Skleroderma adalah penyakit kronik yang mengenai pembuluh darah mikro dan jaringan ikat lunak, menyebabkan fibrosis dan obliterasi pembuluh darah pada berbagai organ. Terdapat dua jenis skleroderma, yaitu lokal yang lebih jarang didapat dan sistemik yang lebih sering menyerang wanita. Komplikasi skleroderma sistemik dapat berupa PAH, RP, dan SRC. Penatalaksanaannya meliputi edukasi, kontrol teratur, dan pen
Dokumen tersebut membahas tentang kehamilan ektopik, yaitu kondisi di mana janin berimplantasi dan tumbuh di luar rahim. Terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik seperti di saluran telur, ovarium, atau ligamen. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium serta ultrasonografi. Pengobatan utamanya adalah operasi untuk mengeluarkan janin dan organ yang terkena.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai definisi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, gejala klinis, diagnosis, pengobatan, dan komplikasi stroke. Secara ringkas, stroke terjadi akibat gangguan aliran darah otak yang dapat menyebabkan kematian atau cacat permanen, dengan penyebab utama hipertensi, emboli, dan perdarahan. Diagnosis didasarkan pada gejala neurologis dan pemeriksaan penunjang seperti CT scan dan
Dokumen tersebut membahas tentang kehamilan ektopik, yaitu kondisi di mana janin berimplantasi dan tumbuh di luar rahim. Terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik seperti di saluran telur, ovarium, atau ligamen. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium serta ultrasonografi. Pengobatan utamanya adalah operasi untuk mengeluarkan janin dan organ yang terkena.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai definisi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, gejala klinis, diagnosis, pengobatan, dan komplikasi stroke. Secara ringkas, stroke terjadi akibat gangguan aliran darah otak yang dapat menyebabkan kematian atau cacat permanen, dengan penyebab utama hipertensi, emboli, dan perdarahan. Diagnosis didasarkan pada gejala neurologis dan pemeriksaan penunjang seperti CT scan dan
Prurigo Hebra adalah penyakit kulit kronik yang ditandai dengan munculnya papula kemerahan yang sangat gatal pada bagian ekstremitas. Penyebabnya belum diketahui pasti namun diduga faktor genetik dan alergi memiliki peran. Penatalaksanaannya meliputi antihistamin dan kortikosteroid untuk mengurangi gatal dan inflamasi. Prognosinya cenderung membaik seiring bertambahnya usia.
Kelumpuhan saraf fasialis merupakan kelumpuhan otot-otot wajah yang dapat terjadi akibat berbagai etiologi seperti kondisi bawaan, infeksi, cedera, gangguan pembuluh darah, atau penyakit tertentu dan dapat menyebabkan deformitas kosmetik dan fungsional yang serius pada wajah. Kelainan ini dapat didiagnosis dan diobati dengan berbagai metode seperti fisioterapi, obat-obatan, atau
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis morfologi penyakit kulit primer dan sekunder beserta contoh-contohnya, seperti makula, papula, plak, urtika, nodul, vesikel, pustula, dan komedo. Jenis-jenis morfologi tersebut dibedakan berdasarkan karakteristik fisiknya seperti ukuran, konsistensi, dan isiannya. Dokumen ini berguna bagi diagnosis penyakit kulit secara
Dokumen tersebut membahas tentang pendekatan sindrom dalam merangkum gejala duh tubuh vagina. Pendekatan ini dijelaskan sebagai pendekatan yang murah, sederhana dan berguna untuk diagnosis awal penyakit vagina seperti vaginosis bakterial, trikomoniasis, dan kandidiasis. Dokumen ini juga menjelaskan gejala, diagnosis dan penanganan masing-masing penyakit tersebut.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Pasien perempuan usia 24 tahun datang dengan keluhan bentol merah yang gatal di berbagai bagian tubuh sejak 3 hari.
2. Pemeriksaan menemukan makula eritem dan urtika yang diduga urtikaria akut.
3. Terapi yang diberikan adalah loratadine tablet dan bedak untuk menghilangkan gejala.
Orchitis adalah kondisi inflamasi akut pada testis yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus seperti mumps. Pada kasus ini, pasien mengeluh nyeri pada buah zakar kiri selama 4 hari disertai demam dan bengkak pipi, yang didiagnosis menderita orchitis sebelah kiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang.
"[Ringkasan] Dokumen tersebut membahas tentang muntah pada anak, meliputi pengertian, patofisiologi, etiologi, diagnosis, pendekatan diagnosis, komplikasi, dan penatalaksanaan muntah pada anak, termasuk obat-obatan anti muntah seperti ondansetron, metoklopramide, dan domperidone beserta mekanisme kerja dan efek sampingnya."
Dokumen tersebut membahas tentang hernia inguinalis yang merupakan penonjolan isi perut melalui defek di dinding perut di daerah inguen. Hernia inguinalis dibedakan menjadi direk dan indirek, dan disebabkan oleh prosesus vaginalis yang terbuka serta peningkatan tekanan intraabdomen. Diagnosa dan terapi hernia inguinalis hanya dapat dilakukan melalui operasi untuk mencegah komplikasi seperti inkarserasi.
[Ringkasan]
1. Dokumen tersebut membahas berbagai jenis konjungtivitis dan gejalanya.
2. Terdapat konjungtivitis bakteri, virus, jamur, dan alergi, yang dibedakan berdasarkan gejala klinis seperti sekret, pembengkakan, dan jenis sel radang.
3. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai patogen seperti bakteri, virus, atau kekurangan vitamin A.
Tokyo guidline 13 (kolesistitis & kolangitis)fikri asyura
Pedoman ini membahas penatalaksanaan kolangitis dan kolesistitis akut. Kolangitis akut didefinisikan sebagai infeksi saluran empedu yang disebabkan oleh obstruksi parsial atau total dari duktus billiar. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium dan gambar. Kolesistitis akut adalah peradangan kandung empedu yang umumnya disebabkan oleh penyumbatan saluran empedu. Diagnosis didasarkan pada gejala
Prurigo Hebra adalah penyakit kulit kronik yang ditandai dengan munculnya papula kemerahan yang sangat gatal pada bagian ekstremitas. Penyebabnya belum diketahui pasti namun diduga faktor genetik dan alergi memiliki peran. Penatalaksanaannya meliputi antihistamin dan kortikosteroid untuk mengurangi gatal dan inflamasi. Prognosinya cenderung membaik seiring bertambahnya usia.
Kelumpuhan saraf fasialis merupakan kelumpuhan otot-otot wajah yang dapat terjadi akibat berbagai etiologi seperti kondisi bawaan, infeksi, cedera, gangguan pembuluh darah, atau penyakit tertentu dan dapat menyebabkan deformitas kosmetik dan fungsional yang serius pada wajah. Kelainan ini dapat didiagnosis dan diobati dengan berbagai metode seperti fisioterapi, obat-obatan, atau
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis morfologi penyakit kulit primer dan sekunder beserta contoh-contohnya, seperti makula, papula, plak, urtika, nodul, vesikel, pustula, dan komedo. Jenis-jenis morfologi tersebut dibedakan berdasarkan karakteristik fisiknya seperti ukuran, konsistensi, dan isiannya. Dokumen ini berguna bagi diagnosis penyakit kulit secara
Dokumen tersebut membahas tentang pendekatan sindrom dalam merangkum gejala duh tubuh vagina. Pendekatan ini dijelaskan sebagai pendekatan yang murah, sederhana dan berguna untuk diagnosis awal penyakit vagina seperti vaginosis bakterial, trikomoniasis, dan kandidiasis. Dokumen ini juga menjelaskan gejala, diagnosis dan penanganan masing-masing penyakit tersebut.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Pasien perempuan usia 24 tahun datang dengan keluhan bentol merah yang gatal di berbagai bagian tubuh sejak 3 hari.
2. Pemeriksaan menemukan makula eritem dan urtika yang diduga urtikaria akut.
3. Terapi yang diberikan adalah loratadine tablet dan bedak untuk menghilangkan gejala.
Orchitis adalah kondisi inflamasi akut pada testis yang biasanya disebabkan oleh infeksi virus seperti mumps. Pada kasus ini, pasien mengeluh nyeri pada buah zakar kiri selama 4 hari disertai demam dan bengkak pipi, yang didiagnosis menderita orchitis sebelah kiri berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang.
"[Ringkasan] Dokumen tersebut membahas tentang muntah pada anak, meliputi pengertian, patofisiologi, etiologi, diagnosis, pendekatan diagnosis, komplikasi, dan penatalaksanaan muntah pada anak, termasuk obat-obatan anti muntah seperti ondansetron, metoklopramide, dan domperidone beserta mekanisme kerja dan efek sampingnya."
Dokumen tersebut membahas tentang hernia inguinalis yang merupakan penonjolan isi perut melalui defek di dinding perut di daerah inguen. Hernia inguinalis dibedakan menjadi direk dan indirek, dan disebabkan oleh prosesus vaginalis yang terbuka serta peningkatan tekanan intraabdomen. Diagnosa dan terapi hernia inguinalis hanya dapat dilakukan melalui operasi untuk mencegah komplikasi seperti inkarserasi.
[Ringkasan]
1. Dokumen tersebut membahas berbagai jenis konjungtivitis dan gejalanya.
2. Terdapat konjungtivitis bakteri, virus, jamur, dan alergi, yang dibedakan berdasarkan gejala klinis seperti sekret, pembengkakan, dan jenis sel radang.
3. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai patogen seperti bakteri, virus, atau kekurangan vitamin A.
Tokyo guidline 13 (kolesistitis & kolangitis)fikri asyura
Pedoman ini membahas penatalaksanaan kolangitis dan kolesistitis akut. Kolangitis akut didefinisikan sebagai infeksi saluran empedu yang disebabkan oleh obstruksi parsial atau total dari duktus billiar. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium dan gambar. Kolesistitis akut adalah peradangan kandung empedu yang umumnya disebabkan oleh penyumbatan saluran empedu. Diagnosis didasarkan pada gejala
1. Skleroderma adalah penyakit kronis yang ditandai dengan penebalan dan fibrosis kulit serta keterlibatan organ internal seperti paru, saluran cerna, jantung dan ginjal.
2. Skleroderma dapat bermanifestasi sebagai skleroderma lokal atau morfea yang hanya melibatkan kulit secara terbatas, atau skleroderma sistemik atau sklerosis sistemik yang melibatkan organ internal.
3. Gejala klinis skleroderma lokal ant
Dokumen tersebut membahas beberapa topik penyakit genetik seperti neurofibromatosis, polip kolon, retinoblastoma, tumor Wilms, xeroderma pigmentosum dan leukemia mieloid akut. Disebutkan pula gejala, diagnosis, faktor risiko dan pengobatan untuk setiap penyakit.
Sistemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun sistemik kronik yang ditandai dengan terbentuknya berbagai antibodi yang menimbulkan kerusakan organ melalui reaksi inflamasi. Gejala SLE sangat bervariasi mulai dari ringan hingga berat yang menyerang organ vital seperti ginjal, otak, dan paru. Diagnosis SLE mengacu pada kriteria ACR 1997 dengan keharusan memenuhi minimal 4 dari 11 kriteria klinis dan labor
Laporan kasus ini membahas sindrom Stevens Johnson pada seorang wanita berusia 29 tahun yang dirujuk ke poliklinik kulit dengan keluhan munculnya gelembung berisi cairan, lepuh, dan ruam merah yang gatal dan menjalar selama 5 hari. Pasien juga memiliki riwayat epilepsi. Pemeriksaan fisik menunjukkan lesi kulit eritematosa dengan plak, skuama, erosi, dan deskuamasi. Diagnosis sindrom Stevens Johnson ditegakkan
1. Sindrom Stevens-Johnson dan nekrolisis epidermal toksik adalah penyakit kulit darurat yang ditandai dengan lesi kulit dan mukosa.
2. Sindrom Stevens-Johnson lebih ringan dari nekrolisis epidermal toksik, dengan angka kematian 5-15%. Nekrolisis epidermal toksik memiliki angka kematian lebih tinggi dan sering menyebabkan kematian.
3. Pengobatan harus cepat dan tepat dengan kortikosteroid, antibiotika, dan
Multiple sclerosis adalah penyakit autoimun dimana sistem kekebalan tubuh menyerang lapisan pelindung saraf (myelin), menyebabkan gangguan fungsi saraf. Gejalanya bervariasi dan dapat meliputi gangguan penglihatan, kelemahan otot, dan gangguan kognitif. Diagnosa didasarkan pada temuan klinis dan tes seperti MRI. Pengobatannya fokus pada interferon untuk memoderasi sistem kekebalan.
Kasus ini membahas pasien laki-laki berumur 10 tahun dengan keluhan bercak merah pada lengan, tangan, pipi dan paha selama 6 bulan terakhir disertai rasa kebas dan gatal. Pemeriksaan menemukan alopesia alis dan hipoestesi pada area bercak. Diagnosis kerja adalah kusta multibasiler yang ditangani dengan MDT.
Rangkuman singkat dari dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut memaparkan latar belakang dan karier seorang dokter spesialis reumatologi bernama Rachmat Gunadi Wachjudi, yang lahir di Garut pada tahun 1955. Beliau meraih gelar dokter umum dari FK UNSRI Palembang dan spesialisasi internis dari FK UNPAD Bandung serta pelatihan klinis reumatologi dan osteoporosis di Perth, Australia. Saat ini belia
Dokumen tersebut membahas tentang sindrom dan penyakit geriatri. Terdapat penjelasan mengenai pengertian sindrom dan penyakit geriatri, contoh penyakit geriatri seperti osteoartritis dan osteoporosis, serta sindrom geriatri seperti 14-i syndrome. Juga dibahas mengenai penanganan komprehensif pasien geriatri melalui pengkajian paripurna pasien geriatri.
Pasien laki-laki berumur 13 tahun datang dengan keluhan demam dan luka di mulut yang menyebabkan nyeri dan sulit makan. Luka tersebut muncul setelah menggunakan obat gentian violet dari puskesmas. Berdasarkan riwayat penyakit, lokalisasi luka, dan gejala klinis, diduga pasien mengalami dermatitis kontak alergi akibat obat gentian violet.
Penyakit Buerger atau tromboangitis obliterans merupakan bentuk vaskulitis yang ditandai dengan trombus dan sel-sel inflamasi pada arteri kecil dan sedang di ekstremitas yang disebabkan oleh merokok dan dapat menyebabkan nekrosis jaringan. Diagnosis didasarkan pada riwayat merokok, gejala iskemik, hasil angiografi, dan histopatologi dengan pengobatan kombinasi obat-obatan dan terkadang amputasi.
Sindrom Stevens-Johnson pertama diketahui pada 1922 oleh dua dokter,
Dr. Stevens dan Dr. Johnson, pada dua pasien anak laki-laki. Namun dokter tersebut tidak dapat menentukan penyebabnya. (http://spiritia.or.id/li/pdf/LI562.pdf: 2013)
Berbagai sinonim dipakai untuk penyakit ini, diantaranya eritema multiforme mayor, namun yang lajim ialah sindrom stevens-johnson (SSJ). Juga ada varian yang lebih parah lagi, yang disebut sebagai nekrolisis epidermal toksik (toxic epidermal necrolysis/TEN).
Karena kesamaan dalam temuan klinis dan histopatologis, etiologi obat, dan mekanisme terjadinya penyakit, SSJ dan NET mewakili keparahan varian dari proses identik yang berbeda hanya dalam persentasi luas permukaan tubuh yang terlibat, maka kedua penyakit dikelompokkan sebagai nekrolisis epidermal (NE). Nekrolisis epidermal diklasifikasi dalam 3 kelompok berdasarkan luas permukaan tubuh total di mana epidermis mengalami epidermolisis, yaitu SSJ (luas permukaan tubuh yang terkena <10%), />30%).1
Insiden keseluruhan SSJ diperkirakan 1-6 kasus/juta/tahun1, dapat mengenai semua ras.2 Rasio laki-laki/perempuan ialah 2:1.3 Angka kematian SSJ 5–21% dan TEN >30%.1 Sindrom Stevens-Johnson merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kematian sehingga perlu penanganan cepat dan tepat/optimal.
1. Definisi
Berikut ini beberapa pendapat mengenai definisi Sindrom Stevens-Johnson.
Menurut Kamus Dorland, 2010, Sindrom Stevens-Johnson adalah sindrom yang dulunya diduga sebagai bentuk eritema multiforme yang berat. Gejala-gejala respirasi prodromal mendahului lesi-lesi mukokutan yang khas dan gejala-gejala lain. Pada area kulit yang luas dan membran mukosa oronasal, genital dan kolon timbul makula dan menjadi nekrotik; krusta hemoragik tampak pada bibir. Lesi pada mata dapat mencakup konjungtivitis, iritis, keratitis, dan perforasi serta kekeruhan kornea, yang menyebabkan kebutaan. Paru,gastrointestinal, jantung, dan dan ginjal juga dapat terlibat, seringkali berakibat fatal.
Menurut Adhi Djuanda, tahun 2009, Sindrom Stevens-Johnson (SSJ) merupakan sindrom yang mengenai kulit selaput lendir di orifisium, dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat; kelainan pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura.
Sindrom Stevens-Johnson (SSJ) dan nekrolisis epidermal toksis (NET) ialah reaksi mukokutan akut yang ditandai dengan nekrosis dan pengelupasan epidermis luas, dan dapat menyebabkan kematian. (Valeyrie-Allanore L, Roujeau J-C. 2008. Dalam Jurnal M. Athuf Thaha, 2009)
Pasien wanita berusia 72 tahun datang dengan keluhan bintil-bintil berisi cairan di kelopak mata kiri dan dahi kiri disertai nyeri dan gatal. Didiagnosis menderita herpes zoster oftalmikus sinistra berdasarkan pemeriksaan fisik dan penunjang. Dilakukan penatalaksanaan dengan obat antivirus, analgesik, dan antiseptik serta menjaga kebersihan dan istirahat. Prognosis umumnya baik asalkan mendapat peng
Berdasarkan dokumen tersebut, ibu mengeluh gatal-gatal dan munculnya plak di sekitar sendi lutut dan lengan selama sebulan terakhir. Plak tersebut menebal dan sering kambuh ketika cuaca dingin dan lembab. Sendi-sendi juga terasa sakit. Berdasarkan gejala klinis, diduga ibu mengalami psoriasis.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
1. Oleh:
Usqi Krizdiana
Pembimbing:
dr. Boedhy Setyanto, Sp.KK
LAB ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
KEPANITERAAN KLINIK FK UNISMA
RSUD KANJURUHAN KEPANJEN KAB.MALANG
2014
SKLERODERMA
REFERAT
2. DEFINISI
Skleroderma adalah penyakit
kronik, tidak diketahui
penyebabnya dan mengenai
pembuluh darah mikro serta
jaringan ikat lunak.
Tanda:
fibrosis dan obliterasi
pembuluh darah kulit,
paru, pencernaan, ginjal
dan jantung.
3. LOKAL
• Relatif jarang didapat
• Wanita 3x lebih sering daripada
laki-laki
• Kulit putih lebih sering
• Umur 20-50 tahun
SISTEMIK
• Wanita 4x lebih banyak
• Kulit hitam > kulit putih.
• umur 30-50 tahun
EPIDEMIOLOGI
6. GEJALA
KLINIS
1. Skleroderma Lokal/Sirkumskripta (Morfea)
PLAQUE MORPHEA
Perubahan setempat yang dapat ditemukan
dibagian tubuh mana saja.
LINEAR SCLEROSIS
Perubahan skleroderma pada kulit dalam bentuk garis-
garis.
Varian linear sklerosis → skleroderma en coup de sabre
→ deformitas muka dan kelainan tulang
MORFEA GENERALISATA
Kombinasi dari beberapa bentuk morfea.
Tersebar luas dan disertai atrofi otot sehingga
timbul disabilitas
7. • Bentuk sangat jarang
• Lesi: bercak kecil dan bulat yg atrofik, di
sekitarnya terdapat halo ungu kebiruan
• Beberapa lesi berkelompok, lokalisasi
biasanya di dada atau leher
Morfea Gutata
Skleroderma Lokal (Morfea)
• Dapat berlokalisasi di muka &
menyebabkan hemi atrofi
• Bila berada di sebuah atau lebih
ekstremitas, di samping ada indurasi ada
pula atrofi pada lemak subkutis dan otot
kontraktur otot dan tendon, ankilosis
pada sendi tangan & kaki
Morfea Segmental
8. • Kelainan vasomotorik:
akrosianosis dan akroasifiksi
• Di muka → telengatiektasis.
Tampak juga bercak edematosa
batas tidak jelas → bercak-
bercak berindurasi, berwarna
agak putih kekuningan.
• Pengerasan kulit dan
keterbatasan pergerakan → muka
topeng, mikrostomia.
• Sklerodaktili pada jari tangan
dengan ulserasi pada ujung,
akrosklerosis dengan
hiperpigmentasi dan
depigmentasi serta atrofi.
Stadium I
• Mukosa oral
terkena → indurasi
di lidah dan
ginggiva serta
terdapat
paroksisma
vasomotorik dan
kelainan
sensibilitas.
Stadium II
• Alat-alat visera
terserang.
• - Disfungsi dan ↓
motilitas
esophagus →
disfagia dan
malabsorbsi.
• -Fibrosis paru →
dispnea, bahkan
kor pulmonale →
payah jantung.
• -Secara perlahan
ginjal mengalami
kegagalan fungsi,
disertai uremia dan
hiperpigmentasi
Stadium III
2. Skleroderma Difusa Progresif / Sklerosis Sistemik
9.
10. 1. Histopatologi
2. ANA test
3. Pemeriksaan imunoglobulin.
3. Pemeriksaan darah lengkap
4. Pemeriksaan fungsi Ginjal, fungsi
paru, jantung
Pemeriksaan Penunjang
11. DIAGNOSIS
I. MORFEA/SKLERODERMA LOKAL
Anamnesis
• Kulit pasien terasa tebal, keras atau
ketat, beberapa pasien mengeluh gatal.
Pemeriksaan
Fisik
• Plak soliter, linier atau
generalisata. Distribusi pada
batang tubuh, juga bisa pada
ekstremitas, wajah, atau kepala
Pemeriksaan
Penunjang
•Histopatologi
•IgG
•Radiologi
•Darah lengkap
12. Kriteria Mayor
Skleroderma proksimal:
penebalan, penegangan dan
pengerasan kulit yang
simetrik pada kulit jari dan
kulit proksimal. Dapat
mengenai seluruh
ekstremitas, muka, leher,
toraks dan abdomen.
Kriteria Minor
•Sklerodaktili
•Pencekungan jari atau
hilangnya substansi jari.
•Fibrosis basal kedua
paru..
American Rheumatism Association (ARA)
• Satu kriteria mayor, atau
• 2 dari 3 kriteria Minor
SKLERODERMA
SISTEMIK
DIAGNOSIS
15. KOMPLIKASI
MORFEA
Atropi jaringan subkutaneus dan otot
serta kontaktur sendi paling sering
ditemukan pada skleroderma linier,
generalisata, dan subkutaneus (profunda).
Pada kasus yang berat dan jarang, morfea
pansklerotik membutuhkan amputasi
pada ekstremitas yang terlibat karena
pertumbuhan yang terganggu.
Pasien dengan keterlibatan kraniofasial
linier, seperti en coup de sabre dan
hemiatropi fasial, dapat memiliki
abnormalitas neurologik, oftalmologik,
dan oral.
SKLERODERMA
SISTEMIK
Komplikasi Skleroderma sistemik
terjadi akibat :
PAH (pulmonary arterial
hypertension),
RP (Raynaud’s phenomenon)
SRC (scleroderma renal crisis)→
Terjadi hipertensi maligna dan
anemia hemolitik mikroangiopati
pada pasien scleroderma.
16. PENATALAKSANAAN
UMUM
• Edukasi pasien tentang penyakit
morfea
• Kontrol secara teratur
• Penderita harus dilindungi terhadap
kedinginan, bila terdapat fenomena
Raynaud
17. • Operasi bedah plastik
atau injeksi triamsinolon
acetonid intralesi, dosis 1
mg/lokasi suntikan,
maksimal 10 lokasi
• Topikal salep
kortikosteroid
(triamsinolon,
betametason)
Lokal
• Kortikosteroid sistemik:
Prednison dosis awal 30
mg/hari diturunkan secara
perlahan-lahan hingga
dosis maintenance 2,5 – 5
mg/hr.
• Vitamin E 200 IU per hari
selama 3-6 bulan.
• Methyldopa 125-500
mg/hari, dinaikkan secara
bertahap dipertahankan 1-3
bulan sampai ada kemajuan
klinis.
Sistemik
18. Prognosis
Angka harapan hidup lima tahun
pasien sklerosis sistemik
adalah sekitar 68%. Harapan
hidup akan makin pendek dengan
makin luasnya kelainan kulit
dan banyaknya keterlibatan
organ visceral.
• Kebanyakan kasus morfea
adalah self-limited
• Pada 50% penderita morfea,
lesi akan menghilang atau
berkurang dengan
meninggalkan bekas hipo atau
depigmentasi
• Lesi en coup de sabre tetap
tidak berubah atau akan
menjadi lebih ekstensif