SlideShare a Scribd company logo
1 of 26
PEMBERIAN NUTRISI YANG MENGANDUNG
         LEMAK PADA PPOK


                      Sudarto




    Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
        Rumah Sakit H Adam Malik Medan 2011
PENDAHULUAN




     PPOK  morbiditas dan mortalitas.
     Prevalensi PPOK berbeda di setiap negara




    Prevalensi PPOK terus meningkat akibat paparan terus menerus
    terhadap faktor risiko dan struktur umur,lebih banyak orang
    yang hidup lebih lama, dan bertambahnya usia



    Penderita PPOK Asia (2006) : 56,6 juta (6,3%)
    Indonesia :4,8 juta (5,6%).
    PPOK (bersama Asma)  ke-6 dari 10 penyebab kematian
    tersering di Indonesia.
PENDAHULUAN



     PPOK mempunyai karakteristik keterbatasan jalan napas
     yang tidak sepenuhnya reversibel.

     PPOK terbagi atas 2 tipe:
     1. Tipe pink puffer: pasien kurus, mengeluarkan nafas
     melalui mulut yang setengah terkatup (pursed lips
     breathing) cenderung pada emfisema.
     2. Tipe blue bloater: pasien gemuk, sianosis, edema tungkai,
     dan lebih banyak pada bronchitis kronik.




    Pada jenis emfisema nilai indeks massa tubuh (Body mass
    indeks/BMI), Indeks massa lemak bebas(free fat mass/FFM) dan
    indeks massa lemak lebih rendah di bandingkan jenis bronkitis
    kronik
PENDAHULUAN




    Pada PPOK fungsi otot skeletal absolute dan fungsi otot
    perkilogram berat badan dari FFM lebih rendah dari orang
    sehat


    Nutrisi tinggi karbohidrat lebih meningkatkan kadar CO2 dalam
    darah

    Nutrisi tinggi lemak lebih baik dari tinggi karbohidrat dalam
    mempengaruhi kadar CO2 karena dapat mengurangi produksi
    CO2.
PENDAHULUAN
              Gambar 1. karakteristik pasien PPOK
PENDAHULUAN




    Penderita PPOK cenderung kaheksia.
    Laju metabolisme pada PPOK meningkat namun respons
    penderita PPOK terhadap asupan nutrisi seringkali buruk.

    Sekitar 25% penderita PPOK menunjukkan penurunan indeks
    massa tubuh dan massa lemak bebas.

    Pengurangan indeks massa tubuh merupakan faktor resiko
    independen untuk mortalitas PPOK.
NUTRISI PADA
 PENDERITA
   PPOK




    Penderita PPOK mengalami kehilangan berat badan dan
    malnutrisi, dan menurunnya kekuatan otot

    Keadaan ini disebabkan penurunan asupan kalori akibat
    sesak nafas yang terus menerus dan kurangnya konsumsi
    makanan




    Pemakaian otot nafas selama sesak nafas dapat menimbulkan
    kelemahan otot dan hilangnya lemak otot
NUTRISI PADA
 PENDERITA
   PPOK




     Kuo dkk, nutrisi tinggi lemak dan rendah karbohidrat dapat
     menurunkan kegagalan obstruksi saluran nafas kronik.

     Pemberian diet tinggi karbohidrat dengan cara nutrisi
     parenteral total dilaporkan menyebabkan peningkatan
     produksi CO2 yang bermakna dan mencetuskan gagal nafas

     Pemberian diet tinggi karbohidrat tidak dianjurkan pada
     penderita PPOK
NUTRISI PADA
 PENDERITA
   PPOK



    Penurunan massa sel tubuh merupakan manifestasi sistemik
    pada PPOK
    Perubahan massa tubuh diketahui melalui penurunan berat
    badan dan penurunan massa lemak bebas.

    Massa lemak bebas dibagi 2: yaitu kompartemen intraseluler
    atau massa sel tubuh dan kompartemen ekstraseluler



    Kompartemen intraseluler menggambarkan bagian pertukaran
    energi sedangkan kompartemen ekstraseluler menggambarkan
    substansi di luar sel.
NUTRISI PADA
 PENDERITA
   PPOK




     Penurunan berat badan mempengaruhi prognosis PPOK.

     Schols dkk. Menunjukkan: massa tubuh (IMT) kurang dari 25
     kg/m2, umur dan PaO2 rendah merupakan prediktor yang
     bermakna terhadap peningkatan angka kematian PPOK

     Landbo dkk. menyebutkan : prognosis yang buruk bila IMT
     kurang dari 20 kg/m2.
Patogenesis Hilangnya
   Berat Badan dan
   Malnutrisi PPOK

     Perubahan berat badan dan malnutrisi pada pasien PPOK
     dipengaruhi oleh:


       1. Gangguan keseimbangan energi

       Hilangnya BB pada pasien PPOK disebabkan gangguan
       keseimbangan antara energi yang keluar dan yang masuk.

       Total energi yang keluar berasal dari nilai energi yang
       keluar selama istirahat (resting energy expenditure), proses
       termogenesis dan energi yang keluar saat aktifitas.

       Pada PPOK dengan obstruktif jyang berat mempunyai total
       nilai harian energi yang keluar lebih besar dibandingkan
       orang normal.
Patogenesis Hilangnya
   Berat Badan dan
   Malnutrisi PPOK




     Infeksi pada PPOK eksaserbasi meningkatkan respon
     inflamasi

     Inflamasi mempengaruhi ambilan energi (energy uptake)
     melalui peningkatan leptin di hipotalamus. Leptin berperan
     dalam metabolism lemak dan meningkatkan proses
     termogenesis yang akan mempengaruhi imunitas sel
     limfosit T.
Patogenesis Hilangnya
   Berat Badan dan
   Malnutrisi PPOK


                 Gambar 2 Hubungan energi dan proses inflamasi
Patogenesis Hilangnya
   Berat Badan dan
   Malnutrisi PPOK



     2. Degradasi protein otot

     Pemecahan protein sel pada otot merupakan keadaan yang
     sering didapatkan sebagai respons terhadap asidosis, infeksi
     atau asupan kalori yang tidak adekuat.
     Pengurangan massa otot pada penderita PPOK terutama
     terdapat pada ekstremiti bawah.

     Guttridge dkk. melaporkan TNF-α mengaktivasi nuclear
     factor κ β (NF- κ β) untuk menghambat diferensiasi otot
     rangka dengan menekan myoD-mRNA pada saat pasca
     transkripsi. Tumor necrosis factor-α dan interferon γ (IFγ)
     mempengaruhi regulasi otot rangka melalui penghambatan
     terbentuknya serat otot baru, degenerasi serat-serat otot
     yang baru dibentuk dan menyebabkan ketidakmampuan
     memperbaiki kerusakan otot rangka.
Patogenesis Hilangnya
   Berat Badan dan
   Malnutrisi PPOK




     3. Kegagalan fungsi gastrointestinal
     Hiperinflasi pada PPOK dengan diafragma yang datar dan
     volume ruang abdomen yang berkurang dapat membatasi
     volume asupan makanan.

     4. Asupan makan menurun
     Penderita PPOK harus diberikan kalori yang lebih besar.

     5. Curah jantung dan perubahan vaskularisasi
     Emfisema kapasitas difusi akan menurun, jala vaskuer yang
     minimal, tekanan vaskuler paru meningkat sehingga curah
     jantung menurun
Patogenesis Hilangnya
   Berat Badan dan
   Malnutrisi PPOK




     6. Hipermetabolik
     Pada emfisema terjadi pengurangan efisiensi otot respirasi
     dan fungsi optimal otot respirasi sehingga mudah terjadi
     kelelahan otot

     7. Faktor lain
     Depresi, merokok dan pengetahuan yang kurang tentang
     nutrisi disertai cara hidup dan kebiasaan makan yang buruk
     dapat menyebabkan penurunan berat badan.
Mekanisme
adaptasi pada
   PPOK




     Mekanisme adaptasi tersebut meliputi:

     1. Adaptasi biokimia otot
     Peningkatan laktat yang disebabkan penurunan kapasitas
     oksidasi, dimana aktifitas enzim oksidasi pada otot rendah.

     Pada PPOK metabolism laktat yang terjadi, produksi laktat
     meningkat dapat merubah ambilan laktat di hati dan
     meningkatkan proses glukoneogenesis sehingga pada
     keadaan hipoksia kadar laktat lebih meningkat lagi
Mekanisme
adaptasi pada
   PPOK


     2. Adaptasi otot

     PPOK didapat bahwa koordinasi antara MHC (Myosin Heavy
     Chain) dan MLC (Myosin Light chain) isoformis berubah,
     dimana koordinasi ekspresi protein hilang pada otot
     skeletal.

     Keadaan ini menyebabkan terjadinya penurunan
     ketersediaan oksigen.

     Adaptasi di otot lebih dipengaruhi oleh proses glikolisis
     anaerob serat otot mudah lelah dan asam laktat meningkat.
Mekanisme
adaptasi pada
   PPOK




     3. Metabolisme mitokondria

     Pada PPOK jumlah mitokondria meningkat.

     Jumlah ini berhubungan langsung dengan tingkat
     hiperinflasi dan berhubungan terbalik dengan derajat
     obstruksi saluran nafas.

     Aktifitas COX diatur pada tingkat translasi oleh peningkatan
     sejumlah ribosom mitokondria.
Lipid pada PPOK




      Lemak menghasilkan energi lebih banyak dibandingkan
      protein dan karbohidrat.

      konsumsi lemak sebesar 30% untuk kebutuhan kalori setiap
      harinya, yang terdiri dari 10% asam lemak jenuh, 10% asam
      lemak tak jenuh tunggal dan 10% asam lemak tak jenuh
      ganda.
Lipid pada PPOK




   Pemberian asam lemak omega 3 mempunyai potensi sebagai
   modulator pada penyakit respirasi yang meliputi inflamasi kronik

   Pemberian omega 3 dengan bentuk diet tinggi minyak ikan,
   magnesium dan antioksidan menurunkan inflamasi saluran nafas

   Tambahan omega 3 pada minyak ikan dengan gamma asam linoleat
   dapat menjadi modulator respon imun dan menurunkan reaksi berlebih
   otot pulmoner terhadap rangsangan stimulasi.
Lipid pada PPOK




    Prostaglandin adalah hormon yang mengatur proses metabolik
    tingkat seluler tubuh, hormon tersebut berfperan dalam
    pembekuan darah, tekanan darah, respon imun, reproduksi,
    fungsi otak, inflamasi, alergi dan pertumbuhan tumor
    Asam lemak polyunsaturated N-3 menurunkan respon kemotatik
    neutrofil, menghambat produksi leukotrein B4 dari asam
    arakidonat dan menurunkan produksi anion superoksida dalam
    leukosit.

    Studi Jepang: asam lemak N-3 tak jenuh, asam
    eicosapentaenoat dan asam decosaheksanoat terdapat pada
    ikan yang sering dikonsumsi oleh orang jepang sehingga
    kematian akibat PPOK di Jepang sangat rendah
Pemberian
Nutrisi PPOK




   Pemberian nutrisi pada PPOK dilakukan dengan cara:

   Bila penderita dengan sesak nafas

   • makanan dengan jumlah kecil dan sering
   • meningkatkan kalori makanan tanpa harus meningkatkan
     jumlah makanan
   • Komposisi makanan mengandung 55% lemak, 28%
     karbohidrat, 17% protein
Pemberian
Nutrisi PPOK


   Penderita dengan nafas pendek selama makan
   • Makan direncanakan saat pasien merasa senang
   • Menghindari porsi besar, makan perlahan dan makanan
     mudah dimakan dan dicerna
   • menggunakan bronkodilator sebelum makan
   • PPOK dengan terapi oksigen lama memerlukan oksigen saat
     makan untuk mencegah terjadinya dispnea saat makan


   Penderita dengan hilangnya nafsu makan
   • untuk mengurangi rasa mual dapat diberikan susu atau
     makanan sewaktu minum obat-obatan oral
   • untuk mengurangi produksi sputum yang banyak dapat
     diberikan bronkodilator.
   • menciptakan suasana gembira saat makan.
Kesimpulan




  Pada penderita PPOK dapat ditemukan peningkatan CO2 dalam
  arteri. Peningkatan CO2 ini dapat menyebabkan kerusakan
  lanjut dan gagal napas.

  Pemberian nutrisi dapat mempengaruhi kadar CO2 dalam darah.

  Pada penderita PPOK penambahan kalori yang berasal dari
  lemak lebih dianjurkan daripada kalori yang berasal dari
  karbohidrat.
Nutrisi ppok

More Related Content

What's hot

Materi ii gejala klinis gizi buruk
Materi ii gejala klinis gizi burukMateri ii gejala klinis gizi buruk
Materi ii gejala klinis gizi burukJoni Iswanto
 
Penilaian status gizi ibu hamil
Penilaian status gizi ibu hamilPenilaian status gizi ibu hamil
Penilaian status gizi ibu hamiltris nia
 
Ppt Penyakit Asma
Ppt Penyakit AsmaPpt Penyakit Asma
Ppt Penyakit Asmatrisnaif
 
Diare - Power Point
Diare - Power PointDiare - Power Point
Diare - Power PointEncepal Cere
 
PPT Gizi Balita
PPT Gizi Balita PPT Gizi Balita
PPT Gizi Balita Chiyapuri
 
Konsep gizi seimbang
Konsep gizi seimbangKonsep gizi seimbang
Konsep gizi seimbangAgnescia Sera
 
Penyuluhan hipertensi dr.endang
Penyuluhan hipertensi dr.endangPenyuluhan hipertensi dr.endang
Penyuluhan hipertensi dr.endangMuamar Ys
 
Diabetes militus
Diabetes militusDiabetes militus
Diabetes militusCahya
 
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN pjj_kemenkes
 
Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)Dokter Tekno
 
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi burukMateri iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi burukJoni Iswanto
 
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan PenanggulangannyaMengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan PenanggulangannyaFakhriyah Elita
 
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDSNutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDSDwi Handayani
 

What's hot (20)

Pola Makan Pada Diabetes
Pola Makan Pada DiabetesPola Makan Pada Diabetes
Pola Makan Pada Diabetes
 
Materi ii gejala klinis gizi buruk
Materi ii gejala klinis gizi burukMateri ii gejala klinis gizi buruk
Materi ii gejala klinis gizi buruk
 
Penilaian status gizi ibu hamil
Penilaian status gizi ibu hamilPenilaian status gizi ibu hamil
Penilaian status gizi ibu hamil
 
Kuesioner DM
Kuesioner DMKuesioner DM
Kuesioner DM
 
Ppt Penyakit Asma
Ppt Penyakit AsmaPpt Penyakit Asma
Ppt Penyakit Asma
 
Diare - Power Point
Diare - Power PointDiare - Power Point
Diare - Power Point
 
PPT Gizi Balita
PPT Gizi Balita PPT Gizi Balita
PPT Gizi Balita
 
Nutrisi enteral parenteral
Nutrisi enteral parenteralNutrisi enteral parenteral
Nutrisi enteral parenteral
 
Hipertensi
HipertensiHipertensi
Hipertensi
 
Konsep gizi seimbang
Konsep gizi seimbangKonsep gizi seimbang
Konsep gizi seimbang
 
Penyuluhan hipertensi dr.endang
Penyuluhan hipertensi dr.endangPenyuluhan hipertensi dr.endang
Penyuluhan hipertensi dr.endang
 
Diabetes militus
Diabetes militusDiabetes militus
Diabetes militus
 
Ulkus peptikum
Ulkus peptikum Ulkus peptikum
Ulkus peptikum
 
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
DIET PADA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN
 
PPT ANEMIA
PPT ANEMIAPPT ANEMIA
PPT ANEMIA
 
Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)Buku bumil kek (1 52)
Buku bumil kek (1 52)
 
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi burukMateri iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
Materi iv 10 langkah tata laksana gizi buruk
 
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan PenanggulangannyaMengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
 
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDSNutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
Nutrition Care Procces (NCP) HIV AIDS
 
Hipertensi pada lansia
Hipertensi pada lansiaHipertensi pada lansia
Hipertensi pada lansia
 

Viewers also liked

Viewers also liked (10)

Nutrisi
NutrisiNutrisi
Nutrisi
 
Laporan kasus ppok
Laporan kasus ppokLaporan kasus ppok
Laporan kasus ppok
 
Ppt penyakit paru obstruktif menahun (ppom)
Ppt penyakit paru obstruktif menahun (ppom)Ppt penyakit paru obstruktif menahun (ppom)
Ppt penyakit paru obstruktif menahun (ppom)
 
Materi abses paru
Materi abses paruMateri abses paru
Materi abses paru
 
Referat catamenial pneumothorax
Referat catamenial pneumothoraxReferat catamenial pneumothorax
Referat catamenial pneumothorax
 
Laporan pendahuluan dan askep ppok
Laporan pendahuluan dan askep ppokLaporan pendahuluan dan askep ppok
Laporan pendahuluan dan askep ppok
 
PPOK
PPOKPPOK
PPOK
 
Ppt ppom
Ppt ppomPpt ppom
Ppt ppom
 
Asma & ppok
Asma & ppokAsma & ppok
Asma & ppok
 
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) & Asma
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) & AsmaPPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) & Asma
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) & Asma
 

Similar to Nutrisi ppok

SINDROMA_METABOLIK_dan_Obesitas.pptx
SINDROMA_METABOLIK_dan_Obesitas.pptxSINDROMA_METABOLIK_dan_Obesitas.pptx
SINDROMA_METABOLIK_dan_Obesitas.pptxbinkloe
 
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Pemasangan NGT
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Pemasangan NGTPemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Pemasangan NGT
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Pemasangan NGTAstriYuliaSariLubis1
 
Obesitas .pptx
Obesitas .pptxObesitas .pptx
Obesitas .pptxWawaBisnis
 
Modul PPOK dan Kakeksia Pulmoner - SD Mitha.pptx
Modul PPOK dan Kakeksia Pulmoner - SD Mitha.pptxModul PPOK dan Kakeksia Pulmoner - SD Mitha.pptx
Modul PPOK dan Kakeksia Pulmoner - SD Mitha.pptxMithaIsmaulidia2
 
Diet and Depression : Exploring the biological mechanism .pdf
Diet and Depression : Exploring the biological mechanism .pdfDiet and Depression : Exploring the biological mechanism .pdf
Diet and Depression : Exploring the biological mechanism .pdfRiaQadariahArief
 
Diabetes&hiperbarik
Diabetes&hiperbarikDiabetes&hiperbarik
Diabetes&hiperbarikPeter Giarso
 
Kelompok 1 biokimiaa
Kelompok 1 biokimiaaKelompok 1 biokimiaa
Kelompok 1 biokimiaaAoiHikaru
 
PENGANTAR ILMU GIZI, TREND & ISSUE DI INDONESIA.pptx
PENGANTAR ILMU  GIZI, TREND & ISSUE DI INDONESIA.pptxPENGANTAR ILMU  GIZI, TREND & ISSUE DI INDONESIA.pptx
PENGANTAR ILMU GIZI, TREND & ISSUE DI INDONESIA.pptxpkmmasmambang
 
Efek metabolik dari sangat rendah karbohidrat1
Efek metabolik dari sangat rendah karbohidrat1Efek metabolik dari sangat rendah karbohidrat1
Efek metabolik dari sangat rendah karbohidrat1Veronica Asvia
 
PUASA ditinjau dari biokimia.pptx
PUASA ditinjau dari biokimia.pptxPUASA ditinjau dari biokimia.pptx
PUASA ditinjau dari biokimia.pptxHeginDanantyo2
 
Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...
Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...
Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...Operator Warnet Vast Raha
 

Similar to Nutrisi ppok (20)

SINDROMA_METABOLIK_dan_Obesitas.pptx
SINDROMA_METABOLIK_dan_Obesitas.pptxSINDROMA_METABOLIK_dan_Obesitas.pptx
SINDROMA_METABOLIK_dan_Obesitas.pptx
 
Adiponektin
AdiponektinAdiponektin
Adiponektin
 
Makalah Cachexia Malignansi
Makalah Cachexia Malignansi Makalah Cachexia Malignansi
Makalah Cachexia Malignansi
 
PPT-PPOK.pptx
PPT-PPOK.pptxPPT-PPOK.pptx
PPT-PPOK.pptx
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Pemasangan NGT
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Pemasangan NGTPemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Pemasangan NGT
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Pemasangan NGT
 
obesitas dan asma
 obesitas dan asma obesitas dan asma
obesitas dan asma
 
Obesitas .pptx
Obesitas .pptxObesitas .pptx
Obesitas .pptx
 
Modul PPOK dan Kakeksia Pulmoner - SD Mitha.pptx
Modul PPOK dan Kakeksia Pulmoner - SD Mitha.pptxModul PPOK dan Kakeksia Pulmoner - SD Mitha.pptx
Modul PPOK dan Kakeksia Pulmoner - SD Mitha.pptx
 
Diet and Depression : Exploring the biological mechanism .pdf
Diet and Depression : Exploring the biological mechanism .pdfDiet and Depression : Exploring the biological mechanism .pdf
Diet and Depression : Exploring the biological mechanism .pdf
 
Diabetes&hiperbarik
Diabetes&hiperbarikDiabetes&hiperbarik
Diabetes&hiperbarik
 
Kelompok 1 biokimiaa
Kelompok 1 biokimiaaKelompok 1 biokimiaa
Kelompok 1 biokimiaa
 
PENGANTAR ILMU GIZI, TREND & ISSUE DI INDONESIA.pptx
PENGANTAR ILMU  GIZI, TREND & ISSUE DI INDONESIA.pptxPENGANTAR ILMU  GIZI, TREND & ISSUE DI INDONESIA.pptx
PENGANTAR ILMU GIZI, TREND & ISSUE DI INDONESIA.pptx
 
Fix english
Fix englishFix english
Fix english
 
Sindrom Nefrotik
Sindrom NefrotikSindrom Nefrotik
Sindrom Nefrotik
 
Ppom
PpomPpom
Ppom
 
Ppom AKPER PEMKAB MUNA
Ppom AKPER PEMKAB MUNA Ppom AKPER PEMKAB MUNA
Ppom AKPER PEMKAB MUNA
 
Efek metabolik dari sangat rendah karbohidrat1
Efek metabolik dari sangat rendah karbohidrat1Efek metabolik dari sangat rendah karbohidrat1
Efek metabolik dari sangat rendah karbohidrat1
 
PUASA ditinjau dari biokimia.pptx
PUASA ditinjau dari biokimia.pptxPUASA ditinjau dari biokimia.pptx
PUASA ditinjau dari biokimia.pptx
 
Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...
Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...
Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...
 

More from su darto

Diagnostic power of rose in tbna
Diagnostic power of rose in tbnaDiagnostic power of rose in tbna
Diagnostic power of rose in tbnasu darto
 
Interstitial lung disease
Interstitial lung diseaseInterstitial lung disease
Interstitial lung diseasesu darto
 
Tuberkulosis dengan hiv
Tuberkulosis dengan hivTuberkulosis dengan hiv
Tuberkulosis dengan hivsu darto
 
Kanker paru
Kanker paruKanker paru
Kanker parusu darto
 
Edema paru
Edema paruEdema paru
Edema parusu darto
 
Aspirasi benda asing
Aspirasi benda asingAspirasi benda asing
Aspirasi benda asingsu darto
 
Infeksi jamur pada paru 6.
Infeksi jamur pada paru 6.Infeksi jamur pada paru 6.
Infeksi jamur pada paru 6.su darto
 
Infeksi jamur pada paru 5.
Infeksi jamur pada paru 5.Infeksi jamur pada paru 5.
Infeksi jamur pada paru 5.su darto
 
Infeksi jamur pada paru 4.
Infeksi jamur pada paru 4.Infeksi jamur pada paru 4.
Infeksi jamur pada paru 4.su darto
 
Infeksi jamur pada paru 3
Infeksi jamur pada paru 3 Infeksi jamur pada paru 3
Infeksi jamur pada paru 3 su darto
 
Infeksi jamur pada paru 2
Infeksi jamur pada paru 2 Infeksi jamur pada paru 2
Infeksi jamur pada paru 2 su darto
 
Infeksi jamur pada paru 1
Infeksi jamur pada paru 1Infeksi jamur pada paru 1
Infeksi jamur pada paru 1su darto
 

More from su darto (14)

Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Diagnostic power of rose in tbna
Diagnostic power of rose in tbnaDiagnostic power of rose in tbna
Diagnostic power of rose in tbna
 
Interstitial lung disease
Interstitial lung diseaseInterstitial lung disease
Interstitial lung disease
 
Tuberkulosis dengan hiv
Tuberkulosis dengan hivTuberkulosis dengan hiv
Tuberkulosis dengan hiv
 
Rokok
RokokRokok
Rokok
 
Kanker paru
Kanker paruKanker paru
Kanker paru
 
Edema paru
Edema paruEdema paru
Edema paru
 
Aspirasi benda asing
Aspirasi benda asingAspirasi benda asing
Aspirasi benda asing
 
Infeksi jamur pada paru 6.
Infeksi jamur pada paru 6.Infeksi jamur pada paru 6.
Infeksi jamur pada paru 6.
 
Infeksi jamur pada paru 5.
Infeksi jamur pada paru 5.Infeksi jamur pada paru 5.
Infeksi jamur pada paru 5.
 
Infeksi jamur pada paru 4.
Infeksi jamur pada paru 4.Infeksi jamur pada paru 4.
Infeksi jamur pada paru 4.
 
Infeksi jamur pada paru 3
Infeksi jamur pada paru 3 Infeksi jamur pada paru 3
Infeksi jamur pada paru 3
 
Infeksi jamur pada paru 2
Infeksi jamur pada paru 2 Infeksi jamur pada paru 2
Infeksi jamur pada paru 2
 
Infeksi jamur pada paru 1
Infeksi jamur pada paru 1Infeksi jamur pada paru 1
Infeksi jamur pada paru 1
 

Nutrisi ppok

  • 1. PEMBERIAN NUTRISI YANG MENGANDUNG LEMAK PADA PPOK Sudarto Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Rumah Sakit H Adam Malik Medan 2011
  • 2. PENDAHULUAN PPOK  morbiditas dan mortalitas. Prevalensi PPOK berbeda di setiap negara Prevalensi PPOK terus meningkat akibat paparan terus menerus terhadap faktor risiko dan struktur umur,lebih banyak orang yang hidup lebih lama, dan bertambahnya usia Penderita PPOK Asia (2006) : 56,6 juta (6,3%) Indonesia :4,8 juta (5,6%). PPOK (bersama Asma)  ke-6 dari 10 penyebab kematian tersering di Indonesia.
  • 3. PENDAHULUAN PPOK mempunyai karakteristik keterbatasan jalan napas yang tidak sepenuhnya reversibel. PPOK terbagi atas 2 tipe: 1. Tipe pink puffer: pasien kurus, mengeluarkan nafas melalui mulut yang setengah terkatup (pursed lips breathing) cenderung pada emfisema. 2. Tipe blue bloater: pasien gemuk, sianosis, edema tungkai, dan lebih banyak pada bronchitis kronik. Pada jenis emfisema nilai indeks massa tubuh (Body mass indeks/BMI), Indeks massa lemak bebas(free fat mass/FFM) dan indeks massa lemak lebih rendah di bandingkan jenis bronkitis kronik
  • 4. PENDAHULUAN Pada PPOK fungsi otot skeletal absolute dan fungsi otot perkilogram berat badan dari FFM lebih rendah dari orang sehat Nutrisi tinggi karbohidrat lebih meningkatkan kadar CO2 dalam darah Nutrisi tinggi lemak lebih baik dari tinggi karbohidrat dalam mempengaruhi kadar CO2 karena dapat mengurangi produksi CO2.
  • 5. PENDAHULUAN Gambar 1. karakteristik pasien PPOK
  • 6. PENDAHULUAN Penderita PPOK cenderung kaheksia. Laju metabolisme pada PPOK meningkat namun respons penderita PPOK terhadap asupan nutrisi seringkali buruk. Sekitar 25% penderita PPOK menunjukkan penurunan indeks massa tubuh dan massa lemak bebas. Pengurangan indeks massa tubuh merupakan faktor resiko independen untuk mortalitas PPOK.
  • 7. NUTRISI PADA PENDERITA PPOK Penderita PPOK mengalami kehilangan berat badan dan malnutrisi, dan menurunnya kekuatan otot Keadaan ini disebabkan penurunan asupan kalori akibat sesak nafas yang terus menerus dan kurangnya konsumsi makanan Pemakaian otot nafas selama sesak nafas dapat menimbulkan kelemahan otot dan hilangnya lemak otot
  • 8. NUTRISI PADA PENDERITA PPOK Kuo dkk, nutrisi tinggi lemak dan rendah karbohidrat dapat menurunkan kegagalan obstruksi saluran nafas kronik. Pemberian diet tinggi karbohidrat dengan cara nutrisi parenteral total dilaporkan menyebabkan peningkatan produksi CO2 yang bermakna dan mencetuskan gagal nafas Pemberian diet tinggi karbohidrat tidak dianjurkan pada penderita PPOK
  • 9. NUTRISI PADA PENDERITA PPOK Penurunan massa sel tubuh merupakan manifestasi sistemik pada PPOK Perubahan massa tubuh diketahui melalui penurunan berat badan dan penurunan massa lemak bebas. Massa lemak bebas dibagi 2: yaitu kompartemen intraseluler atau massa sel tubuh dan kompartemen ekstraseluler Kompartemen intraseluler menggambarkan bagian pertukaran energi sedangkan kompartemen ekstraseluler menggambarkan substansi di luar sel.
  • 10. NUTRISI PADA PENDERITA PPOK Penurunan berat badan mempengaruhi prognosis PPOK. Schols dkk. Menunjukkan: massa tubuh (IMT) kurang dari 25 kg/m2, umur dan PaO2 rendah merupakan prediktor yang bermakna terhadap peningkatan angka kematian PPOK Landbo dkk. menyebutkan : prognosis yang buruk bila IMT kurang dari 20 kg/m2.
  • 11. Patogenesis Hilangnya Berat Badan dan Malnutrisi PPOK Perubahan berat badan dan malnutrisi pada pasien PPOK dipengaruhi oleh: 1. Gangguan keseimbangan energi Hilangnya BB pada pasien PPOK disebabkan gangguan keseimbangan antara energi yang keluar dan yang masuk. Total energi yang keluar berasal dari nilai energi yang keluar selama istirahat (resting energy expenditure), proses termogenesis dan energi yang keluar saat aktifitas. Pada PPOK dengan obstruktif jyang berat mempunyai total nilai harian energi yang keluar lebih besar dibandingkan orang normal.
  • 12. Patogenesis Hilangnya Berat Badan dan Malnutrisi PPOK Infeksi pada PPOK eksaserbasi meningkatkan respon inflamasi Inflamasi mempengaruhi ambilan energi (energy uptake) melalui peningkatan leptin di hipotalamus. Leptin berperan dalam metabolism lemak dan meningkatkan proses termogenesis yang akan mempengaruhi imunitas sel limfosit T.
  • 13. Patogenesis Hilangnya Berat Badan dan Malnutrisi PPOK Gambar 2 Hubungan energi dan proses inflamasi
  • 14. Patogenesis Hilangnya Berat Badan dan Malnutrisi PPOK 2. Degradasi protein otot Pemecahan protein sel pada otot merupakan keadaan yang sering didapatkan sebagai respons terhadap asidosis, infeksi atau asupan kalori yang tidak adekuat. Pengurangan massa otot pada penderita PPOK terutama terdapat pada ekstremiti bawah. Guttridge dkk. melaporkan TNF-α mengaktivasi nuclear factor κ β (NF- κ β) untuk menghambat diferensiasi otot rangka dengan menekan myoD-mRNA pada saat pasca transkripsi. Tumor necrosis factor-α dan interferon γ (IFγ) mempengaruhi regulasi otot rangka melalui penghambatan terbentuknya serat otot baru, degenerasi serat-serat otot yang baru dibentuk dan menyebabkan ketidakmampuan memperbaiki kerusakan otot rangka.
  • 15. Patogenesis Hilangnya Berat Badan dan Malnutrisi PPOK 3. Kegagalan fungsi gastrointestinal Hiperinflasi pada PPOK dengan diafragma yang datar dan volume ruang abdomen yang berkurang dapat membatasi volume asupan makanan. 4. Asupan makan menurun Penderita PPOK harus diberikan kalori yang lebih besar. 5. Curah jantung dan perubahan vaskularisasi Emfisema kapasitas difusi akan menurun, jala vaskuer yang minimal, tekanan vaskuler paru meningkat sehingga curah jantung menurun
  • 16. Patogenesis Hilangnya Berat Badan dan Malnutrisi PPOK 6. Hipermetabolik Pada emfisema terjadi pengurangan efisiensi otot respirasi dan fungsi optimal otot respirasi sehingga mudah terjadi kelelahan otot 7. Faktor lain Depresi, merokok dan pengetahuan yang kurang tentang nutrisi disertai cara hidup dan kebiasaan makan yang buruk dapat menyebabkan penurunan berat badan.
  • 17. Mekanisme adaptasi pada PPOK Mekanisme adaptasi tersebut meliputi: 1. Adaptasi biokimia otot Peningkatan laktat yang disebabkan penurunan kapasitas oksidasi, dimana aktifitas enzim oksidasi pada otot rendah. Pada PPOK metabolism laktat yang terjadi, produksi laktat meningkat dapat merubah ambilan laktat di hati dan meningkatkan proses glukoneogenesis sehingga pada keadaan hipoksia kadar laktat lebih meningkat lagi
  • 18. Mekanisme adaptasi pada PPOK 2. Adaptasi otot PPOK didapat bahwa koordinasi antara MHC (Myosin Heavy Chain) dan MLC (Myosin Light chain) isoformis berubah, dimana koordinasi ekspresi protein hilang pada otot skeletal. Keadaan ini menyebabkan terjadinya penurunan ketersediaan oksigen. Adaptasi di otot lebih dipengaruhi oleh proses glikolisis anaerob serat otot mudah lelah dan asam laktat meningkat.
  • 19. Mekanisme adaptasi pada PPOK 3. Metabolisme mitokondria Pada PPOK jumlah mitokondria meningkat. Jumlah ini berhubungan langsung dengan tingkat hiperinflasi dan berhubungan terbalik dengan derajat obstruksi saluran nafas. Aktifitas COX diatur pada tingkat translasi oleh peningkatan sejumlah ribosom mitokondria.
  • 20. Lipid pada PPOK Lemak menghasilkan energi lebih banyak dibandingkan protein dan karbohidrat. konsumsi lemak sebesar 30% untuk kebutuhan kalori setiap harinya, yang terdiri dari 10% asam lemak jenuh, 10% asam lemak tak jenuh tunggal dan 10% asam lemak tak jenuh ganda.
  • 21. Lipid pada PPOK Pemberian asam lemak omega 3 mempunyai potensi sebagai modulator pada penyakit respirasi yang meliputi inflamasi kronik Pemberian omega 3 dengan bentuk diet tinggi minyak ikan, magnesium dan antioksidan menurunkan inflamasi saluran nafas Tambahan omega 3 pada minyak ikan dengan gamma asam linoleat dapat menjadi modulator respon imun dan menurunkan reaksi berlebih otot pulmoner terhadap rangsangan stimulasi.
  • 22. Lipid pada PPOK Prostaglandin adalah hormon yang mengatur proses metabolik tingkat seluler tubuh, hormon tersebut berfperan dalam pembekuan darah, tekanan darah, respon imun, reproduksi, fungsi otak, inflamasi, alergi dan pertumbuhan tumor Asam lemak polyunsaturated N-3 menurunkan respon kemotatik neutrofil, menghambat produksi leukotrein B4 dari asam arakidonat dan menurunkan produksi anion superoksida dalam leukosit. Studi Jepang: asam lemak N-3 tak jenuh, asam eicosapentaenoat dan asam decosaheksanoat terdapat pada ikan yang sering dikonsumsi oleh orang jepang sehingga kematian akibat PPOK di Jepang sangat rendah
  • 23. Pemberian Nutrisi PPOK Pemberian nutrisi pada PPOK dilakukan dengan cara: Bila penderita dengan sesak nafas • makanan dengan jumlah kecil dan sering • meningkatkan kalori makanan tanpa harus meningkatkan jumlah makanan • Komposisi makanan mengandung 55% lemak, 28% karbohidrat, 17% protein
  • 24. Pemberian Nutrisi PPOK Penderita dengan nafas pendek selama makan • Makan direncanakan saat pasien merasa senang • Menghindari porsi besar, makan perlahan dan makanan mudah dimakan dan dicerna • menggunakan bronkodilator sebelum makan • PPOK dengan terapi oksigen lama memerlukan oksigen saat makan untuk mencegah terjadinya dispnea saat makan Penderita dengan hilangnya nafsu makan • untuk mengurangi rasa mual dapat diberikan susu atau makanan sewaktu minum obat-obatan oral • untuk mengurangi produksi sputum yang banyak dapat diberikan bronkodilator. • menciptakan suasana gembira saat makan.
  • 25. Kesimpulan Pada penderita PPOK dapat ditemukan peningkatan CO2 dalam arteri. Peningkatan CO2 ini dapat menyebabkan kerusakan lanjut dan gagal napas. Pemberian nutrisi dapat mempengaruhi kadar CO2 dalam darah. Pada penderita PPOK penambahan kalori yang berasal dari lemak lebih dianjurkan daripada kalori yang berasal dari karbohidrat.