menuntut agar perundingan ini lebih dahulu
menyetujui pengembalian pemerintah RI ke Yogyakarta setelah itu baru akan
dibahas mengenai soal-soal lainnya. Pihak Belanda bersedia mendahulukan
perundingan mengenai syarat-syarat untuk kemungkinan kembalinya pemerintah
RI ke Yogyakarta, namun tiap kewajiban yang mengikat yang mungkin timbul
dalam perundingan harus ditunda hingga dicapainya kesepakatan tentang
penghentian perang gerilya dan perjanjian pelaksanaan KMB. Kedua belah pihak
tetap teguh pada pendirian masing-masing sehingga perundingan berjalan amat
lambat. Pihak RI sebenarnya bukanlah menuntut pengembalian Presiden Soekarno
dan Wakil Presiden Moh. Hatta dari pengasingan ke Yogyakarta, tetapi menuntut
pengembalian pemerintah RI disertai dengan pengakuan kedaulatan atas wilayah
tertentu dari pihak Belanda.
Hal ini dilakukan karena pihak Belanda terus-menerus menggerogoti
wilayah RI yang diakui secara de facto dalam Persetujuan Linggajati dengan
6
mendirikan negara-negara boneka di wilayah yang dikuasainya. Untuk
menghindari kebuntuan dalam perundingan, pihak RI melakukan langkah lain.
Wakil Presiden Moh. Hatta pada tanggal 24 April 1949 datang ke Jakarta untuk
melakukan perundingan informal dan langsung dengan pihak Belanda disaksikan
oleh Merle Cochran. Keesokan harinya perundingan itu dimulai. Hatta
menyatakan bahwa perundingan itu untuk membantu memberikan penjelasan
kepada delegasi Belanda mengenai tuntutan RI. Perundingan lanjutan pun
dilakukan sebanyak dua kali, tanggal 28 April dan 4-5 Mei 1949. Pemerintah
Belanda akhirnya dapat menyetujui pengembalian pemerintah RI ke Yogyakarta,
dengan syarat penghentian perang gerilya.
Namun, Belanda hanya mengakui wilayah RI seluas lima mil persegi. Hal
itu menimbulkan keberatan pihak RI karena wilayah seluas lima mil persegi
adalah sangat berbahaya bagi keamanan. Pihak RI menuntut daerah seluas
Yogyakarta termasuk lapangan terbang Maguwo dan batas selatan Samudra
Indonesia. Namun tuntutan RI itu ditolak Belanda. Kesepakatan akhirnya dicapai
pada tanggal 7 Mei 1949. Ketua Delegasi Indonesia Mr. Moh. Roem atas nama
Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta menyatakan kesanggupan
untuk memudahkan : Pengeluaran perintah kepada “pengikut RI yang bersenjata”
untuk menghentikan perang gerilya, Kerja sama dalam hal pengembalian
perdamaian dan menjaga ketertiban dan keamanan, Turut serta dalam KMB di
Den Haag dengan maksud untuk mempercepat penyerahan kedaulatan yang
sungguh-sungguh dan lengkap kepada Negara Indonesia Serikat dengan tidak
bersyarat. Ketua Delegasi Belanda Dr. Van Royen selanjutnya membacakan
pernyataan yang antara lain berisi : Delegasi Belanda menyetujui pembentukan
satu panitia bersama di bawah pengawasan Komisi PBB dengan tujuan untuk :
mengadakan penyelidikan dan persiapan yang perlu sebelum kembalinya
pemerintah RI, mempelajari dan memberikan nasihat tentang tindakan yang
diambil dalam melaksanakan penghentian perang gerilya dan kerja sama
mengembalikan perdamaian serta menjaga keamanan dan ketertiban.
Pemerintah Belanda setuju bahwa pemerintah RI harus bebas dan leluasa
melakukan jabatan sepatutnya dalam satu daerah meliputi Keresidenan
Yogyakarta. Pemerintah Belanda membebaskan tidak bersyarat pemimpin-
7
pemimpin Indonesia dan tahanan politik yang tertangkap sejak tanggal 19
Desember 1948. Pemerintah Belanda menyetujui RI sebagai bagian dari Negara
Indonesia Serikat (NIS). Konferensi Meja Bundar di Den Haag akan dilaksanakan
secepatnya setelah pemerintah RI dikembalikan ke Yogyakarta. Pada konferensi
tersebut diadakan pembicaraan tentang bagaimana cara-cara mempercepat
penyerahan kedaulatan yang sungguh-sungguh dan lengkap kepada Negara
Indonesia Serikat (NIS).
B. Hasil Perundingan
Perjanjian Roem Royen adalah sebuah perjanjian antara Indonesia dengan
Belanda yang ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949, kemudian dibacakan
kesanggupan kedua belah pihak untuk melaksanakan resolusi dewan keamanan
PBB tertanggal 28 januari 1949 dan persetujuannya tanggal 23 Maret 1949.
Namanya diambil dari kedua pemimpin delegasi, Mohammad Roem dan J. H.
Van Roijen.
Pernyataan Republik Indonesia yang dibacakan oleh Mr. Roem :
1. Angkatan bersenjata Indonesia akan menghentikan semua aktivitas gerilya
2. Pemerintah Republik Indonesia akan menghadiri Konferensi Meja Bundar
3. Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta
4. Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi militer dan
membebaskan semua tawanan perang.
Pernyataan delegasi Belanda dibacakan oleh Dr. H.J. Van Royen :
1. Pemerintah Belanda setuju bahwa pemerintah Republik Indonesia harus
bebas dan leluasa melakukan kewajiban dalam satu daerah yang meliputi
Karesidenan Yogyakarta.
2. Pemerintah Belanda membebaskan secara tak bersyarat pemimpin-pemimpin
republic Indonesia dan tahanan politik yang ditawan sejak tanggal 19
Desember 1948.
3. Pemerintah Belanda setuju bahwa Republik Indonesia akan menjadi bagian
dari Republik Indonesia Serikat. Konferensi Meja Bundar (KMB) akan
8
diadakan secepatnya di Den Haag sesudah pemerintah Republik Indonesia
kembali ke Yogyakarta.
4. Pada tanggal 22 Juni 1949 diselenggarakan perundingan segitiga antara
Republik Indonesia, BFO dan Belanda. Perundingan itu diawasi PBB yang
dipimpin oleh Chritchley, diadakan dan menghasilkan keputusan:
a) Kedaulatan akan diserahkan kepada Indonesia secara utuh dan tanpa
syarat sesuai perjanjian Renville pada 1948.
b) Belanda dan Indonesia akan mendirikan sebuah persekutuan dengan
dasar sukarela dan persamaan hal.
c) Hindia Belanda akan menyerahkan semua hak, kekuasaan, dan kewajiban
kepada Indonesia
2
Dampak
Dengan tercapainya kesepakatan dalam perundingan, Pemerintah Darurat
Republik Indonesia memerintahkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX
untuk mengambil alih pemerintahan Yogyakarta oleh pihak Belanda. Pada
tanggal 1 juli 1949 pemerintah Republik Indonesia secara resmi kembali
ke Yogyakarta disusul dengan kedatangan para pemimpin Republik
Indonesia dari medan gerilya.
Pada tanggal 13 Juli 1949 diselenggarakan sidang kabinet Republik
Indonesia yang pertama, dan Mr. Syafruddin Prawiranegara
mengembalikan mandatnya kepada Wakil Presiden Moh. Hatta dan Sri
Sultan Hamengkubuwono IX diangkat menjadi Menteri Pertahanan
merangkap ketua koordinator keamanan. Konferensi Meja Bundar (KMB)
akan diadakan secepatnya di kota Den Haag Belanda.
C. Peran PBB
Selama Indonesia dan Belanda bertikai, PBB turut membantu dalam setiap
usaha penyelesaian pertikaian antara tahun 1945-1950. Pada tanggal 24 januari
1949 Dewan Keamanan PBBmengeluarkan resolusi yang disetujui oleh semua
negara anggota, yaitu:
9
1. Membebaskan Presiden dan Wakil Presiden serta pemimpin-pemimpin
Republik Indonesia yang ditangkap pada tanggal 19 Desember 1948.
2. Memerintahkan KTN agar memberikan laporan lengkap mengenai situasi di
Indonesia sejak 19 Desember 1948.
Hasil-hasil keputusan PBB lainnya adalah :
1. Piagam Pengakuan Kedaulatan 27 Desember 1949.
2. Pembentukkan RIS.
3. Pembentukkan Uni Indonesia-Belanda.
4. Pembubaran tentara KNIL dan KL yang diintegrasikan kedalam APRIS.
5. Piagam tentang kewarganegaraan.
6. Persetujuan tentang ekonomi keuangan.
7. Masalah Irian Barat akan dibicarakan kembali setahun kemudian.
Pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS dibubarkan dan dibentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pada tanggal 28 September 1950 Indonesia
kembali diterima menjadi anggota PBB yang ke-60. Dengan ini berarti Indonesia
telah mendapat pengakuan dari dunia internasional sebagai negara merdeka.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagian besar negara bagian yang tergabung dalam RIS mendukung
untuk terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), hanya dua
orang saja yang mendukung sistem federal yaitu Sultan Hamid II dan Anak
Agung Gede Agung.
Pada tanggal 19 Mei 1950, diadakan persetujuan antara RIS dengan RI
untuk mempersiapkan prosedur pembentukkan negara kesatuan. Pihak RIS
diwakili oleh Mohammad hatta dan pihak RI diwakili oleh dr. Abdul Halim.
Pertemuan tersebut sepakat untuk mendirikan NKRI. UUD NKRI dirancang oleh
panitia yang dipimpin oleh Prof. Dr. Soepomo. UUD NKRI mengandung unsur
UUD 1945 dan UUD RIS. Pada tanggal 14 Agustus 1950, rancangan UUD NKRI
disetujui oleh parlemen RIS serta KNIP.
Pada tanggal 15 Agustus 1950, Presiden Soekarno menandatangani
Rancangan Undang-Undang dasar NKRI menjadi UUD 1950. Pada tanggal 17
Agustus 1950 RIS resmi dibubarkan dan dibentuk NKRI dengan UUDS 1950
sebagai konstitusinya.
B. Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun
penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini ,
Masih banyak kesalahan dari makalah ini. Penulis juga membutuhkan kritik dan
saran agar bisa menjadikan motivasi bagi penulis agar kedepan bisa lebih baik
lagi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada segala pihak yang telah membantu
hingga makalah ini dapat saya selesaikan.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://orangmeranjat.blogspot.com/2010/03/perjuangan-mewujudkan-kembali-
negara.html
https://www.google.com/search?q=persetujuan+roem+royen&ie=utf-8&oe=utf-8
https://www.google.com/search?q=peran+PBB&ie=utf-8&oe=utf-8
http://megaanandarizky.blogspot.com/
https://www.facebook.com/megha.2203

More Related Content

What's hot

Kebijakan Pemerintahan Gusdur
Kebijakan Pemerintahan GusdurKebijakan Pemerintahan Gusdur
Kebijakan Pemerintahan GusdurMuhamad Yogi
 
Sejarah (Indonesia Pada Masa Orde Baru)
Sejarah (Indonesia Pada Masa Orde Baru)Sejarah (Indonesia Pada Masa Orde Baru)
Sejarah (Indonesia Pada Masa Orde Baru)
Cahya Mustikaroh
 
Apec sejarah peminatan-2
Apec sejarah peminatan-2Apec sejarah peminatan-2
Apec sejarah peminatan-2
Ohin Suhendar
 
Perjuangan menghadapi pergolakan dalam negeri
Perjuangan menghadapi pergolakan dalam negeriPerjuangan menghadapi pergolakan dalam negeri
Perjuangan menghadapi pergolakan dalam negeri
Dewi Setiyani Putri
 
Demokrasi Terpimpin
Demokrasi TerpimpinDemokrasi Terpimpin
Demokrasi Terpimpin
Muhammad Faisal Rauf
 
Kabinet Ali Sastroamidjojo II
Kabinet Ali Sastroamidjojo IIKabinet Ali Sastroamidjojo II
Kabinet Ali Sastroamidjojo II
Ghina Salsabila
 
Kelimpahan unsur unsur di alam dan halogen
Kelimpahan unsur unsur di alam dan halogenKelimpahan unsur unsur di alam dan halogen
Kelimpahan unsur unsur di alam dan halogen
nailaamaliaa
 
Perjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa
Perjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi BangsaPerjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa
Perjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa
David Adi Nugroho
 
Sejarah Kelas 12 IPA 1: Ancaman Disintegrasi Bangsa 1948-1965
Sejarah Kelas 12 IPA 1: Ancaman Disintegrasi Bangsa 1948-1965Sejarah Kelas 12 IPA 1: Ancaman Disintegrasi Bangsa 1948-1965
Sejarah Kelas 12 IPA 1: Ancaman Disintegrasi Bangsa 1948-1965
FXC 41
 
Politik Etis
Politik EtisPolitik Etis
Politik Etis
Naufal AR
 
Perjuangan tokoh nasional dan daerah dalam mempertahankan keutuhan bangsa
Perjuangan tokoh nasional dan daerah dalam mempertahankan keutuhan bangsaPerjuangan tokoh nasional dan daerah dalam mempertahankan keutuhan bangsa
Perjuangan tokoh nasional dan daerah dalam mempertahankan keutuhan bangsa
Gungun Misbah Gunawan
 
MASA PEMERINTAHAN SBY
MASA PEMERINTAHAN SBY MASA PEMERINTAHAN SBY
MASA PEMERINTAHAN SBY sknramadhaniah
 
Budi utomo
Budi utomoBudi utomo
Budi utomo
Nisa Ghaisani
 
Makalah Konferensi Meja Bundar
Makalah Konferensi Meja BundarMakalah Konferensi Meja Bundar
Makalah Konferensi Meja Bundar
Muhammad Viddin
 
Demokrasi Terpimpin
Demokrasi TerpimpinDemokrasi Terpimpin
Demokrasi Terpimpin
maulya rizal
 
Kimia Unsur Oksigen dan Nitrogen
Kimia Unsur Oksigen dan NitrogenKimia Unsur Oksigen dan Nitrogen
Kimia Unsur Oksigen dan Nitrogen
Ima Rahmah
 
PERANG PATTIMURA
PERANG PATTIMURAPERANG PATTIMURA
PERANG PATTIMURA
Alyssa Melani Savira
 
Pelaksanaan demokrasi di indonesia pada periode 1945 1949
Pelaksanaan demokrasi di indonesia pada periode 1945 1949Pelaksanaan demokrasi di indonesia pada periode 1945 1949
Pelaksanaan demokrasi di indonesia pada periode 1945 1949
MagdaNae
 
Kebijakan jepang di bidang politik
Kebijakan jepang di bidang politikKebijakan jepang di bidang politik
Kebijakan jepang di bidang politikEster Tjk
 
4. perkembangan ekonomi pada masa demokrasi liberal
4. perkembangan ekonomi pada masa demokrasi liberal4. perkembangan ekonomi pada masa demokrasi liberal
4. perkembangan ekonomi pada masa demokrasi liberal
Gungun Misbah Gunawan
 

What's hot (20)

Kebijakan Pemerintahan Gusdur
Kebijakan Pemerintahan GusdurKebijakan Pemerintahan Gusdur
Kebijakan Pemerintahan Gusdur
 
Sejarah (Indonesia Pada Masa Orde Baru)
Sejarah (Indonesia Pada Masa Orde Baru)Sejarah (Indonesia Pada Masa Orde Baru)
Sejarah (Indonesia Pada Masa Orde Baru)
 
Apec sejarah peminatan-2
Apec sejarah peminatan-2Apec sejarah peminatan-2
Apec sejarah peminatan-2
 
Perjuangan menghadapi pergolakan dalam negeri
Perjuangan menghadapi pergolakan dalam negeriPerjuangan menghadapi pergolakan dalam negeri
Perjuangan menghadapi pergolakan dalam negeri
 
Demokrasi Terpimpin
Demokrasi TerpimpinDemokrasi Terpimpin
Demokrasi Terpimpin
 
Kabinet Ali Sastroamidjojo II
Kabinet Ali Sastroamidjojo IIKabinet Ali Sastroamidjojo II
Kabinet Ali Sastroamidjojo II
 
Kelimpahan unsur unsur di alam dan halogen
Kelimpahan unsur unsur di alam dan halogenKelimpahan unsur unsur di alam dan halogen
Kelimpahan unsur unsur di alam dan halogen
 
Perjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa
Perjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi BangsaPerjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa
Perjuangan Menghadapi Ancaman Disintegrasi Bangsa
 
Sejarah Kelas 12 IPA 1: Ancaman Disintegrasi Bangsa 1948-1965
Sejarah Kelas 12 IPA 1: Ancaman Disintegrasi Bangsa 1948-1965Sejarah Kelas 12 IPA 1: Ancaman Disintegrasi Bangsa 1948-1965
Sejarah Kelas 12 IPA 1: Ancaman Disintegrasi Bangsa 1948-1965
 
Politik Etis
Politik EtisPolitik Etis
Politik Etis
 
Perjuangan tokoh nasional dan daerah dalam mempertahankan keutuhan bangsa
Perjuangan tokoh nasional dan daerah dalam mempertahankan keutuhan bangsaPerjuangan tokoh nasional dan daerah dalam mempertahankan keutuhan bangsa
Perjuangan tokoh nasional dan daerah dalam mempertahankan keutuhan bangsa
 
MASA PEMERINTAHAN SBY
MASA PEMERINTAHAN SBY MASA PEMERINTAHAN SBY
MASA PEMERINTAHAN SBY
 
Budi utomo
Budi utomoBudi utomo
Budi utomo
 
Makalah Konferensi Meja Bundar
Makalah Konferensi Meja BundarMakalah Konferensi Meja Bundar
Makalah Konferensi Meja Bundar
 
Demokrasi Terpimpin
Demokrasi TerpimpinDemokrasi Terpimpin
Demokrasi Terpimpin
 
Kimia Unsur Oksigen dan Nitrogen
Kimia Unsur Oksigen dan NitrogenKimia Unsur Oksigen dan Nitrogen
Kimia Unsur Oksigen dan Nitrogen
 
PERANG PATTIMURA
PERANG PATTIMURAPERANG PATTIMURA
PERANG PATTIMURA
 
Pelaksanaan demokrasi di indonesia pada periode 1945 1949
Pelaksanaan demokrasi di indonesia pada periode 1945 1949Pelaksanaan demokrasi di indonesia pada periode 1945 1949
Pelaksanaan demokrasi di indonesia pada periode 1945 1949
 
Kebijakan jepang di bidang politik
Kebijakan jepang di bidang politikKebijakan jepang di bidang politik
Kebijakan jepang di bidang politik
 
4. perkembangan ekonomi pada masa demokrasi liberal
4. perkembangan ekonomi pada masa demokrasi liberal4. perkembangan ekonomi pada masa demokrasi liberal
4. perkembangan ekonomi pada masa demokrasi liberal
 

Similar to ROEM ROYEN

Sejarah
SejarahSejarah
Kembalinya Indonesia ke bentuk NKRI
Kembalinya Indonesia ke bentuk NKRIKembalinya Indonesia ke bentuk NKRI
Kembalinya Indonesia ke bentuk NKRIGian Angelo
 
Proses Kembalinya Indonesia menjadi Negara Kesatuan
Proses Kembalinya Indonesia menjadi Negara KesatuanProses Kembalinya Indonesia menjadi Negara Kesatuan
Proses Kembalinya Indonesia menjadi Negara Kesatuan
Frestiany Regina Putri
 
SEJARAH INDONESIA
SEJARAH INDONESIASEJARAH INDONESIA
SEJARAH INDONESIA
Awal Bagus Kurniawan
 
Sejarah
SejarahSejarah
Bab 2b sni 6
Bab 2b sni 6Bab 2b sni 6
Bab 2b sni 6
Putra Sanubari
 
Persatuan dan kesatuan bangsa indonesia dari masa ke masa (2)
Persatuan dan kesatuan bangsa indonesia dari masa ke masa (2)Persatuan dan kesatuan bangsa indonesia dari masa ke masa (2)
Persatuan dan kesatuan bangsa indonesia dari masa ke masa (2)
AmirahNada1
 
18022301.ppt
18022301.ppt18022301.ppt
18022301.ppt
DonnieJohanssen
 
Konstitusi RIS
Konstitusi RISKonstitusi RIS
Konstitusi RISIca Diennissa
 
SEJARAH KEMBALINYA NKRI
SEJARAH KEMBALINYA NKRISEJARAH KEMBALINYA NKRI
SEJARAH KEMBALINYA NKRIDini Ni
 
PPKN : Dinamika Penyelenggaraan dalam Konteks NKRI dan Negara Federal
PPKN : Dinamika Penyelenggaraan dalam Konteks NKRI dan Negara FederalPPKN : Dinamika Penyelenggaraan dalam Konteks NKRI dan Negara Federal
PPKN : Dinamika Penyelenggaraan dalam Konteks NKRI dan Negara Federal
Shieni Rahmadani Amalia
 
KELAS 12 (PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM MEMPERTAHANKAN INTEGRASI BANGSA D...
KELAS 12 (PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM MEMPERTAHANKAN INTEGRASI BANGSA D...KELAS 12 (PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM MEMPERTAHANKAN INTEGRASI BANGSA D...
KELAS 12 (PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM MEMPERTAHANKAN INTEGRASI BANGSA D...
devvypertiwi
 
Bab 2 sni 6
Bab 2 sni 6Bab 2 sni 6
Bab 2 sni 6
Putra Sanubari
 
Sistem pemerintahan 1945
Sistem pemerintahan 1945Sistem pemerintahan 1945
Sistem pemerintahan 1945
elfayesi
 
Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia
Dinamika Sistem Pemerintahan IndonesiaDinamika Sistem Pemerintahan Indonesia
Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia
rusdiman1
 
Sejarah sistem pemerintahan indonesia
Sejarah sistem pemerintahan indonesiaSejarah sistem pemerintahan indonesia
Sejarah sistem pemerintahan indonesia
andrika63
 
Sejarahsistempemerintahanindonesia 111205195822-phpapp01
Sejarahsistempemerintahanindonesia 111205195822-phpapp01Sejarahsistempemerintahanindonesia 111205195822-phpapp01
Sejarahsistempemerintahanindonesia 111205195822-phpapp01Asep Misdan
 
ancamandisintegrasisistempemerintahanprripermestadanbfo-180919141453 (2).pptx
ancamandisintegrasisistempemerintahanprripermestadanbfo-180919141453 (2).pptxancamandisintegrasisistempemerintahanprripermestadanbfo-180919141453 (2).pptx
ancamandisintegrasisistempemerintahanprripermestadanbfo-180919141453 (2).pptx
IndraWulan3
 
Sistem pemerintahan indonesia (1959 1966)
Sistem pemerintahan indonesia (1959 1966)Sistem pemerintahan indonesia (1959 1966)
Sistem pemerintahan indonesia (1959 1966)Mimosa Lambert
 
PPKn SMA kelas X 2013
PPKn SMA kelas X 2013PPKn SMA kelas X 2013
PPKn SMA kelas X 2013Eri Krismiya
 

Similar to ROEM ROYEN (20)

Sejarah
SejarahSejarah
Sejarah
 
Kembalinya Indonesia ke bentuk NKRI
Kembalinya Indonesia ke bentuk NKRIKembalinya Indonesia ke bentuk NKRI
Kembalinya Indonesia ke bentuk NKRI
 
Proses Kembalinya Indonesia menjadi Negara Kesatuan
Proses Kembalinya Indonesia menjadi Negara KesatuanProses Kembalinya Indonesia menjadi Negara Kesatuan
Proses Kembalinya Indonesia menjadi Negara Kesatuan
 
SEJARAH INDONESIA
SEJARAH INDONESIASEJARAH INDONESIA
SEJARAH INDONESIA
 
Sejarah
SejarahSejarah
Sejarah
 
Bab 2b sni 6
Bab 2b sni 6Bab 2b sni 6
Bab 2b sni 6
 
Persatuan dan kesatuan bangsa indonesia dari masa ke masa (2)
Persatuan dan kesatuan bangsa indonesia dari masa ke masa (2)Persatuan dan kesatuan bangsa indonesia dari masa ke masa (2)
Persatuan dan kesatuan bangsa indonesia dari masa ke masa (2)
 
18022301.ppt
18022301.ppt18022301.ppt
18022301.ppt
 
Konstitusi RIS
Konstitusi RISKonstitusi RIS
Konstitusi RIS
 
SEJARAH KEMBALINYA NKRI
SEJARAH KEMBALINYA NKRISEJARAH KEMBALINYA NKRI
SEJARAH KEMBALINYA NKRI
 
PPKN : Dinamika Penyelenggaraan dalam Konteks NKRI dan Negara Federal
PPKN : Dinamika Penyelenggaraan dalam Konteks NKRI dan Negara FederalPPKN : Dinamika Penyelenggaraan dalam Konteks NKRI dan Negara Federal
PPKN : Dinamika Penyelenggaraan dalam Konteks NKRI dan Negara Federal
 
KELAS 12 (PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM MEMPERTAHANKAN INTEGRASI BANGSA D...
KELAS 12 (PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM MEMPERTAHANKAN INTEGRASI BANGSA D...KELAS 12 (PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM MEMPERTAHANKAN INTEGRASI BANGSA D...
KELAS 12 (PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM MEMPERTAHANKAN INTEGRASI BANGSA D...
 
Bab 2 sni 6
Bab 2 sni 6Bab 2 sni 6
Bab 2 sni 6
 
Sistem pemerintahan 1945
Sistem pemerintahan 1945Sistem pemerintahan 1945
Sistem pemerintahan 1945
 
Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia
Dinamika Sistem Pemerintahan IndonesiaDinamika Sistem Pemerintahan Indonesia
Dinamika Sistem Pemerintahan Indonesia
 
Sejarah sistem pemerintahan indonesia
Sejarah sistem pemerintahan indonesiaSejarah sistem pemerintahan indonesia
Sejarah sistem pemerintahan indonesia
 
Sejarahsistempemerintahanindonesia 111205195822-phpapp01
Sejarahsistempemerintahanindonesia 111205195822-phpapp01Sejarahsistempemerintahanindonesia 111205195822-phpapp01
Sejarahsistempemerintahanindonesia 111205195822-phpapp01
 
ancamandisintegrasisistempemerintahanprripermestadanbfo-180919141453 (2).pptx
ancamandisintegrasisistempemerintahanprripermestadanbfo-180919141453 (2).pptxancamandisintegrasisistempemerintahanprripermestadanbfo-180919141453 (2).pptx
ancamandisintegrasisistempemerintahanprripermestadanbfo-180919141453 (2).pptx
 
Sistem pemerintahan indonesia (1959 1966)
Sistem pemerintahan indonesia (1959 1966)Sistem pemerintahan indonesia (1959 1966)
Sistem pemerintahan indonesia (1959 1966)
 
PPKn SMA kelas X 2013
PPKn SMA kelas X 2013PPKn SMA kelas X 2013
PPKn SMA kelas X 2013
 

More from Muhammad Viddin

Republik Maluku Selatan
Republik Maluku SelatanRepublik Maluku Selatan
Republik Maluku Selatan
Muhammad Viddin
 
Perjanjian Renvile
Perjanjian RenvilePerjanjian Renvile
Perjanjian Renvile
Muhammad Viddin
 
PKI
PKIPKI
Permesta
PermestaPermesta
Permesta
Muhammad Viddin
 
Perjanjian Linggarjati
Perjanjian LinggarjatiPerjanjian Linggarjati
Perjanjian Linggarjati
Muhammad Viddin
 
MAKALAH DI TII
MAKALAH DI TIIMAKALAH DI TII
MAKALAH DI TII
Muhammad Viddin
 
makalah Apra
makalah Apramakalah Apra
makalah Apra
Muhammad Viddin
 
Makalah program pemberantasan buta aksara
Makalah program pemberantasan buta aksaraMakalah program pemberantasan buta aksara
Makalah program pemberantasan buta aksara
Muhammad Viddin
 
Makalah olah musik dan penciptaan musik anak sd
Makalah olah musik dan penciptaan musik anak sdMakalah olah musik dan penciptaan musik anak sd
Makalah olah musik dan penciptaan musik anak sd
Muhammad Viddin
 
Tutorial penginstal c
Tutorial penginstal cTutorial penginstal c
Tutorial penginstal c
Muhammad Viddin
 

More from Muhammad Viddin (10)

Republik Maluku Selatan
Republik Maluku SelatanRepublik Maluku Selatan
Republik Maluku Selatan
 
Perjanjian Renvile
Perjanjian RenvilePerjanjian Renvile
Perjanjian Renvile
 
PKI
PKIPKI
PKI
 
Permesta
PermestaPermesta
Permesta
 
Perjanjian Linggarjati
Perjanjian LinggarjatiPerjanjian Linggarjati
Perjanjian Linggarjati
 
MAKALAH DI TII
MAKALAH DI TIIMAKALAH DI TII
MAKALAH DI TII
 
makalah Apra
makalah Apramakalah Apra
makalah Apra
 
Makalah program pemberantasan buta aksara
Makalah program pemberantasan buta aksaraMakalah program pemberantasan buta aksara
Makalah program pemberantasan buta aksara
 
Makalah olah musik dan penciptaan musik anak sd
Makalah olah musik dan penciptaan musik anak sdMakalah olah musik dan penciptaan musik anak sd
Makalah olah musik dan penciptaan musik anak sd
 
Tutorial penginstal c
Tutorial penginstal cTutorial penginstal c
Tutorial penginstal c
 

Recently uploaded

MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdfEVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
Rismawati408268
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
LucyKristinaS
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 

Recently uploaded (20)

MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdfEVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
 
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptxDiseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
Diseminasi Budaya Positif Lucy Kristina S.pptx
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 

ROEM ROYEN

  • 1. 1 PERJANJIAN ROEM ROYEN KELOMPOK 3 : 1. ANGGUN DEA LESTARI 2. RISKY NAURA RAFIQI 3. SUSANTO SMK PELITA MADANI PRINGSEWU TAHUN 2019
  • 2. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rakyat menuntut Negara Kesatuan RIS yang berbentuk federal itu tidak disenangi oleh sebagian besar rakyat Indonesia, karena sistem federal digunakan oleh Belanda sebagai muslihat untuk menghancurkan RI selain itu bentuk negara serikat tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia dan tidak sesuai dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggap 17 Agustus 1945. Disamping itu, konstitusi federal dianggap hanya menimbulkan perpecahan. Hal tersebut mendorong keinginan untuk kembali ke negara kesatuan. Pada dasarnya pembentukan negara-negara bagian adalah keinginan Belanda, bukan kehendak rakyat karena Belanda ingin menanamkan pengaruhnya dalam RIS. Rapat-rapat umum diselenggarakan di berbagai daerah, juga demontrasi- demontrasi yang menuntut pembubaran RIS. Sebagian dari pemimpin RI termasuk yang ada dalam parlemen, bertekad untuk secepat mungkin menghapus sistem federal. Negara-negara Jawa Timur dan Madura, tidak mempunyai perbedaan identitas kultural, linguistik atau etnik dengan penduduk di daerah pusat Republik Indonesia di Yogyakarta. Di daerah iini terjadi demontrasi besar-besaran yang menuntut agar negara kesatuan diwujudkan kembali. Menjelang akhir bulan Januari 1950, negara-negara tersebut memutuskan untuk bergabung dengan RI, bahkan di negara Pasundan, golongan masyarakat yang menginginkan terbentuknya Negara Kesatuan dipercepat oleh terjadinya percobaan kudeta oleh Kapten KNIL, Raymond Westerling. Pada tanggal 23 Januari 1950, Westerling dengan pasukannya yang disebuat APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) berusaha menduduki Bandung. Kemudian diketahui bahwa APRA juga merencanakan membunuh beberapa orang menteri. Peristiwa itu mendorong parlemen negara Pasundan untuk membubarkan diri dan bergabung dengan RI. Sultan Hamid II, Kepala Negara Kalimantan Barat yang juga merupakan menteri tanpa fortopolio dalam kabinet RIS terbukti sebagai penghasut utama kelompok Westerling, pada bulan April 1950, Sultan Hamid ditangkap dan
  • 3. 3 kekuasaan atas Kalimantan Barat diambil alih oleh RIS. Pada tanggal 30 Januari 1950, Pemerintah Pasundan dibawah wali negara Wiranata Kusumah mengundurkan diri dan pada tanggal 8 Februari 1950 menyerahkan kekuasaannya kepada komisaris negara RIS sewaka. Negara-negara lain secara spontan mengikuti jejak negara-negara yang bergabung dengan dengan RI. Akhir bulan Maret, Kalimantan Timur membubarkan diri kemudian diikuti oleh Daerah Banjar, Dayak Besar, Kalimantan Tengah, Bangka, Riau, dan Belitung pada awal bulan April 1950 Kembali ke Negara Kesatuan RI Dengan disetujuinya hasil KMB tanggal 2 November 1949, terbentuklah Republik Indonesia Serikat (RIS) yang merupakan negara federal. RIS terdiri dari : Tujuh Negara bagian, yaitu Republik Indonesia, Negara Sumatera Timur, Negara Sumatera Selatan, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura dan Negara Indonesia Timur (NIT) Sembilan satuan kenegaraan yang berdiri sendiri, yakni Kalimantan Barat, Banjar, Dayak Besar, Bangka, Belitung, Riau, Jawa Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tenggara. Daerah Indonesia selebihnya yang tidak termasuk tujuh negara bagian dan sembilan satuan negara. Negara RIS ternyata tidak dapat berlangsung lama, hal ini disebabkan : 1. Tokoh-tokoh terkemuka yang duduk dalam kabinet RIS banyak yang menghendaki negara berbentuk kesatuan 2. Sistem federal oleh rakyat Indonesia, dianggap sebagai alat Belanda untuk memecah belah bangsa Indonesia. 3. Dasar Pembentukan RIS yang sangat lemah 4. Keberadaan RIS sangat bergantung pada kekuatan Militer Belanda 5. RIS menghadapi rongrongan yang didukung Belanda Persoalan rongrongan terhadap RIS oleh masyarakat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan adalah persoalan terpenting yang dihadapi Kabinet Hatta, maka pemerintah RIS berusaha memecahkan persoalan tersebut melalui UU dan ketetapan RIS. Pada tanggal 20 Februari 1950 Pemerintah mengusulkan RUU kepada DPR RIS yang mengatur persoalan negara-negara bagian dan daerah-daerah. Pada tanggal 8 Maret 1950, disahkan Undang-Undang Darurat sebagai dasar hukum
  • 4. 4 bagi penggabungan negara-negara bagian dan daerah-daerah dengan RI. Pemerintah maupun parlemen RIS tidak mempunyai wewenang untuk membubarkan negara-negara bagian. Dalam pasal 43 dan 44 Konstitusi RIS bahwa peleburan negara-negara bagian dan penggabungan dengan negara-negara bagian harus berdasarkan aturan-aturan. Pada bulan Mei 1950, hampir semua negara bagian membubarkan diri. Mulai bulan Maret pergolakan dan pertentangan antara golongan federalis dan unitaris berkobar terutama di Makasar, hal ini menimbulkan krisis politik dan pemberontakan. Rakyat Indonesia pada umumnya menginginkan bentuk negara kembali pada bentuk negara kesatuan. Karena kuatnya desakan rakyat, dilaksanakan konferensi segitiga antara Perdana Menteri Hatta (RIS), Presiden Sukawati (NIT) dan wali negara Tengku Mansyur hal yang dibicarakan mengenai dasar-dasar pembentukan kesatuan RIS. Tanggal 19 Mei 1950, di Jakarta berlangsung pertemuan antara Perdana Menteri Hatta (RIS) dan Perdana Menteri halim (RI) pertemuan tersebut disepakati untuk menggabungkan RI dan RIS menjadi negara kesatuan. Maka disusunlah Undang-Undang dasar baru dengan cara mengubah konstitusi RIS, hal- hal baik dari konstitusi RIS digabungkan dengan hal-hal esensial dalam UUD 1945. Hal-hal esensial itu adalah tentang warga negara, agama dan susunan ekonomi secara kekeluargaan. Bahan yang diambil dari konstitusi RIS adalah mengenai hak-hak asasi manusia. Pada tanggal 15 Agustus 1950 dihadapan sidang DPRS dan senat RIS di Jakarta, Presiden Soekarno mengumumkan terbentuknya negara kesatuan Republik Indonesia. Sementara itu Perdana Menteri RIS menyatakan mengundurkan diri. Pada tanggal 17 Agustus 1950 di Jakarta, Presiden mengumumkan terbentuknya negara kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian, berlakukah UUDS Negara Kesatuan RI. Pada hari yang sama, Presiden berangkat ke Yogyakarta dan membubarkan Negara Republik Serikat.
  • 5. 5 BAB II PEMBAHASAN A. Persetujuan Roem royen Tepat pada pukul 17.00 tanggal 7 Mei 1949 telah tercapai suatu persetujuan antara pemerintah Indonesia dengan Belanda yang disebut “Persetujuan Roem-Royen”. Persetujuan Roem-Royen merupakan salah satu peristiwa penting dari serangkaian perundingan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia menuju pengakuan kedaulatan dalam Konferensi Meja Bundar pada tanggal 27 Desember 1949. Persetujuan Roem-Royen diawali dengan perundingan RI-Belanda pada tanggal 17 April 1949 atas inisiatif Komisi PBB untuk Indonesia. Perundingan diadakan di Hotel Des Indes Jakarta dipimpin oleh Merle Cochran. Delegasi Indonesia diketuai oleh Mr. Moh. Roem dan Mr. Ali Sastroamidjojo sebagai wakil ketua. Anggota-anggotanya, yaitu dr. Leimena, Ir. Djuanda, Prof. Dr. Mr. Supomo, Mr. Latuharhary, dan disertai oleh lima orang penasihat. Adapun Belanda dipimpin oleh Dr. J.H. van Royen dengan anggota-anggota: Mr. N.S. Blom, Mr. A. Jacob, Dr. J.J. van der Velde, dan empat orang penasihat. Delegasi RI dalam pidatonya menuntut agar perundingan ini lebih dahulu menyetujui pengembalian pemerintah RI ke Yogyakarta setelah itu baru akan dibahas mengenai soal-soal lainnya. Pihak Belanda bersedia mendahulukan perundingan mengenai syarat-syarat untuk kemungkinan kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta, namun tiap kewajiban yang mengikat yang mungkin timbul dalam perundingan harus ditunda hingga dicapainya kesepakatan tentang penghentian perang gerilya dan perjanjian pelaksanaan KMB. Kedua belah pihak tetap teguh pada pendirian masing-masing sehingga perundingan berjalan amat lambat. Pihak RI sebenarnya bukanlah menuntut pengembalian Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta dari pengasingan ke Yogyakarta, tetapi menuntut pengembalian pemerintah RI disertai dengan pengakuan kedaulatan atas wilayah tertentu dari pihak Belanda. Hal ini dilakukan karena pihak Belanda terus-menerus menggerogoti wilayah RI yang diakui secara de facto dalam Persetujuan Linggajati dengan
  • 6. 6 mendirikan negara-negara boneka di wilayah yang dikuasainya. Untuk menghindari kebuntuan dalam perundingan, pihak RI melakukan langkah lain. Wakil Presiden Moh. Hatta pada tanggal 24 April 1949 datang ke Jakarta untuk melakukan perundingan informal dan langsung dengan pihak Belanda disaksikan oleh Merle Cochran. Keesokan harinya perundingan itu dimulai. Hatta menyatakan bahwa perundingan itu untuk membantu memberikan penjelasan kepada delegasi Belanda mengenai tuntutan RI. Perundingan lanjutan pun dilakukan sebanyak dua kali, tanggal 28 April dan 4-5 Mei 1949. Pemerintah Belanda akhirnya dapat menyetujui pengembalian pemerintah RI ke Yogyakarta, dengan syarat penghentian perang gerilya. Namun, Belanda hanya mengakui wilayah RI seluas lima mil persegi. Hal itu menimbulkan keberatan pihak RI karena wilayah seluas lima mil persegi adalah sangat berbahaya bagi keamanan. Pihak RI menuntut daerah seluas Yogyakarta termasuk lapangan terbang Maguwo dan batas selatan Samudra Indonesia. Namun tuntutan RI itu ditolak Belanda. Kesepakatan akhirnya dicapai pada tanggal 7 Mei 1949. Ketua Delegasi Indonesia Mr. Moh. Roem atas nama Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta menyatakan kesanggupan untuk memudahkan : Pengeluaran perintah kepada “pengikut RI yang bersenjata” untuk menghentikan perang gerilya, Kerja sama dalam hal pengembalian perdamaian dan menjaga ketertiban dan keamanan, Turut serta dalam KMB di Den Haag dengan maksud untuk mempercepat penyerahan kedaulatan yang sungguh-sungguh dan lengkap kepada Negara Indonesia Serikat dengan tidak bersyarat. Ketua Delegasi Belanda Dr. Van Royen selanjutnya membacakan pernyataan yang antara lain berisi : Delegasi Belanda menyetujui pembentukan satu panitia bersama di bawah pengawasan Komisi PBB dengan tujuan untuk : mengadakan penyelidikan dan persiapan yang perlu sebelum kembalinya pemerintah RI, mempelajari dan memberikan nasihat tentang tindakan yang diambil dalam melaksanakan penghentian perang gerilya dan kerja sama mengembalikan perdamaian serta menjaga keamanan dan ketertiban. Pemerintah Belanda setuju bahwa pemerintah RI harus bebas dan leluasa melakukan jabatan sepatutnya dalam satu daerah meliputi Keresidenan Yogyakarta. Pemerintah Belanda membebaskan tidak bersyarat pemimpin-
  • 7. 7 pemimpin Indonesia dan tahanan politik yang tertangkap sejak tanggal 19 Desember 1948. Pemerintah Belanda menyetujui RI sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat (NIS). Konferensi Meja Bundar di Den Haag akan dilaksanakan secepatnya setelah pemerintah RI dikembalikan ke Yogyakarta. Pada konferensi tersebut diadakan pembicaraan tentang bagaimana cara-cara mempercepat penyerahan kedaulatan yang sungguh-sungguh dan lengkap kepada Negara Indonesia Serikat (NIS). B. Hasil Perundingan Perjanjian Roem Royen adalah sebuah perjanjian antara Indonesia dengan Belanda yang ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949, kemudian dibacakan kesanggupan kedua belah pihak untuk melaksanakan resolusi dewan keamanan PBB tertanggal 28 januari 1949 dan persetujuannya tanggal 23 Maret 1949. Namanya diambil dari kedua pemimpin delegasi, Mohammad Roem dan J. H. Van Roijen. Pernyataan Republik Indonesia yang dibacakan oleh Mr. Roem : 1. Angkatan bersenjata Indonesia akan menghentikan semua aktivitas gerilya 2. Pemerintah Republik Indonesia akan menghadiri Konferensi Meja Bundar 3. Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta 4. Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi militer dan membebaskan semua tawanan perang. Pernyataan delegasi Belanda dibacakan oleh Dr. H.J. Van Royen : 1. Pemerintah Belanda setuju bahwa pemerintah Republik Indonesia harus bebas dan leluasa melakukan kewajiban dalam satu daerah yang meliputi Karesidenan Yogyakarta. 2. Pemerintah Belanda membebaskan secara tak bersyarat pemimpin-pemimpin republic Indonesia dan tahanan politik yang ditawan sejak tanggal 19 Desember 1948. 3. Pemerintah Belanda setuju bahwa Republik Indonesia akan menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat. Konferensi Meja Bundar (KMB) akan
  • 8. 8 diadakan secepatnya di Den Haag sesudah pemerintah Republik Indonesia kembali ke Yogyakarta. 4. Pada tanggal 22 Juni 1949 diselenggarakan perundingan segitiga antara Republik Indonesia, BFO dan Belanda. Perundingan itu diawasi PBB yang dipimpin oleh Chritchley, diadakan dan menghasilkan keputusan: a) Kedaulatan akan diserahkan kepada Indonesia secara utuh dan tanpa syarat sesuai perjanjian Renville pada 1948. b) Belanda dan Indonesia akan mendirikan sebuah persekutuan dengan dasar sukarela dan persamaan hal. c) Hindia Belanda akan menyerahkan semua hak, kekuasaan, dan kewajiban kepada Indonesia 2 Dampak Dengan tercapainya kesepakatan dalam perundingan, Pemerintah Darurat Republik Indonesia memerintahkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk mengambil alih pemerintahan Yogyakarta oleh pihak Belanda. Pada tanggal 1 juli 1949 pemerintah Republik Indonesia secara resmi kembali ke Yogyakarta disusul dengan kedatangan para pemimpin Republik Indonesia dari medan gerilya. Pada tanggal 13 Juli 1949 diselenggarakan sidang kabinet Republik Indonesia yang pertama, dan Mr. Syafruddin Prawiranegara mengembalikan mandatnya kepada Wakil Presiden Moh. Hatta dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX diangkat menjadi Menteri Pertahanan merangkap ketua koordinator keamanan. Konferensi Meja Bundar (KMB) akan diadakan secepatnya di kota Den Haag Belanda. C. Peran PBB Selama Indonesia dan Belanda bertikai, PBB turut membantu dalam setiap usaha penyelesaian pertikaian antara tahun 1945-1950. Pada tanggal 24 januari 1949 Dewan Keamanan PBBmengeluarkan resolusi yang disetujui oleh semua negara anggota, yaitu:
  • 9. 9 1. Membebaskan Presiden dan Wakil Presiden serta pemimpin-pemimpin Republik Indonesia yang ditangkap pada tanggal 19 Desember 1948. 2. Memerintahkan KTN agar memberikan laporan lengkap mengenai situasi di Indonesia sejak 19 Desember 1948. Hasil-hasil keputusan PBB lainnya adalah : 1. Piagam Pengakuan Kedaulatan 27 Desember 1949. 2. Pembentukkan RIS. 3. Pembentukkan Uni Indonesia-Belanda. 4. Pembubaran tentara KNIL dan KL yang diintegrasikan kedalam APRIS. 5. Piagam tentang kewarganegaraan. 6. Persetujuan tentang ekonomi keuangan. 7. Masalah Irian Barat akan dibicarakan kembali setahun kemudian. Pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS dibubarkan dan dibentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pada tanggal 28 September 1950 Indonesia kembali diterima menjadi anggota PBB yang ke-60. Dengan ini berarti Indonesia telah mendapat pengakuan dari dunia internasional sebagai negara merdeka.
  • 10. 10 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Sebagian besar negara bagian yang tergabung dalam RIS mendukung untuk terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), hanya dua orang saja yang mendukung sistem federal yaitu Sultan Hamid II dan Anak Agung Gede Agung. Pada tanggal 19 Mei 1950, diadakan persetujuan antara RIS dengan RI untuk mempersiapkan prosedur pembentukkan negara kesatuan. Pihak RIS diwakili oleh Mohammad hatta dan pihak RI diwakili oleh dr. Abdul Halim. Pertemuan tersebut sepakat untuk mendirikan NKRI. UUD NKRI dirancang oleh panitia yang dipimpin oleh Prof. Dr. Soepomo. UUD NKRI mengandung unsur UUD 1945 dan UUD RIS. Pada tanggal 14 Agustus 1950, rancangan UUD NKRI disetujui oleh parlemen RIS serta KNIP. Pada tanggal 15 Agustus 1950, Presiden Soekarno menandatangani Rancangan Undang-Undang dasar NKRI menjadi UUD 1950. Pada tanggal 17 Agustus 1950 RIS resmi dibubarkan dan dibentuk NKRI dengan UUDS 1950 sebagai konstitusinya. B. Saran Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan kelompok ini meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini , Masih banyak kesalahan dari makalah ini. Penulis juga membutuhkan kritik dan saran agar bisa menjadikan motivasi bagi penulis agar kedepan bisa lebih baik lagi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada segala pihak yang telah membantu hingga makalah ini dapat saya selesaikan.