SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
REFERAT

   CATAMENIAL PNEUMOTHORAX




                    Disusun oleh :

                 Andreas Kurniawan S

                      030.08.026

                    Pembimbing :

                    dr. Dian, Sp. P




     KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DR. MINTOHARDJO JAKARTA
        PERIODE 15 JANUARI 2013 – 30 MARET 2013
    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

                       JAKARTA
Lembar Pengesahan



                               REFERAT

                  CATAMENIAL PNEUMOTHORAX




                        Telah dipresentasikan oleh

                          Andreas Kurniawan S

                               030.08.026




                        Tanggal :   Febuari 2013

                  Tempat : RSAL dr. Mintohardjo Jakarta




                          Telah disahkan oleh :




  Pembimbing                                         Koordinator Kepaniteraan Klinik




dr. Dian, Sp. P                                             dr. Erna Khaeriyah
BAB I

                                     PENDAHULUAN

       Paru paru merupakan organ elastik yang akan mengempis bila tidak ada yang
mempertahankan pengembangannya. Paru-paru mengapung dalam rongga toraks dan
dikelilingi oleh membran yang membentuk dua lapisan yaitu lapisan parietal dan visceral
diantara kedua lapisan ini membentuk rongga pleura, didalamnya terdapat cairan pleura yang
berfungsi sebagai pelumas bagi paru-paru supaya dapat mengembang dan mengempis.
       Pneumothorax adalah keadaan terdapatnya gas atau udara di dalam rongga pleura
sehingga menyebabkan tekanan negatif rongga pleura berkurang. tanpa adanya tekanan
negatif yang menjaga paru tetap mengembang maka paru akan kolaps oleh karena sifat
elastisitasnya. Hal ini menyebabkan volume paru berkurang dan dapat menyebabkan gagal
pernafasan. Pneumothoraks terbagi menjadi dua yaitu pneumothoraks spontan dan traumatik.
Pneumothoraks spontan dapat dibagi menjadi primer atau sekunder. Pneumothoraks tramatik
dapat dibagi menjadi iatrogenic atau non iatrogenic.
       Insidensi pneumothoraks sering sulit diketahui secara pasti oleh karena banyak
episode yang muncul dan hilang tanpa diketahui. Secara epidemiologi ditemukan lebih sering
muncul pada penderita berumur lebih dari 40 tahun dengan perbandingan laki-laki :
perempuan adalah 5:1.
       Dalam perkembangan ilmu kedokteran terdapat kemajuan di bidang penatalaksanan
kasus pneumothoraks. Pendekatan seperti VATS(video assisted thoracoscopy surgery)
memberi banyak keuntungan pada pasien yang mengalami pneumothoraks relaps dan dapat
mengurangi lama rawat inap.1
BAB II
                                TINJAUAN PUSTAKA


1.   DEFINISI
     Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara di dalam rongga pleura.2
2.   ETIOLOGI
     Etiologi dapat dibagi menjadi 2 yaitu spontan dan traumatik. Spontan berarti
     terjadi secara non traumatik. Traumatik disebabkan olehkarena perlukaan.
     Pneumothorax spontan dibagi menjadi primer dan sekunder. Pneumothorax
     spontan primer terjadi secara idiopatik. Pneumothorax spontan sekunder adalah
     disebabkan oleh kelanjutan dari penyakit lain seperti TBC paru, PPOK, Ca paru,
     asma, dan pneumonia. Traumatik dibagi dua menjadi iatrogenik dan non
     iatrogenik. Iatrogenik disebkan oleh karena tindakan medis.pneumothoraks
     traumatik iatrogenic accidental dan artificial. Pneumotoraks traumatik iatrogenik
     aksidental adalah suatu pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan medis karena
     kesalahan atau komplikasi dari tindakan tersebut, misalnya pada parasentesis
     dada, biopsi pleura. Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate)
     adalah suatu pneumotoraks yang sengaja dilakukan dengan cara mengisikan udara
     ke dalam rongga pleura.on iatrogenic disebabkan oleh karena trauma seperti
     trauma tajam akibat kecelakaan lalu lintas.3
3.   KLASIFIKASI
     Pneumothorax diklasifikasikan menjadi berdasarkan etiologi, fistulanya, dan luas
     paru yang kolaps. Secara etiologi telah dibahas diatas. Klasifikasi berdasar jenis
     fistulanya dibagi menjadi tiga yaitu tertutup (simple pneumothorax), terbuka (open
     pneumothorax) dan ventil (tension pneumothorax).
     a. Pada pneumothorax tertutup, tidak terdapat hubungan antara dunia luar dengan
        rongga pleura termasuk udara bronkus dan tekanan di rongga pleura tetap
        negatif. Udara di dalam rongga pleura lama kelamaan akan diserap oleh
        jaringan sekitar.
     b. Pada pneumothorax terbuka terdapat hubungan antara rongga pleura dengan
        dunia luar sehingga tekanan di dalam rongga pleura sama dengan udara luar.
        Pada saat inspirasi tekanan rongga pleura menjadi negatif dan saat ekspirasi
        menjadi positif seperti keadaan normal. Namun karena ada hubungan dengan
        udara luar maka udara akan keluar masuk dari rongga pleura dan bukan dari
rongga alveoli oleh karena elastisitas paru yang menyebabkan paru mengkerut.
      Pada saat ekspirasi mediastinum akan terdorong ke sisi yang sakit karena
      tekanan pada sisi yang sakit lebih rendah (sucking wound).
   c. Pada ventil pneumothorax, fistel pada pleura bersifat ventil. Pada waktu
      inspirasi dapat masuk ke rongga pleura sedangkan saat ekspirasi udara di
      dalam rongga pleura terperangkap. Keadaan tersebut menyebabkan tekanan di
      rongga pleura semakin bertambah setiap kali inspirasi sehingga paru dan
      mediastinum dapat terdesak ke sisi yang sehat. Pneumothoraks seperti ini
      sangat mungkin terjadinya gagal nafas dan gangguan hemodinamik.
   Pembagian jenis pneumothoraks menurut luas paru yang mengalami kolaps ada
   dua:
   a. Pneumothoraks parsialis, yaitu yang mnekan sebagian kecil paru (<50%
      volume paru)
   b. Pneumothoraks totalis, yaitu pneumothoraks yang mengenai sebagian besar
      paru (>50% volume paru )
   c. Cara perhitungan luas pneumothoraks
          i. Rasio antara volume paru yang tersisa dengan volume
             hemitoraks,          dimana   masing-masing    volume    paru   dan
             hemitoraks diukur sebagai volume kubus (2).
Misalnya : diameter kubus rata-rata hemitoraks adalah 10cm dan diameter
            kubus rata-rata paru-paru yang kolaps adalah 8cm, maka rasio
            diameter kubus adalah :
              83            512
             ______       ________
                      =              = ± 50 %
              103          1000


          ii. Menjumlahkan jarak terjauh antara celah pleura pada garis
             vertikal, ditambah dengan jarak terjauh antara celah pleura pada
             garis horizontal, ditambah dengan jarak terdekat antara celah
             pleura pada garis horizontal, kemudian dibagi tiga, dan dikalikan
             sepuluh (2).
% luas pneumotoraks

                                         A + B + C (cm)
                                         __________________
                                     =                        x 10
                                               3




     d. Rasio antara selisih luas hemitoraks dan luas paru yang kolaps dengan
        luas hemitoraks (4).


                                      (L) hemitorak – (L) kolaps paru

                                      (AxB) - (axb)
                                      _______________
                                                        x 100 %
                                           AxB




4.   PATOFISIOLOGI
        Paru-paru dibungkus oleh dua lapisan yang terdiri dari satu membran
     yang membentuk pleura viceralis dan pleura parietalis. Diantara pleura
     viceralis dan parietalis terdapat cavum pleura. Dalam cavum pleura
     terdapat sekitar 1cc cairan pleura yang berguna sebagai pelumas paru
     saat mengembang. Tekanan intra pleura selalu negatif dalam keadaan
     normal.                                                            Tekanan
     negatif pada intrapleura membantu dalam proses respirasi. Secara garis
     besar, semua jenis pneumotorak mempunyai dasar patofisiologi yang
     hampir sama. Mekanisme pada saat inspirasi oleh karena tekanan negatif
pleura maka bila ada hubungan antara dunia luar dengan cavum pleura
        maka udara akan masuk ke dalam pleura dan paru tidak akan
        mengembang. Pada pneumothoraks, tekanan dalam cavum pleura
        menjadi semakin positif oleh karena terdapatnya udara di dalam rongga
        pleura. Pada keadaan tersebut paru akan mengganggu ekspansi paru
        oleh karena tekanan di rongga pleura yang negatif diperlukan untuk
        menjaga supaya paru mengikuti gerak dinding dada. Bila jumlah udara
        cukup banyak maka pada saat inspirasi terjadi hiperekspansi cavum
        pleura yang dapat mengakibatkan penekanan pada mediastinum yang
        kemudian     menekan     sisi      dada   yang     sehat. Pada saat ekspirasi,
        mediastinal kembali lagi ke posisi semula. Proses yang terjadi ini dikenal
        dengan mediastinal flutter. Pneumotorak ini terjadi biasanya pada satu
         sisi,   sehingga      respirasi      paru       sisi   sebaliknya      masih
        bisa menerima udara secara maksimal dan bekerja dengan sempurna.
        Bila karena luka yang bersifat ventil, udara akan masuk ke rongga pleura
        setiap kali inspirasi dan terperangkap saat ekspirasi, hiperekspansi
        cavum pleura pada saat inspirasi menekan mediastinal ke sisi yang
        sehat dan saat ekspirasi udara terjebak pada paru dan cavum pleura
        terjadilah penekanan vena cava, shunting udara ke paru yang sehat, dan
        obstruksi jalan napas. Akibatnya dapat timbulah gejala pre-shock atau
        shock oleh karena penekanan vena cava. Kejadian ini dikenal dengan
        tension pneumotorak.


5.      EPIDEMIOLOGI
        Data epidemiologi berbeda-beda berdasarkan jenis pneumothorax.
     1. Pneumothoraks spontan primer, sekunder dan rekuring:
            Sangat mungkin bahwa insidensi pneumothorax spontan primer
     dibawah perkiraan. Lebih dari 10% pasien asimtomatik, dan yang memiliki
     gejala ringan sering tidak berobat. Sering muncul pada grup usia 20-30 tahun,
     dengan insidensi tertinggi pada umur 20-an awal. Jarang ditemukan pada
     individu diatas umur 40 tahun. Pria memiliki insidensi 7,4-18 kasus per
     100.000 orang per tahun dan pada wanita1,2-6 kasus per 100.000 orang per
     tahun. Perbandingan antara pria dan wanita adalah 6,2:1.
Pada pneumothoraks spontan sekunder muncul lebih sering pada usai
60-65 tahun. Insidensi antara 6,3 kasus per 100.000 orang per tahun untuk
wanita dan 2per100.000 pada wanita. Perbandingan antara pria dan wanita
adalah 3,2:1. Penyakit paru obstruktif kronis adalah penyebab yang sering
pada pneumothoraks spontan sekunder dengan insidensi 26:100.000 kasus
per tahun.
       Hal-hal yang dapat meningkatkan insidensi pneumothorax: merokok
meningkatkan resiko 20 kali lipat pada pria dan 10 kali lipat pada wanita,
meningkat setara dengan jumlah rokok yang dikonsumsi per hari. Habitus
tubuh pria kurus tinggi antara umur 20-40 memiliki tingkat insidensi tertinggi.
2. Pneumothorax traumatik
       Tension dan traumatik pneumothorax muncul lebih sering dari pada
pneumothorax spontan, dan meningkat oleh karena meningkatnya jumlah
fasilitas perawatan intensif yang semakin menambah jumlah penggunaan
modalitas ventilator tekanan positif dan penempatan kateter vena sentral
yang meningkatkan potensial terjadinya pneumothorax iatrogenic.
       Insidensi pneumothorax iatrogenic adalah antara 5-7:10.000 pasien
rawat inap, dengan pasien bedah thorax dieksklusikan karena merupakan
outcome yang sering terjadi.
       Pneumothorax muncul pada 1-2% dari semua neonatus, dengan
insidensi lebih tinggi pada bayi dengan neonatal respiratory distres syndrome.
Terdapat penelitian yang melaporkan insidensi setinggi 19%.
3. Pneumothoraks ventil
       Pneumothorax ventil adalah komplikasi pada 1-2% pasien
pneumothorax spontan. Sampai akhir abad ke-19 tuberkulosis merupakan
etiologi terbanyak dari pneumothorax spontan, 1,4% penderita tuberkulosis
mengalami pneumothorax.
       Insidensi pneumothoraks venitl sulit ditentukan, 10-30% pasien trauma
di US menerima thorachostomi, namun tidak semua benar-benar memiliki
pneumothoraks ventil. Angka tersebut tinggi oleh karena resiko misdiagnosa
dapat mengakibatkan kematian.
4. Katamenial pneumothorax
Insidensi catamenial pneumothorax sangat jarang yang muncul pada
     wanita umur 30-50 tahun. Secara tipikal muncul 1-3 hari setelah onset
     menstruasi.



6.      MANIFESTASI KLINIS
             Berdasarkan anamnesis, gejala dan keluhan yang sering muncul
        adalah (2), (4), (5) :
        1. Sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien. Seringkali
             sesak dirasakan mendadak dan dapat bertambah makin berat.
        2. Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan
             tajam pada sisi yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri
             pada gerak pernapasan.
        3. Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien.
        4. Denyut jantung dan frekuensi nafas meningkat.
        5. Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang
             kurang.
        6. Tidak menunjukkan gejala (silent) yang terdapat pada 5-10% pasien,
             biasanya pada jenis pneumotoraks spontan primer.




        Berat ringannya keadaan penderita tergantung pada tipe pneumotoraks
tersebut, (2):
1. Pneumotoraks tertutup atau terbuka, sering tidak berat
2. Pneumotoraks ventil dengan tekanan positif tinggi, sering dirasakan lebih
     berat
3. Berat ringannya pneumotoraks tergantung juga pada keadaan paru yang lain
     serta ada tidaknya jalan napas.
4. Nadi cepat dan pengisian masih cukup baik bila sesak masih ringan, tetapi
     bila penderita mengalami sesak napas berat, nadi menjadi cepat dan kecil
     disebabkan pengisian yang kurang.

                                            (3), (4)
Pada pemeriksaan fisik torak didapatkan            :
     1. Inspeksi :
a. Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper           ekspansi
            dinding dada)
       b.   Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal
       c. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat
    2. Palpasi :
       a. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar
       b. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat
       c. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit
    3. Perkusi :
       a. Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak
            menggetar
       b. Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan
            intrapleura tinggi


    4. Auskultasi :
        a. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang
        b. Suara vokal melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni negatif
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
   1. Foto Röntgen
         Gambaran       radiologis   yang   tampak   pada     foto   röntgen   kasus
     pneumotoraks antara lain (6):
      a. Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps
         akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru
         yang kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai
         dengan lobus paru.
      b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaque
         yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang
         luas sekali. Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan
         sesak napas yang dikeluhkan.
      c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium
         intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah.
         Apabila ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang sehat,
         kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan
         intra pleura yang tinggi.
d. Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan
       sebagai berikut (3):
       1) Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi
           jantung, mulai dari basis sampai ke apeks. Hal ini terjadi apabila
           pecahnya fistel mengarah mendekati hilus, sehingga udara yang
           dihasilkan akan terjebak di mediastinum.
       2) Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam dibawah
           kulit.    Hal      ini   biasanya   merupakan   kelanjutan      dari
           pneumomediastinum. Udara yang tadinya terjebak di mediastinum
           lambat laun akan bergerak menuju daerah yang lebih tinggi, yaitu
           daerah leher. Di sekitar leher terdapat banyak jaringan ikat yang
           mudah ditembus oleh udara, sehingga bila jumlah udara yang
           terjebak cukup banyak maka dapat mendesak jaringan ikat tersebut,
           bahkan sampai ke daerah dada depan dan belakang.
       3) Bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura, maka akan
           tampak permukaan cairan sebagai garis datar di atas diafragma




          Foto Rö pneumotoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan anak
          panah merupakan bagian paru yang kolaps




1. Analisa Gas Darah
Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi
       meskipun pada kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pada pasien
       dengan gagal napas yang berat secara signifikan meningkatkan mortalitas
       sebesar 10%.
  2. CT-scan thorax
           CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema
       bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan
       ekstrapulmoner dan untuk membedakan antara pneumotoraks spontan primer
       dan sekunder.




  7.      PENATALAKSANAAN

Tujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks adalah untuk mengeluarkan udara
  dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Pada
  prinsipnya, penatalaksanaan pneumotoraks adalah sebagai berikut :
  1. Observasi dan Pemberian O2
           Apabila fistula yang menghubungkan alveoli dan rongga pleura telah
       menutup, maka udara yang berada didalam rongga pleura tersebut akan
       diresorbsi. Laju resorbsi tersebut akan meningkat apabila diberikan tambahan
       O2. Observasi dilakukan dalam beberapa hari dengan foto toraks serial tiap
                                           (2)
       12-24 jam pertama selama 2 hari        . Tindakan ini terutama ditujukan untuk
                                           (4).
       pneumotoraks tertutup dan terbuka
  2. Tindakan dekompresi
           Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumotoraks
       yang luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan untuk mengurangi
tekanan intra pleura dengan membuat hubungan antara rongga pleura
dengan udara luar dengan cara (2) :
 a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura,
     dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan
     berubah menjadi negatif karena mengalir ke luar melalui jarum tersebut
     (2), (4)
            .
 b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil :
         1) Dapat memakai infus set
                     Jarum ditusukkan ke dinding dada sampai ke dalam rongga
                pleura, kemudian infus set yang telah dipotong pada pangkal
                saringan tetesan dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah
                klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara yang
                keluar dari ujung infus set yang berada di dalam botol (4).
         2) Jarum abbocath
                     Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri dari gabungan
                jarum dan kanula. Setelah jarum ditusukkan pada posisi yang
                tetap di dinding toraks sampai menembus ke rongga pleura, jarum
                dicabut dan kanula tetap ditinggal. Kanula ini kemudian
                dihubungkan dengan pipa plastik infus set. Pipa infuse ini
                selanjutnya dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah klem
                penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara yang keluar
                dari ujung infuse set yang berada di dalam botol (4).
         3) Pipa water sealed drainage (WSD)
                     Pipa khusus (toraks kateter) steril, dimasukkan ke rongga
                pleura dengan perantaraan troakar atau dengan bantuan klem
                penjepit. Pemasukan troakar dapat dilakukan melalui celah yang
                telah dibuat dengan bantuan insisi kulit di sela iga ke-4 pada linea
                mid aksilaris atau pada linea aksilaris posterior. Selain itu dapat
                pula melalui sela iga ke-2 di garis mid klavikula.
                     Setelah   troakar   masuk,    maka    toraks    kateter   segera
                dimasukkan ke rongga pleura dan kemudian troakar dicabut,
                sehingga hanya kateter toraks yang masih tertinggal di rongga
                pleura. Selanjutnya ujung kateter toraks yang ada di dada dan
                pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik lainnya. Posisi
ujung pipa kaca yang berada di botol sebaiknya berada 2 cm di
                bawah permukaan air supaya gelembung udara dapat dengan
                                                                  (3), (4)
                mudah keluar melalui perbedaan tekanan tersebut          .
                     Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila tekanan
                intrapleura tetap positif. Penghisapan ini dilakukan dengan
                memberi tekanan negatif sebesar 10-20 cm H2O, dengan tujuan
                agar paru cepat mengembang. Apabila paru telah mengembang
                maksimal dan tekanan intra pleura sudah negatif kembali, maka
                sebelum dicabut dapat dilakukuan uji coba terlebih dahulu dengan
                cara pipa dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila tekanan
                dalam rongga pleura kembali menjadi positif maka pipa belum
                bisa dicabut. Pencabutan WSD dilakukan pada saat pasien dalam
                keadaan ekspirasi maksimal (2).




3. Torakoskopi
        Yaitu suatu tindakan untuk melihat langsung ke dalam rongga toraks
    dengan alat bantu torakoskop.
4. Torakotomi
5. Tindakan bedah (4)
      a. Dengan pembukaan dinding toraks melalui operasi, kemudian dicari
         lubang yang menyebabkan pneumotoraks kemudian dijahit
b. Pada pembedahan, apabila ditemukan penebalan pleura yang
          menyebabkan paru tidak bias mengembang, maka dapat dilakukan
          dekortikasi.
       c. Dilakukan resesksi bila terdapat bagian paru yang mengalami robekan
          atau terdapat fistel dari paru yang rusak
       d. Pleurodesis. Masing-masing lapisan pleura yang tebal dibuang,
          kemudian kedua pleura dilekatkan satu sama lain di tempat fistel
6. Non medikamentosa
       a. Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan tambahan
          ditujukan terhadap penyebabnya. Misalnya : terhadap proses TB paru
          diberi OAT, terhadap bronkhitis dengan obstruksi saluran napas diberi
          antibiotik dan bronkodilator (4).
                                                                    (4)
       b. Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang berat     .
       c. Pemberian antibiotik profilaksis setelah setelah tindakan bedah dapat
          dipertimbangkan, untuk mengurangi insidensi komplikasi, seperti
          emfisema (3).
7. Rehabilitasi(4)
       a. Penderita yang telah sembuh dari pneumotoraks harus dilakukan
          pengobatan secara tepat untuk penyakit dasarnya.
       b. Untuk sementara waktu, penderita dilarang mengejan, batuk atau
          bersin terlalu keras.
       c. Bila mengalami kesulitan defekasi karena pemberian antitusif, berilah
          laksan ringan.
       d. Kontrol penderita pada waktu tertentu, terutama kalau ada keluhan
          batuk, sesak napas.
BAB III
                     CATAMENIAL PNEUMOTHORAX


1.   DEFINISI
        Catamenial     pneumothorax      didefinisikan   sebagai   pneumothoraks
     spontan dan recurent yang muncul dalam 72 jam setelah onset
     menstruasi.7
2.   ETIOLOGI
        Penyebab catamenial pneumothorax masih kurang dimengerti namun
     diduga oleh karena defek pada diafragma dan implant jaringan
     endometrium. Penemuan paling sering pada video-assisted thoracic
     surgery, defek diafragma dan nodul-nodul pada pleura viceralis. Pada
     pemeriksaan patologi menunjukkan jaringan endometriosis. Temuan-
     temuan pada bedah eksplorasi mendukung teori udara yang masuk
     melalui transabdomen-transdiafragma sebagai patogenesis catamenial
     pneumothorax. 7
3.   EPIDEMIOLOGI
        Catamenial pneumothorax terdapat pada wanita dengan grup usia
     paling sering antara umur 20-40 tahun. Dan muncul hanya pada
     hemithorax kanan oleh karena penyebab yang tidak diketahui. Insidensi
     pastinya tidak diketahui.
4.   PATOFISIOLOGI
        Pada catamenial pneumothorax, terdapat jaringan endometrium di
     pleura dan diafragma. Jaringan tersebut secara hormonal birsifat
     fungsional dalam arti akan mengalami siklus penebalan dan meluruh yang
     sama selayaknya jaringan endometrium sesuai dengan stimulus hormon
     gonad. Pada pasien dengan catamenial pneumothorax yang memiliki
     endometriosis, pneumothoraks terjadi karena proses meluruhnya jaringan
     endometriosis dalam pleura. Terdapat 3 teori mengenai bagaimana
     jaringan endometriosis dapat masuk ke dalam rongga pleura dan
     diafragma.     Yaitu   teori   coelomic   metaplasia,   embolisme   jaringan
     endometrium melalui saluran limfa dan pembuluh darah, dan migrasi
     jaringan endometrium transabdominal-transdiafragma. Teori pertama
     berhipotesa bahwa jaringan pleura dan uterus serta peritoneum berasal
dari jaringan mesoepitelium yang sama dalam embrio sehingga bila
     terdapat stimuli patologis maka akan terjadi metaplasia menjadi jaringan
     endometrium.      Namun    teori   tersebut   tidak   menjelaskan    mengapa
     catamenial pneumothoraks terdapat pada hemithorax kanan dan mengapa
     dapat terjadi endometriosis di jaringan tubuh lainnya seperti di otak. Teori
     kedua membahas mengenai sel-sel endometrium yang mengalami
     embolisasi karena trauma atau peluruhan masuk ke dalam limfe atau
     pembuluh darah dan bersirkulasi sampai dia berimplan di suatu jaringan
     dalam tubuh. Teori ini memiliki cukup banyak pendukung namun tidak
     menjelaskan mengapa catamenial pneumothoraks hanya terjadi id bagian
     hemithorax kanan. Pada teori ketiga mengenai migrasi transabdominal-
     transdafragma menjelaskan bagaimana di rongga peritonium terdapat
     suatu aliran yang ada secara fisiologis dari uterus ke diafragma bagian
     kanan yang membawa debris, pus, sel, dan udara dari rongga pelvis ke
     diafragma bagian kanan. Dimana pada diafragma, dalam penelitian lain,
     sering memiliki defek congenital ke dalam rongga pleura. Teori ini
     menjelaskan mengapa selalu terjadi pneumothoraks kanan. Namun
     sampai     sekarang       bagaimana     pastinya      terjadinya    catamenial
     pneumothorax seperti mengapa proses peluruhan jaringan endometrium
     dapat menyebabkan masuknya udara ke dalam rongga pleura masih
     belum diketahui
5.   MANIFESTASI KLINIS
        Pada anamnesis, pasien wanita berumur antara 20-40 tahun datang
     dengan keluhan yang muncul dalam 72 jam setelah mulainya menstruasi,
     pneumothorax kanan dan rekuren dapat menambahkan kecurigaan ke
     arah catamenial pneumothorax. Pada sebagian besar kasus pasien
     memiliki riwayat endometriosis.
        Pada pemeriksaan fisik, tidak dapat dibedakan dari pneumothorax
     spontan primer.
6.   PEMERIKSAAN PENUNJANG
     a. X-ray thorax : ditemukan pneumothorax kanan
     b. Video-asisted thoracoscopy : ditemukan lesi endometrium berbentuk
        bulat oval tidak menonjol dengan diameter 2-10mm berwarna coklat
        sampai ungu(violet) pada pleura viceral, parietal, diafragma atau
apikal. Dapat juga ditemukan defec pada diafragma yang berukuran
        hanya beberapa milimeter, paling sering pada pars tendinosus.
     c. Video-asisted laparascopy : dapat ditemukan endometriosis pada
        diafragma
     d. Broncoscopy : jarang menemukan adanya lesi. Dapat ditemukan lesi
        berupa perdarahan lokal dengan produksi lendir yang menonjol atau
        bisa juga berupa hanya lesi kemerahan. Namun biopsi PA dengan
        bronkoskopi jarang menunjukan hasil positif sedangkan dengan
        menggunakan brush swab jelas positif sitologi.
     e. Patologi anatomi: ditemukan jaringan endometrium yang tampak
        secara makroskopis pada pleura atau diafragma atau pada bagian
        tubuh lain. Temuan histologi berupa kelenjar dan stroma endometrium
        dan epitel kubus berlapis semu sampai batang serta makrofag dengan
        hemosiderin.
7.   TERAPI
     a. Terapi medikamentosa untuk catamenial pneumothorax berorientasi
        dalam terapi endometriosis dengan menekan endometrium ektopik. Ini
        dapat dicapai dengan memberikan gonadotropin-releasing hormone
        antagonists seperti Luprin (189). Terapi hormon tidak selalu dapat
        mencegah catamenial pneumothorax dan rekurensi lebih dari 50%
     b. Terapi pembedahan berupa thoracoscopy dengan penutupan pada
        defec diafragma, reseksi bleb di pleura dan paru.
     c. Video-asisted thoracic surgery
            i. Definisi    :   merupakan      sejenis     bedah   thorax   dengan
                menggunakan bantuan video kamera kecil untuk melihat ke
                dalam rongga thorax sehingga dapat melakukan pembedahan
                dengan hanya menggunaka insisi yang kecil.
           ii. Pada       catamenial    pneumothorax,      bila   ditemukan   lesi
                endometriosis pada saat eksplorasi pleura maka akan segera
                dilakukan intervensi dengan reseksi lesi dan untuk kepentingan
                diagnostik dilakukan pemeriksaan patologi anatominya.
     d. Diaphragma resection
     e. Hanya    menutup       defek   pada   diafragma    dengan   menggunakan
        penjahitan sederhana menunjukkan angka rekurensi yang tinggi dan
tidak memberikan bahan pemeriksaan patologi anatomi. Selain itu lesi
                endometriosis     yang     ditinggal    dapat   menyebabkan        terjadinya
                pembentukan      defek    baru   pada    diafragma    serta     kemungkinan
                penyebaran      lesi   endometriosis.    Disarankan    dilakukan        reseksi
                diafragma dan penutupan dengan endoscopic stapler untuk lesi kurang
                dari 3cm dan mini video-assisted toracic surgery dan penutupan
                dengan penjahitan berbentuk x untuk lesi yang lebih besar.
                                           BAB IV
                                       KESIMPULAN


         Pneumotoraks merupakan suatu keadaan dimana rongga pleura terisi oleh
udara,    sehingga    menyebabkan         pendesakan     terhadap    jaringan    paru     yang
menimbulkan gangguan dalam pengembangannya terhadap rongga dada saat
proses respirasi. Oleh karena itu, pada pasien sering mengeluhkan adanya sesak
napas dan nyeri dada.
         Berdasarkan penyebabnya, pneumotoraks dapat terjadi baik secara spontan
maupun traumatik. Pneumotoraks spontan itu sendiri dapat bersifat primer dan
sekunder. Sedangkan pneumotoraks traumatik dapat bersifat iatrogenik dan non
iatrogenik. Dan menurut fistel yang terbentuk, maka pneumotoraks dapat bersifat
terbuka, tertutup dan ventil (tension).
         Dalam menentukan diagnosa pneumotoraks seringkali didasarkan pada hasil
foto röntgen berupa gambaran translusen tanpa adanya corakan bronkovaskuler
pada lapang paru yang terkena, disertai adanya garis putih yang merupakan batas
paru (colaps line). Dari hasil röntgen juga dapat diketahui seberapa berat proses
yang terjadi melalui luas area paru yang terkena pendesakan serta kondisi jantung
dan trakea.
         Pada    prinsipnya,    penanganan       pneumotoraks    berupa       observasi    dan
pemberian O2 yang dilanjutkan dengan dekompresi. Untuk pneumotoraks yang berat
dapat dilakukan tindakan pembedahan. Sedangkan untuk proses medikasi
disesuaikan dengan penyakit yang mendasarinya. Tahap rehabilitasi juga perlu
diperhatikan agar pneumotoraks tidak terjadi lagi.
DAFTAR PUSTAKA


1.   Guyton, Arthur, C. Hall, John, E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
     Jakarta : EGC; 1997. p. 598.
2.   Sudoyo, Aru, W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. K, Marcellus, Simadibrata.
     Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta : Pusat
     Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
     Indonesia; 2006. p. 1063.
3.   Bowman, Jeffrey, Glenn. Pneumothorax, Tension and Traumatic. Updated:
     2010     May       27;       cited   2011   January    10.    Available       from
     http://emedicine.medscape.com/article/827551
4.   Alsagaff, Hood. Mukty, H. Abdul. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :
     Airlangga University Press; 2009. p. 162-179
5.   Schiffman, George. Stoppler, Melissa, Conrad. Pneumothorax (Collapsed
     Lung).     Cited         :    2011    January    10.     Available     from      :
     http://www.medicinenet.com/pneumothorax/article.htm
6.   Malueka, Rusdy, Ghazali. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta : Pustaka
     Cendekia Press; 2007. p. 56
7.   A Bobbio, R trisolini, D Damotte, M Alifano. Thoracic Endometriosis and
     Catamenial Pneumothorax. Chapter 15. European Respiratory Monograph
     54: Orphan Lung Diseases. European Respiratory Surgery; 2011. P.
     265-273.

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Ppt Penyakit Asma
Ppt Penyakit AsmaPpt Penyakit Asma
Ppt Penyakit Asma
 
Copd
CopdCopd
Copd
 
Power point asma bronkial
Power point asma  bronkialPower point asma  bronkial
Power point asma bronkial
 
kejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
kejang-demam-terbaru-presentasi-pptkejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
kejang-demam-terbaru-presentasi-ppt
 
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt232593414 atelektasis-radiologi-ppt
232593414 atelektasis-radiologi-ppt
 
Cutaneous Larva Migrans
Cutaneous Larva MigransCutaneous Larva Migrans
Cutaneous Larva Migrans
 
Slide atelektasis paru
Slide atelektasis paruSlide atelektasis paru
Slide atelektasis paru
 
Bronkiektasis dechy
Bronkiektasis dechyBronkiektasis dechy
Bronkiektasis dechy
 
Pneumonia tito
Pneumonia titoPneumonia tito
Pneumonia tito
 
Abses paru Akper pemkab muna
Abses paru Akper pemkab munaAbses paru Akper pemkab muna
Abses paru Akper pemkab muna
 
PPT Efusi Pleura
PPT Efusi Pleura PPT Efusi Pleura
PPT Efusi Pleura
 
Penyakit Jantung Bawaan (PJB )
Penyakit Jantung Bawaan (PJB )Penyakit Jantung Bawaan (PJB )
Penyakit Jantung Bawaan (PJB )
 
5 Trauma Thorak
5 Trauma Thorak5 Trauma Thorak
5 Trauma Thorak
 
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada AnakPemeriksaan Jantung Pada Anak
Pemeriksaan Jantung Pada Anak
 
Definisi, Etiologi dan Faktor Resiko ASMA
Definisi, Etiologi dan Faktor Resiko ASMADefinisi, Etiologi dan Faktor Resiko ASMA
Definisi, Etiologi dan Faktor Resiko ASMA
 
Meningoensefalitis: minireview
Meningoensefalitis: minireviewMeningoensefalitis: minireview
Meningoensefalitis: minireview
 
Topik 14. Konsep dasar Neonatus, Bayi dan Balita.pdf
Topik 14. Konsep dasar Neonatus, Bayi dan Balita.pdfTopik 14. Konsep dasar Neonatus, Bayi dan Balita.pdf
Topik 14. Konsep dasar Neonatus, Bayi dan Balita.pdf
 
REFERAT DERMATITIS VENENATA-dr.EHD.pdf
REFERAT DERMATITIS VENENATA-dr.EHD.pdfREFERAT DERMATITIS VENENATA-dr.EHD.pdf
REFERAT DERMATITIS VENENATA-dr.EHD.pdf
 
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan AKut)
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan AKut)ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan AKut)
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan AKut)
 
Pengkajian b1 b6
Pengkajian b1 b6Pengkajian b1 b6
Pengkajian b1 b6
 

Viewers also liked

Viewers also liked (14)

Materi abses paru
Materi abses paruMateri abses paru
Materi abses paru
 
Nutrisi ppok
Nutrisi ppokNutrisi ppok
Nutrisi ppok
 
Askep pneumotoraks
Askep pneumotoraksAskep pneumotoraks
Askep pneumotoraks
 
Blok xii pbl 3.2 cover + pengantar + latar blkg + skenario + notulen hari i +...
Blok xii pbl 3.2 cover + pengantar + latar blkg + skenario + notulen hari i +...Blok xii pbl 3.2 cover + pengantar + latar blkg + skenario + notulen hari i +...
Blok xii pbl 3.2 cover + pengantar + latar blkg + skenario + notulen hari i +...
 
Askep trauma thorax
Askep trauma thoraxAskep trauma thorax
Askep trauma thorax
 
SDLP: ICC and UWSD
SDLP: ICC and UWSDSDLP: ICC and UWSD
SDLP: ICC and UWSD
 
Approach to the emergency patient
Approach to the emergency patientApproach to the emergency patient
Approach to the emergency patient
 
Trigeminal neuralgia 2_
Trigeminal neuralgia 2_Trigeminal neuralgia 2_
Trigeminal neuralgia 2_
 
Women’s issues
Women’s issuesWomen’s issues
Women’s issues
 
Pneumothorax
PneumothoraxPneumothorax
Pneumothorax
 
Kasus skenario 1 modul 2
Kasus skenario 1 modul 2Kasus skenario 1 modul 2
Kasus skenario 1 modul 2
 
Latihan soal ujian kompetensi keperawatan
Latihan soal ujian kompetensi keperawatanLatihan soal ujian kompetensi keperawatan
Latihan soal ujian kompetensi keperawatan
 
Pneumotórax
PneumotóraxPneumotórax
Pneumotórax
 
contoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensicontoh soal kasus uji kompetensi
contoh soal kasus uji kompetensi
 

Similar to Catamenial Pneumothorax

Asuhan keperawatan ps dg pneumothorax
Asuhan keperawatan ps dg pneumothoraxAsuhan keperawatan ps dg pneumothorax
Asuhan keperawatan ps dg pneumothoraxMarito Simanungkalit
 
Pneumothoraks
PneumothoraksPneumothoraks
Pneumothorakstya tia
 
pneumothoraxpowerpoint-120920104344-phpapp01.pdf
pneumothoraxpowerpoint-120920104344-phpapp01.pdfpneumothoraxpowerpoint-120920104344-phpapp01.pdf
pneumothoraxpowerpoint-120920104344-phpapp01.pdfPanduAkbar6
 
Askep tuberculosis (tb paru) dg efusi pleura
Askep tuberculosis (tb paru) dg efusi pleuraAskep tuberculosis (tb paru) dg efusi pleura
Askep tuberculosis (tb paru) dg efusi pleuraStiawan Akbar
 
Laporan Kasus - Pneumothorax.pptx
Laporan Kasus - Pneumothorax.pptxLaporan Kasus - Pneumothorax.pptx
Laporan Kasus - Pneumothorax.pptxssusere849b2
 
laporankasus-pneumothorax-231114120217-3822fc5b.pdf
laporankasus-pneumothorax-231114120217-3822fc5b.pdflaporankasus-pneumothorax-231114120217-3822fc5b.pdf
laporankasus-pneumothorax-231114120217-3822fc5b.pdfPanduAkbar6
 
Tindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumotoraksTindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumotoraksSulistia Rini
 
asuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_trauma thorax.docx
asuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_trauma thorax.docxasuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_trauma thorax.docx
asuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_trauma thorax.docxErinRika2
 
Perubahan pasca trauma sk 1 traumatologi
Perubahan pasca trauma sk 1 traumatologiPerubahan pasca trauma sk 1 traumatologi
Perubahan pasca trauma sk 1 traumatologiFaris Budiyanto
 

Similar to Catamenial Pneumothorax (20)

Pneumotoraks AKPER PEMKAB MUNA
Pneumotoraks AKPER PEMKAB MUNAPneumotoraks AKPER PEMKAB MUNA
Pneumotoraks AKPER PEMKAB MUNA
 
Asuhan keperawatan ps dg pneumothorax
Asuhan keperawatan ps dg pneumothoraxAsuhan keperawatan ps dg pneumothorax
Asuhan keperawatan ps dg pneumothorax
 
Bab ii sementara
Bab ii sementaraBab ii sementara
Bab ii sementara
 
Pneumothoraks
PneumothoraksPneumothoraks
Pneumothoraks
 
Lp bronkopneumonia
Lp bronkopneumoniaLp bronkopneumonia
Lp bronkopneumonia
 
Trauma thorax
Trauma thoraxTrauma thorax
Trauma thorax
 
pneumothoraxpowerpoint-120920104344-phpapp01.pdf
pneumothoraxpowerpoint-120920104344-phpapp01.pdfpneumothoraxpowerpoint-120920104344-phpapp01.pdf
pneumothoraxpowerpoint-120920104344-phpapp01.pdf
 
Atelektasis
AtelektasisAtelektasis
Atelektasis
 
jurnal efusu flaura
jurnal efusu flaurajurnal efusu flaura
jurnal efusu flaura
 
Kolaps paru
Kolaps paruKolaps paru
Kolaps paru
 
Askep pneumotoraks
Askep pneumotoraksAskep pneumotoraks
Askep pneumotoraks
 
Makalah pernapasan
Makalah pernapasanMakalah pernapasan
Makalah pernapasan
 
Makalah pernapasan
Makalah pernapasanMakalah pernapasan
Makalah pernapasan
 
Askep tuberculosis (tb paru) dg efusi pleura
Askep tuberculosis (tb paru) dg efusi pleuraAskep tuberculosis (tb paru) dg efusi pleura
Askep tuberculosis (tb paru) dg efusi pleura
 
Laporan Kasus - Pneumothorax.pptx
Laporan Kasus - Pneumothorax.pptxLaporan Kasus - Pneumothorax.pptx
Laporan Kasus - Pneumothorax.pptx
 
laporankasus-pneumothorax-231114120217-3822fc5b.pdf
laporankasus-pneumothorax-231114120217-3822fc5b.pdflaporankasus-pneumothorax-231114120217-3822fc5b.pdf
laporankasus-pneumothorax-231114120217-3822fc5b.pdf
 
Tindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
Tindakan Kolaborasi pada PneumotoraksTindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
Tindakan Kolaborasi pada Pneumotoraks
 
asuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_trauma thorax.docx
asuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_trauma thorax.docxasuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_trauma thorax.docx
asuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_trauma thorax.docx
 
Perubahan pasca trauma sk 1 traumatologi
Perubahan pasca trauma sk 1 traumatologiPerubahan pasca trauma sk 1 traumatologi
Perubahan pasca trauma sk 1 traumatologi
 
traumatologi
traumatologitraumatologi
traumatologi
 

Recently uploaded

CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 

Recently uploaded (20)

CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 

Catamenial Pneumothorax

  • 1. REFERAT CATAMENIAL PNEUMOTHORAX Disusun oleh : Andreas Kurniawan S 030.08.026 Pembimbing : dr. Dian, Sp. P KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT ANGKATAN LAUT DR. MINTOHARDJO JAKARTA PERIODE 15 JANUARI 2013 – 30 MARET 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA
  • 2. Lembar Pengesahan REFERAT CATAMENIAL PNEUMOTHORAX Telah dipresentasikan oleh Andreas Kurniawan S 030.08.026 Tanggal : Febuari 2013 Tempat : RSAL dr. Mintohardjo Jakarta Telah disahkan oleh : Pembimbing Koordinator Kepaniteraan Klinik dr. Dian, Sp. P dr. Erna Khaeriyah
  • 3. BAB I PENDAHULUAN Paru paru merupakan organ elastik yang akan mengempis bila tidak ada yang mempertahankan pengembangannya. Paru-paru mengapung dalam rongga toraks dan dikelilingi oleh membran yang membentuk dua lapisan yaitu lapisan parietal dan visceral diantara kedua lapisan ini membentuk rongga pleura, didalamnya terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas bagi paru-paru supaya dapat mengembang dan mengempis. Pneumothorax adalah keadaan terdapatnya gas atau udara di dalam rongga pleura sehingga menyebabkan tekanan negatif rongga pleura berkurang. tanpa adanya tekanan negatif yang menjaga paru tetap mengembang maka paru akan kolaps oleh karena sifat elastisitasnya. Hal ini menyebabkan volume paru berkurang dan dapat menyebabkan gagal pernafasan. Pneumothoraks terbagi menjadi dua yaitu pneumothoraks spontan dan traumatik. Pneumothoraks spontan dapat dibagi menjadi primer atau sekunder. Pneumothoraks tramatik dapat dibagi menjadi iatrogenic atau non iatrogenic. Insidensi pneumothoraks sering sulit diketahui secara pasti oleh karena banyak episode yang muncul dan hilang tanpa diketahui. Secara epidemiologi ditemukan lebih sering muncul pada penderita berumur lebih dari 40 tahun dengan perbandingan laki-laki : perempuan adalah 5:1. Dalam perkembangan ilmu kedokteran terdapat kemajuan di bidang penatalaksanan kasus pneumothoraks. Pendekatan seperti VATS(video assisted thoracoscopy surgery) memberi banyak keuntungan pada pasien yang mengalami pneumothoraks relaps dan dapat mengurangi lama rawat inap.1
  • 4. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. DEFINISI Pneumotoraks adalah keadaan terdapatnya udara di dalam rongga pleura.2 2. ETIOLOGI Etiologi dapat dibagi menjadi 2 yaitu spontan dan traumatik. Spontan berarti terjadi secara non traumatik. Traumatik disebabkan olehkarena perlukaan. Pneumothorax spontan dibagi menjadi primer dan sekunder. Pneumothorax spontan primer terjadi secara idiopatik. Pneumothorax spontan sekunder adalah disebabkan oleh kelanjutan dari penyakit lain seperti TBC paru, PPOK, Ca paru, asma, dan pneumonia. Traumatik dibagi dua menjadi iatrogenik dan non iatrogenik. Iatrogenik disebkan oleh karena tindakan medis.pneumothoraks traumatik iatrogenic accidental dan artificial. Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental adalah suatu pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan medis karena kesalahan atau komplikasi dari tindakan tersebut, misalnya pada parasentesis dada, biopsi pleura. Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate) adalah suatu pneumotoraks yang sengaja dilakukan dengan cara mengisikan udara ke dalam rongga pleura.on iatrogenic disebabkan oleh karena trauma seperti trauma tajam akibat kecelakaan lalu lintas.3 3. KLASIFIKASI Pneumothorax diklasifikasikan menjadi berdasarkan etiologi, fistulanya, dan luas paru yang kolaps. Secara etiologi telah dibahas diatas. Klasifikasi berdasar jenis fistulanya dibagi menjadi tiga yaitu tertutup (simple pneumothorax), terbuka (open pneumothorax) dan ventil (tension pneumothorax). a. Pada pneumothorax tertutup, tidak terdapat hubungan antara dunia luar dengan rongga pleura termasuk udara bronkus dan tekanan di rongga pleura tetap negatif. Udara di dalam rongga pleura lama kelamaan akan diserap oleh jaringan sekitar. b. Pada pneumothorax terbuka terdapat hubungan antara rongga pleura dengan dunia luar sehingga tekanan di dalam rongga pleura sama dengan udara luar. Pada saat inspirasi tekanan rongga pleura menjadi negatif dan saat ekspirasi menjadi positif seperti keadaan normal. Namun karena ada hubungan dengan udara luar maka udara akan keluar masuk dari rongga pleura dan bukan dari
  • 5. rongga alveoli oleh karena elastisitas paru yang menyebabkan paru mengkerut. Pada saat ekspirasi mediastinum akan terdorong ke sisi yang sakit karena tekanan pada sisi yang sakit lebih rendah (sucking wound). c. Pada ventil pneumothorax, fistel pada pleura bersifat ventil. Pada waktu inspirasi dapat masuk ke rongga pleura sedangkan saat ekspirasi udara di dalam rongga pleura terperangkap. Keadaan tersebut menyebabkan tekanan di rongga pleura semakin bertambah setiap kali inspirasi sehingga paru dan mediastinum dapat terdesak ke sisi yang sehat. Pneumothoraks seperti ini sangat mungkin terjadinya gagal nafas dan gangguan hemodinamik. Pembagian jenis pneumothoraks menurut luas paru yang mengalami kolaps ada dua: a. Pneumothoraks parsialis, yaitu yang mnekan sebagian kecil paru (<50% volume paru) b. Pneumothoraks totalis, yaitu pneumothoraks yang mengenai sebagian besar paru (>50% volume paru ) c. Cara perhitungan luas pneumothoraks i. Rasio antara volume paru yang tersisa dengan volume hemitoraks, dimana masing-masing volume paru dan hemitoraks diukur sebagai volume kubus (2). Misalnya : diameter kubus rata-rata hemitoraks adalah 10cm dan diameter kubus rata-rata paru-paru yang kolaps adalah 8cm, maka rasio diameter kubus adalah : 83 512 ______ ________ = = ± 50 % 103 1000 ii. Menjumlahkan jarak terjauh antara celah pleura pada garis vertikal, ditambah dengan jarak terjauh antara celah pleura pada garis horizontal, ditambah dengan jarak terdekat antara celah pleura pada garis horizontal, kemudian dibagi tiga, dan dikalikan sepuluh (2).
  • 6. % luas pneumotoraks A + B + C (cm) __________________ = x 10 3 d. Rasio antara selisih luas hemitoraks dan luas paru yang kolaps dengan luas hemitoraks (4). (L) hemitorak – (L) kolaps paru (AxB) - (axb) _______________ x 100 % AxB 4. PATOFISIOLOGI Paru-paru dibungkus oleh dua lapisan yang terdiri dari satu membran yang membentuk pleura viceralis dan pleura parietalis. Diantara pleura viceralis dan parietalis terdapat cavum pleura. Dalam cavum pleura terdapat sekitar 1cc cairan pleura yang berguna sebagai pelumas paru saat mengembang. Tekanan intra pleura selalu negatif dalam keadaan normal. Tekanan negatif pada intrapleura membantu dalam proses respirasi. Secara garis besar, semua jenis pneumotorak mempunyai dasar patofisiologi yang hampir sama. Mekanisme pada saat inspirasi oleh karena tekanan negatif
  • 7. pleura maka bila ada hubungan antara dunia luar dengan cavum pleura maka udara akan masuk ke dalam pleura dan paru tidak akan mengembang. Pada pneumothoraks, tekanan dalam cavum pleura menjadi semakin positif oleh karena terdapatnya udara di dalam rongga pleura. Pada keadaan tersebut paru akan mengganggu ekspansi paru oleh karena tekanan di rongga pleura yang negatif diperlukan untuk menjaga supaya paru mengikuti gerak dinding dada. Bila jumlah udara cukup banyak maka pada saat inspirasi terjadi hiperekspansi cavum pleura yang dapat mengakibatkan penekanan pada mediastinum yang kemudian menekan sisi dada yang sehat. Pada saat ekspirasi, mediastinal kembali lagi ke posisi semula. Proses yang terjadi ini dikenal dengan mediastinal flutter. Pneumotorak ini terjadi biasanya pada satu sisi, sehingga respirasi paru sisi sebaliknya masih bisa menerima udara secara maksimal dan bekerja dengan sempurna. Bila karena luka yang bersifat ventil, udara akan masuk ke rongga pleura setiap kali inspirasi dan terperangkap saat ekspirasi, hiperekspansi cavum pleura pada saat inspirasi menekan mediastinal ke sisi yang sehat dan saat ekspirasi udara terjebak pada paru dan cavum pleura terjadilah penekanan vena cava, shunting udara ke paru yang sehat, dan obstruksi jalan napas. Akibatnya dapat timbulah gejala pre-shock atau shock oleh karena penekanan vena cava. Kejadian ini dikenal dengan tension pneumotorak. 5. EPIDEMIOLOGI Data epidemiologi berbeda-beda berdasarkan jenis pneumothorax. 1. Pneumothoraks spontan primer, sekunder dan rekuring: Sangat mungkin bahwa insidensi pneumothorax spontan primer dibawah perkiraan. Lebih dari 10% pasien asimtomatik, dan yang memiliki gejala ringan sering tidak berobat. Sering muncul pada grup usia 20-30 tahun, dengan insidensi tertinggi pada umur 20-an awal. Jarang ditemukan pada individu diatas umur 40 tahun. Pria memiliki insidensi 7,4-18 kasus per 100.000 orang per tahun dan pada wanita1,2-6 kasus per 100.000 orang per tahun. Perbandingan antara pria dan wanita adalah 6,2:1.
  • 8. Pada pneumothoraks spontan sekunder muncul lebih sering pada usai 60-65 tahun. Insidensi antara 6,3 kasus per 100.000 orang per tahun untuk wanita dan 2per100.000 pada wanita. Perbandingan antara pria dan wanita adalah 3,2:1. Penyakit paru obstruktif kronis adalah penyebab yang sering pada pneumothoraks spontan sekunder dengan insidensi 26:100.000 kasus per tahun. Hal-hal yang dapat meningkatkan insidensi pneumothorax: merokok meningkatkan resiko 20 kali lipat pada pria dan 10 kali lipat pada wanita, meningkat setara dengan jumlah rokok yang dikonsumsi per hari. Habitus tubuh pria kurus tinggi antara umur 20-40 memiliki tingkat insidensi tertinggi. 2. Pneumothorax traumatik Tension dan traumatik pneumothorax muncul lebih sering dari pada pneumothorax spontan, dan meningkat oleh karena meningkatnya jumlah fasilitas perawatan intensif yang semakin menambah jumlah penggunaan modalitas ventilator tekanan positif dan penempatan kateter vena sentral yang meningkatkan potensial terjadinya pneumothorax iatrogenic. Insidensi pneumothorax iatrogenic adalah antara 5-7:10.000 pasien rawat inap, dengan pasien bedah thorax dieksklusikan karena merupakan outcome yang sering terjadi. Pneumothorax muncul pada 1-2% dari semua neonatus, dengan insidensi lebih tinggi pada bayi dengan neonatal respiratory distres syndrome. Terdapat penelitian yang melaporkan insidensi setinggi 19%. 3. Pneumothoraks ventil Pneumothorax ventil adalah komplikasi pada 1-2% pasien pneumothorax spontan. Sampai akhir abad ke-19 tuberkulosis merupakan etiologi terbanyak dari pneumothorax spontan, 1,4% penderita tuberkulosis mengalami pneumothorax. Insidensi pneumothoraks venitl sulit ditentukan, 10-30% pasien trauma di US menerima thorachostomi, namun tidak semua benar-benar memiliki pneumothoraks ventil. Angka tersebut tinggi oleh karena resiko misdiagnosa dapat mengakibatkan kematian. 4. Katamenial pneumothorax
  • 9. Insidensi catamenial pneumothorax sangat jarang yang muncul pada wanita umur 30-50 tahun. Secara tipikal muncul 1-3 hari setelah onset menstruasi. 6. MANIFESTASI KLINIS Berdasarkan anamnesis, gejala dan keluhan yang sering muncul adalah (2), (4), (5) : 1. Sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien. Seringkali sesak dirasakan mendadak dan dapat bertambah makin berat. 2. Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan tajam pada sisi yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerak pernapasan. 3. Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien. 4. Denyut jantung dan frekuensi nafas meningkat. 5. Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang kurang. 6. Tidak menunjukkan gejala (silent) yang terdapat pada 5-10% pasien, biasanya pada jenis pneumotoraks spontan primer. Berat ringannya keadaan penderita tergantung pada tipe pneumotoraks tersebut, (2): 1. Pneumotoraks tertutup atau terbuka, sering tidak berat 2. Pneumotoraks ventil dengan tekanan positif tinggi, sering dirasakan lebih berat 3. Berat ringannya pneumotoraks tergantung juga pada keadaan paru yang lain serta ada tidaknya jalan napas. 4. Nadi cepat dan pengisian masih cukup baik bila sesak masih ringan, tetapi bila penderita mengalami sesak napas berat, nadi menjadi cepat dan kecil disebabkan pengisian yang kurang. (3), (4) Pada pemeriksaan fisik torak didapatkan : 1. Inspeksi :
  • 10. a. Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper ekspansi dinding dada) b. Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal c. Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat 2. Palpasi : a. Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar b. Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat c. Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit 3. Perkusi : a. Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak menggetar b. Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan intrapleura tinggi 4. Auskultasi : a. Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang b. Suara vokal melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni negatif 6. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Foto Röntgen Gambaran radiologis yang tampak pada foto röntgen kasus pneumotoraks antara lain (6): a. Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus paru. b. Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaque yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas sekali. Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang dikeluhkan. c. Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium intercostals melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah. Apabila ada pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar telah terjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan intra pleura yang tinggi.
  • 11. d. Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan sebagai berikut (3): 1) Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi jantung, mulai dari basis sampai ke apeks. Hal ini terjadi apabila pecahnya fistel mengarah mendekati hilus, sehingga udara yang dihasilkan akan terjebak di mediastinum. 2) Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam dibawah kulit. Hal ini biasanya merupakan kelanjutan dari pneumomediastinum. Udara yang tadinya terjebak di mediastinum lambat laun akan bergerak menuju daerah yang lebih tinggi, yaitu daerah leher. Di sekitar leher terdapat banyak jaringan ikat yang mudah ditembus oleh udara, sehingga bila jumlah udara yang terjebak cukup banyak maka dapat mendesak jaringan ikat tersebut, bahkan sampai ke daerah dada depan dan belakang. 3) Bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura, maka akan tampak permukaan cairan sebagai garis datar di atas diafragma Foto Rö pneumotoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan anak panah merupakan bagian paru yang kolaps 1. Analisa Gas Darah
  • 12. Analisis gas darah arteri dapat memberikan gambaran hipoksemi meskipun pada kebanyakan pasien sering tidak diperlukan. Pada pasien dengan gagal napas yang berat secara signifikan meningkatkan mortalitas sebesar 10%. 2. CT-scan thorax CT-scan toraks lebih spesifik untuk membedakan antara emfisema bullosa dengan pneumotoraks, batas antara udara dengan cairan intra dan ekstrapulmoner dan untuk membedakan antara pneumotoraks spontan primer dan sekunder. 7. PENATALAKSANAAN Tujuan utama penatalaksanaan pneumotoraks adalah untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan untuk kambuh lagi. Pada prinsipnya, penatalaksanaan pneumotoraks adalah sebagai berikut : 1. Observasi dan Pemberian O2 Apabila fistula yang menghubungkan alveoli dan rongga pleura telah menutup, maka udara yang berada didalam rongga pleura tersebut akan diresorbsi. Laju resorbsi tersebut akan meningkat apabila diberikan tambahan O2. Observasi dilakukan dalam beberapa hari dengan foto toraks serial tiap (2) 12-24 jam pertama selama 2 hari . Tindakan ini terutama ditujukan untuk (4). pneumotoraks tertutup dan terbuka 2. Tindakan dekompresi Hal ini sebaiknya dilakukan seawal mungkin pada kasus pneumotoraks yang luasnya >15%. Pada intinya, tindakan ini bertujuan untuk mengurangi
  • 13. tekanan intra pleura dengan membuat hubungan antara rongga pleura dengan udara luar dengan cara (2) : a. Menusukkan jarum melalui dinding dada terus masuk rongga pleura, dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura akan berubah menjadi negatif karena mengalir ke luar melalui jarum tersebut (2), (4) . b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil : 1) Dapat memakai infus set Jarum ditusukkan ke dinding dada sampai ke dalam rongga pleura, kemudian infus set yang telah dipotong pada pangkal saringan tetesan dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara yang keluar dari ujung infus set yang berada di dalam botol (4). 2) Jarum abbocath Jarum abbocath merupakan alat yang terdiri dari gabungan jarum dan kanula. Setelah jarum ditusukkan pada posisi yang tetap di dinding toraks sampai menembus ke rongga pleura, jarum dicabut dan kanula tetap ditinggal. Kanula ini kemudian dihubungkan dengan pipa plastik infus set. Pipa infuse ini selanjutnya dimasukkan ke botol yang berisi air. Setelah klem penyumbat dibuka, akan tampak gelembung udara yang keluar dari ujung infuse set yang berada di dalam botol (4). 3) Pipa water sealed drainage (WSD) Pipa khusus (toraks kateter) steril, dimasukkan ke rongga pleura dengan perantaraan troakar atau dengan bantuan klem penjepit. Pemasukan troakar dapat dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit di sela iga ke-4 pada linea mid aksilaris atau pada linea aksilaris posterior. Selain itu dapat pula melalui sela iga ke-2 di garis mid klavikula. Setelah troakar masuk, maka toraks kateter segera dimasukkan ke rongga pleura dan kemudian troakar dicabut, sehingga hanya kateter toraks yang masih tertinggal di rongga pleura. Selanjutnya ujung kateter toraks yang ada di dada dan pipa kaca WSD dihubungkan melalui pipa plastik lainnya. Posisi
  • 14. ujung pipa kaca yang berada di botol sebaiknya berada 2 cm di bawah permukaan air supaya gelembung udara dapat dengan (3), (4) mudah keluar melalui perbedaan tekanan tersebut . Penghisapan dilakukan terus-menerus apabila tekanan intrapleura tetap positif. Penghisapan ini dilakukan dengan memberi tekanan negatif sebesar 10-20 cm H2O, dengan tujuan agar paru cepat mengembang. Apabila paru telah mengembang maksimal dan tekanan intra pleura sudah negatif kembali, maka sebelum dicabut dapat dilakukuan uji coba terlebih dahulu dengan cara pipa dijepit atau ditekuk selama 24 jam. Apabila tekanan dalam rongga pleura kembali menjadi positif maka pipa belum bisa dicabut. Pencabutan WSD dilakukan pada saat pasien dalam keadaan ekspirasi maksimal (2). 3. Torakoskopi Yaitu suatu tindakan untuk melihat langsung ke dalam rongga toraks dengan alat bantu torakoskop. 4. Torakotomi 5. Tindakan bedah (4) a. Dengan pembukaan dinding toraks melalui operasi, kemudian dicari lubang yang menyebabkan pneumotoraks kemudian dijahit
  • 15. b. Pada pembedahan, apabila ditemukan penebalan pleura yang menyebabkan paru tidak bias mengembang, maka dapat dilakukan dekortikasi. c. Dilakukan resesksi bila terdapat bagian paru yang mengalami robekan atau terdapat fistel dari paru yang rusak d. Pleurodesis. Masing-masing lapisan pleura yang tebal dibuang, kemudian kedua pleura dilekatkan satu sama lain di tempat fistel 6. Non medikamentosa a. Apabila terdapat proses lain di paru, maka pengobatan tambahan ditujukan terhadap penyebabnya. Misalnya : terhadap proses TB paru diberi OAT, terhadap bronkhitis dengan obstruksi saluran napas diberi antibiotik dan bronkodilator (4). (4) b. Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang berat . c. Pemberian antibiotik profilaksis setelah setelah tindakan bedah dapat dipertimbangkan, untuk mengurangi insidensi komplikasi, seperti emfisema (3). 7. Rehabilitasi(4) a. Penderita yang telah sembuh dari pneumotoraks harus dilakukan pengobatan secara tepat untuk penyakit dasarnya. b. Untuk sementara waktu, penderita dilarang mengejan, batuk atau bersin terlalu keras. c. Bila mengalami kesulitan defekasi karena pemberian antitusif, berilah laksan ringan. d. Kontrol penderita pada waktu tertentu, terutama kalau ada keluhan batuk, sesak napas.
  • 16. BAB III CATAMENIAL PNEUMOTHORAX 1. DEFINISI Catamenial pneumothorax didefinisikan sebagai pneumothoraks spontan dan recurent yang muncul dalam 72 jam setelah onset menstruasi.7 2. ETIOLOGI Penyebab catamenial pneumothorax masih kurang dimengerti namun diduga oleh karena defek pada diafragma dan implant jaringan endometrium. Penemuan paling sering pada video-assisted thoracic surgery, defek diafragma dan nodul-nodul pada pleura viceralis. Pada pemeriksaan patologi menunjukkan jaringan endometriosis. Temuan- temuan pada bedah eksplorasi mendukung teori udara yang masuk melalui transabdomen-transdiafragma sebagai patogenesis catamenial pneumothorax. 7 3. EPIDEMIOLOGI Catamenial pneumothorax terdapat pada wanita dengan grup usia paling sering antara umur 20-40 tahun. Dan muncul hanya pada hemithorax kanan oleh karena penyebab yang tidak diketahui. Insidensi pastinya tidak diketahui. 4. PATOFISIOLOGI Pada catamenial pneumothorax, terdapat jaringan endometrium di pleura dan diafragma. Jaringan tersebut secara hormonal birsifat fungsional dalam arti akan mengalami siklus penebalan dan meluruh yang sama selayaknya jaringan endometrium sesuai dengan stimulus hormon gonad. Pada pasien dengan catamenial pneumothorax yang memiliki endometriosis, pneumothoraks terjadi karena proses meluruhnya jaringan endometriosis dalam pleura. Terdapat 3 teori mengenai bagaimana jaringan endometriosis dapat masuk ke dalam rongga pleura dan diafragma. Yaitu teori coelomic metaplasia, embolisme jaringan endometrium melalui saluran limfa dan pembuluh darah, dan migrasi jaringan endometrium transabdominal-transdiafragma. Teori pertama berhipotesa bahwa jaringan pleura dan uterus serta peritoneum berasal
  • 17. dari jaringan mesoepitelium yang sama dalam embrio sehingga bila terdapat stimuli patologis maka akan terjadi metaplasia menjadi jaringan endometrium. Namun teori tersebut tidak menjelaskan mengapa catamenial pneumothoraks terdapat pada hemithorax kanan dan mengapa dapat terjadi endometriosis di jaringan tubuh lainnya seperti di otak. Teori kedua membahas mengenai sel-sel endometrium yang mengalami embolisasi karena trauma atau peluruhan masuk ke dalam limfe atau pembuluh darah dan bersirkulasi sampai dia berimplan di suatu jaringan dalam tubuh. Teori ini memiliki cukup banyak pendukung namun tidak menjelaskan mengapa catamenial pneumothoraks hanya terjadi id bagian hemithorax kanan. Pada teori ketiga mengenai migrasi transabdominal- transdafragma menjelaskan bagaimana di rongga peritonium terdapat suatu aliran yang ada secara fisiologis dari uterus ke diafragma bagian kanan yang membawa debris, pus, sel, dan udara dari rongga pelvis ke diafragma bagian kanan. Dimana pada diafragma, dalam penelitian lain, sering memiliki defek congenital ke dalam rongga pleura. Teori ini menjelaskan mengapa selalu terjadi pneumothoraks kanan. Namun sampai sekarang bagaimana pastinya terjadinya catamenial pneumothorax seperti mengapa proses peluruhan jaringan endometrium dapat menyebabkan masuknya udara ke dalam rongga pleura masih belum diketahui 5. MANIFESTASI KLINIS Pada anamnesis, pasien wanita berumur antara 20-40 tahun datang dengan keluhan yang muncul dalam 72 jam setelah mulainya menstruasi, pneumothorax kanan dan rekuren dapat menambahkan kecurigaan ke arah catamenial pneumothorax. Pada sebagian besar kasus pasien memiliki riwayat endometriosis. Pada pemeriksaan fisik, tidak dapat dibedakan dari pneumothorax spontan primer. 6. PEMERIKSAAN PENUNJANG a. X-ray thorax : ditemukan pneumothorax kanan b. Video-asisted thoracoscopy : ditemukan lesi endometrium berbentuk bulat oval tidak menonjol dengan diameter 2-10mm berwarna coklat sampai ungu(violet) pada pleura viceral, parietal, diafragma atau
  • 18. apikal. Dapat juga ditemukan defec pada diafragma yang berukuran hanya beberapa milimeter, paling sering pada pars tendinosus. c. Video-asisted laparascopy : dapat ditemukan endometriosis pada diafragma d. Broncoscopy : jarang menemukan adanya lesi. Dapat ditemukan lesi berupa perdarahan lokal dengan produksi lendir yang menonjol atau bisa juga berupa hanya lesi kemerahan. Namun biopsi PA dengan bronkoskopi jarang menunjukan hasil positif sedangkan dengan menggunakan brush swab jelas positif sitologi. e. Patologi anatomi: ditemukan jaringan endometrium yang tampak secara makroskopis pada pleura atau diafragma atau pada bagian tubuh lain. Temuan histologi berupa kelenjar dan stroma endometrium dan epitel kubus berlapis semu sampai batang serta makrofag dengan hemosiderin. 7. TERAPI a. Terapi medikamentosa untuk catamenial pneumothorax berorientasi dalam terapi endometriosis dengan menekan endometrium ektopik. Ini dapat dicapai dengan memberikan gonadotropin-releasing hormone antagonists seperti Luprin (189). Terapi hormon tidak selalu dapat mencegah catamenial pneumothorax dan rekurensi lebih dari 50% b. Terapi pembedahan berupa thoracoscopy dengan penutupan pada defec diafragma, reseksi bleb di pleura dan paru. c. Video-asisted thoracic surgery i. Definisi : merupakan sejenis bedah thorax dengan menggunakan bantuan video kamera kecil untuk melihat ke dalam rongga thorax sehingga dapat melakukan pembedahan dengan hanya menggunaka insisi yang kecil. ii. Pada catamenial pneumothorax, bila ditemukan lesi endometriosis pada saat eksplorasi pleura maka akan segera dilakukan intervensi dengan reseksi lesi dan untuk kepentingan diagnostik dilakukan pemeriksaan patologi anatominya. d. Diaphragma resection e. Hanya menutup defek pada diafragma dengan menggunakan penjahitan sederhana menunjukkan angka rekurensi yang tinggi dan
  • 19. tidak memberikan bahan pemeriksaan patologi anatomi. Selain itu lesi endometriosis yang ditinggal dapat menyebabkan terjadinya pembentukan defek baru pada diafragma serta kemungkinan penyebaran lesi endometriosis. Disarankan dilakukan reseksi diafragma dan penutupan dengan endoscopic stapler untuk lesi kurang dari 3cm dan mini video-assisted toracic surgery dan penutupan dengan penjahitan berbentuk x untuk lesi yang lebih besar. BAB IV KESIMPULAN Pneumotoraks merupakan suatu keadaan dimana rongga pleura terisi oleh udara, sehingga menyebabkan pendesakan terhadap jaringan paru yang menimbulkan gangguan dalam pengembangannya terhadap rongga dada saat proses respirasi. Oleh karena itu, pada pasien sering mengeluhkan adanya sesak napas dan nyeri dada. Berdasarkan penyebabnya, pneumotoraks dapat terjadi baik secara spontan maupun traumatik. Pneumotoraks spontan itu sendiri dapat bersifat primer dan sekunder. Sedangkan pneumotoraks traumatik dapat bersifat iatrogenik dan non iatrogenik. Dan menurut fistel yang terbentuk, maka pneumotoraks dapat bersifat terbuka, tertutup dan ventil (tension). Dalam menentukan diagnosa pneumotoraks seringkali didasarkan pada hasil foto röntgen berupa gambaran translusen tanpa adanya corakan bronkovaskuler pada lapang paru yang terkena, disertai adanya garis putih yang merupakan batas paru (colaps line). Dari hasil röntgen juga dapat diketahui seberapa berat proses yang terjadi melalui luas area paru yang terkena pendesakan serta kondisi jantung dan trakea. Pada prinsipnya, penanganan pneumotoraks berupa observasi dan pemberian O2 yang dilanjutkan dengan dekompresi. Untuk pneumotoraks yang berat dapat dilakukan tindakan pembedahan. Sedangkan untuk proses medikasi disesuaikan dengan penyakit yang mendasarinya. Tahap rehabilitasi juga perlu diperhatikan agar pneumotoraks tidak terjadi lagi.
  • 20. DAFTAR PUSTAKA 1. Guyton, Arthur, C. Hall, John, E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC; 1997. p. 598. 2. Sudoyo, Aru, W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. K, Marcellus, Simadibrata. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. p. 1063. 3. Bowman, Jeffrey, Glenn. Pneumothorax, Tension and Traumatic. Updated: 2010 May 27; cited 2011 January 10. Available from http://emedicine.medscape.com/article/827551 4. Alsagaff, Hood. Mukty, H. Abdul. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press; 2009. p. 162-179 5. Schiffman, George. Stoppler, Melissa, Conrad. Pneumothorax (Collapsed Lung). Cited : 2011 January 10. Available from : http://www.medicinenet.com/pneumothorax/article.htm 6. Malueka, Rusdy, Ghazali. Radiologi Diagnostik. Yogyakarta : Pustaka Cendekia Press; 2007. p. 56 7. A Bobbio, R trisolini, D Damotte, M Alifano. Thoracic Endometriosis and Catamenial Pneumothorax. Chapter 15. European Respiratory Monograph 54: Orphan Lung Diseases. European Respiratory Surgery; 2011. P. 265-273.