SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
1
REHABILITASI MEDIK
I. Definisi
Menurut kamus kedokteran Dorland edisi 29, definisi rehabilitasi adalah
pemulihan ke bentuk atau fungsi yang normal setelah terjadi luka atau
sakit, atau pemulihan pasien yang sakit atau cedera pada tingkat fungsional
optimal di rumah dan masyarakat, dalam hubungan dengan aktivitas fisik,
psikososial, kejuruan dan rekreasi. Jika seseorang mengalami luka, sakit,
atau cedera maka tahap yang harus dilewati adalah penyembuhan terlebih
dulu. Setelah penyembuhan atau pengobatan dijalani maka masuk ke tahap
pemulihan. Tahap pemulihan inilah yang disebut dengan rehabilitasi. Jadi,
rehabilitasi medis adalah cabang ilmu kedokteran yang menekankan pada
pemulihan fungsional pasien agar aktivitas fisik, psikososial, kejuruan, dan
rekreasinya bisa kembali normal.
Menurut WHO, rehabilitasi medik adalah ilmu pengetahuan kedokteran
yang mempelajari masalah atau semua tindakan yang ditujukan untuk
mengurangi atau menghilangkan dampak keadaan sakit, nyeri, Cacat dan
atau halangan serta meningkatkan kemampuan pasien mencapai integrasi
sosial.
Menurut Depkes, rehabilitasi adalah proses pemulihan untuk memperoleh
fungsi penyesuaian diri secara maksimal atau usaha mempersiapkan
penderita cacat secara fisik, mental, sosial dan kekaryaan untuk suatu
kehidupan yang penuh sesuai dengan kemampuan yang ada padanya
(Depkes RI, 1983). Sehingga pelayanan rehabilitasi medik merupakan
pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsi yang diakibatkan
oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui paduan intervensi
medik, keterapian fisik dan atau rehabilitatif untuk mencapai kemampuan
fungsi yang optimal (Menkes RI, 2008).
Ilmu Rehabilitasi Medik (disebut juga sebagai ilmu kedokteran fisik dan
rehabilitasi) adalah ilmu yang mengkhususkan diri dalam pelayanan
2
masyarakat sejak bayi, anak, remaja, dewasa sampai usia tua, yang
memerlukan asuhan rehabilitasi medis. Dimana pelayanan yang diberikan
adalah untuk mencegah terjadinya kecacatan yang mungkin terjadi akibat
penyakit yang diderita serta mengembalikan kemampuan penderita
seoptimal mungkin sesuai kemampuan yang ada pada penderita.
II. Sejarah
Rehabilitasi Medik adalah spesialisasi yang relatif baru. Di antara pelopor
awal termasuk Dr Frank Krusen yang mengembangkan Departemen
Kedokteran Fisik di Mayo Clinic pada tahun 1936. Rehabilitasi Medik
diakui sebagai spesialisasi medis oleh American Board of Medis
Spesialisasi dan American Medical Association pada tahun 1947. Bidang
ini diperluas dengan cepat karena sebagian besar untuk Perang Dunia II,
ketika banyak tentara dengan cacat parah kembali ke Amerika Serikat dan
dokter diperlukan untuk mengobati dan mengelola kondisi kelemahan
kronis.
Polio epidemi di awal 1950-an juga membantu membangun nilai
physiatrists dalam pengelolaan gangguan neuromuskuler. Kemajuan yang
memungkinkan kelangsungan hidup lebih lama dari gangguan beragam
seperti cedera tulang belakang dan Stroke menyebabkan peran yang lebih
besar dari physiatrists dalam mengelola kondisi kronis ini. Dasar
penelitian khusus ini yang masih berkembang.
Pelayanan Kedokteran Rehabilitasi di Indonesia dikenal sejak tahun 1947,
saat Prof. Dr. R. Soeharso mendirikan Pusat Rehabilitasi untuk penderita
disabilitas, yaitu penderita buta, tuli dan cacat mental di Surakarta. Karena
tuntutan kebutuhan yang meningkat, maka pada tahun 1973, Menteri
Kesehatan mendirikan Pelayanan Rehabilitasi di RS. Dr.Kariadi
Semarang, yang merupakan suatu pilot project yang disebut Preventive
Rehabilitation Unit (PRU). Keberadaan PRU menunjukkan keberhasilan
3
dalam peningkatan pelayanan kesehatan, mempersingkat masa perawatan
di RS, dan mengurangi beban kerja Pusat Rehabilitasi di Surakarta.
Melalui SK Menteri Kesehatan No.134/Yan.Kes/SK/IV/1978 pada masa
PELITA II, diputuskan untuk mendirikan PRU di seluruh RS pemerintah
baik tipe A, B dan C. Istilah PRU kemudian berubah menjadi Unit
Rehabilitasi Medik (URM). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
pemerintah Menteri Kesehatan menaruh perhatian untuk memajukan
Pelayanan Kedokteran Rehabilitasi.
Dalam rangka meningkatkan Pelayanan Kedokteran Rehabilitasi, Menteri
Kesehatan mulai mengirim Dokter umum dari Indonesia untuk mengikuti
pendidikan menjadi Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi di
Department Physical Medicine and Rehabilitation, Universitas Santo
Tomas di Manila, Filipina. Ada 12 Dokter Indonesia yang berhasil
menjadi spesialis KF & R dari Universitas tersebut. Beberapa lulusan
tersebut mulai mendirikan Organisasi Spesialis Rehabilitasi Medik
Indonesia yang diberi nama IDARI (Ikatan Dokter Rehabilitasi Medik
Indonesia) pada bulan Februari 1982, pada saat seminar untuk
mengembangkan sumber daya manusia di bidang Rehabilitasi Medik di
Jakarta. Ketua IDARI pertama adalah Dr. A. R. Nasution yang dilantik
oleh Dr. I. G. Brataranuh, Dirjen Pelayanan Kesehatan Departemen
Kesehatan. Setelah itu mulailah dibicarakan mengenai pelaksanaan
penerimaan peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran
Fisik dan Rehabilitasi.
Konggres Nasional IDARI pertama diadakan pada tahun 1988 di Jakarta,
dan Prof.Dr.H.Soelarto Reksoprodjo, SpB, SpOT, FICS terpilih sebagai
Ketua IDARI. Terjadi kemajuan baik di bidang Organisasi maupun
Edukasi. IDARI mulai memiliki perwakilan di CHS di bidang pendidikan,
dengan anggota : Prof.Dr.H.Soelarto Reksoprodjo, SpB, SpOT, FICS, dr.
4
Bayu Santoso, Sp. RM, dan dr. Angela BM Tulaar, Sp. RM, berdasarkan
SK No.265/PB/A.4/10/90.
Konggres Nasional IDARI ke Dua di adakan pada tahun 1991 di
Semarang, dan Prof. dr. H. Soelarto Reksoprodjo, Sp. B, Sp. OT, FICS
terpilih sebagai Ketua IDARI. Pada Konas tersebut IDARI berubah nama
menjadi PERDOSRI, demikian pula dengan symbol IDARI berubah
sebagai karya Dr. Herman Sukarman.
Konggres Nasional III diadakan pada tahun 1994 di Surabaya, dan Dr.
Bayu Santoso, SpRM terpilih sebagai Ketua Perdosri. Organisasi terus
berkembang dan menunjukan eksitensi. Musyawarah Keraja Nasional
(MUKERNAS) selalu diadakan di antara 2 KONAS.
Konggres Nasional IV diadakan pada tahun 1998 di Jakarta, dan Alm. dr.
Thamrinsyam Hamid, Sp. RM terpilih sebagai Ketua.
Konggres Nasional V diadakan pada tahun 2001 di Semarang, dan dr. Siti
Annisa Nuhonni, Sp. RM terpilih sebagai ketau PB PERDOSRI dan dr.
Angela BM Tulaar, Sp. RM sebagai ketua Kolegium periode 2001-2004.
Setelah KONAS V, Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) diadakan setiap
tahun. PIT pertama diadakan pada tahun 2002 di Jakarta. Setiap PIT selalu
diadakan presentasi makalah bebas dan kompetisi Penelitian akhir
Residen. Konggres Nasional VI diadakan pada tahun 2004 di Bali 3rd
ARMA Conference . Pada KONAS VI, dr. Siti Annisa Nuhonni, Sp. RM
terpilih kembali sebagai ketua PB PERDOSRI. Konggres Nasional VII
diadakan pada tahun 2007 di Manado bersamaan dengan PIT ke VII dan
4th
ARMA, dan Dr. A. Peni Kusumastuti, Sp. RM sebagai Ketua PB
PERDOSRI. Kongres Nasional VIII diadakan pada tahun 2010 di
Bandung bersamaan dengan PIT IX, dan dr. Luh Karunia Wahyuni, Sp.
KFR sebagai ketua PB PERDOSRI.
III. Tujuan Rehabilitasi
 Mengatasi keadaan/ kondisi sakit melalui paduan intervensi medik,
keterapian fisik, keteknisian medik dan tenaga lain yang terkait.
5
 Mencegah komplikasi akibat tirah baring dan atau dampak
penyakitnya yang mungkin membawa kecacatan.
 Memaksimalkan kemampuan fungsi, meningkatkan aktifitas dan
partisipasi pada difabel (sebutan bagi seseorang yang mempunyai
keterbatasan fungsional).
 Mempertahankan kualitas hidup dan mengupayakan kehidupan
yang berkualitas.
IV. Filosofi
Pelayanan Rehabilitasi Medik dilakukan dengan menjunjung filosofi-
filosofi berikut:
 Rehabilitasi merupakan ‘jembatan’ yang menjangkau perbedaan antara
kondisi tidak berguna-berguna, kehilangan harapan-berpengharapan
(Rehabilitation is a bridge spanning the gap between uselessness-
usefulness, hopelessness – hopefulness).
 Rehabilitasi tidak hanya memperpanjang usia tetapi juga menambah
makna/kualitas dalam hidup (rehabilitation is not only to add years to
life but also add life to years).
V. Gangguan Fungsi
Menurut WHO tingkatan gangguan fungsi dapat dikategorikan sebagai
berikut:
1. Impairment, yaitu keadaan kehilangan atau ketidaknormalan dari
kondisi psikologis, fisiologis, atau struktur anatomi atau fungsi.
2. Disability, yaitu segala restriksi atau kekurangan kemampuan untuk
melakukan aktivitas dalam lingkup wajar bagi manusia yang
diakibatkan impairment.
3. Handicap, yaitu hambatan dalam individu yang diakibatkan oleh
impairment dan disability yang membatasi pemenuhan peran wajar
seseorang sesuai dengan faktor umur, seks, sosial, dan budaya.
6
Bertitik tolak dari kerangka pemikiran upaya rehabilitasi fisik tersebut
maka penanganan bersifat komprehensif, sehingga layanan rehabilitasi
dapat diartikan sebagai upaya terkoordinasi yang bersifat medik, sosial,
edukasi dan kekaryaan untuk melatih sesseorang kearah tercapainya
kemampuan fungsional semaksimal mungkin, dan menjadikan individu
sebagai anggota masyarakat yang berswasembada dan berguna. Upaya
rehabilitasi fisik merupakan upaya medik untuk mencegah terjadinya
impairment, disability, dan handicap dengan memanfaatkan kemampuan
yang ada.
VI. Pelayanan dalam Rehabilitasi Medik
 Pelayanan Fisioterapi
Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan
atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan
gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan
penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,
elektroterapeutis, dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi.
 Pelayanan Terapi Wicara
Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan
atau kelompok untuk memulihkan dan mengupayakan kompensasi atau
adaptasi fungsi komunikasi, bicara dan menelan dengan melalui pelatihan
remediasi, stimulasi dan fasilitasi (fisik, elektroterapeutis, dan mekanis).
 Pelayanan Terapi Okupasi
Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan
atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi
dan atau mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk aktifitas seharti-hari
(Activity Day Life), produktifitas dan waktu luang melalui pelatihan
remediasi, stimulasi dan fasilitasi.
7
 Pelayanan Ortotis-Prostetis
Adalah salah satu bentuk pelayanan keteknisian medik yang ditujukan
kepada individu untuk merancang, membuat dan mengepas alat bantu
guna pemeliharaan dan pemulihan fungsi, atau pengganti anggota gerak.
VII. Prinsip Rehabilitasi
Menurut Harsono (1996), ada beberapa prinsip rehabilitasi, yaitu:
a. Rehabilitasi dimulai sedini mungkin, bahkan segera sejak dokter
melihat penderita untuk pertama kalinya.
b. Tidak ada seorang pun yang boleh berbaring lebih lama dari yang
diperlukan, karena dapat mengakibatkan komplikasi.
c. Rehabilitasi merupakan terapi multidisipliner terhadap seorang
penderita.
d. Faktor yang terpenting adalah kontinuitas perawatan.
e. Perhatian untuk rehabilitasi diutamakan kepada sisa kemampuan yang
masih dapat diperbaiki dengan latihan.
f. Fungsi lain rehabilitasi adalah pencegahan serangan berulang.
g. Penderita merupakan subjek rehabilitasi, bukan sekedar objek.
Prinsip - prinsip dasar kegiatan rehabilitasi anak
Ada beberapa prinsip dasar kegiatan rehabilitasi anak berkebutuhan
khusus, diantaranya:
1. Ditinjau dari tujuan rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi bagi anak berkebutuhan khusus adalah agar mereka
mampu mengikuti pendidikan dengan baik, atau agar mereka mampu
melaksanakan fungsi sosial secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
Untuk mewujudkan tujuan rehabilitasi tersebut, prinsip dasar kegiatan
rehabilitasi adalah:
 Prinsip menyeluruh
Kegiatan rehabilitasi dilakukan secara menyeluruh atau lengkap,
baik pada aspek fisik, psikis, sosial maupun keterampilan (Total
Care Concept Rehabilitation). Seorang anak yang mengalami
8
amputasi, sedini mungkin ditangani bidang rehabilitasi medik,
tidakterbatasi kepada mempercepat penyembuhan luka, penguatan
otot, tetapi juga pembuatan kaki palsu, mempersiapkan mental agar
yang bersangkutan menerima alat tersebut, melatih keterampilan
sesuai dengan kemampuan yang ada, dan lain sebagainya.
 Prinsip pelayanan segera atau pelayanan dini
Pelayanan rehabilitasi dilakukan mulai sejak usia dini atau segera
setelah diketahui kebutuhan rehabilitasi yang diperlukan masing-
masing anak.
 Prinsip prioritas
Kondisi kesehatan atau kecacatan yang menimbulkan rasa sakit
dapat mengganggu setiap aktivitas anak, maka kegiatan rehabilitasi
medik bagi anak yang memerlukan, perlu didahulukan atau
mendahului kegiatan rehabilitasi yang lain. pada kasus-kasus
tertentu yang memerlukan pelayanan segera, perlu memperoleh
prioritas dalam rehabilitasi.
 Kegiatan berpusat pada anak
Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan lebih banyak memberikan
kesempatan kepada anak/peserta didik untuk mencoba sendiri,
memecahkan masalahnya sendiri serta melakukan latihan sendiri,
sudah tentu setelah mereka memperoleh penjelasan secukupnya
dari provider.
 Prinsip konsisten
Setiap kegiatan rehabilitasi didasarkan pada program yang telah
disiapkan sebelumnya, dan dievaluasisetiap kemajuan yang dicapai
anak/peserta didik secara konsisten.
 Prinsip efektivitas dan penghargaan
Memberikan pujian dan penghargaan atas keberhasilan dan
kemajuan kemampuan anak/peserta didik.
 Prinsip pentahapan
Artinya bahwa kegiatan rehabilitasi dimulai dari kegiatan yang
minimal (kecil, sederhana, mudah) sampai pada yang maksimal
9
(luas, besar, sukar), baik yang berhubungan dengan bentuk, sifat
maupun hasil yang diharapkan.
 Prinsip kesinambungan, berulang dan terus-menerus
Artinya kegiatan terapi agar mencapai hasil maksimal perlu
dilakukan berkesinambungan, berulang-ulang, terus-menerus. Jadi,
tidak berhenti sebelum terlihat hasilnya yang lebih baik, menjadi
bertambah meningkat kemampuannya, menjadi berkurang
kesulitan dan hambatannya, dan sebagainya.
 Prinsip terintegrasi
Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi tidak selalu terpisah dengan
kegiatan proses belajar mengajar dalam suatu bidang studi tertentu,
misalnya keterampilan, olahraga, PMP, agama, kesenian, dan
sebagainya.
2. Ditinjau dari jenis dan macam kelainan
 Orientasi pada pengembalian fungsi
Kegiatan rehabilitasi dilakukan dengan berorientasi pada
pengembalian fungsi. Setiap anak berkelainan memiliki dampak
primer tertentu sesuai dengan jenis kecacatannya. Dampak primer
tersebut sedapat mungkin dikembalikan fungsinya, dan jika tidak
mungkin dialihkan pada fungsi organ tubuh yang lain/keterampilan
tertentu yang dapat menggantikan fungsi organ yang berkelainan.
 Pinsip individualisasi
Kegiatan rehabilitasi berorientasi pada ketidakmampuan dan
kemampuan setiap anak/peserta didik. Pelaksanaan kegiatan
rehabilitasi diperlukan pendekatan individual.
 Orientasi pada jenis kecacatan dan kasus
Ada kegiatan rehabilitasi yang dapat dilakukan secara kelompok
berdasarkan atas jenis kecacatan, macam kasus, tingkat kelas,
kelompok usia, dan sebagainya. MisaInya: semua anak tunanetra
memerlukan latihan orientasi dan mobilitas, semua anak tunarungu
10
memerlukan latihan komunikasi, semua anak tuna grahita dan
tunadaksa memerlukan latihan ADL, dan sebagainya.
3. Ditinjau dari kemampuan pelaksana (provider)
 Prinsip kerja tim
Pekerjaan rehabilitasi dilakukan oleh suatu tim yang masing-
masing bekerja sesuai dengan profesi dan kemampuannya.
Kerjasama yang baik antar anggota tim rehabilitasi akan sangat
menentukan keberhasilan program rehabilitasi.
 Prinsip kerja atas dasar profesi
Tidak semua anggota tim rehabilitasi memiliki profesi yang sama,
itulah sebabnya bekerja atas dasar profesi akan lebih mampu
mengurangi resiko kesalahan,di samping itu juga akan
memperbesar efektivitas kerja.Sebelum kegiatan rehabilitasi
dimulai, terlebih dahulu dipahami batas-batas kewenangan masing-
masing dan disusun pembagian tugas secara tertulis atas dasar
kesepakatan pihak-pihak yang tergabung dalam tim rehabilitasi
yang ada di sekolah masing-masing.
Tindakan konsultatif dan penyelenggaraan pertemuan tim
rehabilitasi secara periodik perlu ditempuh di setiap sekolah, demi
kelancaran kegiatan rehabilitasi dan menghindari kesalahan dalam
memberikan pelayanan rehabilitasi yang dapat menimbulkan
parahnya permasalahan atau kecacatan yang disandang oleh
anak/peserta didik yang memperoleh pelayanan.
Seluruh program rehabilitasi berada di bawah tanggung jawab
ketua tim yang dibantu oleh tiga ahli di bidang medik, sosial
psikologis dan keterampilan. Dalam pelaksanaannya dapat
dilakukan oleh beberapa pelaksana rehabilitasi sesuai dengan
kemampuan dan kewenangannya.Tindakan rujukan ke ahlinya
perlu dilakukan oleh para guru dan petugas rehabilitasi lainnya,
11
agar anak segera terpecahkan permasalahannya.Dalam hal ini perlu
disertai administrasi seperlunya (buku rujukan).
4. Ditinjau dari tempat, waktu dan sarana rehabilitasi
 Prinsip integritas
 Kegiatan rehabilitasi pada dasarnya dapat dilakukan secara
bersama-sama, kecuali rehabilitasi keterampilan sebaiknya
dilakukan setelah anak/peserta didik selesai mengikuti rehabilitasi
medik dan sosial.Misalnya anak tunanetra untuk mengikuti latihan
keterampilan massage, sebaiknya setelah menguasai orientasi
mobilitas, tidak sakit, dan setelah memiliki motivasi untuk bekerja
bidang keahlian massage.Pinsip ini juga menggariskan bahwa
pelaksanaan rehabilitasi juga dapat dilakukan bersama-sama saat
penyampaian materi bidang studi tertentu di sekolah.
 Prinsip keluwesan tempat dan waktu
 Tempat pelaksanaan rehabilitasi dapat dilakukan dimana saja dan
kapan saja, terkecuali pada kasus-kasus tertentu. Misalnya operasi
ortopedi harus dilakukan di rumah sakit.
 Prinsip kesederhanaan
 Sarana rehabilitasi diutamakan yang sederhana, mudah didapat,
murah harganya dan disesuaikan dengan kemampuan
lembaga/sekolah, kecuali pada kasus-kasus tertentu, seperti alat
bantu untuk mendengar, alat bantu untuk melihat, prothese, dan
sebagainya.
 Prinsip keterlibatan orangtua dan masyarakat
Artinya kegiatan rehabilitasi perlu menyertakan orangtua atau
pembina asrama atau masyarakat, baik dalam melakukan pelatihan,
pengawasan dan pembinaan anak, mengingat jumlah waktu anak
kesehariannya lebih banyak di rumah atau di asrama.
12
VIII. Ruang Lingkup Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit
Bagian ini akan menjelaskan tentang ruang lingkup rehabilitasi medis.
Rephauge (dalam sidiarto 1980) pada seminar internasional I rehabilitasi
medis mengatakan bahwa rehabilitasi medis merupakan dasar dan
penunjang bentuk rehabilitasi lainnya, seperti rehabilitasi sosial, karya, dan
pendidikan. Jika ruang lingkup rehabilitasi medis dipandang sebagai suatu
ilmu, maka banyak yang perlu dipelajari dan berhubungan langsung
dengan rehabilitasi medis. Beradasarkan pengertian rehabilitasi yang
menekankan kepada fungsional, maka rehabilitasi medis tidak bisa terlepas
dari cabang ilmu lain seperti : Neuromuskular, Muskuloskeletal, Psikologi,
Anatomi, Kenisiologi, Fisiologi, Etika Profesi, dan lain-lain.
Sedangkan, jika ditinjau dari sudut pandang keprofesian, rehabilitasi medis
memiliki komponen yang terdiri dari berbagai macam profesi. Dokter
spesialis rehabilitasi medis adalah orang yang pada umumnya pertama
dikunjungi oleh pasien. Biasanya, dokter akan mengirim pasien ke
fisioterapis atau okupasi terapis untuk tindakan pemulihan lebih
lanjut.Tugas fisioterapis disini adalah mengukur pergerakan sendi,
kekuatan otot, fungsi paru dan jantung, dan mengukur sejauh mana pasien
bisa melakukan aktivitas serta pekerjaannya sehari-hari (fremgen dan
frucht 2002). Kesemuanya itu dilatih dan dibantu pemulihannya oleh
fisioterapis. Sedangkan okupasi terapis bertugas untuk mendampingi
pasien untuk mengembangkan, meningkatkan, dan memulihkan
kemampuan yang sangat penting untuk menunjang hidupnya. Namun,
okupasi terapis lebih menekankan kepada pelatihan pasien untuk hidup
mandiri dan produktif dengan tujuan mencapai hidup yang sejahtera.
Berbeda dengan fisioterapis dan okupasi terapis, ortosis dan prostesis
membantu pasien dengan menyediakan alat-alat penunjang pasien untuk
hidup mandiri dan produktif. Ortosis adalah orang yang membuat alat
bantu untuk beraktivitas, sedangkan prostesis menyediakan alat yang
merupakan suatu pengganti organ, misalnya kaki palsu.
Pada kenyataannya, banyak sekali perangkat rehabilitasi medis yang ikut
berperan dalam rehabilitasi pasien, misalnya psikolog untuk memotivasi
13
dan melatih pasien retardasi mental, perawat, dan paramedis lainnya. Itu
semua tergantung kebutuhan pada masing-masing pasien.
Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit meliputi seluruh upaya
kesehatan pada umumnya, yaitu upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
 Upaya Promotif
Penyuluhan, informasi dan edukasi tentang hidup sehat dan aktivitas
yang tepat untuk mencegah kondisi sakit.
 Upaya preventif
Edukasi dan penanganan yang tepat pada kondisi sakit atau penyakit
untuk mencegah dan atau meminimalkan gangguan fungsi atau risiko
kecacatan.
 Upaya kuratif
Penanganan melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik, dan
upaya rehabilitatif untuk mengatasi penyakit atau kondisi sakit untuk
mengembalikan dan mempertahankan kemampuan fungsi.
 Upaya rehabilitatif
Penanganan melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik,
keteknisan medik dan upaya rehabilitatif lainnya melalui pendekatan
psiko-sosio-edukasi-okupasi-vokasional untuk mengatasi penyakit atau
kondisi sakit yang bertujuan mengembalikan dan mempertahankan
kemampuan fungsi, meningkatkan aktivitas dan peran serta/partisipasi
di masyarakat.
IX. Bentuk Pelayanan
Beberapa bentuk Pelayanan Rehabilitasi Medik, antara lain:
1. Mengembalikan fungsi pasien pasca stroke
2. Mencegah kontraktur dan mengembalikan fungsi pasien pasca operasi
dan patah tulang
3. Senam nafas sehat, senam hamil
14
4. Memberikan alat bantu jalan, ortesa, protesa, splint, korset, dan lain-
lain
5. Melatih bicara dan gerak motorik anak dengan CP, autism,
keterlambatan perkembangan
6. Mengurangi nyeri, kaku diberbagai bagian tubuh
X. Tim Rehabilitasi
Tim rehabilitasi medik dilakukan oleh tim yang terdiri dari berbagai
disiplin ilmu, diantaranya:
 Dokter rehabilitasi medik sebagai ketua tim yang menyusun program
rehabilitasi.
 Perawat rehabilitasi, melakukan positioning yang benar, untuk
mencegah komplikasi serta memperpendek masa pemulihan.Latihan
buang air besar/kecil, aktivitas sehari-hari, transfer, mobilisasi bersama
fisioterapis dan terapi okupasi dilakukan di bangsal.
 Fisioterapist, memeriksa dan mengevaluasi gangguan motorik dan
sensorik yang mempengaruhi fungsi dan menyesuaikan program
fisioterapi secara individu sesuai keadaan pasien.
 Okupational Terapist, memeriksa, mengevaluasi dan menyusun
program yang berhubungan dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari
(AKS) misalnya cara makan, menulis, berpakaian, membersihkan diri
sendiri, dan lain-lain.
 Pekerja sosial medik, mengadakan penilaian terhadap kebutuhan
penderita dan keluarganya selama dirawat, di rumah dan di masyarakat
serta sumber daya yang dipunyainya.
 Speech therapist (terapi wicara) yaitu mengevaluasi masalah-masalah
komunikasi.
 Psikologi, mengevaluasi keadaan psikologi penderita secara tuntas,
termasuk keluarganya.
 Ortotik-prostetik, mengevaluasi dan mengadakan alat-alat bantu yang
telah disesuaikan guna memperbaiki aktivitas.
15
 Penderita dan keluarga, melengkapi tim rehabilitasi. Diskusi yang
memadai mengenai penyakit dan defisit neurologis adalah penting
untuk mengetahui gangguan fungsional yang sebenarnya.
 Rohaniawan.
XI. Kode Etik dalam Pelayanan Rehabilitasi
Tujuan adanya kode etik adalah mengatur tingkah laku para pendukung
profesi dalam rehabilitasi. Kode etik dalam rehabilitasi menyangkut
masalah-masalah kewajiban tenaga rehabilitasi terhadap :
a. Individu dan keluarga yang direhabilitasi
b. Masyarakat atau pihak yang berkepentingan dalam proses rehabilitasi
c. Teman sejawat antar profesi
d. Tanggung jawab profesional dan Keterbukaan pribadi
Ada delapan syarat sebagai pegangan untuk dijadikan kode etik dalam
pelayanan rehabilitasi, yaitu:
1) Memegang teguh rahasia klien dan rahasia-rahasia lain yang
berhubungan dengan klien.
2) Menghormati klien karena klien punya harga diri dan merupakan
pribadi yang berbeda dengan pribadi yang lain.
3) Mengikutsertakan klien dalam masalahnya.
4) Menerima klien sebagaimana keberadaannya.
5) Menempatkan kepentingan klien diatas kepentingan pribadi.
6) Tidak membedakan pelayanan klien atas dasar syarat dan status
tertentu.
7) Memperlihatkan sikap merendahkan diri, sederhana, sabar, tertib,
percaya diri, tidak mengenal putus asa, kreatif, lugas dan berani
berkata benar.
8) Tidak egois, tetap berusaha memahami kliennya, kesulitan klien,
kelebihan dan kekurangannya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Toha Muslim. 1996. Peranan Rehabilitasi Medis dalam Pelayanan
Kesehatan. Bandung. FK UNPAD.
Ahsani, E.2010.Rehabilitasi Medik.http://noteskedokteran.blogspot.com diakses
26 November 2013 pukul 13.00 WIB
Husnul, M. 2008. Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik. www.google.com.
Diakses 27 November 2013 pukul 2.00 WIB.
Menkes RI. 2008. Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit.
www.google.com. Diakses 27 November 2013 pukul 2.30 WIB.
Ridwan, dr. 2011. Rehabilitasi Medis. www.google.com. Diakses 27 November
2013 pukul 3.00 WIB.

More Related Content

What's hot

Keperawatan Perioperatif
Keperawatan PerioperatifKeperawatan Perioperatif
Keperawatan Perioperatif
Rizka Fajriani
 
permenkes no-340-ttg-klasifikasi-rumah-sakit-1
permenkes no-340-ttg-klasifikasi-rumah-sakit-1permenkes no-340-ttg-klasifikasi-rumah-sakit-1
permenkes no-340-ttg-klasifikasi-rumah-sakit-1
melodycguitarista
 
Perubahan perilaku kesehatan
Perubahan perilaku kesehatanPerubahan perilaku kesehatan
Perubahan perilaku kesehatan
nur intan
 
psikologi dan kesehatan
psikologi dan kesehatanpsikologi dan kesehatan
psikologi dan kesehatan
eka septarianda
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
zulindarisma
 
model konseptual keperawatan
model konseptual keperawatanmodel konseptual keperawatan
model konseptual keperawatan
younkOyounk
 

What's hot (20)

RUU Omnibus Law Kesehatan
RUU Omnibus Law Kesehatan RUU Omnibus Law Kesehatan
RUU Omnibus Law Kesehatan
 
Keperawatan Perioperatif
Keperawatan PerioperatifKeperawatan Perioperatif
Keperawatan Perioperatif
 
Konsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologis
Konsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologisKonsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologis
Konsep dasar fisiologi, patologi, dan patofisiologis
 
permenkes no-340-ttg-klasifikasi-rumah-sakit-1
permenkes no-340-ttg-klasifikasi-rumah-sakit-1permenkes no-340-ttg-klasifikasi-rumah-sakit-1
permenkes no-340-ttg-klasifikasi-rumah-sakit-1
 
Perubahan perilaku kesehatan
Perubahan perilaku kesehatanPerubahan perilaku kesehatan
Perubahan perilaku kesehatan
 
psikologi dan kesehatan
psikologi dan kesehatanpsikologi dan kesehatan
psikologi dan kesehatan
 
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasienDialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
Dialog komunikasi terapeutik perawat danpasien
 
Konsep Perilaku Manusia
Konsep Perilaku ManusiaKonsep Perilaku Manusia
Konsep Perilaku Manusia
 
Proses Keperawatan: Tahap evaluasi
Proses Keperawatan: Tahap evaluasiProses Keperawatan: Tahap evaluasi
Proses Keperawatan: Tahap evaluasi
 
Kb 2 bina suasana promosi kesehatan pada berbagai tingkatan
Kb 2 bina suasana promosi kesehatan pada berbagai tingkatanKb 2 bina suasana promosi kesehatan pada berbagai tingkatan
Kb 2 bina suasana promosi kesehatan pada berbagai tingkatan
 
Metode promosi kesehatan
Metode promosi kesehatanMetode promosi kesehatan
Metode promosi kesehatan
 
Contoh Soal UAS Anatomi Fisiologi Manusia Tahun 2016
Contoh Soal UAS Anatomi Fisiologi Manusia Tahun 2016Contoh Soal UAS Anatomi Fisiologi Manusia Tahun 2016
Contoh Soal UAS Anatomi Fisiologi Manusia Tahun 2016
 
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dan SIMRS
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dan SIMRSSistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dan SIMRS
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dan SIMRS
 
Komunikasi efektif dalam keperawatan
Komunikasi efektif dalam keperawatanKomunikasi efektif dalam keperawatan
Komunikasi efektif dalam keperawatan
 
Macam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikanMacam2 dan cara penyuntikan
Macam2 dan cara penyuntikan
 
Makalah patient safety
Makalah patient safetyMakalah patient safety
Makalah patient safety
 
Berduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copyBerduka dan kehilangan - copy
Berduka dan kehilangan - copy
 
Penerapan Pancasila dalam Profesi Keperawatan
Penerapan Pancasila dalam Profesi KeperawatanPenerapan Pancasila dalam Profesi Keperawatan
Penerapan Pancasila dalam Profesi Keperawatan
 
model konseptual keperawatan
model konseptual keperawatanmodel konseptual keperawatan
model konseptual keperawatan
 
PPT Promosi Kesehatan
PPT Promosi KesehatanPPT Promosi Kesehatan
PPT Promosi Kesehatan
 

Similar to Rehabilitasi medik

Tugas hukum kesehatan
Tugas hukum kesehatanTugas hukum kesehatan
Tugas hukum kesehatan
Susana Lala
 
MAKALAH Psikologi dalam kesehatan
MAKALAH Psikologi dalam kesehatanMAKALAH Psikologi dalam kesehatan
MAKALAH Psikologi dalam kesehatan
Firdika Arini
 
1. pengantar tugas untuk FT univers.pptx
1. pengantar tugas untuk FT univers.pptx1. pengantar tugas untuk FT univers.pptx
1. pengantar tugas untuk FT univers.pptx
ramadhaninurul328
 
Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku resume
Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku resumePendidikan kesehatan dan ilmu perilaku resume
Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku resume
Pancarini Cici
 
Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku resume
Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku resumePendidikan kesehatan dan ilmu perilaku resume
Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku resume
Ulva Yulianti
 
Sejarah perkembangan keperawatan
Sejarah perkembangan keperawatanSejarah perkembangan keperawatan
Sejarah perkembangan keperawatan
Nursestikes
 

Similar to Rehabilitasi medik (20)

Tugas hukum kesehatan
Tugas hukum kesehatanTugas hukum kesehatan
Tugas hukum kesehatan
 
Modul filsafat
Modul filsafatModul filsafat
Modul filsafat
 
MAKALAH Psikologi dalam kesehatan
MAKALAH Psikologi dalam kesehatanMAKALAH Psikologi dalam kesehatan
MAKALAH Psikologi dalam kesehatan
 
1. pengantar tugas untuk FT univers.pptx
1. pengantar tugas untuk FT univers.pptx1. pengantar tugas untuk FT univers.pptx
1. pengantar tugas untuk FT univers.pptx
 
KULIAH_IKM_III.pdf
KULIAH_IKM_III.pdfKULIAH_IKM_III.pdf
KULIAH_IKM_III.pdf
 
Pelayanan fisioterapi (mapel) kel 4
Pelayanan fisioterapi (mapel) kel 4Pelayanan fisioterapi (mapel) kel 4
Pelayanan fisioterapi (mapel) kel 4
 
Pengertian kesehatan masyarakat
Pengertian kesehatan masyarakatPengertian kesehatan masyarakat
Pengertian kesehatan masyarakat
 
Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku resume
Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku resumePendidikan kesehatan dan ilmu perilaku resume
Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku resume
 
Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku resume
Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku resumePendidikan kesehatan dan ilmu perilaku resume
Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku resume
 
Paradigma_Sehat_pptx.pptx
Paradigma_Sehat_pptx.pptxParadigma_Sehat_pptx.pptx
Paradigma_Sehat_pptx.pptx
 
Konsep Dasar Keperawatan Jiwa.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Jiwa.pdfKonsep Dasar Keperawatan Jiwa.pdf
Konsep Dasar Keperawatan Jiwa.pdf
 
Mi 1 dasar-dasar adminkes
Mi 1 dasar-dasar adminkesMi 1 dasar-dasar adminkes
Mi 1 dasar-dasar adminkes
 
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus spinal cord injury incomplit ais b sl ...
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus spinal cord injury incomplit ais b sl ...Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus spinal cord injury incomplit ais b sl ...
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus spinal cord injury incomplit ais b sl ...
 
Sejarah perkembangan keperawatan
Sejarah perkembangan keperawatanSejarah perkembangan keperawatan
Sejarah perkembangan keperawatan
 
Makalah pend kesmas
Makalah pend kesmasMakalah pend kesmas
Makalah pend kesmas
 
KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (definisi dan ruang lingkup).pptx
KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (definisi dan ruang lingkup).pptxKONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (definisi dan ruang lingkup).pptx
KONSEP DASAR KESEHATAN MASYARAKAT (definisi dan ruang lingkup).pptx
 
Organisasi Pelayanan Kesehatan
Organisasi Pelayanan KesehatanOrganisasi Pelayanan Kesehatan
Organisasi Pelayanan Kesehatan
 
Primary health-care
Primary health-carePrimary health-care
Primary health-care
 
KDK
KDKKDK
KDK
 
Lampiran permenkes 004 tahun 2012
Lampiran permenkes 004 tahun 2012Lampiran permenkes 004 tahun 2012
Lampiran permenkes 004 tahun 2012
 

Recently uploaded

Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
PeniMSaptoargo2
 
Kimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandunganKimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandungan
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandunganKimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
ASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdf
ASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdfASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdf
ASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdf
njwahidah
 
materi skrining epidemiologi epidemiologi
materi skrining epidemiologi epidemiologimateri skrining epidemiologi epidemiologi
materi skrining epidemiologi epidemiologi
ZulAzhri
 
Kimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandunganKimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandungan
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 bulan Medan | ...
Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 bulan Medan | ...Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 bulan Medan | ...
Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 bulan Medan | ...
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI JAKARTA 081399993834
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI JAKARTA 081399993834TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI JAKARTA 081399993834
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI JAKARTA 081399993834
Jual Cytotec Asli Di RIAU 081399993834
 
Kimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandunganKimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandungan
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Obat Penggugur Kandungan & kimia Farma 087/776/558/889
Obat Penggugur Kandungan &  kimia Farma 087/776/558/889Obat Penggugur Kandungan &  kimia Farma 087/776/558/889
Obat Penggugur Kandungan & kimia Farma 087/776/558/889
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
dermatologi bahan ajar ukmppd pasti lulus.pptx
dermatologi bahan ajar ukmppd pasti lulus.pptxdermatologi bahan ajar ukmppd pasti lulus.pptx
dermatologi bahan ajar ukmppd pasti lulus.pptx
FotocameraM10
 

Recently uploaded (20)

buku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdf
buku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdfbuku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdf
buku tentang terbaru stroke iskemik akut ebook.pdf
 
pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)
pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)
pengobatan penyakit kusta (morbus hansen)
 
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
 
Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024
Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024
Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024
 
Kimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandunganKimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Banjarmasin jual obat penggugur kandungan
 
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandunganKimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Jambi jual obat penggugur kandungan
 
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
OBAT ABORSI DI KIMIA FARMA SEMARANG 087776558899
 
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptxPPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
 
ASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdf
ASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdfASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdf
ASuhan kebidanan bayi baru lahir anak.pdf
 
materi skrining epidemiologi epidemiologi
materi skrining epidemiologi epidemiologimateri skrining epidemiologi epidemiologi
materi skrining epidemiologi epidemiologi
 
Cytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntas
Cytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntasCytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntas
Cytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntas
 
Kimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandunganKimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Singkawang jual obat penggugur kandungan
 
Bagaimana cara membaca foto rontgen/x-ray
Bagaimana cara membaca foto rontgen/x-rayBagaimana cara membaca foto rontgen/x-ray
Bagaimana cara membaca foto rontgen/x-ray
 
Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 bulan Medan | ...
Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 bulan Medan | ...Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 bulan Medan | ...
Cara Menggugurkan Kandungan usia 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , 8 bulan Medan | ...
 
Sosialisasi Imunisasi HepB Bagi Nakes Tahap II.pptx
Sosialisasi Imunisasi HepB Bagi Nakes Tahap II.pptxSosialisasi Imunisasi HepB Bagi Nakes Tahap II.pptx
Sosialisasi Imunisasi HepB Bagi Nakes Tahap II.pptx
 
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI JAKARTA 081399993834
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI JAKARTA 081399993834TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI JAKARTA 081399993834
TEMPAT JUAL OBAT CYTOTEC ASLI DI JAKARTA 081399993834
 
Kimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandunganKimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandungan
Kimia Farma Balikpapan jual obat penggugur kandungan
 
Obat Penggugur Kandungan & kimia Farma 087/776/558/889
Obat Penggugur Kandungan &  kimia Farma 087/776/558/889Obat Penggugur Kandungan &  kimia Farma 087/776/558/889
Obat Penggugur Kandungan & kimia Farma 087/776/558/889
 
dermatologi bahan ajar ukmppd pasti lulus.pptx
dermatologi bahan ajar ukmppd pasti lulus.pptxdermatologi bahan ajar ukmppd pasti lulus.pptx
dermatologi bahan ajar ukmppd pasti lulus.pptx
 

Rehabilitasi medik

  • 1. 1 REHABILITASI MEDIK I. Definisi Menurut kamus kedokteran Dorland edisi 29, definisi rehabilitasi adalah pemulihan ke bentuk atau fungsi yang normal setelah terjadi luka atau sakit, atau pemulihan pasien yang sakit atau cedera pada tingkat fungsional optimal di rumah dan masyarakat, dalam hubungan dengan aktivitas fisik, psikososial, kejuruan dan rekreasi. Jika seseorang mengalami luka, sakit, atau cedera maka tahap yang harus dilewati adalah penyembuhan terlebih dulu. Setelah penyembuhan atau pengobatan dijalani maka masuk ke tahap pemulihan. Tahap pemulihan inilah yang disebut dengan rehabilitasi. Jadi, rehabilitasi medis adalah cabang ilmu kedokteran yang menekankan pada pemulihan fungsional pasien agar aktivitas fisik, psikososial, kejuruan, dan rekreasinya bisa kembali normal. Menurut WHO, rehabilitasi medik adalah ilmu pengetahuan kedokteran yang mempelajari masalah atau semua tindakan yang ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan dampak keadaan sakit, nyeri, Cacat dan atau halangan serta meningkatkan kemampuan pasien mencapai integrasi sosial. Menurut Depkes, rehabilitasi adalah proses pemulihan untuk memperoleh fungsi penyesuaian diri secara maksimal atau usaha mempersiapkan penderita cacat secara fisik, mental, sosial dan kekaryaan untuk suatu kehidupan yang penuh sesuai dengan kemampuan yang ada padanya (Depkes RI, 1983). Sehingga pelayanan rehabilitasi medik merupakan pelayanan kesehatan terhadap gangguan fisik dan fungsi yang diakibatkan oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit atau cedera melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik dan atau rehabilitatif untuk mencapai kemampuan fungsi yang optimal (Menkes RI, 2008). Ilmu Rehabilitasi Medik (disebut juga sebagai ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi) adalah ilmu yang mengkhususkan diri dalam pelayanan
  • 2. 2 masyarakat sejak bayi, anak, remaja, dewasa sampai usia tua, yang memerlukan asuhan rehabilitasi medis. Dimana pelayanan yang diberikan adalah untuk mencegah terjadinya kecacatan yang mungkin terjadi akibat penyakit yang diderita serta mengembalikan kemampuan penderita seoptimal mungkin sesuai kemampuan yang ada pada penderita. II. Sejarah Rehabilitasi Medik adalah spesialisasi yang relatif baru. Di antara pelopor awal termasuk Dr Frank Krusen yang mengembangkan Departemen Kedokteran Fisik di Mayo Clinic pada tahun 1936. Rehabilitasi Medik diakui sebagai spesialisasi medis oleh American Board of Medis Spesialisasi dan American Medical Association pada tahun 1947. Bidang ini diperluas dengan cepat karena sebagian besar untuk Perang Dunia II, ketika banyak tentara dengan cacat parah kembali ke Amerika Serikat dan dokter diperlukan untuk mengobati dan mengelola kondisi kelemahan kronis. Polio epidemi di awal 1950-an juga membantu membangun nilai physiatrists dalam pengelolaan gangguan neuromuskuler. Kemajuan yang memungkinkan kelangsungan hidup lebih lama dari gangguan beragam seperti cedera tulang belakang dan Stroke menyebabkan peran yang lebih besar dari physiatrists dalam mengelola kondisi kronis ini. Dasar penelitian khusus ini yang masih berkembang. Pelayanan Kedokteran Rehabilitasi di Indonesia dikenal sejak tahun 1947, saat Prof. Dr. R. Soeharso mendirikan Pusat Rehabilitasi untuk penderita disabilitas, yaitu penderita buta, tuli dan cacat mental di Surakarta. Karena tuntutan kebutuhan yang meningkat, maka pada tahun 1973, Menteri Kesehatan mendirikan Pelayanan Rehabilitasi di RS. Dr.Kariadi Semarang, yang merupakan suatu pilot project yang disebut Preventive Rehabilitation Unit (PRU). Keberadaan PRU menunjukkan keberhasilan
  • 3. 3 dalam peningkatan pelayanan kesehatan, mempersingkat masa perawatan di RS, dan mengurangi beban kerja Pusat Rehabilitasi di Surakarta. Melalui SK Menteri Kesehatan No.134/Yan.Kes/SK/IV/1978 pada masa PELITA II, diputuskan untuk mendirikan PRU di seluruh RS pemerintah baik tipe A, B dan C. Istilah PRU kemudian berubah menjadi Unit Rehabilitasi Medik (URM). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Menteri Kesehatan menaruh perhatian untuk memajukan Pelayanan Kedokteran Rehabilitasi. Dalam rangka meningkatkan Pelayanan Kedokteran Rehabilitasi, Menteri Kesehatan mulai mengirim Dokter umum dari Indonesia untuk mengikuti pendidikan menjadi Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi di Department Physical Medicine and Rehabilitation, Universitas Santo Tomas di Manila, Filipina. Ada 12 Dokter Indonesia yang berhasil menjadi spesialis KF & R dari Universitas tersebut. Beberapa lulusan tersebut mulai mendirikan Organisasi Spesialis Rehabilitasi Medik Indonesia yang diberi nama IDARI (Ikatan Dokter Rehabilitasi Medik Indonesia) pada bulan Februari 1982, pada saat seminar untuk mengembangkan sumber daya manusia di bidang Rehabilitasi Medik di Jakarta. Ketua IDARI pertama adalah Dr. A. R. Nasution yang dilantik oleh Dr. I. G. Brataranuh, Dirjen Pelayanan Kesehatan Departemen Kesehatan. Setelah itu mulailah dibicarakan mengenai pelaksanaan penerimaan peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Konggres Nasional IDARI pertama diadakan pada tahun 1988 di Jakarta, dan Prof.Dr.H.Soelarto Reksoprodjo, SpB, SpOT, FICS terpilih sebagai Ketua IDARI. Terjadi kemajuan baik di bidang Organisasi maupun Edukasi. IDARI mulai memiliki perwakilan di CHS di bidang pendidikan, dengan anggota : Prof.Dr.H.Soelarto Reksoprodjo, SpB, SpOT, FICS, dr.
  • 4. 4 Bayu Santoso, Sp. RM, dan dr. Angela BM Tulaar, Sp. RM, berdasarkan SK No.265/PB/A.4/10/90. Konggres Nasional IDARI ke Dua di adakan pada tahun 1991 di Semarang, dan Prof. dr. H. Soelarto Reksoprodjo, Sp. B, Sp. OT, FICS terpilih sebagai Ketua IDARI. Pada Konas tersebut IDARI berubah nama menjadi PERDOSRI, demikian pula dengan symbol IDARI berubah sebagai karya Dr. Herman Sukarman. Konggres Nasional III diadakan pada tahun 1994 di Surabaya, dan Dr. Bayu Santoso, SpRM terpilih sebagai Ketua Perdosri. Organisasi terus berkembang dan menunjukan eksitensi. Musyawarah Keraja Nasional (MUKERNAS) selalu diadakan di antara 2 KONAS. Konggres Nasional IV diadakan pada tahun 1998 di Jakarta, dan Alm. dr. Thamrinsyam Hamid, Sp. RM terpilih sebagai Ketua. Konggres Nasional V diadakan pada tahun 2001 di Semarang, dan dr. Siti Annisa Nuhonni, Sp. RM terpilih sebagai ketau PB PERDOSRI dan dr. Angela BM Tulaar, Sp. RM sebagai ketua Kolegium periode 2001-2004. Setelah KONAS V, Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) diadakan setiap tahun. PIT pertama diadakan pada tahun 2002 di Jakarta. Setiap PIT selalu diadakan presentasi makalah bebas dan kompetisi Penelitian akhir Residen. Konggres Nasional VI diadakan pada tahun 2004 di Bali 3rd ARMA Conference . Pada KONAS VI, dr. Siti Annisa Nuhonni, Sp. RM terpilih kembali sebagai ketua PB PERDOSRI. Konggres Nasional VII diadakan pada tahun 2007 di Manado bersamaan dengan PIT ke VII dan 4th ARMA, dan Dr. A. Peni Kusumastuti, Sp. RM sebagai Ketua PB PERDOSRI. Kongres Nasional VIII diadakan pada tahun 2010 di Bandung bersamaan dengan PIT IX, dan dr. Luh Karunia Wahyuni, Sp. KFR sebagai ketua PB PERDOSRI. III. Tujuan Rehabilitasi  Mengatasi keadaan/ kondisi sakit melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik, keteknisian medik dan tenaga lain yang terkait.
  • 5. 5  Mencegah komplikasi akibat tirah baring dan atau dampak penyakitnya yang mungkin membawa kecacatan.  Memaksimalkan kemampuan fungsi, meningkatkan aktifitas dan partisipasi pada difabel (sebutan bagi seseorang yang mempunyai keterbatasan fungsional).  Mempertahankan kualitas hidup dan mengupayakan kehidupan yang berkualitas. IV. Filosofi Pelayanan Rehabilitasi Medik dilakukan dengan menjunjung filosofi- filosofi berikut:  Rehabilitasi merupakan ‘jembatan’ yang menjangkau perbedaan antara kondisi tidak berguna-berguna, kehilangan harapan-berpengharapan (Rehabilitation is a bridge spanning the gap between uselessness- usefulness, hopelessness – hopefulness).  Rehabilitasi tidak hanya memperpanjang usia tetapi juga menambah makna/kualitas dalam hidup (rehabilitation is not only to add years to life but also add life to years). V. Gangguan Fungsi Menurut WHO tingkatan gangguan fungsi dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Impairment, yaitu keadaan kehilangan atau ketidaknormalan dari kondisi psikologis, fisiologis, atau struktur anatomi atau fungsi. 2. Disability, yaitu segala restriksi atau kekurangan kemampuan untuk melakukan aktivitas dalam lingkup wajar bagi manusia yang diakibatkan impairment. 3. Handicap, yaitu hambatan dalam individu yang diakibatkan oleh impairment dan disability yang membatasi pemenuhan peran wajar seseorang sesuai dengan faktor umur, seks, sosial, dan budaya.
  • 6. 6 Bertitik tolak dari kerangka pemikiran upaya rehabilitasi fisik tersebut maka penanganan bersifat komprehensif, sehingga layanan rehabilitasi dapat diartikan sebagai upaya terkoordinasi yang bersifat medik, sosial, edukasi dan kekaryaan untuk melatih sesseorang kearah tercapainya kemampuan fungsional semaksimal mungkin, dan menjadikan individu sebagai anggota masyarakat yang berswasembada dan berguna. Upaya rehabilitasi fisik merupakan upaya medik untuk mencegah terjadinya impairment, disability, dan handicap dengan memanfaatkan kemampuan yang ada. VI. Pelayanan dalam Rehabilitasi Medik  Pelayanan Fisioterapi Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis, dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi.  Pelayanan Terapi Wicara Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk memulihkan dan mengupayakan kompensasi atau adaptasi fungsi komunikasi, bicara dan menelan dengan melalui pelatihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi (fisik, elektroterapeutis, dan mekanis).  Pelayanan Terapi Okupasi Adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, memulihkan fungsi dan atau mengupayakan kompensasi/adaptasi untuk aktifitas seharti-hari (Activity Day Life), produktifitas dan waktu luang melalui pelatihan remediasi, stimulasi dan fasilitasi.
  • 7. 7  Pelayanan Ortotis-Prostetis Adalah salah satu bentuk pelayanan keteknisian medik yang ditujukan kepada individu untuk merancang, membuat dan mengepas alat bantu guna pemeliharaan dan pemulihan fungsi, atau pengganti anggota gerak. VII. Prinsip Rehabilitasi Menurut Harsono (1996), ada beberapa prinsip rehabilitasi, yaitu: a. Rehabilitasi dimulai sedini mungkin, bahkan segera sejak dokter melihat penderita untuk pertama kalinya. b. Tidak ada seorang pun yang boleh berbaring lebih lama dari yang diperlukan, karena dapat mengakibatkan komplikasi. c. Rehabilitasi merupakan terapi multidisipliner terhadap seorang penderita. d. Faktor yang terpenting adalah kontinuitas perawatan. e. Perhatian untuk rehabilitasi diutamakan kepada sisa kemampuan yang masih dapat diperbaiki dengan latihan. f. Fungsi lain rehabilitasi adalah pencegahan serangan berulang. g. Penderita merupakan subjek rehabilitasi, bukan sekedar objek. Prinsip - prinsip dasar kegiatan rehabilitasi anak Ada beberapa prinsip dasar kegiatan rehabilitasi anak berkebutuhan khusus, diantaranya: 1. Ditinjau dari tujuan rehabilitasi Tujuan rehabilitasi bagi anak berkebutuhan khusus adalah agar mereka mampu mengikuti pendidikan dengan baik, atau agar mereka mampu melaksanakan fungsi sosial secara wajar dalam kehidupan masyarakat. Untuk mewujudkan tujuan rehabilitasi tersebut, prinsip dasar kegiatan rehabilitasi adalah:  Prinsip menyeluruh Kegiatan rehabilitasi dilakukan secara menyeluruh atau lengkap, baik pada aspek fisik, psikis, sosial maupun keterampilan (Total Care Concept Rehabilitation). Seorang anak yang mengalami
  • 8. 8 amputasi, sedini mungkin ditangani bidang rehabilitasi medik, tidakterbatasi kepada mempercepat penyembuhan luka, penguatan otot, tetapi juga pembuatan kaki palsu, mempersiapkan mental agar yang bersangkutan menerima alat tersebut, melatih keterampilan sesuai dengan kemampuan yang ada, dan lain sebagainya.  Prinsip pelayanan segera atau pelayanan dini Pelayanan rehabilitasi dilakukan mulai sejak usia dini atau segera setelah diketahui kebutuhan rehabilitasi yang diperlukan masing- masing anak.  Prinsip prioritas Kondisi kesehatan atau kecacatan yang menimbulkan rasa sakit dapat mengganggu setiap aktivitas anak, maka kegiatan rehabilitasi medik bagi anak yang memerlukan, perlu didahulukan atau mendahului kegiatan rehabilitasi yang lain. pada kasus-kasus tertentu yang memerlukan pelayanan segera, perlu memperoleh prioritas dalam rehabilitasi.  Kegiatan berpusat pada anak Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan lebih banyak memberikan kesempatan kepada anak/peserta didik untuk mencoba sendiri, memecahkan masalahnya sendiri serta melakukan latihan sendiri, sudah tentu setelah mereka memperoleh penjelasan secukupnya dari provider.  Prinsip konsisten Setiap kegiatan rehabilitasi didasarkan pada program yang telah disiapkan sebelumnya, dan dievaluasisetiap kemajuan yang dicapai anak/peserta didik secara konsisten.  Prinsip efektivitas dan penghargaan Memberikan pujian dan penghargaan atas keberhasilan dan kemajuan kemampuan anak/peserta didik.  Prinsip pentahapan Artinya bahwa kegiatan rehabilitasi dimulai dari kegiatan yang minimal (kecil, sederhana, mudah) sampai pada yang maksimal
  • 9. 9 (luas, besar, sukar), baik yang berhubungan dengan bentuk, sifat maupun hasil yang diharapkan.  Prinsip kesinambungan, berulang dan terus-menerus Artinya kegiatan terapi agar mencapai hasil maksimal perlu dilakukan berkesinambungan, berulang-ulang, terus-menerus. Jadi, tidak berhenti sebelum terlihat hasilnya yang lebih baik, menjadi bertambah meningkat kemampuannya, menjadi berkurang kesulitan dan hambatannya, dan sebagainya.  Prinsip terintegrasi Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi tidak selalu terpisah dengan kegiatan proses belajar mengajar dalam suatu bidang studi tertentu, misalnya keterampilan, olahraga, PMP, agama, kesenian, dan sebagainya. 2. Ditinjau dari jenis dan macam kelainan  Orientasi pada pengembalian fungsi Kegiatan rehabilitasi dilakukan dengan berorientasi pada pengembalian fungsi. Setiap anak berkelainan memiliki dampak primer tertentu sesuai dengan jenis kecacatannya. Dampak primer tersebut sedapat mungkin dikembalikan fungsinya, dan jika tidak mungkin dialihkan pada fungsi organ tubuh yang lain/keterampilan tertentu yang dapat menggantikan fungsi organ yang berkelainan.  Pinsip individualisasi Kegiatan rehabilitasi berorientasi pada ketidakmampuan dan kemampuan setiap anak/peserta didik. Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi diperlukan pendekatan individual.  Orientasi pada jenis kecacatan dan kasus Ada kegiatan rehabilitasi yang dapat dilakukan secara kelompok berdasarkan atas jenis kecacatan, macam kasus, tingkat kelas, kelompok usia, dan sebagainya. MisaInya: semua anak tunanetra memerlukan latihan orientasi dan mobilitas, semua anak tunarungu
  • 10. 10 memerlukan latihan komunikasi, semua anak tuna grahita dan tunadaksa memerlukan latihan ADL, dan sebagainya. 3. Ditinjau dari kemampuan pelaksana (provider)  Prinsip kerja tim Pekerjaan rehabilitasi dilakukan oleh suatu tim yang masing- masing bekerja sesuai dengan profesi dan kemampuannya. Kerjasama yang baik antar anggota tim rehabilitasi akan sangat menentukan keberhasilan program rehabilitasi.  Prinsip kerja atas dasar profesi Tidak semua anggota tim rehabilitasi memiliki profesi yang sama, itulah sebabnya bekerja atas dasar profesi akan lebih mampu mengurangi resiko kesalahan,di samping itu juga akan memperbesar efektivitas kerja.Sebelum kegiatan rehabilitasi dimulai, terlebih dahulu dipahami batas-batas kewenangan masing- masing dan disusun pembagian tugas secara tertulis atas dasar kesepakatan pihak-pihak yang tergabung dalam tim rehabilitasi yang ada di sekolah masing-masing. Tindakan konsultatif dan penyelenggaraan pertemuan tim rehabilitasi secara periodik perlu ditempuh di setiap sekolah, demi kelancaran kegiatan rehabilitasi dan menghindari kesalahan dalam memberikan pelayanan rehabilitasi yang dapat menimbulkan parahnya permasalahan atau kecacatan yang disandang oleh anak/peserta didik yang memperoleh pelayanan. Seluruh program rehabilitasi berada di bawah tanggung jawab ketua tim yang dibantu oleh tiga ahli di bidang medik, sosial psikologis dan keterampilan. Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan oleh beberapa pelaksana rehabilitasi sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya.Tindakan rujukan ke ahlinya perlu dilakukan oleh para guru dan petugas rehabilitasi lainnya,
  • 11. 11 agar anak segera terpecahkan permasalahannya.Dalam hal ini perlu disertai administrasi seperlunya (buku rujukan). 4. Ditinjau dari tempat, waktu dan sarana rehabilitasi  Prinsip integritas  Kegiatan rehabilitasi pada dasarnya dapat dilakukan secara bersama-sama, kecuali rehabilitasi keterampilan sebaiknya dilakukan setelah anak/peserta didik selesai mengikuti rehabilitasi medik dan sosial.Misalnya anak tunanetra untuk mengikuti latihan keterampilan massage, sebaiknya setelah menguasai orientasi mobilitas, tidak sakit, dan setelah memiliki motivasi untuk bekerja bidang keahlian massage.Pinsip ini juga menggariskan bahwa pelaksanaan rehabilitasi juga dapat dilakukan bersama-sama saat penyampaian materi bidang studi tertentu di sekolah.  Prinsip keluwesan tempat dan waktu  Tempat pelaksanaan rehabilitasi dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, terkecuali pada kasus-kasus tertentu. Misalnya operasi ortopedi harus dilakukan di rumah sakit.  Prinsip kesederhanaan  Sarana rehabilitasi diutamakan yang sederhana, mudah didapat, murah harganya dan disesuaikan dengan kemampuan lembaga/sekolah, kecuali pada kasus-kasus tertentu, seperti alat bantu untuk mendengar, alat bantu untuk melihat, prothese, dan sebagainya.  Prinsip keterlibatan orangtua dan masyarakat Artinya kegiatan rehabilitasi perlu menyertakan orangtua atau pembina asrama atau masyarakat, baik dalam melakukan pelatihan, pengawasan dan pembinaan anak, mengingat jumlah waktu anak kesehariannya lebih banyak di rumah atau di asrama.
  • 12. 12 VIII. Ruang Lingkup Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit Bagian ini akan menjelaskan tentang ruang lingkup rehabilitasi medis. Rephauge (dalam sidiarto 1980) pada seminar internasional I rehabilitasi medis mengatakan bahwa rehabilitasi medis merupakan dasar dan penunjang bentuk rehabilitasi lainnya, seperti rehabilitasi sosial, karya, dan pendidikan. Jika ruang lingkup rehabilitasi medis dipandang sebagai suatu ilmu, maka banyak yang perlu dipelajari dan berhubungan langsung dengan rehabilitasi medis. Beradasarkan pengertian rehabilitasi yang menekankan kepada fungsional, maka rehabilitasi medis tidak bisa terlepas dari cabang ilmu lain seperti : Neuromuskular, Muskuloskeletal, Psikologi, Anatomi, Kenisiologi, Fisiologi, Etika Profesi, dan lain-lain. Sedangkan, jika ditinjau dari sudut pandang keprofesian, rehabilitasi medis memiliki komponen yang terdiri dari berbagai macam profesi. Dokter spesialis rehabilitasi medis adalah orang yang pada umumnya pertama dikunjungi oleh pasien. Biasanya, dokter akan mengirim pasien ke fisioterapis atau okupasi terapis untuk tindakan pemulihan lebih lanjut.Tugas fisioterapis disini adalah mengukur pergerakan sendi, kekuatan otot, fungsi paru dan jantung, dan mengukur sejauh mana pasien bisa melakukan aktivitas serta pekerjaannya sehari-hari (fremgen dan frucht 2002). Kesemuanya itu dilatih dan dibantu pemulihannya oleh fisioterapis. Sedangkan okupasi terapis bertugas untuk mendampingi pasien untuk mengembangkan, meningkatkan, dan memulihkan kemampuan yang sangat penting untuk menunjang hidupnya. Namun, okupasi terapis lebih menekankan kepada pelatihan pasien untuk hidup mandiri dan produktif dengan tujuan mencapai hidup yang sejahtera. Berbeda dengan fisioterapis dan okupasi terapis, ortosis dan prostesis membantu pasien dengan menyediakan alat-alat penunjang pasien untuk hidup mandiri dan produktif. Ortosis adalah orang yang membuat alat bantu untuk beraktivitas, sedangkan prostesis menyediakan alat yang merupakan suatu pengganti organ, misalnya kaki palsu. Pada kenyataannya, banyak sekali perangkat rehabilitasi medis yang ikut berperan dalam rehabilitasi pasien, misalnya psikolog untuk memotivasi
  • 13. 13 dan melatih pasien retardasi mental, perawat, dan paramedis lainnya. Itu semua tergantung kebutuhan pada masing-masing pasien. Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit meliputi seluruh upaya kesehatan pada umumnya, yaitu upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.  Upaya Promotif Penyuluhan, informasi dan edukasi tentang hidup sehat dan aktivitas yang tepat untuk mencegah kondisi sakit.  Upaya preventif Edukasi dan penanganan yang tepat pada kondisi sakit atau penyakit untuk mencegah dan atau meminimalkan gangguan fungsi atau risiko kecacatan.  Upaya kuratif Penanganan melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik, dan upaya rehabilitatif untuk mengatasi penyakit atau kondisi sakit untuk mengembalikan dan mempertahankan kemampuan fungsi.  Upaya rehabilitatif Penanganan melalui paduan intervensi medik, keterapian fisik, keteknisan medik dan upaya rehabilitatif lainnya melalui pendekatan psiko-sosio-edukasi-okupasi-vokasional untuk mengatasi penyakit atau kondisi sakit yang bertujuan mengembalikan dan mempertahankan kemampuan fungsi, meningkatkan aktivitas dan peran serta/partisipasi di masyarakat. IX. Bentuk Pelayanan Beberapa bentuk Pelayanan Rehabilitasi Medik, antara lain: 1. Mengembalikan fungsi pasien pasca stroke 2. Mencegah kontraktur dan mengembalikan fungsi pasien pasca operasi dan patah tulang 3. Senam nafas sehat, senam hamil
  • 14. 14 4. Memberikan alat bantu jalan, ortesa, protesa, splint, korset, dan lain- lain 5. Melatih bicara dan gerak motorik anak dengan CP, autism, keterlambatan perkembangan 6. Mengurangi nyeri, kaku diberbagai bagian tubuh X. Tim Rehabilitasi Tim rehabilitasi medik dilakukan oleh tim yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu, diantaranya:  Dokter rehabilitasi medik sebagai ketua tim yang menyusun program rehabilitasi.  Perawat rehabilitasi, melakukan positioning yang benar, untuk mencegah komplikasi serta memperpendek masa pemulihan.Latihan buang air besar/kecil, aktivitas sehari-hari, transfer, mobilisasi bersama fisioterapis dan terapi okupasi dilakukan di bangsal.  Fisioterapist, memeriksa dan mengevaluasi gangguan motorik dan sensorik yang mempengaruhi fungsi dan menyesuaikan program fisioterapi secara individu sesuai keadaan pasien.  Okupational Terapist, memeriksa, mengevaluasi dan menyusun program yang berhubungan dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) misalnya cara makan, menulis, berpakaian, membersihkan diri sendiri, dan lain-lain.  Pekerja sosial medik, mengadakan penilaian terhadap kebutuhan penderita dan keluarganya selama dirawat, di rumah dan di masyarakat serta sumber daya yang dipunyainya.  Speech therapist (terapi wicara) yaitu mengevaluasi masalah-masalah komunikasi.  Psikologi, mengevaluasi keadaan psikologi penderita secara tuntas, termasuk keluarganya.  Ortotik-prostetik, mengevaluasi dan mengadakan alat-alat bantu yang telah disesuaikan guna memperbaiki aktivitas.
  • 15. 15  Penderita dan keluarga, melengkapi tim rehabilitasi. Diskusi yang memadai mengenai penyakit dan defisit neurologis adalah penting untuk mengetahui gangguan fungsional yang sebenarnya.  Rohaniawan. XI. Kode Etik dalam Pelayanan Rehabilitasi Tujuan adanya kode etik adalah mengatur tingkah laku para pendukung profesi dalam rehabilitasi. Kode etik dalam rehabilitasi menyangkut masalah-masalah kewajiban tenaga rehabilitasi terhadap : a. Individu dan keluarga yang direhabilitasi b. Masyarakat atau pihak yang berkepentingan dalam proses rehabilitasi c. Teman sejawat antar profesi d. Tanggung jawab profesional dan Keterbukaan pribadi Ada delapan syarat sebagai pegangan untuk dijadikan kode etik dalam pelayanan rehabilitasi, yaitu: 1) Memegang teguh rahasia klien dan rahasia-rahasia lain yang berhubungan dengan klien. 2) Menghormati klien karena klien punya harga diri dan merupakan pribadi yang berbeda dengan pribadi yang lain. 3) Mengikutsertakan klien dalam masalahnya. 4) Menerima klien sebagaimana keberadaannya. 5) Menempatkan kepentingan klien diatas kepentingan pribadi. 6) Tidak membedakan pelayanan klien atas dasar syarat dan status tertentu. 7) Memperlihatkan sikap merendahkan diri, sederhana, sabar, tertib, percaya diri, tidak mengenal putus asa, kreatif, lugas dan berani berkata benar. 8) Tidak egois, tetap berusaha memahami kliennya, kesulitan klien, kelebihan dan kekurangannya.
  • 16. 16 DAFTAR PUSTAKA Ahmad Toha Muslim. 1996. Peranan Rehabilitasi Medis dalam Pelayanan Kesehatan. Bandung. FK UNPAD. Ahsani, E.2010.Rehabilitasi Medik.http://noteskedokteran.blogspot.com diakses 26 November 2013 pukul 13.00 WIB Husnul, M. 2008. Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik. www.google.com. Diakses 27 November 2013 pukul 2.00 WIB. Menkes RI. 2008. Pedoman Pelayanan Rehabilitasi Medik di Rumah Sakit. www.google.com. Diakses 27 November 2013 pukul 2.30 WIB. Ridwan, dr. 2011. Rehabilitasi Medis. www.google.com. Diakses 27 November 2013 pukul 3.00 WIB.